Anda di halaman 1dari 20

1

ABSTRAK
Latar Belakang: Mayoritas penduduk India bergantung pada dokter umum (GP)
untuk pelayanan medis tingkat pelayanan primer di India. Dokter umum paling
disukai dan yang pertama kali dihubungi untuk pelayanan medis tingkat primer.
Tapi kemajuan ilmu kedokteran lebih menekankan bahwa spesialis dan lulusan
sarjana Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery (MBBS) yang bekerja
sebagai dokter umum merasa kurang kompeten karena kurang terpapar dengan
kemajuan terbaru dalam pengobatan penyakit. Seperti skenario dari Christian
Medical College (CMC) yang memiliki ide: "kurangi merujuk dan perbanyak
inisiatif untuk menyelesaikan". Hal ini telah dimulai dengan dilakukannya
desentralisasi kursus diploma kedokteran keluarga selama 2 tahun (Postgraduate
Diploma Family Medicine (PGDFM)) yang sekarang diakreditasi oleh Dr. MGR
Medical University, Chennai, Tamil Nadu, yang melatih para dokter untuk
menjadi spesialis kedokteran keluarga. Bahan dan Metode: Sebagai komponen
dari PGDFM, penelitian ini dilakukan untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik dari penyakit dan pengobatan umum yang diberikan oleh dokter kepada
masyarakat yang memberikan kunci informasi praktek di daerah pedesaan yang
dilakukan oleh dokter keluarga yang terdaftar. Hasil: Sebagai bagian dari studi,
antara 500 pasien dievaluasi, tiga diagnosis yang paling umum adalah infeksi
saluran pernapasan atas (URI; 18%), gastroenteritis akut termasuk water-borne
disease (15,8%), dan anemia (10,4%). Pengobatan yang diberikan untuk pasien ini
sebagian besar terdiri dari dari antipiretik, analgesik, dan antimikroba.
Kebanyakan obat yang umum diresepkan untuk demam adalah parasetamol. Obat
umum lain yang diberikan adalah amoksisilin / asam klavulanat, klorokuin,
artemisin

derivatif,

doxycycline,

kotrimoksazol,

miltefosine,

sefaleksin,

ceftriaxone sodium, cefixime, oralit, ranitidine, omeprazole, pantoprazole,


metronidazol, albendazole, ondansetron,
ibuprofen,

diphenhydramine,

natrium diklofenak, piroksikam,

kodein-sulfat,

amlodipine,

ramipril,

hydrochlorothiazide, atenolol, salbutamol, etophyline, metformin, glimepiride,


fluoxetine, flavoksat, tamsulosin, zat besi, asam folat dan lain-lain. Fakta bahwa
tiga atau lebih obat yang diberikan di sebagian besar resep, dapat memberikan
alasan terjadi tingginya morbiditas dan tingkat keparahan penyakit daripada resep

yang tidak bertanggung jawab.


Pendahuluan
Setelah merdeka, India mengalami transisi epidemiologi karena perubahan pola
penyakit, perbaikan infrastruktur gizi dan kesehatan, pemberantasan dan
pengendalian penyakit pembunuh utama, dan pengembangan sosial ekonomi. Tapi
bahkan setelah lebih dari 6 dekade pemerintahan, prestasi kesehatan ini tidak
dapat bertahan. Beban penyakit masih tinggi karena kemiskinan skala besar,
kesenjangan perkembangan antara negara, diskriminasi gender, populasi usia
pertumbuhan, dan kegagalan kebijakan pemerintah untuk menangani kesenjangan
antara desa dan kota dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan baik di
pemerintahan dan sektor swasta. Mayoritas penduduk India tergantung pada
pelayanan medis yang tersedia di tingkat perawatan primer oleh dokter umum
(GP). Dokter merupakan sumber penting dari perawatan medis di India, terutama
di daerah pedesaan. Dokter umum paling disukai dan yang pertama kali
dikunjungi untuk pelayanan medis tingkat primer di India. Preferensi untuk dokter
diamati dalam pengobatan penyakit umum seperti diare, infeksi saluran
pernafasan akut, tuberkulosis (TB), malaria, tifus, dll, serta konsultasi untuk
penyakit medis tertentu seperti, hipertensi, diabetes, kardiovaskuler penyakit,
stroke, penyakit kulit, penyakit anak, penyakit obstetri dan ginekologi, penyakit
mata, dan kondisi bedah umum seperti luka, luka bedah terkait dengan diabetes
yang diabaikan dan lain-lain, di mana dokter harus merujuk sebagian besar pasien
ini ke pusat yang lebih tinggi terutama karena kurangnya pelatihan untuk
spesialisasi yang bersangkutan di perguruan tinggi medis selama mereka
menjalani program Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery (MBBS).
Arahan yang berlebihan dan perlunya ke spesialis membuktikan bahwa hal
tersebut dianggap mahal untuk orang biasa dan hanya akan memperburuk masa
depan. Pengurangan arahan dan lebih menekankan pada GP dapat secara
signifikan mengurangi pengeluaran kesehatan rata-rata orang biasa kelas
menengah ke bawah yang lama kelamaan akan terdorong ke kategori dibawah
garis kemiskinan (below poverty line (BPL)) karena adanya beban keuangan yang
tak terduga. Jika dokter bisa dibuat multikompeten dan diberdayakan mengurangi
rujukan, tentu biaya kesehatan dapat dikurangi secara substansial.

Lebih dari 90% dari penyakit yang mempengaruhi populasi dapat secara efektif
dikelola oleh dokter keluarga terlatih. Hal ini secara signifikan akan mengurangi
biaya dan membawa rasionalitas dalam pengelolaan penyakit. Profesi medis
berutang kepada rakyat India untuk memberikan kualitas kesehatan berbasis bukti
tanpa menjadikan mereka sebagai subjek untuk penyelidikan dan intervensi yang
tidak perlu. Program diploma pascasarjana kedokteran keluarga (Postgraduate
Diploma Family Medicine (PGDFM)); desentralisasi diploma dokter keluarga
selama 2 tahun telah diakreditasi oleh Christian Medical College (CMC), Vellore;
adalah sebuah inisiatif yang melatih dokter untuk menjadi spesialis kedokteran
keluarga. Dalam sistem kesehatan sebagian besar diprivatisasi seperti di India,
kualitas perawatan tergantung pada banyak pada ketersediaan spesialis kedokteran
keluarga yang baik. 'Praktisi dokter keluarga' adalah spesialis multikompeten yang
tidak hanya sebagai kontak pertama tetapi juga menyediakan rangkaian
perawatan. Sebagai kandidat yang mengikuti kursus PGDFM dan sebagai bagian
dari studi ini, akan diberikan latihan dengan sumber daya yang tersedia di wilayah
mereka. Hal ini diantisipasi bahwa penelitian ini akan memberikan pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana pasien dirawat oleh dokter di masyarakat;
membantu jaminan kualitas dengan melihat tren selama bertahun-tahun dan
memberikan informasi penting bagi para pembuat kebijakan untuk memberikan
pengembangan profesional berkelanjutan yang sesuai di negara ini. Penelitian ini
akan berdampak pada tiga hal; meningkatkan kualitas praktek umum,
meningkatkan kesadaran etika, dan meningkatkan keterlibatan kesehatan
masyarakat pada umumnya.
Bahan dan Metode
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ke dalam apa dan bagaimana pelayanan
medis disediakan di tingkat layanan primer di India. Informasi klinis dari 500
konsultasi dicatat dalam datasheet sesuai pedoman. Tempat konsultasi dan
pengumpulan data adalah klinik swasta Dr Sumit Kumar yang terletak di
Kathikund, merupakan sebuah wilayah kecil yang terletak 25 km dari kota Dumka
(Jharkhand). Penduduk lokal asli klinik terdiri dari populasi campuran dari
populasi suku yang selalu turun dari kediaman mereka di pegunungan untuk
belanja di pasar lokal dan juga untuk mencari pengobatan untuk penyakit mereka.

Tidak dilakukan diskriminasi mengenai usia, jenis kelamin, dan ras pasien untuk
dimasukkan dalam penelitian ini. Diagnosis penyakit ini banyak dilakukan pada
pemeriksaan klinis karena kurangnya layanan laboratorium yang baik. Tersedia
fasilitas diagnostik X-ray yang berjalan di bawah kepemilikan pribadi untuk
membantu dalam diagnosis dan fasilitas untuk menghitung darah lengkap,
hemoglobin (Hb), laju endap darah (ESR), waktu perdarahan (BT), waktu
pembekuan (CT ), pemeriksaan mikroskopis untuk parasit malaria dalam film
darah, pemeriksaan rutin urin, dan pusat mikroskopis pemeriksaan BTA untuk
diagnosis TB yang tersedia untuk pasien baik dibawah pemerintah dan
laboratorium swasta. Rapid serologi test untuk diagnosis malaria, kala-azar, dan
thypoid tersedia di laboratorium swasta yang ada di sini dan mereka mengklaim
telah memiliki kerjasama dengan beberapa laboratorium terkenal di kota terdekat
Dumka dan mereka mengirim sampel ke laboratorium tersebut untuk
penyelidikan. Sangat sedikit laboratorium lokal yang dijalankan oleh teknisi
terlatih; oleh karena itu, laboratorium yang dipilih untuk semua pemeriksaan
darah diperlukan monitoring jaminan kualitas. Informasi klinis dari lima
konsultasi selama 100 hari berturut-turut pada pasien rawat jalan (out patient
(OP)) pada hari kerja tercatat di datasheet yang terpisah untuk setiap pasien dari
bulan Maret-Agustus 2013. Dari total 500 pasien, tiga diagnosa yang paling
umum di antara mereka akan ditangani secara terpisah dengan alasan yang
membuat hal tersebut menjadi umum dan bagaimana seorang dokter keluarga
dapat mengatasi dengan cara yang holistik. Data diagnostik 500 pasien ini akan
dikompilasi menggunakan grafik yang tepat, tabel, grafik, dan angka, dll, dan
dianalisis.
Desain Studi
Studi cross-sectional.
Lama Studi
Kurang lebih 6 bulan.
Lokasi Studi
Klinik Dr Sumit Kumar terletak di Kathikund, Dumka, Jharkhand.
Kriteria inklusi dan eksklusi

Tidak ada diskriminasi usia, jenis kelamin, dan ras pasien yang dimasukkan dalam
penelitian ini. Pasien yang termasuk dalam studi adalah yang bersedia untuk
mendapatkan perawatan di pusat dan tidak bersedia pergi ke kota untuk
pengobatan. Meskipun mereka diberitahu bahwa mereka bisa pergi ke kota untuk
perawatan yang lebih baik jika mereka mau, tetapi mereka bersedia untuk periksa
ke dokter lebih mendalam. Pasien yang telah terdaftar, namun tidak datang untuk
follow-up dikeluarkan dari studi.
Populasi Studi
Sekitar 500 pasien laki-laki dan perempuan. Pasien dengan usia di bawah 12
tahun dipelajari secara terpisah sebagai anak-anak.
Etik Penelitian
Studi ini dilakukan sebagai bagian dari program PGDFM dari CMC dan Rumah
Sakit, Vellore, India. Tidak ada intervensi atau penyimpangan dari pengobatan
standar. Sebagian besar pasien ada yang buta huruf, sehingga mereka diberitahu
tentang studi dalam bahasa yang sederhana dan persetujuan diambil secara lisan
dan jika mereka merasa cemas dapat memberikan jempol kiri pada formulir
persetujuan.
Metode Statistik
Data Diagnostik dari 500 pasien ini akan dikompilasi menggunakan grafik yang
tepat, tabel, angka, dll, dan menggunakan analisis yang sesuai. Metode statistik
sederhana seperti persentase, rasio, dan lain-lain, akan digunakan untuk
memahami dan menganalisis data dari penelitian.
Observasi
Semua pasien disusun secara terpisah menjadi tiga kelompok yaitu anak (usia
kurang dari 12 tahun), perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. rincian yang
relevan mengenai jumlah untuk setiap kelompok usia pasien dari total 500 pasien
yang dipilih untuk penelitian ini sebagai kriteria inklusi digambarkan dalam
Gambar 1.

Gambar 1: distribusi umur pasien dalam studi


Pola usia pasien yang mendatangi klinik menunjukkan bahwa populasi ekonomi
produktif yang lebih muda secara maksimum mempengaruhi wilayah ini. Survei
penduduk terbaru tahun 2011 menyatakan bahwa negara India saat ini memiliki
jumlah maksimum populasi yang lebih muda dari negara lain di dunia. Frekuensi
penyakit pada anak-anak, pasien wanita, dan pasien laki-laki dibahas di bawah.
Anak
Diantara 500 pasien, 115 diataranya adalah anak-anak dengan usia dibawah 12
tahun. Infeksi saluran nafas atas yang berhubungan dengan febrile influenza like
illness (FILI), water- borne infections seperti gastroenteritis akut, dan infeksi kulit
seperti skabies, dan tinea adalah tiga penyakit paling umum dirawat pada anak
usia kurang dari 12 tahun yang disebutkan dalam persentase (%) pada Tabel 1.

Perempuan Dewasa
Di antara 500 pasien yang diobati, 170 adalah perempuan dewasa. Anemia, nyeri
punggung kronis yang berhubungan dengan penyakit depresi, dan infeksi saluran
pernafasan atas adalah tiga penyakit yang paling umum dirawat di kalangan
perempuan dewasa yang datang untuk konsultasi di klinik. Penyakit yang sering
ditangani pada kalangan perempuan dewasa telah digambarkan dengan persentase
(%) pada Tabel 2.

Laki-laki Dewasa
Dari 500 pasien, 215 pasien laki-laki dewasa datang ke klinik untuk konsultasi.
Infeksi saluran pernafasan atas (terkait dengan FILI), dispepsia (penyakit ulkus
peptikum), dan TB paru adalah diagnosis yang paling umum di antara laki-laki
dewasa yang dirawat di klinik. Penyakit lain yang diobati antara laki-laki dewasa
ditunjukkan pada Tabel 3.
Setelah menyusun profil morbiditas total 500 pasien yang dirawat selama 100 hari
kerja berturut-turut, infeksi saluran pernafasan atas (dengan FILI), anemia, waterborne disease termasuk thypoid adalah tiga penyakit yang prevalensinya paling
banyak di daerah ini. Profil penyakit lengkap yang ditangani di pusat yang dibagi
dalam jumlah dan persentase pada tabel 4.

Diskusi
Sebagai klinik lokal yang terletak di daerah perbukitan terutama didominasi oleh
penduduk suku; vector-borne disease seperti malaria, filaria, kala-azar, dll, yang
endemik

berdasarkan

studi.

Namun,

keberhasilan

pelaksanaan

program

pengendalian malaria dan National Rural Health Mission (NRHM), kejadian


malaria serebral fatal yang dianggap pembunuh utama dalam satu dekade di masa
lalu telah turun secara signifikan. Dari profil morbiditas pasien; infeksi saluran
pernafasan atas dengan FILI, gastroenteritis akut (diare), dan infeksi dermatologis
(seperti kudis, tinea, dll) pada anak-anak; anemia, sakit punggung spesifik dengan

penyakit depresi, dan infeksi saluran pernafasan akut pada wanita; dan infeksi
saluran pernafasan atas (terkait dengan FILI), dispepsia (ulkus peptikum), dan
typhoid ditemukan sebagai penyakit yang paling umum di antara pasien laki-laki
yang datang untuk konsultasi. Di antara semua 500 pasien, tiga diagnosis yang
paling umum terlepas dari usia adalah infeksi saluran pernafasan atas (dengan
FILI), anemia, dan water-borne disease termasuk tifoid dalam penelitian ini
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Data

yang

dikumpulkan

jelas

menunjukkan

menyumbang sebagian besar kasus

bahwa

penyakit

menular

di masyarakat setempat. Tabel 5

menggambarkan beberapa penyakit menular yang umum ditemukan di wilayah ini


dengan intervensi yang mungkin untuk dikendalikan.

Penyakit menular telah didefinisikan sebagai suatu penyakit yang timbul dari
transmisi agen infeksius atau produk beracun dari orang yang terinfeksi, hewan,
atau reservoir ke host yang asusceptible, baik langsung atau tidak langsung

10

melalui tanaman atau hewan inang, vector, atau lingkungan. Ada keseimbangan
antara populasi yang rentan, agen infeksi, dan lingkungan untuk adanya penyakit
yang konstan terjadi di wilayah tertentu seperti yang dibahas di sini dan
diilustrasikan pada Gambar 3.

Populasi Rentan
Individu tertentu lebih rentan terhadap penyakit menular atau bentuk yang lebih
parah dari penyakit. Imunitas yang menurun pada orang dengan status gizi buruk
atau terinfeksi penyakit seperti TB, campak, dll, yang umum di wilayah ini. Anakanak dan orang tua berada pada risiko terbesar morbiditas dan mortalitas dari
penyakit menular khususnya kekurangan gizi. Penilaian awal dan pengawasan
berkelanjutan sangat penting untuk mengidentifikasi kelompok beresiko sehingga
mereka dapat dilindungi. Indikator kesehatan masih sangat kurang di daerah ini
terutama karena buta huruf dan kemiskinan. Pemerintah melindungi penduduk asli
masyarakat suku Pahariya dan pemerintah menerapkan berbagai skema
kesejahteraan suku untuk meningkatkan kondisi hidup mereka. Populasi suku
pribumi terutama tergantung pada pusat kesehatan primer pemerintah dan
pemerintah yang didanai rumah sakit misi di dekatnya sebagai fasilitas pelayanan
kesehatan gratis yang melayani jasa untuk penduduk nontribal juga dengan
nominal biaya yang sama. Secara historis, karena kurangnya sumber pendapatan
yang konstan bersama dengan kejahatan sosial yaitu alkoholisme telah
menyingkirkan mereka dari populasi berkembang yang utama. Namun secara
bertahap dengan adanya fasilitas sekolah gratis bagi anak-anak suku, skema
makanan tambahan tengah-hari dan program pembangunan suku lain, ada

11

kesadaran terhadap kesehatan yang terlihat di antara mereka dalam beberapa


tahun terakhir.
Agen Infeksius
Agen infeksius penyakit terus berkembang di mana hal tersebut memungkinkan
untuk berkembang biak dengan mudah terhadap orang yang rentan, vektor,
hewan, atau di lingkungan. Beberapa agen infeksius menyebabkan tingginya
angka kesakitan dan kematian karena telah menjadi resisten terhadap pengobatan
yang tersedia (misalnya, TB, malaria, tifus, dll).
Lingkungan
Peluang untuk infeksi mungkin meningkat karena adanya kepadatan penduduk,
kondisi yang tidak higienis, kekurangan air minum yang bersih, perubahan iklim,
dan pendapatan tidak memadai. Kesehatan masyarakat atau pelayanan medis juga
tidak memadai di daerah perbukitan menyebabkan situasi di mana penargetan
populasi suku dalam pengaturan campuran menjadi tantangan. Karena situasi
lingkungan ekstrim yang merugikan, populasi suku ini akhirnya menjadi rentan
untuk penyebaran penyakit menular.
Penyakit menular tidak selalu berkembang dengan cara yang sama di host yang
rentan. Beberapa penyakit memiliki lebih banyak kasus tanpa gejala klinis yang
jelas, gejala tidak spesifik; sementara penyakit lain menghasilkan gejala klinis
lebih jelas. Namun, sekali terkena, orang dengan tanda-tanda klinis infeksi serta
orang-orang tanpa tanda-tanda infeksi yang mampu menyebarkan penyakit ke
orang lain yang rentan. Ada keseimbangan antara populasi yang rentan, agen
infektif, dan lingkungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Memahami
perkembangan yang unik dari penyakit menular tertentu melalui sebuah siklus
dapat membantu untuk mengidentifikasi orang-orang yang cenderung menularkan
penyakit serta mereka yang berisiko terbesar menjadi sakit atau sekarat dalam
suatu populasi. Siklus perkembangan penyakit menular pada host yang rentan
telah digambarkan pada Gambar 4.

12

Terlepas dari literatur untuk pengamatan cara transmisi dan tindakan pengendalian
mungkin tersedia untuk penyakit menular; langkah-langkah khusus mungkin
dilakukan untuk menangani infeksi saluran pernafasan atas yang berhubungan
dengan FILI, yang merupakan penyakit yang paling umum di antara pasien.
Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Upper Respiration Infection
(URI))
Kontrol URI berdasarkan deteksi dini dan manajemen kasus standar. Relawan dan
pekerja kesehatan masyarakat (kader kesehatan masyarakat) di masyarakat dapat
memainkan peran utama dalam mengendalikan penyakit ini. Ini juga memerlukan
pelatihan staf, persediaan obat yang memadai, dan grafik manajemen infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) untuk pekerja klinik kesehatan primer (PHC) jika
melibatkan saluran pernapasan bagian bawah (LRT). Akses ke layanan kesehatan
(fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rumah sakit rujukan pertama) juga harus
terjamin. Selain manajemen kasus, kontrol URI juga melibatkan pendidikan
kesehatan dan kebersihan pribadi. Ini akan memastikan bahwa pengasuh
memberikan perawatan di rumah yang tepat, mengenali tanda-tanda bahaya, dan
tahu kapan untuk mencari bantuan. Pendekatan harus bertujuan mencegah berat
badan lahir rendah (BBLR) bayi dengan memastikan sedikitnya empat kali
kunjungan antenatal ibu hamil dengan makanan sehat dan profilaksis tetanus
sehingga ada insiden lebih rendah dari FILI ini. Mempromosikan inisiasi menyusu
dini dalam 1 jam kelahiran, imunisasi lengkap bayi (enam vaksin penyakit yang
dapat dicegah), suplementasi vitamin A, dan mengurangi polusi domestik akan
menyebabkan lebih sedikitnya kejadian dari URI dalam populasi. Perlindungan
diri selama perubahan iklim adalah pentingnya diet yang bergizi, untuk

13

membangun kekebalan. Memperkecil penggunaan antibiotik yang tidak perlu


untuk FILI.
Kontrol anemia
Masalah gizi di komunitas ini terutama karena kurangnya makanan bergizi.
Seorang anak perempuan karena status sosial mereka lebih rendah dalam keluarga
menjadikan mereka yang terakhir untuk makan, oleh karena itu mereka mungkin
makan terlalu sedikit atau makan makanan berkualitas gizi rendah. Dengan
demikian, intervensi berfokus pada penyediaan pendidikan gizi dan mengubah
norma-norma sosial. Petugas kesehatan berbasis komunitas harus mengunjungi
rumah secara bulanan dan menilai pola diet anak perempuan, menyampaikan
kepada mereka pesan gizi, dan berbagi informasi tentang sumber daya makanan
musiman yang tersedia yang kaya akan besi dan vitamin C.
Dalam hal ini, Pemerintah India telah fokuskan pada pencegahan anemia dan
program pengendalian tidak hanya untuk orang dewasa, tetapi juga remaja.
Program Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja (ARSH) telah dimulai di
mana selain pengobatan dan saran untuk masalah seksual remaja, suplemen zat
besi serta albendazole diberikan bebas biaya. Partisipasi pendidikan gizi telah
dilakukan remaja perempuan untuk meningkatkan diet dan status zat besi mereka.
Pendidikan gizi termasuk dalam program suplementasi zat besi untuk membantu
mempertahankan peningkatan status zat besi pada wanita hamil. Pesan kunci
perilaku diet untuk anak perempuan yang diberikan seperti makan tiga kali sehari
atau lebih; makan bersama keluarga sehingga anak-anak perempuan mendapatkan
makanan yang cukup; makan sayuran hijau setiap hari; dan makan lemon,
gooseberry, atau makanan yang kaya vitamin C lainnya. Langkah-langkah
sederhana tersebut dapat memiliki dampak besar pada anemia yang lazim terjadi
di wilayah ini.
Pengendalian tifoid
Langkah-langkah berikut dapat dilakukan untuk mengendalikan wabah
Klorinasi pasokan air adalah jaminan terbaik terhadap wabah tipus di masyarakat
Promosi kebersihan makanan harus fokus pada mencuci tangan diantara para
penyaji makanan dan memeriksa siapa saja yang pernah sakit sehingga tidak
menyiapkan makanan bagi orang lain. Namun, mengidentifikasi penjual makanan

14

dengan demam tifoid dan membatasi mereka dari bekerja sampai mereka tidak
menular mungkin tidak layak dalam situasi darurat
Vaksin tifoid (Vivotif oral) tersedia tetapi tidak dianjurkan karena hanya
menawarkan perlindungan individu yang rendah dalam jangka waktu pendek dan
tidak ada perlindungan terhadap penyebaran penyakit
Selalu ditekankan pentingnya perlindungan pribadi.
Obat yang diresepkan untuk mengobati penyakit tersebut di atas akan dibahas
sebagai jumlah obat per resep, jenis obat yang diresepkan, rute pemberian obat
(misalnya oral, intramuskular , atau intravena), obat yang umum diresepkan, dan
bagaimana umumnya obat ini diresepkan dalam hal persentase antara resep pada
Gambar 5.

Sebagian besar pasien dirawat di pengaturan OP, sehingga sebagian besar dari
mereka disarankan obat dengan oral terlepas dari beberapa pasien yang diberikan
obat secara intramuskular dengan sebagian besar dalam keadaan darurat seperti
cedera menyebabkan sakit parah atau untuk profilaksis tetanus. Pasien dengan
dehidrasi berat disarankan untuk diberi cairan intravena (IV) dan dirujuk ke pusat
kesehatan primer terdekat karena tidak tersedianya fasilitas rawat inap di klinik.
Pengobatan yang diberikan untuk pasien ini sebagian besar terdiri dari antipiretik,
analgesik, antimikroba, inhibitor pompa proton, antihipertensi, antidiabetes,
antidepresan, antiasmatik, zat besi dan vitamin sebagai agen suplementasi.
Kebanyakan obat yang umum diresepkan adalah parasetamol untuk demam. Obat
umum lain yang diresepkan adalah amoksisilin asam klavulanat, klorokuin,

15

artemisin

derivatif,

doxycycline,

co-trimoxazole,

miltefosine,

sefaleksin,

ceftriaxone sodium, cefixime, oralit, ranitidine, omeprazole, pantoprazole,


metronidazol, albendazole, ondansetron,
ibuprofen,

diphenhydramine,

natrium diklofenak, piroksikam,

kodein-sulfat,

amlodipine,

ramipril,

hydrochlorothiazide, atenolol, salbutamol, etophyline, metformin, glimepiride,


fluoxetine, flavoksat, tamsulosin, dll. Obat yang umum diresepkan berdasarkan
jumlah kali diresepkan per 100 resep (sebagai persentase (%)) telah ditunjukkan
pada Gambar 6.

Sebagian besar pasien yang telah diikuti dalam waktu minimal 1 minggu.
Penekanan lebih telah diberikan untuk mencapai diagnosis yang memungkinan
dengan pemeriksaan klinis sendiri dan kebijaksana penggunaan obat dilakukan
untuk mencapai menjaga diagnosis yang memungkinkan dengan melihatn biaya
pengobatan. Karena sebagian besar pasien yang datang untuk konsultasi dari kelas
ekonomi yang rendah dan kelas menengah bawah; Oleh karena itu, diberikan
pertimbangan kepada biaya obat dari resep, dimana sebagian besar dipilih obat
yang murah dibandingkan dengan obat terbaru yang lebih mahal.
Ringkasan dan Kesimpulan
Tumbuhnya kesadaran umum terhadap kemajuan terbaru di mana kesehatan
mungkin disampaikan dalam kontribusinya untuk kenaikan bertahap dalam
standar kualitas dan keselamatan dalam perawatan kesehatan. Tapi upaya tersebut

16

telah terkonsentrasi secara tidak proporsional di rumah sakit dan perawatan


spesialis, terutama di negara berpenghasilan menengah keatas. Efektivitas dan
keamanan perawatan secara umum, di mana sebagian besar interaksi antara orang
dan pelayanan kesehatan yang diberikan kurang menjadi perhatian. Ini adalah
masalah yang sangat penting dalam pengaturan komersial yang tidak diatur di
banyak negara berkembang seperti India di mana orang dari kelas menengah
bawah rata-rata secara teratur didorong untuk kategori BPL karena beban
keuangan yang tak terduga. Meskipun terdapat kemajuan terbaru dan rumah sakit
swasta multispesialis di kota-kota besar di India, mayoritas penduduk tidak
memiliki akses ke fasilitas tersebut karena menahan keuangan. Sebagian besar
pasien masih menderita karena air-borne disease seperti URI (dengan penyakit
seperti influenza) dan TB, atau water-borne diseasese seperti gastroenteritis akut
dan tifus, atau vector-borne disease seperti malaria dan kala-azar, atau penyakit
menular fomite-borne seperti kudis dan tinea. Penyakit ini sebagian besar
menyebar karena status gizi yang rendah (seperti anemia), kepadatan penduduk,
kondisi hidup yang tidak higienis, kekurangan air minum yang aman, perubahan
iklim, dll. Kesehatan masyarakat atau pelayanan medis juga menyebabkan situasi
yang tidak memadai untuk menyediakan perawatan kesehatan yang optimal,
sehingga menjadi suatu tantangan. Banyak pasien dirujuk ke spesialis karena
kurangnya pelatihan dan kepercayaan dari dokter umum dalam menangani
penyakit.
Jika dokter umum bisa dibuat multikompeten dan diberdayakan untuk mengurangi
rujukan, tentu biaya kesehatan dapat dikurangi secara substansial. Lebih dari 90%
dari penyakit yang mempengaruhi sebagian besar penduduk India dapat dikelola
secara efektif oleh dokter keluarga terlatih. Namun diperlukan upaya dari
pemerintah

negara

bagian

masing-masing

dalam

hal

kebijakan

untuk

meningkatkan fasilitas kesehatan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada


umumnya. Hal ini tentu akan membawa rasionalitas dalam pengelolaan penyakit
dan juga menurunkan rujukan yang tidak perlu dari pasien ke spesialis.
Obat yang umum dan relatif lebih murah dapat secara efektif mengobati sebagian
penyakit di masyarakat dan penggunaan yang tidak perlu obat mahal harus
dikurangi. Pemerintah harus maju dengan kebijakan mengurangi konsultasi

17

langsung ke spesialis untuk penyakit apapun tanpa rujukan karena dari dokter
keluarga sehingga pelayanan spesialis yang langka bisa dimanfaatkan dengan cara
yang lebih baik.
Akhirnya, sebagai seorang profesional medis kami berutang kepada rakyat India
untuk memberikan bukti berbasis kesehatan yang berkualitas tanpa menjadikan
mereka subjek untuk penyelidikan dan intervensi yang tidak perlu, sehingga
memberikan kesehatan yang efektif dan murah untuk penduduk pada umumnya.

18

TELAAH JURNAL
Tools untuk telaah jurnal:

Sumber:
http://joannabriggs.org/assets/docs/critical-appraisal-tools/JBI_Critical_AppraisalChecklist_for_Analytical_Cross_Sectional_Studies.pdf

19

1. Apakah kriteria inklusi sampel didefinisikan dengan jelas?


Jawaban: Ya
Alasan: Tidak ada diskriminasi usia, jenis kelamin, dan ras pasien yang
dimasukkan dalam penelitian ini. Pasien yang termasuk dalam studi
(kriteria inklusi) adalah yang bersedia untuk mendapatkan perawatan di
pusat dan tidak bersedia pergi ke kota untuk pengobatan. Meskipun
mereka diberitahu bahwa mereka bisa pergi ke kota untuk perawatan yang
lebih baik jika mereka mau, tetapi mereka bersedia untuk periksa ke dokter
lebih mendalam. Pasien yang telah terdaftar, namun tidak datang untuk
follow-up dikeluarkan dari studi (kriteria ekslusi).
2. Apakah subjek studi dan pengaturan studi dijelaskan secara detail?
Jawaban: Ya
Alasan: Populasi studi berjumlah 500 orang yang dibagi menjadi tiga
kelompok berdasarkan usia dan jenis kelamin yaitu anak (usia kurang dari
12 tahun), perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. Populasi studi
didapatkan di Klinik Dr Sumit Kumar yang terletak di Kathikund, Dumka,
Jharkhand dan didapatkan selama 6 bulan.
3. Apakah eksposur diukur validitas dan reliabilitasnya?
Jawaban: Tidak jelas
Alasan: Peneliti tidak memberi perlakuan khusus kepada subjek penelitian.
Dalam penelitian ini yang dilihat adalah frekuensi penyakit yang diobati
beserta obat yang diberikan berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin
yang kemudian diantara penyakit terbanyak dari setiap kelompok akan
dibandingkan dan akan dilihat kelompok mana yang rentan terhadap suatu
penyakit. Hasilnya akan dihubungkan dengan konsep terjadinya penyakit
berdasarkan hubungan antara populasi-agen-lingkungan.
4. Apakah dijelaskan objektif, standar kriteria yang digunakan untuk
mengukur suatu kondisi?
Jawaban: Ya
Alasan: Pasien yang tidak mengikuti follow-up penyakitnya akan
dikeluarkan dari kelompok.

20

5. Apakah dapat diidentifikasi faktor yang menyebabkan bias pada


penelitian?
Jawaban: Ya
Alasan: Faktor yang menyebabkan bias pada penelitian adalah jika pasien
melakukan pengobatan bersamaan selain di klinik Dr Sumit Kumar selama
6 bulan pengamatan.
6. Apakah dilakukan strategi khusus untuk mengatasi faktor bias?
Jawaban: Ya
Alasan: Peneliti akan mengeluarkan pasien dari populasi penelitian jika
tidak mengkuti follow-up penyakitnya.
7. Apakah hasil penelitian diukur validitas dan reliabilitasnya?
Jawaban: Tidak jelas
Alasan: Peneliti tidak melakukan intervensi terhadap pasien.
8. Apakah digunakan analisa statistik yang sesuai?
Jawaban: Ya
Alasan: Peneliti menggunakan desain studi cross-sectional dengan
mengambil data sekunder dari klinik dr Sumit Kumar berupa data nominal
berdasarkan jenis penyakit tersering pada usia dan jenis kelamin tertentu.
Data tersebut dianalisa secara statistik dengan hasil akir berupa persentase.

Anda mungkin juga menyukai