Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi geligi dapat disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan
penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor sosio
demografi juga dapat berpengaruh terhadap kehilangan gigi. Kehilangan gigi geligi juga
meningkat seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan
penyakit periodontal (Soeyono, 2011)
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan fungsional yang berkaitan
dengan pengunyahan dan estetika, tergantung pada lokasi kehilangan gigi, yang
akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup (Gerritsen, 2010). Kehilangan gigi juga
dapat menyebabkan gangguan berbicara, biasanya berhubungan dengan kehilangan gigi
anterior. Resorpsi tulang alveolar juga merupakan komplikasi dari kehilangan gigi yang
tidak diganti, karena tulang tidak berfungsi untuk men-support gigi dan jaringan
periodontal (Jacobsen, 2008). Maka dari itu, gigi yang hilang sebaiknya dilakukan
perawatan berupa penggantian gigi yang hilang agar tidak menyebabkan hal-hal diatas.
Gigi tiruan dapat dibagi atas dua jenis, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan
tetap. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian
lepasan (GTSL). Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien
disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi
tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan
kebutuhan pasien (Teofilo & Leles, 2007).
Sebelum melakukan perawatan perlu dilakukan penegakan diagnosis dan
penentuan rencana perawatan. Untuk menegakkan diagnosa dibutuhkan anamnesis
terhadap keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut,
serta pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, serta
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi (Carr et al., 2005)
Pembuatan model diagnostik yang ditanam pada artikulator perlu dilakukan
untuk mendiagnosis dan menentukan rencana perawatan. Rencana perawatan meliputi
perawatan pendahuluan dan desain perawatan yang akan dilakukan. Perawatan

pendahuluan bertujuan untuk mengadakan sanitasi rongga mulut dan menciptakan


kondisi oklusi normal yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya
meliputi tindakan bedah pra-prostetik, perawatan konservasi, perawatan periodontik dan
perawatan ortodontik. Desain perawatan yang akan dilakukan meliputi penentuan gigi
penyangga dan menentukan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan (Rahn et al., 2009).
Pada kasus ini, penderita wanita berusia 40 tahun datang ke klinik
Prostodonsia RSGM untuk membuat gigi tiruan rahang bawah pada giginya yang sudah
dicabut 2 tahun yang lalu. Supaya bisa makan dan tidak kelihatan ompong. Pada rahang
atas, terdapat semua gigi kecuali 28. Pada rahang bawah tidak terdapat gigi 37, 44, 45,
dan 46. Untuk rahang atas, tidak dilakukan pencabutan, tetapi untuk rahang bawah
dilakukan pencabutan pada gigi 38. Pada rahang bawah dengan kehilangan gigi
sebagian, digunakan klasifikasi Kennedy II untuk menentukan desain/konstruksi gigi
tiruan sebagian lepasan yang akan dibuat. Dengan mengetahui klasifikasi Kennedy,
diagnosis dan rencana perawatan pada penderita tersebut dapat ditegakkan.
1.2 Rumusan Masalah

Apakah penanganan yang tepat untuk pasien?

Berdasarkan klasifikasi Kennedy, kasus pada rahang bawah termasuk dalam


klasifikasi apa?

Bagaimana desain gigi tiruan lepasan dan rencana perawatan yang tepat pada
kasus di atas?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui klasifikasi Kennedy dan desain GTSL pada kasus rahang
bawah pasien.

Untuk menentukan desain GTSL dan rencana perawatan yang tepat pada kasus
di atas.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


Gigi Tiruan Sebagian Lepasan merupakan gigi tiruan sebagian yang bisa dilepas

dan dipasang didalam mulut oleh pasien sendiri (Robert W, 2011). Peranti ini
memainkan peranan penting dalam memulihkan fungsi mulut dan kesehatan sistemik
(Q. Xie, 2015) serta sebagai alternatif dengan keuntungan finansial dan biologis, juga
kemudahan dalam perawatan (Souza JEA, 2009). GTSL memberikan pasien alternatif
sementara yang dapat mengembalikan oklusi dimensi vertikal yang hilang. Hal tersebut
membutuhkan waktu untuk adaptasi dengan dimensi yang baru, semenjak penerapan
terapi yang membutuhkan waktu yang lama; mengembalikan mastikasi dan estetika
sebagai petunjuk untuk pengimplementasian pada hasil kerja (Q. Xie., 2015).
Tujuan perawatan yang didapatkan dari GTSL adalah mempertahankan gigi
yang masih tersisa dan mendukung struktur yang masih dalam kondisi baik, merestorasi
estetika dan fonetik, merestorasi dan atau meningkatkan mastikasi, mengembalikan
kesehatan, kenyamanan dan taraf hidup pasien (Robert W, 2011).
2.1.1

Indikasi dan Kontraindikasi GTSL


Banyak studi mengindikasikan penggunaan peranti lepasan untuk mengganti

keberadaan gigi yang hilang dan dapat meningkatkan fungsi mastikasi secara baik tanpa
harus memperbaiki kemampuan pengunyahan. Indikasi GTSL menurut Robert W.
(2011) :
1. Rentang edentulous yang panjang.
2. Adanya abutment dibagian posterior untuk prostesis tetap.
3. Kehilangan atau resorbsi tulang alveolar yang berlebihan.
4. Mengurangi dukungan periodontal pada gigi yang tersisa.
5. Stabilitas lengkung gigi.
6. Diperlukan gigi pengganti setelah ekstraksi gigi.

7. Biaya atau pertimbangan sesuai keinginan pasien.


Kontraindikasi dari pembuatan GTSL yaitu:
1. Penderita yang tidak kooperatif.
2. Umur lanjut, dengn mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita
sebaiknya dibuatkan GT Temporer.
3. Penyakit sistemik.

Khususnya epilepsi.

Penderita Diabetes Melitus (DM) yang tak terkontrol.

4. Oral Hygiene. Pasien dengan OH yang buruk sebaiknya diarahkan ke


Complete Denture (GTL).
2.1.2

Komponen GTSL

Komponen-komponen yang menyusun GTSL adalah (Carr, 2010) :


a. Retainer/penahan
Retainer merupakan bagian GTSL yang berfungsi memberi retensi sehingga
menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Retainer langsung (direct retainer)
Yaitu bagian dari gigi tiruan yang berkontak langsung dengan permukaan
gigi abutment, dan dapat berupa cengkeram atau kaitan presisi.
2. Retainer tidak langsung (indirect retainer)
Yaitu bagian dari gigi tiruan yang memberikan retensi untuk melawan gaya
yang cenderung melepas protesa kearah oklusal dan bekerja pada basis.
Indirect retainer diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Indirect retainer
dapat berupa lengan pengimbang atau sandaran/rest.
b. Basis/Saddle
Bagian dari gigi tiruan sebagian yang mengganti jaringan alveol yang hilang dan
sebagai tempat gigi tiruan. Fungsinya:
1. Mendukung gigi (elemen tiruan).
2. Meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya.

3. Memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan.


Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin akrilik, atau kombinasi keduanya.
c. Konektor
1. Konektor Mayor (utama)
Merupakan bagian dari GTSL yang menghubungkan komponenkomponen yang terdapat pada satu sisi rahang dengan sisi yang lain atau
bagian yang menghubungkan basis dengan retainer. Fungsi konektor utama
adalah menyalurkan daya kunyah yang diterima dari satu sisi kepada sisi
yang lain. Syarat konektor utama adalah rigid, tidak mengganggu gerak
jaringan, tidak menyebabkan tergeseknya mukosa dan gingiva, tepi konektor
utama cukup jauh dari margin gingiva, tepi dibentuk membulat dan tidak
tajam supaya tidak menganggu lidah dan pipi. Konektor utama dapat berupa
bar atau plate tergantung lokasi, jumlah gigi yang hilang, dan rahang mana
yang dibuatkan. Pada rahang atas dapat berupa single palatal bar, U-shaped
palatal connector, antero-posterior palatal bar dan palatal plate. Pada
rahang bawah dapat berupa lingual bar dan lingual plate.
2. Konektor minor
Konektor minor merupakan bagian GTSL yang menghubungkan retainer
direk / indirek dengan bagian yang lain, misalnya sandaran oklusal. Biasanya
diletakkan pada daerah embrasur gigi dan harus berbentuk melancip ke arah
gigi penyangganya.
Fungsi konektor minor adalah meneruskan tekanan oklusal / beban
oklusi ke gigi pegangan, membantu stabilisasi dengan menahan gaya
pelepasan, menghubungkan bagian-bagian GTSL dengan konektor utama,
menyalurkan efek penahan, sandaran dan bagian pengimbangan kepada
sandaran serta mentransfer efek retainer/klamer serta komponen gigi lain ke
gigi tiruan.
2.1.3

Klamer

Klamer adalah bagian GTSL yang berfungsi sebagai direk retainer,


stabilisasi dan mendukung GTSL dengan mengelilingi sebagian gigi penyangga
(Carr, 2010).
Fungsi klamer:
a. Untuk Retensi
Klamer berfungsi untuk menahan pergerakan dari protesa atau GTSL ke arah
oklusal, atau untuk menahan pergerakan protesa secara vertikal. Pergerakan
ini mungkin terjadi akibat beban kunyah pada tiap regio yang berbeda atau
jenis makanan yang agak lengket.
b. Untuk Stabilisasi
Stabilisasi maksudnya adalah klamer dapat menahan gerakan GTSL secara
horizontal akibat pergerakan rahang saat mengunyah. Lengan klamer baik
bagian bukal atau lingual atau palatal memliki fungsi stabilisasi.
c. Untuk menahan beban kunyah ke jaringan periodonsium.
GTSL dapat menekan gingiva bila menerima beban kunyah terlalu besar,
sehingga menimbulkan iritasi dan akan menimbulkan komplikasi lain seperti
hiperplasi gingiva. Oleh karena itu pada GTSL perlu diberi rest untuk
menahan beban kunyah dan menyalurkan beban kunyah pada gigi
penyangga secara vertikal.
2.1.3.1 Desain klamer
Menurut fungsinya, desain klamer dibagi menjadi dua (Carr, 2010):
1) Klamer interdental
Klamer yang fungsinya selain dari retensi dan stabilisasi protesa juga untuk
meneruskan beban kunyah gigi tiruan pada gigi penyangga. Klamer interdental
memiliki bagian yang berada pada oklusal gigi penyangga disebut rest atau
melalui titik kontak antara gigi penjangkaran dengan gigi tetangganya.
a. Klamer 3 jari
Klamer 3 jari memiliki bagian lengan bukal dan lingual, body, bahu, oklusal
rest, bagian retensi dalam akrilik, indikasi klamer 3 jari adalah gigi molar
dan premolar yang gigi tetangganya sudah hilang.

b. Klamer Jackson
Disain klamer ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik. klamer
Jackson diindikasikan untuk gigi molar, premolar yang mempunyai kontak
yang baik di bagian mesial dan distalnya. Bila gigi penyangga terlalu
cembung, seringkali klamer ini sulit masuk pada waktu pemasangan protesa.
c. Klamer Half Jackson
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke
lingual dan terus ke retensi akrilik. Klamer Half Jackson diindikasikan untuk
gigi molar dan premolar yang terlalu cembung sehingga Klamer Half
Jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di antara 2 gigi.
d. Klamer S
Disain Klamer ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik
kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah
masuk ke dalam akrilik. Klamer S diindikasikan untuk kaninus rahang atas,
perlu diperhatikan agar letak Klamer tidak mengganggu oklusi.
2) Klamer paradental
Klamer yang hanya berfungsi untuk retensi dan stabilisasi dari penyangga
sehingga klamer ini tidak memiliki bagian yang melalui bagian oklusal gigi
penyangga.
a. Klamer 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak memiliki rest,
sehingga hanya dapat berfungsi sebagai retensi dan stabilisasi. Indikasi
penggunaan klamer 2 jari adalah pada gigi molar dan premolar.
b. Klamer Gillet
Memiliki entuk yang hampir sama dengan klamer 1/2 jackson paradental
bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema atau bagian

edentulous dan di bagian lingual lurus ke bawah. Indikasi penggunaan pada


gigi molar, premolar dan kaninus.

2.2 Klasifikasi Kennedy


Pada tahun 1925, Dr. Edward Kennedy dari New York memperkenalkan
klasifikasinya. Klasifikasi ini merupakan klasifikasi yang paling popular. Kennedy
berupaya mengklasifikasikan lengkung tak bergigi supaya dapat membantu pembuatan
desain gigi tiruan sebagian lepasan. Klasifikasi ini membagi semua keadaan tak bergigi
menjadi empat macam keadaan. Daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan
dalam empat kelompok tadi, disebut sebagai modifikasi. Berikut merupakan
klasifikasinya (Carr, 2016) :
a. Klas I

: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada ke dua sisi rahang dengan ujung bebas (bilateral free
end).
b. Klas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada,
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja dan berujung bebas

c. Klas III

(unilateral free end).


: daerah tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di bagian
posterior maupun anteriornya dan unilateral.
d. Klas IV
: daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigigigi yang
masih ada dan melewati garis tengah rahang (median line).

Gambar 2.1. Klasifikasi Kennedy berdasarkan kehilangan gigi dan konstruksi GTSL
(Loney, 2011).

Salah satu keuntungan pemakaian klasifikasi ini adalah cara ini memungkinkan
orang melihat dengan cepat bagian rahang yang tidak bergigi lagi. Cara ini juga
memungkinkan pendekatan logis bagi masalah-masalah pembuatan desain. Namun,
klasifikasi ini sulit diterapkan untuk tiap keadaan, tanpa syarat-syarat tertentu. Untuk
memudahkan aplikasinya, digunakan APPLEGATE RULES (1960) yaitu :
a. Klasifikasi baru dapat ditentukan setelah gigi-gigi yang harus dicabut telah selesai
dikerjakan.
b. Apabila M3 hilang dan tidak dibuatkan GT, maka tidak dipertimbangkan dalam
klasifikasi.
c. Apabila M3 ada dan dipakai sebagai gigi abutment, maka diikutkan dalam
klasifikasi.
d. Apabila M2 hilang dan tidak diganti, maka tidak diikutkan dalam klasifikasi.
e. Daerah kehilangan gigi paling posterior selalu menentukan klasifikasi.
f. Daerah edentulous lainnya yg lebih dari ketentuan, disebut sebagai Modifikasi dari
klas yg bersangkutan.
g. Luas dari modifikasi tidak dipertimbangkan hanya jumlah dari penambahan
edentulous area.
h. Klas IV Kennedy tidak ada modifikasi (Loney, 2011).

Modifikasi Klasifikasi Kennedy (Soratur, 2006) :


-

Klas I modifikasi I

: Bila ada satu saddle tambahan pada klas I.

Klas I modifikasi II

: Bila ada dua saddle tambahan pada klas I.

Klas I modifikasi III

: Bila ada tiga saddle tambahan pada klas I.

Klas I modifikasi IV

: Bila ada empat saddle tambahan pada klas I.

Klas II modifikasi I

: Bila ada satu saddle tambahan pada klas II.

Klas II modifikasi II

: Bila ada dua saddle tambahan pada klas II.

Klas II modifikasi III

: Bila ada tiga saddle tambahan pada klas II.

Klas II modifikasi IV

: Bila ada empat saddle tambahan pada klas II.

Klas III modifikasi I

: Bila ada satu saddle tambahan pada klas III.

Klas III modifikasi II

: Bila ada dua saddle tambahan pada klas III.

Klas III modifikasi III

: Bila ada tiga saddle tambahan pada klas III.

Klas III modifikasi IV

: Bila ada empat saddle tambahan pada klas III.

Tidak ada modifikasi pada Klas IV Kennedy karena dimanapun saddle tambahan
diletakkan secara langsung masuk ke salah satu dari ketiga klasifikasi lainnya.
2.3 Prinsip Desain GTSL Kennedy Klas III
GTSL Kennedy Klas II merupakan kasus unilateral daerah tak bergigi diantara
gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya, dengan atau tanpa
modifikasi. Ada 2 macam GTSL yaitu:
1. Unilateral denture, bisa berupa saddle denture, side plate denture, maupun
removable bridge.
2. Bilaterel denture
Indikasi unilateral denture :
1. Kehilangan gigi tidak lebih dari 2 gigi
2. Beban oklusal ringan
3. Gigi penjangkaran tanpa restorasi besar
4. Kedua gigi penjangkaran dengan :

Mahkota klinis yang sempurna

Tumbuh sempurna dan tegak

10

Mahkota anatomis berbentuk genta (cembung)

Mempunyai double bracing and retention

Indikasi bilateral partial denture :


Kehilangan gigi lebih dari dua dengan gigi penjangkaran tidak memenuhi syarat.
Keuntungan bilateral partial denture :
Konstruksi bilateral lebih stabil, bisa berupa:

Tooth borne: gigi penjangkaran sehat, tidak ada kelainan periodontal, kondisi
defek kecil.

Mucosa borne/kombinasi: gigi penjangkaran lemah atau dengan kelainan


periodontal.

BAB 3

11

LAPORAN KASUS
3.1 Data kasus
Penderita wanita usia 40 tahun datang ke prostodonsia RSGM untuk membuat
gigi tiruan rahang bawah pada giginya yang sudah dicabut 2 tahun yang lalu.
Supaya bisa makan dan tidak kelihatan ompong.
3.2 Anamnesis
-

Keluhan utama

Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan untuk menggantikan giginya yang hilang
supaya bisa makan enak

Kesehatan umum baik

3.3 Gambar

Model

Gambar 3.1 : Artikulator

tampak samping

Gambar 3.2 : Artikulator tampak oklusal

12

3.4 Pemeriksaan Klinis: Intra Oral


a. Status umum
: gigi hilang, gigi rotasi, gigi anterior berdesakan
b. Jaringan lunak
:c. Status lokalis
:

Gigi hilang
: 37, 44, 45, dan 46
Gigi karies
:Gigi rotasi
: 43
Gigi abrasi
:Gigi supraerupsi : d. Oklusi
1. Oklusi statik :
- Hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge) :
Sisi kiri
: 26, 25 dengan 36
Sisi kanan
: 16, 17 dengan 47
-

Hubungan gigi posterior (cusp to fossa) :


Sisi kiri
: 26 dengan 36
Sisi kanan
:-

Hubungan gigi anterior (dalam mm) ;


Overjet
: 1,3 mm
Overbite
: 1,5 mm

2. Oklusi dinamik : e. Gangguan oklusi : f. Vestibulum :


1. Dalam
M

2. Dangkal

13

1
g.
1.
2.
3.

Bentuk insisif pertama atas :


Square
Ovoid
Tapering

h. Bentuk ridge : 1. Square


Ka
3

2. Ovoid
3. Tapering
D
Ki

i. Relasi ridge :
2
1. Normal
2. Progeni
3. Prognati
j. Bentuk dalam palatum : 2
1. Square
2. Ovoid
3. Tapering
k. Torus palatinus : 2
1. Besar
2. Kecil
3. Flat
l. Torus mandibularis : 2
1. Besar
2. Kecil
3. Flat
m. Tuber maxillae ; 1. Besar
Ka

n. Exostosis : 1. Ada
M

2. Kecil
Ki

2. Tidak ada
P
A
2

o. Retromylohyoid : 1. Dalam
Ka

4. Flat

2. Dangkal
Ki

Diagnosis:

14

P
-

M
2

Gigi hilang pada 37, 44, 45, dan 46, serta gigi rotasi pada gigi 43.

3.5 Rencana perawatan


Pada perawatan pembuatan GTSL, rencana perawatan dan perawatan
pendahuluan harus ditetapkan terlebih dahulu, karena beberapa keadaan dapat
mempengaruhi keadaan lain. Perawatan pendahuluan bertujuan untuk mengadakan
sanitasi rongga mulut dan menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin
kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya.
A. Rencana Perawatan Alternatif 1
1. Klasifikasi Kennedy klas III modifikasi 1.
2. Anasir gigi tiruan pada gigi 37, 44, 45, 46.
3. Desain GTSL dengan basis akrilik .
4. Direct retainer berupa klamer 3 jari pada gigi 36, 38, 47.
5. Direct retainer berupa klamer half jackson pada gigi 43.

Klamer 3 jari pada


gigi 36 dan 38

Klamer 3 jari pada


gigi 47
Klamer Half
Jackson pada gigi
43

15

B. Rencana Perawatan Alternatif 2


1. Anasir gigi 37,44,45,46
2. Back action clasp pada gigi 36 (direct retainer) dan rest mesial
pada gigi 35 (indirect retainer)
3. Akers clasp pada 47 dan cuspid clasp pada 43 (direct retainer)
4. Lingual bar

BAB 4
PEMBAHASAN
Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan
dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi
gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan
pasien. Tujuan perawatan yang didapatkan dari gigi tiruan sebagian lepasan adalah
mempertahankan gigi yang masih tersisa dan mendukung struktur yang masih dalam
kondisi baik, merestorasi estetika dan fonetik, merestorasi dan atau meningkatkan
mastikasi, mengembalikan kesehatan, kenyamanan dan taraf hidup pasien.
Perawatan pendahuluan bertujuan untuk mempersiapkan kondisi rongga mulut
dan menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya meliputi tindakan bedah pra-prostetik, perawatan konservasi, perawatan
periodontik dan perawatan ortodontik. Pasien harus paham dan melakukan perawatan
pendahuluan sebelum menerima perawatan utama. Perawatan pendahuluan yang
pertama yaitu penjelasan pada pasien akan guna pada GTSL itu sendiri, dengan begitu
pasien akan mengerti tentang desain yang akan digunakan, dan fungsi dari GTSL yang
akan digunakannya sehingga akan mendukung proses perawatan yang akan dilakukan.
Bila pasien tidak menerima penjelasan akan GTSL terlebih dahulu, pasien tidak akan
kooperatif dalam perawatan yang akan diberikan oleh dokter dan tentu akan
mempengaruhi proses perawatan utama.

16

Berikutnya yaitu persiapan pada mulut pasien. Faktor-faktor yang dapat


mengganggu desain dan stabilitas dari GTSL harus diminimalisir. Dalam kasus ini,
perawatan pendahuluan yang dilakukan adalah pra-scalling guna melakukan perawatan
jaringan periodontal pada pasien untuk membersihkan gigi pasien dari kalkulus.
Kerugian pada pasien bila tidak melakukan perawatan pada jaringan periodontal adalah
rendahnya OH pasien. Selain itu, protesa juga tidak dapat tercetak dengan baik karena
terhalang oleh kalkulus yang ada pada rongga mulut pasien. Kemudian dilakukan
pencabutan pada gigi M3 apabila diperlukan (dalam kasus ini, pada perawatan alternatif
dilakukan pencabutan gigi 38). Namun, dalam perawatan utama kasus ini tidak perlu
dilakukan pencabutan gigi M3 karena dirasa gigi cukup baik dan tidak perlu dicabut.
Kemudian tahapan selanjutnya perlu dilakukan survey pendahuluan pada model
pembahasan dengan tujuan untuk membantu menentukan arah pasang GTSL,
menentukan kontur terbesar, undercut gigi, dan jaringan lunak, menentukan desain
klamer, dan menentukan perlu tidaknya modifikasi kontur.
Menurut klasifikasi Kennedy, kehilangan gigi 37, 44, 45, dan 46 merupakan
kasus bonded yang tergolong dalam klasifikasi Kennedy klas III modifikasi 1 pada
rahang bawah, sedangkan pada rahang atas tidak terdapat kehilangan gigi sehingga tidak
ada yang perlu dibuatkan desain gigi tiruan. Pada rahang bawah, tergolong dalam
bilateral partial denture dengan indikasi kehilangan gigi lebih dari dua gigi dan gigi
penjangkaran tidak memenuhi syarat karena pada gigi caninus tidak memiliki double
bracing dan retention. Keuntungan dari konstruksi ini adalah lebih stabil dibandingkan
dengan konstruksi unilateral partial denture.
Tahapan selanjutnya adalah menentukan dukungan. Dalam kasus ini, dipilih
dukungan tooth borne 36, 38, 47, dan 43 dengan pertimbangan bahwa gigi
penjangkaran sehat, tidak ada kelainan periodontal, dan kondisi defek kecil sehingga
kuat digunakan sebagai abutment. Klamer yang digunakan adalah klamer 3 jari pada
gigi 36, 38, 47 dan klamer half jackson pada gigi 43. Klamer 3 jari digunakan pada gigi
36, 38, dan 47 karena merupakan indikasi pada gigi molar yang gigi tetangganya sudah
hilang, berfungsi untuk menerima dan meneruskan beban serta mencegah terlepasnya
GTSL kearah vertikal, dan mencegah gerakan kearah horizontal. Keuntungan dari
konstruksi ini lebih baik karena dukungan diberikan oleh lebih banyak gigi penyangga,

17

namun estetik kurang baik pada gigi kaninus karena klamer pada gigi 43 terlihat dari
depan.

BAB 5
KESIMPULAN
Pada kasus ini adalah kehilangan gigi 37, 44, 45, 46 dan tergolong dalam
klasifikasi Kennedy klas III modifikasi 1 pada rahang bawah, sedangkan pada rahang
atas tidak terdapat kehilangan gigi sehingga tidak ada yang perlu dibuatkan desain gigi
tiruan. Pada kasus ini menggunakan klamer 3 jari pada gigi 36, 38, 47 dan klamer half
jackson pada gigi 43.

18

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K., Phillips, R., Shen, C. and Rawls, H. 2013. Phillips' science of dental
materials. St. Louis, Mo.: Elsevier/Saunders. pp. 93-175
Boari, G. ,Hysenaj, N. , &Boari, A. 2014. The Advantages of Partial Dentures Made
of Cast Framework Cr-Co toward those Made of Resin Based Dentures.
International Journal of Dental Sciences and Research, 2(2), 32-35.
Carr AB, McGivney GP, Brown DT. 2005. Mc Crackens removable partial
prosthodontic. 11 th ed. Elsevier: Mosby. P 271
Carr, A.B., Brown, D.T. 2016. McCrackens Removable Partial Prosthodontics. 13th
Edition. Missouri. Elsevier. Pp: 17.
Carr, McGivney, Brown. 2005. McCrakens Removable Partial Prosthodontics, 11th ed.
Mosby
Gerritsen et al. 2010. Tooth loss and oral health-related quality of life: a systematic
review and meta-analysis. Helth and Quality of Life Outcomes. 8:126
Jacobsen, P. H., & ebrary Academic Complete. 2008. Restorative dentistry: An
integrated approach (2nd ed.). Oxford ; Ames, Iowa: Blackwell.
Keltjens HM, Witter DJ, Creugers NH. Conventional retaining of removable partial
dentures. Ned TijdschrTandheelkd 2009; 116(12): 655-63.

19

Keyf F. 1994. Some properties of elastomeric impression materials used in fixed


prosthodontics. J of Islamic Academy of Sciences. pp. 44-48.
Loney, R.W. 2011. Removable Partial Denture Manual. Canada: Dalhousie University.
Pp: 43-56.
O'Brien, W. 2011. Dental Materials and Their Selection. Berlin: Quintessenz Verlag. pp.
89-99
Powers JM, Wataha JC. 2008. Dental materisals: properties and manipulation. 9th Ed.
United Kingdom: Mosby Elsevier. pp. 172-87.
Rahn AO, Ivanhoe JR, Plummer KD. 2009. Textbook of complete dentures. 6 th
ed.Canada: PMPH-USA, p 45-63
Robert WL. 2011. Removable Partial Denture Manual. Dalhousie University.;1;1-2
Sakaguchi, R. and Powers, J. 2012. Craig's restorative dental materials. St. Louis, Mo.:
Elsevier/Mosby. pp. 270-300
Setiawan, K. and Adenan, A., 2011. Penggunaan gigi tiruan sebagian lepasan kerangka
logam pasca perawatan periodontal. Journal of Dentomaxillofacial Science, pp.97100.
Soratur, S.H. 2006. Essentials of Prosthodontics. 1st Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers (P) LTD. Pp: 128.
Soeyono, B., 2011. Status Karies Dan Faktor Resiko Karies Gigi Pada Wanita Usia 2150 Tahun Di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2010.
Souza JEA, Silva ET, Leles CR. 2009. Prtese parcial overlay: fundamentos clnicos e
relatos de casos. Robrac. 18(47). pp:8-41.
Teofilo LT, Leles CR. Patients self-perceived impacts and prosthodontic needs at the
time and after tooth loss. Braz Dent J 2007; 18 (2): 91-6.
Q. XIE, T. DING & G. YANG. Rehabilitation of oral function with removable dentures
still an option? . Journal of Oral Rehabilitation. 2015;42; 234--242

20

Anda mungkin juga menyukai