Anda di halaman 1dari 316

Kode FIS.

21

Listrik Dinamis

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2004

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

Kode FIS.21

Listrik Dinamis

Penyusun
Drs. Hainur Rasjid Achmadi, MS.
Dr. Budi Jatmiko

Editor.
Drs. Munasir, MSi.
Drs. Diding Wahyuding, MS.

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENEGAH
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2004
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

ii

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun bahan ajar modul manual
untuk SMK Bidang Adaptif, yakni mata-pelajaran Fisika, Kimia dan Matematika.
Modul yang disusun ini menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan
kompetensi, sebagai konsekuensi logis dari Kurikulum SMK Edisi 2004 yang
menggunakan pendekatan kompetensi (CBT: Competency Based Training).
Sumber dan bahan ajar pokok Kurikulum SMK Edisi 2004 adalah modul,
baik modul manual maupun interaktif dengan mengacu pada Standar
Kompetensi Nasional (SKN) atau standarisasi pada dunia kerja dan industri.
Dengan modul ini, diharapkan digunakan sebagai sumber belajar pokok oleh
peserta diklat untuk mencapai kompetensi kerja standar yang diharapkan dunia
kerja dan industri.
Modul ini disusun melalui

beberapa tahapan proses, yakni mulai dari

penyiapan materi modul, penyusunan naskah secara tertulis, kemudian


disetting dengan bantuan alat-alat komputer, serta divalidasi dan diujicobakan
empirik secara terbatas. Validasi dilakukan dengan teknik telaah ahli (expertjudgment), sementara ujicoba empirik dilakukan pada beberapa peserta diklat
SMK. Harapannya, modul yang telah disusun ini merupakan bahan dan sumber
belajar yang berbobot untuk membekali peserta diklat kompetensi kerja yang
diharapkan. Namun demikian, karena dinamika perubahan sain dan teknologi di
industri begitu cepat terjadi, maka modul ini masih akan selalu dimintakan
masukan untuk bahan perbaikan atau direvisi agar supaya selalu relevan
dengan kondisi lapangan.
Pekerjaan berat ini dapat terselesaikan, tentu dengan banyaknya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang perlu diberikan penghargaan
dan ucapan terima kasih. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini tidak
berlebihan bilamana disampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, terutama tim penyusun modul
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

iii

(penulis, editor, tenaga komputerisasi modul, tenaga ahli desain grafis) atas
dedikasi, pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyelesaikan
penyusunan modul ini.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari para pakar di bidang psikologi,
praktisi dunia usaha dan industri, dan pakar akademik sebagai bahan untuk
melakukan peningkatan kualitas modul. Diharapkan para pemakai berpegang
pada azas keterlaksanaan, kesesuaian dan fleksibilitas, dengan mengacu pada
perkembangan IPTEK pada dunia usaha dan industri dan potensi SMK dan
dukungan dunia usaha industri dalam rangka membekali kompetensi yang
terstandar pada peserta diklat.
Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya peserta diklat SMK Bidang

Adaptif

untuk

mata-pelajaran

Matematika, Fisika, Kimia, atau praktisi yang sedang mengembangkan modul


pembelajaran untuk SMK.
Jakarta, Desember 2004
a.n. Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah
Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan,

Dr. Ir. Gatot Hari Priowirjanto, M.Sc.


NIP 130 675 814

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

iv

Kata Pengantar
Modul listrik dinamis merupakan salah satu diantara modul modul
pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan. Modul ini diharapkan dapat
menjadi sumber belajar serta dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
Bagi Sekolah Menengah Kejuruan modul pembelajaran dapat dianggap
sebagai media informasi

yang sangat efektif, karena isi yang cukup padat,

singkat , lengkap dan diusahakan cukup mudah dipahami oleh siswa, sehingga
dapat menunjang proses pembelajaran yang tepat guna dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Dalam modul ini akan dipelajari konsep arus listrik searah, tegangan
listrik searah, Hukum Ohm, Hukum Kirchhoff I dan II, daya listrik, energi listrik,
alat-alat ukur listrik dan sumber arus searah. Dan bebarapa tambahan materi
pengayaan dalam menerapkan Hukum Ohm dan Kirchhoff dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam modul ini juga dilengkapi soal-soal sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman anda terhadap konsep yang disajikan dalam
modul.
Penulis menyadari bahwa penyajian materi dalam modul ini masih jauh
dari sempurna,

baik dari segi kualitas isi dan tampilannya. Oleh karenanya

penulis berharap masukan-masukan yang konstruktif dari para pembaca demi


kesempurnaan modul ini. Dan atas perhatiannya disampaikan banyak
terimakasih. Dan akhirnya mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
Surabaya, Desember 2004
Penyusun ,
Hainur Rasjid Achmadi
Budi Jatmiko

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................
Halaman Francis ......................................................................
Kata Pengantar ........................................................................
Kata Pengantar ........................................................................
Daftar Isi.................................................................................
Peta Kedudukan Modul .............................................................
Daftar Judul Modul ...................................................................
Glosary ..................................................................................

I.

PENDAHULUAN

?
?
?
?
?
?
?

a.
b.
c.
d.
e.
f.
II.

Deskripsi............................................................................
Prasarat ............................................................................
Petunjuk Penggunaan Modul................................................
Tujuan Akhir ......................................................................
Kompetensi........................................................................
Cek Kemampuan ................................................................

i
ii
iii
v
vi
viii
ix
x

1
1
1
2
3
4

PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta Diklat ......................................

B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar .......................................................
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ...................................
b. Uraian Materi ..........................................................
c. Rangkuman ............................................................
d. Tugas ....................................................................
e. Tes Formatif ...........................................................
f. Kunci Jawaban ........................................................
g. Lembar Kerja .........................................................

7
7
7
19
20
22
24
25

28
28
28
35
36
38
41
43

Kegiatan Belajar .......................................................


a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ...................................
b. Uraian Materi ..........................................................
c. Rangkuman ............................................................
d. Tugas ....................................................................
e. Tes Formatif ...........................................................
f. Kunci Jawaban ........................................................
g. Lembar Kerja .........................................................

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

vi

III. EVALUASI
A. Tes Tertulis........................................................................

41

B. Tes Praktik ........................................................................

44

KUNCI JAWABAN
A. Tes Tertulis........................................................................
B. Lembar Penilaian Tes Praktik ...............................................

45
46

IV. PENUTUP ..............................................................................

50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

51

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

vii

Peta Kedudukan Modul


FIS.01
FIS.02
FIS.03
FIS.10

FIS.04

FIS.07

FIS.11

FIS.05

FIS.08

FIS.12

FIS.06

FIS.09

FIS.13
FIS.14
FIS.18
FIS.19

FIS.15

FIS.16
FIS.17

FIS.20
FIS.21
FIS.22
FIS.23
FIS.24
FIS.25
FIS.27

FIS.28
FIS.26

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

viii

Daftar Judul Modul

No.

Kode Modul

Judul Modul

FIS.01

Sistem Satuan dan Pengukuran

FIS.02

Pembacaan Masalah Mekanik

FIS.03

Pembacaan Besaran Listrik

FIS.04

Pengukuran Gaya dan Tekanan

FIS.05

Gerak Lurus

FIS.06

Gerak Melingkar

FIS.07

Hukum Newton

FIS.08

Momentum dan Tumbukan

FIS.09

Usaha, Energi, dan Daya

10

FIS.10

Energi Kinetik dan Energi Potensial

11

FIS.11

Sifat Mekanik Zat

12

FIS.12

Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar

13

FIS.13

Fluida Statis

14

FIS.14

Fluida Dinamis

15

FIS.15

Getaran dan Gelombang

16

FIS.16

17

FIS.17

Suhu dan Kalor


Termodinamika

18

FIS.18

Lensa dan Cermin

19

FIS.19

Optik dan Aplikasinya

20

FIS.20

Listrik Statis

21

FIS.21

Listrik Dinamis

22

FIS.22

Arus Bolak-Balik

23

FIS.23

Transformator

24

FIS.24

Kemagnetan dan Induksi Elektromagnetik

25

FIS.25

Semikonduktor

26

FIS.26

Piranti semikonduktor (Dioda dan Transistor)

27

FIS.27

Radioaktif dan Sinar Katoda

28

FIS.28

Pengertian dan Cara Kerja Bahan

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

ix

Glossary
ISTILAH

KETERANGAN

Arus listrik

Banyaknya muatan yang mengalir per satuan


waktu yang mempunyai satuan Ampere.

Tegangan

Perbedaan potensial dua titik pada kutub kutub


rangkaian listrik.

Loop

Rangkaian listrik tertutup, biasanya pada


rangkaian listrik terdiri dari satu atau lebih
loop.

Daya listrik

Merupakan perkalian antara tegangan dan arus


listrik dan mempunyai satuan Watt.

Energi listrik

Merupakan bentuk energi yang berasal dari


sumber arus listrik yang besarnya sama
dengan perkalian antara tegangan, kuat arus
dan lamanya arus mengalir.

Elemen

Sumber arus listrik searah, misalnya baterai,


accu dan elemen Volta.

Voltmeter

Alat yang dipergunakan untuk mengukur beda


potensial atau tegangan.

Amperemeter

Alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus


listrik.

Joule

Satuan energi, satuan usaha . 1 Joule = 1 N.


sekon.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Dalam modul ini anda akan mempelajari konsep dasar listrik searah yang
meliputi Arus listrik, tegangan listrik, Hukum Ohm, Hukum Kirchhoff, daya
listrik, energi listrik dan alat alat ukur serta beberapa penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Prasyarat
Sebagai prasyarat atau bekal dasar agar bisa mempelajari modul ini dengan
baik, maka anda diharapkan sudah mempelajari listrik dinamis dan sumbersumber arus searah.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
a.

Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan
teliti karena dalam skema anda dapat melihat posisi modul yang akan
anda pelajari terhadap modul-modul yang lain. Anda juga akan tahu
keterkaitan dan kesinambungan antara modul yang satu dengan modul
yang lain.

b. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar


untuk mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan, agar
diperoleh hasil yang maksimum.
c.

Pahami setiap konsep yang disajikan pada uraian materi yang disajikan
pada tiap kegiatan belajar dengan baik, dan ikuti contoh-contoh soal
dengan cermat.

d. Jawablah pertanyaan yang disediakan pada setiap kegiatan belajar


dengan baik dan benar.
e.

Jawablah dengan benar soal tes formatif yang disediakan pada tiap
kegiatan belajar.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

f.

Jika

terdapat

tugas

untuk

melakukan

kegiatan

praktek,

maka

lakukanlah dengan membaca petunjuk terlebih dahulu, dan bila


terdapat kesulitan tanyakan pada instruktur/guru.
g. Catatlah semua kesulitan yang anda alami dalam mempelajari modul
ini, dan tanyakan kepada instruktur/guru pada saat kegiatan tatap
muka. Bila perlu bacalah referensi lain yang dapat membantu anda
dalam penguasaan materi yang disajikan dalam modul ini.

D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat :
? Memahami konsep kuat arus listrik searah dalam rangkaian tertutup.
? Hukum Ohm.
? Memahami konsep tegangan listrik searah.
? Memahami konsep daya listrik searah.
? Hukum I Kirchhoff.
? Hukum II Kirchhoff.
? Memahami konsep mengukur dan menghitung arus dan daya listrik.
? Memahami konsep rangkaian hambatan seri dan paralel.
? Memahami konsep rangkaian Jembatan Wheatstone.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

E. Kompetensi
Kompetensi
Program Keahlian
Mata Diklat-Kode
Durasi Pembelajaran
SUB
KOMPETENSI
1. Menjelaskan
konsep listrik
dinamis

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

:
:
:
:

MENJELASKAN KONSEP LISTRIK DINAMIS


Program Adaptif
FISIKA-FIS.21
14 jam @ 45 menit

KRITERIA
UNJUK KINERJA
? Mampu memahami kuat arus
dan tegangan listrik diukur
dengan tegangan Ampermerter
dan voltmeter.
? Mampu memahami kuat arus
dan daya listrik dihitung sesuai
dengan persamaan :
P = V.I
P = Daya Listrik.
V = Tegangan.
I = Kuat arus.

LINGKUP
BELAJAR
? Arus listrik
? Daya listrik.

MATERI POKOK PEMBELAJARAN


SIKAP
PENGETAHUAN
KETERAMPILAN
? Teliti dalam
? Pngertian arus
? Mengukur
mengukur arus
listrik.
dan
dan tegangan.
? Arus listrik dan
menghitung
daya listrik.
arus listrik
serta daya
listrik.

F. Cek Kemampuan
Kerjakanlah soal-soal berikut ini, jika anda dapat mengerjakan
sebagian atau semua soal berikut ini, maka anda dapat meminta langsung
kepada instruktur atau guru untuk mengerjakan soal-soal evaluasi untuk
materi yang telah anda kuasai pada BAB III.
1. Sebuah lampu dilalui arus listrik 0,5 A. Hitung jumlah elektron yang
mengalir dalam 1 jam. (muatan satu elektron = -1,6 x 10-19 C)
2. Sepotong kawat tembaga mempunyai hambatan jenis 1,72 x 10-8 ohm
meter panjangnya 100 m penampangnya 3 mm 2. Hitung hambatan kawat!
3.
a

i=2A

b
R1 = 6?

R2 = 10?

d
R2 = 15?

Hitung:
a. Hambatan pengganti antara titik a dan d
b. Vab dan V ba
c. Vad dan Vda
4. Sebuah rangkaian listrik mempunyai sumber tegangan 12 Volt dan
hambatan 5 ? . Tentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian !
5. Suatu amperemeter

dapat mengukur kuat arus sampai 1 A. Jika

amperemeter itu dihubungkan pada baterai 12 Volt yang melalui lampu


yang berhambatan 45 ? dan berdaya 0,5 watt. Berapa kuat arus yang
ditunjuk amperemeter?
6. Sebuah hambatan 20,0 ? dan sebuah hambatan 30,0 ? dihubungkan
seri dan diberikan beda potensial atau tegangan sebesar 220 V.
a. Berapa hambatan pengganti rangkaian?
b. Berapa arus yang mengalir dalam rangkaian?
c.

Berapa tegangan pada tiap-tiap resistor?

d. Berapa tegangan dari dua resistor bersama-sama?


Modul FIS.21.Listrik Dinamis

7. Suatu kawat tembaga panjangnya 12 m dan diameternya 1,5 mm,


mempunyai hambatan jenis 4,8 x 10-8 ? .m. Hitung hambatan kawat
tembaga!
8. Tentukan kuat arus pada masing masing cabang !
E2 = 12V
E1 = 10V

R1 = 4?
R2 = 2?

9. Sebuah termometer hambatan yang dibuat dari platina memiliki


hambatan 50 ? pada 15
yang

mengandung

C. Ketika dicelup ke dalam suatu bejana

indium

yang

sedang

lebur,

hambatannya

bertambah menjadi 77 ? . Dari informasi ini, tentukan titik lebur


indium. ? = 3,92 x 10-3 (oC)-1 untuk platina.
10. Gambarlah diagram rangkaian seri yang memuat baterai 4,5 V, resistor,
dan ammeter yang menunjuk 90 mA. Tulislah besar resistor. Pilih arah
untuk arus konvensional dan tunjukkan kutub positif baterai.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

BAB II. PEMBELAJARAN


A. Rencana Belajar Siswa
Kompetensi
: Menginterpretasikan listrik dinamis
Sub Kompetensi : Menjelaskan konsep listrik dinamis
Tulislah semua jenis kegiatan yang Anda lakukan di dalam tabel kegiatan di
bawah ini. Jika ada perubahan dari rencana semula, berilah alasannya
kemudian mintalah tanda tangan kepada guru atau instruktur Anda.

Jenis
Kegiatan

Tanggal

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

Waktu

Tempat
Belajar

Alasan
Perubahan

Tanda
Tangan
Guru

B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
? Memahami konsep arus listrik searah
? Memahami konsep tegangan listrik searah
? Memahami konsep Hukum Ohm
? Memahami Hukum I Kirchhoff
? Memahami Hukum II Kirchhoff
b. Uraian Materi
? Konsep arus listrik searah
Pada Modul Listrik Statis yang telah kita pelajari sebelumnya,
dijelaskan bahwa elektron-elektron bergerak atau berpindah dari
rambut ke penggaris plastik sehingga penggaris tersebut bermuatan
negatip. Dapatkah Anda menyalakan lampu pijar dengan menempelkan
penggaris itu ke lampu pijar? Tentunya tidak dapat, karena lampu itu
untuk dapat menyala memerlukan aliran elektron secara terus menerus.
Untuk mengalir dari satu tempat ke tempat lain, elektron membutuhkan
jalan yang tidak putus.
Listrik sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari
di seluruh dunia. Sebagian besar dari kita bergantung pada peralatan
listrik untuk membuat hidup kita lebih aman, lebih sehat, lebih mudah,
dan lebih nyaman. Lampu lalu lintas, penerangan listrik, VCD player,
pesawat TV, tape recorder, dan alat-alat rumah tangga yang lain
seperti rice cooker, seterika listrik, mesin cuci, dan lain sebagainya,
merupakan sebagian kecil dari peralatan listrik tersebut. Pada modul ini
Anda akan belajar tentang sumber arus listrik dan arus yang
ditimbulkannya, rangkaian listrik, energi dan daya listrik, serta
pemanfaatan energi listrik pada kehidupan sehari-hari.
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan elektron yang


mengalir suatu penghantar per satuan waktu.

I ?

Q
atau Q ? I t . .(1.1)
t

dengan Q = jumlah muatan elektron yang mengalir (Coulomb)


t = waktu (sekon)
I = kuat arus (ampere)

? Konsep Resistansi dan Hukum Ohm


Seandainya dua buah konduktor memiliki beda potensial diantara
keduanya, dan Anda menghubungkan konduktor-konduktor tersebut
dengan batang tembaga, maka akan menimbulkan arus yang besar,
namun jika Anda menghubungkannya dengan batang kaca, maka hampir
tidak ada arus mengalir. Sifat-sifat yang menentukan berapa arus yang
akan mengalir disebut Resistansi. Resistansi (hambatan) ditentukan
dengan jalan memberikan

beda potensial diantara dua titik pada

konduktor dan mengukur arusnya. Hambatan R, didefinisikan sebagai


rasio atau perbandingan antara beda potensial V, dengan
arus I,
R=

V
............ (1.2)
I

Arus listrik I dalam satuan amper, beda potensial V dalam satuan


volt, dan hambatan R dalam satuan ohm. 1 ohm (atau 1 ? ) adalah
hambatan yang diberikan oleh arus 1 A untuk mengalir, ketika beda
potensial 1 V diberikan diantara ujung-ujung hambatan tersebut.
Rangkaian sederhana yang berhubungan dengan hambatan, arus, dan
beda potensial atau tegangan tampak pada Gambar 1. Sebuah baterai
12 V dihubungkan pada lampu pijar yang memiliki hambatan 7,20 ? .
Rangkaian dilengkapi dengan memasang ammeter, dan arus terukur
1,67 A.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

Ilmuwan Jerman George Simon Ohm menemukan bahwa rasio


atau perbandingan antara beda potensial dengan arus pada konduktor
selalu tetap. Oleh karena itu, hambatan kebanyakan konduktor tidak
berubah ketika besar atau arah potensial yang diberikan pada konduktor
tersebut berubah. Alat yang mempunyai hambatan konstan dan tidak
bergantung pada beda potensial dikatakan taat hukum Ohm.

1,67 A
7,2 O

+
Kabel

12 V
I?

Gambar 1

V 12
?
? 1,67 A
R 7,2

Dalam suatu rangkaian yang mempunyai hambatan 7,2 ? dan baterai


12 V, mengalir arus sebesar 1,67 A.
Sebagian besar konduktor logam taat pada Hukum Ohm, namun

ada beberapa alat penting tidak taat. Radio transistor atau kalkulator
mengandung beberapa piranti seperti transistor dan diode, yang tidak
taat pada hukum Ohm. Lampu pijar memiliki hambatan yang bergantung
pada tegangan dan tidak taat pada hukum Ohm.
Kabel yang digunakan untuk menghubungkan alat-alat listrik
memiliki hambatan yang kecil. Satu meter kabel yang khas (typical)
digunakan pada laboratorium fisika biasanya memiliki hambatan sekitar
0,03 ? . Kabel yang digunakan untuk sambungan listrik pada rumah
tangga, biasanya memiliki hambatan yang kecil yakni 0,004 ?

pada

setiap meternya. Karena kabel memiliki hambatan kecil, maka sepanjang


kabel

tersebut

hampir

tidak

ada

penurunan

potensial.

Untuk

menghasilkan beda potensial, memerlukan resistansi yang besar.


Modul FIS.21.Listrik Dinamis

Resistor adalah piranti yang disusun untuk mendapatkan hambatan


yang dikehendaki. Resistor dibuat dari kawat tipis dan panjang; grafit;
atau semikonduktor.
Selain itu suatu penghantar juga mempunyai nilai resistansi
(hambatan), resistensi pada penghantar sebanding dengan panjang
kawat ( ? ), sebanding dengan hambat jenis kawat (? ), dan berbanding
terbalik dengn luas penampang (A). Secara sistematis dapat dituliskan:

R ? ?

?
. (1.3)
A

dengan R = hambatan penghantar (Ohm)


? = hambatan jenis (ohm meter

? = panjang penghantar (meter)


A = luas penampang penghantar (m 2)
Nilai hambatan pada suatu kawat penghantar juga dipengaruhi suhu.
Kenaikan suhu mengakibatkan hambatan penghantar secara umum
bertambah, hal ini disebabkan bertambahnya suhu mengakibatkan
bertambah besarnya hambatan jenis suatu penghantar.
? t ? ? 0 (1 ? ? ? t ) (1.4)
?t ? t ? t0

dengan

? t = hambatan jenis pada suhu t


? 0 = hambatan jenis pada suhu t0

= koefisien suhu

? t = selang waktu (sekon)


Koefisien suhu dapat dinyatakan sebagai
?t ? ? 0 ? ? 0 ? ?t
1 ?t ? ? 0
? ?
.(1.5)
?0
?t

? ?

1 ??
..(1.6)
?0 ?t

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

10

dengan ? ? ? ? ? ? 0 adalah perubahan hambatan jenis dalam selang


suhu

? t = t-to
Tabel 1
HAMBATAN JENIS DAN KOEFISIEN SUHU (pada 20 o C)
Bahan
Hambatan Jenis Koefisien Suhu, ?
?
(C o)-1
(? m)
Konduktor
Perak
1,59 X 10-8
0,0061
-8
Tembaga
1,68 X 10
0,0068
Emas
2,44 X 10-8
0,0034
-8
Aluminium
2,65 X 10
0,00429
-8
Tungsten
5,6 X 10
0,0045
Besi
9,7 X 10-8
0,00651
Platina
10,6 X 10-8
0,003927
Raksa
98 X 10-8
0,0009

Karena hambatan penghantar berbanding lurus dengan hambatan jenis


sesuai dengan persamaan (3), maka hambatan kawat karena perubahan
suhu dapat ditulis sebagai
R t ? R o (1 ? ? ? t ) (1.7)

Contoh soal 1
Kuat arus 1 A mengalir melalui kawat penghantar. Berapa coulomb banyak
muatan listrik yang mengalir pada kawat dalam waktu 1 menit ?
Penyelesaian

Diketahui :
Ditanya : Q

=1A

= 60 sekon

=?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

11

Jawab : I

Q
t

Q = I.t
= 1 A . 60 s
= 60 C
Contoh soal 2
Sebuah termometer hambatan yang dibuat dari platina memiliki hambatan
50 ? pada 20 oC. Ketika dicelup ke dalam suatu bejana yang mengandung
indium yang sedang lebur, hambatannya bertambah menjadi 76,8 ? . Dari
informasi ini, tentukan titik lebur indium. ? = 3,92 x 10-3 (oC)-1 untuk
platina.

Penyelesaian
Diketahui :

Ditanyakan:
Jawab

Ro

= 50 ?

to

= 20 oC

Rt

= 76,8 ?

= 3,92 x 10-3 (oC)-1

titik lebur indium?

Gunakan pesamaan (7) dan hitung ? t, kita dapat


Rt = Ro (1 + ? ? t)
Rt = R o + R o ? ? t
?t =

Rt ? Ro
Ro ?

Dalam soal diketahui:


Ro = 50? , to = 20 oC
Rt = 76,8 ?
?

= 3,92 x 10-3 (oC)-1

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

12

Jadi:

?t =

76,8 ? 50
26,8 x 10 3
?
50 (3,92 x 10 ? 3 ) (50) (3,92)

= 127 oC
Sesuai persamaan (4), yakni ? t = t to dengan to = 20 oC, maka
137 = t - 20
137 + 20 = t ? t = 157 oC
? Konsep Hukum Kirchhoff
Dengan menggunakan hukum Ohm kita dapat menemukan
besarnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian gabungan seri-paralel.
Meskipun demikian, kadang-kadang kita menjumpai rangkaian yang sulit
untuk dianalisis. Sebagai suatu contoh, kita tidak dapat menemukan aliran
arus pada setiap bagian rangkaian sederhana dengan kombinasi hambatan
seri dan paralel.
Menghadapi rangkaian yang sulit seperti ini, kita menggunakan
hukum-hukum yang ditemukan oleh G. R. Kirchhoff (1824-1887) pada
pertengahan abad 19. Terdapat dua hukum Kirchooff, dan hukum-hukum
ini adalah aplikasi sederhana yang baik sekali dari hukum-hukum
kekekalan muatan dan energi. Hukum pertama Kirchhoff atau hukum
persambungan (junction rule) didasarkan atas hukum kekekalan
muatan, dan kita telah menggunakannya pada kaidah untuk hambatanhambatan paralel. Hukum pertama Kirchhoff berbunyi:
Pada setiap titik persambungan, jumlah seluruh arus yang
masuk persambungan harus sama dengan jumlah seluruh arus
yang meninggalkan persambungan.

i3
i1

i4

i2
i5

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

13

Pada titik persambungan dalam Gambar di atas,


i1 + i2 = i3 + i4 + i 5. .(1.8)
Hukum persambungan Kirchhoff didasarkan atas kekekalan muatan.
Muatan-muatan yang masuk persambungan harus sama dengan yang
meninggalkan tidak ada muatan yang hilang. Hukum II Kirchhoff atau
kaedah loop (loop rule) didasarkan atas kekekalan energi, dan berbunyi :
Jumlah tegangan sepanjang jalur tertutup dari suatu rangkaian
harus sama dengan nol.
R1
E1 , r1

i
i1

R2

E2 , r2
(i-i1 )

II
E3 , r3

R3

Umpamakan kuat arus I berasal dari elemen E1, di titik cabang kuat
arus ini terbagi menjadi i1 dan (i i1)

Tinjau persamaan hukum II Kirchhoff pada masing-masing loop.

Loop I (lihat arah loop yang kita buat)


? E + ? I R = 0.(1.9)
E1 + E2 I (r1 + R1) i1 (R2 + r2) = 0....(1.10)
Loop II (lihat arah loop yang kita buat)
?E + ? I R = 0
-E2 E3 + i1 (R2 + r 2) (i i1) (r3 + R3) = 0.............(1.11)
Dari kedua persamaan di atas, kuat arus pada masing-masing cabang
dapat dicari.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

14

Contoh soal 3
Hitunglah arus I1, I2, dan I3 dalam setiap cabang dari rangkaian pada
Gambar di bawah ini.

Penyelesaian
Kita pilih arah arus sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas. Arus
cenderung untuk bergerak sepanjang jalan dari kutub positip baterai, kita
harapkan I2 dan I3 memiliki arah sebagaimana gambar tersebut. Kita
mempunyai tiga harga arus yang tidak kita ketahui, karena itu kita
membutuhkan tiga buah persamaan. Pertama kita aplikasikan hukum
persambungan Kirchhoff untuk arus pada titik a, dengan I3 masuk dan I1
dan I2 meninggalkan:
I3 = I1 + I2(a)
Kedua, kita aplikasikan hukum kedua Kirchhoff pada dua loop, ahdcba. Dari
a ke h kita mempunyai penurunan potensial Vha = - (I1) (30 ? ). Dari h ke d
tidak ada perubahan potensial, tetapi dari d ke c potensial meningkat
dengan 45 V; yaitu Vcd = 45 V. Dari c ke a potensial menurun melalui dua
hambatan, dengan Vac = - (I3) (40 ? + 1 ? ). Jadi kita memiliki :
Vha + V cd + Vac = 0 atau
- 30 I1 41 I3 + 45 = 0(b)
Ketiga, kita aplikasikan hukum kedua Kirchhoff pada loop ahdefga (atau
kita juga dapat mengambil loop abcdefga). Sebagaimana cara di atas,
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

15

maka di sini kita dapatkan Vha = - (I1) (30 ? ), Vdh = 0. Tetapi ketika kita
mengambil muatan penguji positip dari d ke e sebenarnya ini bergerak ke
atas, berlawanan dengan aliran arus, atau berlawanan dengan arah arus
yang diasumsikan. Jadi Ved = (I2) (20 ? ) memiliki tanda positip. Dengan
cara yang sama, Vfe = (I2) (1 ? ). Dari f ke g ada penurunan potensial
sebesar 80 V karena muatan penguji positip bergerak dari kutub baterai
berpotensial tinggi ke rendah. Jadi Vgf = - 80 V. Akhirnya, Vag = 0, dan
jumlah potensial mengelilingi loop adalah:
- 30 I1 + 21 I2 - 80 = 0(c)
Dari ketiga persamaan (a), (b), dan (c) di atas, dapat kita selesaikan
sebagai berikut.
Dari persamaan (c) kita peroleh:
I2 =

80 + 30I 1
= 3 ,8 + 1,4 I 1 ...(d)
21

Dari persamaan (b) kita dapatkan:


I3 =

45 + 30I 1
= 1,1 - 0 ,73I 1 . .(e)
41

Persamaan-persamaan tersebut kita substitusikan ke dalam persamaan (a),


kita dapatkan:
I1 = I3 - I2 = 1,1 0,73 I1 3,8 1,4 I1
I1 = - 2,7 2,1 I1.
Jadi

3,1 I1 = - 2,7
I1 = - 0,87 A.

I1 sebesar 0,87 A, tanda negatip berarti bahwa arah arus sebenarnya


berlawanan dengan arah yang diasumsikan di atas dan ditunjukkan pada
Gambar di atas. Selanjutnya dari persamaan (d) kita dapatkan:
I2 = 3,8 + 1,4 I1 = 2,6 A,

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

16

Dan dari persamaan (e) kita peroleh:


I3 = 1,1 0,73 I1 = 1,7 A.
Bandingkan besarnya arus sebelum memasuki rangkaian, jumlah arus yang
melewati resistor 1 dan resistor 2, dan besarnya arus yang keluar rangkaian.

Contoh soal 3

E2 = 12V
E1 = 6V

E2 = 12V

E1 = 6V

R1 = 4?

II
R2 = 2?
(i i1 )

R1

ii

R2 = 2?
i

Dari rangkaian ini, tentukan kuat arus yang mengalir pada masing-masing
cabang.
Penyelesaian

Hambatan dalam baterai nol (r = 0)


Loop I : E1 i1 . R1 + (i i1) . 0 = 0
6 i1 . 4 + 0 = 0
i1 = 1,5 A
Loop II: -E2 + I . R2 + i 1 . R1 = 0
-12 + I . 2 + 1,5 . 4 = 0
-12 + 2i + 6 = 0
I=3A
Jadi (i i1) = 3A 1,5 A
= 1,5 A.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

17

Contoh soal 4
Perubahan hambatan listrik karena suhu dapat digunakan untuk
mengukur suhu secara tepat. Platina, biasanya digunakan untuk mengukur
suhu dengan tepat karena platina bebas dari pengaruh korosi dan memiliki
titik lebur tinggi. Misalkan, pada suhu 20
hambatan platina adalah
tertentu, hambatannya adalah

C hambatan termometer

164,2 ? . Ketika diaplikasikan pada larutan


187,4 ? . Berapakah suhu larutan tersebut?

Penyelesaian
Karena hambatan R berbanding lurus dengan hambatan jenis ? , maka
kombinasi dari kedua persamaan terakhir diperoleh:
R = R0 [1 + ? (T -T0)]
dengan R0 adalah hambatan pada suhu T0 = 20 oC yang dinyatakan dalam
persamaan R0 = ? 0 L/A dan ? adalah tetapan. Dengan demikian,

T ? T0 ?

R - R0
187,4? - 164,2?
? 20o C ?
? 55,9 o C
? R0
(3,927 X 10 3 (C o ) _1(164,2? )

? Penerapan Hukum Ohm dan Kirchhoff dalam kehidupan seharihari.


Ada tiga buah lampu dengan daya berbeda masing-masing 5 watt,
60 watt, dan 100 watt yang dihubungkan dengan sumber daya yang sama
seperti gambar di bawah ini. Ternyata lampu 5 watt nyalanya paling terang
dibandingkan nyala lampu 60 watt dan 100 watt. Mengapa demikian ?
Sedangkan apabila lampu dihubungkan paralel, maka nyala lampu 100 watt
paling terang dibandingkan keduan lampu lainnya.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

18

Gambar : Rangkaian Lampu Seri


Di sini peran Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff dalam rangkaian seri
dan paralel pada pemasangan lampu. Jaringan lampu dengan pemasangan
paralel digunakan pada jaringan listrik PLN di rumah-rumah. Mengapa
demikian?

c. Rangkuman
1. Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan elektron yang mengalir
suatu penghantar per satuan waktu.

I ?

Q
atau Q ? I t
t

dengan Q = jumlah muatan elektron yang mengalir (Coulomb)


t = waktu (sekon), I = kuat arus (ampere)
2. Resistansi (hambatan) ditentukan dengan jalan memberikan

beda

potensial diantara dua titik pada konduktor dan mengukur arusnya.


Hambatan R, didefinisikan sebagai rasio atau perbandingan antara
beda potensial V, dengan arus I.
3. Pada setiap titik persambungan, jumlah seluruh arus yang masuk
persambungan harus sama dengan jumlah seluruh arus yang
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

19

meninggalkan

persambungan

dikenal

dengan

Hukum

Pertama

Kirchhoff.
4. Jumlah tegangan sepanjang jalur tertutup dari suatu rangkaian harus
sama dengan nol dikenal dengan Hukum Kedua Kirchooff.
5. Suatu penghantar juga mempunyai nilai resistansi (hambatan),
resistansi pada penghantar sebanding dengan panjang kawat (? ),
sebanding dengan hambat jenis kawat (? ), dan berbanding terbalik
dengan luas penampang (A). Secara sistematis dapat dituliskan:

R ? ?

?
A

d. Tugas
1. Bayangkan sebuah baterai 12 V dalam sebuah rangkaian yang
dihubungkan
O

yang

dengan dua buah hambatan masing-masing 6 O dan 4

disusun

secara

seri

dan

kedua

hambatan

tersebut

dihubungkan paralel dengan sebuah hambatan 10 O.


a. Berapakah besarnya arus yang melewati rangkaian tersebut?.
b. Berapakah besarnya arus yang melewati hambatan 6 O dan 4 O?,
dan berapa

pula yang melewati hambatan 10 O?

c. Berapakah besarnya beda potensial yang melewati hambatan 6


O? dan berapa pula yang melewati hambatan 4 O?
2. Gambarlah diagram rangkaian seri, yang di dalamnya memuat baterai
12

V,

ammeter,

dan

hambatan

20 ? .

Tunjukkan

nilai

yang

diperlihatkan dalam ammeter.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

20

3. Gambarlah diagram rangkaian seri yang memuat baterai 4,5 V,


resistor, dan ammeter yang menunjuk 90 mA. Tulislah besar resistor.
Pilih arah untuk arus konvensional dan tunjukkan kutub positif baterai.
4. Tambahkan voltmeter yang mengukur beda potensial diantara ujungujung resistor pada soal 1 dan 2 dan ulangi perintah-perintahnya.
5. Pada rangkaian di bawah ini mempunyai sebuah baterai 9,0 V
dihubungkan

dengan dua buah resistor, 400 ? dan 500 ? yang disusun secara seri,
dengan

sebuah

pembagi

tegangan.

Berapakah

tegangan

pada

hambatan 500? ?
6. Perubahan hambatan listrik karena suhu dapat digunakan untuk
mengukur suhu secara tepat. Platina, biasanya digunakan untuk
mengukur suhu dengan tepat karena platina bebas dari pengaruh
korosi dan memiliki titik lebur tinggi. Misalkan, pada suhu 21

hambatan termometer hambatan platina adalah 164? . Ketika


diaplikasikan pada larutan tertentu, hambatannya adalah

187 ? .

Berapakah suhu larutan tersebut?


7. Andaikata anda ingin menghubungkan amplifier anda ke speaker
sebagaimana Gambar di bawah ini.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

21

(a) Jika setiap kabel panjangnya harus 20 m, berapakah diameter


kabel tembaga akan anda gunakan agar hambatan setiap kabelnya
kurang dari 0,10 ? ?
(b) Jika arus yang mengalir pada setiap speaker adalah 4,0 A,
berapakah penurunan tegangan dari ujung ke ujung setiap kabel?

Gambar : Hubungan amplifier ke speaker-speaker

e. Tes Formatif
1. Dari rangkaian di bawah berapa beda potensial antara a dengan b?
6V

12V
5?
15?

10?

2. Tegangan jepit suatu baterai adalah 9V jika mensuplai arus 4 A dan


8,5 V jika mensuplai arus 6A. Tentukan hambatan dalam dan GGL
baterai!

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

22

3.Jika selama 1 menit terjadi perpindahan muatan listrik sebesar 30 C,


berapakah kuat arus listriknya?
4. Suatu kawat tembaga panjangnya 10 m dan diameternya 2 mm,
mempunyai hambatan jenis 4,8 x 10-8 ? .m. Hitung hambatan kawat
tembaga!
5. Dua buah penghantar berhambatan 20 ? dan 40 ? disusun pararel.
Jika ujung-ujung susunan hambatan mempunyai beda potensial 12 volt,
Tentukanlah.
b. Hambatan penggantinya
c. Kuat arus totalnya
d. Kuat arus pada masing-masing hambatan
6. Gambarlah diagram rangkaian seri, yang di dalamnya memuat baterai
10 V, ammeter, dan hambatan 25 ? . Tunjukkan nilai yang diperlihatkan
dalam ammeter.
7. Pada rangkaian di samping ini mempunyai sebuah baterai 12 V
dihubungkan dengan dua buah resistor, RA = 300? dan RB= 500? yang
disusun secara seri, dengan sebuah pembagi tegangan. Berapakah
tegangan pada hambatan 500? ?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

23

8. Kuat arus yang mengalir pada kawat sebuah lampu pijar 0,5 A. Jika
beda potensial pada ujung-ujung kawat lampu 10 volt, berapakah
hambatan kawat lampu ?
9. Sebuah baterai dengan GGL 12 volt akan diberi muatan oleh jala-jala
110 volt. Bila hambatan dalam baterai 0,6? , maka berapa banyak
resistor 0,3? yang harus diserikan dengan baterai agar arus pengisian
baterai 5A?
10. Lampu L1 dan L2 masing-masing hambatannya 60 ? . Pada saat saklar
S

ditutup, berapakah pembacaan amperemeter A dan Voltmeter V?


V

L1

L2

a
12V

f. Kunci Jawaban
1. (Jawaban: 0,54 Volt)
2. (Jawaban: r = 0,25 ? dan E = 10 Volt)
3. (Jawaban: 0,5 A)
4. (Jawaban: 0,121 ? )
5. (Jawaban: (a) 40/3 ? (b) 0,9 A (c) 4 volt dan 8 volt)
6. (Jawaban: 0,4 A)
7. (Jawaabn: 7,5 volt)
8. (Jawaban: 20 ? )
9. (Jawaban: 4 buah resistor)
10. (Jawaban: 0,1 A; 10 volt)

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

24

G. Lembar Kerja
Kegiatan 1
?

Memahami tentang arus listrik


Pembuktian adanya arus listrik pada suatu rangkaian

Alat dan Bahan


Dua buah senter, masing-masing lengkap dengan 3 buah baterai.

Langkah kerja
1.

Masukkan 3 buah baterai secara bergantian pada senter 1


dengan susunan tiap-tiap kepala baterai dimasukkan lebih
dahulu.

2.

Masukkan 3 buah baterai lain pada senter 2, dengan susunan


sebagaimana pada prosedur 1, namun 1 buah baterai yang
terakhir dimasukkan dibalik.

3.

Hidupkan kedua senter tersebut secara bergantian dengan


menggerakkan saklar pada posisi hidup (on).
Catatan: disarankan menggunakan baterai yang di sekitar
bagian positifnya terbuat dari isolator.

Analisis
1.

Mengapa senter 1 hidup, tetapi senter 2 tidak hidup?

2.

Apabila ketiga baterai pada senter 2 sekarang dikeluarkan dan


disusun sebagaimana susunan pada prosedur 2, kemudian
ujung-ujungnya dihubungkan pada sebuah lampu melalui
kabel, apakah lampu menyala? Mengapa demikian?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

25

Kegiatan 2
?

Memahami Hambatan Jenis Penghantar


Pembuktian Suatu penghantar mempunyai hambatan jenis.

Alat dan Bahan


? Kawat tembaga dengan berbagai ukuran diameter
? Meteran
? Gunting
? AVO-meter

Langkah Kerja
1.

Ukur dan potonglah, tiga buah kawat tembaga dengan panjang


bervariasi, namun ukuran diameternya sama.

2. Ukurlah hambatan tiap-tiap kawat tembaga pada prosedur 1, dan


catatlah masing-masing hasilnya .
3. Ukur dan potonglah, tiga buah kawat tembaga dengan diameter
bervariasi, namun ukuran panjangnya sama.
4. Ukurlah hambatan tiap-tiap kawat tembaga pada prosedur 2, dan
catatlah masing-masing hasilnya.
5.

Buatlah Grafik. Buatlah grafik R x A lawan L pada kertas


milimeter, untuk semua data yang diperoleh.

6. Interpretasikan Grafik. Tentukan kemiringan garis (tan ?).


7. Simpulkan! Bagaimana hubungan antara hambatan kawat
tembaga R, panjang kawat L, dan luas penampang kawat A?
Kegiatan 3
? Memahami Hukum I Kirchhoff
Pada setiap titik persambungan, jumlah seluruh arus yang
masuk persambungan harus sama dengan jumlah seluruh
arus yang meninggalkan persambungan.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

26

? Alat dan Bahan


?

2 buah resistor yang berbeda nilainya 1 ? dan 10 ?

1 buah ammeter

1 buah catu daya

6 buah kabel penjepit buaya

? Langkah kerja
1. Susunlah dua buah resistor yang berbeda nilainya secara parallel,
selanjutnya susunan resistor tersebut hubungkan dengan sebuah
catu daya melalui kabel.

Dengan

i1
A

R1

i2
A

R2

menggunakan

i3
A

amperemeter,

berturut-turut

secara

bergantian ukurlah besarnya arus: melalui hambatan 1, melalui


hambatan 2, dan sesudah keluar rangkaian. Tuliskan hasil
pengamatan pada tabel berikut
Tabel : Data Percobaan Hukum I Kirchhoff
No

12

24

36

48

60

i1

i2

i1 + i2

i3

Tuliskan simpulan dari percobaan di atas!


Modul FIS.21.Listrik Dinamis

27

2. Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
? Memahami konsep energi listrik.
? Memahami konsep daya listrik
? Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

b. Uraian Materi
KONSEP ENERGI DAN DAYA LISTRIK
1. Energi Listrik
Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari
sumber arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:
? Energi listrik menjadi energi kalor, contoh: seterika, solder, dan kompor.
? Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.
? Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor.
? Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,
peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain).
Besarnya energi listrik yang dikeluarkan sumber arus dalam waktu tertentu
sebagai berikut:
V

R
A

Jika arus listrik mengalir pada penghantar yang berhambatan R, maka


sumber arus akan mengeluarkan energi pada penghantar yang bergantung
pada:

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

28

Beda potensial pada ujung-ujung penghantar (V).

? Kuat arus yang mengalir pada penghantar (i).


? Waktu atau lamanya arus mengalir (t).
Berdasarkan pernyataan di atas, energi listrik dirumuskan :
Karena harga V = R i, maka persamaan energi dapat dirumuskan dalam
bentuk :
W = V i t............................................................(2.1)
= (Ri) i t ......(2.2)
W = i2 R t...........................................................(2.3)
Demikian juga karena i =

V
, maka persamaan energi listrik dapat
R

dirumuskan:
W =Vit
?V ?
= V ? ?t
?R ?
W =

V2
t .....(2.4)
R

Keuntungan menggunakan energi listrik:


a. Mudah diubah menjadi energi bentuk lain.
b. Mudah ditransmisikan.
c. Tidak banyak menimbulkan polusi/ pencemaran lingkungan.
Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan berubah
menjadi panas (kalor) pada penghantar.
Besar energi listrik yang berubah menjadi panas (kalor) dapat dirumuskan:
Q

= 0,24 V i t kalori .(2.5)

= 0,24 i 2 R t kalori ..(2.6)

= 0,24

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

V2
t kalori ..(2.7)
R

29

Jika V, i, R, dan t masing-masing dalam volt, ampere, ohm, dan detik, maka
panas (kalor) dinyatakan dalam kalori.
Percobaan Joule
Besar energi listrik yang berubah menjadi kalor itu telah diselidiki oleh
James Prescott Joule (1914-1889).
Di dalam percobaannya Joule menggunakan rangkaian alat terdiri atas
kalorimeter yang berisi air serta penghantar yang berarus listrik.
Jika dalam percobaan arus listrik dialirkan dalam waktu t detik ternyata kalor
yang terjadi karena arus listrik berbanding lurus dengan:
a. Beda potensial antara kedua ujung kawat penghantar (V)
b. Kuat arus yang melalui kawat penghantar (i)
c. Waktu selama arus mengalir (t).

A
V

Hubungan ini dikenal sebagai hukum Joule.


Karena energi listrik 1 joule berubah menjadi panas (kalor) sebesar 0,24
kalori. Jadi kalor yang terjadi pada penghantar karena arus listrik
adalah :
Q = 0,24 V i t kalori

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

30

2. Daya Listrik
Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu. Dari definisi ini,
maka daya listrik (P) dapat dirumuskan :

Energi
waktu

Daya =
P =

W
(2.8)
t

P =

V it
? V i (2.9)
t

P =Vi
P = i2 R(2.10)
V 2R
P =
...(2.11)
R2
Satuan daya listrik :
a. watt (W) =

joule
= volt ampere
sekon

b. kilowatt (kW) : 1 kW = 1000 W.


Dari satuan daya maka muncullah satuan energi lain yaitu:
Jika daya dinyatakan dalam kilowatt (kW) dan waktu dalam jam, maka
satuan energi adalah kilowatt jam atau kilowatt-hour (kWh).
1 kWh = 36 x 105 joule
3. Pemanfaatan Energi Listrik
Di antara peralatan listrik di rumah anda, anda mungkin mempunyai
pengering rambut, beberapa lampu, pesawat TV, stereo, oven microwave,
kulkas dan kompor listrik. Masing-masing mengubah energi listrik menjadi
energi bentuk lain, misalnya energi cahaya, energi kinetik, energi bunyi,
atau energi panas. Berapa besarnya energi listrik yang diubah menjadi
energi bentuk lain? dan berapa lajunya?
Energi yang di catu pada rangkaian dapat digunakan dengan
beberapa cara yang berbeda. Motor merubah energi listrik menjadi energi
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

31

mekanik. Lampu listrik merubah energi listrik menjadi cahaya. Sayangnya


tidak semua energi yang diberikan ke motor atau ke lampu dapat
dimanfaatkan. Cahaya, khususnya cahaya lampu pijar menimbulkan panas.
Motor terlalu panas untuk disentuh. Dalam setiap kasus, ada sejumlah
energi yang diubah menjadi panas. Mari kita menyelidiki beberapa alat yang
disusun untuk mengubah sebanyak mungkin energi menjadi energi panas.

Contoh soal 1

Kuat arus 2 A mengalir pada lampu yang berhambatan 100 ? . Berapa


energi yang diserap lampu dalam 1 menit ?
Penyelesaian
Diketahui

: i =2A
R = 100 ?
t = 1 menit = 60 sekon (s)

Ditanyakan

: W = ?

Jawab

: Pakai rumus :
W = i2 R t
= 22 . 100 . 60
= 24000 J

Contoh soal 2

Seterika listrik dipakai 5 jam setiap hari. Arus yang mengalir pada seterika
2A jika menggunakan teganagn 220 volt. Berpa biaya yang harus dibayar
tiap hari kepada PLN. Jika 1 kWh Rp. 400,-

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

32

Penyelesaian
Diketahui

: t = 5 jam
i =2A
V = 220 volt

Ditanyakan

: Rp.?

Jawab

: P =Vi
= 220 . 2
= 440 W = 0,44 kW
W=P.t
= 0,44 kW . 5 jam = 2,2 kWh

Jadi biaya perhari = 2,2 x Rp. 400,- = Rp. 880,-

Contoh soal 3

Sebuah baterai 6,0 V mengalirkan arus 0,50 A ke suatu motor listrik yang
dihubungkan diantara kutub-kutubnya.
a) Berapa daya yang digunakan oleh motor?
b) Jika motor menyala selama 5,0 menit, berapakah energi listrik yang
dikirimkan?

Penyelesaian

Diketahui

Ditanyakan

V = 6,0

P=?

I = 0,50 A

E =?

t = 5,0 menit

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

33

Strategi
a.

Gunakan P = IV untuk menentukan daya

b.

Gunakan P = E/t, atau E = Pt untuk menentukan energi

Penghitungan
a. P = IV = (0,50A) (6,0V)
= 3,0 W
b. E = Pt = (3,0W) (5,0 menit) (60 s/1 menit)
= 9,0 x 10 2 J

Contoh soal 4
Sebuah lampu dipasang pada tegangan 220 volt menyerap daya 60 watt.
Jika lampu itu dipasang pada tegangan 110 volt, berapa besar daya yang
diserapnya ?
P1 = 60 W

P2 = ?

V1 = 220 V

V2 = 110 V

Penyelesaian
Hambatan lampu selalu sama yaitu R.
- Lampu pada tegangan 220 volt :
2

P1 =

V
V2
? R ? 1
R
P1

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

34

R =

(220) 2
(1)
60

- Lampu pada teganagn 110 volt :


2

V
V
P2 = 2 ? R ? 2
R
P2
=

(110) 2
(2)
P2

Persamaan (1) = persamaan (2)


(220) 2
(110) 2
=
60
P2
P2 = 15 Watt
Daya yang diserapnya = 15 Watt.

c. Rangkuman
1. Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber
arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya: (a) Energi
listrik menjadi energi kalor, contoh: seterika, solder, dan kompor, (b)
Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu. (c) Energi listrik
menjadi energi mekanik, contoh: motor.(d) Energi listrik menjadi energi
kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,dan peristiwa penyepuhan.
2. Persamaan energi dapat dirumuskan dalam bentuk :
W =Vit
= (Ri) i t= i2 R t
W = V i t=

atau

V2
t
R

3. Keuntungan menggunakan energi listrik: Mudah diubah menjadi energi


bentuk lain, mudah ditransmisikan dan tidak banyak menimbulkan
polusi/ pencemaran lingkungan.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

35

4. Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan
berubah menjadi panas (kalor) pada penghantar.
Besar energi listrik yang berubah menjadi panas (kalor) dapat
dirumuskan:
Q

= 0,24 V i t kalori

= 0,24 i 2 R t kalori

= 0,24

V2
t kalori
R

Jika V, i, R, dan t masing-masing dalam volt, ampere, ohm, dan detik,


maka panas (kalor) dinyatakan dalam kalori.

d. Tugas
1. Berapa arus yang melalui bola lampu pijar 75 watt, yang dihubungkan ke
rangkaian luar 220 V?
2. Arus melalui stater motor dari sebuah mobil adalah 80 A. Jika baterai
memberikan beda potensial 12 V diantara ujung-ujungnya, berapakah
energi yang dipindahkan ke stater dalam 10,0 s?
3. Suatu pemanas listrik 15 ? bekerja pada tegangan 220 V
a. Berapa arus yang melalui pemanas?
b. Berapa energi yang digunakan oleh pemanas dalam 30 s?
c. Berapa energi panas yang dilepaskan pada waktu itu?
4. Hambatan dari elemen kompor listrik pada suhu operasional adalah 11 ?
a. Jika beda potensial antara ujung-ujungnya 220 V, berapakah arus yang
melalui elemen kompor tersebut?
b. Berapakah energi yang diperlukan elemen untuk berubah menjadi energi
panas dalam 30 s?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

36

c. Elemen-elemen sedang digunakan untuk memanaskan ceret yang


memuat 1,2 kg air. Anggap bahwa 70% panas diserap oleh air. Berapa
kenaikan suhu selama 30 s?.
5. Suatu pendingin ruangan mengalirkan arus 15 A dari sumber tegangan
sebesar 220 V. Alat tersebut dioperasikan rata-rata 5 jam tiap hari.
a.

Berapakah daya yang digunakan pendingin ruangan tersebut?

b.

Berapakah banyak energi dalam kWh yang di gunakan selama30 hari?

c.

Bila

harga

energi

Rp.176,-/kWh.

Berapakah

biaya

untuk

mengoperasikan pendingin ruangan selama 30 hari?


6. Sebuah pemanggang roti (toaster) empat iris, rata-rata bekerja pada daya
1200 W, dan didesain untuk menggunakan tegangan 220 V.
a. Berapakah hambatan pada toaster?
b. Berapakah arus yang mengalir ketika toaster dinyalakan?
c. Jika diperlukan 3 menit untuk memanggang roti, dan biaya per kilowattjam adalah Rp. 176,- berapakah biaya untuk membuat satu iris roti
panggang?
7. Radio transistor dijalankan dengan menggunakan baterai 9V, dan mengalir
arus 50 mA .
a. Jika harga baterai Rp. 1200/buah dan arusnya habis setelah 300 jam,
berapakah biaya per kWh untuk menjalankan radio dengan cara ini?
b. Pada radio yang sama, dengan suatu alat pengubah tegangan
dihubungkan dengan rangkaian rumah tangga dan pemilik membayar
Rp. 176,- per kWh. Berapakah biaya sekarang untuk menjalankan radio
selama 300 jam?
8. Pemanas listrik menggunakan 500W.
a. Berapa energi yang dipindahkan pemanas dalam setengah jam?
b. Pada biaya Rp. 150,- per kWh, berapa biaya untuk menjalankan
pemanas 6 jam per hari selama 30 hari?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

37

e. Tes Formatif
1. Dua buah bola lampu masing-masing tertulis 60 watt, 120 volt, dan 40
watt, 120 volt. Jika kedua bola lampu tersebut dihubungkan seri pada
tegangan 120 volt berapa jumlah daya pada kedua bola lampu
tersebut?
2. Pemanas mempunyai hambatan 10,0 ? bekerja pada tegangan 220V
seperti gambar di bawah :

a. Berapakah arus yang melalui hambatan?


b. Berapakah energi panas yang dicatu oleh pemanas dalam 20,0 s?
3. Pada sebuah pesawat televisi mengalir arus listrik sebesar 0,5 A ketika
dioperasikan pada tegangan 220 V.
a. Berapa daya yang digunakan pesawat televisi tersebut?
b. Jika rata-rata televisi dioperasikan selama 7 jam/hari, berapakah
energi yang digunakan per bulan (30 hari) dalam kWh?
c.

Apabila harga per kWh Rp. 176,-. Berapakah biaya opersional


pesawat televisi tersebut setiap bulan?

4. Radio transistor dijalankan dengan menggunakan baterai 9V, dan


mengalir arus 50 mA.
a. Jika harga baterai Rp. 1200/buah dan arusnya habis setelah 300
jam, berapakah biaya per kWh untuk menjalankan radio dengan
cara ini?
b. Pada radio yang sama, dengan suatu alat pengubah tegangan
dihubungkan dengan rangkaian rumah tangga dan pemilik

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

38

membayar Rp. 200,- per kWh. Berapakah biaya sekarang untuk


menjalankan radio selama 300 jam?

f. Kunci Jawaban
1. (jawaban : Daya lampu I = 9,6 Watt dan daya lampu II = 24 Watt).
2.

(Jawaban : I = 22 Ampere dan W = 96.800 Joule).

3. (jawaban : P = 110 Watt, W = 23,10 kwh, dan biaya Rp. 4.065,10).


4. (jawaban : biaya Rp. 3.650,- dan Rp. 4.090,-)

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

39

g. Lembar Kerja
Kegiatan 1
? Memahami tentang Energi listrik
Pembuktian Energi listrik pada suatu rangkaian
? Alat dan Bahan
? 3 buah resistor dengan nilai berbeda
? 1 buah catu daya
? beberapa buah kabel penjepit buaya
? 1 buah termometer
? Prediksi
1. Jika menggunakan tegangan konstan, prediksikan resistor mana yang
membolehkan arus paling besar melewatinya?
2. Pada kondisi yang sama, prediksikan resistor mana yang paling panas?
? Langkah Kerja
1. Sentuhkan bola (bagian bawah) termometer ke resistor.
2. Berikan daya selama 1 menit.
3. Ukur suhu resistor.
4. Dinginkan resistor, kemudian ulangi langkah-langkah tersebut pada
kedua

resistor yang lain.

? Analisis
1. Setelah diberi daya selama 1 menit, mengapa resistor-resistor tersebut
menjadi panas?
2. Mengapa resistor yang memiliki resistansi lebih kecil akan lebih cepat
panas?
? Peringatan
Jangan menyentuh resis-tor ketika dihubungkan dengan catu daya, karena
resistor sangat panas. Tunggulah dua menit sesudah mematikan daya
untuk menurunkan kembali suhu termometer.
Modul FIS.21.Listrik Dinamis

40

BAB III. EVALUASI

A. Tes Tertulis

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan jelas !

1.

Sebuah lampu dilalui arus listrik 1 A. Hitung jumlah elektron yang


mengalir dalam 1 jam. (muatan satu elektron = -1,6 x 10-19 C)

2.

Sepotong kawat tembaga mempunyai hambatan jenis 1,72 x 10-8 ohm


meter panjangnya 100 m penampangnya 4 mm 2. Hitung hambatan
kawat!

3.

Sebuah rangkaian listrik mempunyai sumber tegangan 20 Volt dan


hambatan 5 ? . Tentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian !

4.

Suatu amperemeter

dapat mengukur kuat arus sampai 1 A. Jika

amperemeter itu dihubungkan

pada baterai 16Volt

yang melalui

lampu yang berhambatan 50 ? dan berdaya 1 watt. Berapa kuat


arus yang ditunjuk amperemeter?
5.

Sebuah hambatan 20,0 ? dan sebuah hambatan 30,0 ? dihubungkan


seri dan diberikan beda potensial atau tegangan sebesar 220 V.
a. Berapa hambatan pengganti rangkaian?
b. Berapa arus yang mengalir dalam rangkaian?
c. Berapa tegangan pada tiap-tiap resistor?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

41

6. Tentukan kuat arus pada masing masing cabang !


E2 = 12V
E1 = 12V

R1 = 4?
R2 = 2?

7. Sebuah termometer hambatan yang dibuat dari platina memiliki


hambatan 50 ? pada 20 oC. Ketika dicelup ke dalam suatu bejana
yang

mengandung

indium

yang

sedang

lebur,

hambatannya

bertambah menjadi 77 ? . Dari informasi ini, tentukan titik lebur


indium. ? = 3,92 x 10-3 (oC)-1 untuk platina.
8. Gambarlah diagram rangkaian seri yang memuat baterai 4,5 V, resistor,
dan ammeter yang menunjuk 90 mA. Tulislah besar resistor. Pilih arah
untuk arus konvensional dan tunjukkan kutub positif baterai.
9. Rangkaian pada Gambar dibawah ini memiliki empat hambatan yang
identik. Andaikan sebuah kabel ditambahkan untuk menghubungkan
titik A dan B. Jawablah pertanyaan berikut. Jelaskan alasan Anda.
Berapa arus yang melewati kabel?

10. Tiga buah resistor masing-masing

60 ?

, 30 ?

dan 20 ?

dihubungkan paralel dengan sebuah baterai 9,0 V sebagaimana


tampak pada gambar di bawah ini :

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

42

a. Tentukan arus yang melalui tiap-tiap cabang dari rangkaian.


b. Tentukan hambatan pengganti rangkaian.
c. Tentukan arus yang melalui baterai.
Diketahui
RA = 6,0 ?
RB = 30,0 ?
RC = 45,0 ?

9V
6?

30 ?

45 ?

V = 9,0 V
Gambar : Rangkaian Paralel.
Tentukan Arus IA, IB, IC, R dan I = ?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

43

B. Tes Praktek
Rangkaian Gabungan Seri-Paralel
Pernakah anda mendapati cahaya di kamar tidur menjadi redup
ketika anda menyalakan pengering rambut? Lampu dan pengering rambut
dihubungkan paralel dengan tegangan 220 V. Kenyataannya menunjukkan
bahwa lampu menjadi redup, jadi arus pasti telah berubah. Redupnya
lampu ini terjadi karena kabel rumah memiliki hambatan kecil yang
tersusun seri dengan rangkaian parallel rumah. Ini adalah rangkaian
gabungan seri-paralel. Langkah-langkah yang ditunjukkan pada gambar
dibawah, adalah suatu strategi pemecahan masalah untuk menganalisis
rangkaian tersebut di atas.
500O

a
a

400O

I1
c

b
700O

I2
I

12,0 V

291,67O

400O

c
12,0 V

Gambar: (a) Rangkaian gabungan seri dan paralel.


(b) Rangkaian ekivalen, menunjukkan hambatan
ekivalen 291,67 ? untuk dua buah resistor paralel pada (a).
Berapakah arus yang mengalir dari suatu baterai pada gambar a dan
gambar b?

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

44

Kunci Jawaban
1.

(jawaban : 2.250 . 10 19 elektron)

2.

(jawaban : 0,43 ohm)

3.

(jawaban : 4 Ampere)

4.

(jawaban : 0,0625 Ampre)

5.

(jawaban : R = 50 ohm, I = 4,4 Ampere, V1 = 88 Volt dan V2 = 220


Volt)

6.

(jawaban : I1= 3 Ampere dan I 2= 0 Ampere )

7.

(jawaban : 207

8.

(jawaban : 50 ohm)

9.

(jawaban : 17,35 mA)

C)

10. (jawaban : IA = V/RA = 9,0 V/6,0 V = 1,5 A, IB = V/RB = 9,0 V/30,0


V = 0,3 A, IC = V/RC = 0,2 A, R = 4,5 ? dan I = 2,0 A.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

45

LEMBAR PENILAIAN PESERTA DIKLAT


Nama Peserta
No. Induk
Program Keahlian
Nama Jenis kegiatan

:
:
:
:

PEDOMAN PENILAIAN
No.
1
I

II

III

IV

VI

Aspek Penilaian
2
Persiapan
1.1. Membaca Modul
1.2. Persiapan Alat dan Bahan
Sub total
Pelaksanaan Pembelajaran
2.1. Cek Kemampuan Siswa
2.2. Melaksanakan Kegiatan 1 dan 2
Sub total
Kinerja Siswa
3.1. Cara merangkai alat
3.2. Membaca alat ukur listrik
3.3. Menulis satuan pengukuran
3.4. Banyak bertanya
3.5. Cara menyampaikan pendapat.
Sub total

Skor
Maks.
3

Skor
Perolehan
4

Keterang
an
5

20

25

Produk Kerja
4.1. Penyelesaian Tugas
4.2. Penyelesaian Kegiatan Lab.
4.3. Penyelesaian Tes Formatif
4.4. Penyelesaian Evaluasi
Sub total

35

Sub total
Laporan
6.1. Sistematika Peyusunan Laporan
6.2. Penyajian Pustaka
6.3. Penyajian Data
6.4. Analisis Data
6.5. Penarikan Simpulan
Sub total
Total

10

Sikap / Etos Kerja


5.1. Tanggung Jawab
5.2. Ketelitian
5.3. Inisiatif
5.4. Kemandirian

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

10
100

46

KRITERIA PENILAIAN
No.
1
I

Aspek Penilaian
2
Persiapan
1.1. Membaca Modul

1.2. Persiapan Alat dan Bahan

II

Pelaksananan Proses
Pembelajaran
2.1. Cek Kemampuan Siswa

2.2. Melaksanakan Kegiatan 1 dan 2

III

Kinerja Siswa
3.1. Cara merangkai alat

3.2. Membaca alat ukur listrik

3.3. Menulis satuan pengukuran

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

Kriterian penilaian
3

Skor
4

? Membaca modul.
? Tidak membaca
modul.

2
1

? Alat dan bahan


sesuai dengan
kebutuhan.
? Alat dan bahan
disiapkan tidak
sesuai kebutuhan.

? Siswa yang
mempunyai
kemampuan baik.
? Siswa tidak bisa
menyelesaikan

10

? Melaksanakan
kegiatan dengan
baik.
? Melaksanakan tidak
sesuai ketentuan.

10

? Merangkai alat
dengan benar.
? Merangkai alat
kurang benar.

? Cara membaca skala


alat ukur benar.
? Cara membaca tidak
benar.

? Menulis satuan
dengan benar
? Tidak benar menulis
satuan

47

3.4. Banyak bertanya

3.5. Cara menyampaikan pendapat

IV

Kualitas Produk Kerja


4.1. Penyelesaian Tugas

4.2. Penyelesaian Kegiatan Lab.

4.3. Penyelesaian Tes Formatif

4.4. Penyelesaian Evaluasi

Sikap/Etos Kerja
5.1. Tanggung Jawab

5.2. Ketelitian

5.3. Inisiatif

5.4.

Kemandirian

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

? Banyak bertanya.
? Tidak bertanya.

5
1

? Cara menyampaikan
pendapatnya baik.
? Kurang baik dalam
menyampaikan
pendapatnya.

? Kualitas Tugasnya
baik.
? Kualitasnya rendah

? Kualitas kegiatan
lab.nya baik.
? Kualitas rendah.

? Skor Tes Formatifnya


baik
? Skor Tes Formatif
Rendah

? Memahami Konsep
dengan baik.
? Kurang memahami
konsep

10

? Membereskan
kembali alat dan
bahan yang telah
dipergunakan
? Tidak membereskan
alat dan bahan.

? Tidak melakukan
kesalahan kerja.
? Banyak melakukan
kesalahan kerja

? Memiliki inisiatif kerja


? Kurang memliki
inisiatif .

? Bekerja tanpa
banyak perintah.
? Bekerja dengan
banyak perintah

48

VI

Laporan
6.1. Sistematika Peyusunan Laporan

? Laporan sesuai
dengan sistematika
yang telah
ditentukan.
? Laporan tidak sesuai
sistematika.

? Terdapat penyajian
pustaka.
? Tidak terdapat
penyajian pustaka

? Data disajikan
dengan rapi.
? Data tidak disajikan.

6.4. Analisis Data

? Analisisnya benar.
? Analisisnya salah.

2
1

6.5. Penarikan Simpulan.

? Tepat dan benar


? Simpulan kurang
tepat.

2
1

6.2. Penyajian Pustaka

6.3. Penyajian Data

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

49

BAB IV. PENUTUP


Setelah menyelesaikan modul ini, anda berhak untuk mengikuti tes
praktik untuk menguji kompetensi yang telah anda pelajari. Apabila anda
dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evaluasi dalam modul ini,
maka anda berhak untuk melanjutkan ke topik/modul berikutnya.
Mintalah pada guru/instruktur untuk melakukan uji kompetensi dengan
sistem penilaian yang dilakukan secara langsung oleh asosiasi profesi yang
berkompeten apabila anda telah menyelesaikan suatu kompetensi tertentu.
Atau apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul,
maka hasil yang berupa nilai dari guru/ instruktur atau berupa portofolio
dapat dijadikan sebagai bahan verifikasi oleh asosiasi profesi. Selanjutnya
hasil tersebut dapat dijadikan sebagai penentu standar pemenuhan
kompetensi tertentu dan bila memenuhi syarat anda berhak mendapatkan
sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

50

DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. (1998). Physics. Fifth Edition. New Jersey : Prentice
Hall.
Halliday, D., dan Resnick, R. (1986). Physics. Terjemahan: Pantur Silaban
dan Erwin Sucipto, Jakarta : Erlangga.
Paul W. Zitzewitz, et al. (1995). Physics. Teacher Wraparound Edition.
New York : Glencoe/McGraw-Hill.
Paul W. Zitzewitz, et al. (1999). Physics. Teacher Wraparound Edition.
New York : Glencoe/McGraw-Hill.
Sutrisno, 1990. Listrik Magnet. Bandung, ITB, Indonesia.

Modul FIS.21.Listrik Dinamis

51

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.


Besaran & Satuan

I. PENDAHULUAN
A. Diskripsi
Assalamualaikum wr. Wb, senang sekali
bisa berjumpa dengan kalian meski hanya
lewat modul ini. Anda pasti memiliki rasa
ingin tahu. Perasaan ingin tahu inilah yang
mendorong

manusia

untuk

menemukan

jawaban atas keingintahuannya


melakukan

pengukuran

dengan

atau

penelitian

fenomena alam yang dilihat. Sains adalah


hasil pemikiran manusia untuk menjawab
gejala-gejala alam yang dilihatnya.
Sains

merupakan salah satu cabang ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang terjadi.


Mempelajari sains berarti mempelajari cara memecahkan masalah dari gejalagejala alam yang dialami manusia.
Salah satu cabang sains adalah Fisika yaitu ilmu yang mempelajari
gejala fisik yang terjadi pada alam beserta perubahan perubahan fisiknya.
Ilmu Fisika mempunyai komponen-komponen atau besaran besaran fisis yang
dipakai untuk menyatakan hukum-hukum fisika, semisal panjang , massa,
waktu, kecepatan

dan lain-lain. Besaran besarann diatas dalam kehidupan

sehari hari akrab dan sering kita pakai untuk menyatakan sesuatu. Semisal
saat membeli buah kita menyebutkan besaran berat atau massa bauh yang kita
beli. Tukang kuli panggul misalnya, mengapa menggunakan bidang miring
untuk menaikkan
barang

dari

barang ke atas truk, mengapa tidak langsung menaikkan

bawah

diangkat

keatas

truk

?.

Mereka

mengetahui

jika

menggunakan bidang miring akan lebih ringan beban yang dipanggulnya


dibanding dengan menaikan secara langsung dari bawah ke atas truk.
Mempelajari

Fisika

berarti

belajar

mengatasi

dan

membantu

menyelesaian atau meringankan pekerjaan manusia, sehingga penting bagi kita


untuk mempelajari Fisika. Disamping itu Fisika mempunyai keterkaitan dengan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.


Besaran & Satuan

ilmu ilmu yang lain atau pekerjaan yang tidak berhubunga langsung dengan
ilmu fisika. Seorang pilot harus bisa membaca alat ukur kelajuan pesawat
terbang supaya bisa menentukan pada kelajuan berapa pesawat akan lending
agar tidak keluar dari ladasan. Seorang arsitek harus tahu dan bisa membaca
tingkat kelemModulan udara atau cauca supaya bisa menentukan bentuk dan
jenis bahan rumah yang cocok dengan kelemModulan dan cuaca

ditempat

tersebut dan masih banyak contoh yang lain. Untuk itu diperlukan pengetahuan
yang benar tentang besaran besaran fisis dan pengukuran yang tepat
sehingga dihasilkan data yang akurat dan dapat dijadikan pedoman. Pada Modul
ini akan kita bahas tentang besaran dan satuan serta pengukurannya
Pada akhir modul disediakan soal-soal latihan untuk melatih pemahaman
konsep, dan pada akhir modul di berikan Tes Akhir Modul.
Selamat belajar!

B. Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini terlebih dahalu anda harus telah memahami
konsep dasar besaran sebagaimana dijelaskan ketika anda di SMP.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya
minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau
berhenti di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada
setiap kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
9. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.


Besaran & Satuan

D. Indikator Hasil Belajar


1. Menyiapkan instrumen secara tepat serta melakukan

pengukuran

dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu,


dengan

mempertimbangkan

aspek

ketepatan

(akurasi),

kesalahan

matematis yang memerlukan kalibrasi, ketelitian (presisi) dan kepekaan


(sensitivitas)
2. Membaca nilai yang ditunjukkan alat ukur secara tepat, serta menuliskan
hasil

pengukuran

sesuai

aturan

penulisan

angka

penting

disertai

ketidakpastiannya (batas ketelitian alat) dengan tepat.


3. Mendefinisikan angka penting dan menerapkannya.
4. Menjelaskan pengertian tentang kesalahan sistematik dan acak serta
memberikan contohnya
5. Menghitung kesalahan sistematik dalam pengukuran *)
6. Mengolah data hasil pengukuran dan menyajikannya dalam bentuk grafik
dan mampu menarik kesimpulan dan merumusan matematis sederhana
(linier) untuk besaran fisis yang disajikan dalam bentuk grafik
7. Membandingkan besaran pokok dan besaran turunan serta dapat
memberikan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
8. Menerapkan satuan besaran pokok dalam sistem internasional
9. Menentukan dimensi suatu besaran pokok
10. Menerapkan analisis dimensional dalam pemecahan masalah *)
E.

Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
Kompetensi dasar
1.1 Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan
mengolah data hasil dengan menggunakan aturan angka penting

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

II. KEGIATAN BELAJAR 1


BESARAN DAN SATUAN
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, anda diharapkan :
1. mendefenisikan dan memberi contoh contoh besaran
2. membedakan macam macam besaran
3. menerapakan konsep besaran fisika
4. melakukan pengukuran besaran dan menyatakannya dengan benar
B. URAIAN MATERI
2. BESARAN DAN SATUAN
Dalam kehidupan sehari-hari
kita

sering

atau

menggunakan

menyebut

besaran

untuk menyatakan sesuatu,


misalnya

saat

kendaraan
dapat
tadi

memacu

bermotor

mengatakan
melaju

kita
Saya

dengan

kecepatan 70 km/Jam, atau


para

petani

selesai

memanen padinya mereka


menghitung hasil panenannya (massa gabah) dengan menggunakan istilah
20 sak, 20 karung atau 50 pikul dan lain lain sebutannya.
Kecepatan, massa disebut dengan besaran, sedangkan Km/Jam, pikul atau
karung menunjukkan ukuran atau satuan.
Orang jaman dahulu menyebutkan satuan dengan istilah yang berbedabeda untuk menyatakan besaran yang sama, contoh untuk mengukur
massa gabah hasil panen mereka menyebutnya pikul, sak dan lain-lain.
Untuk mengukur panjang sawah mereka ada yang menggunakan lengan,

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


depa, hasta atau kaki. Besaran besaran tersebut untuk bisa disebut
satuan maka para ahli Fisika menentukan kriteria atau syarat,diantaranya :
i. Mudah di tiru ; satuan yang digunakan harus dapat ditiru atau dipakai
tanpa banyak kesulitan jadi tidak hanya dapat dipakai orang orang
tertentu saja. Contoh meter, kita dapat dengan mudah meniru atau
membuat duplikasi satuan meter ke dalam satuan lain hanya dengan
membandingkan acuan satuan yang telah ada.
ii. Bernilai tetap ; Nilai satuan yang digunakan harus bersifat tetap dalam
keadaan apapun

untuk siapapun. Contoh depa, satuan depan akan

berbeda jika yang melakukan pengukuran orang dewasa dengan anak


anak karena jelas satu depa orang dewasa dengan anak-anak berbeda.
Maka satuan depa tidak dapat dikategorikan satuan karena tidak
bersifat tetap.
iii. Diterima secara Internasional; Hal ini berhubungan dengan sifat
universal satuan, jadi satuan harus bisa digunakan di seluruh negara
dan

dapat

digunakan

para

ilmuwan

untuk

perkembangan

Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi dengan standart yang sama. Dengan


ilmuan dapat dennnngan mudah memahami hasil pengukuran ilmuan
negara lain.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan

bahwa besaran adalah sesuatu

yang dapat diukur dan memiliki nilai. Sedangkan satuan adalah ukuran dari
sebuah besaran yang didefinisikan untuk secara tepat menjadi satu (1,0)
atau satuan adalah cara menuliskan atau menyatakan nilai suatu besaran.
a. Besaran Pokok
Pada konferensi umum mengenai berat dan ukuran ke 14 tahun
1971, berdasarkan hasil pertemuan panitia internasional menentapkan
tujuh besaran sebagai dasar dan menjadi sistem satuan Internasional yang
disingkat SI. Kata -kata SI berasal dari bahasa perancis Le Sisteme
International dunites. Ketujuh besaran dasar tadi kemudian kita kenal
dengan besaran pokok, yaitu sebagai berikut :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

Besaran

Satuan

Simbol
Satuan

Panjang

Meter

Massa

Kilogram

kg

Waktu

Sekon

Intensitas Cahaya

Candela

cd

Suhu

Kelvin

Kuat arus listrik

Ampere

Jumlah zat

Mol

Mol

b. Sistem Satuan
Satuan suatu besaran dapat dinyatakan dalam berbagai sistem
satuan diantaranya Sistem Internasional, sistem MKS (meter kilogram
sekon), Sistem CGS (centimeter gram sekon) bahkan juga ada British
Sistem atau Sistem Inggris. Sistem yang berlaku ada yang bersifat umum
dan lokal. Dalam Fisika sistem MKS dan CGS adalah sistem satuan yang
bersifat umum, sedangkan sistem yang berlaku secara internasional yaitu
Sistem

(satuan) Internasional (SSI). British Sistem atau Sistem Inggris

adalah sistem satuan yang berlaku lokal hanya untuk beberapa negara
seperti Inggris dan Amerika Serikat. Sistem Internasional (SI) adalah
sistem satuan yang terstandar secara Internasional, berikut standar
Internasional satuan 3 besaran pokok yang utama :
1) Standar Satuan Panjang
Pada awalnya standar panjang 1 meter atau yang kita kenal meter
standar adalah jarak antara dua goresan pada batang
pada suhu 0

Platinum-Iridium

C. Pada tahun 1960 Konferensi Umum mengenai berat

danukuran mendefinisikan ulang satu meter standar sebagai jarak panjang


1.650.763.73

kali

panjangg

gelombang

cahaya

merah

dihasilkan oleh gas Krypton. Terakhir pada tahun 1983

jingga

yang

definisi meter

standar disempurnakan sebagai jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang


hampa selama

1
sekon.
299.792.458

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


2) Standar Satuan Massa
Kilogram standar dinyatakan sebagai massa sebuah selinder PlatinumIridium yang disimpan di sevres dekat kota Paris. Pada tahun 1887
Kilogram Standar diperbaiki menjadi
satu liter

satu Kilogram Standar adalah massa

(1000 cm ) air murni pada suhu 40 C dan ini berlaku sampai

sekarang walaupun ada sedikit penyimpangan ternyata satu Kilogram yang


tepat sebanding dengan 1000,028 cm3.
3) Standar Satuan Waktu
Besaran waktu dinyatakan dalam satuan sekon atau detik. Standar
waktu didefinisikan 1 sekon sama dengan
kemudian

diubah

menjadi

sekon

1
hari rata-rata matahari,
86.400

didefinisikan

sama

dengan

1
tahun tropik 1900. Pada tahun 1967, definisi 1 sekon
31.556.925,9747
disempurnakn menjadi selang waktu yang dibutuhkan oleh atom Sesium133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631,770 kali.
c. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang dihasilkan dari penurunan
besaran pokok. Selain besaran, satuan juga dibedakan menjadi 2 yaitu
satuan pokok dan satuan turunan. Satuan turunan adalah satuan campuran
dari beberapa satuan pokok.
Contoh :
Luas adalah besaran turunan karena luas dihasilkan dari perkalian besaran
panjang. A = p x l, dimana panjang dan lebar adalah besaran pokok, maka
luas disebut besaran turunan. Panjang dan lebar memiliki satuan meter
(m), jika

A = p x l = m x m =m2 maka m2 adalah satuan turunan.

Beberapa contoh lain dari besaran turunan adalah Volume, Kecepatan,


Percepatan, gaya, Daya dan lain-lain.
TipsSemua besaran selain besaran pokok adalah besaran turunan
d. Konversi satuan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


Sistem satuan Internasional sering disebut sistem metrik. Oleh
karena itu satuan internasional dapat diubah-ubah dari satuan satu ke
satuan yang lain, hal ini dikenal dengan istilah Konversi Satuan. Konversi
satuan mutlak diperlukan dalam penulisan penulisann hasil pengukuran
yang sangat besar atau sangat kecil. Satu contoh sederhana, apabila kita
akan menyatakan atau menuliskan 0,000001 m maka akan lebih mudah
jika menuliskannya menjadi 1 m karena dengan mengkonversikan 1 m =
106 m.

Selain konversi satuan penulisan bilangan awalan bisa dilakuakan

notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah cara penulisan bilangan yang sangat
besar atau kecil dengan menggunakan faaktor pengali atau awalan. Hal ini
pernah disampaikan pada konferensi umum tentang berat dan ukuran ke 14
tahun 1971. berikut ini adalah faaktor penngali atau awalan pada penulisan
ilmiah :
Tabel 1.2 Faktor pengali atau awlan dalam SI
Faktor

Awalan

Simbol

Faktor

Awalan

Simbol

101

Deka

da

10-1

Desi

Senti

10

103
10

109

-2

Hekto

10

Kilo

10-3

Milli

Mega

10

-6

Mikro

Giga

10-9

Nano

Piko

Femto

Atto

12

Tera

10

1015

Peta

10-15

-18

10
10

18

Eksa

10

-12

Contoh 1.4
1. Sebuah benda beratnya 200 g cms-2 , konversikan berat benda tersebut
ke dalam satuan kgms-2.
1 gram

= 10-3 kg

1 cm

= 10-2 m

dengan demikian 200 gcms-2 = 200.10-3kg. 10-2 ms-2 = 2. 10-3 kgms-2.


2. Jari-jari sebuah atom sebesar 7,239876 .10-11 m,

nyatakan massa

electron kedalam satuan micrometer, femtometer.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

Jika 1m = 10-6m berarti

1m =

1m
1m = 10 6 m
-6
10

maka

7,239876 .10 -11 m


1m
10-6 m
= 7,239876 .10-11 x 10 6 m

7,239876 .10 -11 m =

= 7,239876 .10-5 m
3. tuliskan bilangan berikut dengan notasi ilmiah
a. 12369,75 cm3
b. 0,0000003628 m
c. 1/25. 10-10 detik
Jawab :
a. 12369,75 cm3 = 1,236975 .104 cm3
b. 0,0000003628 m = 3,628 . 10-7 m
c. 1/25. 10-10 jam = 4. 108 jam
3. INSTRUMEN PENGUKURAN
Untuk mengukur atau menyatakan nilai suatu besaran maka diperlukan
alat atau instrumen

pengukuran. Alat alat ukur tersebut diantaranya

adalah :
a. Alat Ukur Panjang
Dalam kehidupan sehari - hari kita sering melihat atau melakukan
pengukuran panjang

seperti mengukur panjang meja, jala dan lain-lian.

Alat ukur panjang yang sering digunakan dalam pengukuran panjang


adalah mistar, roll meter, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Setiap
alat ukur panjang memiliki skala yang berbeda beda dan fungsi yang
berbeda-beda.
1) Mistar dan Roll meter
Mistar

kebanyakan

centimeter (cm) dengan

memiliki

skala

milimeter

(mm)

atau

skala terkecil kebanyakan milimeter (mm),

sedangkan roll meter memiliki skala centimeter (cm) saja artinya skala
terkecil yang dimiliki roll meter adalah centimeter. Mistar biasanya
digunakan untuk mengukur besaran panjang yang kecil atau pendek,

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


sedang roll meter digunakan untuk mengukur besaran panjang yang
lebih besar seperti mengukur panjang jalan, lebar tanah pertanian dan
lain lain.

Jika ditinjau dari skala terkecilnya maka mistar dibanding

roll meter mempunyai tingkat ketelitian dan kepastian yang lebih tinggi.

Gambar 1.3. (a) Gambar mistar (b). Gambar Roll meter


2) Jangka Sorong
Jangka sorong dalam industri permesinan sangat penting karena
alat ukur panjang ini mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi/akurat
dan keistimewaan yang lain. Dalam penggunaannya jangka sorong
dapat digunakan untuk mengkur panjang, diameter dalam dan luar
serta kedalaman. Tingkat ketelitian jangka sorong selalu mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun mulai dari 0,5 mm, 0,1 mm, 005
mm dan sekarang yang banyak digunakan daat mencapai 0,02 mm.
tingkat ketelitian jangka sorong

atau skala terkecil disebut skala

Nonius. Jangka sorong mempunyai dua komonen penting yaitu

Rahang tetap, rahang tetap mempunyai skala utama dalam


satuan centimeter (cm).

Rahang geser; rahang geser mempunyai skala Nonius dalam


satuan milimeter (mm).

untuk lebih jelasnya kitalihat gambar jangka sorong dibawah ini

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

10

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

Gambar 1.4. Jangka Sorong

Cara membaca jangka sorong


a). Skala Utama; skala utama adalah skala yang tertera pada rahang
tetap dibaca mulai dari angka nol pada rahang teta sampai skala
atau angka didepan skala nol pada skala nonius (rahang geser).
b). Skala nonius; skla nonius adalah skla yang terbaca pada rahang
geser. Carilah skala Nonius yang berhimpit (segaris lurus) dengan
skala utama, kemudian dikalikan dengan skala terkecil atau skala
nonius jangka sorong.
Perhatikan contoh berikut

Pembacaan skala diatas diperoleh dari :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

11

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


Skala Utama

= 2,5 cm

= 55 mm

Skala Nonius

= 8 x 0,05 mm

0,4 mm

+
Hasil Pengukuran

= 25,4 mm atau 2,54 cm

3) Mikrometer sekrup
Alat ukur panjang ini memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi
dibanding

jangka

mencapai

0,01

sorong.

mm

Tingkat

sehingga

ketelitian

tepat

micrometer

digunakan

untuk

sekrup

mengukur

ketebalan suatu benda yang tipis seperti kertas, diameter kawat dan
lain-lian nyang sejenis. Tetapi panjang maksimum skala utama pada
jangka sorong terbatas sampai 2,5 cm, dan skala noniusnya terdiri dari
50 skala atau sebanding denngan 0,01 mm. Micrometer sekrup
mempunyai dua komponen utama yaitu :
1. Poros tetap, yaitu poros yang tertulis skala utama (skala utama
dalam satuan millimeter ).
2. Poros putar yaitu yang terdapat skala nonius.
.

Gambar 1.5 Mikrometer sekrup


Cara membaca micrometer sekrup :
1. Bacalah skala utama terakhir yang terlihat didepan skala poros putar
(ingat skala utama mempunyai skala terkecil 0,5 mm).

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

12

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


2. Bacalah skala nonius yang terletak segaris atau berimpit dengan
sumbu poros tetap ( skala nonius terdapat 50 skala ) dikalikan 0,01
mm Contoh
Perhatikan gambar micrometer sekrup hasil sebuah pengukuran berikut:

Skala Utama

Skala Nonius

= 0 x 0,01 = 0 mm

Hasil Pengukuran

10 mm
+

= 10 mm

b. Alat Ukur Massa


Pada prinsipnya pengukuran massa benda adalah membandingkan antara
massa benda dengan massa acuan yang telah distandarisasikan. Alat ukur
massa yang biasa digunakan adalah neraca atau timbangan. Contoh
macam-macam neraca :
ii. Neraca tiga lengan
iii. Neraca sama lengan
iv. Neraca pegas
v. Neraca Pelat datar
vi. Neraca inersia

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

13

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

Gambar 1.6 Macam - macam Neraca


Prinsip kerja neraca ada empat macam, yaitu prinsip kesetimbangan gaya
grafitasi, prinsip kesetimbangan momen gaya, prinsip kesetimbangan gaya
elastis dengan grafitasi dan prinsip inersia (kelembamam). Neraca yang
menggunakan prinsip kesetimbangan grafitasi contohnya adalah neraca
sama

lengan.

Contoh

neraca

yang

menggunakan

prinsip

kesetimbanganmomen gaya adalah neraca dacin sedangkan neraca yang


menggunakan prinsip kesetimbangan gaya elastis adalah neraca pegas
walaupun sesungguhnya neraca pegas adalah alat ukur gaya bukan alat
ukur massa. Neraca inersia adalah neraca yang tidak tergantung pada gaya
grafitasi, tetapi menentukan massa dengan menggunakan salah satu sifat
penting massa yaitu inersia (kelembamam). Neraca pelat dan neraca
inersia hanya dapat kita temukan di labolatorium Fisika sedangkan neraca
yang lain sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Alat Ukur Waktu
Pada

zaman

dahulu

orang

mengguanakan

bayangan

sebagai

petunjuk untuk menentukan, sampai kemudian ditemukannya jam bandul


atau

lonceng

bandul

dengan

mengguanakan

prinsip

kerja

ayunan

sederhana. Sekarang banyak etersedia alat ukur waktu seperti jam tangan,
jam dinding, sedangkan alat ukur waktu yang sering dipakai dilabolatorium
adalah stop wacth. Menurut jenis tampilan penunjuk waktunya stop watch
dibedakan jadi dua, yaitu stop watch analog dan stop watch digital. Stop
watch

analog

sedangkan

memiliki

stop

watch

tingkat
digital

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

ketelitian
memiliki

sampai

tingkat

setengah

ketelitian

detik,

mencapai

14

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


seperseratus detik. Selain jam dan stop watch ada alat ukur waktu yang
disebut digital scaler time, yaitu alat ukur waktu yangdigunakan untuk
mencatat

selang

waktu

benda

yang

bergerak.

Digital

scaler

time

menggunakan scaler timernya mengukur secara otomatis yang digerakkan


secara optik.

Gambar. 1.7 (a). jam dan Stop Watch

(b). Scaler Time Digital

d. Alat Ukur Suhu


Alat ukur suhu disebut termometer. Dengan menggunakan sifat thermal
suatu zat maka thermometer dapat mengetahui perubahan suhu benda
dilihat dari titik didih dan titik beku zat yang dipakai. Kita mengenal ada 3
thermometer yaitu Celcius, Reamurs dan Fahrenheit.

Termometer Celcius
Ditemukan oleh Ilmuwan berkebangsaan Swedia bernama Andres
Celcius pada tahuan 1742. Termometer ini menggunakan patokan atas
suhu air mendidih 1000 C dan patokan bawah suhu air membeku 00 C
pada keadaan STP

Termometer Fahrenheit
Termometer Fahrenheit ditemukan oleh Gabriel Daniel Fahrenheit,
seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman pada tahun 1706. Fahrenheit
menggunakann air raksa

sebagai bahan pengisi karena sifat-sifat air

raksa yang istimewa. Termometer Fahrenheit menggunakan patokan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

15

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


atas suhu air mendidih 2120 F dan patokan bawah suhu air membeku
320 F pada keadaan STP.

Termometer Reamurs
Termometer Reamirs juga menggunakan patokan atas air mendidih
pada sushu 800 R daan Patokan bawah suhu air membeku pada suhu 00
R dalam keadaan STP.

Selain ketiga jenis termometer diatas, ada juga skala termometer yang lain
yaitu Kelvin. Satuan Kelvin dinyatakan sebagai skala suhu standar
Internasional

(SI)

atau

dikenal

dengan

istilah

suhu

mutlak. Kelvin

mempunyai nilai skala yang sama dengan celcius ditambah 273. ditinjau
dari bahan thermionik yang digunakan termometer ada 3 yaitu termometer
gas, cair dan zat padat ( termokopel dan hambatan platinum). Selain
termometer diatas ada juga termometer yang bekerja pada suhu tinggidan
berkilau yaitu Pyrometer atau termometer optik. Termometer ini bekerja
dengan prinsip membandingkan kecerahan dan warna kilauan benda yang
diukur dengan suhu

kecerahan dan warna kilauan filamen yan sudah

diketahui dalam pyrometer.

a.

b.

Gambar 1.8 (a). thermometer zat cair

c.
(b) thermometer termokopel

( c) termometer Hambatan (platinum)


( d) Pyrometer.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

16

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


e. Alat Ukur Listrik
Alat ukur listrikterdiri dari tiga jenis besaran yaitu

Alat ukur arus listrik. Alat ukur arus listrika dalah ampermeter. Untuk
nilai satuan yang lebih kecil biasanya digunakan milliampermeter,
mikroampermeter atau galvanometer. Cara penggunaan ampermeter
pada rangkaian yaitu dipasang secara seri dengan benda yang diukur
arusnya.

Alat ukur beda potensial (tegangan listrik). Alat ukur tegangan listrik
adalah voltmeter. Untuk mengukur tegangan yang lebih kecil juag
digunakan milivoltmeter, mikrovoltmeter atau nanovoltmeter. Cara
pengguanaan voltmeter pada rangkaian dipasang pararel dengan alat
yang akan diukur.

4. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
Pengamatan Besaran Fisika biasanya diperoleh dari pengukuran Alat
ukur yang dianalisis menjadi teori atau postulat. Pengukuran adalah
kegiatan membandingkan besarann yang akan diukur dengan besaran
sejenis yang telah ditetapkan sebagai satuan. Besaran pembanding yang
ditetapkan sebagai satauan dimaksud adalah sistem satuan yang ditetapkan
secara

internasional

sebagaimana

diuraikan

diatas.

Dalam

setiap

pengukuran biasanya kita di baying-bayangi oleh pertanyaan pertanyaan


bagaimanakah hasil pengukuran kita, bagaimaana cara melaporkannya,
apakah jaminannya bahwa hasil pengukuran kita tidak salah, seberapa
kurang tepatnya pengukuran kita dan pertanyaan pertanyaan yang
sifatnya ingin mendapatkan kepastian. Artinya dalam setiap pengukuran
selalu diikuti dengan ketidakpastian dan apakah penyeModul ketidakpastian
hasil pengukuran itu ?. Secara umum faktor penyeModul munculnya
ketidakpastian hasil pengukuran adalah
1. Faktor internal (Human Error ) yaitu faktor yang muncul dari kesalahan
pengamat dalam pengukuran.
2. Faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan dan
Alat yang digunakan. Lingkungan seperti suhu, kelemModulan udara,
tekanan

udara

dan

lain

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

sangat

berpengaruh

pada

pengukuran.

17

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


Perbedaan faktor diatas saat mengkalibrasi alat ukur (mendesain) dan
menggunakannya akan menghasilkan pengukuran yang berbeda. Alat
ukur yang digunakan juga sangat berpengaruh dalam menghasilkan
data yang akurat. Alat yang sudah lama atau aus dapat menghasilkan
perbedaan pada hasil pengukuran dan alat juga buatan manusia jadi
dapat mengalami kerusakan.
a. Jenis jenis ketidakpastian pengukuran
penulisan hasil pengukuran harus diikuti dengan membuat taksiran
ketidakpastian dari hasil pengukuran tersebut. berikut ini adalah beberapa
jenis

ketidakpastian

beserta

sumbernya

yang

kita

jumpai

dalam

pengukuran :
1) Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian

bersistem

dapat

terjadi

karena

beberapa

kesalahan

diantaranya adalah :
a). Kesalahan kalibrasi. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai
skala pada saat pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat
sehingga setiap alat ini digunakan akan selalu terdapat ketidakpastian
dalam

pengukuran.

Hal

ini

dapatdiketahui

denganmembandingkan

dengan alat yang baku atau sudah terstandarisasi yang mendekati


sempurna.
b). Kesalahan titik nol. Titik nol skala pada alat yang kita gunakan tidak
tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk yang
tidak bisa kembali tepat pada skala nol. Akibatnya hasil pengukurann
dapat mengaalami penambahann atau pengurangan sesuai dengan
selisih daari skala nol semestinya. Hal ini bisa terjadi karena pegas pada
jarum penunjuk sudah aus atau mengalami peregangan.
c). Kesalahan

komponen alat atau kerusakan alat. Kerusakan pada alat

jelas sangat berpengaruh pada pembacaan alat ukur. Misalnya pada


neraca pegas, jika pegas yang digunakan sudah lama atau aus maka
akan berpengaruh pada pengurangan konstanta pegas sehingga jarum
atau skala penujuk tidak tepat pada angka nol

yang membuat skala

berikutnya bergeser.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

18

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


d). Kesalahan paralak, kesalahan ini terjadi saat pengamat membaca skala
pada alat ukur, posisi mata tidak tegak lurus dengan diatas jarum atau
garis skala.
e). Kesalahan

faktor

eksternal,

faktor

eksternal

seperti

suhu,

kelemModulan dan tekanan udara pada saat mengkalibrasi alat dan saat
menggunakannya

tidak

sesuai

atau

sama

dapat

mengakibatkan

terjadinya kesalahan pengukuran. Semisal alat bias menjadi mengalami


pemuaian karena suhu saat merangkai alat dan menggunakannya
berbeda atau faktor ekternaal yang diabakan ternyata pengaaruhnyaa
terlalu besar terhadap hasil pengukuran dan contoh contoh yang lain.
2) ketidakpastian rambang atau acak.
Ketidakpastian atau kesalahan acak adalah kesalahaan

yang

sumbernya tidak mungkin kita kendalikan semua sekaligus atau diluar


kendali pengamat atau praktikan. Faktor faktor ini berupa perubahan
yang

berlangsung

pengontrolannya

sangat

diluar

cepat

sehingga

kemampuan

pengaturan

kita.

Beberapa

dan
diantara

ketidakpastian rambang itu adalah sebagai berikut :


a). Gerak Brown molekuk udara, molekul udara seperti kita maklumi
keadaannya selalu bergerak sangat tidak teratur atau rambang.
Gerak

ini

dapat

mengalami

fluktuasi

yang

sangat

cepat

menyeModulkan jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada


mikrogalvanometer terganggu karena tumbukan dengan molekul
udara.
b). Fluktuasi tegangan listrik, tegangan PLN atau sumber tegangan lain
seperti aki, bateri selalu mengalami perubahan kecil yang tidak
teratur dan cepat sehingga

menghasilkan data pengukuran

besaran listrik yang tidak konsisten atau relatif stabil.


c). Landasan

yang

bergetar.

Getaran

pada

alat

dapat

berakibat

pembacaan skala yang berbeda, terutama alat alat yang sensitive


terhaadap gerak. Alat seperti seismograf butuh tempat yang tidak
ada getaran, sehingga jika landasannya bergetar maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada gempa bumi.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

19

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


d). Bising, bising adalah gangguan yang selalu kita jumpai pada alat
elektronik berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari
komponen alat bersuhu.
e). Radiasi latar belakang, radiasi gelombang elektromagnetik
kosmos

(luar

angkasa)

dapat

menganggu operasional alat.

mengganggu

pembacaan

dari
dan

Contohnya ponsel tidak boleh

digunakan di SPBU, Pesawat karena bias mengganggu alat ukur


dalam SPBU atau pesawat karena gelombang elektromagnetik pada
telepon

seluler

dapat

mengasilkan

gelombang

radiasi

yang

mengacaukan alat ukur pada pesawat.


Ketidakpastian

pengukuran

harus

dapat

dituliskan

seberapa

besar

ketidakpastiannya dan Untuk menyatakan atau menuliskan hasil ketidak


pastian pengukuran dapat dilaporkan dengan menggunakann cara penulisan
x = (x x), dimana x adalah hasil pengukuran dan

x adalah

ketidakpastian pengukuran (angka taksiran ketidakpastian).


b. Ketidakpastian pada pengukuran tunggal
Pada pengukuran yang dilakukan sekali saja atau pengukuran
tunggal hasil pegukurannyaa dapat dilaporakan dengan menggunakan cara
penilisan x = (x x), dimana x adalah hasil pengukran tunggal dan x
adalah setengah hitungan nilai skala terkecil alat ukur yang digunakan.
contoh
Hasil pengukuran diameter suatu kawat

dengan menggunakan

mistar adalah 2,5 cm dengan skala terkecil pada mistar 1 mm maka hasil
pengukuran tersebut dapat dilaporkan

d = (2,5 0,05) cm. Penggunaan

tanda memberikann kepastian dari desimal taksiran. Makna dari penulisan


tersebut adalah adanya jaminan 100 % kepastian

pengukurannn bahwa

2,45 x 2,55. Dengan kaa lain kepastian pengukuran itu berada pada
selang (2,5 0,05 ) cm dan (2,5 +0,05) cm.
c. Ketidakpastian pada pengukuran berulang

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

20

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


Untuk

mendapatkan

hasil

pengukuran

yang

akurat

maka

pengukuran dapat dilakukan secara berulang ulang dengan mengampil


sejumlah n data sehingga dihasilkan kepastian pengukuran. Bagaimanakah
mengolah sejumlah data tersebut ? dan bagaimana melaporkannya ?. Hasil
pengukuran berulang terbaik dapat dihasilkan dari nilai rerata , modus
(nilai paling sering muncul) dan median (nilai tengah), akan tetapi dari
ketika cara tersebut untuk pengukuran berulang lebih tepat digunakan
rerata untuk menyatakan hasil pengukuran. Pada pengukuran berulang bisa
didapati nilai yang diperolah sangat bervariasi dan rentangnya yang kecil
sehingga kurang tepat jika menggunakan modus dan median.
Adapun rumus rerata untuk data (x)

sejumlah n sampel adalah sebagai

berikut :

X =

X
n

sedangkan untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang


digunakan simpangan baku nilai rerata sampel.
2
1 n X ()
X
X =
n
n 1
2

276.24 408.6898 3.96 22.08 0 /8 18.6

Pada pengukuran tunggal atau berulang x pada pengukuran tersebut


disebut ketidakpastian mutlak. Semakin kecil ketidakpastian mutlak yang
dicapai

maka semakin tepat pengukuran

menyatakan

ketidakpastian

suatu

ketidakpastian relatifnya, yaitu

besaran

tersebut. Cara lain untuk


adalah

dengan

menyebut

X
100% . Semakin kecil ketidakpastian
X

relatif, maka makin tepat pengukuran tersebut. Nilai ketidakpastian dalam


pengukuran

akan

mempengaruhi

jumlah

angka

berarti

yang

boleh

diikutsertakan dalam penulisan. Semakin besar jumlah angka berarti yang


boleh diikutsertakan maka semakin tepat pengukuran tersebut. Adapun
ketentuan jumlah angka berarti yang boleh dilaporkan adalah

ketidakpastian relatif 10% berhak atas dua angka berarti

ketidakpastian relatif 1% berhak atas tiga angka berati

ketidakpastian relatif 0,1% berhak atas empat angka berarti

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

21

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


contoh.
Pada sebuah percobaan pengukuran suhu diperolah data sebagai berikut :
34,50C, 34,60C, 34,40C, 34,70C, 34,30C, 34,40C, 34,50C, 34,50C, 34,8,
34,40C, 34,50C hitunglah hasil pengukuran data diatas :
Tabel 1.4 data hasil pengukuran
No

T2

34.5

1190.25

34.6

1197.16

34.4

1183.36

34.7

1204.09

34.3

1176.49

34.5

1190.25

34.4

1183.36

34.5

1190.25

34.8

1211.04

10

34.3

1176.49

345

11902.74

T=

T
n

1
T =
n
T =

345
= 34,50 C
10

n T 2 ()
T

247.44 309.3298 3.96 21.48 0 /8 18.6836

n 1

1 10(11902,74) ()
345
10
10 1

/8 15.8398 0.7465 0 0 1 276.6 273.9298 ()

1 119027,4 119025
10
9
T = 0,05164
T =

ketidakpastian relatinya

0,05164
100% = 0,149 berarti berhak atas 4
34,5

angka penting

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

22

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

maka penulisan hasil pengukurannya adalah

T = (34,50 0,052) 0C.

.
C. Rangkuman
1. besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan memiliki nilai.
2. Dalam satuan system Internaional (SI) ada tujuh besaran pokok yaitu
panjang (m), massa (Kg), waktu (s), kuat arus (A), suhu (0K), jumlah zat
(mol) dan intensitas cahaya (Cd). Besaran yang diturunkan dari besaran
pokok disebut besaran turunan, contohnya luas (m2), perpindahan (m),
kecepatan (ms-1), percepatan (ms-2), gaya (N) dan usaha (J) dan lain-lain.
3. Satuan internasional dapat diubah-ubah dari satuan satu ke satuan yang
lain, hal ini dikenal dengan istilah Konversi Satuan.
4. Dimensi sutu besaran merupakan pengungkapan besaran dengan besaran
pokok. Dimensi besaran besaran pokok dinyatakan dengan symbol huruf
sebagai berikut : Panjang [L], massa [M], waktu [T], suhu [], kuat arus [I],
intensitas cahaya [J], dan jumlah zat [N].
5. Untuk mengukur atau menyatakan nilai suatu besaran maka diperlukan alat
atau instrumen

pengukuran dalam hal ini alat ukur adalah alat ukur

panjang, massa, waktu.


6. setiap pengukuran selalu diikuti dengan ketidakpastian adapun faktor
penyeModul munculnya ketidakpastian hasil pengukuran adalah

Faktor internal (Human Error ) yaitu faktor yang muncul dari kesalahan
pengamat dalam pengukuran.

Faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan dan Alat
yang digunakan. Lingkungan seperti suhu, kelemModulan udara, tekanan
udara dan lain lain beberap jenis ketidakpastian beserta sumbernya yang
selalu kita jumpai dalam pengukuran adalah (1). Ketidakpastian bersistem
; Ketidakpastian bersistem dapat terjadi karena Kesalahan kalibrasi,
Kesalahan titik nol, Kesalahan

komponen alat atau kerusakan alat,

Kesalahan paralak. (2). ketidakpastian rambang atau acak adalah sebagai


berikut : Gerak Brown molekuk udara, Fluktuasi tegangan listrik, Landasan
yang bergetar, Bising, dan Radiasi latar belakang, radiasi gelombang
elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa).

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

23

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

7. Ketidakpastian

pengukuran

dituliskan

dengan

menggunakann

cara

penulisan x = (x x), dimana x adalah hasil pengukuran dan x adalah


ketidakpastian

pengukuran

(angka

taksiran

ketidakpastian).

pada

pengukuran tunggal hasil pegukurannyaa dapat dilaporakan x = (x x),


dimana x adalah hasil pengukran tunggal dan x adalah setengah hitungan
nilai skala terkecil alat ukur yang digunakan.
8. Ketidakpastian pada pengukuran berulang, hasil pengukuran berulang
terbaik dapat dihasilkan dari nilai rerata , modus (nilai paling sering
muncul) dan median (nilai tengah). Adapun rumus rerata untuk data (x)
sejumlah n sampel adalah sebagai berikut :

X =

X
n

dengan

simpangan

2
1 n X ()
X
sampel X =
n
n 1
2

baku

nilai

rerata

288.48 462.9297 3.96 22.08 0 /8 1

9. Cara lain untuk menyatakan ketidakpastian suatu besaran adalah dengan


menyebut ketidakpastian relatifnya, yaitu

X
100% .
X

10. semua angka atau nilai dari hasil pengukuran adalah angka penting, baik
itu angka yang pasti maupun angka taksiran. Aturan penulisan angka
penting,

terdapat

juga

aturan-aturan

dalam

penulisan

hasil

operasi

matematis adalah (1) Penjumlahan dan Pengurangan, hasil operasi angka


penting hanya boleh mengandung satu angka taksiran atau diragukan. (2).
Perkaliann dan Pembagian, penulisan angka penting hasil perkalian atau
pembagian jumlah angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting
paling sedikit dari bilangan-bilangan yang dioperasikan.
D. Tugas kegiatan Percobaan
Rancanglah percobaan pengukuran besaran dengan memilih salah satu alat
ukur panjang (pengaris, jangka sorong dan mikromeer sekrup), massa (neraca
pegas dan neraca ohaius) dan waktu (jam tangan dan stopwatch) dengan
menggunakan pengukuran berulang berikut cara pengolahan dan penulisannya.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

24

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


Bandingkan hasil pengukuran kalian dari setiap alat ukur untuk besaran yang
sama. Jawablah pertanyaan berikut
1. bagaimanakah hasil pengukuran yang anda dapatkan?
2. adakah perbedaan hasil dari setiap besaran yang diukur alat ukur yang
berbeda?
3. Jika ada, mengapa timbul perbedaan
4. mana alat ukur yang lebih teliti?
5. Berilah kesimpulan dari hasil pengukuran kalian
E. Uji Kompetensi
1.

2.

Besaran-besaran di bawah ini yang merupakan besaran turunan adalah .


a.

waktu, panjang, dan kuat arus listrik.

b.

kuat arus listrik, jumlah zat, dan massa

c.

massa jenis, suhu, dan usaha

d.

Gaya, massa dan berat

e.

usaha, daya dan volume

Besaran-besaran di bawah ini yang merupakan besaran pokok adalah


a. kecepatan, percepatan, dan waktu
b. waktu, tenaga, dan gaya
c. massa, kuat arus, dan waktu
c. kuat arus, suhu, dan massa jenis
e. usaha, usaha dan waktu

3.

Pernyataan di bawah ini yang benar adalah .


a. besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besarnya saja
b. besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh arahnya saja
c.

besaran skala adalah besaran yang ditentukan oleh besar dan arahnya

d. besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besar serta arahnya
e. besaran skalar adalah besaran yang ditentukan oleh arahnya
4.

kg ms-1 atau N.s merupakan satuan


a. usaha

d. momentum

b. daya

e. kecepatan

c. gaya

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

25

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


5.

Dalam SI, satuan besaran kalor (panas) adalah


a. joule

d. joule per sekon

b. kilokalori

e. kalori per sekon

c. kalori
6.

Pasangan besaran berikut ini yang memiliki satuan sama adalah .


a. tekanan dan usaha

d. usaha dan daya

b. momentum dan daya

e. daya dan Impuls

c. energi kinetic dan usaha


F. Kunci Uji Kompetnsi
1. e

6. c

2. c
3. d
4. d
5. a

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

26

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

III. KEGIATAN BELAJAR 2


ANGKA PENTING

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan 2 ini diharapkan anda dapat :
1. Mendefiniskan angka penting
2. Menuliskan hasil operasi angka penting
3. Menuliskan hasil pengukuran menurut aturan angka penting.
4. Medesain dan melakukan percobaan sederhana
5. menuliskan laporan hasil percobaan dengan benar
B. Uraian Materi
1. Angka Penting
Semua angka atau nilai dari hasil pengukuran adalah angka penting,
baik itu angk ayang pasti amaupun angka taksiran.

Pada setiap pengukuran

selalu diikuti dengan angka ketidakpastian. Ketidakpastian ini ditentukan oleh


skala alat ukur yang kita gunakan. Mata manusia secara fisik mempunyai
keterbatasan dalam membaca ukuran skala yang kurang dari 1mm. Mata kita
tidak dapat memastikan nilai yang lebih kecil dari nilai terkecil ini dengan pasti
dan

desimal

berikutnya

biasannya

adalah

berupa

taksiran

saja.

Pada

pengukuran panjang benda yan sama kita mendapatkan hasil yang berbeda,
ada yang menyatakan

hasilnya 5,6

, 5,8 dan 5,7 misalkan. Angka lima

didepan dikatakan sebagai angka pasti dalam pengukuran sedangkan angka


desimal berikunya adalah seperti 6, 8, 7

adalah angka-angka taksiran atau

ragu-ragu. Untuk menyatakan dan menuliskan angka penting ada beberapa


aturanyang berlaku diantaranya adalah
a. Semua angka bukan nol adalah angka penting
Contoh :

b.

12234

memiliki 5 angka penting

12,25

memiliki 4 angka penting

Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

27

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


Contoh :
a. 105,06

memiliki 5 angka penting

b.

memiliki 4 angka penting

2005

c. angka nol yang terletak dibelakang angka bukan nol bukan angka penting
kecuali jika diberi tanda.
Contoh :

2500

memiliki 2 angka penting

25000

memiliki 4 angka penting

d. angak nol yang terletak didepan angka bukan nol dalam desimal bukan
merupakan angka penting.
Contoh :

0,00023

memiliki 2 angka penting

0,0210

memiliki 3 angka penting

e. angka nol dibelakang angka

bukan nol dalam desimal merupakan angka

penting.
Contoh :

0,050

memiliki 2 angka penting

1,350

memiliki 4 angka penting

2. Operasi Angka Penting


selain aturan penulisan angka penting, terdapat juga aturan-aturan
dalam penulisan hasil operasi matematis. Adapaun aturan itu adalah sebagai
berikut :
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Dalam operasi penjumlahan dan pengurangan, hasil operasi angka penting
hanya boleh mengandung satu angka taksiran atau diragukan. Angka
taksiran dalam angka penting biasanya diberi tanda garis bawah.
Contoh 1.1
Dengan aturan angka penting hitunglah hasil operasi penjumlahan bilangan
dibawah ini :
a. 123,56

b.

7,5
______

126,856
2,5

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

_______ _

28

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

jawab :

123,56

(5 angka penting)

7, 5

(2 angka penting)

_______________________ +
131, 06 hasilnya dituliskan menjadi 131,1
126,856
(6 angka penting)
2, 5
(2 angka penting)
_______________________ 124, 356 hasilnya dituliskan menjadi 124,4
b. Perkalian dan Pembagian
Dalam penulisan angka penting hasil perkalian atau pembagian jumlah
angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting paling sedikit

dari

bilangan-bilangan yang dioperasikan.


Contoh 1.2
Berapakah

hasil

perhitungan

bilangan

dibawahini

dengan

menggunakan aturan angka penting


a. 1,25
b. 78,55

2,5

x 12,5

Jawab :
a. 1,25
3 AP
b. 78,55
4 AP

2,5

= 3,125

hasilnya dituliskan menjadi

2 AP
x 12,5

3,1
2 AP

= 981,875

hasilnya dituliskan menjadi 982

3 AP

3 AP

tips.
1.

penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dapat menggunakan patokan jumlah angka penting
paling sedikit dibelakang desimal.

2.

dalam penulisan hasil akhir operasi angka penting selalu diikuti dengan pembulatan (semisal 2,145 akan
dituliskan menjadi 3 angka penting maka dibulatkan menjadi 2,14 )

3.

dalam penulisan hasil akhir operasi angka penting tidak boleh merubah nilai bilangan (semisal 8790,56
akan dituliskan menjadi 2 angka penting maka penulisannya adalah 8800 atau 8,8 . 102)

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

29

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

3. Angka Eksak
Selain angka taksiran ada juga yang disebut bilangan eksak adalah
bilangan yang pasti tidak mengandung angka taksiran dan tidak memiliki
satuan yang biasanya diperoleh dari hasil membilang contoh jika kita
menghitung jumlah buku adalah 55 buah, maka 55 disebut angka eksak. Hasil
operasi angka penting dengan angka eksak

merupakan angka penting yang

jumlah angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting bilangan semula.
Contoh 1.3
Harga sebuah buku pelajaran Fisika adalah Rp. 25555,55 berapa uanga harus
di bayarkan ali untuk membeli 25 buku pelajaran Fisika ?
25555,55 x 25 = 638888,75 maka penulisan hasilnya adalah
7 AP

2 AP

638888,8
7 AP

4. Pengolahan Data Percobaan


Dalam Fisika percobaan merupakan hal penting

untukperkembangan

ilmu Fisika atau menemukan ilmu-ilmu baru. Percobaan dalam Ilmu Fisika
mempunyai dua tujuan utama, pertama berfungsi untuk mecari

atau

menemukan teori baru atau berbagai tetapan fisika baru, kedua percobaan
digunakan sebagai pemeriksaan atau pembuktian kebenaran teori atau hokum
dan rumus yang sudah terbukti kebenarannya. Biasannya tujuan tujuan
tersebut banyak dilakukan disekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Dengan
percobaan kita dapat membandingkan hasil percobaan yang kita lakukan
dengan suatu rumus atau tetapan yang telah ada di buku-buku pelajaran yang
merupakan hasi penelitian para ahli dan ilmuwan dengan alat yang lebih teliti.
Dalam percobaan Fisika yang digunakan untuk membuktikan kebenaran suatu
teori atau rumus

dapat digunakan beberapa metode salah satunya adala

membentuk persamaan rumus menjadi satu ubahan bebas (variabel bebas)


dan satu ubahan terikat (variabel terikat). Mislanya kita hendak membuktikan
besaran percepatan grafitasi

dipermukaan bumi dengan menggunakan teori

ayunan sederhana. Ayunan sederhana mempunyai rumusan sebagai berikut:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

30

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

T = 2
T2 =
y
dimana

sebagai

l
g

4 2
l
g

= m.x

variabel

(persamaan linear)

bebas

dan

sebagai

variabel

terikat

dan

4 2
= gradien (m). Dengan jalan mencatat periode ayunan dan panjang tali
g
yang digunakan maka kita dapat menghitung besar percepatan grafitasi. Untuk
menganalisis percobaan berulang ini dapat digunakan dengan mengunakan
rumus rata-rata dan menggunakan analisis grafik. Adapun tabel pengukuran
hasil percobaan adalah sebagai berikut :
T2

No

g=

1.

dan

2
3

4
n

=1
n

2
n g 2 ()
g /8 17.4844 0.6759
n 1

maka penulisan hasilnya :

g = ()
g
g

412.08 347.3698 3.96 18.72

Dengan menggunakan tebel diatas kita dapat membuat grafik hubungan T2


dan l sebagai berikut :
T2 (s2 )

l (m)

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Kemiringan
atau
gradien
grafik
disamping menunjukkan nilai dari
4 2
4 2
= gradien jika tan =
maka
g
g
4 2
=g
tan

31

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


selain menggunakan cara diatas, analisis data percobaan dapat menggunakan
rumus rerata konstata yang akan dicari untuk itu terlebih dahulu harus dicari
nilai konstanta tiap percobaan. Adapun rumus yang digunakan sebagi berikut :

X
X =
n

No

2
1 n X ()
X
dan X =
n
n 1
2

T2

4 2 l
g= 2
T

325.2 649.7697 3.96 21.6 0


g=

dan

1.

2 17.4844 0.6759
n g 2 ()
g /8
1

g =
n
n 1

2
3
4

maka penulisan hasilnya :

g = ()
g
g

412.08 477.2098 3.96 18.72

N
g

C.

Rangkuman

1. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah dan
besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak memiliki
arah. Besaran vektr contohnya Perpindahan, Kecepatan, Percepatan, Rapat arus
listrik, Medan listrik dan besarab sklara Jarak Kelajuan, Perlajuan, Tekanan,
Arus listrik, Massa, Usaha.
2. Vektor dituliskan dengan symbol
anak panah. Panjang anak panah
menunjukkan nilai vektor sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor.
Notasi vektor dituliskan dengan cara Ditulis dengan huruf tebal, diberi tanda
panah contoh F, v .
3. Penjumlahan vektor Ada beberapa metode penjumlahan vektor tergantung pada
arah dan kedudukan vektor. Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah vektor
digunakan dua metode yaitu metode poligon dan metode jajaran genjang.
4. untuk menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor Penjumlahan dan
pengurangan dua buah vektor (F1 dan F2) yang membentuk sudut
diselesaikan dengan rumus : R

= F12 + F22 + 2 F1 F2 cos dan dengan arah

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

32

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

F sin a
Vektor Resultan : sin = 1
dimana adalah sudut yang menunjukkan
R
arah Vektor Resultan
5. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor.
Y
besar komponen vektornya adalah:
Fx = F. cos
Fy
F
Fy = F. sin

F = (Fx ) 2 + (Fy ) 2
Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY
= suduat antara F dan Fx

Fx

6. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor. vektor komponen
X dan Y dari masing-masing vektor.
y

F2

Resultan vektornya

F2y

R=

F1y

F1

F2x

F1x

()
F
410.88
456.6898
460.08 3.96
456.6898
22.083
F + ()
2

arah vektor resultan :


Fx
Tan a =
Fy

= sudut vektor resultan terhadap


sumbu X

F3

D. Tugas Kegiatan 2

Lakukanlah percobaan sederhana untuk mengukur konstanta pegas atau karet,


lakukan percobaan tersebut berulang ulang minimal 10 kali percobaan. Dan
analisislah dengan dua metode. Metode rumus dan grafik. Bandingkanhasilnya dan
analisisnya serta buat kesimpulan.
E. Uji Kompetensi
1. Sebutkan berapa jumlah angka penting pada bilangan bilangan dibawah
ini :
a. 15,001

d. 0,27100

b. 200,03

e. 2000

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

33

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


c. 0,0010

f.

20,00

2. Tuliskanlah bilangan-bilangan dibawah ini menjadi 2 angka penting.


a. 8,1793
b. 2785
c. 0,00735
d. 5000
3. Hitunglah hasil operasi bilangan dibawah ini dengan aturan angka penting :
a. 867,8 x 2,4
b. 789,487 + 25,24
c.

26

d. 867,8 : 2,4
e. 789,487 - 25,3
4. luas kebun pak ahmat adalah 2000,65 m2, apabila panjang kebun tersebut
125 m, tentukan
a. Lebar kebun pak ahmad
b. Keliling kebun pak ahmad
5. satu buah kelereng

volumenya 12,5 cm3 apabila ada 25 kelereng berapa

volume total kelereng?


F. Kunci jawaban Uji Kompetens1
1. a. 5 AP,

b. 5 AP,

c. 2 AP,

d. 5 AP,

e. 4 AP

d. 4

AP
2. a. 8,2 b. 2,8 x 102
3. 2,1. 103

c. 7,4 . 10-3

b. 814,73

c. 5,1

d. 5,0 . 103
d. 870,2

e. 764,2

4. 16,0 m
5. 3,1 . 102 cm3

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

34

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan

IV. EVALUASI
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf a, b, c, d atau e!
1.

2.

Besaran-besaran di bawah ini yang merupakan besaran turunan adalah .


a.

waktu, panjang, dan kuat arus listrik.

b.

kuat arus listrik, jumlah zat, dan massa

c.

massa jenis, suhu, dan usaha

d.

Gaya, massa dan berat

e.

usaha, daya dan volume

Besaran-besaran di bawah ini yang merupakan besaran pokok adalah


a. kecepatan, percepatan, dan waktu
b. waktu, tenaga, dan gaya
c. massa, kuat arus, dan waktu
c. kuat arus, suhu, dan massa jenis
e. usaha, usaha dan waktu

3.

4.

Pernyataan di bawah ini yang benar adalah .


f.

besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besarnya saja

g.

besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh arahnya saja

h.

besaran skala adalah besaran yang ditentukan oleh besar dan arahnya

i.

besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besar serta arahnya

j.

besaran skalar adalah besaran yang ditentukan oleh arahnya

Dari hasil pengukuran didapatkan hasil 2,0050 m maka jumlah angka


pentingnya adalah .
a. 2

d. 5

b. 3

e. 6

c. 4
5.

Dari pengukuran sebuah bidang didapatkan panjang 2,115 m dan lebarnya 2,1
m maka keliling bidang adalah .
a. 4,2 m

d. 8,43 m

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

35

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


b. 8,4 m

e. 8,4300 m

c. 8,340 m
6.

Analog soal di atas maka luasnya adalah


a. 4,4415 m2 d. 4,4 m2
b. 4,442 m2 e. 4 m2
c. 4,44 m2

7.

kg ms-1 atau N.s merupakan satuan


a. usaha

d. momentum

b. daya

e. kecepatan

c. gaya
8.

Dalam SI, satuan besaran kalor (panas) adalah


a. joule

d. joule per sekon

b. kilokalori e. kalori per sekon


c. kalori
9.

Pasangan besaran berikut ini yang memiliki satuan sama adalah .


a. tekanan dan usaha

d. usaha dan daya

b. momentum dan daya

e. daya dan Impuls

c. energi kinetic dan usaha


10. Suatu penampang pipa bergaris tengah 3,5 cm dengan memperhatikan angka
penting, maka luas penampang pipa
a. 9,6 cm

d. 9,61625 cm

(p =3,14) adalah .

b. 9,61 cm2 e. 9,6163 cm2


c. 9,616 cm2
11. Pengukuran massa jenis suatu zat adalah 0,20430 kgm-3-. Jumlah angka
penting hasil pengukuran itu adalah .
a. 3

d. 6

b. 4

e. 7

c. 5
12. Apabila hasil pengukuran massa sebuah benda 17.000 kilogram, jumlah angka
pentingnya adalah .
a. 2

d. 5

b. 3

e. 6

c. 4

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

36

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


13. Sebuah segempat mempunyai panjang sisi-sisi 8,0 cm, 12,5 cm. Luas dan
keliling segiempat tersebuat adalah .
a. 100 cm2 dan 41 cm
b. 1,00 .102 cm2 dan 41,0 cm
c. 100 cm2 dan 41,0 cm
d. 1,00 .102 cm2 dan 41 cm
e. 1,00 .102 cm2 dan 0, 41 102 cm
14. Analog soal di atas maka luasnya adalah
a. 4,4415 m2 d. 4,4 m2
b. 4,442 m2 e. 4 m2
c. 4,44 m2
15. kg ms-1 atau N.s merupakan satuan
a. usaha

d. momentum

b. daya

e. kecepatan

c. gaya
16. Dalam SI, satuan besaran kalor (panas) adalah
a. joule

d. joule per sekon

b. kilokalori e. kalori per sekon


c. kalori
17. Pasangan besaran berikut ini yang memiliki satuan sama adalah .
a. tekanan dan usaha
b. momentum dan daya

d. usaha dan daya


e. daya dan Impuls

c. energi kinetic dan usaha


18. Suatu penampang pipa bergaris tengah 3,5 cm dengan memperhatikan angka
penting, maka luas penampang pipa
a. 9,6 cm2

(p =3,14) adalah .

d. 9,61625 cm2

b. 9,61 cm2 e. 9,6163 cm2


c. 9,616 cm2
19. Pengukuran massa jenis suatu zat adalah 0,20430 kgm-3-. Jumlah angka
penting hasil pengukuran itu adalah .
a. 3

d. 6

b. 4

e. 7

c. 5

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

37

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Besaran & Satuan


20. Apabila hasil pengukuran massa sebuah benda 17.000 kilogram, jumlah angka
pentingnya adalah .
a. 2

d. 5

b. 3

e. 6

c. 4
21. Sebuah segempat mempunyai panjang sisi-sisi 8,0 cm, 12,5 cm. Luas dan
keliling segiempat tersebuat adalah .
a. 100 cm2 dan 41 cm
b. 1,00 .102 cm2 dan 41,0 cm
c. 100 cm2 dan 41,0 cm
d. 1,00 .102 cm2 dan 41 cm
e. 1,00 .102 cm2 dan 0, 41 102 cm
V. PENUTUP
Sampai di sini berarti Anda telah selesai mempelajari isi modul ini. Untuk itu
saya ucapkan selamat kepada Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Kanginan. 2004. Fisika Untuk SMA Kelas X, jakarta : Erlangga.
Beiser, Athur. 1995, Applied Pshysics, New York : McGraw-Hill.Inc.
Halliday, D, Resnick, R. 1992, Fisika jilid 1, Jakarta : Erlangga.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

38

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

I. PENDAHULUAN
A. Diskripsi
Assalamuaalikum Wr. Wb, apa kabar? Tentu baik, bukan? Itulah yang kami
harapkan selalu. Oh, ya, selamat Anda kini telah sampai pada modul 4 Fisika
Kelas X semester satu yang membahas tentang Dinamika Partikel 2. Modul ini
banyak membahas tentang sifat perilaku benda saat berinteraksi atau saling
bersentuhan dengan lainnya. Sifat tersebut dinyatakan dalam sebuah gaya
gesekan ini sangat mudah untuk Anda pahami bila Anda tekun mengkaji dan
rajin berlatih menyelesaikan soal-soal latihan.
Tentu Anda masih ingat pada materi modul dinamika partikel 1, bukan? Dalam
modul tersebut Anda telah mempelajari mekanika, yang mengkaji benda-benda
bergerak atau diam. Saat benda bergerak atau diam maka berlaku hukumhukum fisika yang disebut dengan hukum I, II, dan III Newton. Dalam modul ini
Anda akan mempelajari gaya gesekan dikaitkan dengan ketiga hukum tersebut.
Demikian juga kaitannya dengan konsep gerak lurus beraturan (GLB), gerak
lurus berubah beraturan (GLBB) dan gerak jatuh bebas.
Apakah yang akan Anda pelajari dalam gaya gesekan? Dalam gaya gesekan
Anda akan mempelajari gaya-gaya yang timbul akibat dua permukaan benda
yang saling bersentuhan baik pada bidang datar, bidang miring maupun bidang
tegak.
Modul dinamika partikel 2 ini berisi tiga kegiatan belajar, yaitu:
-

Kegiatan belajar 1 : Gaya Gesekan dan Benda Berat.


Kegiatan belajar 2 : Keuntungan dan Kerugian Akibat Gaya Gesekan
Kegiatan belajar 3 : Gaya Gesekan Statik dan Kinetik

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami konsep gaya
gesekan secara utuh dan menyeluruh.
Bagaimana cara Anda mempelajari modul ini? Untuk lebih mudahnya ikuti
petunjuk penggunaan modul ini.

Selamat belajar! Semoga Anda sukses.

B. Prasyarat
Sebelum anda mempelajari tentang dinamika Partikel khususnya gaya
gesekan terlebih dahulu anda menguasai konsep Vektor, Kinematika gerak
Lurus dan dinamika partikel pada Hukum Newton I, II, dan III.

C. Petunjuk Penggunaan Modul

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya
minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau
berhenti di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada
setiap kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap akhir kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. apabila anda belum menguasai 65 % materi tiap kegaitan, maka pelajari
lagi kegitan tersebut.
9. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
10. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir
D. Indikator hasil Belajar

1. Menjelaskan pengertian gaya berat dan gaya gesekan, serta contoh aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari
2. Menjelaskan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan
3. Melakukan analisa kuantitatif untuk persoalan-persoalan dinamika sederhana pada bidang
tanpa gesekan
E. Kompetensi
Standar Kompetensi
2. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem
diskret (partikel)
2.1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar dinamika, dan
mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika sederhana

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

II. KEGIATAN BELAJAR 1


KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN AKIBAT GAYA GESEKAN

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat :
1. menjelaskan keuntungan dan kerugian akibat gaya gesekan.
B. Uraian Materi
1.

Keuntungan Gaya Gesekan

Sebelum Anda membahas tentang keuntungan dan kerugian akibat gaya


gesekan, lakukanlah kegiatan berikut ini.
a. Siapkanlah balok kayu yang permukaannya agak kasar. Letakkan balok kayu
di atas meja. Tariklah perlahan-lahan dengan menggunakan neraca pegas
(skala 0 10 N). Sambil menarik balok kayu amatilah skala neraca pegas
ketika benda tepat akan bergeser. Lakukan kegiatan ini beberapa kali untuk
tingkat kekasaran permukaan meja berbeda.
b. Letakkan roda-roda di bawah balok, kemudian lakukan seperti kegiatan 1!
Coba Anda bandingkan hasilnya! Dari kedua kegiatan tadi dan dari pengalaman Anda sehari-hari dapat disimpulkan bahwa roda dapat memperkecil
gesekan antara gerak balok kayu terhadap permukaan meja.
Dari kegiatan di atas Anda telah membuktikan bahwa roda-roda yang
dipasangkan pada balok mampu memperkecil gaya yang dikeluarkan untuk
menarik benda bila dibandingkan dengan balok kayu yang ditarik tanpa roda.
Kegiatan seperti itu dirasakan amat membantu manusia dalam melakukan
aktifitasnya.
Pada pejalan kaki, gesekan antara alas sepatu atau sandal dengan lantai sangat
diperlukan, bahkan dibutuhkan gaya gesekan yang sebesar-besarnya antara
alas sepatu atau sandal dengan lantai. Hal ini dimaksudkan agar pejalan kaki
tidak tergelincir atau mudah jatuh. Di jalan yang licin, gesekan antara kaki dan
jalan biasanya kecil, sehingga pejalan kaki itu akan mudah jatuh. Sedangkan di
jalan yang kering (tidak licin) Anda akan merasa aman berjalan sebab Anda
tidak takut terjatuh.
Demikan halnya pada kendaraan bermotor roda dua, gesekan antara ban dan
jalan amat dibutuhkan bahkan gaya gesekan yang sebesar-besarnya antara ban
dan jalan. Hal ini dimaksudkan agar ban tidak mengalami slip, supaya
pengemudi dan penumpangnya merasa aman. Tetapi jika gesekan antara ban
dan jalan nilainya kecil, umumnya disebabkan ban yang gundul (aus), maka hal
ini dapat membahayakan pengemudi dan penumpangnya.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Contoh lain keuntungan akibat gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari


adalah rem pada kendaraan. Prinsip kerja dari rem yaitu menahan atau
menghentikan lajunya kendaraan. Sehingga kendaraan dapat mengurangi
lajunya bahkan berhenti pada tempat yang diinginkan. Bila seorang pengendara
mobil misalnya, menginjak pedal rem. Maka pada saat yang bersamaan kampas
rem bergesekan dengan roda untuk menahan atau menghentikan gerak rotasi
(putaran) roda. Gaya gesekan yang timbul antara kampas rem dan roda sangat
penting terutama bagi keselamatan dalam berkendaraan.
Dalam bidang elektronika gesekan antara head radio tape dengan pita kaset
amat menguntungkan karena dapat menghasilkan bunyi musik yang merdu.

2. Kerugian Gaya Gesekan


Gaya gesekan selain menguntungkan juga dapat merugikan manusia. Coba
Anda amati gesekan yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor. Mengapa
kendaraan bermotor membutuhkan minyak pelumas atau oli mesin? Dapatkah
Anda menjawabnya? Betul sekali. Kendaraan bermotor membutuhkan minyak
pelumas karena gesekan yang terjadi di bagian mesin kendaraan bermotor
sangat merugikan. Jika gesekan tersebut tidak dikurangi maka dapat merusak
bagian-bagian mesin. Oleh karena itu, minyak pelumas diperlukan untuk
mengurangi gesekan bagian-bagian mesin tersebut. Bahkan pada mesin
tertentu seringkali digunakan minyak pelumas khusus yang memiliki kekentalan
tinggi.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Selain itu penggunaan minyak pelumas pada kendaraan bermotor juga dapat
diberikan pada poros-poros roda dan gir. Hal ini bertujuan agar gesekan pada
poros-poros roda dan gir dapat dikurangi.
Demikian pula baut dan mur yang digunakan sebagai pengikat bagian-bagian
mesin. Seandainya gaya gesekan antara mur dan bagian-bagian mesin yang
diikat kecil berarti pengikatnya tidak sempurna. Dampaknya bagian mesin yang
diikat itu akan mudah lepas sehingga mesin akan menjadi rusak.
Anda mungkin bertanya apakah gaya gesekan yang merugikan hanya terjadi
pada bagian-bagian mesin saja? Adakah gaya gesekan merugikan yang lain?
Tentu saja ada, dan masih banyak lagi. Coba Anda amati ketika Anda menulis di
atas kertas dengan menggunakan sebuah pensil. Perhatikan pensil Anda, mulamula pensil Anda runcing bukan? Tetapi setelah beberapa saat Anda
menggunakan pensil tersebut maka pensil Anda menjadi tumpul. Hal ini terjadi
akibat gesekan yang terjadi antara pensil dan kertas sehingga pensil Anda
menjadi
tumpul.
Kondisi serupa juga terjadi pada penghapus pensil yang terbuat dari karet.
Semakin sering Anda menggunakan penghapus pensil maka semakin cepat
penghapus pensil menjadi habis. Tentu saja ini disebabkan oleh gaya gesekan
yang
terjadi
antara
penghapus
pensil
dan
kertas.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu masih banyak gaya gesekan yang terjadi
pada setiap benda baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Untuk
mengetahui pemahaman Anda tentang materi kegiatan belajar 2 ini, maka
kerjakanlah tugas kegiatan berikut ini.

C. Rangkuman
1. Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan apabila dua permukaan benda
saling bersentuhan. Hal ini terjadi karena adanya kekasaran dari
permukaan benda yang bersentuhan.
2. Gaya gesekan ditentukan oleh dua faktor yaitu massa benda dan koefisien
gesekan benda.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

3. Gaya gesekan dapat terjadi pada semua bidang permukaan yang meliputi
bidang datar, bidang miring dan bidang tegak.
4. Gaya gesekan mempunyai dua fungsi yang berbeda yaitu fungsi yang
mengun- tungkan dan fungsi yang merugikan bagi manusia.
5. Gaya gesekan dapat dibedakan menjadi dua yaitu gaya gesekan statik yang
bekerja pada benda tidak bergerak (diam) dan gaya gesekan kinetik yang
bekerja pada benda bergerak.
D. Uji Kompetensi 1
Silahkan Anda mengerjakan di buku latihan.
Sebutkan contoh kasus gaya gesekan yang menguntungkan dan yang
merugikan manusia serta berikan contohnya !
NO.

KASUS

KATEGORI

ALASAN

1.

Gesekan alas sepatu

Menguntungkan

Orang tidak jatuh

2.

Gesekan pada mesin

Merugikan

Mesin akan rusak

3.

Gesekan ban mobil

....................

.............................

4.

...................................

....................

.............................

5.

...................................

....................

.............................

6.

...................................

....................

.............................

7.

...................................

....................

.............................

8.

...................................

....................

.............................

9.

...................................

....................

.............................

10. ...................................

....................

.............................

E. Kunci Jawaban Uji Kompetensi 1


TUGAS 1
NO.

KASUS

KATEGORI

ALASAN

1. Gesekan alas
sepatu

Menguntungkan Orang tidak jatuh

2. Gesekan pada
mesin

Merugikan

3. Gesekan ban
mobil

Menguntungkan Mobil tidak slip

4. Gesekan Head
radio

Menguntungkan Menghasilkan bunyi tape

5. Gesekan pada
rem

Menguntungkan Menjaga keselamatan


kendaraan

6. Gesekan mur
baut

Menguntungkan Mengencangkan benda yang


diikat

Mesinakan rusak

7. Gesekan poros Merugikan

Roda gir rusak

8. Gesekan pensil Merugikan

Pensil abis

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

9. Gesekan
penghapus

Merugikan

10. Gesekan angin Merugikan

Penghapus habis
Menghambat laju pada
kendaraan kendaraan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

III.KEGIATAN BELAJAR 2
Gesekan Dan Gerak Benda
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 diharapkan anda dapat :
1. Mendefinisikan gaya gesekan
2. Menghitung secara kuantitatif besar gaya gesekan di bidang datar,
miring dan tegak
B. Uraian Materi

1. Pengertian Gaya Gesekan


Pernahkah Anda memperhatikan alas kaki Anda yaitu sepatu atau
sandal Anda. Pada saat sepatu atau sandal Anda baru, Anda pasti merasakan
betapa nyamannya Anda berjalan. Bandingkan dengan sepatu atau sandal
Anda yang lama, dimana alasnya tipis dan aus (gundul). Anda tentu merasa
kurang nyaman berjalan, karena Anda khawatir tergelincir atau terpeleset.
Mungkin Anda bertanya mengapa alas sepatu atau sandal yang Anda pakai
semakin lama semakin tipis (aus). Hal ini terjadi akibat adanya gesekan
antara alas sepatu atau sandal dengan lantai saat Anda berjalan. Gesekan
yang terjadi antara alas sepatu atau sandal pada akhirnya menimbulkan
gaya yang disebut dengan gaya gesekan.
Meskipun secara mikrokopis akan terasa bahwa bagaimanapun halusnya
permukaan benda, pasti akan timbul gaya gesekan karena adanya
keterbatasan dalam membuat permukaan benda menjadi licin sempurna.
Beberapa contoh gaya gesekan dapat Anda jumpai dalam kehidupan seharihari, misalnya gaya gesekan yang terjadi antara ban mobil atau sepeda
motor dengan jalan, gaya gesekan antara head radio tape dengan pita kaset
yang menghasilkan bunyi yang merdu hingga gaya gesekan antara pena
dengan
kertas
saat
Anda
menulis.
Untuk membuktikan adanya gaya gesekan di sekitar Anda, lakukanlah
kegiatan berikut ini. Letakkan sebuah balok kayu di atas sebuah meja atau
lantai. Doronglah balok kayu tersebut dengan tangan Anda. perhatikan apa
yang terjadi. Tentu balok kayu tersebut mula-mula akan bergerak, namun
sesaat kemudian balok kayu berhenti.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Pernahkah Anda bertanya faktor atau besaran apa saja yang mempengaruhi
besarnya gaya gesekan itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan
Anda lakukan kegiatan berikut ini. Cobalah Anda dorong sebuah lemari di
rumah Anda. Dapatkah lemari tersebut bergerak? Tentu tidak bukan?
Mengapa lemari tersebut tidak bergerak? Ya, betul lemari yang didorong
dengan gaya F akan bergerak apabila gaya yang diberikannya lebih besar
dari gaya penghambat atau gaya gesekannya. Gaya yang menghambat
gerak lemari akan semakin besar apabila permukaan lantainya lebih kasar
sehingga akan diperlukan gaya dorong F lebih besar lagi agar lemari dapat
bergerak.

Kekasaran lantai atau permukaan suatu benda din yatakan dengan koefisien
gesekan. Besarnya koefisien gesekan sangat tergantung pada kekasaran dari
permukaan kedua benda yang saling bersentuhan. Selain itu gaya
penghambat atau gaya gesekan juga bergantung terhadap gaya normal yang
bekerja pada suatu benda.
Besarnya gaya normal yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan
gaya berat benda tersebut, perhatikan kembali gambar 2 di halaman dua
yang menggambarkan penguraian gaya-gaya yang bekerja pada suatu
benda. Mudah bukan? Sekarang silahkan Anda lanjutkan ke materi berikut
ini.
2.

Gaya Gesekan di Bidang Datar

Dalam bahasan ini Anda akan dijelaskan penurunan persamaan gaya


gesekan yang terjadi di bidang datar. Persamaan tersebut hanya sebatas
kualitatif saja, sebab analisa kuantitatif terhadap persoalan gaya gesek di bidang
datar akan dijelaskan dalam kegiatan belajar 3. Perhatikan sebuah benda (balok)
yang terletak di atas lantai datar berikut ini.

Pada balok bekerja beberapa komponen gaya yang dapat Anda uraikan seperti
gambar di bawah ini. Anggap balok didorong oleh gaya F ke kanan.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Bila benda belum bergerak (diam), maka pada benda berlaku hukum I Newton,
perhatikan persamaan berikut ini: , Anda dapat uraikan gaya tersebut dalam
arah sumbu x dan sumbu y, sehingga menjadi:

pada sumbu x

F fs = 0

Pada sumbu y

N = m.g
Untuk benda yang bergerak, berlaku hukum II Newton. Sehingga persamaan di
atas tidak berlaku untuk benda yang bergerak. Penurunan persamaannya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pada sumbu x

F - fk = ma, pindah ke ruas kanan dan ma ke ruas kiri, maka F - ma = fk atau


fk = F - ma
Pada sumbu y

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

10

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

N-W=0
N=W
N = mg
Keterangan : fk = gaya gesek kinetis (N)
F = gaya dorong (N)
N = gaya normal (N)
W = gaya berat (N)
a = percepatan benda (m/s2)
m = massa benda (kg)
Bagaimana, mudah bukan? Apabila Anda belum paham, pelajari kembali materi
tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat melanjutkan ke
materi berikut ini.
3.

Gaya Gesekan di Bidang Miring

Secara kualitatif persamaan gaya gesekan pada bidang miring dapat diuraikan
sebagai berikut.
Perhatikan gambar di bawah ini!

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

11

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Ada dua kemungkinan gerak yang dialami balok di bidang miring tersebut, yaitu:
pertama, balok meluncur turun ke bawah dan kedua, balok naik ke atas jika
terdapat gaya dorong F yang mendorong balok naik ke atas.
Sekarang marilah kita bahas dua kemungkinan tersebut.
a.

Balok Turun ke Bawah


Persamaan gaya yang bekerja pada balok yang turun ke bawah di bidang
miring dapat Anda uraikan sebagai berikut.
Perhatikan penguraian gaya-gaya yang bekerja pada balok di bawah ini!
Untuk benda yang bergerak turun, maka pada benda berlaku hukum II
Newton. Perhatikan persamaan di bawah ini.
Pada sumbu x

Pada sumbu y :

b.

Balon Naik ke Atas


Untuk benda yang bergerak naik, karena adanya gaya dorong pada benda
maka persamaannya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perhatikan gambar 8 di atas !
Pada sumbu x

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

12

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Pada sumbu y :

Keterangan:
f = gaya gesekan (N)
F = gaya dorong (N)
N = gaya normal (N)
w = gaya berat (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (10
g = percepatan gravitasi (10

)
)

(dibaca alfa) = sudut kemiringan bidang


Bagaimana, mudah bukan? Apabila Anda belum paham, pelajari kembali
materi tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham, silahkan Anda
melanjutkan ke materi berikut ini.

4. Gaya Gesekan di Bidang Tegak


Gaya gesekan di bidang tegak biasanya dialami oleh sebuah batu yang
meluncur turun jatuh dari sebuah bukit yang memiliki sudut kemiringan 900
atau tegak lurus bidang permukaan tanah datar. Agar batu tersebut dapat
bergesekan dengan dinding bukit maka umumnya pada batu bekerja gaya luar
yang menahan batu tersebut agar selalu menempel pada bukit. Bila Anda
analogikan sebuah bukit dengan sebuah dinding rumah maka gaya gesekan
yang terjadi di bidang tegak dapat digambarkan sebagai berikut:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

13

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Pada batu bekerja beberapa komponen gaya yang dapat Anda uraikan dengan
menggunakan hukum II Newton, seperti persamaan di bawah ini.
Pada sumbu x:

N - F = 0 atau
N=F
Sedangkan pada sumbu y :

f = mg - ma
Keterangan :
f = gaya gesekan (N)
F = gaya luar (N)
N = gaya normal (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (

Sudah pahamkah Anda? Bagus.


Sekarang lanjutkanlah aktivitas Anda dengan menjawab tugas kegiatan 1
berikut ini.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

14

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Gaya Gesekan di Bidang Tegak

Gaya gesekan di bidang tegak biasanya dialami oleh sebuah batu yang
meluncur turun jatuh dari sebuah bukit yang memiliki sudut kemiringan 900
atau tegak lurus bidang permukaan tanah datar. Agar batu tersebut dapat
bergesekan dengan dinding bukit maka umumnya pada batu bekerja gaya luar
yang menahan batu tersebut agar selalu menempel pada bukit. Bila Anda
analogikan sebuah bukit dengan sebuah dinding rumah maka gaya gesekan
yang terjadi di bidang tegak dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada batu bekerja beberapa komponen gaya yang dapat Anda uraikan dengan
menggunakan hukum II Newton, seperti persamaan di bawah ini.
Pada sumbu x:

N - F = 0 atau
N=F
Sedangkan pada sumbu y :

f = mg - ma

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

15

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Keterangan :
f = gaya gesekan (N)
F = gaya luar (N)
N = gaya normal (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (

Sudah pahamkah Anda? Bagus.


Sekarang lanjutkanlah aktivitas Anda dengan menjawab tugas kegiatan 1
berikut ini.
C. Rangkuman
Gaya gesekan ditentukan oleh dua faktor yaitu massa benda dan koefisien
gesekan benda.
Gaya gesekan dapat terjadi pada semua bidang permukaan yang meliputi
bidang datar, bidang miring dan bidang tegak.
Gaya gesekan mempunyai dua fungsi yang berbeda yaitu fungsi yang
mengun- tungkan dan fungsi yang merugikan bagi manusia.
Gaya gesekan dapat dibedakan menjadi dua yaitu gaya gesekan statik yang
bekerja pada benda tidak bergerak (diam) dan gaya gesekan kinetik yang
bekerja pada benda bergerak.
Gaya gesekan statik:

Gaya gesekan kinetik

Pemecahan soal gaya gesekan sangat berkaitan dengan konsep-konsep


fisika seperti hukum I, II, III Newton, gerak lurus beraturan (GLB), gerak
lurus berubah beraturan (GLBB) dan gerak jatuh bebas.

D. Uji Kompetensi
Silahkan Anda mengerjakan di buku latihan.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

16

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

1. Pada musim kemarau panjang di hutan dapat terjadi kebakaran, padahal


tidak ada sumber api yang nyata di hutan tersebut. Jelaskan dengan
prinsip gesekan, bagaimana mungkin hal tersebut dapat terjadi?
2. Ketika penerjun payung belum mengembangkan parasutnya ia jatuh
dengan cepat, tetapi setelah parasutnya dibuka ia jatuh dengan lambat.
Jelaskan bagaimana gesekan udara mempengaruhi geraknya!

E. Kunci jawaban Uji Kompetensi 2


1. Kayu-kayu yang kering jika terus menerus saling bergesekan dengan kayu
atau benda padat yang lainnya secara terus menerus akan menimbulkan
panas (api). Timbulnya panas akan lebih cepat bila suhu udara di sekitarnya
juga panas atau tinggi.
2. Udara yang menyelimuti bumi (atmosfer). Jika mengenai suatu benda akan
mengalami gesekan. Tetapi karena partikel-partikel udara berukuran sangat
kecil, gesekan tersebut tidak terasa. Namun bila Anda bergerak dengan
kecepatan yang lebih tinggi Anda akan merasakan terpaan angin atau
gesekan Anda dengan udara. Demikian pula halnya dengan seorang
penerjun yang telah membuka payungnya karena luas payung lebih besar
dari luas orang maka gesekan udara akan menghambat gerak jatuh
penerjun tersebut.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

17

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

IV.

KEGIATAN BELAJAR 3

GAYA GESEKAN STATIK DAN KINETIK


A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini, Anda diharapkan dapat :
1. Melakukan analisa kuantitatif untuk persoalan-persoalan
sederhana pada benda yang bergerak dan yang tidak bergerak.

dinamika

2. Menentukan besar gaya gesekan statik.


3. Menentukan besar gaya gesekan kinetik

B. Uraian materi
1. Jenis-jenis Gesekan
Pada kegiatan belajar 3 ini, Anda akan mempelajari hubungan antara gaya
gesekan dengan sifat-sifat benda dan lingkungannya. Disamping itu Anda
juga akan mempelajari hukum-hukum gaya sesuai hukum Newton yang
berlaku untuk gesekan antara dua buah permukaan benda yang saling
bersentuhan.
Perhatikan penguraian gaya-gaya pada sebuah balok kayu diam yang berada
di atas lantai seperti pada gambar di bawah ini.

Agar balok dapat bergerak, maka gaya dorong yang Anda berikan harus
lebih besar dari gaya geseknya yang menghambat balok kayu untuk tetap
diam. Pada kondisi ini, ada tiga kemungkinan yang terjadi pada balok kayu
yaitu: pertama, balok belum bergerak (diam) meskipun Anda telah
memberikan gaya dorong F terhadap balok kayu. Ini terjadi bila gaya dorong
yang Anda berikan jauh lebih kecil dari gaya hambatnya (geseknya). Kedua,
balok kayu tepat akan bergerak (mulai bergerak) jika besar gaya dorong F
sama dengan gaya hambatnya. Ketiga, balok kayu yang bergerak setelah
anda memberikan gaya dorong F yang jauh lebih besar gaya hambatnya.
Ketiga, balok kayu bergerak jika gaya dorong F yang bekerja pada balok

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

18

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

kayu lebih besar dari gaya yang menghambatnya.


Ketiga kondisi ini secara metamatis dapat dirumuskan dalam bentuk
persamaan:
1) F < fs maka benda tetap diam
2) F > fs maka benda tepat akan bergerak (mulai bergerak)
3) F > fs maka benda bergerak
Secara definisi untuk benda yang tetap diam disebut sebagai gaya gesekan
statik (fs). Pada saat benda tepat akan bergerak, maka pada keadaan ini
gaya gesekan statik bernilai maksimum demikian pula nilai koefisien
gesekan statiknya dinamakan koefisien gesekan statik maksimum (
).
Sedangkan pada saat gaya dorong F melebihi gaya gesekan statsik
maskimumnya maka balok kayu (benda) bergerak sehingga gaya gesekan
yang bekerja berubah menjadi gaya gesekan kinetik (fk). Nilai gaya gesekan
kinetik selalu lebih kecil dari gaya gesekan statik maksimum. Secara
matematis dituliskan dalam bentuk persamaan
antara 0 dan 1.

<

, dimana

= nilai

(dibaca miu ka) adalah nilai koefisien gesekan kinetik yang dimiliki gaya
gesekan kinetik saat benda bergerak. Sedangkan
(dibaca miu es) adalah
nilai koefisien gesekan statik yang dimiliki gaya gesekan statik ketika benda
diam atau tepat saat akan bergerak.
Bagaimana mudah bukan? Apabila belum paham, pelajari kembali materi
tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat melanjutkan
ke materi berikut ini.

2. Koefisien Gesekan
Saat membahas kegiatan belajar 1, Anda telah dijelaskan bahwa
koefisien gesekan merupakan besaran yang menunjukkan tingkat kekasaran
permukaan suatu benda ketika kedua benda sedang bergesekan.
Secara matematis koefisien gesekan dirumuskan sebagai bilangan hasil
perbandingan antara besarnya gaya gesekan dengan besarnya gaya normal
suatu benda. Jadi nilai koefisien gesekan ditentukan oleh dua faktor yaitu
tingkat kekasaran kedua bidang sentuhnya dan gaya normal yang bekerja
pada benda tersebut.
Besarnya gaya normal yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan
berat bendanya, sebab pada benda hanya bekerja gaya berat yang terdapat
di permukaannya. Sehingga secara matematis besarnya gaya normal sama
dengan gaya beratnya, N = w = m.g.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

19

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Tabel 1. Nilai Koefisien Gesekan Benda

No.

Permukaan

1.

Kayu pada kayu

0,40

0,20

2.

Baja pada baja

0,74

0,57

3.

Gelas pada gelas

0,68

0,53

4.

Kayu pada baja

0,70

0,40

5.

Aluminium pada kayu

0,61

0,47

6.

Karet pada beton kering

1,00

0,80

Baik

maupun

adalah konstanta tidak berdimensi, keduanya

merupakan perbandingan dua buah gaya. Nilai


dan
dapat berharga
lebih dari satu, meskipun umumnya mempunyai nilai kurang dari satu.
Tentunya hal ini tergantung pada sifat kedua permukaan benda yang
bersentuhan.
Bagaimana mudah bukan? Apabila Anda belum paham, pelajari kembali
materi tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham, Anda dapat
melanjutkan ke materi berikut ini.

3. Gaya Gesekan Statik


Pada bagian awal kegiatan belajar 3 ini telah disinggung pengertian gaya
gesekan statik. Dapatkah Anda menjelaskan kembali pengertian gaya
gesekan statik tersebut? Betul, gaya gesekan statik (fs) adalah gaya
gesekan antara dua buah permukaan yang saling diam atau belum bergerak.
Secara matematis gaya gesekan statik dapat dirumuskan sebagai berikut:

fS = K N
Karena N = m.g, maka gaya gesekan statik dapat diuraikan menjadi

Keterangan :
fs = gaya gesekan statik (N)
= koefisien gesekan statik (N)
N = gaya normal (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (
g = 10

atau 9,8.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

20

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh soal berikut ini.


Contoh soal 1
1. Perhatikanlah gambar susunan balok yang ditarik dengan gaya F melalui
necara pegas. Balok yang bermassa 1,5 kg ditarik dengan gaya yang mulamula kecil kemudian diperbesar sedikit demi sedikit. Koefisien gesekan balok
dengan meja 0,15.
Tentukanlah:
a. Gaya normal pada balok
b. Bagaimanakah keadaan balok pada saat gaya penariknya sangat
kecil sekitar (1 5 N)?
c. Berapakah besar F pada saat balok akan bergerak?
d. Berapa besar gaya gesekan balok dan

meja?
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 1,5 kg
= 0,15
g=

10

Ditanyakan :
a. N = ....?
b. Keadaan balok = .... ?
c. F = .... ?
d. f = .... ?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

21

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Jawab:
Anda dapat menggunakan persamaan gaya gesekan statik di atas untuk
menjawab soal-soal tersebut.
a. N = m.g
N = 1,5 . 10
N = 15 N
b. Dari jawaban di atas N = 15 N, jika F = 1 5 N maka balok belum
bergerak (diam)
c. Balok saat akan bergerak
F = fs
F=
.N
F = 0,15 . 15
F = 2,25 N
d. fs =
.N
fs = 0,15. 15
fs = 2,25 N
2. Sebuah peti 25 kg diam di atas lantai datar yang kasar, untuk
menggerakkan peti itu dibutuhkan gaya 60N. Berapakah koefisien gesekan
statik antara lantai dan peti?
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 25 kg
F = 60 N
g=

10

= .?

Jawab :
Nilai koefisien gesekan yang Anda hitung merupakan nilai koefisien gesekan
maksimum karena hal ini terjadi pada benda yang akan bergerak (lihat
gambar di atas).
F = fs
F=

. mg

Bagaimana mudah bukan? Apakah Anda sudah paham? Bagi Anda yang
belum paham pelajari kembali contoh soal di atas. Untuk Anda yang sudah
paham, lanjutkanlah dengan mengerjakan soal latihan berikut. Ingat jangan
dulu melihat jawaban penyelesaian soal sebelum Anda mengerjakannya!
LATIHAN 3
Sebuah kubus massa 2,5 kg diletakkan di atas meja. Koefisien antara balok dan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

22

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

meja 0,50. Tentukanlah gaya tarik minimal pada balok supaya balok itu dapat
bergerak lurus beraturan.
Mudah bukan? Bila Anda telah menyelesaikan jawaban soal di atas, samakanlah
jawaban Anda dengan penyelesaian berikut ini.
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 2,5 kg
= 0,50
g=

10

Ditanyakan : F .....?
Jawab :
Anda dapat menghitung gaya tarik minimal F sama dengan gaya gesekan
statik maksimum.
F = Fs
F=

. Mg

F = 0,50 . 2,5.10
F = 12,5 N
Bagaimana mudah bukan? Apabila Anda belum paham, pelajari kembali
materi tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat
melanjutkan ke materi berikut ini.

4. Gaya Gesekan Kinetik


Anda dapat mendefinisikan gaya gesekan kinetik sebagai gaya gesekan
yang terjadi antara dua permukaan benda yang bergerak relatif terhadap
lainnya. Secara matematis gaya gesekan kinetik (fk) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
saat F > fs

fk = k.N
Karena N = m.g, maka gaya gesekan kinetik dapat diuraikan menjadi

Keterangan :
fk = gaya gesekan kinetik (N)
N = gaya normal (N)
= koefisien gesekan kinetik (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

23

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

g = 10

atau 9,8.

Perlu Anda ketahui dalam penyelesaian soal-soal gaya gesekan kinetik


seringkali dihubungkan dengan beberapa konsep fisika yang telah Anda
pelajari dalam modul sebelum modul dinamika partikel 2. Konsep fisika
tersebut biasanya hukum I, II dan III Newton. Gerak lurus beraturan (GLB),
gerak lurus berubah beraturan (GLBB), gerak jatuh bebas serta gerak
vertikal ke atas. Untuk lebih jelasnya pelajarilah contoh soal di bawah ini.

Contoh soal 2
1. Menentukan nilai koefisien gesekan kinetik.
Sebuah balok aluminium yang bermassa 5 kg terletak di atas lantai yang
kasar. Balok tersebut didorong oleh gaya 50N sehingga terjadi gaya
gesekan sebesar 30N. Tentukanlah koefisien gesekan kinetik balok dan
bidang!
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 5 kg
F = 50 N
fk = 0,15
g=

Ditanyakan :

10

= .... ?

Jawab:
Anda dapat menghitung koefisien gesekan kinetik dengan persamaan di
atas!
fk =
fk =
30 =

.N
. mg
.5.10

Mudah bukan? Baik, marilah Anda pelajari contoh berikutnya.


2. Menentukan gaya gesekan kinetik dihubungkan dengan Hukum II Newton.
Balok kayu bermassa 5 kg berada di atas papan luncur, balok bergerak
dengan percepatan 0,2

dari keadaan diamnya. Tentukan besar gaya

gesekan yang terjadi bila diketahui g = 9,8

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

dan

= 0,15

24

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Penyelesaian :
Diketahui :
m = 5 kg
a=
g=
=

0,2
9,8
0,15

Ditanyakan : fk = .... ?
Jawab :
Dengan menggunakan hukum II Newton komponen-komponen gaya yang
bekerja pada balok dapat Anda uraikan:

Persamaan :
fk = - ma
fk = -5 . 0,2
fk = -1 N
Nilai gaya gesekan negatif karena melawan gerak benda.
Jika Anda memahami hukum II Newton, maka soal nomor 2 di atas akan
terasa sangat mudah. Sekarang marilah Anda lanjutkan dengan
mempelajari contoh berikutnya.
3. Menentukan besar perpindahan benda.
Sebuah benda bermassa 4 kg bergerak di atas bidang datar kasar yang
mempunyai koefisien gesekan 0,2. Tentukan perpindahan yang ditempuh
oleh benda sampai berhenti, diketahui kecepatan awal benda 10
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 4 kg

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

25

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

0,2

Ditanyakan : s = .... ?
Jawab :
Anda uraikan komponen gaya yang bekerja pada benda terlebih dahulu.

- fx = Ma
-

N=

Ma

mg = ma sehingga

, maka

-0,2 . 10 = A
-2 = A
a=

-2

(perlambatan arah ke kiri)

Dengan menggunakan persamaan gerak lurus berubah beraturan (GLBB)


maka diperoleh persamaan perpindahan :

4. Menentukan kecepatan linear sistem


Pada gambar A = 2 kg, B = 4 kg. Jika B dilepaskan maka balok A tepat
akan bergerak.
Berapakah percepatan linear sistem
jika koefisien gesek k = 0,2? (g = 10

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

26

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Penyelesaian :
Diketahui :
mA = 2 kg
mB = 4 kg
g=
=

10
0,2

Ditanyakan : a = .... ?
Jawab :
Anda uraikan komponen gaya yang bekerja pada benda terlebih dahulu.
Perhatikan gambar di bawah!
Gunakan hukum II Newton pada benda A, hitung TA.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

27

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Pada benda B, dihitung

(ingat: gaya searah gerak benda positif dan berlawanan negatif. Lihat
kembali modul dinamika partikel 1)

Dalam soal ini

karena katrol dianggap licin dan tidak berputar

Sehingga percepatan linear sistem dapat dihitung :

Apakah Anda sudah paham? Bagi Anda yang belum paham pelajari kembali
contoh soal di atas. Untuk Anda yang sudah paham, lanjutkanlah
mempelajari contoh soal berikutnya.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

28

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

5. Menentukan gaya gerak, koefisien gesekan dan gaya normal pada benda
yang ditarik sebuah tali.
Sebuah kotak 50N ditarik oleh sebuah gaya 25N di atas lantai kasar dengan
laju yang tetap. Tentukanlah (a) gaya gesekan yang menghambat benda
itu, (b) gaya normal benda itu, dan (c) koefisien gesek.
Penyelesaian :
Diketahui :
W = 50 N
F = 25 N

Jawab : Perhatikan gambar di bawah !


Jika komponen gaya tersebut Anda uraikan dalam koordinat kartesius
menjadi diagram di bawah !

a. Gaya gesekan dapat dihitung dengan melihat komponen gaya pada


sumbu x. Menurut hukum I Newton untuk benda yang memiliki V =
tetap,berlaku

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

29

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

b. Gaya normal dapat dihitung dengan melihat komponen gaya pada


sumbu y. Menurut hukum I Newton

c. Koefisien gesekan dapat diperoleh dengan rumus gaya gesekan kinetik.

Apakah Anda sudah paham? Bagi Anda yang belum paham pelajari
kembali contoh soal di atas. Untuk Anda yang sudah paham lanjutkan
mempelajari contoh soal berikut.
6. Dua balok masing-masing 50N dihubungkan dengan seutas tali melalui
katrol pada sebuah bidang miring seperti terlihat pada gambar. Kedua
bidang mempu nyai koefisien gerak kinetik 0,2.
Bila gesekan dengan katrol dan massa tali diabaikan, hitunglah percepatan
linear sistem! (g = 10

Penyelesaian :
Diketahui :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

30

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Ditanya : a = ... ?
Jawab:
Perhatikan gambar di bawah ! Anda uraikan komponen gaya yang bekerja
pada benda terlebih dahulu.
Gunakan hukum II Newton

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

31

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Pada benda 1, hitung T1

Perhatikan gambar di bawah !


Dari gambar diperoleh

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

32

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Sehingga percepatan linear sistem dapat dihitung:

Apakah Anda sudah paham? Pelajari kembali contoh soal di atas bila Anda
belum paham. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat melanjutkan
mengerjakan latihan soal berikut ini. Ingat jangan dulu melihat jawabannya
sebelum Anda kerjakan!

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

33

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

LATIHAN 4
1. Sebuah benda bermassa 2 kg bergerak di atas bidang datar kasar yang
mempunyai koefisien gesekan 0,3. Tentukan perpindahan yang ditempuh
oleh benda sampai berhenti, diketahui kecepatan awal benda 15
!
Apabila Anda telah selesai mengerjakannya, samakanlah pekerjaan Anda
dengan jawaban di bawah ini.
Penyelesaian:
Dketahui:
m = 2 kg
=
g=

0,3
10

= 15
=

Ditanyakan: S = .?
Jawab:
a=

.g

a = -0,3 . 10
a=

-3

Dari persamaan GLBB :

2. Hitunglah gaya normal dari


benda seperti pada gambar di
samping,
Apabila Anda telah selesai mengerjakannya, samakanlah pekerjaan Anda
dengan jawaban di bawah ini.
Penyelesaian:
Uraikan komponen-komponen gaya yang bekerja pada benda terlebih
dahulu seperti gambar di samping.
Gunakan hukum I Newton

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

34

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Apakah jawaban Anda sama seperti jawaban di atas? Jika ya, berarti Anda
benar. Apabila jawaban Anda belum benar, pelajari kembali materi tersebut
sampai Anda paham betul. Bagi Anda yang menjawab dengan benar,
selamat atas keberhasilan Anda. Untuk mengetahui pemahaman Anda
tentang materi kegiatan belajar 3 di atas, maka kerjakan tugas kegiatan
berikut ini.

C. Rangkuman
1.

2.

3.

Gerak benda pada bidang Datar


a. Benda pada bidang datar kasar
1) Gaya segaris perpindahan benda
fK = K.m.g
F - K.m.g = m a
2) Gaya membentuk sudut terhadap bidang Horizontal
fK = K.( m.g - F sin)
F (cos + K sin) - K m.g = m.a
Gerak benda pada bidang miring
a. Gerak benda pada bidang miring kasar
fx = k m.g cos
a = g (sin - k cos )
Benda yang dihubungkan dengan katrol tunggal
1).
Apabila m 1 > m2 maka

a=
T

2).

( m1 m 2 )
( m1 + m 2 )

menghitung tegangan tali


T = m1 (g a)
T = m2.(a g)

W1 W2

m2

Percepatan sistem aadalah

m1
W1

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

a=

m 1g
( m1 + m 2 )

Besarnya tegangan tali :


T = m1 (g a)
atau
T = m2.a

35

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

4.

Katrol pada bidang miring


a. Katrol pada bidang miring Licin

(m 2 m1 sin )g
( m1 + m 2 )

a=

besarnya tegangan tali adalah


T = m2 (g a)
atau
T = m1(a + g sin )
b. Benda pada bidang miring kasar
fk = s W1 cos

a=

{m 2 m1 (sin + cos )}g


( m1 + m 2 )

Besarnya tegangan tali adalah


T = m2 (g a)
atau
T = m1(a + g (sin + s cos ))
5.

Katrol majemuk
N

T
a

W2

W1

a=

a
T
T
W3

()
m 3
m1 g 247.68 340.1698 3.96 14.64 /7 15.8867 0.74
()
/7
0.7437 0 0 1 264.12 326.6098 ()
m1 + m
m3
2 +15.8867

Besar Tegangan tali


T = m1(g + a)

atau T = m3 (a - g)

D. Tugas
Bentuklah kelompok diantara rombongan belajar anda, kemudian
diskusikanlah mengapa dan bagaimana permaianan tong setan bisa
dilakukan.
E. Uji Kompetensi
Petunjuk : Silahkan Anda mengerjakan di buku latihan.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !

1. Mobil sedan yang massanya 1 ton bergerak dengan kelajuan tetap 36


km/jam. Tiba-tiba mobil itu direm sehingga berhenti setelah 10 m.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

36

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Berapa besar koefisien gesekan antara ban dan jalan?


2. Mobil yang bermassa 900 kg melaju di atas jalan yang datar dengan
kecepatan 20 ms-1. Mobil itu tiba-tiba direm. Berapakah besar gaya
pengereman bila mobil itu dikehendaki berhenti setelah 30 m?
3. Sebuah kotak 30 N ditarik oleh sebuah gaya
15N di atas lantai kasar dengan laju tetap
seperti pada gambar.
Tentukanlah gaya gesekan yang
menghambat benda itu!

4. Pada gambar A = 2 kg, B = 6 kg. Jika B


dilepaskan maka balok A tepat akan
bergerak.
Berapakah percepatan linear sistem jika
koefisien gerak = 0,3? (g = 10 ms-2)

5. Hitunglah gaya normal benda seperti pada


gambar di samping! = 600

F. Kunci jawaban Uji Kompetensi


1.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

37

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

2.

3.

4.

5.

V. EVALUASI

1. truk dalam keadaan kosong bermassa 32.000 kg, mempunyai percepatan 1,5
m/s2, hitunglah percepatan maksimum truk tersebut jika membawa muatan 8.000
kg jika gaya gesekan antara roda dan aspal 10 N
2. Sebuah mobil bermassa 500 kg melaju dengan kecepatan 20 ms-1, jika gaya
gesekan antara ban dan aspal 50 N, maka besar gaya mendatar yang diperlukan
untuk menghentikan mobil tersebut di halte yang berjarak 100 m, adalah .
3. Sebuah mobil memiliki massa 1500 kg, bergerak dengan kecepatan 72 km/jam,
ketika mobil tersebut direm dengan gaya konstan mobil berhenti dalam waktu 10
s. Maka besar gaya pengereman yang bekerja adalah .

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

38

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

4. Sebuah kelereng massa 10 gram dijatuhkan dari ketinggian 0,8 m di atas


gundukan pasir, ternyata kelereng tersebut menembus pasir sedalam 4 cm (g =
10 m/s2). Maka besar gaya gesekan yang dikerjakan pasir pada kelereng adalah
5. Dua benda dengan massa masing-masing m1 = 2kg dan m2 = 8 kg keduanya
dihubungkan dengan tali lewat katrol seperti pada gambar tersebut. Gesekan
antara tali dan katrol adalah 5 N. Jika sistem tersebut ditarik dengan gaya F =
100 N, g = 10 m/s2 maka percepatan sistem tersebut adalah

m1

m2

F
6. Sebuah benda berada pada bidang miring yang memiliki koefisien gesekan
kinetis 0,2 di A yang jaraknya 0,5 m dari B (kaki bidang miring). Ternyata
kecepatan benda setelah meluncur hingga di B adalah 5 m/s, g = 10 m/s2. Maka
besarnya sudut kemiringan antara bidang dengan arah mendatar adalah .
7. Benda pada bidang miring (seperti pada gambar di atas) massa benda 2 kg, g =
10 m/s2, didorong dengan gaya F (mendatar) maka besar percepatan yang timbul
pada benda serta arahnya adalah . (Sin 37o = 0,6)
8. Sebuah kotak ditarik ke atas bidang miring tanpa gesekan dengan kemiringan
30o dan disusun seperti gambar di atas. Massa kotak 200 kg, g = 10 m/s2.
Tegangan masing-masing tali 350 N. Gesekan antara bidang dan kotak
diabaikan, maka percepatan kotak tersebut adalah .
VI.

PENUTUP

Selamat Anda telah selesai mempelajari modul dinamika partikel 2. Belajar


Anda telah cukup lengkap dan bervariasi setelah Anda mempelajari kegiatan
belajar 1, 2 dan 3 dengan mengerjakan contoh soal, latihan soal dan tugas
kegiatan (tes mandiri) yang ada di setiap kegiatan belajar.
Umpan balik dan tindak lanjut
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes mandiri kegiatan
belajar 1 yang ada di bagian belakang modul ini. hitunglah jumlah jawaban
Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi pada kegiatan belajar 1.
Rumus :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

39

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Tingkat penguasaan yang Anda capai


90% - 100% = baik sekali
80% - 89%

= baik

70% - 79%

= cukup

- 69%

= kurang

Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 65% ke atas, Anda dapat


meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan
Anda masih di bawah 65% Anda harus mengulangi kegiatan belajar 1, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

40

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

DAFTAR PUSTAKA
Agus Taranggono, dkk, Sains Fisika 1A; Bumi Aksara, Jakarta: 2000.
Budikase, E., Kertiasa, Nyoman, Fisika 2 Untuk Sekolah Menengah Umum,
1994.
Bernard S. Cayne, Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 1, Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 1958.
Bob Foster, Terpadu Fisika 1A; Erlangga, Jakarta: 2000.
Budi Prasodjo, Ir, Soal dan Penyelesaian Fisika SMU Ebtanas dan UMPTN;
Erlangga, Jakarta: 1999.
David Bergamini, Alam Semesta, Jakarta: Pustaka Life, Tira Pustaka,1997.
Dedi Hidayat, S.Si, Prinsip-prinsip Fisika 1A mencakup 700 soal-soal;
Yudhistira, Jakarta: 200.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), Kurikulum Sekolah Menengah Umum 1994,
Jakarta, 1993.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soal-soal Evaluasi Tahap Akhir
Nasional.
Didik Asmiarto, Zaenal Abidin, Panduan Belajar Kelas 1 SMU Fisika;
Lembaga Pendidikan Primagrama, Yogyakarta: 2000.
Halliday, Resnick, Fisika Jilid 1, 2, Terjemahan, Erlangga.
Ir. Drs. Hasan Wiladi & Drs. kamajaya, M.Sc., Fisika untuk SMU Kelas 2 Jilid
2 B, Grafindo Media Pratama, Jakarta, 1994.
Kanginan, Marten., Fisika 2000 2A, 2B, Penerbit Erlangga,1999.
K. Kamanjaya,Djartiman, Panduan Menguasai Fisika 1, Ganeca, Bandung:
2000.
Mitsuishi, Iwao, Electronics and Energi (Terjemahan), Jakarta: PT. Tira
Pustaka, 1982.
R.C. Sudiono, Fisika Sekolah Menengah Umum 1; Regina, Bogor: 2002.
Surya, Yohanes, Olimpiade Fisika 2A, 2B, 2C Jakarta: PT. Primatika Cipta
Ilmu, 1997.
Supiyanto, Fisika untuk SMU Kelas 1. Erlangga, Jakarta: 2002.
Tanudidjaja, Moh. Mamur, Ilmu Pengaetahuan Bumi dan Antariksa Untuk
Sekolah Menengah Umum, Balai Pustaka, 1994.
Yohanes Surya, Olimpiade Fisika Teori dan Latihan Fisika Menghadapi
Masa Depan,Kelas 1B. PT Primatika Cipta Ilmu, Jakarta: 1987.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

41

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Dinamika 2

Young, Hugh D., & Freedman, Roger A., University Physics, Addison Wesley,
New York: Longman Inc., 2002
Yudha (editor), Cipta Science Team, Panduan dan Pembahasan Lengkap
Ebtanas Fisika Tahun 1986 s.d Tahun Terbaru untuk SMU IPA Lulus
NEM Fisika Tinggi, Yustadi. Jakarta 1999.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

42

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
I.

A.

PENDAHULUAN

Diskripsi
Assalamualaikum Wr wb, senang sekali bisa bertemu lagi melalui modul
ini. Pertama kali, saya ucapkan selamat, Anda telah menyelesaikan modul
pertama, sekaligus selamat datang pada modul kedua. Pada modul ini saya
akan mengajak Anda untuk mempelajari sesuatu yang menarik, juga sangat
penting dalam perkembangan dan kemajuan Fisika. Menarik karena isi modul
dekat dengan pengalaman sehari-hari Anda, penting karena apa yang
dibicarakan dalam modul ini menjadi dasar dari perkembangan Fisika
selanjutnya.
Kinematika adalah cabang Fisika yang mempelajari gerak benda tanpa
mempersoalkan penyebab gerak itu. Bila Anda ingin tahu mengapa suatu
benda bergerak, Anda harus sabar, sebab itu baru akan dijelaskan pada
modul berikutnya.
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari gerak benda dalam lintasan lurus
yang disebut gerak lurus. Besaran-besaran Fisika yang telah Anda pelajari
pada modul pertama seperti jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan dan
percepatan akan Anda jumpai kembali, bahkan Anda akan melihat bagaimana
hubungan atau kaitan antara besaran-besaran tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa cepatkah gerak sebuah perahu layar
yang ditiup angin untuk sampai ke tengah laut; seberapa cepat buah kelapa
saat jatuh ke tanah dari pohonnya seberapa tinggi Anda dapat melempar bola
tegak ke udara; berapa lama waktu yang dibutuhkan bola itu sampai di
ketinggian tersebut dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis, Anda akan
temukan jawabannya pada modul ini.
Tentu saja tidak hanya itu. Masih banyak hal lain yang dapat Anda pelajari
dalam modul ini. Apa yang diuraikan dalam modul ini merupakan hukumhukum Fisika yang berlaku untuk semua benda yang bergerak lurus. Baik
yang Anda jumpai dalam peristiwa-peristiwa alam seperti diutarakan di atas,
maupun gerak alat-alat transportasi seperti sepeda, mobil, pesawat udara
bahkan roket.
Pada modul ini juga disajikan kegiatan laboratorium untuk menunjang
pemahaman Anda akan materi yang diuraikan. Kegiatan praktikum bisa
dilakukan dengan bantuan guru anda atau dengan menggunakan praktikum
virtual yang tersedia pada jaringan internet di SMA Batik 1 Surakarta. Anda
juga bisa menambah pemahaman anda melalui jaringan internet yang ada
disekolah semisal www.sebarin.com, www.e-dukasi.net atau web-web
penyedia materi dan latihan soal Fisika.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

B. Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini terlebih dahulu anda harus menguasai dan
tuntas pada modul 1 dan 2 tentang konsep besaran satuan dan Vektor.
Dalam modul ini banyak teori besaran dan vektor yang digunakan
didalamnya.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya
minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau berhenti
di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada setiap
kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
9. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir
D. indikator hasil belajar
1.

Mendefinisikan pengertian gerak

2.

Membedakan jarak dan perpindahan

3.

Membedakan kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat

4.

Menyimpulkan

karakteristik

gerak

lurus

beraturan

(GLB)

melalui

gerak lurus berubah beraturan

(GLBB)

percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait


5.

Menyimpulkan karakteristik

melalui percobaan dan pengukuran besaran-besaran terkait


6.

Membedakan percepatan rata-rata dan percepatan sesaat

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
7.

Menerapkan besaran-besaran fisika dalam GLB dan GLBB dalam bentuk


persamaan dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

8.

Merumuskan gerak melingkar beraturan secara kuantitatif.

9.

Menjelaskan pengertian percepatan sentripetal, dan mengaplikasikannya


dalam kehidupan sehari-hari

10. Memberikan contoh gerak melingkar beraturan dan berubah beraturan


dalam kehidupan sehari-hari
11. Menjelaskan perumusan kuantitatif gerak melingkar berubah beraturan
E. Kompetensi
Standar Kompetensi
2. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem
diskret (partikel)
Kompetensi Dasar
2.1. Menganalisis besaran-besaran fisika pada gerak lurus beraturan
(GLB) dan gerak lurus berubah beraturan (GLBB).

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

II. KEGIATAN BELAJAR 1


GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat :
1.
2.
3.
4.
5.

membedakan pengertian jarak dan perpindahan


membedakan pengertian kelajuan dan kecepatan
menghitung kelajuan rata-rata suatu benda
menghitung kecepatan rata-rata suatu benda dan
menjelaskan percepatan rata-rata suatu benda

B. URAIAN MATERI
Jarak dan Perpindahan
Bayangkan Anda berada di pinggir jalan lurus dan panjang. Posisi Anda saat itu
di A.

Gambar 1.1: Posisi benda dalam sumbu koordinat


Dari A, Anda berjalan menuju C melalui B. Sesampainya Anda di C, Anda
membalik dan kembali berjalan lalu berhenti di B.
Pada peristiwa di atas, berapa jauhkah jarak yang Anda tempuh; berapa pula
perpindahan Anda? Samakah pengertian jarak dengan perpindahan?
Dalam kehidupan sehari-hari kata jarak dan perpindahan digunakan untuk arti
yang sama. Dalam Fisika kedua kata itu memiliki arti yang berbeda. Namun
sebelum kita membahas hal ini, kita pelajari dulu apa yang dimaksud dengan
gerak.
Seorang laki-laki berdiri di pinggir jalan, tampak mobil bergerak ke kanan
menjauhi anak tersebut.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Gambar 1.2: Gerak berarti perubahan posisi benda


Andaikan Anda berada di dalam mobil yang bergerak meninggalkan teman Anda.
Dari waktu ke waktu teman Anda yang berdiri di sisi jalan itu semakin tertinggal
di belakang mobil. Artinya posisi Anda dan teman Anda berubah setiap saat
seiring dengan gerakan mobil menjauhi teman Anda itu.
Suatu benda dikatakan bergerak bila posisinya setiap saat berubah
terhadap suatu acuan tertentu.
Apakah Anda bergerak? Ya, bila acuannya teman Anda atau pepohonan di
pinggir jalan. Anda diam bila acuan yang diambil adalah mobil yang Anda
tumpangi. Mengapa? Sebab selama perjalanan posisi Anda dan mobil tidak
berubah.
Jadi, suatu benda dapat bergerak sekaligus diam tergantung acuan yang kita
ambil. Dalam Fisika gerak bersifat relatif, bergantung pada acuan yang dipilih.
Dengan mengingat hal ini, cobalah Anda cermati uraian di bawah ini.
Sebuah bola digulirkan pada sebuah bidang datar lurus. Posisi bola setiap saat
diwakili oleh garis berskala yang disebut sumbu koordinat seperti pada gambar
1.3.

Gambar 1.3: Gerak pada satu sumbu koordinat


Andaikan ada 2 bola yang digulirkan dari O. Bola 1 digulirkan ke kanan dan
berhenti di B. Bola 2 digulirkan ke kiri dan berhenti di C. Anda lihat pada gambar
1.3, bahwa panjang lintasan yang ditempuh oleh kedua bola sama, yaitu samasama 4 satuan. Namun bila diperhatikan arah gerakannya, kedua bola berpindah
posisi ke arah yang berlawanan. Bola 1 berpindah ke sebelah kanan O,
sedangkan bola 2 ke sebelah kiri O.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Panjang lintasan yang ditempuh disebut jarak, sedangkan perpindahan


diartikan sebagai perubahan posisi benda dari keadaan awal ke keadaan
akhirnya.
Jarak tidak mempersoalkan ke arah mana benda bergerak, sebaliknya
perpindahan tidak mempersoalkan bagaimana lintasan suatu benda yang
bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan kedudukan, awal dan akhir benda
itu. Jarak adalah besaran skalar, sedangkan perpindahan adalah vektor. Dua
benda dapat saja menempuh jarak (= panjang lintasan) yang sama namun
mengalami perpindahan yang berbeda seperti pada contoh ini. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa jarak merupakan besar perpindahan?
Bila kemudian ada bola 3 bergerak dari O ke kanan, sampai di D lalu membalik
bergerak ke kiri melewati O lalu berhenti di E seperti pada gambar 1.4,
bagaimanakah dengan jarak dan perpindahannya?

Gambar 1.4: Perubahan posisi bola 3


Jarak yang ditempuh bola adalah panjang lintasan ODE = OD + DE. Jadi s = 6 +
9 = 15 satuan
Perpindahan bola adalah OE (kedudukan awal bola di O, kedudukan akhirnya di
E).
Jadi s = - 3 satuan.
Perhatikan tanda minus pada s. Hal itu menunjukkan arah perpindahan bola
yaitu ke kiri dari titik acuan. Perlu dicatat pula bahwa dalam contoh di atas
perbedaan antara jarak dan perpindahan ditandai baik oleh ada atau tidaknya
"arah", tapi juga oleh "besar" kedua besaran itu (jarak = 15 satuan,
perpindahan
=
3
satuan).
Mungkinkah jarak yang ditempuh oleh suatu benda sama dengan besar
perpindahannya?
Untuk benda yang bergerak ke satu arah tertentu, maka jarak yang ditempuh
benda sama dengan besar perpindahannya. Misalnya bila benda bergerak lurus
ke kanan sejauh 5 m, maka baik jarak maupun besar perpindahannya samasama 5 m.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Kelajuan dan Kecepatan Rata-rata


Fisika membedakan pengertian kelajuan dan kecepatan. Kelajuan merupakan
besaran skalar, sedangkan kecepatan adalah vektor. Kelajuan adalah jarak yang
ditempuh suatu benda dibagi selang waktu atau waktu untuk menempuh jarak
itu, sedangkan kecepatan adalah perpindahan suatu benda dibagi selang waktu
untuk menempuhnya. Dalam bentuk persamaan, keduanya dapat dituliskan:

Vrata-rata= S
t
Vrata - rata =

Persamaan kelajuan rata-rata

S
t

Persamaan kecepatan rata-rata

Keterangan:
=
s=
s =
t =

kelajuan rata-rata benda (m/s)


jarak yang ditempuh benda (m), termasuk besaran skalar
perpindahan benda (m), dibaca delta s, termasuk besaran vektor
waktu tempuh (s)

Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan maupun kecepatan senantiasa berubahubah karena berbagai sebab. Misalnya jalanan yang tidak rata. Oleh karenanya
kita dapat mengartikan kelajuan dan kecepatan pada dua persamaan di atas
sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata.
Contoh:
1. Budi berlari ke Timur sejauh 20 m selama 6 s lalu balik ke Barat sejauh 8 m
dalam waktu 4s. Hitung kelajuan rata-rata( ) dan kecepatan rata-rata Budi
( )
Penyelesaian:

Kelajuan rata-rata

vrata rata =

X
t

vrata rata =

28
= 2,8ms 1
10

20 + 8
6+4

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Kecepatan rata-rata (anggap perpindahan ke Timur bernilai positif, ke Barat


negatif).

S 20 8
=
t
6+4
12
=
= 1,2ms 1
10

v rata rata =
v rata rata

Contoh:
2. Adam berlari di jalan lurus dengan kelajuan 4 m/s dalam waktu 5 menit, lalu
berhenti selama 1 menit untuk kemudian melanjutkan larinya. Kali ini dengan
kelajuan 5 m/s selama 4 menit. Berapakah kelajuan rata-rata Adam?
Penyelesaian:
s1 = 4 m/s x 5 menit x 60 s/menit = 1.200 m.
s2 = 5 m/s x 4 menit x 60 s/menit = 1.200 m.
Jarak total yang ditempuh Adam:
s

= s1 + s2
= 2400 m

sedangkan waktu berlari Adam:


t =
=
=
=

5 menit + 1 menit + 5 menit


10 menit
10 menit x 60 s/menit
600 s

Perhatikan, waktu istirahat 1 menit dimasukkan dalam perhitungan.


Kelajuan rata-rata Adam berlari:

v rata rata =

X
t

2400
600

v rata rata = 3ms 1

Contoh:
3. Amri lari pagi mengelilingi lapangan berbentuk empat persegi panjang
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

dengan panjang 10m dan lebar 5 m. Setelah melakukan tepat 10 putaran


dalam waktu 1 menit, Amri berhenti.
Tentukan:
a. Jarak yang ditempuh Amri
b. Perpindahan Amri
c. Kelajuan rata-rata Amri
d. Kecepatan rata-rata Amri
Penyelesaian:
Terlebih dahulu kita ubah satuan dari besaran-besaran yang diketahui.
p = 10 m; l = 5 m
1 putaran =
=
=
=

keliling empat persegi panjang


2x(p+l)
2 x (10 + 5)
30 m

t = 1 menit = 60 s
a. Jarak yang ditempuh Amri:
s

= 10 putaran
= 10 x 30
= 300 m

b. Perpindahan Amri:
s = nol,
sebab Amri berlari tepat 10 putaran, sehingga posisi awal Amri = posisi
akhirnya.

c. Kelajuan rata-rata:

v rata rata =

X
t

v rata rata =

100 5 1
= ms
60 3

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

d. Kecepatan rata-rata:

S
t
0
=
= 0ms 1
60

v rata rata =
v rata rata

Tiga contoh soal di atas, mudah-mudahan dapat Anda pahami. Bila belum,
kembalilah membacanya sekali lagi. Setelah itu coba kerjakan soal berikut.
Soal:
Sebuah mobil mengelilingi lintasan lingkaran berjari-jari 100 m. Bila dalam
waktu 5 menit mobil itu melakukan 5 1/2 putaran, hitung kelajuan rata-rata dan
besar kecepatan rata-ratanya!

Gambar 1.5: Mobil melaju pada sirkuit lingkaran.


Bila Anda benar melakukannya, maka Anda dapatkan jarak yang ditempuh mobil
3.454 m, perpindahannya 314 m, waktunya 300 s. Sehingga berdasarkan data
ini akan Anda peroleh kelajuan rata-rata mobil 11,51 m/s dan kecepatan ratarata mobil 1,1 m/s (pembulatan).
Perlajuan dan Percepatan Rata-rata
Seperti disinggung pada uraian sebelumnya sulit bagi benda-benda untuk
mempertahankan dirinya agar memiliki kelajuan yang tetap dari waktu ke
waktu. Umumnya kelajuan benda selalu berubah-ubah. Perubahan kelajuan
benda dibagi waktu perubahan disebut perlajuan. Persamaannya ditulis sebagai
berikut:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

10

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

a=

atau

v 2 v1
t

a = perlajuan rata-rata (

Persamaan perlajuan rata-rata


)

v1 = kelajuan mula-mula (m/s)


v2 = kelajuan akhir (m/s)
t = selang waktu (t)

Istilah perlajuan ini jarang digunakan. Seringnya digunakan istilah percepatan.


Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan benda dibagi waktu
perubahannya. Persamaannya ditulis,

atau

a=

v 2 v1
t

= percepatan rata-rata (

Persamaan percepatan rata-rata


)

= kecepatan mula-mula (m/s)

= kecepatan akhir (m/s)

t = selang waktu (t)

Tahukah Anda perbedaan antara perlajuan dan percepatan?


Ya, benar perlajuan merupakan besaran skalar sedangkan percepatan
merupakan vektor.

Contoh:
1. Sebuah perahu didayung sehingga melaju dengan percepatan tetap 2
.
Bila perahu bergerak dari keadaan diam, tentukan kecepatan perahu setelah
perahu bergerak selama:
a. 1 s
b. 2 s
c. 3 s

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

11

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Gambar 6: Perahu bergerak dengan percepatan tetap.


Penyelesaian:
Perahu mengalami percepatan 2
. Hal ini berarti tiap 1 s kecepatan perahu
bertambah 2 m/s. Jadi karena perahu bergerak dari keadaan diam, maka
setelah bergerak:
a) 1 s kecepatan perahu = 2 m/s
b) 2 s kecepatan perahu = 4 m/s
c) 3 s kecepatan perahu = 6 m/s
Dalam contoh di atas, digunakan istilah percepatan. Bolehkah istilah diganti
dengan perlajuan? Dalam modul ini istilah perlajuan mempunyai makna yang
sama dengan percepatan, tepatnya besar percepatan (percepatan menyangkut
besar dan arah. Ingat apa yang dimaksud dengan besaran vektor!).
Contoh:
2. Bagaimana bila dalam contoh 1, perahu sudah melaju dengan kecepatan 3
m/s sebelum didayung?
Penyelesaian:
Tidak masalah! Sebab percepatan tidak bergantung kecepatan awal benda.
Setelah bergerak:
a) 1 s kecepatan perahu menjadi = 3 + 2 = 5 m/s
b) 2 s kecepatan perahu menjadi = 5 + 2 = 7 m/s
c) 3 s kecepatan perahu menjadi = 7 + 2 = 9 m/s
Pada kedua contoh di atas, dapatkah Anda merapatkan kecepatan perahu
setelah bergerak 10 s?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

12

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Gerak Lurus Beraturan (GLB)


Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus
dengan kecepatan tetap. Untuk lebih memahaminya, amati grafik berikut!

Gambar 1.7: Grafik v - t untuk GLB.


Grafik di atas menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh
(t) suatu benda yang bergerak lurus. Berdasarkan grafik tersebut cobalah Anda
tentukan berapa besar kecepatan benda pada saat t = 0 s, t = 1 s, t = 2 s, t = 3
s?
Ya!, Anda benar! Tampak dari grafik pada gambar 6, kecepatan benda sama dari
waktu ke waktu yakni 5 m/s.
Semua benda yang bergerak lurus beraturan akan memiliki grafik v - t yang
bentuknya seperti gambar 6 itu. Sekarang, dapatkah Anda menghitung berapa
jarak yang ditempuh oleh benda dalam waktu 3 s?
Anda dapat menghitung jarak yang ditempuh oleh benda dengan cara
menghitung luas daerah di bawah kurva bila diketahui grafik (v-t)

Gambar 1.8: Menentukan jarak dengan menghitung luas di bawah kurva.

Jarak yang ditempuh = luas daerah yang diarsir pada grafik v - t.


Cara menghitung jarak pada GLB.

Tentu saja satuan jarak adalah satuan panjang, bukan satuan luas. Berdasarkan
gambar 1.7 di atas, jarak yang ditempuh benda = 15 m.
Cara lain menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan persamaan
GLB. Telah Anda ketahui bahwa kecepatan pada GLB dirumuskan:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

13

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

atau
s = v . t (Persamaan GLB)
Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu tempuh (s)

Dari gambar 1.8,

v = 5 m/s, sedangkan t = 3 s, sehingga jarak


s=v.t
s = 5 x 3 = 15 m

Persamaan GLB di atas, berlaku bila gerak benda memenuhi grafik seperti pada
gambar 1.8. Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada saat t = 0 s, maka v = 0.
Artinya, pada mulanya benda diam, baru kemudian bergerak dengan kecepatan
5 m/s. Padahal dapat saja terjadi bahwa saat awal kita amati benda sudah
dalam keadaan bergerak, sehingga benda telah memiliki posisi awal so. Untuk
keadaan ini, maka persamaan GLB sedikit mengalami perubahan menjadi,
s = so + v.t

Persamaan GLB untuk benda yang sudah bergerak


sejak awal pengamatan.

Dengan so menyatakan posisi awal benda dalam satuan meter. Kita akan
kembali ke sini setelah Anda ikuti uraian berikut.
Di samping grafik v - t di atas, pada gerak lurus terdapat juga grafik s-t, yakni
grafik yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu tempuh
(t) seperti pada gambar 1.9 di bawah.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

14

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Gambar 1.9: Grafik s- t untuk GLB


Bagaimanakah cara membaca grafik ini?
Perhatikan gambar 1.9 di atas. Pada saat t = 0 s, jarak yang ditempuh oleh
benda s = 0, pada saat t = 1 s, jarak yang ditempuh oleh benda s = 2 m, pada
saat t = 2 s, jarak s = 4 m, pada saat t = 3 s, jarak s = 6 s dan seterusnya.
Berdasarkan hal ini dapat kita simpulkan bahwa benda yang diwakili oleh grafik
s - t pada gambar 9 di atas, bergerak dengan kecepatan tetap 2 m/s (Ingat,
kecepatan adalah jarak dibagi waktu).
Berdasarkan gambar 1.9, kita dapat meramalkan jarak yang ditempuh benda
dalam waktu tertentu di luar waktu yang tertera pada grafik. Cobalah Anda
lakukan hal itu dengan cara mengisi tabel di bawah.
Tabel 1: Hubungan jarak (s) dan (t) pada GLB

Contoh:
1. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tetap 36 km/jam. Berapa
meterkah jarak yang ditempuh mobil itu setelah bergerak 10 menit?

Penyelesaian:
Anda ubah dulu satuan-satuan dari besaran yang diketahui ke dalam sistem
satuan SI.
Diketahui:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

15

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

t = 10 menit = 10 x 60 s = 600 s
s = v.t = 10 x 600 = 6.000 m = 6 km
Kini, kita kembali kepada apa yang telah kita bicarakan sebelum kita membahas
Grafik s - t untuk GLB ini. Untuk itu kita butuh contoh.
Contoh:
2. Gerak sebuah benda yang melakukan GLB diwakili oleh grafik s - t di bawah.
Berdasarkan grafik tersebut, hitunglah jarak yang ditempuh oleh benda itu
dalam waktu:
a. 3 s
b. 10 s

Gambar 1.10: Grafik s - t untuk GLB dengan posisi awal s0.


Gambar 1.10 di atas sebenarnya menyatakan sebuah benda yang melakukan
GLB yang memiliki posisi awal so. Dari grafik tersebut kita dapat membaca
kecepatan benda yakni v = 4 m/s.
Seperti telah dibicarakan, hal ini berarti bahwa pada saat awal kita mengamati
benda telah bergerak dan menempuh jarak sejauh so=2 m.
Jadi untuk menyelesaikan soal ini, kita akan gunakan persamaan GLB untuk
benda yang sudah bergerak sejak awal pengamatan.
Penyelesaian:
Diketahui:
so = 2 m
v = 4 m/s
Ditanya:
a. Jarak yang ditempuh benda pada saat t = 3 s.
b. Jarak yang ditempuh benda pada saat t = 10 s.
Jawab:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

16

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

a. s (t)
s (3s)

= so + v.t
=2+4x3
= 14 m

b. s (t)
s (10s)

= so + v.t
= 2 + 4 x 10
= 42 m

Ticker Timer
Ticker timer atau mengetik waktu, biasa digunakan di laboratorium fisika untuk
menyelidiki gerak suatu benda (Gambar 11.a). Pita ketik pada ticker timer
merekam lintasan benda yang bergerak misalnya mobil mainan bertenaga
bataerai (Gambar 11.b) berupa serangkaian titik-titik hitam disebut dot pada
pita tersebut (Gambar 12). Jarak antara dot tersebut menggambarkan
kecepatan gerak benda (Gambar 13). Selain itu pita ketik pada ticker time juga
dapat menunjukkan apakah gerak suatu benda itu dipercepat, diperlambat atau
justru bergerak dengan kecepatan tetap (Gambar 14).

11.a

11.b

11.a Pita tiker timer yang dihubungkan dengan mobil bertenaga batery
11.b hasil rekaman tiker timer

Gambar 1.12: Rekaman gerak benda pada pita ketik ticker timer

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

17

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Gambar 1.13: Kecepatan benda lebih besar pada gambar (a)


dibandingkan pada gambar (b)

Gambar 1.14: gerak benda (a) dipercepat (b) diperlambar (c) kecepatan tetap
Interval waktu antara dua dot terdekat atau pada pita ketik sebuah ticker timer
selalu tetap, yaitu 1/50 sekon atau 0,02 s. Berdasarkan hal ini kita dapat
menentukan kelajuan atau besar kecepatan rata-rata suatu benda. Langkahlangkahnya sebagai berikut. Pertama, ambil rekaman pita ketik suatu benda
yang ingin kita selidiki kecepatan rata-ratanya. Guntunglah pita ketik tersebut
untuk sebelas dot berturut-turut (Gambar 15). Jarak dari dot pertama sampai
dot kesebelas ditempuh dalam waktu 10 x 0,02 s = 0,2 s.

Gambar 1.15: Pita ketik ticker timer:


Jarak dari dot pertama sampai dot kesebelas ditempuh dalam waktu 0,2 s.
Selanjutnya, dengan menggunakan penggaris mm kita ukur jarak dari dot
pertama sampai dot kesebelas pada pita ketik. Besar keceptan rata-rata benda
adalah besar jarak dibagi 0,2 s.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

18

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

C. Rangkuman
Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang
Fisika yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya.
Besaran-besaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan
perpindahan, kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.
Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan
merupakan besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor.
Besaran-besaran kinematika ini berkaitan satu sama lain.
Gerak lurus pada modul ini, dibedakan atas gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada GLB benda bergerak dengan
kecepatan tetap, sedangkan pada GLBB benda bergerak dengan percepatan
tetap.
Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Bila
perubahan kecepatan benda semakin melambat, percepatannya berharga
negatif dan disebut perlambatan.
Gerak lurus baik GLB maupun GLBB dapat diwakili oleh grafik s-t dan grafik
v-t. Dari grafik s-t, GLB kita dapat menentukan kecepatan rata-rata. Dari
grafik v-t kita dapat menghitung jarak yang ditempuh benda dengan cara
menghitung luas daerah di bawah kurva.
Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB
pada lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan
vertikal terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke
bawah dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaanpersamaan yang kita bicarakan di atas.
Persamaan GLB,

Grafik pada GLB,

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

19

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

D. Uji

Kompentensi

Petunjuk
Tutuplah semua buku termasuk modul ini. Yakinkan diri Anda bahwa Anda
mampu mengerjakan tugas ini. Sebab Anda telah memahami uraian di atas.
Tidak dibutuhkan alat bantu khusus untuk mengerjakan tugas ini. Tidak juga
kalkulator. Kerjakan soal ini dalam waktu 30 menit. Mulailah dari nomor 1
berurut ke nomor di bawahnya hingga nomor terakhir. Cocokkan jawaban
Anda dengan kunci tugas di akhir modul.
1. Sebutkan perbedaan antara jarak dan perpindahan!
2. Sebuah benda mula-mula diam di titik P, lalu bergerak ke titik R melalui
Q seperti pada gambar di bawah. Setelah sampai di R benda kembali ke
Q dan berhenti di sana.

Tentukan yang manakah yang merupakan jarak tempuh benda dan yang
mana pula yang merupakan perpindahan benda!
3. Apa perbedaan antara kelajuan dan kecepatan?
4. Siti berlari sepanjang lintasan lurus. Mula-mula jarak 100 m ditempuhnya
dalam waktu 20 s, 100 m kedua 25 s dan 100 m ketiga 35 s. Hitung
kelajuan rata-rata Siti dalam menempuh keseluruhan jarak di atas.
5. Sebuah mobil bergerak sepanjang lintasan lurus, mula-mula dengan
kelajuan 4 m/s selama 10 s lalu berubah menjadi 8 m/s selama 5 s dan
berubah lagi menjadi 10 m/s selama 5 s pula. Berapakah kelajuan ratarata mobil itu selama 20 s pertama?
6. Pada sebuah garis lurus, sebuah benda mula-mula berada di A lalu
bergerak ke kanan menuju C seperti pada gambar di bawah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

20

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Bila setelah sampai di C benda kembali ke B dan berhenti di sana, serta


waktu yang diperlukan benda untuk menjalani keseluruhan proses
tersebut selama 20 s. Hitung besar kecepatan rata-rata benda itu!
7. Ahmad lari pagi mengelilingi lapangan dalam lintasan dengan jari-jari 5
m. Bila Ahmad melakukan tepat 10 putaran dalam waktu 62,8 sekon,
hitung kelajuan rata-rata Ahmad itu!
8. Tulislah pengertian percepatan rata-rata sebuah benda yang bergerak
lurus!
9. Apakah yang dimaksud gerak lurus beraturan atau GLB?
10.Gerak suatu benda dinyatakan dalam bentuk grafik v - t di bawah.

Berdasarkan grafik di atas, berapakah jarak yang ditempuh benda dalam


waktu 5 s?
11.Pada grafik di bawah berapakah besar kecepatan rata-rata benda-benda?

12.Sebuah perahu bergerak di lautan dalam lintasan garis lurus. Jarak 180
m ditempuh perahu itu dalam waktu 1 menit. Bila perahu bergerak
dengan kelajuan tetap, berapakah jarak yang ditempuh perahu dalam
waktu 1 jam?
13.Untuk gambar di bawah, berapakah jarak yang ditempuh oleh benda

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

21

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

dalam waktu 8 s?

E. Kunci Jawaban Uji Kompetensi 1

1. Jarak adalah panjang lintasan yang ditempuh benda, sedangkan


perpindahan adalah perubahan posisi awal dan akhir benda. Jarak
besaran skalar, sedangkan perpindahan besaran vektor.
2. Jarak = panjang lintasan: A - B - C - D
Perpindahan: A - B
3.

Kelajuan besaran skalar, sedangkan kecepatan besaran vektor.

4. Kelajuan rata-rata =
5. t1 = 10 s
t2 = 5 s
t3 = 5 s

m/s
v1 = 4 m/s
v2 = 8 m/s
v1 = 10 m/s

Kelajuan rata-rata: v =

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

s1 = 40 m
s2 = 40 m
s3 = 50 m
= 6,5 m/s

22

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

6. v = 0,5 m/s
7. 5 sekon
8.

a=

9.
10.
11.
12.
13.

Gerak pada lintasan lurus dengan kecepatan tetap.


50 m
5 m/s
10.800 m (ubah dulu seluruh satuan ke SI)
85 m

F. Kegiatan Laboratorium
Cobalah Anda lakukan eksperimen untuk menentukan batas kecepatan rata-rata
berbagai benda menggunakan ticker timer seperti uraian di atas. Mintalah
bantuan guru adar dapat melakukan hal tersebut.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

23

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

III. KEGIATAN BELAJAR 2


GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB)
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1. menuliskan pengertian gerak lurus berubah beraturan;
2. menuliskan pengertian 3 persamaan GLBB dengan benar;
3. menghitung besar kecepatan akhir suatu benda yang bergerak lurus
berubah beraturan;
4. menghitung besar percepatan suatu benda yang bergerak lurus berubah
beraturan (GLBB) dari grafik v - t; dan
5. menghitung jarak yang ditempuh oleh benda yang bergerak lurus berubah
beraturan.

B. URAIAN MATERI
1. Konsepsi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis
lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu
ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat. Dengan kata
lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB juga dapat berarti bahwa
dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lambat hingga akhirnya
berhenti. Dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Dalam modul ini,
kita tidak menggunakan istilah perlambatan untuk gerak benda diperlambat. Kita
tetap saja menamakannya percepatan, hanya saja nilainya negatif. Jadi
perlambatan sama dengan percepatan negatif.
Contoh sehari-hari GLBB adalah peristiwa jatuh bebas. Benda jatuh dari
ketinggian tertentu di atas. Semakin lama benda bergerak semakin cepat.
Kini, perhatikanlah gambar 2.1 di bawah yang menyatakan hubungan antara
kecepatan (v) dan waktu (t) sebuah benda yang bergerak lurus berubah
beraturan dipercepat.

Gambar 2.1: Grafik v - t untuk GLBB dipercepat.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

24

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
Besar percepatan benda,

dalam hal ini,


v1 = vo
v2 = vt
t1 = 0
t2 = t
sehingga,

atau
a.t = vt - vo
kita dapatkan,
Persamaan kecepatan GLBB
vo = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (
)
t = selang waktu (s)
Perhatikan bahwa selama selang waktu t (pada kegiatan lalu kita beri simbol t),
kecepatan benda berubah dari vo menjadi vt sehingga kecepatan rata-rata benda
dapat dituliskan:

karena

Kita tahu bahwa kecepatan rata-rata


Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

25

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Vrata- rata=

S
, maka
t

atau

Persamaan jarak GLBB


s=
vo =
a=
t=

jarak yang ditempuh


kecepatan awal (m/s)
percepatan (
)
selang waktu (s)

Bagaimana? Dapat diikuti? Ulangi lagi penalaran di atas agar Anda benar-benar
memahaminya. Bila sudah, mari kita lanjutkan!
Bila dua persamaan GLBB di atas kita gabungkan, maka kita akan dapatkan
persamaan GLBB yang ketiga (kali ini kita tidak lakukan penalarannya).
Persamaan ketiga GLBB dapat dituliskan:
Persamaan kecepatan sebagai fungsi
jarak
Contoh:
1. Benda yang semula diam didorong sehingga bergerak dengan percepatan
tetap 3
.
Berapakah besar kecepatan benda itu setelah bergerak 5 s?
Penyelesaian:
Awalnya benda diam, jadi vo = 0
a=3
t=5s
Kecepatan benda setelah 5 s:
vt = vo + a.t
=0+3.5
= 15 m/s

Contoh:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

26

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
2. Mobil yang semula bergerak lurus dengan kecepatan 5 m/s berubah menjadi
10 m/s dalam waktu 6 s. Bila mobil itu mengalami percepatan tetap,
berapakah jarak yang ditempuh dalam selang waktu 4 s itu?
Penyelesaian:
vo = 5 m/s
vt = 10 m/s
t=4s
Untuk dapat menghitung jarak kita harus menggunakan persamaan kedua
GLBB. Masalahnya kita belum mengetahui besar kecepatan a. Oleh karenanya
terlebih dahulu kita cari percepatan mobil dengan menggunakan persamaan
pertama GLBB.
vt
10
10 - 5
a

=
=
=
=
=

vo + a.t
5+a.4
4a
5/4
1,25

Setelah dapat percepatan a, maka dapat dihitung jarak yang ditempuh mobil
dalam waktu 4 s:
s
= 5 x 4 + x 1,25 x 4
= 20 + 10
= 30

Contoh:
3. Sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan 72 km/jam mengalami
pengereman sehingga mengalami perlambatan 2
. Hitunglah jarak yang
ditempuh mobil sejak pengereman sampai berhenti!
Penyelesaian:
Karena pada akhirnya mobil berhenti, berarti kecepatan akhir vt=0.
vo = 72 km/jam = 20 m/s (coba buktikan sendiri)
a=-2
(tanda negatif artinya perlambatan)
Kita gunakan persamaan ketiga GLBB:

0=
=
s=
=

20 + 2 . (-2) . s
400 - 4 s
400 / 4
100 meter

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

27

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Contoh:
4. Benda yang bergerak lurus berubah beraturan diwakili oleh grafik v - t di
bawah.

Tentukan:
a. Percepatan rata-rata!
b. Jarak yang ditempuh selama 10 s.
Penyelesaian:
Dari grafik di atas kita ketahui:
vo = 2 m/s
vt = 6 m/s
t = 10 m/s
sehingga dapat kita hitung besar percepatan rata-rata benda:

a = (6-2) / 10
a = 0,4
Jarak yang ditempuh oleh benda dalam waktu 10 s dapat kita hitung dalam 2
cara.
Cara 1:
Kita gunakan persamaan kedua GLBB:

s
= 2 . 10 + . 0,4 . 10
= 20 + 20
= 40 meter
Cara 2:
Kita hitung luas di bawah kurva grafik v - t, yaitu luas daerah yang diarsir.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

28

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Tampak daerah tersebut merupakan bidang berbentuk trapesium. Hitunglah


luas bidang tersebut. Bila Anda lupa cara menghitung luas trapesium tak perlu
Anda kuatir. Sebab bila Anda perhatikan dengan lebih teliti, daerah yang
diarsir pada grafik di atas sebenarnya terdiri dari 2 bidang, yaitu sebuah
segiempat dan sebuah segitiga dengan panjang sisi-sisi yang diketahui.
Luas bidang I = 2 x 10 = 20 m
Luas bidang II = x 10 x 4 = 20 m
Luas total = 20 m + 20 m = 40 m
Jarak yang ditempuh = luas total = 40 meter

Contoh:
5. Mobil yang bergerak GLBB diwakili oleh grafik v - t seperti pada gambar di
bawah.

Berapakah jarak toal yang ditempuh oleh mobil itu?


Soal seperti ini agak berbeda dengan soal-soal sebelumnya. Oleh karenanya
sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya Anda perhatikan
penjelasan berikut ini.
Dari grafik di atas tampak selama perjalanannya, mobil mengalami 2 macam
gerakan. Tiga jam pertama (dari 0 - 3 pada sumbu t) mobil bergerak dengan
kecepatan tetap, yakni 30 km/jam. Ini berarti mobil menjalani gerak lurus
beraturan (GLB). Dua jam berikutnya (dari 3 - 5 pada sumbu t) gerak mobil
diperlambat, mula-mula bergerak dengan kecepatan awal 30 km/jam lalu
berhenti. Artinya mobil menjalani gerak lurus berubah beraturan diperlambat.
Jarak total yang ditempuh mobil dapat dihitung dengan menggunakan 2 cara

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

29

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
sebagai berikut.
Cara 1:
Jarak yang ditempuh selama 3 jam pertama (GLB)
Diketahui:
v = 30 km/jam
t = 3 jam
s1 = v.t
s1 = 30 km/jam x 3 jam
s1 = 90 km
Jarak yang ditempuh selama 2 jam berikutnya (GLBB)
Diketahui:
vo = 30 km/jam
vt = 0
t = 2 jam
Karena mobil yang semula bergerak kemudian berhenti, maka mobil
mengalami percepatan negatif yang kita sebut perlambatan. Besar
perlambatannya kita hitung dengan menggunakan persamaan GLBB pertama,
yaitu:
vt = vo + a.t
0 = 30 + a . 2
2a = - 30
a = - 30/2 = - 15 km/jam
Jarak yang ditempuh mobil selama 2 jam terakhir kita hitung dengan
menggunakan persamaan GLBB kedua,
s2
s2
s2
s2

=
=
=
=

vo.t + a.t
30 . 2 + (-15) . 2
60 - 30
30 km

Jarak total yang ditempuh mobil:


s = s1 + s2
s = 90 km + 30 km
s = 120 km
Cara 2:
Jarak total yang ditempuh mobil dapat ditemukan dengan cara menghitung
daerah di bawah kurva grafik. Bila Anda perhatikan grafik di atas berbentuk
trapesium dengan tinggi 30 m/s dan panjang sisi-sisi sejajar 3 km dan 5 km.
Nah, jarak total yang ditempuh mobil sama dengan luas trapesium itu. Jadi,
Jarak total = luas trapesium
= 30 x (3 + 5) x
= 30 x 8 x
= 120 km

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

30

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

2. Mengukur Percepatan Benda


Untuk mengukur percepatan benda yang bergerak dapat kita gunakan ticker
timer yang cara pemakaiannya sudah dijelaskan di depan. Misalkan kita ingin
mengukur percepatan sebuah mobil mainan yang meluncur pada bidang miring
seperti ditunjukkan Gambar 2.2.

Gambar 2.2: Mobil mainan pada bidang miring


Setelah pita ketik kita hubungkan pada mobil mainan (tanpa baterai) dan mobil
meluncur ke bawah, maka rekaman pada pita tiker akan tampak seperti Gambar
2.3.

Gambar 2.3: Pita ketik mobil mainan yang bergerak pada bidang miring.
Anda tentu masih ingat bahwa interval waktu antara dua dot terdekat adalah
0,02 s sehingga interval waktu untuk 10 dot berturut-turut adalah 0,2 s. Untuk
mengukur percepatan mobil mainan, kita harus menentukan terlebih dahulu
kecepatan awal dan kecepatan akhir mobil mainan untuk selang waktu tertentu.
Misalkan saja selang waktu tersebut adalah selang waktu untuk menempuh 50
dot atau 5 x 10 dot berturut-turut sehingga lamanya waktu tersebut adalah t=1
s.

Gambar 2.4: Pita ketik mobil mainan untuk 50 dot berturut-turut.


Jarak So dan S1 pada Gambar 2.4 diukur menggunakan penggaris mm, kedua
jarak ini ditempuh dalam selang yang sama, yakni 0,2 s (sama dengan waktu
untuk 10 dot) sehingga kita dapatkan kecepatan awal Vo = So / t dan kecepatan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

31

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
akhir v1 = S1 / t. Perubahan kecepatan ini terjadi setelah mobil mainan
menempuh 50 dot berturut-turut atau t = 1 s, sehingga percepatan mobil
mainan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: a = (vt - vo ) / t
C. Rangkuman
Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang Fisika
yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya. Besaranbesaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan perpindahan,
kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.
Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan merupakan
besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor. Besaran-besaran
kinematika ini berkaitan satu sama lain.
Gerak lurus pada modul ini, dibedakan atas gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada GLB benda bergerak dengan
kecepatan tetap, sedangkan pada GLBB benda bergerak dengan percepatan
tetap.
Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Bila
perubahan kecepatan benda semakin melambat, percepatannya berharga negatif
dan disebut perlambatan.
Gerak lurus baik GLB maupun GLBB dapat diwakili oleh grafik s-t dan grafik v-t.
Dari grafik s-t, GLB kita dapat menentukan kecepatan rata-rata. Dari grafik v-t
kita dapat menghitung jarak yang ditempuh benda dengan cara menghitung luas
daerah di bawah kurva.
Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB pada
lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan vertikal
terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah
dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaan-persamaan yang kita
bicarakan di atas.
Persamaan GLBB,
1. Pada lintasan datar.
vt =
s=
vt =

D.

vo + a.t
vo.t + a.t
vo + 2a.s

Uji Komptensi 2

Petunjuk:
Kerjakan soal-soal di bawah ini tanpa menggunakan kalkulator atau alat bantu
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

32

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
lainnya. Kerjakan secara berurutan mulai dari soal nomor 1 dan seterusnya.
Jangan melompat-lompat. Selesaikan keseluruhan soal dalam waktu 60 menit.
Setelah selesai dan Anda yakin akan jawaban Anda, cocokkanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban tugas di akhir modul.
1.

Tulislah pengertian gerak lurus berubah beraturan!


2.

Tulislah 3 persamaan penting pada gerak lurus berubah beraturan!

3.

Benda yang semula diam didorong sehingga bergerak dengan


percepatan tetap 2
.
Berapakah besar kecepatan benda itu setelah 5 detik kemudian?
Gerak suatu benda dipercepat sehingga dalam waktu 4 s
kecepatannya berubah dari 8 m/s menjadi 12 m/s. Berapakah jarak
yang ditempuh benda selama 15 s itu?

4.

5.

6.

Perhatikan grafik v - t untuk suatu benda yang bergerak lurus


berubah beraturan di bawah.

Berapakah besar percepatan rata-rata pada grafik di atas?


Berapakah jarak yang ditempuh oleh suatu benda yang bergerak
selama 10 s, bila selama waktu tersebut kecepatannya berubah dari
2 m/s menjadi 20 m/s?

7.

Perhatikan grafik sebuah benda yang bergerak lurus berubah


beraturan di bawah ini lalu tentukan jarak yang ditempuh benda
dalam waktu 4 s!

8.

Sebuah benda bergerak lurus dengan percepatan tertentu seperti


tampak pada grafik v - t di bawah.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

33

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

a.
b.
c.
d.

Apakah perbedaan gerak benda saat t = 0 ke t = 1 jam


dan saat t = 1 jam ke t = 3 jam?
Hitung jarak yang ditempuh benda dari t = 0 ke t = 1
jam!
Hitung jarak yang ditempuh benda dari t = 1 jam ke t =
3 jam!
Hitung jarak total yang ditempuh benda selama 3 jam
dengan metode luas grafik!

E. Kunci jawaban Uji Kompetensi 2


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

F.

Gerak pada lintasan lurus dengan percepatan tetap.


Lihat uraian modul
10 m/s
s = 232,5 m
1,25
110 m
24 m
a. GLBB dipercepat dan GLBB diperlambat
b. 25 km
c. 50 km
d. 75 km (sama dengan luas segitiga dengan tinggi 50 dan alas 3)

Kegiatan Laboratorium
Cobalah Anda lakukan eksperimen untuk menentukan besar percepatan ratarata suatu benda menggunakan ticker timer seperti uraian di atas. Mintalah
bantuan Guru Bina agar Anda dapat melakukan hal tersebut di Sekolah
Induk.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

34

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
IV. KEGIATAN BELAJAR 3
GERAK VERTIKAL
A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat menghitung:
1. besar kecepatan benda jatuh bebas pada saat berada di ketinggian tertentu dari
tanah.
2. waktu yang dibutuhkan oleh benda jatuh bebas untuk sampai ke tanah
3. kecepatan benda yang dilemparkan vertikal ke atas pada saat berada di
ketinggian tertentu
4. tinggi maksimum yang dicapai oleh benda yang dilemparkan vertikal ke atas.
5. kecepatan benda saat tiba di tanah setelah dilemparkan ke bawah dari ketinggian
tertentu
6. waktu yang dibutuhkan benda untuk sampai di tanah setelah dilemparkan dari
ketinggian tertentu
B. Uraian Materi
1. Gerak Vertikal ke Bawah
Berbeda dengan jatuh bebas, gerak vertikal ke bawah yang dimaksudkan adalah
gerak benda-benda yang dilemparkan vertikal ke bawah dengan kecepatan awal
tertentu. Jadi seperti gerak vertikal ke atas hanya saja arahnya ke bawah. Sehingga
persamaan-persamaannya sama dengan persamaan-persamaan pada gerak vertikal
ke atas, kecuali tanda negatif pada persamaan-persamaan gerak vertikal ke atas
diganti dengan tanda positif. Sebab gerak vertikal ke bawah adalah GLBB yang
dipercepat dengan percepatan yang sama untuk setiap benda yakni g.
Jadi,

Persamaan gerak vertikal ke bawah

Contoh:
5. Sebuah bola dilemparkan vertikal dengan kecepatan 10 m/s dari atas bangunan
bertingkat (g = 10
). Bila tinggi bangunan itu 40 m, hitunglah:
a. kecepatan benda 1,5 s setelah dilemparkan.
b. Waktu untuk mencapai tanah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

35

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
c. Kecepatan benda saat sampai di tanah.
Penyelesaian:
a. Kecepatan benda 1,5 s setelah dilemparkan:
vt = vo + g.t
= 10 + 10.1,5
= 10 + 15
= 25 m/s
b. Waktu untuk mencapai tanah:
h = vo.t + gt
40 = 10.t + . 10 . t
= 10t + 5t
Bila ruas kiri dan kanan sama-sama kita bagi 5, maka:
8 = 2t + t
atau,
t + 2t - 8 = 0
(t + 4) (t - 2) = 0
t1 = -4
t2 = +2
Kita ambil t = t2 = 2 s (sebab ada waktu berharga negatif). Jadi
waktu untuk mencapai tanah = 2 sekon.
c. Kecepatan benda sampai di tanah:
vt = vo + g.t
= 10 + 10.2
= 30 m/s
Dapat juga dengan cara lain,
vt =
=
=
=
vt =

vo + 2.g.h
10 + 2 . 10 . 40
100 + 800
900
30 m/s

Bila Anda berkesimpulan bahwa gerak vertikal ke bawah ini sama dengan gerak
GLBB pada arah mendatar, Anda benar. Beda antara keduanya adalah bahwa pada
gerak vertikal ke bawah benda selalu dipercepat, sedangkan gerak GLBB pada arah
mendatar dapat pula diperlambat. Selain itu pada gerak vertikal ke bawah besar
percepatan selalu sama dengan percepatan gravitasi g. Sedangkan percepatan pada
GLBB arah mendatar dapat berharga berapa saja.
2. Jatuh Bebas

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

36

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
Bila dua batu yang berbeda beratnya dijatuhkan tanpa kecepatan awal dari
ketinggian yang sama dalam waktu yang sama, batu manakah yang sampai di tanah
duluan?
Peristiwa di atas dalam Fisika disebut sebagai jatuh bebas, yakni gerak lurus
berubah beraturan pada lintasan vertikal. Ciri khasnya adalah benda jatuh tanpa
kecepatan awal (vo = nol). Semakin ke bawah gerak benda semakin cepat.

Gambar 3.1: Dua batu yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama dan dalam
waktu yang sama.
Percepatan yang dialami oleh setiap benda jatuh bebas selalu sama, yakni sama
dengan percepatan gravitasi bumi (tentang percepatan gravitasi bumi akan Anda
pelajari pada modul ke 3).
Pada modul ini, cukup Anda ketahui bahwa percepatan gravitasi bumi itu besarnya g
= 9,8
dan sering dibulatkan menjadi 10
.

Gambar 3.2.
Benda jatuh bebas mengalami percepatan yang
besarnya sama dengan percepatan gravitasi.

Pada jatuh bebas ketiga persamaan GLBB


dipercepat yang kita bicarakan pada
kegiatan sebelumnya tetap berlaku, hanya
saja vo kita hilangkan dari persamaan
karena harganya nol dan lambang s pada
persamaan-persamaan tersebut kita ganti
dengan h yang menyatakan ketinggian dan
a kita ganti dengan g.

Jadi, ketiga persamaan itu sekarang adalah:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

37

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Persamaan-persamaan jatuh bebas

Keterangan:
g = percepatan gravitasi (
)
h = ketinggian benda (m)
t = waktu (s)
vt = kecepatan pada saat t (m/s)
Perhatikan persamaan jatuh bebas yang kedua.

Bila ruas kiri dan kanan sama-sama kita kalikan dengan 2, kita dapatkan:

atau

sehingga,

Persamaan waktu jatuh benda jatuh bebas

Dari persamaan waktu jatuh, terlihat bahwa waktu jatuh benda bebas hanya
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu h = ketinggian dan g = percepatan gravitasi bumi.
Jadi berat dari besaran-besaran lain tidak mempengaruhi waktu jatuh.
Artinya meskipun berbeda beratnya, dua benda yang jatuh dari ketinggian yang
sama di tempat yang sama akan jatuh dalam waktu yang bersamaan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari mungkin kejadiannya lain. Benda yang berbeda
beratnya, akan jatuh dalam waktu yang tidak bersamaan. Hal ini dapat terjadi
karena adanya gesekan udara. Percobaan di dalam tabung hampa udara
membuktikan bahwa sehelai bulu ayam dan satu buah koin jatuh dalam waktu
bersamaan.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

38

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Gambar 3.3: Bulu ayam dan koin di


tabung hampa udara.
Contoh:
1. Dari salah satu bagian gedung yang tingginya 20 m, dua buah batu dijatuhkan
secara berurutan. Massa kedua batu masing-masing 1/2 kg dan 5 kg. Bila
percepatan gravitasi bumi di tempat itu g = 10
, tentukan waktu jatuh untuk
kedua batu itu (Abaikan gesekan udara)
Penyelesaian:
Karena gesekan udara diabaikan (umumnya memang demikian), maka gerak
kedua batu memenuhi persamaan waktu jatuh gerak jatuh bebas.

Untuk batu pertama,


h1 = h2 = 20 m,
m1 = 0,5 kg
m2 = 5 kg
g = 10
t1 = ? dan t2 = ?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

39

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
.

= 2 sekon
Untuk batu kedua,

h1 = h2 = 20m, sehingga t2 = t1 = 2 sekon

Jadi, benda-benda yang jatuh bebas dari ketinggian yang sama di tempat yang
sama (= percepatan gravitasinya sama) akan jatuh dalam waktu yang sama.

Kegiatan Laboratorium
Cobalah Anda lakukan eksperimen bersama teman Anda. Carilah sebuah tempat di
lingkungan Anda di mana Anda dapat menjatuhkan benda dengan leluasa. Semakin
tinggi tempat itu dari tanah, akan semakin baik, misalnya sebuah menara. Suruh
teman Anda menunggu di bawah menara. Sementara Anda di atas menara itu.
Setelah teman Anda siap, jatuhkanlah sebuah benda (misalnya bola) ke bawah
menara. Suruh teman Anda mencatat waktu jatuh benda dengan menggunakan
stopwatch atau jam tangan digital.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

40

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
Lakukan hal itu berulang-ulang dan untuk berbagai
benda yang berbeda. Bandingkan waktu jatuh
berbagai benda itu. Apakah berbeda?
Bila Anda lakukan percobaan ini dengan cermat,
Anda pilih benda-benda yang pejal dan bulat
(bukan papan, apalagi kertas), akan Anda dapatkan
bahwa waktu jatuh semua benda itu akan sama.

Gambar 3.4:
Membandingkan waktu jatuh
berbagai benda.
Contoh:
2. Seekor monyet menjatuhkan buah durian dari pohonnya (g = 10
). Dari
ketinggian berapa buah itu dijatuhkan bila dalam 1,5 s buah itu sampai di tanah?
Berapa kecepatan durian itu, 1 s sejak dijatuhkan?

Gambar 3.5: Buah durian mengalami jatuh bebas.


Penyelesaian:
Kita gunakan persamaan kedua jatuh bebas untuk menghitung ketinggian. Jadi,

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

41

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

= 1/2 . 10 (1,5)
= 5 (2,25)
= 11,25 meter
Kita gunakan persamaan pertama untuk menghitung kecepatan. Jadi,
vt = g.t
= 10 . 1
= 10 m/s

Contoh:
3. Berapakah kecepatan sebuah benda saat jatuh bebas dari ketinggian 5 m saat
tepat tiba di tanah (anggap g = 10 )?
Penyelesaian:
Kita gunakan persamaan ketiga jatuh bebas.
vt = 2.g.h
= 2 . 10 . 5
= 100
vt = 10 m/s
Dengan beberapa contoh soal dan uraian singkat di atas, mudah-mudahan Anda
dapat memahami peristiwa jatuh bebas. Ingatlah ketiga persamaan jatuh bebas di
atas. Meskipun sederhana, persamaan ini sangat penting. Kelak di modul-modul
berikut Anda pasti menggunakan persamaan-persamaan itu lagi.

3. Gerak Vertikal ke Atas


Lemparkan bola vertikal ke atas, amati gerakannya. Bagaimana kecepatan bola dari
waktu ke waktu!

Gambar 3.6:
Bola dilemparkan vertikal ke atas.

Selama bola bergerak vertikal ke atas, gerakan bola


melawan gaya gravitasi yang menariknya ke bumi.
Akhirnya bola bergerak diperlambat. Akhirnya
setelah mencapai ketinggian tertentu yang disebut
tinggi maksimum, bola tak dapat naik lagi. Pada
saat ini kecepatan bola nol. Oleh karena tarikan
gaya gravitasi bumi tak pernah berhenti bekerja
pada bola, menyebabkan bola bergerak turun. Pada
saat ini bola mengalami jatuh bebas, bergerak
turun dipercepat.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

42

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
Jadi bola mengalami dua fase gerakan. Saat bergerak ke atas bola bergerak GLBB
diperlambat (a = g) dengan kecepatan awal tertentu lalu setelah mencapai tinggi
maksimum bola jatuh bebas yang merupakan GLBB dipercepat dengan kecepatan
awal nol. Dalam hal ini berlaku persamaan-persamaan GLBB yang telah kita pelajari
pada kegiatan lalu.
Pada saat benda bergerak naik berlaku persamaan:

Persamaan gerak vertikal ke atas

vo = kecepatan awal (m/s)


g = percepatan gravitasi (m/s2 )
t = waktu (s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
h = ketinggian (m)
Sedangkan pada saat jatuh bebas berlaku persamaan-persamaan gerak jatuh bebas
yang sudah kita pelajari pada kegiatan lalu.
Contoh:
1. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 20 m/s (g = 10
).
Hitunglah:
a. waktu yang dibutuhkan bola untuk sampai ke titik tertinggi.
b. tinggi maksimum yang dicapai bola.
c. waktu total bola berada di udara.
Penyelesaian:
a. Bola mencapai titik tertinggi pada saat vt = 0.
Selanjutnya kita gunakan persamaan pertama gerak vertikal ke atas,
vt = vo - g.t
0 = 20 - 10.t
10.t = 20
t = 20/10
= 2 sekon

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

43

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
b. Tinggi maksimum bola,
h = vot - .g.t
= 20 . 2 - .10.2
= 40 - 20
= 20 meter
c. Waktu total di sini maksudnya waktu yang dibutuhkan oleh bola sejak
dilemparkan ke atas sampai jatuh kembali ke tanah. Terdiri dari waktu
mencapai tinggi maksimum (jawaban pertanyaan a) dan waktu untuk jatuh
bebas yang akan kita hitung sekarang.
tinggi maksimum = 20 m , jadi :

=2 sekon

Jadi waktu toal benda yang bergerak vertikal ke atas lalu jatuh kembali adalah 4
s,
sama
dengan
dua
kali
waktu
mencapai
tinggi
maksimum.
Bagaimana? Cukup jelas, bukan?
Contoh:
2. Berapa tinggi maksimum yang dicapai oleh benda yang dilemparkan vertikal ke
atas dengan kecepatan awal 5 m/s? Anggap percepatan gravitasi bumi g = 10
!
Penyelesaian:
Diketahui vo = 5 m/s dan g = 10
. Apa hanya ini data yang kita miliki untuk
menghitung tinggi maksmium?
Masih ada satu lagi yakni vt = 0. Mengapa?
Ya benar! Pada tinggi maksimum kecepatan = nol.
Jadi:
vt
0
20.h
h

=
=
=
=

vo - 2.g.h
5 - 2 . 10 . h
25
1,25 meter

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

44

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Tidak terlalu tinggi bukan? Untuk mencapai ketinggian yang lebih besar kecepatan
awal harus diperbesar, perhatikan contoh berikut.
Contoh:
3. Berapa kecepatan awal minimum yang dibutuhkan oleh sebuah roket agar dapat
mencapai ketinggian 200 m?

Gambar 3.7:
Roket yang akan meluncur membutuhkan kecepatan awal yang besar
Penyelesaian:
Sama dengan cara yang kita gunakan pada contoh 2,
vt =
0=
vo =
vo =

vo - 2.g.h
vo - 2.10.200
40000
200 m/s

Jadi, agar dapat mencapai ketinggian 200 m minimal, roket harus memiliki
kecepatan awal sekurang-kurangnya 200 m/s.
Coba Anda hitung berapa kecepatan awal minimum yang dibutuhkan untuk
mencapai ketinggian 300 m, 400 m, 500 m?
Apakah berat benda tidak mempengaruhi besarnya kecepatan awal ini? Jawabnya
tidak! Sebab seperti yang Anda lihat pada persamaan di atas, faktor berat tidak
memberi pengaruh apa-apa untuk mencapai suatu ketinggian tertentu. Faktor
yang berpengaruh dalam peristiwa ini hanyalah besar percepatan gravitasi g.

Contoh:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

45

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
4. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 50
, berapa
kecepatannya 1,5 s kemudian? Apakah bola masih meluncur ke atas pada saat 4 s
setelah dilemparkan?
Penyelesaian:
vt =
=
=
=

vo - g.t
50 - 10 . 1,5
50 - 15
35 m/s

Karena vt 0 dan berharga positif, maka dapat disimpulkan bola masih bergerak
ke atas. Lain halnya bila vt berharga negatif yang berarti bola sudah dalam
keadaan turun ke bawah.
Contoh-contoh di atas mudah-mudahan membuat Anda memahami benar persoalan
gerak vertikal ke atas. Bila belum, pelajari sekali lagi uraian di atas beserta contohcontoh soal yang diberikan. Bila Anda sudah memahaminya, marilah kita lanjutkan
pelajaran kita!
Sejauh ini menyangkut gerak vertikal, telah kita pelajari gerak jatuh bebas dan
gerak vertikal ke atas. Jenis lain gerak vertikal yang harus kita pelajari adalah gerak
vertikal ke bawah.
C. Rangkuman
Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang Fisika
yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya. Besaranbesaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan perpindahan,
kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.
Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan merupakan
besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor. Besaran-besaran
kinematika ini berkaitan satu sama lain.
Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB pada
lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan vertikal
terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah
dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaan-persamaan yang kita
bicarakan di atas.
Pada lintasan vertikal
a.

Gerak vertikal ke atas


1. vt = vo - g.t
2. h = vo.t - g.t
3. vt = vo - 2g.h

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

46

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

b.

Jatuh bebas
1. vt = g.t
2. h = g.t
3. vt = 2g.h
4.

c.

Gerak vertikal ke bawah


1. vt = vo + g.t
2. h = vo.t + g.t
3. vt = vo + 2g.h

D. Uji Kompetensi 3
Petunjuk:
Kerjakan soal-soal di bawah ini dalam waktu + 30 menit. Aturan-aturan yang ada
pada petunjuk tugas-tugas sebelumnya tetap berlaku.
1. Tulislah 2 faktor yang mempengaruhi waktu jatuh benda jatuh bebas!
2. Sebuah bola jatuh bebas dari ketinggian 50 m di atas tanah. Hitung besar
kecepatannya 1 sekon setelah dijatuhkan! (g = 10
)
3. Seorang penerjun jatuh bebas dari ketinggian 200 m. Hitung kecepatannya pada
saat posisinya 175 m dari tanah!
4. Tuti menjatuhkan kerikil ke dalam sumur yang dalamnya 20 m (g=10
).
Berapakah waktu yang diperlukan kerikil itu untuk sampai di permukaan air
sumur?
5. Sebuah bola yang dijatuhkan dari atas menara sampai ke tanah dengan kecepatan
30 m/s (g = 10
). Berapa lama bola di udara?
6. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 10 m/s
(g = 10
). Tentukan tinggi maksimum bola!
7. Peluru ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 150 m/s. Hitung
kecepatannya setelah meluncur 5 s!
8. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke bawah dengan kecepatan awal 10 m/s dari
ketinggian 15 m dari tanah (g = 10
)
Hitung kecepatan bola saat tiba di tanah!
9. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke bawah dengan kecepatan 5 m/s dari
ketinggian 30 m di atas tanah (g = 10
). Berapa waktu yang dibutuhkan bola

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

47

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
itu untuk sampai di tanah?
E. Kunci jawaban uji Kompetnsi 3
Kegiatan 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Percepatan gravitasi (g) dan ketinggian (h)


10 m/s
50 m/s
2s
3s
5m
100 m/s
20 m/s
2 s (gunakan cara memfaktorkan)

V. EVALUASI

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada
huruf a, b, c, d atau e
1. Seorang anak berlari pada lintasan yang berbentuk lingkaran. Apabila jari-jari
lingkaran 14 m, dan anaktersebut berlarisetentag putaran ( =

22
) maka
7

perpindahan yang dilakukan oleh anak tersebut adalah .


a. 125 m
d. 28 m
b. 88 m
e. 14 m
c. 44 m
2.

1 cm

1 cm

Gambar di atas merupakan potongan rekaman gerak dari kereta dinamik oleh
tiker timer. Pada pita rekaman (jarak antara 2 titik yang berurutan sama)
maka kelajuannya adalah .
a. 50 m/s
d. 5 m/s
b. 25 m/s
e. 0,5 m/s
c. 10 m/s
3. Seorang pelari berlari pada lintasan lurus dari A ke B yang panjangnya 100 m
ditempuh dalam waktu 10 s kemudian berbalik arah semula dan berhenti dititik
C, dengan jarak BC 80 m ditempuh selama 10 s. Maka kecepatan rata-rata pelari
tersebut adalah .
a. 19 m/s
d. 1 m/s
b. 10 m/s
e. 0,1 m/s
c. 8 m/s

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

48

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
4. Seorang pelari berangkat dari A berlari mengelilingi 1 lap yang berupa lingkaran
dengan jari-jari 14 m, dan diperlukan waktu 10 s, ( =

22
), maka laju rata-rata
7

dan kecepatan rata-rata pelari adalah .


a. 0 m/s dan 8,8 m/s
b. 8,8 m/s dan 0 m/s
c. 8,8 m/s dan 8,8 m/s
d. 0 m/s dan 0 m/s
e. 17,6 m/s dan 0 m/s
5. sebuah mobil melaju dengan kecepatan awal
4 ms-1 kemudian dipercepat
-2
dengan percepatan 2 ms selama 2 detik berapakah kecepatan mobil saat itu
a. 4 m/s
b. 6 m/s
c. 8 m/s
d. 10 m/s
e. 12 m/s
6.

3 cm

9 cm

15 cm

Gambar di atas menunjukkan rekaman dari gerak kereta dinamik (troli) yang
dipercepat. Jarak dua titik yang berurutan ditempuh tiap interval waktu s.
Dari data tersebut maka percepatan tetap dialami oleh kereta dinamik adalah
.
a. 6 cm/s2
d. 15 cm/s2
2
b. 9 cm/s
e. 24 cm/s2
2
c. 12 cm/s
7. Mobil dan truk berjalan pada jalan yang lurus dengan arah yang berlawanan pada
saat mobil dan truk terpisah sejauh 50 m dan bergerak lurus beraturan. Apabila
kecepatan mobil 20 m/s sedangkan kecepatan truk 15 m/s, maka waktu yang
diperlukan mobil tepat menyusul truk dihitung dari saat mobil di A adalah .
a. 2,5 s
d. 5 s
b. 3 1/3 s
e. 10 s
c. 4 s
8. Sebuah mobil A1 bergerak dari keadaan diam dan mencapai kecepatan 90
km/jam dalam waktu 10 s, maka percepatan rata-rata mobil tersebut adalah .
a. 9 m/s2
d. 2,5 m/s2
2
b. 7,5 m/s
e. 0,2 m/s2
2
c. 5 m/s
9. Seorang pemain ski meluncur ke bawah dari keadaan diam dipercepat 2 m/s2
maka jarak yang ditempuh pada saat 5 s adalah .
a. 20 m
d. 35 m
b. 25 m
e. 40 m
c. 30 m
10. Sebuah mobil melaju di jalan raya dengan kecepatan 54 km/jam, ketika lampu
merah menyala di suatu persimpangan, pengendara menginjak rem, jika waktu
reaksi pengendara dari saat melihat hingga menginjak rem adalah 0,6 s. Setelah
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

49

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
mobil direm, mobil mengalami perlambatan sebesar 7,5 m/s2 maka jarak yang
ditempuh mobil dari saat pengendara melihat lampu merah hingga mobil
berhenti adalah .
a. 9 m
d. 24 m
b. 15 m
e. 80 m
c. 20 m
11. Sebuah mobil sedang menunggu lampu merah berubah katika lampu berubah
menjadi hijau mobil bergerak dengan percepatan tetap 3 m/s2 selama 4 s dan
kemudian bergerak dengan kecepatan konstan pada saat mobil dengan yang
sama dan bergerak dengan kecepatan tetap sebesar 10 m/s, maka lama waktu
mobil dan truk itu bertemu dari saaat lampu menjadi hijau adalah .
a. 24 s
b. 16 s
c. 12 s

d. 8 s
e. 6 s

12. Benda bergerak dengan kecepatan tetap, maka yang benar .


(1) lintasannya berupa garis lurus
(2) percepatannya nol
(3) lajunya tetap
(4) geraknya, gerak lurus beraturan
a. 1, 2, 3
d. 4 saja
b. 1, 3
e. 1, 2, 3 dan 4
c. 2, 4
13. Grafik gerak lurus beraturan di bawah ini yang benar .
(1)

(3)

t
(2)

t
(4)

t
a. 1, 2, 3
b. 1, 3
c. 2, 4
14.

d. 4 saja
e. 1, 2, 3 dan 4

v(m/s)
28
14
8

t (s)

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

50

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Pernyataan yang benar dari grafik gerak lurus berubah beraturan diatas tersebut
adalah .
1. Kecepatan awal benda 8 ms-1
2. Kecepatan pada sekon ke-3 17 ms-1
3. Perpindahan s.d. sekon ke-2 22 m
4. Perpindahan s.d. sekon ke 4 adalah 112 m
a. 1, 2, 3
d. 4 saja
b. 1, 3
e. 1, 2, 3 dan 4
c. 2, 4
15. Sebuah benda bergerak dengan kecepatan awal Vo = 20 ms-1 mengalami
perlambatan dan berhenti setelah menempuh jarak 100 m. Berapa kecepatan
benda itu pada sekon ke-3 ?
a. 6 ms-1
d. 12 ms-1
-1
b. 8 ms
e. 15 ms-1
-1
c. 9 ms
16. Sebuah benda bergerak dengan kecepatan awal 15 ms-1 diperlambat dengan
perlambatan tetap 3 ms-1. Kecepatan benda itu ketika perpindahannya 31,5 m
adalah . ms-1.
a. 3
d. 7,5
b. 4,5
e. 9
c. 6
17. Sebuah pesawat terbang dari keadaan diam dipacu dengan percepatana = 100
ms-2 sehingga lepas landas dengan kecepatan V = 600 m/s. Berapa panjang
landasan pacu minimal . m?
a. 900
d. 2000
b. 1200
e. 2400
c. 1800
18. Dua buah benda A dan B yang bermasa masing-masing m, jatuh bebas dari
ketinggian h meter dan 2,25 h meter. Jika A menyentuh tanah dengan kecepatan
v m/s maka benda B menyentuh tanah dengan energi kinetik sebesar .
a. 1 v
d. v
2

b.

1
2

c.

3
4

19.

e.

3
2

v(ms-1)
20

10

12 t(s)

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

51

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
Sebuah mobil bergerak lurus dengan grafik kecepatan terhadap waktu seperti
gambar. Pada interval waktu antara 10 sekon hingga 12 sekon, mobil
bergerak .
a. lurus diperlambat dengan perlambatan 10 ms-2
b. lurus dipercepat dengan percepatan 10 ms-2
c. lurus dipercepat dengan percepatan 5 ms-2
d. lurus diperlambat dengan perlambatan 5 ms-2
e. lurus beraturan dengan kecepatan tetap sebesar 10 ms-2
20.

V(ms-1)

20

t(s)
2

Grafik di atas melukiskan hubungan antara kecepatan dan waktu gerak benda
P dan Q. Jika kedua benda berangkat dari tempat yang sama, maka:
P dan Q bertemu ketika P telah bergerak (2 + 2 ..2) s
P dan Q bertemu pada kecepatan sama = 16 ms-1
Percepatan P 8 ms-2
P dan Q bertemu pada jarak 16 m
Yang benar .
a. 1, 2, 3
d. 4
b. 1, 3
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
21. Sebuah benda bergerak pada sumbu x dengan persamaan x = 2t2 + 10t + 20, x
dalam meter, t dalam sekon. Pernyataan berikut berkaitan dengan pernyataan
tersebut :
1. gerak benda menurut sumbu x positif
2. kecepatan awal 2 ms-1
3. posisi awal pada x = 20 m
4. percepatan benda a = 10 ms-2
yang benar .
a. 1, 2, 3
d. 4
b. 1, 3
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
22. Seekor rusa yang massanya 40 kg berjalan dari ujung A ke ujung B dengan
kecepatan tetap = 2 ms-1 pada papan yang bermassa 20 kg, sehingga papan
bergerak dengan kecepatan 4 ms-1 berlawanan dengan arah gerak anak. Jika
panjang papan AB = 60 m, berapa perpindahan rusa, ketika ia mencapai ujung
B?
a. 20 m
d. 50 m
b. 30 m
e. 60 m
c. 40 m
23. Sebuah kereta api meluncur menjauhi stasiun kereta api dengan kecepatan 72
km jam-1. Seorang anak berjalan searah kereta api tersebut dengan kecepatan
tetap 5 ms-1. Kecepatan anak terhadap stasiun kereta api . ms-1.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

52

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
a. 15
d. 40
b. 20
e. 77
c. 25
24. Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian h = 19,2 m di tempat yang percepatan
gravitasinya 9,8 ms-2. Benda menyentuh tanah setelah bergerak selama
sekon.
a. 2
d. 0,5
b. 1,5
e. 0,25
c. 1
25. Sebuah benda ditembakkan vertikal naik dengan kecepatan awal 40 ms-1 di
tempat yang percepatan gravitasinya = 10 m.s-2, maka :
1. tinggi maksimum yang dicapai 80 m
2. mencapai pelempar lagi setelah 8 sekon
3. ketika ketinggiannya 35 m kecepatannya 30 ms-1
4. ketika benda sudah bergerak 6 sekon geraknya ke bawah
yang benar :
a. 1, 2, 3
d. 4
b. 1, 3
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
B. ESSAY
Jawablah dengan singkat dan tepat!
1. Dua buah bus melaju di jalan raya yang satu ke arah barat sedangkan yang lain
ke utara, laju kedua bus sama yaitu 30 m/s Apakah kecepatan kedua bus itu
sama? Jelaskan!
2. Sebuah elektron bergerak dengan kecepatan 4.106 cm/s, memasuki medan listrik
yang memberikan percepatan pada elektron 1012 cm/s2 dengan arah yang sama
dengan arah kecepatan awal. Berapakah waktu yang diperlukan agar kecepatan
elektron dua kali kecepatan awalnya? Berapakah jarak yang ditempuh elektron
dalam waktu tersebut?
3. Pancaran ion mempunyai kecepatan 2.106 cm/s. Ketika ion tersebut memasuki
medan listrik, ion tersebut mengalami percepatan yang searah dengan arah
kecepatannya. Apabila waktu yang diperlukan ion tersebut untuk menempuh
jarak 30 cm (dalam medan listrik itu) adalah 6.10-6 s, maka hitunglah:
a. percepatan tetap yang dialami ion tersebut dan
b. kecepatan ion tersebut pada akhir waktu 2.106 s!
4. Pada planet X sebuah batu jatuh bebas dari ketinggian 48 m, diperlukan waktu 4
s. Berapakah percepatan gravitasi untuk planet tersebut?
5. Sebuah balok kayu hanyut di air sungai dengan laju konstan sebesar 5 m/s.
sebuha batu dijatuhkan bebas dari jembatan yang tingginya 80 m dari atas
permukaan air sungai, dan tepat mengenai balok kayu (g = 10 m/s). Hitunglah
jarak balok dan jembatan ketika batu tersebut dilepaskan!
6. Sebuah mobil dari keadaan diam dipercepat dengan percepatan 4 m/s2 , Setelah
beberapa waktu diperlambat dengan perlambatan 2 m/s2 hingga berhenti (diam
lagi) hitung:
c.
Kecepatan maksimum!
d.
Jarak total yang ditempuh!

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

53

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
7. Sebuah benda ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 40 m/s1 dari
ketinggian h meter, benda mencapai tanah setelah 9 sekon dari saat
ditembakkan. Berapakah h!
8. Sebuah partikel bergerak lurus menyusuri sumbu x dengan kecepatan awal 3 ms1
searah sumbu x positif. Bila perlambatan 3 ms-2 bekerja pada partikel itu
selama 3 sekon, maka :
besar kecepatan akhir 3 sekon
arah kecepatan akhir searah sumbu x negatif
partikel pernah berhenti
setelah 3 sekon kecepatan
9. Kereta api bergerak menjauhi stasiun kereta api dengan kecepatan 54 km jam-1.
Jika seorang anak berjalan dengan laju 5 m/s dari bagian depan kereta api
menuju ke belakang, maka kecepatan anak terhadap stasiun kereta api ms-1.
10. Dua buah bola A dan B dijatuhkan dari tempat yang cukup tinggi, (percepatan
gravitasi g = 10 m/s2 ). Bila A jatuh bebas 2s terlebih dahulu, baru bola B
dijatuhkan dengan kecepatan awal 25 m/s. Dimana dan kapan kedua bola
tersebut bertemu ?
VI. PENUTUP
Sampai di sini berarti Anda telah selesai mempelajari isi modul ini. Untuk itu saya
ucapkan selamat kepada Anda.
Marilah kita ulangi apa yang telah Anda pelajari pada modul ini.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

54

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Athur. 1995, Applied Pshysics, New York : McGraw-Hill.Inc.


Budikase, E dan Kertiasa, I Nyoman, 1994, Fisika SMU jilid 1, jakarta : Depdikbud
RI
Chan,
W.O.
dan
Ho,
TS,
1979,
Physics,
Hongkong:
Mac
Millan,
Duncan, Tom, Physics for Today and Tomorrow, London: John Murray, 1997
Halliday, D, Resnick, R. 1992, Fisika jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Martin, Kanginan. 2004. Fisika Untuk SMA Kelas X, jakarta : Erlangga..
Surya, Yohannes, M.Sc., PhD., 1977, Olimpiade Fisika jilid 1A, Jakarta: Primatika
Cipta Ilmu,

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

55

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika
Peta Konsep Kinematika Gerak Lurus

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

56

Please purchase PDFcamp Printer on http://www.verypdf.com/ to remove this watermark.

Modul Kinematika

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

57

LISTRIK DINAMIS I

Mata Pelajaran : Fisika


Kelas
: II (Dua)
Nomor Modul : Fis.X.13

Penulis
Direvisi oleh
Penyunting Materi
Penyunting Media

:
:
:
:

Dra. Nia Ainawati Haesin


Sukarman, S.Pd.
Drs. I Made Astra, M.Si.
Dr. Nurdin Ibrahim, M.Pd.

DAFTAR ISI
IDENTITAS
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar 1: HUKUM OHM ................................................................ 5
Petunjuk .......................................................................... 5
Uraian Materi .................................................................. 5
1. Kuat Arus Listrik ....................................................... 5
2. Beda Potensial atau Tegangan Listrik (V) ................. 7
3. Hubungan antara Tegangan Listrik (V) dan Kuat
Arus Listrik (I) ........................................................... 7
4. Penerapan hukum OHM dalam Kehidupan
sehari-hari ................................................................ 11
5. Hubungan antara hambatan kawat dengan jenis
kawat dan ukuran kawat ........................................... 11
TUGAS KEGIATAN 1 ....................................................... 15
Kegiatan Belajar 2: RANGKAIAN KOMPONEN LISTRIK .............................
Petunjuk ..........................................................................
Uraian Materi ..................................................................
1. Hambatan disusun seri ............................................
2. Hambatan disusun paralel .......................................
3. Gabungan Sumber Tegangan ..................................
TUGAS KEGIATAN 2 .......................................................

19
19
19
19
22
25
28

Kegiatan Belajar 3: HUKUM KIRCHOFF .......................................................


Petunjuk ..........................................................................
Uraian Materi ..................................................................
1. Hukum I Kirchoff ......................................................
2. Hukum II Kirchoff ......................................................
TUGAS KEGIATAN 3 .......................................................

31
31
31
31
35
40

PENUTUP ........................................................................................................ 45
KUNCI KEGIATAN ........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51

PENDAHULUAN
Selamat Anda telah mencapai modul berjudul Listrik Dinamis I. Modul ini dibagi
menjadi 4 kegiatan belajar, yaitu:
Kegiatan Belajar 1: menjelaskan tentang alat ukur listrik.
Kegiatan Belajar 2: menjelaskan tentang hukum Ohm.
Kegiatan Belajar 3: menjelaskan tentang hukum Kirchoff.
kegiatan Belajar 4: menjelaskan tentang energi dan daya listrik.
Tujuan modul ini adalah agar Anda memahami listrik Dinamis, dengan indikator:
1. Membedakan jenis alat ukur listrik.
2. Menyebutkan fungsi alat ukur listrik.
3. Menjelaskan cara pengukuran kuat arus listrik.
4. Menjelaskan cara pengukuran tegangan listrik.
5. Menuliskan definisi kuat arus listrik dengan benar.
6. Menuliskan bunyi hukum Ohm dengan benar.
7. Menghitung kuat arus berdasarkan hukum Ohm bila data tersedia secukupnya.
8. Menentukan hambatan sebuah resistor melalui grafik V-I dengan tepat.
9. Menjelaskan hubungan antara hambatan, panjang dan luas penampang sebuah
konduktor dengan benar.
10. Menentukan hambatan sebuah resistor bila diketahui hambatan jenis bahan
konduktor itu dan data lainnya diketahui.
11. Menjelaskan hukum I Kirchoff dengan benar.
12. Menentukan kuat arus pada suatu titik percabangan bila data yang diperlukan
tersedia.
13. Menentukan kuat arus pada salah satu resistor dari suatu rangkaian yang terdiri
dari 3 resistor disusun seri paralel.
14. Menghitung kuat arus pada suatu rangkaian yang terdiri dari 3 resistor di susun
seri paralel dan dihubungkan dengan baterai yang memiliki hambatan dalam
tertentu bila data diperlukan tersedia.
15. Menentukan hambatan sebuah alat listrik yang spesifikasinya (Watt - Volt)
diketahui.
16. Mengubah satuan energi dari Joule menjadi Kwh dari data yang diketahui.
17. Menentukan daya terpasang dari sebuah lampu yang dipasang pada sumber
tegangan yang spesifikasinya diketahui bila data minimal yang dibutuhkan.
Percobaan yang ada dalam modul ini dikerjakan di sekolah induk dengan bantuan
Guru Bina dan dikerjakan secara berkelompok.
Bagaimana Anda mempelajari modul ini?
Untuk mudahnya ikuti petunjuk belajar berikut ini:
Baca uraian materi pada tiap-tiap kegiatan dengan baik.
Kerjakan semua latihan dan tugas-tugas yang terdapat pada modul.

Gunakan alat-alat yang diperlukan dalam mempelajari modul ini, misalnya:


baterai, bola lampu senter dan amperemeter.
Janganlah melihat kunci jawaban sebelum Anda selesai mengerjakan tugas/
latihan.
Catatlah bagian-bagian yang belum Anda pahami, kemudian diskusikan dengan
teman Anda atau tanyakan kepada guru bina atau orang yang Anda anggap
mampu.
Bila Anda belum menguasai 70% dari tiap kegiatan, maka ulangi kembali langkahlangkah di atas dengan seksama.

Mudah-mudahan dengan mempelajari modul ini Anda mendapatkan tambahan


wawasan materi pelajaran Fisika, dan jangan lupa Anda terus mengingat pelajaran
modul ini, karena akan berhubungan dengan modul yang berikutnya.
Modul ini hendakya dapat Anda selesaikan dalam waktu 1,5 jam termasuk Anda
menyelesaikan latihan atau tugas-tugasnya.
Selamat Belajar, semoga berhasil dan sukses untuk Anda.

Kegiatan Belajar 1

ALAT UKUR LISTRIK


Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan mempunyai
kemampuan sesuai indikator dibawah ini:
1. membedakan jenis alat ukur listrik;
2. menyebutkan fungsi alat ukur listrik;
3. menjelaskan cara pengukuran kuat arus listrik; dan
4. menjelaskan cara pengukuran tegangan listrik.
Saat Anda berbicara tentang listrik, tidak akan terlepas dari besaranbesaran yang ada pada listrik itu sendiri. Masih ingatkah Anda apa besaran
itu? Pada modul pertama kelas X, Anda telah mengetahui bahwa besaran:
sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dalam satuan. Besaran yang
ada pada listrik antara lain kuat arus disebut Ampermeter, sedangkan alat untuk
mengukur tegangan atau beda potensial antara dua titik disebut Volt meter. Alat
ukur yang akan kita pelajari pada kegiatan ini adalah alat ukur listrik digital. Alat ukur
listrik analog mempunyai ketidaktelitian sekitar 3% sampai 4%. Alat inilah yang biasa
tersedia di laboratorium-laboratorium IPA di sekolah.

I. Ampermeter
Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari
Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya
antara medan magnet dan kumparan berarus.
Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang
kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan
pada galvanometer. Cara kerja galvanometer ini akan dibahas lebih lanjut pada
saat Anda mempelajari medan magnetik di kelas XII jurusan IPA.
Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur
ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada
ampermeter.

Bagaimana cara menggunakan Ampermeter?


Misalkan Anda akan mengukur kuat arus yang melewati rangkaian pada gambar
1. Misalkan R adalah lampu, maka:

(a)

(b)

Gambar 1. a. gambar rangkaian sederhana dengan sumber arus dc.


b. rangkaian sebenarnya

Anda harus memasang secara seri ampermeter dengan lampu. Sehingga harus
memutus salah satu ujung (lampu menjadi padam). Selanjutnya hubungkan
kedua ujung dengan kabel pada ampermeter, seperti gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian cara menggunakan Ampermeter

Gambar 3. Multimeter yang dapat digunakan sebagai Ampermeter

Hati-hati saat Anda membaca skala yang digunakan, karena Anda harus
memperhatikan batas ukur yang digunakan. Misalnya Anda menggunakan batas
ukur 1A, pada skala tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Ini berarti saat
jarum ampermeter menunjuk angka 10 kuat arus yang mengalir hanya 1 A. Jika
menunjukkan angka 5 berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Secara umum hasil
pengamatan pada pembacaan ampermeter dapat dituliskan:
Skala yang ditunjuk jarum Ampermeter
Hasil pengamatan =

x Batas ukur Ampermeter


Skala maksimal

Bagaimana jika saat Anda mengukur kuat arus jarum menyimpang melewati
batas ukur maksimal? Ini berarti kuat arus yang Anda ukur lebih besar dari batas
ukur alat. Anda harus memperbesar batas ukur dengan menggeser batas ukur
jika masih memungkinkan. Jika tidak Anda harus memasang hambatan shunt
secara paralel pada Ampermeter seperti pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Rangkaian hambatan Shunt (Rsh) Ampermeter untuk


memperbesar batas ukurnya.

Besar hambatan shunt yang dipasang pada Ampermeter tersebut adalah:


1

Rsh = (n 1) RA
dengan Rsh = Hambatan shunt satuannya (dibaca Ohm)
n
I
IA
RA

= I = Kelipatan batas ukur


A
= Batas ukur sesudah dipasang hambatan shunt (A)
= Batas ukur sebelum di pasang hambatan shunt (A)
= Hambatan dalam Ampermeter ( )

Untuk lebih memahami uraian di atas pelajari contoh soal berikut ini.
1. Berapa kuat arus yang mengalir pada rangkaian berikut ini?

Diketahui: Skala maksimal = 10


Batas ukur
= 5A
Ditanya: Hasil pengamatan?
x5A

Jawab: Hasil pengamatan =


= 2A

2. Suatu Ampermeter mempunyai hambatan dalam 4 , hanya mampu


mengukur sampai 5 M A. Ampermeter tersebut akan digunakan untuk
mengukur arus listrik yang besarnya mencapai 10 A. Tentukan besar
hambatan shunt yang harus dipasang secara paralel pada Ampermeter.

Diketahui: I A =
5 m A = 5.103 A
I = 10 A
RA =
20
Ditanya: Rsh?
Jawab:

R sh =
=

10 A
5 . 10 3 A

= 2000

(n 1) RA
1

(2000 1 ) . 4

= 2 . 103

B. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara
8

dua titik. Voltmeter juga menggunakan galvanometer yang dihubungkan seri


dengan resistor. Coba Anda bedakan dengan Ampermeter!
Beda antara Voltmeter dengan Ampermeter adalah sebagai berikut:
1. Ampermeter merupakan galvanometer yang dirangkai dengan hambatan
shunt secara seri, Voltmeter secara paralel.
2. Hambatan Shunt yang dipasang pada Ampermeter nilainya kecil sedangkan
pada Voltmeter sangat besar.
Bagaimana menggunakan Voltmeter?
Menggunakan Voltmeter berbeda dengan menggunakan Ampermeter, dalam
menggunakan Voltmeter harus dipasang paralel pada kedua ujung yang akan
dicari beda tegangannya. Misalkan Anda kan mengukur beda tegangan antara
ujung-ujung lampu pada gambar 5.

Gambar 5. Rangkaian dengan sumber arus dc.

Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua kabel
dari voltmeter ke ujung-ujung lampu seperti pada gambar 6.

Gambar 6. Mengukur tegangan.

Skala yang ditunjukkan jarum pada Voltmeter


Hasil pengamatan =

x batas ukur

Skala maksimal

Seperti pada saat Anda menggunakan Ampermeter, jika jarum pada voltmeter
melewati batas skala maksimal, berarti beda potensial yang Anda ukur lebih
besar dari kemampuan alat ukur. Sehingga Anda harus memperbesar batas
ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan muka) secara seri pada
voltmeter. Seperti gambar 7.

Gambar 7. Rangkaian hambatan muka (Rm) pada Voltmeter


untuk memperbesar batas ukurnya.

Besar hambatan muka yang dipasang pada Voltmeter tersebut adalah:


Rm = (n 1) Rv
dengan Rm = hambatan muka (
n=

= kelipatan batas ukur Voltmeter

Vv
V
Rv

= batas ukur Voltmeter sebelum dipasang hambatan muka (Volt)


= batas ukur Voltmeter setelah dipasang hambatan muka (Volt)
= hambatan dalam Voltmeter ( )

Contoh:
Sebuah Voltmeter mempunyai hambatan dalam 3 k , dapat mengukur tegangan
maksimal 5 Volt. Jika ingin memperbesar batas ukur Voltmeter menjadi 100 Volt,
tentukan hambatan muka yang harus dipasang secara seri pada Voltmeter.
Diketahui: Rv = 3 k
Vv = 5 Volt
V = 100 Volt
Ditanya: Rm?
Jawab: n

= 20

Rm = (n 1) . Rv
= (20 1) . 3 k
= 57 k

10

Alat ukur yang Anda pelajari di atas adalah untuk arus searah (dc). Jika ingin
digunakan pada arus bolak-balik harus disesuaikan dengan menambahkan diode.
Tetapi Anda tidak akan mempelajarinya. Biasanya alat yang tersedia di sekolahsekolah adalah Basic meter. Basic meter dapat berfungsi sebagai Ampermeter
ataupun Voltmeter dengan menggeser colokan yang ada.
Agar Anda terampil menggunakan Ampermeter atau Voltmeter Anda harus
melakukan percobaan yang ada pada kegiatan 1 dan kegiatan 2 nanti. Apabila
dalam melakukan percobaan Anda menemui kesulitan atau masalah alat, Anda
lakukan percobaan di sekolah induk dan mintalah bantuan pada Guru bina.
Percobaan 1. Pengukuran kuat arus listrik.
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. bola lampu senter 1 buah
2. amperemeter
3. 1 buah batu baterai 1,5 V
4. kabel penghubung kira-kira 30 cm
Caranya:
1. Rangkaian alat seperti pada gambar di bawah ini.

2. Perhatikan oleh Anda, apakah lampu menyala? Dan apakah jarum


amperemeter bergerak menyimpang.
3. Coba Anda lepaskan salah satu kabel penghubung pada lampu, apa yang
Anda lihat?
4. Sambungkan lagi kabel yang Anda lepaskan dan perhatikan alat ukur kuat

11

arus (amperemeter), apa yang terjadi?


Untuk lebih memahami tentang penggunaan apermeter dan voltmeter, cobalah Anda kerjakan latihan berikut ini tanpa melihat
kunci terlebih dahulu.
1. Tentukan hasil pengamatan yang ditunjukkan oleh amperemeter berikut
ini!

2.

Gambarkan rangkaian cara


mengukur arus listrik dan beda
potensial pada lampu (hambatan)
secara bersamaan!

KUNCI LATIHAN
30

1. Hasil pengamatan = 50 x 100 m A


= 60 m A.
2.

Bagaimana jawaban Anda? Tentu sudah betul bukan? Berarti Anda telah
menguasai materi pokok kegiatan ! Untuk mengetahui sejauh mana
12

pemahaman Anda tentang keseluruhan materi kegiatan I, di atas kerjakan


Tugas I berikut!

TUGAS 1

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


1. Perhatikan gambar berikut!

Berdasarkan gambar di atas pemasangan ampermeter yang benar ditunjukkan


pada nomor:
A. 1 dan 2
D. 1 saja
B. 1 dan 3
E. 3 saja
C. 2 dan 3
2. Nama alat ukur dan kegunaan yang ditunjukkan nomor 3 pada soal nomor 1
adalah ....
A. Voltmeter, mengukur arus di R2
B. Ampermeter, mengukur arus di R3
C. Voltmeter, mengukur tegangan RI
D. Ampermeter, mengukur arus total
E. Voltmeter mengukur tegangan R2 maupun R3.
3. Hasil pengukuran yang ditunjukkan Voltmeter berikut adalah ....
A.
B.
C.
D.

50 Volt
40 Volt
30 Volt
10 Volt

13

E. 6 Volt

4. Suatu Ampermeter mempunyai hambatan dalam 2 , hanya mampu mengukur


sampai 10 m A. Ampermeter tersebut akan digunakan untuk mengukur arus
listrik yang mencapai 10 A. Maka besar hambatan shunt yang harus di pasang
secara paralel pada amperemeter adalah ....
A. 2 . 103
B. 2 . 102
C. 2 . 101
D. 2
E. 2 k
5. Untuk memperbesar batas ukur Voltmeter harus dipasang ....
A. hambatan shunt secara paralel
B. hambatan shunt secara seri dan paralel
C. hambatan muka secara seri
D. hambatan muka secara paralel
E. hambatan shunt dan hambatan muka.

14

Kegiatan Belajar 2

HUKUM OHM

3.
4.
5.
6.

Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan dapat memahami


tentang hukum Ohm sesuai dengan indikator dibawah ini:
1. menuliskan definisi kuat arus listrik dengan benar;
2. menuliskan bunyi hukum Ohm dengan benar;
menghitung kuat arus listrik berdasarkan hukum Ohm bila tersedia data
secukupnya;
menentukan hambatan sebuah resistor melalui grafik V I dengan tepat;
menjelaskan hubungan antara panjang, hambatan dan luas penampang sebuah
konduktor dengan benar;
menentukan hambatan sebuah resister bila diketahui hambatan jenis bahan itu
dan data lainnya diketahui.

1. Kuat Arus Listrik


Pernahkah Anda mendengar kata kuat arus listrik? Coba diingat! Di
rumah Anda lampu menyala disebabkan oleh aliran listrik dalam
rangkaian arus bolak-balik.
Jika Anda menghubungkan lampu listrik kecil dan baterai dengan kabel, apa
yang terjadi? Lampu akan menyala, yang disebabkan oleh aliran listrik dalam
rangkaian arus searah.
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu
penghantar. Arah arus listrik (I) yang timbul pada penghantar berlawanan arah
dengan arah gerak elektron.
Muatan listrik dalam jumlah tertentu yang menembus suatu penampang dari
suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik.
Jadi kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam kawat
penghantar tiap satuan waktu.

Gambar. 8 Segmen dari sebuah kawat penghantar berarus

15

Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I
adalah:
I
: kuat arus listrik (coulomb/sekon = ampere, A)
I=

muatan listrik (coulomb)

waktu (sekon)

Makin banyak jumlah muatan listrik yang bergerak, makin besar pula kuat
arusnya.
Dari pembahasan di atas, apakah Anda sudah mengerti? Bila belum, coba
perhatikan contoh soal di bawah ini.
Contoh soal:
Jika sebuah kawat penghantar listrik dialiri muatan listrik sebesar 360 coulomb
dalam waktu 1 menit, kita dapat menentukan kuat arus listrik yang melintasi
kawat penghantar tersebut. Caranya seperti berikut:
Diketahui: Q = 360 coulomb
t = 1 menit = 60 sekon
Maka kuat arus listrik ( I ) adalah .
I

Q
t

360
60

6 A.

Jadi kuat arus listrik (I) itu adalah 6 A.


Bagaimana, mudah bukan! Bila Anda sudah memahaminya, sekarang coba Anda
selesaikan soal-soal berikut!. Ingat, latihan ini dikerjakan secara mandiri!

1. Apakah yang dimaksud dengan kuat arus listrik?


2. Sebutkan satuan kuat arus listrik!
3. Jumlah muatan yang mengalir melalui penampang
kawat penghantar dengan kuat arus listrik 2 ampere
selama 15 menit adalah .

KUNCI JAWABAN
1. Kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir di dalam kawat
penghantar tiap satuan waktu.
2. Ampere atau coulomb/sekon.
16

3. Diketahui

Ditanyakan :

I = 2 Ampere
t = 15 menit = 900 sekon
Q = ....

Jawaban

I =

Q
t

Q = I.t
= 2.900 = Q = 1.800 coulomb

2. Beda Potensial atau Tegangan Listrik (V)


Setelah Anda mempelajari kuat arus listrik, selanjutnya kita akan mempelajari
beda potensial atau tegangan listrik.
Untuk mempelajari beda potensial atau tegangan listrik, coba kita perhatikan
sebuah baterai; yang Anda pasti sudah tahu, pada baterai itu terdapat 2 (dua)
kutub, yaitu kutub positif dan kutub negatif. Bila kutub positif dan kutub negatif
kita hubungkan dengan kawat penghantar listrik, maka akan mengalir elektron
dari kutub negatif melalui penghubung ke kutub positif.
Para ahli telah melakukan perjanjian bahwa arah arus listrik mengalir dari kutub
positif ke kutub negatif. Jadi arah arus listrik berlawanan dengan arah aliran
elektron.
Seandainya Anda ingin lebih jelas lagi, perhatikan gambar di bawah ini.
Keterangan:
1. kutub positif (+)
2. kutub negatif ()
3. arah arus listrik
4. arah gerak elektron

Gambar 9. Perjanjian arah arus listrik

Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari
kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara
kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial
yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Jadi arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah, sedangkan
aliran elektron mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi.
Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka
disebut gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
17

3. Hubungan antara Tegangan listrik (V) dan Kuat arus listrik (I)
Setelah Anda mengetahui tentang kuat arus listrik (I) dan tegangan listrik (V),
Anda akan bertanya apa hubungannya antara kedua besaran tersebut?
Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal
dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum
Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan
beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar
tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan
listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm ().
Hambatan dalam rangkaian listrik diberi simbol:
gambar sebenarnya adalah

atau
R

Maka persamaannya dapat ditulis:


R =

V
I

atau V = I . R

Keterangan: R : hambatan listrik (ohm = )


V : beda potensial atau tegangan (volt = V)
I : kuat arus listrik (ampere = A)
Sebelum diberikan contoh soal, cobalah Anda pelajari lagi bahan pelajaran
hubungan V dan I. Bila Anda telah paham, bacalah contoh soal berikut!
Contoh Soal:
Arus listrik 400 mA mengalir pada suatu penghantar. Jika beda potensial antara
ujung kawat 40 V, carilah hambatan listrik kawat tersebut!
Diketahui: I = 400 mA = 0,4 A
V = 40 V
Ditanyakan: R = .
Jawaban:

V
I

40

= 0,4
R = 100

R =

Sebelum Anda mengerjakan latihannya, Anda bisa melakukan percobaan ke-2


bersama teman-teman. Percobaan ini dilakukan di sekolah induk yang telah
ditunjuk dan dibantu oleh Guru Bina.
18

Percobaan-2: Hubungan Antara Tegangan (V) dan Kuat Arus (I)


Alat dan bahan:
- 3 buah baterai masing-masing 1,5 V
- 3 buah lampu pijar kecil
- kawat nikrom secukupnya
- ampere meter
Cara melakukan kegiatan:
1. Susunlah tiga macam rangkaian seperti pada gambar di bawah ini!

2. Catatlah hasil yang ditunjukkan ampere meter pada setiap percobaan (a),
(b) dan (c).
Jumlah Baterai

Tegangan (V)

Kuat Arus (I)

(1)
(2)
(3)

1,5
3
4,5

.............
.............
.............

Tegangan/kuat arus
V/I
.............
.............
.............

3. Buat grafik V I

4. Buat kesimpulan, dan faktor yang mempengaruhi hasil percobaan.


Selamat mencobanya!
Apakah Anda sudah memahami bahasan di atas? Bila Anda telah memahaminya
dengan baik, Anda bisa melanjutkan latihan-2 di bawah ini. Berarti Anda termasuk
siswa yang cerdas. Tetapi bila Anda belum memahami, Anda harus
mengulanginya lagi.
Anda bukan siswa yang lemah (bodoh). Maaf ya! Ini untuk keberhasilan Anda di
masa yang akan datang. Oke!
19

2
1.
2.
3.
4.
5.

Kerjakan soal di bawah ini dengan jawaban yang


singkat dan jelas!

Sebutkan alat ukur kuat arus!


Sebutkan alat ukur beda potensial/tegangan!
Apakah satuan dari tegangan?
Tuliskan lambang dari hambatan/tahanan!
Hitung kuat arus listrik yang mengalir melalui kawat penghantar, bila
besarnya hambatan kawat 10 ohm. Dan ujung-ujungnya diberi
tegangan sebesar 1,2 kV!

Perlu diingat oleh Anda! Jangan melihat dulu kunci jawaban yang telah tersedia.

KUNCI LATIHAN-2
1.
2.
3.
4.
5.

Ampere meter
Voltmeter
volt
R=
Diketahui:
R
V
Ditanyakan: I
Jawaban:
V

=
=
=
=

10 ohm
1,2 kV = 1.200 volt
.
I.R
V
R

1.200
10

= 100 Ampere

4. Penerapan hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari


Coba Anda perhatikan bola lampu di rumah! Bila bola lampu diberi tegangan
(V), apa yang terjadi? Yang terjadi adalah arus mengalir melalui filamen, sehingga
bola lampu menyala.
Tegangan yang diberikan pada suatu alat listrik seperti bola lampu harus
disesuaikan dengan tegangan yang seharusnya diperuntukkan bagi alat tersebut.
Jika lampu 220 V diberi tegangan 110 V, filamen lampu akan dialiri oleh arus
yang lebih kecil dari yang seharusnya sehingga lampu 220 V tersebut, menyala
redup. Sebaliknya jika lampu 110 V diberi tegangan 220 V, filamen lampu akan
dialiri oleh arus yang terlalu besar dari yang seharusnya sehingga lampu 110 V
filamennya terbakar.
20

Jadi Anda harus memahami, bila Anda mempunyai sesuatu alat listrik harus
dengan tegangan yang ada di rumah dan tegangan yang tercantum di alat listrik
tersebut. Jelas!

5. Hubungan antara hambatan kawat dengan jenis kawat dan ukuran


kawat
Hambatan atau resistansi berguna untuk mengatur besarnya kuat arus listrik
yang mengalir melalui suatu rangkaian listrik. Dalam radio dan televisi, resistansi
berguna untuk menjaga kuat arus dan tegangan pada nilai tertentu dengan tujuan
agar komponen-komponen listrik lainnya dapat berfungsi dengan baik.
Untuk berbagai jenis kawat, panjang kawat dan penampang berbeda terdapat
hubungan sebagai berikut:
l

R = A

dengan ketentuan:
R = hambatan ( )
= hambatan jenis penghantar ( m)
= panjang penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (m2) untuk kawat berbentuk lingkaran
A = r2
r = jari-jari lingkaran kawat.

21

Untuk mempermudah Anda mengenal berbagai macam jenis logam dan hambatan
jenisnya, Anda perhatikan tabel di bawah ini!
Tabel 1. Hambatan jenis beberapa zat.
No
1.

2.

3.

Zat

Hambatan jenis () pada 200 C


(ohmmeter)

Penghantar
Perak
Tembaga
Alumunium
Tungsten
Nikel
Besi
Baja
Mangan
Karbon

1,8 x 108
1,7 x 108
2,8 x 108
5,6 x 108
6,8 x 108
10,0 x 108
18,0 x 108
44,0 x 108
3500 x 108

Semikonduktor
Germanium
Karbon
Doiksid tembaga

0,5
3,5 x 105
1 x 103

Isolator
Kaca
Karet

1010 1014
1013 1016

Cobalah Anda ulangi sekali lagi tentang uraian materi hubungan antara hambatan
dengan jenis dan ukuran kawat sebelum mempelajari contoh soalnya.
Contoh soal:
Seutas kawat besi panjangnya 20 meter dan luas penampangnya 1 mm2,
mempunyai hambatan jenis 10-7 ohmmeter. Jika antara ujung-ujung kawat
dipasang beda potensial 60 volt, tentukan kuat arus yang mengalir dalam kawat!
Diketahui:

l
A
V

Ditanyakan: I

22

=
=
=
=

20 m
1 mm2 = 1 x 106 m2
60 V
107 ohm-meter

= .

Jawaban: Langkah pertama, selidiki dahulu nilai hambatannya.


R =
= 107 .

20
1 x 10 6

R = 2 ohm
Berdasarkan hukum Ohm:
I

V
R

60
2

= 30 A

Bagaimana Anda sudah memahami uraian materi di atas? Mudah-mudahan Anda


lebih mudah memahaminya, bila Anda memahami materi ini, Anda langsung
kerjakan latihan-3. Bila belum memahami uraian materi ini, cobalah ulangi
pembahasan materi tersebut. Jangan merasa bosan/jenuh untuk mengulangi
pembahasan ini?

I
A

1. Seutas kawat yang panjangnya 50 cm, luas


penampangnya 2 mm2, ternyata hambatannya 100
ohm. Dengan demikian, hambatan jenis kawat tersebut
sama dengan .

2. Penggunaan kawat penghantar yang terlalu panjang dapat


mengakibatkan .

KUNCI LATIHAN 3
1. Diketahui: l = 50 cm = 0,5 m
A = 2 mm2 = 2 x 106 m2
R = 100
Ditanyakan: = .

23

Jawaban:

Anda harus menggunakan persamaan:

I
A

Ubah persamaan itu menjadi:


R.A = . l

R.A
1

100.2 x 10 6
0,5

= 4 x 104 ohmmeter

(masukkan besaran-besarannya)
= 400 x 106

2. Berkurangnya tegangan listrik


Bagaimana jawaban Anda! Betul atau salah! Bila betul, Anda berarti sudah
memahami dengan benar. Bila masih salah, ulangilah pemahaman Anda itu.
Jangan bosan yaa..!
Sampai di sini, Anda mempelajari uraian materi di kegiatan-2. Tetapi, sebelum
Anda melanjutkan uraian materi di kegiatan-3, Anda harus mengerjakan tugas
kegiatan 2. Yang berguna untuk mengukur seberapa banyak materi yang Anda
telah kuasai.

24

TUGAS 2

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!


Anda harus ingat! Jangan dulu melihat kunci jawaban yang terletak di akhir
modul.
1. Jumlah muatan yang mengalir melalui penampang penghantar setiap satuan
waktu dinamakan .
A. hambatan
B. kuat arus
C. tegangan
D. muatan
E. kapasitor
2. Untuk mencari kuat arus digunakan persamaan .
A. I = Q . t
t

B. I = Q
Q

C. I = t
D. I =

Q2
t

E. I = Q2 . t
3. Besarnya kuat arus listrik dalam suatu penghantar menurut hukum Ohm
berbanding .
A. lurus dengan kwadrat tegangan
B. terbalik dengan tegangan
C. lurus dengan tegangan
D. lurus dengan muatan
E. terbalik dengan kuadrat
4. Hubungan antara besar kuat arus listrik dan besaran lainnya adalah sebagai
berikut, kecuali .
A. sebanding dengan besar muatan
B. berbanding terbalik dengan waktu
C. berbanding lurus dengan beda potensial
D. berbanding terbalik dengan hambatan
E. sebanding dengan hambatan

25

5. Penulisan hukum Ohm dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan ....


A. I = V2.R
B. I

R
V

C. I

V
R

D. I

= Q.t

E. I

V
R2

6. Alat ukur kuat arus listrik adalah .


A. ampere meter
B. hidrometer
C. voltmeter
D. barometer
E. ohmmeter
7. Jika sebuah hambatan 150 ohm dipasang pada beda potensial 6 volt. Maka
kuat arus yang dihasilkan .
A. 1200 mA
B. 900 mA
C. 150 mA
D. 80 mA
E. 40 mA
8. Dari percobaan pengukuran hambatan
suatu penghantar didapat grafik seperti
di samping ini.
Besar hambatan penghantar tersebut
adalah .
A. 0,02 ohm
B. 0,2 ohm
C. 2 ohm
D. 20 ohm
E. 200 ohm
9. Besar hambatan suatu penghantar sebanding dengan .
A. luas penampangnya
B. panjangnya
C. luas penampang dan hambat jenisnya
D. panjang dan hambat jenisnya
E. luas penmpang, panjang dan jenisnya

26

10. Seutas kawat panjangnya 100 cm dan luas penampangnya 5 mm2, jika hambatan
kawat tersebut 100 ohm, maka hambatan jenisnya adalah ....
A. 1 x 104 ohmmeter
B. 5 x 104 ohmmeter
C. 5 x 105 ohmmeter
D. 2 x 106 ohmmeter
E. 2 x 105 ohmmeter
Bila Anda telah menyelesaikan tugas kegiatan-2, cocokkan jawaban Anda dengan
kunci jawaban yang terletak di belakang di akhir modul ini.
Hitunglah sendiri jawaban Anda yang benar dengan menggunakan:
jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
jumlah soal
Bila tingkat penguasaan Anda mencapai 70% atau lebih, Anda langsung mempelajari
kegiatan yang berikutnya (kegiatan-3). Seandainya tingkat penguasaan Anda di
bawah atau kurang dari 70%. Anda wajib mempelajari uraian materi ini sampai Anda
memahami betul dan mencapai tingkat di atas 70%.
Tetapi bila Anda masih belum memahaminya juga, Anda bertanya pada teman
sejawat atau Guru Bina di sekolah induk. Yang harus Anda ingat, bahwa didalam
belajar Anda tidak boleh malu bertanya dan mudah putus asa. Semoga berhasil.
Setelah Anda mempelajari uraian materi tentang kuat arus dan hukum ohm, Anda
lebih memahami lagi apabila Anda mencoba melaksanakan percobaan. Percobaan
dilaksanakan di sekolah induk bersama teman-teman Anda dan dibimbing oleh Guru
Bina dari sekolah induk yang ditunjuk. Selamat mencoba!

27

28

Kegiatan Belajar 3

HUKUM KIRCHHOFF
Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan dapat memahami
uraian materi tentang hukum Kirchoff sesuai indikator-indikator di bawah
ini:
1. menjelaskan bunyi hukum I Kirchhoff dengan benar;
2. menentukan kuat arus pada suatu titik percabangan bila data yang diperlukan
tersedia;
3. menentukan kuat arus pada salah satu resistor dari suatu rangkaian yang terdiri
dari 3 resistor disusun seri - paralel; dan
4. menghitung kuat arus pada suatu rangkaian yang terdiri dari 3 resistor disusun
seri - paralel dan dihubungkan dengan baterai yang mempunyai hambatan dalam
tertentu bila data yang diperlukan tersedia.

1. Hukum I Kirchhoff
Bahasan ini merupakan kelanjutan materi pada modul kegiatan-1 dan
2 sebelumnya. Arus listrik yang telah Anda kenal bahkan pahami itu,
bila mengalir bak ... aliran air yaitu dari dataran lebih tinggi ke dataran
lebih rendah atau arus listrik itu merupakan aliran arus dari potensial tinggi disebut
kutub positif melalui kabel (rangkaian luar) menuju potensial rendah disebut kutub
negatif.
Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang.
Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap
percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang
tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik
yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya
besar.
Selanjutnya hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik percabangan/
simpul dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik percabangan akan
diselidiki dengan percobaan pada lembar percobaan dan diharapkan Anda
mencobanya.

29

Dari percobaan akan didapatkan bahwa penunjukkan ampere meter A1 sama


dengan penjumlahan penunjukkan A2 dan A3 (lihat gambar 10)
Hal tersebut dikenal sebagai hukum I Kirchhoff yang berbunyi:
Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain sebutannya dengan hukum
kekekalan muatan listrik seperti tampak dalam analogi pada gambar 3.2 berikut.
Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai:
Imasuk = Ikeluar

dibaca sigma artinya jumlah

Gambar 8. Skema diagram untuk


Hukum I Kirchhoff

Gambar 10. Rangkaian untuk


menyelidiki kuat arus yang masuk dan
keluar dari suatu titik simpul

Bila Anda telah menyimak uraian di atas, dan telah memahaminya, silakan Anda
coba selesaikan/kerjakan soal berikut.
Bila Anda belum memahami dengan baik, silakan Anda ulangi lagi sampai Anda
dapat memahaminya dengan baik.
Contoh soal:
Perhatikanlah titik simpul A dari suatu
rangkaian listrik seperti tampak pada
gambar!
Kuat arus I1 = 10 A, I2 = 5 A arah menuju
titik A.
Kuat arus I3 = 8 A arah keluar dari titik A
Berapakah besar dan arah kuat arus I4?

30

Penyelesaian: menurut Hukum I Kirchhoff = Imasuk = Ikeluar


Selanjutnya Imasuk = I1 + I2 = 10 + 5 = 15 ampere.
I3 = 8 A arahnya keluar dari titik A berarti I4 pastilah berarah keluar sehingga:
Ikeluar = I3 + I4 = 8 + I4
Akhirnya:

Imasuk
I1 + I2
I5
I4
I4

2.
3.
4.
5.

=
=
=
=
=

Ikeluar
I3 + I4
8 + I4
15 8 = 7 A
7 ampere arahnya keluar dari titik A

Kerjakan soal latihan berikut ini!


1. Perhatikan rangkaian listrik di bawah ini, maka arah
arus listrik dari rangkaian tersebut adalah .

Sebutkan alat untuk mengukur kuat arus listrik itu!


Pada rangkaian listrik disusun bagaimanakah amperemeter itu?
Tulislah definisi hukum I Kirchhoff itu!
Ada lima buah percabangan berarus listrik, percabangan berarus listrik
masuk yaitu I1 = 10 ampere, I2 = 5 ampere sedangkan percabangan
berarus listrik keluar yaitu I3 = 5 ampere, I4 = 7 ampere sedangkan I5
harus ditentukan besar dan arahnya, tentukan I5 tersebut!

31

KUNCI LATIHAN 1
1. Arah arus listrik pada rangkaian listrik yaitu arah arus keluar dari kutub positif
melalui rangkaian luar menuju kutub negatif.
2. Amperemeter
3. Disusun secara seri
4. Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
5. Penyelesaian: Imasuk = I1 + I2 = 10 + 5 = 15A
I3 + I4 = 5 + 7 = 12A arahnya keluar dari titik B berarti I5
pastilah berarah keluar dari titik b sehingga:
Imasuk = I3 + I4 + I5 = 12 + I5
Akhirnya =

Imasuk = Ikeluar
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
15 = 12 + I5
I5
= 15 12 = 3 A
I5
= 3 ampere arahnya keluar dari titik B

Percobaan 3
Menyelidiki Kuat Arus Listrik pada titik simpul
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. bola lampu 3 buah masing-masing 1,5 V (L1, L2, L3)
2. amperemeter 3 buah (A1, A2, A3)
3. Baterai 1,5 volt 3 buah
4. Power supply DC untuk 1,5 volt, 3 volt dan 4,5 volt
5. kabel penghubung
6. saklar penghubung (S)

Cara pelaksanaan percobaan:


1. Rangkaian alat-alat seperti pada gambar di bawah ini:

2. Apakah semua lampu menyala?


32

3. Jika semua lampu menyala, bacalah angka yang ditunjukkan oleh alat
A1, A2 dan A3.
4. Catatlah angka yang ditunjukkan oleh A2 dan A3 dengan titik P merupakan
titik cabang rangkaian.
5. Tuliskan kesimpulan Anda dari hasil percobaan ini!

2. Hukum II Kirchhoff
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada
rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan
paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan
dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan
teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut.
Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut
yang berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik () dengan
penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.

Dirumuskan:

+ IR = 0

Selanjutnya ada beberapa tahap yang diperkenalkan pada Anda melalui kegiatan
3 ini yaitu pertama rangkaian dengan satu loop (loop adalah rangkaian tertutup)
serta selanjutnya rangkaian dengan dua loop atau lebih. Nah ... selanjutnya
silahkan Anda simak yang berikut:
Rangkaian dengan satu loop
Pada gambar 12 berikut menunjukkan rangkaian sederhana dengan satu loop.
Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I (karena
pada rangkaian tertutup).
Dalam menyelesaikan persoalan di dalam loop perhatikan hal-hal berikut ini!
a. Kuat arus bertanda positif jika searah dengan loop dan bertanda negatif jika
berlawanan dengan arah loop.

33

b. GGL bertanda positif jika kutub positipnya lebih dulu di jumpai loop dan
sebaliknya ggl negatif jika kutub negatif lebih dulu di jumpai loop.

Misalkan kita ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a

Gambar 12. Rangkaian dengan satu loop

Kuat arus listrik I di atas dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum II


Kirchhoff:
+ IR = 0
1 + 2 + I (r1 + r2 + R) = 0
Jika harga 1, 2, r1, r2 & R diketahui maka kita dapat menentukan harga I-nya!
Rangkaian dengan dua loop atau lebih
Rangkaian yang memiliki dua loop atau lebih disebut juga rangkaian majemuk.
Langkah-langkah dalam menyelesaikan rangkaian majemuk ini adalah sebagai
berikut:

Gambar 13. Rangkaian dengan dua loop

34

a. Gambarlah rangkaian listrik dari rangkaian majemuk tersebut!


b. Tetapkan arah kuat arus untuk tiap cabang.
c. Tulislah persamaan-persamaan arus untuk tiap titik cabang dengan
menggunakan Hukum I Kirchhoff!
d. Tetapkan loop beserta arahnya pada setiap rangkaian tertutup!
e. Tuliskan persamaan-persamaan untuk setiap loop dengan menggunakan
persaman Hukum II Kirchhoff!
f. Hitunglah besaran-besaran yang ditanyakan dengan menggunakan
persamaan huruf e di atas!
Nah ... cukup pelikkah! Tetapi Anda tidak usah berputus asa, karena berikut
ini ada beberapa contoh soal yang akan memudahkan Anda memahami salah
satu prinsip-prinsip dasar dalam Ilmu Kelistrikan ini, silahkan Anda
menyimaknya!
Contoh Soal
Mula-mula dengan rangkaian listrik yang terdiri dari satu loop!
Perhatikanlah soal rangkaian tertutup yang terdiri dari satu loop pada gambar di
bawah ini!

r
R

=
=
=
=
=
=
=

ggl baterai
hambatan dalam baterai
hambatan luar
24 V
r1 = 1
R1
12 V
r2 = 1
R2
6V
r3 = 0,5 R3
12 V
r4 = 0,5 R4

=
=
=
=

20
15
12
10

Hitunglah: a. Kuat arus listrik (I) yang mengalir pada rangkaian di atas!
b. Tegangan listrik antara titik B dengan D (VBD)

35

Penyelesaian:
Perhatikanlah oleh Anda! yaitu arah loop, arah arus listrik (I) dan teliti
akan harga-harga komponen listrik yang diketahui!
a. Menurut Hukum II Kirchhoff, didalam rangkaian tertutup tersebut berlaku
persamaan:
+ IR = 0 (arah loop dan arah arus listrik misalkan searah) maka:
1 2 3 + 4 + I (r1 + R1 + r2 + R2 + r3 + R3 + r4 + R4) = 0
24 12 6 + 12 + I ( 1 + 20 + 1 + 15 + 0,5 + 12 + 0,5 + 10 ) = 0
30 + I ( 60 ) = 0
60 . I = 30
I=

1
2

= 0,5 A

Jadi, kuat arus listrik (I) yang mengalir yaitu 0,5 ampere.
Kini kita telah mengetahui besar kuat arus listrik yang mengalir kawat
rangkaian di atas!
Selanjutnya kita akan tentukan besar tegangan listrik antara dua titik!
b. Kita dapat menghitung besar tegangan antara A dan D (VBD) untuk
lintasan yang menempuh B-A-D atau B-C-D.
Untuk Jalan B-A-D { Perhatikan harga I negatif () }
VBD = + I.R
= + 2 + 1 I (r2 + R1 + r1 + R4)
= + 12 + 24 0,5 (1 + 20 + 1 + 10)
= + 36 0,5 (32)
= + 36 16
VBD = + 20 Volt
Jalan lainnya untuk menentukan besar VBD (jalan kedua), yaitu:
Untuk jalan B C D:
VBD = + I.R {perhatikanlah harga I disini positip (+), Anda tahu
mengapa?}
= 3 + 4 + I (R2 + r3 + R3 + r4)
= 6 + 12 + 0,5 (15 + 0,5 + 12 + 0,5)
= + 6 + 0,5 (28)
= + 6 + 14
VBD = + 20 Volt
Jadi besar tegangan antara titik B dengan titik D yaitu VBD adalah + 20
volt, dengan cara yang serupa Anda dapat menentukan bahwa besar VDB
= 20 volt, silahkan mencoba.
Kini Anda akan ditunjukkan contoh soal berikut untuk loop (rangkaian tertutup)
dengan 2 (dua) loop disertai beberapa komponen listrik, silahkan Anda
menyimaknya!
36

Contoh soal:
Perhatikanlah gambar rangkaian listrik berikut:
Diketahui:
1 = 10 volt
2 = 10 volt
R1 = 5
R2 = 5
R3 = 2
r1 = 1
r2 = 1
Ditanyakan: a. Kuat arus listrik yang mengalir dalam rangkaian (I1, I2, dan I3).
b. Beda potensial antara A dan B (VAB).
Penyelesaian:
a. Berdasarkan Hukum I Kirchhoff, di titik simpul A:
Imasuk = Ikeluar
I1 + I2 = I3 atau I1 = I3 I2 atau I2 = I3 I1 (1)
Berdasarkan Hukum II Kirchhoff untuk loop I atau loop C-A-B-D-C:
+ IR = 0
1 + ( r1 + R1) + I3.R3 = 0
10 +I1 ( 1 + 5 ) + I3 . 2 = 0
10 + 6 I1 + 2 I3 = 0
(persamaan 2)
Berdasarkan hukum II kirchhoff untuk loop II atau loop F-E-A-B-F:
+ IR = 0
2 + I2 (r2 + R2) + I3 . R3 = 0
10 + I2 ( 1 + 5 ) + I3.2 = 0
10 + 6 I2 + 2 . I3 = 0
.(persamaan 3)
Selanjutnya subtitusikan (menyamakan dengan memasukkan nilai)
persamaan (1) dan (2) sehingga persamaan (2) menjadi:
10 + 6 I1 + 2 I3 = 0 .. I1 = I3 I2
10 + 6 ( I3 I2 ) + 2 I3 = 0
10 + 6 I3 6 I2 + 2 I3 = 0
10 6 I2 + 8 I3 = 0 ..(persamaan 4)
Selanjutnya eliminasikan (menghilangkan) persamaan 3 dan 4 sehingga:
persamaan (3) : 10 + 6 I2 + 2 I3 = 0
persamaan (4) : 10 6 I2 + 8 I3 = 0
+
20 + 10 I3 = 0
10 I3 = 20
I3 = 2 Ampere.
37

Masukkan subtitusikan) I3 = 2 A ke persamaan (2), sehingga:


10 + 6 I1 + 2 (2) = 0 .. 6 I1 = 6 .
I1 = 1 Ampere dan I2 = I3 I1 = 2 1 = 1 Ampere.
Jadi arus listrik pada cabang rangkaian B-D-C-A yaitu I1 = 1 A.
Arus listrik pada cabang rangkaian B-F-E-A yaitu I2 = 1A.
Arus listrik pada cabang rangkaian A-B yaitu I3 = 2 A.
{Semua harga I1, I2 dan I3 bertanda positif (+), berarti arah pemisalan yang
telah kita tentukan yaitu arah I sesuai}.
b. Kita dapat menghitung besar beda potensial antara A dan B (VAB) untuk
lintasan yang menempuh jalan A B (langsung), jalan A-C-D-B dan jalan AE-F-B (Nah!.. ada tiga cara menentukan VAB! .)
Untuk jalan A-B (langsung)
VAB = + I.R
= 0 + I3 (R3)
= 0 + 2 (2)
VAB = + 4 Volt
Untuk Jalan A-C D-B yaitu:
VAB = + I.R
= + 1 I1 (R1 + r1)
= + 10 1 (5 + 1)
= + 10 6 = + 4
Jadi VAB = + 4 Volt
Untuk jalan A-E-F-B yaitu:
VAB = + I.R
= + 2 I2 (R2 + r2)
= + 10 1 (5 + 1)
= + 10 6 = + 4
VAB = + 4 volt
Jadi besar beda potensial antara titik A dan B yaitu VAB = + 4 volt, dengan
cara yang serupa Anda dapat menentukan bahwa besar BBA = - 4 volt?
Silahkan Anda mencobanya!..
Sekarang Anda dapat mengerjakan tugas kegiatan-3 di bawah ini yaitu agar
Anda dapat mengukur pemahaman materi kegiatan-3 ini dengan baik!

38

TUGAS 3

Petunjuk:
a. Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat!
b. Kunci jawaban pada akhir modul dilihat setelah Anda menjawab semua
soal di bawah ini.
1. Arah arus dianalogikan dengan arah air yang mengalir dari:
A. dataran rendah
B. dataran tinggi
C. dataran tinggi ke dataran rendah
D. dataran rendah ke dataran tinggi
E. dari dataran tinggi ke dataran rendah
2. Dataran tinggi dianalogikan dengan kutub baterai bermuatan ....
A. negatif
B. positif
C. netral
D. positif negatif
E. negatif - positif
3. Dalam alirannya, arus listrik jika mendapatkan hambatan yang besar maka besar
arus listrik yang mengalir akan semakin alirannya.
A. berubah-ubah
B. tertentu
C. berkelok-kelok
D. kecil
E. besar
4. Pada percobaan menyelidiki kuat arus listrik pada titik simpul bila semakin banyak
percabangannya maka arus listrik semakin banyak terbagi ke percabanganpercabangan tersebut, maka Anda .
A. ragu-ragu
B. tidak setuju
C. setuju
D. harus dicoba lagi
E. tidak dapat diketahui

39

5. Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut. Pernyataan ini dikenal
dengan:
A. Hukum Arus Listrik
B. Hukum Ohm
C. Hukum I Kirchhoff
D. Hukum II Kirchhoff
E. Hukum Jumlah Arus Listrik
6. Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik () dengan
penurunan potensial (IR) sama dengan nol. Pernyataan ini dikenal dengan:
A. Hukum Ohm
B. Hukum I Kirchhoff
C. Hukum II Kirchhoff
D. Hukum Gaya Gerak Listrik
E. Hukum Dasar Listrik
7.

Bila I1 = 10 A, I2 = 5 A, I3 = 5A dan I4 = 12
A, maka I5 dapat ditentukan sebesar
....
A. 8 A
B. 2 A
C. 1 A
D. 32 A
E. 12 A

8. Dari soal no. 7 di atas maka arah I5 yaitu ... dari titik A!
A. keluar masuk
B. berputar
C. diam-diam saja
D. masuk
E. keluar
9. Dari rangkaian disamping
besar beda potensial antara
titik D dan titik A (VDA) yaitu:
A. 6 V
B. 6 V
C. 4 V
D. 4 V
E. 8 V

40

10.Dari data rangkaian di


samping besar dan arah arus
pada hambatan 2 (kawat
AB) yaitu:
A. 8 A dari A ke B
B. 6 A dari A ke B
C. 4 A dari A ke B
D. 2 A dari A ke B
E. 1 A dari A ke B
Bila Anda telah menyelesaikan tugas kegiatan-3 dengan baik, maka cocokkanlah
jawaban Anda dengan kunci jawaban tentunya dan jangan tertukar atau salah alamat,
akan lain jadinya! ..
Anda dapat menghitung akan jawaban yang Anda buat, yaitu:
Jumlah Jawaban Benar
Tingkat Penguasaan = x 100 %
Jumlah soal
Bila tingkat penguasaan Anda mencapai 70% apalagi lebih, Anda dapat melanjutkan
ke modul atau kegiatan berikutnya. Andaikan tingkat penguasaan Anda di bawah
atau kurang dari 70% Anda diharapkan mempelajari kembali, terus-menerus
sehingga mencapai tingkat penguasaan > dari 70%.
Capailah, tingkat penguasan Anda setinggi bintang yang bertaburan di langit dan
jangan pesimis, karena orang yang pesimis adalah orang yang gagal dalam menjalani
hidupnya!

41

42

Kegiatan Belajar 4

ENERGI DAN DAYA LISTRIK


Setelah mempelajari uraian kegiatan ini, Anda diharapkan dapat memahami tentang
energi dan daya listrik sesuai indikator-indikator di bawah ini:
1. mengubah satuan energi dari joule menjadi KWH dari data yang di ketahui;
2. menentukan hambatan sebuah alat listrik yang spesifikasinya (Watt, Volt) di
ketahui;
3. menentukan daya terpasang dari sebuah lampu yang dipasang pada sumber
tegangan bila data minimal yang dibutuhkan diketahui.

Energi listrik
Untuk memulai mempelajari energi
listrik, coba Anda perhatikan gambar
14. Sebuah baterai dengan tegangan
V, selama waktu t mengalirkan
muatan elektron sebanyak q melalui
hambatan R. Untuk itu baterai
melakukan usaha W yang besarnya
sama dengan perubahan energi
potensial Ep = V.q
Gambar 14. Baterai membangkitkan
energi pada hambatan R

kita tuliskan:

W = E p = V . q

karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W=V.I.t
karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah

43

W = V . I . t = I2 . R . t =
Dimana: W
I
R
V
t
q

=
=
=
=
=
=

energi listrik dalam Joule


arus listrik dalam Ampere
hambatan dalam Ohm
beda potensial dalam Volt
waktu dalam sekon (S)
muatan (C)

Contoh:
Berdasarkan rangkaian di samping tentukan
a. Energi listrik yang dibangkitkan oleh baterai
selama 1 menit.
b. Energi listrik yang berubah menjadi panas
pada R = 4 selama 1 menit.
Diketahui: V = 12 V
R2 = 4
R2 = 2
t
= 1 menit = 60 sekon
Ditanyakan: a. energi yang dibangkitkan baterai W = ....
b. energi yang menjadi panas pada R1 = 4 , W1 = ....
Jawab:

(12)2

V2

a. W = (R + R ) . t =
(4 + 2) . 60
1
2
W = 1440 Joule
V

12

b. I = (R + R ) = 4 + 2 = 2 A
1
1
W1 = (I2) . R1 . T = (2)2 . (4) . (60)
W1 = 960 Joule

Daya Listrik
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat listrik adalah merupakan besar energi listrik
(W) yang muncul tiap satuan waktu (t), kita tuliskan.
P=

W=P.t

dengan satuan P adalah Joule (S)1 atau watt. Jika nilai W pada persamaan (6 - 4)
kita substitusikan pada persamaan (6-5), maka kita dapatkan nilai daya listrik P
44

besarnya adalah:
P = V . I = I2 . R =

Contoh:
Berdasarkan gambar di samping, coba Anda
tentukan:
a. Daya listrik yang dibangkitkan oleh
baterai.
b. Daya disipasi (daya yang berubah jadi
panas) pada hambatan 11

Diketahui:

= 6 V,
r = 1 ,
R = 11

Ditanyakan: a. Daya yang di bangkitkan baterai, P = ....


b. Daya pada hambatan 11, Pr = ....

r +R

= 1 + 11 = 0,5 A
P = (I)2 (r + R) = (0,5)2 (11) = 2,75 watt
b. Pr = (I)2 (R) = (0,5)2 (11) = 2,75 watt

Jawab: a. I

Hubungan antara Joule dengan KWh.


Penggunaan energi listrik di rumah tangga diukur dengan menggunakan satuan
kilowatt jam atau kilowatt hour disingkat KWh dimana 1 KWh = 3,6 . 106 J
Contoh:
Jika kita mempunyai kulkas yang memiliki spesifikasi 200 watt/220 Volt, menyala
satu hari penuh (24 jam) maka energi listrik yang terpakai selama sebulan (30 hari)
dapat kita hitung. Bagaimana caranya?
Diketahui: P = 200 watt = 0,2 kW
t = 24 h x 30 = 720 h
Ditanyakan: W dalam KWh

45

Jawab:

P=

W = P.t
W = (0,2 kW) (720 h)
W = 144 KWh

Hubungan energi listrik dengan kalor


Pernahkah Anda melihat teko listrik? yaitu
suatu alat yang dipergunakan untuk memasak
air.
Teko listrik ini merupakan salah satu contoh
alat yang merubah energi listrik menjadi kalor.
Jika m massa air yang dipanaskan dan c kalor
jenis air serta T perubahan suhu: maka
energi listrik sebesar W = P . t akan berubah
menjadi kalor Q = m . c . T (dalam hal ini kita
mengabaikan kapasitas kalor teko).

Gambar 15. Teko Listrik

Hubungan antara W dan Q tersebut kita tuliskan:


W=Q
P.t

= m.c.T

V . I . t = m . c . T
Contoh:
Sebuah teko listrik 400 watt/220 Volt digunakan untuk memanaskan 1 kg air yang
kalor jenisnya 4200 J/kg 0C pada suhu 200 C. Berapakah suhu air setelah dipanaskan
selama 2 menit?
Diketahui:
P = 400 W, V = 220 V
t = 2 menit = 120 S
m = 1 kg
c = 4200 J/kg 0C
To = 20 0C
Ditanyakan: suhu akhir air, T = .......
Jawab:

P . t = m . c . T

T =
T =
T = 11,43 0C

46

Suhu akhir T adalah:


T = To + T
= 20 0C + 11, 43 0C
T = 31,43 0C

Daya listrik pada alat listrik rumah tangga


Pada alat listrik rumah tangga umumnya tertulis spesifikasi daya dan tegangannya.
Sebagai contoh pada lampu pijar tertulis 60 W/220 V, artinya lampu pijar tersebut
akan memiliki daya 60 Watt jika terpasang pada tegangan 220 Volt, dikatakan lampu
menyala normal, jika lampu pijar terpasang pada tegangan lebih kecil dari 220 Volt
lampu akan meredup, sebaliknya jika lampu terpasang pada tegangan lebih besar
dari 220 Volt, maka lampu akan menyala lebih terang. Tegangan 220 V pada alat
listrik tersebut merupakan tegangan efektif. Pada bohlam 24 W/ 12 V, tegangan 12
V maksimum, karena sumbernya berasal dari arus DC. Daya sesungguhnya yang
digunakan oleh suatu alat listrik memenuhi persamaan:

P2 =
di mana

P1
P2
V1
V2

=
=
=
=

. P1

daya tertulis pada alat listrik


daya sesungguhnya
tegangan tertulis pada alat listrik
tegangan uang terpakai

Pemakaian daya listrik di rumah atau di kantor dibatasi oleh pemutus daya yang
dipasang bersama dengan KWh meter. Pemutus daya tersebut memiliki spesifikasi
arus tertentu: 2A, 4A. 6A, 10A, 15A. Pemutusan daya 2A digunakan untuk membatasi
pemakaian 440 W, pemutusan daya 6A digunakan untuk membatasi pemakaian
daya 220 x 6 = 1320 Volt dan seterusnya.
Jika arus listrik melebihi ketentuan maka
dengan adanya pemutusan daya secara
otomatis akan menurunkan saklar. Untuk
keamanan pada alat-alat listrik rumah
tangga biasanya pada masing-masing alat
dipasang sekering (fuse) seperti
ditunjukkan gambar (16).

Gambar 16. Sekering


sebagai pengaman

47

Pemasangan sekering pada alat listrik untuk mengantisipasi adanya arus yang tibatiba membesar yang memungkinkan alat listrik dapat rusak atau terbakar. Dengan
adanya sekering, jika arus tiba-tiba membesar maka sekering akan putus dan alat
listrik tidak rusak. Sekering di pasaran memiliki nilai tertentu yaitu: 3 A, 5 A, 13 A, 15 A.
Bentuk sekering diberikan pada gambar (17).

(a)
Gambar 17. a) Sekering tipe kawat

(b)
b) Sekering tipe peluru

Selanjutnya coba Anda perhatikan contoh-contoh berikut ini!


Contoh:
Lampu pijar memiliki spesifikasi 40 watt/220 Volt. Berapakah daya yang terpakai
pada lampu jika dipasang pada tegangan 110 Volt?
Diketahui: P1 = 40 W
V1 = 220 V
V2 = 110 V
Ditanyakan: P2
Jawab:

berdasarkan persamaan (6 - 8)
P2 =

. P1

=
P2 = 10 watt

48

. (40)

Contoh:
Sebuah pembersih vakum memiliki spesifikasi 440 W/220 V. Jika nilai sakering yang
ada 3 A, 5 A, 13 A dan 15 A. Sakering mana yang harus dipilih?
Diketahui:
P = 440 W, V = 220 V
Nilai sakering 3 A, 5 A, 13 A dan 15 A
Ditanyakan: Sakering mana yang dipilih?
Jawab:

P = VI
I =

I = 2A
Sakering yang digunakan adalah 3 A

Untuk menguji pemahaman Anda, coba Anda kerjakan


latihan berikut ini! Kerjakanlah terlebih dahulu jangan
langsung melihat kunci jawabannya!

1. Beban 5 ditimbangkan pada elemen 12 Volt yang memiliki hambatan dalam


1 . Berapakah energi yang terserap pada beban 5 W selama 5 menit?
2. Lampu 6 dihubungkan pada akumulator 12 Volt ternyata menyala normal. Berapakah daya pada lampu tersebut?
3. TV berwarna 600 Watt/220 Volt tiap hari dinyalakan rata-rata selama 8
jam. Berapakah energi listrik yang terpakai oleh TV setiap hari?
4. Elemen pemanas 400 Watt/220 Volt digunakan untuk memasak air
sebanyak 1 kg dari suhu 20 0C hingga mendidih pada suhu 100 0C. Jika
kalor jenis air 4200 J/kg 0C, berapakah lama air akan mendidih?
5. Lampu pijar 100 Watt/250 Volt dipasang pada tegangan 200 Volt. Berapa
arus yang mengalir pada lampu?
6. Sebuah TV berwarna 1000 W/220 V memerlukan sakering pengaman
jika nilai sakering yang ada adalah 3 A, 5 A, 13 A, 15 A. Berapakah nilai
sakering yang dipakai?
7.
Pada gambar di samping A, B dan C adalah lampu
yang identik 24 W/12 V. Berapakah daya yang
terdisipasi pada seluruh lampu?

49

KUNCI LATIHAN 4
1. Diketahui :

= 12 V; r = 1 ;
R = 5 ; t = 300 s

Ditanya : energi W pada beban R


Jawab

: I

=2A

W = I2Rt = (2)2 (5) (300)


W = 6000 Joule
2. Diketahui : V = 12 Volt
R = 6
Ditanya

: Daya P

Jawab

: P=

P = 24 Watt
3. Diketahui : P = 600 W;
V = 220 V
t =8h
Ditanya

: Energi W .....

Jawab

: P=

W=P.t
W = (600 W) (8 h)
W = 4800 Wh
W = 4,8 kWh

4. Diketahui : P = 400 W ;
V = 220 V
m = 1 kg;
c = 4200 J / kg 0C
T = 100 20 = 80 0C
Ditanya

: t=

Jawab

: P . t = m c T
t=
t=

50

= 840 S

5. Diketahui : P1 = 100 W ;
V1 = 250 V ;
V2 = 200 V.
Ditanya

: Arus I = .....

Jawab

: P1 =

Besar arus I =

R=

= 625

=
=

= 0,32 A

6. Diketahui : P = 1000 Q ;
V = 220 V
Nilai sekering : 3A, 5A, 13A, 15A
Ditanya

: Nilai sekering yang harus dipakai

Jawab

: I=

= 4,55 A
Sekering yang dipakai adalah : 5 A

1000
220

7.

Diketahui : Lampu A, B dan C sejenis 24 W/12 V


Ditanya

: Daya yang terdisipasi pada seluruh lampu (P)

Jawab

: Hambatan tiap lampu


Arus yang mengalir

R=

I=

Daya pada seluruh lampu

=6

=
=

P = I2 (3R)
P=

= (3 x 6)

P = 8 Watt
51

Anda telah menyelesaikan kegiatan 4 modul ini. Selanjutnya kerjakanlah tugas 4


berikut ini dengan benar. Untuk melihat kebenaran hasil kerja Anda, cocokkan
jawaban Anda dengan kunci jawaban yang ada pada akhir modul. Jika masih ada
yang salah ulangi sekali lagi sehingga Anda betul-betul memahaminya.

52

TUGAS 4

1. Sebuah kumparan memiliki hambatan 1000 dialiri arus sebesar 2 A selama 10


menit. Berapakah energi yang dipakai pada komponen?
2. Sebuah alat listrik memiliki hambatan 25 ketika dialiri arus selama 10 menit
menyerap energi sebesar 60 kilo Joule. Berapakah besar arus yang mengalir?
3. Hambatan 50 dihubungkan pada baterai 12 V. berapakah daya disipasi pada
hambatan?
4. Sebuah lampu memiliki spesifikasi 100 W/220 V. Berapakah hambatan lampu
tersebut?
5. Setrika listrik 350 Watt/220 Volt dipakai selama 4 jam. Berapa KWh energi listrik
yang terpakai?
6. Air terjun sebuah bendungan tingginya 100 meter memiliki debit aliran 50 m3s1.
Air terjun digunakan untuk memutar generator. Jika percepatan gravitasi 10 ms2
dan massa jenis air 100 kgm-3 serta 80 energi air terjun kembali menjadi energi
listrik. Berapakah daya listrik yang dihasilkan?
7. Sebuah kumparan water heater 100 Watt/220 Volt memanaskan 5 liter air selama
20 menit dari suhu 30 0C, kalor jenis air 4200 J/kg 0C. Berapakah suhu akhir air?
8. Tiga buah lampu masing-masing 36 W/12V, 24W/12 V dan 12 W/12 V disusun
paralel kemudian dihubungkan ke baterai 12 Volt. Berapakah daya disipasi pada
seluruh lampu?
9. Sebuah mesin derek 220 V memerlukan arus 12 A untuk mengangkat beban 800
kg dengan kecepatan 9 m/menit. Tentukan efisiensi mesin jika g = 10 m s2
10. Bola lampu 100 W/200 V akan dipasang pada tegangan 250 V. Agar lampu
menyala normal, berapa hambatan yang harus diserikan dengan lampu?

53

54

PENUTUP
Selamat Anda telah selesai mempelajari materi Rangkaian Arus Searah dengan
baik.
Dengan selesainya Anda mempelajari modul ini, Anda dapat menjelaskan arus listrik,
hukum Ohm dan rangkaian arus listrik, serta Anda dapat menghitung kuat arus
pada suatu rangkaian listrik. Dan Anda dapat melakukan percobaan.
Semoga Anda berhasil dalam mengikuti tes akhir modul. Kemudian Anda dapat
melanjutkan belajar pada modul berikutnya, tapi sebelum itu bacalah rangkuman
berikut ini!
Alat ukur kuat arus listrik adalah amperemeter.
Alat ukur tegangan/beda potensial adalah voltmeter.
Kuat arus adalah jumlah muatan yang mengalir tiap satuan waktu, dirumuskan:
I =
I = kuat arus listrik (coulomb/sekon = ampere)
Q = muatan listrik (coulomb)
t = waktu (sekon)

Q
t

Arah arus listrik mengalir dari potensial tinggi (+) menuju ke potensial rendah
(). Arah arus elektron dari potensial rendah menuju ke potensial tinggi.
Besar kuat arus di dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial.
Hal ini dikenal sebagai hukum ohm.
V

I = R

Hambatan suatu penghantar pada suhu tertentu ditentukan oleh panjang (l),
hambatan jenis penghantar (r) dan luas penampang kawat penghantar (A),
dirumuskan:
1

R = A

Beberapa sumber tegangan searah yang dirangkai paralel tidak akan merubah
besar tegangan total, namun hanya meningkatkan kemampuannya memasok
arus.

55

Bunyi hukum I Kirchhoff yaitu kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul
sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Persamaan Hukum I Kirchhoff yaitu:

Imasuk = Ikeluar

dibaca sigma artinya jumlah


Imasuk = arus listrik masuk titik percabangan/simpul
Ikeluar = arus listrik keluar titik percabangan/simpul

Bunyi Hukum II Kirchhoff yaitu di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar
gaya gerak listrik () dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Dirumuskan:

+ IR = 0

= jumlah GGL atau sumber arus listrik (baterai)


I
= arus listrik
R = hambatan listrik

Besar energi W yang terjadi pada hambatan R yang dialiri arus I selama t adalah:
W = V I t = I2Rt =

Besar daya listrik


P=

= V I = I2R =

Satuan energin listrik dalam rumah tangga menggunakan satuan KWh (KiloWatt
hour).
1 kWh = 3,6 x 106 J

Energi listrik W = P . t = mc pada proses pemanasan akan berubah menjadi


kalor Q = mc ditulis:
W = Q
P t = mc
V I t = mc

Spesifikasi alat listrik dinyatakan dalam daya P dan tegangan V.


Jika alat listrik memiliki spesifikasi P1/V1 dipasang pada tegangan V2, daya yang
dipakai
P2 =

. P1

Anda telah menyelesaikan modul ini. Selanjutnya temuilah Guru Bina Anda untuk
mendapatkan test akhir modul yang harus Anda kerjakan.
Tetaplah bersemangat dan semoga berhasil.
56

TUGAS 1
1.
2.
3.
4.
5.

A
E
C
A
C

TUGAS 2
1. D (muatan)
2. C (I =

3. C (lurus dengan tegangan)


4. E (sebanding dengan hambatan)
5. E (I =

6. A (ampere meter)
7. E

R = 150 ohm

V = 6 volt
I = .

= 0,04 A

I = 40 mA (e)

V = 100 volt

I =

= 0,5 ampere

8. E
I

I =

R=

R = ....
R = 200 ohm (e)
9. C (luas penampang dan hambat jenisnya)
10. E
l = 100 cm = 1 m
A = 5 mm2 = 5 x 106 m2
R = 100 ohm
r = .
R = .

= 500. 106

r = 5 x 104 m (e)

TUGAS 3
1. C (dataran tinggi ke dataran rendah)
2. B (positif)

57

3. D (kecil)
4. C (setuju)
5. C (Hukum I Kirchhoff)
6. C (Hukum II Kirchhoff)
7. A (8 A) cara penyelesaiannya:
Imasuk = Ikeluar (I5 pastilah kearah keluar dari titik A)
I1 + I2 + I3 = I4 + I5
10 + 5 + 5 = 12 + I5
I5 = 20 12 = 8
I5 = 8 A (a)
8. E (keluar) cara penyelesaiannya lihat no. 7 di atas!
9. B (6 V) cara penyelesaiannya:
misal arah loop yaitu A-B-C-D-A sehingga:
+ IR = 0
12 2 + 4 + I (1 + 2 + 1 + 1) = 0
10 + 5 I = 0
I =2A
VDA = + IR ( VDA langsung)
= + 4 + 2 (1)
VDA = 6 volt (b)
10. D (2 A dari A ke B)
Untuk loop D-C-A-B-D didapat:
+ IR = 0
10 2 + I (1 + 7) + I3 (2) = 0
12 + 8 I1 + 2 I3 = 0
di titik simpul A berlaku:
I1 = I3 I2 sehingga:
12 + 8 (I3 I2) + 2 I3 = 0
12 8 I2 + 10 I3 = 0 .1
Untuk loop F-E-A-B-F didapat:
+ IR = 0
10 2 + I2 (1 + 7) + 2 I3 = 0
12 + 8 I2 + 2 I3 = 0 .2

58

substitusi persaman 1 dan 2 didapat:


12 8 I2 + 10 I3 = 0
12 + 8 I2 + 2 I3 = 0
+
24 + 12 I3 = 0
P I3 =

= 2A

I3 = 2 A arah dari A ke B .. (d)

KEGIATAN 4
1. Diketahui :

R = 1000 ;
r=2A;
t = 600 S

Ditanya

W = ......

Jawab

W = I2 R t = (2 A)2 (1000 S) (600 S)


= 2,4 x 106 J

2. Diketahui :

R = 25 ;
t = 600 S;
W = 6 x 104 J

Ditanya

I =......

Jawab

W = I2 R t
I2 =
I2 =
I2 = 4
I =2A

3. Diketahui :

R = 50 ; V = 12 V

Ditanya

Daya P = .......

Jawab

P = 2,88 Watt

59

4. Diketahui :

P = 100 Watt ;
V = 220 V

Ditanya

R = ......

Jawab

P=

5. Diketahui :

R=

= 484

P = 350 W ;
V = 220 V ;
t=4h

Ditanya

energi dalam KWh, W = ........

Jawab

W = P . t = (350) (4)
W = 1400 kWh
W = 1,4 kWh

6. Diketahui :

= 50 m3s1

h = 100 m,

g = 10 ms2 ,
P = 1000 kg m3
= 8090 = 0,8
Ditanya

daya listrik P = ?

Jawab

P=

=h

gh

P = (0,8) (1000) (50) (10) (100)


P = 40 . 106 W
P = 40 MW
7. Diketahui :

P = 100 W,
t = 1200 s,
To = 30 0C,

V = 220 V,
m = 5 liter
c = 4200 J/kg 0C

Ditanya

Suhu akhir, T = ........

Jawab

P. t = m c
=

Suhu akhir, T = T0 +
T = 3 0C + 5,7 0C
T = 35,7 0C
60

= 5,7 0C

8. Diketahui :

Ditanya

Daya disipasi pada saluran ke lampu.

Jawab

Karena tersusun paralel, maka lampu menyala normal


Daya total
P = P1 + P2 + P3
P = 36 W + 24 W + 12 W
P = 72 W

9. Diketahui :

L1 = 36 W/12 V
L2 = 24 W/12 V
L3 = 12 W/12 V
Tersusun paralel dihubungkan pada baterai 12 V

Ditanya

Jawab

10. Diketahui :

V = 220 V,
I = 12 A,
m = 800 kg
g = 10 m s2,
v = 9 m (mnt)1 = 0,15 m s1
Efisiensi mesin,
=

= .....

= 0,45

Bola lampu (P1 = 100 W, V1 = 200 V)


Dipasang pada tegangan V = 250 V

Ditanya

Besar hambatan Rs agar lampu menyala normal

Jawab

Arus yang mengalir


I=

= 0,5 A

Hambatan total RL =
Hambatan total R =

= 400

= 500

Hambatan Rs = R RL
Rs = 500 400
Rs = 100

61

DAFTAR PUSTAKA
Tim PDKBM Fisika II, Pustekkom Diknas, Jakarta: 2000.
TIM Kegiatan Pembelajaran Fisika, Proyek alat-alat IPA dan PKG DIKNAS,
Jakarta: 1997.
Budikase, Nyoman Kertiasa, Fisika 2, Balai Pustaka, Jakarta: 1995.
Muhadi, dkk, Konsep-Konsep Fisika 2, Salatiga: PT. Intan Pariwara, 1996.
Drs. Kamajaya, Penuntun Belajar Fisika 2, Bandung: Ganeca Exact, 1996.
Drs. Heru Asri Poerno, dkk., Fisika 2a, Jakarta:Yudhistira, 1997.
Bob Foster, Fisika Terpadu 2a, Jakarta: Erlangga, 2000.
Ir. Hasan Wiladi, S.Pd, M.Si, Fisika 2, Bandung: Grafindo, 1994.
Marthen Kanginan, Fisika 2000 2B, Jakarta: Erlangga, 2000.
Depdiknas, Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Sistem Penilaian Pelajaran Fisika, 2003

62

Modul Dinamika 1

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................

ii

DAFTAR ISI ............................................................................

iii

GLOSARIUM ...........................................................................

PETA KONSEP ........................................................................

vi

PENDAHULUAN .......................................................................

A. Diskripsi........................................................................
B. Petunjuk Penggunaan Modul ...........................................

1
2

Kegiatan Belajar 1 : Hukum I Newton ........................................

A. Tujuan Pembelajaran .....................................................


B. Uraian Materi ................................................................
1. Gaya Mempengaruhi Gerak benda ...........................
2. Gaya Kontak/sentuh ..............................................
C. Tugas Kegiatan Belajar 1 ................................................

3
3
3
8
9

Kegiatan Belajar 2 : Hukum II Newton .......................................

11

A. Tujuan Pembelajaran .......................................................

11

B. Uraian Materi .................................................................


1. Gaya Menimbulkan Percepatan ...................................
2. Gaya Berat ...............................................................
3. Pada Benda Yang Bergarak Melingkar ...........................

11
11
13
19

C. Tugas Kegiatan 2 ...........................................................

24

Kegiatan Belajar 3 : Hukum III Newton .....................................

A. Tujuan Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Tugas Kegiatan 3
PENUTUP
A. Rangkuman
B. Kunci Tugas Kegiatan
C. Kegiatan Praktikum

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

DAFTAR PUSTAKA

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

Hukum Newton

Hukum I Newton

Hukum II Newton

persamaannya

persamaannya

jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus

jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus

F = m.a
Dimana :
m = massa

Hukum II Newton

persamaannya

FAksi = -FReaksi

a = Percepatan

jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus

Modul Dinamika 1

PENDAHULUAN
A. Diskripsi
Assalamualaikum wr. Wb, senang sekali bisa berjumpa dengan kalian
meski hanya lewat modul ini. Anda tentunya tidak asing dengan tokoh yang
satu ini, Newton. Pada modul ini kita akan membahas tentang hukum hukum
Newton dan aplikasinya. Bayangkan Anda sedang menonton pertandingan
sepakbola. Bayangkan juga Anda sedang mengamati lalu lintas di suatu jalan
raya yang ramai. Pemandangan apakah yang sama dari kedua peristiwa
tersebut? Ya, semuanya, pemain sepak bola, wasit, bola, mobil, motor, sepeda,
orang yang lalu-lalang melakukan hal yang sama yaitu Bergerak.
Sekarang pikirkan, mengapa mereka bergerak? Apa yang membuat mereka
bergerak? Bagaimana mereka mengubah-ubah arah geraknya dengan mudah
dan cepat?
Modul yang sedang Anda baca ini akan memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut.
Secara sistematik Anda akan belajar dalam 3 kegiatan belajar. Pada tiap
kegiatan diberikan contoh aplikasi dalam kehidupan nyata. Pokok utama
pembelajaran adalah Gerak Lurus dan Penyebabnya yang dijabarkan atas tiga
kegiatan belajar.
Kegiatan Belajar 1 : membahas mengapa sebuah benda dapat berada dalam
keadaan
diam
atau
Hukum
I
Newton.
Kegiatan Belajar 2 : membahas bagaimana sebuah benda yang mula-mula
diam
dapat bergerak dengan kecepatan yang terus bertambah.
Atau
bagaimana sebuah benda yang semula bergerak dapat
Kegiatan Belajar 3 : berhenti setelah satu satuan waktu. Hukum II Newton.
membahas interaksi gaya antara dua benda yang
berbenturan. Hukum III Newton.
Setelah mempelajari modul ini dengan seksama Anda akan memiliki
kompetensi untuk menjelaskan penyebab gerak sebuah benda, faktor-faktor
yang mempengaruhi geraknya, serta mengaplikasikannya untuk memecahkan
berbagai persoalan gerak dalam kehidupan nyata.
Pada akhir modul disediakan soal-soal latihan untuk melatih pemahaman
konsep, dan pada akhir modul di berikan Tes Akhir Modul.

Selamat belajar!
B. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya


minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau
berhenti di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada
setiap kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
9. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

KEGIATAN BELAJAR 1
HUKUM NEWTON I

A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1.
2.
3.
4.

mendiskripsikan Hukum I Newton dengan menggunakan diagram gaya.


menerapkan Hukum I Newton dalam kehidupan nyata.
menggambar diagram gaya-gaya pada suatu benda; dan.
melakukan percobaan berdasarkan Hukum I Newton.

B. Uraian Materi
1. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda
Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan
Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak, jika gaya dorong
diperbesar mobil bergerak atau jika Anda naik sepeda meluncur di jalan raya,
jika sepeda direm, sepeda berhenti.
Pernahkah Anda bertanya, mengapa kita dapat melihat benda-benda? Ya,
jawabnya karena ada cahaya dari benda ke mata kita, entah cahaya itu
memang berasal dari benda tersebut, entah karena benda itu memantulkan
cahaya yang datang kepadanya lalu mengenai mata kita. Jadi, gejala melihat
erat kaitannya dengan keberadaan cahaya atau sinar.

Gambar 1.1. Mobil mainan yang didorong.


Berdasarkan uraian di atas, apakah sebenarnya yang membuat mobil mainan
yang mula-mula diam menjadi bergerak, dan sepeda yang mula-mula bergerak
menjadi diam?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

Agar mobil bergerak dan sepeda berhenti diperlukan energi (tenaga).


Energi untuk mendorong mobil dan menghentikan sepeda dikerjakan, pada
benda dengan suatu alat tertentu. Saat mendorong mobil Anda memakai
tangan dan saat mengerem karet rem menyentuh roda sepeda hingga
berhenti.Saat tangan menyentuh mobil dan karet rem menyentuh roda, maka
tangan dan karet memberikan gaya tekan yang mempengaruhi benda.
Jadi, yang menyebabkan sebuah benda bergerak atau berhenti adalah energi.
Energi diperlukan untuk mengerjakan gaya pada benda. Kemudian gaya akan
mempengaruhi gerakan benda.
Penyebab benda bergerak ialah energi. Gaya hanya akan mempengaruhi
gerak benda.
Ada beberapa pengaruh gaya pada benda bila gaya bekerja pada suatu benda
maka:
1. Gaya akan mengubah kecepatan benda dari diam menjadi bergerak, dari
bergerak lalu berhenti.

Gambar 1.2. Mobil mogok didorong hingga bergerak.


2. Gaya dapat mengubah arah gerak benda, misalnya ditunjukkan oleh
gambar1.3. berikut :

Gambar 1.3. Bola ditendang dari sisi gawang lalu disundul ke arah gawang.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

3. Gaya juga dapat mengubah bentuk benda. Jika Anda memiliki balon, tiup
dan ikatlah balon, sehingga balon tetap menggembung. Apa yang terjadi jika
balon tadi kita tekan perlahan dengan tangan? Pasti Anda akan
mendapatkan balon agak kempes, atau bentuk balon berubah. Perubahan
4. bentuk balon karena pengaruh gaya tekan.
Gaya dapat mempengaruhi ukuran sebuah benda, karet jika ditarik akan
bertambah panjang, sedangkan pegas jika ditekan akan bertambah pendek.
Selanjutnya, coba Anda bayangkan seandainya Anda meletakkan gelas yang
diam di atas meja datar, amati beberapa saat, apakah gelas tetap diam atau
menjadi bergerak? Anda akan mendapatkan bahwa gelas tetap diam, karena
tidak ada gaya yang bekerja pada gelas (gambar 1.4.)

Gambar 1.4. Gelas diam tetap diam.


Bagaimana jika Anda membayangkan sedang mengamati kelereng yang sedang
meluncur di lantai licin yang datar, apakah kelereng akan terus meluncur
bergerak atau berhenti? Jika keadaan lantai licin sempurna, Anda akan
mendapatkan kelereng terus bergerak, karena tidak ada gaya yang
menghentikan kelereng
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa benda yang diam cenderung untuk
diam, benda yang bergerak cenderung untuk tetap bergerak. Hal ini disebut
sifat kelembaman benda.
Seorang ahli fisika dari Inggris bernama Newton, merumuskan peristiwaperistiwa seperti di atas, dan selanjutnya disebut dengan Hukum I Newton,
yang
berbunyi:
Suatu benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan jika jumlah
seluruh gaya pada benda sama dengan nol.Hukum di atas dituliskan:
F = 0 Newton
Dengan SF adalah resultan gaya pada benda, dengan satuan newton (N),
1 newton = 1 kg ms-2.
Contoh1
Gambar di samping dimaksudkan suatu benda (balok) terletak di atas bidang
datar
yanglicin.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

Balok mengalami gaya tarik F1 = 15 N ke kanan dan gaya F2 ke kiri. Jika benda
tetap diam berapa besar F2?

Gambar 1.6. Beban mengalami dua gaya


Jawaban
Karena benda tetap diam, sesuai dengan Hukum I Newton
F

=0

F1-F2

=0

F2

= F1
=0

Contoh 2
Pada gambar 1.7. dimaksudkan beban B meluncur ke kanan dengan kecepatan
tetap 4 ms-1.
Jika F1 = 10 N; F2 = 20 N, berapa besar F3?

Gambar 1.7.
Beban mengalami tiga gaya.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

Jawab
Sesuai dengan Hukum I Newton, gaya yang bergerak lurus beraturan
(kecepatan tetap) adalah nol.
F

=0

F1 + F3 F2

=0

F3

= F2-F1

F3

= 20-10

F3

= 10 N

Perhatikan dan pahami contoh-contoh berikut ini!


Contoh 3
Beban yang beratnya 50 N tergantung pada 2 tali seperti ditunjukkan gambar
1.8. (Sin 37 = 0,6).Tentukan berapa besar gaya tegangan tali T1 dan T2!

Gambar 1.8
a)Beban bergantung pada tali b) Diagram gaya
Jawaban
Gambarkan dahulu diagram gaya-gayanya seperti pada gambar diatas.
Selanjutnya kita tinjau pada cabang tali .w.
Karena beban m diam, maka F=0 T-W = 0 T = W = 50 N
Selanjutnya kita tinjau dari cabang tali

- Arah Mendatar
Fa = 0

- Arah Vertikal Fy
T1y+T2y-T

T2x-T1x
T2 Cos 53
0,6 T2
T1

=
=
=
=

0
T1 Cos 37
0.8 T1
0,75 T2

=0
=0

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

T1sin 37 + T2 sin 53 - 50

= 0 substitusi dengan

0.75 T2.0,6 + T2 0,8 - 50

=0

2. Gaya Kontak / Sentuh


Untuk mengerjakan gaya pada suatu benda perlu ada kontak langsung dengan
benda atau dapat juga menggunakan benda lain.
Saat terjadi kontak antara dua benda akan bekerja dua gaya kontak yaitu:

a. Gaya Normal (N)


Gaya normal adalah gaya kontak yang kedudukannya tegak lurus bidang
kontak dan arahnya menjauhi bidang kontak. Gambar 1.9. memperlihatkan
gaya normal sebagai gaya kontak.

Gambar 1.9. Gaya normal tegak lurus bidang kontak.


Perhatikan baik-baik gambar 1.9. dan lihat bahwa titik tangkap gaya normal
(N) selalu terletak pada bidang kontak.
b. Gaya Gesekan (f)
gaya gesekan adalah gaya kontak yang kedudukannya berimpit dengan
bidang kontak dan arahnya berlawanan dengan kecenderungan arah gerak
benda.
Ada syarat khusus untuk gaya gesekan yaitu permukaan yang bersentuhan
tidak boleh licin. Khusus mengenai gaya gesekan akan dibahas pada bab
tersendiri.
Bagaimana, apakah Anda telah memahami uraian di atas? Jika sudah
coba Anda kerjakan latihan berikut ini.
1. Beban yang terletak di atas meja datar dan licin, mengalami gaya-gaya F1 =
20 N ke kanan, F2 = 25 N ke kiri dan F3 jika beban tetap diam. Berapakah

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

besar F3 dan ke mana arahnya?


2. Coba Anda perhatikan gambar di Di bawah ini. Beban m yang massanya 5 kg
dengan percepatan gravitasi 10 ms-2, tergantung pada tali. Tentukan berapa
besar gaya
tegangan tali T1 dan T2!

Apakah jawaban Anda sudah betul?


Selamat bagi Anda yang betul, jika belum jangan kecewa, silakan
Anda coba sekali lagi.
1. F3 = 5 N ke kanan
2.

C. Tugas Kegiatan 1
Anda telah menyelesaikan kegiatan 1, modul ini. selanjutnya Anda
kerjakan tugas berikut ini, cocokkan sendiri jawaban Anda dengan
jawaban yang ada di akhir modul ini.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya!
2. Apa yang terjadi jika balon yang menggembung kita tekan perlahan dengan
tangan?
3. Jelaskan apa yang terjadi jika benda yang bergerak diberi gaya yang
arahnya tegak lurus arah gerak benda!
4. Jelaskan bagaimana bunyi Hukum I Newton!
5. Di dalam kendaraan yang sedang bergerak lalu direm mendadak para
penumpang akan terdorong ke depan. Jelaskan dengan prinsip Hukum I
Newton!

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Modul Dinamika 1

6. Perhatikan gambar di dibawah, beban B terletak di atas bidang datar,


mengalami dua gaya yaitu F1 = 15 N ke kanan dan F2 ke kiri.
Jika beban tersebut diam,
berapakah besar F2?

7. Bagaimana besar gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dengan
kecepatan tetap?
8. Berikan dua contoh keberlakuan Hukum I Newton dalam kejadian seharihari.
9. Jika berat beban w = 16 N, berapakah besar T1 dan T2, jika Sin 53 = 0,8?

10. Jika berat beban w = 10 N Berapakah besar T1 dan T2?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

10

Modul Dinamika 1

KEGIATAN BELAJAR 2
Hukum II Newton
A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1. menghitung percepatan suatu benda karena pengaruh gaya;
2. mendefinisikan berat benda w; dan
3. menghitung tegangan tali pada sistem katrol.

B. Uraian Materi
1. Gaya Menimbulkan Percepatan
Pada Kegiatan 1, telah dibahas jika benda diam atau bergerak lurus beraturan,
maka resultan gaya pada benda nol.
Bagaimanakah jika gaya pada benda tidak nol? Untuk menjawabnya, coba
Anda perhatikan uraian berikut.

Gambar 2.1. Beban bermassa m mengalami gaya F.


Gambar 2.1. memperlihatkan beban bermassa m dalam keadaan bergerak
dengan kecepatan V1. Kemudian pada benda m diberikan gaya dorong (F) yang
searah dengan V1. Ketika kecepatan diukur kembali besarnya menjadi V2. Ini
berarti gaya dorong (F) yang diberikan menimbulkan perubahan kecepatan
(DV) atau menimbulkan percepatan (a) pada benda m.
Menurut Hukum Newton, besar perubahan kecepatan atau percepatan yang
dialami benda berbanding lurus dengan besar gaya yang diberikan. Atau secara
matematis.

~ dibaca sebanding dengan

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

11

Modul Dinamika 1

Ternyata jika masa benda (m) dikalikan dengan percepatan nilainya sama
dengan besar gaya yang dikerjakan, sehingga dapat ditulis:
F= m.a
dengan
F = resultan gaya yang bekerja (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan atas benda (m/s2)
Persamaan inilah yang dikenal sebagai Hukum II Newton. Persamaan ini
menjelaskan bahwa setiap resultan gaya (F) tidak bernilai nol pada benda
akan menimbulkan perubahan kecepatan atau percepatan pada benda
tersebut. Jadi gaya menimbulkan percepatan pada benda.
Untuk mempermudah memahami apa yang telah Anda baca, perhatikan contoh
soal berikut.
Contoh 1
Balok B massanya 2 kg ditarik dengan gaya F yang besarnya 6 Newton.
Berapa percepatan yang dialami beban?

Gambar 2.2.
Berdasarkan Hukum Newton II
F = m.a (dengan F = 6 N dan m = 2 kg)

Contoh 2
Balok B mengalami dua gaya masing-masing F1 = 25 N dan F2 = 20 N
seperti ditunjukkan pada gambar. Berapa percepatan balok B?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

12

Modul Dinamika 1

Gambar 2.3.
Dari Hukum II Newton

Contoh 3
Jika balok B yang massanya 2 kg mengalami percepatan 5 ms-2 ke kanan,
berapa besar F3?

Gambar 2.4.

2. Gaya Berat

Dalam percakapan sehari-hari, sering kita dengar istilah berat. Misalnya Amir
disuruh ibunya membeli gula yang beratnya 2 kg. Dalam fisika, kata yang
dimaksudkan oleh ibu Amir seharusnya adalah massa, yaitu jumlah zat yang
terkandung dalam suatu benda (selalu tetap di manapun berada).
Lalu apakah berat itu? Berat suatu benda adalah massa suatu benda yang
dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi, di tempat yang gravitasinya
berbeda berat benda akan berubah.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

13

Modul Dinamika 1

Berdasarkan Hukum II Newton, berat benda dirumuskan:

w = m.g

di mana
w = gaya gravitasi bumi pada benda atau berat benda dalamNewton
m = massa benda, dalam kg
-2
g = percepatan gravitasi bumi yang besarnya 9,8 ms kadang-kadang
-2
untuk memudahkan dibulatkan menjadi 10 ms
Contoh 4
Berat benda yang massanya 2 kg, jika g = 9,8 ms-2 adalah:
w= mg
w = 2. 9,8
w = 19,6 Newton.
Makin jauh dari bumi percepatan gravitasi bumi makin kecil, sehingga berat
roket pada saat di A lebih besar dibandingkan roket di B.

Gambar 2.5. Roket di atas Bumi.


Semua benda yang berada di atas permukaan bumi pada jarak tertentu dari
pusat bumi akan mengalami gaya gravitasi yang dinamakan gaya berat w.
Gaya berat w kedudukannya pada pusat massa benda itu dan arahnya menuju
pusat bumi. Beberapa gambar gaya berat benda diperlihatkan oleh gambar 2.6.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

14

Modul Dinamika 1

Gambar 2.6. Kedudukan Gaya Berat.


Dari gambar 2.6. nampak bahwa gaya berat (w) dapat digambarkan
mengambil kedudukan tegak lurus terhadap permukaan tanah.
Dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dinamika penempatan gaya berat
dan gaya normal dalam sistem benda turut menentukan hasil yang diperoleh.
3. Aplikasi Hukum II Newton pada beberapa Sistem Benda
a. Benda pada bidang miring yang licin apabila sebuah benda diletakkan di
puncak bidang miring yang licin, maka benda tersebut akan meluncur turun
pada bidang miring tersebut. Saat bergerak turun benda mengalami
percepatan gravitasi sehingga kecepatannya makin lama makin besar.
Diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda, diperlihatkan oleh gambar
2.7a. berikut

Gambar 2.7.
(a) beban m di atas bidang miring licin
(b) diagram gaya pada beban m

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

15

Modul Dinamika 1

Menurut Hukum II Newton percepatan ditimbulkan oleh resultan gaya yang


bekerja dan searah dengan arah geraknya. Maka dari gambar di atas
diperoleh

F = m g Sin
Percepatan
ma
a
dengan g
q

benda sepanjang bidang miring adalah:


= m g Sin atau
= g Sin ( dibaca teta)
= g Sin ( dibaca teta)
= sudut kemiringan bidang

Contoh 5
Beban m yang massanya 5 kg dan percepatan gravitasi 10 ms-2 terletak di atas
bidang miring licin dengan sudut kemiringan 30. Tetukan berapa percepatan
beban m!
Jawaban
Pada beban hanya bekerja gaya berat, maka percepatan beban bisa dihitung:
a = g Sin
= 10 Sin 30
= 5 ms-2
Contoh 6
Beban m yang mengalami 5 kg dan percepatan gravitasi 10 ms-2terletak di atas
bidang miring dengan sudut kemiringan 37 (Sin 37 = 0,6).
Beban mengakhiri gaya F mendatar sebesar 20 N (gambar 2.8.)
Tentukan berapa percepatan m!

Gambar 2.8. a) beban m mengalami gaya F


b) uraian gaya F dan m g.
Jawaban
Uraikan dahulu gaya pada beban m (gambar 2.8.) sehingga tampak gaya-gaya
mana saja yang mempengaruhi gerakan m turun. Berdasarkan gambar 2.8.
tersebut tampak gaya-gaya yang mempengaruhi gerakan m adalah gaya mg
Sin 37 dan F Cos 37.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

16

Modul Dinamika 1

Sesuai dengan Hukum II Newton

b. Sistem Katrol
Sistem Katrol terdiri atas katrol, tali dan benda. Pada bagian ini Anda akan
mempelajari sistem katrol tanpa gesekan. Pemakaian prinsip Hukum II Newton
pada suatu sistem katrol diperlihatkan oleh gambar 2.9. berikut:

Gambar 2.9
m1 dan m2 tergantung pada katrol
Dari gambar 2.9. nampak bahwa T: gaya tegangan tali Beban m1 dan m2
dihubungkan dengan tali ringan melalui katrol: K tanpa gesekan.
Apa yang terjadi jika m1 < m2? Jelas m1 akan naik, m2 akan turun sesuai
dengan Hukum II Newton. Pada beban m1 berlaku:
F
T-m1.g
F
m2.g T

=
=
=
=

m.a T w1 = m1.a
m1.a (arah gerak naik) pada beban m2 berlaku:
m.a w2 T = m2.a atau
m2.a (arah gerak turun)

Jika gaya-gaya pada m1 dan m2 kita gabung, akan didapatkan


T m1.g + m2.g T
m1.g + m2.g

= m1a + m2.a
= (m1 + m2) a

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

17

Modul Dinamika 1

Kedua beban mengalami percepatan sebesar

Coba Anda perhatikan lagi gambar 2.9, seandainya besar m1 = 4 kg, m2 = 6 kg


dan g = 10 ms1, dapatkah Anda menghitung berapa besar
a. percepatan kedua beban?
b. besar tegangan tali?
Jika hitungan Anda benar akan didapatkan jawaban
a. a = 2 ms-2
b. T = 48 N
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda, perhatikan contoh berikut: Beban
m1 = 4 kg terletak di atas bidang datar yang licin dihubungkan dengan tali
tanpa gesekan melalui katrol ke beban m2 = 1 kg yang tergantung.

Gambar 2.10.
m1 terletak di atas meja,
m2 tergantung
Karena bidang licin, m1 bergerak ke kanan, m2 bergerak turun, gaya-gaya yang
searah dengan gesekan positif yang berlawanan dengan arah gesekan negatif.
Sesuai dengan Hukum II Newton pada m1 berlaku
F = m.a
= m1.a
T

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

18

Modul Dinamika 1

Pada m2, berlaku m2g T = m2a.


Jika keduanya digabung T + m2.g T = m1.a + m2.a

Jika percepatan gravitasi bumi 10 ms-2 maka besar percepatan kedua beban

Besar T, dapat dihitung dari T = m2.a = 4 . 2 = 8 N


Pada Benda yang Bergerak Melingkar Beraturan

Dari modul Kinematika Gerak Lurus Anda telah mempelajari bahwa benda
yang bergerak melingkar beraturan memilki percepatan sentripetal (as) yang
besarnya:

dengan
v = kecepatan linier
w = kecepatan sudut w dibaca omega
R = jari-jari lintasan
Untuk mengingatkan, Anda perhatikan gambar 2.11. berikut ini:

Gambar 2.11..
Perubahan kecepatan pada benda GMB menuju pusat lintasan.
Sesuai dengan Hukum II Newton, percepatan sentripetal as disebabkan oleh
gaya yang searah dengan as. Gaya ini dinamakan gaya sentripetal (Fs). Jadi:
F= m. as

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

19

Modul Dinamika 1

di mana F = Fs adalah gaya sentripetal dapat ditulis bahwa:

Dari persamaan ini nampak bahwa besarnya gaya sentripetal bergantung pada
a) m = massa benda (kg)
b) v = kecepatan linier (m/s)
c) = kecepatan sudut (rad/s)
d) R = jari-jari lintasan, m
Gaya sentripetal, Fs berperan mempertahankan benda bergerak melingkar
beraturan agar tetap pada lintasannya.
Untuk lebih memahami gaya sentripetal pelajari contoh berikut ini:
Contoh 7
Sebuah benda bermassa 100 gr bergerak melingkar beraturan dengan laju 3
m/s. Jika jari-jari lingkaran 40 cm, berapakah gaya sentripetal yang dialami
benda ini?
Jawab:
Diketahui:
m = 100 gr = 0,1 kg
v = 3 ms-1
t = 40 cm = 0,4 m
Ditanyakan:
Gaya sentripetal = Fs
Penyelesaian:
Dari data yang diketahui, maka gaya sentripetal dihitung dengan persamaan

Contoh 8
Sebuah benda bermassa 0,6 kg diikat di ujung seutas tali yang panjangnya 1,5
m. Bola berputar dalam satu lingkaran horisontal seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.11. Jika putaran bola tali mengalami tegangan maksimum 40 N,
berapakah kelajuan maksimum bola sebelum tali putus?
Jawab
Diketahui
Massa bola m
Panjang tali
Tegangan tali

= 0,6 kg
= jari-jari r = 1,5 m
= gaya sentripetal Fs = 40 N

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

20

Modul Dinamika 1

maksimum
Ditanyakan:
Kelajuan maksimum bola sebelum tali putus?
Penyelesaian:

Sebelum mengakhiri kegiatan 2 ini coba Anda kerjakan latihan berikut:


1. Beban m massanya 4 kg (g = 10 ms-2) terletak di atas bidang miring licin.
Akibat gaya F (perhatikan gambar) beban mengalami percepatan 2 ms-2 arah
turun.
Berapakah besar F?

Gambar 2.12.
2. Beban m1 dan m2 masing-masing 4 kg dari 6 kg (g = 10 ms-2 ), dihubungkan
dengan tali lain digantungkan pada katrol licin. Tentukan berapa besar:
a. percepatan kedua beban!
b. besar gaya tagangan tali T!

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

21

Modul Dinamika 1

Gambar 2.13.
3. m1 besarnya 8 kg dan m2 2 kg (g = 10 ms-2). Jika bidang licin, tentukan:
a. percepatan beban m1 dan m2!
b. besar tegangan tali T!

Gambar 2.14.
4. Seorang siswa memutar beban karet bermassa 100 gr dengan alat
sentripetal yang ujungnya diberi beban 1 kg. Jika jari-jari lintasan beban 75
cm dan beban berputar horizontal dengan laju linier 2 m/s, hitunglah besar
gaya sentripetal dan tegangan tali!
Jawaban
1. F

= 12

2. a.a
b.b

= 2ms-2
= 48 N

3. a. a
b. T

= 2 ms--2
= 16 N

4. Fs
Fs

= 5,33 N
= T = 5,33 N

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

22

Modul Dinamika 1

Selamat kepada Anda yang telah mengerjakan latihan-latihan dengan benar.


Bagi Anda yang belum, jangan kecewa silakan coba sekali lagi.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

23

Modul Dinamika 1

Tugas Kegiatan 2
Anda telah menyelesaikan kegiatan 2 modul ini, selanjutnya kerjakan
tugas berikut dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci yang ada di
akhir modul.
1. Sebuah benda massanya 5 kg terletak di atas bidang datar, mengalami
gaya 10 N ke kanan. Berapakah percepatan yang dialami benda tersebut?
2. Beban m 5 kg mengalami gaya F1, F2 dan F3 masing-masing 10 N, 25 N
dan 20 N. Berapakah percepatan yang dialami beban m?

Gambar 2.15.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan berat suatu benda!
4. Sebuah benda memiliki massa 2 kg, jika percepatan gravitasi bumi
besarnya 9,8 ms-2, berapakah berat benda tersebut?
5. Beban m1 dan m2 masing-masing 3 kg dan 2 kg dihubungkan dengan tali
ringan tanpa gesekan melalui katrol K. Jika percepatan gravitasi g = 10
ms-2, hitunglah berapa besar:
a. percepatan kedua beban!
b. besar tali penggantung!

Gambar 2.16.
6. Sebuah benda berputar dengan kecepatan sudut tetap 4 rad/s. Jika
massa benda adalah 100 gr, dan panjang tali untuk memutar benda
tersebut adalah 50 cm, maka gaya sentripetal yang dialami benda adalah
....
7. Beban m1 massanya 9 kg terletak di atas meja licin, beban m2 massanya
1 kg. Jika percepatan gravitasi 10 ms-2
Hitunglah berapa
a. percepatan kedua beban

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

24

Modul Dinamika 1

b. besarnya tegangan tali

Gambar 2.17.
8. Sebuah balok m diletakkan di atas bidang miring yang licin dengan
kemiringan 37 (perhatikan gambar).

Gambar 2.18.
Jika percepatan gravitasi bumi 10 ms-2, berapakah percepatan balok saat
meluncur pada bidang miring?

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

25

Modul Dinamika 1

KEGIATAN BELAJAR 3
Hukum III Newton
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai modul ini, diharapkan ada dapat ;
1. mendeskripsikan pasangan gaya aksi-reaksi;
2. menerapkan konsep gaya aksi-reaksi pada sistem benda.

B. Uraian Materi
Untuk memahami pengertian gaya aksi-reaksi, coba Anda perhatikan gambar
dibawah ini

Gambar 3.1. Amir mendorong Dinding.


Pada gambar tersebut, Amir mendorong dinding dengan gaya F. Apa yang
dirasakan oleh Amir? Amir merasa bahwa tangannya didorong oleh dinding
dengan gaya F1.
Gaya F1 disebut gaya reaksi karena gaya ini timbul setelah F dikerjakan pada
tembok. Jadi F adalah gaya yang dikerjakan Amir pada tembok dan F1 adalah
gaya yang dikerjakan tembok pada Amir.
Newton menjelaskan peristiwa ini dengan pernyataan:
Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B (gaya aksi FAB), maka benda B
akan mengerjakan gaya pada benda A (gaya reaksi, FBA)
Ini disebut Hukum III Newton. Pernyatan matematisnya ialah:

F = - F1 atau FAB = - FBA

Rumusan matematis ini merupakan persamaan karena selama mendorong,


tembok tidak bergerak atau sistem diam.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

26

Modul Dinamika 1

Dari uraian di atas dapat disimpulkan syarat-syarat gaya aksi reaksi yaitu:
1. Arahnya berlawanan.
2. Besarnya sama (karena sistem diam).
3. Bekerja pada benda yang berbeda.
(FAB pada tembok dan FBA pada Amir)

Hal penting lainnya yang perlu Anda perhatikan dari pasangan gaya aksi-reaksi
ialah titik tangkap Gaya FAB dan FBA.
Dari gambar 3.1. nampak bahwa titik tangkap FAB dan FBA berimpit di titik P
pada bidang sentuh. Ini berarti bahwa gaya aksi-reaksi juga merupakan gaya
kontak.
Jadi:
Gaya aksi-reaksi termasuk gaya kontak
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa ketika dua benda bersentuhan, dua
buah gaya yang mereka berikan satu sama lain selalu memiliki besar yang
sama dan arahnya berlawanan.
Tetapi Hukum III Newton juga menjelaskan gaya-gaya yang titik tangkapnya
berbeda. Gaya-gaya demikian disebut gaya jarak jauh.
Contohnya ialah gaya berat benda (w) dan gaya gravitasi bumi (Fg) yang
diperlihatkan pada gambar 3.2. berikut:

Gambar 3.2.Gaya aksi-reaksi pada gaya-gaya jarak jauh.


Sebuah bola besi diletakkan di atas meja. Gaya kontak yang terjadi antara bola
besi dan meja adalah gaya normal N sebagai gaya reaksi, dan N1 adalah gaya
aksi. Karena bola besi memberikan gaya tekan pada meja.
Jadi :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

27

Modul Dinamika 1

N1 = - N
Tetapi bola besi memiliki berat w yang ditimbulkan oleh gravitasi bumi. Ini
berarti bumi mengerjakan gaya aksi pada bola besi yaitu gaya w, maka bola
besi juga mengerjakan gaya pada bumi yaitu w1. Jadi w gaya aksi dan w1 gaya
reaksi.
Ditulis:
w = - w1
Perhatikan bahwa titik tangkap gaya w pada bola besi dan titik tangkap gaya
w1 pada bumi. w dan w1 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi dari gaya jarak
jauh.
Contoh lain gaya aksi-reaksi jarak jauh dalam kejadian sehari-hari adalah:
Gaya tarik menarik kutub Utara dengan kutub Selatan magnet;
Gaya tarik menarik bumi dengan bulan;
Gaya tolak menolak antara muatan listrik muatan positif dengan muatan
positif, muatan negatif dengan muatan negatif.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda tentang gaya aksi-reaksi,
perhatikan gambar 3.3.

Gambar 3.3. Beban w tergantung pada tali


Beban yang beratnya w, digantungkan pada penumpu O melalui tali, akibatnya
tali menegang, pada tali bekerja gaya yang disebut gaya tegangan tali,
biasanya diberi simbol T.
Gaya-gaya yang bekerja pada beban adalah T, sebagai tarikan tali terhadap
beban, dan w berat beban itu sendiri sebagai tarikan bumi. Karena beban diam,
maka pada beban berlaku T1 w = 0, atau:

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

28

Modul Dinamika 1

T1 = w

Interaksi dua benda terjadi antara beban dengan tali. Beban disangga oleh tali,
tali menarik beban dengan gaya T, sebagai reaksinya beban menarik tali
dengan gaya T2 yang besarnya sama dengan T1 arahnya berlawanan dengan
T1.
Jadi T1 dan T2 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi kontak.
Interaksi dua benda juga terjadi antara penumpu O dengan tali, karena tali
disangga oleh penumpu O, tali ditarik oleh penumpu dengan gaya T3. Sebagai
reaksinya, tali menarik penumpu O dengan gaya T4 yang besarnya sama
dengan T3, arahnya berlawanan dengan T3.
Jadi T3 dan T4merupakan pasangan aksi-reaksi kontak. Tetapi T3 disebabkan
oleh berat benda sehingga T3 dan W merupakan pasangan gaya aksi-reaksi
jarak jauh.
Sekarang Anda sudah memahami konsep gaya aksi-reaksi.
Coba Anda perhatikan lagi gambar 3.3, selanjutnya kerjakan latihan
berikut ini.
1. Sebutkan gaya-gaya manakah yang bekerja pada tali!
2.

Bagaimanakah besar gaya T2,T3?

3.

Coba Anda jelaskan apakah gaya berikut pasangan aksi-reaksi


a. T1 dan w1 !
b. T2 dan T4 !

Jawaban
1. T2 dan T3
2. T2 = T3 = w
3. a. T1 dan T2 bukan pasangan aksi-reaksi, karena bukan interaksi dua benda
b. T2 dan T4, bukan pasangan aksi-reaksi, karena bukan interaksi dua
benda.
Sekarang Anda telah menyelesaikan modul ini, semoga Anda memahaminya.
Sebelum Anda melakukan Test Akhir Modul ini, kerjakanlah tugas berikut ini.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

29

Modul Dinamika 1

PENUTUP
Sampai di sini berarti Anda telah selesai mempelajari isi modul ini. Untuk itu
saya ucapkan selamat kepada Anda.
Marilah kita ulangi apa yang telah Anda pelajari pada modul ini.
A. Rangkuman

1. Gaya adalah sesuatu yang dapat merubah kondisi gerak benda, dapat
merubah bentuk benda.
Hukum I Newton
Suatu benda akan diam atau bergerak lurus beraturan jika besar seluruh
gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol.

F = 0
2. Hukum II Newton
Jika besar gaya yang bekerja pada benda tidak nol, maka benda akan
mengalami percepatan yang besarnya:

F
m
F = m.a

a=

Gaya berat suatu benda adalah massa benda itu yang dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi bumi
3. Hukum Newton III
Gaya aksi-reaksi adalah pasangan dua gaya yang besarnya sama,
arahnya.
berlawanan dan merupakan hasil interaksi dua benda.

Faksi = - Freaksi

B. Kunci jawaban Tugas Kegiatan


1. Kegiatan 1
1. Gaya adalah sesuatu yang dapat merubah kondisi gerak suatu benda, atau
dapat merubah bentuk benda.
2. Balon mengempes bentuknya berubah.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

30

Modul Dinamika 1

3. Pemantulan teratur adalah pemantulan sinar oleh permukaan bidang yang


rata di mana sinar-sinar sejajar yang datang ke permukaan bidang tersebut
dipantulkan oleh permukaan itu dalam arah yang sejajar pula.
4. Hukum I Newton
Benda akan tetap diam atau bergerak lurus beraturan jika besar seluruh
gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol.
5. Besar gaya pada benda diam nol.
6. F2 = 15 N
7. Besar gaya pada benda yang bergerak dengan kecepatan tetap adalah nol.
8. Gelas yang diam di atas meja.
Mobil yang bergerak dengan kecepatan tetap.
9. Diketahui w = 16 N
T1 dan T2 simetris, maka T1 = T2 = T
SFy = 0
2 T Sin 53 w = 0
2 T. 0,8 = 16 T = 10 N
Jadi T1 = T2 = T = 10 N
10. Diketahui W = 10 N
T1 dan T2 saling tegak lurus
karena beban W diam
SFy = 0
w1 = w = 10 N
T1 = w1 Cos 53 = 10.0,6 = 6 N
T1 = w1 Sin 53 = 10.0,8 = 8 N
2. Kegiatan 2
1. a = 32 ms-2
2.
3. Berat suatu benda adalah hasil hasil kali massa dengan percepatan
gravitasi bumi ( W = mg ).
4. w = 20 N
5. M1 > M2;

b. T = 24 N
6.

b. T= m1a = 9.1 = 9 N
7. g = 10 ms-2; 8 = 37
pada balok hanya bekerja gaya berat percepatan balok
a = g Sin 37

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

31

Modul Dinamika 1

a = 10.0,6 = 6 ms-2
3. Kegiatan 3
1. Gaya aksi-reaksi adalah dua gaya yang besarnya sama, arahnya
berlawanan, hasil interaksi dua benda.
2. Contoh gaya aksi-reaksi:
Gaya tarik menarik dua kutub magnet yang berlainan (kutub utara
dengan kutub selatan magnet).
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan.
3. Pasangan gaya aksi-reaksi, berdasarkan gambar adalah T1 dan T3, T2 dan
T4.
4. Besar T1 = T2 = T3 = W = 10 N.

C. Kegiatan Praktikum
Setelah Anda selesai mempelajari modul ini lakukan kegiatan praktikum
dengan kelompok belajar Anda, di bawah bimbingan Guru Pamong
Petunjuk:
Lakukan percobaan berikut dengan kelompok Anda dan buatlah laporannya
secara kelompok.
Praktikum dimaksudkan untuk membuktikan Hukum-hukum Newton tentang
gerak. Setelah Anda lakukan praktikum buat laporannya secara kelompok.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang perlu Anda siapkan adalah:
bahan :
1. Kertas HVS polos
2. Pita ticker timer
3. Benang secukupnya
4. Batu Baterai silinder
Alat:
1. Troly (1 buah)
2. Katrol jepit (1 buah)
3. Papan luncur (1 buah)
4. Ticker timer (1 buah)
5. Beban Gantung (50 gr, 100 gr)

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

32

Modul Dinamika 1

6. Neraca pegas (2 buah)


7. Power suplay (1 buah)
Praktikum 1 :
Cobalah lakukan kegiatan berikut ini:
Letakkan sebuah batu baterai di atas kertas dengan alas mejamu, kemudian
salah satu ujung ditarik secara:

a. Perlahan-lahan, apa yang terjadi pada batu baterai?


.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
b. Disentak mendadak, apa yang terjadi pada batu baterai?
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
c. Perlahan-lahan kemudian tarikan mendadak dihentikan, apa yang terjadi
pada baterai?
.................................................................................
.................................................................................
.................................................................................
Praktikum 2 :
1. Susunlah troly, benang dan beban melalui katrol, pita pada ticker time.
2. Beban dilepas troly akan bergerak lurus glbb melalui papan luncur.
3. Aturlah beban dan massa troly dengan mengukur gaya beban.

Ambillah data pita ticker time untuk 10 titik

1. Massa 1 troly dan beban 50 gr


2. Massa 1 troly dan beban 100 gr
3. Massa 2 troly dan beban 100 gr
Tugas Diskusi
Amati dengan seksama 10 titik yang tertera pada tiap potongan pita ticker
timer.
a. Menunjukkan apakah titik-titik pada pita ticker timer tersebut.
b. Tulislah kesimpulan Anda dari hasil pengamatan titik-titik tersebut.
Praktikum 3
Rangkaikan 2 buah neraca pegas sehingga saling berkaitan pada satu garis
lurus, usahakan agar gesekan sekecil mungkin dengan meja seperti pada
gambar. Kemudian masing-masing pegas ditarik sehingga keduanya
menunjukkan gaya tarik. Bacalah skala masing-masing neraca.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

33

Modul Dinamika 1

Bagaimanakah nilai dan arahnya kedua gaya tarik pegas?

Amatilah bacaan skala neraca pegas untuk 3 kali pembacaan skala, kemudian
diskusikan hasil bacaan tersebut.
Tulislah hasil diskusi Anda dengan kalimat yang tepat menggambarkan
kesimpulan kelompok.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

34

Modul Dinamika 1

DAFTAR PUSTAKA
Arthur, N.S. et.al., Element Of Physical Geography, John Wiley and Sons,
Toronto.
Budikase, E., Kertiasa, Nyoman, Fisika 2 Untuk Sekolah Menengah Umum,
1994.
Bernard S. Cayne, Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 1, Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 1958.
David Bergamini, Alam Semesta, Jakarta: Pustaka Life, Tira Pustaka,1997.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), Kurikulum Sekolah Menengah Umum 1994,
Jakarta, 1993.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soal-soal Evaluasi Tahap Akhir
Nasional.
Halliday, Resnick, Fisika Jilid 1, 2, Terjemahan, Erlangga.
Ir. Drs. Hasan Wiladi & Drs. kamajaya, M.Sc., Fisika untuk SMU Kelas 2 Jilid
2 B, Grafindo Media Pratama, Jakarta, 1994.
Kanginan, Marten., Fisika 2000 2A, 2B, Penerbit Erlangga,1999.
Mitsuishi, Iwao, Electronics and Energi (Terjemahan), Jakarta: PT. Tira
Pustaka, 1982.
Moss, Gl., Ordinary Levell Practical Physics, London: Heinemann
Educational Books Ltd., 1971.

Surya, Yohanes, Olimpiade Fisika 2A, 2B, 2C Jakarta: PT. Primatika Cipta
Ilmu, 1997.
Tanudidjaja, Moh. Mamur, Ilmu Pengaetahuan Bumi dan Antariksa Untuk
Sekolah Menengah Umum, Balai Pustaka, 1994.
Young, Hugh D., & Freedman, Roger A., University Physics, Addison
Wesley, New York: Longman Inc., 2002.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

35

Vektor

PENDAHULUAN
A.

Diskripsi
Assalamualaikum Wr wb, senang sekali bisa bertemu lagi melalui modul
ini. Pertama kali, saya ucapkan selamat, Anda telah menyelesaikan modul
pertama, sekaligus selamat datang pada modul kedua. Pada modul ini saya
akan mengajak Anda untuk mempelajari sesuatu yang menarik, juga sangat
penting dalam perkembangan dan kemajuan Fisika. Menarik karena isi modul
dekat

dengan

dibicarakan

pengalaman

dalam

modul

sehari-hari
ini

menjadi

Anda,

penting karena

dasar

dari

apa

perkembangan

yang
Fisika

selanjutnya.
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari tentang besaran vektor. Sebagaian
besaran besaran pada fisika adalah besaran vektor, atau diperolah dari
operasi vektor. Materi vektor adalah materi dasar yang akan menjadi prasyarat
bagi konsep konsep Fisika yang lain seperti : Kinematika, Dinamika, listrik
statis dan lain lain. Konsep vektor pada modul ini sebenarnya tidak berbeda
pada konsep vektor pada mata pelajaran Matematika. Konsep vektor yang kita
kenalkan

pada

modul

ini

meliputi

notasi

vektor,

penjumlahan

dan

pengurangan vektor secara grafis dengan metode poligon da jajarangenjang,


resultan vektor segaris dan vektor yang membentuk sudut, dan bahan
pengayaan tentang operasi perkalian vektor.

transportasi seperti sepeda, mobil, pesawat udara bahkan roket.


Untuk menunjang pemahaman materi vektor anda dapat mengunjungi
beberapa situs belajar yang secara online menyediakan matri materi pelajaran yang
bisa di download. Pada modul ini juga disajikan kegiatan laboratorium untuk
menunjang pemahaman Anda akan materi yang diuraikan. Kegiatan praktikum bisa
dilakukan dengan bantuan guru anda atau dengan menggunakan praktikum virtual
yang tersedia pada jaringan internet di SMA Batik 1 Surakarta. Anda juga bisa
menambah pemahaman anda melalui jaringan internet yang ada disekolah semisal

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

www.sebarin.com, www.e-dukasi.net

atau web-web penyedia materi dan latihan

soal Fisika.
B. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya minimal
satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau berhenti di
tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau kegiatan
belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada setiap
kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah

langakah

langkah

atau

alur

dalam

setiap

contoh

penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan

tes

Uji

kemampuan

pada

setiap

kegaiatan

belajar

sesuai

kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang


tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil belajar
anda.
8. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
9. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

KEGIATAN BELAJAR 1
VEKTOR

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat :
1. membedakan besaran vektor dan skalar
2. menuliskan notasi vektor
3. melukiskan operasi vektor secara grafis.
4. meresultankan vektor secara poligon
5. meresultankan vektor secara jajaran genjang
6. menghitung kelajuan rata-rata suatu benda
7. menghitung kecepatan rata-rata suatu benda dan
8. menjelaskan percepatan rata-rata suatu benda

B. Uraian Materi

1. Besaran Vektor dan Skalar


Selain besaran pokok dan turunan, jenis besaran lain yaitu besaran vektor dan
skalar. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah,
sedangkan besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak
memiliki arah.
Contoh besaran vektor dan scalar

Besaran vektor

Besaran skalar

Perpindahan

Jarak

Kecepatan

Kelajuan

Percepatan

Perlajuan

Gaya

Tekanan

Rapat arus

Arus listrik

listrik

Massa

Medan listrik

Usaha

Medan magnet

1. Penulisan Notasi Vektor

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

Vektor

dituliskan

dengan

symbol

anak

panah.

Panjang

anak

panah

menunjukkan nilai vektor sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor.


Notasi vektor dituliskan dengan cara :
a. Ditulis dengan huruf tebal, contoh vektor A ditulis A
b. Ditulis dengan huruf yang diatasnya diberi tanda panah contoh

F, v

Contoh cara melukiskan A (dibaca vektor A)


Nilai vektor

Titik tangkap

arah vektor/ujung vektor

Vektor
Dua buah vektor dikatakan sama apabila nilai (panjang) dan arahnya sama

Contoh :
A

maka vektor A sama dengan vektor B

B
Tetapi apabila nilainya sama tetapi arahnya berlawanan maka kedua vektor itu
berlawanan.
Contoh :

Maka vektor A berlawanan dengan vektor

atau A = - B (tanda (-) menunjukkan arah


vektor bukan nilai).

2. Operasi Vektor
a. Melukiskan Penjumlahan dan Pengurangan vektor.
Penjumlahan vektor tidak sama seperti penjumlahan bilangan biasa atau
penjumlahan besaran

skalar karena arah vektor mempunyai pengaruh

dalam penjumlahan vektor. Nilai hasil penjumlahan vektor disebut resultan


vektor. Ada beberapa metode penjumlahan vektor tergantung pada arah
dan kedudukan vektor. Secara grafis penjumlahandua buah vektor dapat
digambarkan sebagai berikut :
1). Lukislah vektor pertama sesuai niali dan arahnya.

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

2). Letakkan titik tangkap vektor kedua doujung vektor pertama sesuai
dengan nilai dan arahnya.
Contoh :
1) Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak segaris.
Jika diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :
A

a). A + B

B
A+B

b). A + C

A+C
c). A B

-B

AB

Gambar 1.10 Penjumlah vector segaris


2) Penjumlahan dan Pengurangan Vektor dalam satu bidang datar
Hasil penjumlahan dan pengurangan vektor disebut resultan vektor.
Semisal kita memiliki vektor sebagai berikut :

F3

F1
F2

Untuk

melukiskan

penjumlahan

sejumlah

vektor

diatas

dapat

digunakan dua metode yaitu metode poligon dan metode jajaran


genjang.
a). Metode Poligon
Secara grafis penjumlahan dan pengurangan dengan metode poligon
adalah sebagi berikut :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

Contoh
a. F1 + F2

c. F1 + F2 + F3
F2

F2

F1

F1
F1+F2

F3

b.. F1 - F2 =

F1 + F2 + F3

-F2

F1 - F 2

F1

Gambar1.11. Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara poligon


b). Metode jajaran genjang
Cara melukiskan resultan vektor dengan metode jajaran genjang
adalah sebagai berikut :
-

Letakkan titik tangkap vektor 1 dan 2 pada satu titik sesuai


nilai dan arah masing masing vektor.

Tariklah garis dari ujung vektor satu sejajar dengan vektor


yang lain dan sebaliknya.

Tariklah garis dari titik pangkal kedua vektor sampai ke titik


potong garis sejajar vektor tersebut.

Contoh :

1). F1 + F2
F1
F1+F2

F2
2). F1 - F2
F1
F1 F2
-F2

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

3). F1 + F2 + F3

F1

F1+F2

F2

(F1+F2)+F3

F3

Gambar1.12.

Penjumlahan dua vector atau lebih dengan cara

jajaran genjang
b. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor
1) Penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor yang membentuk
sudut tertentu
Dua vektor F1 dan F2 yang saling mengapit sudut seperti pada
gambar maka besar resultan kedua vektor tersebuta adalah :
F1

(180-)

F2

Gambar 1.13. Penjumlahan dua vector dengan aturan cosinus

F1 + F2 = R
Secara metematis nilai Resultan ( R ) diselesaikan dengan rumus
aturan cosinus sebagai berikut :

R 2 = F12 + F22 + 2 F1 F2 cos


R = F12 + F22 + 2 F1 F2 cos

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

2) Arah Vektor Resultan


C

F1

(180-)

F2
Gambar1.14. arah resultan dua vector dengan aturan sinus

Perhatikanlah segitigaa ABC diatas, dengan menggunakan rumus


aturan sinus maka diperoleh rumusan sebagai berikut :

R
F
= 1
sin(180 - ) sin
R
F
= 1
sin sin
F sin
sin = 1
R
dimana

; ingat sin (180 - ) = sin

adalah sudut yang menunjukkan arah Vektor Resultan

contoh :
dua buah gaya F1 dan F2 masing masing besarnya 50 N dan 30 N
saling mengapit sudut 600. tentukan arah dan resultan kedua
vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
= 600
Ditanya : R

dan ?

Jawab :

= F12 + F22 + 2 F1 F2 cos

= 50 2 + 30 2 + 2 50 30cos 60

= 50 2 + 30 2 + 2 50 30 12

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

R = 4900
R = 70 N
arah vektor resultan adalah

F1 sin
R
F sin
sin = 1
R
50 sin 60
sin =
70
25 3
= 0,618
sin =
70
= 38,20
sin =

jadi resultanyaa 70 N ke arah 38,20 terhadap F2.


c. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor
a. Menguraikan Vektor
Jika dua buah vektor atau lebih dapat diresultan menjadi satu
buah vektor resultan maka berlaku juga sebaliknya. Sebauh
dapat diuraikankembali menjadi

dua buah vektor yang

vektor
disebut

vektor komponen. Vektor dapat diproueksikan pada sumbu koordinat


X, Y atau kartesian. Uraian vektor pada sumbu Y di sebut komponen
Vektor

sumbu

demikian

halnya

dengan

sumbu

X,

vektor

komponennya disebut komponen vektor sumbu X.


Perhatikanlah cara menguraikan sebauh vektor atau lebih pada
sumbu X dan sumbu Y berikut :
Y

Fy

Fx

Gambar1.15. penguraian sebuah vector pada bidang XY

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor

Fx = komponen vektor F pada sumbu X


Fy = komponen vektor F pada sumbuY

= suduat antara F dan Fx

maka dapat diruliskan besar komponen vektornya adalah:


Fx = F. cos
Fy = F. sin

F = (Fx ) 2 + (Fy ) 2

b. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor.


Sejumlah vektor yang terletak membentuk sudut tertentu terhadap bidang
horinsontal (sumbu X) atau vertical (sumbu Y) akan lebih mudah jika
seluruh

vektor

omponen

dijumlahkan

pada

sumbu

masing

masing

dibanding dengan mengunakan cara grafis. Metode ini dikenal dengan cara
analitis. Untuk lebih jelasnya perhatikan langkah langkah berikut :
1). Lukislah uraian vektor komponen X dan Y dari masing-masing vektor.

F2

F2y

F1

F1y

F2x

F1x

F3

Gambar1.16. Penjumlahan dua vector atau lebih pada sumbu X dan Y


dengan cara analisis

2). Carilah nilai vektor komponen X dan Y lalu masukan ke tabel beriut :

Vektor

Vektor Komponen

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

Vektor Komponen

10

Vektor

Sumbu X

Sumbu Y

F1

F1x= F1cos =.

F1y= F1sin

F2

F2x= -F2cos =

F2y= F2sin =

F3

F3x= -F3cos 90 =.

F3x= -F3sin 90 =.

Fx=.

Fy=.

=.

Tanda (-) menunjukkan sumbu X atau Y (-)

3). Hitunglah resultan dengan rumus berikut :

R=

( F ) + ( F )
2

untuk menentukan arah vektor resultan digunakan nilai tangen


vektor komponen X dan Y :

Tan =

F
F

= sudut vektor resultan terhadap sumbu X


contoh :
Tiga buah vektor F1, F2 dan F3 masing masing besarnya adalah 10 N, 20
N dan 5 N terletak seperti pada gambar 1.17. Tentukan resultan dan arah
ketiga vektor tersebut.

F2 = 30 N

F1 = 20 N
530

370
x

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

11

Vektor

F3 = 10 N

Gambar 1.17.

jawab

F2y= F2 sin 530

F2

F1y = F1sin 37
F1
0

53

37

F2x=F2cos530

F1x=F1cos370

F3

Gambar 1.18.
Vektor komponen Gaya pada sumbu X dan Y adalah :

Vektor

Vektor Komponen

Vektor Komponen

Sumbu X

Sumbu Y

F1

20 cos 37 = 20.0.8 = 16

10 sin 37 = 10. 0,6 = 12

F2

F3

- 30cos53 = 30.0,6 = -

30 sin 53 = 30.0,8 = 24

18N

-8 cos 90 = 0

-10 sin 90 = -10.1

= -

10 N

Fx= - 2 N

Fy= 2 N

jadi resultan Vektornya adalah :

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

12

Vektor

R=

( 2)2 + (2)2

R= 4+4
R= 8
R=2 2 N
sedangkan arah vektor komponennya adalah:

Tan =

2
= 1
2

= 1350 terhadap sumbu X (+) atau 450 terhadap sumbu X (-).


Soal latihan
1). Sebuah gaya sebesar 20 N membentuk sudut 60o terhadap sumbu x
positif. Tentukan vektor komponen sumbu x dan y.
2). Dua vektor kecepatan v1 dan v2 masing masing besarnya 20 ms-1 dan 30
ms-1 memiliki arah seperti pada gambar dibawah. Tentulah resultan vektor
komponen pada sumb x dan y
y

v1

v2
30o

30o

3). tiga buah gaya F1, F2, dan F3 masing masing besarnya 20 N, 20 N dan
40 N membntuk sudut masing-masing 45o, 135 dan 270 terhadap sumbu
x positif. Tentukan
a.

vektor Komponen masing masing sumbu

b.

arah dan resultan ketiga vektor tersebut

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

13

Vektor

EVALUASI
1.

y
F2 = 3N

F1 = 4N

Resultan gaya F1 pada sumbu x dengan gaya F2 sumbu y, besar dan


arahnya .
a. R = 5 N; = 53o
b. R = 5 N; = 37o
c. R = 7 N; = 37o
d. R = 7 N; = 53o
e. R = 5 N; = 60o
2.

Dua gaya F1 dan F2 saling tegak lurus, resultan gayanya R = 40 N dan


bersudut 370 terhadap F1, maka dari pernyataan berikut :
(1) F1 = 12 N (3) F2 = 16 N
(2) F1 = 16 N (4) F2 = 12 N
yang benar .
a. 1, 2, 3
b. 1, 3

d. 4
e. 1, 2, 3, 4

c. 2, 4
3.

Dua vektor sama besar, bersudut satu terhadap lainnya. Ternyata


resultannya sama besar dengan kedua vektor tersebut. Sudut itu sama
dengan .
a. 30o

d. 120o

b. 60o

e. 150o

c. 90o
4.

ABCD sebuah bujur sangkar yang panjang sisinya = 20 cm dimana 1 cm = 1


N. Jika ujung F1 tengah-tengah BC, maka resultan F1 dan F2 adalah . N.

C
F2
=

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

14

Vektor

F1
=

a. 25

d. 125

b. 50

e. 100

c. 75

5.

Sebuah vektor pada bidang xoy, bersudut 600 terhadap sb x dengan


pangkalnya berada di O, maka komponen vektor v = 8 ms-1 pada sumbu x
dan y adalah . ms-1.

d. 4 dan 5

3 dan 4

e. 3 dan 4

a. 4 dan 4
b. 4

c. 4 dan 3

6.

y+

F1 = 12 N

F2 = 7N 30o
x+
30o

F3 = 12 N

Resultan ke-3 vektor gaya di atas adalah N.


a. 19 N, searah sb x+
b. 19 N, searah sb xc. 5 N, searah sb xd. 5 N, searah sb x+
e. 17 N, searah sb x+
7.

Dua buah vektor gaya yang besarnya sama mempunyai perbandingan antara
selisih dan jumlah kedua vektor tersebut adalah

3 , maka sudut apit kedua

vektor tersebut adalah. .


Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

15

Vektor

a. 30o

d. 900

b. 450

e.120

Essay
1.

Tentukan banyaknya angka penting data hasil


pengukuran dibawah ini dan tulislah menjadi bilangan dengan 3 angka
penting:
a. 0,0023 kg
b. 250,00 m
c. 250,00 m
d. 25000 m
e. 2,5000 cm

2.

sawah pak toni berukuran 325,25 m kali 500,125 m,


dengan menggunakan aturan angka penting hitunglah Keliling dan Luas
sawah pak toni

3.

lima buah vekor gaya masing , masing 6 N, 4 N, 8 N,


4 N dan 4 N membentuk sudut terhadap sumbu X berurutan 300, 600,
2100,2400,dan 3300, tentukan besar Resultan dan arah kelima vektor tersebut

Rangkuman
1. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah dan
besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak memiliki
arah. Besaran vektr contohnya Perpindahan, Kecepatan, Percepatan, Rapat
arus listrik, Medan listrik dan besarab sklara Jarak Kelajuan, Perlajuan,
Tekanan, Arus listrik, Massa, Usaha.
2. Vektor dituliskan dengan symbol

anak panah. Panjang anak panah

menunjukkan nilai vektor sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor.


Notasi vektor dituliskan dengan cara Ditulis dengan huruf tebal, diberi tanda
panah contoh
3.

F, v .

Penjumlahan vektor Ada beberapa metode penjumlahan vektor tergantung


pada arah dan kedudukan vektor. Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

16

Vektor

vektor digunakan dua metode yaitu metode poligon dan metode jajaran
genjang.
4. untuk

menentukan

Nilai

dan

arah

pengurangan dua buah vektor

arah

Vektor

Resultan

(F1 dan F2)

diselesaikan dengan rumus :

Resultan

Penjumlahan

dan

yang membentuk sudut

= F12 + F22 + 2 F1 F2 cos dan dengan

F sin
sin = 1
R

Vektor

dimana

adalah sudut yang

menunjukkan arah Vektor Resultan


5. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor.
Y

besar komponen vektornya adalah:


Fx = F. cos
Fy = F. sin
Fy

F = (Fx ) 2 + (Fy ) 2
Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY
= suduat antara F dan Fx

Fx

6. Perpaduan

dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor. vektor

komponen X dan Y dari masing-masing vektor.


y

F2

Resultan vektornya

R=

F2y

F1y

arah vektor resultan :


Fx
Tan =
Fy

F1

= sudut vektor resultan terhadap


sumbu X

F2x

( F ) + ( F )

F1x

F3

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

17

Vektor

Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd

18

Anda mungkin juga menyukai