BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi alat diagnostik yang pesat saat ini sudah
sangat dirasakan manfaatnya dalam mendiagnosa gangguan struktur
morfologi organ tubuh. Untuk mendiagnosa struktur morfologi organ tubuh
diperlukan modalitas radiologi sesuai dengan kemampuan alat dan
karakteristik organ yang akan dinilai. Modalitas yang digunakan dalam
bidang radiologi seperti radiologi konvensional (foto Rontgen), Computed
Tomography Scan (CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI),
Ultrasonography (USG), dan pencitraan nuklir kini pun berkembang sangat
pesat.
Magnetic
Resonance
Imaging
(MRI)
adalah
suatu
alat
27
27
INVERSION
RECOVERY)
DENGAN
SEKUENS
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini antara lain :
1. Apakah ada perbedaan SNR anatara sekuens PDW_SPAIR dengan
sekuens PDW_Fatsat pada pemeriksaan MRI Knee Joint potongan sagital?
2. Manakah SNR yang lebih baik antara sekuens PDW_SPAIR dengan
sekuens PDW_Fatsat pada pemeriksaan MRI Knee joint potongan sagital ?
C. Tujuan Penelitian
27
1. Untuk mengevaluasi
sekuens PDW_SPAIR
E. Keaslian Penelitian
27
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, dan
HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1.
Dasar Dasar MRI
a.
Instrumen Dasar MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik pencitraan
yang digunakan terutama dalam pengaturan medis untuk menghasilkan
gambar berkualitas tinggi dari bagian dalam tubuh manusia. MRI
didasarkan
pada
prinsip-prinsip
teknik
resonansi
magnetik
d.
Resonansi
Resonansi Adalah fenomena yang terjadi apabila sebuah obyek
diberikan pulsa yang mempunyai frekuensi sesuai dengan frekuensi
Larmor. Apabila tubuh pasien diletakkan dalam medan magnet
eksternal yang sangat kuat, maka inti-inti atomnya akan berada pada
arah yang searah atau berlawanan dengan medan magnet luar dan intiinti itu akan mengalami perpindahan dari suatu energi ke tingkat
energi yang lain. Proses perpindahan energi ini seringkali merubah
arah dari NMV, akibatnya vektor
MR Signal
MR Signal adalah sebagai akibat resonansi NMV yang
mengalami inphase pada bidang transversal. Hukum Faraday
menyatakan jika receiver koil ditempatkan pada area medan magnet
yang bergerak misalnya NMV yang mengalami presesi pada bidang
Sinyal FID
Pada saat mengalami relaksasi, NMV akan mengeluarkan
energi dalam bentuk sinyal. Ekposi pulsa 90o RF menghasilkan sinyal
yang dikenal dengan nama peluruhan induksi bebas ( Free Induction
Decay = FID ), tetapi sinyal ini sulit dicatat. Untuk mendapatkan
sinyal echo yang memiliki energi besar dibutuhkan lagi pulsa 180o.
Sinyal echo ini yang akan ditangkap koil sebagai data awal proses
pembentukan citra. Pembentukan citra ini ketika energi RF diberikan
pada pasien menyebabkan obyek akan mengalami eksitasi dan sinyal
terakuisisi dalam daerah yang terlokalisasi menjadi dua dimensi.
Metode yang digunakan tersebut dikenal dengan metode Transformasi
Fourier 2 dimensi. Masing-masing sinyal yang didapatkan oleh
10
Relaksasi
Selama relaksasi NMV membuang seluruh energinya yang
diserap dan kembali pada Bo. Pada saat yang sama, tetapi tidak
tergantung moment magnetik NMV kehilangan magnetisasi transversal
yang dikarenakan dephasing. Relaksasi menghasilkan recoveri
magnetisasi longitudinal dan decay dari magnetisasi transversal.
a) Recoveri dari magnetisasi longitudinal disebabkan oleh
proses yang dinamakan T1 recoveri
b) Decay dari magnetisasi transverse disebabkan oleh proses
yang dinamaka n T2 decay
Fenomena T1 dan T2
T1 recovery disebabkan oleh karena nuklei memberikan
energinya ke lingkungan sekitarnya atau lattice, sehingga sering
disebut dengan Spin-Lattice Relaxation. Energi yang dibebaskan ke
lingkungan
sekitar
akan
menyebabkan
magnetisasi
bidang
11
medan
magnet
tiap
nucleus
berinteraksi
dengan
dan
akan
menghasilkan
decay
pada
magnetisasi
(a)
(b)
b.
Kontras T2
12
b.
millisecond
(ms).
TE
menentukan
berapa
banyak
4.
13
besar
digunakan
untuk
meniadakan
sisa
magnetisasi
14
15
adipose
akan
menurun.
Fat
saturation
mungkin
menghasilkan gambar yang baik untuk detail anatomi yang kecil dan
ini sangat berguna semisal pada postcontrast MR arthrography.
Kekurangannya antara lain, untuk menghasilkan fat saturation
yang baik, frekuensi yang digunakan pada pulsa frekuensi selektive
saturation harus sama dengan resonance frequency dari lemak.
Bagaimanapun, inhomogenitas dari magnet statis akan menyebabkan
perubahan frekuensi resonansi dari air dan lemak. Pada area ini, pulsa
frekuensi saturation mungkin saja tidak sama dengan frekuensi
resonansi lemak, ketidaksesuaian akan menghasilkan fat suppression
yang sedikit. Bahkan lebih buruk, pulsa saturation dapat mensaturasi
sinyal air saat mensaturasi sinyal lemak. Inhomogenitas magnet statis
dirancang relatif kecil pada alat modern dan dapat dikurangi dengan
menurunkan FOV, meletakkan pada center dari ROI, dan mengunakan
autoshimming. Bagaimanapun, inhomogenitas yang besar dapat
disebabkan oleh susceptibility magnetik lokal yang berbeda seperti
16
ditemukan pada air bone yang saling yang terhubung pada bagian
rendah pada orbit dan seperti pada nasofaring, pada air-fat-liver yang
terhubung pada region anterior diafragma, atau sekitar benda asing
seperti logam atau pada kumpulan udara. Inhomogenitas juga seperti
area tajam dari berbagai anatomi struktur.
Inhomogenitas dalam RF juga dapat mengurangi kegunaan fat
saturation. Untuk saturasi yang lengkap dari sinyal lemak, pulsa
saturasi harus tepat 900 . Dimana RF dalam keadaan inhomogenity,
pulsa saturation akan lebih dari atau kurang dari 90 0 dan akan
meninggalkan
sampah
sinyal
lemak.
Masalah
yang
dapat
17
yang mempengaruhi
kualitas citra MRI yaitu: Signal to Noise Ratio (SNR). Contras to Noise
ratio (CNR), Spatial Resolution, dan Scan Time.
a. Signal to Noise Ratio (SNR)
Signal to Noise Ratio (SNR merupakan hal yang paling menjadi
perhatian pada kualitas MRI. Istilah ini didefinisikan sebagai
perbandingan amplitudo dari sinyal yang diterima oleh koil dengan
amplitudo dari noise. Jika sinyal yang sebenarnya relatif lebih kuat
daripada noise maka SNR akan meningkat, dan kualitas gambar akan
lebih baik.
SNR dapat ditingkatkan dengan cara menggunakan sekuens spin
echo (SE dan fast spin scho (FSE, TR yang panjang serta TE yang
pendek, flip angle 90, coil yang tepat dan berfungsi baik, matrix yang
kasar, FOV yang lebar, irisan yang tebal, bandwidth sesempit mungkin,
dan penggunaan NEX/NSA setepat mungkin.
Sinyal berhubungan dengan kekuatan medan sistem operasional
dan meningkat sejalan dengan aktivitas perubahan energi pada atom /
inti hidrogen. Meningkatkan kekuatan medan 2 (dua kali, secara teori
akan mendobelkan SNR. Densitas proton relatif sama pada jaringan
lunak, pada suhu tertentu, sehingga faktor yang mempengaruhi SNR
18
19
20
bila
memungkinkan
(Westbrook,2011)
6. Anatomi Knee joint
Knee joint merupakan bagian dari extremitas inferior yang
menghubungkan tungkai atas (paha) dengan tungkai bawah. Pada dasarnya
sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus
21
femoris medialis dan lateralis dan condylus tibiae yang terkait dengan
sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies patellaris femoris.
Persendian pada knee termasuk dalam jenis sendi synovial (synovial joint),
yaitu sendi yang mempunyai cairan synovial yang berfungsi untuk
membantu pergerakan antara dua buah tulang yang bersendi agar lebih
leluasa bergerak. (Pearce,2009).
Fungsi dari pergerakan ini adalah untuk mengatur pergerakan dari
kaki. Dan untuk menggerakkan kaki ini diperlukan juga anatara lain:
a. Otot-otot yang membantu menggerakkan sendi
b. Capsul sendi yang berfungsi untuk melindungi bagian tulang
yang bersendi
c. Adanya permukaan tulang dengan bentuk tertentu yang
mengatur luasnya gerakan
d. Adanya cairan dalam rongga sendi yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara tulang pada permukaan sendi
e. Ligamentum-ligamentum yang ada di sekitar sendi lutut yang
merupakan penghubung kedua buah tulang (Lumongga,2004)
1
4
6
7
8
9
2
5
1
11
12
13
14
22
Keterangan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Patella
Lateral femoral condyle
Anterior Cruciate ligament
Lateral meniscus
Fibular collaretal ligament
Tibia
Head of fibula
8. Quadriceps tendon
9. Medial femoral condyle
10. Posterior cruciate ligament
11. Medial meniscus
12. Tibia collateral ligament
13. Medial condyle tibia
14. Patellar ligament
15.
16.
17.
1) Meniscus
18.Meniscus adalah cincin semilunar berbentuk C
disela antara permukaan artikular dari kondilus femoralis dan
tibia plateau. Bertindak sebagai penyangga antara dua
permukaan, melindungi articular cartilage, mendistribusikan
berat tubuh (mendukung 50% dari pembagian beban),
meningkatkan stabilitas dan menyediakan pelumasan untuk
memfasilitasi fleksi dan ekstensi sendi.
19.Meniscus medial berbentuk C terbuka dan terikat
pada intercondylar notch dari tibia baik anterior dan posterior,
dengan anterior horn dari meniscus lateral yang melalui
tranverse meniscal ligament pada 40%, untuk kapsul posterior
dan pada ligament collateral medial. Meniscus lateral berbentuk
lebih melingkar, memiliki ikatan anterior dan posterior
intercondylaris notch, lekukan meniscal transverse dengan
anterior horn dari
23
20.
extrasynovial
ligamen
24
10
11
12
13
24.
25.Gambar 2.2. Knee Joint Sagital Section (Ryan et al, 2011)
26. Keterangan
27. 1. Femoral articular cartilage
ligament
35. 9. Patella
30. 4. Synovium
40.
41.
42.
43.
29
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
(a)
(b)
56. Gambar 2.3 (a) MRI Knee Joint irisan sagital, (b) Anatomi Knee
joint irisan sagital (Moeller,2007)
57.
Femur (shaft)
Quadriceps muscle
vein
Semimembranous muscle
Suprapatelar bursa
Popliteal artery
Patellar anastomosis
Poplietal vein
Patella
Joint capsule
59.
60.
61.
30
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
7. Prosedur Pemeriksaan MRI Knee Joint
a. Indikasi Pemeriksaan (Moeller,2003)
1) Gangguan pada internal sendi misalnya meniscal tears, cruciate
ligament tears, post perbaikan robek ligament, bursae.
2) Chondromalacia patella
3) Tumor tulang dan kerusakan tulang pada sendi lutut.
4) Joint effusion
b. Persiapan Alat (Moeller,2003)
1) Pesawat MRI 1,5 T
2) Knee phased array coil / extremity knee coil
3) Alat Imobilisasi
4) Ear plugs
c. Persiapan Pasien (Moeller,2003)
1) Mengisi formulir screening yang telah disediakan
2) Pasien diminta untuk ganti baju dan meninggalkan semua benda
yang dapat mengganggu selama pemeriksaan.
3) Memberikan penjelasan singkat dan padat kepada pasien tentang
prosedur pemeriksaan yang akan dijalani
4) Coil yang digunakan adalah knee coil.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
31
(Westbrook,1999)
86.
2) Di buat potongan sagital dengan slice dari lateral hingga
medial kolateral ligament dan parallel dan condylus lateralis.
Batas atas dan bawah kelainan masuk gambar. Sagital scan
dapat diperoleh dari coronal lokaliser
87.
32
88.
33
Magnetic
Resonance Imaging
110.
111. (MRI)
Pemeriksaan
112. MRI Knee Joint
Axial
TE
TR
NEX
Matrix
Slice
Thickness
FOV
113.
114.Sagital
115.
116.
Pembobotan Proton
117.
Density
118.
119.Teknik
120.Suppression
Fat
121.
122.
123.
124.
125.
SNR126.
127.
128.
Koronal
SPAIR
Fat Saturation
Scan Time
CNR
129.
132.
Spasial
Resolusi
130.
131.
Gambar 2.15 Kerangka teori penelitian
133.
134.
135.
136.
B.
Kerangka Konsep
137.
Variabel bebas
138.
iabel
MRI Knee joint dengan
menggunakan sekuens
PDW_SPAIR
Kualitas Citra
34
139.
Variabel
Terikat
140.
Signal to Noise
Ratio
141.
142.
MRI Knee joint dengan
143.
menggunakan sekuens
144.
PDW_Fatsat
145.
C.
Definisi Operasional
146. 147.
N
Vari 148.
abel
Defini 149.
si
Cara 150.
Ukur
A 151.
lat ukur
Has
il ukur
152.
Skala
o.
153.
154.
PD
1 W_SPAIR
155.
157.
Ko
Merupaka mputerisasi
158.
O 159.
bservasi
Den 160.
gan
Nomin
n satu
menggunak al
teknik
an SPAIR
FatSuppr
essio
n
hybri
d
denga
n
meng
gunak
an
adiab
atic
pulse,
meng
gabun
gkan
teknik
35
STIR
dan
fatsat.
161.
162.
PD
2 W_Fatsat
156.
163.
165.
Ko
Merupaka mputerisasi
166.
O 167.
bservasi
Den 168.
gan
Nomin
menggunak al
salah
an Fatsat
satu
teknik
yang
digun
akan
untuk
mene
kan
lemak
pada
jaring
an
pada
pemer
iksaan
MRI
Musk
uloskl
etal
169. 170.
3.
Sig
nal to
noise ratio
164.
171.
173.
Ko
Merupaka mputerisasi
n
perba
174.
O 175.
bservasi
176.
Nomin
al
36
nding
an
amplit
udo
dari
sinyal
yang
diteri
ma
oleh
koil
denga
n
amplit
udo
dari
noise.
Jika
sinyal
yang
seben
arnya
relatif
lebih
kuat
daripa
da
noise
maka
SNR
akan
menin
37
gkat,
dan
kualit
as
gamb
ar
akan
lebih
baik.
172.
D.
177.
Hipotesis
178.
Ha
Ho
sekuens
PDW_SPAIR
dan
sekuens
PDW_Fatsat
pada
38
191.
192.
193.
194.
195.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
196.
Jenis penelitian ini adalah peneliitian kuantitatif dengan
pendekatan observasi partisipatif untuk mengetahui perbedaan Signal to Noise
Ratio (SNR) pada penggunaan sekuens PDW_SPAIR (Spectral Adiabatic
Inversion Recovery ) dan PDW_Fatsat (Fat Saturation) pada pemeriksaan
MRI Knee Joint potongan sagital.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat Pengambilan data : Instalasi Radiologi RS X
2. Waktu pengambilan data : Februari sampai dengan Maret 2017
C. Populasi & Sampel
1. Populasi
197.
pemeriksaan
MRI
Knee
Joint
potongan
sagital
antara
sekuens
Sampel
198.
39
203.
Lembar Kerja
209. Berbentuk
tabel
untuk
mencatat
data
selama
penelitian
berlangsung.
2. Lembar Kuisioner
210. Berbentuk lembar berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan informasi signal to noise ratio.
40
211.
F. Pengolahan dan Analisis Data
212.
pengukuran SNR disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian diolah dan
dianalisa secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS dengan
rincian sebagai berikut:
a
Data yang dihasilkan berupada data ratio dan data dari rata-rata
dua sampel yang berpasangan. Data tersebut diuji dengan uji
statistik
tidak
ada
perbedaan
SNR
antara
sekuens
Dummy Tabel
41
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
DAFTAR PUSTAKA:
234.
1. Westbrook, C., Kaut, C., & Talbot, John. (2011). MRI in Practice 4th Edition.
West Sussesx: Blackwell Publishing Ltd.
2. Grande,F.D.D.S.,&Harsska,D.A.
(2004).
Radiographic
RSNA.
Fat
42
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
Lampiran 1
LAMPIRAN :
253.
255.
(Informed Consent)
pastisipan
dalam
penelitian
ini.
Jika
ibu
bersedia,
silahkan
43
257.
Jakarta,
Januari
2017
260.
Peneliti,
Partisipan,
261.
(Lidia Rahmanisa)
)
262.
Lampiran 1
263.
265.
Nama
268.
269.
Alamat
44
270.
271.
272.
273.
274.
Tanda tangan
Tanda
tangan
275.
276.
277.
278.
()
()
279.
280.
281.
282.
284.
289.
294.
299.
304.
309.
314.
319.
324.
329.
334.
Lampiran 2
Lembar Kerja
285.
290.
295.
300.
305.
310.
315.
320.
325.
330.
335.
283.
286.
291.
296.
301.
306.
311.
316.
321.
326.
331.
336.
339.
340.
287.
292.
297.
302.
307.
312.
317.
322.
327.
332.
337.
288.
293.
298.
303.
308.
313.
318.
323.
328.
333.
338.
45
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
Lembar Kuisioner
Lampiran 2