Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MANAGERIAL ACCOUNTING

Quality Cost And Productivity :


Measurement, Reporting, and Control

Disusun oleh:
Dri Septiyono (1415102005)
Agnes Arifa (1415102012)
Bidara Senda (1415102026)
Sandi Rahmat (1415102025)
Wulan Lisnawati (1415102043)

Sekolah Pascasarjana Magister Manajemen


Universitas Widyatama
Bandung 2106

DAFTAR ISI
BAB I KAJIAN TEORI...........................................................................................1
A.

Definisi Kualitas........................................................................................1

B.

Definisi Biaya Kualitas.............................................................................2


1.

Kegiatan Pengendalian (control activities)............................................2

2.

Kegiatan Karena Kegagalan (failure activites)......................................3

C.

Mengukur Biaya Kualitas..........................................................................4


1.

Metode Pengali (Multiplier Method).....................................................4

2.

Metode Penelitian Pasar........................................................................5

3.

Fungsi Kerugian Taguchi.......................................................................5

D.

Pelaporan Informasi Biaya Kualitas..........................................................5

E.

Fungsi Biaya Kualitas...............................................................................6


1.

Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima.............................................6

2.

Pandangan Cacat Nol..........................................................................6

F. Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal........................6


G.

Penggunaan Informasi Biaya Kualitas......................................................7


1.

Skenario A: Penetapan Harga Strategis.................................................7

2.

Skenario B: Analisis Produk Baru.........................................................7

H.

Produktivitas : Pengukuran dan Pengendalian..........................................7


1.

Pengukuran Produktivitas Parsial..........................................................7

2.

Pengukuran Produktivitas Total...........................................................10

3.

Komponen Pemulihan Harga...............................................................10

4.

Kualitas dan Produktivitas...................................................................10

5.

Insentif Pembagian Keuntungan..........................................................11

BAB II KAJIAN JURNAL....................................................................................12


A.

Kajian Jurnal Penerapan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Efisiensi

Produksi Pada UD. Sinar Sakti Manado............................................................12


B.

Data Jurnal...............................................................................................13

C.

Pembahasan.............................................................................................16

BAB III KESIMPULAN........................................................................................21

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Produksi UD. Sinar Sakti tahun 2013......................................................14
Tabel 2. Biaya Bahan Baku UD. Sinar Sakti tahun 2013......................................14
Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung UD. Sinar Sakti tahun 2013....................15
Tabel 4. Laporan Biaya Produksi UD. Sinar Sakti tahun 2013..............................15
Tabel 5. Biaya Kualitas UD. Sinar Sakti................................................................17
Tabel 6. Rincian Taksiran Perubahan Biaya Kualitas Setelah Dilakukan Perbaikan
................................................................................................................................19
Tabel 7. Penurunan dan Kenaikan Biaya Produksi................................................20

BAB I
KAJIAN TEORI
A. Definisi Kualitas
Secara Umum, kamus mendefiniskan kualitas adalah ukuran relatif dari
kebaikan (goodness). Secara operasional, produk atau jasa berkualitas adalah yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan kata lain, kualitas adalah
kepuasan pelanggan. Sedangkan harapan pelanggan dapat digambarkan melalui
atribut-atribut kualitas atau yang sering disebut dimensi kualitas.
Produk atau jasa yang berkualitas memenuhi atau melebihi harapan
pelanggan dalam delapan dimensi :
1. Kinerja (performance)
Mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk.
2. Estetika (esthetics)
Kemudahan perawatan dan perbaikan (service ability) berkaitan dengan
tingkat kemudahan.
3. Fitur (features),
Karakteristik produk yang berbeda dari produk-produk sejenis yang sama.
4. Keandalan (reliability),
Probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang
dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.
5. Tahan Lama (durability)
Jangka waktu produk dapat bergungsi.
6. Kualitas kesesuaian (quality of conformance)
Ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya
atau tidak.
7. Kecocokan penggunaan (fitness for use)
Kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana
yang diiklankan.
Dengan demikian, perbaikan kualitas berarti perbaikan pada satu atau
lebih dari delapan dimensi tersebut diatas sambil tetap mempertahankan kinerja
dimensi lainnya. Menyediakan produk yang kualitasnya lebih baik daripada
pesaing berarti mengungguli produk pesaing, setidaknya dalam satu dimensi.
Sementara itu, kinerja dimensi lainnya tetap setara. Pakar-pakar kualitas percaya

bahwa kualitas adalah kesesuaian (quality is conformance) merupakan definisi


operasional terbaik. Spesifikasi produk harus mempertimbangkan beberapa hal
secara eksplisit seperti keandalan, durabilitas, kecocokan penggunaan, dan
kinerja. Secara Implisit, produk yang memenuhi tingkat kesesuainnya adalah
produk yang andal, tahan lama, bermanfaat dan berkinerja baik. Kesesuainnya
adalah dasar untuk mendefiniskan apa yang disebut produk yang tidak sesuai
(nonconformance) atau produk cacat (defective).
Produk cacat adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasinya.
Cacat nol (zero defect) berarti semua produk yang diproduksi sesuai dengan
spesifikasinya. Pandangan tradisional mengenai kesesuaian mengasumsikan
bahwa terdapat nilai yang bisa diterima setiap karakteristik spesifikasi atau
kualitas. Nilai target ditetapkan, serta batas atas dan batas bawah ditentukan agar
diperoleh penyimpangan produk yang bisa diterima untuk suatu karakteristik
kualitas yang ditentukan. Di lain pihak, penganut pandangan kualitas kokoh
(robust quality view) mengenai kesesuaian lebih menekankan pada kecocokan
penggunaan. Kekokohan berarti selalu memenuhi nilai target.
B. Definisi Biaya Kualitas
Biaya Kualitas (cost of quality) adalah biaya biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Definisi ini
mengimplikasikan bahwa biaya kualitas berhubungan dengan 2 sub kategori :
1. Kegiatan Pengendalian (control activities)
Dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi
kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Kegiatan
pengendalian terdiri atas kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian.
2. Kegiatan Karena Kegagalan (failure activites)
Dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespons kualitas
yang buruk (kualitas buruk memang telah terjadi). Jika respons terhadap kualitas
yang buruk dilakukan sebelum produk cacat (tidak memiliki kesesuaian), maka

kegiatannya diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan internal. Sebaliknya, jika


respons muncul setelah produk sampai ke pelanggan, maka kegiatannya
diklasifikasikan sebagai kegiatan kegagalan eksternal. Biaya kegagalan adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan karena telah terjadi kegagalan dalam
kegiatan.

Kelompok Biaya Kualitas:


1. Biaya Pencegahan (precention cost)
Terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang
dihasilkan.

Sejalan

dengan

peningkatan

biaya

pencegahan,

kita

mengharapkan biaya kegagalan turun.


2. Biaya Penilaian (apprasial cost)
Terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan
persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contohnya Biaya pemeriksaan dan
pengujian bahan baku, Pemeriksaan kemasan, Pengawasan kegiatan
penilaian, Penerimaan produk (product acceptance), Penerimaan proses
(process acceptance), Peralatan pengukuran (pemeriksaan dan pengujian)
dan Pengesahan dari pihak luar.

3. Biaya Kegagalan Internal


Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan
spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi
sebelum dikirim ke pihak luar. Contohnya : Sisa bahan, Pengerjaan ulang,
Penghentian mesin (karena adanya produk yang cacat), Pemeriksaan
ulang, Pengujian ulang dan Perubahan desain
4. Biaya Kegagalan Eksternal
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi
persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhkan pelanggan setelah produk
disampaikan kepada pelanggan. Dari semua biaya kualitas, kategori ini
biaya ini dapat menjadi yang paling merugikan. Contohnya Biaya
kehilangan penjualan karena kinerja produk yang buruk, Retur dan
potongan penjualan karena kualitas yang buruk, Biaya garansi, Perbaikan,
Tanggung jawab hukum yang timbul, Ketidakpuasan pelanggan,
Hilangnya pangsa pasar, dan Biaya untuk mengatasi keluhan pelanggan.
C. Mengukur Biaya Kualitas
Biaya kualitas bisa juga diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati
atau tersembunyi. Biaya kualitas yang dapat diamati (observable quality cost)
adalah biaya-biaya yang tersedia atau dapat diperoleh dari catatan akuntasi
perusahaan.
1

Metode Pengali (Multiplier Method)


Metode ini mengasumsikan total biaya kegagalan adalah hasil pengalian

dari biaya-biaya kegagalan yang terukur.


Total Biaya kegagalan eksternal = k (Biaya kegagalan eksternal yang terukur)
Dimana k adalah efek pengali. Nilai k diperoleh berdasarkan pengalaman.
Dengan memasukkan biaya kualitas yang tersembunyi dalam menilai jumlah
biaya kegagalan eksternal, manajemen dapat menentukan tingkat pengeluaran

sumber daya untuk kegiatan pencegahan dan penilaian secara lebih akurat.
Dengan kata lain, dengan meningkatnya biaya kegagalan, manajemen diharapkan
akan meningkatkan investasinya dalam biaya pengendalian.
3. Metode Penelitian Pasar
Metode penelitian pasar formal digunakan untuk menilai dampak kualitas
yang buruk terhadap penjualan dan pangsa pasar. Survei pelanggan dan
wawancara dengan anggota tim pejualan perusahaan dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik terhadap besarnya biaya tersembunyi perusahaan.
Hasil penelitian pasar dapat digunakan untuk memproyeksikan hilangnya laba di
masa depan akibat kualitas yang buruk.
4. Fungsi Kerugian Taguchi
Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan biaya kualitas yang
tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang dari batas spesifikasi
atas dan bawah. Fungsi kerugian Taguchi mengasumsikan setiap penyimpangan
dari nilai target suatu kualitas dapat menimbulkan biaya kualias yang
tersembunyi. Selanjutnya, biaya kualitas yang tersembunyi meningkat secara
kuadrat saat nilai aktual menyimpang dari nilai target.
Fungsi kerugian kualitas Taguchi, yang diilustrasikan sebagai berikut :
L ( y ) = k ( y T )
Dimana :
k = konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya
kegagalan eksternal perusahaan,
y = nilai aktual dari karakteristik kualitas,
T = nilai target dari karakteristik kualitas,
L = kerugian kualitas.
D. Pelaporan Informasi Biaya Kualitas
Pelaporan biaya kualitas dapat dilakukan dengan menilai biaya kualitas
actual dalam periode yang bersangkutan. Informasi ini dapat dilihat dengan

mudah melalui persentase biaya kualitas terhadap penjualan aktual. Pencatatan


secara rinci biaya kualitas berdasarkan kategorinya dapat menunjukkan dua hal
penting:
1. Besarnya biaya kualitas dalam setiap kategori memungkinkan manajer
menilai dampak keuangannya.
2. Distribusi biaya kualitas menurut kategori memungkinkan manajer menilai
kepentingan relatif dari masing-maisng kategori.
E. Fungsi Biaya Kualitas
1

Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima


Pandangan

kualitas

dapat

diterima

mengamsumsikan

terdapat

perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika


biaya pengendalian meningkat, biaya kegagalan seharusnya menurun. Selama
penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian,
perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi
unit-unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana
kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biayayang lebih
besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum
dari total biaya kualitas. Hal ini merupakan perbandingan optimal antara biaya
pengendalian dan biaya kegagalan, serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai
tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level AQL).
5. Pandangan Cacat Nol
Model cacat nol menyatakan keunggulan biaya akan diperoleh dengan
mengurangi unit cacat hingga nol. Model cacat nol menekankan pada biaya
kualitas dan potensi penghematan dari upaya yang lebih besar untuk
meningkatkan kualitas.
F. Manajemen Berbasis Kegiatan dan Biaya Kualitas Optimal
Manajemen

berbasis

kegiatan

(activity-based

management-ABM)

mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai bernilai tambah dan tak bernilai

tambah, serta hanya mempertahankan kegiatan- kegiatan yang memberikan nilai


tambah. Prinsip ini dapat diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kualitas. Kegiatan-kegiatan kegagalan, penilaian, dan biaya-biaya terkait
tidak menghasilkan nilai tambah dan harus dihilangkan. Kegiatan pencegahan
yang dilakukan secara efisien dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan bernilai
tambah dan perlu dipertahankan.
G. Penggunaan Informasi Biaya Kualitas
Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan
mempermudah

perencanaan,

pengendalian,

dan

pengambilan

keputusan

manajerial. Penggunaan informasi biaya kualitas untuk keputusan- keputusan


implementasi program kualitas dan untuk mengevaluasi efektivitas program hanya
merupakan salah satu potensi penggunaan dari sistem biaya kualitas.
1

Skenario A: Penetapan Harga Strategis


Mengilustrasikan informasi biaya kualitas dan implementasi program

pengendalian kualitas total berguna untuk mengambilan keputusan strategis yang


signifikan. Skenario tersebut juga menunjukkan bahwa meningkatkan bukanlah
sebuah obat mujarab. Pengurangan biaya yang ditawarkan ternyata tidak mampu
menutupi penurunan harga secara sekaligus.
6. Skenario B: Analisis Produk Baru
Mengilustrasikan pentingnya pengklasifikasian lebih lanjut dari biaya
kualitas menurut perilaku. Skenario tersebut juga memperkuat arti penting
identiFkasi dan pelaporan biaya kualitas secara terpisah.
H. Produktivitas : Pengukuran dan Pengendalian
1

Pengukuran Produktivitas Parsial


Pengukuran

produktivitas

(productivity

measurement)

adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan


pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efesiensi produktif

telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat


berupa actual atau perspektif. Pengukuran produktivitas aktual
memungkinkan

manajer

untuk

menilai,

memantau,

dan

mengendalikan perubahan.
Pengukuran

prospektif

melihat

ke

masa

depan,

dan

berguna sebagai input bagi pengambilan keputusan strategis.


Secara khusus, pengukuran prospektif memungkinkan para
manajer untuk membandingkan manfaat relatif diri berbagai
kombinasi

input,

pemilihan

input

dan

bauran

input

yang

memberikan manfaat terbesar. Pengukuran produktivitas dapat


dikembangkan untuk masing-masing input secara terpisah atau
seluruh input secara bersama-sama. Pengukuran produktivitas
parsial (partial productivity measurement). Definisi pengukuran
produktivitas parsial adalah produktivitas dari satu input tunggal
biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.
Rasio produktivitas = output/input
Karena hanya produktivitas dari satu input yang sedang
diukur, maka ukuran itu disebut pengukuran produktivitas
parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka
kita memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational
productivity measure). Jika output dan input dinyatakan dalam
dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan
(financial productivity measure). Sebagai contoh, misalkan pada
tahun 2005, Kankul Company memproduksi 120.000 mesin untuk
AC window kecil dan menggunakan 40.000 jam tenaga kerja.
Rasio produktivitas tenaga kerja adalah 3 mesin per jam
(120.000/40.000). ini adalah ukuran operasional karena unit-unit
dinyatakan dalam bentuk fisik. Jika harga jual untuk setiap mesin

adalah $50 dan biaya tenaga kerja adalah $12 per jam, maka
output

dan

input

apat

dinyatakan

dalam

dolar.

Rasio

produktivitas tenaga kerja, yang dinyatakan dalam bentuk


keuangan, adalah $12,50 dari pendapatan per dolar biaya tenaga
kerja ($6.000.000/$480.000).

a. Keunggulan Ukuran Parsial


Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan, yaitu
mudah

diinterprestasikan

oleh

semua

pihak

di

dalam

perusahaan, sehingga ukuran tersebut mudah digunakan untuk


menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional. Tenaga
kerja, misalnya, dapat dihubungkan dengan unit yang diproduksi
per jam atau unit yang di produksi per pon (0,5 kilogram) bahan.
Jadi, ukuran operasional parsial menyediakan umpan balik yang
dapat

berhubungan

dengan

dan

dipahami

oleh

karyawan

operasional, ukuran-ukuran yang berkaitan dengan input-input


tertentu yang berada dalam kendali mereka. Ini meningkatkan
kemungkinan bahwa ukuran operasional parsial ini bias diterima
oleh

personil

operasional.

Bahkan,

untuk

pengendalian

operasional, standar kinerja seringkali berjangka sangat pendek.


Misalnya, standar kinerja dapat berupa rasio produktivitas dari
batch barang sebelumnya. Dengan menggunakan standar ini,
tren produktivitas untuk tahun berjalan dapat ditelusuri.
b. Kelemahan Ukuran Parsial
Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat
menyesatkan. Penurunan produktivitas suatu input mungkin
diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang lainnya.

Trade-of seperti itu di perlukan jika biaya secara keseluruhannya


turun, tetapi pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan
ukuran parsial masing-masing. Misalnya, mengubah proses agar
tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit waktu untuk
merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan
baku dan limbah produksi sementara output totalnya tidak
berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja meningkat,
tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika
kenaikan biaya sisa bahan baku dan limbah produksi melebihi
penghematan

dari

pengurangan

tenaga

kerja,

maka

produktivitas secara keseluruhan menurun.

7. Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran

produktivitas

dari

seluruh

input

disebut

pengukuran produktivitas total (total productivity measurement).


Dalam

praktiknya, mengukur

pengaruh

dari

seluruh

input

mungkin tidak diperlukan. Banyak perusahaan hanya mengukur


produktivitas dari factor faktor yang dianggap sebagai indikator
relevan bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi, dalam
istilah praktis, pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan
sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang, secara
total menunjukkan keberhasilan perusahaan.
Pada

setiap

mensyaratkan

kasus

pengukuran

pengembangan

dari

produktivitas

pendekatan

total

pengukuran

multifactor. Pendekatan multifactor yang umum disarankan


dalam literartur produktivitas (tetapi jarang ditemukan di dalam
praktik) adalah menggunakan indeks produktivitas agregat.
Indeks agregat bersifat kompleks dan sulit di interpretasikan

10

serta belum diterima secara umum. Dua pendekatan yang telah


memperoleh beberapa pengakuan adalah pengukuran profil
(profil

measurement)

dan

pengukuran

produktivitas

yang

berkaitan dengan laba (profit-linked productivity measurement).


8. Komponen Pemulihan Harga
Ukuran terkait dengan laba menghitung jumlah perubahan
laba dari periode dasar ke periode berjalan sebagai akibat
perubahan produktivitas. Jumlah tersebut umumnya tidak akan
sama dengan total perubahan laba antara dua periode. Selisih
antara perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait
dengan laba disebut komponen pemulihan harga (price recovery
component).

Komponen

ini

adalah

perubahan

pendapatan

dikurangi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak ada


perubahan produktivitas. Oleh karena itu, komponen pemulihan
harga mengukur kemampuan perubahan pendapatan untuk
menutupi

perubahan

biaya

input,

dengan

asumsi

tidak

perubahan produktivitas.
9. Kualitas dan Produktivitas
Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas
sebaliknya. Sebagai contoh, jika pengerjaan ulang berkurang
karena menurunnya unit produksi cacat, maka lebih sedikit
tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan
output yang sama. Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki
kualitas; sementara pengurangan jumlah input yang digunakan
meningkatkan produktivitas. Oleh sebagian besar peningkatan
kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan untuk
memproduksi dan menjual output perusahaan, maka kebanyakan
peningkatan kualitas akan meningkatkan produktivitas. Jadi,
peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran11

ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara-cara lain untuk


meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan meungkin saja
memproduksi barang dengan sedikit atau tanpa cacat akan
tetapi masih menjalankan proses yang tidak efesien.
10.

Insentif Pembagian Keuntungan


Insentif pembagian keuntungan (gain sharing) adalah

pemberian

insentif

uang

perusahaan

yang

menjadi

produktivitas.

Sebagai

tunai

bagi

kunci

contoh,

seluruh

pencapaian

misalkan

suatu

tenaga
kualitas

kerja
dan

perusahaan

memiliki target untuk mengurangi jumlah unit cacat hingga 10


persen selama kuartal berikutnya pada pabrik tertentu. Jika
tujuan

tersebut

tercapai,

perusahaan memperkirakan

akan

terjadi penghematan Sebesar $ 1.000.000 (dengan menghindari


hal-hal seperti pengerjaan ulang dan perbaikan di masa garansi).
Pembagian

keuntungan

memberikan

insentif

dengan

menawarkan bonus kepada pegawai sesuai dengan persentasi


penghematan biaya, misalnya 20 persen.

12

BAB II
KAJIAN JURNAL
A Kajian Jurnal Penerapan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Efisiensi
Produksi Pada UD. Sinar Sakti Manado
Di era globalisasi ekonomi dunia saat ini manajemen perusahaan saling
berkompetisi. Kompetisi yang semakin ketat ini secara langsung memberikan
tekanan kepada perusahaan untuk meningkatkan kualitas produknya baik itu
barang

maupun jasa dalam upaya

meningkatkan kepuasan

pelanggan.

Keberhasilan suatu perusahaan tidak dapat dicapai begitu saja tanpa adanya usaha
yang maksimal. Usaha yang dapat ditempuh antara lain dengan jalan menentukan
tujuan pasti, yang harus ditentukan dengan tepat dan metode pencapainnya harus
direncanakan serta dilakukan dengan semestinya.
Perusahaan agar dapat mempertahankan aktivitas operasi dan manajemen
yang baik, maka harus terus melakukan perbaikan dari periode ke periode.
Perbaikan itu diantaranya adalah kualitas produk, inovasi, ketepatan waktu saat
produksi, dan memangkas biaya yang tidak perlu terjadi. Bagi perusahaan yang
profit oriented, laba merupakan hal penting yang ingin dicapai perusahaan untuk
mempertahankan eksistensinya. Dengan meningkatkan kualitas dapat menjadi
kunci perjuangan hidup perusahaan. Karena, dengan meningkatnya kualitas dapat
memperbaiki keuangan perusahaan dan posisi dalam persaingan.
Semakin meningkatnya kualitas produk maka akan semakin memperluas
daerah pemasaran. Perusahaan dapat menjadi lebih bersaing dengan perusahaanperusahaan lain dengan cara meningkatkan produktifitas dan memperbaiki
kualitas. Memperbaiki kualitas secara terus menerus merupakan sesuatu yang
penting dalam membangun masa depan bisnis yang berkelanjutan. Pertanyaan
adalah bagaimana kualitas ini dapat diukur sehingga dapat digunakan sebagai alat
perencanaan, pengendalian, atau bahkan pengambilan keputusan atas kualitas dari
suatu produk yang dihasilkan. Pengukuran kualitas melalui biaya kualitas dapat
dilakukan karena kualitas tidak hanya dapat ditentukan oleh gambaran visual

13

bentuk fisik saja, tetapi juga dapat dilihat dari biayabiaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh produk yang berkualitas tersebut.
Produk dengan kualitas yang sesuai dengan yang distandarkan perusahaan
diperoleh dengan mengadakan pengawasan. Pengawasan dilakukan sebelum
proses produksi dimulai. Pemrosesan dilanjutkan dengan menghasilkan produk
jadi sebagai hasil produksinya yang diharapkan mempunyai nilai jual yang lebih
tinggi dari pada sebelum diproses. Kemampuan dalam mengendalikan operasi
dipakai perusahaan secara efektif dan efisien terutama yang menyangkut dengan
peningkatan laba yang dijadikan sebagai evaluasi manajemen perusahaan dan
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pemimpin.
UD. Sinar Sakti adalah perusahaan yang bergerak di industri kayu kelapa
yang memproduksi berbagai macam furniture. Dalam setiap proses produksi UD.
Sinar Sakti harus memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan, untuk itu UD.
Sinar Sakti perlu menetapkan biaya kualitas. Dengan adanya penetapan biaya
kualitas, dapat dilihat biaya apa saja yang seringkali dikeluarkan perusahaan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas. Karena dari produk yang berkualitas dapat
mempengaruhi efisiensi produksi perusahaan. Untuk itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul penerapan biaya kualitas untuk
meningkatkan efisiensi produksi.
I. Data Jurnal
Produk dikatakan berkualitas jika produk tersebut sesuai dengan standar
atau spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Melalui pengendalian,
suatu perusahaan berusaha memberikan jaminan agar pelaksanaan rencana
produksi sesuai dengan yang telah ditetapkan, kemudian melakukan tindakan
koreksi atas setiap penyimpangan yang terjadi supaya dapat melakukan perbaikan
di masa datang. Produksi tahun 2013 pada UD. Sinar Sakti yaitu sebagai berikut:

14

Tabel 1. Produksi UD. Sinar Sakti tahun 2013


No
1

Jenis produk
Meja makan

Tipe
Tikar

Ukuran
120 x 90 x 75 Cm
160 x 90 x 75 Cm
180 x 90 x 75 Cm
120 x 90 x 75 Cm
160 x 90 x 75 Cm
180 x 100 x 75 Cm
200 x 100 x 75 Cm
240 x 100 x 75 Cm

Laminating

Kursi makan

3
4

Sofa
Kursi Tamu

5
Kursi Santai
6
Flooring
Total

Slat
Tikar
Laminating
Vanilla 3.2.1 + Meja
Bench Chair 3.2.1 +
Meja
Kayu Kelapa

Unit
18
33
13
24
14
15
12
5
174
180
120
36
110
42
909
1.705

UD. Sinar Sakti memiliki biaya produksi yang digunakan pada tahun 2013
untuk memproduksi produk-produk di atas yaitu:
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku selama tahun 2013 yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Biaya Bahan Baku UD. Sinar Sakti tahun 2013
Jenis Produk
Meja Makan
Kursi Makan
Sofa
Kursi Tamu
Kursi Santai
Flooring
Total

Jumlah (Rp)
281.410.500
308.350.700
362.400.000
303.000.400
342.220.000
371.200.000
1.968.581.600

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

15

Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya untuk upah tenaga kerja, berikut
ini biaya tenaga kerja langsung selama tahun 2013:
Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung UD. Sinar Sakti tahun 2013
Jenis Produk
Meja Makan
Kursi Makan
Sofa
Kursi Tamu
Kursi Santai
Flooring
Total

Jumlah (Rp)
14.000.000
15.500.000
18.000.000
15.000.000
17.500.000
18.400.000
98.400.000

3. Biaya Produksi
Biaya-biaya yang dikonsumsi UD. Sinar Sakti selama 2013 yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4. Laporan Biaya Produksi UD. Sinar Sakti tahun 2013
Komponen Biaya
Bahan kayu kelapa
Angkutan
Penanganan bahan baku
Penanganan produk jadi
Inspeksi produk
Bahan penolong
Lem kayu
Kertas pasir
Pemeliharaan dan perbaikan mesin
Bunga bank
Penyusutan mesin
Gaji karyawan
Tenaga kerja pemeliharaan & perbaikan
mesin
Tenaga kerja pengawas produksi
Pengerjaan kembali
Pemerikasaan bahan baku dan pembantu
Total Biaya

Jumlah (Rp)
1.968.581.600
10.163.400
6.247.800
8.113.800
2.100.000
1.935.900
1.523.400
7.812.800
190.000.000
25.591.000
163.340.000
19.100.000
15.770.000
75.650.000
5.890.000
2.501.819.700

16

J. Pembahasan
Biaya Kualitas Penggolongan biaya-biaya yang merupakan biaya kualitas
pada UD. Sinar Sakti tahun 2013 yaitu sebagai berikut:
1. Biaya Pencegahan (Prevention Cost)
Biaya ini terjadi sehubungan dengan usaha menghindarkan terjadinya
kerusakan atau kecacatan dan membatasi biaya kegagalan serta biaya
penilaian. Yang termasuk biaya pencegahan adalah:
a. Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan perbaikan mesin merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang berhubungan
dengan pemeliharaan dan perbaikan mesin. Biaya ini merupakan bagian
dari biaya gaji karyawan. Biaya kualitas untuk tenaga kerja pemeliharaan
dan perbaikan masin yaitu sebesar Rp.19.100.000
b. Biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin merupakan biaya yang
dibebankan untuk pemeliharaan serta perbaikan mesin apabila mengalami
kerusakan. Biaya kualitas untuk biaya pemeliharaan dan perbaikan mesin
yaitu sebesar Rp. 1.953.200 setiap 3 bulan, jadi dalam setahun sebesar Rp.
7.812.800.
2. Biaya Penilaian (Appraisal Costs)
Biaya penilaian dikeluarkan sehubungan dengan usaha menemukan dan
mendeteksi kondisi dari produk dan bahan baku. Yang termasuk pada kategori
biaya ini adalah:
a. Biaya tenaga kerja pengawas produksi yaitu biaya upah untuk pengawas
selama proses produksi berlangsung. Biaya ini merupakan bagian dari
biaya gaji karyawan. Biaya kualitas untuk biaya tenaga kerja pengawas
produksi yaituRp. 15.770.000
b. Biaya pemerikasaan bahan baku dan bahan pembantu yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja yang memeriksa bahan baku dan bahan
pembantu selama proses produksi. Biaya ini merupakan bagian dari biaya
gaji karyawan. Biaya kualitas untuk biaya pemerikasaan bahan baku dan
bahan pembantu yaitu Rp 5.890.000

17

3. Biaya Kegagalan Internal (Internal Failure Costs)


Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya kerusakan
atau kecacatan pada produk sebelum barang dikirimkan kepada pelanggan.
Yang termasuk kedalam kategori biaya ini:
a. Biaya pengerjaan kembali (rework) yaitu biaya yang terjadi karena adanya
barang rusak atau belum memenuhi standar yang ditetapkan. Biaya
kualitas untuk biaya pengerjaan kembali (rework) yaitu Rp 75.650.000
Laporan biaya kualitas untuk tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Biaya Kualitas UD. Sinar Sakti
Jenis Biaya
Biaya Pencegahan
1. Biaya tenaga kerja pemeliharaan dan
perbaikan mesin
2. Biaya pemeliharaan dan perbaikan
mesin
Jumlah biaya pencegahan
Biaya penilaian
1. Biaya tenaga kerja pengawas produksi
2. Biaya pemeriksaan bahan baku dan
pembantu
Jumlah biaya penilaian
Biaya kegagalan internal
1. Biaya pengerjaan ulang
Jumlah biaya kegagalan internal
Jumlah biaya kualitas

Jumlah (Rp)

Presentase (%)

19.100.000

15,37

7.812.800

6,29

26.912.800

21,66

15.770.000
5.890.000

12,70
4,74

21.660.000

17,43

75.650.000
75.650.000
124.222.800

60,90
60,90
100

Pada tabel 5 dapat terlihat bahwa biaya kualitas yang paling tinggi
merupakan biaya kegagalan internal yaitu sebesar Rp 75.650.000 atau 60,90%
dari total biaya kualitas yang ada diikuti oleh biaya pencegahan sebesar Rp
26.912.800 atau 21,66% dan biaya penilaian sebesar Rp 21.660.000 atau 17,43%.
Taksiran Biaya Kualitas Setelah Dilakukan Perbaikan
Data sebelumnya diketahui bahwa biaya kualitas yang paling rendah
merupakan biaya penilaian yaitu biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu
18

sebesar Rp 5.890.000 atau 4,74% dari total biaya kualitas. Oleh karena itu
perusahaan perlu melakukan perbaikan kualitas dengan asumsi bahwa dengan
menambah jumlah karyawan pada saat pemeriksaan bahan baku dan pembantu,
maka kemungkinan adanya bahan baku yang berkualitas rendah menurun
sehingga produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan akan
berdampak pada jumlah penjualan yang naik. Akan tetapi hal ini membuat jumlah
biaya kualitas yaitu biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu akan bertambah
atau naik. Hal ini juga berpengaruh terhadap efisiensi produksinya yang
meningkat karena kualitas naik diikuti jumlah konsumen bertambah.
Taksiran biaya penilaian yang ditambahkan untuk meningkatkan kualitas dan
dapat mengefisiensi biaya produksi yaitu:
-

Biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu


Dengan adanya penambahan biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu
maka kualitas meningkat dan diikuti penjualan yang naik serta
berpengaruh terhadap efesiensi produksi. Biaya ini ditaksir naik sebesar
Rp 2.500.000 sehingga menjadi Rp 8.390.000

Setelah menambah biaya penilaian maka laporan biaya kualitas diperkirakan


sebagai berikut:
Tabel 6. Rincian Taksiran Perubahan Biaya Kualitas Setelah Dilakukan
Perbaikan
Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
Biaya Pencegahan
1. Biaya
tenaga
kerja 19.100.000
pemeliharaan
dan
perbaikan mesin
2. Biaya pemeliharaan dan 7.812.800
perbaikan mesin
Jumlah biaya pencegahan
26.912.800
Biaya penilaian

Presentase (%)
15,07
6,16
21,23

19

1. Biaya
tenaga
kerja
pengawas produksi
2. Biaya
pemeriksaan
bahan
baku
dan
pembantu
Jumlah biaya penilaian
Biaya kegagalan internal
1. Biaya pengerjaan ulang
Jumlah biaya kegagalan
internal
Jumlah biaya kualitas

15.770.000

12,44

8.390.000

6,63

24.160.000

19,07

75.650.000
75.650.000

59,70
59,70

124.222.800

100

Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dengan kenaikan biaya penilaian


yaitu biaya pemeriksaan bahan baku dan pembantu menjadi Rp. 8.390.000 atau
6,63% dari total biaya kualitas maka kemungkinan adanya produk yang kurang
berkualitas menurun hal ini akan berdampak baik pada penjualan perusahaan.
Efisiensi Biaya Kualitas Terhadap Biaya Produksi
Seperti telah dikatakan sebelumnya, biaya kualitas merupakan bagian dari
biaya produksi. Sehingga penurunan maupun kenaikan biaya kualitas akan
berakibat pada penurunan ataupun kenaikan biaya produksi.

Tabel 7. Penurunan dan Kenaikan Biaya Produksi

Jenis Biaya

2013 (Rp)

Taksiran (Rp)

Penurunan (-) /
Kenaikan (+) biaya

Biaya Pencegahan
26.912.800
Biaya Penilaian
21.660.000
Biaya
Kegagalan 75.650.000

26.912.800
24.160.000
75.650.000

(+) 2.500.000

Internal
Jumlah biaya kualitas
Biaya Produksi

126.722.800
2.504.319.700

(+) 2.500.000
(+) 2.500.000

124.222.800
2.501.819.700

20

Tabel 7 diatas dapat dilihat biaya kualitas mengalami kenaikan sebesar Rp


2.500.000 sehingga jumlah biaya produksi juga naik sebesar Rp 2.500.000 hal ini
memang membuat biaya yang harus dikeluarkan perusahaan bertambah akan
tetapi perusahaan memproduksi produk yang lebih berkualitas dari sebelumnya
hal ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan konsumen sehingga laba atau
keuntungan juga akan naik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menambah jumlah karyawan
pada saat pemeriksaan bahan baku dan pembantu, maka kemungkinan adanya
bahan baku yang berkualitas rendah menurun sehingga produk yang dihasilkan
memiliki kualitas yang lebih baik dan akan berdampak pada jumlah penjualan
yang naik. Akan tetapi hal ini membuat jumlah biaya kualitas yaitu biaya
pemeriksaan bahan baku dan pembantu akan bertambah atau naik. Hasil uji ini
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Sandag (2014) yang meneliti
mengenai analisis biaya kualitas, menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif dimana biaya kualitas dapat mempengaruhi jenis biaya
yang ada termasuk pada efisiensi produksi perusahaan. Dengan demikian
penerapan biaya kualitas yang menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif pada penelitian ini telah tepat dan sesuai dengan penelitian
sebelumnya.

21

BAB III
KESIMPULAN
A Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dengan
menggunakan teori-teori yang relevan sebagai dasar analisis, maka penulis dapat
menarik simpulan sebagai berikut:
1.

UD. Sinar Sakti belum menetapkan dan mengukur biaya kualitasnya, sehingga
perusahaan belum mengetahui biaya-biaya apa saja yang termasuk ke dalam
biaya kualitas dalam proses produksi. Dengan menetapkan biaya kualitas
perusahaan dapat mengetahui jenis dan proporsi biaya kualitas yang terjadi

2.

dalam kegiatan peningkatan kualitasnya.


Hasil analisis biaya kualitas yang telah dilakukan dapat diketahui biaya kualitas
pada UD. Sinar Sakti mengalami kenaikan. Walaupun mengalami kenaikan,
hal tersebut justru bermanfaat bagi perusahaan karena diikuti dengan
kenaikan kualitas produk yang dihasilkan, hal ini juga mempengaruhi biaya
produksi dan efisiensi produksi perusahaan.
K. Saran
Saran bagi UD. Sinar Sakti agar supaya penerapan biaya kualitas
sebaiknya dilakukan secara teratur dan periodik sehingga perkembangan yang
terjadi pada biaya kualitas dapat segera diketahui dan dievaluasi. Hal ini perlu
dilakukan agar perusahaan dapat mengambil tindakan yang akan menaikan biaya
kualitas yang kecil tapi berdampak pada produk yang dihasilkan.

22

DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, I. 2012. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 1. ALFABETA,
Bandung.
FirdausAhmad., Wasilah Abdullah. 2012. Akuntansi Biaya Edisi Ketiga. Salemba
Empat, Jakarta.
Hansen, Don R..,Mowen, Maryanne, M. 2009. Akuntansi Manajerial. Jilid 2.
Edisi Kedelapan. Salemba Empat. Jakarta.
Heizer, J., Render, B. 2009. Manajemen Operasi Jilid 1. Edisi Kesembilan.
Salemba Empat. Jakarta.
Horngren, Charles.T., Datar. Srikant M., Foster George. 2008. Akuntansi Biaya.
Edisi Kesebelas Jilid 2, Erlangga. Jakarta.
Marchel Saputra Marlando Tulende. 2014. Penerapan Biaya Kualitas Untuk
Meningkatkan Efisiensi Produksi Pada UD. Sinar Sakti Manado. Jurnal
pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam
Ratulangi Manado Vol.2 No.2

23

Anda mungkin juga menyukai