Anda di halaman 1dari 10

Pengertian Desain Komunikasi Visual

Pengertian Desain Komunikasi Visual


Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan kreatif,
teknik dan media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual, termasuk audio dengan
mengolah elemen desain grafis berupa bentuk gambar, huruf dan warna, serta tata letaknya,
sehingga pesan dan gagasan dapat diterima oleh sasarannya.
Desain Komunikasi Visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual
berupa pengolahan pesan-pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang
ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau
gagasan yang disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan,
peningkatan citra dan publikasi program pemerintah.
Pada prinsipnya desain komunikasi visual adalah perancangan untruk menyampaikan pola pikir dari
penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien
dan tepat. terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehingga dapat mengubah sikap
positif sasaran. elemen desain komunikasi visual adalah gambar/ foto, huruf, warna dan tata letak
dalam berbagai media. baik media cetak, massa, elektronika maupun audio visual. Akar bidang
desain komunikasi visual adalah komunikasi budaya, komunikasi sosial dan komunikasi ekonomi.
Sejarah Desain Komunikasi Visual
Sejak jaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi visual. Bentuk
komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah piktogram yang digunakan untuk menceritakan
kejadian sehari-hari pada Jaman Gua (Cave Age), bentuk lain adalah hieroglyphics yang digunakan
oleh bangsa Mesir. Kemudian seiring dengan kemajuan jaman dan keahlian manusia, bentuk-bentuk
ini beralih ke tulisan, contohnya prasasti, buku, dan lain-lain. Dengan perkembangan kreatifitas
manusia, bentuk tulisan ini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk yang lebih menarik dan
komunikatif, contohnya seni panggung dan drama; seperti sendratari Ramayana, seni pewayangan
yang masih menjadi alat komunikasi yang sangat efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu profesi, Desain Komunikasi Visual baru berkembang sekitar tahun 1950-an.
Sebelum itu, jika seseorang hendak menyampaikan atau mempromosikan sesuatu secara visual,
maka ia harus menggunakan jasa dari bermacam-macam seniman spesialis. Spesialis-spesialis ini
antara lain adalah visualizers (seniman visualisasi); typographers (penata huruf), yang merencanakan
dan mengerjakan teks secara detil dan memberi instruksi kepada percetakan; illustrators, yang
memproduksi diagram dan sketsa dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, desain komunikasi visual telah melengkapi pekerjaan dari agen
periklanan dan tidak hanya mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah dan surat kabar yang
menampilkan iklan tersebut.Desainer komunikasi visual telah menjadi bagian dari kelompok dalam
industri komunikasi dunia periklanan, penerbitan majalah dan surat kabar, pemasaran dan
hubungan masyarakat (public relations).
Desain Komunikasi Visual baru populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang dikenalkan oleh
desainer grafis asal Belanda bernama Gert Dumbar. Karena menurutnya desain grafis tidak hanya
mengurusi cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving image, audio visual, display dan
pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas.
Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual seperti yang kita kenal sekarang ini.
Adapun Fungsi Desain Komunikasi Visual yaitu :
Sebagai sarana identifikasi
Fungsi dasar yang utama dari desain komunikasi visual adalah sebagai sarana identifikasi. Identitas
seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya. Demikian juga dengan
suatu benda atau produk, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk itu dan
mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya

sebagai sarana informasi dan instruksi


Sebagai sarana informasi dan instruksi, desain komunikasi visual bertujuan menunjukkan hubungan
antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala; contohnya peta,
diagram, simbol dan penunjuk arah.
sebagai sebagai sarana presentasi dan promosi
Tujuan dari desain komunikasi visual sebagai sarana presentasi dan promosi adalah untuk
menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan
tersebut dapat diingat; contohnya poster.

Mengenal Desain Komunikasi Visual


September 15, 2008
gogorbangsa Komunikasi Visual 15 Comments
Apa itu Desain Komunikasi Visual?
Meski dewasa ini istilah desain komunikasi visual sudah banyak dikenal luas,
namun masih saja banyak yang awam terhadap istilah tersebut. Terlebih 10 atau
20 tahun silam ketika saya mulai mengambil kuliah ilmu tersebut. Pun juga hari
ini, desain komunikasi visual masih terasa asing di telinga beberapa orang.
Orang banyak mengira bahwa desain komunikasi visual itu identik dengan iklan.
Benar memang, namun tidak sepenuhnya betul. Iklan adalah hanya salah satu
bidang yang dihasilkan oleh desain komunikasi visual. Saya punya pengalaman
nyata mengenai persepsi orang terhadap bidang desain komunikasi visual ini.
Ada orangtua calon mahasiswa yang menentang keras anaknya masuk ke
program studi desain komunikasi visual ini. Apa pasal? Ternyata si orangtua tak
rela anaknya kelak menjadi tukang bikin spanduk. Pokoknya tidak! Anakku tak
boleh jadi tukang spanduk atau bikin stempel di pinggir jalan! begitu katanya.
Ya, kita tak bisa salahkan si orangtua calon mahasiswa tersebut, karena bidang
desain komunikasi visual ini perlu sedikit penjelasan yang agak panjang.
Jika kita melihat di sekeliling kita, sebenarnya tidak kita sadari bahwa kehidupan
kita sehari-hari dilingkupi oleh produk-produk bidang desain komunikasi visual.
Mulai dari kita bangun pagi hingga terlelap di peraduan, desain komunikasi
visual mengiringi kita sepanjang hari hidup kita.
Desain komunikasi visual sendiri berasal dari tiga kata, desain (dari bahasa
Inggris designyang diambil dari bahasa Latin designare) yang artinya
merencanakan atau merancang. Dalam hal ini ada unsur untuk mengenali
permasalahan, menetapkan tujuan dan menentukan pemecahan.
Kemudian kata komunikasi yang berarti menyampaikan suatu pesan dari
komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui
suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa
Inggris communicationyang diambil dari bahasa Latin communicatio yang artinya
berbagi/membagi.

Sementara kata visual sendiri bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan
direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Berasal dari kata
Latin videre yang artinya melihat yang kemudian dimasukkan ke dalam bahasa
Inggris visual.
Jadi desain komunikasi visual bisa dikatakan sebagai seni menyampaikan
pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual
language) yang disampaikan melalui media berupa desain. Dengan tujuan
menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target
audience sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Bahasa rupa yang dipakai
berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan
sebagainya yang disusun berdasarkan khaidah bahasa visual yang khas. Isi
pesan diungkapkan secara kreatif dan komunikatif serta mengandung solusi
untuk permasalahan yang hendak disampaikan (sosial maupun komersial
ataupun berupa informasi, identifikasi maupun persuasi).

Sekilas Sejarah Istilah Desain Komunikasi Visual di Indonesia


Istilah desain komunikasi visual yang baru populer belakangan ini,
sebenarnya baru dikenal di Indonesia pada awal tahun 1980-an. Dimunculkan
oleh Gert Dumbar (seorang desainer grafis Belanda) pada tahun 1977, karena
menurutnya desain grafis tidak hanya mengurusi cetak-mencetak saja. Namun
juga mengurusi moving image, audio visual,display dan pameran. Sehingga
istilah desain grafis tidaklah cukup menampung perkembangan yang kian luas.
Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual seperti yang kita kenal
sekarang ini.

Apa Beda Desain Komunikasi Visual dan Desain Grafis?


Banyak orang seringkali bingung dengan beberapa istilah yang hampir
sama. Kita seringkali mendengar tentang istilah yang hampir mirip selain desain
komunikasi visual, yaitu desain grafis dan seni grafis.
Istilah desain komunikasi visual sendiri sudah dijelaskan di atas. Sedangkan
desain grafis sendiri memang salah satu istilah yang paling sering
disalahtukarkan dengan Desain komunikasi visual. Memang keduanya sangat
berhubungan erat, namun sebenarnya ada perbedaan di antara keduanya.
Desain grafis atau graphic design. Kata grafis menurut etimologi adalah
berasal dari kata graphic (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa
Latin graph (yang diadopsi kata Yunani graphikos), yang berarti menulis,
menggores atau menggambar di atas batu.
Desain sendiri merupakan proses pemikiran dan perasaan yang akan
menciptakan sesuatu, dengan menggabungkan fakta, konstruksi, fungsi dan
estetika untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain grafis adalah suatu konsep

pemecahan masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, guna dan pemakaian
yang diungkapkan dalam gambar dan bentuk. Dalam desain grafis masalahnya
mencakup berbagai bidang seperti teknik perencanaan gambar, bentuk, simbol,
huruf, fotografi dan proses cetak disertai pula dengan pengetahuan tentang
bahan dan biaya.
Tujuan desain grafis selain menciptakan desain atau perencanaan fungsional
estetis, namun juga yang informatif dan komunikatif dengan masyarakat.
Dilengkapi pula dengan pemahaman mengenai psikologi massa dan teori-teori
pemasaran, sehingga karya-karya desain grafis ini bisa merupakan alat promosi
yang ampuh.
Orang yang berkarya di bidang desain grafis maka disebut sebagai desainer
grafis (graphic designer), namun anehnya orang yang bekerja di bidang desain
komunikasi visual, sangat jarang sekali disebut sebagai desainer komunikasi
visual. Biasanya sebutan yang diberikan tetap saja desainer grafis.
Seni grafis sedangkan seni grafis (dan ini paling sering disalahartikan sama
sebagai desain grafis) adalah masuk ke dalam seni murni (fine arts). Sementara
desain grafis masuk ke dalam kelompok seni terapan (applied arts). Ya, dalam
khazanah seni, ada penggolongan seni menjadi seni murni dan seni terapan.
Disebut sebagai seni murni adalah jika tujuan penciptaan seni adalah untuk
semata-mata untuk kepuasan bathin dan ekspresi sang seniman semata.
Sedangkan seni terapan adalah seni yang tujuan penciptaannya adalah untuk
memenuhi suatu kebutuhan.
Seni grafis adalah sebuah cabang seni rupa murni yang mempergunakan teknik
cetak untuk penciptaan karyanya, misalnya dengan: sablon/cetak saring, cap,
cungkil kayu (wood carving), engraving, litografi, cetak digital,
etsa, mezzotint, aquatint, drypoint.

Unsur Dan Prinsip Desain Komunikasi Visual


Ada dua hal lagi yang harus dipahami oleh seorang desain komunikasi visual
yaitu tentamg prinsip dan unsure di dalam DKV, mengapa ini menjadi penting ? Jelas
Karena seorang desainer harus tahu unsur apa saja yang membalut pada DKV dan
Prinsip ynag harus dipegang oleh seorang desainer.
Jika anda sebagai seorang desainer tidak paham akan hal ini anda akan susah untuk
menyampaikan suatu pesan dan berpotensi untuk terjadinya miss communication.
Sebelum hal itu terjadi, sekarang akan saya jelaskan lebih lengkap. Kita mulai dari UnsurUnsur DKV yaitu
1.
Warna (Color)
Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena dengan warna orang bisa
menampilkan identitas, menyampaikan pesan atau membedakan sifat dari bentukbentuk bentuk visual secara jelas. Dalam prakteknya warna dibedakan menjadi dua:
yaitu warna yang ditimbulkan karena sinar (Additive color/RGB) yang biasanya digunakan
pada warna lampu, monitor, TV dan sebagainya, dan warna yang dibuat dengan unsurunsur tinta atau cat (Substractive color/CMYK) yang biasanya digunakan dalam proses
pencetakan gambar ke permukaan benda padat seperti kertas, logam, kain atau plastik.

2.

Format

Format adalah unsur lain dalam desain yang mendefinisikan besar kecilnya suatu obyek.
(mencakup semua elemen DKV) Dengan menggunakan unsur ini Anda dapat
menciptakan kontras dan penekanan (emphasis) pada obyek desain anda sehingga
orang akan tahu mana yang akan dilihat atau dibaca terlebih dahulu. Hal ini
memudahkan anda untuk menyampaikan pesan yang sangat penting , penting dan
kurang penting yang terlihar dari ukuran (format ) suatu elemen tersebut. Jika elemen itu
dibuat lebih bsar dari yang lain berarti itu menjadi hal yang sangat penting untuk
sampaikan begitu juga sebaliknya.
3.
Tekstur (Texture)
Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan
cara dilihat atau diraba. Yang pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai
corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, cat
dinding, cat canvas, dan lain sebagainya.
Tekstur dibagi menjadi dua yaitu Tekstur nyata dan Semu. Pada DKV tekstur yang lebih
sering digunakan adalah tekstur semu. Hal ini dapat memudahkan pekerjaaan seorang
desainer Karena dapat menimbulakan tekstur kasar seperti kayu, batu dan yang lainnya
tanpa harus langsung menggunakan benda-benda itu begitu juga dengan tekstur halus
yang lebih mudah mendapatkan kesan halus ketika menggunakan tekstur semu (tidak
Nyata)
4.

Ruang (Space)

Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya, pada praktek
desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain dan dinamika desain
grafis. Sebagai contoh, tanpa ruang Anda tidak akan tahu mana kata dan mana kalimat
atau paragraf. Tanpa ruang Anda tidak tahu mana yang harus dilihat terlebih dahulu,
kapan harus membaca dan kapan harus berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya
pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar
belakang (background).
Unsur ini sangat menentukan kenyamanan membaca Karena jika tidak ada ruang pada
suatu desain maka yang terlihat sangatlah sesak begitu juga bila terlalu banyak ruang
kosong pada desain maka akan terlihat hampa. Disini lah seorang desainer dituntut
untuk pintar memanfaatkan suatu ruang pada bidang kosong.
5.
Garis (Line)
Sebuah garis adalah unsur desain yang menghubungkan antara satu titik poin dengan
titik poin yang lain sehingga bisa berbentuk gambar garis lengkung (curve) atau lurus
(straight). Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain. Di
dalam duni a komunikasi visual seringkali kita menggunakan dotted line, solid line, dan
garis putus-putus.
Garis juga memiliki suatu arti dan anda harus tahu hal ini seperti garis vertical memiliki
kesan stabil, gagah,dan elegan sedangkan garis horizontal memilki arti pasif, tenag dan
damai sementara garis diagonal memiliki kesan aktif, dinamis dan menarik perhatian
6.

Bentuk (Shape)

Bentuk adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan lebar. Bentuk dasar yang
dikenal orang adalah kotak (rectangle), lingkaran (circle), dan segitiga (triangle). Pada

desain komunikasi visual kita akan mempelajari bentuk dasar dan bentuk turunan.
Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
A.) Huruf (Character) : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat
digunakan untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal dengan bentuk
visual langsung, seperti A, B, C, dsb.
B.) Simbol (Symbol) : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili bentuk
benda secara sederhana dan dapat dipahami secara umum sebagai simbol atau lambang
untuk menggambarkan suatu bentuk benda nyata, misalnya gambar orang, bintang,
matahari dalam bentuk sederhana (simbol), bukan dalam bentuk nyata (dengan detail).
C.) Bentuk Nyata (Form) : bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari suatu
obyek. Seperti gambar manusia secara detil, hewan atau benda lainnya.
Prinsip-prinsip DKV sebenarnya memiliki acuan pada seni rupa pada umumnya karena
terkait dengan suatu estetika pada seni itu sendiri yang terdiri dari 5 bagian yaitu
1.
Kesatuan (Unity)
Kesatuan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa yang sangat penting. Tidak
adanya kesatuan dalam sebuah karya rupa akan membuat karya tersebut terlihat ceraiberai, kacau-balau yang mengakibatkan karya tersebut tidak nyaman dipandang. Prinsip
ini sesungguhnya adalah prinsip hubungan. Jika salah satu atau beberapa unsur rupa
mempunyai hubungan (warna, raut, arah, dll), maka kesatuan telah tercapai.
2.
Keseimbangan (Balance)
Karya seni dan desain harus memiliki keseimbangan agar nyaman dipandang dan tidak
membuat gelisah. Seperti halnya jika kita melihat pohon atau bangunan yang akan
roboh, kita measa tidak nyaman dan cenderung gelisah. Keseimbangan adalah keadaan
yang dialami oleh suatu benda jika semua dayan yang bekerja saling meniadakan. Dalam
bidang seni keseimbangan ini tidak dapat diukur tapi dapat dirasakan, yaitu suatu
keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani.
3.
Proporsi (Proportion)
Proporsi termasuk prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keserasian. Untuk
memperoleh keserasian dalam sebuah karya diperlukan perbandingan perbandingan
yang tepat. Pada dasarnya proporsi adalah perbandingan matematis dalam sebuah
bidang. Proporsi Agung (The Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan
dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini
menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618, sering
juga dipakai 8 : 13. Konon proporsi ini adalah perbandingan yang ditemukan di bendabenda alam termasuk struktur ukuran tubuh manusia sehingga dianggap proporsi yang
diturunkan oleh Tuhan sendiri. Dalam bidang desain proporsi ini dapat kita lihat dalam
perbandingan ukuran kertas dan layout halaman.
4.
Irama (Rhythm)
Irama adalah pengulangan gerak yang teratur dan terus menerus. Dalam bentuk bentuk
alam bisa kita ambil contoh pengulangan gerak pada ombak laut, barisan semut, gerak
dedaunan, dan lain-lain. Prinsip irama sesungguhnya adalah hubungan pengulangan dari
bentuk bentuk unsur rupa.
5.
Dominasi (Domination)
Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada dalam karya seni
dan deisan. Dominasi berasal dari kata Dominance yang berarti keunggulan . Sifat
unggul dan istimewa ini akan menjadikan suatu unsure sebagai penarik dan pusat
perhatian. Dalam dunia desain, dominasi sering juga disebut Center of Interest, Focal
Point dan Eye Catcher. Dominasi mempunyai bebrapa tujuan yaitu untuk menarik
perhatian, menghilangkan kebosanan dan untuk memecah keberaturan.

PENGERTIAN DAN SEJARAH DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

PENGERTIAN DESIGN KOMUNIKASI VISUAL


Istilah Desain Komunikasi Visual sudah sering didengar, namun masih saja banyak yang
belum mengetahui sebenarnya istilah tersebut dan sejauh mana ruang lingkup hingga
pengaruhnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagian orang secara gampang mengartikan
Desain Komunikasi Visual identik dengan tukang reklame atau pekerjaan tukang bikin iklan
di sepanjang jalan dengan papan nama yang bertuliskan advertising menerima pesanan
sepanduk satu jam jadi, cetak undangan, sablon dll. Itulah gambaran sekilas dari sebagian
masyarakat kita, sehingga mereka memandang sebelah mata orang yang bergelut di dunia
desain.
Ada juga sebagian orang yang mengira bahwa Desain Komunikasi Visual ( DKV ) itu identik
dengan iklan. Memang tidaklah salah pernyataan tersebut, namun juga tidak sepenuhnya
benar. Iklan hanya salah satu bidang yang dihasilkan oleh desain komunikasi visual.
Sedangkan menurut suber dari wikipedia Desain komunikasi visual atau lebih dikenal di
kalangan civitas akademik di Indonesia dengan singkatan DKV pada dasarnya merupakan
istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai
pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain
Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing),
lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang
kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan.
Proses komunikasi disini melalui eksplorasi ide-ide dengan penambahan gambar baik itu
berupa foto, diagram dan lain-lain serta warna selain penggunaan teks sehingga akan
menghasilkan efek terhadap pihak yang melihat. Efek yang dihasilkan tergantung dari tujuan
yang ingin disampaikan oleh penyampai pesan dan juga kemampuan dari penerima pesan
untuk menguraikannya.
Bagi kalangan praktisi periklanan dan dunia akademik di bidang komunikasi istilah ini telah
dikenal, walaupun Desain Komunikasi Visual merupakan istilah yang baru (sebelumnya
dikenal dengan desain grafis). Kalangan akademis menyebutnya pun beragam, ada yang
menyebut sebagai DKV ( Dekave ) atau DISKOMVIS, yang merupakan akronim dari Desain
Komunikasi Visual.
Asal Kata Desain Komunikasi Visual
Jika kita memulai mendefinisikan Desain Komunikasi Visual ditinjau dari asal kata
(etimologi) istilah ini terdiri dari tiga kata, desain diambil dari kata designo (Itali) yang
artinya gambar. Sedang dalam bahasa Inggris desain diambil dari bahasa Latin designare)
yang artinya merencanakan atau merancang. Dalam dunia seni rupa istilah desain dipadukan
dengan reka bentuk, reka rupa, rancangan atau sketsa ide.
Kemudian kata komunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator ( penyampai
pesan ) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu.
Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa
Latin communis yang berarti sama ( dalam Bahasa Inggris:common ). Kemudian
komunikasi kemudian dianggap sebagai proses menciptakan suatau kesamaan

( commonness ) atau suatau kesatuan pemikiran antara pengirim ( komunikator ) dan


penerima ( komunikan ).
Sementara kata visual bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera
penglihatan kita yaitu mata. Berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang
kemudian dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual.
Jadi Desain Komunikasi Visual bisa dikatakan sebagai seni menyampaikan pesan ( arts of
commmunication ) dengan menggunakan bahasa rupa ( visual language ) yang disampaikan
melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga
merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang
Bahasa
rupa
yang
dipakai
berbentuk
grafis,
tanda,
simbol,
ilustrasi
gambar/foto,tipografi/huruf dan sebagainya yang disusun berdasarkan kaidah bahasa visual
yang khas berdasar ilmu tata rupa.
SEJARAH DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Di Indonesia, Desain grafis dan cabang desain lainnya hadir berkat digalakannya
kolonilaisasi. Pada masa pendudukan Belanda, pemerintahannya pernah menunjuk
beberapa seniman untuk melakukan studi landscape di Indonesia untuk merekam eksotisme
negara ini yang kemudian dituangkan dalam karya lukisan yang berkesan romantis dan
beberapa teknk cetak seperti wood engravingdan lithography. Karena memang pada masa
ini seni rupa Barat sedang merayakan romantisme yang kajian visualnya seringkali ditujukan
pada landscape dan peristiwa heroik, yang dikenal dengan istilah mooi indie, atau hindia
yang cantik. Berangkat darinyalah desain grafis mulai diperkenakan secara tidak langsung
kepada rakyat Indonesia. penguasaan teknik cetak pun bukan dari akademi, namun sebatas
dari obrolan dan interaksi dengan orang asing. Mesin cetak pertama kali di datangkan ke
pulau Jawa pada tahun 1659. Karena tidak ada operatornya, mesin itu menganggur sampai
berpuluh-puluh tahun. Tujuan misionaris mendatangkan mesin cetak erat kaitannya dengan
niat mereka untuk mencetak kitab suci dan buku-buku pendidikan Kristen. Selain mencetak
kitab suci, mereka juga menerbitkan surat kabar berhaluan pendidikan Kristen. moving
image,display dan pameran. Sejak tahun 1979, istilah desain komunikasi visual mulai
dipakai menggantikan istilah desain grafis.
Akhir 1970 dan seterusnya, tumbuh perusahaan-perusahaan desain grafis yang
sepenuhnya dipimpin oleh desainer grafis. Berbeda dengan biro iklan, perusahaanperusahaan ini mengkhususkan diri pada desain-desain non-iklan, beberapa di antaranya
adalah Vision (Karnadi Mardio), Grapik Grapos Indonesia (Wagiono Sunarto, Djodjo Gozali,
S Prinka dan Priyanto Sunarto), Citra Indonesia (Tjahjono Abdi dan Hanny Kardinata) dan
GUA Graphic (Gauri Nasution). Di Bandung sebelumnya sudah ada design center Decenta
yang didirikan pada tahun 1973, antara lain oleh AD Pirous, T Sutanto, Priyanto Sunarto,
yang walau lebih mengandalkan pada disiplin seni grafis juga menangani beragam produk
desain grafis, mulai sampul buku, kartu ucapan, logo, kalender, pameran dan elemen estetis
gedung.

Periode awal 1980 mencatat perkembangan jumlah perusahaan desain grafis yang cukup
signifikan di Jakarta, antara lain: Gugus Grafis (FX Harsono, Gendut Riyanto), Polygon (Ade
Rastiardi, Agoes Joesoef), Adwitya Alembana (Iwan Ramelan, Djodjo Gozali), dan di
Bandung: Zee Studio (Iman Sujudi, Donny Rachmansjah), MD Grafik (Markoes
Djajadiningrat), Studio OK! (Indarsjah Tirtawidjaja dkk), dll.
Menjelang akhir 1990-an, konsepsi baru seni global yang diberi tajuk postmodernisme yang
digalakan sampai sekarang ini membawa arus perubahan dan kebaruan yang radikal dan
kritis pada seni rupa Indonesia, tidak terlepas seni grafis. Penyampaian idea yang dimiliki
seiman pada karya dituangkan pada
media dan material yang dianggap tidak lazim pada masanya. Seperti lahirnya performance
art, instalasi, dan media lainnya yang unik dan mengundang kontroversi. Seperti pada
Bienalle IX Jogja yang sebagian besar karyanya merayakan kehadiran potmodernisme
dengan menjatuhkan pilihan pada instalasi. Meskipun begitu, seniman grafis tetap mencoba
memadukan teknik grafis dengan media asing yang dinamai instalasi, sepreti yang
dilakukan Marida Nasution pada pameran Taman Plastik, Tisna Sanjaya dengan
instalasinya yang berjudul Seni Grafis dan Sepakbola, dan beberapa seniman lainnya yang
mencoba tetap menyisipkan corak seni grafis yang membentuk proses penciptaan karyanya
bersanding dengan arus deras kritisisme postmodernisme.
Lebih jauh lagi, eksplorasi media seni grafis kian berkembang didukung oleh laju
perkembangan teknologi yang kian pesat juga. Teknologi-teknologi grafis mutakhir pun
seperti c-print, digital print, dll mulai dipertanyakan konvensinya. Beberapa pihak mencoba
untuk mengamini hal tersebut, namun banayak pihak yang keukeuh menyuarakan seni
grafis konvensional lebih bernilai daripada seni grafis dengan media cetak mutakhir, dengan
anggapan terlalu mudahanya reproduksi yang ditawarkan media cetak baru yang disokong
teknologi sehingga dianggap makin menjauhkan dan membei jarak seniman dari karyanya.
Namun kalangan postmodernisme yang ekletis beranggapan bahwa penciptaan karya seni
tidak lagi dibatasi pada konvensinya, namun sejauh apa seniman mampu mempertanggung
jawabkan pemilihan penuangan ide karya pada jenis media.
Selain perkembangan historikal di atas, hal menarik yang terlihat pada perkembangan seni
grafis Indonesia juga tampak pada dialog Jogja-Bandung yang selalu hangat dibicarakan
sampai saat ini, seperit pada seni lukis, seni grafis pun mulai menampakkan kecenderungan
karya yang berbeda antar seniman Jogja dan Bandung. Secara umum, dari masa
Sudjojono, bapak seni lukis modern Indonesia, kecenderungan mazhab kedua kota ini
memang berbeda, Jogja yang lekat dengan kaitan seni dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan dan Bandung dengan perayaan modernism pada karyanya. Pun pada
akademi seni yang dikembangkan oleh kedua kelompok seniman yang telah memiliki
perbadaan visi ini, Sekolah Guru Gambar yang kemudian menjadi ITB, dan ASRI yang
kemudian menjadi ISI Jogja. Perbedaan visi yang diturunkan para pendir akademi ini
kemudian berkembang dan kian mengerucut, sehingga kedua kecenderungan ini ramai
dibicarakan. Khususnya pada seni grafis, kecenderungan penggunaan media pun mulai
terlihat, hal ini boleh jadi disebabkan oleh ketersediaan mesin cetak dan alat pendukung

lainnya dalam berkarya seni grafis. ITB, dikenal sebgai institusi yang memiliki mesin
terlengkap di Indonesia melahirkan seniman yang diberi kesempatan lebih untuk
mengeksplorasi teknik grafis, sementara di Jogja, kelangkaan mesin cetak datar dan kurang
fungsionalnya mesin cetak dalam kemdian megantarkan senimannya untuk amat
menggeluti teknik cetak tinggi. Serigrafi, kemudian menjadi media yang diminati kedua polar
ini, karena kemudahan dalam pengayaan media pendukungnya, namun tetap memiliki
kecenderungan yang berbeda dalam penyajian karyanya. Keterbatasan mesin ini kemudian
tidak dikeluhkan para penggrafis Jogja, mereka dengan giarnya menggeluti cukil kayu
hingga mencapai penguasaan teknis yang dapat dinilai amat baik. sementara di bandung,
tradisi kesadaran media menjadi hal yang sering dipertanyakan pada senimannya, karena
keleluasaan dalam pemilihan teknik cetak yang digunakan.
Seni grafis kontemporer Indonesia adalah cabang seni yang dinilai amat kaya, baik secara
visual mauoun ide yang diutuangkan senimannya. proses berkarya grafis kemudian
mempengaruhi kecenderungan berkarya para senimannya kemudian melahirkan seniman
yang memiliki pola kerja yang teratur dan pemikiran yang terstruktur. Perkembangan seni
grafis kontemporer Indonesia kiranya dinilai amat berkembang dengan baik, eskplorasi
teknis diaplikasikan pada media yang dianggap kurang lazim dalam penyajian karya grafis.
Dari kertas, kanvas, kayu, bahkan akrilik. Perayaan teknologi pun memberikan banyak opsi
yang sangat banyak bagi seniman grafis untuk berkarya. Bahkan lebih jauh lagi,
pereneungan

kontemplatif

seniman

kemudian

melahirkan

penyajian

karya

menggunakan teknik cetak secara filosofis.


https://for7delapan.wordpress.com/2012/02/10/pengertian-desain-komunikasi-visual/

yang

Anda mungkin juga menyukai