PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehilangan gigi geligi dapat disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan
penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor sosio
demografi juga dapat berpengaruh terhadap kehilangan gigi. Kehilangan gigi geligi juga
meningkat seiring dengan bertambahnya usia akibat efek kumulatif dari karies dan
penyakit periodontal (Soeyono, 2011)
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan fungsional yang berkaitan
dengan pengunyahan dan estetika, tergantung pada lokasi kehilangan gigi, yang
akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup (Gerritsen, 2010). Kehilangan gigi juga
dapat menyebabkan gangguan berbicara, biasanya berhubungan dengan kehilangan gigi
anterior. Resorpsi tulang alveolar juga merupakan komplikasi dari kehilangan gigi yang
tidak diganti, karena tulang tidak berfungsi untuk men-support gigi dan jaringan
periodontal (Jacobsen, 2008). Maka dari itu, gigi yang hilang sebaiknya dilakukan
perawatan berupa penggantian gigi yang hilang agar tidak menyebabkan hal-hal diatas.
Gigi tiruan dapat dibagi atas dua jenis, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan
tetap. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian
lepasan (GTSL). Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien
disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi
tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan
kebutuhan pasien (Teofilo & Leles, 2007).
Sebelum melakukan perawatan perlu dilakukan penegakan diagnosis dan
penentuan rencana perawatan. Untuk menegakkan diagnosa dibutuhkan anamnesis
terhadap keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi dan mulut,
serta pengalaman pasien terhadap perawatan prostodontik sebelumnya. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan klinis yang meliputi pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, serta
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi (Carr et al., 2005)
Pembuatan model diagnostik yang ditanam pada artikulator perlu dilakukan
untuk mendiagnosis dan menentukan rencana perawatan. Rencana perawatan meliputi
perawatan pendahuluan dan desain perawatan yang akan dilakukan. Perawatan
Bagaimana desain gigi tiruan lepasan dan rencana perawatan yang tepat pada
kasus di atas?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui klasifikasi Kennedy dan desain GTSL pada kasus rahang
bawah pasien.
Untuk menentukan desain GTSL dan rencana perawatan yang tepat pada kasus
di atas.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dan dipasang didalam mulut oleh pasien sendiri (Robert W, 2011). Peranti ini
memainkan peranan penting dalam memulihkan fungsi mulut dan kesehatan sistemik
(Q. Xie, 2015) serta sebagai alternatif dengan keuntungan finansial dan biologis, juga
kemudahan dalam perawatan (Souza JEA, 2009). GTSL memberikan pasien alternatif
sementara yang dapat mengembalikan oklusi dimensi vertikal yang hilang. Hal tersebut
membutuhkan waktu untuk adaptasi dengan dimensi yang baru, semenjak penerapan
terapi yang membutuhkan waktu yang lama; mengembalikan mastikasi dan estetika
sebagai petunjuk untuk pengimplementasian pada hasil kerja (Q. Xie., 2015).
Tujuan perawatan yang didapatkan dari GTSL adalah mempertahankan gigi
yang masih tersisa dan mendukung struktur yang masih dalam kondisi baik, merestorasi
estetika dan fonetik, merestorasi dan atau meningkatkan mastikasi, mengembalikan
kesehatan, kenyamanan dan taraf hidup pasien (Robert W, 2011).
2.1.1
keberadaan gigi yang hilang dan dapat meningkatkan fungsi mastikasi secara baik tanpa
harus memperbaiki kemampuan pengunyahan. Indikasi GTSL menurut Robert W.
(2011) :
1. Rentang edentulous yang panjang.
2. Adanya abutment dibagian posterior untuk prostesis tetap.
3. Kehilangan atau resorbsi tulang alveolar yang berlebihan.
4. Mengurangi dukungan periodontal pada gigi yang tersisa.
5. Stabilitas lengkung gigi.
6. Diperlukan gigi pengganti setelah ekstraksi gigi.
Khususnya epilepsi.
Komponen GTSL
Klamer
b. Klamer Jackson
Disain klamer ini mulai dari palatal/lingual, terus ke oklusal di atas titik
kontak, turun ke bukal melalui di bawah lingkaran terbesar, naik lagi ke
oklusal di atas titik kontak, turun ke lingual masuk retensi akrilik. klamer
Jackson diindikasikan untuk gigi molar, premolar yang mempunyai kontak
yang baik di bagian mesial dan distalnya. Bila gigi penyangga terlalu
cembung, seringkali klamer ini sulit masuk pada waktu pemasangan protesa.
c. Klamer Half Jackson
Disainnya mulai dari bukal terus ke oklusal di atas titik kontak, turun ke
lingual dan terus ke retensi akrilik. Klamer Half Jackson diindikasikan untuk
gigi molar dan premolar yang terlalu cembung sehingga Klamer Half
Jackson sulit melaluinya ada titik kontak yang baik di antara 2 gigi.
d. Klamer S
Disain Klamer ini mulai dari bukal terus ke oklusal/insisal di atas titik
kontak, turun ke lingual melalu atas cingulum, kemudian turun ke bawah
masuk ke dalam akrilik. Klamer S diindikasikan untuk kaninus rahang atas,
perlu diperhatikan agar letak Klamer tidak mengganggu oklusi.
2) Klamer paradental
Klamer yang hanya berfungsi untuk retensi dan stabilisasi dari penyangga
sehingga klamer ini tidak memiliki bagian yang melalui bagian oklusal gigi
penyangga.
a. Klamer 2 jari
Disainnya sama dengan cengkeram 3 jari, hanya tidak memiliki rest,
sehingga hanya dapat berfungsi sebagai retensi dan stabilisasi. Indikasi
penggunaan klamer 2 jari adalah pada gigi molar dan premolar.
b. Klamer Gillet
Memiliki entuk yang hampir sama dengan klamer 1/2 jackson paradental
bedanya cengkeram ini melalui bagian proksimal dekat diastema atau bagian
: daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang masih ada
dan berada pada ke dua sisi rahang dengan ujung bebas (bilateral free
end).
b. Klas II : daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada,
tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja dan berujung bebas
c. Klas III
Gambar 2.1. Klasifikasi Kennedy berdasarkan kehilangan gigi dan konstruksi GTSL
(Loney, 2011).
Salah satu keuntungan pemakaian klasifikasi ini adalah cara ini memungkinkan
orang melihat dengan cepat bagian rahang yang tidak bergigi lagi. Cara ini juga
memungkinkan pendekatan logis bagi masalah-masalah pembuatan desain. Namun,
klasifikasi ini sulit diterapkan untuk tiap keadaan, tanpa syarat-syarat tertentu. Untuk
memudahkan aplikasinya, digunakan APPLEGATE RULES (1960) yaitu :
a. Klasifikasi baru dapat ditentukan setelah gigi-gigi yang harus dicabut telah selesai
dikerjakan.
b. Apabila M3 hilang dan tidak dibuatkan GT, maka tidak dipertimbangkan dalam
klasifikasi.
c. Apabila M3 ada dan dipakai sebagai gigi abutment, maka diikutkan dalam
klasifikasi.
d. Apabila M2 hilang dan tidak diganti, maka tidak diikutkan dalam klasifikasi.
e. Daerah kehilangan gigi paling posterior selalu menentukan klasifikasi.
f. Daerah edentulous lainnya yg lebih dari ketentuan, disebut sebagai Modifikasi dari
klas yg bersangkutan.
g. Luas dari modifikasi tidak dipertimbangkan hanya jumlah dari penambahan
edentulous area.
h. Klas IV Kennedy tidak ada modifikasi (Loney, 2011).
Klas I modifikasi I
Klas I modifikasi II
Klas I modifikasi IV
Klas II modifikasi I
Klas II modifikasi II
Klas II modifikasi IV
Tidak ada modifikasi pada Klas IV Kennedy karena dimanapun saddle tambahan
diletakkan secara langsung masuk ke salah satu dari ketiga klasifikasi lainnya.
2.3 Prinsip Desain GTSL Kennedy Klas III
GTSL Kennedy Klas II merupakan kasus unilateral daerah tak bergigi diantara
gigi-gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya, dengan atau tanpa
modifikasi. Ada 2 macam GTSL yaitu:
1. Unilateral denture, bisa berupa saddle denture, side plate denture, maupun
removable bridge.
2. Bilaterel denture
Indikasi unilateral denture :
1. Kehilangan gigi tidak lebih dari 2 gigi
2. Beban oklusal ringan
3. Gigi penjangkaran tanpa restorasi besar
4. Kedua gigi penjangkaran dengan :
10
Tooth borne: gigi penjangkaran sehat, tidak ada kelainan periodontal, kondisi
defek kecil.
BAB 3
11
LAPORAN KASUS
3.1 Data kasus
Penderita wanita usia 40 tahun datang ke prostodonsia RSGM untuk membuat
gigi tiruan rahang bawah pada giginya yang sudah dicabut 2 tahun yang lalu.
Supaya bisa makan dan tidak kelihatan ompong.
3.2 Anamnesis
-
Keluhan utama
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan untuk menggantikan giginya yang hilang
supaya bisa makan enak
3.3 Gambar
Model
tampak samping
12
Gigi hilang
: 37, 44, 45, dan 46
Gigi karies
:Gigi rotasi
: 43
Gigi abrasi
:Gigi supraerupsi : d. Oklusi
1. Oklusi statik :
- Hubungan gigi posterior (cusp to marginal ridge) :
Sisi kiri
: 26, 25 dengan 36
Sisi kanan
: 16, 17 dengan 47
-
2. Dangkal
13
1
g.
1.
2.
3.
2. Ovoid
3. Tapering
D
Ki
i. Relasi ridge :
2
1. Normal
2. Progeni
3. Prognati
j. Bentuk dalam palatum : 2
1. Square
2. Ovoid
3. Tapering
k. Torus palatinus : 2
1. Besar
2. Kecil
3. Flat
l. Torus mandibularis : 2
1. Besar
2. Kecil
3. Flat
m. Tuber maxillae ; 1. Besar
Ka
n. Exostosis : 1. Ada
M
2. Kecil
Ki
2. Tidak ada
P
A
2
o. Retromylohyoid : 1. Dalam
Ka
4. Flat
2. Dangkal
Ki
Diagnosis:
14
P
-
M
2
Gigi hilang pada 37, 44, 45, dan 46, serta gigi rotasi pada gigi 43.
15
BAB 4
PEMBAHASAN
Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan
dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi
gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan
pasien. Tujuan perawatan yang didapatkan dari gigi tiruan sebagian lepasan adalah
mempertahankan gigi yang masih tersisa dan mendukung struktur yang masih dalam
kondisi baik, merestorasi estetika dan fonetik, merestorasi dan atau meningkatkan
mastikasi, mengembalikan kesehatan, kenyamanan dan taraf hidup pasien.
Perawatan pendahuluan bertujuan untuk mempersiapkan kondisi rongga mulut
dan menciptakan kondisi oklusi normal yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan
pendukungnya meliputi tindakan bedah pra-prostetik, perawatan konservasi, perawatan
periodontik dan perawatan ortodontik. Pasien harus paham dan melakukan perawatan
pendahuluan sebelum menerima perawatan utama. Perawatan pendahuluan yang
pertama yaitu penjelasan pada pasien akan guna pada GTSL itu sendiri, dengan begitu
pasien akan mengerti tentang desain yang akan digunakan, dan fungsi dari GTSL yang
akan digunakannya sehingga akan mendukung proses perawatan yang akan dilakukan.
Bila pasien tidak menerima penjelasan akan GTSL terlebih dahulu, pasien tidak akan
kooperatif dalam perawatan yang akan diberikan oleh dokter dan tentu akan
mempengaruhi proses perawatan utama.
16
17
namun estetik kurang baik pada gigi kaninus karena klamer pada gigi 43 terlihat dari
depan.
BAB 5
KESIMPULAN
Pada kasus ini adalah kehilangan gigi 37, 44, 45, 46 dan tergolong dalam
klasifikasi Kennedy klas III modifikasi 1 pada rahang bawah, sedangkan pada rahang
atas tidak terdapat kehilangan gigi sehingga tidak ada yang perlu dibuatkan desain gigi
tiruan. Pada kasus ini menggunakan klamer 3 jari pada gigi 36, 38, 47 dan klamer half
jackson pada gigi 43.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K., Phillips, R., Shen, C. and Rawls, H. 2013. Phillips' science of dental
materials. St. Louis, Mo.: Elsevier/Saunders. pp. 93-175
Boari, G. ,Hysenaj, N. , &Boari, A. 2014. The Advantages of Partial Dentures Made
of Cast Framework Cr-Co toward those Made of Resin Based Dentures.
International Journal of Dental Sciences and Research, 2(2), 32-35.
Carr AB, McGivney GP, Brown DT. 2005. Mc Crackens removable partial
prosthodontic. 11 th ed. Elsevier: Mosby. P 271
Carr, A.B., Brown, D.T. 2016. McCrackens Removable Partial Prosthodontics. 13th
Edition. Missouri. Elsevier. Pp: 17.
Carr, McGivney, Brown. 2005. McCrakens Removable Partial Prosthodontics, 11th ed.
Mosby
Gerritsen et al. 2010. Tooth loss and oral health-related quality of life: a systematic
review and meta-analysis. Helth and Quality of Life Outcomes. 8:126
Jacobsen, P. H., & ebrary Academic Complete. 2008. Restorative dentistry: An
integrated approach (2nd ed.). Oxford ; Ames, Iowa: Blackwell.
Keltjens HM, Witter DJ, Creugers NH. Conventional retaining of removable partial
dentures. Ned TijdschrTandheelkd 2009; 116(12): 655-63.
19
20