Anda di halaman 1dari 21

PEMANFAATAN TEKNOLOGI SEA WATER REVERSE OSMOSIS

(SWRO) PADA PROSES DESALINASI AIR LAUT UNTUK OPTIMASI


BRINE WATER
Aridhiena Nurbanie*

Abstrak. Seiring dengan meningkatnya populasi manusia dan tingginya tingkat pencemaran air saat ini, maka Kata kunci:
kebutuhan akan air bersih meningkat setiap tahun. Air laut yang jumlahnya melimpah ruah di bumi ini berpotensi Air
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu contohnya adalah teknologi desalinasi air laut. Air laut
Teknologi desalinasi air laut didominasi oleh sistem membran RO karena memiliki kebutuhan energi yang rendah Brine water
dan ekonomis. Namun, selain menghasilkan produk air tawar, desalinasi juga menghasilkan produk samping Desalinasi
berupa air garam terkonsentrasi (brine water) dengan konsentrasi garam lebih dari 36,000 mg/L. Brine water SWRO
akan menyebabkan eutrofikasi, akumulasi mineral, dan logam berat di badan perairan, serta kerusakan biota
bentik apabila dibuang tanpa dilakukan pengolahan. Pengolahan brine water yang telah dikembangkan adalah
kolam evaporasi, pembuangan langsung ke badan perairan (permukaan maupun laut lepas), pembuangan
melalui pipa limbah, penginjeksikan ke sumur dalam, evaporasi atau kristalisasi, serta sebagai sumber air irigasi
pertanian dan kultivasi komoditas akuakultur. Makalah ini menjelaskan tentang teknologi yang dikembangkan
* Teknik Kimia, ITB.
dalam proses desalinasi air laut, karakteristik, dampak lingkungan, upaya penanganan, dan pemanfaatan brine
water hasil SWRO, serta desain sistem SWRO.

1. Pendahuluan Air laut dapat diproses menjadi air tawar


Sebagian besar pasokan air yang melalui proses desalinasi. Desalinasi mampu
dibutuhkan oleh masyarakat di seluruh dunia menghilangkan garam terlarut dan mineral lain
berasal dari sumber air tawar di dalam tanah dari air laut dan air payau untuk memperoleh
ataupun sumber air bersih di daratan, seperti kualitas air yang sesuai, sehingga dapat
sungai dan danau. Namun, perubahan pola iklim dikonsumsi dan dapat dimanfaatkan dalam
yang dikombinasikan dengan pertumbuhan bidang industri. Teknologi ini dianggap sebagai
penduduk serta terbatasnya pasokan jumlah air cara efektif untuk mengurangi kelangkaan air
yang segar dan tidak mahal, menyebabkan tawar dan mampu meredakan kegelisahan akan
pergeseran perhatian industri air menuju air yang ketersediaan air tawar, dimana masalah tersebut
berasal dari laut. Berdasarkan U.S. Geological adalah masalah yang umum dan sensitif bagi
Survey, 96,5% air bumi terletak di laut dan masyarakat di dunia.
samudera serta 1,7% terletak pada penutup es Penerapan teknologi desalinasi air laut
[1]. Dari keseluruhan jumlah air bumi hanya 0,8% mempertimbangkan berbagai aspek, seperti
yang dianggap sebagai air tawar [1] Persentasi aspek geografik, sumber dan kualitas air, biaya
sisanya terdiri dari air payau, sedikit air asin di investasi dan operasi, biaya pemeliharaan,
permukaan muara sungai, dan sebagai air tanah ukuran dan konstruksi lahan, kebutuhan energi,
dalam ekuifier yang asin. Solusi yang dapat regulasi lingkungan, serta post-treatment air yang
dilakukan sebagai kunci untuk mempertahankan diproduksi. Mezher dkk (2011) melakukan
generasi masa depan di seluruh dunia adalah penelitian mengenai beberapa sumber air yang
dengan penggunaan kembali air atau bisa juga digunakan sebagai umpan desalinasi yang
dengan proses desalinasi air laut. ditampilkan pada Gambar 1.
Tambahan produksi air tawar untuk
masyarakat berhasil disediakan dengan
gabungan proses penggunaan kembali air dan
proses desalinasi air laut. Penggunaan kembali
air telah digunakan untuk sistem irigasi, air 6.00%
Air laut
pendingin pada power plant, air pada proses 8.00% Air payau
industri, pengisian kembali air tanah, dan sebagai 19.00% Air
metode tidak langsung untuk produksi air minum. sungai
Desalinasi menjadi sumber penting untuk Air
67.00%
limbah
pengembangan produksi air minum dengan
desalinasi termal selama 60 tahun terakhir dan
proses pengembangan membran selama 40
tahun terakhir [1].
Gambar 1. Air Umpan Desalinasi
1
Berbagai teknologi desalinasi telah Saat ini, secara global, teknologi desalinasi
dikembangkan, termasuk desalinasi berbasis yang terpasang 68% menggunakan teknologi
proses termal dan membran. Contoh desalinasi desalinasi membran, 30% teknoli desalinasi
berbasis proses termal adalah flash multi-stage termal, dan 2% menggunakan teknologi lainnya.
(MSF) atau multi effect distillation (MED) dan Beberapa negara di Timur Tengah yang memiliki
distilasi kompresi uap (VCD). Untuk distilasi sumber air bersih terbatas telah mengembangkan
berbasis membran contohnya adalah proses desalinasi air laut sebagai proses utama
elektrodialisis (ED), reverse osmosis (RO), dan dalam penyediaan air bersih dan air minum. Data
nanofiltrasi (NF). Aplikasi teknologi reverse UN Water menunjukkan bahwa pada Februari
osmosis (RO) memiliki kapasitas paling tinggi. 2014 terdapat lebih dari 16000 pabrik desalinasi
Sampai saat ini, lebih dari 15.000 sistem di seluruh dunia dengan kapasitas produksi 70
desalinasi telah dipasang di dunia dan sekitar MCM/hari. [4] Menurut data terbaru dari IDA,
50% diantaranya adalah desalinasi jenis RO [2]. jumlah air yang melewati proses desalinasi akan
Hal itu disebabkan karena biaya yang relatif mencapai 100 MCM/hari dengan menghasilkan
rendah dan kemudahan penggunaannya. potensi limbah larutan garam dua kali lipat nya
Kinerja dan kualitas dari metode RO akan (200 MCM/hari). Teknologi RO mendominasi 53%
mempengaruhi konsumsi energi. Pengelolaan dari teknologi pengolahan air laut di dunia pada
konsumsi energi merupakan faktor yang tahun 2011 dan 65% pada tahun 2013-2014 [4].
signifikan dalam pengembangan proses Produksi air bersih melalui proses
desalinasi. Untuk generasi sekarang, proses desalinasi air laut akan menghasilkan air bersih
desalinasi air laut reverse osmosis (SWRO) dan larutan brine (brine water). Keberadaan brine
mengkonsumsi sekitar 2 sampai 4 kWh/m3 pada water tersebut masih menjadi perdebatan
tingkat pemulihan sekitar 45%. Konsumsi energi bilateknologidesalinasi air laut. Brine water atau
ini secara signifikan lebih tinggi dari batas air garam terkonsentrasi dihasilkan sebanyak
termodinamika, yaitu sekitar 0,52 kWh/m 3.[3] 60% dari proses desalinasi. Brine water
Oleh karena itu, konsumsi energi pada proses mengandung konsentrasi garam yang tinggi dan
desalinasi RO saat ini bisa dikurangi secara konsentrasi TDS lebih dari 36,000 mg/L dengan
signifikan dengan dengan mengembangkan rentang suhu 90-110 ˚C [5]. Brine water sebagai
cholr-tolerant dan tahanan fouling pada membran produk samping desalinasi mengandung residu
dengan peningkatan fluks dan penolakan garam. pre-treatment dan produk samping reaksi yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Greenlee harus diolah. Brine water sebagai produk
dkk (2009), teknologi RO berkembang samping desalinasi dinilai berdampak langsung
seirigdengan berjalannya waktu. Data hasil terhadap lingkungan dan berdampak tidak
penelitian tersebut disajikan pada Gambar 3. langsung terhadap sosial-ekonomi.
Palomar dan Losada (2010) menjelaskan
Tahun Tahun bahwa brine adalah garam konsentrasi tinggi
1990 2001
yang memerlukan penanganan lebih lanjut
sebelum dikembalikan ke lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, diperlukan pemahaman lebih
lanjut untuk menentukan teknologi yang tepat dan
ekonomis serta mengetahui langkah antisipatif
terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan
oleh brine. Proses desalinasi pada dasar nya
terdiri dari beberapa tahapan utama seperti
Tahun Tahun seawater intake, pre-treatment, reverse osmosis
2014
2009 process, dan post-treatment.
Pada dasarnya, semakin besar plant
SWRO akan meningkatkan profit yang didapat
karena berkurangnya capital cost dan
operational/ maintenance cost dari tiap unit
proses. Sehingga, SWRO plant berskala besar
menjadi daya tarik sebagai proses utama
desalinasi air laut. Terdapat beberapa proyek
Gambar 2. Perkembangan distribusi teknologi RO dunia [3] SWRO plant berskala besar yang telah dibangun
yaitu seperti yang tercantum pada Tabel 1 [4].
Pada sub bagian sistem SWRO ini akan dibahas
2
sistem proses utama dan pendukung dalam pajak, faktor plant, efisiensi unit, material untuk
merancang suatu SWRO plant. Pokok bahasan konstruksi, biaya tanah, dan yang paling penting
yang akan dibahas dalam paper ini adalah adalah biaya energi.
mengenai sistem desalinasi air laut berbasis RO. Desalinasi air laut masih menemui
beberapa kendala terutama kendala berupa
2. Teknologi Desalinasi Air Laut besarnya kebutuhan energi yang diperlukan
Salinitas air berdasarkan banyaknya garam untuk suatu proses. Besarnya energi yang
yang terlarut dibagi menjadi empat kelas, yaitu air dibutuhkan ini mengakibatkan mahalnya biaya
tawar (fresh water) dengan salinitas <0,05%, air untuk mendapatkan air tawar. Sebagai contoh,
payau (bracwish water) dengan salinitas 0,05-3%, penggunaan membran RO untuk proses
air asin (saline water) dengan salinitas 3-5%, dan desalinasi membutuhkan energi besar untuk
air garam (brine) dengan salinitas >5% [6]. Untuk membuat tekanan hingga 40 sampai 60 bar [9].
memenuhi kebutuhan manusia akan air tawar, Energi untuk proses desalinasi diperoleh
berbagai teknologi dikembangkan untuk dari sumber-sumber energi fosil tak terbarukan
pengolahan air yang mengandung kadar garam atau dari energi listrik yang ujung-ujungnya juga
tinggi menjadi air tawar. Skema proses desalinasi didapatkan dari sumber energi berbasis fosil.
air laut berdasarkan Altae dkk (2014) disajikan Karena hal-hal tersebut, proses desalinasi ini
pada Gambar 3. kurang ekonomis di banyak daerah terutama
darah terpencil. Desalinasi air laut dengan biaya
murah juga tengah dikembangkan. Salah satunya
ENERGI GHG dengan menggunakan teknologi nanofiltrasi.
Membran nanofiltrasi (NF) bisa dipasang
AIR berpasangan menjadi dua tahap atau
PROSES diintegrasikan dengan RO, FO, atau dengan
DESALINASI TAWA
proses distilasi MSF. Di masa depan,
R
AIR pengintegrasian NF dapat menjadi strategi kunci
LAUT BRINE untuk mengurangi besarnya biaya desalinasi
seperti yang ada saat ini [10].
Gambar 3. Skema proses desalinasi air laut Teknologi desalinasi yang digunakan di
seluruh dunia terdiri dari dua tipe dan dapat
Industri desalinasi terus berkembang pesat diklasifikasikan sebagai teknologi desalinasi yang
sejak lima puluh tahun terakhir. Sekarang telah memanfaatkan perubahan fasa (termal) dan
ada 12.506 unit desalinasi dapat ditemukan di teknologi yang memanfaatkan membran. Kedua
100 negara di seluruh dunia dengan kapasitas tipe tersebut merupakan teknologi yang
produksi 22,8 x 106 m3/hari. Kesuksesan industri memerlukan energi dalam pengoperasiannya.
desalinasi diakibatkan oleh adanya reduksi biaya Menurut Dong Zhoua dkk (2010), dari kedua tipe
di unit produksi. Reduksi biaya ini dapat ini, terdapat beberapa kategori yang
dijalankan karena adanya penurunan pada menggunakan teknik yang berbeda, yaitu ada
ukuran spesifik peralatan dan perkembangan pada Gambar 4.
material canggih yang resisten terhadap korosi
sehingga meminimalisasi konsumsi daya
sepesifik. Biaya aktual suatu unit produksi per
satuan produk banyak dipelajari di literatur-
literatur [7]. Multi-stage
Leahy [8] melaporkan biaya unit sebesar FlashEvaporation (MSF) Reverse Osmosis
(RO)
$1,22/m3 untuk 2,7 x 104 m34/d multistage flash Proses Termal
Proses Membran
distillation (MSF). Bednarski dan Minamide [9] Multi
denganEffect Distillation
Perubahan
Satu Fasa
(MED)
Fasa
melaporkan biaya unit produksi sebesar $80/m3 Electrodialysis (ED)
untuk 2,7 x 104 m34/d MSF, $0,72/m hingga
$0,93/m3 pada sistem menggunkan RO Vapor Compression
tergantung pada biaya pre-treatment, dan $0,45/ (VC), Mechanical (MVC),
m3 untuk multiple effect evaporation (MEE). & Thermal (TVC)
Perbedaan biaya pada kedua studi disebabkan
oleh penggunaan basis yang berbeda untuk Gambar 4. Teknologi desalinasi utama
perhitungan, sebagai contoh, perhitungan biaya

3
Terdapat tiga proses membran yang tidak mampu meningkatkan produksi air bersih 10 %
dipertimbangkan dalam proses desalinasi, namun lebih tinggi dari proses satu tahap. Rata-rata
tetp relevan relevan diantaranya adalah brine yang dihasilkan dari teknologi RO adalah 40
microfiltration (MF), ultrafiltration (UF), dan % dan untuk teknologi termal 90 % dari umpan
nanofiltration (NF). Proses pertukaran ion juga masuk (intake) [34]. Pada dasarnya semakin
tidak digunakan dalam proses desalinasi, tetapi besar plant SWRO, maka profit yang diperoleh
banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas juga akan meningkat karena berkurangnya
air dengan tujuan khusus, misalnya boiler feed capital cost dan operational/ maintenance cost
water. dari tiap unit proses. Oleh karena itu, SWRO
Pada teknologi desalinasi termal, proses plant berskala besar menjadi daya tarik proses
destilasi mengikuti siklus air alami, dimana utama desalinasi air laut. Meurut T. Bleninger dkk
larutan garam dipanaskan dan menghasilkan uap (2009), terdapat beberapa proyek SWRO plant
air, kemudian air dikondensasikan hingga berskala besar yang telah dibangun yaitu seperti
menjadi air tawar. Proses yang termasuk tipe ini yang tercantum pada Tabel 2. Pada sub bagian
adalah MSD, MED, dan VC. Saat ini 25% sistem SWRO ini akan dibahas sistem proses
kapasitas desalinasi dunia berbasis MSF. utama dan pendukung dalam merancang suatu
Namun, teknologi destilasi lainnya, seperti MED SWRO plant.
dan VC diperkirakan akan meningkat pesat
sehingga berperan penting di masa yang akan 3.1 Lokasi Pengambilan Air Laut
datang. Hal itu disebabkan karena MED dan VC Dalam merancang sistem SWRO berskala
akan lebih dipahami dan diterima. Seluruh proses besar, perlu diperhatikan lokasi pengambilan air
ini membutuhkan energi termal atau mekanis laut yang akan digunakan sebagai umpan
untuk menguapkan air. Pada akhirnya teknologi produksi air bersih. Kondisi atau struktur lokasi
ini sangat unggul ketika termal energi dengan pengambilan akan memengaruhi biaya sistem
biaya murah tersedia.[10]. perpipaan. Lokasi pengambilan sebaiknya tidak
Desalinasi berbasis membran dapat jauh dari tepi pantai agar biaya dapat ditekan
dioperasikan melalui proses-proses membran [36]. Pengambilan air laut pada bagian dalam
seperti Electrosialisis Reversal (EDR), Reverse akan memberikan kualitas air yang lebih baik dan
Osmosis (RO), Nanofiltrasi (NF), Membran lebih terlindungi dari polusi hidrokarbon
Distilation (MD), dan Forward Osmosis (FO). Dari dibandingkan dengan air laut di bagian
bermacam-macam sistem tersebut, yang lebih permukaan [37]. Pertimbangan lokasi SWRO
umum digunakan adalah proses membran plant yang terdiri dari lokasi pengambilan air laut,
menggunakan Reverse Osmosis (RO) [12]. penyimpanan air umpan, sistem RO, dan post-
treatment harus dipertimbangkan dengan baik.
3. Sistem Sea Water Reverse Osmosis Setelah didapatkan lokasi yang tepat untuk
(SWRO) pengambilan air laut, maka dilakukan
Teknologi membran adalah teknologi yang pengecekan kandungan air laut pada lokasi yang
paling banyak diterapkan dibanding teknologi ditentukan. Setelah itu, data tersebut dapat
lainnya. Teknologi RO adalah teknologi membran dijadikan panduan dalam merancang proses pre-
yang paling populer dalam menangani krisis air treatment, desain sistem RO, dan metode
global. [13] RO adalah proses menggunakan pembersihan membran.
membran dimana kontaminan berukuran terkecil
dan ion monovalen dipisahkan dari umpan. 3.2 Proses Pre-treatment
Pemisahan dengan membran RO bersifat khusus 3.2.1 Metode Konvensional
karena tergantung pada sifat kimia material, Desain proses SWRO sangat bergantung
polimer penyusun lapisan membran dan pada kualitas air laut yang digunakan sebagai
konfigurasi padatan asimetrik lapisan membran. umpan. Proses pre-treatment memegang peran
[14]. F. Macedonio dkk (2012) menunjukkan kunci dalam meningkatkan kualitas umpan air laut
keefektifan dari membrane RO ketika kontak yang juga akan meningkatkan kualitas air produk
yang ditunjukkan pada Tabel 1. [36]. Tahap pertama yang dilakukan dalam pre-
Menurut W. Zhou dkk (2006), treatment adalah melakukan penyaringan
pengembangan metode RO konvensional (satu- sampah yang terbawa, selanjutnya dilakukan
tahap) untuk air laut (SWRO) baru-baru ini adalah koagulasi, flokulasi, filtrasi, dan catridge filter [2].
dengan membuat proses SWRO dua-tahap, yaitu
pada Gambar 5 dan 6. Pengembangan ini

4
Tabel 1. Keefektifan RO ketika kontak dengan air dan kontaminan
Target Hasil Penelitian Sumber
Retentat dari  Retentat melewati proses di dalam SWRO untuk mengurangi volume air yang ditolak. Hal 15
nanofiltrasi itu menyebabkan pemulihan sebsesar 95% dengan konduktivitas air garam N10 mS / cm.
Penghilangan 16
 RO menghilangkan lebih dari 95% TDS dari limbah desalter.
garam dari minyak
 Gabungan sistem ultrafiltrasi dan RO terbukti layak untuk perawatan.
mentah
Minyak dalam air  Prosedur pembersihan dengan penggantian asam-alkali-asam pada tekanan rendah dan 17
limbah filamen laju alir tinggi diadopsi untuk mengembalikan kinerja.
 Penyimpanan pada suhu rendah membatasi pengasaman alami dan perawatan dalam 18
Air proses sehari- beberapa jam setelah pengumpulan akan mencegah penurunan komponen susu.
hari  Langkah RO tunggal cukup untuk memenuhi persyaratan COD dan konduktivitas tembus
untuk air dapat digunakan kembali.
Air limbah  RO adalah pilihan tepat untuk pemulihan air limbah berminyak. Namun, pre-treatment 19
petrokimia secara ekstensif diperlukan untuk menghindari degradasi sistem.
 Perembesan ditemukan cukup untuk penerapan lahan, bahkan di daerah dengan air 20
Air limbah sekunder
tanah dangkal.
Lindi TPA  RO adalah persyaratan yang sangat diperlukan dalam sistem pengolahan lindi TPA. 21
Air limbah pabrik  Kombinasi ultrafiltrasi dan RO efisien untuk perawatan. 22
zaitun  Penolakan cocok untuk pembuangan pada reseptor air dan pengairan.
 RO sangat efektif dalam mengolah limbah jenis pertanian dengan menghilangkan 23
Air limbah pertanian
nitrogen dan bahan kimia yang cukup tahan api
 Penghilangan total hardness jauh lebih tinggi dengan RO (90%) dibandingkan dengan NF 24
Limbah tekstil
(75%).
 Konsentrat yang dihasilkan cocok untuk penghilangan nitrogen total. Namun, pra-filtrasi 25
Air tambang
diperlukan untuk mencegah fouling dari membran.
Air limbah  Kualitas penyerapan dapat memenuhi standar untuk penggunaan kembali air pada air 26
pemolesan ledeng, air pemanas dan pendingin, serta pakan untuk mesin pemurni air.
 Konsentrasi TOC rendah dalam air produk tergantung pada berat molekul cut off 27
Total karbon organik
(MWCO). Permeat ditemukan mengandung sekitar 25% zat humat.
Boron  RO layak digunakan untuk membuang boron dalam air minum dengan tekanan rendah. 28
 Kepadatan biofilm dalam sistem distribusi yang membawa air olah pada RO hasilnya 29
Asimilasi karbon lebih rendah.
organik  RO mengurangi asimilasi karbon organik relatif terhadap perlakuan konvensional. Namun,
pertumbuhan biofilm sangat tinggi untuk air hasl pengolahan RO.
 Fouling dari membran yang disebabkan oleh penyerapan polimer organik ke membran 30
Kopolimer
poliamida sangat minim.
 Membran nanofiltrasi mampu menghilangkan ion nitrat. 31
Ion nitrat
 Menggabungkan NF dan RO mampu meningkatkan tingkat produksi.
 Alkylphenolpolyethoxycarboxylates (APEC) dan asam ethylenediaminetetraacetic (EDTA) 32
hadir dalam produk air menggunakan membrane asetat selulosa.
Jejak organik  Tidak ada bukti jejak organik dalam air yang diolah dengan RO.
 Jejak molekuler organikyang rendah dapat dihapus, bergantung pada membran, kondisi
operasi, dan pre-treatment.
 Membran filtrasi, terutama nanofiltrasi dan ROadalah metode yang menjanjikan untuk 33
menghilangkan polutan berukuran kecil termasuk EDCs.
 Asam bermuatan negatif menunjukkan efisiensi penyisihan rendah sedangkan sotalol dan
Obat-obatan
metoprolol positif dipertahankan.
 Penolakan tertinggi adalah obat-obatan yang bermuatan negatif. dengan efisiensi yang
sangat tinggi.

5
Tabel 2. Empat belas SWRO plant terbesar di dunia
No Negara Lokasi Kapasitas Operasi Membran
(m3/d-1) (tahun) manufacture
1 Israel Sorek 624000 2013 Dow/Hydranauties
2 Israel Hadera 456000 2010 Dow
3 Israel Ashkelon 330000 2005 Dow
4 Saudi Arabia Shuqaiq 216000 2008 Toyobo
5 Saudi Arabia Rabigh 205000 2008 Toyobo
6 Algeria Hamma 200000 2008 Toray
7 Algeria Mostaganem 200000 2010 Dow
8 Algeria SoukTieta 200000 2010 Nitto/Hydronauties
9 Algeria Beni Saf 200000 2008 Nitto/Hydronauties
10 UEA Fujairah 170000 2003 Nitto/Hydronauties
11 Saudi Arabia Shuaiba 150000 2009 Toray
12 Spain Valdelentisco 140000 2007 Dow
13 Trindidad & Tobago Point Lisas 136000 2002 Toray
14 Singapura Tuas 136000 2005 Toray

Gambar 5. Pabrik RO satu tahap [35]

6
Gambar 6. Pabrik RO dua tahap [35]
Hal tersebut perlu dilakukan untuk 3.2.2 Metode Filtrasi Membran UF
mencegah pertumbuhan bakteri (bio-fouling), Metode proses pre-treatment konvensional
pencegahan pembentukan kerak, pengaturan pH, memiliki beberapa kekurangan. Menurut O'Brien
dan menghilangkan padatan-padatan yang dkk (2007), perbedaan utama antara metode
terbawa [25,38]. Langkah-langkah tersebut konvensional dan metode filtrasi membran UF
dilakukan untuk meningkatkan kualitas air umpan dapat dilihat pada Tabel 3. Perbedaan ini
yang akan masuk ke proses RO. memengaruhi jangka waktu fouling pada sistem
RO. Berdasarkan perbandingan yang telah
diketahui dapat dikatakan bahwa metode filtrasi
membran UF memiliki efisiensi lebih baik [40].

Tabel 3. Perbandingan antara metode konvensional dan UF membrane pre-treatment


Pre-treatment konvensional Pre-treatment membrane UF
Kualitas air fluktuatif bergantung kualitas air
Kualitas air produksi Kualitas stabil dan konstan (SDI < 2.0)
umpan (Silt Density Index, SDI <4.0)
Flux RO 100% 20% lebih tinggi
Fouling pada membran RO Potensi fouling tinggi Potensi fouling lebih rendah
Frekuensi pembersihan membran RO 1-2 pembersihan per tahun 4-12 pembersihan per tahun
Jangka waktu penggunaan Filters: 20-30 tahun UF/NF membran:5-10 tahun
Frekuensi penggantian membrane RO 100% 33% lebih rendah
Biaya kapital 100% 0-25% lebih besar
Luas area yang dibutuhkan 100% 30-60% lebih kecil
Konsumsi energy Lebih tinggi dari UF Lebih tinggi dari konvensional
Dosis penggunaan bahan kimia Tinggi Lebih rendah
Sistem perpipaan masuk Panjang Lebih pendek
Biaya operasi Tinggi Lebih rendah
dll - Kontrol boron lebih baik

3.2.3 Proses Membran RO


Performa dan biaya yang diperlukan dalam (NOM), koloid, dan biofilm. Scaling pada
proses membran RO sangat dipengaruhi oleh membran disebabkan oleh pengendapan garam-
beberapa faktor sebagai berikut [13-19]. garam pada permukaan membran yang biasanya
adalah kalsium karbonat (CaCO3), kalsium sulfat
a. Polarisasi Konsentrasi (CaSO4), dan silica (SiO2). Tabel 4. merangkum
Polarisasi konsentrasi dipengaruhi oleh penemuan besar mengenai penelitian terkini
adanya lapisan gel pada permukaan membran berkaitan dengan fouling dan scaling pada
yang menyebabkan meningkatnya tekanan membran.
osmotik pada membran, sehingga menurunnya
nilai flux permeat membran [40]. Lapisan gel c. Chemical Cleaning
dibentuk oleh makromolekul yang bersifat Bahan-bahan kimia biasa digunakan untuk
hidrofobik yang menyebabkan penurunan nilai mengatasi masalah scaling pada membran RO.
flux yang sangat signifikan. Lapisan polarisasi Bahan kimia yang biasa digunakan adalah NaOH,
konsentrasi terbentuk karena adanya Cl2, H2PO4, dan surfaktan. Jenis bahan kimia
makromolekul hidrofilik yang menyebabkan yang digunakan dan konsentrasinya sangat
penurunan nilai flux yang tidak signifikan. memengaruhi biaya yang dibutuhkan.
Penggunaan kosentrasi bahan kimia perlu
b. Fouling dan Scaling diperhatikan agar dapat memberikan efisiensi
pembersihan yang tinggi. Terdapat dua cara yang
Kinerja membran RO sangat dipengaruhi biasa digunakan untuk membersihkah sistem
oleh fenomena fouling dan scaling. Fenomena membran yaitu clean in place (CIP) atau clean
tersebut akan menyebabkan terjadinya offline. Untuk dapat mengetahui kosentrasi CIP
penurunan nilai flux secara signifikan yang akan yang akan digunakan maka perlu diketahui
meningkatkan biaya operasi [41]. Ketika terjadi interaksi antara bahan kimia dengan foulan.
fouling dan scaling, maka hal tersebut dapat
diatasi dengan backwashing, chemical cleaning d. Kualitas dan Salinity Umpan Air Laut
atau penggantian membran [41]. Fouling pada
membran disebabkan oleh natural organic matter
7
Kualitas air umpan yang akan diproses jumlah permeat yang maksimal. Indikator yang
dalam membran RO harus memiliki kualitas yang biasa digunakan untuk menentukan kualitas air
tinggi. Hal ini perlu dilakukan agar memberikan umpan

Tabel 4. Daftar penelitian mengenai fouling dan scaling pada membran


Lingkup/Tujuan Hasil Penelitian Sumber
Penghambatan dan pembersihan  Antiscalant baru diusulkan untuk mencegah pembentukan skala fosfat, sehingga 43
fouling membran menghilangkan kebutuhan akan dosis asam.
 Selaput nanofiltrasi dianjurkan untuk mengurangi skala.
Getaran menggunakan gerakan  Mengurangi tingkat di mana permean fluks dan permeabilitas hidrolik menurun, 44
puntir pemulihan air meningkat, dan fouling membran berkurang
Meminimalkan fouling organik  Pre-treatment menggunakan flokulasi FeCl3 atau adsorpsi PAC mengurangi zona 45
pemblokiran pori. PAC adsorpsi tidak bisa menghilangkan fraksi organik dengan berat
molekul rendah.
Data spektroskopi fotoelektron X-  Adsorpsi spesi organik dan anorganik selama filtrasi. 46
ray (XPS) untuk  Membran dengan ukuran pori terbesar, permukaan paling halus, dan paling hidrofilik
mengkarakterisasi fouling menunjukkan paling sedikit reduksi di fluks permeat.
membran
Diagnosis fouling membran  Tahap pertama fouling membran bersifat organik dan biologis dengan adanya zat 47
tahap pertama dan kedua polimer ekstraselular, sedangkan fouling membran tahap kedua disebabkan oleh
penskalaan, terutama kalsium karbonat.
Kelayakan elektro koagulasi  Konfigurasi bipolar mencapai tingkat penghilangan silika yang lebih besar daripada 48
untuk menghilangkan silika konfigurasi monopolar.
sebagai pre-treatment  Waktu retensi hidrolik yang berlebihan, ternyata merugikan kinerja sistem
Autopsi elemen RO yang kotor  Lapisan fouling tipis tipis dari matriks amorf dengan partikel tersemat terbentuk di 49
bagian atas.
 Bahan amorf lebih lanjut, disarankan untuk memasukkan zat polimer ekstraselular
lalu disimpan.
Efek pre-treatment ozon  Konsentrasi ozon 0,30 mg/L mengurangi kekeruhan dan COD menghasilkan efisiensi 50
keseluruhan yang lebih baik dengan waktu operasi yang lebih lama.
Permeate pH versus pH umpan  Ada pH umpan kritis, di bawah pH yang lebih tinggi dari pH umpan, dan pH di atas 51
yang lebih rendah dari pH umpan.
Mengandalkan bahan kimia dan  Pre-treatment membran telah terbukti. Berdasarkan aplikasi komersial, efisien untuk 52
jenis membran untuk mencegah reklamasi air limbah dengan menggunakan sistem RO.
fouling  Sertifikat anti-fouling dan anti-scaling chemical dapat digunakan.
 Membran dengan fouling rendah juga tersedia.
TOC dan penghapusan  TOC dan penolakan garam masing-masing lebih tinggi dari 99,5% dan 97,8% pada 53
garam Peninjauan pilihan tekanan operasi 70 sampai 107 psi.
penghambat fouling.  Metode destruktif harus dihindari dalam otopsi membran.
 Pre-treatment pakan RO paling baik dilakukan dengan penyaringan membrane.
Menggunakan flotasi udara  Hal ini dapat mengakibatkan perlakuan RO efektif terhadap air laut yang ditandai 54
terlarut dan filtrasi langsung dengan kekeruhan tinggi dan tidak stabil dan ganggang.
ganda
Review mekanisme fouling  Mengurangi potensi pengotoran membutuhkan: (1) pre-treatment yang memadai 55
terhadap air umpan dan (2) operasi unit di bawah fluks kritis
Efek morfologi permukaan  Gambar mikroskop kekuatan atom menunjukkan bahwa partikel terakumulasi di 56
pada fouling koloid "lembah" membran kasar yang mengakibatkan penurunan fluks.
Mengembangkan parameter baru  Alat yang menjanjikan untuk mengukur potensi fouling partikulat air umpan dan 57
untuk memprediksi potensi membandingkan efisiensi berbagai proses pre-treatment untuk menghilangkan
fouling ukuran partikel yang dipilih.

yaitu konsentrasi, suspended solid (SS), remineralisasi, pengaturan pH, disinfaksi dan
kekeurahan, dan SDI. Semakin rendah nilai penghilangan boron. Kualitas air keluaran hasil
indikator tersebut maka jumlah permeat yang proses post-treatment setidaknya harus
dihasilkan juga akan semakin banyak., sehingga, memenuhi kualitas air minum. Proses post-
biaya operasi dari membran RO dapat berkurang. treatment secara umum dijelaskan sebagai
berikut [57,58]:
3.3 Proses Post-treatment  Pengaturan pH dan remineralisasi:
Proses post-treatment dalam sistem penggunaan CO2 dilakukan untuk
desalinasi SWRO pada umumnya melibatkan remineralisasi air sebelum di distribusikan.
8
Selain itu, dilakukan pengaturan nilai pH air limbah, menggunakan kolam penguapan
dalam rentang 6,8 sampai 8,1 agar untuk menghasilkan zero liquid discharge, dan
memenuhi persyaratan kualitas air minum. pembuangan pada lokasi yang dalam.
 Disinfeksi: Proses ini menggunakan sinar UV
untuk membunuh bakteri dan organisme 4. Karekteristik Brine Water
yang muncul dalam air hasi post-treatment. Bleninger dkk (2009) mencoba menghitung
 Penghilangan boron: proses ini bertujuan pembuangan (discharge) dari pabrik desalinasi
untuk mengurangi kandungan boron hingga dan menjelaskan bahwa karakteristik brine yang
seminimal mungkin mencapai 0 ppm. Proses dibuang dapat dipahami dengan memperhatikan
ini menggunakan teknologi boron selective komponen brine, yaitu:
resin (BSR). Selain itu, dikembangkan 1. Struktur bangunan pembuangan, terdiri dari
membran dengan kemampuan yang lebih tipe struktur, lokasi, dimensi dan orientasi
baik dalam merejeksi membran. pembuangan.
2. Efluen, terdiri dari tipe pembuangan, sifat
3.4 Pembuangan brine water fisika, fluks, sifat kimia/biologi, dan laju alir.
SWRO desalination plant akan
menghasilkan produk samping berupa brine. Menurut M.Frappart (2008) yang dijelaskan
Aliran brine merupakan aliran terejeksi dari pada Gambar 7, kosentrat garam akan larut ke air
umpan yang memiliki kandungan total dissolved laut secara cepat jika kedalaman semakin besar.
solid (TDS) sangan tinggi mencapai 70.000 mg/L Ditinjau dari jenis air yang menerima buangan
[53]. Selain itu, aliran brine juga membawa brine,perlu diperhatikan dua hal, yaitu:
beberapa kandungan kimia yang diberikan pada 1. Kondisi lokal di sekitar lokasi pembuangan,
proses pre-treatment. Brine memiliki nilai TDS seperti tipe tampungan air, topografi,
tinggi, sehingga densitas brine jauh lebih besar kedalaman, sifat fisika, kondisi hidrologi dan
dari densitas air laut pada normalnya. Sehingga, sifat kimia/biologi.
ketika brine dibuang ke laut dapat memengaruhi 2. Kondisi regional untuk seluruh system
kondisi kesetimbangan lingkungan [17]. Beberapa perairan, terkait dengan pengaruh tekanan
metode dapat diterapkan untuk mengurangi lain, pengaruh perubahan ekosistem air dan
dampak lingkungan dari pembuangan brine karakteristik pembilasan (flushing).
seperti [59,60] menghubungkan ke pengolahan
Pabrik

Pembuangan brine di
permukaan Arus densitas
Pengaruh
langsung di Pengadukan
pantai Dilusi lambat
terbatas di
dasar laut =
1-3

Gambar 7. Karakteristik pencampuran dan distribusi zat untuk konfigurasi pembuangan melalui saluran atau bendungan di RO Plant

Secara umum, perhitungan densitas brine 1. Salinitas meningkat, tidak ada perbedaan
dan air penerima dipengaruhi oleh fluks temperatur sehingga brine kental (dense).
buoyancy. Untuk mengetahui factor penentu 2. Densitas arus memiliki stabilitas tinggi dan
pilihan sistem yang digunakan dalam mengatur turun sepanjang dasar laut.
efluen brine adalah dengan memahami 3. Efek densitas sangat mempengaruhi
karakteristik efluen tersebut. Karakteristik brine karakteristik pengenceran.
RO menurut Jirka (2008) disajikan pada Tabel 5.
Jirka menjelaskan karakteristik keluaran brine Tabel 5. Karakteristik brine
dari SWRO, yaitu : Parameter Unit Nilai
Ph - 6,75±0,6
9
Konduktifitas µS/cm 1574±49 yield tanaman.
TDS mg/L 1046 ± 28 Laut Temperatur yang tinggi
TOC mg/L 24,3±3,4 menyebabkan migrasi ikan laut.
PO43- mg/L 8,7 ±4,0 Konsentrasigaram yang tinggi
SiO2 mg/L 38,9±1,4 mematikan biota laut (populasi
Al3+ mg/L 0,08±0,03 bentik menurun)
Fe3+ mg/L 0,20±0,02 .
Turbiditas NTU 0,28±0,01 Pentingnya induksi atau pengenalan
UV254 cm-1 0,52±0,05 adanya “air baru” dari teknologi desalinasi air laut
SUVA 1/mg.m 2,01±0,003 maupun pengolahan brine water ke masyarakat
sumber: Ho dkk, 2015
akan meningkatkan kesadaran akan keterbatasan
air dan peningkatan efektifitas penggunaan air.
Berdasarkan G. Oron (2007), konsentrasi
Adapun tiga prinsip keberhasilan dan
beberapa unsur kimia pada brine water dari
keberlanjutan sebuah teknologi, yaitu perolehan
produk teknologi osmosis terbalik tertera pada
kembali biaya operasi dan investasi (economy-
Tabel 6.
full cost recovery), peran dan partisipasi
Tabel 6. Konsentrasi garam pada konsentrat Sistem RO dengan masyarakat (social-proactive public participation),
Perolehan 45% produk pada tekanan operasi 900 psi dan status ekologi yang baik (environment). Hal
Air Laut Konsentrat Produk RO ini akan membangun keseimbangan antara
(ppm) (ppm) (ppm) persediaan dan kebutuhan akan air produk
Sodium (Na) 10,967 19,888 64 desalinasi sehingga dapat memenuhi aktivitas
Potasium (K) 406 736 3 masyarakat secara optimal dengan penggunaan
Magnesium 1306 2372 2 air yang minimal [52].
(Mg) SWRO dengan laju konversi 40%-50%
Kalsium (Ca) 419 761 0,5 membutuhkan air lebih sedikit disbanding proses
Bikarbonat 109 194 0,9 termal/distilasi (laju konversi 10%- 20%),
(HCO3)
sehingga memiliki dampak lingkungan yang lebih
Korida (Cl) 19,862 35,771 10,5
Sulfat (SO4) 2759 5014 1,5 kecil. Konsumsi energi tinggi namun dibanding
TDS 35,666 64,771 176 proses termal lebih kecil. Sampah efluen tidak
mengandung bahan kimia atau polusi termal, tapi
5. Dampak Sosial dan Lingkungan Brine memiliki konsentrasi garam yang tinggi sehingga
Water dampak pada ekosistem laut lebih tinggi. SWRO
Pembuangan brine water dengan tidak melibatkan proses pembakaran sehingga
konsentrasi garam yang tinggi (sekitar 70,000 tidak menimbulkan polusi udara. Dampak visual
ppm) kembali ke laut lepas akan membahayakan tidak ada karena pabrik dibangun secara kompak,
ekosistem laut. Brine water yang dihasilkan namun pabrik SWRO menimbulkan limbah padat
umumnya memiliki suhu yang lebih tinggi akibat proses penggantian membran RO secara
daripada suhu normal badan perairan. Komponen periodik [53].
terlarut dari brine water selama proses pre- Pembuangan limbah SWRO dapat
treatment dan post-treatment desalinasi juga dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
akan menyebabkan eutrofikasi,variasi nilai pH, 1. Kontak langsung dengan air laut melalui
akumulasi mineral dan logam berat, dan konfigurasi sistem pembuangan.
kerusakan biota bentik [52]. Menurut M. Benjamin 2. Kombinasi dengan efluen lain, seperti air
(2009), dampak pembuangan langsung brine pendingin sistem pembangkit listrik.
water terhadap lingkungan tertera pada Tabel 6. 3. Dikeringkan.

Tabel 6. Pengaruh brine water terhadap komponen di lingkungan Ditinjau dari implementasi proyek Ditinjau
Dampak dari implementasi proyek desalinasi air laut,
Saluran pembuangan limbah Peningkatan tekanan yang beberapa dampak yang ditimbulkan akibat
dibutuhkan dalam proses infrastruktur SWRO adalah:
pengolahan limbah 1. Menurunkan kualitas air karena
Air tanah Kontaminasi garam pada pemasangan unit-unit proses dan
molekul air pembangunan infrastruktur sipilnya.
Tanah Akumulasi sodium akan
2. Dampak pada sistem navigasi dan
membentuk kerak dipermukaan
tanah. Perubahan komposisi perikanan.
tanah menyebabkan penurunan 3. Dampak terhadap dinamika pesisir pantai.
10
Terdapat beberapa pertimbangan dalam
Pemasangan pipa bawah laut yang proses pembuangan atau pengolahan brine
berhubungan dengan sumber air dan pipa water hasil desalinasi, antara lain volume atau
pembuangan juga menimbulkan dampak pada kuantitas konsentrat, lokasi geografis titik
beberapa hal, yaitu: pembuangan, persepsi publik, perizinan dan
1. Kerusakan ekosistem di sekitar penggalian. persetujuan publik, kemungkinan korosi pada
2. Efek pada turbiditas air karena peningkatan pipa saluran, ketersediaan energi, kondisi tanah,
konsentrasi padatan tersuspensi. teknologi yang diterapkan, karakteristik
3. Pengurangan cahaya matahari yang masuk konsentrat yang dihasilkan, biaya operasi, dan
ke dasar laut, mengganggu biota laut di ketersediaan fasilitas.
dalamnya. Salah satu negara yang menggunakan
4. Pembentukan sedimentasi karena kematian teknologi desalinasi air laut atau air payau adalah
organisme di dalam laut. Australia. Menurut H. Yang (2008), terdapat
beberapa pengolahan dan pemanfaatan brine
Ditinjau dari sisi instalasi pengambilan air water yang telah diterapkan di Australia yang
laut, dampak yang ditimbulkan adalah: disajikan pada Gambar 8.
1. Resiko intrusi air laut ke dalam air tanah di
sekitar penanaman pipa, khususnya pipa di
bawah permukaan.
2. Jika dipasang dipermukaan, membutuhkan 9.18% Freshwater Discharge
bahan kimia lebih banyak dalam proses 17.35% Sewer Disposal
preparasi, dampak negatif pada habitat 48.98%
permukaan air laut dan resiko tabrakan Ocean Disposal
organisme karena besarnya laju alir air di 12.24% Deep Well Injection
permukaan. 12.24%
Land Application
Brine water yang dibuang ke laut akan
menimbulkan dampak sebagai berikut:
1. Berpengaruh pada kualitas air karena Gambar 8. Manajemen Brine water di Australia
potensi bahan kimia berbahaya,
meningkatkan kekeruhan karena Tantangan dalam produksi air bersih adalah
keberadaan brine. dihasilkan brine sebagai produk samping. Jika
2. Berpengaruh pada plankton karena tidak ditangani dengan baik, brine akan
penurunan tekanan osmosis. menginduksi kerusakan ekosistem laut jika tidak
3. Dampak pada ikan karena kecepatan jet ditangani dengan baik, terutama untuk area laut
discharge. Untuk meminimalisir tertutup [56]. Penanganan brine dilakukan
permasalahan ini maka kecepatan jet dengan pendekatan teknologi desalinasi yang
discharge tidak melebihi 3-3,5 m/s. tepat untuk meminimalisasi terbentuknya brine
4. Dampak pada batu karang yang sensitif selama proses penyediaan air bersih [57]. Upaya
terhadap perubahan lingkungan. lain adalah dengan melakukan treatment brine
5. Dampak pada rumput laut dan alga karena yang terbentuk dalam proses desalinasi air laut.
penurunan kualitas cahaya matahari yang Morillo (2014) telah membandingkan
masuk ke ekosistem laut. beberapa teknologi untuk menurunkan dan
6. Dampak pada rumput laut karena tingginya menghilangkan brine [58].
konsentrasi garam dalam brine.
a. Evaporasi konvensional
Roberts dkk (2010) menyimpulkan dari hasil Cara paling konvensional adalah dengan
penelitian di laboratorium dan observasi di memanaskan brine dibawah sinar matahari.
lapangan bahwa penyebab utama terjadinya Garam akan mengkristal karena air akan
dampak negatif sistem ekologi adalah metode menguap akibat pemanasan matahari. Teknologi
pembuangan dan pemilihan lokasi pembuangan. ini sangat membutuhkan ketersediaan lahan yang
Dampak terbesar adalah dari pabrik desalinasi air luas. Pengembangan teknologi ini adalah dengan
laut dengan sistem multi-stage flash (MSF) [54]. mengintegrasikan kecepatan angin dan cahaya
matahari untuk mempercepat penguapan.
6. Pengelolaan dan pengolahan brine water

11
b. Fitodesalinasi Unit RO
Penggunaan brine untuk produksi tanaman
Air Laut
masih rendah karena rendahnya toleransi garam
pada sebagian besar tanaman. Namun, ada Produk

spesies angiospermae yang toleran terhadap Air


kadar garam air laut, disebut dengan halophytes. Larutan Brine
Metode ini masih dalam tahap penelitian dan Permeasi
pengembangan. Tantangan pengembangan
metode ini adalah ketika tanah yang dialiri brine Vakum
akan mengandung kalium berlebih dan DM
menghambat infiltrasi air, drainase dan evaporasi,
menyulitkan tanaman menyerap unsur hara dari Konsentrat
tanah. Gambar 9. Skema Brine
proses desalinas air laut dengan RO dan
berikutny
Vakum RO
c. Sistem Evaporasi dan Kristalisasi a
Teknologi ZLD berdasarkan prinsip d. RO Dua-Tahap
evaporasi dan kristalisasi. [59] Energi yang Pengolahan air laut dengan RO dua tahap
dibutuhkan sangat tinggi (0.095 Euro/kg brine adalah alternatif teknologi untuk mendapatkan air
yang dievaporasi. Mickley dkk dalam Moriello dkk bersih dalam jumlah banyak dan menurunkan
(2014) juga melakukan recovery dan teknologi brine. Pada tahap pertama, RO bekerja dengan
ZLD. Beberapa alternatif diusulkan dengan tekanan tinggi sedangkan pada tahap kedua
mengkombinasikan RO, pelunak soda, TBC, memiliki tekanan rendah. Industri Toray (Jepang)
kristalisasi termal, spray dryer, kolam evaporasi telah menerapkan sistem ini dan mampu
dan landfill untuk mengambil kembali brine dari mendapatkan 60 % air dibanding proses satu-
air payau sebesar 96%. tahap yang hanya 40 %. Menurut A.J Morton
(1997), sistem tersebut digambarkan pada
d. DM Gambar 10. Faktor penting dalam penerapan
DM merupakan proses pemisahan secara teknologi RO adalah pencegahan terjadinya
non-isotermal dengan menggunakan membran. penyumbatan dan terbentuknya pengotor
Pada proses ini, dua fluida encer dengan (fouling) [62].
temperature berbeda dipisahkan dengan Dalam penanganan brine, diperlukan
membrane hidrofobik mikropori. Temperatur proses backwash untuk meregenerasi membrane
operasi lebih rendah dari temperature kedua agar stabilitas sistem penyaringan tetap terjaga.
fluida tersebut [60]. Salah satu varian DM adalah Brine ditambahkan zat antiscalant, antifouling dan
vakum distilasi membran, dimana tekanan vakum proses koagulasi untuk mencegah gangguan
digunakan untuk mengatur beda tekanan diantara perpipaan selama proses penanganan brine
dua sisi membran. Menurut A.JMorton (1997), berlangsung [63]. Metode untuk mengurangi
varian tersebut digambarkan pada Gambar 9. DM dampak yang ditimbulkan oleh brine, yaitu
sudah komersial dan menghasilkan kualitas dengan melakukan beberapa upaya sebagai
sangat baik dengan menolak garam 99-100%. berikut:
Umpan tidak memerlukan proses pre-treatment 1. Limbah brine dibuang di daerah yang tidak
sehingga mengurangi kebutuhan material, namun dilindungi
DM mudah mengalami penyumbatan. 2. Limbah brine dibuang di laut dengan
turbulensi arus tinggi.
3. Konfigurasi limbah brine diatur melalui
pengenceran agar tidak mengganggu
ekosistem sekitar pembuangan.
4. Jika ada ekosistem yang dilindungi disekitar
pembuangan brine, sebaiknya tidak
menggunakan pembuangan langsung.
5. Maksimalkan pengenceran dengan
menggunakan multi jet diffuse.

12
Gambar 10. Skema proses pilot plant desalinasi air laut oleh Toray-Jepang
Pembuangan brine ke laut dapat dilakukan brine dari pabrik SWRO di Eliat (Israel) dengan
dekat atau jauh dari lokasi pabrik desalinasi kapasitas produksi 10.000 m3/hari. Produksi
Pembuangan dekat dengan lokasi pabrik, garam dengan memanfaatkan brine dari SWRO
ditandai dengan adanya pengenceran awal. plant mengurangi biaya produksi garam dan
Tingkat pengenceran lebih tinggi dicapai di biaya produksi pabrik SWRO. Hal tersebut
lapangan dekat lokasi, karena efek turbulensi diakibatkan oleh tidak dibutuhkannya jalur
lapisan jet dan air. Pembuangan jauh dengan pembuangan brine dan mengurangi dampak
lokasi pabrik dengan memanfaatkan aliran lingkungan terhadap air laut [66].
gravitasi pembuangan brine dari atas ke dasar Melian-Mertel dkk (2011) menjelaskan
laut. Pengadukan bergantung pada kondisi bahwa upaya untuk meminimalisasi dampak
atmosferik dan perbedaan densitas brine dengan pembuangan brine adalah dengan memanfaatkan
air penerima. Rasio pengenceran sangat kecil brine sebagai bahan baku industri berbasis
dan cendrung konstan. senyawa klorida-alkali seperti industry klorin,
hidrogen dan soda kaustik.
Metode lain yang digunakan adalah CDI.
Metode ini mampu menghilangkan 90% garam 7. Desain sistem SWRO
terlarut dalam brine namun elektrodanya mudah Efektifitas dan kualitas yang dihasilkan dari
menangkap senyawa organik penyebab fouling setiap proses dalam SWRO plant berskala besar
dan scaling [64]. Teknologi terbaru dalam harus diperhatikan. Hal ini terkait dengan
meminimalisasi brine adalah dengan menerapkan masalah ekonomi. Biaya operasi SWRO plant
konsep ZLD, yaitu pengolahan air laut dengan sangat besar, sehingga seluruh sistem
mengambil seluruh air dan garam yang diperoleh diharapkan dapat berjalan dengan efisien.
berbentuk padatan siap dijual. Konsep ZLD
melalui tiga langkah utama, yaitu: screening, 7.1 Proses Pre-treatment
evaporasi dan kristalisasi. Selain target utama Sistem pre-treatment perlu di rancang
proses ZLD adalah mengambil 100% air, garam sebaik mungkin untuk menyediakan air umpan
padatan yang siap dijual juga menjadi perhatian, dari air laut yang berkualitas agar proses
sehingga konsep ZLD juga dikenal dengan desalinasi dapat berjalan secara maksimal.
konsep ZDD. Perbedaan ZDD dengan ZLD Penggabungan antara metode pretreatment
lainnya adalah melalui pemanfaatan kelebihan secara konvensional, kimiawi, dan pressure
energi dari RO dalam proses elektrodialisis. driven membrane dirasa akan mampu untuk
Konsep ZD sederhana menurut Roberts dkk menghasilkan air umpan proses yang baik.
(2010) disajikan pada Gambar 11. Metode konvensional yaitu dengan menggunakan
Mekorot Water Company telah sand filter atau multi media filter untuk menyaring
memproduksi garam dengan memanfaatkan partikel berukuran besar [67].

13
Gambar 11. Skema proses ZDD murni akan masuk ke tahap selanjutnya yaitu
post-treatment.
Secara kimiawi dengan menggunakan Terdapat beberapa konfigurasi
bahan-bahan kimia untuk proses sedimentasi dan perancangan sistem SWRO yaitu diantaranya
flokulasi serta membunuh bakteri atau single stage SWRO system, two pass SWRO
mikroorganisme yang ada dalam air umpan [68]. system, two stage SWRO system, dan three
Selanjutnya, digunakan membran mikrofiltrasi center RO system configuration. Konfigurasi
dan ultrafiltrasi untuk memastikan tidak adanya single stage SWRO system biasa digunakan
zat/organisme tak diinginkan yang masih untuk produksi air minum dan terbatas pada
terbawa. Untuk mendapatkan perkiraan permeat. Konfigurasi two pass SWRO system
kandungan hasil pre-treatment dapat didekati digunakan ketika salinitas air laut tinggi (>35.000
dengan melakukan perhitungan secara numerik mg/L) atau kebutuhan kualitas produk air sangat
[69]. ketat. Konfigurasi two stage SWRO system
digunakan untuk memaksimalkan recovery pabrik
7.2 Proses dan Konfigurasi SWRO desalinasi keseluruhan dan mengurangi volume
Setelah melewati proses pre-treatment, air konsentrat yang dibuang. Konfigurasi three
umpan akan di lewatkan pada modul-modul center RO system merupakan pusat pemompaan,
membran SWRO dengan bantuan dari high pusat membran, dan pusat pengambilan energi
pressure pump yang memberikan tekanan tinggi [72].
agar proses pemisahan dapat terjadi. Membran
RO biasanya berbahan spiral wound [70]. 7.3 Post-treatment Process
Membran RO dapat dirancang secara multi stage Sebelum didistribusikan, air murni hasil RO
agar kualitas air yang dihasilkan menjadi lebih perlu di treatment dengan tujuan untuk
baik [70]. Saat ini banyak dikembangkan sistem meningkatkan kualitas air agar setidaknya
RO network (RON) yang terbukti lebih ekonomis memenuhi kriteria air minum. Pada proses post-
dan tangguh dalam melakukan penyaringan [71]. treatment air murni akan diatur nilai pH agar pada
Penentuan jumlah dan konfigurasi rentang 6,8 – 8,1 (netral) [65]. Selanjutnya,
membran yang akan digunakan dapat dihitung dilakukan remineralisasi agar air mengandung
dengan memerhatikan laju alir produk yang mineral-mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, dan
diinginkan. Setelah air laut melewati proses disinfeksi untuk memastikan tidak ada lagi bakteri
SWRO, maka akan dihasilkan fresh water (air yang hidup setelah proses RO [65]. Setelah
murni) dan juga brine. Brine akan dibuang melewati proses post-treatment, air disimpan
dengan memerhatikan aspek lingkungan yang dalam water storage dan selanjutnya akan di
telah dibahas sebelumnya agar tidak memberikan distribusikan untuk memenuhi kebutuhan warga
dampak negatif pada lingkungan. Sedangkan air dan industri. T. A Davis (2006) mengilustrasikan
rancangan sistem desalinasi air laut dengan
14
menggunakan metode RO yang ditunjukkan pada
Gambar 12.

Gambar 12. Diagram proses perancangan sistem desalinasi air laut dengan metode SWRO

7.4 Proses Perolehan Kembali Energi (Energy


Recovery) Dari beberapa sitem energy recovery yang
Penggunaan sistem energy recovery akan ada, sistem pressure exchanger (PX) lebih
menurunkan penggunaan energi yang diperlukan banyak diminati karena memiliki efisiensi yang
untuk melakukan proses desalinasi. Pada lebih tinggi dalam melakukan pengembalian
akhirnya akan menurunkan biaya instalasi sistem energy [73].
SWRO. Air konsentrat umpan yang menuju Proses perolehan kembali energi dengan
sistem RO dengan tekanan yang tinggi memiliki menggunakan sistem Pelton Wheel Turbine
energi potensial yang dapat ditransfer dari waste (PWT). Prinsip dari sistem ini dengan mentransfer
pressure ke aliran umpan. Dengan menggunakan aliran brine dari satu modul ke modul selanjutnya
teknologi ini, maka akan dapat menghemat biaya ketika membran berotasi [74].
kebutuhan energi sampai dengan 40%. Secara
umum terdapat 3 tipe sistem energy recovery 7.5 Biaya Proses Desalinasi
[64,65]: Desalinasi air laut membutuhkan biaya
a. Proses energy recovery dari brine dengan yang tidaklah murah. Proses ini berlangsung
menggunakan sistem Hydraulic Turbo pada tekanan yang sangat tinggi. Proses
Charger (HTC). Sistem HTC menggunakan desalinasi air laut memerlukan biaya sekitar 4.67-
energi yang dimiliki oleh brine yang 5.56 kWh/m3 [75], namun harga tersebut dapat
dimanfaatkan menggunakan turbin yang berbeda-beda pada setiap tempat karena
terhubung langsung dengan impeler pompa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti harga
umpan. listrik setempat, harga air, harga membran dll.
b. Proses energy recovery dengan Gambar 14. menerangkan faktor-faktor yang
menggunakan sistem Pelton Wheel Turbine mengaruhi biaya total sistem desalinasi.
(PWT). Prinsip dari sistem ini dengan
mentransfer aliran brine dari satu modul ke
modul selanjutnya ketika membran berotasi.
c. Proses recovery energy dari brine dengan 7.6 Pengelolaan Brine Water
menggunakan sistem pressure exchanger Pada sistem desalinasi berbasis SWRO,
(PX). PX mentransfer energi dari aliran brine dihasilkan sejumlah brine yang harus diproses
bertekanan tinggi ke aliran masuk dengan terlebih dahulu sebelum dibuang untuk
meggunakan prinsip pemindahan positif. menghindari adanya dampak lingkungan. Ada

15
beberapa metode yang digunakan untuk
mengelola brine, yaitu: mengkonversi brine
menjadi zat kimia yang bermanfaat, diffuse
discharge, deactivation, immobilisation, dan
direct discharge [76]. Pengelolaan brine dengan
metode tersebut telah banyak digunakan dalam
SWRO plant yang ada saat ini. Pengelolaan brine
menjadi keharusan dalam sistem desalinasi.
Sehingga, banyak penelitian yang mempelajari
dan mengembangkan teknologi pengelolaan
brine saat ini.

8. Kesimpulan
Jumlah air laut dimuka bumi jumlahnya
sangat melimpah dibandingkan dengan jumlah air
tawar yangt ersedia. Potensi air laut untuk
dimanfaatkan oleh umat manusia pun tentunya
sangat besar. Produksi air laut menjadi air tawar
dilakukan melalui suatu proses yang dinamakan
desalianasi air laut. Salah satu teknologi
desalinasi yang tepat untuk diterapkan adalah
Sea Water Reverse Osmosis (SWRO) karena
lebih efektif dengan biaya yang lebih murah. Air
produk desalinasi dapat digunakan untuk
kebutuhan masyarakat, sedangkan brine water
dapat diolah dengan kolam evaporasi dan
digunakan untuk sektor pertanian dan akuakultur.
Hal tersebut dapat mengontrol dampak yang
ditimbulkan oleh brine water terhadap lingkungan
dan kesehatan manusia. Pengolahan dan
penggunaan brine water harus
mempertimbangkan mempertimbangkan kualitas,
penggunaan energi, dan biaya operasi. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan
teknologi pembuangan brine water atau
mengolah brine water menjadi produk yang lebih
bermanfaat. Teknologi desalinasi air laut berbasis
SWRO memerlukan energi yang sangat besar.
Oleh karena itu, perancangan sistem desalinasi
berbasis SWRO harus dirancang secara efektif
dan efisien untuk dapat memproduksi pure water
secara ekonomis, sehingga dapat menghasilkan
keuntungan dan meminimalisir dampak brine
water terhadap lingkungan.

16
Faktor

Intake Pre-Treatment Sistem RO Energy Saving Post-treatment

Kualitas sumber Kualitas air Tipe Pre- Kapasitas Tipe Pompa Energy
Kapasitas Tipe pengambilan Kapasitas Konfigurasi Renewable Permeat Brine
air umpan treatment redundant membran bertekanan Recovery
Energy
tinggi Device

Di bawah Di Filtrasi Filtrasi Cellulose Hollow


Kombinasi Satu lokasi Concentrate
permukaan permukaan konvensional membran acetate/ fiber/Spiral-
dengan recycle,
polyamide wound Pompa Reverse
Power Plant booster Pompa
pump, multi sentrifugas running pump,
positive
stages & pelton wheel,
displacement
passes turbocharger,
Media Tipe pressure
Vertical beach Pompa Cartridges Tipe modul permeat
filtrasi membran exchanger
wells, horizontal blending,
directionally,drill number &
ed (HDD) wells Fibrous Vertical size individual Kualitas air
Hydrophilic/ Pembuangan
media, pressure Submerged RO etc produk,
hydrophobic, brine &
multi filter, membrane, remineralisasi, dampak
MF/LF/NF
medium, horizontal Pressure pengaturan lingkungan
multi stage pressure driven Ph,
filter, membrane penghilangan
gravity filter boron
Deep well
injection, zero
discharge,
waste water
treatment
plant
Gambar 13. Faktor yang mempengaruhi total biaya dalam SWRO Plant skala besar [76]

17
Daftar Notasi [4] Jirka, G. H. (2008). Improved discharge configurations for brine
effluents from desalination plants. Journal of Hydraulic Engineering,
SWRO Sea Water Reverse Osmosis
134(1), 116-120.
RO Reverse Osmosis
[5] O'Brien, T. F., Bommaraju, T. V., & Hine, F. (2007). Handbook of
MCM Mega Cubic Meter
Chlor-Alkali Technology: Volume I: Fundamentals, Volume II: Brine
IDA International Desalination Agency
Treatment and Cell Operation, Volume III: Facility Design and
UN United Nation
Product Handling, Volume IV: Operations, Volume V: Corrosion,
BUMN Badan Usaha Milik Negara
Environmental Issues, and Future Developments (Vol. 1). Springer
NaCl Natirum Klorida
Science & Business Media.
Ca Kalsium
[6] A. Altae, A. Sharif. Pressure retarded osmosis: Advancement in the
Mg Magnesium
process applications for power generation and Desalination.
Tbk Terbuka
Elsevier (2014). 1-5.
MSF Mutistage Flash
[7] H.T. El-Dessouky, H. M. Ettouney, F. Mandani, Performance of
ME Mutltiple Effect Distillation
parallel feed multiple effect evaporation system for seawater
ED Elektrodialisis
desalination. Journal: Elsevier (1999), 3-4.
ZLD Zero Liquid Discharge
[8] D. Zhou, L. Zhu, Y. Fu, M. Zhu, L. Xue. Development of lower cost
ZDD Zero Desalination Discharge
seawater desalination processes. Elsevier (2015). 1-2.
kg kilogram
[9] M. Mulder. (1997). Basic Principles of Membrane Technology.
TBC Thermal Brine Concentrator
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers, 315-316, 483.
DM Distilasi membran
[10] Dong Zhoua, Lijing Zhua, Yinyi Fua, Minghe Zhub, Lixin Xuea,
FeCl3 Ferriklorida
Development of lower cost seawater desalination processes using
DOC Dissolve Organic Content
nanofiltration technologies - A review.
CDI Capacitive Deionization
[11] I. Renewable and E. Agency. Water desalination using renewable
ED Electrodialisis
energy. March, 2012.
[12] I. Houcine, F. Benjemaa, M. Chahbani, and M. Maalej.
Daftar Pustaka
(1999) .Renewable energy sources for water desalting in Tunisia,”
[1] Li, D., & Wang, H. (2010). Recent developments in reverse osmosis
Desalination, vol. 125, pp. 123–132.
desalination membranes. Journal of Materials Chemistry, 20(22),
[13] M. Kurihara, H. Yamamura, T. Nakanishi, (1999), High recovery/
4551-4566.
high pressure membranes for brine conversion of SWRO process
[2] Mezher, T., Fath, H., Abbas, Z., & Khaled, A. (2011). Techno-
development and its performance data, J. Desal, 125, 9-15.
economic assessment and environmental impacts of desalination
[14] F. Macedonio, E. Driolli, A.A. Gusev, A. Bardow, R. Semiat, M.
technologies. Desalination, 266(1-3), 263–273
Kurihara, (2012), Efficient technologies for worldwide clean water
[3] Greenlee, L. F., Lawler, D. F., Freeman, B. D., Marrot, B., & Moulin,
supply, J. Chemical Engineering Processing 5, 2-17.
P. (2009). Reverse osmosis desalination: water sources,
[15] C. Figueruelo, A. Bes-Pia, J.A. Mendoza Roca, J. Lora-Garcia, B.
technology, and today's challenges. Water research, 43(9), 2317-
Cuartas-Uribe, Reverse osmosis of the retentate from nanofiltration
2348.
of secondary effluents, Desalination 240 (2009) 274–279.

18
[16] S. Norouzbahari, R. Roostaazad, M. Hesampour, Crude oil desalter Treatment IWA Publishing, Journal of Water Supply: Research and
effluent treatment by a hybrid UF/RO membrane separation Technology—AQUA 56 (1) (February 2007) 25–40.
process, Desalination 238 (2009) 174–182. [28] J. Bohdziewicz, M. Bodzek, E. Wasik, The Application of Reverse
[17] M. Frappart, M. Jaffrin, L. Ding, Reverse osmosis of diluted skim Osmosis and Nanofilration on the Removal of Nitrates from
milk: comparison of results obtained from vibratory and rotating disk Groundwater, Desalination 121 (1999) 139–147.
modules, Separation and Purification Technology 60 (2008) 321– [29] A.T. Salveson, P.E. Requa, R.D. Whitley, G. Tchobanoglous,
329. Potable Versus Reclaimed: Water Quality, Regulatory Issues,
[18] M.T. Ravanchi, T. Kaghazchi, A. Kargari, Application of membrane Emerging Concerns, Proceedings Annual Conference and
separation processes in petrochemical industry: a review, Exhibition, Water Environment Federation, Anaheim, CA, 2000.
Desalination 235 (2009) 199–244. [30] Y. Fujita, W. Ding, M. Reinhard, Identification of Wastewater
[19] G. Oron, L. Gillerman, A. Bick, Y. Manor, N. Buriakovsky, J. hagin, Dissolved Organic Carbon Characteristics in Reclaimed
Membrane Technology for sustainable treated wastewater reuse: Wastewater and Wecharged Groundwater, Water Environment
agricultural, environmental and hydrological consideration, water Research 68 (5) (1996) 867–876.
science and technology 57 (9) (2008) 1383–1388. [31] N. Bolong, A.F. Ismail, M.R. Salim, T. Matsuura, A Review of the
[20] S. Renou, J.G. Givaudan, S. Poulain, F. Dirassouyan, P. Moulin, Effects of Emerging Contaminants in Wastewater and Options for
Landfill Leachate Treatment: Review and Opportunity, Journal of Their Removal, Desalination 239 (2009) 229–246.
Hazardous Materials 150 (2008) 48–493. [32] W. McFall, P. Christofides, Y. Cohen, J. Davis, Fault-Tolerant
[21] C.A. Paraskeva, V.G. Papadakis, E. Tsarouchi, D.G. Control of a Reverse Osmosis Desalination Process, 8th
Kanellopoulou, P.G. Koutsoukos, Membrane Processing for Olive International IFAC Symposium on Dynamics and Control of
Mill Wastewater Fractionation, Desalination 213 (2007) 218–229. Process Systems Preprints, 3, June 6–8, 2007, Cancún, Mexico.
[22] C.A. Paraskeva, V.G. Papadakis, E. Tsarouchi, D.G. [33] L. Song, K. Tay, G. Singh, Critical design considerations for
Kanellopoulou, P.G. Koutsoukos, Membrane processing for olive harnessing reverse osmosis processes in water/wastewater
mill wastewater fractionation, Desalination 213 (2007) 218–229. treatment IWA Publishing, Water Science and Technology: Water
[23] M. Marcucci, G. Nosenzo, G. Capanelli, I. Ciabatti, D. Corrieri, G. Supply 6 (6) (2006) 61–70.
Ciardelli, Treatment and Reuse of Textile Effluents based on New [34] T. Bleninger, A. Niepelt, G. Jirka, (2009), Desalination plant
Ultrafiltration and other Membrane Technologies, Desalination 138 discharge calculator, Baden-Baden, Germany.
(2001) 75–82. [35] W. Zhou, L. Song and T.K. Guan, A Numerical Study on
[24] J. Drewes, M. Reinhard, P. Fox, Comparing Microfiltration-Reverse Concentration Polarization and System Performance of Spiral
Osmosis and Soil-Aquifer Treatment for Indirect Potable Reuse of Wound RO Membrane Modules. J. Membr. Sci., 271 (2006) 38–46.
Water, Water Research 37 (2003) 3612–3621. [36] Y M KIM et al, Overview of system engineering approaches for a
[25] Y. Xu, J.-Q. Jiang, Technologies for boron removal, Industrial and large scale sea water desalination plant with reverse osmosis
Engineering Chemistry Research 47 (1) (2008) 16–24. network, 238 (2009) 312–332.
[26] M. Meckes, R. Haught, K. Kelty, J. Blannon, D. Cmehil, Impact on [37] M. Wilf, ed. The Guidebook to Membrane Desalination Technology,
Water Distribution System Biofilm Densities from Reverse Osmosis Elsevier, The Netherlands, 2007.
Membrane Treatment of Supply Water, Journal of Environmental [38] A. Munoz Elguera and S.O. Perez Baez, Development of the most
Engineering and Science 6 (4) (July 2007) 449–454. adequate pre-treatment for high capacity seawater desalination
[27] S. Liu, M. LePuil, J. Taylor, A. Randall, Nanofiltration and Reverse plants with open intake. Desalination, 184 (2005) 173–183.
Osmosis Biostability Relative to Alternative Methods of Water
19
[39] P.H. Wolf, S. Siverns and S. Monti, UF membranes for RO [50] A. Bartman, C. McFall, P. Christofides, Y. Cohen, Model-predictive
desalination pretreatment. Desalination, 182 (2005) 293–300. control of feed flow reversal in a reverse osmosis desalination
[40] I.G Wenten, P.T.P. Aryanti, 2014, Ultrafiltrasi dan Aplikasinya, process, Journal of Process Control 19 (3) (2009) 433–442.
Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. [51] C. Bartels, Reverse Osmosis Membranes for Wastewater
[41] I.G Wenten, P.T.P. Aryanti, A.N. Hakim, Khoiruddin, 2012, Teknik Reclamation. Hydranautics, 401 Jones Road, Oceanside California,
Regenerasi Membran, Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. USA 92054, 2004.
[42] E. Vrijenhoek, S. Hong, M. Elimelech, Influence of Membrane [52] S. Chesters, Innovations in the inhibition and cleaning of reverse
Surface Properties on Initial Rate of Colloidal Fouling of Reverse osmosis membrane scaling and fouling, Desalination 238 (2009)
Osmosis and Nanofiltration Membranes, Journal of Membrane 22–29.
Science 188 (2001) 115–128. [53] W. Shi, M. Benjamin, Fouling of RO membranes in a vibratory
[43] B. Van der Bruggen, L. Lejon, C. Vandecasteele: Reuse, shear enhanced filtration process (VSEP) system, Journal of
Treatment, and Discharge of the Concentrate of Pressure-Driven Membrane Science 331 (2009) 11–20.
Membrane Processes, Environmental Science & Technology 37 [54] H.K. Shon, S.H. Kim, S. Vigneswaran, R. Ben Aim, S. Lee, J. Cho,
(17) (2003) 3733–3738. Physicochemical pretreatment of seawater: fouling reduction and
[44] H. Ivnitskya, I. Katza, D. Minzc, E. Shimonid, Y. Chene, J. membrane characterization, Desalination 238 (2009) 10–21.
Tarchitzkye, R. Semiatb, C. Dosoretza, Characterization of [55] H. Yang, C. Huang, J. Pan, Characteristics of RO foulants in a
Membrane Biofouling in Nanofiltration Processes of Wastewater brackish water desalination plant, Desalination 220 (2008) 353–
Treatment, Desalination 185 (2005) 255–268. The concentrate of 358.
pressure-driven membrane processes, Environmental Science & [56] W. Den, C. Wang, Removal of silica from brackish water by
Technology 37 (17) (2003) 3733–3738. electrocoagulation pretreatment to prevent fouling of reverse
[45] C. Bartels, R. Franks, S. Rybar, M. Schierach, M. Wilf, The effect of osmosis membranes, Separation and Purification Technology 59
feed ionic strength on salt passage through reverse osmosis (2008) 318–325.
membranes, Desalination 184 (2005) 185–195. [57] Brown, S. Evaluation of ozone pretreatment on flux rate of reverse
[46] H. Park, B. Freeman, Z. Zhang, M. Sankir, J.E. McGrath, Highly osmosis for surface water treatment. A dissertation for the degree
chlorine-tolerant polymers for desalination, Angewandte Chemie of Doctor of Philosophy, Huntsville, Alabama 2006.
120 (2008) 6108–6113. [58] A. Bick and G. Oron, Post-treatment design of seawater reverse
[47] S. Boerlage, M. Kennedy, G. Witkamp, J. van der Hoek, J. osmosis plants: boron removal technology selection for potable
Schippers, BaSO4 solubility prediction in reverse osmosis systems, water production and environmental control. Desalination, 178
Journal of Membrane Science 159 (1999) 47–59. (2005) 233–246.
[48] Bergman, R. Membrane Processes. Water treatment plant design, [59] T. Reynolds and J. Debroux, Seawater desalination pilot program:
American Water Works Association and American Society of Civil First and second pass RO permeate and finished water quality,
Engineers, McGraw-Hill Handbooks, 2005. Marin Municipal Water District, Corte Madera, CA, 2007.
[49] N. Pomerantz, Y. Ladizhansky, E. Korin, M. Waisman, N. [60] G. Amy, Membrane-based water desalination state of the art and
Daltrophe, J. Gilron, Prevention of scaling of reverse osmosis future prospects. In International seminar by center for seawater
membranes by “zeroing” the elapsed nucleation time. Part I. desalination plant. Seoul, 2007.
Calcium sulfate, Industrial and Engineering Chemistry Research 45 [61] A.J. Morton, I.K. Callister and N.M. Wade, Environmental impacts of
(2006) 2008–2016. seawater distillation and reverse osmosis processes. Desalination,
108 (1997) 1–10.
20
[62] Burn, S., Hoang, M., Zarzo, D., Olewniak, F., Campos, E., Bolto, B., [73] M. Taniguchi, M. Kurihara, S. Kimura, (2001), Behavior of a reverse
& Barron, O. (2015). Desalination techniques — A review of the osmosis plant adopting a brine conversion two-stage process and
opportunities for desalination in agriculture. Desalination, 364, 2– its computer simulation, J. Membr. Sci.183, 249–257.
16. [74] R. Bashitialshaeer, K.M. Person, (2015), Developing new
[63] Meerganz von Medeazza, G. L. (2005). “Direct” and socially- measuring technique controlling desalination brine concentration,
induced environmental impacts of desalination. Desalination, IDAWC 15, California.
185(May), 57–70. [75] L.Y. Lee, H.Y. Ng, S.L. Ong, J.Y. Hu, G. Tao, K. Kekre, B.
[64] P. Palomar, I.J. Losada, (2010, Impacts of Brine Discharge on the Viswanath, W. Lay, H. Seah, (2009), Ozone-biological activated
Marine Environment. Modelling as a Predictive Tool, Environmental carbon as a pretreatment process for reverse osmosis brine
Hydarulics Institute, “IH Cantabria”, Spain. treatment and recovery, Water Res. 43, 3948–3955.
[65] D.A. Roberts, E.L. Johnston, N.A. Knott, (2010), Impacts of [76] T.A. Davis, (2006), Zero Discharge Seawater Desalination :
desalination plant discharges on the marine environment: a critical Integrating the production of freshwater, salt, magnesium, and
review of published studies, Water Res. 44, 5117–5128. bromine, Desalination and Water Purification Research and
[66] Oron, G., Gillerman, L., Buriakovsky, N., Bick, A., Gargir, M., Dolan, Development Program Report no. 111, University of South Carolina
Y., Hagin, J. (2008). Membrane technology for advanced Research Foundation.
wastewater reclamation for sustainable agriculture production.
Desalination, 218(February 2006), 170–180.
[67] C. Jiang, Y. Wang, Z, Zhang, T. Xu, (2014), Electrodialysis of
concentrated brine from RO plant to produce coarse salt and
freshwater, J.Membr. Sci 450, 323-330.
[68] A. S. Nafey, H. E. S. Fath, A. A. Mabrouk, and M. A. Elzzek, Exergy
and Thermo-Economics Investigation of Multi Effect Evaporation
(MEE) and Hybrid Multi Effect Evaporation – Multi Stage Flash,
(MEE-MSF) Systems, Ninth International Water Technology
Conference (2005).
[69] J. Morillo, J. Usero, D. Rosado, H.E Bakouri, A. Riaza, F-J,
Bernaola, (2014), Comparative study of brine management
technologies for desalination plants, J. Desalination 336, 32- 49.
[70] F. Helfer, C. Lemckert, Y.G. Anissimov, 2013, Osmotic power with
Pressure Retarded Osmosis: Theory, performance and trends–A
review, Elsevier (2013), 6-7.
[71] A. Perez-Gonzalez, A.M. Urtiaga, R. Ibanez, I. Ortiz, State of the art
and review on the treatment technologies of water reverse osmosis
concentrates, Elsevier (2011).
[72] J.-P. Mericq, S. Laborie, C. Cabassud, (2010), Vacuum membrane
distillation of seawater reverse osmosis brines, Water Res. 44,
5260–5273.

21

Anda mungkin juga menyukai