Kelompok 6:
Faustine Sheryl Adeboi
(1506725174)
Luki Farhandika
(1506724871)
Mustika Sari
(1506675882)
Raissa Maulina
(1506675693)
Sauria Karina
(1506675895)
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Data Analisis Etanol dengan Metode GC-MS................................................12
Tabel 2.2. Perhitungan Konsentrasi Etanol Menggunakan Metode Least Square...................12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Grafik Kurva Kalibrasi Standar...................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
TUGAS 1
1. Susunlah 4 isu (hal) penting terkait dengan lemak babi dalam pangan
Sifat fisika merupakan perubahan yang dialami suatu benda tanpa membentuk zat baru.
Sifat ini dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun materi tersebut. Sifat fisika antara lain
wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan, kelarutan, kekeruhan,
kemagnetan, dan kekentalan. Beberapa lipida dapat berbentuk padat, cair dan mudah menguap.
Bentuk tersebut bergantung pada komponen penyusun asam lemaknya. Lemak yang
mengandung asam-asam lemak yang bertitik leleh tinggi berbentuk padat atau setengah padat
pada suhu kamar. Asam lemak yang bertitik leleh rendah pada umumnya merupakan asam
lemak tidak jenuh sedangkan asam lemak bertitik leleh tinggi berasal dari asam lemak jenuh.
Asam lemak jenuh yang paling banyak terkandung dalam lemak babi (Lard) adalah asam
palmitat, sedangkan asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh dengan jumlah terbesar
dalam lemak babi, sehingga lemak babi memiliki konsentrasi lembut dan semi padat pada suhu
27C, meleleh sempurna pada 42C, dan bersifat padat pada suhu kamar. Titik didih lemak
babi adalah di antara 86oC sampai 113oC, tergantung pada letak lemak tersebut pada tubuh babi.
Massa jenis () menurun jika berat molekul lemak atau derajat kejenuhan lemak meningkat.
Oksidasi cenderung memperbesar massa jenis, sedang keberadaan asam lemak bebas
cenderung menurunkan massa jenis lemak.
Sifat kimia adalah sifat materi yang dapat diamati setelah materi tersebut mengalami
perubahan kimia. Asam lemak adalah asam lemah, jika larut dalam air molekul asam lemak
akan terionisasi sebagian dan melepaskan ion H+. Contoh sifat kimia yaitu: kestabilan (mudah
tidaknya zat tersebut berubah), mudah tidaknya zat terbakar, berkarat, beracun, membusuk, dan
sebagainya. Lemak babi terdiri dari lemak berupa trigliserida. Lemak babi memiliki kandungan
lemak jenuh sebanyak 38- 43% dan lemak tak jenuh sebanyak 56% sampai 62%. Lemak
jenuhnya terdiri adari asam palmitat sebanyak 25- 28%, asam stearic sebanyak 11-13%, dan
asam mvristic sebanyak 2%. Sedangkan lemak tak jenuhnya terbagi menjadi dua, yaitu lemak
tak jenuh rantai tunggal yang terdiri dari asam oleic sebanyak 44-47% dan asam palmitoleic
3
sebanyak 4%; dan lemak tak jenuh rantai banyak berupa asam linoleic sebanyak 6- 11%.
Lemak babi mengandung asam palmitat sebagai asam lemak jenuh dan mengandung asam oleat
sebagai asam lemak tak jenuh terbanyak yang terkandung di dalamnya. Sifat kimia lemak babi
mirip dengan sifat kimia lipid pada umumnya, yaitu larut dalam pelarut non polar, tidak larut
dalam pelarut polar, memiliki nilai titik asap 121oC sampai 218oC, nilai iodin 45 sampai 75,
PH sekitar 3,4; dan memiliki nilai saponifikasi 190 hingga 205. Lemak babi dapat berfungsi
sebagai penstabil emulsi (emulsifier), surfaktan, serta dapat meningkatkan viskositas suatu zat
tertentu (contohnya viskositas kosmetik).
GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang menggunakan dua metode
analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.
Gas kromatografi merupakan salah satu teknik spektroskopi yang menggunakan prinsip
pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan migrasi komponen-komponen
penyusunnya. Gas kromatografi biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang
terdapat pada campuran gas dan juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara
mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan
mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam. Penggunaan
kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan keduanya dapat
menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa yang dilengakapi
dengan struktur molekulnya. Kromatografi gas mirip dengan distilasi fraksional, karena kedua
proses memisahkan komponen dari campuran terutama berdasarkan pada perbedaan itik didih
(atau tekanan uap). Namun, distilasi fraksional biasanya digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen dari campuran pada skala besar, sedangkan GC dapat digunakan
padaskala yang lebih kecil (yaitu mikro).
Identifikasi lemak babi dengan menggunakan metode GC-MS dilakukan dengan
melakukan derivatisasi terhadap asam lemak babi agar dapat dipisahkan secara kromatografi
gas. Derivatisasi asam lemak dilakukan agar dihasilkan metil ester asam lemak (fatty aid
methyl ester). Langkah yang dilakukan untuk derivatisasi asam lemak adalah sebagai berikut:
sebanyak 50 L minyak atau lemak (lemak babi) ditambah dengan 1,0 mL n-heksana dan 200
L larutan NaOCH3 0,2 N, lalu dipanaskan selama 10 menit sambil diaduk. Larutan NaOCH3
0,2 N diperoleh dari pencampuran NaOH padat dalam methanol, campuran lalu ditambah
dengan larutan BF3 sebanyak 1,5 mL dan dipanaskan selama 10 menit. Campuran ditunggu
hingga dingin lalu ditambah NaCl jenuh sebanyak 1,5 mL untuk mengendapkan natrium
gliserolat dan divorteks selama 10 menit. Lemak babi yang diderivatisasi (FAME) diinjeksikan
ke dua kolom yang berbeda yakni kolom non polar DB 5 ms (panjang 30 m, diameter internal
0,25 mm, ketebalan lapisan 0,25 mikron), dan DB-wax (1 m x 0,10 mm, ketebalan lapisan 0,10
mikron). Sampel diinjeksikan sebnyak 1,0 mikroliter pada rasio pemecahan 100: 1 ke dalam
injetor kromatografi gas dengan suhu injektor 250oC. Gas pembawa menggunakan helium
dengan kemurnian yang sangat tinggi (99,9%). Suhu mula-mula untuk kolom dimensi pertama
5
adalah 40oC selama 3 menit. Suhu selanjutnya diatur dengan kenaikan pemanasan 15oC/menit
sampai suhu 160oC, lalu ditingkatkan ke suhu 250oC dengan kenaikan suhu 2oC/menit. Suhu
akhir dijaga isothermal selama 5 menit. Suhu mula-mula untuk kolom kedua adalah 45oC dan
ditunggu selama 3 menit sebelum suhu itu ditingkatkan sampai 165oC dengan kecepatan
kenaikan suhu 15oC/menit, lalu suhu ditingkatkan sampai 2552oC dengan kenaikan 2oC/menit
dan ditunggu kembali selama 5 menit.
Informasi yang diperoleh dari instrumen GC/MS adalah hasil dari masing-masing spektra.
Untuk spektra GC, informasi yang diperoleh yaitu waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam
sampel. Sedangkan untuk spektra MS, informasi yang diperoleh adalah massa molekul relatif
dari senyawa sampel tersbut.
Metode
pemisahan tersebut merupakan salah satu metode yang biasa digunakan dalam menganalisi
suatu senyawa tertentu.
Instrumen dari alat ini adalah gabungan dari alat GC dan MS, hal ini berarti sampel
yang hendak diperiksa diidentifikasi dahulu dengan alat GC (Gas Chromatography) yang
nantinya akan mendapatkan kadar dari suatu senyawa yang diukur. Kadar suatu senyawa dapat
ditentukan oleh grafik yang didapat pada detector. Kemudian dilanjutkan dengan identifikasi
menggunakan alat MS (Mass Spectrometry) yang akan mendapatkan struktur molekulnya.
Pada alat MS, senyawa yang masuk akan ditembaki oleh suatu electron dan molekul senyawa
tersebut akan mengalami reaksi fragmentasi. Molekul tersebut akan pecah karena tembakan
electron dalam spectrometer. Pecahnya molekul tersebut tergantung pada gugus fungsi yang
ada. Dengan adanya fragmentasi pada alat MS, kita juga bisa mengenali senyawa tersebut,
sehingga kita mengetahui apakah senyawa tersebut termasuk golongan alkohol, amin,
karboksilat, aldehid dan lain sebagainya. GC-MS hanya dapat digunakan untuk mendeteksi
senyawa-senyawa yang mudah menguap. Dengan adanya dua metode tersebut, GC/MS
seringkali digunakan untuk menentukan data kualitatif maupun kuantitatif dari suatu senyawa
yang belum diketahui.
3. Apakah keunggulan dan kekurangan teknik analisis ini?
Keunggulan dari teknik analisis Gas Chromatography-Mass Spectrometry ini adalah
GC-MS merupakan instrument yang sangat kuat untuk analisis kualitatif, karena tidak hanya
memberi informasi waktu retensi oleh GC, tapi karena kecepatan yang melekat, teknik ini juga
dapat untuk mengukur dan merekam spektrum massa dari sampel individual komponen setelah
sampel terelusi dari kolom GC. Karena instrumen GC dan MS digabungkan, identitas
komponen akan mudah diketahui oleh detektor. Instrumen GC-MS membutuhkan kolom
efluen diisi menuju jalur deteksi spektrometer. Permasalahan yang terdapat pada detector mass
spectrometer, yaitu tekanan yang rendah dari mass spectrometer digabungkan dengan tekanan
ambien dari kolom keluar GC. Suatu metode spesial digunakan untuk mengeliminasi gas
pembawa saat meretensi jumlah campuran komponen yang cukup, sehingga dapat diukur
dengan mass spectrometer.
Kekurangan dari teknik analisis ini adalah teknik ini membutuhkan biaya yang lebih
mahal. Teknik analisis ini juga membutuhkan penggunaan ruang penyimpanan (memory
space) yang sangat besar pada komputer untuk menyimpan informasi spektrum untuk analisis
kualitatif yang baik.
berdasarkan
perbedaan
kecepatan
migrasi
komponen-komponen
jumlah ikatan rangkap (sampai 6 ikatan rangkap) teramati dalam waktu retensi dimensi
kolom kedua. FAME dengan atom karbon yang sama akan terelusi sebagai suatu
kelompok pada kolom dimensi pertama dan tingkat ketidak jenuhan meningkat pada
dimensi kedua (sumber: Indrasti dkk., 2010).
seperti pada 3010-3000, 1120-1095, dan 968-966 cm-1. Spectral bands akan dicatat
(recorded), diinterpretasikan serta diidentifikasi. Setiap frekuensi dan region akan
memberikan interpretasi yang berbeda-beda. Perbedaan konsentrasi lemak babi yang
terdapat dalam makanan dapat terlihat pada perbedaan spectral bands yang diperoleh.
Berbagai perbedaan lain dari analisa bentuk spektrum juga ditemukan, yang setelah
dilakukan secara berulang dan dianalisa secara mendalam dengan software tertentu
akan memberikan gambaran yang lebih detil tentang karakter lemak babi, serta lemaklemak hewani lainnya. Dengan kecepatan analisa FTIR yang kurang dari satu menit per
sampel akan memberikan keuntungan, karena ratusan sampel dapat diteliti dalam satu
hari.
TUGAS 2
Anda melakukan percobaan dengan GC dan menggunakan campuran dua alkohol sebagai
sampel, yaitu etanol dan n-propanol. Propanol berfungsi sebagai senyawa pembanding (standar
dalam), sedangkan alkohol adalah senyawa yang akan ditentukan. Berikut adalah sistem GC
yang akan membantu untuk menganalisis sampel tersebut:
1.
Flow rate
2.
Filament current
: 180 mA
3.
4.
Column packing
5.
Column Size
6.
Attenuation
:4
7.
Sampel Size
: 5 microliters
8.
Suggested Column
Reagents
Absolute Ethanol
n-Propanol
No
Volume n-propanol
Tinggi
Konsentrasi
(mL)
Puncak
dalam Sampel
0,1
1,9
3,75
5%
0,2
1,8
7,5
10%
0,3
1,7
11,25
15%
0,4
1,6
15
20%
0,5
1,5
18,75
25%
Dari hasil injeksi 5L sampel yang tidak diketahui teramati adanya puncak pada
2,4 menit dengan tinggi senilai 12,5mm
Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan
menunjukkan data sebagai berikut: lebar dasar puncak pada etanol dan npropanol adalah berturut-turut 1,45 menit dan 3,65 menit
Dari tabel hasil percobaan dapat digunakan konsentrasi etanol (%) sebagai sumbu x dan
tinggi puncak sebagai sumbu y. Dengan menggunakan metode least square akan ditemukan
nilai-nilai pada persamaan garis lurus. Tabel 2.2 akan menjelaskan perhitungan nilai x
(konsentrasi etanol) menggunakan metode least-square.
Tabel 2.2. Perhitungan Konsentrasi Etanol Menggunakan Metode Least Square
No
X2
Y2
XY
3,75
25
14,0625
18,75
10
7,5
100
56,25
75
12
15
11,25
225
126,5625
168,75
20
15
400
225
300
25
18,75
625
351,5625
468,75
75
56,25
1375
773,4375
1031,25
Dari tabel 2.2 akan diperoleh nilai b dan a menggunakan persamaan sebagai berikut
b=
(xy)xy
nx2 (x)2
a=
nx2 (x)2
b=
(5 x 1031,25)(75 x 1031,25)
(5 x 1375)5625
b = 0,75
nx2 (x)2
a=
a=0
13
20
18
16
14
12
10
Y-Values
8
6
4
2
0
0
10
15
20
25
30
Konsentrasi (%)
Pada saat waktu retensi sebesar 2,4 menit diperoleh ringgi puncak 12,5 mm. sehingga
nilai ini dapat dimasukkan ke dalam persamaan garis. Tinggi puncak digunakan sebagai y.
12,5 = 0,75
= 16,67%
Diperoleh nilai x atau nilai konsentrasi etanol dalam larutan larutan sebesar 16,67%.
Diketahui bahwa larutan n-propana memiliki volume 5L. Sehingga volume etanol dalam
larutan standar adalah :
= 16,67%5
= 0,83
Jadi, konsentrasi senyawa etanol dalam sampel ialah sebesar 16,67% atau memiliki
volume 0,83L dari 5L larutan.
14
R=
2(7,22,4)menit
(3,65+1,45)menit
9,6
5,1
R = 1,88
Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan
pemisahan puncak yang baik. Resolusi yang besar akan dicapai jika perbedaan waktu retensi
15
analit cukup besar dan lebar puncak analit dengan analit lain sesempit mungkin. Semakin baik
nilai resolusi maka semakin kecil kemungkinan tumpah tindih pada grafik. Jadi, nilai resolusi
kolom pada percobaan kromatografi gas kali ini sebesar 1,88. Nilai ini termasuk nilai resolusi
yang cukup baik dan memberikan pemisahan puncak yang baik.
N = 16( )2
Pada kasus di atas, diketahui data seperti yang telah tertera pada soal nomor
sebelumnya. Dengan menggunakan persamaan di atas, pertama dicari terlebih dahulu nilai dari
jumlah piringan yang dibutuhkan etanol (NA) dan nilai dari jumlah piringan yang dibutuhkan
n-propana (NB).
a. Jumlah Piringan yang dibutuhkan etanol (NA)
NA = 16(
2
)
NA = 16(
2,4 2
)
1,45
NA = 43,83
b. Jumlah Piringan yang dibutuhkan n-propana (NB)
2
)
NB = 16(
7,2 2
)
3,65
NB = 16(
NB = 62,26
16
N=
2
N=
43,83+62,26
2
N = 53,04
Jadi, jumlah piringan rata-rata yang dibutuhkan sebanyak 53,04 atau sekitar 53
piringan.
30
=
54
=
= 0,56
Jadi tinggi piringan adalah 0,56 m.
B
1
(
)(
)
4
1 + B
k dan a tidak berubah secara drastis dengan adanya perubahan L dan N, sehingga kita bisa
anggap k dan a akan konstan. Apabila resolusi ingin diubah, maka yang mempengaruhi adalah
akar dari jumlah piringannya, sehingga diperoleh persamaan:
(s)1 1
=
(s)2 2
Dengan (Rs)1 = 1,88 dan (Rs)2 = 1,5
17
N1 = 44 piringan dan N2 adalah jumlah piringan yang akan dicari. Apabila disubtitusikan akan
diperoleh:
1,88 44
=
1,5
2
2 = (
44 1,5
)
1,88
2 = 28,01 28
Dengan diketahuinya jumlah piringan, kita bisa menentukan berapa panjang kolmnya bila
resolusi menjadi 1,5 dengan tinggi piringan tetap (H=0,56 m)
L2 = N2 x H
L2 = 28 x 0,56
L2 = 15,68 m
Sehingga panjang kolom bila resolusi kolom yang diharapakan 1,5 adalah 15,68 m
162
2 (1 + )
(
)
( )2
u, a, dan k diasumsukan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil apabila waktu retensi
dan resolusi berubah, sehingga diperoleh persamaan:
( )2 =
( )22
( )
( )12 1
( )2 =
(1,5)2
2,4
(1,88)2
( )2 = 1,63
sehingga pada kolom yang telah diperpanjangm waktu elusinya adalah 1,63 menit
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis lemak babi dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode GC, GC-MS, dan
FTIR, untuk mengetahui apakah dalam bahan pangan terkandung lemak babi.
Dalam analisis metode GC, konsentrasi suatu senyawa dapat ditentukan dengan
persamaan yang menghubungkan konsentrasi suatu analit dalam suatu campuran
tertentu dengan tinggi atau luas puncak analit.
Parameter penting pada GC/MS yang digunakan antara lain resolusi kolom, jumlah
piringan rata-rata, tinggi piringan, panjang kolom, dan waktu elusi senyawa. Resolusi
dan jumlah piringan dapat ditentukan berdasarkan waktu retensi larutan standar dan
lebar dasar puncak. Tinggi piringan dipengaruhi oleh panjang kolom dan jumlah
piringannya. Waktu elusi suatu senyawa akan berubah jika panjang kolomnya juga
berubah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hermanto, Sandra dan Anna Muawanah. 2008. Profil dan karakteristik Lemak Hewani (Ayam,
Sapi dan Babi) Hasil Analisa FTIR dan GCMS. Jurnal Program Studi Kimia,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jaswir, Irwandi, dkk. 2003. Determination of lard in Mixture of body fats of mutton and cow
by fourier transform infrared spectroscopy.
Kenkel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians, Third Edition. USA: CRC Press,
LLC
Michele R. Derrick, Dusan Stulik, James M. Landry. 1999. Infrared Spectroscopyin
Conservation Science. Gerry Trust : USA
Moustafa, Ahmad and Stauffer, Clyde. 1997. Bakery Fats. Brussels: American Soybean
Association.
Rohman, A. dan Che Man, Y.B. 2010. Journal of FTIR Spectroscopy Combined with
Chemometrics for Analysis of Lard in The Mixtures with Body Fats of Lamb, Cow, and
Chicken. International Food Research Journal 17: 519-526
Skoog, A Douglas, Donald M West, M James Holler. 2014. Fundamentals of Analytical
Chemistry. 9th Edition. Bolent. Saunders College Publishing
20