Anda di halaman 1dari 13

ADAPTASI FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR - ASKEB II

ASKEB II

ADAPTASI FISIOLGIS BBL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat-saat dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah


satu siklus kehidupan. Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada
ibu menuju kemandirian fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal
sebagai periode transisi. Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui
periode transisi ini berlangsung sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah
sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar
uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala
kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat
perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap
terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri
pada ibunya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Menjelaskan bagaimana asuhan bayi baru lahir

2. Menjelaskan bagaimana adaptasi bayi baru lahir terhadap keadaan


diluar uterus

C. TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan :

1. Memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan 2

2. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti asuhan bayi baru lahir dan


mengerti perubahan bayi baru lahir terhadap keadaan diluar uterus

BAB II
ISI

ASUHAN BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Keadaan bayi sangat tergantung pada pertumbuhan janin didalam


uterus, kualitas pengawasan antenatal, penyakit-penyakit ibu, dan
penanganan persalinan. Penanggulangan bayi tergantung pada keadaannya,
apakah ia normal atau tidak. Diantara bayi yang tidak normal ada yang
membutuhkan pertolongan segera (high risk baby = bayi gawat), seperti
asfiksia, perdarahan dan lain-lain. Ada pula yang memelukan pertolongan
segera, seperti labioskisis, sindaktilia, dan lain-lain.

Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup dihadiri oleh bidan yang
dapat diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada
persalinan normal. Oleh karena kelainan pada perut ibu dan pada bayi dapat
terjadi beberpa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap normal,
maka seorang bidan harus mengetahui perubahan-perubahan pada ibu dan
bayi dan bila perlu, memberikan pertolongan pertama seperti menghentikan
perdarahan, membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, dan
melakukanpernafasan buatan sampai bayi dan ibu tersebut dilihat oleh
seorang dokter atau dibawa ke Rumah Sakit yang memiliki perlengkapan
serta perawatan yang baik, sehingga pengawasan dan pengobatan dapat
dilakukan sebaik-baiknya. Cara paling baik membawa bayi sakit ialah
meletakkannya tanpa baju didalam inkubator yang diatur sedemikian rupa,
sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36-37C.
Inkubator itu dilengkapi dengan penghisap lendir, oksigen, resusitator, dan
lain-lain. Dengan demikian perubahan-perubahan yang setiap saat dapat
terjadi pada bayi, seperti apnea, sianosis, kejang, dan lain-lain dapat
diketahui dengan segera dan dapat diberi pertolongan yang tepat pada
waktunya.

Perawatan segera setelah bayi lahir

1. Persediaan alat-alat dikamar bersalin

a) alat penghisap lendir (mucus ekstraktor)

b) tabung oksigen dengan alat pemberian oksigen kepada bayi

c) untuk menjaga kemungkinan terjadinya asfiksia perlu disediakan


laringoskop kecil, masker muka kecil, kanula trakea, ventilator kecil untuk
pernafasan buatan. Selain itu disediakan pula obat-obat seperti larutan
glukosa 40%, larutan bikarbonas natrikus 7,5% dengan alat suntiknya, dan
nalorfin sebagai antidotum terhadap obat-obat berasal dari morfinatau
petidin yang mungkin diberikan pada ibu selama persalinan dan yang dapat
mengakibatkan penekanan pernafasan pada bayi.

d) Alat pemotong dan pegikat tali pusat serta obat antiseptik dan kain
kassa steril untuk merawat tali-pusat.

e) Tanda pengenal bayi yang sama dengan ibu.

f) Tempat tidur bayi atau inkubator yang selalu dalam keadaan hangat,
steril dan dilengkapi dengan kain atau selimut katun. Hal ini penting untuk
mencegah bayi kehilangan panas pada waktu dipindah dari kamar bersalin
ketempat perawatan.

g) Lain-lain : kapas, kain kassa, serta obat antiseptik yang akan dipakai
sebelum menolong bayi yang akan lahir

h) Stopwatch dan termometer

i) Bila kamar dingin oleh karena udara didaerah tersebut dingin, atau
oleh karena pemakaian alat pendingin, sebaiknya alat untuk resusitasi diberi
pemanasan khusus, supaya bayi tidak menderita trauma dingin (cold injury),
suhu ruangan yang cukup baik untuk bayi adalah 30C.

Sebelum bayi lahir semua hal diatas harus diperiksa apakah sudah
steril, apakah semua alat lengkap, dan apakah ada yang macet. Tindakan
umum pada semua bayi dikamar bersalin harus aseptik dan antiseptik, suhu
lingkungan harus diatur dan jalan nafas harus selalu bebas.

2. Pertolongan pada saat bayi baru lahir

Penanganan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir,
yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada
disekitar mulut dan hidung dengan kapas atau kain kassa steril. Kemudian
kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kassa steril satu
demi satu, dimulai dari dalam keluar. Sesudah bayi lahir lengkap, segera
dicatat dengan jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang
dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi
yang lebih rendah daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit
untuk memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan
farings. Sementara itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan
dengan alat penghisap lendir.
Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik, tidak perlu dilakukan
apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-
merahan. Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya
dengan atau sedikit dibawah introitus vagina. Bila bayi masih belum bersih
dari cairan dan lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut,
kemudian dari lubang hidung, supaya jalan nafas babas dan bayi bernafas
sebebas-bebasnya.

3. Penilaian bayi waktu lahir

Keadan umum bayi dinilai 1 menit setelah lahir dengan penggunaan


nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita
asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi jantung (heart rate), usaha
nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle tone), warna kulit (color skin)
dan reaksi terhadap rangsangan (respons to stimuly), yaitu dengan
memasukkan kateter ke lubang hidung setelah jalan nafas dibersihkan.
Setiap penilaian diberi angka 0, 1, dan 2 sampai dengan10.

Bila nilai Apgar dalam 2 menit tidak mencapai nilai 7, maka harus
dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neuroligik
lanjutan dikemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan itu, penilaian
menurut Apgar dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit.

4. Identifikasi bayi

Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan ibu masih


berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin. Sebagian negara mengambil
tanda pengenal bayi dari cap jari atau telapak kaki. Akan tetapi pada
umumnya tanda pengenal berupa secarik kertas putih atau berwarna merah
atau biru(tergantung pada jenis kelamin bayi) dan disitu ditulis nama
keluarga (terutama di negara barat ; di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo ditulis nama ibu), tanggal, dan jam lahir bayi. Kertas ini
dimasukkan kedalamkantong plastik yang dengan pita diikatkan pada
pergelangan tangan atau kaki bayi. Keterangan yang sama diikatkan pada
pergelangan tangan ibu. Pemasangan pita perlu dilakukan sedemikian rupa
sehingga hanya bisa lepas jika digunting. Cara lain ialah memakai dua
potong logam yang tipis dengan pinggiran yang tumpul, dan pada lemping
tiap-tiap logam ditera angka yang sama, misalnya 343 pada logam yang satu
dan 343 pada logam yang lain. Logam yang satu diikatkan pada pergelangan
tangan bayi dan yang lain pada ibu (logam mempunyai lubang dipinggirnya
untuk memasukkan benang sebagai pengikat).

Diperiksa juga genitalia eksterna bayi untuk mengetahui jenis


kelaminnya. Pada bayi laki-laki perlu diperiksa apakah ada fimosis atau
tidak ; apabila ada sebaiknya dilakukan penyunatan (circumsission). Begitu
pula ditentukan apakah desensus vestikulorum sudah lengkap.

Bila ibu sadar bayinya diperlihatkan kepadanya dn diteliti apakah


tanda pengenal bayi sama dengan tanda pengenal ibu. Bila ibu tidak sadar,
bayi tersebut diperlihatkan kepada ayah atau keluarganya yang
menunguinya. Hal ini perlu untuk mencegah terjadinya kekeliruan
dikemudian hari (Prawirodihardjo, 2002, 214-217).

5. Perawatan tali pusat

Puntung tali pusat yang sudah diikat dibungkus dengan kassa kering
DTT atau steril, dan pastikan agar tetap kering.

Pemakaian alkohol ataupun betadine untuk perawatan tali pusat bisa


diberikan atau diperkenankan sepanjang tidak menyebabkan kondisi tali
pusat basah atau lembab, sehingga tidak menimbulkan pelepasan panas dari
tubuh bayi (DEPKES, 2003, hal.5-2).

6. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan ini dilakukan dikamar bersalin untuk menentukan jenis


kelamin, kelainan bentuk atau cacat bawaan, serta membuat diagnosis
penyakit yang terdapat pada bayi sedini-dininya, supaya dapat dilakukan
tindakan secepat-cepatnya. Misalnya bayi yang memerlukan pengobatan
dengan segera ialah bayi dengan asfiksia, dengan pnemonia karena aspirasi,
dengan gawat jantung, dengan perdarahan dan sebagainya.

7. Status
Sebelum bayi dipindah ke bangsal, status bayi harus dilengkapi
dengan riwayat perawatan antenatal, riwayat persalinan termasuk obat-obat
yang diberikan pada waktu persalinan, jenis persalinan, jumlah, warna dan
bau air ketuban, bentuk warna dan panjang tali pusat, bentuk, besar dan
berat plasenta, serta keadaan bayi waktu lahir (nilai Apgar, resusitasi yang
dilakukan, obat yang diberikan) (Prawirodihardjo, 2002, hal.218).

ADAPTASI BAYI BARU LAHIR TERHADAP KEHIDUPAN DI LUAR UTERUS

Setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang
sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Saat ini bayi tersebut
harus mendapat oksigen melalui system sirkulasi pernafasan sendiri yang
baru,mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula darah
yang cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap penyakit atau
infeksi, dimana semua fungsi ini sebelumnya silakukan oleh placenta.

Periode adaptasi terhadap kehidupan diluar rahim disebut periode


transisi. Periode ini dapat berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi. Transisi yang paling nyata dan
cepat terjadi adalah pada system pernafasan dan sirkulasi, system
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan
glukosa (PUSDIKNAKES, 2003, hal.3).

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka bayi
menerima beberapa rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik, dan termik.
Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan
metabolik, pernafasan, sirkulasi, dan lain-lain (Prawirodihardjo, 2002,
hal.219).

A. Perubahan Metabolik

Pada akhir persalinan terjadi pengurangan oksigen dan pertambahan


karbondioksida yang dapat mengakibatkan asidosis respiratorik. Bayi normal
dapat mengatasi keadaan ini.

B. Perubahan Sistem Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi terjadi normal dalam waktu 30 detik


sesudah kelahiran. Pernafasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal dari
susunan syaraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan
lainnya, seperti kemoreseptor karotid yang sangat peka terhadap
kekurangan oksigen ; rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan
suhu didalam uterus dan di luar uterus.

Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernafasan dalam otak


yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma
serta otot-otot pernafasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu
melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru yang pada
janin normal cukup bulan mengandung 80 sampai 100 ml cairan, kehilangan
1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan
udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk
semula (Prawirodihardjo, 2002, hal.219).

1. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari phaynx, yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga
sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas
sepanjang trimester kedua dan ketiga. Ketidakmatangan paru-paru terutama
akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia
kehamilam 24 minggu yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan
alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak mencukupi
jumlah sulfaktan.

2. Awal adanya nafas

Ada dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi, yaitu :

Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak.

Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru


selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru
secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskular dan susunan syaraf


pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem harus berfungsi
secara normal.

3. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.

Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup


dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan
paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernafasan.

Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap
pernafasan, yang mengakibatkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan
energi ini memerlukan pengguna lebih banyak oksigen dan glukosa.
Berbagai peningkatan ini dapat menyebabkan stress pada byi yang
sebelumnya sudah terganggu.

4. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan didalam paru-parunya. Saat bayi


melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar 1/3 cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui secsio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru
basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa tarikan nafas
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.
Dengan sisa cairan didalam paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan
berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu.

5. Fungsi sistem pernafasan dalam kaitannya dengan fungsi


kardiovaskular

Oksigenasi yang memadai faktor yang sangat penting dalam


mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah
paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru
akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim (PUSDIKNAKES, 2003, hal.4-5).

C. Perubahan Sistem Sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru, untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk mengadakan sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi 2 perubahan, yaitu :

penutupan foramen ovale pada atrium jantung

penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta


(PUSDIKNAKES, 2003, hal.7)
Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli
meningkat. Sebaliknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut
mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru-paru,
sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah
dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus
menutup.

Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah,


yaitu :

Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurunkarena
berkurangnya aliran darah keatrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir keparu-paru
untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru


dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama
ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi
keparu-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada
atrium kanan.dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan
tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup
(PUSDIKNAKES, 2003, hal.7)

Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar
badan ibu.

D. Perubahan Lain

Bayi baru lahir segra mengadakan perubahan-perubahan yang terjadi


dalam tubuhnya, yaitu :

1. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stres dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit,
sehingga mendinginkan darah bayi.

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme


menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil
ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Timbunan lemak coklat terdapat diseluruh tubuh, dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi
harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah panas menjadi lemak. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang
oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat iniakan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stres dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak bayi.

2. Metabolisme glukosa

Untuk memfungsikan otak, memerlukan glukosa dalam jumlah


tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir
seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri.
Pada setiap bayi baru lahir glukosa darah akan trun dalam waktu cepat (1-2
jam).

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

a. Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk
menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir).

b. Melalui cadangan glikogen (glikogenolisis)

c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak


(glukoneogenesis).

Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah
yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen atau glikogenolisis. Hal ini
hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang
bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam
hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim.

Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang


mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam
pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua
bayi dalam keadaan hangat. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya
tercapai hingga 3 sampai 4 jam pertama pada bayi yang cukup bulan dan
sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi
dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan,
hambatan pertumbuhan dalam lahir dan distres janin merupakan resiko
utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir
(PUSDIKNAKES, 2003, hal.9).

3. Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada
bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas,
kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya
bayi baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting.

Usus bayi belum matang, sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri
sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya.
Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding
orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada
neonatus (PUSDIKNAKES, 2003, hal. 10).

4. Perubahan kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga


menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang
didapat.

Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah


atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami
meliputi yaitu :

Perlindungan oleh kulit membran mukosa

Fungsi saringan saluran nafas

Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus

Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disebabkan pada tingkat sel oleh sel darah yang
membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada
bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir
tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang
lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.
Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa
dilakukan sampai akhir kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh
(PUSDIKNAKES, 2003, hal.11)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL)
dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.

Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala
kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar
kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan
orang lain untuk memenuhinya. Periode adaptasi ini disebut sebagai periode
transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.
Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling nyata
dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem
termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan
glukosa.

B. Saran

1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan


penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik
pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar
dapat dilakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya
masalah.

2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan


perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.

DAFTAR PUSTAKA
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/adaptasi-
fisiologi-bbl-terhadap.html diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul
21.27 WIB

http://www.now-whats.com/search/adaptasi-bayi-baru-lahir-terhadap-
kehidupan-diluar-uterus diakses pada tanggal 4 Desember 2011 pukul 21.29
WIB

Anda mungkin juga menyukai