PENATALAKSANAAN DIET
ATLET LARI JARAK JAUH
(DISTANCE RUNNING)
Disusun oleh :
Cita Eri Ayuningtyas (08/267839/KU/12742)
Brahmanti Mandaika Bhinnekasari (08/267840/KU/12743)
Salima Radhiya (08/267852/KU/12747)
Alfian Dwi Irmawan (08/267864/KU/12752)
Ditta Cempaka Pane (08/267871/KU/12754)
Losado Varian Andiputra (08/267875/KU/12755)
Rachmi Widyani Putri (08/267896/KU/12758)
Gentur Adiprabawa (08/267926/KU/12770)
Rahayu Sulistio Rini (08/267985/KU/12788)
Inti Hastuti (08/268019/KU/12797)
Dhini Rahayu Ningrum (08/268043/KU/12801)
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 2
B. Karakteristik Cabang Olahraga ……………………………………… 3
BAB II : PEMBAHASAN
A. Masalah Gizi Atlet Lari Jarak Jauh ………………………………….. 7
B. Kebutuhan Gizi Atlet Lari Jarak Jauh ……………………………….. 11
C. Kebutuhan Cairan Atlet Lari Jarak Jauh ……………………………. 19
D. Pengaturan Makan Sebelum, Selama, dan Setelah Pertandingan . 23
E. Pengaturan Makan Saat Bepergian Antar Kompetisi ……………… 28
F. Suplemen Bagi Atlet Lari Jarak Jauh ……………………………….. 29
G. Konseling Gizi Bagi Atlet Lari Jarak Jauh ………………………….. 30
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 35
B. Saran …………………………………………………………………... 36
Daftar Pustaka
A. Latar Belakang
Tahun 2011 ini menjadi tahun yang cukup membanggakan bagi dunia
olahraga Indonesia. Penyebabnya apalagi jika bukan keberhasilan kontingen
merah putih merebut juara umum SEA Games XXVI yang diselenggarakan di
Jakarta-Palembang pada November lalu. Kesuksesan ini mengembalikan
supremasi olahraga Indonesia di kancah regional Asia Tenggara setelah terakhir
kali menjuarai ajang prestisius ini pada tahun 1997.
Dalam turnamen multi cabang yang diikuti oleh kontingen dari sebelas
negara se-Asia Tenggara ini, Indonesia meraih 182 medali emas, 151 medali
perak, dan 145 medali perunggu. Jauh mengungguli peringkat kedua, Thailand
yang hanya meraih 109 medali emas, 100 medali perak, dan 119 medali
perunggu. Sebagian besar medali tersebut diraih dari cabang-cabang non-
olimpik seperti sepatu roda, sepeda, dan paralayang . Untuk cabang-cabang
olimpik seperti atletik, akuatik, dan gimnastik, perolehan medalinya memang
meningkat dibandingkan SEA Games 2009 lalu. Meski begitu, hasil ini masih
belum memuaskan mengingat cabang-cabang olimpik seharusnya menjadi
unggulan. Apalagi jika melihat visi keikutsertaan Indonesia di SEA Games yaitu
untuk mempersiapkan diri menuju Olimpiade London 2012. Bagaimana
Indonesia bisa bersaing untuk mendapat jatah tampil di Olimpiade jika dalam
level regional Asia Tenggara saja Indonesia belum mampu berbuat banyak?
Untuk cabang atletik kategori trek seperti lari, atlet peraih medali asal
Indonesia masih dihiasi muka-muka lama yang dalam waktu dekat sudah akan
pensiun seperti Trianingsih, Darwati, dan Yahuza. Hal ini menandakan Indonesia
perlu segera mengambil langkah serius dalam pembinaan atlet-atlet pelari muda
yang kelak diharapkan bisa berprestasi lebih baik. Arah kesana sebenarnya
sudah baik dengan semakin banyaknya turnamen-turnamen lari tingkat junior
yang digelar di beberapa kota. Hanya saja, mempersiapkan atlet tidak hanya
ditempuh lewat penggemblengan kompetisi saja. Sport science adalah faktor
yang kerap terlupakan dalam pengembangan olahraga di Indonesia. Sebenarnya
4. Defisiensi Besi
Pelari jarak jauh, khususnya perempuan, beresiko lebih tinggi
kekurangan zat besi. Banyak atlet yang kekurangan zat besi merasakan
kelelahan, dan meskipun anemia mengganggu ketahanan penampilan,
defisiensi besi juga dapat mengganggu adaptasi pelatihan dan
5. Masalah Gastrointestinal
Banyak pelari mengalami masalah gastrointestinal selama hard
runs dan particularly races. Sulit untuk mencapai penampilan yang
terbaik ketika menderita kram perut, diare, atau masuk angin. Beberapa
pelari memiliki pengalaman masalah saat berada di masa-masa puncak,
dengan sendawa dan mulas, dan beberapa mengalami peningkatan
aliran darah saat pertandingan. Penyebab masalah tersebut tidak
diketahui, namun tampaknya berhubungan dengan intensitas berlari,
stres selama pertandingan, dan dehidrasi.
Beberapa pelari mampu menentukan makanan yang bermasalah
pada dirinya, dan cenderung merupakan urusan pribadi. Saran yang
dapat diberikan adalah melakukan percobaan dengan jumlah yang
dikonsumsi dan waktu makan sebelum lari. Kadang-kadang makanan
tertentu yang menimbulkan masalah perlu dihindari atau makan makanan
untuk sebelum pertandingan terlebih dahulu. Jika masalah terus
berlangsung, untuk pertandingan yang penting mungkin perlu
2. Water loading
Minum 0,5-1 liter air dingin (suhu 10C) 20-30 menit sebelum
bertanding dapat disebut hiperhidrasi atau water loading, dimana akan
bermanfaat bagi atlit terutama saat latihan atau pertandingan di tempat
panas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cara ini akan
menurunkan heart rate dan suhu inti atau core temperatur.
3. Jenis cairan
Minuman yang diberikan pada keadaan dingin akan
meningkatkan mobilitas otot polos dalam lambung yang dapat
mempercepat cairan masuk ke dalam usus. Namun sebaiknya suhu
minuman jangan terlalu dingin karena akan membutuhkan energi untuk
menyeimbangkan suhu minuman dengan suhu tubuh. Sebaliknya, pada
saat pertandingan dimusim dingin, minuman hangat akan lebih
bermanfaat karena dapat menghangatkan badan (Dorfman, 2008)
Penggunaan garam tidak dianjurkan karena larutan tsb akan
menimbulkan mual dan kemudian muntah. Larutan tsb bersifat hipertonis
yang akan menarik cairan ke lambung, sehingga lambung akan penuh
1. Makan utama
Saat makan utama, lebih baik fokus pada makanan sumber
karbohidrat bernilai dengan GI rendah atau sedang. Karbohidrat GI
rendah secara perlahan melepas energi dan membantu menjaga level
glukosa di dalam darah tetap stabil. Pilihan sumber karbohidrat GI
rendah-sedang antara lain nasi merah, nasi putih (butir panjang), pasta
(spaghetti, lasagna, makaroni), jagung, singkong, kentang, roti gandum
(whole wheat)
Sempurnakan dengan sumber-sumber protein, lemak sehat,
mineral elektrolit, dan antioksidan. Sumber protein yang baik antara lain
daging sapi, dada ayam, daging ikan, telur, tempe, kacang hijau, kacang
merah, kacang kedelai, kacang almond. Sedangkan sumber antioksidan,
mineral elektrolit dan vitamin yang baik antara lain pisang, apel,
semangka, jeruk, mangga, pepaya. kiwi atau buah-buahan lainya serta
sayuran yang berwarna cerah seperti wortel. Adapun Sumber lemak
sehat ikan sarden, ikan salmon, ikan tuna, olive oil, sunflower oil, fish oil
dan buah alpukat.
2. Makan selingan
Saat makan selingan, optimalkan pilih sumber karbohidrat yang
cepat dan mudah dicerna (bernilai GI sedang-tinggi). Lakukan di waktu
antara makan utama, misal pukul 10 pagi dan pada pukul 4 sore.
Sumber-sumber karbohidrat GI sedang-tinggi antara lain roti putih/roti
gandum (dengan selai/madu), croissant, muffin, roti hamburger, pancake,
kentang rebus, jagung rebus, sereal, biskuit gandum, oatmeal, rice cake,
madu, pisang, apel, semangka, jeruk, kismis, mangga dan pepaya.
b. Perencanaan
1. Tetapkan tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk perilaku dan
dapat diukur. Misal : Tinjauan mengatasi dehidrasi tetapkan
jumlah, frekuensi dan jenis cairan yang diminum.
2. Sesuaikan tujuan dengan gaya hidup atlet dan program
latihan/pertandingan negosiasi dengan atlet
3. Interaksi dengan pelatih Jadwal latihan/pertandingan
4. Tetapkan rencana evaluasi
c. Implementasi
Gunakan sumber daya yang ada (food model, leaflet, booklet,
flipchart, flanelboard, TV, kaset,dsb). Konseling secara face to face
akan lebih efektif untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka
dari itu perlu adanya pengenalan pribadi terlebih dahulu.
Untuk atlet mengidentifikasi masalah gizinya, menetapkan
tujuan dan prioritas untuk mencapai perubahan kebiasaan makanan
yang diinginkan. Gunakan bahasan yang mudah difahami dan istilah
yang konsisten. Beri petunjuk praktis jumlah dan macam makanan
yang diinginkan makanan yang dibatasi dan dilarang. Berikan contoh-
contoh sesuai kebiasaan makanan atlet. Gunakan pertanyaan
terbuka sehingga diskusi lebih terbuka dan atlet lebih mudah dalam
menerima dan memahaminya.
A. Kesimpulan
1. Masalah gizi pada atlet lari jarak jauh antara lain pemilihan karbohidrat; berat
badan dan kadar lemak yang rendah; fobia lemak dan triad syndrome pada
atlet wanita; defisiensi besi; dan masalah gastrointestinal.
2. Kebutuhan gizi atlet lari jarak jauh menitikberatkan pada pengaruhnya
terhadap simpanan glikogen otot. Karbohidrat loading memegang peranan
penting untuk memperoleh simpanan glikogen otot yang optimal. Akan tetapi
asupan protein dan lemak juga penting disamping vitamin dan antioksidan.
Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan waktu makan.
3. Cairan sangat penting bagi atlet olahraga endurance seperti lari. Kebutuhan
cairan harus dipenuhi dengan water loading yang baik serta pemilihan jenis
cairan yang sesuai.
4. Pengaturan makan pada saat pre kompetisi terfokus pada simpanan
glikogen, dengan pembagian waktu seperti orang normal yaitu makan utama
dan makan selingan. Pengaturan makan pada saat pertandingan terfokus
pada kebutuhan rehidrasi melalui cairan atau buah. Sedangkan pengaturan
makan pada saat recovery berfokus pada rehidrasi, penggantian energi yang
dihabiskan, serta pemulihan kondisi jika ada cedera
5. Pengaturan makan pada saat bepergian antar kompetisi perlu untuk
diperhatikan antara lain dengan persiapan yang matang dan hati-hati
terhadap makanan/peralatan makan yang tidak disediakan oleh pihak official
6. Suplemen yang banyak digunakan oleh pelari adalah kafein dan BCAA. Akan
tetapi penggunaan keduanya tidak bisa sembarangan dan harus sesuai
dengan dosis serta kebutuhan
7. Konseling gizi bagi atlet pelari dapat dilakukan dengan mekanisme khusus
mengingat pelari adalah atlet individual yang cenderung egois.
Pelaksanaannya meliputi pengkajian, perencanaan, dan implementasi.
Penggunaan media dan jenis materi konsultasi perlu diperhatikan