Abstrak
Kebutuhan manusia akan air terus bertambah seiring dengan pertumbuhan penduduk dan industri.
Namun, jumlah sumber air yang ada saat ini sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang terus bertambah dengan sangat pesat. Sehingga, air laut yang jumlahnya sangat berlimpah
dimanfaatkan untuk mengatasi kekurangan yang ada. Namun, air laut memiliki kandungan garam
terlarut yang sangat tinggi. Sehingga, air laut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dapat digunakan.
Sala satu metode desalinasi air laut yang telah komersial digunakan yaitu sea water reverse osmosis
(SWRO). Metode ini terbukti efektif dan menguntungkan di beberapa tempat untuk memproses air laut
menjadi air murni. Metode ini menggunakan membran RO untuk merejeksi kandungan garam terlarut
agar didapatkan air murni. Proses rejeksi garam terlarut pada air laut dilakukan pada tekanan tinggi,
sehingga memerlukan energi yang besar untuk melangsungkan proses ini. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan setiap sistem pemrosesan dalam SWRO plant agar proses desalinasi dapat berjalan secara
maksimal dan ekonomis. Pada paper ini akan dibahas mengenai perancangan sistem pengolahan air laut
menggunakan SWRO dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perancangan.
process, dan post-treatment. Pokok pendukung utama agar SWRO plant dapat
bahasan yang akan dibahas dalam paper ini berjalan dengan baik [2].
adalah mengenai sistem desalinasi berbasi
RO. 2.2 Kondisi Air Laut Umpan
Setelah didapatkan lokasi yang tepat
untuk pengambilan air laut, maka
2. Sistem SWRO dilakukan pengecekan kandungan air laut
pada lokasi yang ditentukan. Setelah
Pada dasarnya, semakin besar plant
mengetahui komposisi air laut yang akan
SWRO akan meningkatkan profit yang
digunakan, maka data tersebut dapat
didapat karena berkurangnya capital cost
dijadikan panduan dalam merancang
dan operational/ maintenance cost dari
proses pre-treatment, desain sistem RO,
tiap unit proses. Sehingga, SWRO plant
dan metode pembersihan membran.
berskala besar menjadi daya tarik sebagai
proses utama desalinasi air laut. Terdapat
2.3 Proses Pre-treatment
beberapa proyek SWRO plant berskala
besar yang telah dibangun yaitu seperti 2.3.1 Metode Konvensional
yang tercantum pada tabel 1 [4]. Pada sub Desain proses SWRO sangat
bagian sistem SWRO ini akan dibahas bergantung pada kualitas air laut yang
sistem proses utama dan pendukung dalam digunakan sebagai umpan. Proses pre-
merancang suatu SWRO plant treatment memegang peran kunci dalam
meningkatkan kualitas umpan air laut yang
2.1 Struktur Area Pengambilan Air Laut juga akan meningkatkan kualitas air
Dalam merancang sistem SWRO produk [6]. Tahap pertama yang dilakukan
berskala besar, perlu diperhatikan lokasi dalam pre-treatment adalah melakukan
pengambilai air laut yang akan digunakan penyaringan sampah yang terbawa,
sebagai umpan produksi air bersih. selanjutnya dilakukan koagulasi, flokulasi,
Kondisi/struktur lokasi pengambilan filtrasi, dan catridge filter [2]. Hal tersebut
memengaruhi biaya sistem perpipaan. perlu dilakukan untuk mencegah
Sebaiknya, lokasi pengambilan tidak jauh pertumbuhan bakteri (bio-fouling),
dari tepi pantai agar biaya dapat ditekan pencegahan pembentukan kerak<
[2]. Namun dilain hal, pengambilan air laut pengaturan pH, dan menghilangkan
pada bagian dalam akan memberikan padata-padatan yang terbawa [5,7].
kualitas air yang lebih baik dibandingakan Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk
dengan air laut di permukaan dan juga air meningkatkan kualitas air umpan yang
laut bagian dalam lebih terlindungi dari akan masuk ke proses RO.
polusi hidrokarbon [5]. Sehingga,
pertimbangan lokasi SWRO plant yang 2.3.2 Metode Filtrasi Membran UF
terdiri dari lokasi pengambilan air laut, Metode proses pre-treatment
penyimpanan air umpan, sistem RO, dan konvensional memiliki beberapa
post-treatment harus dipertimbangkan kekurangan. Perbedaan utama antara
dengan serius. Lokasi SWRO plant juga metode konvensional dan metode filtrasi
harus terdiri dari housing intake pump membran UF dapat dilihat pada tabel 2
system, laboratory, warehouse, station for [5,8]. Perbedaan ini memengaruhi jangka
electric transformation, dan gedung waktu fouling pada sistem RO.
administrasi sebagai komponen Berdasarkan perbandingan yang telah
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 3
Frekuensi penggantian
100% 33% lebih rendah
membran RO
Biaya kapital 100% 0-25% lebih besar
Luas area yang dibutuhkan 100% 30-60% lebih kecil
Lebih tinggi dari
Konsumsi Energi Lebih rendah dari UF
konvensional
Dosis penggunaan bahan
Tinggi Lebih rendah
kimia
Sistem perpipaan masuk Panjang Lebih pendek
Biaya operasi Tinggi Lebih rendah
dll - Kontrol boron lebih baik
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 4
diketahui dapat dikatakan bahwa metode scaling pada membran RO. Bahan kimia
filtrasi membran UF memiliki efisiensi yang biasa digunakan adalah NaOH, Cl2,
lebih baik [12]. H2PO4, dan surfaktan. Jenis bahan kimia
yang digunakan dan konsentrasinya sangat
2.4 Proses Membran RO memengaruhi biaya yang dibutuhkan.
Performa dan biaya yang Penggunaan kosentrasi bahan kimia perlu
diperlukan dalam proses membran RO diperhatikan agar dapat memberikan
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor efisiensi pembersihan yang tinggi.
sebaigai berikut [13-19]. Terdapat dua cara yang biasa digunakan
untuk membersihkah sistem membran
2.4.1 Polarisasi Konsentrasi yaitu clean in place (CIP) atau clean
Polarisasi konsentrasi dipengaruhi offline. Untuk dapat mengetahui kosentrasi
oleh adanya lapisan gel pada permukaan CIP yang akan digunakan maka perlu
membran yang menyebabkan diketahui interaksi antara bahan kimia
meningkatnya tekanan osmotik pada dengan foulan.
membran, sehingga menurunnya nilai flux
permeat membran [20]. Lapisan gel 2.4.4 Quality dan Salinity Umpan Air Laut
dibentuk oleh makromolekul yang bersifat Kualitas air umpan yang akan
hidrofobik yang menyebabkan penurunan diproses dalam membran RO harus
nilai flux yang sangat signifikan. Lapisan memiliki kualitas yang tinggi. Hal ini perlu
polarisasi konsentrasi terbentuk karena dilakukan agar memberikan jumlah
adalanya makromolekul hidrofilik yang permeat yang maksimal. Indikator yang
meyebabkan penurunan nilai flux yang biasa digunakan untuk menentukan
tidak signifikan. kualitas air umpan yaitu concentration,
suspended solid (SS), turbidity, dan SDI.
2.4.2 Fouling dan Scaling Semakin rendah nilai indikator tersebut
Kinerja membran RO sangat maka jumlah permeat yang dihasilkan juga
dipengaruhi oleh fenomena fouling dan akan semakin banyak. Sehingga, biaya
scaling. Fenomena ini akan menyebabkan operasi dari membran RO dapa berkurang.
terjadinya penurunan nilai flux secara
signifikan yang akan meningkatkan biaya 2.5 Proses Post-treatment
operasi [21]. Ketika terjadi fouling dan Proses post-treatmen dalam sistem
scaling, maka hal tersebut dapat diatasi desalinasi SWRO pada umumnya
dengan backwashing, chemical cleaning melibatkan remineralisasi, pengaturan pH,
atau penggantian membran [22]. Fouling disinfaksi dan penghilangan boron.
pada membran disebabkan oleh natural Kualitas air keluran hasil proses post-
organic matter (NOM), koloid, dan treatment setidaknya harus memenuhi
biofilm. Scaling pada membran kualitas air minum. Proses post-treatment
disebabkan oleh pengendapan garam- secara umum dijelaskan sebagai berikut
garam pada permukaan membran yang [23,24]:
biasanya kalsium karbonat (CaCO3), Pengaturan pH dan Remine-ralisasi:
kalsium sulfat (CaSO4), dan silica (SiO2). penggunaan CO2 dilakukan untuk
remineralisasi air sebelum di
2.4.3 Chemical Cleaning distribusikan. Selain itu, dilakukan
Bahan-bahan kimia biasa pengaturan nilai pH dalam rentang
digunakan untuk mengatasi masalah
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 5
6,8 sampai 8,1 agar memenuhi sangat besar, sehingga diharapkan seluruh
persyaratan kualitas air minum. sistem dapat berjalan dengan efisien.
Disinfeksi: Proses ini menggunakan
sinar UV untuk membunuh bakteri 3.1 Pretreatment Process
dan organisme yang muncul dalam air Sistem pre-treatment perlu di rancang
hasi post-treatment. sebaik mungkin untuk menyediakan air
Penghilangan boron: proses ini umpan dari air laut yang berkualitas agar
bertujuan untuk mengurangi proses desalinasi dapat berjalan secara
kandungan boron hingga seminimal maksimal. Penggabungan antara metode
mungkin mencapai 0 ppm. Proses ini pretreatment secara konvensional,
menggunakan teknologi boron kimiawi, dan pressure driven membrane
selective resin (BSR). Selain itu, dirasa akan mampu untuk menghasilkan
dikembangkan membran dengan air umpan proses yang baik. Metode
kemampuan yang lebih baik dalam konvensional yaitu dengan menggunakan
merejeksi membran. sand filter atau multi media filter untuk
menyaring partikel berukuran besar [2].
2.6 Pembuangan Brine dan Dampak Secara kimiawi dengan menggunakan
Lingkungan bahan-bahan kimia untuk proses
SWRO desalination plant akan sedimentasi dan flokulasi serta membunuh
menghasilkan produk samping berupa bakteri atau mikroorganisme yang ada
brine. Aliran brine merupakan aliran dalam air umpan [26]. Selanjutnya,
terejeksi dari umpan yang memiliki digunakan membran mikrofiltrasi dan
kandungan total dissolved solid (TDS) ultrafiltrasi untuk memastikan tidak
sangan tinggi mencapai 70.000 mg/L [2]. adanya zat/organisme tak diinginkan yang
Selain itu, aliran brine juga membawa masih terbawa. Untuk mendapatkan
beberapa kandungan kimia yang diberikan perkiraan kandungan hasil pre-treatment
pada proses pre-treatment. Brine memiliki dapat didekati dengan melakukan
nilai TDS tinggi, sehingga densitas brine perhitungan secara numerik [2].
jauh lebih besar dari densitas air laut pada
normalnya. Sehingga, ketika brine dibuang 3.2 Reverse Osmosis Process and
ke laut akan dapat memengaruhi kondisi Configuration
kesetimbangan Lingkungan [2]. Beberapa Setelah melewati proses pre-treatment, air
metode dapat diterapkan untuk umpan akan di lewatkan pada modul-
mengurangi dampak lingkungan dari modul membran RO dengan bantuan dari
pembuangan brine seperti [4,25]: high pressure pump yang memberikan
menghubungkan ke pengolahan air tekanan tinggi agar proses pemisahan
limbah, menggunakan kolam penguapan dapat terjadi. Membran RO biasanya
untuk menghasilkan zero liquid discharge, berbahan spiral wound [27]. Membran RO
dan pembuangan pada lokasi yang dalam. dapat dirancang secara multi stage agar
kualitas air yang dihasilkan menjadi lebih
3. Desain Sistem baik [2]. Saat ini banyak dikembangkan
sistem RO network (RON) yang terbukti
Dalam SWRO plant berskala besar
lebih ekonomis dan tangguh dalam
sangat perlu diperhatikan efektifitas dan
melakukan penyaringan [28].
kualitas yang dihasilkan dari setiap proses.
Penentuan jumlah dan konfigurasi
Hal ini sangat terkait dengan masalah
membran yang akan digunakan dapat
ekonomi. Biaya operasi SWRO plant akan
dihitung dengan memerhatikan laju alir
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 6
produk yang diinginkan. Setelah air laut warga dan industri. Gambar 1
melewati proses reverse osmosis, maka mengilustrasikan rancangan sistem
akan dihasilkan fresh water (air murni) dan desalinasi air laut dengan menggunakan
juga brine. Brine akan dibuang dengan metode RO.
memerhatikan aspek lingkungan yang
telah dibahas sebelumnya agar tidak 3.4 Proses Energy Recovery
memberikan dampak negatif pada Penggunaan energy recovery system
lingkungan. Sedangkan air murni akan akan menurunkan penggunaan energi yang
masuk ke tahap selanjutnya yaitu post- diperlukan untuk melakukan proses
treatment. desalinasi. Pada akhirnya akan
Terdapat beberapa konfigurasi menurunkan biaya instalasi sistem SWRO.
perancangan sistem SWRO yaitu Air konsentrat umpan yang menuju sistem
diantaranya single stage SWRO system, RO dengan tekanan yang tinggi memiliki
two pass SWRO system, two stage SWRO energi potensial yang dapat ditransfer dari
system dan three center RO system waste pressure ke aliran umpan. Dengan
configuration. Konfigurasi single stage menggunakan teknologi ini, maka akan
SWRO system biasa digunakan untuk dapat menghemat biaya kebutuhan energi
produksi air minum dan terbatas pada sampai dengan 40%. Secara umum
permeat. Konfigurasi two pass SWRO terdapat 3 tipe energy recovery system
system digunakan ketika salinitas air laut [30,31]:
tinggi (>35.000 mg/L) atau kebutuhan Proses recovery energy dari brine
kualitas produk air sangat ketat. dengan menggunakan sistem
Konfigurasi two stage SWRO system hydraulic turbocharger (HTC). Sistem
digunakan untuk memaksimalkan HTC menggunakan energi yang
recovery pabrik desalinasi keseluruhan dan dimiliki oleh brine yang dimanfaatkan
mengurangi volume konsentrat yang menggunakan turbin yang terhubung
dibuang. Konfigurasi three center RO langsung dengan impeler pompa
system merupakan pusat pemompaan, umpan.
pusat membran, dan pusat pengambilan Proses recovery energy dengan
energi [29]. menggunakan sistem pelton wheel
turbine (PWT). Prinsip dari sistem ini
3.3 Post-treatment Process dengan mentransfer aliran brine dari
Sebelum didistribusikan, air murni satu modul ke modul selanjutnya
hasil RO perlu di treatment dengan tujuan ketika membran berotasi.
untuk meningkatkan kualitas air agar Proses recovery energy dari brine
setidaknya memenuhi kriteria air minum. dengan menggunakan sistem pressure
Pada proses post-treatment air murni akan exchanger (PX). PX mentransfer
diatur nilai pH agar pada rentang 6,8 – 8,1 energi dari aliran brine bertekanan
(netral) [2]. Selanjutnya, dilakukan tinggi ke aliran masuk dengan
remineralisasi agar air mengandung meggunakan prinsip pe-mindahan
mineral-mineral yang dibutuhkan oleh positif.
tubuh, dan disinfeksi untuk memastikan Dari beberapa sitem energy recovery
tidak ada lagi bakteri yang hidup setelah yang ada, sistem pressure exchanger (PX)
proses RO [2]. Setelah melewati proses lebih banyak diminati karena memiliki
post-treatment, air disimpan dalam water efisiensi yang lebih tinggi dalam
storage dan selanjutnya akan di melakukan recovery energy [30].
distribusikan untuk memenuhi kebutuhan
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 7
Gambar 1. Diagram Proses Perancangan Sistem Desalinasi Air Laut Dengan Metode SWRO [2]
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 8
Gambar 2. Faktor yang Mempengaruhi Total Biaya Dalam SWRO Plant Skala Besar [2]
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 9
Referensi
[1] H. Mehdizadeh, Membrane [11] esalination Academy, SWRO
desalination plants from an energy-exergy problem.
viewpoint. Desalination, 191 (2006) 200– Available:
209. http://idadesal.org/wp-
[2] Y M KIM et al, Overview of system content/uploads/2014/03/IDAA_SIWW20
engineering approaches for a large scale 14_rev.pdf
sea water desalination plant with reverse diakses 19 -11-2015.
osmosis network, 238 (2009) 312–332. [12] I.G Wenten, P.T.P. Aryanti, 2014,
[3] S. Ebrahim and M. Abdel-Jawad, Ultrafiltrasi dan Aplikasinya, Teknik
Economics of seawater desalination by Kimia Institut Teknologi Bandung.
reverse osmosis. Desalination, 99 (1994) [13] S. Lee, J. Cho and M. Elimelech,
39–55. Influence of colloidal fouling and feed
[4] G. Amy, Membrane-based water water recovery on salt rejection of RO and
desalination state of the art and future NF membranes. Desalination, 160 (2004)
prospects. In International seminar by 1–12.
center for seawater desalination [14] S. Sablani, M.F.A. Goosen, R. Al-
plant.Seoul, 2007. Belushi and M. Wilf, Concentration
[5] M. Wilf, ed. The Guidebook to polarization in ultrafiltration and reverse
Membrane Desalination Technology, osmosis: A critical review. Desalination,
Elsevier, The Netherlands, 2007. 141 (2001) 269–289.
[6] J. Leparc, S. Rapenne, C. Courties, P. [15] G. Al-Enezi and N. Fawzi, Design
Lebaron, J.P. Croue, V. Jacquemet and G. consideration of RO units: Case studies.
Turner, Water quality and performance Desalination, 153 (2003) 281–286.
evaluation at seawater reverse osmosis [16] W. Zhou, L. Song and T.K. Guan, A
plants through the use of advanced numerical study on concentration
analytical tools. Desalination, 203 (2007) polarization and system performance of
243–255. spiral wound RO membrane modules. J.
[7] A. Munoz Elguera and S.O. Perez Membr. Sci., 271 (2006) 38–46.
Baez, Development of the most adequate [17] K.G. Tay and L. Song, A more
pre-treatment for high capacity seawater effective method for fouling
desalination plants with open intake. characterization in a full-scale reverse
Desalination, 184 (2005) 173–183. osmosis process. Desalination, 177 (2005)
[8] P.H. Wolf, S. Siverns and S. Monti, UF 95–107.
membranes for RO desalination [18] S.G. Yiantsios, D. Sioutopoulos and
pretreatment. Desalination, 182 (2005) A.J. Karabelas, Colloidal fouling of RO
293–300. Membranes: An overview of key issues and
[9] Drioli Enrico. Comprehensive efforts to develop improved prediction
Membrane Science and Engineering, techniques. Desalination, 183 (2005) 257–
Volume 1, Italy, 2010. Page 30. 272.
[10] Dow, World’s Largest SWRO Plant in [19] R. Sheikholeslami and S. Tan, Effects
Hadera, Israel. of water quality on silica fouling of
Available: desalination plants. Desalination, 126
http://msdssearch.dow.com/PublishedLite (1999) 267–280.
ratureDOWCOM/dh_089c/0901b8038089 [20] I.G Wenten, A.N. Hakim, Khoiruddin,
c360.pdf?filepath=liquidseps/pdfs/noreg/6 P.T.P. Aryanti, 2013, Polarisasi
09-02219.pdf&fromPage=GetDoc Konsentrasi dan Fouling Pada Membran,
diakses 19 -11-2015. Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung.
Ridho Naufal Fadhila, Perancangan Sistem Pengolahan Air Laut Menggunakan SWRO, 2015, 1-10 10