SNI 03 6389 2000 Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Bangunan Gedung PDF
SNI 03 6389 2000 Konservasi Energi Selubung Bangunan Pada Bangunan Gedung PDF
Daftar isi
Acuan ............................................................................................................................. 1
Rekomendasi............................................................................................................... 21
Lampiran A Contoh menghitung OTTV selubung banguinan pada bangunan gedung ............. 21
Bibliografi ........................................................................................................................... 34
SNI 03-6389-2000
Prakata
Standar konservasi energi pada selubung bangunan gedung, dimaksudkan sebagai
pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan pengelolaan bangunan gedung untuk mencapai penggunaan
energi yang efisien.
Konservasi energi pada selubung bangunan bertujuan mengidentifikasi dan mencari
peluang penghematan energi dari selubung bangunan.
Pembahasan konservasi energi sistem tata udara meliputi : kriteria perancangan,
prosedur perancangan, konservasi energi, konservasi energi dan rekomendasi.
ii
SNI 03-6389-2000
Pendahuluan
Konservasi energi pada bangunan gedung di Indonesia dimulai sejak tahun 1985 dengan
diperkenanlkannya program DOE (Departemen of Energy, USA) oleh Departemen
Pekerjaan Umum. Perkembangan selanjutnya nyaris tidak terdengar sampai tahun 1987.
Tahun 1987, ASEAN bekerjasama dengan USAID sekaligus memperkenalkan program
ASEAM (A Simplified Energy Analysis Methode). Sejak itu mulailah masalah konservasi
energi terangkat kembali ke permukaan di Indonesia.
Dalam rangka lebih meningkatkan usaha konservasi energi, Direktorat Pengembangan
Energi, Departemen Pertambangan dan Energi mewakili pemerintah, asosiasi profesi,
perguruan tinggi, suplier, konsultan, kontraktor dan pengelola bangunan gedung, bersamasama menyusun beberapa buku petunjuk teknis Konservasi Energi, diantaranya Petunjuk
Teknis Konservasi Energi Selubung bangunan pada gedung.
Melihat perkembangannya, Petunjuk Teknis ini selanjutnya disarikan menjadi SNI
Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung. Dengan demikian antara
SNI Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung dan Petunjuk
Teknis Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Diharapkan kedua buku tersebut dapat dimanfaatkan oleh para perencana, pelaksana,
pengawas dan pengelola bangunan gedung dalam menerapkan konsep-konsep konservasi
energi sistem pencahayaan pada bangunan gedung, sehingga sasaran hemat energi dapat
tercapai.
iii
SNI 03-6389-2000
2 Acuan
-
The Development & Building Control Division (PWD) Singapore : Handbook on Energy
Conservation in Buildings and Building Services, 1992.
SNI 03-6389-2000
3.4
fenestrasi
bukaan pada selubung bangunan. Fenestrasi dapat berlaku sebagai hubungan fisik dan/atau
visual ka bagian luar gedung, serta menjadi jalan masuk radiasi matahari. Fenestrasi dapat
dibuat tetap atau dibuat dapat dibuka.
3.5
koefisien peneduh (Shading Coefficient = SC)
angka perbandingan antara perolehan kalor melalui fenestarasi, dengan atau tanpa peneduh,
dengan perolehan kalor melalui kaca biasa/bening setebal 3 mm tanpa peneduh yang
ditempatkan pada fenestrasi yang sama.
3.6
konservasi energi
upaya mengefisiensikan pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi
dapat dihindarkan.
3.7
nilai perpindahan termal atap (Roof Thermal Transfer Value = RTTV)
suatu nilai yang ditetapkan sebagai criteria perancangan untuk penutup atap yang dilengkapi
dengan skylight.
3.8
nilai perpindahan termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value = OTTV )
suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar
bangunan gedung yang dikondisikan.
3.9
selubung bangunan
elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung, yaitu dinding dan atap tembus atau
yang tidak tembus cahaya di mana sebagian besar energi termal berpindah lewat elemen
tersebut.
3.10
sudut bayangan horisontal
sudut proyeksi dari sirip vertikal terhadap orientasi dinding dimana positif bila di sebelah kanan
dinding dan negatif bila di sebelah kiri dinding.
3.11
sudut bayangan vertikal
sudut proyeksi dari sirip horisontal terhadap bidang horisontal dan selalu dianggap
positif.
3.12
transmitansi tampak
transmitansi dari suatu bahan kaca khusus terhadap bagian yang tampak dari spektrum radiasi
matahari.
3.13
Transmitansi termal
koefisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan ke udara pada sisi lainnya.
SNI 03-6389-2000
4 Kriteria Perancangan
4.1
Persyaratan
Dinding luar
=
=
UW
WWR =
TDEk
SF
SC
Uf
T
=
=
=
=
=
Harga perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau
orientasi tertentu (W/m2).
absorbtansi radiasi matahari. (Tabel 1 dan 2)
Transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (W/m2.K).
Perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang
ditentukan.
Beda temperatur ekuivalen (K). (lihat tabel 8)
Faktor radiasi matahari (W/m2)
Koefisien peneduh dari sistem fenestrasi.
Transmitansi termal fenestrasi (W/m2.K).
Beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil 5K)
4.2.1.2 Untuk menghitung OTTV seluruh dinding luar, digunakan persamaan sebagai berikut :
OTTV =
dimana :
= luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas total ini termasuk semua
Aoi
permukaan dinding tak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang terdapat
pada bagian dinding tersebut.
OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding i sebagai hasil perhitungan
dengan menggunakan persamaan (4.2.1.1)
4.2.2 Absorbtansi termal ()
Nilai absorbtansi termal () untuk beberapa jenis permukaan dinding tak tembus cahaya dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
SNI 03-6389-2000
Tabel 1 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap
tak tembus cahaya
Bahan dinding luar
1)
Beton berat
Bata merah
Bitumunous felt
Batu sabak
Beton ringan
Aspal jalan setapak
Kayu permukaan halus
Beton ekspos
Ubin putih
Bata kuning tua
Atap putih
Cat alumunium
Kerikil
Seng putih
Bata gelazur putih
Lembaran alumunium yang dikilapkan.
1)
0,91
0,89
0,88
0,87
0,86
0,82
0,78
0,61
0,58
0,56
0,50
0,40
0,29
0,26
0,25
0,12
Tabel 2 Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaan dinding luar
Cat permukaan dinding luar
Hitam merata
Pernis hitam
Abu abu tua
Pernis biru tua
Cat minyak hitam
Coklat tua
Abu abu/biru tua
Biru/hijau tua
Coklat medium
Pernis hijau
Hijau medium
Kuning medium
Hijau/biru medium
Hijau muda
Putih semi kilap
Putih kilap
Perak
Pernis putih
0,95
0,92
0,91
0,91
0,90
0,88
0,88
0,88
0,84
0,79
0,59
0,58
0,57
0,47
0,30
0,25
0,25
0,21
SNI 03-6389-2000
4.2.3 Transmitansi termal (U)
4.2.3.1 Untuk dinding tak tembus cahaya dan fenestrasi yang terdiri dari beberapa lapis
komponen bangunan, maka besarnya U dihitung dengan rumus :
U=
RTotal
....... (4.2.3.1)
dimana :
RTotal = Resistansi termal total =
i =0
Resistansi Termal R
(m2.K/Watt)
Emisifitas tinggi 1)
Emisifitas rendah 2)
Emisifitas tinggi
0,120
0,299
0,044
Keterangan :
1)
Emisifitas tinggi adalah permukaan halus yang tidak mengkilap (non reflektif)
2)
Emisifitas rendah adalah permukaan dalam yang sangat reflektif, seperti alumunium foil
b)
RK =
t
... (4.2.3.2)
k
dimana :
t
Besarnya harga k untuk berbagai jenis bahan dapat dilihat pada tabel 4.
SNI 03-6389-2000
Tabel 4 Nilai k bahan bangunan
No
Bahan bangunan
Densitas (kg/m3)
K (W/m.K)
2400
960
1760
1,448
0,303
0,807
1 Beton
2 Beton ringan
3 Bata dengan lapisan plester
Bata langsung dipasang tanpa plester,tahan
4
terhadap cuaca
5 Plesteran pasir semen
6 Kaca lembaran
7 Papan gypsum
8 Kayu lunak
9 Kayu keras
10 Kayu lapis
11 Glasswool
12 Fibreglass
13 Paduan Alumunium
14 Tembaga
15 Baja
16 Granit
17 Marmer/Batako/terazo/keramik/mozaik
1,154
1568
2512
880
608
702
528
32
32
2672
8784
7840
2640
2640
0,533
1,053
0,170
0,125
0,138
0,148
0,035
0,035
211
385
47,6
2,927
1,298
No
0,110
0,250
0,148
0,578
0,160
0,606
0,110
0,148
0,174
0,110
0,148
0,165
0,110
0,250
0,148
0,572
0,158
1,423
0,250
0,571
1,095
0,250
0,570
0,768
0,458
1,356
SNI 03-6389-2000
d) Resistansi lapisan udara permukaan (RUP)
Nilainya seperti ditunjukan pada tabel 3.
4.2.4
Untuk menyederhanakan perhitungan OTTV, maka nilai TDEK untuk berbagai tipe konstruksi
tercantum pada tabel 6.
Tabel 6 Beda temperatur ekuivalen untuk dinding
4.2.5
TDEK
15
12
10
Beberapa faktor radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 sampai dengan jam 18.00. Untuk
bidang vertikal pada berbagai orientasi dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7 Faktor radiasi matahari (SF, W/m2) untuk berbagai orientasi 1)
U
TL
TGR
BD
BL
130
113
112
97
97
176
243
211
Orientasi
1)
Keterangan :
Rata-rata untuk seluruh orientasi SF = 147
U
= Utara
TL
= Timur Laut
= Timur
TGR
= Tenggara
= Selatan
BD
= Barat Daya
= Barat
BL
= Barat Laut
SNI 03-6389-2000
4.2.6
4.2.6.1 Koefisien peneduh tiap sistem fenetrasi dapat diperoleh dengan cara mengalikan
besaran SC kaca dengan SC efektif dari kelengkapan peneduh luar, sehingga persamaannya
menjadi :
SC
Dimana :
SC
= koefisien peneduh sistem fenetrasi.
= koefisien peneduh kaca.
SCk
SCEf = koefisien peneduh efektif alat peneduh.
4.2.6.2 Angka koefisien peneduh kaca didasarkan atas nilai yang dicantumkan oleh pabrik
pembuatnya, yang ditentukan berdasarkan sudut datang 450 terhadap garis normal. Sebagai
contoh, besarnya koefisien peneduh kaca seperti ditunjukkan dalam gambar 1, berdasarkan
data pabrik pembuat adalah SCk = 0,5.
Gambar 1 Sinar matahari jatuh pada bidang normal dengan sudut 450
4.2.6.3 Pengaruh tirai dan atau korden di dalam bangunan gedung, khususnya untuk
perhitungan OTTV, tidak termasuk yang diperhitungkan.
4.2.6.4
a) Bila sebuah jendela dilindungi atau diteduhi sebagian oleh sarana peneduh luar, maka :
-
SNI 03-6389-2000
b) Perolehan panas radiasi matahari dinyatakan dalam persamaan berikut :
H
H
H
dimana :
H
AEK
AS
IT
ID
IL
A
c) Untuk kaca bening dengan ketebalan 3 mm dan tidak terlindung, perolehan panas radiasi
matahari adalah :
H
= A x IT ........................................................................................................... (4.2.6.4.3)
SC
SC
H
...................................................................................................... (4.2.6.4.4a)
A x IT
(A EK I L ) + (A I D )
=
A x IT
A
( EK I L ) + I D
A
, atau :
=
IT
G x IL + ID
............................................................................................. (4.2.6.4.4b)
=
IT
dimana :
G=
A EK
, adalah fraksi luas bagian yang ekspos oleh radisi matahari langsung.
A
e) Nilai koefisien peneduh (SC) dari suatu sarana peneduh untuk sehari penuh, harus
dihitung dari perolehan panas radisi setiap jamnya, kemudian dijumlahkan untuk seluruh
waktu 12 jam siang hari. Perolehan panas total ini kemudian dibagi dengan jumlah radiasi
total IT, yang melalui kaca bening tak terlindungi setebal 3 mm untuk seluruh jam siang
hari yang sama; guna mendapatkan harga SC pada hari tersebut.
SNI 03-6389-2000
f)
( A
SCHARI =
EK
.I L + A.I D )
J =1
....................................................................... (4.2.6.4.6)
J =12
( A.I
).
J =1
Untuk tidak memakan waktu dan karena tingkat ketelitian bukanlah faktor yang sangat
kritis, maka perhitungan SC cukup didasarkan atas bulan-bulan representatif dalam
setahun, yakni bulan Maret, Juni, September dan Desember. Hari-hari representatif dari
keempat bulan tersebut adalah tanggal : 21 Maret, 22 Juni, 23 September dan 22
Desember.
j)
Secara matematis, koefisien peneduh efektif suatu sarana peneduh dapat dinyatakan
sebagai berikut :
SCEF =
I + J I T + S I T + D I T
M T
(4.2.4.6.10)
dimana :
M
J
S
D
4.2.6.5
a) Fraksi luar bagian jendela yang ekspos oleh matahari, G, pada setiap waktu untuk suatu
orientasi tertentu dapat ditentukan dengan geometri matahari.
b) Dengan mengetahui nilai SBV (Sudut Bidang Vertikal) dan SBH (Sudut Bidang
Horisontal), nilai G untuk sirip horisontal, sirip vertikal dan pelindung matahari bentuk
kotak segi empat dapat dihitung, dengan ketentuan sebagai berikut :
1 = SBV (selalu positif)
2 = SBH (positif untuk arah kanan dinding, negatif untuk arah kiri dinding)
10
SNI 03-6389-2000
1 = sudut proyeksi dari sirip horisontal terhadap bidang horisontal (dianggap positif)
2 = sudut proyeksi sirip vertikal terhadap orientasi dinding (positip bila di sebelah kanan
dinding; negatip bila si sebelah kiri dinding)
Gambar 2 Denah jendela serta lubang cahaya dengan sirip horizontal di atas jendela
AS
AEK
A
A EK A - A S
=
=1- S
A
A
A
11
SNI 03-6389-2000
A EK
P
=1. (sin 1 + cos 1.tan 1) , atau :
A
A
G1 = 1 R1. (sin 1 + cos 1.tan 1) (4.2.6.5.3)
dimana :
G1
(CATATAN G1 0).
Gambar 3 Denah jendela serta lubang cahaya dengan sirip vertical menerus
AS
A EK
P
=1.( Cos #2.tan 2 - sin #2 ), atau :
A
A
= 1 R2. (cos #1.tan 1 - sin #1)
G2
(4.2.6.5.4)
dimana :
G2
CATATAN G2 0
12
SNI 03-6389-2000
= G1 x G2 (4.2.6.5.5)
CATATAN G3 0
4.3
4.3.1
Penutup atap
Nilai perpindahan termal atap
4.3.1.1 Nilai perpindahan termal dari penutup atap bangunan gedung dengan orientasi
tertentu, harus dihitung melalui persamaan :
RTTV =
. (4.3.1.1)
dimana :
RTTV =
Ar
As
Ao
Ur
TDEk
SC
SF
Us
beda temperatur antara kondisi perencanaan luar dan bagian dalam (diambil 5 K).
4.3.1.2 Bila digunakan lebih dari satu jenis bahan penutup atap, maka transmitansi termal
rata-rata untuk seluruh luasan atap dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
13
SNI 03-6389-2000
Ur =
dimana :
=
Ur
Ur1, Ur2, Urn =
Ar1, Ar2, Arn =
4.3.1.3 Bila digunakan lebih dari satu jenis bahan penutup atap, maka berat atap rata-rata
dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
Wr =
dimana :
Wr
Wr1, Wr2, Wrn
4.3.2
=
=
Nilai transmitansi termal maksimal penutup atap (Ur), ditunjukkan pada tabel 8 di abwah ini.
Tabel 8 Nilai transmitansi termal atap (Ur) maksimal
2
1)
0.4
2)
0.8
3)
1.2
Keterangan :
1)
Atap genteng
2)
Atap beton ringan
3)
Atap beton ketebalan > 6 inci (15 cm)
4.3.3
Kurang dari 50
24
50 ~ 230
20
16
14
SNI 03-6389-2000
4.3.4
Nilai faktor radiasi matahari untuk bidang horisontal yang dihitung antara jam 07.00 sampai
dengan 18.00 adalah SF = 316 W/m2.
4.3.5
Koefisien peneduh (SC) untuk skylight dari bahan plastik, tercantum pada tabel 10
Tabel 10 Koefisien peneduh (SC) untuk skylight
Transmitansi
( )
Diffuseringan
(tembus
cahaya)
Jernih
0.86
Ya
0.58
Jernih
0.86
Tidak ada
Bening, tembus
cahaya
0.52
Tidak ada
Bening, tembus
cahaya
0.27
Tidak ada
Lengkungan
(kubah=dome)
Penahan (curb)
Perbandingan lebar
Tinggi
terhadap tinggi
0
230
5
460
2.5
0
230
5
460
2.5
0
460
2.5
0
230
5
460
2.5
Koefisien
peneduh
(SC)
0.61
0.58
0.50
0.99
0.88
0.80
0.57
0.46
0.34
0.30
0.28
Gambar 5 Skylight
5 Prosedur perancangan
5.1 Pada gambar 6 ditunjukkan diagram aliran proses perancangan OTTV, dan pada
gambar 7 dan 8 diagram aliran proses perancangan RTTV.
5.2
15
SNI 03-6389-2000
MULAI
Tentukan :
Luas selubung, dan WWR
Tentukan :
Tentukan nilai : U
Tentukan : SC
Tentukan :
SF, dan TDEQ
Tentukan kembali
a, SC atau WWR
Tidak
SELESAI
16
SNI 03-6389-2000
5.2.1 Tentukan nilai OTTV pada setiap orientasi seperti pada diagram aliran proses
perancangan OTTV pada gambar 6 dengan cara sebagai berikut :
a) tentukan nilai WWR ( perbandingan luas jendela dan luas total dinding luar);
b) tentukan nilai Uw dan uf ;
c) tentukan nilai SC ;
d) tentukan TDEk dan T;
e) hitung nilai SF.
5.2.2
5.2.3 Periksa apakah nilai OTTV total lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan 45
Watt/m2.
a)
b)
bila nilai OTTV TERSEBUT lebih besar dari 45 Watt/m2, maka perlu dikurangi dengan
cara sebagai berikut :
5.3
ulangi perhitungan dengan nilai-nilai faktor yang baru tersebut sehingga nilai OTTV
kurang dari 45 Watt/m2.
5.3.1
5.3.1.1 Tentukan nilai RTTV pada setiap orientasi seperti pada diagram aliran proses
perancangan pada gambar 7. dengan cara sebagai berikut :
a) tentukan luas skylight As ;
b) tentukan luas atap Ar;
c) tentukan nilai Ur dan Us ;
d) tentukan TDEk dan T ;
e) tentukan nilai SC;
f)
17
SNI 03-6389-2000
MULAI
Tentukan :
Luas lubang cahaya (As).
Luas Atap
Tentukan : U
Tentukan nilai : U
Tentukan : TDEQ
Tentukan : SC
Tentukan kembali
SC, nilau U atau As
Tidak
SELESAI
18
SNI 03-6389-2000
5.3.1.2
5.3.1.3 Periksa apakah nilai RTTV total lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan 45
Watt/m2.
a) bila nilai tersebut kurang dari 45 Watt/m2, maka perhitungan selesai.
b) bila nilai tersebut lebih besar dari 45 Watt/m2, maka perlu dikurangi dengan cara sebagai
berikut :
-
ulangi perhitungan dengan nilai-nilai faktor yang baru tersebut sehingga nilai RTTV
kurang dari 45 Watt/m2.
5.3.2
5.3.2.1 Tentukan nilai RTTV pada setiap orientasi seperti pada diagram proses aliran
perancangan pada gambar 8 dengan cara sebagai berikut :
5.3.2.2
5.3.2.3
Tentukan nilai U
Tentukan kembali
konstruksi atap
SELESAI
19
SNI 03-6389-2000
6 Konservasi energi
6.1 Konservasi energi pada selubung bangunan, pengamatannya harus dilakukan dalam
jangka waktu setahun. Pengaruhnya terutama pada panghematan pemakaian beban chiller.
6.2 Pengukuran dan pencatatan terhadap pemakaian beban chiller harus dilakukan secara
teratur dalam jangka waktu setahun, sebelum dan sesudah dilakukan konservasi energi.
6.3 Hubungan antara OTTV dan beban chiller secara umum dinyatakan dengan
persamaan :
Beban chiller = k1 + k2.(OTTV) ........................................................................................ (6.3)
Dimana :
= koeffisien regresi kombinasi dari faktor-faktor internal yang mempengaruhi beban
k1
chiller (seperti pencahayaan, orang, peralatan, dan lain-lain).
k2
k2A
k2B
k2C
6.4 Dari hasil penelitian negara tetangga terdekat dengan Indonesia, persamaan tersebut
telah lebih dispesifikasikan menjadi bentuk :
HChiller
Dimana :
HChiller
= beban chiller per luas total selubung bangunan (jendela, dinding, dan atap)
L0
= beban chiller dari beban internal seperti pencahayaan, orang, dan peralatan.
= 786 Mbtu/m2.tahun = 230.400 kWh/m2.tahun.
1 tahun
6.5 Selama belum dillakukan penelitian lebih lanjut di Indonesia, persamaan 6.4 mungkin
dapat dipertimbangkan untuk digunakan di Indonesia.
6.6
Mengganti warna cat warna dinding luara dari warna gelap ke warna yang lebih terang,
(misalnya dengan mengganti warna cat dinding luar dari abu-abu tua menjadi warna
putih) (modifikasi nilai );
Mengurangi angka perbandingan jendela luar dan dinding luar (modifikasi WWR);
20
SNI 03-6389-2000
7 Rekomendasi
7.1
Umum
Untuk dinding, konstruksi atap, lantai, kaca dan plat beton yang merupakan bagian dari
selubung bangunan untuk bangunan yang luas jendela dan pintu kacanya lebih besar dari
50% dari total luas dinding, harus memenuhi ketentuan seperti ditunjukkan pada butir 7.2.1
sampai 7.2.3.
7.2
Klasifikasi dinding
Dinding yang berhubungan dengan dengan delubung bangunan diklasifikasikan sesuai batir
7.2.1, 7.2.2, atau 7.2.3.
7.2.1
Dinding pada bagian luar bangunan dan seluruhnya diatas permukaan tanah atau bagian
diatas permukaan tanah dari besmen atau dinding lantai satu yang lebih dari 15% diatas
permukaan tanah.
7.2.2
Besmen atau dinding di bawah permukaan tanah yang berhubungan dengan dinding luar
yang tidak kurang 85% berada di bawah permukaan tanah.
7.2.3
Dinding dalam
Dinding yang bukan dinding luar bangunan dan yang memisahkan antara bagian ruang yang
dikondisikan dan ruang yang tidak dikondisikan
7.3 Kriteria
Komponen selubung bangunan harus memenuhi ketentuan sesuai tabel 11, 12, 13, dan 14
didasarkan pada prosentase dinding yang di kaca.Prosentase bagian dinding yang di kaca
harus ditentukan dengan membagi total luas bukaan atau kaca (jendela dan pintu kaca) dari
seluruh dinding luar di atas permukaan tanah dengan total luas selubung bangunan.
7.4
Susunan atap
Resistansi termal minimum (R ) dari bahan isolasi yang dipasang antara rangka atap atau
yang melekat pada penutup atap,mengikuti tabel 11, 12, 13, dan 14, bahan konstruksi yang
digunakan untuk susunan atap.
7.5
Resistansi termal minimum (R ) dari bahan isolasi yang dipasang antara rangka lantai
maupun yang langsung melekat pada lantai harus mengikuti persyaratan seperti ditunjukkan
dalam tabel 11, 12, 13, dan 14, didasarkan pada konstruksi bahan yang digunakan untuk
lapisan lantai.
7.6
Dinding dalam
Resistansi termal minimal (R ) dari bahan isolasi yang dipasang pada rongga dinding atau
yang melekat menerus pada dinding dalam harus dipersyaratkan sesuai tabel 11, untuk
dinding di atas permukaan tanah, tanpa memperhitungkan luasan kaca, didasarkan pada
jenis rangka dan bahan konstruksi yang digunakan pada lapisan dinding. Sambungan yang
ditutup rapat harus mempunyai kelonggaran untuk menggembang dan menyusutnya bahan
konstruksi.
21
SNI 03-6389-2000
Tabel 11 Rekomendasi selubung bangunan jendela dan pintu kaca yang mempunyai
luas 10 % atau lebih kecil dari luas di dinding di atas permukaan tanah
Unsur
Kondisi/Nilai
Skylights (Faktor U)
R-0
SHGC
Faktor U
PF < 0,25
kecil
kecil
kecil
kecil
PF 0,50
kecil
kecil
R-13
R-11
R-13
R-12
Tidak ada
R-11
R-19
R-12
R-30
R-12
R-0
R-0
R-0
R-0
Plat beton
Plat beton
Dinding di atas permukaan tanah.
Tidak ada
R-0
Tanpa rangka
Rangka metal
Rangka kayu
Nilai R rongga.
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
Dengan rangka
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
22
SNI 03-6389-2000
Tabel 12 Rekomendasi Selubung Bangunan Jendela dan pintu kaca yang mempunyai
luas diatas 0% tetapi tidak lebih besar daripada 25 % dari luas di dinding di atas
permukaan tanah
Unsur
Kondisi/Nilai
Skylights (Faktor U)
R-0
SHGC
Faktor U
0,6
kecil
PF < 0,25
0,25 PF < 0,50
0,7
kecil
PF 0,50
kecil
kecil
R-19
R-14
R-19
R-15
Tidak ada
R-14
R-25
R-15
R-15
R-0
R-0
R-0
R-0
Plat beton
Gordeng metal dengan balok panas
Gordeng metal tanpa balok panas
Lantai yang berada di atas udara luar atau
ruang yang tidak di kondisikan (nilai R)
Plat beton
Dinding di atas permukaan tanah.
Tidak ada
R-0
Tanpa rangka
Rangka metal
Rangka kayu
Nilai R rongga.
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Dengan rangka
23
SNI 03-6389-2000
Tabel 13 Rekomendasi Selubung Bangunan Jendela dan pintu kaca yang mempnyai
luas di atas 25 % tetapi tidak lebih besar dari 40% dari luas di dinding di atas
permukaan tanah
Unsur
Kondisi/Nilai
R-0
SHGC
Faktor U
PF < 0,25
0,4
0,7
0,5
0,7
0,6
0,7
R-19
R-16
R-25
R-17
PF 0,50
Lapisan atap (Nilai R).
Plat beton
Tidak ada
R-16
R-25
R-17
R-17
R-0
R-0
R-0
R-0
Plat beton
Dinding di atas permukaan tanah.
Tidak ada
R-0
Tanpa rangka
Rangka metal
Rangka kayu
Nilai R rongga.
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Dengan rangka
24
SNI 03-6389-2000
Tabel 14 Rekomendasi Selubung Bangunan Jendela dan pintu kaca yang mempunyai
luas di atas 40% tetapi tidak lebih besar dari 50% dari luas di dinding di atas
permukaan tanah
Unsur
Kondisi/Nilai
R-0
SHGC
Faktor U
PF < 0,25
0,3
0,7
0,4
0,7
0,5
0,7
R-19
R-16
R-25
R-17
PF 0,50
Lapisan atap (Nilai R).
Plat beton
Tidak ada
R-16
R-25
R-17
R-30
R-17
R-0
R-0
R-0
R-0
Plat beton
Dinding di atas permukaan tanah.
Tidak ada
R-0
Tanpa rangka
Rangka metal
Rangka kayu
Nilai R rongga.
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Tidak ada
R-0
R-0
R-0
R-0
R-0
Dengan rangka
25
SNI 03-6389-2000
Lampiran A
Contoh menghitung OTTV selubung bangunan pada bangunan gedung
A.1 Sketsa
26
SNI 03-6389-2000
A.2 Menghitung nilai U
A.2.1 Untuk balok beton
Komponen
0,044
ubin mosaic
0,012
0,009
1,298
balok beton
0, 250
0,173
1, 442
1
R
0,120
Total R :
0,346
= 2,89 W/m2.K
0,346
Berat
TDEK
= 10 K.
27
SNI 03-6389-2000
Komponen
0,044
0,012
ubin mosaic 12 mm
0,009
1,298
0,115
0,143
0,807
0, 012
plesteran semen 12 mm
0,023
0,533
0,050
fibreglass 50 mm
1,429
0,035
0,012
Papan gypsum 12 mm
0,071
0,170
U=
0,120
Total R :
1,839
= 0,5489 W/m2.K
1,839
= 10 K.
Komponen
0,044
0,008
kaca luar 8 mm
0,008
1,053
ruang udara
0,160
0, 06
kaca dalam 6 mm
0,006
1, 053
film udara dalam
0,120
Total R :
0,338
28
SNI 03-6389-2000
U=
1
R
= 2,96 W/m2.K
0,338
SC = 0,5 (diberikan).
A.3
Perhitungan luas
b.
dinding bata
c.
kaca
Af
b.
dinding bata
c.
kaca
Af
b.
dinding bata
c.
kaca
Af
(16 x 2,89 x10) + ( 54,4 x 0,54 x 10) + 48 {(2,96 x 5) + (0,5 x 130 x 0,72)}
16 + 54,4 + 48
1509,35
33,3
= 31,36 W/m2.
A.4.2 Untuk dinding menghadap selatan
OTTV =
2123,64
66,6
= 31,89 W/m2.
A.4.3 Untuk dinding menghadap timur dan barat
OTTV =
( 4,5 x 2,89 x10) + ( 15,3 x 0,54 x 10) + 13,5 {(2,96 x 5) + (0,5 x 130 x 1,25)}
4,5 + 15,3 + 13,5
= 45.3 W/m2.
29
1509,35
33,3
SNI 03-6389-2000
A.4.4 Untuk keseluruhan bangunan
OTTV =
8855,3
251,6
= 35,2 W/m2.
A.5 Formulir isian perhitungan OTTV
a) Untuk mempermudah perhitungan OTTV dari selubung bangunan, dibuat formulir seperti
ditunjukkan pada Formulir A.1 dibawah ini.
b) Hasil perhitungan dari contoh diatas dengan menggunakan Formulir A.1, ditunjukkan
pada Formulir A.2.
Formulir A.1
PERHITUNGAN OTTV TOTAL
DINDING : PENAMBAHAN KALOR MATAHARI
Arah Mata Angin
Bahan
Luas
TD(ek)
Sub Total
Total
SF
Faktor
Sub Total
Total
Sub Total
Bahan
Luas
SC
Sub Total
Bahan
Luas
DT
Faktor
Sub Total
Sub Total
TOTAL
OTTV :
30
Total
SNI 03-6389-2000
Formulir A.2
PERHITUNGAN OTTV TOTAL
DINDING : PENAMBAHAN KALOR MATAHARI
Arah Mata Angin
Bahan
Luas
TD(ek)
U
U
D-1
16
10
2.89
462.4
D-2
54.4
10
0.54
293.76
D-1
10
2.89
260.10
D-2
30.6
10
0.54
165.24
D-1
4.5
10
2.89
130.05
D-2
15.3
10
0.54
82.62
D-1
4.5
10
2.89
130.05
D-2
15.3
10
0.54
82.62
Sub Total
Sub Total
149.6
Total
1606.84
Bahan
Luas
SC
SF
Faktor
Sub Total
K-1
48
0.5
130
0.72
2246.4
K-1
27
0.5
130
0.74
1298.7
K-1
13.5
0.5
130
1.25
1096.875
K-1
13.5
0.5
130
1.25
1096.875
Sub Total
Total
5738.85
Bahan
Luas
Faktor
Sub Total
K-1
48
2.96
710.4
K-1
27
2.96
399.6
K-1
13.5
2.96
199.8
K-1
13.5
2.96
199.8
Sub Total
TOTAL
Total
1509.60
251.6
8,855.29
OTTV :
31
35.20
SNI 03-6389-2000
Bibliografi
[1]
[2]
[3]
The Development & Building Control Division (PWD) Singapore : Handbook on Energy
Conservation in Buildings and Building Services, 1992.
[4]
[5]
32