Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIAYA KUALITAS, PENGUKUR, PELAPORAN, DAN

PENGENDALIAN

“Mata Kuliah Akuntansi Manajerial”

Di susun oleh

Nama : Wiwi Angriani S

NIM : 20042014041

Kelas : AB2

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Biaya Kualitas, Pengukuran, Pelaporan,dan Pengendalian ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.Kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing pada mata kuliah Akuntansi manajemen

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Biaya Kualitas, Pengukuran, Pelaporan,dan
Pengendalian. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sebelumnya,kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................1
A. PENGUKURAN BIAYA KUALITAS..............................................................................1
 DEFINISI KUALITAS...................................................................................................1
 DEFINISI BIAYA KUALITAS.....................................................................................2
 MENGUKUR BIAYA KUALITAS...............................................................................3
 PELAPORAN INFORMASI BIAYA KUALITAS......................................................4
PENGGUNAAN INFORMASI BIAYA KUALITAS.............................................................6
B. PRODUKTIVITAS : PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN.....................................6
Pengukuran Produktivitas Parsial...........................................................................................7
Pengukuran Produktivitas Total..............................................................................................9
Pengukuran Profil Produktivitas.............................................................................................9
Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba......................................................9
KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS......................................................................................10
INSENTIF PEMBAGIAN KEUNTUNGAN.............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGUKURAN BIAYA KUALITAS


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan profitabilitas melalui dua cara, seperti : dengan
meningkatkan pelanggan atau menghemat biaya biaya.
Peningkatan kualitas dapat menghasilkan peningkatan yang berarti dalam profitabilitas dan
efisiensi perusahaan secara keseluruhan. Kualitas telah menjadi dimensi kompetitif yang penting
bagi perusahaan manufaktur maupun jasa, juga bagi usaha kecil dan usaha besar.

 DEFINISI KUALITAS
Pengertian kualitas (kamus) adalah “derajat atau tingkat kesempurnaan”. Dalam hal ini,
kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan (Goodness). Harapan pelanggan dapat digambarkan
melalui atribut atribut kualitas yang sering disebut dengan dimensi kualitas. Jadi produk atau jasa
yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam 8 dimensi
berikut :
1. Kinerja (Performance)
2. Estetika (Aesthetics)
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (Serviceability)
4. Fitur (Features)
5. Keandalan (Reliability)
6. Tahan lama (Durability)
7. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)
8. Kecocokan penggunaan (Fitness for Use)
4 dimensi pertama merupakan atribut kualitas yang penting, tetapi sulit untuk diukur. Kinerja
mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk. Dalam jasa, prinsip
tidak terpisahkan (Inseparability Principle) mengandung arti bahwa jasa dilakukan secara
langsung dihadapan pelangan.
Dengan demikian, perbaikan kualiatas berarti perbaikan satu atau lebih dari 8 dimensi
tersebut

1
diatas sambil tetap mempertahankan kinerja dimensi lainnya. Menyediakan produk yang lebih
baik kualitasnya daripada pesaing berarti mengungguli produk pesaing setidaknya satu dimensi
sementara kinerja dimensi lainnya tetap setara.

 DEFINISI BIAYA KUALITAS


Kegiatan yang berhubungan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena mungkin
atau telah terdapat kualitas yang buruk. Biaya-biaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut
disebut biaya kualitas. Biaya kualitas (Cost of Quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena
mungkin atau telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Definisi ini mengimplikasikan
bahwa biaya kualitas berhubungan dengan 2 sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan kualitas, antara lain :

Kegiatan pengendalian (Control Activities) dilakukan oleh suatu perusahaan untuk mencegah
atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Jadi, kegiatan
pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan penilaian.

Biaya pengendalian (Control Cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan
kegiatan pengendalian.

Kegiatan karena kegagalan (Failure Activities) dilakukan oleh perusahaan atau oleh
pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas buruk memalng telah terjadi). Biaya
kegagalan (failure cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena telah
terjadinya kegiatan karena kegagalan.
Definisi mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga menunjukkan 4
kategori biaya kualitas, antara lain :

Biaya pencegahan (Preventional Cost)


Biaya ini digunakan untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan.
Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita mengharapkan biaya kegagalannya turun.

2
Biaya penilaian (Appraisal Cost)
Terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau
kebutuhan pelanggan.Contoh : biaya pemerikasaan dan pengujian bahan baku, pemerikasaan
kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, peralatan
pengukuran (pemerikasaan dan pengujian) dan pengesahan dari pihak luar.

Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)


Terjadi karena produk dan jasa yang diinginkan tidak sesuai dengan spesifikasi kebutuhan
pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim kepihak luar. Ini adalah kegagalan
yang dideteksi oleh kegiatan penilaian.

Biaya kegagalan eksternal (Eksternal Failure Cost)


Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak
memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan kepada pelanggan.

 MENGUKUR BIAYA KUALITAS


Biaya kualitas dapat diklasifikasikan sebagai biaya yang dapat diamati atau tersembunyi.
Biaya kualitas yang dapat diamati (Observable Quality Cost) adalah biaya-biaya yang tersedia
atau dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan. Biaya kualitas yang tersembunyi (hidden
quality cost) adalah biaya kesempatan (opportunity) yang terjadi karena kualitas yang buruk.
Ada 3 metode yang disaranakan untuk mengestimasi biaya kualitas yang tersembunyi, antara
lain :
Metode Pengali (Multiplier Method), metode ini, mengasumsikan bahwa total biaya kegagalan
adalah hasil pengali dari biaya-biaya kegagalan yang terukur.

Total Biaya Kegagalan Eksternal = k (biaya kegagalan eksternal yang terukur)

Metode Penelitian Pasar (Market Research Method), Metode ini digunakan untuk menilai
dampak kualitas yang buruk terhadp penjualan dan pangsa pasar.

3
Fungsi Kerugian Kualitas Taguchi (Taguchi Quality Loss Function), Fungsi ini
mengasumsikan bahwa biaya kualitas yang tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang
menyimpang dari batas spesifikasi atas dan bawah. Dimana setiap penyimpangan dari nilai target
suatu karakteristik kualitas dapat menimbulkan biaya kualitas yang tersembunyi. Sehingga biaya
kualitas yang tersembunyi dapat meningkat secara kuadrat pada saat nilai aktual menyimpang
dari nilai target. Persamaan Taguchi :
L(y) = k (y – T)²
K = Konstanta proporsionalitas yang besarnya bergantung pada struktur biaya kegagalan
eksternal perusahaan.
y = Nilai aktual dari karakteristik kualitas.
T = Nilai target dari karakteristik kualitas.
L = Kerugian kualitas

 PELAPORAN INFORMASI BIAYA KUALITAS


Sebuah sistem pelaporan akuntansi memiliki arti penting bagi perusahaan yang menaruh
perhatian serius pada perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah pertama dan paling
sederhana dalam menciptakan sistem ini ialah dengan menilai biaya kualitas aktual saat ini.
Pencatatan biaya kualitas secara rinci berdasarkan kategorinya memberikan dua masukan
pandangan penting. Pertama catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya kualitas setiap
periode, sehingga manajer dapat menilai dampak keuangannya. Kedua catatan tersebut
menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori, sehingga para manajer dapat menilai
kepentingan relatif masing-masing kategori.

Laporan Biaya Kualitas


Pentingnya biaya kulaitas terhadap keuangan perusahaan dapat lebih mudah dinilai dengan
menampilkan biaya biaya kualitas sebagai persentase dari penjualan aktual

Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Kualitas yang Dapat Diterima


Pandangan kualitas yang dapat diterima mengasumsikan terdapat perbandingan terbalik
antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat , biaya
kegagalan seharusnya menurun . Selama penurunan biaya kegagalan lebih besar daripada

4
kenaikan biaya pengendalian , perusahaan harus terus meningkatkan usahanya untuk mencegah
atau mendeteksi unit unit yang tidak sesuai. Pada akhirnya akan dicapai suatu titik dimana
kenaikan tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih besar daripada
penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat minimum dari total biaya kualitas.
Hal ini merupakan perbandingan optimal antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan,
serta mendefinisikan apa yang dikenal sebagai tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable
quality level –AQL)

Fungsi Biaya Kualitas : Pandangan Cacat-Nol


Dalam pengertian klasik, produk dikatakan cacat, bila kualitasnya di luar batas toleransi
karateristik kualitas. Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai spesifikasi. Selain
itu, terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian. Pada
akhir tahun 1970-an, model cacat nol ( zero- defects model ) menentang model AQL karena
model cacat nol menyatakan bahwa dengan mengurangi unit cacat hingga nol maka akan
diperoleh keunggulan biaya. Perusahaan dengan semakin sedikit produk cacat akan lebih
kompetitif relatif daripada perusahaan dengan model AQL tradisional. Pertengahan tahun 1980-
an, model cacat nol disempurnakan dengan model kualitas kokoh ( robust quality model ), yang
menentang AQL. Menurut pandangan ini penyimpangan dari spesifikasi ideal adalah merugikan
dan batas toleransi spesifikasi tidak menawarkan manfaat apapun, bahkan menipu.
Model cacat nol menekankan pada biaya kualitas dan potensi penghematan dari upaya
yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas. Model kualitas kokoh menentang definisi unit
cacat, menyempurnakan pandangan terhadap biaya kualitas, mengintensifkan upaya perbaikan
kualitas. Perusahaan yang berupaya mencapai kondisi cacat nol atas produk mereka ( kondisi
dengan toleransi nol), dapat mengkapitalisasi kualitas dengan menurunkan jumlah unit cacat
sambil menekan total biaya kualitas. Tingkat optimal dari biaya kualitas ialah keadaan di mana
produk-produk yang diproduksi memenuhi nilai target. Upaya untuk mencapai nilai target
menciptakan sebuah dunia kalitas dinamis, berlawanan dengan dunia kualitas statis AQL

Manajemen Berbasis Kegiatan Dan Biaya Kualitas Optimal


Manajemen berbasis kegiatan ( ABM )mengklasifikasikan berbagai kegiatan sebagai
bernilai tambah, serta tidak bernilai tambah, dan hanya mempertahankan kegiatan yang bernilai

5
tambah. Prinsip ini diaplikasikan pada kegiatan berkaitan dengan kualitas. Biaya kegagalan,
penilaian, dan biaya-biaya yang tudak menghasilkan nilai tambah harus dihilangkan.
ABM mendukung pandangan cacat nol robust, di mana tidak ada perbandingan terbalik
optimal
antara biaya kegagalan dan biaya pengendalian; biaya kegagalan tidak menghasilkan nilai
tambah, sehingga harus dikurangi hingga nol. Beberapa biaya pengendalian juga tidak
memberikan nilai tambah, sehingga juga harus dihilangkan. Sedangkan untuk biaya
pengendalian yang memberikan nilai tambah mungkin dijalankan namun tidak efisien, dan biaya
untuk kegiatan tidak efisien dianggap tidak bernilai tambah, sehingga biaya untuk kategori ini
juga dapat dikurangi menjadi lebih rendah.

Analisis Tren
Laporan biaya kualitas menunjukkan jumlah dan distribusi biaya kualitas di antara 4
kategori yaitu biaya pencegahan, penilaian, kegagalan internal dan kegagalan eksternal, sehingga
menunjukkan peluang untuk perbaikan kualitas. Perubahan biaya kualitas dari waktu ke waktu
dapat digambarkan oleh grafik tren atau biasanya disebut laporan tren kualitas multi-periode.

PENGGUNAAN INFORMASI BIAYA KUALITAS


Tujuan utama pelaporan biaya kualitas adalah memperbaiki dan mempermudah
perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Informasi biaya kualitas dapat digunakan
dalam keputusan penetapan harga strategis dan analisis produk baru. Informasi biaya kualitas
menjadi dasar yang sangat penting bagi penelusuran perusahaan atas perbaikan yang
berkelanjutan.

B. PRODUKTIVITAS : PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN


Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien dan spesifik yang
nantinya akan ada kesinambungan antara output dan input yang mana nantinya digunakan untuk
memproduksi output. Dalam produktivitas ini ada juga istilah mengenai Efisiensi Produksi Total
dimana pengertiannya adalah suatu titik dimana ada dua kondisi yang terpenuhi, yaitu :

6
Setiap bauran input untuk memproduksi output tertentu, dimana tidak ada satupun input
yang
digunakan melebihi yang diperlukan guna menghasilkan yang namanya output. Melirik dari
bauran yang ada di point pertama, dipilih bauran dengan biaya yang paling rendah.
Kondisi pada point pertama diatas tersebut digerakkan oleh hubungan teknis dan
karenanya sering disebut dengan istilah Efisiensi Teknis atau Technical Efficiency. Berbeda
dengan kondisi yang pertama, kondisi yang ada pada point dua diatas lebih pada digerakkan oleh
hubungan relative dari harga input, maka dari itu kondisi ini sering mendapat istilah Efisiensi
Trade-Off input atau Input Trade-Off Efficiency.

Pengukuran Produktivitas Parsial


Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilaian kuantitatif atas
perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efesiensi produktif
telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa actual atau perspektif.
Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai, memantau, dan
mengendalikan perubahan.
Pengukuran prospektif melihat ke masa depan, dan berguna sebagai input bagi
pengambilan keputusan strategis. Secara khusus, pengukuran prospektif memungkinkan para
manajer untuk membandingkan manfaat relatif diri berbagai kombinasi input, pemilihan input
dan bauran input yang memberikan manfaat terbesar. Pengukuran produktivitas dapat
dikembangkan untuk masing-masing input secara terpisah atau seluruh input secara bersama-
sama. Pengukuran produktivitas parsial (partial productivity measurement).

Definisi Pengukuran Produktivitas Parsial adalah produktivitas dari satu input tunggal
biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.
Rasio produktivitas = output/input
Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu disebut
pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka kita
memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational productivity measure). Jika output
dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas keuangan
(financial productivity measure).

7
Ukuran-Ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif, Rasio
Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran produktivitas Ladd Lighting
pada tahun 2007, rasio tersebut menunjukkan sedikit informasi mengenai efesiensi produktif atau
apakah produktivitas perusahaan telah meningkat atau menurun. Namun, dapat juga dibuat
laporan mengenai peningkatan atau penurunan. Efesiensi produktivitas melalui pengukuran
perubahan dalam produktivitas. Untuk mengukur perubahan dalam produktivitas, ukuran
prroduktivitas yang aktual berjalan dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode
sebelumnya. Periode sebelumnya ini disebut periode dasar (base period) dan menjadi acuan atau
standar bagi pengukuran perubahan efesiensi produktif. Periode sebelumnya dapat ditentukan
secara bebas. Misalnya, tahun sebelumnya, minggu sebelumnya, atau bahkan periode di mana
batch produk terakhir diproduksi. Untuk evaluasi strategis, periode dasar yang biasanya dipilih
adalah tahun sebelumnya. Untuk pengendalian operasional, periode dasar cenderung mendekati
periode berjalan seperti batch produk terakhir atau minggu sebelumnya.

Keunggulan Ukuran Parsial, keunggulan parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan


perhatiannya pada penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan,
yaitu mudah diinterprestasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan, sehingga ukuran tersebut
mudah digunakan untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional.

Kelemahan Ukuran Parsial, Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat
menyesatkan. Penurunan produktivitas suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan
produktivitas yang lainnya. Trade-off seperti itu di perlukan jika biaya secara keseluruhannya
turun, tetapi pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan ukuran parsial masing-masing.
Misalnya, mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit waktu untuk
merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan limbah produksi
sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja meningkat,
tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika kenaikan biaya sisa bahan baku dan
limbah produksi melebihi penghematan dari pengurangan tenaga kerja, maka produktivitas
secara keseluruhan menurun.

8
Pengukuran Produktivitas Total
Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total (total
productivity measurement). Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari faktor-faktor yang
dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi, pengukuran
produktivitas total dapat didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada beberapa input yang
menunjukkan keberhasilan perusahaan secara total. Pengukuran produktivitas total mensyaratkan
pengembangan dari pendekatan pengukuran multifaktor yang umum disarankan dalam literatur
produktivitas adalah menggunakan indeks produktivitas agregat. Indeks agregat bersifat
kompleks, sulit diinterpretasikan dan belum diterima secara umum. Dua pendekatan yang telah
memperoleh beberapa pengakuan adalah pengukuran profil (profile measurement) dan
pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba (profit-linked productivity
measurement).

Pengukuran Profil Produktivitas


Pengukuran profil menyediakan serangkaian atau sebuah vektor ukuran operasional parsial yang
berbeda dan terpisah

Pengukuran Produktivitas yang Berkaitan dengan Laba


Pengukuran jumlah perubahan laba yang diakibatkan oleh perubahan produktivitas disebut
pengukuran produktivitas yang berkaitan dengan laba. Keterkaitan perubahan produktivitas
dengan laba dijelaskan oleh aturan berikut:
Aturan Keterkaitan dengan Laba (Profit-Linkage Rule): untuk periode berjalan, hitunglah biaya
input yang seharusnya digunakan dalam keadaan tanpa adanya perubahan produktivitas dan
bandingkan biaya tersebut dengan biaya input aktual yang digunakan. Selisih biayanya adalah
sejumlah perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan produktivitas. Untuk mengaplikasikan
aturan ini, input yang seharusnya digunakan selama periode berjalan dalam keadaan tanpa
perubahan produktivitas harus dihitung terlebih dahulu.
PQ = Output periode berjalan/Rasio produktivitas periode dasar

9
KOMPONEN PEMULIHAN HARGA
Komponen pemulihan harga ( price recovery component ) adalah selisih antara
perubahan laba total dan perubahan produktivitas terkait dengan harga. Komponen ini adalah
perubahan pendapatan dikurangi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak ada perubahan
produktivitas. Oleh karena itu, komponen pemulihan harga mengukur kemampuan perubahan
pendapatan untuk menutupi perubahan biaya input, dengan asumsi tidak ada perubahan aktivitas.
Pemulihan harga = Perubahan harga – Perubahan produktivitas terkait dengan laba
Kenaikan pendapatan tidak akan cukup untuk menutupi kenaikan biaya input. Penurunan
produktivitas hanya akan memperburuk masalah pemulihan harga. Tetapi kenaikan produktivitas
dapat digunakan untuk mengimbangi kerugian pemulihan harga.

KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS


Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Sebagai
contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk cacat maka lebih
sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah output yang
digunakan meningkatkan produktivitas.
Oleh karena sebagian besar peningkatan kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang
digunakan untuk memproduksi dan menjual output perusahaan, maka kebanyakan peningkatan
kualitas secara umum akan tercermin pada ukuran – ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara
– cara lain untuk meningkatkan produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi
barang dengan sedikit atau tanpa cacat akan tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

INSENTIF PEMBAGIAN KEUNTUNGAN


Insentif pembagian keuntungan (gainsharing) adalah pemberian insentif ulang tunai bagi
seluruh tenaga kerja perusahaan yang menjadi kunci pencapaian kualitas dan produktivitas.
Pembagian keuntungan memberikan insentif dengan menawarkan bonus kepada pegawai sesuai
dengan persentase penghematan biaya. Insentif pembagian keuntungan dapat digunakan sebagai
insentif bagi para manjer dan pekerja untuk mencari cara – cara untuk meningkatkan kualitas dan
produktivitas.

10
Bonus dapat diberikan misalnya dengan melihat kualitas produk keseluruhan. Jumlah
bonus dapat bertambah atau berkurang tergantung pada seberapa baik target produktivitas dan
kualitas dapat dipenuhi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Manajerial (Jilid 2) (Edisi 8) Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen


http://susanti_usman.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/81926/
Biaya+Kualitas+dan+Produktivitas+Pengukuran%2C+Pelaporan+dan+Pengendalian+R1.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai