Anda di halaman 1dari 11

A.

IDENTITAS
NAMA
INSTANSI
NIP
NIK
EMAIL
TELEPON
KATEGORI LOMBA
JUDUL KARYA DEPO AIR MINUM SEGER

B. LAPORAN KARYA INOVASI


1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG KARYA
Air termasuk dalam kebutuhan pokok untuk bertahan hidup.
Begitu pentingnya air bagi kehidupan manusia membuat Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan satu hari dalam satu tahun sebagai
Hari Air Dunia (HAD) atau World Water Day (WWD) yang
direkomendasikan secara formal pertama kalinya dalam Sidang
Umum PBB ke-47 mengenai Lingkungan dan Pembangunan UNCED
(United Nations Conference on Environment and Development) yang
populer disebut sebagai Earth Summit pada tanggal 22 Desember
1992 di Rio De Janeiro, Brasil. Indonesia pun memiliki undang-
undang yang mengatur sumber daya air sejak tahun 2004 yakni
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Air sangat penting karena dapat mempengaruhi sejumlah
aktivitas vital yang dilakukan oleh manusia untuk bertahan hidup. Air
yang dikonsumsi baik melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan harus memenuhi syarat kesehatan (Kemenkes, 2010). Air
minum merupakan sumber konsumsi utama pada keluarga, yang salah
satunya adalah Air Minum Isi Ulang (AMIU). Harga yang terjangkau
dirasakan manfaat ekonomis bagi keluarga dengan ekonomi kelas
menegah ke bawah, namun sayangnya tidak semua depot air minum
memberikan jaminan kualitas yang baik terhadap produk yang
dihasilkannya. Air yang harus diminum adalah air yang sehat yang
harus memenuhi persyaratan bakteriologis, kimia radioaktif dan fisik.
KepMenKes RI No : 907/MenKes/SK/VII/2002 mengatur tentang
syarat syarat dan pengawasan kualitas air minum, dimana untuk nilai
Most probable Number (MPN) yaitu 0/ 100 ml contoh air yang
dianalisis
Hasil penelitian Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa rumah
tangga (RT) di Indonesia memiliki proporsi sumber air minum sebesar
66,8% yang meliputi kelompok membeli air kemasan atau isi ulang
sebesar 30,7%, sumur gali terlindung sebesar 22,5%, Perusahaan
Daerah Air Minum sebesar 13,5%, sumur bor sebesar 12,8%, mata air
terlindung sebesar 7,6%, penampungan air hujan sebesar 2,9% dan air
tidak sehat sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan air
minum isi ulang merupakan proporsi terbesar. Tingginya permintaan
terhadap AMIU oleh banyak rumah tangga menyebabkan banyaknya
kegiatan penjualan air minum isi ulang bermunculan dengan harga
yang dirasakan dapat menjangkau kalangan ekonomi kelas menengah
ke bawah, namun tidak semua depot air minum memberikan jaminan
kualitas yang baik terhadap produk yang dihasilkannya, terutama dari
ancaman kontaminasi mikrobiologi yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan pada saluran pencernaan seperti diare
(Indirawati, 2009). Perkembangan teknologi dalam pengolahan air
telah berkembang demikian pesatnya, yang mana menjadi jawaban
untuk sebagian permasalahan yang ada dalam pengolahan air bersih
menjadi air minum salah satunya teknologi penyaringan atau filtrasi
dengan menggunakan membran yaitu Reverse Osmosis (Said, 2009).
Reverse Osmosis (RO) merupakan pengolahan proses fisika
yang dilakukan dengan memberikan tekanan untuk menahan semua
ion dan melepaskan air murni dan membuang air kotor berupa
mineral-mineral garam yang tertahan. Keuntungan menggunakan
proses ini ialah zat organik, bakteri, pirogen serta koloid dapat
dihilangkan karena adanya struktur pori Reverse Osmosis yang
mampu menahan dan berfungsi sebagai penyaring zat-zat tersebut
(Rusydi, 2011). Menurut Bakalar (2009), Reverse Osmosis (RO)
sangat efektif mengatasi permasalahan kualitas air dibandingkan
dengan menggunakan Ozon dan Sinar UV.
Berdasarkan data lapangan yang dilakukan terkait dengan
kebutuhan Air Minum Isi Ulang (AMIU) di Desa Banyubang,
Solokuro, Lamongan cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sumber air di
Desa Banyubang memiliki kadar kapur yang cukup tinggi sehingga
masyarakat harus memasak air dan melakukan proses penyaringan
agar mendapatkan air bersih layak minum. Hal tersebut membuat
masyarakat lebih memilih untuk mengkonsumsi Air Minum Isi Ulang
(AMIU). Sedangkan data lapangan terkait pengelolahan AMIU di
desa Banyubang, Solokuro, Lamongan hampir semua depot
pengelolahan air baru menggunakan metode filtrasi sederhana dengan
tambahan penyinaran Ultraviolet, dan belum ada yang menggunakan
metode Reverse Osmosis (RO).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tergugah
untuk membuat wirausaha dalam rangka penyediaan Air Minum Isi
Ulang (AMIU) berkualitas tinggi menggunakan system Reverse
Osmosis (RO) di desa Banyubang, Solokuro, Lamongan yang
bernama “Depo Air Minum Seger”.
B. TUJUAN
C. MANFAAT
2. KAJIAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI
A. Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Air yang layak minum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, Pasal 1 menyatakan bahwa : “Air
minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum”. Parameter wajib dan parameter tambahan mengenai
standar kualitas air minum yang tercantum dalam Permenkes nomor
492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Adapun
persyaratan kualitas air minum disajikan dalam Tabel 1 sebagai
berikut:

Tabel 1. Persyaratan Kualitas Air Minum Sumber : Permenkes nomor


492 tahun 2010.
Air minum isi ulang adalah air yang telah melalui proses
pengolahan yang berasal dari mata air dan telah melewati tahapan
dalam penjernihan dan pembersihan kandungan airnya dari segala
mikroorganisme patogen tanpa harus dimasak sehingga air tersebut
dapat langsung diminum. Depot Air Minum adalah industri yang
melakukan proses pengolahan pada sumber air baku kemudian diolah
menjadi air minum dan dijual langsung kepada konsumen
(Permenrindag, 2004).

B. Metode Pengolahan Air Sistem Reverse Osmosis (RO)


Reverse Osmosis (RO) adalah suatu metode penyaringan yang
dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan
dengan cara memberi tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di
salah satu sisi membran seleksi (lapisan penyaring) (Arieyanto, R,
2014). Proses tersebut menjadikan zat terlarut terendap di lapisan
yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni bisa mengalir ke
lapisan berikutnya. Membran seleksi itu harus bersifat selektif atau
bisa memilah yang artinya bisa dilewati zat pelarutnya (atau bagian
lebih kecil dari larutan) tapi tidak bisa dilewati zat terlarut seperti
molekul berukuran besar dan ion-ion.
Reverse Osmosis (RO) adalah proses pemurnian air hingga
kandungan TDS < 2 ppm dan dioksigenisasi hingga 80 ppm. Osmosis
adalah sebuah fenomena alam yang terjadi dalam sel makhluk hidup
dimana molekul "solvent" (biasanya air) akan mengalir dari daerah
berkonsentrasi rendah ke daerah Berkonsentrasi tinggi melalui sebuah
membran semipermeabel. Membran semipermeabel ini menunjuk ke
membran sel atau membran apa pun yang memiliki struktur yang
mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari "solvent" berlanjut
sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi
membran.
Proses Reverse Osmosis menggerakkan air dari konsentrasi
kontaminan yang tinggi (sebagai air baku) menuju penampungan air
yang memiliki konsentrasi kontaminan sangat rendah. Dengan
menggunakan air bertekanan tinggi di sisi air baku, sehingga dapat
menciptakan proses yang berlawanan (reverse) dari proses alamiah
osmosis. Dengan tetap menggunakan membran semi-permeable maka
hanya akan mengijinkan molekul air yang melaluinya dan membuang
bermacam-macam kontaminan yang terlarut. Proses spesifik yang
terjadi dinamakan ion eksklusi, dimana sejumlah ion pada permukaan
membran sebagai sebuah pembatas mengijinkan molekul-molekul air
untuk melaluinya seiring melepas substansi-substansi lain. Sistem
kerja Reverse Osmosis (RO) dapat digunakan untuk (Pratama, 2012
dalam Arieyanto, R, 2014) :
1. Low Pressure System (biasa digunakan di perumahan).
Sistem Reverse Osmosis bertekanan rendah adalah yang
bertekanan kurang dari 100 psig. Biasanya digunakan di area
perumahan yang menggunakan sistem penampungan.
Cara kerja sebagai berikut : Tangki penampungan
penempatan di atas (countertop) biasanya tidak bertekanan;
namun jenis tangki penampung terbenam (undersink) biasanya
bertekanan yang akan bertambah seiring bertambahnya isi tangki.
Sistem bertekanan ini mampu menyediakan tekanan yang cukup
untuk menggerakkan air dari tangki penampungan menuju kran.
Unit-unit bertekanan rendah biasanya mampu menghasilkan 2–15
galon per hari, dengan efisiensi besar jumlah air limbah (reject
water) sebanyak 2–4 galon untuk setiap galon air murni yang
dihasilkan. Kemurnian air yang dihasilkan mampu mencapai
95%. Sistem jenis ini sangat terjangkau. Unit jenis ini
memerlukan pemeliharaan berupa penggantian pre dan post filter
(biasanya 1 hingga 4 kali per tahun); dan penggantian membran
Reverse Osmosis setiap 2 hingga 3 tahun sekali, tergantung
penggunaan.
2. High Pressure System (biasa digunakan untuk komersial dan
industri).
Sistem tekanan tinggi biasanya beroperasi pada tekanan
100–1000 psig, tergantung membran yang digunakan dan air yang
akan diolah. Sistem ini biasanya digunakan untuk industri dan
komersial dimana dibutuhkan volume yang besar namun tetap
pada standar kemurnian yang tinggi. Kebanyakan sistem
komersial dan industri menggunakan banyak membran yang
diatur secara pararel untuk menghasilkan jumlah air yang
diinginkan. Air yang telah diproses dari stage pertama kemudian
dilanjutkan ke modul membran tambahan untuk mendapatkan
tingkat pemurnian yang lebih tinggi. Air limbah yang dihasilkan
dapat juga diarahkan ke modul membran berikutnya untuk
meningkatkan efisiensi system. Sistem High Pressure untuk
industri mampu menghasilkan 10 hingga ribuan galon air perhari
dengan efisiensi 1–9 galon air limbah. Kemurnian air bisa
mencapai 95%. Sistem ini lebih besar dan lebih rumit
dibandingkan sistem Low Pressure.

Reverse Osmosis mampu menghilangkan banyak jenis


kontaminan kesehatan dan aestatik. Didesain dengan efektif sehingga
mampu menghilangkan rasa, warna dan bau yang tidak sedap, dan
rasa asin atau soda yang disebabkan oleh klorida atau sulfat. Reverse
Osmosis juga efektif untuk menghilangkan kontaminan kesehatan
seperti arsenik, asbestos, atrazine (hebrisida/pestisida), florida, timah,
merkuri, nitrat, dan radium. Dengan menggunakan pre-filter karbon
yang sesuai (yang biasanya termasuk di banyak sistem reverse
osmosis), maka akan mampu menghilangkan kontaminan seperti
benzene, trikloretilen, trihalometana, dan radon. Beberapa sistem
reverse osmosis juga mampu menghilangkan kontaminan biologi
seperti Crystosporidium. Peringatan dari Water Quality Association
(WQA), bahwa membran reverse osmosis secara umum mampu
menghilangkan semua mikro-organisme dan kontaminan kesehatan,
dengan perancangan sistem reverse osmosis yang dapat mencegah
kegagalan perlindungan pada sistem air minum (Santoso, 2009).
Menurut Bakalar (2009), Reverse Osmosis (RO) sangat efektif
mengatasi permasalahan kualitas air dibandingkan dengan
menggunakan Ozon dan Sinar UV. Sistem RO juga dikenal sebagai
media filter yang memilki pori paling kecil dibandingkan filter – filter
yang lain yaitu 0,0001 mikron (bakteri 0,2 sampai 1 mikron dan virus
0,2- 0,4 mikron). Menghilangkan / menurunkan logam berat seperti
untuk tembaga, nikel, seng, garam, besi dan kalsium. Reverse
Osmosis juga efektif untuk menghilangkan kontaminan kesehatan
seperti arsenik, asbestos, atrazine (hebrisida/pestisida), florida, timah,
merkuri, nitrat, dan radium. Dengan menggunakan pre-filter karbon,
maka akan mampu menghilangkan kontaminan seperti benzene,
trikloretilen, trihalometana, dan radon.
Menurut Ester (2011) menyatakan bahwa kelebihan sistem RO
adalah memiliki membran semipermeabel dengan tekanan tinggi (50-
60 psi), membrane RO menghasilkan air murni 99,99% karena
diameternya lebih kecil dari 0,0001 mikron (500.000 kali lebih kecil
dari sehelai rambut), efektif dalam menyaring mikroorganisme seperti
bakteri maupun virus. Radiasi sinar ultraviolet harus diperhatikan
bahwa intensitas lampu ultraviolet yang dipakai harus cukup, untuk
sanitasi air yang efektif diperlukan intensitas sebesar 30.000 MW
sec/cm2 (Mikcro Watt per sentimeter persegi).

C. Depo Air Minum Seger: Usaha Air Minum Isi Ulang (AMIU)
Dengan Sitem Reverse Osmosis (RO)
Air Minum Isi Ulang (AMIU) yang diolah menggunakan sistem
reverse osmosis (RO) memiliki kualitas lebih baik bila dibandingkan
dengan sistem ultra violet (UV) (Tominik, 2018). Selain itu, Air
Minum Isi Ulang (AMIU) dengan Reverse Osmosis (RO), memiliki
standar kualitas air Internasional dengan ukutan filter atau membrane
yang sangat halus yaitu 0,0001 mikron yang mampu membuang
seluruh bahan pencemar air seperti kimia, biologis, fisik, bakteri, virus
hingga logam berat. Dengan mengkonsumsi air minum yang murni
dari hasil mesin sistem reverse osmosis atau sistem RO, maka
kesehatan dan fungsi ginjal di dalam tubuh dapat tetap terjaga dengan
baik (Arieyanto, R, 2014). Oleh karena itu, “Depo Air Minum Seger”
hadir sebagai bentuk wirausaha dalam rangka penyediaan Air Minum
Isi Ulang (AMIU) berkualitas tinggi menggunakan system Reverse
Osmosis (RO) di desa Banyubang, Solokuro, Lamongan.
Perbedaan sistem pemurni atau filterisasi air minum (Depo) RO
dengan Depo Air biasa adalah sebagai berikut :
a. Dari segi harga
1. Sistem Konvensional yaitu depot air minum UV – (dengan
teknologi Ultra Violet (UV) dan biasa dijual berkisar Rp.
3.000 – Rp. 4.000/galon)
2. Sistem Reverse Osmosis yaitu depot air minum RO (dengan
teknologi RO dan biasa dujual berkisar Rp 5.000 – Rp.
6.000/galon).
b. Dari segi mesin pemurnian
1. Sistem Konvensional (Depot UV), proses pemurniannya
dengan Multimedia Macro Filter. Menggunakan Carbon Aktif,
Silica/Sand, Manganaise, Antracid, Zeloid dan lain-lain
tergantung kondisi air baku yang akan di olah. Berikut adalah
beberapa proses pemurnianya :
a) Pemurnian dengan Macro Filter yaitu menggunakan media
Catrige/Spon sedimen filter untuk menyaring endapat atau
polutan air dengan kerapatan 0,1 s/d 0,5 micron.
b) Sinar Ultra Violet (UV) gunanya untuk sterilisasi air dari
bakteri (untuk depo air minum isi ulang dianjurkan
minimal kapasitas UV : 12 GPM yaitu 12 galon per
menit), karena fungsi UV sangat vital maka UV harus
sesuai standar dan apabila UV tidak berfungsi jangan
menjual air tersebut.
c) Ozone (O3) : fungsinya untuk sterilisasi air dengan media
Gas O3 yang dihasilkan dari proses generator Ozone atau
injeksi langsung dengan oksigen (O2) tabung yang melalui
sistem pembakaran generator mesin Ozone. Adapun air
yang menggunakan sistem ozone kualitas air akan lebih
enak, fresh dan tahan lama walaupun disimpan dalam
jangka panjang tidak berubah atau berlumut.
2. Sistem Reverse Osmosis (Depo RO), proses pemurnian air
dengan media membrane sintetis yang sangat halus,
kerapatannya mencapai 0,00001 micron, maka dengan filter
membrane yang rapat sekali bakteripun tidak bisa tembus ke
dalam membrane tersebut dan air baku kandungan polutan
(TDS) tinggi akan di bolak balik oleh membrane sehingga
proses RO ada air yang terbuang, banyak sedikitnya air yang
terbuang tergantung air bakunya dan kualitas mesin RO
tersebut.

3. DESAIN KARYA
A. MIND MAPPING/FLOW CHAT
B. DESKRIPSI DAN PROSES KARYA INOVASI
4. HASIL PRODUK
A. FOTO DAN KETERANGANNYA
B. PUBLIKASI

LINK VIDEO
IG
TIK TOK
5. BIAYA/ PROVIT DARI KARYA INOVASI
C. DAFTAR PUSTAKA
Arieyanto, R. 2014. Analisa Permintaan Air Minum Isi Ulang Reverse
Osmosis (RO) Di Kota Medan (Studi Kasus : Kecamatan Medan Kota
Belawan). Skripsi : Universitas Sumatera Utara.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
(Rikesdas). 2013. Jakarta.
Bakalar T, Bugel M, Gajdosova L. 2009. Heavy Metal Removal Using
Reverse Osmosis. Acta Montanistica Slovaca Rocnik 14 (3): 250-253.
Ester M. 2011. Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Manusia Dan
Lingkungan. Jakarta: EGC.
Indirawati, S. M. 2009. Analisis Higiene Sanitasi dan Kualitas Air Minum Isi
Ulang (AMIU) Berdsarkan Sumber Air Baku Pada Depot Air Minum
Di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara.
Kementerian Perindustrian RI. 2004. Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia Nomor 651/MPP/Kep/10/2004 Persyaratan Teknis
Depot Air Minum Dan Perdagangannya. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum.Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 736/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta.
Rusydi, Anna Fadliah, S. T. 2011. Membran Osmosis Terbalik. Pusat
Penelitian Geoteknologi, LIPI.
Said, N. I. 2009. Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum Dengan Proses
Biofiltrasi, Ultrafiltrasi Dan Reverse Osmosis (RO) Dengan Air Baku
Air Sungai. Jurnal Air Indonesia, 5(2), 144– 161.
Santoso. 2009. Water Review Technical Brief. Artikel publikasi Water
Quality Research Council, Volume 10 No 3.
Tominik, V. I., Haiti, M., Hutabarat, M. S. H. 2018. Analisis Uji Kualitas
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang (AMIU) Menggunakan Metode
Mpn Pada Pengolahan Air Sistem Reverse Osmosis (RO) Dan Sistem
Ultra Violet (UV). Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana, Volume 1
Nomor 1 Februari 2018 ISSN 2615-6571 (Print), ISSN 2615-6563
(Online), http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH.

D. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai