Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki nilai
sejarah yang tinggi di Indonesia, salah satu kegiatan bersejarah yang paling terkenal terjadi di kota Bandung sendiri adalah Konferensi Asia Afrika yang terjadi pada tahun 1955. Sebanyak 29 negara yang menirimkan wakilnya sebagai suara dari stenah total penduduk dunia untuk membahas mengenai pengaruh perang dingin terhadap bangsa Asia. Ketika konferensi Asia Afrika terjadi banyak sekali bangunan yang digunakan untuk membantu kelancaran konferensi Asia-Afrika seperti Gedung Merdeka sebagai tempat Konferensi yang wekarang difungsikan sebagai museum, lalu hotel-hotel seperti Savoy Homann, Hotel Preanger, dan lainnya sebagai tempat penginapan para wakil-wakil negara yang sampai saat ini pun masih berfungsi sebagai tempat penginapan, bangunan-bangunan tersebut otomatis menjadi saksi bisu dari terjadinya konferensi Asia-Afrika. Dari berbagai bangunan terkenal tersebut terdapat satu bangunan yang mejadi juga merupakan saksi bisu dari Konferensi Asia-Afrika namun saat ini sudah terlupakan kehadirannya, yaitu bangunan Swarha Islamic yang dulu digunakan sebagai tempat penginapan para wartawan yang meliput Konferensi Asia Afrika karena letaknya yang berdekatan dengan Stasiun kereta api sehingga memudahkan para wartawan untuk mengirimkan kabar berita mengenai Konferensi Asia Afrika secara langsung dan cepat. Bangunan Swarha Islamic ini dibangun pada tahun 1955 oleh Wolff Schumaker dengan style arsitektur Streamline Moderne yang mirip dengan hotel Savoy Homann. Namun sayangnya keindahan hotel ini yang dulu merupakan salah satu dari 14 hotel terpilih selama masa Konferensi Asia Afrika, terlupakan dan berubah menjadi bangunan kumuh yang tidak terawat yang lantai dasarnya hanya digunakan sebagai pasar. Sangat disayangkan bila dibandingkan dengan pemandangan indah di sekitar Alun-alun kota Bandung. Hal ini bisa terjadi diperkirakan karena warga kota Bandung dan pemerintah kota Bandung itu sendiri seperti tidak memedulikan bangunan Swarha, yang telah ikut andil dalam mengukir sejarah dunia. Hal ini memunculkan sebuah tanda tanya. Karena dengan nilai sejarah yang dimiliki oleh bangunan Swarha, seharusnya bangunan tersebut adalah bangunan cagar budaya yang dilestarikan keberadaannya, namun pada kenyataannya malah ditelantarkan da tida difungsikan. Hal ini menjadi sebuah pertanyaan apakah sebenarnya bangunan ini terlantar karena memang pemerintah yang melupakan bangunan bersejarah ini, ataukah karena memang bangunan Swarha Islamic tidak memenuhi kriteria atau tolak ukur banugnan bersejarah yang harus dilestarikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pada akhirnya sebenarnya bangunan Swarha Islamic sebenarnya merupakan bangunan yang memenuhi kriteria sebagai bangunan yang wajib dikonservasi atau tidak, kalau memang bangunan Swarha memenuhi seluruh kriterianya, mengapa sampai saat ini belum dilakukan usaha apapun untuk proses Konservasi bangunan bersejarah ini. Pembahasan ini muncul karena pada sebuah kota atau bahkan negara, arsitektur merupakan salah satu unsur penting sebagai identitas pengenal. Sebuah bangunan dapat mencerminkan peradaban dan perjalanan dari sekelompok komunitas pada daerah tertentu sehingga penting untuk memberikan konsentrasi khusus terhadap bangunan kuno yang terlupakan. http://historicalofbuilding.blogspot.co.id/2010/12/gedung-swarha- islamic.html