21
Listrik Dinamis
2004
Kode FIS.21
Listrik Dinamis
Penyusun
Drs. Hainur Rasjid Achmadi, MS.
Dr. Budi Jatmiko
Editor.
Drs. Munasir, MSi.
Drs. Diding Wahyuding, MS.
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun bahan ajar modul manual
untuk SMK Bidang Adaptif, yakni mata-pelajaran Fisika, Kimia dan Matematika.
Modul yang disusun ini menggunakan pendekatan pembelajaran berdasarkan
kompetensi, sebagai konsekuensi logis dari Kurikulum SMK Edisi 2004 yang
menggunakan pendekatan kompetensi (CBT: Competency Based Training).
Sumber dan bahan ajar pokok Kurikulum SMK Edisi 2004 adalah modul,
baik modul manual maupun interaktif dengan mengacu pada Standar
Kompetensi Nasional (SKN) atau standarisasi pada dunia kerja dan industri.
Dengan modul ini, diharapkan digunakan sebagai sumber belajar pokok oleh
peserta diklat untuk mencapai kompetensi kerja standar yang diharapkan dunia
kerja dan industri.
Modul ini disusun melalui
iii
(penulis, editor, tenaga komputerisasi modul, tenaga ahli desain grafis) atas
dedikasi, pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menyelesaikan
penyusunan modul ini.
Kami mengharapkan saran dan kritik dari para pakar di bidang psikologi,
praktisi dunia usaha dan industri, dan pakar akademik sebagai bahan untuk
melakukan peningkatan kualitas modul. Diharapkan para pemakai berpegang
pada azas keterlaksanaan, kesesuaian dan fleksibilitas, dengan mengacu pada
perkembangan IPTEK pada dunia usaha dan industri dan potensi SMK dan
dukungan dunia usaha industri dalam rangka membekali kompetensi yang
terstandar pada peserta diklat.
Demikian, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya peserta diklat SMK Bidang
Adaptif
untuk
mata-pelajaran
iv
Kata Pengantar
Modul listrik dinamis merupakan salah satu diantara modul modul
pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan. Modul ini diharapkan dapat
menjadi sumber belajar serta dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
Bagi Sekolah Menengah Kejuruan modul pembelajaran dapat dianggap
sebagai media informasi
singkat , lengkap dan diusahakan cukup mudah dipahami oleh siswa, sehingga
dapat menunjang proses pembelajaran yang tepat guna dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan.
Dalam modul ini akan dipelajari konsep arus listrik searah, tegangan
listrik searah, Hukum Ohm, Hukum Kirchhoff I dan II, daya listrik, energi listrik,
alat-alat ukur listrik dan sumber arus searah. Dan bebarapa tambahan materi
pengayaan dalam menerapkan Hukum Ohm dan Kirchhoff dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam modul ini juga dilengkapi soal-soal sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman anda terhadap konsep yang disajikan dalam
modul.
Penulis menyadari bahwa penyajian materi dalam modul ini masih jauh
dari sempurna,
DAFTAR ISI
Halaman Sampul......................................................................
Halaman Francis ......................................................................
Kata Pengantar ........................................................................
Kata Pengantar ........................................................................
Daftar Isi.................................................................................
Peta Kedudukan Modul .............................................................
Daftar Judul Modul ...................................................................
Glosary ..................................................................................
I.
PENDAHULUAN
?
?
?
?
?
?
?
a.
b.
c.
d.
e.
f.
II.
Deskripsi............................................................................
Prasarat ............................................................................
Petunjuk Penggunaan Modul................................................
Tujuan Akhir ......................................................................
Kompetensi........................................................................
Cek Kemampuan ................................................................
i
ii
iii
v
vi
viii
ix
x
1
1
1
2
3
4
PEMELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta Diklat ......................................
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar .......................................................
a. Tujuan Kegiatan Pemelajaran ...................................
b. Uraian Materi ..........................................................
c. Rangkuman ............................................................
d. Tugas ....................................................................
e. Tes Formatif ...........................................................
f. Kunci Jawaban ........................................................
g. Lembar Kerja .........................................................
7
7
7
19
20
22
24
25
28
28
28
35
36
38
41
43
vi
III. EVALUASI
A. Tes Tertulis........................................................................
41
44
KUNCI JAWABAN
A. Tes Tertulis........................................................................
B. Lembar Penilaian Tes Praktik ...............................................
45
46
50
51
vii
FIS.04
FIS.07
FIS.11
FIS.05
FIS.08
FIS.12
FIS.06
FIS.09
FIS.13
FIS.14
FIS.18
FIS.19
FIS.15
FIS.16
FIS.17
FIS.20
FIS.21
FIS.22
FIS.23
FIS.24
FIS.25
FIS.27
FIS.28
FIS.26
viii
No.
Kode Modul
Judul Modul
FIS.01
FIS.02
FIS.03
FIS.04
FIS.05
Gerak Lurus
FIS.06
Gerak Melingkar
FIS.07
Hukum Newton
FIS.08
FIS.09
10
FIS.10
11
FIS.11
12
FIS.12
13
FIS.13
Fluida Statis
14
FIS.14
Fluida Dinamis
15
FIS.15
16
FIS.16
17
FIS.17
18
FIS.18
19
FIS.19
20
FIS.20
Listrik Statis
21
FIS.21
Listrik Dinamis
22
FIS.22
Arus Bolak-Balik
23
FIS.23
Transformator
24
FIS.24
25
FIS.25
Semikonduktor
26
FIS.26
27
FIS.27
28
FIS.28
ix
Glossary
ISTILAH
KETERANGAN
Arus listrik
Tegangan
Loop
Daya listrik
Energi listrik
Elemen
Voltmeter
Amperemeter
Joule
BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Dalam modul ini anda akan mempelajari konsep dasar listrik searah yang
meliputi Arus listrik, tegangan listrik, Hukum Ohm, Hukum Kirchhoff, daya
listrik, energi listrik dan alat alat ukur serta beberapa penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Prasyarat
Sebagai prasyarat atau bekal dasar agar bisa mempelajari modul ini dengan
baik, maka anda diharapkan sudah mempelajari listrik dinamis dan sumbersumber arus searah.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
a.
Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan
teliti karena dalam skema anda dapat melihat posisi modul yang akan
anda pelajari terhadap modul-modul yang lain. Anda juga akan tahu
keterkaitan dan kesinambungan antara modul yang satu dengan modul
yang lain.
Pahami setiap konsep yang disajikan pada uraian materi yang disajikan
pada tiap kegiatan belajar dengan baik, dan ikuti contoh-contoh soal
dengan cermat.
Jawablah dengan benar soal tes formatif yang disediakan pada tiap
kegiatan belajar.
f.
Jika
terdapat
tugas
untuk
melakukan
kegiatan
praktek,
maka
D. Tujuan Akhir
Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat :
? Memahami konsep kuat arus listrik searah dalam rangkaian tertutup.
? Hukum Ohm.
? Memahami konsep tegangan listrik searah.
? Memahami konsep daya listrik searah.
? Hukum I Kirchhoff.
? Hukum II Kirchhoff.
? Memahami konsep mengukur dan menghitung arus dan daya listrik.
? Memahami konsep rangkaian hambatan seri dan paralel.
? Memahami konsep rangkaian Jembatan Wheatstone.
E. Kompetensi
Kompetensi
Program Keahlian
Mata Diklat-Kode
Durasi Pembelajaran
SUB
KOMPETENSI
1. Menjelaskan
konsep listrik
dinamis
:
:
:
:
KRITERIA
UNJUK KINERJA
? Mampu memahami kuat arus
dan tegangan listrik diukur
dengan tegangan Ampermerter
dan voltmeter.
? Mampu memahami kuat arus
dan daya listrik dihitung sesuai
dengan persamaan :
P = V.I
P = Daya Listrik.
V = Tegangan.
I = Kuat arus.
LINGKUP
BELAJAR
? Arus listrik
? Daya listrik.
F. Cek Kemampuan
Kerjakanlah soal-soal berikut ini, jika anda dapat mengerjakan
sebagian atau semua soal berikut ini, maka anda dapat meminta langsung
kepada instruktur atau guru untuk mengerjakan soal-soal evaluasi untuk
materi yang telah anda kuasai pada BAB III.
1. Sebuah lampu dilalui arus listrik 0,5 A. Hitung jumlah elektron yang
mengalir dalam 1 jam. (muatan satu elektron = -1,6 x 10-19 C)
2. Sepotong kawat tembaga mempunyai hambatan jenis 1,72 x 10-8 ohm
meter panjangnya 100 m penampangnya 3 mm 2. Hitung hambatan kawat!
3.
a
i=2A
b
R1 = 6?
R2 = 10?
d
R2 = 15?
Hitung:
a. Hambatan pengganti antara titik a dan d
b. Vab dan V ba
c. Vad dan Vda
4. Sebuah rangkaian listrik mempunyai sumber tegangan 12 Volt dan
hambatan 5 ? . Tentukan kuat arus yang mengalir pada rangkaian !
5. Suatu amperemeter
R1 = 4?
R2 = 2?
mengandung
indium
yang
sedang
lebur,
hambatannya
Jenis
Kegiatan
Tanggal
Waktu
Tempat
Belajar
Alasan
Perubahan
Tanda
Tangan
Guru
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
? Memahami konsep arus listrik searah
? Memahami konsep tegangan listrik searah
? Memahami konsep Hukum Ohm
? Memahami Hukum I Kirchhoff
? Memahami Hukum II Kirchhoff
b. Uraian Materi
? Konsep arus listrik searah
Pada Modul Listrik Statis yang telah kita pelajari sebelumnya,
dijelaskan bahwa elektron-elektron bergerak atau berpindah dari
rambut ke penggaris plastik sehingga penggaris tersebut bermuatan
negatip. Dapatkah Anda menyalakan lampu pijar dengan menempelkan
penggaris itu ke lampu pijar? Tentunya tidak dapat, karena lampu itu
untuk dapat menyala memerlukan aliran elektron secara terus menerus.
Untuk mengalir dari satu tempat ke tempat lain, elektron membutuhkan
jalan yang tidak putus.
Listrik sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari
di seluruh dunia. Sebagian besar dari kita bergantung pada peralatan
listrik untuk membuat hidup kita lebih aman, lebih sehat, lebih mudah,
dan lebih nyaman. Lampu lalu lintas, penerangan listrik, VCD player,
pesawat TV, tape recorder, dan alat-alat rumah tangga yang lain
seperti rice cooker, seterika listrik, mesin cuci, dan lain sebagainya,
merupakan sebagian kecil dari peralatan listrik tersebut. Pada modul ini
Anda akan belajar tentang sumber arus listrik dan arus yang
ditimbulkannya, rangkaian listrik, energi dan daya listrik, serta
pemanfaatan energi listrik pada kehidupan sehari-hari.
Modul FIS.21.Listrik Dinamis
I ?
Q
atau Q ? I t . .(1.1)
t
V
............ (1.2)
I
1,67 A
7,2 O
+
Kabel
12 V
I?
Gambar 1
V 12
?
? 1,67 A
R 7,2
ada beberapa alat penting tidak taat. Radio transistor atau kalkulator
mengandung beberapa piranti seperti transistor dan diode, yang tidak
taat pada hukum Ohm. Lampu pijar memiliki hambatan yang bergantung
pada tegangan dan tidak taat pada hukum Ohm.
Kabel yang digunakan untuk menghubungkan alat-alat listrik
memiliki hambatan yang kecil. Satu meter kabel yang khas (typical)
digunakan pada laboratorium fisika biasanya memiliki hambatan sekitar
0,03 ? . Kabel yang digunakan untuk sambungan listrik pada rumah
tangga, biasanya memiliki hambatan yang kecil yakni 0,004 ?
pada
tersebut
hampir
tidak
ada
penurunan
potensial.
Untuk
R ? ?
?
. (1.3)
A
dengan
= koefisien suhu
? ?
1 ??
..(1.6)
?0 ?t
10
? t = t-to
Tabel 1
HAMBATAN JENIS DAN KOEFISIEN SUHU (pada 20 o C)
Bahan
Hambatan Jenis Koefisien Suhu, ?
?
(C o)-1
(? m)
Konduktor
Perak
1,59 X 10-8
0,0061
-8
Tembaga
1,68 X 10
0,0068
Emas
2,44 X 10-8
0,0034
-8
Aluminium
2,65 X 10
0,00429
-8
Tungsten
5,6 X 10
0,0045
Besi
9,7 X 10-8
0,00651
Platina
10,6 X 10-8
0,003927
Raksa
98 X 10-8
0,0009
Contoh soal 1
Kuat arus 1 A mengalir melalui kawat penghantar. Berapa coulomb banyak
muatan listrik yang mengalir pada kawat dalam waktu 1 menit ?
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanya : Q
=1A
= 60 sekon
=?
11
Jawab : I
Q
t
Q = I.t
= 1 A . 60 s
= 60 C
Contoh soal 2
Sebuah termometer hambatan yang dibuat dari platina memiliki hambatan
50 ? pada 20 oC. Ketika dicelup ke dalam suatu bejana yang mengandung
indium yang sedang lebur, hambatannya bertambah menjadi 76,8 ? . Dari
informasi ini, tentukan titik lebur indium. ? = 3,92 x 10-3 (oC)-1 untuk
platina.
Penyelesaian
Diketahui :
Ditanyakan:
Jawab
Ro
= 50 ?
to
= 20 oC
Rt
= 76,8 ?
Rt ? Ro
Ro ?
12
Jadi:
?t =
76,8 ? 50
26,8 x 10 3
?
50 (3,92 x 10 ? 3 ) (50) (3,92)
= 127 oC
Sesuai persamaan (4), yakni ? t = t to dengan to = 20 oC, maka
137 = t - 20
137 + 20 = t ? t = 157 oC
? Konsep Hukum Kirchhoff
Dengan menggunakan hukum Ohm kita dapat menemukan
besarnya arus yang mengalir pada suatu rangkaian gabungan seri-paralel.
Meskipun demikian, kadang-kadang kita menjumpai rangkaian yang sulit
untuk dianalisis. Sebagai suatu contoh, kita tidak dapat menemukan aliran
arus pada setiap bagian rangkaian sederhana dengan kombinasi hambatan
seri dan paralel.
Menghadapi rangkaian yang sulit seperti ini, kita menggunakan
hukum-hukum yang ditemukan oleh G. R. Kirchhoff (1824-1887) pada
pertengahan abad 19. Terdapat dua hukum Kirchooff, dan hukum-hukum
ini adalah aplikasi sederhana yang baik sekali dari hukum-hukum
kekekalan muatan dan energi. Hukum pertama Kirchhoff atau hukum
persambungan (junction rule) didasarkan atas hukum kekekalan
muatan, dan kita telah menggunakannya pada kaidah untuk hambatanhambatan paralel. Hukum pertama Kirchhoff berbunyi:
Pada setiap titik persambungan, jumlah seluruh arus yang
masuk persambungan harus sama dengan jumlah seluruh arus
yang meninggalkan persambungan.
i3
i1
i4
i2
i5
13
i
i1
R2
E2 , r2
(i-i1 )
II
E3 , r3
R3
Umpamakan kuat arus I berasal dari elemen E1, di titik cabang kuat
arus ini terbagi menjadi i1 dan (i i1)
14
Contoh soal 3
Hitunglah arus I1, I2, dan I3 dalam setiap cabang dari rangkaian pada
Gambar di bawah ini.
Penyelesaian
Kita pilih arah arus sebagaimana ditunjukkan pada gambar di atas. Arus
cenderung untuk bergerak sepanjang jalan dari kutub positip baterai, kita
harapkan I2 dan I3 memiliki arah sebagaimana gambar tersebut. Kita
mempunyai tiga harga arus yang tidak kita ketahui, karena itu kita
membutuhkan tiga buah persamaan. Pertama kita aplikasikan hukum
persambungan Kirchhoff untuk arus pada titik a, dengan I3 masuk dan I1
dan I2 meninggalkan:
I3 = I1 + I2(a)
Kedua, kita aplikasikan hukum kedua Kirchhoff pada dua loop, ahdcba. Dari
a ke h kita mempunyai penurunan potensial Vha = - (I1) (30 ? ). Dari h ke d
tidak ada perubahan potensial, tetapi dari d ke c potensial meningkat
dengan 45 V; yaitu Vcd = 45 V. Dari c ke a potensial menurun melalui dua
hambatan, dengan Vac = - (I3) (40 ? + 1 ? ). Jadi kita memiliki :
Vha + V cd + Vac = 0 atau
- 30 I1 41 I3 + 45 = 0(b)
Ketiga, kita aplikasikan hukum kedua Kirchhoff pada loop ahdefga (atau
kita juga dapat mengambil loop abcdefga). Sebagaimana cara di atas,
Modul FIS.21.Listrik Dinamis
15
maka di sini kita dapatkan Vha = - (I1) (30 ? ), Vdh = 0. Tetapi ketika kita
mengambil muatan penguji positip dari d ke e sebenarnya ini bergerak ke
atas, berlawanan dengan aliran arus, atau berlawanan dengan arah arus
yang diasumsikan. Jadi Ved = (I2) (20 ? ) memiliki tanda positip. Dengan
cara yang sama, Vfe = (I2) (1 ? ). Dari f ke g ada penurunan potensial
sebesar 80 V karena muatan penguji positip bergerak dari kutub baterai
berpotensial tinggi ke rendah. Jadi Vgf = - 80 V. Akhirnya, Vag = 0, dan
jumlah potensial mengelilingi loop adalah:
- 30 I1 + 21 I2 - 80 = 0(c)
Dari ketiga persamaan (a), (b), dan (c) di atas, dapat kita selesaikan
sebagai berikut.
Dari persamaan (c) kita peroleh:
I2 =
80 + 30I 1
= 3 ,8 + 1,4 I 1 ...(d)
21
45 + 30I 1
= 1,1 - 0 ,73I 1 . .(e)
41
3,1 I1 = - 2,7
I1 = - 0,87 A.
16
Contoh soal 3
E2 = 12V
E1 = 6V
E2 = 12V
E1 = 6V
R1 = 4?
II
R2 = 2?
(i i1 )
R1
ii
R2 = 2?
i
Dari rangkaian ini, tentukan kuat arus yang mengalir pada masing-masing
cabang.
Penyelesaian
17
Contoh soal 4
Perubahan hambatan listrik karena suhu dapat digunakan untuk
mengukur suhu secara tepat. Platina, biasanya digunakan untuk mengukur
suhu dengan tepat karena platina bebas dari pengaruh korosi dan memiliki
titik lebur tinggi. Misalkan, pada suhu 20
hambatan platina adalah
tertentu, hambatannya adalah
C hambatan termometer
Penyelesaian
Karena hambatan R berbanding lurus dengan hambatan jenis ? , maka
kombinasi dari kedua persamaan terakhir diperoleh:
R = R0 [1 + ? (T -T0)]
dengan R0 adalah hambatan pada suhu T0 = 20 oC yang dinyatakan dalam
persamaan R0 = ? 0 L/A dan ? adalah tetapan. Dengan demikian,
T ? T0 ?
R - R0
187,4? - 164,2?
? 20o C ?
? 55,9 o C
? R0
(3,927 X 10 3 (C o ) _1(164,2? )
18
c. Rangkuman
1. Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan elektron yang mengalir
suatu penghantar per satuan waktu.
I ?
Q
atau Q ? I t
t
beda
19
meninggalkan
persambungan
dikenal
dengan
Hukum
Pertama
Kirchhoff.
4. Jumlah tegangan sepanjang jalur tertutup dari suatu rangkaian harus
sama dengan nol dikenal dengan Hukum Kedua Kirchooff.
5. Suatu penghantar juga mempunyai nilai resistansi (hambatan),
resistansi pada penghantar sebanding dengan panjang kawat (? ),
sebanding dengan hambat jenis kawat (? ), dan berbanding terbalik
dengan luas penampang (A). Secara sistematis dapat dituliskan:
R ? ?
?
A
d. Tugas
1. Bayangkan sebuah baterai 12 V dalam sebuah rangkaian yang
dihubungkan
O
yang
disusun
secara
seri
dan
kedua
hambatan
tersebut
V,
ammeter,
dan
hambatan
20 ? .
Tunjukkan
nilai
yang
20
dengan dua buah resistor, 400 ? dan 500 ? yang disusun secara seri,
dengan
sebuah
pembagi
tegangan.
Berapakah
tegangan
pada
hambatan 500? ?
6. Perubahan hambatan listrik karena suhu dapat digunakan untuk
mengukur suhu secara tepat. Platina, biasanya digunakan untuk
mengukur suhu dengan tepat karena platina bebas dari pengaruh
korosi dan memiliki titik lebur tinggi. Misalkan, pada suhu 21
187 ? .
21
e. Tes Formatif
1. Dari rangkaian di bawah berapa beda potensial antara a dengan b?
6V
12V
5?
15?
10?
22
23
8. Kuat arus yang mengalir pada kawat sebuah lampu pijar 0,5 A. Jika
beda potensial pada ujung-ujung kawat lampu 10 volt, berapakah
hambatan kawat lampu ?
9. Sebuah baterai dengan GGL 12 volt akan diberi muatan oleh jala-jala
110 volt. Bila hambatan dalam baterai 0,6? , maka berapa banyak
resistor 0,3? yang harus diserikan dengan baterai agar arus pengisian
baterai 5A?
10. Lampu L1 dan L2 masing-masing hambatannya 60 ? . Pada saat saklar
S
L1
L2
a
12V
f. Kunci Jawaban
1. (Jawaban: 0,54 Volt)
2. (Jawaban: r = 0,25 ? dan E = 10 Volt)
3. (Jawaban: 0,5 A)
4. (Jawaban: 0,121 ? )
5. (Jawaban: (a) 40/3 ? (b) 0,9 A (c) 4 volt dan 8 volt)
6. (Jawaban: 0,4 A)
7. (Jawaabn: 7,5 volt)
8. (Jawaban: 20 ? )
9. (Jawaban: 4 buah resistor)
10. (Jawaban: 0,1 A; 10 volt)
24
G. Lembar Kerja
Kegiatan 1
?
Langkah kerja
1.
2.
3.
Analisis
1.
2.
25
Kegiatan 2
?
Langkah Kerja
1.
26
1 buah ammeter
? Langkah kerja
1. Susunlah dua buah resistor yang berbeda nilainya secara parallel,
selanjutnya susunan resistor tersebut hubungkan dengan sebuah
catu daya melalui kabel.
Dengan
i1
A
R1
i2
A
R2
menggunakan
i3
A
amperemeter,
berturut-turut
secara
12
24
36
48
60
i1
i2
i1 + i2
i3
27
2. Kegiatan Belajar 2
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
? Memahami konsep energi listrik.
? Memahami konsep daya listrik
? Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Uraian Materi
KONSEP ENERGI DAN DAYA LISTRIK
1. Energi Listrik
Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari
sumber arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya:
? Energi listrik menjadi energi kalor, contoh: seterika, solder, dan kompor.
? Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu.
? Energi listrik menjadi energi mekanik, contoh: motor.
? Energi listrik menjadi energi kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,
peristiwa penyepuhan (peristiwa melapisi logam dengan logam lain).
Besarnya energi listrik yang dikeluarkan sumber arus dalam waktu tertentu
sebagai berikut:
V
R
A
28
V
, maka persamaan energi listrik dapat
R
dirumuskan:
W =Vit
?V ?
= V ? ?t
?R ?
W =
V2
t .....(2.4)
R
= 0,24
V2
t kalori ..(2.7)
R
29
Jika V, i, R, dan t masing-masing dalam volt, ampere, ohm, dan detik, maka
panas (kalor) dinyatakan dalam kalori.
Percobaan Joule
Besar energi listrik yang berubah menjadi kalor itu telah diselidiki oleh
James Prescott Joule (1914-1889).
Di dalam percobaannya Joule menggunakan rangkaian alat terdiri atas
kalorimeter yang berisi air serta penghantar yang berarus listrik.
Jika dalam percobaan arus listrik dialirkan dalam waktu t detik ternyata kalor
yang terjadi karena arus listrik berbanding lurus dengan:
a. Beda potensial antara kedua ujung kawat penghantar (V)
b. Kuat arus yang melalui kawat penghantar (i)
c. Waktu selama arus mengalir (t).
A
V
30
2. Daya Listrik
Daya listrik adalah banyaknya energi tiap satuan waktu. Dari definisi ini,
maka daya listrik (P) dapat dirumuskan :
Energi
waktu
Daya =
P =
W
(2.8)
t
P =
V it
? V i (2.9)
t
P =Vi
P = i2 R(2.10)
V 2R
P =
...(2.11)
R2
Satuan daya listrik :
a. watt (W) =
joule
= volt ampere
sekon
31
Contoh soal 1
: i =2A
R = 100 ?
t = 1 menit = 60 sekon (s)
Ditanyakan
: W = ?
Jawab
: Pakai rumus :
W = i2 R t
= 22 . 100 . 60
= 24000 J
Contoh soal 2
Seterika listrik dipakai 5 jam setiap hari. Arus yang mengalir pada seterika
2A jika menggunakan teganagn 220 volt. Berpa biaya yang harus dibayar
tiap hari kepada PLN. Jika 1 kWh Rp. 400,-
32
Penyelesaian
Diketahui
: t = 5 jam
i =2A
V = 220 volt
Ditanyakan
: Rp.?
Jawab
: P =Vi
= 220 . 2
= 440 W = 0,44 kW
W=P.t
= 0,44 kW . 5 jam = 2,2 kWh
Contoh soal 3
Sebuah baterai 6,0 V mengalirkan arus 0,50 A ke suatu motor listrik yang
dihubungkan diantara kutub-kutubnya.
a) Berapa daya yang digunakan oleh motor?
b) Jika motor menyala selama 5,0 menit, berapakah energi listrik yang
dikirimkan?
Penyelesaian
Diketahui
Ditanyakan
V = 6,0
P=?
I = 0,50 A
E =?
t = 5,0 menit
33
Strategi
a.
b.
Penghitungan
a. P = IV = (0,50A) (6,0V)
= 3,0 W
b. E = Pt = (3,0W) (5,0 menit) (60 s/1 menit)
= 9,0 x 10 2 J
Contoh soal 4
Sebuah lampu dipasang pada tegangan 220 volt menyerap daya 60 watt.
Jika lampu itu dipasang pada tegangan 110 volt, berapa besar daya yang
diserapnya ?
P1 = 60 W
P2 = ?
V1 = 220 V
V2 = 110 V
Penyelesaian
Hambatan lampu selalu sama yaitu R.
- Lampu pada tegangan 220 volt :
2
P1 =
V
V2
? R ? 1
R
P1
34
R =
(220) 2
(1)
60
V
V
P2 = 2 ? R ? 2
R
P2
=
(110) 2
(2)
P2
c. Rangkuman
1. Energi listrik merupakan suatu bentuk energi yang berasal dari sumber
arus. Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk lain, misalnya: (a) Energi
listrik menjadi energi kalor, contoh: seterika, solder, dan kompor, (b)
Energi listrik menjadi energi cahaya, contoh: lampu. (c) Energi listrik
menjadi energi mekanik, contoh: motor.(d) Energi listrik menjadi energi
kimia, contoh: peristiwa pengisian accu,dan peristiwa penyepuhan.
2. Persamaan energi dapat dirumuskan dalam bentuk :
W =Vit
= (Ri) i t= i2 R t
W = V i t=
atau
V2
t
R
35
4. Energi listrik yang dilepaskan itu tidak hilang begitu saja, melainkan
berubah menjadi panas (kalor) pada penghantar.
Besar energi listrik yang berubah menjadi panas (kalor) dapat
dirumuskan:
Q
= 0,24 V i t kalori
= 0,24 i 2 R t kalori
= 0,24
V2
t kalori
R
d. Tugas
1. Berapa arus yang melalui bola lampu pijar 75 watt, yang dihubungkan ke
rangkaian luar 220 V?
2. Arus melalui stater motor dari sebuah mobil adalah 80 A. Jika baterai
memberikan beda potensial 12 V diantara ujung-ujungnya, berapakah
energi yang dipindahkan ke stater dalam 10,0 s?
3. Suatu pemanas listrik 15 ? bekerja pada tegangan 220 V
a. Berapa arus yang melalui pemanas?
b. Berapa energi yang digunakan oleh pemanas dalam 30 s?
c. Berapa energi panas yang dilepaskan pada waktu itu?
4. Hambatan dari elemen kompor listrik pada suhu operasional adalah 11 ?
a. Jika beda potensial antara ujung-ujungnya 220 V, berapakah arus yang
melalui elemen kompor tersebut?
b. Berapakah energi yang diperlukan elemen untuk berubah menjadi energi
panas dalam 30 s?
36
b.
c.
Bila
harga
energi
Rp.176,-/kWh.
Berapakah
biaya
untuk
37
e. Tes Formatif
1. Dua buah bola lampu masing-masing tertulis 60 watt, 120 volt, dan 40
watt, 120 volt. Jika kedua bola lampu tersebut dihubungkan seri pada
tegangan 120 volt berapa jumlah daya pada kedua bola lampu
tersebut?
2. Pemanas mempunyai hambatan 10,0 ? bekerja pada tegangan 220V
seperti gambar di bawah :
38
f. Kunci Jawaban
1. (jawaban : Daya lampu I = 9,6 Watt dan daya lampu II = 24 Watt).
2.
39
g. Lembar Kerja
Kegiatan 1
? Memahami tentang Energi listrik
Pembuktian Energi listrik pada suatu rangkaian
? Alat dan Bahan
? 3 buah resistor dengan nilai berbeda
? 1 buah catu daya
? beberapa buah kabel penjepit buaya
? 1 buah termometer
? Prediksi
1. Jika menggunakan tegangan konstan, prediksikan resistor mana yang
membolehkan arus paling besar melewatinya?
2. Pada kondisi yang sama, prediksikan resistor mana yang paling panas?
? Langkah Kerja
1. Sentuhkan bola (bagian bawah) termometer ke resistor.
2. Berikan daya selama 1 menit.
3. Ukur suhu resistor.
4. Dinginkan resistor, kemudian ulangi langkah-langkah tersebut pada
kedua
? Analisis
1. Setelah diberi daya selama 1 menit, mengapa resistor-resistor tersebut
menjadi panas?
2. Mengapa resistor yang memiliki resistansi lebih kecil akan lebih cepat
panas?
? Peringatan
Jangan menyentuh resis-tor ketika dihubungkan dengan catu daya, karena
resistor sangat panas. Tunggulah dua menit sesudah mematikan daya
untuk menurunkan kembali suhu termometer.
Modul FIS.21.Listrik Dinamis
40
A. Tes Tertulis
1.
2.
3.
4.
Suatu amperemeter
yang melalui
41
R1 = 4?
R2 = 2?
mengandung
indium
yang
sedang
lebur,
hambatannya
60 ?
, 30 ?
dan 20 ?
42
9V
6?
30 ?
45 ?
V = 9,0 V
Gambar : Rangkaian Paralel.
Tentukan Arus IA, IB, IC, R dan I = ?
43
B. Tes Praktek
Rangkaian Gabungan Seri-Paralel
Pernakah anda mendapati cahaya di kamar tidur menjadi redup
ketika anda menyalakan pengering rambut? Lampu dan pengering rambut
dihubungkan paralel dengan tegangan 220 V. Kenyataannya menunjukkan
bahwa lampu menjadi redup, jadi arus pasti telah berubah. Redupnya
lampu ini terjadi karena kabel rumah memiliki hambatan kecil yang
tersusun seri dengan rangkaian parallel rumah. Ini adalah rangkaian
gabungan seri-paralel. Langkah-langkah yang ditunjukkan pada gambar
dibawah, adalah suatu strategi pemecahan masalah untuk menganalisis
rangkaian tersebut di atas.
500O
a
a
400O
I1
c
b
700O
I2
I
12,0 V
291,67O
400O
c
12,0 V
44
Kunci Jawaban
1.
2.
3.
(jawaban : 4 Ampere)
4.
5.
6.
7.
(jawaban : 207
8.
(jawaban : 50 ohm)
9.
C)
45
:
:
:
:
PEDOMAN PENILAIAN
No.
1
I
II
III
IV
VI
Aspek Penilaian
2
Persiapan
1.1. Membaca Modul
1.2. Persiapan Alat dan Bahan
Sub total
Pelaksanaan Pembelajaran
2.1. Cek Kemampuan Siswa
2.2. Melaksanakan Kegiatan 1 dan 2
Sub total
Kinerja Siswa
3.1. Cara merangkai alat
3.2. Membaca alat ukur listrik
3.3. Menulis satuan pengukuran
3.4. Banyak bertanya
3.5. Cara menyampaikan pendapat.
Sub total
Skor
Maks.
3
Skor
Perolehan
4
Keterang
an
5
20
25
Produk Kerja
4.1. Penyelesaian Tugas
4.2. Penyelesaian Kegiatan Lab.
4.3. Penyelesaian Tes Formatif
4.4. Penyelesaian Evaluasi
Sub total
35
Sub total
Laporan
6.1. Sistematika Peyusunan Laporan
6.2. Penyajian Pustaka
6.3. Penyajian Data
6.4. Analisis Data
6.5. Penarikan Simpulan
Sub total
Total
10
10
100
46
KRITERIA PENILAIAN
No.
1
I
Aspek Penilaian
2
Persiapan
1.1. Membaca Modul
II
Pelaksananan Proses
Pembelajaran
2.1. Cek Kemampuan Siswa
III
Kinerja Siswa
3.1. Cara merangkai alat
Kriterian penilaian
3
Skor
4
? Membaca modul.
? Tidak membaca
modul.
2
1
? Siswa yang
mempunyai
kemampuan baik.
? Siswa tidak bisa
menyelesaikan
10
? Melaksanakan
kegiatan dengan
baik.
? Melaksanakan tidak
sesuai ketentuan.
10
? Merangkai alat
dengan benar.
? Merangkai alat
kurang benar.
? Menulis satuan
dengan benar
? Tidak benar menulis
satuan
47
IV
Sikap/Etos Kerja
5.1. Tanggung Jawab
5.2. Ketelitian
5.3. Inisiatif
5.4.
Kemandirian
? Banyak bertanya.
? Tidak bertanya.
5
1
? Cara menyampaikan
pendapatnya baik.
? Kurang baik dalam
menyampaikan
pendapatnya.
? Kualitas Tugasnya
baik.
? Kualitasnya rendah
? Kualitas kegiatan
lab.nya baik.
? Kualitas rendah.
? Memahami Konsep
dengan baik.
? Kurang memahami
konsep
10
? Membereskan
kembali alat dan
bahan yang telah
dipergunakan
? Tidak membereskan
alat dan bahan.
? Tidak melakukan
kesalahan kerja.
? Banyak melakukan
kesalahan kerja
? Bekerja tanpa
banyak perintah.
? Bekerja dengan
banyak perintah
48
VI
Laporan
6.1. Sistematika Peyusunan Laporan
? Laporan sesuai
dengan sistematika
yang telah
ditentukan.
? Laporan tidak sesuai
sistematika.
? Terdapat penyajian
pustaka.
? Tidak terdapat
penyajian pustaka
? Data disajikan
dengan rapi.
? Data tidak disajikan.
? Analisisnya benar.
? Analisisnya salah.
2
1
2
1
49
50
DAFTAR PUSTAKA
Giancoli, Douglas C. (1998). Physics. Fifth Edition. New Jersey : Prentice
Hall.
Halliday, D., dan Resnick, R. (1986). Physics. Terjemahan: Pantur Silaban
dan Erwin Sucipto, Jakarta : Erlangga.
Paul W. Zitzewitz, et al. (1995). Physics. Teacher Wraparound Edition.
New York : Glencoe/McGraw-Hill.
Paul W. Zitzewitz, et al. (1999). Physics. Teacher Wraparound Edition.
New York : Glencoe/McGraw-Hill.
Sutrisno, 1990. Listrik Magnet. Bandung, ITB, Indonesia.
51
I. PENDAHULUAN
A. Diskripsi
Assalamualaikum wr. Wb, senang sekali
bisa berjumpa dengan kalian meski hanya
lewat modul ini. Anda pasti memiliki rasa
ingin tahu. Perasaan ingin tahu inilah yang
mendorong
manusia
untuk
menemukan
pengukuran
dengan
atau
penelitian
sehari hari akrab dan sering kita pakai untuk menyatakan sesuatu. Semisal
saat membeli buah kita menyebutkan besaran berat atau massa bauh yang kita
beli. Tukang kuli panggul misalnya, mengapa menggunakan bidang miring
untuk menaikkan
barang
dari
bawah
diangkat
keatas
truk
?.
Mereka
mengetahui
jika
Fisika
berarti
belajar
mengatasi
dan
membantu
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
ilmu ilmu yang lain atau pekerjaan yang tidak berhubunga langsung dengan
ilmu fisika. Seorang pilot harus bisa membaca alat ukur kelajuan pesawat
terbang supaya bisa menentukan pada kelajuan berapa pesawat akan lending
agar tidak keluar dari ladasan. Seorang arsitek harus tahu dan bisa membaca
tingkat kelemModulan udara atau cauca supaya bisa menentukan bentuk dan
jenis bahan rumah yang cocok dengan kelemModulan dan cuaca
ditempat
tersebut dan masih banyak contoh yang lain. Untuk itu diperlukan pengetahuan
yang benar tentang besaran besaran fisis dan pengukuran yang tepat
sehingga dihasilkan data yang akurat dan dapat dijadikan pedoman. Pada Modul
ini akan kita bahas tentang besaran dan satuan serta pengukurannya
Pada akhir modul disediakan soal-soal latihan untuk melatih pemahaman
konsep, dan pada akhir modul di berikan Tes Akhir Modul.
Selamat belajar!
B. Prasyarat
Agar dapat mempelajari modul ini terlebih dahalu anda harus telah memahami
konsep dasar besaran sebagaimana dijelaskan ketika anda di SMP.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya
minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau
berhenti di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada
setiap kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
9. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
pengukuran
mempertimbangkan
aspek
ketepatan
(akurasi),
kesalahan
pengukuran
sesuai
aturan
penulisan
angka
penting
disertai
Kompetensi
1. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya
Kompetensi dasar
1.1 Mengukur besaran-besaran fisika dengan alat yang sesuai dan
mengolah data hasil dengan menggunakan aturan angka penting
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
sering
atau
menggunakan
menyebut
besaran
saat
kendaraan
dapat
tadi
memacu
bermotor
mengatakan
melaju
kita
Saya
dengan
petani
selesai
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
dapat
digunakan
para
ilmuwan
untuk
perkembangan
Ilmu
yang dapat diukur dan memiliki nilai. Sedangkan satuan adalah ukuran dari
sebuah besaran yang didefinisikan untuk secara tepat menjadi satu (1,0)
atau satuan adalah cara menuliskan atau menyatakan nilai suatu besaran.
a. Besaran Pokok
Pada konferensi umum mengenai berat dan ukuran ke 14 tahun
1971, berdasarkan hasil pertemuan panitia internasional menentapkan
tujuh besaran sebagai dasar dan menjadi sistem satuan Internasional yang
disingkat SI. Kata -kata SI berasal dari bahasa perancis Le Sisteme
International dunites. Ketujuh besaran dasar tadi kemudian kita kenal
dengan besaran pokok, yaitu sebagai berikut :
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Besaran
Satuan
Simbol
Satuan
Panjang
Meter
Massa
Kilogram
kg
Waktu
Sekon
Intensitas Cahaya
Candela
cd
Suhu
Kelvin
Ampere
Jumlah zat
Mol
Mol
b. Sistem Satuan
Satuan suatu besaran dapat dinyatakan dalam berbagai sistem
satuan diantaranya Sistem Internasional, sistem MKS (meter kilogram
sekon), Sistem CGS (centimeter gram sekon) bahkan juga ada British
Sistem atau Sistem Inggris. Sistem yang berlaku ada yang bersifat umum
dan lokal. Dalam Fisika sistem MKS dan CGS adalah sistem satuan yang
bersifat umum, sedangkan sistem yang berlaku secara internasional yaitu
Sistem
adalah sistem satuan yang berlaku lokal hanya untuk beberapa negara
seperti Inggris dan Amerika Serikat. Sistem Internasional (SI) adalah
sistem satuan yang terstandar secara Internasional, berikut standar
Internasional satuan 3 besaran pokok yang utama :
1) Standar Satuan Panjang
Pada awalnya standar panjang 1 meter atau yang kita kenal meter
standar adalah jarak antara dua goresan pada batang
pada suhu 0
Platinum-Iridium
kali
panjangg
gelombang
cahaya
merah
jingga
yang
definisi meter
1
sekon.
299.792.458
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
diubah
menjadi
sekon
1
hari rata-rata matahari,
86.400
didefinisikan
sama
dengan
1
tahun tropik 1900. Pada tahun 1967, definisi 1 sekon
31.556.925,9747
disempurnakn menjadi selang waktu yang dibutuhkan oleh atom Sesium133 untuk bergetar sebanyak 9.192.631,770 kali.
c. Besaran Turunan
Besaran turunan adalah besaran yang dihasilkan dari penurunan
besaran pokok. Selain besaran, satuan juga dibedakan menjadi 2 yaitu
satuan pokok dan satuan turunan. Satuan turunan adalah satuan campuran
dari beberapa satuan pokok.
Contoh :
Luas adalah besaran turunan karena luas dihasilkan dari perkalian besaran
panjang. A = p x l, dimana panjang dan lebar adalah besaran pokok, maka
luas disebut besaran turunan. Panjang dan lebar memiliki satuan meter
(m), jika
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
notasi ilmiah. Notasi ilmiah adalah cara penulisan bilangan yang sangat
besar atau kecil dengan menggunakan faaktor pengali atau awalan. Hal ini
pernah disampaikan pada konferensi umum tentang berat dan ukuran ke 14
tahun 1971. berikut ini adalah faaktor penngali atau awalan pada penulisan
ilmiah :
Tabel 1.2 Faktor pengali atau awlan dalam SI
Faktor
Awalan
Simbol
Faktor
Awalan
Simbol
101
Deka
da
10-1
Desi
Senti
10
103
10
109
-2
Hekto
10
Kilo
10-3
Milli
Mega
10
-6
Mikro
Giga
10-9
Nano
Piko
Femto
Atto
12
Tera
10
1015
Peta
10-15
-18
10
10
18
Eksa
10
-12
Contoh 1.4
1. Sebuah benda beratnya 200 g cms-2 , konversikan berat benda tersebut
ke dalam satuan kgms-2.
1 gram
= 10-3 kg
1 cm
= 10-2 m
nyatakan massa
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
1m =
1m
1m = 10 6 m
-6
10
maka
= 7,239876 .10-5 m
3. tuliskan bilangan berikut dengan notasi ilmiah
a. 12369,75 cm3
b. 0,0000003628 m
c. 1/25. 10-10 detik
Jawab :
a. 12369,75 cm3 = 1,236975 .104 cm3
b. 0,0000003628 m = 3,628 . 10-7 m
c. 1/25. 10-10 jam = 4. 108 jam
3. INSTRUMEN PENGUKURAN
Untuk mengukur atau menyatakan nilai suatu besaran maka diperlukan
alat atau instrumen
adalah :
a. Alat Ukur Panjang
Dalam kehidupan sehari - hari kita sering melihat atau melakukan
pengukuran panjang
kebanyakan
memiliki
skala
milimeter
(mm)
atau
sedangkan roll meter memiliki skala centimeter (cm) saja artinya skala
terkecil yang dimiliki roll meter adalah centimeter. Mistar biasanya
digunakan untuk mengukur besaran panjang yang kecil atau pendek,
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
roll meter mempunyai tingkat ketelitian dan kepastian yang lebih tinggi.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
10
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
11
= 2,5 cm
= 55 mm
Skala Nonius
= 8 x 0,05 mm
0,4 mm
+
Hasil Pengukuran
3) Mikrometer sekrup
Alat ukur panjang ini memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi
dibanding
jangka
mencapai
0,01
sorong.
mm
Tingkat
sehingga
ketelitian
tepat
micrometer
digunakan
untuk
sekrup
mengukur
ketebalan suatu benda yang tipis seperti kertas, diameter kawat dan
lain-lian nyang sejenis. Tetapi panjang maksimum skala utama pada
jangka sorong terbatas sampai 2,5 cm, dan skala noniusnya terdiri dari
50 skala atau sebanding denngan 0,01 mm. Micrometer sekrup
mempunyai dua komponen utama yaitu :
1. Poros tetap, yaitu poros yang tertulis skala utama (skala utama
dalam satuan millimeter ).
2. Poros putar yaitu yang terdapat skala nonius.
.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
12
Skala Utama
Skala Nonius
= 0 x 0,01 = 0 mm
Hasil Pengukuran
10 mm
+
= 10 mm
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
13
lengan.
Contoh
neraca
yang
menggunakan
prinsip
zaman
dahulu
orang
mengguanakan
bayangan
sebagai
lonceng
bandul
dengan
mengguanakan
prinsip
kerja
ayunan
sederhana. Sekarang banyak etersedia alat ukur waktu seperti jam tangan,
jam dinding, sedangkan alat ukur waktu yang sering dipakai dilabolatorium
adalah stop wacth. Menurut jenis tampilan penunjuk waktunya stop watch
dibedakan jadi dua, yaitu stop watch analog dan stop watch digital. Stop
watch
analog
sedangkan
memiliki
stop
watch
tingkat
digital
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
ketelitian
memiliki
sampai
tingkat
setengah
ketelitian
detik,
mencapai
14
selang
waktu
benda
yang
bergerak.
Digital
scaler
time
Termometer Celcius
Ditemukan oleh Ilmuwan berkebangsaan Swedia bernama Andres
Celcius pada tahuan 1742. Termometer ini menggunakan patokan atas
suhu air mendidih 1000 C dan patokan bawah suhu air membeku 00 C
pada keadaan STP
Termometer Fahrenheit
Termometer Fahrenheit ditemukan oleh Gabriel Daniel Fahrenheit,
seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman pada tahun 1706. Fahrenheit
menggunakann air raksa
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
15
Termometer Reamurs
Termometer Reamirs juga menggunakan patokan atas air mendidih
pada sushu 800 R daan Patokan bawah suhu air membeku pada suhu 00
R dalam keadaan STP.
Selain ketiga jenis termometer diatas, ada juga skala termometer yang lain
yaitu Kelvin. Satuan Kelvin dinyatakan sebagai skala suhu standar
Internasional
(SI)
atau
dikenal
dengan
istilah
suhu
mutlak. Kelvin
mempunyai nilai skala yang sama dengan celcius ditambah 273. ditinjau
dari bahan thermionik yang digunakan termometer ada 3 yaitu termometer
gas, cair dan zat padat ( termokopel dan hambatan platinum). Selain
termometer diatas ada juga termometer yang bekerja pada suhu tinggidan
berkilau yaitu Pyrometer atau termometer optik. Termometer ini bekerja
dengan prinsip membandingkan kecerahan dan warna kilauan benda yang
diukur dengan suhu
a.
b.
c.
(b) thermometer termokopel
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
16
Alat ukur arus listrik. Alat ukur arus listrika dalah ampermeter. Untuk
nilai satuan yang lebih kecil biasanya digunakan milliampermeter,
mikroampermeter atau galvanometer. Cara penggunaan ampermeter
pada rangkaian yaitu dipasang secara seri dengan benda yang diukur
arusnya.
Alat ukur beda potensial (tegangan listrik). Alat ukur tegangan listrik
adalah voltmeter. Untuk mengukur tegangan yang lebih kecil juag
digunakan milivoltmeter, mikrovoltmeter atau nanovoltmeter. Cara
pengguanaan voltmeter pada rangkaian dipasang pararel dengan alat
yang akan diukur.
4. KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
Pengamatan Besaran Fisika biasanya diperoleh dari pengukuran Alat
ukur yang dianalisis menjadi teori atau postulat. Pengukuran adalah
kegiatan membandingkan besarann yang akan diukur dengan besaran
sejenis yang telah ditetapkan sebagai satuan. Besaran pembanding yang
ditetapkan sebagai satauan dimaksud adalah sistem satuan yang ditetapkan
secara
internasional
sebagaimana
diuraikan
diatas.
Dalam
setiap
udara
dan
lain
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
sangat
berpengaruh
pada
pengukuran.
17
ketidakpastian
beserta
sumbernya
yang
kita
jumpai
dalam
pengukuran :
1) Ketidakpastian bersistem
Ketidakpastian
bersistem
dapat
terjadi
karena
beberapa
kesalahan
diantaranya adalah :
a). Kesalahan kalibrasi. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai
skala pada saat pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat
sehingga setiap alat ini digunakan akan selalu terdapat ketidakpastian
dalam
pengukuran.
Hal
ini
dapatdiketahui
denganmembandingkan
berikutnya bergeser.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
18
faktor
eksternal,
faktor
eksternal
seperti
suhu,
kelemModulan dan tekanan udara pada saat mengkalibrasi alat dan saat
menggunakannya
tidak
sesuai
atau
sama
dapat
mengakibatkan
yang
berlangsung
pengontrolannya
sangat
diluar
cepat
sehingga
kemampuan
pengaturan
kita.
Beberapa
dan
diantara
ini
dapat
mengalami
fluktuasi
yang
sangat
cepat
yang
bergetar.
Getaran
pada
alat
dapat
berakibat
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
19
(luar
angkasa)
dapat
mengganggu
pembacaan
dari
dan
seluler
dapat
mengasilkan
gelombang
radiasi
yang
pengukuran
harus
dapat
dituliskan
seberapa
besar
x adalah
dengan menggunakan
mistar adalah 2,5 cm dengan skala terkecil pada mistar 1 mm maka hasil
pengukuran tersebut dapat dilaporkan
pengukurannn bahwa
2,45 x 2,55. Dengan kaa lain kepastian pengukuran itu berada pada
selang (2,5 0,05 ) cm dan (2,5 +0,05) cm.
c. Ketidakpastian pada pengukuran berulang
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
20
mendapatkan
hasil
pengukuran
yang
akurat
maka
berikut :
X =
X
n
menyatakan
ketidakpastian
suatu
besaran
dengan
menyebut
X
100% . Semakin kecil ketidakpastian
X
akan
mempengaruhi
jumlah
angka
berarti
yang
boleh
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
21
T2
34.5
1190.25
34.6
1197.16
34.4
1183.36
34.7
1204.09
34.3
1176.49
34.5
1190.25
34.4
1183.36
34.5
1190.25
34.8
1211.04
10
34.3
1176.49
345
11902.74
T=
T
n
1
T =
n
T =
345
= 34,50 C
10
n T 2 ()
T
n 1
1 10(11902,74) ()
345
10
10 1
1 119027,4 119025
10
9
T = 0,05164
T =
ketidakpastian relatinya
0,05164
100% = 0,149 berarti berhak atas 4
34,5
angka penting
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
22
.
C. Rangkuman
1. besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan memiliki nilai.
2. Dalam satuan system Internaional (SI) ada tujuh besaran pokok yaitu
panjang (m), massa (Kg), waktu (s), kuat arus (A), suhu (0K), jumlah zat
(mol) dan intensitas cahaya (Cd). Besaran yang diturunkan dari besaran
pokok disebut besaran turunan, contohnya luas (m2), perpindahan (m),
kecepatan (ms-1), percepatan (ms-2), gaya (N) dan usaha (J) dan lain-lain.
3. Satuan internasional dapat diubah-ubah dari satuan satu ke satuan yang
lain, hal ini dikenal dengan istilah Konversi Satuan.
4. Dimensi sutu besaran merupakan pengungkapan besaran dengan besaran
pokok. Dimensi besaran besaran pokok dinyatakan dengan symbol huruf
sebagai berikut : Panjang [L], massa [M], waktu [T], suhu [], kuat arus [I],
intensitas cahaya [J], dan jumlah zat [N].
5. Untuk mengukur atau menyatakan nilai suatu besaran maka diperlukan alat
atau instrumen
Faktor internal (Human Error ) yaitu faktor yang muncul dari kesalahan
pengamat dalam pengukuran.
Faktor eksternal. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan dan Alat
yang digunakan. Lingkungan seperti suhu, kelemModulan udara, tekanan
udara dan lain lain beberap jenis ketidakpastian beserta sumbernya yang
selalu kita jumpai dalam pengukuran adalah (1). Ketidakpastian bersistem
; Ketidakpastian bersistem dapat terjadi karena Kesalahan kalibrasi,
Kesalahan titik nol, Kesalahan
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
23
7. Ketidakpastian
pengukuran
dituliskan
dengan
menggunakann
cara
pengukuran
(angka
taksiran
ketidakpastian).
pada
X =
X
n
dengan
simpangan
2
1 n X ()
X
sampel X =
n
n 1
2
baku
nilai
rerata
X
100% .
X
10. semua angka atau nilai dari hasil pengukuran adalah angka penting, baik
itu angka yang pasti maupun angka taksiran. Aturan penulisan angka
penting,
terdapat
juga
aturan-aturan
dalam
penulisan
hasil
operasi
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
24
2.
b.
c.
d.
e.
3.
besaran skala adalah besaran yang ditentukan oleh besar dan arahnya
d. besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besar serta arahnya
e. besaran skalar adalah besaran yang ditentukan oleh arahnya
4.
d. momentum
b. daya
e. kecepatan
c. gaya
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
25
b. kilokalori
c. kalori
6.
6. c
2. c
3. d
4. d
5. a
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
26
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan 2 ini diharapkan anda dapat :
1. Mendefiniskan angka penting
2. Menuliskan hasil operasi angka penting
3. Menuliskan hasil pengukuran menurut aturan angka penting.
4. Medesain dan melakukan percobaan sederhana
5. menuliskan laporan hasil percobaan dengan benar
B. Uraian Materi
1. Angka Penting
Semua angka atau nilai dari hasil pengukuran adalah angka penting,
baik itu angk ayang pasti amaupun angka taksiran.
desimal
berikutnya
biasannya
adalah
berupa
taksiran
saja.
Pada
pengukuran panjang benda yan sama kita mendapatkan hasil yang berbeda,
ada yang menyatakan
hasilnya 5,6
b.
12234
12,25
Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol adalah angka penting.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
27
b.
2005
c. angka nol yang terletak dibelakang angka bukan nol bukan angka penting
kecuali jika diberi tanda.
Contoh :
2500
25000
d. angak nol yang terletak didepan angka bukan nol dalam desimal bukan
merupakan angka penting.
Contoh :
0,00023
0,0210
penting.
Contoh :
0,050
1,350
b.
7,5
______
126,856
2,5
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
_______ _
28
jawab :
123,56
(5 angka penting)
7, 5
(2 angka penting)
_______________________ +
131, 06 hasilnya dituliskan menjadi 131,1
126,856
(6 angka penting)
2, 5
(2 angka penting)
_______________________ 124, 356 hasilnya dituliskan menjadi 124,4
b. Perkalian dan Pembagian
Dalam penulisan angka penting hasil perkalian atau pembagian jumlah
angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting paling sedikit
dari
hasil
perhitungan
bilangan
dibawahini
dengan
2,5
x 12,5
Jawab :
a. 1,25
3 AP
b. 78,55
4 AP
2,5
= 3,125
2 AP
x 12,5
3,1
2 AP
= 981,875
3 AP
3 AP
tips.
1.
penulisan hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dapat menggunakan patokan jumlah angka penting
paling sedikit dibelakang desimal.
2.
dalam penulisan hasil akhir operasi angka penting selalu diikuti dengan pembulatan (semisal 2,145 akan
dituliskan menjadi 3 angka penting maka dibulatkan menjadi 2,14 )
3.
dalam penulisan hasil akhir operasi angka penting tidak boleh merubah nilai bilangan (semisal 8790,56
akan dituliskan menjadi 2 angka penting maka penulisannya adalah 8800 atau 8,8 . 102)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
29
3. Angka Eksak
Selain angka taksiran ada juga yang disebut bilangan eksak adalah
bilangan yang pasti tidak mengandung angka taksiran dan tidak memiliki
satuan yang biasanya diperoleh dari hasil membilang contoh jika kita
menghitung jumlah buku adalah 55 buah, maka 55 disebut angka eksak. Hasil
operasi angka penting dengan angka eksak
jumlah angka pentingnya sama dengan jumlah angka penting bilangan semula.
Contoh 1.3
Harga sebuah buku pelajaran Fisika adalah Rp. 25555,55 berapa uanga harus
di bayarkan ali untuk membeli 25 buku pelajaran Fisika ?
25555,55 x 25 = 638888,75 maka penulisan hasilnya adalah
7 AP
2 AP
638888,8
7 AP
untukperkembangan
ilmu Fisika atau menemukan ilmu-ilmu baru. Percobaan dalam Ilmu Fisika
mempunyai dua tujuan utama, pertama berfungsi untuk mecari
atau
menemukan teori baru atau berbagai tetapan fisika baru, kedua percobaan
digunakan sebagai pemeriksaan atau pembuktian kebenaran teori atau hokum
dan rumus yang sudah terbukti kebenarannya. Biasannya tujuan tujuan
tersebut banyak dilakukan disekolah-sekolah atau perguruan tinggi. Dengan
percobaan kita dapat membandingkan hasil percobaan yang kita lakukan
dengan suatu rumus atau tetapan yang telah ada di buku-buku pelajaran yang
merupakan hasi penelitian para ahli dan ilmuwan dengan alat yang lebih teliti.
Dalam percobaan Fisika yang digunakan untuk membuktikan kebenaran suatu
teori atau rumus
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
30
T = 2
T2 =
y
dimana
sebagai
l
g
4 2
l
g
= m.x
variabel
(persamaan linear)
bebas
dan
sebagai
variabel
terikat
dan
4 2
= gradien (m). Dengan jalan mencatat periode ayunan dan panjang tali
g
yang digunakan maka kita dapat menghitung besar percepatan grafitasi. Untuk
menganalisis percobaan berulang ini dapat digunakan dengan mengunakan
rumus rata-rata dan menggunakan analisis grafik. Adapun tabel pengukuran
hasil percobaan adalah sebagai berikut :
T2
No
g=
1.
dan
2
3
4
n
=1
n
2
n g 2 ()
g /8 17.4844 0.6759
n 1
g = ()
g
g
l (m)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Kemiringan
atau
gradien
grafik
disamping menunjukkan nilai dari
4 2
4 2
= gradien jika tan =
maka
g
g
4 2
=g
tan
31
X
X =
n
No
2
1 n X ()
X
dan X =
n
n 1
2
T2
4 2 l
g= 2
T
dan
1.
2 17.4844 0.6759
n g 2 ()
g /8
1
g =
n
n 1
2
3
4
g = ()
g
g
N
g
C.
Rangkuman
1. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah dan
besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak memiliki
arah. Besaran vektr contohnya Perpindahan, Kecepatan, Percepatan, Rapat arus
listrik, Medan listrik dan besarab sklara Jarak Kelajuan, Perlajuan, Tekanan,
Arus listrik, Massa, Usaha.
2. Vektor dituliskan dengan symbol
anak panah. Panjang anak panah
menunjukkan nilai vektor sedangkan tanda panah menyatakan arah vektor.
Notasi vektor dituliskan dengan cara Ditulis dengan huruf tebal, diberi tanda
panah contoh F, v .
3. Penjumlahan vektor Ada beberapa metode penjumlahan vektor tergantung pada
arah dan kedudukan vektor. Untuk melukiskan penjumlahan sejumlah vektor
digunakan dua metode yaitu metode poligon dan metode jajaran genjang.
4. untuk menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor Penjumlahan dan
pengurangan dua buah vektor (F1 dan F2) yang membentuk sudut
diselesaikan dengan rumus : R
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
32
F sin a
Vektor Resultan : sin = 1
dimana adalah sudut yang menunjukkan
R
arah Vektor Resultan
5. Menguraikan vektor dan perpaduan vektor.
Y
besar komponen vektornya adalah:
Fx = F. cos
Fy
F
Fy = F. sin
F = (Fx ) 2 + (Fy ) 2
Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY
= suduat antara F dan Fx
Fx
6. Perpaduan dua buah vektor atau lebih dengan analitis vektor. vektor komponen
X dan Y dari masing-masing vektor.
y
F2
Resultan vektornya
F2y
R=
F1y
F1
F2x
F1x
()
F
410.88
456.6898
460.08 3.96
456.6898
22.083
F + ()
2
F3
D. Tugas Kegiatan 2
d. 0,27100
b. 200,03
e. 2000
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
33
f.
20,00
26
d. 867,8 : 2,4
e. 789,487 - 25,3
4. luas kebun pak ahmat adalah 2000,65 m2, apabila panjang kebun tersebut
125 m, tentukan
a. Lebar kebun pak ahmad
b. Keliling kebun pak ahmad
5. satu buah kelereng
b. 5 AP,
c. 2 AP,
d. 5 AP,
e. 4 AP
d. 4
AP
2. a. 8,2 b. 2,8 x 102
3. 2,1. 103
c. 7,4 . 10-3
b. 814,73
c. 5,1
d. 5,0 . 103
d. 870,2
e. 764,2
4. 16,0 m
5. 3,1 . 102 cm3
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
34
IV. EVALUASI
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada huruf a, b, c, d atau e!
1.
2.
b.
c.
d.
e.
3.
4.
g.
h.
besaran skala adalah besaran yang ditentukan oleh besar dan arahnya
i.
besaran vektor adalah besaran yang ditentukan oleh besar serta arahnya
j.
d. 5
b. 3
e. 6
c. 4
5.
Dari pengukuran sebuah bidang didapatkan panjang 2,115 m dan lebarnya 2,1
m maka keliling bidang adalah .
a. 4,2 m
d. 8,43 m
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
35
e. 8,4300 m
c. 8,340 m
6.
7.
d. momentum
b. daya
e. kecepatan
c. gaya
8.
d. 9,61625 cm
(p =3,14) adalah .
d. 6
b. 4
e. 7
c. 5
12. Apabila hasil pengukuran massa sebuah benda 17.000 kilogram, jumlah angka
pentingnya adalah .
a. 2
d. 5
b. 3
e. 6
c. 4
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
36
d. momentum
b. daya
e. kecepatan
c. gaya
16. Dalam SI, satuan besaran kalor (panas) adalah
a. joule
(p =3,14) adalah .
d. 9,61625 cm2
d. 6
b. 4
e. 7
c. 5
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
37
d. 5
b. 3
e. 6
c. 4
21. Sebuah segempat mempunyai panjang sisi-sisi 8,0 cm, 12,5 cm. Luas dan
keliling segiempat tersebuat adalah .
a. 100 cm2 dan 41 cm
b. 1,00 .102 cm2 dan 41,0 cm
c. 100 cm2 dan 41,0 cm
d. 1,00 .102 cm2 dan 41 cm
e. 1,00 .102 cm2 dan 0, 41 102 cm
V. PENUTUP
Sampai di sini berarti Anda telah selesai mempelajari isi modul ini. Untuk itu
saya ucapkan selamat kepada Anda.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Kanginan. 2004. Fisika Untuk SMA Kelas X, jakarta : Erlangga.
Beiser, Athur. 1995, Applied Pshysics, New York : McGraw-Hill.Inc.
Halliday, D, Resnick, R. 1992, Fisika jilid 1, Jakarta : Erlangga.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
38
Modul Dinamika 2
I. PENDAHULUAN
A. Diskripsi
Assalamuaalikum Wr. Wb, apa kabar? Tentu baik, bukan? Itulah yang kami
harapkan selalu. Oh, ya, selamat Anda kini telah sampai pada modul 4 Fisika
Kelas X semester satu yang membahas tentang Dinamika Partikel 2. Modul ini
banyak membahas tentang sifat perilaku benda saat berinteraksi atau saling
bersentuhan dengan lainnya. Sifat tersebut dinyatakan dalam sebuah gaya
gesekan ini sangat mudah untuk Anda pahami bila Anda tekun mengkaji dan
rajin berlatih menyelesaikan soal-soal latihan.
Tentu Anda masih ingat pada materi modul dinamika partikel 1, bukan? Dalam
modul tersebut Anda telah mempelajari mekanika, yang mengkaji benda-benda
bergerak atau diam. Saat benda bergerak atau diam maka berlaku hukumhukum fisika yang disebut dengan hukum I, II, dan III Newton. Dalam modul ini
Anda akan mempelajari gaya gesekan dikaitkan dengan ketiga hukum tersebut.
Demikian juga kaitannya dengan konsep gerak lurus beraturan (GLB), gerak
lurus berubah beraturan (GLBB) dan gerak jatuh bebas.
Apakah yang akan Anda pelajari dalam gaya gesekan? Dalam gaya gesekan
Anda akan mempelajari gaya-gaya yang timbul akibat dua permukaan benda
yang saling bersentuhan baik pada bidang datar, bidang miring maupun bidang
tegak.
Modul dinamika partikel 2 ini berisi tiga kegiatan belajar, yaitu:
-
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami konsep gaya
gesekan secara utuh dan menyeluruh.
Bagaimana cara Anda mempelajari modul ini? Untuk lebih mudahnya ikuti
petunjuk penggunaan modul ini.
B. Prasyarat
Sebelum anda mempelajari tentang dinamika Partikel khususnya gaya
gesekan terlebih dahulu anda menguasai konsep Vektor, Kinematika gerak
Lurus dan dinamika partikel pada Hukum Newton I, II, dan III.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya
minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau
berhenti di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada
setiap kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap akhir kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. apabila anda belum menguasai 65 % materi tiap kegaitan, maka pelajari
lagi kegitan tersebut.
9. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
10. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir
D. Indikator hasil Belajar
1. Menjelaskan pengertian gaya berat dan gaya gesekan, serta contoh aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari
2. Menjelaskan konsep gaya sentripetal pada gerak melingkar beraturan
3. Melakukan analisa kuantitatif untuk persoalan-persoalan dinamika sederhana pada bidang
tanpa gesekan
E. Kompetensi
Standar Kompetensi
2. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem
diskret (partikel)
2.1. Menjelaskan Hukum Newton sebagai konsep dasar dinamika, dan
mengaplikasikannya dalam persoalan-persoalan dinamika sederhana
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda diharapkan dapat :
1. menjelaskan keuntungan dan kerugian akibat gaya gesekan.
B. Uraian Materi
1.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
Selain itu penggunaan minyak pelumas pada kendaraan bermotor juga dapat
diberikan pada poros-poros roda dan gir. Hal ini bertujuan agar gesekan pada
poros-poros roda dan gir dapat dikurangi.
Demikian pula baut dan mur yang digunakan sebagai pengikat bagian-bagian
mesin. Seandainya gaya gesekan antara mur dan bagian-bagian mesin yang
diikat kecil berarti pengikatnya tidak sempurna. Dampaknya bagian mesin yang
diikat itu akan mudah lepas sehingga mesin akan menjadi rusak.
Anda mungkin bertanya apakah gaya gesekan yang merugikan hanya terjadi
pada bagian-bagian mesin saja? Adakah gaya gesekan merugikan yang lain?
Tentu saja ada, dan masih banyak lagi. Coba Anda amati ketika Anda menulis di
atas kertas dengan menggunakan sebuah pensil. Perhatikan pensil Anda, mulamula pensil Anda runcing bukan? Tetapi setelah beberapa saat Anda
menggunakan pensil tersebut maka pensil Anda menjadi tumpul. Hal ini terjadi
akibat gesekan yang terjadi antara pensil dan kertas sehingga pensil Anda
menjadi
tumpul.
Kondisi serupa juga terjadi pada penghapus pensil yang terbuat dari karet.
Semakin sering Anda menggunakan penghapus pensil maka semakin cepat
penghapus pensil menjadi habis. Tentu saja ini disebabkan oleh gaya gesekan
yang
terjadi
antara
penghapus
pensil
dan
kertas.
Dalam kehidupan sehari-hari tentu masih banyak gaya gesekan yang terjadi
pada setiap benda baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Untuk
mengetahui pemahaman Anda tentang materi kegiatan belajar 2 ini, maka
kerjakanlah tugas kegiatan berikut ini.
C. Rangkuman
1. Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan apabila dua permukaan benda
saling bersentuhan. Hal ini terjadi karena adanya kekasaran dari
permukaan benda yang bersentuhan.
2. Gaya gesekan ditentukan oleh dua faktor yaitu massa benda dan koefisien
gesekan benda.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
3. Gaya gesekan dapat terjadi pada semua bidang permukaan yang meliputi
bidang datar, bidang miring dan bidang tegak.
4. Gaya gesekan mempunyai dua fungsi yang berbeda yaitu fungsi yang
mengun- tungkan dan fungsi yang merugikan bagi manusia.
5. Gaya gesekan dapat dibedakan menjadi dua yaitu gaya gesekan statik yang
bekerja pada benda tidak bergerak (diam) dan gaya gesekan kinetik yang
bekerja pada benda bergerak.
D. Uji Kompetensi 1
Silahkan Anda mengerjakan di buku latihan.
Sebutkan contoh kasus gaya gesekan yang menguntungkan dan yang
merugikan manusia serta berikan contohnya !
NO.
KASUS
KATEGORI
ALASAN
1.
Menguntungkan
2.
Merugikan
3.
....................
.............................
4.
...................................
....................
.............................
5.
...................................
....................
.............................
6.
...................................
....................
.............................
7.
...................................
....................
.............................
8.
...................................
....................
.............................
9.
...................................
....................
.............................
10. ...................................
....................
.............................
KASUS
KATEGORI
ALASAN
1. Gesekan alas
sepatu
2. Gesekan pada
mesin
Merugikan
3. Gesekan ban
mobil
4. Gesekan Head
radio
5. Gesekan pada
rem
6. Gesekan mur
baut
Mesinakan rusak
Pensil abis
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
9. Gesekan
penghapus
Merugikan
Penghapus habis
Menghambat laju pada
kendaraan kendaraan
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
III.KEGIATAN BELAJAR 2
Gesekan Dan Gerak Benda
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 diharapkan anda dapat :
1. Mendefinisikan gaya gesekan
2. Menghitung secara kuantitatif besar gaya gesekan di bidang datar,
miring dan tegak
B. Uraian Materi
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
Pernahkah Anda bertanya faktor atau besaran apa saja yang mempengaruhi
besarnya gaya gesekan itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, silahkan
Anda lakukan kegiatan berikut ini. Cobalah Anda dorong sebuah lemari di
rumah Anda. Dapatkah lemari tersebut bergerak? Tentu tidak bukan?
Mengapa lemari tersebut tidak bergerak? Ya, betul lemari yang didorong
dengan gaya F akan bergerak apabila gaya yang diberikannya lebih besar
dari gaya penghambat atau gaya gesekannya. Gaya yang menghambat
gerak lemari akan semakin besar apabila permukaan lantainya lebih kasar
sehingga akan diperlukan gaya dorong F lebih besar lagi agar lemari dapat
bergerak.
Kekasaran lantai atau permukaan suatu benda din yatakan dengan koefisien
gesekan. Besarnya koefisien gesekan sangat tergantung pada kekasaran dari
permukaan kedua benda yang saling bersentuhan. Selain itu gaya
penghambat atau gaya gesekan juga bergantung terhadap gaya normal yang
bekerja pada suatu benda.
Besarnya gaya normal yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan
gaya berat benda tersebut, perhatikan kembali gambar 2 di halaman dua
yang menggambarkan penguraian gaya-gaya yang bekerja pada suatu
benda. Mudah bukan? Sekarang silahkan Anda lanjutkan ke materi berikut
ini.
2.
Pada balok bekerja beberapa komponen gaya yang dapat Anda uraikan seperti
gambar di bawah ini. Anggap balok didorong oleh gaya F ke kanan.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 2
Bila benda belum bergerak (diam), maka pada benda berlaku hukum I Newton,
perhatikan persamaan berikut ini: , Anda dapat uraikan gaya tersebut dalam
arah sumbu x dan sumbu y, sehingga menjadi:
pada sumbu x
F fs = 0
Pada sumbu y
N = m.g
Untuk benda yang bergerak, berlaku hukum II Newton. Sehingga persamaan di
atas tidak berlaku untuk benda yang bergerak. Penurunan persamaannya dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Pada sumbu x
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
10
Modul Dinamika 2
N-W=0
N=W
N = mg
Keterangan : fk = gaya gesek kinetis (N)
F = gaya dorong (N)
N = gaya normal (N)
W = gaya berat (N)
a = percepatan benda (m/s2)
m = massa benda (kg)
Bagaimana, mudah bukan? Apabila Anda belum paham, pelajari kembali materi
tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat melanjutkan ke
materi berikut ini.
3.
Secara kualitatif persamaan gaya gesekan pada bidang miring dapat diuraikan
sebagai berikut.
Perhatikan gambar di bawah ini!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
11
Modul Dinamika 2
Ada dua kemungkinan gerak yang dialami balok di bidang miring tersebut, yaitu:
pertama, balok meluncur turun ke bawah dan kedua, balok naik ke atas jika
terdapat gaya dorong F yang mendorong balok naik ke atas.
Sekarang marilah kita bahas dua kemungkinan tersebut.
a.
Pada sumbu y :
b.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
12
Modul Dinamika 2
Pada sumbu y :
Keterangan:
f = gaya gesekan (N)
F = gaya dorong (N)
N = gaya normal (N)
w = gaya berat (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (10
g = percepatan gravitasi (10
)
)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
13
Modul Dinamika 2
Pada batu bekerja beberapa komponen gaya yang dapat Anda uraikan dengan
menggunakan hukum II Newton, seperti persamaan di bawah ini.
Pada sumbu x:
N - F = 0 atau
N=F
Sedangkan pada sumbu y :
f = mg - ma
Keterangan :
f = gaya gesekan (N)
F = gaya luar (N)
N = gaya normal (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
14
Modul Dinamika 2
Gaya gesekan di bidang tegak biasanya dialami oleh sebuah batu yang
meluncur turun jatuh dari sebuah bukit yang memiliki sudut kemiringan 900
atau tegak lurus bidang permukaan tanah datar. Agar batu tersebut dapat
bergesekan dengan dinding bukit maka umumnya pada batu bekerja gaya luar
yang menahan batu tersebut agar selalu menempel pada bukit. Bila Anda
analogikan sebuah bukit dengan sebuah dinding rumah maka gaya gesekan
yang terjadi di bidang tegak dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada batu bekerja beberapa komponen gaya yang dapat Anda uraikan dengan
menggunakan hukum II Newton, seperti persamaan di bawah ini.
Pada sumbu x:
N - F = 0 atau
N=F
Sedangkan pada sumbu y :
f = mg - ma
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
15
Modul Dinamika 2
Keterangan :
f = gaya gesekan (N)
F = gaya luar (N)
N = gaya normal (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (
D. Uji Kompetensi
Silahkan Anda mengerjakan di buku latihan.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
16
Modul Dinamika 2
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
17
Modul Dinamika 2
IV.
KEGIATAN BELAJAR 3
dinamika
B. Uraian materi
1. Jenis-jenis Gesekan
Pada kegiatan belajar 3 ini, Anda akan mempelajari hubungan antara gaya
gesekan dengan sifat-sifat benda dan lingkungannya. Disamping itu Anda
juga akan mempelajari hukum-hukum gaya sesuai hukum Newton yang
berlaku untuk gesekan antara dua buah permukaan benda yang saling
bersentuhan.
Perhatikan penguraian gaya-gaya pada sebuah balok kayu diam yang berada
di atas lantai seperti pada gambar di bawah ini.
Agar balok dapat bergerak, maka gaya dorong yang Anda berikan harus
lebih besar dari gaya geseknya yang menghambat balok kayu untuk tetap
diam. Pada kondisi ini, ada tiga kemungkinan yang terjadi pada balok kayu
yaitu: pertama, balok belum bergerak (diam) meskipun Anda telah
memberikan gaya dorong F terhadap balok kayu. Ini terjadi bila gaya dorong
yang Anda berikan jauh lebih kecil dari gaya hambatnya (geseknya). Kedua,
balok kayu tepat akan bergerak (mulai bergerak) jika besar gaya dorong F
sama dengan gaya hambatnya. Ketiga, balok kayu yang bergerak setelah
anda memberikan gaya dorong F yang jauh lebih besar gaya hambatnya.
Ketiga, balok kayu bergerak jika gaya dorong F yang bekerja pada balok
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
18
Modul Dinamika 2
<
, dimana
= nilai
(dibaca miu ka) adalah nilai koefisien gesekan kinetik yang dimiliki gaya
gesekan kinetik saat benda bergerak. Sedangkan
(dibaca miu es) adalah
nilai koefisien gesekan statik yang dimiliki gaya gesekan statik ketika benda
diam atau tepat saat akan bergerak.
Bagaimana mudah bukan? Apabila belum paham, pelajari kembali materi
tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat melanjutkan
ke materi berikut ini.
2. Koefisien Gesekan
Saat membahas kegiatan belajar 1, Anda telah dijelaskan bahwa
koefisien gesekan merupakan besaran yang menunjukkan tingkat kekasaran
permukaan suatu benda ketika kedua benda sedang bergesekan.
Secara matematis koefisien gesekan dirumuskan sebagai bilangan hasil
perbandingan antara besarnya gaya gesekan dengan besarnya gaya normal
suatu benda. Jadi nilai koefisien gesekan ditentukan oleh dua faktor yaitu
tingkat kekasaran kedua bidang sentuhnya dan gaya normal yang bekerja
pada benda tersebut.
Besarnya gaya normal yang bekerja pada suatu benda sebanding dengan
berat bendanya, sebab pada benda hanya bekerja gaya berat yang terdapat
di permukaannya. Sehingga secara matematis besarnya gaya normal sama
dengan gaya beratnya, N = w = m.g.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
19
Modul Dinamika 2
No.
Permukaan
1.
0,40
0,20
2.
0,74
0,57
3.
0,68
0,53
4.
0,70
0,40
5.
0,61
0,47
6.
1,00
0,80
Baik
maupun
fS = K N
Karena N = m.g, maka gaya gesekan statik dapat diuraikan menjadi
Keterangan :
fs = gaya gesekan statik (N)
= koefisien gesekan statik (N)
N = gaya normal (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (
g = 10
atau 9,8.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
20
Modul Dinamika 2
meja?
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 1,5 kg
= 0,15
g=
10
Ditanyakan :
a. N = ....?
b. Keadaan balok = .... ?
c. F = .... ?
d. f = .... ?
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
21
Modul Dinamika 2
Jawab:
Anda dapat menggunakan persamaan gaya gesekan statik di atas untuk
menjawab soal-soal tersebut.
a. N = m.g
N = 1,5 . 10
N = 15 N
b. Dari jawaban di atas N = 15 N, jika F = 1 5 N maka balok belum
bergerak (diam)
c. Balok saat akan bergerak
F = fs
F=
.N
F = 0,15 . 15
F = 2,25 N
d. fs =
.N
fs = 0,15. 15
fs = 2,25 N
2. Sebuah peti 25 kg diam di atas lantai datar yang kasar, untuk
menggerakkan peti itu dibutuhkan gaya 60N. Berapakah koefisien gesekan
statik antara lantai dan peti?
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 25 kg
F = 60 N
g=
10
= .?
Jawab :
Nilai koefisien gesekan yang Anda hitung merupakan nilai koefisien gesekan
maksimum karena hal ini terjadi pada benda yang akan bergerak (lihat
gambar di atas).
F = fs
F=
. mg
Bagaimana mudah bukan? Apakah Anda sudah paham? Bagi Anda yang
belum paham pelajari kembali contoh soal di atas. Untuk Anda yang sudah
paham, lanjutkanlah dengan mengerjakan soal latihan berikut. Ingat jangan
dulu melihat jawaban penyelesaian soal sebelum Anda mengerjakannya!
LATIHAN 3
Sebuah kubus massa 2,5 kg diletakkan di atas meja. Koefisien antara balok dan
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
22
Modul Dinamika 2
meja 0,50. Tentukanlah gaya tarik minimal pada balok supaya balok itu dapat
bergerak lurus beraturan.
Mudah bukan? Bila Anda telah menyelesaikan jawaban soal di atas, samakanlah
jawaban Anda dengan penyelesaian berikut ini.
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 2,5 kg
= 0,50
g=
10
Ditanyakan : F .....?
Jawab :
Anda dapat menghitung gaya tarik minimal F sama dengan gaya gesekan
statik maksimum.
F = Fs
F=
. Mg
F = 0,50 . 2,5.10
F = 12,5 N
Bagaimana mudah bukan? Apabila Anda belum paham, pelajari kembali
materi tersebut baik-baik. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat
melanjutkan ke materi berikut ini.
fk = k.N
Karena N = m.g, maka gaya gesekan kinetik dapat diuraikan menjadi
Keterangan :
fk = gaya gesekan kinetik (N)
N = gaya normal (N)
= koefisien gesekan kinetik (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
23
Modul Dinamika 2
g = 10
atau 9,8.
Contoh soal 2
1. Menentukan nilai koefisien gesekan kinetik.
Sebuah balok aluminium yang bermassa 5 kg terletak di atas lantai yang
kasar. Balok tersebut didorong oleh gaya 50N sehingga terjadi gaya
gesekan sebesar 30N. Tentukanlah koefisien gesekan kinetik balok dan
bidang!
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 5 kg
F = 50 N
fk = 0,15
g=
Ditanyakan :
10
= .... ?
Jawab:
Anda dapat menghitung koefisien gesekan kinetik dengan persamaan di
atas!
fk =
fk =
30 =
.N
. mg
.5.10
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
dan
= 0,15
24
Modul Dinamika 2
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 5 kg
a=
g=
=
0,2
9,8
0,15
Ditanyakan : fk = .... ?
Jawab :
Dengan menggunakan hukum II Newton komponen-komponen gaya yang
bekerja pada balok dapat Anda uraikan:
Persamaan :
fk = - ma
fk = -5 . 0,2
fk = -1 N
Nilai gaya gesekan negatif karena melawan gerak benda.
Jika Anda memahami hukum II Newton, maka soal nomor 2 di atas akan
terasa sangat mudah. Sekarang marilah Anda lanjutkan dengan
mempelajari contoh berikutnya.
3. Menentukan besar perpindahan benda.
Sebuah benda bermassa 4 kg bergerak di atas bidang datar kasar yang
mempunyai koefisien gesekan 0,2. Tentukan perpindahan yang ditempuh
oleh benda sampai berhenti, diketahui kecepatan awal benda 10
Penyelesaian :
Diketahui :
m = 4 kg
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
25
Modul Dinamika 2
0,2
Ditanyakan : s = .... ?
Jawab :
Anda uraikan komponen gaya yang bekerja pada benda terlebih dahulu.
- fx = Ma
-
N=
Ma
mg = ma sehingga
, maka
-0,2 . 10 = A
-2 = A
a=
-2
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
26
Modul Dinamika 2
Penyelesaian :
Diketahui :
mA = 2 kg
mB = 4 kg
g=
=
10
0,2
Ditanyakan : a = .... ?
Jawab :
Anda uraikan komponen gaya yang bekerja pada benda terlebih dahulu.
Perhatikan gambar di bawah!
Gunakan hukum II Newton pada benda A, hitung TA.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
27
Modul Dinamika 2
(ingat: gaya searah gerak benda positif dan berlawanan negatif. Lihat
kembali modul dinamika partikel 1)
Apakah Anda sudah paham? Bagi Anda yang belum paham pelajari kembali
contoh soal di atas. Untuk Anda yang sudah paham, lanjutkanlah
mempelajari contoh soal berikutnya.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
28
Modul Dinamika 2
5. Menentukan gaya gerak, koefisien gesekan dan gaya normal pada benda
yang ditarik sebuah tali.
Sebuah kotak 50N ditarik oleh sebuah gaya 25N di atas lantai kasar dengan
laju yang tetap. Tentukanlah (a) gaya gesekan yang menghambat benda
itu, (b) gaya normal benda itu, dan (c) koefisien gesek.
Penyelesaian :
Diketahui :
W = 50 N
F = 25 N
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
29
Modul Dinamika 2
Apakah Anda sudah paham? Bagi Anda yang belum paham pelajari
kembali contoh soal di atas. Untuk Anda yang sudah paham lanjutkan
mempelajari contoh soal berikut.
6. Dua balok masing-masing 50N dihubungkan dengan seutas tali melalui
katrol pada sebuah bidang miring seperti terlihat pada gambar. Kedua
bidang mempu nyai koefisien gerak kinetik 0,2.
Bila gesekan dengan katrol dan massa tali diabaikan, hitunglah percepatan
linear sistem! (g = 10
Penyelesaian :
Diketahui :
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
30
Modul Dinamika 2
Ditanya : a = ... ?
Jawab:
Perhatikan gambar di bawah ! Anda uraikan komponen gaya yang bekerja
pada benda terlebih dahulu.
Gunakan hukum II Newton
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
31
Modul Dinamika 2
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
32
Modul Dinamika 2
Apakah Anda sudah paham? Pelajari kembali contoh soal di atas bila Anda
belum paham. Bagi Anda yang sudah paham Anda dapat melanjutkan
mengerjakan latihan soal berikut ini. Ingat jangan dulu melihat jawabannya
sebelum Anda kerjakan!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
33
Modul Dinamika 2
LATIHAN 4
1. Sebuah benda bermassa 2 kg bergerak di atas bidang datar kasar yang
mempunyai koefisien gesekan 0,3. Tentukan perpindahan yang ditempuh
oleh benda sampai berhenti, diketahui kecepatan awal benda 15
!
Apabila Anda telah selesai mengerjakannya, samakanlah pekerjaan Anda
dengan jawaban di bawah ini.
Penyelesaian:
Dketahui:
m = 2 kg
=
g=
0,3
10
= 15
=
Ditanyakan: S = .?
Jawab:
a=
.g
a = -0,3 . 10
a=
-3
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
34
Modul Dinamika 2
Apakah jawaban Anda sama seperti jawaban di atas? Jika ya, berarti Anda
benar. Apabila jawaban Anda belum benar, pelajari kembali materi tersebut
sampai Anda paham betul. Bagi Anda yang menjawab dengan benar,
selamat atas keberhasilan Anda. Untuk mengetahui pemahaman Anda
tentang materi kegiatan belajar 3 di atas, maka kerjakan tugas kegiatan
berikut ini.
C. Rangkuman
1.
2.
3.
a=
T
2).
( m1 m 2 )
( m1 + m 2 )
W1 W2
m2
m1
W1
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
a=
m 1g
( m1 + m 2 )
35
Modul Dinamika 2
4.
(m 2 m1 sin )g
( m1 + m 2 )
a=
a=
Katrol majemuk
N
T
a
W2
W1
a=
a
T
T
W3
()
m 3
m1 g 247.68 340.1698 3.96 14.64 /7 15.8867 0.74
()
/7
0.7437 0 0 1 264.12 326.6098 ()
m1 + m
m3
2 +15.8867
atau T = m3 (a - g)
D. Tugas
Bentuklah kelompok diantara rombongan belajar anda, kemudian
diskusikanlah mengapa dan bagaimana permaianan tong setan bisa
dilakukan.
E. Uji Kompetensi
Petunjuk : Silahkan Anda mengerjakan di buku latihan.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
36
Modul Dinamika 2
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
37
Modul Dinamika 2
2.
3.
4.
5.
V. EVALUASI
1. truk dalam keadaan kosong bermassa 32.000 kg, mempunyai percepatan 1,5
m/s2, hitunglah percepatan maksimum truk tersebut jika membawa muatan 8.000
kg jika gaya gesekan antara roda dan aspal 10 N
2. Sebuah mobil bermassa 500 kg melaju dengan kecepatan 20 ms-1, jika gaya
gesekan antara ban dan aspal 50 N, maka besar gaya mendatar yang diperlukan
untuk menghentikan mobil tersebut di halte yang berjarak 100 m, adalah .
3. Sebuah mobil memiliki massa 1500 kg, bergerak dengan kecepatan 72 km/jam,
ketika mobil tersebut direm dengan gaya konstan mobil berhenti dalam waktu 10
s. Maka besar gaya pengereman yang bekerja adalah .
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
38
Modul Dinamika 2
m1
m2
F
6. Sebuah benda berada pada bidang miring yang memiliki koefisien gesekan
kinetis 0,2 di A yang jaraknya 0,5 m dari B (kaki bidang miring). Ternyata
kecepatan benda setelah meluncur hingga di B adalah 5 m/s, g = 10 m/s2. Maka
besarnya sudut kemiringan antara bidang dengan arah mendatar adalah .
7. Benda pada bidang miring (seperti pada gambar di atas) massa benda 2 kg, g =
10 m/s2, didorong dengan gaya F (mendatar) maka besar percepatan yang timbul
pada benda serta arahnya adalah . (Sin 37o = 0,6)
8. Sebuah kotak ditarik ke atas bidang miring tanpa gesekan dengan kemiringan
30o dan disusun seperti gambar di atas. Massa kotak 200 kg, g = 10 m/s2.
Tegangan masing-masing tali 350 N. Gesekan antara bidang dan kotak
diabaikan, maka percepatan kotak tersebut adalah .
VI.
PENUTUP
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
39
Modul Dinamika 2
= baik
70% - 79%
= cukup
- 69%
= kurang
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
40
Modul Dinamika 2
DAFTAR PUSTAKA
Agus Taranggono, dkk, Sains Fisika 1A; Bumi Aksara, Jakarta: 2000.
Budikase, E., Kertiasa, Nyoman, Fisika 2 Untuk Sekolah Menengah Umum,
1994.
Bernard S. Cayne, Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 1, Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 1958.
Bob Foster, Terpadu Fisika 1A; Erlangga, Jakarta: 2000.
Budi Prasodjo, Ir, Soal dan Penyelesaian Fisika SMU Ebtanas dan UMPTN;
Erlangga, Jakarta: 1999.
David Bergamini, Alam Semesta, Jakarta: Pustaka Life, Tira Pustaka,1997.
Dedi Hidayat, S.Si, Prinsip-prinsip Fisika 1A mencakup 700 soal-soal;
Yudhistira, Jakarta: 200.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), Kurikulum Sekolah Menengah Umum 1994,
Jakarta, 1993.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soal-soal Evaluasi Tahap Akhir
Nasional.
Didik Asmiarto, Zaenal Abidin, Panduan Belajar Kelas 1 SMU Fisika;
Lembaga Pendidikan Primagrama, Yogyakarta: 2000.
Halliday, Resnick, Fisika Jilid 1, 2, Terjemahan, Erlangga.
Ir. Drs. Hasan Wiladi & Drs. kamajaya, M.Sc., Fisika untuk SMU Kelas 2 Jilid
2 B, Grafindo Media Pratama, Jakarta, 1994.
Kanginan, Marten., Fisika 2000 2A, 2B, Penerbit Erlangga,1999.
K. Kamanjaya,Djartiman, Panduan Menguasai Fisika 1, Ganeca, Bandung:
2000.
Mitsuishi, Iwao, Electronics and Energi (Terjemahan), Jakarta: PT. Tira
Pustaka, 1982.
R.C. Sudiono, Fisika Sekolah Menengah Umum 1; Regina, Bogor: 2002.
Surya, Yohanes, Olimpiade Fisika 2A, 2B, 2C Jakarta: PT. Primatika Cipta
Ilmu, 1997.
Supiyanto, Fisika untuk SMU Kelas 1. Erlangga, Jakarta: 2002.
Tanudidjaja, Moh. Mamur, Ilmu Pengaetahuan Bumi dan Antariksa Untuk
Sekolah Menengah Umum, Balai Pustaka, 1994.
Yohanes Surya, Olimpiade Fisika Teori dan Latihan Fisika Menghadapi
Masa Depan,Kelas 1B. PT Primatika Cipta Ilmu, Jakarta: 1987.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
41
Modul Dinamika 2
Young, Hugh D., & Freedman, Roger A., University Physics, Addison Wesley,
New York: Longman Inc., 2002
Yudha (editor), Cipta Science Team, Panduan dan Pembahasan Lengkap
Ebtanas Fisika Tahun 1986 s.d Tahun Terbaru untuk SMU IPA Lulus
NEM Fisika Tinggi, Yustadi. Jakarta 1999.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
42
Modul Kinematika
I.
A.
PENDAHULUAN
Diskripsi
Assalamualaikum Wr wb, senang sekali bisa bertemu lagi melalui modul
ini. Pertama kali, saya ucapkan selamat, Anda telah menyelesaikan modul
pertama, sekaligus selamat datang pada modul kedua. Pada modul ini saya
akan mengajak Anda untuk mempelajari sesuatu yang menarik, juga sangat
penting dalam perkembangan dan kemajuan Fisika. Menarik karena isi modul
dekat dengan pengalaman sehari-hari Anda, penting karena apa yang
dibicarakan dalam modul ini menjadi dasar dari perkembangan Fisika
selanjutnya.
Kinematika adalah cabang Fisika yang mempelajari gerak benda tanpa
mempersoalkan penyebab gerak itu. Bila Anda ingin tahu mengapa suatu
benda bergerak, Anda harus sabar, sebab itu baru akan dijelaskan pada
modul berikutnya.
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari gerak benda dalam lintasan lurus
yang disebut gerak lurus. Besaran-besaran Fisika yang telah Anda pelajari
pada modul pertama seperti jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan dan
percepatan akan Anda jumpai kembali, bahkan Anda akan melihat bagaimana
hubungan atau kaitan antara besaran-besaran tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa cepatkah gerak sebuah perahu layar
yang ditiup angin untuk sampai ke tengah laut; seberapa cepat buah kelapa
saat jatuh ke tanah dari pohonnya seberapa tinggi Anda dapat melempar bola
tegak ke udara; berapa lama waktu yang dibutuhkan bola itu sampai di
ketinggian tersebut dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sejenis, Anda akan
temukan jawabannya pada modul ini.
Tentu saja tidak hanya itu. Masih banyak hal lain yang dapat Anda pelajari
dalam modul ini. Apa yang diuraikan dalam modul ini merupakan hukumhukum Fisika yang berlaku untuk semua benda yang bergerak lurus. Baik
yang Anda jumpai dalam peristiwa-peristiwa alam seperti diutarakan di atas,
maupun gerak alat-alat transportasi seperti sepeda, mobil, pesawat udara
bahkan roket.
Pada modul ini juga disajikan kegiatan laboratorium untuk menunjang
pemahaman Anda akan materi yang diuraikan. Kegiatan praktikum bisa
dilakukan dengan bantuan guru anda atau dengan menggunakan praktikum
virtual yang tersedia pada jaringan internet di SMA Batik 1 Surakarta. Anda
juga bisa menambah pemahaman anda melalui jaringan internet yang ada
disekolah semisal www.sebarin.com, www.e-dukasi.net atau web-web
penyedia materi dan latihan soal Fisika.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
B. Prasyarat
Untuk mempelajari modul ini terlebih dahulu anda harus menguasai dan
tuntas pada modul 1 dan 2 tentang konsep besaran satuan dan Vektor.
Dalam modul ini banyak teori besaran dan vektor yang digunakan
didalamnya.
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya
minimal satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau berhenti
di tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau
kegiatan belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada setiap
kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah langakah langkah atau alur dalam setiap contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan tes Uji kemampuan pada setiap kegaiatan belajar sesuai
kemampuan anda. Cocokan jawaban anda dengan kunci jawaban yang
tersedia pada modul dan jika perlu lakukan penghitungan skor hasil
belajar anda.
8. ulangi kegiatan 2 sampai dengan 6 pada setiap kegiatan belajar hingga
selesai.
9. kerjakanlah Soal soal Evaluasi Akhir
D. indikator hasil belajar
1.
2.
3.
4.
Menyimpulkan
karakteristik
gerak
lurus
beraturan
(GLB)
melalui
(GLBB)
Menyimpulkan karakteristik
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
7.
8.
9.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat :
1.
2.
3.
4.
5.
B. URAIAN MATERI
Jarak dan Perpindahan
Bayangkan Anda berada di pinggir jalan lurus dan panjang. Posisi Anda saat itu
di A.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
Vrata-rata= S
t
Vrata - rata =
S
t
Keterangan:
=
s=
s =
t =
Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan maupun kecepatan senantiasa berubahubah karena berbagai sebab. Misalnya jalanan yang tidak rata. Oleh karenanya
kita dapat mengartikan kelajuan dan kecepatan pada dua persamaan di atas
sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata.
Contoh:
1. Budi berlari ke Timur sejauh 20 m selama 6 s lalu balik ke Barat sejauh 8 m
dalam waktu 4s. Hitung kelajuan rata-rata( ) dan kecepatan rata-rata Budi
( )
Penyelesaian:
Kelajuan rata-rata
vrata rata =
X
t
vrata rata =
28
= 2,8ms 1
10
20 + 8
6+4
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
S 20 8
=
t
6+4
12
=
= 1,2ms 1
10
v rata rata =
v rata rata
Contoh:
2. Adam berlari di jalan lurus dengan kelajuan 4 m/s dalam waktu 5 menit, lalu
berhenti selama 1 menit untuk kemudian melanjutkan larinya. Kali ini dengan
kelajuan 5 m/s selama 4 menit. Berapakah kelajuan rata-rata Adam?
Penyelesaian:
s1 = 4 m/s x 5 menit x 60 s/menit = 1.200 m.
s2 = 5 m/s x 4 menit x 60 s/menit = 1.200 m.
Jarak total yang ditempuh Adam:
s
= s1 + s2
= 2400 m
v rata rata =
X
t
2400
600
Contoh:
3. Amri lari pagi mengelilingi lapangan berbentuk empat persegi panjang
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
t = 1 menit = 60 s
a. Jarak yang ditempuh Amri:
s
= 10 putaran
= 10 x 30
= 300 m
b. Perpindahan Amri:
s = nol,
sebab Amri berlari tepat 10 putaran, sehingga posisi awal Amri = posisi
akhirnya.
c. Kelajuan rata-rata:
v rata rata =
X
t
v rata rata =
100 5 1
= ms
60 3
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Kinematika
d. Kecepatan rata-rata:
S
t
0
=
= 0ms 1
60
v rata rata =
v rata rata
Tiga contoh soal di atas, mudah-mudahan dapat Anda pahami. Bila belum,
kembalilah membacanya sekali lagi. Setelah itu coba kerjakan soal berikut.
Soal:
Sebuah mobil mengelilingi lintasan lingkaran berjari-jari 100 m. Bila dalam
waktu 5 menit mobil itu melakukan 5 1/2 putaran, hitung kelajuan rata-rata dan
besar kecepatan rata-ratanya!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
10
Modul Kinematika
a=
atau
v 2 v1
t
a = perlajuan rata-rata (
atau
a=
v 2 v1
t
= percepatan rata-rata (
Contoh:
1. Sebuah perahu didayung sehingga melaju dengan percepatan tetap 2
.
Bila perahu bergerak dari keadaan diam, tentukan kecepatan perahu setelah
perahu bergerak selama:
a. 1 s
b. 2 s
c. 3 s
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
11
Modul Kinematika
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
12
Modul Kinematika
Tentu saja satuan jarak adalah satuan panjang, bukan satuan luas. Berdasarkan
gambar 1.7 di atas, jarak yang ditempuh benda = 15 m.
Cara lain menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan persamaan
GLB. Telah Anda ketahui bahwa kecepatan pada GLB dirumuskan:
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
13
Modul Kinematika
atau
s = v . t (Persamaan GLB)
Keterangan:
s = jarak tempuh (m)
v = kecepatan (m/s)
t = waktu tempuh (s)
Persamaan GLB di atas, berlaku bila gerak benda memenuhi grafik seperti pada
gambar 1.8. Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada saat t = 0 s, maka v = 0.
Artinya, pada mulanya benda diam, baru kemudian bergerak dengan kecepatan
5 m/s. Padahal dapat saja terjadi bahwa saat awal kita amati benda sudah
dalam keadaan bergerak, sehingga benda telah memiliki posisi awal so. Untuk
keadaan ini, maka persamaan GLB sedikit mengalami perubahan menjadi,
s = so + v.t
Dengan so menyatakan posisi awal benda dalam satuan meter. Kita akan
kembali ke sini setelah Anda ikuti uraian berikut.
Di samping grafik v - t di atas, pada gerak lurus terdapat juga grafik s-t, yakni
grafik yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu tempuh
(t) seperti pada gambar 1.9 di bawah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
14
Modul Kinematika
Contoh:
1. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tetap 36 km/jam. Berapa
meterkah jarak yang ditempuh mobil itu setelah bergerak 10 menit?
Penyelesaian:
Anda ubah dulu satuan-satuan dari besaran yang diketahui ke dalam sistem
satuan SI.
Diketahui:
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
15
Modul Kinematika
t = 10 menit = 10 x 60 s = 600 s
s = v.t = 10 x 600 = 6.000 m = 6 km
Kini, kita kembali kepada apa yang telah kita bicarakan sebelum kita membahas
Grafik s - t untuk GLB ini. Untuk itu kita butuh contoh.
Contoh:
2. Gerak sebuah benda yang melakukan GLB diwakili oleh grafik s - t di bawah.
Berdasarkan grafik tersebut, hitunglah jarak yang ditempuh oleh benda itu
dalam waktu:
a. 3 s
b. 10 s
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
16
Modul Kinematika
a. s (t)
s (3s)
= so + v.t
=2+4x3
= 14 m
b. s (t)
s (10s)
= so + v.t
= 2 + 4 x 10
= 42 m
Ticker Timer
Ticker timer atau mengetik waktu, biasa digunakan di laboratorium fisika untuk
menyelidiki gerak suatu benda (Gambar 11.a). Pita ketik pada ticker timer
merekam lintasan benda yang bergerak misalnya mobil mainan bertenaga
bataerai (Gambar 11.b) berupa serangkaian titik-titik hitam disebut dot pada
pita tersebut (Gambar 12). Jarak antara dot tersebut menggambarkan
kecepatan gerak benda (Gambar 13). Selain itu pita ketik pada ticker time juga
dapat menunjukkan apakah gerak suatu benda itu dipercepat, diperlambat atau
justru bergerak dengan kecepatan tetap (Gambar 14).
11.a
11.b
11.a Pita tiker timer yang dihubungkan dengan mobil bertenaga batery
11.b hasil rekaman tiker timer
Gambar 1.12: Rekaman gerak benda pada pita ketik ticker timer
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
17
Modul Kinematika
Gambar 1.14: gerak benda (a) dipercepat (b) diperlambar (c) kecepatan tetap
Interval waktu antara dua dot terdekat atau pada pita ketik sebuah ticker timer
selalu tetap, yaitu 1/50 sekon atau 0,02 s. Berdasarkan hal ini kita dapat
menentukan kelajuan atau besar kecepatan rata-rata suatu benda. Langkahlangkahnya sebagai berikut. Pertama, ambil rekaman pita ketik suatu benda
yang ingin kita selidiki kecepatan rata-ratanya. Guntunglah pita ketik tersebut
untuk sebelas dot berturut-turut (Gambar 15). Jarak dari dot pertama sampai
dot kesebelas ditempuh dalam waktu 10 x 0,02 s = 0,2 s.
18
Modul Kinematika
C. Rangkuman
Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang
Fisika yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya.
Besaran-besaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan
perpindahan, kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.
Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan
merupakan besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor.
Besaran-besaran kinematika ini berkaitan satu sama lain.
Gerak lurus pada modul ini, dibedakan atas gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada GLB benda bergerak dengan
kecepatan tetap, sedangkan pada GLBB benda bergerak dengan percepatan
tetap.
Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Bila
perubahan kecepatan benda semakin melambat, percepatannya berharga
negatif dan disebut perlambatan.
Gerak lurus baik GLB maupun GLBB dapat diwakili oleh grafik s-t dan grafik
v-t. Dari grafik s-t, GLB kita dapat menentukan kecepatan rata-rata. Dari
grafik v-t kita dapat menghitung jarak yang ditempuh benda dengan cara
menghitung luas daerah di bawah kurva.
Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB
pada lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan
vertikal terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke
bawah dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaanpersamaan yang kita bicarakan di atas.
Persamaan GLB,
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
19
Modul Kinematika
D. Uji
Kompentensi
Petunjuk
Tutuplah semua buku termasuk modul ini. Yakinkan diri Anda bahwa Anda
mampu mengerjakan tugas ini. Sebab Anda telah memahami uraian di atas.
Tidak dibutuhkan alat bantu khusus untuk mengerjakan tugas ini. Tidak juga
kalkulator. Kerjakan soal ini dalam waktu 30 menit. Mulailah dari nomor 1
berurut ke nomor di bawahnya hingga nomor terakhir. Cocokkan jawaban
Anda dengan kunci tugas di akhir modul.
1. Sebutkan perbedaan antara jarak dan perpindahan!
2. Sebuah benda mula-mula diam di titik P, lalu bergerak ke titik R melalui
Q seperti pada gambar di bawah. Setelah sampai di R benda kembali ke
Q dan berhenti di sana.
Tentukan yang manakah yang merupakan jarak tempuh benda dan yang
mana pula yang merupakan perpindahan benda!
3. Apa perbedaan antara kelajuan dan kecepatan?
4. Siti berlari sepanjang lintasan lurus. Mula-mula jarak 100 m ditempuhnya
dalam waktu 20 s, 100 m kedua 25 s dan 100 m ketiga 35 s. Hitung
kelajuan rata-rata Siti dalam menempuh keseluruhan jarak di atas.
5. Sebuah mobil bergerak sepanjang lintasan lurus, mula-mula dengan
kelajuan 4 m/s selama 10 s lalu berubah menjadi 8 m/s selama 5 s dan
berubah lagi menjadi 10 m/s selama 5 s pula. Berapakah kelajuan ratarata mobil itu selama 20 s pertama?
6. Pada sebuah garis lurus, sebuah benda mula-mula berada di A lalu
bergerak ke kanan menuju C seperti pada gambar di bawah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
20
Modul Kinematika
12.Sebuah perahu bergerak di lautan dalam lintasan garis lurus. Jarak 180
m ditempuh perahu itu dalam waktu 1 menit. Bila perahu bergerak
dengan kelajuan tetap, berapakah jarak yang ditempuh perahu dalam
waktu 1 jam?
13.Untuk gambar di bawah, berapakah jarak yang ditempuh oleh benda
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
21
Modul Kinematika
dalam waktu 8 s?
4. Kelajuan rata-rata =
5. t1 = 10 s
t2 = 5 s
t3 = 5 s
m/s
v1 = 4 m/s
v2 = 8 m/s
v1 = 10 m/s
Kelajuan rata-rata: v =
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
s1 = 40 m
s2 = 40 m
s3 = 50 m
= 6,5 m/s
22
Modul Kinematika
6. v = 0,5 m/s
7. 5 sekon
8.
a=
9.
10.
11.
12.
13.
F. Kegiatan Laboratorium
Cobalah Anda lakukan eksperimen untuk menentukan batas kecepatan rata-rata
berbagai benda menggunakan ticker timer seperti uraian di atas. Mintalah
bantuan guru adar dapat melakukan hal tersebut.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
23
Modul Kinematika
B. URAIAN MATERI
1. Konsepsi Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam lintasan garis
lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah bahwa dari waktu
ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin cepat. Dengan kata
lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB juga dapat berarti bahwa
dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lambat hingga akhirnya
berhenti. Dalam hal ini benda mengalami perlambatan tetap. Dalam modul ini,
kita tidak menggunakan istilah perlambatan untuk gerak benda diperlambat. Kita
tetap saja menamakannya percepatan, hanya saja nilainya negatif. Jadi
perlambatan sama dengan percepatan negatif.
Contoh sehari-hari GLBB adalah peristiwa jatuh bebas. Benda jatuh dari
ketinggian tertentu di atas. Semakin lama benda bergerak semakin cepat.
Kini, perhatikanlah gambar 2.1 di bawah yang menyatakan hubungan antara
kecepatan (v) dan waktu (t) sebuah benda yang bergerak lurus berubah
beraturan dipercepat.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
24
Modul Kinematika
Besar percepatan benda,
atau
a.t = vt - vo
kita dapatkan,
Persamaan kecepatan GLBB
vo = kecepatan awal (m/s)
vt = kecepatan akhir (m/s)
a = percepatan (
)
t = selang waktu (s)
Perhatikan bahwa selama selang waktu t (pada kegiatan lalu kita beri simbol t),
kecepatan benda berubah dari vo menjadi vt sehingga kecepatan rata-rata benda
dapat dituliskan:
karena
25
Modul Kinematika
Vrata- rata=
S
, maka
t
atau
Bagaimana? Dapat diikuti? Ulangi lagi penalaran di atas agar Anda benar-benar
memahaminya. Bila sudah, mari kita lanjutkan!
Bila dua persamaan GLBB di atas kita gabungkan, maka kita akan dapatkan
persamaan GLBB yang ketiga (kali ini kita tidak lakukan penalarannya).
Persamaan ketiga GLBB dapat dituliskan:
Persamaan kecepatan sebagai fungsi
jarak
Contoh:
1. Benda yang semula diam didorong sehingga bergerak dengan percepatan
tetap 3
.
Berapakah besar kecepatan benda itu setelah bergerak 5 s?
Penyelesaian:
Awalnya benda diam, jadi vo = 0
a=3
t=5s
Kecepatan benda setelah 5 s:
vt = vo + a.t
=0+3.5
= 15 m/s
Contoh:
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
26
Modul Kinematika
2. Mobil yang semula bergerak lurus dengan kecepatan 5 m/s berubah menjadi
10 m/s dalam waktu 6 s. Bila mobil itu mengalami percepatan tetap,
berapakah jarak yang ditempuh dalam selang waktu 4 s itu?
Penyelesaian:
vo = 5 m/s
vt = 10 m/s
t=4s
Untuk dapat menghitung jarak kita harus menggunakan persamaan kedua
GLBB. Masalahnya kita belum mengetahui besar kecepatan a. Oleh karenanya
terlebih dahulu kita cari percepatan mobil dengan menggunakan persamaan
pertama GLBB.
vt
10
10 - 5
a
=
=
=
=
=
vo + a.t
5+a.4
4a
5/4
1,25
Setelah dapat percepatan a, maka dapat dihitung jarak yang ditempuh mobil
dalam waktu 4 s:
s
= 5 x 4 + x 1,25 x 4
= 20 + 10
= 30
Contoh:
3. Sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan 72 km/jam mengalami
pengereman sehingga mengalami perlambatan 2
. Hitunglah jarak yang
ditempuh mobil sejak pengereman sampai berhenti!
Penyelesaian:
Karena pada akhirnya mobil berhenti, berarti kecepatan akhir vt=0.
vo = 72 km/jam = 20 m/s (coba buktikan sendiri)
a=-2
(tanda negatif artinya perlambatan)
Kita gunakan persamaan ketiga GLBB:
0=
=
s=
=
20 + 2 . (-2) . s
400 - 4 s
400 / 4
100 meter
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
27
Modul Kinematika
Contoh:
4. Benda yang bergerak lurus berubah beraturan diwakili oleh grafik v - t di
bawah.
Tentukan:
a. Percepatan rata-rata!
b. Jarak yang ditempuh selama 10 s.
Penyelesaian:
Dari grafik di atas kita ketahui:
vo = 2 m/s
vt = 6 m/s
t = 10 m/s
sehingga dapat kita hitung besar percepatan rata-rata benda:
a = (6-2) / 10
a = 0,4
Jarak yang ditempuh oleh benda dalam waktu 10 s dapat kita hitung dalam 2
cara.
Cara 1:
Kita gunakan persamaan kedua GLBB:
s
= 2 . 10 + . 0,4 . 10
= 20 + 20
= 40 meter
Cara 2:
Kita hitung luas di bawah kurva grafik v - t, yaitu luas daerah yang diarsir.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
28
Modul Kinematika
Contoh:
5. Mobil yang bergerak GLBB diwakili oleh grafik v - t seperti pada gambar di
bawah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
29
Modul Kinematika
sebagai berikut.
Cara 1:
Jarak yang ditempuh selama 3 jam pertama (GLB)
Diketahui:
v = 30 km/jam
t = 3 jam
s1 = v.t
s1 = 30 km/jam x 3 jam
s1 = 90 km
Jarak yang ditempuh selama 2 jam berikutnya (GLBB)
Diketahui:
vo = 30 km/jam
vt = 0
t = 2 jam
Karena mobil yang semula bergerak kemudian berhenti, maka mobil
mengalami percepatan negatif yang kita sebut perlambatan. Besar
perlambatannya kita hitung dengan menggunakan persamaan GLBB pertama,
yaitu:
vt = vo + a.t
0 = 30 + a . 2
2a = - 30
a = - 30/2 = - 15 km/jam
Jarak yang ditempuh mobil selama 2 jam terakhir kita hitung dengan
menggunakan persamaan GLBB kedua,
s2
s2
s2
s2
=
=
=
=
vo.t + a.t
30 . 2 + (-15) . 2
60 - 30
30 km
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
30
Modul Kinematika
Gambar 2.3: Pita ketik mobil mainan yang bergerak pada bidang miring.
Anda tentu masih ingat bahwa interval waktu antara dua dot terdekat adalah
0,02 s sehingga interval waktu untuk 10 dot berturut-turut adalah 0,2 s. Untuk
mengukur percepatan mobil mainan, kita harus menentukan terlebih dahulu
kecepatan awal dan kecepatan akhir mobil mainan untuk selang waktu tertentu.
Misalkan saja selang waktu tersebut adalah selang waktu untuk menempuh 50
dot atau 5 x 10 dot berturut-turut sehingga lamanya waktu tersebut adalah t=1
s.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
31
Modul Kinematika
akhir v1 = S1 / t. Perubahan kecepatan ini terjadi setelah mobil mainan
menempuh 50 dot berturut-turut atau t = 1 s, sehingga percepatan mobil
mainan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan: a = (vt - vo ) / t
C. Rangkuman
Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang Fisika
yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya. Besaranbesaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan perpindahan,
kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.
Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan merupakan
besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor. Besaran-besaran
kinematika ini berkaitan satu sama lain.
Gerak lurus pada modul ini, dibedakan atas gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB). Pada GLB benda bergerak dengan
kecepatan tetap, sedangkan pada GLBB benda bergerak dengan percepatan
tetap.
Percepatan diartikan sebagai perubahan kecepatan per satuan waktu. Bila
perubahan kecepatan benda semakin melambat, percepatannya berharga negatif
dan disebut perlambatan.
Gerak lurus baik GLB maupun GLBB dapat diwakili oleh grafik s-t dan grafik v-t.
Dari grafik s-t, GLB kita dapat menentukan kecepatan rata-rata. Dari grafik v-t
kita dapat menghitung jarak yang ditempuh benda dengan cara menghitung luas
daerah di bawah kurva.
Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB pada
lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan vertikal
terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah
dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaan-persamaan yang kita
bicarakan di atas.
Persamaan GLBB,
1. Pada lintasan datar.
vt =
s=
vt =
D.
vo + a.t
vo.t + a.t
vo + 2a.s
Uji Komptensi 2
Petunjuk:
Kerjakan soal-soal di bawah ini tanpa menggunakan kalkulator atau alat bantu
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
32
Modul Kinematika
lainnya. Kerjakan secara berurutan mulai dari soal nomor 1 dan seterusnya.
Jangan melompat-lompat. Selesaikan keseluruhan soal dalam waktu 60 menit.
Setelah selesai dan Anda yakin akan jawaban Anda, cocokkanlah jawaban Anda
dengan kunci jawaban tugas di akhir modul.
1.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
33
Modul Kinematika
a.
b.
c.
d.
F.
Kegiatan Laboratorium
Cobalah Anda lakukan eksperimen untuk menentukan besar percepatan ratarata suatu benda menggunakan ticker timer seperti uraian di atas. Mintalah
bantuan Guru Bina agar Anda dapat melakukan hal tersebut di Sekolah
Induk.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
34
Modul Kinematika
IV. KEGIATAN BELAJAR 3
GERAK VERTIKAL
A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat menghitung:
1. besar kecepatan benda jatuh bebas pada saat berada di ketinggian tertentu dari
tanah.
2. waktu yang dibutuhkan oleh benda jatuh bebas untuk sampai ke tanah
3. kecepatan benda yang dilemparkan vertikal ke atas pada saat berada di
ketinggian tertentu
4. tinggi maksimum yang dicapai oleh benda yang dilemparkan vertikal ke atas.
5. kecepatan benda saat tiba di tanah setelah dilemparkan ke bawah dari ketinggian
tertentu
6. waktu yang dibutuhkan benda untuk sampai di tanah setelah dilemparkan dari
ketinggian tertentu
B. Uraian Materi
1. Gerak Vertikal ke Bawah
Berbeda dengan jatuh bebas, gerak vertikal ke bawah yang dimaksudkan adalah
gerak benda-benda yang dilemparkan vertikal ke bawah dengan kecepatan awal
tertentu. Jadi seperti gerak vertikal ke atas hanya saja arahnya ke bawah. Sehingga
persamaan-persamaannya sama dengan persamaan-persamaan pada gerak vertikal
ke atas, kecuali tanda negatif pada persamaan-persamaan gerak vertikal ke atas
diganti dengan tanda positif. Sebab gerak vertikal ke bawah adalah GLBB yang
dipercepat dengan percepatan yang sama untuk setiap benda yakni g.
Jadi,
Contoh:
5. Sebuah bola dilemparkan vertikal dengan kecepatan 10 m/s dari atas bangunan
bertingkat (g = 10
). Bila tinggi bangunan itu 40 m, hitunglah:
a. kecepatan benda 1,5 s setelah dilemparkan.
b. Waktu untuk mencapai tanah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
35
Modul Kinematika
c. Kecepatan benda saat sampai di tanah.
Penyelesaian:
a. Kecepatan benda 1,5 s setelah dilemparkan:
vt = vo + g.t
= 10 + 10.1,5
= 10 + 15
= 25 m/s
b. Waktu untuk mencapai tanah:
h = vo.t + gt
40 = 10.t + . 10 . t
= 10t + 5t
Bila ruas kiri dan kanan sama-sama kita bagi 5, maka:
8 = 2t + t
atau,
t + 2t - 8 = 0
(t + 4) (t - 2) = 0
t1 = -4
t2 = +2
Kita ambil t = t2 = 2 s (sebab ada waktu berharga negatif). Jadi
waktu untuk mencapai tanah = 2 sekon.
c. Kecepatan benda sampai di tanah:
vt = vo + g.t
= 10 + 10.2
= 30 m/s
Dapat juga dengan cara lain,
vt =
=
=
=
vt =
vo + 2.g.h
10 + 2 . 10 . 40
100 + 800
900
30 m/s
Bila Anda berkesimpulan bahwa gerak vertikal ke bawah ini sama dengan gerak
GLBB pada arah mendatar, Anda benar. Beda antara keduanya adalah bahwa pada
gerak vertikal ke bawah benda selalu dipercepat, sedangkan gerak GLBB pada arah
mendatar dapat pula diperlambat. Selain itu pada gerak vertikal ke bawah besar
percepatan selalu sama dengan percepatan gravitasi g. Sedangkan percepatan pada
GLBB arah mendatar dapat berharga berapa saja.
2. Jatuh Bebas
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
36
Modul Kinematika
Bila dua batu yang berbeda beratnya dijatuhkan tanpa kecepatan awal dari
ketinggian yang sama dalam waktu yang sama, batu manakah yang sampai di tanah
duluan?
Peristiwa di atas dalam Fisika disebut sebagai jatuh bebas, yakni gerak lurus
berubah beraturan pada lintasan vertikal. Ciri khasnya adalah benda jatuh tanpa
kecepatan awal (vo = nol). Semakin ke bawah gerak benda semakin cepat.
Gambar 3.1: Dua batu yang dijatuhkan dari ketinggian yang sama dan dalam
waktu yang sama.
Percepatan yang dialami oleh setiap benda jatuh bebas selalu sama, yakni sama
dengan percepatan gravitasi bumi (tentang percepatan gravitasi bumi akan Anda
pelajari pada modul ke 3).
Pada modul ini, cukup Anda ketahui bahwa percepatan gravitasi bumi itu besarnya g
= 9,8
dan sering dibulatkan menjadi 10
.
Gambar 3.2.
Benda jatuh bebas mengalami percepatan yang
besarnya sama dengan percepatan gravitasi.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
37
Modul Kinematika
Keterangan:
g = percepatan gravitasi (
)
h = ketinggian benda (m)
t = waktu (s)
vt = kecepatan pada saat t (m/s)
Perhatikan persamaan jatuh bebas yang kedua.
Bila ruas kiri dan kanan sama-sama kita kalikan dengan 2, kita dapatkan:
atau
sehingga,
Dari persamaan waktu jatuh, terlihat bahwa waktu jatuh benda bebas hanya
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu h = ketinggian dan g = percepatan gravitasi bumi.
Jadi berat dari besaran-besaran lain tidak mempengaruhi waktu jatuh.
Artinya meskipun berbeda beratnya, dua benda yang jatuh dari ketinggian yang
sama di tempat yang sama akan jatuh dalam waktu yang bersamaan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari mungkin kejadiannya lain. Benda yang berbeda
beratnya, akan jatuh dalam waktu yang tidak bersamaan. Hal ini dapat terjadi
karena adanya gesekan udara. Percobaan di dalam tabung hampa udara
membuktikan bahwa sehelai bulu ayam dan satu buah koin jatuh dalam waktu
bersamaan.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
38
Modul Kinematika
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
39
Modul Kinematika
.
= 2 sekon
Untuk batu kedua,
Jadi, benda-benda yang jatuh bebas dari ketinggian yang sama di tempat yang
sama (= percepatan gravitasinya sama) akan jatuh dalam waktu yang sama.
Kegiatan Laboratorium
Cobalah Anda lakukan eksperimen bersama teman Anda. Carilah sebuah tempat di
lingkungan Anda di mana Anda dapat menjatuhkan benda dengan leluasa. Semakin
tinggi tempat itu dari tanah, akan semakin baik, misalnya sebuah menara. Suruh
teman Anda menunggu di bawah menara. Sementara Anda di atas menara itu.
Setelah teman Anda siap, jatuhkanlah sebuah benda (misalnya bola) ke bawah
menara. Suruh teman Anda mencatat waktu jatuh benda dengan menggunakan
stopwatch atau jam tangan digital.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
40
Modul Kinematika
Lakukan hal itu berulang-ulang dan untuk berbagai
benda yang berbeda. Bandingkan waktu jatuh
berbagai benda itu. Apakah berbeda?
Bila Anda lakukan percobaan ini dengan cermat,
Anda pilih benda-benda yang pejal dan bulat
(bukan papan, apalagi kertas), akan Anda dapatkan
bahwa waktu jatuh semua benda itu akan sama.
Gambar 3.4:
Membandingkan waktu jatuh
berbagai benda.
Contoh:
2. Seekor monyet menjatuhkan buah durian dari pohonnya (g = 10
). Dari
ketinggian berapa buah itu dijatuhkan bila dalam 1,5 s buah itu sampai di tanah?
Berapa kecepatan durian itu, 1 s sejak dijatuhkan?
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
41
Modul Kinematika
= 1/2 . 10 (1,5)
= 5 (2,25)
= 11,25 meter
Kita gunakan persamaan pertama untuk menghitung kecepatan. Jadi,
vt = g.t
= 10 . 1
= 10 m/s
Contoh:
3. Berapakah kecepatan sebuah benda saat jatuh bebas dari ketinggian 5 m saat
tepat tiba di tanah (anggap g = 10 )?
Penyelesaian:
Kita gunakan persamaan ketiga jatuh bebas.
vt = 2.g.h
= 2 . 10 . 5
= 100
vt = 10 m/s
Dengan beberapa contoh soal dan uraian singkat di atas, mudah-mudahan Anda
dapat memahami peristiwa jatuh bebas. Ingatlah ketiga persamaan jatuh bebas di
atas. Meskipun sederhana, persamaan ini sangat penting. Kelak di modul-modul
berikut Anda pasti menggunakan persamaan-persamaan itu lagi.
Gambar 3.6:
Bola dilemparkan vertikal ke atas.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
42
Modul Kinematika
Jadi bola mengalami dua fase gerakan. Saat bergerak ke atas bola bergerak GLBB
diperlambat (a = g) dengan kecepatan awal tertentu lalu setelah mencapai tinggi
maksimum bola jatuh bebas yang merupakan GLBB dipercepat dengan kecepatan
awal nol. Dalam hal ini berlaku persamaan-persamaan GLBB yang telah kita pelajari
pada kegiatan lalu.
Pada saat benda bergerak naik berlaku persamaan:
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
43
Modul Kinematika
b. Tinggi maksimum bola,
h = vot - .g.t
= 20 . 2 - .10.2
= 40 - 20
= 20 meter
c. Waktu total di sini maksudnya waktu yang dibutuhkan oleh bola sejak
dilemparkan ke atas sampai jatuh kembali ke tanah. Terdiri dari waktu
mencapai tinggi maksimum (jawaban pertanyaan a) dan waktu untuk jatuh
bebas yang akan kita hitung sekarang.
tinggi maksimum = 20 m , jadi :
=2 sekon
Jadi waktu toal benda yang bergerak vertikal ke atas lalu jatuh kembali adalah 4
s,
sama
dengan
dua
kali
waktu
mencapai
tinggi
maksimum.
Bagaimana? Cukup jelas, bukan?
Contoh:
2. Berapa tinggi maksimum yang dicapai oleh benda yang dilemparkan vertikal ke
atas dengan kecepatan awal 5 m/s? Anggap percepatan gravitasi bumi g = 10
!
Penyelesaian:
Diketahui vo = 5 m/s dan g = 10
. Apa hanya ini data yang kita miliki untuk
menghitung tinggi maksmium?
Masih ada satu lagi yakni vt = 0. Mengapa?
Ya benar! Pada tinggi maksimum kecepatan = nol.
Jadi:
vt
0
20.h
h
=
=
=
=
vo - 2.g.h
5 - 2 . 10 . h
25
1,25 meter
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
44
Modul Kinematika
Tidak terlalu tinggi bukan? Untuk mencapai ketinggian yang lebih besar kecepatan
awal harus diperbesar, perhatikan contoh berikut.
Contoh:
3. Berapa kecepatan awal minimum yang dibutuhkan oleh sebuah roket agar dapat
mencapai ketinggian 200 m?
Gambar 3.7:
Roket yang akan meluncur membutuhkan kecepatan awal yang besar
Penyelesaian:
Sama dengan cara yang kita gunakan pada contoh 2,
vt =
0=
vo =
vo =
vo - 2.g.h
vo - 2.10.200
40000
200 m/s
Jadi, agar dapat mencapai ketinggian 200 m minimal, roket harus memiliki
kecepatan awal sekurang-kurangnya 200 m/s.
Coba Anda hitung berapa kecepatan awal minimum yang dibutuhkan untuk
mencapai ketinggian 300 m, 400 m, 500 m?
Apakah berat benda tidak mempengaruhi besarnya kecepatan awal ini? Jawabnya
tidak! Sebab seperti yang Anda lihat pada persamaan di atas, faktor berat tidak
memberi pengaruh apa-apa untuk mencapai suatu ketinggian tertentu. Faktor
yang berpengaruh dalam peristiwa ini hanyalah besar percepatan gravitasi g.
Contoh:
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
45
Modul Kinematika
4. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 50
, berapa
kecepatannya 1,5 s kemudian? Apakah bola masih meluncur ke atas pada saat 4 s
setelah dilemparkan?
Penyelesaian:
vt =
=
=
=
vo - g.t
50 - 10 . 1,5
50 - 15
35 m/s
Karena vt 0 dan berharga positif, maka dapat disimpulkan bola masih bergerak
ke atas. Lain halnya bila vt berharga negatif yang berarti bola sudah dalam
keadaan turun ke bawah.
Contoh-contoh di atas mudah-mudahan membuat Anda memahami benar persoalan
gerak vertikal ke atas. Bila belum, pelajari sekali lagi uraian di atas beserta contohcontoh soal yang diberikan. Bila Anda sudah memahaminya, marilah kita lanjutkan
pelajaran kita!
Sejauh ini menyangkut gerak vertikal, telah kita pelajari gerak jatuh bebas dan
gerak vertikal ke atas. Jenis lain gerak vertikal yang harus kita pelajari adalah gerak
vertikal ke bawah.
C. Rangkuman
Modul ini berjudul Kinematika Gerak Lurus. Kinematika adalah cabang Fisika
yang mempelajari gerak benda tanpa menghiraukan penyebabnya. Besaranbesaran penting pada Kinematika Gerak Lurus adalah jarak dan perpindahan,
kelajuan dan kecepatan, serta perlajuan dan percepatan.
Di antara besaran-besaran tersebut, jarak, kelajuan dan perlajuan merupakan
besaran skalar, sedangkan yang lainnya besaran vektor. Besaran-besaran
kinematika ini berkaitan satu sama lain.
Gerak lurus berubah beraturan dibedakan menurut lintasannya, yaitu GLBB pada
lintasan mendatar dan GLBB pada lintasan vertikal. Gerak pada lintasan vertikal
terdiri dari gerak vertikal ke atas, jatuh bebas dan gerak vertikal ke bawah
dengan kecepatan awal. Di bawah ini disarikan persamaan-persamaan yang kita
bicarakan di atas.
Pada lintasan vertikal
a.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
46
Modul Kinematika
b.
Jatuh bebas
1. vt = g.t
2. h = g.t
3. vt = 2g.h
4.
c.
D. Uji Kompetensi 3
Petunjuk:
Kerjakan soal-soal di bawah ini dalam waktu + 30 menit. Aturan-aturan yang ada
pada petunjuk tugas-tugas sebelumnya tetap berlaku.
1. Tulislah 2 faktor yang mempengaruhi waktu jatuh benda jatuh bebas!
2. Sebuah bola jatuh bebas dari ketinggian 50 m di atas tanah. Hitung besar
kecepatannya 1 sekon setelah dijatuhkan! (g = 10
)
3. Seorang penerjun jatuh bebas dari ketinggian 200 m. Hitung kecepatannya pada
saat posisinya 175 m dari tanah!
4. Tuti menjatuhkan kerikil ke dalam sumur yang dalamnya 20 m (g=10
).
Berapakah waktu yang diperlukan kerikil itu untuk sampai di permukaan air
sumur?
5. Sebuah bola yang dijatuhkan dari atas menara sampai ke tanah dengan kecepatan
30 m/s (g = 10
). Berapa lama bola di udara?
6. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 10 m/s
(g = 10
). Tentukan tinggi maksimum bola!
7. Peluru ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 150 m/s. Hitung
kecepatannya setelah meluncur 5 s!
8. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke bawah dengan kecepatan awal 10 m/s dari
ketinggian 15 m dari tanah (g = 10
)
Hitung kecepatan bola saat tiba di tanah!
9. Sebuah bola dilemparkan vertikal ke bawah dengan kecepatan 5 m/s dari
ketinggian 30 m di atas tanah (g = 10
). Berapa waktu yang dibutuhkan bola
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
47
Modul Kinematika
itu untuk sampai di tanah?
E. Kunci jawaban uji Kompetnsi 3
Kegiatan 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
V. EVALUASI
Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada
huruf a, b, c, d atau e
1. Seorang anak berlari pada lintasan yang berbentuk lingkaran. Apabila jari-jari
lingkaran 14 m, dan anaktersebut berlarisetentag putaran ( =
22
) maka
7
1 cm
1 cm
Gambar di atas merupakan potongan rekaman gerak dari kereta dinamik oleh
tiker timer. Pada pita rekaman (jarak antara 2 titik yang berurutan sama)
maka kelajuannya adalah .
a. 50 m/s
d. 5 m/s
b. 25 m/s
e. 0,5 m/s
c. 10 m/s
3. Seorang pelari berlari pada lintasan lurus dari A ke B yang panjangnya 100 m
ditempuh dalam waktu 10 s kemudian berbalik arah semula dan berhenti dititik
C, dengan jarak BC 80 m ditempuh selama 10 s. Maka kecepatan rata-rata pelari
tersebut adalah .
a. 19 m/s
d. 1 m/s
b. 10 m/s
e. 0,1 m/s
c. 8 m/s
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
48
Modul Kinematika
4. Seorang pelari berangkat dari A berlari mengelilingi 1 lap yang berupa lingkaran
dengan jari-jari 14 m, dan diperlukan waktu 10 s, ( =
22
), maka laju rata-rata
7
3 cm
9 cm
15 cm
Gambar di atas menunjukkan rekaman dari gerak kereta dinamik (troli) yang
dipercepat. Jarak dua titik yang berurutan ditempuh tiap interval waktu s.
Dari data tersebut maka percepatan tetap dialami oleh kereta dinamik adalah
.
a. 6 cm/s2
d. 15 cm/s2
2
b. 9 cm/s
e. 24 cm/s2
2
c. 12 cm/s
7. Mobil dan truk berjalan pada jalan yang lurus dengan arah yang berlawanan pada
saat mobil dan truk terpisah sejauh 50 m dan bergerak lurus beraturan. Apabila
kecepatan mobil 20 m/s sedangkan kecepatan truk 15 m/s, maka waktu yang
diperlukan mobil tepat menyusul truk dihitung dari saat mobil di A adalah .
a. 2,5 s
d. 5 s
b. 3 1/3 s
e. 10 s
c. 4 s
8. Sebuah mobil A1 bergerak dari keadaan diam dan mencapai kecepatan 90
km/jam dalam waktu 10 s, maka percepatan rata-rata mobil tersebut adalah .
a. 9 m/s2
d. 2,5 m/s2
2
b. 7,5 m/s
e. 0,2 m/s2
2
c. 5 m/s
9. Seorang pemain ski meluncur ke bawah dari keadaan diam dipercepat 2 m/s2
maka jarak yang ditempuh pada saat 5 s adalah .
a. 20 m
d. 35 m
b. 25 m
e. 40 m
c. 30 m
10. Sebuah mobil melaju di jalan raya dengan kecepatan 54 km/jam, ketika lampu
merah menyala di suatu persimpangan, pengendara menginjak rem, jika waktu
reaksi pengendara dari saat melihat hingga menginjak rem adalah 0,6 s. Setelah
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
49
Modul Kinematika
mobil direm, mobil mengalami perlambatan sebesar 7,5 m/s2 maka jarak yang
ditempuh mobil dari saat pengendara melihat lampu merah hingga mobil
berhenti adalah .
a. 9 m
d. 24 m
b. 15 m
e. 80 m
c. 20 m
11. Sebuah mobil sedang menunggu lampu merah berubah katika lampu berubah
menjadi hijau mobil bergerak dengan percepatan tetap 3 m/s2 selama 4 s dan
kemudian bergerak dengan kecepatan konstan pada saat mobil dengan yang
sama dan bergerak dengan kecepatan tetap sebesar 10 m/s, maka lama waktu
mobil dan truk itu bertemu dari saaat lampu menjadi hijau adalah .
a. 24 s
b. 16 s
c. 12 s
d. 8 s
e. 6 s
(3)
t
(2)
t
(4)
t
a. 1, 2, 3
b. 1, 3
c. 2, 4
14.
d. 4 saja
e. 1, 2, 3 dan 4
v(m/s)
28
14
8
t (s)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
50
Modul Kinematika
Pernyataan yang benar dari grafik gerak lurus berubah beraturan diatas tersebut
adalah .
1. Kecepatan awal benda 8 ms-1
2. Kecepatan pada sekon ke-3 17 ms-1
3. Perpindahan s.d. sekon ke-2 22 m
4. Perpindahan s.d. sekon ke 4 adalah 112 m
a. 1, 2, 3
d. 4 saja
b. 1, 3
e. 1, 2, 3 dan 4
c. 2, 4
15. Sebuah benda bergerak dengan kecepatan awal Vo = 20 ms-1 mengalami
perlambatan dan berhenti setelah menempuh jarak 100 m. Berapa kecepatan
benda itu pada sekon ke-3 ?
a. 6 ms-1
d. 12 ms-1
-1
b. 8 ms
e. 15 ms-1
-1
c. 9 ms
16. Sebuah benda bergerak dengan kecepatan awal 15 ms-1 diperlambat dengan
perlambatan tetap 3 ms-1. Kecepatan benda itu ketika perpindahannya 31,5 m
adalah . ms-1.
a. 3
d. 7,5
b. 4,5
e. 9
c. 6
17. Sebuah pesawat terbang dari keadaan diam dipacu dengan percepatana = 100
ms-2 sehingga lepas landas dengan kecepatan V = 600 m/s. Berapa panjang
landasan pacu minimal . m?
a. 900
d. 2000
b. 1200
e. 2400
c. 1800
18. Dua buah benda A dan B yang bermasa masing-masing m, jatuh bebas dari
ketinggian h meter dan 2,25 h meter. Jika A menyentuh tanah dengan kecepatan
v m/s maka benda B menyentuh tanah dengan energi kinetik sebesar .
a. 1 v
d. v
2
b.
1
2
c.
3
4
19.
e.
3
2
v(ms-1)
20
10
12 t(s)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
51
Modul Kinematika
Sebuah mobil bergerak lurus dengan grafik kecepatan terhadap waktu seperti
gambar. Pada interval waktu antara 10 sekon hingga 12 sekon, mobil
bergerak .
a. lurus diperlambat dengan perlambatan 10 ms-2
b. lurus dipercepat dengan percepatan 10 ms-2
c. lurus dipercepat dengan percepatan 5 ms-2
d. lurus diperlambat dengan perlambatan 5 ms-2
e. lurus beraturan dengan kecepatan tetap sebesar 10 ms-2
20.
V(ms-1)
20
t(s)
2
Grafik di atas melukiskan hubungan antara kecepatan dan waktu gerak benda
P dan Q. Jika kedua benda berangkat dari tempat yang sama, maka:
P dan Q bertemu ketika P telah bergerak (2 + 2 ..2) s
P dan Q bertemu pada kecepatan sama = 16 ms-1
Percepatan P 8 ms-2
P dan Q bertemu pada jarak 16 m
Yang benar .
a. 1, 2, 3
d. 4
b. 1, 3
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
21. Sebuah benda bergerak pada sumbu x dengan persamaan x = 2t2 + 10t + 20, x
dalam meter, t dalam sekon. Pernyataan berikut berkaitan dengan pernyataan
tersebut :
1. gerak benda menurut sumbu x positif
2. kecepatan awal 2 ms-1
3. posisi awal pada x = 20 m
4. percepatan benda a = 10 ms-2
yang benar .
a. 1, 2, 3
d. 4
b. 1, 3
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
22. Seekor rusa yang massanya 40 kg berjalan dari ujung A ke ujung B dengan
kecepatan tetap = 2 ms-1 pada papan yang bermassa 20 kg, sehingga papan
bergerak dengan kecepatan 4 ms-1 berlawanan dengan arah gerak anak. Jika
panjang papan AB = 60 m, berapa perpindahan rusa, ketika ia mencapai ujung
B?
a. 20 m
d. 50 m
b. 30 m
e. 60 m
c. 40 m
23. Sebuah kereta api meluncur menjauhi stasiun kereta api dengan kecepatan 72
km jam-1. Seorang anak berjalan searah kereta api tersebut dengan kecepatan
tetap 5 ms-1. Kecepatan anak terhadap stasiun kereta api . ms-1.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
52
Modul Kinematika
a. 15
d. 40
b. 20
e. 77
c. 25
24. Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian h = 19,2 m di tempat yang percepatan
gravitasinya 9,8 ms-2. Benda menyentuh tanah setelah bergerak selama
sekon.
a. 2
d. 0,5
b. 1,5
e. 0,25
c. 1
25. Sebuah benda ditembakkan vertikal naik dengan kecepatan awal 40 ms-1 di
tempat yang percepatan gravitasinya = 10 m.s-2, maka :
1. tinggi maksimum yang dicapai 80 m
2. mencapai pelempar lagi setelah 8 sekon
3. ketika ketinggiannya 35 m kecepatannya 30 ms-1
4. ketika benda sudah bergerak 6 sekon geraknya ke bawah
yang benar :
a. 1, 2, 3
d. 4
b. 1, 3
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
B. ESSAY
Jawablah dengan singkat dan tepat!
1. Dua buah bus melaju di jalan raya yang satu ke arah barat sedangkan yang lain
ke utara, laju kedua bus sama yaitu 30 m/s Apakah kecepatan kedua bus itu
sama? Jelaskan!
2. Sebuah elektron bergerak dengan kecepatan 4.106 cm/s, memasuki medan listrik
yang memberikan percepatan pada elektron 1012 cm/s2 dengan arah yang sama
dengan arah kecepatan awal. Berapakah waktu yang diperlukan agar kecepatan
elektron dua kali kecepatan awalnya? Berapakah jarak yang ditempuh elektron
dalam waktu tersebut?
3. Pancaran ion mempunyai kecepatan 2.106 cm/s. Ketika ion tersebut memasuki
medan listrik, ion tersebut mengalami percepatan yang searah dengan arah
kecepatannya. Apabila waktu yang diperlukan ion tersebut untuk menempuh
jarak 30 cm (dalam medan listrik itu) adalah 6.10-6 s, maka hitunglah:
a. percepatan tetap yang dialami ion tersebut dan
b. kecepatan ion tersebut pada akhir waktu 2.106 s!
4. Pada planet X sebuah batu jatuh bebas dari ketinggian 48 m, diperlukan waktu 4
s. Berapakah percepatan gravitasi untuk planet tersebut?
5. Sebuah balok kayu hanyut di air sungai dengan laju konstan sebesar 5 m/s.
sebuha batu dijatuhkan bebas dari jembatan yang tingginya 80 m dari atas
permukaan air sungai, dan tepat mengenai balok kayu (g = 10 m/s). Hitunglah
jarak balok dan jembatan ketika batu tersebut dilepaskan!
6. Sebuah mobil dari keadaan diam dipercepat dengan percepatan 4 m/s2 , Setelah
beberapa waktu diperlambat dengan perlambatan 2 m/s2 hingga berhenti (diam
lagi) hitung:
c.
Kecepatan maksimum!
d.
Jarak total yang ditempuh!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
53
Modul Kinematika
7. Sebuah benda ditembakkan vertikal ke atas dengan kecepatan awal 40 m/s1 dari
ketinggian h meter, benda mencapai tanah setelah 9 sekon dari saat
ditembakkan. Berapakah h!
8. Sebuah partikel bergerak lurus menyusuri sumbu x dengan kecepatan awal 3 ms1
searah sumbu x positif. Bila perlambatan 3 ms-2 bekerja pada partikel itu
selama 3 sekon, maka :
besar kecepatan akhir 3 sekon
arah kecepatan akhir searah sumbu x negatif
partikel pernah berhenti
setelah 3 sekon kecepatan
9. Kereta api bergerak menjauhi stasiun kereta api dengan kecepatan 54 km jam-1.
Jika seorang anak berjalan dengan laju 5 m/s dari bagian depan kereta api
menuju ke belakang, maka kecepatan anak terhadap stasiun kereta api ms-1.
10. Dua buah bola A dan B dijatuhkan dari tempat yang cukup tinggi, (percepatan
gravitasi g = 10 m/s2 ). Bila A jatuh bebas 2s terlebih dahulu, baru bola B
dijatuhkan dengan kecepatan awal 25 m/s. Dimana dan kapan kedua bola
tersebut bertemu ?
VI. PENUTUP
Sampai di sini berarti Anda telah selesai mempelajari isi modul ini. Untuk itu saya
ucapkan selamat kepada Anda.
Marilah kita ulangi apa yang telah Anda pelajari pada modul ini.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
54
Modul Kinematika
DAFTAR PUSTAKA
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
55
Modul Kinematika
Peta Konsep Kinematika Gerak Lurus
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
56
Modul Kinematika
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
57
LISTRIK DINAMIS I
Penulis
Direvisi oleh
Penyunting Materi
Penyunting Media
:
:
:
:
DAFTAR ISI
IDENTITAS
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar 1: HUKUM OHM ................................................................ 5
Petunjuk .......................................................................... 5
Uraian Materi .................................................................. 5
1. Kuat Arus Listrik ....................................................... 5
2. Beda Potensial atau Tegangan Listrik (V) ................. 7
3. Hubungan antara Tegangan Listrik (V) dan Kuat
Arus Listrik (I) ........................................................... 7
4. Penerapan hukum OHM dalam Kehidupan
sehari-hari ................................................................ 11
5. Hubungan antara hambatan kawat dengan jenis
kawat dan ukuran kawat ........................................... 11
TUGAS KEGIATAN 1 ....................................................... 15
Kegiatan Belajar 2: RANGKAIAN KOMPONEN LISTRIK .............................
Petunjuk ..........................................................................
Uraian Materi ..................................................................
1. Hambatan disusun seri ............................................
2. Hambatan disusun paralel .......................................
3. Gabungan Sumber Tegangan ..................................
TUGAS KEGIATAN 2 .......................................................
19
19
19
19
22
25
28
31
31
31
31
35
40
PENUTUP ........................................................................................................ 45
KUNCI KEGIATAN ........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 51
PENDAHULUAN
Selamat Anda telah mencapai modul berjudul Listrik Dinamis I. Modul ini dibagi
menjadi 4 kegiatan belajar, yaitu:
Kegiatan Belajar 1: menjelaskan tentang alat ukur listrik.
Kegiatan Belajar 2: menjelaskan tentang hukum Ohm.
Kegiatan Belajar 3: menjelaskan tentang hukum Kirchoff.
kegiatan Belajar 4: menjelaskan tentang energi dan daya listrik.
Tujuan modul ini adalah agar Anda memahami listrik Dinamis, dengan indikator:
1. Membedakan jenis alat ukur listrik.
2. Menyebutkan fungsi alat ukur listrik.
3. Menjelaskan cara pengukuran kuat arus listrik.
4. Menjelaskan cara pengukuran tegangan listrik.
5. Menuliskan definisi kuat arus listrik dengan benar.
6. Menuliskan bunyi hukum Ohm dengan benar.
7. Menghitung kuat arus berdasarkan hukum Ohm bila data tersedia secukupnya.
8. Menentukan hambatan sebuah resistor melalui grafik V-I dengan tepat.
9. Menjelaskan hubungan antara hambatan, panjang dan luas penampang sebuah
konduktor dengan benar.
10. Menentukan hambatan sebuah resistor bila diketahui hambatan jenis bahan
konduktor itu dan data lainnya diketahui.
11. Menjelaskan hukum I Kirchoff dengan benar.
12. Menentukan kuat arus pada suatu titik percabangan bila data yang diperlukan
tersedia.
13. Menentukan kuat arus pada salah satu resistor dari suatu rangkaian yang terdiri
dari 3 resistor disusun seri paralel.
14. Menghitung kuat arus pada suatu rangkaian yang terdiri dari 3 resistor di susun
seri paralel dan dihubungkan dengan baterai yang memiliki hambatan dalam
tertentu bila data diperlukan tersedia.
15. Menentukan hambatan sebuah alat listrik yang spesifikasinya (Watt - Volt)
diketahui.
16. Mengubah satuan energi dari Joule menjadi Kwh dari data yang diketahui.
17. Menentukan daya terpasang dari sebuah lampu yang dipasang pada sumber
tegangan yang spesifikasinya diketahui bila data minimal yang dibutuhkan.
Percobaan yang ada dalam modul ini dikerjakan di sekolah induk dengan bantuan
Guru Bina dan dikerjakan secara berkelompok.
Bagaimana Anda mempelajari modul ini?
Untuk mudahnya ikuti petunjuk belajar berikut ini:
Baca uraian materi pada tiap-tiap kegiatan dengan baik.
Kerjakan semua latihan dan tugas-tugas yang terdapat pada modul.
Kegiatan Belajar 1
I. Ampermeter
Ampermeter merupakan alat untuk mengukur arus listrik. Bagian terpenting dari
Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya
antara medan magnet dan kumparan berarus.
Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang
kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan
pada galvanometer. Cara kerja galvanometer ini akan dibahas lebih lanjut pada
saat Anda mempelajari medan magnetik di kelas XII jurusan IPA.
Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor
yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur
ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada
ampermeter.
(a)
(b)
Anda harus memasang secara seri ampermeter dengan lampu. Sehingga harus
memutus salah satu ujung (lampu menjadi padam). Selanjutnya hubungkan
kedua ujung dengan kabel pada ampermeter, seperti gambar 2.
Hati-hati saat Anda membaca skala yang digunakan, karena Anda harus
memperhatikan batas ukur yang digunakan. Misalnya Anda menggunakan batas
ukur 1A, pada skala tertulis angka dari 0 sampai dengan 10. Ini berarti saat
jarum ampermeter menunjuk angka 10 kuat arus yang mengalir hanya 1 A. Jika
menunjukkan angka 5 berarti kuat arus yang mengalir 0,5 A. Secara umum hasil
pengamatan pada pembacaan ampermeter dapat dituliskan:
Skala yang ditunjuk jarum Ampermeter
Hasil pengamatan =
Bagaimana jika saat Anda mengukur kuat arus jarum menyimpang melewati
batas ukur maksimal? Ini berarti kuat arus yang Anda ukur lebih besar dari batas
ukur alat. Anda harus memperbesar batas ukur dengan menggeser batas ukur
jika masih memungkinkan. Jika tidak Anda harus memasang hambatan shunt
secara paralel pada Ampermeter seperti pada gambar 4 berikut ini.
Rsh = (n 1) RA
dengan Rsh = Hambatan shunt satuannya (dibaca Ohm)
n
I
IA
RA
Untuk lebih memahami uraian di atas pelajari contoh soal berikut ini.
1. Berapa kuat arus yang mengalir pada rangkaian berikut ini?
Diketahui: I A =
5 m A = 5.103 A
I = 10 A
RA =
20
Ditanya: Rsh?
Jawab:
R sh =
=
10 A
5 . 10 3 A
= 2000
(n 1) RA
1
(2000 1 ) . 4
= 2 . 103
B. Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik atau beda potensial antara
8
Anda cukup mengatur batas ukur pada alat dan langsung hubungkan dua kabel
dari voltmeter ke ujung-ujung lampu seperti pada gambar 6.
x batas ukur
Skala maksimal
Seperti pada saat Anda menggunakan Ampermeter, jika jarum pada voltmeter
melewati batas skala maksimal, berarti beda potensial yang Anda ukur lebih
besar dari kemampuan alat ukur. Sehingga Anda harus memperbesar batas
ukur. Caranya dengan memasang resistor (hambatan muka) secara seri pada
voltmeter. Seperti gambar 7.
Vv
V
Rv
Contoh:
Sebuah Voltmeter mempunyai hambatan dalam 3 k , dapat mengukur tegangan
maksimal 5 Volt. Jika ingin memperbesar batas ukur Voltmeter menjadi 100 Volt,
tentukan hambatan muka yang harus dipasang secara seri pada Voltmeter.
Diketahui: Rv = 3 k
Vv = 5 Volt
V = 100 Volt
Ditanya: Rm?
Jawab: n
= 20
Rm = (n 1) . Rv
= (20 1) . 3 k
= 57 k
10
Alat ukur yang Anda pelajari di atas adalah untuk arus searah (dc). Jika ingin
digunakan pada arus bolak-balik harus disesuaikan dengan menambahkan diode.
Tetapi Anda tidak akan mempelajarinya. Biasanya alat yang tersedia di sekolahsekolah adalah Basic meter. Basic meter dapat berfungsi sebagai Ampermeter
ataupun Voltmeter dengan menggeser colokan yang ada.
Agar Anda terampil menggunakan Ampermeter atau Voltmeter Anda harus
melakukan percobaan yang ada pada kegiatan 1 dan kegiatan 2 nanti. Apabila
dalam melakukan percobaan Anda menemui kesulitan atau masalah alat, Anda
lakukan percobaan di sekolah induk dan mintalah bantuan pada Guru bina.
Percobaan 1. Pengukuran kuat arus listrik.
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. bola lampu senter 1 buah
2. amperemeter
3. 1 buah batu baterai 1,5 V
4. kabel penghubung kira-kira 30 cm
Caranya:
1. Rangkaian alat seperti pada gambar di bawah ini.
11
2.
KUNCI LATIHAN
30
Bagaimana jawaban Anda? Tentu sudah betul bukan? Berarti Anda telah
menguasai materi pokok kegiatan ! Untuk mengetahui sejauh mana
12
TUGAS 1
50 Volt
40 Volt
30 Volt
10 Volt
13
E. 6 Volt
14
Kegiatan Belajar 2
HUKUM OHM
3.
4.
5.
6.
15
Jika dalam waktu t mengalir muatan listrik sebesar Q, maka kuat arus listrik I
adalah:
I
: kuat arus listrik (coulomb/sekon = ampere, A)
I=
waktu (sekon)
Makin banyak jumlah muatan listrik yang bergerak, makin besar pula kuat
arusnya.
Dari pembahasan di atas, apakah Anda sudah mengerti? Bila belum, coba
perhatikan contoh soal di bawah ini.
Contoh soal:
Jika sebuah kawat penghantar listrik dialiri muatan listrik sebesar 360 coulomb
dalam waktu 1 menit, kita dapat menentukan kuat arus listrik yang melintasi
kawat penghantar tersebut. Caranya seperti berikut:
Diketahui: Q = 360 coulomb
t = 1 menit = 60 sekon
Maka kuat arus listrik ( I ) adalah .
I
Q
t
360
60
6 A.
KUNCI JAWABAN
1. Kuat arus listrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir di dalam kawat
penghantar tiap satuan waktu.
2. Ampere atau coulomb/sekon.
16
3. Diketahui
Ditanyakan :
I = 2 Ampere
t = 15 menit = 900 sekon
Q = ....
Jawaban
I =
Q
t
Q = I.t
= 2.900 = Q = 1.800 coulomb
Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari
kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda potensial antara
kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif mempunyai potensial
yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif.
Jadi arus listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah, sedangkan
aliran elektron mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi.
Beda potensial antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka
disebut gaya gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.
17
3. Hubungan antara Tegangan listrik (V) dan Kuat arus listrik (I)
Setelah Anda mengetahui tentang kuat arus listrik (I) dan tegangan listrik (V),
Anda akan bertanya apa hubungannya antara kedua besaran tersebut?
Hubungan antara V dan I pertama kali ditemukan oleh seorang guru Fisika berasal
dari Jerman yang bernama George Simon Ohm. Dan lebih dikenal sebagai hukum
Ohm yang berbunyi:
Besar kuat arus listrik dalam suatu penghantar berbanding langsung dengan
beda potensial (V) antara ujung-ujung penghantar asalkan suhu penghantar
tetap.
Hasil bagi antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I) dinamakan hambatan
listrik atau resistansi (R) dengan satuan ohm ().
Hambatan dalam rangkaian listrik diberi simbol:
gambar sebenarnya adalah
atau
R
V
I
atau V = I . R
V
I
40
= 0,4
R = 100
R =
2. Catatlah hasil yang ditunjukkan ampere meter pada setiap percobaan (a),
(b) dan (c).
Jumlah Baterai
Tegangan (V)
(1)
(2)
(3)
1,5
3
4,5
.............
.............
.............
Tegangan/kuat arus
V/I
.............
.............
.............
3. Buat grafik V I
2
1.
2.
3.
4.
5.
Perlu diingat oleh Anda! Jangan melihat dulu kunci jawaban yang telah tersedia.
KUNCI LATIHAN-2
1.
2.
3.
4.
5.
Ampere meter
Voltmeter
volt
R=
Diketahui:
R
V
Ditanyakan: I
Jawaban:
V
=
=
=
=
10 ohm
1,2 kV = 1.200 volt
.
I.R
V
R
1.200
10
= 100 Ampere
Jadi Anda harus memahami, bila Anda mempunyai sesuatu alat listrik harus
dengan tegangan yang ada di rumah dan tegangan yang tercantum di alat listrik
tersebut. Jelas!
R = A
dengan ketentuan:
R = hambatan ( )
= hambatan jenis penghantar ( m)
= panjang penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (m2) untuk kawat berbentuk lingkaran
A = r2
r = jari-jari lingkaran kawat.
21
Untuk mempermudah Anda mengenal berbagai macam jenis logam dan hambatan
jenisnya, Anda perhatikan tabel di bawah ini!
Tabel 1. Hambatan jenis beberapa zat.
No
1.
2.
3.
Zat
Penghantar
Perak
Tembaga
Alumunium
Tungsten
Nikel
Besi
Baja
Mangan
Karbon
1,8 x 108
1,7 x 108
2,8 x 108
5,6 x 108
6,8 x 108
10,0 x 108
18,0 x 108
44,0 x 108
3500 x 108
Semikonduktor
Germanium
Karbon
Doiksid tembaga
0,5
3,5 x 105
1 x 103
Isolator
Kaca
Karet
1010 1014
1013 1016
Cobalah Anda ulangi sekali lagi tentang uraian materi hubungan antara hambatan
dengan jenis dan ukuran kawat sebelum mempelajari contoh soalnya.
Contoh soal:
Seutas kawat besi panjangnya 20 meter dan luas penampangnya 1 mm2,
mempunyai hambatan jenis 10-7 ohmmeter. Jika antara ujung-ujung kawat
dipasang beda potensial 60 volt, tentukan kuat arus yang mengalir dalam kawat!
Diketahui:
l
A
V
Ditanyakan: I
22
=
=
=
=
20 m
1 mm2 = 1 x 106 m2
60 V
107 ohm-meter
= .
20
1 x 10 6
R = 2 ohm
Berdasarkan hukum Ohm:
I
V
R
60
2
= 30 A
I
A
KUNCI LATIHAN 3
1. Diketahui: l = 50 cm = 0,5 m
A = 2 mm2 = 2 x 106 m2
R = 100
Ditanyakan: = .
23
Jawaban:
I
A
R.A
1
100.2 x 10 6
0,5
= 4 x 104 ohmmeter
(masukkan besaran-besarannya)
= 400 x 106
24
TUGAS 2
B. I = Q
Q
C. I = t
D. I =
Q2
t
E. I = Q2 . t
3. Besarnya kuat arus listrik dalam suatu penghantar menurut hukum Ohm
berbanding .
A. lurus dengan kwadrat tegangan
B. terbalik dengan tegangan
C. lurus dengan tegangan
D. lurus dengan muatan
E. terbalik dengan kuadrat
4. Hubungan antara besar kuat arus listrik dan besaran lainnya adalah sebagai
berikut, kecuali .
A. sebanding dengan besar muatan
B. berbanding terbalik dengan waktu
C. berbanding lurus dengan beda potensial
D. berbanding terbalik dengan hambatan
E. sebanding dengan hambatan
25
R
V
C. I
V
R
D. I
= Q.t
E. I
V
R2
26
10. Seutas kawat panjangnya 100 cm dan luas penampangnya 5 mm2, jika hambatan
kawat tersebut 100 ohm, maka hambatan jenisnya adalah ....
A. 1 x 104 ohmmeter
B. 5 x 104 ohmmeter
C. 5 x 105 ohmmeter
D. 2 x 106 ohmmeter
E. 2 x 105 ohmmeter
Bila Anda telah menyelesaikan tugas kegiatan-2, cocokkan jawaban Anda dengan
kunci jawaban yang terletak di belakang di akhir modul ini.
Hitunglah sendiri jawaban Anda yang benar dengan menggunakan:
jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
jumlah soal
Bila tingkat penguasaan Anda mencapai 70% atau lebih, Anda langsung mempelajari
kegiatan yang berikutnya (kegiatan-3). Seandainya tingkat penguasaan Anda di
bawah atau kurang dari 70%. Anda wajib mempelajari uraian materi ini sampai Anda
memahami betul dan mencapai tingkat di atas 70%.
Tetapi bila Anda masih belum memahaminya juga, Anda bertanya pada teman
sejawat atau Guru Bina di sekolah induk. Yang harus Anda ingat, bahwa didalam
belajar Anda tidak boleh malu bertanya dan mudah putus asa. Semoga berhasil.
Setelah Anda mempelajari uraian materi tentang kuat arus dan hukum ohm, Anda
lebih memahami lagi apabila Anda mencoba melaksanakan percobaan. Percobaan
dilaksanakan di sekolah induk bersama teman-teman Anda dan dibimbing oleh Guru
Bina dari sekolah induk yang ditunjuk. Selamat mencoba!
27
28
Kegiatan Belajar 3
HUKUM KIRCHHOFF
Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan dapat memahami
uraian materi tentang hukum Kirchoff sesuai indikator-indikator di bawah
ini:
1. menjelaskan bunyi hukum I Kirchhoff dengan benar;
2. menentukan kuat arus pada suatu titik percabangan bila data yang diperlukan
tersedia;
3. menentukan kuat arus pada salah satu resistor dari suatu rangkaian yang terdiri
dari 3 resistor disusun seri - paralel; dan
4. menghitung kuat arus pada suatu rangkaian yang terdiri dari 3 resistor disusun
seri - paralel dan dihubungkan dengan baterai yang mempunyai hambatan dalam
tertentu bila data yang diperlukan tersedia.
1. Hukum I Kirchhoff
Bahasan ini merupakan kelanjutan materi pada modul kegiatan-1 dan
2 sebelumnya. Arus listrik yang telah Anda kenal bahkan pahami itu,
bila mengalir bak ... aliran air yaitu dari dataran lebih tinggi ke dataran
lebih rendah atau arus listrik itu merupakan aliran arus dari potensial tinggi disebut
kutub positif melalui kabel (rangkaian luar) menuju potensial rendah disebut kutub
negatif.
Dalam alirannya, arus listrik juga mengalami cabang-cabang.
Ketika arus listrik melalui percabangan tersebut, arus listrik terbagi pada setiap
percabangan dan besarnya tergantung ada tidaknya hambatan pada cabang
tersebut. Bila hambatan pada cabang tersebut besar maka akibatnya arus listrik
yang melalui cabang tersebut juga mengecil dan sebaliknya bila pada cabang,
hambatannya kecil maka arus listrik yang melalui cabang tersebut arus listriknya
besar.
Selanjutnya hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik percabangan/
simpul dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik percabangan akan
diselidiki dengan percobaan pada lembar percobaan dan diharapkan Anda
mencobanya.
29
Bila Anda telah menyimak uraian di atas, dan telah memahaminya, silakan Anda
coba selesaikan/kerjakan soal berikut.
Bila Anda belum memahami dengan baik, silakan Anda ulangi lagi sampai Anda
dapat memahaminya dengan baik.
Contoh soal:
Perhatikanlah titik simpul A dari suatu
rangkaian listrik seperti tampak pada
gambar!
Kuat arus I1 = 10 A, I2 = 5 A arah menuju
titik A.
Kuat arus I3 = 8 A arah keluar dari titik A
Berapakah besar dan arah kuat arus I4?
30
Imasuk
I1 + I2
I5
I4
I4
2.
3.
4.
5.
=
=
=
=
=
Ikeluar
I3 + I4
8 + I4
15 8 = 7 A
7 ampere arahnya keluar dari titik A
31
KUNCI LATIHAN 1
1. Arah arus listrik pada rangkaian listrik yaitu arah arus keluar dari kutub positif
melalui rangkaian luar menuju kutub negatif.
2. Amperemeter
3. Disusun secara seri
4. Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
5. Penyelesaian: Imasuk = I1 + I2 = 10 + 5 = 15A
I3 + I4 = 5 + 7 = 12A arahnya keluar dari titik B berarti I5
pastilah berarah keluar dari titik b sehingga:
Imasuk = I3 + I4 + I5 = 12 + I5
Akhirnya =
Imasuk = Ikeluar
I1 + I2 = I3 + I4 + I5
15 = 12 + I5
I5
= 15 12 = 3 A
I5
= 3 ampere arahnya keluar dari titik B
Percobaan 3
Menyelidiki Kuat Arus Listrik pada titik simpul
Alat dan bahan yang diperlukan:
1. bola lampu 3 buah masing-masing 1,5 V (L1, L2, L3)
2. amperemeter 3 buah (A1, A2, A3)
3. Baterai 1,5 volt 3 buah
4. Power supply DC untuk 1,5 volt, 3 volt dan 4,5 volt
5. kabel penghubung
6. saklar penghubung (S)
3. Jika semua lampu menyala, bacalah angka yang ditunjukkan oleh alat
A1, A2 dan A3.
4. Catatlah angka yang ditunjukkan oleh A2 dan A3 dengan titik P merupakan
titik cabang rangkaian.
5. Tuliskan kesimpulan Anda dari hasil percobaan ini!
2. Hukum II Kirchhoff
Pemakaian Hukum II Kirchhoff pada rangkaian tertutup yaitu karena ada
rangkaian yang tidak dapat disederhanakan menggunakan kombinasi seri dan
paralel.
Umumnya ini terjadi jika dua atau lebih ggl di dalam rangkaian yang dihubungkan
dengan cara rumit sehingga penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan
teknik khusus untuk dapat menjelaskan atau mengoperasikan rangkaian tersebut.
Jadi Hukum II Kirchhoff merupakan solusi bagi rangkaian-rangkaian tersebut
yang berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik () dengan
penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Dirumuskan:
+ IR = 0
Selanjutnya ada beberapa tahap yang diperkenalkan pada Anda melalui kegiatan
3 ini yaitu pertama rangkaian dengan satu loop (loop adalah rangkaian tertutup)
serta selanjutnya rangkaian dengan dua loop atau lebih. Nah ... selanjutnya
silahkan Anda simak yang berikut:
Rangkaian dengan satu loop
Pada gambar 12 berikut menunjukkan rangkaian sederhana dengan satu loop.
Pada rangkaian tersebut, arus listrik yang mengalir adalah sama, yaitu I (karena
pada rangkaian tertutup).
Dalam menyelesaikan persoalan di dalam loop perhatikan hal-hal berikut ini!
a. Kuat arus bertanda positif jika searah dengan loop dan bertanda negatif jika
berlawanan dengan arah loop.
33
b. GGL bertanda positif jika kutub positipnya lebih dulu di jumpai loop dan
sebaliknya ggl negatif jika kutub negatif lebih dulu di jumpai loop.
Misalkan kita ambil arah loop searah dengan arah I, yaitu a-b-c-d-a
34
r
R
=
=
=
=
=
=
=
ggl baterai
hambatan dalam baterai
hambatan luar
24 V
r1 = 1
R1
12 V
r2 = 1
R2
6V
r3 = 0,5 R3
12 V
r4 = 0,5 R4
=
=
=
=
20
15
12
10
Hitunglah: a. Kuat arus listrik (I) yang mengalir pada rangkaian di atas!
b. Tegangan listrik antara titik B dengan D (VBD)
35
Penyelesaian:
Perhatikanlah oleh Anda! yaitu arah loop, arah arus listrik (I) dan teliti
akan harga-harga komponen listrik yang diketahui!
a. Menurut Hukum II Kirchhoff, didalam rangkaian tertutup tersebut berlaku
persamaan:
+ IR = 0 (arah loop dan arah arus listrik misalkan searah) maka:
1 2 3 + 4 + I (r1 + R1 + r2 + R2 + r3 + R3 + r4 + R4) = 0
24 12 6 + 12 + I ( 1 + 20 + 1 + 15 + 0,5 + 12 + 0,5 + 10 ) = 0
30 + I ( 60 ) = 0
60 . I = 30
I=
1
2
= 0,5 A
Jadi, kuat arus listrik (I) yang mengalir yaitu 0,5 ampere.
Kini kita telah mengetahui besar kuat arus listrik yang mengalir kawat
rangkaian di atas!
Selanjutnya kita akan tentukan besar tegangan listrik antara dua titik!
b. Kita dapat menghitung besar tegangan antara A dan D (VBD) untuk
lintasan yang menempuh B-A-D atau B-C-D.
Untuk Jalan B-A-D { Perhatikan harga I negatif () }
VBD = + I.R
= + 2 + 1 I (r2 + R1 + r1 + R4)
= + 12 + 24 0,5 (1 + 20 + 1 + 10)
= + 36 0,5 (32)
= + 36 16
VBD = + 20 Volt
Jalan lainnya untuk menentukan besar VBD (jalan kedua), yaitu:
Untuk jalan B C D:
VBD = + I.R {perhatikanlah harga I disini positip (+), Anda tahu
mengapa?}
= 3 + 4 + I (R2 + r3 + R3 + r4)
= 6 + 12 + 0,5 (15 + 0,5 + 12 + 0,5)
= + 6 + 0,5 (28)
= + 6 + 14
VBD = + 20 Volt
Jadi besar tegangan antara titik B dengan titik D yaitu VBD adalah + 20
volt, dengan cara yang serupa Anda dapat menentukan bahwa besar VDB
= 20 volt, silahkan mencoba.
Kini Anda akan ditunjukkan contoh soal berikut untuk loop (rangkaian tertutup)
dengan 2 (dua) loop disertai beberapa komponen listrik, silahkan Anda
menyimaknya!
36
Contoh soal:
Perhatikanlah gambar rangkaian listrik berikut:
Diketahui:
1 = 10 volt
2 = 10 volt
R1 = 5
R2 = 5
R3 = 2
r1 = 1
r2 = 1
Ditanyakan: a. Kuat arus listrik yang mengalir dalam rangkaian (I1, I2, dan I3).
b. Beda potensial antara A dan B (VAB).
Penyelesaian:
a. Berdasarkan Hukum I Kirchhoff, di titik simpul A:
Imasuk = Ikeluar
I1 + I2 = I3 atau I1 = I3 I2 atau I2 = I3 I1 (1)
Berdasarkan Hukum II Kirchhoff untuk loop I atau loop C-A-B-D-C:
+ IR = 0
1 + ( r1 + R1) + I3.R3 = 0
10 +I1 ( 1 + 5 ) + I3 . 2 = 0
10 + 6 I1 + 2 I3 = 0
(persamaan 2)
Berdasarkan hukum II kirchhoff untuk loop II atau loop F-E-A-B-F:
+ IR = 0
2 + I2 (r2 + R2) + I3 . R3 = 0
10 + I2 ( 1 + 5 ) + I3.2 = 0
10 + 6 I2 + 2 . I3 = 0
.(persamaan 3)
Selanjutnya subtitusikan (menyamakan dengan memasukkan nilai)
persamaan (1) dan (2) sehingga persamaan (2) menjadi:
10 + 6 I1 + 2 I3 = 0 .. I1 = I3 I2
10 + 6 ( I3 I2 ) + 2 I3 = 0
10 + 6 I3 6 I2 + 2 I3 = 0
10 6 I2 + 8 I3 = 0 ..(persamaan 4)
Selanjutnya eliminasikan (menghilangkan) persamaan 3 dan 4 sehingga:
persamaan (3) : 10 + 6 I2 + 2 I3 = 0
persamaan (4) : 10 6 I2 + 8 I3 = 0
+
20 + 10 I3 = 0
10 I3 = 20
I3 = 2 Ampere.
37
38
TUGAS 3
Petunjuk:
a. Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat!
b. Kunci jawaban pada akhir modul dilihat setelah Anda menjawab semua
soal di bawah ini.
1. Arah arus dianalogikan dengan arah air yang mengalir dari:
A. dataran rendah
B. dataran tinggi
C. dataran tinggi ke dataran rendah
D. dataran rendah ke dataran tinggi
E. dari dataran tinggi ke dataran rendah
2. Dataran tinggi dianalogikan dengan kutub baterai bermuatan ....
A. negatif
B. positif
C. netral
D. positif negatif
E. negatif - positif
3. Dalam alirannya, arus listrik jika mendapatkan hambatan yang besar maka besar
arus listrik yang mengalir akan semakin alirannya.
A. berubah-ubah
B. tertentu
C. berkelok-kelok
D. kecil
E. besar
4. Pada percobaan menyelidiki kuat arus listrik pada titik simpul bila semakin banyak
percabangannya maka arus listrik semakin banyak terbagi ke percabanganpercabangan tersebut, maka Anda .
A. ragu-ragu
B. tidak setuju
C. setuju
D. harus dicoba lagi
E. tidak dapat diketahui
39
5. Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah
kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut. Pernyataan ini dikenal
dengan:
A. Hukum Arus Listrik
B. Hukum Ohm
C. Hukum I Kirchhoff
D. Hukum II Kirchhoff
E. Hukum Jumlah Arus Listrik
6. Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik () dengan
penurunan potensial (IR) sama dengan nol. Pernyataan ini dikenal dengan:
A. Hukum Ohm
B. Hukum I Kirchhoff
C. Hukum II Kirchhoff
D. Hukum Gaya Gerak Listrik
E. Hukum Dasar Listrik
7.
Bila I1 = 10 A, I2 = 5 A, I3 = 5A dan I4 = 12
A, maka I5 dapat ditentukan sebesar
....
A. 8 A
B. 2 A
C. 1 A
D. 32 A
E. 12 A
8. Dari soal no. 7 di atas maka arah I5 yaitu ... dari titik A!
A. keluar masuk
B. berputar
C. diam-diam saja
D. masuk
E. keluar
9. Dari rangkaian disamping
besar beda potensial antara
titik D dan titik A (VDA) yaitu:
A. 6 V
B. 6 V
C. 4 V
D. 4 V
E. 8 V
40
41
42
Kegiatan Belajar 4
Energi listrik
Untuk memulai mempelajari energi
listrik, coba Anda perhatikan gambar
14. Sebuah baterai dengan tegangan
V, selama waktu t mengalirkan
muatan elektron sebanyak q melalui
hambatan R. Untuk itu baterai
melakukan usaha W yang besarnya
sama dengan perubahan energi
potensial Ep = V.q
Gambar 14. Baterai membangkitkan
energi pada hambatan R
kita tuliskan:
W = E p = V . q
karena q = I . t, dimana I adalah kuat arus listrik dan t waktu, maka besar usaha
yang dilakukan adalah:
W=V.I.t
karena V = I . R, maka besar usaha W yang sama dengan energi listrik adalah
43
W = V . I . t = I2 . R . t =
Dimana: W
I
R
V
t
q
=
=
=
=
=
=
Contoh:
Berdasarkan rangkaian di samping tentukan
a. Energi listrik yang dibangkitkan oleh baterai
selama 1 menit.
b. Energi listrik yang berubah menjadi panas
pada R = 4 selama 1 menit.
Diketahui: V = 12 V
R2 = 4
R2 = 2
t
= 1 menit = 60 sekon
Ditanyakan: a. energi yang dibangkitkan baterai W = ....
b. energi yang menjadi panas pada R1 = 4 , W1 = ....
Jawab:
(12)2
V2
a. W = (R + R ) . t =
(4 + 2) . 60
1
2
W = 1440 Joule
V
12
b. I = (R + R ) = 4 + 2 = 2 A
1
1
W1 = (I2) . R1 . T = (2)2 . (4) . (60)
W1 = 960 Joule
Daya Listrik
Besar Daya listrik (P) pada suatu alat listrik adalah merupakan besar energi listrik
(W) yang muncul tiap satuan waktu (t), kita tuliskan.
P=
W=P.t
dengan satuan P adalah Joule (S)1 atau watt. Jika nilai W pada persamaan (6 - 4)
kita substitusikan pada persamaan (6-5), maka kita dapatkan nilai daya listrik P
44
besarnya adalah:
P = V . I = I2 . R =
Contoh:
Berdasarkan gambar di samping, coba Anda
tentukan:
a. Daya listrik yang dibangkitkan oleh
baterai.
b. Daya disipasi (daya yang berubah jadi
panas) pada hambatan 11
Diketahui:
= 6 V,
r = 1 ,
R = 11
= 1 + 11 = 0,5 A
P = (I)2 (r + R) = (0,5)2 (11) = 2,75 watt
b. Pr = (I)2 (R) = (0,5)2 (11) = 2,75 watt
Jawab: a. I
45
Jawab:
P=
W = P.t
W = (0,2 kW) (720 h)
W = 144 KWh
= m.c.T
V . I . t = m . c . T
Contoh:
Sebuah teko listrik 400 watt/220 Volt digunakan untuk memanaskan 1 kg air yang
kalor jenisnya 4200 J/kg 0C pada suhu 200 C. Berapakah suhu air setelah dipanaskan
selama 2 menit?
Diketahui:
P = 400 W, V = 220 V
t = 2 menit = 120 S
m = 1 kg
c = 4200 J/kg 0C
To = 20 0C
Ditanyakan: suhu akhir air, T = .......
Jawab:
P . t = m . c . T
T =
T =
T = 11,43 0C
46
P2 =
di mana
P1
P2
V1
V2
=
=
=
=
. P1
Pemakaian daya listrik di rumah atau di kantor dibatasi oleh pemutus daya yang
dipasang bersama dengan KWh meter. Pemutus daya tersebut memiliki spesifikasi
arus tertentu: 2A, 4A. 6A, 10A, 15A. Pemutusan daya 2A digunakan untuk membatasi
pemakaian 440 W, pemutusan daya 6A digunakan untuk membatasi pemakaian
daya 220 x 6 = 1320 Volt dan seterusnya.
Jika arus listrik melebihi ketentuan maka
dengan adanya pemutusan daya secara
otomatis akan menurunkan saklar. Untuk
keamanan pada alat-alat listrik rumah
tangga biasanya pada masing-masing alat
dipasang sekering (fuse) seperti
ditunjukkan gambar (16).
47
Pemasangan sekering pada alat listrik untuk mengantisipasi adanya arus yang tibatiba membesar yang memungkinkan alat listrik dapat rusak atau terbakar. Dengan
adanya sekering, jika arus tiba-tiba membesar maka sekering akan putus dan alat
listrik tidak rusak. Sekering di pasaran memiliki nilai tertentu yaitu: 3 A, 5 A, 13 A, 15 A.
Bentuk sekering diberikan pada gambar (17).
(a)
Gambar 17. a) Sekering tipe kawat
(b)
b) Sekering tipe peluru
berdasarkan persamaan (6 - 8)
P2 =
. P1
=
P2 = 10 watt
48
. (40)
Contoh:
Sebuah pembersih vakum memiliki spesifikasi 440 W/220 V. Jika nilai sakering yang
ada 3 A, 5 A, 13 A dan 15 A. Sakering mana yang harus dipilih?
Diketahui:
P = 440 W, V = 220 V
Nilai sakering 3 A, 5 A, 13 A dan 15 A
Ditanyakan: Sakering mana yang dipilih?
Jawab:
P = VI
I =
I = 2A
Sakering yang digunakan adalah 3 A
49
KUNCI LATIHAN 4
1. Diketahui :
= 12 V; r = 1 ;
R = 5 ; t = 300 s
: I
=2A
: Daya P
Jawab
: P=
P = 24 Watt
3. Diketahui : P = 600 W;
V = 220 V
t =8h
Ditanya
: Energi W .....
Jawab
: P=
W=P.t
W = (600 W) (8 h)
W = 4800 Wh
W = 4,8 kWh
4. Diketahui : P = 400 W ;
V = 220 V
m = 1 kg;
c = 4200 J / kg 0C
T = 100 20 = 80 0C
Ditanya
: t=
Jawab
: P . t = m c T
t=
t=
50
= 840 S
5. Diketahui : P1 = 100 W ;
V1 = 250 V ;
V2 = 200 V.
Ditanya
: Arus I = .....
Jawab
: P1 =
Besar arus I =
R=
= 625
=
=
= 0,32 A
6. Diketahui : P = 1000 Q ;
V = 220 V
Nilai sekering : 3A, 5A, 13A, 15A
Ditanya
Jawab
: I=
= 4,55 A
Sekering yang dipakai adalah : 5 A
1000
220
7.
Jawab
R=
I=
=6
=
=
P = I2 (3R)
P=
= (3 x 6)
P = 8 Watt
51
52
TUGAS 4
53
54
PENUTUP
Selamat Anda telah selesai mempelajari materi Rangkaian Arus Searah dengan
baik.
Dengan selesainya Anda mempelajari modul ini, Anda dapat menjelaskan arus listrik,
hukum Ohm dan rangkaian arus listrik, serta Anda dapat menghitung kuat arus
pada suatu rangkaian listrik. Dan Anda dapat melakukan percobaan.
Semoga Anda berhasil dalam mengikuti tes akhir modul. Kemudian Anda dapat
melanjutkan belajar pada modul berikutnya, tapi sebelum itu bacalah rangkuman
berikut ini!
Alat ukur kuat arus listrik adalah amperemeter.
Alat ukur tegangan/beda potensial adalah voltmeter.
Kuat arus adalah jumlah muatan yang mengalir tiap satuan waktu, dirumuskan:
I =
I = kuat arus listrik (coulomb/sekon = ampere)
Q = muatan listrik (coulomb)
t = waktu (sekon)
Q
t
Arah arus listrik mengalir dari potensial tinggi (+) menuju ke potensial rendah
(). Arah arus elektron dari potensial rendah menuju ke potensial tinggi.
Besar kuat arus di dalam suatu penghantar sebanding dengan beda potensial.
Hal ini dikenal sebagai hukum ohm.
V
I = R
Hambatan suatu penghantar pada suhu tertentu ditentukan oleh panjang (l),
hambatan jenis penghantar (r) dan luas penampang kawat penghantar (A),
dirumuskan:
1
R = A
Beberapa sumber tegangan searah yang dirangkai paralel tidak akan merubah
besar tegangan total, namun hanya meningkatkan kemampuannya memasok
arus.
55
Bunyi hukum I Kirchhoff yaitu kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul
sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.
Persamaan Hukum I Kirchhoff yaitu:
Imasuk = Ikeluar
Bunyi Hukum II Kirchhoff yaitu di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar
gaya gerak listrik () dengan penurunan tegangan (IR) sama dengan nol.
Dirumuskan:
+ IR = 0
Besar energi W yang terjadi pada hambatan R yang dialiri arus I selama t adalah:
W = V I t = I2Rt =
= V I = I2R =
Satuan energin listrik dalam rumah tangga menggunakan satuan KWh (KiloWatt
hour).
1 kWh = 3,6 x 106 J
. P1
Anda telah menyelesaikan modul ini. Selanjutnya temuilah Guru Bina Anda untuk
mendapatkan test akhir modul yang harus Anda kerjakan.
Tetaplah bersemangat dan semoga berhasil.
56
TUGAS 1
1.
2.
3.
4.
5.
A
E
C
A
C
TUGAS 2
1. D (muatan)
2. C (I =
6. A (ampere meter)
7. E
R = 150 ohm
V = 6 volt
I = .
= 0,04 A
I = 40 mA (e)
V = 100 volt
I =
= 0,5 ampere
8. E
I
I =
R=
R = ....
R = 200 ohm (e)
9. C (luas penampang dan hambat jenisnya)
10. E
l = 100 cm = 1 m
A = 5 mm2 = 5 x 106 m2
R = 100 ohm
r = .
R = .
= 500. 106
r = 5 x 104 m (e)
TUGAS 3
1. C (dataran tinggi ke dataran rendah)
2. B (positif)
57
3. D (kecil)
4. C (setuju)
5. C (Hukum I Kirchhoff)
6. C (Hukum II Kirchhoff)
7. A (8 A) cara penyelesaiannya:
Imasuk = Ikeluar (I5 pastilah kearah keluar dari titik A)
I1 + I2 + I3 = I4 + I5
10 + 5 + 5 = 12 + I5
I5 = 20 12 = 8
I5 = 8 A (a)
8. E (keluar) cara penyelesaiannya lihat no. 7 di atas!
9. B (6 V) cara penyelesaiannya:
misal arah loop yaitu A-B-C-D-A sehingga:
+ IR = 0
12 2 + 4 + I (1 + 2 + 1 + 1) = 0
10 + 5 I = 0
I =2A
VDA = + IR ( VDA langsung)
= + 4 + 2 (1)
VDA = 6 volt (b)
10. D (2 A dari A ke B)
Untuk loop D-C-A-B-D didapat:
+ IR = 0
10 2 + I (1 + 7) + I3 (2) = 0
12 + 8 I1 + 2 I3 = 0
di titik simpul A berlaku:
I1 = I3 I2 sehingga:
12 + 8 (I3 I2) + 2 I3 = 0
12 8 I2 + 10 I3 = 0 .1
Untuk loop F-E-A-B-F didapat:
+ IR = 0
10 2 + I2 (1 + 7) + 2 I3 = 0
12 + 8 I2 + 2 I3 = 0 .2
58
= 2A
KEGIATAN 4
1. Diketahui :
R = 1000 ;
r=2A;
t = 600 S
Ditanya
W = ......
Jawab
2. Diketahui :
R = 25 ;
t = 600 S;
W = 6 x 104 J
Ditanya
I =......
Jawab
W = I2 R t
I2 =
I2 =
I2 = 4
I =2A
3. Diketahui :
R = 50 ; V = 12 V
Ditanya
Daya P = .......
Jawab
P = 2,88 Watt
59
4. Diketahui :
P = 100 Watt ;
V = 220 V
Ditanya
R = ......
Jawab
P=
5. Diketahui :
R=
= 484
P = 350 W ;
V = 220 V ;
t=4h
Ditanya
Jawab
W = P . t = (350) (4)
W = 1400 kWh
W = 1,4 kWh
6. Diketahui :
= 50 m3s1
h = 100 m,
g = 10 ms2 ,
P = 1000 kg m3
= 8090 = 0,8
Ditanya
daya listrik P = ?
Jawab
P=
=h
gh
P = 100 W,
t = 1200 s,
To = 30 0C,
V = 220 V,
m = 5 liter
c = 4200 J/kg 0C
Ditanya
Jawab
P. t = m c
=
Suhu akhir, T = T0 +
T = 3 0C + 5,7 0C
T = 35,7 0C
60
= 5,7 0C
8. Diketahui :
Ditanya
Jawab
9. Diketahui :
L1 = 36 W/12 V
L2 = 24 W/12 V
L3 = 12 W/12 V
Tersusun paralel dihubungkan pada baterai 12 V
Ditanya
Jawab
10. Diketahui :
V = 220 V,
I = 12 A,
m = 800 kg
g = 10 m s2,
v = 9 m (mnt)1 = 0,15 m s1
Efisiensi mesin,
=
= .....
= 0,45
Ditanya
Jawab
= 0,5 A
Hambatan total RL =
Hambatan total R =
= 400
= 500
Hambatan Rs = R RL
Rs = 500 400
Rs = 100
61
DAFTAR PUSTAKA
Tim PDKBM Fisika II, Pustekkom Diknas, Jakarta: 2000.
TIM Kegiatan Pembelajaran Fisika, Proyek alat-alat IPA dan PKG DIKNAS,
Jakarta: 1997.
Budikase, Nyoman Kertiasa, Fisika 2, Balai Pustaka, Jakarta: 1995.
Muhadi, dkk, Konsep-Konsep Fisika 2, Salatiga: PT. Intan Pariwara, 1996.
Drs. Kamajaya, Penuntun Belajar Fisika 2, Bandung: Ganeca Exact, 1996.
Drs. Heru Asri Poerno, dkk., Fisika 2a, Jakarta:Yudhistira, 1997.
Bob Foster, Fisika Terpadu 2a, Jakarta: Erlangga, 2000.
Ir. Hasan Wiladi, S.Pd, M.Si, Fisika 2, Bandung: Grafindo, 1994.
Marthen Kanginan, Fisika 2000 2B, Jakarta: Erlangga, 2000.
Depdiknas, Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan
Silabus dan Sistem Penilaian Pelajaran Fisika, 2003
62
Modul Dinamika 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................
ii
iii
GLOSARIUM ...........................................................................
vi
PENDAHULUAN .......................................................................
A. Diskripsi........................................................................
B. Petunjuk Penggunaan Modul ...........................................
1
2
3
3
3
8
9
11
11
11
11
13
19
24
A. Tujuan Pembelajaran
B. Uraian Materi
C. Tugas Kegiatan 3
PENUTUP
A. Rangkuman
B. Kunci Tugas Kegiatan
C. Kegiatan Praktikum
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
DAFTAR PUSTAKA
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
Hukum Newton
Hukum I Newton
Hukum II Newton
persamaannya
persamaannya
jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus
jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus
F = m.a
Dimana :
m = massa
Hukum II Newton
persamaannya
FAksi = -FReaksi
a = Percepatan
jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
jika F = 0 maka
benda diam atau
bergerak lurus
Modul Dinamika 1
PENDAHULUAN
A. Diskripsi
Assalamualaikum wr. Wb, senang sekali bisa berjumpa dengan kalian
meski hanya lewat modul ini. Anda tentunya tidak asing dengan tokoh yang
satu ini, Newton. Pada modul ini kita akan membahas tentang hukum hukum
Newton dan aplikasinya. Bayangkan Anda sedang menonton pertandingan
sepakbola. Bayangkan juga Anda sedang mengamati lalu lintas di suatu jalan
raya yang ramai. Pemandangan apakah yang sama dari kedua peristiwa
tersebut? Ya, semuanya, pemain sepak bola, wasit, bola, mobil, motor, sepeda,
orang yang lalu-lalang melakukan hal yang sama yaitu Bergerak.
Sekarang pikirkan, mengapa mereka bergerak? Apa yang membuat mereka
bergerak? Bagaimana mereka mengubah-ubah arah geraknya dengan mudah
dan cepat?
Modul yang sedang Anda baca ini akan memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan tersebut.
Secara sistematik Anda akan belajar dalam 3 kegiatan belajar. Pada tiap
kegiatan diberikan contoh aplikasi dalam kehidupan nyata. Pokok utama
pembelajaran adalah Gerak Lurus dan Penyebabnya yang dijabarkan atas tiga
kegiatan belajar.
Kegiatan Belajar 1 : membahas mengapa sebuah benda dapat berada dalam
keadaan
diam
atau
Hukum
I
Newton.
Kegiatan Belajar 2 : membahas bagaimana sebuah benda yang mula-mula
diam
dapat bergerak dengan kecepatan yang terus bertambah.
Atau
bagaimana sebuah benda yang semula bergerak dapat
Kegiatan Belajar 3 : berhenti setelah satu satuan waktu. Hukum II Newton.
membahas interaksi gaya antara dua benda yang
berbenturan. Hukum III Newton.
Setelah mempelajari modul ini dengan seksama Anda akan memiliki
kompetensi untuk menjelaskan penyebab gerak sebuah benda, faktor-faktor
yang mempengaruhi geraknya, serta mengaplikasikannya untuk memecahkan
berbagai persoalan gerak dalam kehidupan nyata.
Pada akhir modul disediakan soal-soal latihan untuk melatih pemahaman
konsep, dan pada akhir modul di berikan Tes Akhir Modul.
Selamat belajar!
B. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
KEGIATAN BELAJAR 1
HUKUM NEWTON I
A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1.
2.
3.
4.
B. Uraian Materi
1. Gaya Mempengaruhi Gerak Benda
Mungkin Anda pernah mendorong mobil mainan yang diam, jika dorongan
Anda lemah mungkin mobil mainan belum bergerak, jika gaya dorong
diperbesar mobil bergerak atau jika Anda naik sepeda meluncur di jalan raya,
jika sepeda direm, sepeda berhenti.
Pernahkah Anda bertanya, mengapa kita dapat melihat benda-benda? Ya,
jawabnya karena ada cahaya dari benda ke mata kita, entah cahaya itu
memang berasal dari benda tersebut, entah karena benda itu memantulkan
cahaya yang datang kepadanya lalu mengenai mata kita. Jadi, gejala melihat
erat kaitannya dengan keberadaan cahaya atau sinar.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
Gambar 1.3. Bola ditendang dari sisi gawang lalu disundul ke arah gawang.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
3. Gaya juga dapat mengubah bentuk benda. Jika Anda memiliki balon, tiup
dan ikatlah balon, sehingga balon tetap menggembung. Apa yang terjadi jika
balon tadi kita tekan perlahan dengan tangan? Pasti Anda akan
mendapatkan balon agak kempes, atau bentuk balon berubah. Perubahan
4. bentuk balon karena pengaruh gaya tekan.
Gaya dapat mempengaruhi ukuran sebuah benda, karet jika ditarik akan
bertambah panjang, sedangkan pegas jika ditekan akan bertambah pendek.
Selanjutnya, coba Anda bayangkan seandainya Anda meletakkan gelas yang
diam di atas meja datar, amati beberapa saat, apakah gelas tetap diam atau
menjadi bergerak? Anda akan mendapatkan bahwa gelas tetap diam, karena
tidak ada gaya yang bekerja pada gelas (gambar 1.4.)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
Balok mengalami gaya tarik F1 = 15 N ke kanan dan gaya F2 ke kiri. Jika benda
tetap diam berapa besar F2?
=0
F1-F2
=0
F2
= F1
=0
Contoh 2
Pada gambar 1.7. dimaksudkan beban B meluncur ke kanan dengan kecepatan
tetap 4 ms-1.
Jika F1 = 10 N; F2 = 20 N, berapa besar F3?
Gambar 1.7.
Beban mengalami tiga gaya.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
Jawab
Sesuai dengan Hukum I Newton, gaya yang bergerak lurus beraturan
(kecepatan tetap) adalah nol.
F
=0
F1 + F3 F2
=0
F3
= F2-F1
F3
= 20-10
F3
= 10 N
Gambar 1.8
a)Beban bergantung pada tali b) Diagram gaya
Jawaban
Gambarkan dahulu diagram gaya-gayanya seperti pada gambar diatas.
Selanjutnya kita tinjau pada cabang tali .w.
Karena beban m diam, maka F=0 T-W = 0 T = W = 50 N
Selanjutnya kita tinjau dari cabang tali
- Arah Mendatar
Fa = 0
- Arah Vertikal Fy
T1y+T2y-T
T2x-T1x
T2 Cos 53
0,6 T2
T1
=
=
=
=
0
T1 Cos 37
0.8 T1
0,75 T2
=0
=0
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
T1sin 37 + T2 sin 53 - 50
= 0 substitusi dengan
=0
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
C. Tugas Kegiatan 1
Anda telah menyelesaikan kegiatan 1, modul ini. selanjutnya Anda
kerjakan tugas berikut ini, cocokkan sendiri jawaban Anda dengan
jawaban yang ada di akhir modul ini.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan gaya!
2. Apa yang terjadi jika balon yang menggembung kita tekan perlahan dengan
tangan?
3. Jelaskan apa yang terjadi jika benda yang bergerak diberi gaya yang
arahnya tegak lurus arah gerak benda!
4. Jelaskan bagaimana bunyi Hukum I Newton!
5. Di dalam kendaraan yang sedang bergerak lalu direm mendadak para
penumpang akan terdorong ke depan. Jelaskan dengan prinsip Hukum I
Newton!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Modul Dinamika 1
7. Bagaimana besar gaya yang bekerja pada benda yang bergerak dengan
kecepatan tetap?
8. Berikan dua contoh keberlakuan Hukum I Newton dalam kejadian seharihari.
9. Jika berat beban w = 16 N, berapakah besar T1 dan T2, jika Sin 53 = 0,8?
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
10
Modul Dinamika 1
KEGIATAN BELAJAR 2
Hukum II Newton
A. Tujuan Pembelajaran
Pada akhir kegiatan, diharapkan Anda dapat :
1. menghitung percepatan suatu benda karena pengaruh gaya;
2. mendefinisikan berat benda w; dan
3. menghitung tegangan tali pada sistem katrol.
B. Uraian Materi
1. Gaya Menimbulkan Percepatan
Pada Kegiatan 1, telah dibahas jika benda diam atau bergerak lurus beraturan,
maka resultan gaya pada benda nol.
Bagaimanakah jika gaya pada benda tidak nol? Untuk menjawabnya, coba
Anda perhatikan uraian berikut.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
11
Modul Dinamika 1
Ternyata jika masa benda (m) dikalikan dengan percepatan nilainya sama
dengan besar gaya yang dikerjakan, sehingga dapat ditulis:
F= m.a
dengan
F = resultan gaya yang bekerja (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan atas benda (m/s2)
Persamaan inilah yang dikenal sebagai Hukum II Newton. Persamaan ini
menjelaskan bahwa setiap resultan gaya (F) tidak bernilai nol pada benda
akan menimbulkan perubahan kecepatan atau percepatan pada benda
tersebut. Jadi gaya menimbulkan percepatan pada benda.
Untuk mempermudah memahami apa yang telah Anda baca, perhatikan contoh
soal berikut.
Contoh 1
Balok B massanya 2 kg ditarik dengan gaya F yang besarnya 6 Newton.
Berapa percepatan yang dialami beban?
Gambar 2.2.
Berdasarkan Hukum Newton II
F = m.a (dengan F = 6 N dan m = 2 kg)
Contoh 2
Balok B mengalami dua gaya masing-masing F1 = 25 N dan F2 = 20 N
seperti ditunjukkan pada gambar. Berapa percepatan balok B?
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
12
Modul Dinamika 1
Gambar 2.3.
Dari Hukum II Newton
Contoh 3
Jika balok B yang massanya 2 kg mengalami percepatan 5 ms-2 ke kanan,
berapa besar F3?
Gambar 2.4.
2. Gaya Berat
Dalam percakapan sehari-hari, sering kita dengar istilah berat. Misalnya Amir
disuruh ibunya membeli gula yang beratnya 2 kg. Dalam fisika, kata yang
dimaksudkan oleh ibu Amir seharusnya adalah massa, yaitu jumlah zat yang
terkandung dalam suatu benda (selalu tetap di manapun berada).
Lalu apakah berat itu? Berat suatu benda adalah massa suatu benda yang
dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi, di tempat yang gravitasinya
berbeda berat benda akan berubah.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
13
Modul Dinamika 1
w = m.g
di mana
w = gaya gravitasi bumi pada benda atau berat benda dalamNewton
m = massa benda, dalam kg
-2
g = percepatan gravitasi bumi yang besarnya 9,8 ms kadang-kadang
-2
untuk memudahkan dibulatkan menjadi 10 ms
Contoh 4
Berat benda yang massanya 2 kg, jika g = 9,8 ms-2 adalah:
w= mg
w = 2. 9,8
w = 19,6 Newton.
Makin jauh dari bumi percepatan gravitasi bumi makin kecil, sehingga berat
roket pada saat di A lebih besar dibandingkan roket di B.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
14
Modul Dinamika 1
Gambar 2.7.
(a) beban m di atas bidang miring licin
(b) diagram gaya pada beban m
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
15
Modul Dinamika 1
F = m g Sin
Percepatan
ma
a
dengan g
q
Contoh 5
Beban m yang massanya 5 kg dan percepatan gravitasi 10 ms-2 terletak di atas
bidang miring licin dengan sudut kemiringan 30. Tetukan berapa percepatan
beban m!
Jawaban
Pada beban hanya bekerja gaya berat, maka percepatan beban bisa dihitung:
a = g Sin
= 10 Sin 30
= 5 ms-2
Contoh 6
Beban m yang mengalami 5 kg dan percepatan gravitasi 10 ms-2terletak di atas
bidang miring dengan sudut kemiringan 37 (Sin 37 = 0,6).
Beban mengakhiri gaya F mendatar sebesar 20 N (gambar 2.8.)
Tentukan berapa percepatan m!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
16
Modul Dinamika 1
b. Sistem Katrol
Sistem Katrol terdiri atas katrol, tali dan benda. Pada bagian ini Anda akan
mempelajari sistem katrol tanpa gesekan. Pemakaian prinsip Hukum II Newton
pada suatu sistem katrol diperlihatkan oleh gambar 2.9. berikut:
Gambar 2.9
m1 dan m2 tergantung pada katrol
Dari gambar 2.9. nampak bahwa T: gaya tegangan tali Beban m1 dan m2
dihubungkan dengan tali ringan melalui katrol: K tanpa gesekan.
Apa yang terjadi jika m1 < m2? Jelas m1 akan naik, m2 akan turun sesuai
dengan Hukum II Newton. Pada beban m1 berlaku:
F
T-m1.g
F
m2.g T
=
=
=
=
m.a T w1 = m1.a
m1.a (arah gerak naik) pada beban m2 berlaku:
m.a w2 T = m2.a atau
m2.a (arah gerak turun)
= m1a + m2.a
= (m1 + m2) a
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
17
Modul Dinamika 1
Gambar 2.10.
m1 terletak di atas meja,
m2 tergantung
Karena bidang licin, m1 bergerak ke kanan, m2 bergerak turun, gaya-gaya yang
searah dengan gesekan positif yang berlawanan dengan arah gesekan negatif.
Sesuai dengan Hukum II Newton pada m1 berlaku
F = m.a
= m1.a
T
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
18
Modul Dinamika 1
Jika percepatan gravitasi bumi 10 ms-2 maka besar percepatan kedua beban
Dari modul Kinematika Gerak Lurus Anda telah mempelajari bahwa benda
yang bergerak melingkar beraturan memilki percepatan sentripetal (as) yang
besarnya:
dengan
v = kecepatan linier
w = kecepatan sudut w dibaca omega
R = jari-jari lintasan
Untuk mengingatkan, Anda perhatikan gambar 2.11. berikut ini:
Gambar 2.11..
Perubahan kecepatan pada benda GMB menuju pusat lintasan.
Sesuai dengan Hukum II Newton, percepatan sentripetal as disebabkan oleh
gaya yang searah dengan as. Gaya ini dinamakan gaya sentripetal (Fs). Jadi:
F= m. as
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
19
Modul Dinamika 1
Dari persamaan ini nampak bahwa besarnya gaya sentripetal bergantung pada
a) m = massa benda (kg)
b) v = kecepatan linier (m/s)
c) = kecepatan sudut (rad/s)
d) R = jari-jari lintasan, m
Gaya sentripetal, Fs berperan mempertahankan benda bergerak melingkar
beraturan agar tetap pada lintasannya.
Untuk lebih memahami gaya sentripetal pelajari contoh berikut ini:
Contoh 7
Sebuah benda bermassa 100 gr bergerak melingkar beraturan dengan laju 3
m/s. Jika jari-jari lingkaran 40 cm, berapakah gaya sentripetal yang dialami
benda ini?
Jawab:
Diketahui:
m = 100 gr = 0,1 kg
v = 3 ms-1
t = 40 cm = 0,4 m
Ditanyakan:
Gaya sentripetal = Fs
Penyelesaian:
Dari data yang diketahui, maka gaya sentripetal dihitung dengan persamaan
Contoh 8
Sebuah benda bermassa 0,6 kg diikat di ujung seutas tali yang panjangnya 1,5
m. Bola berputar dalam satu lingkaran horisontal seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2.11. Jika putaran bola tali mengalami tegangan maksimum 40 N,
berapakah kelajuan maksimum bola sebelum tali putus?
Jawab
Diketahui
Massa bola m
Panjang tali
Tegangan tali
= 0,6 kg
= jari-jari r = 1,5 m
= gaya sentripetal Fs = 40 N
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
20
Modul Dinamika 1
maksimum
Ditanyakan:
Kelajuan maksimum bola sebelum tali putus?
Penyelesaian:
Gambar 2.12.
2. Beban m1 dan m2 masing-masing 4 kg dari 6 kg (g = 10 ms-2 ), dihubungkan
dengan tali lain digantungkan pada katrol licin. Tentukan berapa besar:
a. percepatan kedua beban!
b. besar gaya tagangan tali T!
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
21
Modul Dinamika 1
Gambar 2.13.
3. m1 besarnya 8 kg dan m2 2 kg (g = 10 ms-2). Jika bidang licin, tentukan:
a. percepatan beban m1 dan m2!
b. besar tegangan tali T!
Gambar 2.14.
4. Seorang siswa memutar beban karet bermassa 100 gr dengan alat
sentripetal yang ujungnya diberi beban 1 kg. Jika jari-jari lintasan beban 75
cm dan beban berputar horizontal dengan laju linier 2 m/s, hitunglah besar
gaya sentripetal dan tegangan tali!
Jawaban
1. F
= 12
2. a.a
b.b
= 2ms-2
= 48 N
3. a. a
b. T
= 2 ms--2
= 16 N
4. Fs
Fs
= 5,33 N
= T = 5,33 N
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
22
Modul Dinamika 1
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
23
Modul Dinamika 1
Tugas Kegiatan 2
Anda telah menyelesaikan kegiatan 2 modul ini, selanjutnya kerjakan
tugas berikut dan cocokkan jawaban Anda dengan kunci yang ada di
akhir modul.
1. Sebuah benda massanya 5 kg terletak di atas bidang datar, mengalami
gaya 10 N ke kanan. Berapakah percepatan yang dialami benda tersebut?
2. Beban m 5 kg mengalami gaya F1, F2 dan F3 masing-masing 10 N, 25 N
dan 20 N. Berapakah percepatan yang dialami beban m?
Gambar 2.15.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan berat suatu benda!
4. Sebuah benda memiliki massa 2 kg, jika percepatan gravitasi bumi
besarnya 9,8 ms-2, berapakah berat benda tersebut?
5. Beban m1 dan m2 masing-masing 3 kg dan 2 kg dihubungkan dengan tali
ringan tanpa gesekan melalui katrol K. Jika percepatan gravitasi g = 10
ms-2, hitunglah berapa besar:
a. percepatan kedua beban!
b. besar tali penggantung!
Gambar 2.16.
6. Sebuah benda berputar dengan kecepatan sudut tetap 4 rad/s. Jika
massa benda adalah 100 gr, dan panjang tali untuk memutar benda
tersebut adalah 50 cm, maka gaya sentripetal yang dialami benda adalah
....
7. Beban m1 massanya 9 kg terletak di atas meja licin, beban m2 massanya
1 kg. Jika percepatan gravitasi 10 ms-2
Hitunglah berapa
a. percepatan kedua beban
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
24
Modul Dinamika 1
Gambar 2.17.
8. Sebuah balok m diletakkan di atas bidang miring yang licin dengan
kemiringan 37 (perhatikan gambar).
Gambar 2.18.
Jika percepatan gravitasi bumi 10 ms-2, berapakah percepatan balok saat
meluncur pada bidang miring?
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
25
Modul Dinamika 1
KEGIATAN BELAJAR 3
Hukum III Newton
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajarai modul ini, diharapkan ada dapat ;
1. mendeskripsikan pasangan gaya aksi-reaksi;
2. menerapkan konsep gaya aksi-reaksi pada sistem benda.
B. Uraian Materi
Untuk memahami pengertian gaya aksi-reaksi, coba Anda perhatikan gambar
dibawah ini
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
26
Modul Dinamika 1
Dari uraian di atas dapat disimpulkan syarat-syarat gaya aksi reaksi yaitu:
1. Arahnya berlawanan.
2. Besarnya sama (karena sistem diam).
3. Bekerja pada benda yang berbeda.
(FAB pada tembok dan FBA pada Amir)
Hal penting lainnya yang perlu Anda perhatikan dari pasangan gaya aksi-reaksi
ialah titik tangkap Gaya FAB dan FBA.
Dari gambar 3.1. nampak bahwa titik tangkap FAB dan FBA berimpit di titik P
pada bidang sentuh. Ini berarti bahwa gaya aksi-reaksi juga merupakan gaya
kontak.
Jadi:
Gaya aksi-reaksi termasuk gaya kontak
Berbagai percobaan menunjukkan bahwa ketika dua benda bersentuhan, dua
buah gaya yang mereka berikan satu sama lain selalu memiliki besar yang
sama dan arahnya berlawanan.
Tetapi Hukum III Newton juga menjelaskan gaya-gaya yang titik tangkapnya
berbeda. Gaya-gaya demikian disebut gaya jarak jauh.
Contohnya ialah gaya berat benda (w) dan gaya gravitasi bumi (Fg) yang
diperlihatkan pada gambar 3.2. berikut:
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
27
Modul Dinamika 1
N1 = - N
Tetapi bola besi memiliki berat w yang ditimbulkan oleh gravitasi bumi. Ini
berarti bumi mengerjakan gaya aksi pada bola besi yaitu gaya w, maka bola
besi juga mengerjakan gaya pada bumi yaitu w1. Jadi w gaya aksi dan w1 gaya
reaksi.
Ditulis:
w = - w1
Perhatikan bahwa titik tangkap gaya w pada bola besi dan titik tangkap gaya
w1 pada bumi. w dan w1 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi dari gaya jarak
jauh.
Contoh lain gaya aksi-reaksi jarak jauh dalam kejadian sehari-hari adalah:
Gaya tarik menarik kutub Utara dengan kutub Selatan magnet;
Gaya tarik menarik bumi dengan bulan;
Gaya tolak menolak antara muatan listrik muatan positif dengan muatan
positif, muatan negatif dengan muatan negatif.
Untuk lebih meningkatkan pemahaman Anda tentang gaya aksi-reaksi,
perhatikan gambar 3.3.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
28
Modul Dinamika 1
T1 = w
Interaksi dua benda terjadi antara beban dengan tali. Beban disangga oleh tali,
tali menarik beban dengan gaya T, sebagai reaksinya beban menarik tali
dengan gaya T2 yang besarnya sama dengan T1 arahnya berlawanan dengan
T1.
Jadi T1 dan T2 merupakan pasangan gaya aksi-reaksi kontak.
Interaksi dua benda juga terjadi antara penumpu O dengan tali, karena tali
disangga oleh penumpu O, tali ditarik oleh penumpu dengan gaya T3. Sebagai
reaksinya, tali menarik penumpu O dengan gaya T4 yang besarnya sama
dengan T3, arahnya berlawanan dengan T3.
Jadi T3 dan T4merupakan pasangan aksi-reaksi kontak. Tetapi T3 disebabkan
oleh berat benda sehingga T3 dan W merupakan pasangan gaya aksi-reaksi
jarak jauh.
Sekarang Anda sudah memahami konsep gaya aksi-reaksi.
Coba Anda perhatikan lagi gambar 3.3, selanjutnya kerjakan latihan
berikut ini.
1. Sebutkan gaya-gaya manakah yang bekerja pada tali!
2.
3.
Jawaban
1. T2 dan T3
2. T2 = T3 = w
3. a. T1 dan T2 bukan pasangan aksi-reaksi, karena bukan interaksi dua benda
b. T2 dan T4, bukan pasangan aksi-reaksi, karena bukan interaksi dua
benda.
Sekarang Anda telah menyelesaikan modul ini, semoga Anda memahaminya.
Sebelum Anda melakukan Test Akhir Modul ini, kerjakanlah tugas berikut ini.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
29
Modul Dinamika 1
PENUTUP
Sampai di sini berarti Anda telah selesai mempelajari isi modul ini. Untuk itu
saya ucapkan selamat kepada Anda.
Marilah kita ulangi apa yang telah Anda pelajari pada modul ini.
A. Rangkuman
1. Gaya adalah sesuatu yang dapat merubah kondisi gerak benda, dapat
merubah bentuk benda.
Hukum I Newton
Suatu benda akan diam atau bergerak lurus beraturan jika besar seluruh
gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol.
F = 0
2. Hukum II Newton
Jika besar gaya yang bekerja pada benda tidak nol, maka benda akan
mengalami percepatan yang besarnya:
F
m
F = m.a
a=
Gaya berat suatu benda adalah massa benda itu yang dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi bumi
3. Hukum Newton III
Gaya aksi-reaksi adalah pasangan dua gaya yang besarnya sama,
arahnya.
berlawanan dan merupakan hasil interaksi dua benda.
Faksi = - Freaksi
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
30
Modul Dinamika 1
b. T = 24 N
6.
b. T= m1a = 9.1 = 9 N
7. g = 10 ms-2; 8 = 37
pada balok hanya bekerja gaya berat percepatan balok
a = g Sin 37
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
31
Modul Dinamika 1
a = 10.0,6 = 6 ms-2
3. Kegiatan 3
1. Gaya aksi-reaksi adalah dua gaya yang besarnya sama, arahnya
berlawanan, hasil interaksi dua benda.
2. Contoh gaya aksi-reaksi:
Gaya tarik menarik dua kutub magnet yang berlainan (kutub utara
dengan kutub selatan magnet).
Gaya tarik menarik antara bumi dan bulan.
3. Pasangan gaya aksi-reaksi, berdasarkan gambar adalah T1 dan T3, T2 dan
T4.
4. Besar T1 = T2 = T3 = W = 10 N.
C. Kegiatan Praktikum
Setelah Anda selesai mempelajari modul ini lakukan kegiatan praktikum
dengan kelompok belajar Anda, di bawah bimbingan Guru Pamong
Petunjuk:
Lakukan percobaan berikut dengan kelompok Anda dan buatlah laporannya
secara kelompok.
Praktikum dimaksudkan untuk membuktikan Hukum-hukum Newton tentang
gerak. Setelah Anda lakukan praktikum buat laporannya secara kelompok.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang perlu Anda siapkan adalah:
bahan :
1. Kertas HVS polos
2. Pita ticker timer
3. Benang secukupnya
4. Batu Baterai silinder
Alat:
1. Troly (1 buah)
2. Katrol jepit (1 buah)
3. Papan luncur (1 buah)
4. Ticker timer (1 buah)
5. Beban Gantung (50 gr, 100 gr)
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
32
Modul Dinamika 1
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
33
Modul Dinamika 1
Amatilah bacaan skala neraca pegas untuk 3 kali pembacaan skala, kemudian
diskusikan hasil bacaan tersebut.
Tulislah hasil diskusi Anda dengan kalimat yang tepat menggambarkan
kesimpulan kelompok.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
34
Modul Dinamika 1
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, N.S. et.al., Element Of Physical Geography, John Wiley and Sons,
Toronto.
Budikase, E., Kertiasa, Nyoman, Fisika 2 Untuk Sekolah Menengah Umum,
1994.
Bernard S. Cayne, Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 1, Jakarta: PT. Ikrar
Mandiri Abadi, 1958.
David Bergamini, Alam Semesta, Jakarta: Pustaka Life, Tira Pustaka,1997.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP), Kurikulum Sekolah Menengah Umum 1994,
Jakarta, 1993.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Soal-soal Evaluasi Tahap Akhir
Nasional.
Halliday, Resnick, Fisika Jilid 1, 2, Terjemahan, Erlangga.
Ir. Drs. Hasan Wiladi & Drs. kamajaya, M.Sc., Fisika untuk SMU Kelas 2 Jilid
2 B, Grafindo Media Pratama, Jakarta, 1994.
Kanginan, Marten., Fisika 2000 2A, 2B, Penerbit Erlangga,1999.
Mitsuishi, Iwao, Electronics and Energi (Terjemahan), Jakarta: PT. Tira
Pustaka, 1982.
Moss, Gl., Ordinary Levell Practical Physics, London: Heinemann
Educational Books Ltd., 1971.
Surya, Yohanes, Olimpiade Fisika 2A, 2B, 2C Jakarta: PT. Primatika Cipta
Ilmu, 1997.
Tanudidjaja, Moh. Mamur, Ilmu Pengaetahuan Bumi dan Antariksa Untuk
Sekolah Menengah Umum, Balai Pustaka, 1994.
Young, Hugh D., & Freedman, Roger A., University Physics, Addison
Wesley, New York: Longman Inc., 2002.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
35
Vektor
PENDAHULUAN
A.
Diskripsi
Assalamualaikum Wr wb, senang sekali bisa bertemu lagi melalui modul
ini. Pertama kali, saya ucapkan selamat, Anda telah menyelesaikan modul
pertama, sekaligus selamat datang pada modul kedua. Pada modul ini saya
akan mengajak Anda untuk mempelajari sesuatu yang menarik, juga sangat
penting dalam perkembangan dan kemajuan Fisika. Menarik karena isi modul
dekat
dengan
dibicarakan
pengalaman
dalam
modul
sehari-hari
ini
menjadi
Anda,
penting karena
dasar
dari
apa
perkembangan
yang
Fisika
selanjutnya.
Dalam modul ini, Anda akan mempelajari tentang besaran vektor. Sebagaian
besaran besaran pada fisika adalah besaran vektor, atau diperolah dari
operasi vektor. Materi vektor adalah materi dasar yang akan menjadi prasyarat
bagi konsep konsep Fisika yang lain seperti : Kinematika, Dinamika, listrik
statis dan lain lain. Konsep vektor pada modul ini sebenarnya tidak berbeda
pada konsep vektor pada mata pelajaran Matematika. Konsep vektor yang kita
kenalkan
pada
modul
ini
meliputi
notasi
vektor,
penjumlahan
dan
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
www.sebarin.com, www.e-dukasi.net
soal Fisika.
B. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Pelajarilah peta konsep yang ada pada setiap modul dengan teliti.
2. pastikan bila Anda membuka modul ini, Anda siap mempelajarinya minimal
satu kegiatan hingga tuntas. Jangan terputus-putus atau berhenti di
tengah-tengah kegiatan.
3. Pahamilah tujuan pembelajaran yang ada pada setiap modul atau kegiatan
belajar dalam modul anda.
4. Bacalah materi pada modul dengan cermat dan berikan tanda pada setiap
kata kunci pada setiap konsep yang dijelaskan.
5. perhatikalah
langakah
langkah
atau
alur
dalam
setiap
contoh
penyelesaian soal.
6. Kerjakanlah latihan soal yang ada, jika mengalami kesulitan bertanyalah
kepada teman atau guru anda
7. kerjakan
tes
Uji
kemampuan
pada
setiap
kegaiatan
belajar
sesuai
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
KEGIATAN BELAJAR 1
VEKTOR
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat :
1. membedakan besaran vektor dan skalar
2. menuliskan notasi vektor
3. melukiskan operasi vektor secara grafis.
4. meresultankan vektor secara poligon
5. meresultankan vektor secara jajaran genjang
6. menghitung kelajuan rata-rata suatu benda
7. menghitung kecepatan rata-rata suatu benda dan
8. menjelaskan percepatan rata-rata suatu benda
B. Uraian Materi
Besaran vektor
Besaran skalar
Perpindahan
Jarak
Kecepatan
Kelajuan
Percepatan
Perlajuan
Gaya
Tekanan
Rapat arus
Arus listrik
listrik
Massa
Medan listrik
Usaha
Medan magnet
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
Vektor
dituliskan
dengan
symbol
anak
panah.
Panjang
anak
panah
F, v
Titik tangkap
Vektor
Dua buah vektor dikatakan sama apabila nilai (panjang) dan arahnya sama
Contoh :
A
B
Tetapi apabila nilainya sama tetapi arahnya berlawanan maka kedua vektor itu
berlawanan.
Contoh :
2. Operasi Vektor
a. Melukiskan Penjumlahan dan Pengurangan vektor.
Penjumlahan vektor tidak sama seperti penjumlahan bilangan biasa atau
penjumlahan besaran
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
2). Letakkan titik tangkap vektor kedua doujung vektor pertama sesuai
dengan nilai dan arahnya.
Contoh :
1) Penjumlah dua atau tiga buah vektor yang terletak segaris.
Jika diketahuai vektor A, B da C sebagai berikut :
A
a). A + B
B
A+B
b). A + C
A+C
c). A B
-B
AB
F3
F1
F2
Untuk
melukiskan
penjumlahan
sejumlah
vektor
diatas
dapat
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
Contoh
a. F1 + F2
c. F1 + F2 + F3
F2
F2
F1
F1
F1+F2
F3
b.. F1 - F2 =
F1 + F2 + F3
-F2
F1 - F 2
F1
Contoh :
1). F1 + F2
F1
F1+F2
F2
2). F1 - F2
F1
F1 F2
-F2
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
3). F1 + F2 + F3
F1
F1+F2
F2
(F1+F2)+F3
F3
Gambar1.12.
jajaran genjang
b. Menentukan Nilai dan arah Resultan Vektor
1) Penjumlahan dan pengurangan dua buah vektor yang membentuk
sudut tertentu
Dua vektor F1 dan F2 yang saling mengapit sudut seperti pada
gambar maka besar resultan kedua vektor tersebuta adalah :
F1
(180-)
F2
F1 + F2 = R
Secara metematis nilai Resultan ( R ) diselesaikan dengan rumus
aturan cosinus sebagai berikut :
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
F1
(180-)
F2
Gambar1.14. arah resultan dua vector dengan aturan sinus
R
F
= 1
sin(180 - ) sin
R
F
= 1
sin sin
F sin
sin = 1
R
dimana
contoh :
dua buah gaya F1 dan F2 masing masing besarnya 50 N dan 30 N
saling mengapit sudut 600. tentukan arah dan resultan kedua
vektor tersebut ?
diketahui :
F1 = 50 N
F2 = 30 N
= 600
Ditanya : R
dan ?
Jawab :
= 50 2 + 30 2 + 2 50 30cos 60
= 50 2 + 30 2 + 2 50 30 12
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
R = 4900
R = 70 N
arah vektor resultan adalah
F1 sin
R
F sin
sin = 1
R
50 sin 60
sin =
70
25 3
= 0,618
sin =
70
= 38,20
sin =
vektor
disebut
sumbu
demikian
halnya
dengan
sumbu
X,
vektor
Fy
Fx
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor
F = (Fx ) 2 + (Fy ) 2
vektor
omponen
dijumlahkan
pada
sumbu
masing
masing
dibanding dengan mengunakan cara grafis. Metode ini dikenal dengan cara
analitis. Untuk lebih jelasnya perhatikan langkah langkah berikut :
1). Lukislah uraian vektor komponen X dan Y dari masing-masing vektor.
F2
F2y
F1
F1y
F2x
F1x
F3
2). Carilah nilai vektor komponen X dan Y lalu masukan ke tabel beriut :
Vektor
Vektor Komponen
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
Vektor Komponen
10
Vektor
Sumbu X
Sumbu Y
F1
F1x= F1cos =.
F1y= F1sin
F2
F2x= -F2cos =
F2y= F2sin =
F3
F3x= -F3cos 90 =.
F3x= -F3sin 90 =.
Fx=.
Fy=.
=.
R=
( F ) + ( F )
2
Tan =
F
F
F2 = 30 N
F1 = 20 N
530
370
x
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
11
Vektor
F3 = 10 N
Gambar 1.17.
jawab
F2
F1y = F1sin 37
F1
0
53
37
F2x=F2cos530
F1x=F1cos370
F3
Gambar 1.18.
Vektor komponen Gaya pada sumbu X dan Y adalah :
Vektor
Vektor Komponen
Vektor Komponen
Sumbu X
Sumbu Y
F1
20 cos 37 = 20.0.8 = 16
F2
F3
- 30cos53 = 30.0,6 = -
30 sin 53 = 30.0,8 = 24
18N
-8 cos 90 = 0
= -
10 N
Fx= - 2 N
Fy= 2 N
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
12
Vektor
R=
( 2)2 + (2)2
R= 4+4
R= 8
R=2 2 N
sedangkan arah vektor komponennya adalah:
Tan =
2
= 1
2
v1
v2
30o
30o
3). tiga buah gaya F1, F2, dan F3 masing masing besarnya 20 N, 20 N dan
40 N membntuk sudut masing-masing 45o, 135 dan 270 terhadap sumbu
x positif. Tentukan
a.
b.
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
13
Vektor
EVALUASI
1.
y
F2 = 3N
F1 = 4N
d. 4
e. 1, 2, 3, 4
c. 2, 4
3.
d. 120o
b. 60o
e. 150o
c. 90o
4.
C
F2
=
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
14
Vektor
F1
=
a. 25
d. 125
b. 50
e. 100
c. 75
5.
d. 4 dan 5
3 dan 4
e. 3 dan 4
a. 4 dan 4
b. 4
c. 4 dan 3
6.
y+
F1 = 12 N
F2 = 7N 30o
x+
30o
F3 = 12 N
Dua buah vektor gaya yang besarnya sama mempunyai perbandingan antara
selisih dan jumlah kedua vektor tersebut adalah
15
Vektor
a. 30o
d. 900
b. 450
e.120
Essay
1.
2.
3.
Rangkuman
1. Besaran vektor adalah besaran besaran yang memiliki nilai dan arah dan
besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki nilai saja tidak memiliki
arah. Besaran vektr contohnya Perpindahan, Kecepatan, Percepatan, Rapat
arus listrik, Medan listrik dan besarab sklara Jarak Kelajuan, Perlajuan,
Tekanan, Arus listrik, Massa, Usaha.
2. Vektor dituliskan dengan symbol
F, v .
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
16
Vektor
vektor digunakan dua metode yaitu metode poligon dan metode jajaran
genjang.
4. untuk
menentukan
Nilai
dan
arah
arah
Vektor
Resultan
Resultan
Penjumlahan
dan
F sin
sin = 1
R
Vektor
dimana
F = (Fx ) 2 + (Fy ) 2
Fx = komponen vektor F pada sumbu X
Fy = komponen vektor F pada sumbuY
= suduat antara F dan Fx
Fx
6. Perpaduan
F2
Resultan vektornya
R=
F2y
F1y
F1
F2x
( F ) + ( F )
F1x
F3
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
17
Vektor
Modul Fisika Kelas X SMA Batik 1_Ska oleh Zaenul Arifin, S.Pd
18