Anda di halaman 1dari 8

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG


DI LUAR NEGERI

NAMA KELOMPOK :

1. Aisha Septy Isnaindah


2. Citra Mutiara Sofyanti
3. Rahmawati Susanto

(1413010029)
(1413010127)
(1413010140)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA


TIMUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2016-2017

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Makin meluasnya hubungan perdagangan internasional, memungkinkan perusahaan
memperkuas usahanya ke luar negeri dengan membuka atau mendirikan cabang-cabang di
luar negeri. Transaksi-transaksi yang terjadi dalam hubungan internasional tidak saja
dinyatakan didalam jumlah kesatuan mata uang dalam negeri (IDR), tetapi dapat
dinyatakan dalam mata uang asing. Untuk keperluan penyusunan laporan keuangan maka
transaksi-transaksi yang nilainya tercatat dalam mata uang asing, harus dijabarkan
kedalam kesatuan mata uang dalam negeri (IDR).
Di dalam akuntansi hubungan pusat cabang tersirat beberapa transaksi penting
yang merupakan rantai penghubung antara pusat cabang yaitu seperti : transaksi
pengiriman kas (aktiva) dari kantor pusat ke kantor cabang, transaksi pengiriman barang
dagangan dari pusat ke cabang atau sebaliknya.
Dua transaksi ini selanjutnya menimbulkan masalah dua masalah khusus, pertama
yaitu untuk transaksi terkait hubungan pusat cabang di dalam negeri seperti
pengiriman barang dari pusat ke cabang atau dari cabang satu ke cabang lainnya yang
pengakuannya dapat dinota diatas harga pokoknya agar pihak pengirim memperoleh
kompensasi atas berkurangnya persediaan.

Kedua masalah terkait hubungan pusat

cabang di luar negeri. Bila transaksi pengiriman aktiva (kas) atau barang dilakukan antar
negara (akibat pembukaan cabang di luar negeri) maka menimbulkan adanya utang piutang dikarenakan perbedaan kurs mata uang masing - masing negara.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Perusahaan yang sudah maju ada yang mempunyai kantor cabang diluar negeri.
Dalam hal ini laporan konsolidasi harus berdasarkan mata uang negara tempat kantor
pusat berada. Jadi, laporan keuangan kantor cabang terlebih dahulu harus dijabarkan ke
dalam mata uang yang dipakai kantor pusat. Ketentuan-ketentuan umum untuk
menjabarkan rekening-rekening mata uang asing ke dalam rupiah di Indonesia telah
diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), seperti tertera pada PSAK No. 11
Penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing, yang isinya sebagai berikut:
untuk memasukkan kegiatan luar negeri pada laporan keuangan suatu
perusahaan, laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri harus dijabarkan ke dalam
mata uang pelaporan perusahaan.

B. PENJABARAN KE DALAM MATA UANG YANG DIPAKAI KANTOR PUSAT


Penjelasan lebih lanjur dari PSAK No. 11 di atas terdapat dalam paragraf No. 09 yang
isinya sebagai berikut, pada setiap tanggal neraca :
1. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam
mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs yang
ditetapkan Bank Indonesia sebagai indicator yang objektif.
2. Pos nonmoneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca,
tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
3. Pos nonmeneter yang dinilai dengan wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat ini tersebut
ditentukan.

C. TAHAP-TAHAP
GABUNGAN

DALAM

PENYUSUNAN

LAPORAN

KEUANGAN

Tahap-tahap dalam menyusun laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan
kantor cabang di luar negeri adalah sebagai berikut :
1. Atas dasar laporan keuangan kantor cabang terlebih dahulu harus diadakan
penjabaran terhadap saldo rekening-rekening pembukuan kantor cabang menjadi
saldo-saldo yang dinyatakan dalam mata uang dalam negeri yang dipakai kantor
pusat.
2. Proses penjabaran terhadap saldo rekening kantor cabang sebaiknya dimulai
dengan mengambil dari angka yang terdapat pada neraca saldo (trial balance)
yang dipakai sebagai dasar penyusunan neraca lajur (worksheet kantor cabang).
3. Apabila hasil penjabaran terhadap saldo rekening secara keseluruhan tidak
seimbang (antarjumlah debit dan kredit sama) maka selisihnya ditampung dalam
rekening penyesuaian kurs (exchange adjusment). Saldo selisih penyesuaian kurs,
tersebut diperhitungkan sebagai laba atau rugi penyesuaian kurs.
4. Sesudah proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan kantor cabang
selesai kemudian menyusun daftar lajur gabungan (working papers)
5. Berdasar working paper tersebut baru disusun neraca dan laporan laba rugi
gabungan antar kantor pusat dan kantor cabang.
CONTOH
Berikut ini adalah Neraca Saldo, per 3 Desember 2007 dari Brilliant LTD yang berkantor
pusat di Jakarta dan cabangnya di New York.

Tingkat kurs dollar yang berlaku selama tahun 2007 adalah sebagai berikut:
31-12-2007 atau tanggal neraca Rp9.800,00 (C)
Rata-rata tahunan Rp9.700,00 (A)
Historical Rp9.700,00 (H)

Berdasar daftar kurs di atas, maka neraca saldo Kantor Cabang New York dapat dijabarkan
dalam rupiah sebagaimana ditampilkan pada halaman berikut :

Keterangan:
(C) = Current rate atau kurs pada saat tanggal neraca
(H) = Historical cost atau kurs pada saat terjadinya transaksi
(R) = Reciprocal account atau jumlah (nilai) rekening timbal balik, harus sesuai dengan saldo
rekening-rekening reciprocal di kantor pusat
(A) = Average rate atau kurs rata-rata selama satu periode
Setelah neraca saldo kantor cabang New York dijabarkan ke dalam rupiah, maka dapat
disusun neraca lajur untuk menyusun laporan keuangan gabungan sebagai berikut:

Setelah dibuat neraca lajur, maka dapat disusun laporan keuangan gabungan sebagai berikut:

D. ASPEK PERPAJAKAN
Berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh dari cabang di luar negeri,b maka jenis
pajak yang terkait dengannya adalah PPh pasal 24, yaitu sebuah fasilitas dari
pemerintah agar setiap wajib pajak yang penghasilannya telah dikenakan pajak di luar
negeri, ketika penghasilan tersebut dibawa pulang ke Indonesia, dapat mengkreditkan
(mengurangkan kepada pajak yang terutang di akhir tahun) pajak yang telah dipotong di
luar negeri tersebut. Pengkreditan PPh yang dibayar di Luar Negeri (PPh Pasal 24)
dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut
dengan penghasilan di Indonesia. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan
maksimum sebesar jumlah yang lebih rendah (Ordinary Credit Method) di antara PPh
yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dengan seluruh Penghasilan Kena Pajak
dikalikan dengan PPh yang terutang pada tahun berjalan, atau maksimum sebesar PPh
yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam negeri mengalami
kerugian (Penghasilan dari LN lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena Pajak).
Penghasilan Kena Pajak tersebut tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak
bersifat final.

Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan
PPh Pasal 24 dilakukan untuk masing-masing Negara (Per Country Limitation). Dalam hal
jumlah PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal 24 yang dapat
dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun berikutnya, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi.

Anda mungkin juga menyukai