Anda di halaman 1dari 21

KELAYAKAN TEKNOLOGI DESALINASI SEBAGAI ALTERNATIF

PENYEDIAAN AIR BERSIH LAYAK KONSUMSI


Peran : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

TUGAS BESAR TAHAP 1

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Berpikir Solusi Kreatif

Oleh

KELOMPOK 6 :

Uswatun Khasanah 104220003

Angga Eka Wijaya 104220009

Christian Rio Ferdinand 104220039

Muhammad Theo Reza Pahlevi 104220057

Muhammad Fakhri Aziz* 104220067

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................…………… i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ...................................................................................iii

BAB I Latar Belakang................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

BAB II Pendefinisian Masalah.................................................................................. 2

2.1 Pendefinisian Masalah................................................................................... 2

2.2 Kepner-Tregoe Problem Analysis (KTPA)....................................................... 2

BAB III Pengumpulan Ide.........................................................................................4

3.1 Teknik SCAMPER.............................................................................................4

BAB IV Analisis Keputusan....................................................................................... 4

4.1 Kepner-Tregoe Decision Analysis (KTDA)....................................................... 5

4.2 Adverse Consequences.................................................................................. 8

4.3 Kepner-Tregoe Potential Problem Analysis (KTPPA)......................................9

BAB V Implementasi...............................................................................................10

5.1 Gant Chart.................................................................................................... 10

5.2 Deployment Chart........................................................................................ 11

5.3 Budget.......................................................................................................... 12

5.4 Prototype......................................................................................................13

BAB VI Evaluasi.......................................................................................................15

BAB VII Kesimpulan................................................................................................ 17

BAB VIII Daftar Pustaka.......................................................................................... 18


ii
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM

Tabel 2.2.1 Kepner-Tregoe Problem Analysis (KTPA).............................................. 3

Tabel 3.1.1 Teknik SCAMPER................................................................................... 4

Tabel 4.1.1 Kepner-Tregoe Decision Analysis (KTDA)..............................................5

Tabel 4.1.2 Klasifikasi Angka Bobot dan Angka Rating............................................7

Tabel 4.1.3 Perkiraan Biaya yang Dibutuhkan......................................................... 7

Tabel 4.2.1 Adverse Consequences......................................................................... 8

Tabel 4.2.2 Kepner-Tregoe Potential Problem Analysis (KTPPA).............................9

Tabel 5.1.1 Gant Chart........................................................................................... 10

Tabel 5.2.1 Deployment Chart............................................................................... 11

Tabel 5.3.1 Budget................................................................................................. 12

Diagram 5.4.1 Prototype Tidak Berwujud..............................................................13

Diagram 5.4.2 Prototype Berwujud....................................................................... 14

iii
BAB I
LATAR BELAKANG

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok demi menjaga kelangsungan
hidup manusia. Semua makhluk hidup di bumi pasti memerlukan air. Pada zaman ini,
tingkat konsumsi air yang dapat dikonsumsi sangat kecil, apabila dibandingkan
dengan jumlah perairan di bumi sekitar ¾ dari bumi. Kelangkaan air bersih
menyebabkan manusia mencari cara lain untuk mendapatkan air bersih, salah
satunya dengan menggunakan desalinasi air laut. Air laut tidak bisa langsung
dikonsumsi karena mengandung ion klor, natrium, belerang, magnesium, kalsium
dan kalium, enam ion ini membentuk 99,28 % berat dari air laut. Proses desalinasi air
mengubah air laut yang tidak layak diminum sehingga memenuhi kriteria air bersih
dengan parameter diantaranya adalah air tidak berasa asam, manis, pahit, atau asin.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari solusi pemenuhan kebutuhan air
bersih layak konsumsi bagi warga pesisir pantai menggunakan metode desalinasi.
Proses pengolahan air laut menjadi air tawar disebut dengan proses desalinasi.
Desalinasi adalah proses pengurangan kadar garam yang ada pada air. Desalinasi
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu, Reverse Osmosis (RO), Elektrodialisis,
Multi-Effect Distilation (MED), dan Multi-Stage Flash (MSF) serta Capacitive
Deionization (CDI) [2]. Reverse osmosis merupakan suatu metode pembersihan
melalui membran semipermeable dengan menerapkan konsep perbedaan
konsentrasi. Elektrodialisis adalah proses dialisis dengan menggunakan bantuan
medan listrik dalam bejana untuk mempercepat pembebasan ion dari kantung
permeabel . MSF adalah proses pengembunan uap air hasil pemanasan air laut
dengan menggunakan tekanan yang semakin lama semakin rendah . MED hampir
sama dengan MSF tetapi proses pemanasannya dilakukan berulang-ulang [1].

1
BAB II
PENDEFINISIAN MASALAH

2.1 Pendefinisian Masalah

Penduduk pesisir garis pantai sangat berpotensi mengalami defisit suplai air
bersih layak minum untuk dikonsumsi sehari-hari. Hal ini dikarenakan mata air yang
tersedia seringkali sudah terkontaminasi dengan air laut sehingga berasa asin dan
tak layak minum. Selain itu, Total Dissolve Solution (TDS) yang terkandung dalam air
tersebut juga terlampau tinggi. Beban biaya untuk proses penjernihan air pun dinilai
cukup mahal sehingga memberatkan penduduk yang tinggal di sekitar pesisir.
Berdasarkan data WHO (2000) diperkirakan lebih dari 2 milyar manusia per hari
terkena dampak kekurangan air di lebih dari 40 negara di dunia. Sejumlah 1,1 milyar
orang tidak mendapatkan air yang memadai dan 2,4 milyar tidak mendapatkan
sanitasi yang layak. Sedangkan pada tahun 2050 diprediksikan bahwa 1 dari 4 orang
akan terkena dampak dari kekurangan air bersih (Gardner- Outlaw and Engelman,
1997 dalam UN, 2003).

Di Indonesia, ancaman akan kurangnya air bersih setiap tahunnya selalu


meningkat. Berdasarkan data World Resources Institute (WRI) mengenai sumber
daya air tawar yang dimiliki oleh setiap negara di dunia, Indonesia menduduki
peringkat ke-51 dengan tingkat krisis level resiko tinggi (High 40-80% possibility).
Akan tetapi dengan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer dan luas wilayah laut
sekitar 5,8 juta kilometer persegi, potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal
untuk pemenuhan air bersih layak konsumsi bagi masyarakat daerah pesisir pantai.
Sedangkan pertumbuhan masyarakat daerah pesisir yang semakin meningkat
membutuhkan suplai air layak konsumsi yang semakin bertambah pula.

2.2 Kepner-Tregoe Problem Analysis (KTPA)

Penentuan akar permasalahan sebenarnya dan pendefinisian masalah


menggunakan metode Kepner-Tregoe Problem Analysis (KTPA). Berikut merupakan
tabel analisis dalam menentukan akar permasalahan menggunakan KTPA :

2
Tabel 2.2.1 KTPA Desalinasi Air Laut

Is Is not Distinction
What Kurangnya suplai air Mudahnya suplai air Mahalnya biaya penjernihan
bersih bersih air laut
Where Pemukiman di pesisir Di pemukiman Mata air terkontaminasi
garis pantai Indonesia bukan pesisir dengan air laut
When Sudah sejak lama Baru baru ini Solusi dari pemerintah yang
sering kali tidak tepat
Extent Kegiatan sehari hari Kegiatan sehari hari Pertumbuhan masyarakat
masyarakat pesisir masyarakat bukan daerah pesisir yang semakin
pantai pesisir pantai meningkat, membutuhkan
suplai air layak konsumsi yang
semakin bertambah pula.

Dari kolom distinction, kami dapat menyimpulkan:

 Mahalnya biaya penjernihan air laut menyebabkan kurangnya akses air bersih
di daerah pesisir
 Banyak mata air yang terkontaminasi sehingga tidak layak minum karena
dekat dengan air laut
 Solusi dari pemerintah yang sering kali tidak tepat untuk menangani masalah
air bersih dipesisir
 Kurangnya air bersih menjadi hambatan utuk penduduk pesisir karena
pertumbuhan masyarakat daerah pesisir yang semakin meningkat, namun
akses air bersih masih susah didapat

Berdasarkan analisis distinction tersebut, kami mengambil kesimpulan bahwa


mahalnya desalinasi air laut menyebabkan penduduk pesisir garis pantai kesulitan
akan akses air bersih, ditambah solusi yang diberikan pemerintah tidak
menyelesaikan masalah air bersih ini.

Maka akar permasalahan (real root cause) yang kami tarik disini adalah karena
biaya teknologi desalinasi air yang mahal menyebabkan berkurangnya suplai air
bersih layak konsumsi di daerah pesisir pantai. Sehingga problem statement kami
sebagai mahasiswa yang akan melakukan pengabdian masyarakat di bidang
lingkungan adalah “Bagaimana cara memenuhi suplai air bersih layak konsumsi
bagi penduduk sekitar pesisir pantai untuk kebutuhan harian?”

3
BAB III
PENGUMPULAN IDE
3.1 Teknik SCAMPER

Ketika akar permasalahan sebenarnya (real root cause) telah teridentifikasi,


langkah selanjutnya adalah menemukan inovasi atau solusi terbaik untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Masalah yang dihadapi yaitu beberapa daerah di
pesisir pantai Indonesia masih kekurangan air bersih layak konsumsi. Maka kami
mencoba menemukan solusi pemenuhan kebutuhan air bersih layak konsumsi bagi
warga pesisir pantai menggunakan metode desalinasi. Untuk membantu
menemukan solusi ini kami menggunakan teknik SCAMPER (Substitute, Combine,
Adapt, Modify, Minify, Manify, Put to other use, Eliminate, Rearrange) seperti yang
digambarkan pada Gambar Contoh 3. Dengan menggunakan teknik tersebut, kami
memilih solusi alternatif seperti berikut:

Diagram 3.1.1 Teknik SCAMPER

Substitude Mengganti pengolahan air dengan sistem desalinasi menggunakan


mesin pengolahan air laut Reverse Osmosis (RO).

Combine Mengombinasikan kemampuan masyarakat di bidang teknik,


pembiayaan dan kelembagaan dalam pembangunan dan
pengelolaan sarana dan prasarana air bersih

Adapt Menerapkan aturan supaya air bisa diakses di seluruh daerah

Modify, Menambah lahan untuk proses desalinasi air dan Menambah tenaga
Minify, kerja yang handal sehingga proses pengolahan air bisa berjalan
Magnify efektif

Put to other Memfungsikan sistem Reverse Osmosis (RO). Karena biaya yang
use mahal untuk deslinasi dapat ditutupi dengan hasil jual reject water
yang dimanfaatkan sebagai produk garam murni dan air nigari.

Eliminate Memindahkan tempat pembuangan limbah ke laut agar waktu


pemrosesan pengolahan air tidak terlalu lama

Rearange Pemerintah menaikkan anggaran untuk meningkatkan fasilitas untuk


mengakses air bersih serta sanitasi yang layak.

Pemerintah menjalin kerjasama dengan dengan negara lain untuk


membantu ketersediaan air bersih untuk masyarakat pesisir pantai.

4
Berdasarkan table SCAMPER diatas , kami memilih beberapa solusi alternatif ,
yaitu :

1. Menerapkan teknologi desalinasi, menggunakan mesin pengolahan air laut


Reverse Osmosis (RO).

2. Menggunakan metode filtrasi

3. Menggunakan metode penguapan atau pemanasan.

5
BAB IV
ANALISIS KEPUTUSAN

4.1 Kepner-Tregoe Decision Analysis (KTDA)


Dari ketiga alternatif solusi yang telah ditemukan dengan metode SCAMPER,
kami menggunakan metode Kepner-Tregoe Decision Analysis (KTDA) untuk
mempermudah proses pemilihan solusi. Decision statement yang kami temukan
adalah “ Memilih solusi pemenuhan kebutuhan air bersih layak konsumsi bagi warga
pesisir pantai menggunakan metode desalinasi. “.
Tabel 4.1.1 KTDA Proses Pengolahan Desalinasi Air Laut sebagai Alternatif
Penyediaan Air Bersih Layak Konsumsi

Alternatif solusi Menggunakan Menggunakan metode Menggunakan


mesin pengolahan penguapan atau pemanasan metode filtrasi
air laut Reverse
Osmosis (RO)

Musts

Waktu pelaksanaan ≤ 12 Go Go Go
bulan

Biaya yang diperlukan ≤


500 juta rupiah Go Not Go Go

Wants bobot Rating skor Rating skor Rating skor

Kualitas hasil 8 7 56 6 48
pengolahan air
baik

Dapat diterapkan 8 8 64 5 40
dalam jangka
Panjang

Total A Total C =
= 110 88

6
Tabel 4.1.2 Klasifikasi Angka Bobot dan Angka Rating

0-2 3-4 5-6 7-8 9-10

Bobot (Tingkat Cenderung Kurang Cenderung


Cukup Penting
Kepentingan) tidak penting penting sangat penting

Rating (Tingkat
Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Pemenuhan)

Berdasarkan tabel KTDA tersebut, kami memiliki prasyarat bahwa solusi yang terpilih
harus memenuhi dana kami yaitu di bawah atau sama dengan 500 juta Rupiah dan
persiapannya harus kurang atau sama dengan 12 bulan. Solusi menggunakan
metode pemanasan atau penguapan dalam masalah biaya, karena diperkirakan akan
menghabiskan biaya lebih.
Tabel 4.1.3 Perkiraan Biaya yang Dibutuhkan
Analisis fermi biaya honor pekerja (per bulan)

- operator 4 x 2.000.000,00 Rp 8.000.000,00

- tenaga kerja konstruksi 10 x 500.000,00 Rp 5.000.000,00

- staf ahli 2 x 10.000.000,00 Rp 20.000.000,00

- Daily Workers 6 x 1.000.000,00 Rp 6.000.000,00

- tenaga keamanan 4 x 500.000,00 Rp 2.000.000,00

- biaya tak terduga 1 x 1.000.000,00 Rp 1.000.000,00

Analisis fermi biaya peralatan produksi

- reverse osmosis unit (kapasitas 200 Gpd) 50 x 2.000.000 Rp 100.000.000,00

- IPA WTP Paket (kapasitas 100 Lps) 1 x 150.000.000 Rp 120.000.000,00

- pompa distribusi (kapasitas 200 Lps) 5 x 15.000.000 Rp 75.000.000,00

- reservoir (800 Kubik) 1 x 25.000.000 Rp 25.000.000,00

- biaya tak terduga 1 x 1.000.000 Rp 1.000.000,00

Analisis fermi biaya perawatan dan bahan baku (per bulan)

- listrik 900 KWh x 1.500 Rp 1.350.000,00

- koagulan 1000 Kg x 1.200 Rp 1.200.000,00

- desinfectan 500 Kg x 9.000 Rp 4.500.000,00

- biaya tak terduga 1 x 1.000.000 Rp 1.000.000,00

Total Rp 371.050.000,00

7
4.2 Adverse Consequences
Setelah melakukan evaluasi kategori must and wants menggunakan tabel KTDA,
langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi konsekuensi dari masing-masing
alternatif solusi dengan menggunakan tabel adverse consequences. Tabel ini juga
digunakan untuk membandingkan konsekuensi dari setiap solusi dan untuk
memastikan kembali apakah solusi terpilih pada tabel KTDA sebelumnya akan
memberikan dampak negatif apabila diimplementasikan. Pada tabel adverse
consequences setiap alternatif solusi mempunyai dampak negatif yang berbeda-beda.
Pada tabel adverse consequences dipilih alternatif solusi yang mempunyai nilai total
ancaman paling kecil nilainya. Alternatif solusi yang mempunyai nilai total ancaman
terkecil mempunyai kemungkinan dampak buruk yang kecil pula.
4.2.1 Tabel Adverse Consequences
ADVERSE CONSEQUENCES PROBABIBILITY OF SERIOUSNESS IF IT THREAT
ACCURANCE OCCURS

Menggunakan metode pengolahan air laut Reverse Osmosis

Kesulitan Merakit Mesin RO 5 7 35


Pertama Kali

Biaya operasi tinggi 5 7 35

TOTAL 70

Menggunakan metode filtrasi

Ketersediaan air yang terbatas 6 8 48

Rendahnya akses terhadap air 6 7 42


dan sanitasi bersih yang dihadapi
masyarakat

TOTAL 90

Konsekuensi negatif yang dimiliki oleh solusi menggunakan metode pengolahan air
laut Reverse Osmosis yang lebih kecil daripada menggunakan metode filtrasi, oleh
karena itu dari analisis keputusan dengan menggunakan teknik KTDA dan Adverse
Consequences, dipilihlah solusi : menggunakan metode pengolahan air laut Reverse
Osmosis untuk memenuhi suplai air bersih layak konsumsi bagi penduduk sekitar
pesisir pantai.

8
4.3 Kepner-Tregoe Potential Problem Analysis (KTPPA)
KTPPA digunakan untuk memastikan kesuksesan implementasi dari solusi yang
telah dipilih dan meminimalkan risiko terjadinya permasalahan yang dapat
mengganggu penerapan solusi. Berikut tabel penerapan metode KTTPA pada solusi
yang dipilih:
Tabel 4.3.1 KTPPA Sosialisasi Kebersihan dan Daur Ulang Sampah
Potential Problem Possible Cause Preventive Action Contingent Action

Penolakan oleh Kurangnya Sosialisasi manfaat Musyawarah dengan


masyarakat setempat sosialisasi kepada dari rencana perwakilan masyarakat
masyarakat sekitar. pembangunan sekitar dan dinas terkait
instalasi desalinasi air tentang tuntutan
laut bagi warga masyarakat dan
sekitar. mencari solusi bersama

Teknisi sulit merakit Tenaga kerja yang Mendatangkan tenaga Menghubungi


instalasi Reverse dimiliki belum di ahli dari suplier atau konsultan dan teknisi
Osmosis (RO) training untuk produsen instalasi RO. dari suplier saat terjadi
pertama kali merakit instalasi kendala pada masa
yang digunakan pakai.

Terjadinya penolakan Biaya sewa tidak Melakukan negosiasi Dilakukan pengawasan


izin penggunaan sesuai dan merusak untuk meraih aktivitas produksi oleh
lahan oleh lingkungan sekitar kesepakatan MoU Dinas terkait dan
masyarakat setempat antara masyarakat dan memberi gantirugi jika
pihak PDAM terjadi kerusakan
lingkungan sekitar
akibat aktivitas
produksi.

Biaya produksi tinggi Kapasitas produksi Memperbesar Efisiensi biaya produksi


yang masih kapasitas produksi dan dengan menggunakan
terbilang kecil memperbesar instrumen produksi
jangkauan konsumen. yang hemat biaya dan
menggunakan bahan
baku yang lebih murah
dengan hasil produksi
yang sesuai

Kesalahan teknis saat Akurasi dan kondisi Dilakukan kalibrasi dan Menggunakan
proses pengolahan alat produksi yang pemeriksaan kondisi instrumen produksi
berlangsung bermasalah. alat secara berkala. lebih dari satu dan jam
penggunaan diatur agar
alat tidak “overwork”
dan kondisi alat tetap
prima.

9
BAB V
IMPLEMENTASI

Pada tahap implementasi ini, kami menyusun rencana penyelenggaraan proses


pengolahan air bersih menggunakan metode Reverse Osmosis (RO) yang akan
diadakan pada bulan Januari, dengan harapan metode ini dapat memberikan
dampak positif yakni memenuhi kebutuhan suplai air bersih bagi masyarakat di
daerah pesisir pantai. Budget yang kami alokasikan adalah kurang dari 500 juta
Rupiah dan lokasi yang akan digunakan adalah pesisir pantai. Rencana implementasi
ini hanya disusun untuk satu kali pengolahan air bersih. Harapan ke depannya,
apabila metode tersebut sukses, maka metode Reverse Osmosis akan kami gunakan
untuk meningkatkan kebutuhan suplai air bersih untuk masyarakat di daerah pesisir
pantai.
Tabel 5.1.1 Gant chart

Gantt Chart digunakan untuk mengindikasikan kapan suatu tugas dimulai dan
alokasi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Berikut tabel
agenda kegiatan yang dilakukan untuk studi kelayakan teknologi Desalinasi yang
terhitung dari 1 Januari 2021.

Bulan ke-
Aktivitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Sosialisasi kepada masyarakat dan


instansi terkait.

Survey lokasi pembangunan Intake.

Pemeriksaan kualitas dan kuantitas RW


(Raw Water).

Menghitung jumlah KK yang akan


dijangkau.

Survey lokasi pembangunan plant dan


jalur pipa untuk produksi dan distribusi.

Menentukan metode produksi yang


tepat.

Simulasi produksi untuk kapasitas 10


Lps menggunakan modul IPA WTP
Paket.

Evaluasi data.

10
5.2 Deployment Chart
Deployment Chart berisi pembagian tugas terhadap pihak-pihak yang
dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan suplai air bersih di daerah pesisir pantai.
Pihak-pihak yang dibutuhkan adalah tenaga kerja, tim PDAM, pemerintah setempat
dan masyarakat setempat.
Tabel 5.2.1 Deployment Chart

TUGAS ANGGOTA TIM

Tenaga Tim PDAM Pemerintah Masyarakat


Kerja setempat setempat

Pemaparan sosialisasi

Perekrutan tenaga
kerja

Pembayaran sewa
lahan

Persiapan lahan
proses desalinasi

Penentuan lokasi
berlangsungnya
desalinasi

Perakitan mesin
Reverse Osmosis

Penyediaan tempat
istirahat untuk tenaga
kerja

Penyediaan konsumsi
untuk tenaga kerja

Penjaga keamanan
daerah tempat
desalinasi berada

Pembagian gaji per


bulan untuk tenaga
kerja

Evaluasi
11
5.3 Budget

Dengan proyeksi dana untuk proses pengolahan air laut menjadi air bersih
dengan metode Reverse Osmosis yang kami inginkan kurang dari 500 juta Rupiah,
maka disusunlah tabel budgeting seperti di bawah ini.
5.3.1 Tabel Budget Proses Pengolahan Air Laut dengan Metode Reverse Osmosis

Kebutuhan Jumlah unit Harga per Harga total keterangan


Honor pekerja (Per bulan) Unit (Rp) (Rp)
- Operator Plant 4 orang 2.000.000 8.000.000 Petugas produksi dan
distribusi.
- Tenaga kerja konstruksi. 10 orang 500.000 5.000.000 Pembuatan instalasi
(hingga selesai).
- Staf ahli 2 orang 10.000.000 20.000.000 Perancangan strukur
dan perawatan
instalasi.
- Daily Workers 6 orang 1.000.000 6.000.000 Perawatan instalasi.
- Tenaga Keamanan 4 orang 500.000 2.000.000
Peralatan Produksi
- Reverse Osmosis Unit 50 Unit 1.579.000 78.950.000 Menyaring air laut
(Kapasitas 2000 Gpd ) dengan membran
khusus.
- Instalasi Pengolahan Air 1 Buah 120.000.000 120.000.000 Unit Pretreatment air
(IPA) WTP Paket sebelum masuk proses
Kapasitas 100 Lps desalinasi beserta 2
unit pompa intake 20
Lps
- Pompa distribusi 5 unit 12.000.000 60.000.000 Pompa distribusi
(kapasitas 20 Lps) beserta instrumen VSD
(Variable Speed Drive)
- Resevoir (800 kubik) 1 buah 25.000.000 25.000.000 Material Baja
Biaya Perawatan dan
Bahan Baku (per bulan)

- Listrik 900 kWh 1.400 1.260.000 Suplai dari PLN


- Koagulan 1000 Kg 1.200 1.200.000 Polyaluminium Chloride
- Desinfectan 500 Kg 9.860 4.930.000 Gas Chlorine
Biaya tak terduga 2.000.000
Total Rp 334.340.000
- Reverse Osmosis Unit (Kapasitas 2000 Gpd ) : PT LG Chem

- Instalasi Pengolahan Air (IPA) WTP Paket Kapasitas 100 Lps : PT Toya Arta Sejahtera

- Pompa distribusi (kapasitas 20 Lps) : Endress Hauser Company (EH)

- Koagulan : PT Pacinesia Indopac

- Desinfectan : PT Pindodelli

12
5.4 Prototype

Prototype yang kami susun ada dua jenis yaitu prototype tak berwujud yang
berupa alur kegiatan pengolahan air laut menjadi air bersih menggunakan metode
Reverse Osmosis, serta prototype berwujud yaitu desain poster sosialisasi kegiatan .

Tabel 5.4.1 Prototype tidak berwujud

Prasedimentasi dan
Pembersihan pengotor
Pengambilan Raw Koagulasi
kasar
Water

Filtrasi menggunakan
Filtrasi menggunakan
Reverse Osmosis Sedimentasi
pasir aktif
Membrane

Desinfeksi Distribusi

13
5.4.2 Prototype Berwujud

14
BAB VI
EVALUASI

Berdasarkan kasus kesulitan akses air bersih layak konsumsi oleh masyarakat di
daerah pesisir pantai , maka dipilihlah solusi menggunakan metode Reverse Osmosis
untuk proses desalinasi air laut guna memenuhi akses suplai air bersih oleh
masyarakat daerah pesisir pantai. Kami menggunakan daftar periksa evaluasi untuk
melihat ketepatan dari solusi tersebut.

1. Apakah solusi dapat meningkatkan akses suplai air bersih layak konsumsi bagi
masyarakat di daerah pesisir pantai?
Ya, mungkin solusi yang kami berikan dapat meningkatkan akses suplai air bersih
layak konsumsi. Karena metode pengolahan air laut Reverse Osmosis (RO)
merupakan metode yang paling ekonomis. Sekitar tahun 1960, desalinasi
menggunakan RO dapat menghasilkan air bersih dari air laut dengan biaya kurang
dari US $ 1.00 per m^3 yang setara dengan 1000 liter air. Adapun biaya yang mahal
untuk desalinasi dapat ditutupi dengan hasil jual reject water yang dimanfaatkan
sebagai produk garam murni dan air nigari. Untuk daerah pesisir pantai dan
kepulauan kecil, air baku utama yang digunakan pada umumnya adalah air tanah
(dangkal atau dalam). Kualitas air tanah ini sangat bergantung dari curah hujan. Jadi,
apabila terjadi musim kemarau panjang maka air baku akan menjadi buruk dimana
air baku yang buruk mengandung khlorida dan TDS yang tinggi, membutuhkan
pengolahan dengan sistem RO. Sistem RO menggunakan penyaringan skala mikro
(molekul), yaitu yang dilakukan melalui suatu elemen yang disebut membrane.
Dengan sistem RO ini, khlorida dan TDS yang tinggi dapat diturunkan atau
dihilangkan sama sekali.

2. Apakah solusi ini sudah mempertimbangkan segala risiko dan konsekuensi yang
mungkin terjadi? Bagaimana mengatasinya?
Ya, segala risiko dan konsekuensi yang mungkin terjadi pada solusi ini telah
dipertimbangkan dalam tabel ‘Adverse Consequences’ dan ‘Kepner-Tregoe Potential
Problem Analysis (KTPPA)’. Cara mengatasi segala risiko dan konsekuensi yang
mungkin terjadi telah dikaji dalam tabel ‘Kepner-Tregoe Potential Problem Analysis
(KTPPA)’.

15
3. Apakah solusi ini sudah mempertimbangkan keterbatasan sumber daya tenaga
kerja?
Ya, solusi ini sudah mempertimbangkan keterbatasan sumber daya tenaga kerja.
Sejak awal Tenaga kerja hanya diperbolehkan untuk membuat solusi yang efektif dan
efisien dalam jangka waktu kurang dari dua belas bulan dengan alokasi dana kurang
dari Rp500.000.000,00 sesuai dengan tabel ‘Evaluasi Kategori Must dan Wants
dengan KTDA’. Solusi Menggunakan metode Reverse Osmosis (RO) untukproses
desalinasi air laut sudah memenuhi segala kriteria dan batasan yang ada.

4. Apakah solusi sudah baik dari segi lingkungan?


Ya, karena tujuan dari solusi yang kami pilih sangat berpengaruh bagi kebutuhan
hidup masyarakat. Sehingga diharapkan sosialisasi tersebut dapat membantu
meningkatkan akses air bersih di daerah pesisir pantai, walaupun skalanya masih
sangat kecil.

5. Apakah solusi sudah baik dari segi keamanan?


Ya, proses pengolahan dilaksanakan dengan mempertimbangkan keamanan dengan
mempekerjakan tenaga keamanan dan bekerjasama dengan masyarakat pesisir
pantai tersebut.

6. Apakah solusi sudah baik dari segi ekonomi?


Ya, tidak hanya dapat meningkatkan suplai air bersih, biaya yang mahal untuk
desalinasi dapat ditutupi dengan hasil jual reject water yang dimanfaatkan sebagai
produk garam murni dan air nigari.

16
BAB VII
KESIMPULAN

Berdasarkan data WHO (2000) diperkirakan lebih dari 2 milyar manusia per hari
terkena dampak kekurangan air di lebih dari 40 negara di dunia. Sejumlah 1,1 milyar
orang tidak mendapatkan air yang memadai dan 2,4 milyar tidak mendapatkan
sanitasi yang layak. Penduduk pesisir garis pantai sangat berpotensi mengalami
defisit suplai air bersih layak minum untuk dikonsumsi sehari-hari. Hal ini
dikarenakan mata air yang tersedia seringkali sudah terkontaminasi dengan air laut
sehingga berasa asin dan tak layak minum. Untuk mengatasi hal tersebut, kami
sebagai tim Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang melakukan tugas pekerjaan
dengan melalui tahapan berpikir kreatif (define problem, generate ideas, decide,
implement, dan evaluate) didapatkan bahwa solusi yang bisa diterapkan untuk
memenuhi kebutuhan suplai air bersih layak konsumsi bagi masyarakat di pesisir
pantai adalah dengan desalinasi air laut menggunakan metode Reverse Osmosis (RO).
Adapun implementasi yang diterapkan adalah Gantt Chart, Deployment Chart,
budgetting, dan prototype. Secara garis besar, Gantt Chart dan Deployment Chart
terdiri dari beberapa rencana yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan seperti
persiapan perlengkapan untuk sosialisasi, perekrutan tenaga kerja, perekrutan
satpam, pembagian tugas, pencarian dana. Kemudian membuat anggaran untuk
memenuhi kebutuhan dalam kegiatan tersebut, serta prototype dalam wujud
flowchart dan poster. Semua tahapan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
memenuhi kebutuhan suplai air bersih layak konsumsi bagi masyarakat di daerah
pesisir pantai. Setelah merencanakan implementasi, kami melakukan evaluasi untuk
menilai keberhasilan suatu proyek. Kami menggunakan metode Daftar Periksa
Evaluasi untuk melihat ketepatan dari solusi pengolahan air laut dengan metode
Reverse Osmosis (RO). Berdasarkan hasil evaluasi, diharapkan solusi yang kami pilih
dapat menyelesaikan permasalahan kekurangan air bersih di daerah pesisir pantai.

17
BAB VIII
DAFTAR PUSTAKA

[1] Barron, O. Opsi desalinasi dan kemungkinan penerapannya. CSIRO. Juni 2006.

[2] Desalinasi air laut, http://www.wabag.com/desalination/,diakses 13 Maret


2021

[3] Dewantara, I Gede Yogi, I Gede Eka Lesmana dan Budhi Muliawan Suyitno. 2018.
DESALINASI AIR LAUT BERBASIS ENERGI SURYA SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN
AIR BERSIH. Jakarta : Universitas Pancasila.

[3] El Saliby, I., Y. Okour, dkk. (2009). Pabrik desalinasi di Australia, ulasan dan fakta.
Desalinasi 247 (1-3): 1–14.

[4] Hadi, Wahyono dan Nurul Latifa Hanna. 2016. KELAYAKAN TEKNOLOGI
DESALINASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA SURABAYA (STUDI
KASUS : 50 LITER PER DETIK). Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November (ITS)

[5] Mulyanef, et al. (2014). Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih Dan Garam
Dengan Destilasi Tenaga Surya. Universitas Bung Hatta, Sumatera Barat

[6] Risqi Rinaldi Hidayat, 2011. Rancang Bangun Alat Pemisah Air Laut Dengan
Menggunakan Energi Matahari. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Departemen Ilmu
dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

[7]RWL water. Ultrapure Water Solutions.https://www.rwlwater.com/ultrapure-wat


er/. Diakses 23-4-2021

18

Anda mungkin juga menyukai