Anda di halaman 1dari 12

Pengembangan Teknologi Desalinasi Sea Water Reverse Osmosis

sebagai Solusi Kelangkaan Air di Masa Depan


Oleh : Nudiya Salsabila
Teknik Kimia, ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia
nudiya.salsabila@gmail.com

Abstrak
Kelangkaan air tawar sudah banyak dirasakan oleh beberapa negara yang memang tergolong ke dalam
daerah yang kering. Desalinasi air laut dengan metode reverse osmosis merupakan salah satu cara untuk mengatasi
masalah tersebut. Sudah banyak negara yang memiliki plnt desalinasi sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan air.
Desalinasi air laut sendiri sebenarnya terdiri dari berbagai macam metode. Namun, SWRO ini jika dibandingkan
dengan metode desalinasi yang lain memerlukan energi yang paling sedikit. Walaupun begitu, kebutuhan energi ini
masih dapat direduksi dengan berbagai cara antara lain membuat proses yang se-efisien mungkin pada tahap pre- dan
post- treatment, pengembangan permeabilitas membran osmosis, efektivitas energi dengan modifikasi sistem, membuat
kombinasi dengan power plant berbahan bakar energi terbarukan serta melakukan evaporasi pada konsentrat sisa
desalinasi sehingga menjadi garam industri yang bernilai ekonomis. Masih terdapat beberapa masalah jika desalinasi
SWRO ini dilakukan dalam skala besar. Masalah utama adalah emisi gas buang yang dapat menimbulka efek rumah
kaca, kecuali jika bahan bakar yang digunakan berasal dari energi terbarukan. Selain itu, kemungkinan rusaknya
ekosistem air laut juga tinggi jika pengambilan air laut tidak dilakukan dengan benar. Limbah dari proses yang berupa
konsentrat dengan salinitas tinggi serta bahan-bahan kimia juga perlu diperhatikan pembuangannya. Fouling pada
membran juga menjadi masalah tersendiri karena akan mengakibatkan biaya perawatan menjadi naik.
Kata kunci : pengolahan air, desalinasi air laut, reverse osmosis, kelangkaan air

Krisis air tawar merupakan salah satu tantangan yang cukup besar bagi umat manusia
masalah serius yang harus dihadapi masyarakat mengingat air merupakan salah satu komponen
dunia dewasa ini. Untuk saat ini saja, satu per tiga penting penunjang kehidupan.Kebutuhan akan air
dari populasi manusia di bumi hidup dengan yang memiliki kualitas baik ini kemudian menjadi
ketersediaan air tawar yang terbatas. Pada tahun motivasi tersendiri untuk menemukan terobosan
2025 mendatang diperkirakan angka tersebut akan teknologi yang dapat mengatasi kelangkaan air
naik hingga dua per tiga dari keselruhan populasi tersebut[1].
manusia di bumi[1]. Perbandingan dari rata-rata
pemakaian dengan ketersediaan sumber air tawar Banyak hal yang telah dilakukan untuk
dalam jangka panjang disebut water stress index mengatasi masalah kelangkaan air ini seperti
(Gambar 1) [2]. Index 40% menunjukkan bahwa memperbaiki infrastruktur pengolahan air,
kelangkaan air di negara tersebut cukup parah mengembangkan teknologi konservasi air, dan
sedangkan index 10% menunjukkan bahwa memperbaiki sistem distribusi air tawar itu sendiri.
ketersediaan air tawar di negara tersebut masih Walaupun usaha-usaha diatas merupakan hal yang
cukup baik[2]. Walaupun begitu, kondisi ini tidak cukup penting untuk dilakukan, hal-hal tersebut
menunjukkan kondisi ketersediaan air tawar secara hanya dapat memaksimalkan produksi air tawar
global [2]. Air tawar sendiri bukan hanya dari sumber yang sudah ada sebelumnya, bukan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari meningkatkan jumlah air yang ada. Satu-satunya
namun juga dibutuhkan untuk memenuhi cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keperluan industri. Kebutuhan air tawar ini tentu jumlah suplai air pada siklus air adalah dengan
saja akan terus meningkat seiring dengan desalinasi air laut dan water reuse. Seperti yang
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. diketahui bahwa air laut merupakan sumber air
Sedangkan ketersediaan air di alam, dalam konteks yang tidak terbatas sehingga desalinasi air laut
ini merupakan air tawar yang layak digunakan, akan menjadi solusi yang memiliki sumber dengan
tidak bertambah dan malah cenderung berkurang jumlah dan kualitas air yang steady tanpa
akibat berbagai macam faktor seperti perubahan memengaruhi lingkungan dan ekosistem dari air
iklim dan kontaminasi. Hal ini tentu saja menjadi tawar. Selain dari air laut, desalinasi air payau

1
Gambar 1. Water stress index di beberapa negara di Eropa (diadaptasi dari [2])

juga dapat menjadi pilihan dalam rangka benchmark untuk menjadi pembanding bagi
menambah pasokan air khususnya bagi daerah- teknologi desalinasi yang baru. Dengan
daerah pedalaman. Namun, manajemen dari pabrik ditetapkannya benchmark ini akan memudahkan
desalinasi di daerah pedalaman menjadi tantangan peneliti di masa depan untuk mengembangkan
yang cukup besar mengingat nantinya letak pabrik teknologi desalinasi ini lebih jauh lagi.
akan jauh dari pantai.
Review ini akan berfokus pada pembahsan
Pada sepuluh tahun terakhir, sebenarnya tentang efisiensi, teknologi, dan efek terhadap
beberapa negara yang memang tergolong sebagai lingkungan dari desalinasi air laut. Penelitian
negara krisis air sudah memiliki instalasi fasilitas seperti apa dan pendekatan apa saja yang
desalinasi air laut. Untuk desalinasi dengan sistem dibutuhkan dalam rangka
Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) telah
dibagun di Spanyol dan Israel. Tahun 2016 ini
diproyeksikan produksi air global dengan
desalinasi ini akan melebihi angka 38 miliar m 3 per
tahun. Angka ini merupakan dua kali lipat
dibanding produksi pada tahun 2008 lalu.
Awalnya, pabrik desalinasi dengan skala
besar berada di negara yang kering dengan sistem
desalinasi yang digunakan adalah desalinasi
termal. Pada sistem ini, air laut akan dipanaskan
dan air yang menguap akan dikondensasi untuk
memproduksi air tawar. Konsumsi energi panas
dan energi listrik dari pabrik desalinasi termal ini
tergolong besar. Selain itu, emisi gas buang sistem
desalinasi ini juga sangat besar dan dapat
menimbulkan efek rumah kaca. Sedangkan dalam
dua decade terakhir, di negara lain yang bukan
merupakan negara kering yang sudah memiliki
pabrik desalinasi umumnya menggunakan sistem
desalinasi SWRO. Pada dua decade terakhir ini
pula teknologi SWRO sudah berkembang dengan
cukup pesat dengan jumlah konsumsi energi yang
lebih kecil daripada desalinasi termal. Sampai
dengan saat ini, desalinasi dengan reverse osmosis
merupakan teknologi desalinasi yang paling
efisien. Oleh Karena itu, SWRO ini merupakan

2
Gambar 2. Contoh SWRO desalination plant (Sumber : Elimelech, 2011)
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi merupakan proses termodinamika reversible
dari desalinasi air laut. sehingga energi gibs campuran memiliki hubungan
dengan tekanan osmosis yang dinyatakan dengan
Energi Pada Desalinasi SWRO persamaan:
Jumlah kebutuhan energi desalinasi air laut
d ( Gmix )=RTln a w d nw = s V w d nw (1)
dengan sistem reserve osmosis mengalami
penurunan yang cukup signifikan dalam 40 tahun
terakhir (Gambar 3). Penurunan kebutuhan energi Gmix
ini merupakan buah dari terus dilakukannya dengan adalah energi gibs campuran, R
pengembangan teknologi desalinasi air laut seperti adalah konstanta untuk gas ideal, T merupakan
meningkatkan sifat permeabilitas membran, a w adalah water activity,
temperature absolut,
digunakannya alat recovery energi, dan
penambahan penggunaan pompa dengan efisiensi nw adalah mol air, s adalah tekanan
tinggi. Pada konsumsi energi terkecil yaitu 1,8
kWh/m3, digunakan membran dengan tingkat osmosis, dan V w molar volume air. Hubungan
permeabilitas yang tinggi dan dari percobaan yang
dilakukan pada skala pilot, didapatkan 50% antara energi minimum dengan tekanan osmosis
recovery. Persen recovery ini merupakan seperti pengertian osmosis secara fisik. Untuk
perbandingan antara jumlah air tawar yang meminimalisasi molekul air yang melewati
dihasilkan dari desalinasi dibandingkan dengan membran permeabel yaitu mol dan molar volume
nw ) maka tekanan proses
jumlah umpan air laut yang dimasukan ke dalam air ( V w dan
sistem desalinasi.
desalinasi harus sama dengan tekanan osmosis air
Untuk mengembangkan teknologi SWRO ini laut.
secara lebih jauh, tentu perlu diketahui energi
Energi minimal teoritis desalinasi ini
minimal yang diperlukan untuk memsahkan air
merupakan fungsi dari persen recovery dan bisa di
murni dari air laut. Nilai energi minimal ini
dapatkan lewat integrase dari persamaan (1).
didapatkan dari patokan yang sebelumnya sudah
Semakin sedikit kandungan garam atau semakin
ditetapkan. Dari data-data
kecil tingkat salinitas air laut, maka energi
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa minimum yang dibutuhkan akan semakin kecil
metode desalinasi ini ketika proses pemisahan (Gambar 4) [1]. Sebagai contoh, untuk 35.000 ppm

3
garam dalam air laut dan 50% recovery, energi Prinsip kerja pada unit desalinasi SWRO
minimum yang dibutuhkan secara teoritis adalah dapat diliht pada Gambar 4. Air laut bertekanan
sebesar 1,06 kWh/m3. Tentu saja pada (VF) diumpankan ke membran permeabel dan
kenyataannya, energi yang dibutuhkan akan lebih kemudian air tawar (VP) dan konsentrat (VC) yang
besar karena proses desalinasi pada pabrik mengandung garam terpisah. Energi yang
memiliki ukuran instrument tertentu dan prosesnya berfungsi sebagai driving force dari proses
tidak sepenuhnya berjalan dalam kondisi pemisahan ini memasuki sistem desalinasi melalui
termodinamika reversibel. pompa yang membuat umpan air laut menjadi
bertekanan tinggi (PH). Energi yang masuk ini
nilainya sebanding dengan VF dikalikan dengan PH.
Konsentrat yang keluar dari modul membran
masih mengandung energy yang nilainya
sebanding dengan VC dikalikan dengan PH yang
mana energy ini dapat digunakan kembali dan di
pindahkan ke umpan dengan menggunakan alat
energy recovery. Penemuan baru terkait dengan
efektivisasi energy sangat penting karena dengan
efektivisasi tersebut dapat mereduksi kebutuhan
daya dari proses desalinasi. Energi yang menjadi
driving force pemisahan ini terbagi menjadi dua

4
yaitu energi yang dibutuhkan untuk memompa tekanan osmotik. Modul reverse osmosis ini
tekanan air laut agar sama dengan tekanan osmosis menggunakan beberapa elemen membran dengan
yang nilainya sebanding dengan perkalian antara konsentrat dari elemen membran pertama akan
VP dengan s , dan energi yang dibutuhkan menjadi umpan untuk membran kedua dan
seterusnya. Oleh karena itu, tekanan umpan
untuk menghasilkan fluks air yang nilainya setidaknya harus sama dengan tekanan osmotik
merupakan perkalian dari VP dengan selisih antara dari konsentrat yang keluar dari elemen membran
PH dan s . terakhir. Ketika tekanan umpan sama dengan
tekanan osmotik dari konsentrat, maka sistem akan
Permeabilitas dari membrane akan berjalan pada batas limit termodinamika dinamik.
s Saat berada di titik limit, proses kinetik tidak lagi
menentukan besarnya selisih antara P H dan menjadi pertimbangan untuk memperhitungkan
atau overpreassure yang dibutuhkan untuk energi yang dibutuhkan proses. Untuk sistem yang
menghasilkan fluks air yang wajar. Namun, berada pada batas limit termodinamika, tingginya

Gambar
Gambar 3. Energi 4. Hubungan
yang minimum
dibutuhkan energi yang
untuk desalinasi dibutuhkan
SWRO 40 tahununtuk melakukan desalinasi
terakhir. (Sumber : dengan pe
Elimelech

Gambar 5. Prinsip kerja dari alat desalinasi SWRO (Sumber : Elimele


terlepas dari bagaimana permeabilitas dari permeabilitas membran kemungkinan dapat
membrane itu sendiri, tekanan proses tidak boleh mengurangi capital cost dengan mengurangi luas
lebih kecil dari tekanan osmotik konsentrat. Batas area membran. Namun, kebutuhan energi untuk
ini menjadi penting karena energi yang digunakan memompa umpan menjadi tekanan yang sesuai
saat reverse osmosis hanya dapat dihitung saat tetap tidak akan berubah.
tekanan proses diatas atau minimal sama dengan

5
Energi tambahan yang besarnya kurang membran ini rentan terhadap biofouling atau
dari 1 kWh/m3 digunakan saat pre-treatment, fouling yang disebabkan oleh pertumbuhan
perawatan alat pasca proses, dan pada saat mikroba [1].
konsentrat atau air asin dikeluarkan dari pabrik
desalinasi. Dari ketiga tahap di atas, yang paling Untuk mengatasi masalah fouling ini, telah
dilakukan berbagai upaya contohnya adalah

Gambar 6. Foto dari membran hasil percobaan dengan sebelah kiri adalah membran original sedangkan se
banyak mengonsumsi energi adalah tahap pre- dengan melakukan modifikasi pada membran film-
treatment. Pada tahap ini dilakukan penyiapan air tipis ini. Modifikasi dilakukan dengan polimerisasi
laut sebelum masuk ke alat reverse osmosis. Pada pada permukaan membran. Monomer yang
pre-treatment ini sebenarnya dapat dilakukan digunakan adalah sulfo-prophylmethacrylate
efektivasi yaitu dengan mengkombinasikan metode (SPM) dan polyethylene glycol ester of
ultrafiltrasi dan nanofiltrasi dengan metode pre- methacrylic acid (PEGMA). Hasil yang di dapat
treatment konvensional [4]. Perawatan alat pasca dari percobaan ini adalah ketahanan membran
operasi ini dilakukan dengan mengeluarkan boron terhadap fouling meningkat namun tidak dapat
dan klorida dari alat desalinasi dan dialirkan ke benar-benar menghindarkan terjadinya fouling
aliran air pembuangan. Boron dan klorida yang pada membran. Dapat dilihat pada Gambar 6
dikeluarkan ini harus berada dalam batas bahwa yang warna kecoklatan atau keruh
konsentrasi tertentu yang diperbolehkan, untuk itu merupakan membran yang belum di modifikasi
produk air perlu dilewatkan lagi ke reverse sedangkan yang lebih bersih merupakan membran
osmosis [3]. Hal ini tentu saja akan menambah yang sudah dimodifikasi. Berdasarkan dari
total konsumsi energi dan total capital cost. Oleh percobaan yang dilakukan, PEGMA memiliki sifat
karena itu perlu dilakukan penelitian tentang anti-fouling yang cukup kuat [5]. Perlu dilakukan
teknologi pembuangan boron yang lebih baik agar penelitian lebih lanjut terkait modifikasi membran
tidak menambah jumlah total energi konsumsi dan ini. Namun yang jelas tentu saja kualitas membran
capital cost [4]. yang digunakan dapat terus dikembangkan untuk
mencapai hasil optimal.
Penggunaan dan Pengembangan Membran
Pada Desalinasi SWRO Konfigurasi Sistem Desalinasi SWRO
Jenis membran yang saat ini paling umum Pada poin sebelumnya telah dibahas
digunakan pada desalinasi SWRO adalah membran bahwa untuk desalinasi SWRO akan
film-tipis yang kualitasnya telah berkembang membutuhkan energi yang lebih banyak daripada
dengan pesat sampai dengan hari ini[1]. Walaupun yang terhitung secara teoritis. Mengembangkan
sudah berkembang dengan pesat, membran jenis permeabilitas membran tidak dapat merubah
ini masih memiliki kekurangan yaitu teknik konsumsi energi secara signifikan [1]. Modifikasi
fabrikasi pembuatan membran ini belum berhasil dari sistem desalinasi dapat dilakukan untuk
untuk memperluas membran ke konfigurasi serat meminimalisasi konsumsi energi. Beberapa
berongga yang memiliki tingkat kepadatan lebih alternatif sistem desalinasi yaitu dengan single-
tinggi. Selain itu sifat permukaan dari jenis stage RO (Gambar 7), double-stage RO (Gambar

6
8) dan menggunakan panas sisa dari industri jaringan listrik yang belum optimal dan
sebagai sumber energi untuk melakukan osmosis kelangkaan ketersediaan air bersih. Power plant
balik (Gambar 9). Pada single-stage, energi dan desalination plant yang berdiri sendiri dapat
ireversibel yang hilang tidak dapat disimpan menyelesaikan masalah tersebut [6]. Selain itu
sehingga sistem ini kurang menguntungkan. Untuk kombinasi ini dapat meminimalisasi konsumsi
double-stage RO, karena konsentrat dari elemen energi dan ramah lingkungan karena sumber
membran 1 dijadikan sebagai umpan elemen energinya bukan berasal dari bahan bakar fosil
membran 2 maka sistem ini menghemat energi
sebesar PH,2-PH,1. Untuk sistem ketiga, energi panas Pemilihan teknologi desalinasi yang tepat
sisa industri dialirkan ke draw solution recovery bergantung dari berbagai faktor seperti ukuran
sehingga tekanan osmotiknya lebih tinggi dari plant, salinitas air, keterpencilan atau tempat plant
tekanan air laut dan dapat digunakan untuk kan dibangun, ketersediaan jaringan listrik,
mengekstrak air tawar dari air laut dan ini infrastruktur teknis serta jenis sumber daya energi
terbarukan yang tersedia disekitar tempat tersebut

Gambar 6. Single-stage RO Gambar 7. Double-stage RO


(Sumber : Elimelech, 2011) (Sumber : Elimelech, 2011)

Gambar 8. Penggunaan panas sisa indsurti sebagai sumber energi osmosis balik (Sumber : Elimelech, 2011
merupakan penghematan energi yang cukup besar [6]. Di antara berbagai berbagai macam kombinasi
[1]. RAS dan teknologi desalinasi yang ada, terdapat
beberapa kemungkinan dengan prospek
Kombinasi Sumber Energi Alternatif dengan menjanjikan dan layak dari segi ekonomi. Namun
Sistem Desalinasi penerapannya sangat bergantung dengan
Kombinasi dari sumber energi terbarukan ketersediaan sumber daya energi di tempat akan
atau recovery energy source (RAS) dengan dibangunnya plant tersebut. Selain itu, beberapa
desalinasi menwarkan prospek yang menjanjikan kombinasi lebih cocok untuk plant dengan skala
untuk memenuhi kebutuhan listrik dan air tawar kecil. Hal-hal yang harus di evaluasi sebelum
terutama di daerah terpencil dimana koneksi menentukan kombinasi yang tepat adalah

7
ketersediaan air payau atau air laut. Kemudian dengan tanpa alat recovery energi dan jika
dilakukan identifikasi dan evaluasi sumber daya menggunakan alat recovery energi dibutuhkan 3-4
energi terbarukan yang tersedia. Kombinasi dari kWh/m3. Energi ini merupakan energi yang paling
RES dengan desalinasi yang paling menjanjikan rendah jika dibandingkan dengan sistem desalinasi
adalah sesuai yang tertera pada Tabel 1. Sistem yang lain. Hal ini membuktikan bahwa sistem RO
yang baik ditandai dengan ketahanan, membutuhkan energi listrik dan mekanik yang
kesederhanaan operasi, pemeliharaan dan paling sedikit. Oleh karena itu desalinasi sistem ini
perawatan yang mudah, ukuran yang wajar, daya paling banyak digunakan. Sedangkan untuk
tahan plant, serta perlakuan pre-treatment yang aplikasi dari kombinasi power plant dan
mudah. Untuk kombinasi RAS dan desalinasi ini desalination plant ini sendiri sudah diterapkan
sendiri yang paling umum digunakan adalah oleh beberapa negara seperti yang tertera pada
penggunaan PV dengan RO (Gambar 9 dan Tabel 2.
Gambar 10). Kombinasi ini biasanya dipakai di
pulau-pulau dengan aliran angin yang baik dengan Produksi Garam dengan Evaporasi Konsentrat
kondisi tanah datar yang terbatas. Hasil SWRO

Tabel 1. Kombinasi power plant dan desalinasi plant ( Tzen, 2003)

Tabel 2.desalinasi
Gambar 9. Jumalh kombinasi proses Aplikasi dari kombinasi
dengan RAS
RAS yang dan 10.
biasa
Gambar sistem desalinasi
digunakan
Sumber energi (Tzen, 2003)
desalinasi
(Sumber : Tzen, 2003) (Sumber : Tzen, 2003)

Untuk
desalinasi
RO,
membutuhkan
energi sebesar
5,9 kWh/m3

8
Produksi garam dengan evaporasi pertumbuhan mikroba dan alga. Selain itu pada
konsentrat hasi SWRO ini bertujuan untuk desalinasi plant juga mengandung nutrisi-nutrisi
efisiensi energi. Agar dapat menghasilkan air tawar yang menyebabkan alga dan mikroba dapat
sekaligus garam, umpan masuk SWRO harus tumbuh. Untuk menanggulanginya, asam tidak lagi
merupakan campuran 80% air laut dengan 20% air ditambahkan pada umpan dan sebaliknya
garam hasil dari Brine Water Reverse Osmosis ditambahkan anti scalant sehingga pertumbuhan
(BWRO) plant. Keuntungan dari pencampuran ini mikroba dan alga menjadi terhambat.
adalah salinitas dan tekanan osmosis akan
nerkurang secara bertahap sehingga dapat
menyimpan energi sekitar 15% [9]. Pada saat pre- SWOR sebagai Solusi Global dari Kelangkaan
treatment energi juga berkurang sekitar 20% Air Tawar
karena kombinasi ini [9]. Namun pencampuran ini
juga memiliki sisi negatif yaitu konsentrasi Walaupun SWOR merupakan salah satu
kalsium pada umpan campuran meningkat sebesar solusi yang paling menjanjikan dan
80% dari konsentrasi pada air laut sebelumnya. memungkinkan untuk menjadi solusi dari
Hal ini dapat mengakibatkan persen recovery yang permasalahan global, yaitu kelangkaan air, SWOR
dapat dicapai hanya sebesar 50%. Jika umpan masih memiliki beberapa masalah yang belum
bukan merupakan campuran, persen recovery yang terselesaikan. Masalah pertama, adalah masalah
bisa dicapai dapat lebih tinggi dari 50%. Walaupun lingkungan. Sumber daya utama dari desalinasi
begitu, sisi positifnya lebih menguntungkan plant adalah energi termoelektrik yang
ketimbang kerugian yang ada sehingga kombinasi menghasilkan emisi polutan dalam bentuk udara
ini dapat tetap dilakukan. Pada Tabel 3 disajikan dan gas. Emisi ini dapat menimbulkan efek rumah
data komposisi dari air garam hasil BWRO, air kaca yang mengakibatkan memburuknya
laut dari laut merah, serta komposisi umpan perubahan iklim. Saat ini, beberapa negara yang
campuran dan komposisi konsentrat yang sudah sudah menerapkan SWRO menggunakan 3-4
dievaporasi menjadi garam industri. kWh/m3 energi dan membuang 1,4-1,8 kg CO 2 per
meter kubik air [1]. Misal untuk Spanyol saja
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi saat dengan kebutuhan desalinasi 1 miliar m 3/tahun
mengoperasikan kombinasi dua plant ini adalah dibutuhkan 4000GWh. Maka CO2 yang dibuang
yang pertama, komposisi campuran umpan sekitar 1,2 juta kg. Bahkan walaupun ada
(80:20) berbeda dengan tipikal dari air laut, pertimbangan di masa depan energi total yang
terutama pada konsentrasi kalsium yang lima kali dibutuhkan akan turun menjadi 3kWh/m3, emisi
lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi karbon untuk desalinasi skala besar tetap tinggi.
kalsium pada air laut. Untuk mengatasi ini Oleh karena itu untuk meminimalisasi efek rumah
diperlukan modifikasi pada aliran rejim di dalam kaca, perlu digunakan sumber energi terbarukan.
ponds termasuk menambah level air pada ponds
[9]. Kemudian yang kedua adalah munculnya Masalah yang lain adalah terkait dengan
biofouling pada ponds dan alga bloom. Untuk asupan air laut. Pengambilan air laut ini dapat
mencegah pengendapan karbonat, pada SWRO menyebabkan terganggunya ekosistem di laut
ditambahkan asam. Akibatnya brine dari plant karena dapat menyebabkan organisme-organisme
jenuh dengan karbon dioksidayang merupakan laut mati akbita adanya alat yang ditempatkan pada
salah satu nutrisi yang dapat mendukung laut untuk mengambil air tersebut. Ikan-ikan yang
Tabel 3. Komposisi tiap komponen pada air laut, brine, umpan, dan garam industri (Rafizky, 2007)

9
masih muda dapat terbunuh. Walaupun hal ini pengembangan terhadap membran yang dipakai
tidak akan memengaruhi populasi secara untuk melakukan osmosis pada sistem desalinasi
keseluruhan karena mirip seperti kematian alami ini sehingga didapatkan membran yang
akibat dari bentuk adaptasi organisme yang masih permeabilitasnya baik, strukturnya padat, dan
muda dengan lingkungan, hal ini tetap sebisa dapat tahan terhadap fouling. Kemudian langkah
mungkin dihindari. Cara meminimalisasi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur
terbunuhnya oraganisme laut itu adalah dengan sistem desalinasi ini agar energi yang sudah
melakukan open surface intake. Jika desalinasi dikeluarkan tidak terbuang begitu saja.
dalam skala besar, maka perlu dilakukan
pengaturan kecepatan pengambilan air atau dengan Efektivasi juga dapat dilakukan dengan
menempatkan intake di bagian laut yang mengkombinasikan antara power plant dengan
produktivitas biologisnya rendah seperti pada area bahan bakar energi terbarukan denga desalination
laut yang lebih dalam atau menggunakan sumur plant yang juga sumber energinya dari Recovery
bawah tanah. Dengan dilakukannya hal ini bukan Energy Source (RES). Selain itu dapat dilakukan
hanya dapat meminimalisasi terbunuhnya pula produksi garam dari konsentrat hasil SWRO.
organisme laut tetapi juga meningkatkan kualitas Selain menghemat energi dan bernilai ekonomis,
umpan dan kebutuhan energi untuk proses pre- hal ini juga dapat mengurangi limbah dalam
treatment juga dapat berkurang. Namun, untuk kondisi salinitas yang tinggi.
menerapkan sistem desalinasi skala besar di pantai
sulit karena permeabilitas hidrolik dari underlying Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
aquifer berada dalam batas limit uptake air. Power terhadap efek proses desalinasi air laut ini terhadap
plant juga harus dipertimbangkan jika akan lingkungan sehingga penggunaan SWRO secara
membangun desalinasi skala besar. global dapat dipertimbangkan lebih jauh lagi.
Selain itu, untuk kedepannya disarankan teknologi
Salinitas dari konsentrat dan bahan kimia saat pre-treatment dan post-treatment lebih
yang digunakan pada pre-treatment serta proses dikembangkan lagi sehingga bisa lebih efektif,
pembersihan membran yang tergolong limbah tidak membutuhkan banyak energi dan bahan
juga dapat mencemari ekosistem laut. Bahan- kimia yang dapat menjadi limbah berbahaya. Perlu
bahan kimia yang digunakan adalah anti scalant, ditinjau juga secara ekonomi apakah penerapan
koagulan, alkalin, larutan asam, surfaktan, dsb. SWRO sebagai solusi global ini cukup ekonomis
Namun, belum ada data percobaan dalam skala lab untuk diterapkan.
yang mengungkapkan seberapa besar dampak dari
limbah desalinasi plant ini. Untuk menghindari Daftar Pustaka
dampak dari tingginya salinitas konsentrat, pada [1] M. Elimelech, W.A. Phillip. The Future of
BWRO plant, konsentrat dapat diencerkan terlebih Seawater Desalination: Energy, Technology,
dahulu dengan air sisa. and the Environment. Science. 712 (2011)
712717.
Outline
[2] C. Fritzmann, J. Lowenberg, T. Wintgens, T.
Krisi air yang merupakan masalah global Melin. State-of-the-art of Revers Osmosis
yang harus ditemukan solusinya. Desalinasi air Desalination. Elsevier. 216 (2007) 1-76.
laut sebagai salah satu solusi menjawab [3] N. Nadav, M. Priel, P. Glueckstern. Boron
permasalahan ini. Energi yang dibutuhkan proses Removal from The Permeate of a Large
desalinasi ini sebenarnya cukup rendah yaitu hanya SWRO Plant in Eilat. Elsevier. 185 (2005)
25% lebih tinggi dari teoritis. Namun energi total 121-129
keseluruhannya masih cukup tinggi yaitu sekita 3- [4] Y. M. Kim, S. J. Kim, Y. S. Kim, S. Lee, I. S.
4 kali dari energi teoritis. Hal ini terjadi karena Kim, J. H. Kim. Overview of System
banyaknya energi yang dibutuhkan pada saat tahap Engineering Approaches for a Large-Scale
pre-treatment dan post-treatment. Walaupun cukup Seawater Desalination Palnt with a Reverse
sulit untuk menurunkan kebutuhan energi, banyak Osmosis Network. Elsevier. 238 (2009) 312-
cara yang dapat dilakukan dalam rangka efektivasi
332.
energi dari proses desalinasi ini.
[5] S. Belfer, J. Gilron, Y. Purinson, R.
Pengaturan pada tiap proses desalinasi Fainshtain, N. Daltrophe, M. Priel, B. Tenzer,
agar berjalan dengan maksimal, terus melakukan A. Thoma. Effect Of Surface Modification In

10
Preventing Fouling of Commercial SWRO [21] J. MacHarg, T. F. Seacord, B. Sessions, in
Membranes at The Eilat Seawater Desalination and Water Reuse (Faversham
Desalination Pilot Plant. Elsevier. 139 (2001). House Group, South Croydon, Surrey, UK,
169-176. 2008), vol. 18, pp. 3039.
[6] E. Tzen, R. Morris. Renewable Energy [22] K.S. Spiegler,Y.M.El-Sayed, Desalination
Sources for Destilation. Elsevier. 75 (2003) 134, 109 (2001).
375-379. [23] R.W. Stoughton, M.H. Lietzke, J. Chem. Eng.
[7] A.M. Hassan, M. A.K. A1-Sofi, A.S. AI Data 10, 254 (1965).
Amoudi, A.T.M. Jamaluddin, A.M. Farooque, [24] R.L.Stover, Desalination 203, 168 (2007).
A. Rowaili, A.G.I. Dalvi, N.M. Kither, G.M. [25] A.Z. Zhu, P.D. Christofides, Y. Cohen, Ind.
Mustafa, I.A.R. A1-Tisan. A New Approach to Eng. Chem. Res. 48, 6010 (2009).
Membrane and Thermal Seawater [26] L.F. Song et al., Desalination 155, 213 (2003).
Desalination Processes Using Nanofiltration [27] M. Wilf, Desalination 113, 157 (1997).
Membranes (Part 1). Elsevier. 118 (1998) 35- [28] K.P. Lee,T.C.Arnot, D. Mattia, J. Membr. Sci.
51. 370, 1 (2011).
[8] N. Misdan, W.J. Lau, A.F. Ismail. Seawater [29] S. Loeb, S. Sourirajan, in Saline Water
Reverse Osmosis (SWRO) Desalination by Conversion II (American Chemical Society,
Thin-lm Composite Membrane Current Washington, DC, 1963), vol. 38, pp. 117
Development, Challenges and Future 132.
Prospects. Elsevier. 287 (2012) 228-237. [30] R.E. Larson, J. E. Cadotte, R.J. Petersen,
[9] A. Ravizky, N. Nadav. Salt Production by Desalination 38, 473 (1981).
The Evaporation of SWRO Brine in Eilat: a [31] D.R. Paul, J.Membr. Sci. 241, 371 (2004).
Success Story. Elsevier. 205 (2007) 374-379. [32] G. M. Geise, H. B. Park, A. C. Sagle, B. D.
[10] Chen Y., Zhang J. Supplying Water of Power Freeman, J. E. McGrath, J. Membr. Sci. 369,
Plants with Desalination Technology, Guohua 130 (2011).
Power Branch China Shenhua Energy Co., [33] J. Glater, S. K. Hong, M. Elimelech,
Ltd, Shenhua Guohua Electric Power Desalination 95, 325 (1994).
Research Institute Co., Ltd, [34] J.K. Holt et al., Science 312, 1034 (2006).
http://cornerstonemag.net/supplying-water-to- [35] M. Majumder, N. Chopra, R. Andrews, B. J.
power-plants-with-desalination-technology/ Hinds, Nature 438, 930 (2005).
(11 April 2014). [36] M. Kumar, M. Grzelakowski, J. Zilles, M.
[11] R. F. Service, Science 313, 1088 (2006). Clark, W. Meier, Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A.
[12] M. A. Shannon et al., Nature 452, 301 (2008). 104, 20719 (2007).
[13] Q. Schiermeier, Nature 452, 260 (2008). [37] B. Corry, J. Phys. Chem. B 112, 1427
[14] C. Fritzmann, J. Lowenberg, T. Wintgens, T. (2008).
Melin, Desalinat ion 216, 1(2007). [38] K. Falk, F. Sedlmeier, L. Joly, R. R. Netz, L.
[15] G.L.M. von Medeazza, Desalination 185, 57 Bocquet, Nano Lett. 10, 4067 (2010).
(2005). [39] J.Johnson, M. Busch, Desalination Water
[16] Y. Dreizin, A. Tenne, D. Hoffman, Treat. 15, 236 (2010).
Desalination 220,132 (2008). [40] E. Ostuni, R.G. Chapman, R. E. Holmlin,
[17] A. Tal, Science 313, 1081 (2006). S.Takayama, G.M. Whitesides, Langmuir 17,
[18] National Research Council (U.S.), Committee 5605 (2001).
on Advancing Desalination Technology, [41] S. Kang, A. Asatekin, A. M. Mayes, M.
Desalination: A National Perspective Elimelech,J. Membr. Sci. 296, 42 (2007).
(National Academies Press, Washington, DC, [42] M. Elimelech, X.H. Zhu, A.E. Childress, S.
2008). K. Hong, J. Membr. Sci. 127, 101 (1997).
[19] R. Semiat, Environ. Sci. Technol. 42, 8193 [43] S. Y. Jiang, Z. Q. Cao, Adv. Mater. 22, 920
(2008). (2010).
[20] M. Busch, W.E. Mickols, Desalination 165, [44] C. Siegers, M. Biesalski, R. Haag, Chemistry
299 (2004). 10, 2831 (2004).

11
[45] J.A. Callow, M.E. Callow, Nat. Commun. 2, [55] G. Raluy, L. Serra, J. Uche, Energy 31, 2361
244 (2011). (2006).
[46] H. B. Park, B. D. Freeman, Z. B. Zhang, M. [56] S. Lattemann, T. Hopner, Desalination 220, 1
Sankir, J.E. McGrath, Angew. Chem. Int. Ed. (2008).
47, 6019 (2008). [57] H. Cooley, P. H. Gleick, G. Wolff,
[47] M. J. Zhou et al., J. Am. Chem. Soc. 129, Desalination, with a Grain of Salt (Pacific
9574 (2007). I nst itut e for Stu dies in Development,
[48] A. Efraty, U.S. Patent 7,695,614 B2 (2010). Environment, and Security, Oakland, CA,
[49] T.Y. Cath, N.T. Hancock, C.D. Lundin, C. 20 06).
Hoppe-Jones, J.E. Drewes, J. Membr. Sci. [58] F. A. Pacheco, I. Pinnau, M. Reinhard, J. O.
362, 417 (2010). Leckie, J. Membr. Sci. 358, 51 (2010).
[50] S. J. Kim, S. H. Ko, K. H. Kang, J. Han, Nat. [59] C. Y. Y. Tang, Y. N. Kwon, J. O. Leckie,
Nanotechnol. 5, 297 (2010). Desalination 242, 168 (2009).
[51] J. Gilron, L. Song, K. K. Sirkar, Ind. Eng. [60] O. Coronell, B. J. Marias, X. J. Zhang, D.
Chem. Res. 46, 2324 (2007). G. Cahill, Environ. Sci. Technol. 42, 5260
[52] J. R. McCutcheon, R. L. McGinnis, M. (2008).
Elimelech, Desalination 174, 1 (2005).
[53] R.L.McGinnis,M.Elimelech, Desalination Akun Researchgate
207, 370 (2007). Username : nudiyasalsabila@students.itb.ac.id
[54] W. J. Koros, AIChE J. 50, 2326 (2004). Password : semangat45

12

Anda mungkin juga menyukai