NIU : 22/508276/PPA/06434
Mata Kuliah/Kode Mata Kuliah : Metode Pencitraan Fisika/MFF5876
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gede Bayu Suparta
Hari, tanggal UTS : Senin, 3 April 2023
Gambar 1. Deteksi cacat pada test piece dan pulsa yang dihasilkan oleh UT
4. Melakukan kalibrasi probe sudut UT dengan menggunakan blok kalibrasi IIW. Kalibrasi
probe sudut mencakup kalibrasi jarak, kalibrasi indeks point, dan kalibrasi sudut probe.
5. Melakukan deteksi dan identifikasi ukuran dan lokasi cacat di sepanjang las-lasan dengan
menggunakan probe sudut
Gambar 2. Deteksi cacat dengan menggunakan probe sudut dan sinyal ultrasonik yang
dihasilkan
Secara matematis, deteksi lokasi cacat pada sekitar las-lasan yang sedang diamati
menerapkan prinsip cosinus sudut yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Gambar 3. Perhitungan matematis lokasi cacat pada deteksi dengan menggunakan probe
sudut
6. Melakukan evaluasi cacat sesuai dengan standar penerimaan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan terkait
7. Melakukan post-cleaning. Sisa-sisa kuplang yang menempel pada test piece yang telah
diuji dibersihkan
Catatan: Aplikasikan kuplang setiap kali menempelkan probe pada material uji maupun pada
blok kalibrasi. Kuplang dapat berupa olisae atau grease
Metode Pencitraan Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
Nama : Syarifah Nihlah Yahya
NIU : 22/508276/PPA/06434
Mata Kuliah : Metode Pencitraan Fisika (MFF 5876)
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Gede Bayu Suparta
Tanggal Ujian : 3 April 2023
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
1 2 3
1. Ketika pasien berbaring pada MRI, medan magnet yang dihasilkan oleh MRI mengubah
arah spin molekul atom hydrogen pada jaringan tubuh pasien hingga searah dengan
medan magnet MRI
2. Sinyal gelombang radio yang nilainya sebanding dengan frekuensi resonansi atom
hidrogen dipancarkan untuk mengubah arah spin molekul
3. Perubahan arah spin molekul menyebabkan eksitasi gelombang radio yang akan diproses
hingga berbentuk sebuah citra 2 dimensi dari jaringan [4]
Hasil Citra MRI
Perbedaan komposisi air pada jaringan sehat
dan jaringan yang terinfeksi oleh penyakit
menjadi faktor utama dalam proses
pencitraan dengan menggunakan MRI [4]
MRI dan CT-Scan memiliki keunggulan masing-masing. Penggunaan alat pencitraan medis
bergantung pada organ yang akan diamati. Dalam beberapa kasus penggunaan MRI tidak disarankan
pada pasien yang memiliki alat pacu jantung (pacemaker), gigi palsu (dentures), ring jantung (stents),
dan prostesis berbahan logam. Pada kasus ini, maka solusi terbaik untuk mendapatkan citra
organ/jaringan tubuh pasien adalah dengan menggunakan CT-Scan. Namun, CT-Scan juga memiliki
kelemahan dalam deteksi jaringan rusak karena resolusi kontras dari CT-Scan tidak sebaik MRI
Referensi
[1] Notosiswoyo, Mulyono. Suswati, Susi. Pemanfaatan Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebagai
Sarana Diagnosa Pasien. Media Litbang Kesehatan Volume XIV No. 3 Tahun 2004
[2] https://www.medmastery.com/guides/brain-ct-clinical-guide/recognizing-intra-axial-tumors-
brain-computed-tomography-ct-and
[3] Wahid, Fazil. Fayaz, Muhammad. An Evaluation of Automated Tumor Detection Techniques of
Brain Magnetic Resonance Imaging (MRI). International Journal of Bio-Science and Bio-
Technology. Tahun 2016
[4] https://www.youtube.com/watch?v=75_xWBwBB9g
[5] https://wellnessforlife.com.sg/radiation-exposure/
[6] https://www.youtube.com/watch?v=0OdNI3lSgLc
[7] https://www.mdanderson.org/cancerwise/ct-scan-vs-mri--what-is-the-difference.h00-
159616278.html#:~:text=Generally%2C%20CT%20scans%20are%20better,and%20that%20ot
her%20one%20begins.