Disusun oleh :
dr. Yohana Lorensia Matatula
Pendamping :
dr. Sri Umaryani
3. Riwayat kesehatan/Penyakit : sebelumnya pernah mengalami hal seperti ini tetapi tidak mondok ke RS
4. Kondisi Lingkungan sosial dan Fisik : pasien tinggal dengan suami dan anak, dari keluarga tidak ada yang mengalami
hal seperti ini.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo W, Setyohadi B, et al (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
2. WHO. Dengue Hemorrhagic Fever : diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva, 1997.
3. Buletin Jendela Epidemiologi : Demam Berdarah Dengue (2010)
Hasil Pembelajaran
1. Subjektif :
Anamnesis diperoleh melalui autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap keluarga pasien
Pasien semalam saat sebelum masuk rumah sakit BAB cair >5x berwarna kuning sedikit ampas tanpa lendir dan darah. Pasien saat ini
lemas, nafsu makan tidak ada, pusing (+),demam (-),mual (+), muntah > 5x dalam sehari berisi sisa makanan, nyeri perut (-), BAK tidak
ada keluhan.Sebelumnya pasien memiliki riwayat makan makanan pedas
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada yang mengalami keluhan yang sama pada anggota keluarga maupun lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien. Pasien pernah mengalami hal serupa seperti saat ini tetapi tidak sampai mondok di RS. Riwayat alergi obat
disangkal. Riwayat mondok di rumah sakit disangkal.
2. Objektif :
Pemeriksaan Penunjang :
1. Assesment awal :
GEA dengan Dehidrasi Ringan Sedang
2. Plan
a. Penatalaksanaan di IGD :
- Inf. RL 20 tpm
b. Penatalaksanaan di bangsal
Oleh dokter specialis penyakit dalam
Tanggal S O A P
11 Februari 2017 BAB cair > 5x (+), KU : lemas GEA dengan Inf. KAEN 3b 30 tpm
lemes (+), pusing (+), TD : 120/90 dehidrasi ringan Inj.Ondansentron 2m g/12 jam
Mual (+), Muntah (+) , N : 97 X sedang Inj. Omeprazole 40 mg/24 jam
Nafsu makan menurun S : 36 oC Inj. Antalgin 500mg/12 jam
(+) R : 20
Lab : Arcapec k/p
AL 10,8 Kortrimoksazol 2x2 tab
L-bio 2x1 sach
12 Februari 2017 BAB cair (<), lemes KU : cukup GEA dengan Inf. KAEN 3b 30 tpm
(+), pusing (-), Mual TD : 100/70 dehidrasi ringan Inj.Ondansentron k/p
(-), Muntah (-) , Nafsu N : 75x sedang. Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
makan menurun (-) S 36 C Inj. Antalgin 500mg/12 jam
13 februari 2017 BAB cair (-), lemes (+), Inf. KAEN 3b 30 tpm
pusing (-), Mual (-), KU : cukup GEA dengan Inj.Ondansentron k/p
Muntah (-) , Nafsu TD : 100/70 dehidrasi ringan Inj. Omeprazole 40 mg/12 jam
makan menurun (-), N : 80x sedang. Inj. Antalgin 500mg/12 jam
perut perih (+), belum S : 36 C
BAB 2 hari(+) R : 22 Arcapec stop
Kortrimoksazol 2x2 tab
L-bio 2x1 sach
Bisakodil 2x2 tab
14 Februari 2017 Tidak ada keluhan,
sudah bisa BAB KU : cukup GEA dengan BLPL
TD : 120/80 dehidrasi ringan Terapi pulang:
N : 82x sedang. Paracetamol 3x1 tab k/p
S : 36.5 C Lansoprazol 1x1 tab
R : 24 Cefixim 2x200 mg
Curcuma 2x1
6. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok
(Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006).
b.
Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk. Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, manifestasi terjadi
ialah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,trombositopenia dan
diatesis hemoregic. Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia di tenggorok, timbulnya ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali).
c.
Pemeriksaan penunjang
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai
adanya limfosit plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit 20% dari hematokrit awal,
umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi
perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi
pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan
(pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. (WHO, 2006)
d.
Diagnosis
Demam dengue :
Demam selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
Nyeri kepala.
Nyeri retro-orbital.
Mialgia/artralgia.
Ruam kulit
Leukopenia,
Demam disertai 2 atau lebih tanda sakit kepala, nyeri retro-
DF -
orbital, mialgia, artralgia Trombositopenia, tidak terdapat bukti
kebocoran plasma
DHF III Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan Trombositopenia (<100.000) bukti ada
Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak Trombositopenia (<100.000) bukti ada
DHF IV
terukur kebocoran plasma
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat,
angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien
tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi
secara bermakna.
Berdasarkan Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia, penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa dibagi dalam 5
protokol yaitu :
Protokol 1
Penanganan Tersangka DBD dewasa tanpa syok