Anda di halaman 1dari 27

RANCANG BANGUN DESALINASI AIR DENGAN ENERGI

ALTERNATIF SOLAR CELL GUNA MEMENUHI KEBUTUHAN


MASYARAKAT DAN MENDUKUNG TUGAS TNI YANG BERADA DI
DAERAH KRISIS AIR BERSIH

ABSTRAK

Kondisi air bersih di Indonesia pada saat ini baru mencapai 7% dan
khususnya pada daerah papua, sebanyak 24,64% rumah tangga mengkonsumsi air
dari mata air tak terlindungi dan sebanyak 18,69% rumah tangga di Papua
mendapatkan air bersih dari air hujan (BPS, 2021). Khususnya personil TNI yang
sedang melaksanakan tugas di daerah terpencil Papua, air merupakan salah satu
kebutuhan pokok untuk menunjang tugas. Di sisi lain juga, listrik belum
menjangkau untuk daerah pedalaman Papua sehingga dibutuhkan suatu alat
desalinasi air yang memanfaatkan sumber energi surya. Tujuan penelitian ini yaitu
mendapatkan hasil air bersih melalui proses reverse osmosis dengan menggunakan
parameter fisik, kimia, dan biologi dan mengetahui pengaruh debit operasi pada
alat reverse osmosis terhadap kualitas air bersih yang dihasilkan serta
mendapatkan efisiensi solar cell yang mampu mensuplai kebutuhan energi pada
baterai untuk alat desalinasi air metode penelitian yang digunakan yaitu Alat
desalinasi air ini menggunakan dua jenis metode filtrasi yaitu filtrasi alami dan
mesin reverse osmosis . Untuk filtrasi alami menggunakan kombinasi antara pasir
silika, batu zeolit, dan karbon aktif. Sedangkan untuk reverse osmosis memiliki 12
langkah filtrasi + UV, salah satunya adalah membran yang terbuat dari TFC (Thin
Film Composite) Karakterisasi hasil penelitian yang digunakan yaitu TDS meter,
PH meter, Turbiditymeter, Spectrofotometer XD 7500, Flowmeter. Hasil
penelitian ini yaitu metode reverse osmosis dapat mengurangi jumlah TDS dalam
air hingga 95,71% dari 350 Mg/L menjadi 15 Mg/L pada variasi debit 0,05
L/Menit dan nilai pH dalam air sebesar 9,74% dari 7,8 menjadi 7,04 pada variasi
debit 0,05 L/Menit. Maka dari itu debit aliran yang kecil yaitu 0,05 L/Menit akan
lebih efektif untuk memperbaiki kualitas air dengan menurunkan kadar TDS dan
pH dalam air dengan metode reverse osmosis mampu menyisihkan kadar TDS
sebesar 85,69 % dan nilai pH dalam air sebesar 2,63%. Efisiensi solar cell dengan
kapasitas 100 wp yang dilaksanakan pengujian selama 4 hari rata-rata sebesar
11,18% dengan energi yang masuk ke pengisian baterai rata-rata sebesar 2.314 wh
dengan daya yang dihasilkan sebesar 88,02 W.

Kata kunci: Air Bersih, Reverse Osmosis, Filtrasi, Solar Cell

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Air merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah di muka bumi
ini. Namun ketersediaan air minum yang aman dan bersih merupakan tantangan
bagi sejumlah besar orang di seluruh dunia. Hanya 3% dari total air yang ada di
bumi yang dapat dikonsumsi sementara persentase yang sangat kecil dari air
tawar ini, sekitar 0,01%, tersedia bagi manusia untuk digunakan (Saleem dkk,
2021). Salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan oleh manusia sebagian
besar masih menggunakan air dari sumur gali. Selain digunakan oleh manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, air juga dapat digunakan sebagai
tempat rekreasi, pembangkit energi listrik, transportasi dan pengairan pertanian.
Air harus memenuhi beberapa kriteria seperti baik secara kimia, fisika,
bakteriologi maupun radioaktif (Harun dkk, 2022). Air yang dapat digunakan
untuk kebutuhan manusia harus memenuhi Standar Kualitas Air Bersih yang
diatur oleh Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia sesuai Nomor 32/MENKES/PER/2017 dan Standar Kualitas
Air Minum yang diatur oleh Departemen Kesehatan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia sesuai Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010.
Penelitian yang pernah dilakukan untuk mendapatkan air bersih diantaranya
yaitu dengan menggunakan cara penguapan atau yang biasa kita kenal dengan
metode destilasi. Metode destilasi adalah salah satu metode penguapan air laut
yang prosesnya menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energinya. Hasil
penerapan alat sistem pemurni air laut menjadi air minum dengan menggunakan
energi surya telah menghasilkan solusi alternatif bagi masyarakat pesisir dan
pulau untuk mengurangi kesulitan memperoleh air bersih, sehingga pengeluaran
kebutuhan pembelian air bersih dapat berkurang (Said dkk, 2016).
Beberapa cara desalinasi air telah dikembangkan untuk mengatasi masalah
penyediaan dan peningkatan kualitas air bersih, seperti destilasi yang
menggunakan metode perubahan fasa zat cair. Kemudian ada beberapa cara lain
yaitu dengan menggunakan Reverse Osmosis yang merupakan proses untuk
menghilangkan
1
kadar garam dalam air dengan menggunakan membran. Reverse Osmosis
merupakan suatu metode pembersihan melalui membran semipermeable, yaitu
membran yang dapat menahan zat-zat yang lebih kecil. Reverse Osmosis terjadi
dimana suatu tekanan tinggi diberikan melampaui tarikan osmosis sehingga akan
memaksa air melalui proses osmosis terbalik dari bagian yang memiliki
kepekatan tinggi ke bagian yang mempunyai kepekatan rendah. Selama proses
tersebut terjadi, kotoran dan bahan yang berbahaya akan dibuang sebagai air
tercemar (limbah). Molekul air dan bahan mikro yang berukuran lebih kecil akan
tersaring melalui membran. Membran ini mampu menurunkan kadar zat
pencemar dan air hasil olahan sudah bebas dari bakteri dan dapat langsung
diminum.
Sumber energi dari matahari termasuk kedalam sumber energi terbarukan
terutama PV (photovoltaic) atau solar cell untuk terus dilakukan pengembangan.
Pemanfaatan solar cell ini diprediksi akan mengalami peningkatan dan
perkembangan yang pesat antara 3 – 5 tahun yang akan datang. Hal ini
dikarenakan kapasitas solar cell di indonesia mempunyai nilai kapasitas tahunan
yang cukup besar yakni 15% hingga 18%. Melimpahnya potensi sumber energi
yang dihasilkan oleh sinar matahari di wilayah indonesia serta mumpuninya untuk
digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar yang sekarang semakin
mahal dan langka, maka pemanfaatan energi alternatif dengan menggunakan sinar
matahari bisa digunakan untuk membangkitkan energi listrik dengan
memanfaatkan solar cell sebagai sumber energi (Arif, 2020).
Berdasarkan paparan permasalahan diatas maka penulis bermaksud
membuat penelitian dengan judul “RANCANG BANGUN DESALINASI AIR
DENGAN ENERGI ALTERNATIF SOLAR CELL GUNA MEMENUHI
KEBUTUHAN MASYARAKAT DAN MENDUKUNG TUGAS TNI YANG
BERADA DI
DAERAH KRISIS AIR BERSIH”. Dengan penelitian ini diharapkan dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi.

1.2 Rumusan Masalah.


Berdasarkan dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :

2
1.2.1 Bagaimana merubah air hasil filtrasi alami menjadi air siap konsumsi
dengan alat Reverse Osmosis menggunakan parameter fisik, kimia, dan biologi
yang sesuai dengan standar KEMENKES?
1.2.2 Bagaimana efisiensi instalasi energi solar cell yang dihasilkan panel surya
agar dapat mensuplai arus untuk alat desalinasi ?

1.3 Tujuan Penelitian.


Tujuan yang ingin dicapai dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut
:
1.3.1 menciptakan inovasi sistem solar cell pada alat desalinasi air untuk
mendukung masyarakat dan personil TNI yang melaksanakan tugas operasi
militer pada daerah yang belum terdapat listrik.
1.3.2 Mengembangkan proses reverse osmosis dengan menggunakan parameter
fisik, kimia, biologi, dan mengetahui pengaruh debit pada alat desalinasi air.
1.3.3 Menerapkan ilmu pengetahuan tentang pengembangan teknologi dalam
alutsista TNI AD

1.4 Manfaat Penelitian.


Dari karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1.4.1 OMP (Operasi Militer Perang)
Penilitian ini bermanfaat guna mendukung logistic berupa air bersih
personil TNI saat melaksanakan tugas operasi militer.
1.4.2 OMSP (Operasi Militer Selain Perang)
Penilitan ini bermanfaat guna membantu masyarakat yang berada pada
daerah krisis air bersih dan belum terjangkau oleh listrik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peneliti Terdahulu.


Linda A.Yoshi, Nyoman Widiasa, (2016). Sistem Desalinasi Membran
Reverse Osmosis (RO) untuk Penyediaan Air Bersih. Pada penelitian ini
menjelaskan tentang proses menjadikan teknologi desalinasi untuk mendapatkan
air bersih dan menggeser teknologi desalinasi thermal.
Sasongko dkk, (2019) Pemanfaatan Teknologi Energi Surya Dalam
Memenuhi Kebutuhan Air Bersih Di Markas TNI Perbatasan Maritim : Penelitian
dilakukan dengan tujuan untuk melakukan analisis potensi penggunaan tenaga
listrik dengan memanfaatkan energi surya atau PLTS pada daerah daerah yang
mengalami pemarsalahan yang berkaitan dengan terbatasnya air bersih di NTT.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah energi surya sangat cocok untuk
digunakan untuk mengolah air laut dan payau menjadi air bersih melalui teknologi
desalinasi dengan proses Reverse Osmosis atau RO.
2.2Reverse Osmosis.
Reverse Osmosis didefinisikan sebagai pemisahan air tawar dari larutan
garam dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis larutan garam.
Pemisahan komponen terlarut berukuran 0,001 µm sampai 0,01 µm dan partikel
yang berat molekulnya rendah dapat dilakukan oleh membran Reverse Osmosis.
Apabila membran semipermeable memisahkan air tawar dan air garam, maka air
tawar dan air garam akan mendifusi membran dan mengencerkan larutan garam.
Peristiwa ini disebut Peristiwa Osmosis (Hidayat, 2011).
Keunggulan dari teknologi Reverse Osmosis ini dari teknologi yang lain
antara lain adalah energi yang dibutuhkan relatif rendah, minimnya permasalahan
korosi alat, kemudahan dalam penggantian dan pemasangan serta instalasinya
yang mudah terintegrasi dengan sistem yang ada (Rasrendra & Sukandar, 2002).
Proses Reserve Osmosis menggunakan membran selektif yang dapat
ditembus oleh air dari kadar garam rendah (tawar) ke kadar garam yang lebih
tinggi. Dalam proses osmosis terbalik, kadar garam rendah (tawar) dipaksa
mengalir menembus membran dari air dengan kadar garam tinggi menggunakan
tekanan buatan. Sekarang teknik ini sudah berkembang pesat (Yusuf, 2020).

4
2.3 Langkah-langkah Reverse Osmosis.
2.3.1 Sediment Spun PP (Step 1).
Cartridge filter yang terbuat dari spun (Polypropylene = PP) yang dapat
diisi ulang yang berfungsi untuk menyaring atau memfilter air dari kandungan
lumpur, pasir, tanah sehingga menghasilkan air jernih bebas dari pencemaran
lumpur. Cartridge ini dapat mengurangi kandungan lumpur didalam air sehingga
keluaran air menjadi jernih. Namun akibatnya spun menjadi kuning atau hitam
dikarenakan kotoran yang tersangkut di dalam spun. Untuk itu diperlukan
perawatan untuk membersihkan kembali lumpur atau tanah atau pasir yang
tersangkut di permukaan spun. Perawatan ini dapat dilakukan sebulan sekali atau
bila dilihat sudah menghitam maka harus segera dibersihkan ulang. Apabila spun
sudah tidak dapat dicuci lagi dikarenakan sudah jenuh maka sudah saatnya
untuk segera diganti dengan spun yang baru. Kondisi ini biasanya terjadi setelah
6 bulan atau 1 tahun (Pei dkk, 2012).
2.3.2 Granular Activated Carbon (Step 2).
Karbon aktif merupakan bahan penyerap (adsorben) yang paling banyak
digunakan pada pengolahan air untuk menghilangkan rasa, bau dan warna yang
tidak menyenangkan. Karbon aktif mempunyai sejumlah kapiler di dalam partikel-
partikelnya. Permukaan karbon aktif yang bisa digunakan untuk adsorpsi
(penyerapan bahan/ senyawa tertentu pada permukaan padat) terdiri dari luas
penampang luar dan luas permukaan pori-pori/ kapilernya. Hanya dengan satu
gram dari karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luas

permukaan sebesar 500 m2, dengan luas permukaan yang sangat besar, karbon
aktif sangat efektif menyerap zat terlarut dalam air, baik organik maupun
anorganik (Yuliana, 2019)
2.3.3 Carbon Block Filter (Step 3).
Menurut (Zanib, 2022) Cartridge Carbon Block Filter berfungsi untuk
menghilangkan klorin, rasa, warna dan bau pada air. Carbon Block Cartridge
sangat efektif untuk mengurangi rasa & bau tidak enak, klorin, kista, timbal,
logam berat dan kontaminan lainnya yang tidak diinginkan. Cartridge carbon
block filter

5
terbuat dari karbon aktif terikat, perawatan air yang superior tanpa pelepasan
partikel karbon.
2.3.4TFC (Thin Film Composite) Membran (Step 4).
Membran Reverse Osmosis didefinisikan sebagai membran
semipermeabel yang mampu melakukan pemisahan air tawar dari larutan garam
dengan tekanan yang lebih tinggi dari tekanan osmosis larutan garam. Pemisahan
komponen terlarut berukuran 0,001 µm sampai 0,01 µm dan partikel yang berat
molekulnya rendah dapat dilakukan oleh membran Reverse Osmosis. Apabila
membran semipermeabel memisahkan air tawar dan air garam, maka air tawar
dan air garam akan mendifusi membran dan mengencerkan larutan garam.
Peristiwa ini disebut Peristiwa Osmosis (Hidayat, 2011). Aplikasi teknologi
membran untuk pengolahan air merupakan salah satu teknologi utama yang telah
dikembangkan di Indonesia.
2.3.5Post Carbon Cartridge (Step 5).
Post Carbon Cartridge adalah media filter tambahan yang digunakan
pada proses filter air membran RO, berfungsi untuk mereduksi kandungan
residu klorin dan bakteri yang terlarut di dalam air, mengatasi masalah bau dan
warna pada air baku sehingga air akan terasa lebih segar setelah dilewatkan ke
post carbon. Karbon aktif yang bagus ditunjukkan dengan nilai iodine number.
Semakin tinggi nilai iodin number, semakin besar pula daya serap terhadap
kotorannya. Persyaratan karbon aktif memiliki iodine number min 700 mg/g ke
atas (Lazim dan Fatoni, 2018).
2.3.6 Post Bio Yellow (Step 6).
Post Bio Yellow adalah pelengkap untuk mesin Reverse Osmosis (RO)
yang mengandung Bio ceramic yang melepaskan far infrared & Mineral
tambahan untuk memperbaiki rasa. Berfungsi untuk menambahkan mineral pada
air dan menyegarkan rasa air yang telah disaring oleh proses Reverse Osmosis
(Yusuf, 2020).
2.3.7Post Anti Bacterial (Step 7).
Post Carbon Micron ini digunakan pada tahap setelah penyaringan oleh
membran RO pada 1 set mesin RO undersink. berfungsi untuk memperbaiki rasa
air yang telah melewati proses demineralisasi oleh membran RO dan untuk

6
membantu mengurangi kimia organik, mikroorganisme, serta bau yang terlewat
dari penyaringan membran RO (Yusuf, 2020).
2.3.8Bio Alkaline Filter (Step 8-12).
Bio Alkaline filter meningkatkan kandungan oksigen dari air sampai 25% dan
meningkatkan pH dari air untuk membantu memelihara pH yang baik untuk
tubuh. Penambahan bio alkaline filter juga dapat menyuplai mineral-mineral
esensial yang dibutuhkan untuk tubuh seperti kalsium, Natrium, Kalium, dan
Magnesium. Bio alkaline juga memberikan efek antioksidan yang baik bagi
tubuh.
2.3.9Sterilizer UltraViolet (Step 13).
Sinar ultraviolet hanya dapat efektif untuk mengendalikan
mikroorganisme pada permukaan yang terpapar langsung oleh sinar ultraviolet,
atau mikroba berada di dekat permukaan medium yang transparan. Absorbsi
maksimal sinar ultraviolet di dalam sel terjadi pada asam nukleat, maka
diperkirakan mekanisme utama perusakan sel oleh sinar ultraviolet
pada ribosomsehingga
mengakibatkan terjadinya mutasi atau kematian sel (Desriyanti, dkk, 2020).

2.4 Instalasi Energi Surya.


PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) utilitas menggunakan teknologi
Fotovoltaik semakin populer karena kemajuan pesat menuju sumber energi
terbarukan untuk mengurangi emisi CO2. Di antara berbagai sumber EBT,
energi surya merupakan sumber utama dengan banyak potensi untuk
menghasilkan listrik, yang bebas polusi dan berkelanjutan (Baseer dkk, 2020).
PLTS merupakan jenis pembangkit energi listrik yang memanfaatkan pancaran
dari sinar matahari yang diterima oleh sel surya yang kemudian dari radiasi
cahaya foton matahari tersebut diubah jadi energi listrik. Kinerja dari PLTS ini
dipengaruhi beberapa faktor yakni faktor temperatur photovotaic modul, faktor
iklim cuaca wilayah, faktor lingkungan serta faktor energi cahaya matahari
(Fawwaz dkk, 2021). Adapun komponen utama dari panel surya adalah sebagai
berikut :
2.4.1 Panel Surya.
Panel surya adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai pengubah
energi matahari menjadi energi listrik, panel surya ini ialah komponen utama yang
7
harus tersedia dalam sistem PLTS.

8
2.4.2Controller.
Biasa disebut dengan Solar Charge Controller (SCC) merupakan
komponen pendukung dalam sistem PLTS. Fungsinya adalah sebagai pengatur
charging energy yang bisa diisi pada baterai diubah oleh panel surya.
2.4.3 Baterai.
Baterai merupakan suatu komponen yang mengatur pengisian arus listrik
dari panel surya ke baterai dan sebaliknya.
2.4.4Inverter.
Inverter adalah suatu perangkat elektronik yang mampu mengubah arus
listrik searah (DC) menjadi arus bolak-balik (AC) pada tegangan dan frekuensi
yang di perlukan sesuai dengan perancangan rangakaiannya. Sumber dari arus
listrik searah (DC) yaitu masukan dari interver tersebut berupa baterai, aki,
maupun sel surya.

2.5 Pompa.
Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk menaikkan cairan dari
head (elevasi, tekanan, kecepatan) yang rendah ke head yang lebih tinggi, pompa
membutuhkan gaya putar (daya poros) dari mesin penggerak (motor, engine). Di
dalam roda jalan (impeller) fluida mendapat percepatan sedemikian rupa
sehingga fluida tersebut mempunyai kecepatan mengalir ke luar sudu dari sudu-
sudu roda jalan. Kecepatan keluar fluida ini selanjutnya akan berkurang dan
berubah menjadi head statis di sudu-sudu pengarah atau rumah pompa
(Suarda,2016).
2.6TDS Meter.
TDS meter merupakan alat ukur yang bertujuan untuk mengatur
kandungan zat padat yang terlarut dalam air atau Total Dissolved Solid. TDS
meter memiliki satuan ppm (part per million) atau mg/l.
2.7 PH Meter.
Alat ukur pH meter digunakan untuk mengukur derajat keasaman pada
kandungan air. Dimana pada air minum kadar normal yang boleh di konsumsi
manusia berdasarkan PERMENKES No. 492 Tahun 2010 berkisar antara 6,5 –
8,5.

9
BAB III
METODE PENILITIAN
3.1 Jenis Penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen


yang melalui alat yang dirancang. Kualitas dari perancangan dapat diketahui
dengan cara melakukan pengujian terhadap alat yang telah dibuat secara terus
menerus untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat. Pada pengujian ini
menggunakan variabel terikat dan variabel bebas seperti dibawah ini:
3.1.1 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diamati dan diukur dalam
rangka menentukan pengaruh variabel bebas, di dalamnya itu termasuk faktor
yang muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Variabel terikat meliputi TDS (Total Dissolved Solid), kekeruhan, Nitrat, Nitrit,
Sianida, Bakteri, Klorida, pH. dan energi solar cell.
3.1.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab atau mempengaruhi
faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti. Variabel bebas
meliputi debit pompa Reverse Osmosis, Jenis air bahan baku, mesin RO 12
Step+UV, dan panel surya 100 wp
3.2. Tempat dan Waktu.
3.2.1 Tempat. Pembuatan alat penelitian ini dilaksanakan di Bengkel UD.
Blimbing dan Laboratorium Perumda Air Minum Tugu Tirta Malang
3.2.2 Waktu.Waktu penelitian dalam rangka penyelesaian penelitian ini
dilaksanakan mulai Januari 2023 sampai dengan Mei 2023
3.3 Diagram Alir Penelitian.
Diagram alir adalah sebuah penggambaran secara grafik dari tahapan
penelitian suatu program sehingga dapat memudahkan dalam memahami konsep
kerja alat yang dibuat. Adapun skema diagram alir dalam tahapan penelitian dapat
dilihat pada gambar 3.1

10
Mulai

Identifikasi Masalah dan Studi


Literatur
Tidak
Perhitungan danDesain
Pembuatan Simulasi Alat

Perancangan Alat
Pengujian Alat Tidak

Analisa dan Pembahasan


Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian.


(Sumber : Diolah oleh peneliti)
3.4 Desain Alat Desalinasi.
a

g
b c

d
h e
f

Gambar 3.2 Desain Alat Desalinasi Air dengan Tenaga Solar Cell.
(Sumber : Diolah oleh peneliti, 2023)
Keterangan Gambar :
a. Solar Cell. e. Tanki & Pompa RO.
b. Inverter. f. Filter Bahan Alami.
c. Reserve Osmosis System. g. Solar charger controller & Digital monitor
d. Baterai 12 volt. h. Konstruksi body.

11
3.5 Blok Diagram Kerja Alat Reverse Osmosis 12 Step.

Gambar 3.2 Blok Diagram Kerja Alat.


(Sumber: Diolah oleh peneliti,2023)

3.6 Cara Kerja Alat Desalinasi Air.


Cara kerja dari alat Desalinasi Air dengan Tenaga Solar Cell
Menggunakan Sistem Reverse Osmosi dan Filtrisasi adalah:
3.6.1 Air pertama kali di alirkan atau di tuangkan pada tanki yang laju airnya
menuju filter dengan bahan-bahan alami (Pasir Silika, Karbon Aktif, Batu kerikil,
Batu Zeolit, Sabut Kelapa & Sabut Ijuk).
3.6.2 Pompa pada mesin Reserve Osmosis mendapat suplai tegangan arus
melalui sumber tegangan yang terhubung dari panel surya ke Baterai yang diatur
oleh SCC yang selanjutnya akan disuplai ke inverter dan ke pompa RO.
3.6.3 Air yang sudah disaring pada filter alami tadi akan ditarik oleh pompa dan
dialirkan menuju membran-menbran pada Reserve Osmosis.
3.6.4 Air yang telah melewati membran-membran pada Reserve Osmosis
selanjutnya akan menuju tanki penyimpanan terakhir.
3.6.5 Pada tanki penyimpanan terakhir air akan di sinari oleh sinar Ultraviolet
sebelum air siap diminum.
3.6.6 Hasil air yang sudah di saring oleh filter alami dan reserve osmosis akan
muncul pada digital monitor TDS dan pH meter.
3.7 Cara Kerja Instalasi Energi Surya pada Alat Desalinasi Air.
3.7.1 Solar cell yang merubah sinar matahari menjadi sumber arus pada alat
desalinasi ini dialirkan dan disimpan pada baterai.
3.7.2 Arus listrik dari solar cell akan masuk ke baterai untuk melakukan
pengisian melalui charger controller (SCC) yang berfungsi sebagai pengatur, jika
terdapat overload pada saat pengisian maka baterai akan dilepaskan dari beban.

12
3.7.3 Arus Listrik yang masuk kedalam baterai adalah arus DC (Direct Current)
atau arus searah. Karena pompa RO adalah arus AC maka menggunakan inventer
sebagai pengubah arus DC ke AC.
3.7.4 Pada saat proses desalinasi berlangsung siang hari, listrik yang
digunakan langsung dari panel surya apabila baterai terisi penuh yang diatur oleh
SCC dan pada malam hari menggunakan baterai.
3.8 Indikator Capaian Penelitian.
Indikator keberhasilan dalam penilitian ini adalah :
3.8.1 Alat desalinasi air dengan memanfaatkan energi alternatif panel surya
diharapkan mampu membantu masyarakat dan personil TNI dalam mendapatkan
air bersih.
3.8.2 Hasil air bersih yang telah di proses pada alat desalinasi air dengan
memanfaatkan energi panel surya diharapkan dapat membantu masyarakat
khususnya di daerah – daerah pedalaman dan pesisir yang sedang mengalami
kekurangan air bersih dan kekurangan suplai listrik.
3.8.3 Pemanfaatan energi surya dapat dijadikan sebagai energi alternatif
pengganti sumber tenaga listrik. Energi surya tersebut dapat digunakan untuk
mengisi ulang baterai, sehingga alat ini bisa mengurangi emisi gas yang dapat
menyebabkan pemanasan global.
3.9 Teknik Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan
data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan secara
langsung dari sumber penelitian. Data sekunder merupakan data yang telah
dikumpulkan oleh orang lain sebelumnya, namun tidak dipersiapkan untuk
penelitian secara khusus, akan tetapi data tersebut dapat digunakan sebagai data
penelitian oleh orang lain. Adapun proses pengambilan data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel Rencana Pengujian Kinerja Alat (Data Primer).
Debit Parameter Air
No. Jenis Air
(L/Menit) TDS PH

13
2

(sumber : Diolah olah peneliti, 2023)

Tabel 3.2. Rencana Pengujian Air Layak Minum (Data Sekunder).


Jenis Air
Parameter yang Kadar
No.
diuji Air Air Air Maksimum Ket
PDAM Sumur Sungai
1 TDS (mg/L)
2 Kekeruhan (NTU)
3 Suhu (°C)
4 Besi (mg/L)
5 Klorida (mg/L)
6 Mangan (mg/L)
7 PH
Bakteri Coliform
8
(CFU/100 ml)
Bakteri E.Coli
9
(CFU/100 ml)
(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

Tabel 3.3. Efisiensi Panel Surya Pada Alat Desalinasi.


Daya Energi Energi
Daya yang
yang yang yang
Tempat dan Dihasilkan Efisiensi
Diterima Diterima dihasilkan
Uji Tanggal Panel Panel
Panel panel panel
Pengujian Surya (%)
Surya surya surya
(Watt)
(Watt) (Wh) (Wh)
1
2
3

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengujian Kinerja Alat


Adapun pengujian kinerja alat dilaksanakan untuk mengetahui kinerja alat
menggunakan cara yaitu pada debit berapa alat Reverse Osmosis mampu bekerja
dengan baik dimana alat ini mampu memperbaiki kualitas air dengan menyisihkan
atau meminimalisir zat-zat atau kandungan dalam air berdasarkan tingkat
parameter yang telah ditentukan yaitu TDS (Total Dissolved Solid) dan juga pH
atau derajat keasaman. Berikut merupakan tabel dari uji kinerja alat yang telah
penulis laksanakan.
Tabel 4.1. Tabel Uji Kinerja Alat.
Debit Parameter Air
No. Jenis Air
(L/Menit) TDS PH
0,2 50 8,1
0,18 45 7,5
1 Air Kran PDAM Poltekad 0,15 24 7,3
0,1 23 6,9
0,05 18 6,8
0,2 27,2 7,48
0,18 21,2 7,4
Air Sumur Kec. Blimbing, Kota 0,15 21 7,32
2
Malang 0,1 19 7,26
0,05 15 7,06
0,2 23,8 7,6
0,18 21 7,5
3 Air Sungai Brantas 0,15 18,2 7,46
0,1 16,4 7,34
0,05 15,8 7,04
(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

Berdasarkan pada tabel uji kinerja alat diatas maka diperoleh hasil bahwa
alat Reverse Osmosis akan bekerja dengan baik apabila debit diatur pada 0,05
liter/menit. Tabel menunjukkan bahwa semakin kecil debit air maka akan
meningkat pula kualitas air yang didapatkan berdasarkan parameter PH dan TDS.

15
4.2 Hasil Uji Laboratorium
Tujuan dasar dari alat desalinasi air dengan metode Reverse Osmosis
adalah menghasilkan air yang layak untuk dikonsumsi manusia. Sehingga selain
melakukan proses pengujian dengan alat ukur yang tersedia perlu juga suatu dasar
yang kuat untuk menjadikan bahwa air ini layak atau tidaknya di konsumsi yaitu
dengan menguji kualitas air di laboratorium dengan alat ukur yang lebih lengkap
dan akurat. Maka dari itu penulis melaksanakan pengujian kualitas air Reverse
Osmosis di laboratorium milik Perumda Tugu Tirta, Kota Malang, Jawa Timur.
Berikut merupakan data hasil pengujian kualitas air dengan parameter yang lebih
lengkap :
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Laboratorium Untuk Air Reverse Osmosis.

Jenis Air
Parameter Kadar
No. Ket
yang diuji maksimum
Air Air Air
PDAM Sumur Sungai
1 TDS (mg/L) 20 15 11 500 ✓
2 Kekeruhan (NTU) 0,06 0,2 0,19 5 ✓
3 Suhu (°C) 26 26,2 26,2 ±3 ✓
4 Klorida (mg/L) 3,1 2,9 3,1 250 ✓
5 PH 7,61 7,61 7,61 6,5 – 8,5 ✓
6 Nitrat (NO2) 0,204 0,208 0,209 50 ✓
(mg/L)
7 Nitrit (NO3) (mg/L) 5,4 3,5 1,9 3 ✓
8 Sianida 0,031 0,032 0,032 0,07 ✓
Bakteri Coliform
9 (CFU/100 ml) 0 0 0 0 ✓
Bakteri E.Coli
10 0 0 0 0 ✓
(CFU/100 ml)
(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

Berdasarkan tabel diatas yang diperoleh dari pengujian kualitas air minum
yang dilakukan dengan penambahan parameter pendukung untuk standar air
minum, maka diperoleh hasil bahwa air yang telah di proses pada alat Reverse
Osmosis dinyatakan memenuhi syarat sebagai air layak konsumsi berdasarkan
standar yang telah ditetapkan oleh PERMENKES NO. 492 Tahun 2010 tentang
persyaratan air minum.

16
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian dengan TDS Meter.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa perbandingan antara
variasi debit yang digunakan dengan nilai TDS yang dihasilkan, pernyataan
tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan grafik dibawah ini.

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Debit terhadap TDS.


(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

Berdasarkan grafik pengujian alat Reverse Osmosis 12 Step diatas dapat


kita lihat bahwa pada saat pengujian kualitas air dengan parameter TDS (Total
Dissolved Solid), variasi debit operasional air dapat mempengaruhi tingkat
kualitas air. Dimana semakin rendah debit operasional air yang dihasilkan maka
akan semakin meningkat pula kualitas atau mutu air yang diukur dengan turunnya
TDS (Total Dissolved Solid) pada kandungan air PDAM, air sumur, dan air
Sungai Brantas Pada pengujian air PDAM terjadi penurunan kadar TDS hingga
46,67% (45 mg/L menjadi 24 mg/L) dari debit 0,18 L/menit ke debit 0,15
L/Menit.. Untuk pengujian pada air sungai terjadi penurunan kadar TDS hingga
13,33% (21 mg/L menjadi 18,2 mg/L) dari debit 0,18 L/Menit ke 0,15 L/Menit.
Pada air sumur terjadi penurunan kadar TDS mencapai 22,05% (27,2 mg/L
menjadi 21,2 mg/L). Apabila dirata-ratakan dari total keseluruhan pengujian alat
Reverse Osmosis 12 Step yang dilakukan baik itu menggunakan jenis air PDAM,
Air Sumur, dan Air Sungai Brantas dengan keseluruhan variasi debit
(0,20L/Menit), (0,18 L/Menit), (0,15 L/Menit), (0,10 L/Menit), (0,05 L/Menit)
terjadi penurunan sebesar 14.56% untuk kandungan TDS(Total Dissolved Solid)
dalam air dalam setiap variasi debit.

17
4.4 Pembahasan Hasil Pengujian dengan PH Meter.
Berdasarkan Tabel 4.1, pada proses pengujian alat Reverse Osmosis 12
Step yang dilaksanakan dapat diketahui bahwa perbandingan dan pengaruh antara
kelima variasi debit yang digunakan dengan nilai pH yang dihasilkan, Pernyataan
tersebut akan dijelaskan dengan menggunakan grafik dibawah ini.

Gambar 4.2 Grafik Persentase Penyisihan Kadar PH.


(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

Berdasarkan grafik diatas ini dapat kita lihat bahwa pada saat pengujian
kualitas air dengan parameter pH, variasi debit air dapat mempengaruhi tingkat
kualitas air. Dimana semakin rendah debit air yang beroperasi maka akan
semakin menurun nilai pH yang terjadi namun nilai pH tidak selalu mengalami
penurunan bahkan terjadi peningkatan kadar pH. Pada pengujian air PDAM
terjadi penurunan nilai pH hingga 1,25% (dari 8 menjadi 7,9) pada debit ke 0,10
L/Menit ke 0,05 L/Menit namun pada debit 0,20 L/Menit ke 0,18 L/Menit terjadi
peningkatan nilai pH sebesar 3,70% dari 8,1 menjadi 8,4. Kemudian pada
pengujian air sumur terjadi penurunan hingga 2,75% (dari 7,26 menjadi 7,06)
pada debit ke 0,10 L/Menit ke 0,05 L/Menit. Sedangkan pada air sungai terjadi
penurunan pH sebesar 4,08% (dari 7,34 menjadi 7,04) pada debit 0,10 L/Menit
ke 0,05 L/Menit. Secara umum pada seluruh pengujian apabila dirata-ratakan
terjadi penurunan kadar pH sebesar 1,00%.
4.5 Efisiensi Panel Surya Pada Alat Desalinasi.
Pengujian yang telah dilaksanakan sebanyak 4 kali dilaksanakan pada
tanggal 11 – 14 April 2023, didapatkan efisiensi panel surya melalui proses
perhitungan serta pengukuran dengan alat ukur digital monitor watt, volt dan
ampere meter. Pengujian dilaksanakan untuk mengetahui efisiensi panel surya
dalam kondisi cuaca yang berbeda – beda.

18
Tabel 4.3 Hasil Efisiensi Panel Surya Pada Alat Desalinasi.
Daya Energi Energi
Daya yang
yang yang yang
Tempat dan Dihasilkan Efisiensi
Diterima Diterima dihasilkan
Uji Tanggal Panel Panel
Panel panel panel
Pengujian Surya (%)
Surya surya surya
(Watt)
(Watt) (Wh) (Wh)
Poltekad,
1 576,79 93 1877 230,4 12,3
11-04-2023
Poltekad,
2 881,59 89,48 2866 365,7 12,8
12-04-2023
Poltekad,
3 717,57 93,48 2364 277 11,7
13-04-2023
Poltekad,
4 990,93 76,3 2149 170,8 7,9
14-04-2023
(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

Dari beberapa hasil pengujian yang telah dilaksanakan, mulai pukul


05.35 WIB sampai dengan pukul 17.30 WIB hasil efisiensi didapat dari
perhitungan energi yang diterima panel surya dengan energi yang dihasilkan
panel surya, hasil efisiensi rata-rata panel total harian yang dimana pengujian
dilakukan sebanyak 4 kali. Hasil efisiensi tertinggi didapat pada pengujian kedua
sebesar 12,8%, hasil yang didapat menunjukan tiap waktu berbeda – beda
hasilnya hal tersebut diakibatkan oleh temperatur dan intensitas radiasi yang
diterima tidak konstan karena radiasi matahari yang terjadi pada pelaksanaan
pengujian mengalami penurunan intensitas yang diakibatkan oleh langit yang
mendung, berawan dan hujan akibatnya radiasi matahari mengalami radiasi
hambur (diffused irradiation) dan radiasi terserap (absorbed irradiation).

Gambar 4.3 Grafik Efisiensi Panel Surya Pada Alat Desalinasi.


(Sumber : Diolah oleh peneliti,2023)

19
Pada gambar diatas menunjukan grafik efisiensi yang dihasilkan oleh
panel surya, efisiensi panel tertinggi terjadi pada pengujian kedua yaitu didapat
efisiensi panel sebesar 12,8% yang mana efisiensi panel tersebut termasuk
kedalam panel yang standard atau baik. Sedangkan pada pengujian pertama,
ketiga dan keempat didapatkan efisiensi panel yang menurun hal tersebut
diakibatkan oleh temperatur yang tinggi, energi yang dihasilkan panel tidak
tersalurkan yang mana energi tersebut masuk kedalam penyimpanan baterai atau
ke sistem namun baterai dalam keadaan penuh serta sistem dalam keadaan tidak
beroperasi. Pada grafik tersebut juga menunjukan adanya naik turun efisiensi hal
tersebut diakibatkan oleh faktor cuaca dan intensitas radiasi yang diterima tidak
konstan.
4.6 Kelebihan dari Gagasan yang Ditawarkan.
1) Reverse osmosis mampu menghilangkan zat terlarut dan tidak
memerlukan penambahan bahan kimia
2) Reverse osmosis tidak perlu penambahan pemanas, sehingga air yang
keluar dari proses memiliki suhu yang sama dengan air umpan.
3) Efisiensi sistem reverse osmosis sangat tinggi, peralatan yang
dibutuhkan sederhana dengan perawatan mudah.
4) Penggunaann panel surya merupakan sumber energi terbarukan yang
sangat efektif untuk memenuhi kebutuhan listrik alat desalinasi air ini.
5) Tidak memerlukan listrik dari PLN untuk menjalankan alat ini.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penilitian yang sudah dibahas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1) Metode Reverse Osmosis yang dikolaborasikan dengan filtrasi
alami dalam proses pemurnian air secara umum cukup efektif
meminimalisir atau mereduksi kadar parameter fisik, kimia, dan biologi
dalam berbagai jenis air yang diuji seperti Air PDAM, Air Sumur, Air
Sungai Brantas. Metode Reverse Osmosis dapat mengurangi jumlah TDS
dalam air hingga 95,71% dari 350 Mg/L menjadi 15 Mg/L pada variasi
debit 0,05 L/Menit dan nilai pH dalam air sebesar 9,74% dari 7,8 menjadi
7,04 pada variasi debit 0,05 L/Menit. Maka dari itu debit aliran yang kecil
yaitu 0,05 L/Menit akan lebih efektif untuk memperbaiki kualitas air
dengan menurunkan kadar TDS dan pH dalam air. Secara keseluruhan
metode Reverse Osmosis mampu menyisihkan kadar TDS sebesar 85,69
% dan nilai pH dalam air sebesar 2,63%. Sehingga dengan data tersebut
masyarakat umum dan personil TNI yang sedang melaksanakan tugas
operasi dapat terpenuhi dalam kebutuhan air bersih di daerah krisis air
bersih
2) Efisiensi solar cell dengan kapasitas 100 wp yang dilaksanakan
pengujian selama 4 hari rata-rata sebesar 11,18% dengan energi yang
masuk ke pengisian baterai rata-rata sebesar 2.314 wh dengan daya yang
dihasilkan sebesar 88,02 W. Sehingga dengan data tersebut alat desalinasi
bisa dijalankan walau daerah jauh dari sumber listrik.
5.1 Kesimpulan.
Untuk pengembangan lebih lanjut disarankan untuk memperbesar
kapasitas solar cell, pompa RO, dan menambah alat reverse osmosis agar air
bersih yang dihasilkan dapat lebih banyak sehingga kebutuhan air bersih terpenuhi
untuk masyarakat banyak dan personil TNI yang sedang menjalankan tugas
operasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Saleem, M. W., Abbas, A., Asim, M., Uddin, G. M., Chaudhary, T. N., & Ullah,
A. (2021). Design and Cost Estimation of Solar Powered Reverse Osmosis
Desalination System. Advances in Mechanical Engineering, 13(6), 1–11.
https://doi.org/10.1177/16878140211029090.
Harun, A., & Rasyid, A. (2022). Desain Penyaring Air Siap Minum Dengan
Pemanfaatan Tenaga Surya Untuk Memenuhi Kebutuhan Masyarakat Desa
Terpencil. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Teknik, 2(Januari), 1–10.
http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimt 1.
Arif, N. P. (2020). Rancang Bangun Destilasi Air Laut Menjadi Air Minum
Menggunakan Solar PV Dengan Metode MPPT P&O. Suara
Teknikhttps://doi.org/10.29406/stek.v11i2.2058
Nuryasin Abdillah. (2021). Implementasi Metode Reverse Osmosis Pada
Perhitungan Kapasitas Tangki Pengolahan Air Laut. Jurnal Unitek, 14(1),
10–16.https://doi.org/10.52072/unitek.v14i1.182
Sasongko, N. A., Octavian, A., Marsetio, M., & Laksmono, R. (2019).
Pemanfaatan Teknologi Energi Surya Dalam Memenuhi Kebutuhan Air
Bersih Di Markas Tni Perbatasan MaritimJurnal Pertahanan & Bela
Negara, 9(1), 45. https://doi.org/10.33172/jpbh.v9i1.499.
Rosanda, D. (2020). Rancang Bangun Sistem Destilasi Air Laut Dengan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya [Universitas Teknologi PLN]. In
Skripsi. http://156.67.221.169/id/eprint/3168Salama, L. T. A., &
Abdalla, K. Z. (2019). Design and Analysis of Solar Photovoltaic
Powered Seawater Eeverse Osmosis Plant in the Southern Region of the
Gaza Strip. Desalination and Water Treatment, 143(March), 96–101.
https://doi.org/10.5004/dwt.2019.23610.
Amanda, G. (2019). Perbandingan Penggunaan Motor Dc Dengan Motor Ac
Sebagai Penggerak Pompa.

22
Pratama, E. A. (2019). Analisis Kemampuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Sistem 240 Volt DC di Pantai Baru Yogyakarta (Doctoral
dissertation, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta).
Siswadi. (2016). Analisis Tekanan Pompa Terhadap Debit Air. Jurnal Ilmu-Ilmu
Teknik - Sistem, 11(3), 40.
Sefentry, A., & Masriatini, R. (2020). Pemanfaatan Teknologi Membran Reverse
Osmosis (RO) Pada Proses Pengolahan Air Laut menjadi Air Bersih.
Jurnal Redoks, 5(1), 58. https://doi.org/10.31851/redoks.v5i1.4128
Syahid. (2019). Pengolahan Air Minum Sistem Reverse Osmosis di Pesantren
Hidayatullah Gowa. JURNAL TEPAT for Community
Engagement and Services, 2(2), 60–65.
https://doi.org/10.25042/jurnal_tepat.v2i2.112
Roslinda, E., & Hardiansyah, G. (2019). Teknologi Multi Media Filter Untuk
Memproduksi Air Bersih Di Lahan Gambut. (Jurnal Pengabdian Dan
Pemberdayaan Masyarakat),
Gunawan, L. A., Agung, A. I., Widyartono, M., & Haryudo, S. I. (2021).
Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya Portable. Jurnal
Teknik Elektro, 10(1), 65–71.
Widiharsa, F. A. (2021). Penggunaan DC Buck Converter Voltage Regulator
Sebagai Alternatif Pengatur Sistem Pengisian Baterai Pada PLTS Off
Grid. Prosiding Sistek (Seminar Nasional Teknologi) Fakultas Teknik –
Universitas Merdeka Malang Tahun 2021
Putri, R., Meliala, S., & Zuraida, Z. (2020). Penerapan Instalasi Panel Surya Off
Grid Menuju Energi Mandiri Di Yayasan Pendidikan Islam Dayah
Miftahul Jannah. JET (Journal of Electrical …, 5(3), 117–120.
Ramadhan, W., Kurniawan, A., Lestari, W., Setiawan, D., Studi, P., Elektro, T.,
Teknik, F., Kuning, U. L., Program, D., Teknik, S., Teknik, F., &
Lancang, U. (2021). Pemanfaatan Sinar Matahari Sebagai Energi
Alternatif Untuk Kebutuhan Energi Listrik. Seminar Nasional Karya
Ilmiah Multidisiplin, 1(1), 168-176 9(1), 45.
https://doi.org/10.33172/jpbh.v9i1.499.

23
LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Konsep Gambar Alat.


a. Tampak depan

b. Tampak belakang

c. Tampak atas

24
d. Tampak samping

2. Rangkaian Instalasi Panel Surya.

3.Reverse Osmosis.

25

Anda mungkin juga menyukai