Anda di halaman 1dari 23

Makalah PBL-3 Kimia Analitik

Bagaimana Menganalisis Lemak Babi dalam Bahan Makanan?

Kelompok 6:
Faustine Sheryl Adeboi

(1506725174)

Luki Farhandika

(1506724871)

Mustika Sari

(1506675882)

Raissa Maulina

(1506675693)

Sauria Karina

(1506675895)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DESEMBER 2016
DEPOK
i

DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i


Daftar Isi ...................................................................................................................................ii
Daftar Tabel dan Gambar..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
BAB II ISI ................................................................................................................................. 3
TUGAS 1 ............................................................................................................................... 3
TUGAS 2 ............................................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

ii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Data Analisis Etanol dengan Metode GC-MS................................................12
Tabel 2.2. Perhitungan Konsentrasi Etanol Menggunakan Metode Least Square...................12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Grafik Kurva Kalibrasi Standar...................................................14

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


GC-MS merupakan suatu metode pemisahan senyawa organic yang menggunakan dua
metode analisis senyawa yaitu Kromatografi Gas (GC) yang digunakan untuk menganalisis
jumlah senyawa secara kuantitatif sedangkan Spektrometri Massa (MS) digunakan untuk
menganalisis struktur molekul senyawa analit. Metode pemisihan menjadi suatu komponenkomponen dasar suatu molekul merupakan suatu hal yang penting dalam semua cabang kimia.
Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui zat murni dari suatu campuran.
Banyak sekali kasus yang dapat diselesaikan dengan metode ini dengan cepat, namun
dikarenakan penggunaannya yang terbatas metode ini jarang digunakan dalam meneliti suatu
kasus. Padahal, dengan menggunakan metode suatu kasus dapat diselesaikan dengan waktu
yang singkat.
Seiring perkembangan zaman, banyak penemuan-penemuan yang melahirkan suatu ilmu
pengetahuan baru misalnya dalam pengertian kita tentang struktur dan fungsi enzin dan
protein-protein lainnya, berasal langsung dari penerapan kromatografi ke penelitian biologi.
Menghitung polusi air dan udara, menentukan residu pestisida pada buah-buahan maupun
sayur-sayuran, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan bakteri, memantau gas-gas dalam
pernapasan selama pembiusan, mencari senyawa-senyawa organik dan makhluk hidup di
planet lain, menentukan jalur metabolisme dan mekanisme kerja obat-obatan, bahkan
pengukuran suatu zat berbahaya dalam suatu panganan dapat dilakukan dengan metode Gas
Kromatografi. Dapat diakui, metode ini bukan merupakan satu-satunya metode yang bisa
dijadikan sandaran dalam pengukuran dan menanalisis suatu kasus. Namun, jika dilihat dari
kelebihannya, metode ini adalah metode yang tepat di zaman yang serba instant seperti
sekarang ini.
Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai metode GC-MS
serta komponen dan analisis yang menyertainya agar memudahkan para pembaca dalam
mempelajari metode tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui cara mengidentifikasi lemak babi dengan metode GC-MS
2. Mempelajari metode analisis kimia Kromatografi Gas (GC)
3. Mempelajari metode analisis kimia Spektrometer Massa (MS)
4. Mempelajari metode analisis kimia GC-MS.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa hal-hal penting terkait dengan lemak babi dalam pangan?
2. Apa macam-macam parameter yang terdapat pada metode GC?
3. Apa latar belakang penggunaan metode GC-MS dalam menganalisis lemak babi?
4. Bagaimana aplikasi metode GC-MS dalam mengidentifikasi lemak babi dalam pangan?
5. Apa instrumen yang digunakan dalam metode GC dan MS?
6. Apa keistimewaan dan kekurangan dari penggabungan metode GC dan MS?

BAB II
ISI
TUGAS 1
1. Susunlah 4 isu (hal) penting terkait dengan lemak babi dalam pangan

Sifat fisika lemak babi

Sifat fisika merupakan perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat baru.
Sifat ini dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat fisika antara lain
wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan, kelarutan, kekeruhan,
kemagnetan, dan kekentalan. Beberapa lipida dapat berbentuk padat, cair dan mudah menguap.
Bentuk tersebut bergantung pada komponen penyusun asam lemaknya. Lemak yang
mengandung asam-asam lemak yang bertitik leleh tinggi berbentuk padat atau setengah padat
pada suhu kamar. Asam lemak yang bertitik leleh rendah pada umumnya merupakan asam
lemak tidak jenuh sedangkan asam lemak bertitik leleh tinggi berasal dari asam lemak jenuh.
Asam lemak jenuh yang paling banyak terkandung dalam lemak babi (Lard) adalah asam
palmitat, sedangkan asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh dengan jumlah terbesar
dalam lemak babi, sehingga lemak babi memiliki konsentrasi lembut dan semi padat pada suhu
27C, meleleh sempurna pada 42C, dan bersifat padat pada suhu kamar. Titik didih lemak
babi adalah di antara 86oC sampai 113oC, tergantung pada letak lemak tersebut pada tubuh babi.
Massa jenis () menurun jika berat molekul lemak atau derajat kejenuhan lemak meningkat.
Oksidasi cenderung memperbesar massa jenis, sedang keberadaan asam lemak bebas
cenderung menurunkan massa jenis lemak.

Sifat kimia lemak babi

Sifat kimia adalah sifat materi yang dapat diamati setelah materi tersebut mengalami
perubahan kimia. Asam lemak adalah asam lemah, jika larut dalam air molekul asam lemak
akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Contoh sifat kimia yaitu: kestabilan (mudah
tidaknya zat tersebut berubah), mudah tidaknya zat terbakar, berkarat, beracun, membusuk, dan
sebagainya. Lemak babi terdiri dari lemak berupa trigliserida. Lemak babi memiliki kandungan
lemak jenuh sebanyak 38- 43% dan lemak tak jenuh sebanyak 56% sampai 62%. Lemak
jenuhnya terdiri adari asam palmitat sebanyak 25- 28%, asam stearic sebanyak 11-13%, dan
asam mvristic sebanyak 2%. Sedangkan lemak tak jenuhnya terbagi menjadi dua, yaitu lemak
tak jenuh rantai tunggal yang terdiri dari asam oleic sebanyak 44-47% dan asam palmitoleic
3

sebanyak 4%; dan lemak tak jenuh rantai banyak berupa asam linoleic sebanyak 6- 11%.
Lemak babi mengandung asam palmitat sebagai asam lemak jenuh dan mengandung asam oleat
sebagai asam lemak tak jenuh terbanyak yang terkandung di dalamnya. Sifat kimia lemak babi
mirip dengan sifat kimia lipid pada umumnya, yaitu larut dalam pelarut non polar, tidak larut
dalam pelarut polar, memiliki nilai titik asap 121oC sampai 218oC, nilai iodin 45 sampai 75,
PH sekitar 3,4; dan memiliki nilai saponifikasi 190 hingga 205. Lemak babi dapat berfungsi
sebagai penstabil emulsi (emulsifier), surfaktan, serta dapat meningkatkan viskositas suatu zat
tertentu (contohnya viskositas kosmetik).

Fungsi lemak babi

Lemak babi memiliki fungsi di berbagai bidang, yaitu:


Bidang pangan
Kualitas rasa lemak babi bergantung pada bagian apa lemak diambil dan bagaimana lemak
tersebut diproses. . Lemak babi merupakan bahan dasar makanan yang biasa digunakan sebagai
minyak goreng atau sebagai pelengkap makanan seperti halnya lemak sapi atau lemak kambing.
Dalam industri pangan, lemak babi biasanya dicampur dengan lemak hewani lainnya, misalnya
dalam beberapa produksi mentega dan shorthening.
Bidang farmasi
Dalam bidang farmasi, lemak babi digunakan karena sifatnya yang mampu melarutkan obatobat non polar seperti testostern dan estradiol serta kemampuannya yang berfungsi sebagai
media penghantaran obat (Alvarez and Rodriguez, 2000). Zat yang mengandung obat steroid,
obat kulit, dan suppositria dapat mengandung lemak babi
Bidang Kosmetik
Dalam bidang kosmetik, lemak babi dapat berfungsi sebagai penstabil emulsi (Emulsifier),
agen pengkondisian kulit (Emollient), surfaktan dan sebagai bahan untuk meningkatkan
viskositas kosmetik, karena lemak babi yang bersifat padat pada suhu kamar (Jerome 1972).
Turunan lemak babi yang ditemukan dalam kosmetika antara lain gliserida lemak babi (mono-,
di-, dan trigliserida yang diturunkan dari lemak babi), gliserida lemak babi terhdrogenasi dan
lemak babi terhidrgenasi yang dihasilkan dari proses hidrogeasi yang terkontrol

Identifikasi lemak babi pada produk pangan dengan metode GC-MS

GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode
analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen
penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara
mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan
mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam. Penggunaan
kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan keduanya dapat
menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi
dengan struktur molekulnya. Kromatografi gas mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua
proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan itik didih
(atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat digunakan
padaskala yang lebih kecil (yaitu mikro).
Identifikasi lemak babi dengan menggunakan metode GC-MS dilakukan dengan
melakukan derivatisasi terhadap asam lemak babi agar dapat dipisahkan secara kromatografi
gas. Derivatisasi asam lemak dilakukan agar dihasilkan metil ester asam lemak (fatty aid
methyl ester). Langkah yang dilakukan untuk derivatisasi asam lemak adalah sebagai berikut:
sebanyak 50 L minyak atau lemak (lemak babi) ditambah dengan 1,0 mL n-heksana dan 200
L larutan NaOCH3 0,2 N, lalu dipanaskan selama 10 menit sambil diaduk. Larutan NaOCH3
0,2 N diperoleh dari pencampuran NaOH padat dalam methanol, campuran lalu ditambah
dengan larutan BF3 sebanyak 1,5 mL dan dipanaskan selama 10 menit. Campuran ditunggu
hingga dingin lalu ditambah NaCl jenuh sebanyak 1,5 mL untuk mengendapkan natrium
gliserolat dan divorteks selama 10 menit. Lemak babi yang diderivatisasi (FAME) diinjeksikan
ke dua kolom yang berbeda yakni kolom non polar DB 5 ms (panjang 30 m, diameter internal
0,25 mm, ketebalan lapisan 0,25 mikron), dan DB-wax (1 m x 0,10 mm, ketebalan lapisan 0,10
mikron). Sampel diinjeksikan sebnyak 1,0 mikroliter pada rasio pemecahan 100: 1 ke dalam
injetor kromatografi gas dengan suhu injektor 250oC. Gas pembawa menggunakan helium
dengan kemurnian yang sangat tinggi (99,9%). Suhu mula-mula untuk kolom dimensi pertama
5

adalah 40oC selama 3 menit. Suhu selanjutnya diatur dengan kenaikan pemanasan 15oC/menit
sampai suhu 160oC, lalu ditingkatkan ke suhu 250oC dengan kenaikan suhu 2oC/menit. Suhu
akhir dijaga isothermal selama 5 menit. Suhu mula-mula untuk kolom kedua adalah 45oC dan
ditunggu selama 3 menit sebelum suhu itu ditingkatkan sampai 165oC dengan kecepatan
kenaikan suhu 15oC/menit, lalu suhu ditingkatkan sampai 2552oC dengan kenaikan 2oC/menit
dan ditunggu kembali selama 5 menit.
Informasi yang diperoleh dari instrumen GC/MS adalah hasil dari masing-masing spektra.
Untuk spektra GC, informasi yang diperoleh yaitu waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam
sampel. Sedangkan untuk spektra MS, informasi yang diperoleh adalah massa molekul relatif
dari senyawa sampel tersbut.

2. Mengapa metode GC/MS sering digunakan untuk analisa kuantitatif maupun


kualitatif?
Dilihat dari pengertiannya, GC-MS merupakan suatu metode pemisahan senyawa
organic yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu Kromatografi Gas (GC) yang
digunakan untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif sedangkan Spektrometri
Massa (MS) digunakan untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.

Metode

pemisahan tersebut merupakan salah satu metode yang biasa digunakan dalam menganalisi
suatu senyawa tertentu.
Instrumen dari alat ini adalah gabungan dari alat GC dan MS, hal ini berarti sampel
yang hendak diperiksa diidentifikasi dahulu dengan alat GC (Gas Chromatography) yang
nantinya akan mendapatkan kadar dari suatu senyawa yang diukur. Kadar suatu senyawa dapat
ditentukan oleh grafik yang didapat pada detector. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi
menggunakan alat MS (Mass Spectrometry) yang akan mendapatkan struktur molekulnya.
Pada alat MS, senyawa yang masuk akan ditembaki oleh suatu electron dan molekul senyawa
tersebut akan mengalami reaksi fragmentasi. Molekul tersebut akan pecah karena tembakan
electron dalam spectrometer. Pecahnya molekul tersebut tergantung pada gugus fungsi yang
ada. Dengan adanya fragmentasi pada alat MS, kita juga bisa mengenali senyawa tersebut,
sehingga kita mengetahui apakah senyawa tersebut termasuk golongan alkohol, amin,
karboksilat, aldehid dan lain sebagainya. GC-MS hanya dapat digunakan untuk mendeteksi
senyawa-senyawa yang mudah menguap. Dengan adanya dua metode tersebut, GC/MS

seringkali digunakan untuk menentukan data kualitatif maupun kuantitatif dari suatu senyawa
yang belum diketahui.
3. Apakah keunggulan dan kekurangan teknik analisis ini?
Keunggulan dari teknik analisis Gas Chromatography-Mass Spectrometry ini adalah
GC-MS merupakan instrument yang sangat kuat untuk analisis kualitatif, karena tidak hanya
memberi informasi waktu retensi oleh GC, tapi karena kecepatan yang melekat, teknik ini juga
dapat untuk mengukur dan merekam spektrum massa dari sampel individual komponen setelah
sampel terelusi dari kolom GC. Karena instrumen GC dan MS digabungkan, identitas
komponen akan mudah diketahui oleh detektor. Instrumen GC-MS membutuhkan kolom
efluen diisi menuju jalur deteksi spektrometer. Permasalahan yang terdapat pada detector mass
spectrometer, yaitu tekanan yang rendah dari mass spectrometer digabungkan dengan tekanan
ambien dari kolom keluar GC. Suatu metode spesial digunakan untuk mengeliminasi gas
pembawa saat meretensi jumlah campuran komponen yang cukup, sehingga dapat diukur
dengan mass spectrometer.
Kekurangan dari teknik analisis ini adalah teknik ini membutuhkan biaya yang lebih
mahal. Teknik analisis ini juga membutuhkan penggunaan ruang penyimpanan (memory
space) yang sangat besar pada komputer untuk menyimpan informasi spektrum untuk analisis
kualitatif yang baik.

4. Dapatkah anda menjelaskan rancangan analisis lemak babi tersebut?


Lemak babi (Lard) merupakan lemak yang diperoleh dari proses rendering jaringan
adiposa babi (Sus Scrofa) yang segar, bersih, dalam kondisi sehat saat disembelih, dan dapat
dikomsumsi oleh manusia (Codex Allimentarius 1999). Jaringan tersebut tidak termasuk tulang,
kulit yang dikelupas, kulit kepala, telinga, ekor, organ, saluran pernafasan, pembuluh darah
besar, dan tidak mengandung jaringan otot. Lemak babi adalah bahan dasar makanan yang
biasa digunakan sebagai minyak goreng atau sebagai pelengkap makanan seperti halnya lemak
sapi atau lemak kambing. Lemak babi memiliki kandungan lemak jenuh dan kolesterol yang
lebih rendah daripada mentega. Analisis kandungan lemak babi pada bahan pangan dapat
dilakukan dengan tiga metode, yaitu: metode GC (gas kromatografi), GC-MS, dan Fourier
Transform Infra-red (FTIR) Spectroscopy.

GC (Gas Chromatography) merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan


deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas
anorganik dalam suatu campuran. Analisis lemak babi dengan metode GC dilakukan
dengan mengamati asam lemak babi yang diderivatisasi sebagai metil esternya. Salah
satu syarat pemisahan campuran dengan kromatografi gas adalah bahwa analit harus
mudah menguap. Asam lemak dalam lemak atau minyak sukar menguap sehingga perlu
diderivatisasi agar dapat dipisahkan secara kromatografi gas. Derivatisasi asam lemak
dilakukan agar dihasilkan metil ester asam lemak (fatty aid methyl ester). Langkah yang
dilakukan untuk derivatisasi asam lemak adalah sebagai berikut: sebanyak 50 L
minyak atau lemak (lemak babi) ditambah dengan 1,0 mL n-heksana dan 200 L larutan
NaOCH3 0,2 N, lalu dipanaskan selama 10 menit sambil diaduk. Larutan NaOCH3 0,2
N diperoleh dari pencampuran NaOH padat dalam methanol, campuran lalu ditambah
dengan larutan BF3 sebanyak 1,5 mL dan dipanaskan selama 10 menit. Campuran
ditunggu hingga dingin lalu ditambah NaCl jenuh sebanyak 1,5 mL untuk
mengendapkan natrium gliserolat dan divorteks selama 10 menit. Substansi yang
mengandung derivate asam lemak metil ester (FAME) diambil dan diinjeksikan ke
system kromatografi gas. Prosedur kromatografi gas dilakukan dengan cara: sebanyak
1 L substansi diinjeksikan ke kromatografi gas, dengan kondisi sebagai berikut:
Kolom
Kolom kapiler RTX-5 (panjang 30 m, diameter internal 0,25 mm, ketebalan lapisan 0,2
m)
Oven
Suhu 50oC (ditunggu selama 1 menit), lalu ditingkatkan sampai 240oC (8oC/menit), dan
akhirnya ditunggu pada 240oC selama 5 menit.
Detektor
Detektor ionisasi dalam keadaan menyala (FID, 200oC)
Gas pembawa
Gas N2, dengan kecepatan alir 6,8 mL/menit.
Injektor
Suhu 200oC, rasio pemecahan (1:20)

GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry) merupakan metode pemisahan


senyawa organik yang menggunakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi
gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa

(MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit. Gas kromatografi


merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip pemisahan
campuran

berdasarkan

perbedaan

kecepatan

migrasi

komponen-komponen

penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa


yang terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa
dalam fase gas. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat
molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang
muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan
magnetik seragam. Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi
massa. Paduan keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam
pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.
Metode GC yang digabung dengan spektrometer massa (GC-MS) adalah
metode lain yang tepat untuk menganalisis beberapa komponen alam turunan babi.
Lemak babi yang diderivatisasi (FAME) diinjeksikan ke dua kolom yang berbeda yakni
kolom non polar DB 5 ms (panjang 30 m, diameter internal 0,25 mm, ketebalan lapisan
0,25 mikron), dan DB-wax (1 m x 0,10 mm, ketebalan lapisan 0,10 mikron). Sampel
diinjeksikan sebnyak 1,0 mikroliter pada rasio pemecahan 100: 1 ke dalam injektor
kromatografi gas dengan suhu injektor 250oC. Gas pembawa menggunakan helium
dengan kemurnian yang sangat tinggi (99,9%). Suhu mula-mula untuk kolom dimensi
pertama adalah 40oC selama 3 menit. Suhu selanjutnya diatur dengan kenaikan
pemanasan 15oC/menit sampai suhu 160oC, lalu ditingkatkan ke suhu 250oC dengan
kenaikan suhu 2oC/menit. Suhu akhir dijaga isothermal selama 5 menit. Suhu mulamula untuk kolom kedua adalah 45oC dan ditunggu selama 3 menit sebelum suhu itu
ditingkatkan sampai 165oC dengan kecepatan kenaikan suhu 15oC/menit, lalu suhu
ditingkatkan sampai 2552oC dengan kenaikan 2oC/menit dan ditunggu kembali selama
5 menit.
Jenis kromatogram asam lemak standar (37 asam lemak) yang diperoleh terdiri
atas waktu retensi kolom dimensi pertama, waktu retensi kolom dimensi kedua, dan
luas puncak atau kromatogram ion total (total ion chromatogram (TIC)). Asam-asam
lemak dengan rantai sederhana dan pendek akan terelusi pertama kali, lalu setelah itu
asam-asam lemak dengan atom karbon yang lebih kompleks akan terelusi. FAME
dengan atom-atom karbon yang sama akan terelusi sebagai suatu kelompok. Asamasam lemak dengan atom karbon 8 akan meningkat secara perlahan-lahan dalam kolom
dimensi pertama, sampai asam-asam lemak dengan atom karbon 22. Meningkatnya
9

jumlah ikatan rangkap (sampai 6 ikatan rangkap) teramati dalam waktu retensi dimensi
kolom kedua. FAME dengan atom karbon yang sama akan terelusi sebagai suatu
kelompok pada kolom dimensi pertama dan tingkat ketidak jenuhan meningkat pada
dimensi kedua (sumber: Indrasti dkk., 2010).

Fourier-Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) atau spektoskopi infra merah


merupakan suatu metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau
pada Bilangan Gelombang 13.000 10 cm-1. Pada dasarnya, Spektrofotometer Fourier
Transform Infra Red (FTIR) adalah sama dengan Spektrofotometer Infra Reddispersi,
yang membedakannya adalah pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas
sinar infra merah melewati sampel. Instrumen ini menawarkan hasil yang akurat dan
dapat dipercaya untuk berbagai bahan sampel (makanan, lingkungan, dan sediaan
farmasetika). Mesin FTIR sangat berpotensi untuk digunakan sebagai alat pendeteksi
lemak babi secara cepat dengan hasil yang konsisten. Spektroskopi infra merah ini
merupakan teknik sidik jari dimana tidak terdapat dua senyawa atau sampel yang
mempunyai spektrum infra merah yang sama. Metode FTIR dapat memberikan hasil
analisa asam lemak dari babi yang bercampur dengan lemak-lemak binatang lain secara
konsisten, bahkan dengan kandungan yang sangat rendah. Alat ini tidak memerlukan
persiapan sampel yang rumit karena sampel padat ataupun cair dapat langsung di-scan
untuk mendapatkan spektrum. Dengan demikian, dari segi biaya akan sangat
menguntungkan karena tidak adanya pelarut atau bahan kimia lain yang diperlukan.
Sampel padat hanya perlu diblender, sedangkan sampel cair dibuat homogen. Karena
tidak memerlukan bahan kimia apapun, analisa dengan menggunakan FTIR juga
dianggap ramah lingkungan.
Cara kerja FTIR secara umum dapat digambarkan sebagai berikut: sampel discan, sehingga sinar infra-merah akan dilalukan ke sampel. Gelombang yang diteruskan
oleh sampel akan ditangkap oleh detektor yang terhubung ke komputer dan
memberikan gambaran spektrum sampel yang diuji. Struktur kimia, bentuk ikatan
molekul dan gugus fungsional tertentu pada sampel yang diuji akan menjadi dasar
bentuk spektrum yang diperoleh dari hasil analisa. Dengan demikian, alat ini dapat
digunakan untuk pengujian secara kualitatif dan kuantitatif.
Contoh hasil analisa yang dilakukan terhadap lemak babi yang dicampurkan di
dalam mutton body fat (MBF) menunjukkan spektrum yang berbeda secara signifikan
pada berbagai rentang frekuensi penyerapan C-H stretching (CH stretching absorption),
10

seperti pada 3010-3000, 1120-1095, dan 968-966 cm-1. Spectral bands akan dicatat
(recorded), diinterpretasikan serta diidentifikasi. Setiap frekuensi dan region akan
memberikan interpretasi yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi lemak babi yang
terdapat dalam makanan dapat terlihat pada perbedaan spectral bands yang diperoleh.
Berbagai perbedaan lain dari analisa bentuk spektrum juga ditemukan, yang setelah
dilakukan secara berulang dan dianalisa secara mendalam dengan software tertentu
akan memberikan gambaran yang lebih detil tentang karakter lemak babi, serta lemaklemak hewani lainnya. Dengan kecepatan analisa FTIR yang kurang dari satu menit per
sampel akan memberikan keuntungan, karena ratusan sampel dapat diteliti dalam satu
hari.

TUGAS 2
Anda melakukan percobaan dengan GC dan menggunakan campuran dua alkohol sebagai
sampel, yaitu etanol dan n-propanol. Propanol berfungsi sebagai senyawa pembanding (standar
dalam), sedangkan alkohol adalah senyawa yang akan ditentukan. Berikut adalah sistem GC
yang akan membantu untuk menganalisis sampel tersebut:
1.

Flow rate

: 60 mL/min; use helium or nitrogen carries gas

2.

Filament current

: 180 mA

3.

Column temperature : 90oC

4.

Column packing

: 10% DC-200 on Chromosorb P

5.

Column Size

: 30 m, 0.25 mm ID, 0.25 mm film thickness

6.

Attenuation

:4

7.

Sampel Size

: 5 microliters

8.

Suggested Column

: DC-200, 10% or Carbowax 20M, 10% on 60-80 mesh


Chromosorb P

Reagents

Absolute Ethanol

n-Propanol

Hasil Percobaan yang diperoleh

Dari 5L larutan standar etanol dan n-propanol masing-masing menunjukkan


puncak pada 2,4 dan 7,2 menit
11

Sebanyak 5L dari campuran :


Tabel 2.1. Data Analisis Etanol dengan Metode GC-MS

No

Volume Etanol (mL)

Volume n-propanol

Tinggi

Konsentrasi

(mL)

Puncak

dalam Sampel

0,1

1,9

3,75

5%

0,2

1,8

7,5

10%

0,3

1,7

11,25

15%

0,4

1,6

15

20%

0,5

1,5

18,75

25%

Dari hasil injeksi 5L sampel yang tidak diketahui teramati adanya puncak pada
2,4 menit dengan tinggi senilai 12,5mm

Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sebagai berikut: lebar dasar puncak pada etanol dan npropanol adalah berturut-turut 1,45 menit dan 3,65 menit

Terkait dengan percobaan tersebut, bagaimana anda menentukan:


a) Kandungan senyawa etanol dalam sampel
b) Resolusi kolom (Rs) [tanpa satuan]
c) Jumlah piringan rata-rata (N rata-rata)
d) Tinggi piringan (H) [dalam meter]
e) Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1,5
f)

Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru

Dari tabel hasil percobaan dapat digunakan konsentrasi etanol (%) sebagai sumbu x dan
tinggi puncak sebagai sumbu y. Dengan menggunakan metode least square akan ditemukan
nilai-nilai pada persamaan garis lurus. Tabel 2.2 akan menjelaskan perhitungan nilai x
(konsentrasi etanol) menggunakan metode least-square.
Tabel 2.2. Perhitungan Konsentrasi Etanol Menggunakan Metode Least Square
No

X2

Y2

XY

3,75

25

14,0625

18,75

10

7,5

100

56,25

75
12

15

11,25

225

126,5625

168,75

20

15

400

225

300

25

18,75

625

351,5625

468,75

75

56,25

1375

773,4375

1031,25

Dari tabel 2.2 akan diperoleh nilai b dan a menggunakan persamaan sebagai berikut
b=

(xy)xy

nx2 (x)2
a=

nx2 (x)2

b=

(5 x 1031,25)(75 x 1031,25)
(5 x 1375)5625

b = 0,75

nx2 (x)2

a=

(1375 x 56,25)(75 x 1031,25)


(5 x 1375)5625

a=0

Sehingga persamaan garis menjadi:


y = bx + a
y = 0,75x

a. Menentukan konsentrasi senyawa etanol dalam sampel


Berdasarkan data tersebut, kromatogram dari larutan standar diplot menjadi sebuah
grafik. Persamaan yang diperoleh merupakan persamaan garis lurus. Persamaan tersebut
menunjukkan hubungan antara konsentrasi suatu analit dalam suatu campuran tertentu dengan
tinggi atau luas area puncak analit. Y menunjukkan tinggi puncak dan X menunjukkan
konsentrasi etanol (dalam %). Plot antara konsentrasi etanol dalam larutan standar dengan
tinggi puncak etanol dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.

13

20
18

Tinggi Puncak (mm)

16
14
12
10
Y-Values

8
6
4
2
0
0

10

15

20

25

30

Konsentrasi (%)

Gambar 2.1. Grafik Kurva Kalibrasi Standar

Pada saat waktu retensi sebesar 2,4 menit diperoleh ringgi puncak 12,5 mm. sehingga
nilai ini dapat dimasukkan ke dalam persamaan garis. Tinggi puncak digunakan sebagai y.
12,5 = 0,75
= 16,67%
Diperoleh nilai x atau nilai konsentrasi etanol dalam larutan larutan sebesar 16,67%.
Diketahui bahwa larutan n-propana memiliki volume 5L. Sehingga volume etanol dalam
larutan standar adalah :
= 16,67%5
= 0,83
Jadi, konsentrasi senyawa etanol dalam sampel ialah sebesar 16,67% atau memiliki
volume 0,83L dari 5L larutan.

14

b. Resolusi Kolom (Rs) [tanpa satuan]


Secara umum, letak pita-pita elusi pada sumbu horizontal kromatogram dan
ketebalannya akan menentukan seberapa tuntas suatu pemisahan dari campuran awal yang
telah dilakukan. Sampel ini dianggap sulit untuk dipisahkan sehingga menyulitkan pembahasan
mengenai pemisahan campuran. Resolusi dapat disebut juga separasi. Resolusi merupakan dua
zat terlarut pada waktu-waktu retensi dan lebar pita.
Kolom yang lebih efisien akan mempunyai resolusi yang baik. Tingkat pemisahan
komponen dalam suatu campuran dengan metode kromatografi direfleksikan dalam
kromatogram yang dihasilkan. Untuk hasil pemisahan yang baik, puncak-puncak dalam
kromatogram harus terpisah secara sempurna dari puncak lainnya dengan sedikit overlapping
atau tidak terjadi overlapping sama sekali. Tingkat pemisahan antara puncak-puncak
kromatografi yang bersebelahan merupakan fungsi jarak antara puncak maksimum dan lebar
puncak yang berhubungan. Resolusi tidak memiliki satuan. Nilai resolusi dapat diketahui
berdasarkan persamaan berikut:
2[(tR)B (tR)A]
R=
WB + WA

Data yang telah diperoleh sebagai berikut:


Waktu retensi larutan standar etanol (tR)A = 2,4 menit
Waktu retensi larutan standar n-propana (tR)B = 7,2 menit
Lebar dasar puncak etanol WA = 1,45 menit
Lebar dasar puncak etanol WB = 3,65 menit
Menggunakan persamaan resolusi tersebut, dapat dihitung:
R=

R=

2(7,22,4)menit
(3,65+1,45)menit
9,6
5,1

R = 1,88
Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan
pemisahan puncak yang baik. Resolusi yang besar akan dicapai jika perbedaan waktu retensi
15

analit cukup besar dan lebar puncak analit dengan analit lain sesempit mungkin. Semakin baik
nilai resolusi maka semakin kecil kemungkinan tumpah tindih pada grafik. Jadi, nilai resolusi
kolom pada percobaan kromatografi gas kali ini sebesar 1,88. Nilai ini termasuk nilai resolusi
yang cukup baik dan memberikan pemisahan puncak yang baik.

c. Jumlah Piringan Rata-rata (N rata-rata)


Salah satu karakteristik sistem kromatografi yang paling penting adalah
efisiensi atau jumlah piringan teoritis. Jumlah piringan ini seringkali digunakan untuk
menunjukkan performa kolom. Sehingga, jumlah piringan dapat dikatakan sebagai ukuran
kemampuan kolom untuk memisahkan campuran. Dengan N sebagai jumlah plat teoritis, R
waktu retensi dan W adalah lebar dasar puncak.

N = 16( )2

Pada kasus di atas, diketahui data seperti yang telah tertera pada soal nomor
sebelumnya. Dengan menggunakan persamaan di atas, pertama dicari terlebih dahulu nilai dari
jumlah piringan yang dibutuhkan etanol (NA) dan nilai dari jumlah piringan yang dibutuhkan
n-propana (NB).
a. Jumlah Piringan yang dibutuhkan etanol (NA)
NA = 16(

2
)

NA = 16(

2,4 2
)

1,45

NA = 43,83
b. Jumlah Piringan yang dibutuhkan n-propana (NB)
2
)

NB = 16(

7,2 2
)
3,65

NB = 16(

NB = 62,26

16

c. Jumlah Piringan Rata-rata yang dibutuhkan adalah:


NA + NB

N=

2
N=

43,83+62,26
2

N = 53,04
Jadi, jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan sebanyak 53,04 atau sekitar 53
piringan.

d. Tinggi piringan H (meter)


Diketahui panjang kolom yang digunakan adalah 30 m dengan N = 54 piringan, maka tinggi
piringannya adalah:

30
=
54
=

= 0,56
Jadi tinggi piringan adalah 0,56 m.

e. Panjang kolom jika resolusi kolom menjadi 1,5


Pada persamaan resolusi:
s =

B
1
(
)(
)
4

1 + B

k dan a tidak berubah secara drastis dengan adanya perubahan L dan N, sehingga kita bisa
anggap k dan a akan konstan. Apabila resolusi ingin diubah, maka yang mempengaruhi adalah
akar dari jumlah piringannya, sehingga diperoleh persamaan:
(s)1 1
=
(s)2 2
Dengan (Rs)1 = 1,88 dan (Rs)2 = 1,5
17

N1 = 44 piringan dan N2 adalah jumlah piringan yang akan dicari. Apabila disubtitusikan akan
diperoleh:
1,88 44
=
1,5
2
2 = (

44 1,5
)
1,88

2 = 28,01 28

Dengan diketahuinya jumlah piringan, kita bisa menentukan berapa panjang kolmnya bila
resolusi menjadi 1,5 dengan tinggi piringan tetap (H=0,56 m)
L2 = N2 x H
L2 = 28 x 0,56
L2 = 15,68 m
Sehingga panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapakan 1,5 adalah 15,68 m

f. Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru


Resolusi pada kolom yang diperpanjang adalah 1,5. Waktu elusi setelah kolom diperpanjang
bisa ditentukan dengan menggunakan resolusi kolomnya. Dari penurunan persamaan resolusi,
diperoleh hubungan antara waktu referensi dengan resolusi sebagai berikut:
( ) =

162
2 (1 + )
(
)
( )2

u, a, dan k diasumsukan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil apabila waktu retensi
dan resolusi berubah, sehingga diperoleh persamaan:
( )2 =

( )22
( )
( )12 1

( )2 =

(1,5)2
2,4
(1,88)2

( )2 = 1,63
sehingga pada kolom yang telah diperpanjangm waktu elusinya adalah 1,63 menit

18

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Analisis lemak babi dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode GC, GC-MS, dan
FTIR, untuk mengetahui apakah dalam bahan pangan terkandung lemak babi.

Dalam analisis metode GC, konsentrasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan
persamaan yang menghubungkan konsentrasi suatu analit dalam suatu campuran
tertentu dengan tinggi atau luas puncak analit.

Parameter penting pada GC/MS yang digunakan antara lain resolusi kolom, jumlah
piringan rata-rata, tinggi piringan, panjang kolom, dan waktu elusi senyawa. Resolusi
dan jumlah piringan dapat ditentukan berdasarkan waktu retensi larutan standar dan
lebar dasar puncak. Tinggi piringan dipengaruhi oleh panjang kolom dan jumlah
piringannya. Waktu elusi suatu senyawa akan berubah jika panjang kolomnya juga
berubah.

19

DAFTAR PUSTAKA

Hermanto, Sandra dan Anna Muawanah. 2008. Profil dan karakteristik Lemak Hewani (Ayam,
Sapi dan Babi) Hasil Analisa FTIR dan GCMS. Jurnal Program Studi Kimia,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jaswir, Irwandi, dkk. 2003. Determination of lard in Mixture of body fats of mutton and cow
by fourier transform infrared spectroscopy.
Kenkel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians, Third Edition. USA: CRC Press,
LLC
Michele R. Derrick, Dusan Stulik, James M. Landry. 1999. Infrared Spectroscopyin
Conservation Science. Gerry Trust : USA
Moustafa, Ahmad and Stauffer, Clyde. 1997. Bakery Fats. Brussels: American Soybean
Association.
Rohman, A. dan Che Man, Y.B. 2010. Journal of FTIR Spectroscopy Combined with
Chemometrics for Analysis of Lard in The Mixtures with Body Fats of Lamb, Cow, and
Chicken. International Food Research Journal 17: 519-526
Skoog, A Douglas, Donald M West, M James Holler. 2014. Fundamentals of Analytical
Chemistry. 9th Edition. Bolent. Saunders College Publishing

20

Anda mungkin juga menyukai