BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.P
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 48 th
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Alamat
: Sukaraja tengah rt 04/rw 03
Tanggal Periksa
: 11 September 2014
No. CM
: 000-806-57
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Gatal di perut sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Onset
6 hari yang lalu
b. Lokasi
Bagian perut sebelah kiri
c. Faktor Memperberat
d. Faktor Memperingan
e. Kronologi
Pasien mulai merasakan gatal di bagian perut sebelah kiri sejak
enam hari yang lalu. Awalnya, pasien merasakan pegel di perut,
dan keesokan harinya pasien mengeluh gatal. Demam muncul
dihari ketiga setelah pegal dan gatal-gatal. Dua hari setelah demam
muncul kulit berwarna merah disertai benjolan-benjolan kecil
berkelompok berisi air disekitar perut bagian kiri. Benjolan
tersebut sekarang ada yang besar.
f. Gejala penyerta
nyeri dikulit sekitar perut bagian kiri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tekanan Darah
Nadi
Respiration rate
Suhu
Tinggi badan
Berat badan
Kesan gizi
: 120/80 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 36,5
: 155 cm
: 48 kg
: cukup
Status Generalis
Kepala : Simetris, mesochepal, venektasi temporal (-/-)
Mata : OD: Konjungtiva anemis ( -), sklera ikterik ( -)
OS: Konjungtiva anemis ( -), sklera ikterik ( -)
Hidung: Discharge (-), deviasi septum (-)
Mulut : Lidah sianosis (-), atrofi papil lidah (-)
Telinga: Kelainan bentuk (-), discharge (-)
Leher : Deviasi trakhea (-), KGB tidak teraba
Thorax : simetris
Pulmo: SD vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor: S1>S2 reguler, M (-), G (-)
Abdomen : datar, BU (+) N, timpani, supel
Ekslremitas : superior: edema (-/-), RF(+/+),RP (-/-)
inferior : edema (-/-), RF(+/+),RP (-/-)
akral : hangat di keempat extremitas
Status Lokalis Dermatologi
Lokasi
: Regio Lumbalis sinistra
Efloresensi
: Tampak makula eritematosa dengan diatasnya terdapat
vesikel
D. RESUME
Pasien datang ke poli kulit kelamin RSMS dengan keluhan gatal di bagian
kiri perut pasien. Pasien mulai merasakan gatal di bagian perut kiri sejak 6
hari yang lalu. Awalnya, satu hari sebelum pasien merasakan gatal, pasien
mengeluh demam selama dua hari disertai nyeri atau pegel di bagian perut
kemudian kulit disekitar perut kiri memerah dan banyak terdapat benjolanbenjolan kecil berisi cairan, terasa gatal dan perih. Pada pemeriksaan
status
generalis
dalam
dermatologikus, lokasi di
batas
normal.
Pada
pemeriksaan
status
dioleskan 2x sehari.
Untuk menghindari infeksi sekunder diberikan bedak salisil
2%.
2. Non medikamentosa
a. Istirahat, tirah baring
b. Diet tinggi kalori tinggi protein
c. Usahakan tidak menggaruk luka, agar vesikel yang masih ada tidak
pecah dan terjadi infeksi sekunder.
H. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanasionam
Quo ad fungsionan
Quo ad cosmeticam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas berupa vesikelvesikel yang tersusun berkelompok, unilateral di sepanjang persarafan
sensorik kulit sesuai dengan dermatom (Handoko, 2005).
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
oftalmikus saraf trigeminus (N.V)
alfa
herpes
viridae.
Berdasarkan
sifat
biologisnya
VVZ
diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam
subfamili alfa mempunyai sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel
epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya setelah infeksi primer,
infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam
neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan
kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai
jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus pertumbuhan yang pendek
serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus spesifik
DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang
disintesis di dalam sel yang terinfeksi (Hartadi, 2006).
10
11
E. Manifestasi Klinis
ejala prodromal herpes zoster biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada
dermatom yang terkena. Gejala ini terjadi beberapa hari menjelang timbulnya
erupsi. Gejala konstitusi, seperti sakit kepala, malaise, dan demam, terjadi
pada 5% penderita (terutama pada anak-anak) dan timbul 1-2 hari sebelum
12
terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata
dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umumnya
lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf
sensorik.
Erupsi mulai dengan eritema makulopapular. Dua belas hingga dua puluh
empat jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustula
pada hari ketiga. Seminggu sampai sepuluh hari kemudian, lesi mengering
menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap menjadi 2-3 minggu.Keluhan yang
berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak hanya timbul
keluhan ringan dan erupsi cepat menyembuh. Rasa sakit segmental pada
penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Frekuensi herpes zoster menurut dermatom yang terbanyak pada dermatom
torakal (55%), kranial (20%), lumbal (15%), dan sakral (5%).
F. Pemeriksaan kulit
13
14
15
2.
3.
16
H. Diagnosis
a. Anamnesis
Diagnosis herpes zoster pada anamnesis didapatkan keluhan berupa
neuralgia (nyeri) beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan
timbulnya kelainan kulit. Seringkali sebelum timbul kelainan kulit
didahului gejala prodromal seperti demam, pusing dan lemas
b. Pemeriksaan kulit
Karakteristik dari erupsi kulit pada herpes zoster terdiri atas vesikelvesikel berkelompok, dengan dasar eritematosa, unilateral, dan
mengenai satu dermatom.
I. Diagnosis Banding
Diagnosis banding herpes zoster oftalmikus antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Luka Bakar
Keratitis herpes simpleks
Bells palsy
Episkliritis
Erosi kornea persisten pada herpes simpleks
Manifestasi occular HIV (Timur, 2009).
J. Penatalaksanaan
Secara umum penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:
a. Mengatasi infeksi virus akut
b. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster
c. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetic (Roxas, 2009)
1. Non Medikamentosa
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat
menularkan kepada orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan
orang dengan defisiensi imun. Usahakan agar vesikel tidak pecah,
misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah
infeksi sekunder jaga kebersihan badan (Saad and Christopher, 2010).
2. Medikamentosa
a. Sistemik
17
1) Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya,
misalnya valasiklovir dan famsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai
inhibitor DNA polimerase pada virus. Asiklovir dapat diberikan
peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari pertama
sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah
5800 mg/hari selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya
hanya digunakan pada pasien yang imunokompromise atau penderita
yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat digunakan sebagai
terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 31000
mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain
itu famsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai
inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir diberikan 3200 mg/hari
selama 7 hari (Saad and Christopher, 2010; Hodge, 2006).
2) Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan
oleh virus herpes zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam
mefenamat. Dosis asam mefenamat adalah 1500 mg/hari diberikan
sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri
muncul (Saad and Christopher, 2010; Hodge, 2006).
3) Kortikosteroid
Indikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.
Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis.
Yang biasa diberikan ialah prednison dengan dosis 320 mg/hari,
setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis
prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga lebih baik
digabung dengan obat antivirus (Saad and Christopher, 2010; Hodge,
2006).
b. Pengobatan topikal
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium
vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif
18
K. Komplikasi
1. Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua
umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2. Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan,
atau berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus
dengan jaringan nekrotik.
3. Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4. Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan
otikus, sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell),
kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
5. Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya
lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang
tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
L. Prognosis
Prognosis bonam bila ditatalaksana secara cepat dan adekuat.
19
BAB III
PEMBAHASAN
Anamnesis
Pasien datang ke poli kulit kelamin RSMS dengan keluhan gatal dan nyeri di
perut kiri sejak enam hari yang lalu.
Pasien mulai merasakan gatal di bagian perut sebelah kiri sejak enam hari
yang lalu. Awalnya, pasien merasakan pegel di perut, dan keesokan harinya
pasien mengeluh gatal. Demam muncul dihari ketiga setelah pegal dan gatalgatal. Dua hari setelah demam muncul kulit berwarna merah disertai
benjolan-benjolan kecil berkelompok berisi air disekitar perut bagian kiri.
Benjolan tersebut sekarang ada yang besar.
Sesuai dengan Handoko Pada Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin FKUI bahwa:
20
Lokasi
Efloresensi
dengan
beberapa
vesikel
Gambaran yang paling khas pada herpes zoster adalah erupsi yang
lokalisata dan unilateral. Jarang erupsi tersebut melewati garis tengah
tubuh. Umumnya lesi terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh
sudah menghilang.
Keluhan kulit yang dialami pasien berupa makula eritema dengan pustula
dan erosi berkelompok dengan krusta, menunjukan penyakit yang
dialaminya telah berjalan selama kurang lebih 2 minggu dan masih
mengalami fase aktif dengan masih munculnya lesi berupa pustula yang
berkelompok. Beberapa erosi yang dialami pasien disebabkan karena
kebiasaan pasien yang sering menggaruk daerah lesi.
3. Medikamentosa
c. Sistemik
Antiviral : Acyclovir 5x800 mg/hari, peroral selama 7 hari
Analgetik : Asam mefenamat 3x500 mg/ hari, peroral
d. Topikal :
Untuk area kulit diberikan krim natrium fusidat (Fuson ),
dioleskan 2x sehari.
Untuk menghindari infeksi sekunder diberikan bedak salisil
2%.
21
4. Non medikamentosa
d. Istirahat, tirah baring
e. Diet tinggi kalori tinggi protein
f. Usahakan tidak menggaruk luka, agar vesikel yang masih ada tidak
pecah dan terjadi infeksi sekunder.
Sesuai Roxas, Handoko dan Siregar :
Secara umum penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk mengatasi infeksi virus
akut, mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster serta
mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetic. Penatalaksanaan medikamentosa
yang diberikan berupa :
1) Obat Antivirus Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya,
misalnya valasiklovir dan famsiklovir.
2) Analgetik asam mefenamat
3) Pengobatan topicalkrim natrium fusidat (Fuson ) untuk mencegah infeksi
sekunder bakteri pada lesi dan daerah erosif pada kulit. Dan Untuk
menghindari infeksi sekunder diberikan bedak salisil 2%.
Prognosis untuk penyakit Herpes zoster beresiko menjadi lebih berat pada pasien
telah berusia > 40 tahun sehingga lebih besar beresiko mengalami Neuralgia pasca
herpetic
22
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian
23
B. Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk
mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Clause, W et al., 2007., Fitzhpatricks Color Atlas and Synopsys of Clinical
Dermatology. Philadelphia: Mc GrawHill Company
Handoko. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: edisi IV. Jakarta : Fakultas
kedokteran universitas Indonesia
Hartadi, Sumaryo S. 2006. Infeksi Virus dalam Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:
Hipokrates; 92-4
Roxas, M. 2009. Herpes zoster and Post Herpetic Nauralgia: Diagnosis and
Therapeutic Consideration Herpes Zoster Information. Diakses dari :
http://www.emedicinehealth.com/articles pada tanggal 28 Juni 2013
Siregar. 2006. Herpes Zoster Ophtalmika. Dalam : Atlas Beerwarna Saripati
Penyakit Kulit: edisi II. Jakarta: EGC; 86
Sjamsoe E.S . 2005. Penyakit Kulit yang Umum Di Indonesia. Medical
Multimedia Indonesia. Pt-Mmi@Medical-E-Book.Com
Timur F. J. 2009. Herpes Zoster. www.e-medicine.com /zoster/herpes/521145
24