Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi geligi dapat disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies
dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor sosio
demografi juga dapat berpengaruh terhadap kehilangan gigi. Kehilangan gigi geligi juga
meningkat seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan
penyakit periodontal (Soeyono, 2011)
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan fungsional yang berkaitan
dengan pengunyahan dan estetika, tergantung pada lokasi kehilangan gigi, yang
akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup (Gerritsen, 2010). Kehilangan gigi juga
dapat menyebabkan gangguan berbicara, biasanya berhubungan dengan kehilangan gigi
anterior. Resorpsi tulang alveolar juga merupakan komplikasi dari kehilangan gigi yang
tidak diganti, karena tulang tidak berfungsi untuk mensuport gigi dan jaringan
periodontal (Jacobsen, 2008). Maka dari itu, gigi yang hilang sebaiknya dilakukan
perawatan berupa penggantian gigi yang hilang agar tidak menyebabkan hal-hal diatas.
Sebelum melakukan perawatan perlu dilakukan penegakkan diagnosa dan
penentuan rencana perawatan. Untuk menegakkan diagnosa dibutuhkan anamnesa
terhadap keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut,
serta pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, serta
pemeriksaan penunjan berupa pemeriksaan radiografi (Carr et al., 2005)
Pembuatan model diagnostik yang ditanam padi articulator perlu dilakukan untuk
mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan.Rencana perawatan meliputi
perawatan pendahuluan dan desain perawatan yang akan dilakukan.Perawatan
pendahuluan

bertujuan

untuk

Perawatan

pendahuluan

bertujuan

untuk

mengadakansanitasi rongga mulut dan menciptakan kondisi oklusi normal yang


menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya meliputi tindakan bedah pra
prostetik, perawatan konservasi, perawatan periodontik dan perawatan orthodontik.
Desain perawatan yang akan dilakukan meliputi penentuan gigi penyangga dan
menentukan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan. (Rahn et al., 2009)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan klasifikasi klas Kennedy kasus tersebut termasuk dalam klasifikasi


apa?

Bagaimana rencana perawatan yang tepat pada kasus tersebut?

Bagaimana desain pada kasus gigi tiruan sebagaian lepasan tersebut?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui klasifikasi klas Kennedy pada kasus tersebut.

Untuk memahami rencana perawatan yang tepat pada kasus tersebut

Untuk mengetahui desain pada kasus gigi tiruan sebagaian lepasan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Gigi Tiruan Sebagian Lepasan merupakan gigi tiruan sebagian yang bisa
dilepas dan dipasang didalam mulut oleh pasien sendiri (Robert W, 2011).
Peranti ini memainkan peranan penting dalam memulihkan fungsi mulut dan
kesehatan sistemik (Q. Xie, 2015) serta sebagai alternatif dengan keuntungan
finansial dan biologis, juga kemudahan dalam perawatan (Souza JEA, 2009).
GTSL memberikan pasien alternatif sementara yang dapat mengembalikan
oklusi dimensi vertikal yang hilang. Hal tersebut membutuhkan waktu untuk
adaptasi dengan dimensi yang baru, semenjak penerapan terapi yang
membutuhkan waktu yang lama; mengembalikan mastikasi dan estetika sebagai
petunjuk untuk pengimplementasian pada hasil kerja (Fernanda M.C., 2015)
Tujuan perawatan yang didapatkan dari gigi tiruan sebagian lepasan
adalah mempertahankan gigi yang masih tersisa dan mendukung struktur yang
masih dalam kondisi baik, merestorasi estetika dan fonetik, merestorasi dan atau
meningkatkan mastikasi, mengembalikan kesehatan, kenyamanan dan taraf
hidup pasien (Robert W, 2011). Pasien dengan edentulous menunjukkan
peningkatan kepuasan taraf hidup secara keseluruhan pada kemampuan fungsi
mastikasi ketika mereka menerima peranti lengkap (Ellis JS, 2007)
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi GTSL
Banyak studi mengindikasikan penggunaan peranti lepasan untuk
mengganti keberadaan gigi yang hilang dan dapat meningkatkan fungsi
mastikasi secara baik tanpa harus memperbaiki kemampuan pengunyahan (ArceTumbay J, 2011). Indikasi dan kontraindikasi GTSL menurut Robert W. (2011) :
1.

Rentang edentulous yang panjang

2.

Adanya abutment dibagian posterior untuk prostesis tetap

3.

Kehilangan atau resorbsi tulang alveolar yang berlebihan

4.

Prognosa yang buruk untuk gigi tiruan lengkap karena sisa dari

morfologi ridge

5.

Mengurangi dukungan periodontal pada gigi yang tersisa

6.

Stabilitas lengkung gigi

7.

Diperlukan gigi pengganti setelah ekstraksi gigi

8.

Biaya atau pertimbangan sesuai keinginan pasien

Kontraindikasi dari pembuatan GTSL yaitu:


1. Penderita yang tidak kooperatif.
2. Umur lanjut, dengn mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita
sebaiknya dibuatkan GT Temporer.
3. Penyakit sistemik
Khususnya epilepsi
Penderita Diabetes Mellitus (DM) yang tak terkontrol
4. Oral Hygiene. Pasien dengan OH yang buruk sebaiknya diarahkan ke Full
Denture (GTL)
2.3 Komponen GTSL
Komponen-komponen yang menyusun GTSL adalah (Carr, 2010) :
a. Retainer/penahan
Retainer merupakan bagian GTSL yang ebrfungsi memberi retensi sehingga
menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Retainer langsung (direct retainer)
Yaitu bagian dari gigi tiruan yang berkontak langsung dengan permukaan
gigi abutment, dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi.
2. Retainer tidak langsung (indirect retainer)
Yaitu bagian dari gigi tiruan yang memberikan retensi untuk melawan gaya
yang cenderung melepas protesa kea rah oklusal dan bekerja pada basis.
Indirect retainer diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi
berlawanan dari garis fulcrum dimana gaya tadi bekerja. Indirect retainer
dapat berupa lengan pengimbang atau sandaran/rest.
b. Basis/Saddle
Bagian dari gigi tiruan sebagian yang mengganti jaringan alveol yang hilang dan
sebagai tempat gigi tiruan. Fungsinya:
1. Mendukung gigi (elemen tiruan)
2. Meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.
3. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan.
Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin akrilik, atau kombinasi keduanya.
c. Konektor
1. Konektor Mayor (utama)

Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponenkomponen yang terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain atau
bagian yang menghubungkan basis dengan retainer. Fungsi konektor utama
adalah menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi kepada sisi
yang lain. Syarat konektor utama adalah rigid, tidak mengganggu gerak
jaringan, tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva, tepi konektor
utama cukup jauh dari margin gingiva, tepi dibentuk membulat dan tidak
tajam supaya tidak menganggu lidah dan pipi. Konektor utama dapat berupa
bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang hilang, dan rahang mana
yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single palatal bar, U-shaped
palatal connector, antero-posterior palatal bar dan palatal palate. Pada rahang
bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.
2. Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL merupakan bagian GTSL yang
bagian yang menghubungkan ritener direk / indirek dengan bagian yang lain,
misalnya sandaran oklusal. Biasanya diletakkan pada daerah embrasur gigi
dan harus berbentuk melancip ke arah gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban
oklusi ke gigi peganggan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya
pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTS dengan konektor utama,
menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan kepada
sandaran serta mentransfer efek retainer/klamer serta komponen gigi lain ke
gigi tiruan.
2.4 Klamer
Klamer adalah bagian GTSL yang berfungsi sebagai direk retainer,
stabilisasi dan mendukung GTSL dengan mengelilingi sebgian gigi penyangga
(Carr, 2010).
Fungsi klamer:
a. Untuk Retensi
Klamer berfungsi untuk menahan pergerakan dari protesa atau GTSL ke arah
oklusal, atau untuk menahan pergerakan protesa secara vertikal. Pergerakan

ini mungkin terjadi akubat beban kunyah pada tiap regio yang berbeda atau
jenis makanan yang agak lengket.
b. Untuk Stabilisasi
Stabilisasi maksudnya adalah klamer dapat menahan gerakan GTSL secara
horizintal akibat pergerakan rahang saat mengunyah. Lengan klamer baik
bagian bukal atau lingual atau palatal memliki fungsi stabilisasi.
c. Untuk menahan beban kunyah pada ke jaringan periodonsium
GTSL dapat menekan gingiva bila menerima beban kunyah terlalu besar,
sehingga menimbulkan

iritasi dan akan menimbulkann komplikasi lain

seperti hiperplasi gingiva. Oleh karena itu pada GTSL perly diber rest untuk
menahan beban kunyah dan menyalurkan beban kunyah pada gigi
penyangga secara vertikal.
2.4.1 Desain klamer
Menurut fungsinya, desain klamer dibagi menjadi dua (Carr, 2010):
1) Klamer interdental
Klamer yang fungsinya selain dari retensi dan stabilisasi protesa juga untuk
meneruskan beban kunyah gigi tiruan pada gigi penyangga. Klamer interdental
memiliki bagian yang berada pada oklusal gigi penyangga disebut rest atau
melalui titik kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya.
a. Klamer 3 jari
Klamer 3 jari memiliki bagian lengan bukal dan lingual, body, bahu, oklusal
rest, bagian retensi dalam akrilik, indikasi klamer 3 jari adalah gigi molar
dan premolar yang gigi tetangganya sudah hilang.
b. Klamer Jackson
Disain klamer ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik. klamer
Jackson diindikasikan untukgigi molar,premolar yang mempunyai kontak
yang baik di bagian mesial dan distalnya. Bila gigi penyangga terlalu
cembung, seringkali klamer ini sulit masuk pada waktu pemasangan protesa.
c. Klamer Half Jackson
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke
lingual dan terus ke retensi akrilik. Klamer Half Jackson diindikasikan untuk
gigi molar dan premolar yang terlalu cembung sehingga Klamer Half
Jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di anatar 2 gigi

d. Klamer S
Disain Klamer ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik
kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah
masuk ke dalam akrilik. Klamer S diindikasikan untuk kaninus rahang atas,
perlu diperhatikan agar letak Klamer tidak mengganggu oklusi
2) Klamer paradental
Klamer yang hanya berfungsi untuk retensi dan stabilisasi dari penyangga
sehingga klamer ini tidak memiliki bagian yang melalui bagian oklusal gigi
penyangga.
a. Klamer 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak memiliki

rest,

sehingga hanya dapat berfungsi sebagai retensi dan stabilisasi. Indikasi


penggunaan klamer 2 jari adalah pada gigi molar dan premolar..
b. Klamer Gillet
Memiliki entuk yang hampir sama dengan klamer 1/2 jackson paradental
bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema atau bagian
edentulous dan di bagian lingual lurus ke bawah. Indikasi penggunaan pada
gigi molar,premolar dan kaninus.
2.5 Klasifikasi Kennedy
Tujuan utama dari pembuatan klasifikasi (penggolongan) untuk rahang yang
sebagian giginya sudah hilang adalah untuk memungkinkan dokter gigi
berkomunikasi sejelas mungkin, tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan
gigi tiruan. Suatu klasifikasi yang baik akan membantu pengelompokan gigi yang
hilang termasuk kombinasinya, serta variasi-variasi yang jumlahnya tak terbatas dan
terjadi karena adanya gigi yang akan dicabut (Gunadi, 2016).
Klasifikasi yang paling banyak digunakan saat ini adalah yang dibuat oleh
Kennedy. Cara ini mula-mula dibuat oleh Dr. Edward Kennedy pada tahun 1925.
Kennedy berupaya mengklasifikasikan lengkung tak bergigi supaya dapat
membantu pembuatan desain gigi tiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini membagi
semua keadaan tak bergigi menjadi empat macam keadaan. Daerah tak bergigi lain
dari pada yang sudah ditetapkan dalam empat kelompok tadi, disebut sebagai
modifikasi (Gunadi, 2016).

a. Klas I : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada ke dua sisi rahang dengan ujung bebas (bilateral
b. Klas II

free end)
: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih
ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja dan

berujung bebas (unilateral free end)


c. Klas III : daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral.
d. Klas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang
maish ada dan melewati garis tengah rahang (median line)
Bila terdapat daerah tidak bergigi tambahan oleh Kennedy disebut sebagai
modifikasi, kecuali klas IV tidak ada modifikasi.

Gambar 2.1. Klasifikasi Kennedy berdasarkan kehilangan gigi dan konstruksi GTSL
(Loney, 2011).

Salah satu keuntungan pemakaian klasifikasi ini adalah cara ini memungkinkan
orang melihat dengan cepat bagian rahang yang tidak bergigi lagi. Cara ini juga

memungkinkan pendekatan logis bagi masalah-masalah pembuatan desain. Namun,


klasifikasi ini sulit diterapkan untuk tiap keadaan, tanpa syarat-syarat tertentu. Untuk
memudahkan aplikasinya, digunakan APPLEGATE RULES (1960) yaitu :
a. Klasifikasi baru dapat ditentukan setelah gigi-gigi yg harus dicabut telah selesai
dikerjakan.
b. Apabila M3 hilang & tidak dibuatkan GT,maka tidak dipertimbangkan dalam
klasifikasi.
c. Apabila M3 ada & dipakai sebagai gigi abutment, maka diikutkan dalam
klasifikasi
d. Apabila M2 hilang & tidak diganti, maka tidak diikutkan dalam klasifikasi
e. Daerah kehilangan gigi paling posterior selalu menentukan klasifikasi
f. Daerah edentulous lainnya yg lebih dari ketentuan, disebut sebagai Modifikasi
dari klas yg bersangkutan.
g. Luas dari modifikasi tidak dipertimbangkan hanya jumlah dari penambahan
edentulous area
h. Klas IV Kennedy tidak ada modifikasi (Loney, 2011).
2.6 Prinsip Desain GTSL Kennedy Klas I
GTSL Kennedy Klas I merupakan kasus bilateral free end partial denture atau
distal extension partial denture dengan atau tanpa modifikasi. Dasar desain terapi
dari GTSL Kennedy Klas I ini adalah (Loney, 2011) :
a.) Mengurangi beban
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
1.
Mengurangi jumlah anasir gigi yang diganti (M3 tidak diganti)
2.
Memperkecil luas permukaan gigi yang diganti (P diganti C, M diganti P)
3.
Memperluas outline sadel (sadel rahang bawah diperluas sampai retromolar
pad (tertutupi 10mm) dan rahang atas sampai hamular notch)

Gambar 2.2. Memperluas sadel rahang bawah hingga retromolar pad.

b.) Membagi beban antara gigi dan ridge


1. Membuat variasi hubungan antara klammer dan sadel
a. Stress breaker
Yaitu bagian GTSL yang memungkinkan pergerakan antara sadel dan ritener
direk sehingga aksi-aksi torsi horizontal dan sebagian daya lateral yang
mengenai gigi penjangkaran dapat diperkecil. Contoh: desain hinge, fleksibel
konektor, desain dimple hinge, desain disjunct, dan desain swing lock
b. Sayap labial
Gingiva bagian labial dari gigi-gigi anterior atau meluas dari bar berputar
memegangi gigi-gigi. Kekurangan dari sayap labial ini adalah adanya retensi
dari sayap sehingga apabila OH buruk maka dapat menyebabkan kerusakan
pada gigi dan gingiva, dan dibutuhkan relining secara periodik.
c. Kombinasi rigid connection dengan occlusally dan gingivally approaching
clasp
d. Memperluas outline sadel
2.
Menempatkan rest oklusal lebih ke anterior
Semakin ke anterior letak res oklusal maka makin besar daya yang diterima oleh
edentulous ridge.
3.

Dengan membuat cetakan mukokompresi


Tujuannya adalah supaya mukosa pada edentulous ridge dimampatkan terlebih
dahulu

kemudian

kompresibilitasnya

didapatkan
menjadi

cetakan
sama

final

dengan

(mukostatis).
jaringan

Diharapkan

periodontal

gigi

penjangkaran.
c.) Membagi beban seluas-luasnya/menyebar luaskan beban
Dengan melibatkan sisa gigi asli ke dalam konstruksi splinting atau dengan
mempergunakan ritener indirek karena berfungsi untuk mendukung GTSL secara
tidak langsung.

Gambar 2.3. Menaikkan plat akrilik (konektor mayor) sampai di atas cingulum gigi-gigi
anterior bertujuan untuk memperkuat plat dan sebagai support (berperan sebagai ritener
indirek) (Loney, 2011).

10

Dasar dari prinsip desain GTSL Kennedy Klas I ini adalah (Loney, 2011):
a. Adanya perbedaan kompresibilitas (kemampuan jaringan untuk dimampatkan)
antara jaringan periodontal gigi penjangkaran dan jaringan submucosa
(mukoperiosteum) edentulous ridge
b. Denture bearing area rahang bawah lebih sempit daripada rahang atas.

BAB 3

11

LAPORAN KASUS
3.1 Data kasus
Seorang wanita dengan usia 45 tahun, datang ke klinik Prosthodonsia RSGM,
ingin dibuatkan gigi tiruan untuk mengganti gigi nya yang hilang divabut 2
tahun lalu, supaya bisa makan enak. Gigi dicabut karena lubang dan keropos
3.2 Anamnesa
- Keluhan utama
- Pasien ingin dibuatan gigi tiruan untuk mengganti giginya yang hilang
supaya bisa makan enak
- Riwayat gigi geligi
- Gigi lubang dan keropos sehingga harus dicabut
- Pengalaman memakai gigi palsu
- Sebelumnya pasien belum pernah memakai gigi tiruan
- Pembiayaan
- Pembiayaan ditanggung 100% oleh penderita
3.3 Gambar model

12

3.4 Pemeriksaan Klinis: Intra Oral


a. Status umum : gigi hilang, rotasi, supraerupsi
b. Jaringan lunak : bekas pencabutan pada sisi kanan dan kiri bawah
c. Status lokalis :
Gigi hilang : 36, 37, 46 dan 47
Gigi karies : Gigi rotasi : 43
Gigi abrasi : Gigi supraerupsi : 16, 17, 26, dan 27
d. Oklusi
1. Oklusi statik :
- Hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge) :
Sisi kiri : Sisi kanan : - Hubungan gigi posterior (cusp to fossa) :
Sisi kiri : Sisi kanan : - Hubungan gigi anterior (dalam mm) ;
Overjet : 1 mm
Overbite :1 mm

13

2. Oklusi dinamik : e. Gangguan oklusi : f. Vestibulum :


1. Dalam
M
P
A
2
g.
1.
2.
3.

2. Dangkal
P

Bentuk insisif petama atas :


Square
Ovoid
Tapering

h. Bentuk ridge : 1. Square

2. Ovoid
Ka
D
3

3. Tapering
Ki

i. Relasi ridge :
1
1. Normal
2. Progeni
3. Prognati
j. Bentuk dalam palatum : 2
1. Square
2. Ovoid
3. Tapering
k. Tonus palatinus : 3
1. Besar
2. Kecil
3. Flat
l. Tonus mandibularis :
2
1. Besar
2. Kecil
3. Flat
m. Tuber maxillae ; 1. Besar
Ka

2
2

2. Kecil
Ki
2

2. Tidak ada
A
2
2

o. Retromylohyoid : 1. Dalam

4. Flat

2
n. Exostosis : 1. Ada
M
P

2
2

2
2
2. Dangkal

14

M
2
2

2
2

Ka

Ki
2

3.5 Diagnosis
RB: Klasifikasi kennedy klas I
3.6 Rencana perawatan
A. Perawatan Pendahuluan
Pada perawatan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, rencana perawatan dan
perawatan pendahuluan harus ditetapkan terlebih dahulu, karena beberapa keadaan
dapat mempengaruhi keadaan lain. Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan bertujuan untuk melihat keadaan seluruh
perubahan-perubahan atau kelainan yang terjadi pada gigi geligi, lingir alveolus
yang mendukung gigi tiruan dan struktur rongga mulut yang lain yang dapat
mempengaruhi keberhasilan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan.
Perawatan pendahuluan bertujuan untuk mengadakan sanitasi rongga mulut dan
menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya meliputi tindakan bedah pra prostetik, perawatan konservasi,
perawatan periodontik dan perawatan orthodontik.
Dalam kasus tersebut, pasien dengan Klas I Kennedy yaitu kehilangan gigi posterior
bilateral free end memerlukan perawatan pendahuluan sebagai berikut
1. Penjelasan pada pasien
Sebelum dilakukan tahap-tahap pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan,
sebaiknya menjelaskan kepada pasien terlebih dahulu mengenai design gigi
tiruan yang akan dibuat dan kegunaan gigi tiruan tersebut
2. Persiapan dalam mulut
Persiapan dalam mulut meliputi cabut gigi, alveolektomi, grinding oklusal
dan rest seat serta dilakukan pembedahan apabila terdapat eksostosis dan
torus yang mengganggu design gigi tiruan. Jaringan hiperplastik yang
mengganggu design dan stabilitas serta frenulum labialis dan lingualis yang
sering mengganggu design juga ahrus dibuang secara bedah. Pada kasus
tersebut, karena gigi hilang dua tahun yang lalu sehingga gigi antagonis

15

memiliki kemungkinan extrusi yang kemudian perlu dilakukan perawatan


agar dapat kontak dengan gigi tiruan nantinya.
3. Perawatan periodontal
Perawatan periodontal dilakukan dengan scaling untuk membersihkan gigi
dari calculus sehingga pada saat proses pencetakan akan lebih fixed tanpa
terhalang oleh calculus. Proses pencetakan dilakukan setelah proses
perbaikan dari gingiva.
4. Penetapan gigit
Pada kasus free end perlu dilakukan penetapan gigit
5. Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis dilakukan sebelum preparasi

mulut

dengan

menggunakan bahan irreversible hidrokolloid. Sendok cetak harus dipilih


dengan ukuran 4-5 mm lebih besar dari ukuran rahang yang akan dicetak.
Jenis sendok cetak menurut bagian rahang yang akan dicetak yaitu depressed
anterior tray atau individual tray untuk kasus Klas I Kennedy
B. Perawatan Utama
-

Klasifikasi Kennedy klas I bilateral free end

Basis GTSL berupa plat akrilik dengan perluasan outline sadel hingga
retromolar pad (untuk membagi beban seluas-luasnya)

Anasir gigi akrilik pada gigi 36, 37, 46, dan 47 tanpa melibatkan pergantian
molar 3 pada desain

Indirek retainer berupa peninggan plat pada cingulum geligi anterior (cingulum
rest)

Direk retainer berupa klamer 2 jari rest mesial pada gigi 35 dan 45

16

Klamer 2 jari
dengan rest mesial
Indirect retainer:
peninggian plat

C. Perawatan Alternatif
-

Rahang bawah menggunakan GTSL kerangka logam

Konektor mayor berupa lingual bar

Retainer direk menggunakan klammer ney clasp klas 1 pada gigi 35 dan 45

Anasir gigi resin akrilik pada gigi 36,37,46,47

Saddle menggunakan resin akrilik

17

BAB 4
PEMBAHASAN

18

Berdasarkan data yang didapatkan terdapat seorang wanita dengan usia


45 tahun, yang ingin dibuatkan gigi tiruan untuk mengganti gigi nya yang hilang
dicabut 2 tahun lalu, supaya bisa makan enak. Gigi dicabut karena lubang dan
keropos. Dari pemeriksaan klinis didapatkan bahwa pasien mengalami
kehilangan pada gigi 36, 37, 46 dan 47.
Perawatan diawali dengan perawatan pendahuluan terlebih dahulu.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan bertujuan untuk melakukan sanitasi
rongga mulut dan menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin kesehatan
gigi dan jaringan pendukungnya. Perawatan pendahuluan yang dilakukan pada
pasien adalah DHE (Dental Health Education), perawatan bedah, perawatan
konservasi, perawatan periodontontik, perawatan orthodontik. DHE (Dental
Health Education) ditujukan agar pasien memahami bagaimana cara menjaga
dan meningkatkan kesehatan rongga mulut. Selain itu, juga bertujuan untuk
mempersiapkan penderita sebagai host yang baik bagi gigi tiruan yang akan
dibuat.
Selanjutnya, dilakukan perawatan bedah seperti pencabutan gigi,
pembedahan eksotosis, jaringan hiperplastik, serta frenulum labialis dan
lingualis yang sering mengganggu desain dan stabilitas gigi tiruan. Perawatan
konservasi dapat dilakukan jika ada gigi yang karies dan perlu dilakukan
perawatan.

Perawatan

periodontal

juga

sebaiknya

dilakukan,

seperti

pembersihan karang gigi untuk mendapatkan jaringan periodonsium yang sehat


terutama pada gigi yang akan digunakan sebagai penyangga.
Setelah perawatan pendahuluan selesai, kemudian dilakukan penetapan
gigit karena kasus diatas merupakan kasus free end dan terakhir melakukan
pencetakan anatomis menggunakan bahan irreversible hydrocolloid dan sendok
cetak depressed anterior tray yang sesuai dengan kasus klasifikasi Kennedy
kelas I untuk rahang bawah.
Menurut klasifikasi Kennedy, kasus ini merupakan klasifikasi Kennedy
kelas I pada rahang bawah, sedangkan pada rahang atas tidak terdapat
kehilangan gigi. Prinsip dari GTSL Kennedy klas I adalah mengurangi beban
dan membagi beban seluas-luasnya. Salah satu cara yang digunakan untuk
mengurangi beban GTSL adalah dengan mengurangi jumlah anasir gigi yang

19

diganti, maka dalam desain ini gigi M3 tidak diganti/diikutkan dalam desain.
Gigi tiruan yang digunakan pada kasus ini adalah plat akrilik dengan perluasan
outline sadel hingga retromolar pad yang bertujuan untuk membagi beban
seluas-luasnya dan meminimalisasi kemungkinan banyaknya tekanan yang
diterima. Selain itu, perluasaan tersebut juga dapat menambah retensi gigi
tiruan.
Jenis desain GTSL ini adalah tooth and mucosal borne. Oleh sebab itu,
dipilih klamer 2 jari rest mesial pada gigi 35 dan 45 sebagai direct retainer
supaya abuntment tidak miring ke distal. Klamer ini dipilih karena dapat
menerima dan mendistribusikan beban serta mencegah terlepasnya GTSL ke
arah vertikal, sedangkan rest mesial berfungsi membagi beban untuk
menambah support pada GTSL tersebut. Sedangkan indirect retainer yang
dipakai berupa peninggian plat pada cingulum gigi anterior yang juga berperan
agar beban terbagi serta retensi.
Sedangkan, perawatan alternatif pada rahang atas tidak ada dan
perawatan alternatif pada rahang bawah dilakukan menggunakan kerangka
logam dengan direct retainer klamer ney clasp klas 1 pada gigi 35 dan 45. Selain
itu juga menggunakan konektor mayor berupa lingual bar, anasir akrilik pada
gigi 36, 37, 46, dan 47.
Menggunakan kerangka logam karena bahan tersebut memiliki banyak
keuntungan dibandingkan dengan bahan akrilik seperti lebih kuat, lebih nyaman
dipakai karena dapat dibuat tipis, dan gaya-gaya yang timbul yang timbul akibat
pengunyahan dapat disalurkan dengan lebih baik. Klamer ney clasp klas 1
digunakan sebagai suport dan retensi untuk mencegah terangkatnya/terlepasnya
GTSL pada waktu berfungsi.

KESIMPULAN
Pasien wanita berusia 45 tahun kehilangan gigi 36 37 46 47 akan dibuatkan gigi
tiruan sebagian lepasan. Adapun perawatannya diawali dengan perawatan pendahuluan

20

yang terdiri dari DHE, perawatan bedah, perawatan konservasi, perawatan periodontik,
dan perawatan ortodontik. Kasus ini merupakan klasifikasi kennedy klas 1 pada rahang
bawah. Pada kasus ini M3 tidak diikutsertakan sebagai anasir untuk mengurangi beban
dan penggunaan plat akrilik untuk perluasan outline saddle hingga retromolar pad untuk
membagi beban seluas-luasnya. Jenis GTSL adalah tooth and mucosal borne, sehingga
digunakan klamer 2 jari rest mesial pada gigi 35 dan 45 sebagai direct retainer,
sementara untuk indirect retainer digunakan peninggian plat pada cingulum gigi
anterior. Selain itu, adapula perawatan alternatif untuk rahang bawah ini adalah
menggunakan kerangka logam dengan direct retainer klamer ney clasp klas 1 pada gigi
35 dan 45, dan konektor mayor berupa lingual bar.

DAFTAR PUSTAKA
Applegate, 1960, Essentials of Removable Partial Denture Prothesis, 2nd edition,
W.B. Saunders Co. Philadelphia

21

Carr, A.B. and Brown, D.T., 2010. McCracken's removable partial prosthodontics.
Elsevier Health Sciences. pp: 29-115.
Gunadi, H.A., Burhan, L.K., Suryatenggara, F., Margo, A. and Setiabudi, I., 2016.
Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid II. Jakarta: Hipokrates,
pp.20-27.
Loney, R.W., 2011. Removable partial denture manual. Dalhouse University,
pp.43-56.
Q. XIE, T. DING & G. YANG. Rehabilitation of oral function with removable
dentures still an option? . Journal of Oral Rehabilitation. 2015;42; 234-242
Souza JEA, Silva ET, Leles CR. 2009. Prtese parcial overlay: fundamentos
clnicos e relatos de casos. Robrac. 18(47). pp:8-41.
Robert WL. 2011. Removable Partial Denture Manual. Dalhousie University.;1;12
Carr AB, McGivney GP, Brown DT. 2005. Mc Crackens removable partial
prosthodontic. 11 th ed. Elsevier: Mosby. P 271
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. 2009. Textbook of complete dentures. 6 th
ed.Canada: PMPH-USA, p 45-63
Gerritsen et al. 2010. Tooth loss and oral health-related quality of life: a systematic
review and meta-analysis. Helth and Quality of Life Outcomes. 8:126
Jacobsen, P. H., & ebrary Academic Complete., 2008. Restorative dentistry: An
integrated approach (2nd ed.). Oxford ; Ames, Iowa: Blackwell.
Soeyono, B., 2011. Status Karies Dan Faktor Resiko Karies Gigi Pada Wanita Usia
21-50 Tahun Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2010.

LAMPIRAN

22

23

Anda mungkin juga menyukai