Anda di halaman 1dari 339

T.O.

T
Modul Pelatihan Pelatih
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (5
milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
T.O.T
Modul Pelatihan Pelatih
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Penyunting:
Ferry F. Karwur
Eka Simanjuntak
Dharmaputra Palekahelu
Fajar Sudarwo
Warno Hadi Winarno
Immanuel Djahi
Jerry F. Langkun
Yulius Ranimpi

Penerbit

The Institute for Good Governance and Regional Development


(IGGRD)
T.O.T

Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Cetakan I, Mei 2010

Penyunting:
Ferry F. Karwur
Eka Simanjuntak
Dharmaputra Palekahelu
Fajar Sudarwo
Warno Hadi Winarno
Immanuel Djahi
Jerry F. Langkun
Yulius Ranimpi

Penata letak:
Jerry F. Langkun

Desain Sampul:
Yisar Andrianus

Penerbit:
The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD)
Jl. Cilandak Tengah II No.3A
Cilandak, Jakarta 12430 - Indonesia
Phone: 021-7695466, 75915687 Fax: 021-75908972

T.O.T
Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Jakarta: ...
xiii + 310 hal.; 19.5 cm x 26 cm
ISSBN: .................
Kata Pengantar

Buku T.O.T. Pemberdayaan Masyarakat yang sedang Anda baca adalah hasil dari proses
dalam pelatihan 647 tenaga Pelatih Fasilitator Pemberdayan Masyarakat yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) melalui The
Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD) dan British Council (BC)pada tahun
2009 2010. Buku ini dimulai dengan keinginan untuk menyiapkan tenaga pelatih Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat oleh Ditjen PMD dalam upaya penyiapan tenaga fasilitator Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).
Kebutuhan di atas diikuti oleh serangkaian kegiatan dalam rangka penyiapan bahan
belajar Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Desa. Serangkaian kegiatan
tersebut adalah: (1) Pertemuan multipihak untuk merumuskan analisis kebutuhan (Training
Need Analysis) pelatihan bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, (2) Perumusan awal
tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh Pelatih dalam Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat, (3) Perumusan kurikulum dan bahan belajar oleh tim konsultan yang melibatkan
pihak PMD, kepakaran yang ada di Balai PMD, Pusat-Pusat Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat,
(4) Penyiapan draft materi belajar berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang sudah ditetapkan,
yang bersumber dari bahan sekunder dan bahan yang dengan khusus dikembangkan.
Draft materi belajar kemudian mengalami ujicoba dalam suatu pelatihan yang
sesungguhnya kepada calon Pelatih di Jateng dan DIY yang berlangsung di Yayasan Bina Darma
Salatiga. Hasil ujicoba tersebut memberikan masukkan kepada keseluruhan desain pelatihan 11
hari, alokasi waktu tiap sesi, metode belajar, dan sistem pendukung pelatihan, serta pemantapan
desain dan teknikalitas dari sesi peer teaching. Pandangan-pandangan kepakaran Dr. Willi
Toisuta dalam hal desain Peer Teaching bersifat mendasar, didalamnya termasuk alokasi waktu,
sudut pengambilan video, detil video, serta tahapan playback multimedia dan feedback dari rekan
sejawat yang berlangsung simultan.
Bahan hasil ujicoba terus mengalami perbaikan dan peningkatan relevansi. Masukkan
yang cukup banyak datang dari sejumlah pelatihan yang dilaksanakan di 7 kota: Medan, Jakarta,
Salatiga, Makassar, Manado, Malang, dan Kupang, dimana di setiap lokasi pelatihan, ada saja
masukkan soal relevansi metode. Dalam hal ini, pengalaman Pelatih Utama maupun Pelatih
Pakar dalam interaksi dengan peserta pelatihan merupakan rujukan penting.
Ada keterampilan-keterampilan elementer dari seorang pelatih fasilitator masyarakat
yang berlaku umum untuk setiap fasilitaror. Akan tetapi, unik dari apa yang telah dikembangkan
v
di sini ialah bahwa kemampuan elementer tersebut haruslah dirasuki oleh Roh Penggiat
bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Roh Penggiat itulah yang benar-benar
secara otentik diperkembangkan dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat.
Dalam hal ini, titik tolaknya bukan kepada teori asing dan pengalaman praktikal pemberdayaan
masyarakat selama ini dilakukan, tetapi lebih mendasar, ditarik dari sejarah pembebasan dan
kemerdekaan Indonesia sebagai suatu Sejarah Pemberdayaan Rakyat dan Bangsa Indonesia.
Disinilah pemikiran dasar dan strategis yang disumbangkan oleh Bapak Prabawa Eka Susanta dari
Ditjen PMD dalam memberikan Roh Penggiat dari Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat yang terumuskan dalam buku T.O.T yang Anda baca.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih untuk banyak pihak yang
terlibat dalam penyiapan materi ini: Pihak PMD Jakarta, Tim IGGRD, British Council, Para
Konsultan, Mereka yang terlibat TNA, Para PU, Richard Gnagey yang telah men-share bahan ajar
yang ia miliki. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah memberikan
akses sejumlah bahan ajar tanpa kami ketahui sumbernya tetapi relevan dalam pelatihan ini.

Salatiga, 31 Mei 2010.

Editor

vi
Daftar Isi

Kata Pengantar v

Panduan Penggunaan Modul x

Modul I
PRADAYA 1

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain 3


Sikap Terhadap Diri Sendiri 9
Kontrak Belajar 11
Mempersiapkan Situasi Pelatihan 13
Menetapkan Norma Kelompok 15
Pre Test 19
Praktek Umpan Balik 20
Umpan Balik Harian 22
Bahan Bacaan Pokok Modul I 24

Modul II
FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA 33

Pengantar 35
Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 36
Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 38
Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat 40
Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia 42
PeRan Dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat 44
Bahan Bacaan Pokok Modul II 46

Modul III
DASAR-DASAR PELATIHAN 75

Pendidikan Orang Dewasa 77


Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan 79
Memahami Pembelajar 80
vii
Taksonomi Tujuan Instruksional 85
Manajemen Stres 86
Pengembangan Atmosphere Belajar 87
Praktek Dinamika Kelompok 89
Merancang Sesi Pelatihan 93
Mengembangkan Agenda Pelatihan 95
Merumuskan Rencana Sesi  96
Menulis Rencana Sesi Sederhana 98
Bahan Bacaan Pokok Modul III 99

Modul IV
METODE DAN MEDIA PELATIHAN 145

Berbagi Metode Pelatihan 147


Mempraktekkan Metode Pelatihan 148
Memilih Metode Pelatihan 151
Pemanfaatan Media Pembelajaran 154
Bahan Bacaan Pokok Modul IV 156

Modul V
MENYAMPAIKAN PELATIHAN 169

Karakteristik Pelatih Dan Gaya Pelatihan 171


Membangun Hubungan/Interaksi 181
Memperkenalkan Keterampilan Fasilitasi 182
Praktek Kemampuan Menyimak 183
Praktek Pengamatan 185
Praktek Bertanya 188
Memberikan dan Menerima Umpan Balik 190
Praktek Parafrase 192
Praktek Menguji 194
Praktek Dialog 196
Komunikasi Non Verbal 198
Mengatur Perilaku yang Sulit 199
Praktek Fasilitasi 200
Menilai Keterampilan Fasilitasi 203

viii
Bahan Bacaan Pokok Modul V 206
Modul VI
MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN 239

Analisis Perkembangan Belajar Peserta Pelatihan 241


Monitoring Pelatihan 246
Mengevaluasi Pelatihan 247
Bahan Bacaan Pokok Modul VI 249

Modul VII
PEER TEACHING 265

Peer Teaching 267

DAFTAR PUSTAKA 273

LAMPIRAN 263
1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 278
2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan 286
3.Lay Out Ruang Pelatihan 294
4.Media Dan Kebutuhan Pelatihan Lain Yang Harus Disiapkan 295
5.Kriteria Pelatih 297
6.Syarat-Syarat Menjadi Peserta 298
7.Team Management 299
8.Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 300
9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 302

ix
Daftar Istilah

1. Pelatih Utama = Individu yang pakar dalam bidang community development, pendidikan
orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi dan memiliki
pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun.
2. Pelatih Pakar (Master Trainer) = Individu yang pakar dalam bidang-bidang
tertentu yaitu bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan Orang Dewasa,
Metode dan Media, dan Teknik Fasilitasi serta memiliki pengalaman melatih
fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
3. Ceremonial = ceremony, acara resmi; suatu acara yang disusun secara runut dan
diselenggarakan secara resmi.
4. Pre test = Kegiatan untuk menjajagi ; kemampuan, ketrampilan, sikap dan
pengalaman bagi peserta pelatihan
5. Rehat Kopi = Istirahat
6. Ishoma = Istirahat, Sholat dan Makan
7. Learner-centered = Pelatihan yang berpusat pada pembelajar
8. Information-centered = Pelatihan yang berpusat pada materi
9. Taksonomi = Pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh,
taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan
karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan
ber-sel banyak.
10. Peer Teaching = Praktek Melatih
11. Flip chart = Kertas lebar berfungsi sebagai pengganti papan tulis
12. Post-it = Kertas pada bagian tertentu ada lemnya sehingga mudah ditempel di
manapun
13. Metaplan = Kertas yang dipotng-potong seukuran kertas HVS
14. Sharing = Tukar pengalaman
15. Media = Pendukung metode pembelajaran berbentuk; permainan, crita, sosio
drama, kasus, lagu-lagu, kuis, film, puisi, poster, foto, kartun, teka-teki,
16. Sesi = sejumlah waktu untuk pokok/sub pokok bahasan tertentu
17. Triads = Diskusi tiga orang
18. Dyads = Diskusi dua orang
19. Time-line = Rentang Waktu

x
Daftar Singkatan

1. TOT = Training of Trainers


2. LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat
3. PU = Pelatih Utama
4. PK = Pelatih Pakar
5. TM = Training Manager
6. SS = Supporting staff
7. IGGRD = The Institute for Good Governance and Regional Development
8. BC = British Council
9. PNPM = Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
10. DITJEN = Direktorat Jenderal
11. PMD = Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
12. DEPDAGRI = Departemen Dalam Negeri

xi
Panduan Penggunaan Modul

1. Melakukan Analisis Kebutuhan Pelatihan


Modul ini diperuntukkan bagi pelatih fasillitator pemberdayaan masyarakat
sehingga hal-hal mengenai prasyarat sebagai seorang pelatih sudah dilakukan pada
saat calon peserta mengalami seleksi. Proses seleksi calon peserta memastikan
bahwa peserta yang terpilih mengikuti pelatihan adalah peserta yang memenuhi
persayaratan sebagaimana dijabarkan dalam Panduan Penyelenggaraan Pelatihan
(lampiran 2). Jadi dalam analisa kebutuhan pelatihan ini yang diperlukan adalah
mendapatkan informasi yang cukup tentang keragaman dan kedalaman peserta
dalam hal: pengetahuan, sikap, keterampilan dan pengalamannya melakukan
pelatihan, bukan melakukan analisa kebutuhan materi pelatihan.
Modul dirancang untuk diterapkan dalam pelatihan secara berkesinambungan
tidak terputus-putus mulai dari Modul I (satu) sampai dengan Modul VII (tujuh).
Apabila proses fasilitasi dilakukan di luar kelas, muatan dan alurnya tidak boleh
mengurangi dari tiap-tiap sesi yang sudah ada.

2. Menganilisis Kurikulum Pelatihan


Kurikulum yang tersedia merupakan panduan bagi penyelenggara dan semua
komponen yang terlibat dalam pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan
masyarakat. Kurikulum yang tersedia sudah disusun berdasarkan urutan (sequences)
dan bobot materi yang disiapkan dalam modul, namun tidak tertutup kemungkinan
kurikulum tersebut mengalami perubahan. Perubahan yang mungkin dilakukan
adalah perubahan dalam hal pergeseran waktu istirahat dan waktu hari-hari besar,
misalnya hari Jumat, Hari Minggu atau Hari Besar Nasional.
Dalam hal pemberian jumlah waktu pada setiap pokok bahasan dalam panduan
tersebut lebih baik tidak dikurangi sebab apabila dikurangi beban waktu dan
bobot materi menjadi tidak seimbang dan mengacaukan sequences. Pembagian
waktu pada tiap-tiap pokok bahasan pada dasarnya sudah memperhatikan
masukkan dari para pengguna modul ini sebelumnya, masukkan dari para pakar,
masukkan dari para praktisi dan sudah mengalami penyempurnaan berdasarkan
masukkan tersebut.

3. Mempelajari Sistematika Modul


Sebelum menerapkan modul ini, para Pelatih Pakar disarankan mempelajari
sistematika seluruh modul, yaitu Modul I sampai dengan Modul VII. Aspek-
aspek yang harus dipelajari adalah:

xii
Tujuan modul secara umum
Tujuan setiap bagian modul
Strategi penyampaian modul/proses fasilitasi
Waktu yang disediakan
Media dan materi pendukung
Evaluasi capaian tiap-tiap bagian modul

4. Mempelajari Struktur Setiap Pokok Bahasan


Struktur Pokok Bahasan secara umum terdiri dari: Tujuan akhir pokok bahasan,
bahan-bahan pendukung, waktu yang tersedia dan langkah-langkah fasilitasi.
Pengguna modul wajib mempelajari dan menerapkan struktur setiap pokok
bahasan, tidak boleh memfasilitasi berdasarkan feeling sendiri. Struktur pokok
bahasan harus diikuti untuk menjaga alur proses secara runut dan sistematik
sehingga mudah dipahami oleh peserta pelatihan dan pada akhirnya memudahkan
Pelatih Pakar untuk mengevaluasi capaian hasil pada setiap Pokok Bahasan.

5. Menyiapkan Materi
Pada bagian modul ini disediakan materi (bahan bacaan pokok) yang wajib
dijadikan acuan dalam melaksanakan pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan
masyarakat, namun demikian sebagai seorang Pelatih Pakar tentunya tidak cukup
dengan materi yang disediakan. Pengkayaan materi dari berbagai referancy (materi
pendukung) dan nara sumber dari luar sangat disarankan, akan tetapi materi
pendukung tersebut sifatnya mendukung materi pokok, bukan memasukkan
materi yang berbeda sama sekali dengan tujuan dari tiap-tiap pokok bahasan.

6. Perhatian

Disarankan:

Sebaiknya tidak membagikan foto copy materi kepada peserta sebelum pokok
bahasan tersebut difasilitasikan karena cara demikian akan mengganggu proses
pelatihan. Materi dibagikan kepada peserta setelah pokok bahasan selesai
difasilitasikan.

Dianjurkan:

Dianjurkan kepada Pelatih Pakar untuk memperkaya materi di luar materi


pokok.

Diwajibkan:

Sebelum menerapkan modul ini para pengguna wajib membaca Panduan


Penyelenggaraan Pelatihan PFPM.

xiii
xiv
MODUL I

PRADAYA

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain


Sikap Terhadap Diri Sendiri
Kontrak Belajar
Mempersiapkan Situasi Pelatihan
Menetapkan Norma Kelompok
Pre Test
Praktek Umpan Balik
Umpan Balik Harian
MENGENAL DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

Tujuan
Di akhir sesi peserta diharapkan:
lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun peserta lain dalam
menjadi pelatih.
dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain dalam suatu
pelatihan.

Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, angket profil kepribadian

Waktu
60 menit

Proses
Aktivitas 1:
1. Pelatih memulai dengan menjelaskan bahwa di awal suatu program pelatihan, peserta
harus saling memperkenalkan diri dan mengenal satu sama lain dengan lebih baik.
Fasilitator menekankan pentingnya seorang pelatih mengenal dirinya sendiri dan
peserta pelatihan. Fasilitator menjelaskan proses perkenalan.
2. Tulis pada flip chart identitas diri (sebelumnya pelatih telah menyiapkan flip chart tentang
dirinya), pertama-tama nama Anda dan asal tempat tinggal. Mintalah peserta berdiri
dan berkeliling sambil memperkenalkan flip chart mereka kepada peserta lain. Carilah
empat orang kawan baru dan tulis nama panggilan (nama yang biasanya dipakai oleh
yang bersangkutan dalam berteman) dari orang tersebut.
3. Lanjutkan dengan mengemukakan dalam flip chart kekuatan dan kelemahan diri [sebagai
pelatih] kemudian tempelkan flipchart tersebut pada bagian depan tubuh dengan
selotip. Peserta diminta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan/menerangkan
flip chart mereka kepada 4 orang yang namanya telah Anda tulis sebelumya.
4. Peserta diminta berkumpul kembali. Pelatih menjelaskan pentingnya merefleksikan
kelemahan kita sendiri dan menemukan hal-hal yang ingin kita perbaiki agar dapat
mengambil manfaat lebih banyak dari pelatihan ini (Sebaiknya membaca terlebih
dahulu ilustrasi gentong yang retak). Ulangi kembali proses tahapan ketiga (3) di
atas kepada empat kawan baru yang lain.
5. Mintalah peserta berkumpul lagi dan lakukan refleksi atas kedua kegiatan di atas: Apa yang
mereka pelajari tentang diri sendiri dan peserta lain? Mengapa kegiatan itu bermanfaat?
Apakah hanya dapat dilakukan dalam situasi pelatihan untuk pelatih?

Modul I - Pradaya | 3
Aktivitas 2: Refleksi dan Sharing
1. Fasilitator pertama-tama menjelaskan kegiatan refleksi dan sharing (atau berbagi),
sebagai alat bantu untuk belajar tentang orang lain, pengalaman mereka, dan tentang
kita sendiri.
Refleksi dapat dilakukan terhadap:
identitas, pemikiran, nilai, norma
kualitas, kemampuan, kekuatan, kelemahan
pengalaman, pelajaran yang diperoleh
Tekankan bahwa refleksi diri penting bagi perkembangan diri, dan merupakan suatu
proses dimana orang berpikir untuk dirinya sendiri dan menggunakan pengalaman
mereka untuk menyempurnakan gagasan-gagasan mereka. Ini akan mengarah pada
perubahan diri; perasaan-perasaan baru, gagasan-gagasan baru, kemampuan baru, dsb.
2. Minta peserta untuk mengisi dan mendiskusikan angket profil kepribadian.
3. Simpulkan sesi ini dengan menekankan bahwa selama pelatihan berjalan akan ada
banyak kesempatan untuk lebih saling mengenal dan mengenal diri sendiri dengan
lebih baik juga.

Lembar Kerja

ANGKET PROFIL KEPRIBADIAN

Konteks:
Seorang pakar psikologi pernah berkata, Sebagian besar dari kebahagiaan dalam hidup
kita datang dari hubungan yang baik dengan orang lain. Sebagian besar dari penderitaan
dalam hidup kita datang dari hubungan yang tidak baik. Hubungan antar manusia dapat
diibaratkan dengan penggunaan perkakas seorang tukang. Bila tukang ingin membuka
sebuah sekrup bintang maka perlu digunakan obeng bintang. Bila ingin membuka baut
maka diperlukan sebuah kunci pas. Demikian juga dengan hubungan antar manusia,
setiap orang memiliki keunikan dan perlu didekati dengan cara yang unik pula. Selain
prinsip relasi yang baik, kita juga perlu melihat konfigurasi psikologis dari seseorang.
Konfigurasi ini dikenal dengan sebutan profil. Sebelum melihat profil orang lain, maka
perlu terlebih dahulu melihat dan mempelajari profil diri sendiri.

Instruksi:
Anda akan dihadapkan dengan satu pasang pernyataan. Bacalah kedua pernyataan
dengan cermat dan lingkari huruf yang berada di depan pernyataan yang menurut
Anda menggambarkan kecenderungan Anda. Isilah dengan jujur dan apa adanya, sebab
tidak ada jawaban yang benar atau salah. Isilah secara berurutan dan jangan dilompat-
lompat.

4
T : Saya mudah berkenalan dengan orang yang sebelumnya tidak saya kenal, baik
dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkungan sosial
A : Saya merasa segan dan agak sulit untuk memulai perkenalan dengan orang-
orang yang sebelumnya tidak saya kenal

A : Jika berbicara, saya lebih senang to the point tanpa basa basi
T : Jika berbicara, saya senang berbagi pengalaman dan hal-hal lain yang menarik

K : Saya lebih senang bekerja sesuai aturan dan petunjuk baku


D : Saya bekerja dan menyesuaikan peraturan dengan situasi dan kondisi lapangan

K : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang mendengar dan bicara hanya
jika diminta
D : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang berbicara dan menyumbangkan
pendapat/ide saya

A : Saya lebih senang membuat keputusan berdasarkan data, fakta dan bukti
tertulis
T : Saya cenderung membuat keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan
(intuisi) dan hubungan yang baik

K : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya cenderung stabil


(monoton)
D : Dalam berkomunikasi, intonasi dan bahasa tubuh saya sangat bervariasi

D : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan langsung, seperti Kita


harus., atau Menurut Pak Eka mestinya.
K : Saya lebih senang menggunakan pernyataan-pernyataan kualitatif, seperti
Menurut buku ABC. Atau Teori Maslow menyebutkan.

T : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya mudah dibaca
A : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya sukar dibaca

A : Saya cenderung tidak mengungkapkan hal-hal pribadi di muka umum, saya


hanya mengungkapkannya secara pribadi kepada orang-orang yang dekat
dengan saya
T : Saya tidak takut mengungkapkan hal-hal pribadi secara terbuka

A : Dibandingkan dengan orang lain, semangat dan atusiasme saya terlihat kurang
T : Saya orang yang cenderung bersemangat dan antusias

Modul I - Pradaya | 5
D : Dalam situasi sosial, saya cenderung lebih dahulu memperkenalkan diri pada
orang yang belum saya kenal
K : Dalam situasi sosial, saya lebih cenderung menunggu orang lain memperkenalkan
dirinya kepada saya

T : Saya cenderung fleksibel terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya


A : Saya cenderung disiplin terhadap orang-orang yang memanfaatkan waktu saya

A : Dalam pertemuan, saya lebih cenderung mengikuti agenda pertemuan yang


telah ditetapkan sebelumnya
T : Dalam pertemuan, saya cenderung tidak terpaku pada agenda, saya lebih senang
mengikuti dinamika acara

D : Bersikap tegas adalah wajar dan alamiah bagi saya


K : Bersikap mengalah dan menahan diri adalah alami bagi saya

D : Saya lebih senang mengemukakan pendapat saya secara terbuka (blak-blakan)


K : Saya lebih cenderung mengemukakan pendapat saya secara lebih halus dan
diplomatis

D : Saya cenderung mengambil keputusan secara cepat dan spontan


K : Saya cenderung mengambil keputusan secara hati-hati dan banyak
pertimbangan

A : Saya lebih senang bekerja sendiri dan bebas, tanpa banyak pengawasan dan di
luar kelompok
T : Saya lebih senang bekerja dalam kelompok dan selalu ada dalam kelompok
kerja

K : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan


hati-hati dan perlahan-lahan
D : Dalam menghadapi perubahan, saya cenderung untuk memberi respon dengan
cepat dan spontan

Jumlahkan huruf yang Anda lingkari:

D:

T:.

K:.

A:.
6
ANALISA PROFIL

Arti dari huruf-huruf D, T, K, A adalah:

D = DOMINAN
T = TERBUKA
K = KALEM
A = AKURAT
Dengan 4 (empat) parameter sifat di atas maka kita memperoleh empat kombinasi
sifat yang dapat dianggap sebagai profil dasar kepribadian seseorang.
Contoh berikut adalah skor peserta pelatih Iwan;
D T K A
8 1 5 4
Berdasarkan skor di atas maka akan diperoleh psikografis sebagai berikut:
DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Buatlah psikografis (seperti contoh di atas) Anda. Lalu bentuk kelompok, setiap kelompok
maksimal 5 orang. Berbagiceritalah mengenai profil kepribadian Anda dalam situasi
kelompok. Ketika melakukan sharing profil, cobalah untuk bertanya kepada setiap anggota
kelompok untuk mengetahui latar belakang atau konteks atau situasi yang melatarbelakangi
profil kepribadian yang bersangkutan.

Pertanyaan-pertanyaan penuntun dalam kegiatan Sharing profil kepribadian


Innerview: memahami orang lain
1. Di mana anda dilahirkan dan dibesarkan? Tips: dalam keadaan waktu
2. Pengalaman apa yang paling berkesan dari masa kecil terbatas, pilih pertanyaan
anda? yang menurut Anda menjadi
pertanyaan prioritas.
3. Apa pengaruh masa kecil anda terhadap hidup anda
saat ini?
4. Siapakah orang yang paling berjasa membina Anda? Mengapa?

Modul I - Pradaya | 7
5. Seberapa pentingnya keluarga bagi Anda? Mengapa?
6. Apa pendidikan terakhir Anda?
7. Siapa yang mendukung pendidikan Anda?
8. Apa prestasi yang paling Anda banggakan dari masa studi Anda?
9. Sejauh mana pendidikan Anda berkaitan dengan pekerjaan Anda sekarang?
10. Pelatihan-pelatihan apa saja yang pernah Anda ikuti?
11. Dimana pertama kali Anda mempelajari program PMD?
12. Bagimana situasi kerja di tempat Anda saat ini?
13. Bagaimana kerjasama Anda dengan rekan sekerja?
14. Hal apa yang paling menyenangkan dalam pekerjaan Anda saat ini? Mengapa?
15. Hal-hal apa saja dalam pekerjaan Anda yang membuat Anda frustrasi?
16. Apa falsafah hidup Anda? Bagaimana bisa seperti itu?
17. Apa kiat Anda menghadapi kegagalan?
18. Apa nasehat Anda untuk mereka yang ingin bekerja sebagai pelatih dan atau
fasilitator PMD?
19. Hal-hal apa saja yang dapat membuat Anda bergembira dan bahagia dalam hidup Anda?

SARIPATI:

1. Dua hal yang paling berguna/bermanfaat yang saya peroleh dari sesi ini adalah:
a. .
b. .
Alasan saya berkata demikian adalah:

2. Ide-ide pada pokok (1) tersebut akan saya terapkan dengan cara:
a. .
b. ..
Hambatan yang mungkin muncul adalah:


3. Hal-hal yang akan saya lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan di atas adalah:
.........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

Bahan Bacaan
Gentong Yang Retak
Peta Sifat-sifat Dasar

8
SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI

Tujuan
Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh
pemaknaan terhadap kegagalan dan kesuksesan yang pernah dilakukan.

Bahan
Form lembar kerja keberhasilan dan komitmen.

Waktu
45 menit

Proses
1. Pelatih menyampaikan materi dengan ceramah.
2. Setelah menyampaikan materi, pelatih meminta peserta untuk mengisi 2 lembar kerja
di bawah (pengalaman berhasil dan komitmen untuk berhasil).
3. Lembar kerja yang telah diisi peserta dikumpulkan, dan secara acak dibahas oleh
pelatih (berdasarkan ketersediaan waktu).

Lembar Kerja

Pengalaman Berhasil Sebagai Pelatih

Faktor Pribadi yang Menyebabkan


Pengalaman
Keberhasilan

Modul I - Pradaya | 9
Komitmen Untuk Berhasil Sebagai Pelatih

Proyek/Kegiatan yang Potensi Diri yang


Akan Dilakukan dengan Berhasil Akan Menyebakan Keberhasilan

Bahan Bacaan
Sikap Terhadap Diri Sendiri

10
KONTRAK BELAJAR

Tujuan
Di akhir sesi peserta diharapkan:
dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing terkait keikutsertaan mereka
dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyakarat.
dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau mengapa tidak dapat dicapai.
Diakhir pelatihan, peserta dan pelatih:
melihat kembali harapan mereka dan menentukan mana dari harapan-harapan mereka
yang dapat atau tidak dapat tercapai.

Bahan
Post-it

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih menunjukkan agenda pelatihan dan menjelaskan bahwa agenda itu dibuat
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Jelaskan pula bahwa setelah membaca
agenda secara detail, mungkin peserta mempunyai harapan tertentu, atau hal-hal yang
mereka harapkan dan tidak harapkan terjadi.
2. Bagikan 2 lembar kertas post-it kepada peserta, dan mintalah untuk menulis 2 hal yang
diharapkan terjadi dan 2 hal yang tidak diharapkan terjadi. Tekankan bahwa yang
ditulis harus spesifik dan ditulis dengan jelas.
3. Setelah semua selesai, mintalah mereka maju ke depan dan menempelkan post it mereka
ke papan tulis. Sebelumnya papan tulis telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
untuk menempelkan sambil membaca apa yang ditulis oleh yang lain.
4. Pelatih mengklasifikasi pandangan peserta, menyortir hal-hal berikut:
a. Mana harapan yang dapat dicapai,
b. Mana harapan yang mungkin tercapai,
c. Mana harapan yang mungkin tidak akan tercapai,
d. Mana harapan yang akan tercapai hanya dengan komitment kuat peserta,
e. Mana dari harapan peserta yang samasekali tidak akan tercapai.
5. Fasilitator menjelaskan pencapaian harapan (4) dengan hari atau sesi-sesi tertentu
dalam pelatihan.

Modul I - Pradaya | 11
Catatan
Mengaitkan harapan dengan masing-masing sesi secara spesifik: Jika harapan
dituliskan dengan baik dan spesifik, anda bisa menempelkannya pada alur
agenda. Ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada peserta tentang
kapan harapan mereka akan tercapai, dan juga mengingatkan anda untuk
merujuk pada harapan-harapan tertentu selama pelatihan berlangsung.
Mendorong pembelajaran untuk diri sendiri: Ide lain yang dapat dilakukan
adalah meminta peserta menempelkan harapan mereka pada gambar diri
yang dibuat pada sesi mengenal diri sendiri dan orang lain. Gunanya untuk
mendorong mereka agar fokus pada proses belajar mereka selama pelatihan
dan memonitor proses itu.

12
MEMPERSIAPKAN SITUASI PELATIHAN

Tujuan
Di akhir sesi peserta diharapkan dapat:
menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan
menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing
berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan

Bahan
Alur pelatihan yang ditulis/digambar pada flip chart besar
Tujuan/Objektif/Hasil dari pelatihan yang dituliskan pada flip chart (beberapa kalau
perlu)
Jadwal harian
Daftar hal-hal logistik

Waktu
60 menit

Proses
1. Jelaskan bahwa kita akan menyiapkan setting dengan melihat tujuan, objektif, alur
dan proses dari pelatihan. Kita akan mendiskusikan WHY (MENGAPA), WHAT
(APA), HOW (BAGAIMANA), WHO (SIAPA) dan WHEN (KAPAN) dengan cara
partisipatif.
2. Pertama-tama jelaskan MENGAPA dengan menempelkan flip chart bertuliskan tujuan
dan objektif pelatihan, serta jelaskan bagaimana semuanya ditentukan. Biasanya, tujuan
akan termasuk belajar tentang belajar atau mengajar. Jika ada pertanyaan, berikan
klarifikasi kemudian tempelkan di tempat yang mudah dilihat sepanjang pelatihan
berlangsung.
3. Jelaskan bahwa peserta pelatihan kemudian akan membicarakan APA dari pelatihan
dan letakkan tumpukan flip chart yang berisikan alur pelatihan di tengah-tengah
ruangan. Mintalah beberapa relawan untuk mengambil flip chart tersebut, kemudian
mengurutkannya dengan berdiri menghadap peserta yang lain sambil membawa flip
chart itu. Bersama dengan semua peserta, pelajari alur itu sambil memberikan klarifikasi
dan kesempatan kepada orang untuk bertanya.
4. Jelaskan sekarang peserta pelatihan akan melihat BAGAIMANA pelatihan akan
diselenggarakan. Mintalah agar mereka menebak berapa persen orang dewasa
menggunakan apa yang mereka dengar (20%), apa yang mereka lihat dan dengar
(40%), dan apa yang mereka alami (80%). Jelaskan bahwa metode yang digunakan akan
menjadi metode yang diajarkan, yaitu metode partisipatif.
Modul I - Pradaya | 13
5. Jelaskan bahwa SIAPA berhubungan erat dengan BAGAIMANA. Tanyakan kepada
mereka, apa yang dilihat dari peran anda sebagai pelatih dan peran mereka sebagai
peserta. Tekankan bahwa semua peserta yang datang kaya dengan pengalaman, dan
proses belajar akan terjadi melalui sharing atau saling berbagi, misalnya dalam kerja
kelompok kecil.
6. Jelasakan KAPAN pelatihan dilakukan dengan menempelkan dan mereview jadwal/
agenda.
7. Tambahkan pengumuman-pengumuman logistik seperti makanan, akomodasi, uang,
dan sebagainya.

Catatan
Jika pelatihan ini adalah bagian dari program yang lebih panjang,
jelaskan objektif dan alur dari seluruh program. Tambahkan aspek
komitmen terhadap seluruh proses dari semua pihak (pelatih, peserta, dan
penyelenggara)

14
MENETAPKAN NORMA KELOMPOK

Tujuan
Di akhir sesi peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan digunakan
selama pelatihan berlangsung.

Bahan
Flip chart dengan usulan beberapa norma

Waktu
30 menit

Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa karena kebanyakan di antara peserta belum mengenal
dengan baik, sedangkan harus bekerja bersama untuk menyelesaikan pelatihan ini,
maka adalah berguna mencari kesepakatan tentang bagaimana akan bekerja bersama.
Jelaskan pula bahwa hal ini dapat dicapai dengan menyepakati beberapa aturan main
atau norma belajar. Bagi peserta dalam kelompok dengan anggota 6 orang.
2. Pelatih memberikan beberapa contoh, tetapi kelompok harus menambahnya. Tuliskan
setiap norma satu demi satu; dan tanyakan apakah norma yang dituliskan berguna dan
apakah disetujui semua orang. Beberapa contoh:
Setiap orang berhak untuk mengerti
Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik
Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi
Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi
Kita saling membantu dalam belajar
Dilarang merokok dalam ruangan
dan sebagainya.
3. Mintalah agar peserta berpikir sejenak tentang norma yang ingin mereka tambahkan,
lalu persilahkan mereka bertukar pikiran dengan yang lain dalam kelompok dimana
mereka bisa merefleksikan pengalaman dari pelatihan yang lain.
4. Tanyakan pada masing-masing kelompok agar memberikan usulan mereka. Jika yang
lain sepakat, dapat dituliskan pada daftar norma belajar.
5. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, setiap orang bisa saling mengingatkan
tentang norma belajar yang disepakati, dan dapat mengubah atau menambahkannya
sesuai kebutuhan.

Modul I - Pradaya | 15
6. Lakukan refleksi kegiatan dengan bertanya apakah peserta pernah melakukan
ini sebelumnya, apa yang menjadi tujuan kegiatan ini, dan apakah mereka akan
menggunakannya dalam pelatihan yang mereka selenggarakan.
7. Norma yang telah disepakati, ditempel di dinding dalam ruang kelas selama
pelatihan berlangsung. Setiap peserta mempunyai tanggung jawab untuk senantiasa
mengingatkan kepada peserta atau pelatih mengenai norma tersebut, jika mendapati
terjadinya pelanggaran.

Catatan
Penting sekali untuk menumbuhkan rasa memiliki peserta terhadap norma
belajar. Jika peserta mengganggap itu sebagai peraturan yang dipaksakan,
akibatnya tidak akan efektif. Sangat penting bahwa peserta merumuskan
sendiri norma-norma mereka kemudian menyepakatinya secara kelompok.
Tempelkan daftar norma itu di tempat yang mudah dilihat, dan jika ada
masalah dalam dinamika kerja kelompok, tinjaulah kembali norma yang sudah
ada atau mintakan usulan tambahan norma yang sesuai.

16
PRE TEST

Tujuan
Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai
pelatih.

Bahan
Bahan pre test sebanyak peserta

Waktu
30 menit

Proses
1. Pelatih menjelaskan tujuan pre test dan serta bagaimana mengisi/mengerjakan soal-
soal yang ada dalam pre test tersebut. Beri kesempatan peserta untuk mengajukan
pertanyaan, jika ada hal yang belum jelas.
2. Peserta mengerjakan.
3. Pelatih mengumpulkan hasil pre test setelah semua peserta selesai mengisinya.
4. Akhiri sesi dengan memberikan motivasi atau yel-yel yang dapat membangkitkan
semangat mereka.

Lembar Kerja

LEMBAR PRE TEST

Nama Peserta:
Asal peserta :
Petunjuk
Berilah nilai berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada
kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut
bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).

Modul I - Pradaya | 17
Baik Sedang Kurang
No Dimensi Catatan
6 5 4 3 2 1
1. Dalam membangun rapport, SAYA:
Memberi respon dengan menyebut nama peserta,
memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut
mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai
pembelajar yang aktif, bertindak dengan antusias,
tidak meremehkan peserta

2. Dalam melakukan fasilitasi, SAYA:


Menunjukkan keterbukaan, menunjukkan empati,
mampu mendiagnosis masalah, memotivasi
peserta secara verbal maupun non verbal, mampu
menyelesaikan perbedaan pendapat

3. Dalam menyimak, SAYA:


Menunjukkan adanya perhatian, menunjukkan
empati, membantu peserta untuk
mengembangkan kompetensi, memotivasi
peserta untuk memecahkan masalah-masalahnya,
mampu diam saat harus diam, tidak memotong
pembicaraan/menyela, mendorong peserta untuk
berbicara secepatnya
4. Dalam melakukan pengamatan, SAYA:
Mampu memahami petunjuk non verbal peserta
5. Ketika bertanya, SAYA:
Menunjukkan kemampuan mendengar, mampu
mendorong keterlibatan peserta untuk mencari
jawaban, mampu mendorong peserta yang
pasif untuk aktif, mampu menggunakan jenis
pertanyaan terbuka dan tertutup dengan tepat,

6. Ketika memberi dan menerima umpan balik,


SAYA:
Tidak terburu-buru memberi umpan balik, tidak
terkesan memberi pembelaan diri, menjernihkan
persoalan dengan mengajukan pertanyaan
sebelum memberi umpan balik, menyampaikan
umpan balik dengan spesifik dan jelas, tidak
bersifat personal judgement, mengucapkan terima
kasih kepada peserta yang memberi umpan balik

18
7. Dalam melakukan parafrase, menguji dan dialog,
SAYA:
Mengulang pernyataan atau pertanyaan peserta
dengan tujuan memastikan pemahaman yang
tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan
untuk mendapat pemahaman, tidak melompat
dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain,
tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis
pertanyaan terbuka, memberi kesempatan
terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda

8. Ketika menyampaikan materi pelatihan; SAYA:


Menyampaikan salam pembuka, menyampaikan
tujuan instruksional, menyampaikan deskripsi
materi pelatihan, menyampaikan garis besar
alur proses dan metode, menyampaikan
resume, menyampaikan pertanyaan diagnosis,
menyampaikan petunjuk (clue) yang menghantar
ke materi selanjutnya, menyampaikan salam
penutup
9 Terkait dengan penguasaan materi, SAYA:
Mampu menjawab pertanyaan peserta
dengan percaya diri, tidak memberi kesan
mempertahankan diri, tidak mengalihkan
pertanyaan peserta ke hal lain yang tidak ada
hubungannya, konsisten dengan penyampaian
materi dari awal hingga akhir
10. Terkait dengan penguasaan dan pemanfaatan
metode dan media pelatihan, SAYA:
Menyampaikan tujuan instruksional, menjelaskan
metode dan prosedur pelatihan, menggunakan
media pembelajaran dengan efektif, melibatkan
peserta dalam proses pembelajaran, memberikan
kesempatan kepada peserta untuk praktek,
mampu menjawab pertanyan peserta terkait
perbedaan diantara metode-metode pelatihan
yang ada

Modul I - Pradaya | 19
PRAKTEK UMPAN BALIK

Tujuan
Di akhir pelatihan:
peserta melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap perilaku peserta
yang lain
memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan konstruktif dari peserta lain
terhadap perilaku mereka

Bahan
Kartu-kartu masukan/umpan balik untuk semua peserta (disiapkan oleh support team).
Ada dua jenis kartu: kartu pertama akan dituliskan hal-hal yang positif dan kartu yang ke
dua adalah hal-hal yang terkait dengan kekurangan. Setiap peserta memperoleh dua kartu.

Waktu
10 menit untuk menjelaskan kegiatan pada awal pelatihan
20 menit untuk mendiskusikannya pada hari terakhir

Proses

Perkenalan
1. Pelatih menjelaskan tujuan kegiatan. Beritahukan ke peserta bahwa mereka akan
mendapat kartu bertuliskan nama seorang peserta lain (tunjukkan kartunya).
2. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, peserta harus mengamati rekannya
tersebut dan menuliskan hal-hal positif dan kekurangan-kekurangan [sebagai pelatih
fasilitator pemberdayaan masyarakat] yang mereka amati berdasarkan yang dilihat dan
yang didengar.
3. Setelah tujuan dan instruksi sesi ini jelas, pelatih membagikan kartu-kartu itu (kocok
dulu) dan tekankan bahwa peserta tidak boleh saling menunjukkan kartunya kepada
yang lain.
4. Katakan bahwa di akhir pelatihan kartu yang penuh berisikan umpan balik yang positif
itu akan dikumpulkan dan diberikan kepada pemilik nama kartu itu sebagai hadiah
perpisahan. Peserta akan menerima kartu berisi pengamatan-pengamatan positif
tentang mereka. Tetapi mereka tidak akan tahu siapa yang menulisnya.

20
Pembagian di hari terakhir
1. Kumpulkan semua kartu pada awal hari terakhir. Bacalah sekilas tanpa
memperlihatkannya kepada yang lain untuk memastikan agar tidak ada umpan balik
negatif yang dituliskan.
2. Akhiri pelatihan dengan positif dengan membagikan kartu-kartu umpan balik sebagai
hadiah perpisahan untuk semua peserta. Katakan bahwa kartu itu sangat berharga dan
sebaiknya disimpan dengan baik, sehingga pada saat-saat mereka merasa sedih atau
patah semangat dan membutuhkan energi yang positif, mereka tinggal mengambil
kartu itu dan membacanya.

Catatan
Pada waktu kegiatan ini diperkenalkan, peserta harus betul-betul mengerti
bahwa kegiatan ini BUKAN kesempatan untuk diam-diam menulis hal-hal
yang negatif tentang orang yang diamatinya!

Modul I - Pradaya | 21
UMPAN BALIK HARIAN

Tujuan
Di akhir sesi panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian sistem bergiliran

Bahan
-

Waktu
30 menit

Proses
1. Pelatih menjelaskan yang dimaksud dengan umpan balik harian (lihat bahan bacaan
pokok).
2. Tanyakan pada peserta siapa saja yang pernah meminta umpan balik dari peserta
pelatihan yang mereka selenggarakan (catat nama-nama peserta itu sebagai anggota
kelompok pertama). Tanyakan mengapa ini dilakukan dan bagaimana caranya.
3. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan melakukan kegiatan-kegiatan umpan balik
harian di akhir setiap hari selama pelatihan dilakukan. Gunanya untuk memonitor terus
jalannya pelatihan, tetapi selain itu untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk
bereksperimen dengan berbagai cara mengumpulkan, menganalisa, dan memberikan
sharing umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat proses pengumpulan, analisa, dan
pemberiannya kembali keesokan harinya.
4. Pelatih menjelaskan bahwa untuk pelatihan ini, peserta akan memberikan umpan
balik untuk memberikan kesempatan bagi mereka melatih keterampilan memantau
proses belajar dalam lingkungan yang aman (tidak mengancam). Perkenalkan gagasan
kelompok-kelompok umpan balik harian dan pelajari bersama peran dan tugas mereka
(lihat bahan bacaan pokok).
5. Jelaskan pula bahwa untuk besok hari dan sampai hari terakhir, Anda (pelatih) bersama
peserta akan menentukan kelompok umpan balik.
6. Pelatih membagi dan membentuk kelompok umpan balik dengan jumlah anggota 5
orang. Juga tentukan jadwal (hari dan tanggal) bertugasnya.

22
Catatan
Selama pelatihan berjalan, berikan dorongan kepada kelompok umpan balik agar
meningkatkan keterampilan mereka dalam mengumpulkan, menganalisa dan
menyampaikan umpan balik.
Berikan pujian kepada kelompok kalau ada perkembangan menonjol dan dorong
mereka untuk menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari kegiatan tiap
hari, tingkat energi, dan keterbukaan kelompok.

Bahan Bacaan
Umpan Balik Harian

Modul I - Pradaya | 23
BAHAN BACAAN POKOK MODUL I

GENTONG YANG RETAK


Jangan takut akan kekurangan-kekuranganmu!

Alkisah seorang Pemikul Air yang mempunyai dua buah gentong besar, yang digantungkan
pada sebatang bambu yang dipikulnya. Salah satu gentong itu retak. Gentong yang tidak
retak selalu bekerja dengan baik dan membawa pulang segentong air penuh pada akhir
perjalanan panjang dari sungai hingga rumah majikan si Pemikul Air, sedangkan gentong
yang retak hanya berhasil membawa pulang setengah gentong air.
Selama dua tahun hal yang sama terjadi, dari hari ke hari, si Pemikul Air hanya bisa
mengantarkan satu setengah gentong air ke rumah majikannya. Sudah tentu Gentong
Sempurna sangat bangga atas keberhasilannya yang sempurna pula. Sedangkan Gentong
Retak sangat malu karena kekurangannya, dan sedih karena hanya bisa memenuhi
setengah dari tugasnya.
Setelah merasa gagal selama dua tahun, Gentong Retak itu berkata pada si
Pemikul Air pada waktu berada di tepi sungai, Saya sangat malu dan ingin minta maaf.
Si Pemikul bertanya, Ada apa? Mengapa kamu malu? Karena, kata si Gentong Retak,
selama dua tahun terakhir ini saya hanya bisa membawa setengah gentong air gara-gara
retakan ini yang membuat air bocor keluar sepanjang jalan menuju rumah majikanmu.
Si Pemikul Air merasa kasihan pada Gentong Retak yang tua itu, dan dengan ramah
mengatakan, Nanti kalau kita kembali ke rumah Pak Majikan, perhatikan bunga-bunga
indah sepanjang jalan menuju rumahnya.
Memang betul, di sepanjang jalan menuju rumah Pak Majikan, Gentong Retak
melihat bunga-bunga indah yang dihangatkan oleh sinar matahari, dan hatinya sedikit
terhibur. Tetapi, ketika tiba di rumah Pak Majikan, ia kembali sedih karena lagi-lagi
setengah isinya bocor sepanjang perjalanan. Gentong Retak meminta maaf lagi kepada
Si Pemikul Air atas kegagalannya.
Si Pemikul Air berkata, Apakah kamu perhatikan bahwa bunga-bunga itu
hanya tumbuh pada sisi yang kamu lewati, tetapi tidak pada sisi yang dilewati Gentong
Sempurna? Itu terjadi karena dari awal saya mengetahui kekurangan kamu, tetapi
kemudian memanfaatkannya. Saya menanam biji bunga sepanjang sisi jalan yang kamu
lewati, dan setiap hari, sepanjang kita berjalan dari sungai sampai rumah Pak Majikan,
kamu telah menyirami mereka dengan air yang bocor itu. Selama dua tahun saya dapat
menghiasi meja makan Pak Majikan dengan bunga-bunga yang indah itu. Tanpa kamu
menjadi dirimu sendiri, Pak Majikan tidak akan bisa menikmati keindahan itu dalam
rumahnya. Kita semua mempunyai kekurangan yang unik. Kita semua adalah gentong-
gentong yang retak. Jangan takut akan kekurangan-kekurangan itu.
Terimalah, dan percayalah bahwa kamu juga bisa menjadi pencipta keindahan.
Dalam memahami kekurangan kita, kita juga menemukan kekuatan kita sendiri.

24
PETA SIFAT-SIFAT DASAR
DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT
1 Hal yang Mengatur Mempengaruhi Ketenangan Sistem yang baik
diinginkan orang lain
2 Ruang kerja Formal, prestisius, Menarik, penuh Pribadi, santai, Berstruktur, rapi,
berstruktur warna, sentuhan informal fungsional
pribadi
3 Irama kerja Cepat dan tegas Cepat dan spontan Lambat dan santai Lambat dan
sistematik
4 Penampilan Formal, konservatif Modis dan trendi Biasa dan santai Fungsonal, dinas
5 Prioritas utama Tugas dan hasilnya Jadi pusat perhatian Keharmonisan Tugas dan
hubungan kerja prosesnya
6 Hal yang Kehilangan kontrol Diabaikan Konfrontasi Bertindak salah,
ditakutkan tidak akurat
7 Bila stress dan Diktator dan Menyerang dan Diam dan kompromi Mundur dan
terpojok keras kepala sarkastik menghindar
8 Mencari dan Produktivitas Perhatian Persetujuan Akurasi
mengutamakan
9 Pertimbangan Apa yang terhadap mempengaruhi Apakah pembelian
membeli dihasilkannya? peningkatan citra lingkungan diri saya? itu logis dan
Berapa harganya? dan gengsi? masuk akal?
10 Memperoleh rasa Mengontrol Fleksibilitas Hubungan akrab Persiapan matang
aman
11 Ingin Sukses Status Hubungan baik Kredibilitas
mempertahankan
12 Dukungan yang Sasaran Ide Dukungan Pelaksanaan tugas
diharapkan dari dengan sistematis
orang lain
13 Strategi untuk Kompetisi, Hangat Loyalitas Ketelitian
diterima kepemimpinan dan Lincah Kompromi Ketuntasan
kerja keras Menarik Penurutan Kerapian
14 Mengharapkan Tegas Sedia mendengar Baik dan manis Tepat dan persis
orang lain Lugas
15 Posisi yang Saya mengatur Saya diperhatikan Saya disenangi Saya benar
diinginkan
16 Tidak suka pada Inefisiensi dan Rutinitas dan Ketaksabaran dan Kejutan dan
ketidak-tegasan peraturan ketaksensitifan ketidakpastian
17 Ukuran sukses Hasil Pengakuan Kecocokkan Presisi
pribadi Rekor Pujian Hubungan baik Akurasi
Keberhasilan Tepuk tangan Silaturahmi Logika
Kemajuan
18 Jika membuat Cepat dan tegas Cepat dan spontan Memperkelom- Berdasarkan data
keputusan pokbangkan perasaan dan fakta
orang lain
19 Volume dan Keras dan tegas Keras, Lembut dan Medium dan
intonasi suara menyenangkan memotivasi netral

Modul I - Pradaya | 25
SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI

Dalam kehidupan keseharian, kita sering menghadapi sejumlah pengalaman yang dapat membuat
sikap kita lebih positif atau justru lebih negatif. Umumnya hal yang kita ingat biasanya berkaitan
dengan hal-hal yang luar biasa, bisa baik ataupun buruk. Bila kita berhasil dalam salah satu aspek
pekerjaan, maka sikap kita cenderung positif. Sebaliknya, sikap kita cenderung negatif jika salah
satu aspek pekerjaan kita menemui kegagalan.
Kita cenderung menganggap biasa terhadap banyak hal yang kita selesaikan setiap hari.
Misalnya, banyak di antara kita menempuh perjalanan puluhan kilometer tiap hari, dari dan ke
tempat kerja. Bila kita ingat bagaimana pertama kali kita belajar menyetir mobil atau mengendarai
sepeda motor, dengan penuh konsentrasi kita berusaha mengemudi atau mengontrol kendaraan
yang berat tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Bandingkan dengan sekarang, ketika kita
sudah lancar mengemudi atau mengendarai kendaraan tersebut? Bagaimana sikap kita? Itu
adalah salah satu contoh dari sekian banyak keterampilan yang tidak lagi dianggap sebagai suatu
keberhasilan. Coba pikirkan betapa banyaknya hal yang sekarang kita lakukan setiap hari, yang
dahulu tampaknya sangat sulit untuk dilakukan.
Jadi, memang kita mengalami banyak keberhasilan yang pada saat sekarang menjadi
terlihat biasa-biasa saja. Kita lalu mengatakan hal itu sebagai suatu yang rutin dan tidak memiliki
daya tarik lagi. Lama kelamaan kita menganggap biasa terhadap semua keberhasilan kita. Hal
ini mengakibatkan kita jarang mengalami suasana menikmati rasa harga diri dan sikap positif
terhadap diri sendiri.
Satu cara untuk meningkatkan sikap positif terhadap diri sendiri adalah merayakan
kesuksesan yang kita raih sehari-hari. Tekniknya ialah membuat catatan sukses harian yang
berupa catatan dari semua kesuksesan yang telah kita raih setiap hari. Pada waktu tertentu kita
dapat membaca kembali catatan tersebut agar kita dapat mengembangkan sikap yang tepat
terhadap diri kita sendiri.

Pandangan Baru Terhadap Kesalahan

Kita dapat merubah sikap terhadap diri kita sendiri dengan cara merubah cara pandang kita
terhadap hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita sadar bahwa keberhasilan ataupun
kegagalan yang pernah menghampiri hidup kita seringkali memberi dampak kepada cara pandang
kita.
Agar dapat menempatkan kesalahan dalam perspektif yang benar dan tepat, maka kita
terlebih dahulu harus tahu apa itu kesalahan dan bagaimana dampaknya terhadap sikap kita
sekarang.
1. Kesalahan adalah sesuatu yang kita perbuat pada waktu lampau. Tidak pernah kita
mengatakan, Saya sedang melakukan kesalahan atau Besok saya akan/ingin melakukan
kesalahan.
2. Tanyakan pada diri anda, Perlukah kita membiarkan perisitiwa-peristiwa tertentu di
masa lampau mempengaruhi sikap kita terhadap diri kita sendiri?

26
Contoh: Pelatihan pelatih yang sedianya akan diadakan dua minggu mendatang ternyata
diubah waktu dan tempatnya. Kita harus memberitahu seseorang mengenai perubahan
tersebut. Persoalannya orang tersebut berdomisili jauh dari tempat kita. Di kantor kita
sedang digalakkan penghematan pemakaian telepon interlokal dan kita memutuskan
untuk menyampaikan informasi tersebut via surat. Tapi, pada saat yang bersamaan kita
tidak tahu bahwa orang tersebut telah dipindah-tugaskan ke kantor yang lain. Pada saat
surat kita tiba segala sesuatunya telah terlambat.
Apakah kita telah melakukan kesalahan?
3. Terhadap pengalaman kita di masa lampau, kita sering memberi penilaian. Yang perlu
kita perhatikan adalah bagaimana penilaian-penilaian tersebut berpengaruh atau tidak
berpengaruh pada sikap kita terhadap diri kita sendiri.
Informasi tentang situasi tertentu tidak pernah sempurna. Artinya, tidak semua
informasi kita miliki. Atas kesadaran itu, kita tetap harus membuat dan mengambil
keputusan. Kita baru mengetahui bahwa ada alternatif lain yang terbaik setelah beberapa
waktu kemudian. Untuk itu, kita harus meyakini bahwa pada saat keputusan diambil, kita
sudah mendasarkan pada informasi yang saat itu kita ketahui adalah benar.
Kita tidak bisa merubah kejadian di masa lampau, tapi kita dapat membuat dan
mengambil pelajaran yang konstruktif bagi perkembangan dan pertumbuhan diri kita
di masa yang akan datang. Kegagalan dipandang bukan sebagai kesalahan tapi sebagai
pelajaran.
Kita belajar dari kesalahan namun kita bertumbuh dari keberhasilan. Bertumbuh
dan belajar tidak harus selalu sama. Walaupun kita dapat belajar dari kesalahan, kita dapat
saja berhenti di sana dan tidak berjalan terus serta menerapkan apa yang kita pelajari.

Ringkasan

1. Peristiwa yang terjadi setiap hari sesungguhnya memberikan banyak alasan bagi kita
untuk merasa berhasil. Asalkan kita tidak menganggap biasa terhadap hal-hal yang biasa
kita selesaikan setiap harinya.
2. Lihatlah kegagalan sebagai pelajaran bukan sebagai kesalahan.
3. Peliharalah sikap mental yang mendatangkan ketenangan dan kegembiraan dengan
cara: penuhi benak kita dengan hal-hal yang membawa damai, keberanian, kesehatan,
dan harapan. Jauhkan pikiran dari keinginan untuk membalas dendam terhadap musuh
sekalipun. Lakukan sesuatu dengan motif tanpa pamrih. Hitung berkat-berkat anda,
bukan kemalangan. Ciptakan kebahagiaan bagi orang lain.

Modul I - Pradaya | 27
UMPAN BALIK HARIAN

1. Apa itu Kelompok Umpan Balik Harian?


Kelompok umpan balik harian adalah kelompok yang terdiri dari 3 5 orang, yang tugasnya
adalah bertanggung jawab atas umpan balik yang diperoleh dalam satu hari tertentu. Setiap
hari kelompok umpan baliknya berbeda, supaya setiap orang mendapat kesempatan untuk
melatih keterampilan ini.
2. Apa yang harus dikerjakan kelompok umpan balik harian?
Kelompok ini bertanggung jawab untuk:
Waspada sepanjang hari tentang bagaimana perasaan peserta, apa yang mereka
pikirkan, bagaimana mereka bereaksi, dan sebagainya.
Memilih dan menyiapkan metode umpan balik.
Mengumpulkan umpan balik.
Menganalisa dan menyimpulkan umpan balik.
3. Kapan dan bagaimana membuat persiapan?
Setelah Anda terpilih menjadi anggota kelompok umpan balik, semua anggota harus
berkumpul dan menyepakati metode yang akan digunakan berdasarkan pengalaman kolektif
anggota kelompok dan pilihan yang disukai (baca bahan bacaan dengan seksama untuk
mendapat gagasan baru). Jika Anda membutuhkan bantuan dari yang lain, seperti pelatih
maupun peserta, jangan ragu untuk memintanya. Buatlah rencana tentang siapa akan
melakukan apa dan siapkan metode serta bahan yang mungkin diperlukan.
4. Apa yang dimaksud dengan umpan balik harian?
Mengakhiri setiap hari dengan kegiatan memberikan feedback atau umpan balik singkat
memberikan kesempatan peserta untuk menilai perkembangan dari pelatihan yang sedang
berlangsung, berdasarkan masukan dari semua yang hadir di situ. Kegiatan ini sering juga
disebut review harian.
5. Untuk apa dilakukan?
Kegiatan umpan balik harian memungkinkan para peserta memperoleh gambaran tentang
perasaan dan reaksi peserta yang lain, sekaligus hal-hal apa yang telah dipelajari dan/atau
usulan dari peserta. Umpan balik harian memperkuat desain pelatihan dan meningkatkan
rasa kepemilikan.
6. Bagaimana mendapatkan umpan balik?
Banyak cara untuk mendapatkan umpan balik, tingkat partisipasi, interaksi dan tingkat detil.
Pilihannya tergantung pada tujuan, kelompok, waktu, dsb. Sebaiknya, umpan balik harian
berlangsung paling sedikit selama 10 menit di akhir atau awal setiap hari. Tetapi bisa saja
menjadi setengah jam, jika anda memilih melakukan umpan balik secara lisan atau kemudian
mendiskusikan bagaimana sebaiknya memperbaiki pelatihan berdasarkan umpan balik yang
diberikan.

28
Doronglah peserta agar spesifik mengenai apa yang ingin diungkapkan, dan analitik tentang
mengapa mereka mengungkapkan sesuatu. Pada awal pelatihan, mungkin peserta sangat
tidak lazim dengan umpan balik harian, tetapi lama kelamaan mereka akan menjadi lebih
terbiasa dalam merefleksikan apa yang dipelajari dan perasaan mereka, sehingga mereka juga
akan menjadi lebih analitik. Karena itu, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah
dijawab dalam memancing umpan balik, kemudian secara perlahan ajukan pertanyaan-
pertanyaan yang lebih analitik.
7. Bagaimana menganalisis hasil umpan balik?
Cara paling mudah adalah menghitung jumlah tanggapan yang diperoleh terhadap beberapa
aspek dari pelatihan hari itu, kemudian merangkum isi tanggapan-tanggapan tersebut.
Dengan menghitung jumlah tanggapan, baik pelatih maupun peserta mendapat gambaran
tentang aspek-aspek apa saja yang menarik perhatian peserta. Sedangkan rangkuman isi
tanggapan menjelaskan alasannya.
8. Bagaimana menyampaikan kembali hasil umpan balik?
Pada awal hari berikutnya, sampaikan rangkuman dari tanggapan serta komentar yang
diperoleh dari kegiatan umpan balik hari sebelumnya. Berikan kesempatan pada peserta untuk
menanggapi. Kalau hasilnya termasuk usulan, penting bagi Anda untuk menjelaskan apabila
para pelatih mengusulkan adanya perubahan berdasarkan umpan balik yang diterima, atau
jika tidak, apa alasannya. Jangan menyebutkan komentar-komentar negatif atau memalukan
yang secara khusus ditujukan pada perorangan. Jika ada beberapa komentar tentang
seseorang, anda bisa membicarakannya secara pribadi dengan orang yang bersangkutan.
9. Beberapa gagasan untuk umpan balik:
a. Kata Kenangan
Minta agar peserta menuliskan kata-kata yang, misalnya:
paling menggambarkan apa yang telah dipelajari atau mencerminkan pengalaman
dalam pelatihan hingga saat itu.
Kemudian bisa diikuti dengan pertanyaan: Mengapa Anda memilih kata-kata
itu? atau Apakah Anda bisa menjelaskan kata-kata yang Anda pilih?
b. Celengan atau Kotak Tabungan
Siapkan sejumlah uang logam seharga 100 dan 500 rupiah, dan sebuah celengan atau
kotak uang (yang bisa dibuka). Minta agar setiap peserta memilih satu uang logam yang
mencerminkan tingkat kepuasan mereka pada hari itu kemudian dimasukkan kedalam
celengan yang disediakan. Setiap peserta hanya boleh memilih satu koin saja. Kalau
sangat puas, mereka harus memasukkan uang logam 500 rupiah, kalau kurang puas 100
rupiah.
c. Menggunakan metafor sebagai ungkapan perasaan atau hal yang dipelajari
Minta agar peserta membandingkan pelatihan dengan jenis-jenis makanan. Kemudian,
mereka harus menuliskan makanan apa yang paling melambangkan pengalaman mereka
mengikuti pelatihan sampai saat itu, disertai alasan mengapa makanan tersebut yang
dipilih.

Modul I - Pradaya | 29
d. Menggunakan gambar
Minta agar peserta menggambarkan perasaan mereka tentang pelatihan hari itu, dan
tanyakan mengapa gambar tersebut yang dibuat.
e. Kartu umpan balik
Bagikan kartu metaplan atau post-it. Minta agar peserta menjawab dengan singkat pada
metaplan atau post-it:
Apa yang paling menolong anda hari ini? kemudian Mengapa? atau
Apa yang paling bermanfaat, menarik, sulit... apa yang paling Anda sukai?
Dapat juga ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:
Apa yang paling tidak menolong, tidak bermanfaat... yang tidak Anda sukai?
Diikuti dengan
Apa yang perlu diperbaiki? atau Apa usulan Anda?
Setelah kartu metaplan atau post it dikumpulkan, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan:
1. Kalau waktu memungkinkan, kocok kartu itu, bagikan kembali, lalu minta agar
para peserta membaca kartu yang didapatnya; atau
2. Tempelkan kartu di depan dan mintalah peserta untuk mengelompokkannya.
Diskusikan setelah ditimkan; atau
3. Kumpulkan semua kartu, buatlah rangkuman setelah sesi selesai, kemudian
sampaikan hasil umpan balik keesokan paginya sebelum acara dimulai.
f. Melempar bola
Tuliskan beberapa pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dievaluasi pada selembar kertas.
Remas-remas kertas itu dan buatlah menjadi sebuah bola. Peserta kemudian diminta
membentuk lingkaran, kemudian saling melemparkan bola kertas tadi selama Anda
berbalik memunggungi mereka. Setelah beberapa saat, baliklah kembali menghadap
mereka sambil menyerukan Stop! Yang sedang memegang bola kertas itu harus
membukanya dan menjawab pertanyaan yang pertama. Kalau perlu, anda bisa meminta
peserta yang lain untuk membantu atau menambahkan pendapat mereka. Ulangi sampai
semua pertanyaan terjawab. Harap diingat bahwa karena cara ini sifatnya lebih langsung,
pertanyaan yang diajukan jangan menyinggung perasaan atau hal-hal yang sensitif, tetapi
berfokus pada apa yang telah mereka pelajari hari itu.
Variasi untuk melenpar bola
Gunakan musik untuk menandakan kapan bola mulai dilempar dan kapan harus
berhenti.
g. Menyelesaikan kalimat
Tuliskan di kertas plano (atau siapkan fotokopi untuk setiap peserta) beberapa pernyataan
yang belum selesai, yang berkaitan dengan aspek-aspek pelatihan yang ingin dievaluasi.
Misalnya:
- Menurut saya, pelatihan ini efektif karena...
- Pelatihan ini bisa disempurnakan dengan...
- Fasilitator bisa lebih efektif kalau...
30
Setiap peserta diminta menjawab semua pernyataan atau memilih pernyataan mana saja
yang ingin ditanggapi.
h. Pengukur suasana hati
Kertas plano dengan gambar muka senang, muka biasa, dan muka sedih. Jelaskan arti
dari masing-masing simbol kepada peserta, dan tempelkan kertas plano tersebut dekat
pintu keluar ruangan. Mintalah agar peserta memberi tanda pada simbol yang sesuai
dengan perasaan mereka terhadap acara hari itu dengan spidol atau stiker.
Sebagai variasi, dapat digunakan post-it yang bertuliskan komentar peserta untuk
memberi klarifikasi atas pilihan mereka. Untuk membedakan tim-tim peserta dari
wilayah atau institusi yang berbeda, bisa digunakan kertas warna; seringkali akan terlihat
adanya perbedaan persepsi. Perlu diingat bahwa cara ini harus tetap anonim, sehingga
pembagian tim jangan terlalu kecil.
Variasi lainnya adalah dengan menggunakan pengukur suasana hati selama seluruh pelatihan
berlangsung, dengan mengukur perasaan peserta pada akhir setiap sesi pagi dan sore.
i. Duka dan Suka
Atur peserta dalam lingkaran, sehingga semua bisa saling melihat. Secara bergantian,
setiap peserta melengkapi kalimat: Saya tidak suka ketika...
Jawabannya bisa menyangkut apa saja yang terjadi hari itu. Peserta boleh memilih untuk
tidak menjawab apa-apa, atau menjawab sebanyak mungkin pada gilirannya. Peserta yang
lain tidak boleh memberikan tanggapan atau menilai apa yang telah dikatakan. Anda,
sebagai pelatih, harus pertama memulai dengan berbicara sejujur yang Anda harapkan
dari peserta yang lain. Setelah semua memberikan tanggapan, hal yang sama dilakukan
untuk menjawab apa yang mereka sukai. Kalimat yang harus dilengkapi adalah: Saya
suka ketika... Kegiatan ini berakhir dengan hal-hal apa saja yang disukai, dengan
demikian dalam suasana positif.
j. Human Continuum
Pada dinding yang panjang, tempelkan kertas bertuliskan tidak belajar apa-apa pada
satu ujung, lalu sangat mahir di ujung lainnya dan buatlah garis yang menghubungkan
keduanya.
Jelaskan makna dari human continuum tersebut, dan mintalah agar mereka berpikir
tentang posisi mereka pada awal pelatihan, dari segi pengetahuan, rasa percaya diri,
dan keterampilan.
Lalu mintalah mereka berdiri kemudian menempatkan diri mereka pada garis di
dinding itu. Setelah mereka diam, mintakan pendapat dari tiga atau empat orang
tentang mengapa mereka memilih berdiri di tempat tertentu.
Kemudian, minta agar peserta berpikir lagi tentang posisi mereka sekarang, diakhir
pelatihan. Lalu undang mereka untuk berdiri di posisi yang sesuai sepanjang garis di
dinding.
Sekali lagi mintakan pendapat dari beberapa peserta mengenai alasan mereka berdiri
di tempat tertentu.
Mintakan pendapat tim tentang kegiatan evaluasi ini, dengan tidak lupa menekankan
betapa nyatanya penilaian diri mereka atas apa yang telah dicapai.

Modul I - Pradaya | 31
k. Pameran poster
Siapkan beberapa kertas plano dengan judul aspek-aspek yang ingin dievaluasi (satu
poster/plano satu judul). Tempelkan pada dinding, dan mintalah para peserta untuk
berkeliling sambil menuliskan komentar mereka dengan spidol pada masing-masing
poster.
l. Fishbowl /Aquarium
Sebagian peserta diminta duduk dalam sebuah lingkaran dalam, dengan peserta lainnya
di lingkaran luar. Berikan pertanyaan diskusi yang berkaitan dengan apa yang dipelajari
hari itu. Misalnya: Sesi apa saja yang bermanfaat hari ini? Dan mengapa? Hanya
mereka yang duduk di lingkaran dalam yang boleh berbicara. Mereka yang duduk di
luar hanya mendengarkan. Setelah beberapa menit, peserta bertukar tempat (yang di
lingkaran dalam duduk di luar, dan sebaliknya). Anda boleh mengajukan pertanyaan
yang berbeda. Jika timnya besar (lebih dari 15 orang), lakukan kegiatan ini dalam tiga
ronde, tim yang pertama dulu, lalu tim kedua dan terakhir tim ketiga.
m. Roda Monitoring
Tetapkan delapan elemen yang ingin dimonitor. Tuliskan setiap elemen pada jari-jari
roda tersebut, lalu fotokopi untuk semua peserta. Bagikan kepada peserta, sambil
meminta mereka untuk memberikan evaluasi terhadap setiap aspek dengan membuat
titik pada setiap jari-jari roda. (mendekat ke pusat roda artinya rendah, sedangkan lingkar
luar roda artinya tinggi). Setelah selesai, hubungkan titik-titik tadi sehingga membentuk
jaring-jaring. Tempelkan semua roda di dinding, dan kalau cukup waktu diskusikan hasil
evaluasi tadi.
n. Meninjau kembali dan Menyusun Tujuan Belajar
Minta agar peserta secara individu atau bertim menyusun kartu-kartu yang bertuliskan
tujuan-tujuan belajar, sesuai dengan manfaatnya, dan sebagainya.
o. Skala berlawanan
Pilihlah beberapa aspek yang ingin dievaluasi, misalnya, tingkat kesulitan. Untuk setiap
aspek, buatlah skala dengan nilai untuk setiap jawaban (misalnya, positif nilainya 5,
negatif nilainya 1, dengan 2, 3 dan 4 di tengah-tengah). Supaya hasilnya lebih berarti,
bisa ditambahkan dengan penjelasan mengapa, komentar atau usulan.
p. Membagi kertas
Ajak peserta untuk berpikir tentang apa yang mereka pelajari hari ini. Kemudian,
mintalah mereka untuk merobek selembar kertas kosong sesuai dengan aspek-aspek
apa saja dari pelatihan hari itu yang bermanfaat bagi mereka. Setiap bagian harus diberi
judul, dan ukurannya mencerminkan besarnya manfaat yang diperoleh. Lalu, mereka
harus menulis mengapa hal tersebut mereka anggap bermanfaat.

32
MODUL II

FASILITATOR MASYARAKAT
DAN TANGGUNG JAWAB
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA

Pengantar
Memahami Nilai-Nilai ke-Indonesia-an
Mengembangkan Nilai-nilai ke-Indonesia-an
Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia
Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat
PENGANTAR

Tujuan
Menyegarkan kembali persepsi peserta mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep
dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam
mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.

Bahan
Flip chart, spidol kecil, spidol besar, selotip

Waktu
30 menit

Proses
1. Pelatih mengantarkan sesi dengan menceritakan upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah ataupun LSM di Indonesia.
2. Berikan contoh-contoh nyata baik contoh keberhasilan maupun kegagalan. Ajak
peserta untuk menganalisis kenapa sebuah program bisa berhasil dan kenapa pula bisa
gagal. Mintalah contoh-contoh dari peserta.
3. Ajaklah peserta menengok kembali konsep-konsep pemberdayaan yang diterapkan di
wilayahnya, apakah konsep pemberdayaan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai
ke-Indonesia-an atau menerapkan konsep dari luar yang justru mematikan nilai-nilai
ke-Indonesia-an?
4. Setelah peserta dapat menganalisis secara kritis dan obyektif sesi dilanjutkan ke sesi
berikutnya, yaitu Memahami Nilai-nilai Ke-Indonesia-an

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 35


MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Tujuan
Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya
untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter
dan jati dirinya.
Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah
kehidupan mereka.

Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, teks lagu Nasional dan lagu Daerah

Waktu
90 menit

Proses
1. Menyanyikan lagu Nasional dan Daerah (10 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana memasuki kegiatan belajar,
sehingga para peserta mempunyai kesiapan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Lebih
dari itu kegiatan belajar ini juga dimaksudkan sebagai pintu masuk pada pembahasan
mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an.
Kegiatan belajar ini dilakukan dengan meminta salah satu peserta untuk memimpin
menyanyikan salah satu lagu nasional, seperti lagu Dari Sabang Sampai Mereuke,
Satu Nusa Satu Bangsa dan sejenisnya. Selesai menyanyikan lagu nasional dilanjutkan
dengan meminta beberapa orang peserta yang berasal dari beberapa daerah di
Indonesia untuk menyanyikan lagu daerah masing-masing secara bergiliran.
2. Mempelajari Bahan Belajar (20 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai-
nilai ke-Indonesiaan. Informasi dimaksud dapat diperoleh melalui membaca materi
bacaan yang telah disediakan atau materi bacaan lain yang dimiliki oleh peserta.
Untuk itu kepada masing-masing peserta diberikan kesempatan dan waktu untuk
mempelajarinya.
3. Curah Pendapat (45 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pendapat dan pemahaman peserta tentang
nilai-nilai ke-Indonesia-an. Untuk itu peserta diberi pertanyaan kunci:

36
Nilai-nilai apa saja yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sepanjang sejarah
kehidupan mereka mulai dari jaman pra sejarah sampai sekarang? Dan apa bukti yang
ada dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dari nilai-nilai ke-Indonesia-an yang
dijunjung tinggi tersebut?
Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika terdapat lebih banyak peserta yang diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Setiap pendapat peserta direkap secara
singkat inti pendapatnya di papan tulis atau kertas plano di depan kelas yang dapat
dibaca oleh semua peserta. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dapat diidentifikasi nilai-
nilai ke-Indonesia-an beserta buktinya dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia
dalam jumlah yang dipandang cukup.
Jika peserta kesulitan menyampaikan pendapat, pemandu bisa membantu dengan
memberikan pernyataan atau pertanyaan perangsang. Pendapat yang sudah
disampaikan oleh peserta hendaknya tidak disampaikan lagi oleh peserta yang lain
untuk menghindari duplikasi, memperoleh lebih banyak hasil identifikasi, serta
menghemat waktu. Format Rekapitulasi hasil curah pendapat dapat dibuat sebagai
berikut:

No Nilai-nilai ke-Indonesia-an Bukti dalam Kehidupan Nyata

dst

4. Penegasan (15 menit)


Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil curah
pendapat yang telah dilakukan. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan
dan penjelasan terhadap pendapat tertentu yang dipandang perlu mendapatkan
perhatian, seperti pendapat yang kontroversial yang memancing perbedaan pendapat.
Ulasan juga disampaikan terhadap pendapat yang kritis, unik, dan menarik.

Bahan Bacaan
Memahami Nilai-nilai ke-Indonesia-an

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 37


MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Tujuan

Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman


Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat
Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan
yang perlu diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut
Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas
pemberdayaan masyarakat secara tepat dan benar

Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, contoh kasus.

Waktu
120 menit

Proses
1. Pembagian Kelompok (5 menit)
Dalam kegiatan ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Jumlah kelompok dalam
satu kelas dan jumlah anggota untuk setiap kelompok bisa disepekati bersama sesuai
dengan kondisi kelas yang ada. Jumlah anggota kelompok hendaknya tidak terlalu
sedikit, tetapi juga tidak terlalu banyak, paling banyak 5 orang setiap kelompok.
2. Diskusi Kasus (90 menit)
a) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mencari dua kasus dan
mendiskusikannya, yaitu:
1) Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang mengandung nilai-nilai ke-Indonesia-an yang positif untuk
dikembangkan, serta analisis mengapa perlu dikembangkan, bagaimana cara
mengembangkan, dan kendala apa yang akan dihadapi dam mengembangkan
nilai tersebut.
2) Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an dan karenanya perlu
dihindari disertai dengan analisis alasan mengapa perlu dihindari dan mengapa
kasus atau peristiwa tersebut sampai terjadi.
Hasil diskusi kasus dalam kelompok dirumuskan tertulis secara singkat dan padat
dalam format sebagai berikut:

38
Nilai Positif yang Nilai Negatif yang
Uraian Kasus Analisis
Dikembangkan Harus Dihindari

b) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusi kelompok secara


bergantian. Setelah semua kelompok selesai menyampaikan hasil diskusi kelompok,
dilanjutkan dengan pemberian tanggapan dari dan oleh setiap kelompok terhadap
hasil diskusi mereka.
Jika jumlah kelompok terlalu banyak dan waktu yang tersedia tidak mencukupi,
maka penyampaian hasil diskusi kelompok bisa dilakukan oleh beberapa kelompok
saja dengan pemilihan kelompok secara acak.
Jika jumlah kelompok cukup kecil dan waktu yang tersedia mencukupi, maka
kesempatan pemberian tanggapan bisa diberikan langsung setelah setiap kelompok
menyampaikan hasil diskusinya,
3. Penegasan (25 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan memberikan ulasan dan penyimpulan terhadap hasil diskusi
kasus. Ulasan disampaikan dengan memberikan penegasan dan penjelasan terhadap
pendapat yang dipandang perlu mendapatkan perhatian, seperti pendapat yang
kontroversial dan memancing perbedaan pendapat. Ulasan juga disampaikan terhadap
pendapat yang kritis, unik, dan menarik.

Bahan Bacaan
Mengembangkan Nilai-Nilai ke-Indonesia-an

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 39


MEMAHAMI KEMBALI KONSEP DASAR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tujuan
Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat
Peserta dapat menentukan konsep pengembangan masyarakat yang sesuai dengan visi,
misi dan prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an

Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, bahan bacaan pokok, audio visual berupa rekaman kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan

Waktu
120 menit

Proses
1. Penyampaian Informasi dengan Ceramah Bervariasi (30 menit)
Kegiatan belajar diawali dengan penyampaian informasi melalui ceramah tentang
konsep-konsep dasar pemberdayaan masyarakat. Untuk lebih menarik dan
memudahkan pemahaman dalam menyampaikan ceramah didukung dengan media
audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada
beberapa program pemberdayaan (dipersiapkan oleh support team). Ceramah
juga bisa diselingi dengan tanya jawab singkat dan pendek, sehingga dapat membuat
suasana lebih aktif dan dinamis. Selama penyampaian informasi, peserta diminta
mencatat hal-hal yang dipandang penting dan menonjol.
2. Diskusi (75 menit)
a) Setelah selesai penyampaian informasi mengenai konsep-konsep dasar
pemberdayaan masyarakat, peserta diminta untuk membuat beberapa kelompok
dengan anggota maksimal 5 (lima) orang per kelompok.
b) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengidentifikasi contoh-contoh
kasus pemberdayaan masyarakat yang kurang sesuai dengan visi, misi, prinsip,
dan strategi pemberdayaan masyarakat yang seharusnya. Selanjutnya menganalisis
mengapa hal tersebut bisa terjadi serta bagaimana jalan keluar untuk mengatasinya.
Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam format hasil diskusi kelompok sebagai
berikut:

40
Alternatif
No Kasus Permasalahan Analisis Masalah
Pemecahan

c) Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk


mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain.
3. Penegasan (15 menit)
Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar
terhadap hasil diskusi kelompok. Pemikiran-pemikiran kritis dan inovatif yang
berkembang selama diskusi perlu digarisbawahi.

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 41


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DALAM PERSPEKTIF INDONESIA

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
menemukenali model pengembangan masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-
Indonesia-an yang tidak meninggalkan budaya lokal dan tata nilai yang berlaku di
Indonesia
mampu menganalisis permasalahan pemberdayaan masyarakat di Indonesia dan solusi
pemecahannya

Bahan
Flip chart, spidol, selotip, lembar analisis.

Waktu
75 menit

Proses
1. Pengantar (10 menit)
Penyampaian pengantar dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada peserta
tentang perlunya pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat di
Indonesia yang bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia,
baik nilai-nilai sosial budaya, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
Indonesia, serta jati diri ke-Indonesia-an.
Perlu juga disampaikan bahwa dalam prakteknya masih dijumpai adanya kegiatan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang ditengarai tidak sejalan dengan nilai-nilai
ke-Indonesia-an sehingga berpotensi untuk menimbulkan permasalahan dan tidak bisa
berjalan secara efektif.
2. Diskusi Identifikasi Kasus dan Analisis Masalah (45 menit)
a) Kepada peserta diminta untuk membentuk kelompok berdasarkan pengalaman
dan keterlibatannya dalam program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
tertentu. Setiap kelompok beranggotakan tidak lebih dari 5 orang.
b) Kepada masing-masing kelompok diminta sukarela untuk mengidentifikasi
beberapa kasus kegiatan pemberdayaan masyarakat yang pernah dialami dan/
atau diketahui kurang atau tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri
masyarakat Indonesia, kemudian menganalisis permasalahan yang ada dalam kasus
tersebut dan merumuskan beberapa alternatif pemecahannya. Hasil diskusi dari
masing-masing kelompok dituangkan dalam format sebagai berikut:

42
No Kasus Analisis Permasalahan Alternatif pemecahan

c) Hasil diskusi dari setiap kelompok disampaikan secara bergiliran untuk


mendapatkan tanggapan dan umpan balik dari peserta anggota kelompok lain.
3. Penegasan (20 menit)
Pada akhir kegiatan diberikan penegasan untuk memberikan ulasan dan komentar
terhadap hasil diskusi kelompok. Hal-hal yang dipandang kurang tepat diberikan
koreksi dan penegasan secukupnya.

Bahan Bacaan
Pemberdayaan Masyarakat

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 43


PERAN DAN FUNGSI
PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tujuan
Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat.

Bahan
Flip chart, spidol, selotip.

Waktu
60 menit

Proses
1. Pengantar dan Penyampaian Informasi (10 menit)
Kegiatan belajar diawali dengan memberikan pengantar dan penyampaian informasi
mengenai dilema yang sering dihadapi oleh para pelaku (pendamping) pemberdayaan
masyarakat di lapangan. Dilema terjadi antara peran dan fungsi pendamping sebagai
sutradara dan aktor utama, antara motivator dan provokator, antara
dinamisator dan operator, antara pendorong kemandirian dan pencipta
ketergantungan.
2. Tukar Pengalaman (30 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman mengenai pelaksanaan peran
dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat yang pernah dilakukan oleh para peserta.
Kepada beberapa peserta diminta secara sukarela untuk menceritakan pengalamannya
sebagai pendamping atau pelaku pemberdayaan masyarakat. Masing-masing peserta
diberi waktu paling lama 5 menit sehingga akan terdapat paling tidak 7 peserta yang
berkesempatan mengungkapkan pengalamannya.
3. Tanggapan dan Penegasan (20 menit)
Kegiatan belajar diakhiri dengan pemberian tanggapan dan penegasan terhadap
pengalaman yang telah diungkapkan oleh sejumlah peserta. Tanggapan dan penegasan
dimaksudkan untuk memberikan ulasan apakah pengalaman yang telah mereka
ungkapkan itu sudah sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas pelaku pemberdayaan
masyarakat yang sebenarnya. Kalau belum sesuai mengapa dan bagaimana jalan
pemecahannya.
Hasil penegasan sebaiknya dituangkan dalam format sebagai berikut:

44
No Peran dan Fungsi Pelaku Tugas yang harus dilakukan
Pemberdayaan

Bahan Bacaan

Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 45


BAHAN BACAAN POKOK MODUL II

PENGANTAR
Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai
program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh lembaga atau
organisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah, bantuan pihak lain,
maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan masyarakat tersebut
dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar bisa hidup lebih hidup.
Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan karakter ke-Indonesia-an
yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia,
justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang lama berakar, sehingga yang terjadi
bukan lagi pemberdayaan melainkan justru pemerdayaan karena telah mencabut masyarakat
dari akar budaya, karakter dan jati dirinya.
Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri,
apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-betul
bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari pemberdayaan
masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali persepsi mengenai
nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan masyarakat sehingga
dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan pemberdayaan masyarakat yang
Indonesiawi sehingga dapat meng-Indonesia-kan masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat,
martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.

Tujuan Umum Pembelajaran


Secara umum tujuan pembelajaran dalam bagian ini adalah untuk menyegarkan kembali persepsi
para pelaku pemberdayaan masyarakat (yang nantinya bertindak sebagai pelatih fasilitator
pemberdayaan masyarakat di Indonesia, ed.) mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep
dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam mengelola
program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat Indonesia.
Secara khusus dalam setiap kegiatan pembelajaran bertujuan agar para peserta pelatihan
dapat:
1. Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk
mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter dan jati dirinya.
2. Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah kehidupan mereka.
3. Menghubungkan nilai-nilai Ke-indonesia-an dengan nilai keberagaman.
4. Menjelaskan dan menyimpulkan dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan penilaian terhadap program, kegiatan dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat
yang selama ini telah dilaksanakan sehingga dapat menemukan kelemahan yang perlu
diperbaiki dan kekuatan yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
6. Menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan dalam melaksanakan tugas pemberdayaan
masyarakat secara tepat dan benar.
46
MEMAHAMI NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Pada prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memperkuat daya ketahanan
masyarakat dengan memanfaatkan sumber potensi masyarakat itu sendiri yang telah lama
mereka miliki. Salah satu sumber potensi itu diantaranya adalah nilai-nilai ke-Indonesia-an yang
telah tertanam, tumbuh, dan berkembang sepanjang perjalanan hidup masyarakat yang berdiam
di wilayah antara samudera Hindia dan Pasifik serta benua Asia dan Australia. Karena itu upaya
pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari upaya menggali dan mengembangkan
nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

A. Memahami Hakekat Bangsa

Indonesia adalah identitas kebangsaan bagi suatu bangsa yang berdiam di wilayah nusantara.
Karena itu sebelum memahami hakekat ke-Indonesia-an bangsa Indonesia terlebih dahulu
perlu dipahami mengenai hakekat bangsa.
Menurut Ernest Renan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul
dari kejayaan bersama di masa lampau, sebagai hasil sejarah dan kehendak atau persetujuan
bersama untuk hidup bersama di masa sekarang dan yang akan datang dengan kesediaan
memberikan pengorbanan-pengorbanan. Dalam pandangan Renan, manusia bukan budak
dari rasnya, bahasanya, agamanya atau tempat tinggalnya. Bangsa adalah suatu kesadaran
moral (conscience morale). Jiwa, rasa, dan kehendak adalah faktor subyektif manusia dan tidak
bisa diukur dengan faktor-faktor obyektif, seperti bahasa, agama, ras, dan budaya. Karena
itu agama, bahasa, ras, dan juga budaya bukanlah unsur pembentuk melainkan hanya
merupakan faktor pendorong suatu bangsa. Bangsa dan rasa kebangsaan juga tidak dapat
dibatasi secara teritorial, sebab daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang statis
tetapi dapat berubah-ubah secara dinamis sesuai dengan jalannya sejarah dari bangsa yang
bersangkutan.
Ada pula yang melihat, seperti Otto Bouer, bahwa bangsa adalah suatu masyarakat
ketertiban yang muncul dari masyarakat yang senasib. Jadi bangsa itu terbentuk oleh
adanya kesamaan perangai atau karakter yang timbul karena adanya kesamaan nasib atau
pengalaman. Bangsa juga dapat terbentuk oleh adanya kesamaan kebudayaan (a.l. bahasa),
kepercayaan, dan keturunan (ras), seperti pendapat P.J. Bouman. Terbentuknya suatu
bangsa dalam pandangan Rudolf Kjellen, bermula dari adanya nafsu atau dorongan untuk
mempertahankan hidup yang berlanjut dengan kesadaran dan tekad untuk bersatu dalam suatu
persoonlijkheid (kepribadian) sehingga timbul kesadaran untuk mengurus dan menentukan
nasibnya sendiri dalam bentuk keinginan untuk hidup bernegara sendiri (natioale state) yang
merdeka dan berdaulat. Dengan demikian nafsu hidup suatu bangsa akan menjelma dalam
bentuk hidup sebagai negara yang merupakan cita-cita perjuangannya. Dengan dimilikinya
kesadaran kebangsaan (dalam bentuk bernegara yang berdaulat) maka suatu bangsa akan
berusaha terus menerus untuk memiliki kebudayaan yang sama, juga satu bahasa dan aspek-
aspek kehidupan lainnya. Dengan demikian, menurut Rudolf, di balik suatu bahasa terdapat
suatu bangsa dan bahasa bukan saja merupakan sebab tetapi juga akibat dari kebangsaan.

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 47


Jan Romein melihat bangsa terbentuk oleh adanya suatu keinginan bersama dari
suatu suku atau beberapa suku untuk mendirikan suatu negara nasional dimana semua
penduduknya mempunyai hak dan kewajiban serta kedudukan yang sama. Karl Houshofer
memandang bahwa bangsa itu terbentuk oleh adanya kesatuan antara darah dan tanah,
artinya persatuan antara orang dan tempat, yaitu adanya kesamaan tanah air dengan batas-
batas geografis tertentu dari sekelompok manusia yang berkehendak untuk hidup bersama.
Perbedaan sudut pandang dalam melihat proses terbentuknya suatu bangsa tersebut
telah mengakibatkan perbedaan dalam melihat hakekat kebangsaan. Ada yang melihat
dari sudut pandang politik, seperti Hans Kohn yang melihat paham kebangsaan sebagai
suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu yang harus diserahkan kepada
negara kebangsaan. Lothorp Stoddart melihat kebangsaan dari sudut pandang psikologis,
yaitu suatu keadaan jiwa (state of mind), suatu kepercayaan yang dianut oleh sejumlah
besar manusia perseorangan, sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan, yaitu rasa
kebersamaan segolongan manusia sebagai suatu bangsa (a sense of belonging together). Louis
I. Snyder melihat kebangsaan sebagai suatu hasil perpaduan dari faktor-faktor politik,
ekonomi, sosial, dan intelektual, sehingga kebangsaan adalah suatu keadaan pikiran, perasaan
atau sentimen dari suatu kelompok manusia yang hidup dalam daerah geografis tertenu,
mempunyai bahasa yang sama, memiliki kesusasteraan yang memuat cita-cita nasional yang
bersangkutan, mempunyai ketaatan kepada adat istiadat yang sama, menghormati pahlawan-
pahlawan yang sama dari kalangan mereka sendiri, dan terkadang juga mempunyai agama
yang sama. RM Soebantardjo memaknai kebangsaan sebagai suatu perasaan cinta terhadap
bangsa dan tanah airnya yang ditimbulkan oleh persamaan tradisi, sejarah, agama, bahasa,
kebudayaan, pemerintahan, dan tempat tinggal, serta keinginan untuk mempertahankan
dan memperkembangkan tradisi itu sebagai milik bersama dari anggota-anggota bangsa itu
sebagai suatu bangsa.
Dari berbagai pandangan tersebut dapat memberikan pemahaman yang utuh dan
komprehensif mengenai hakekat bangsa dan kebangsaan, yaitu sebagai suatu gejala psikologis
yang berupa rasa kebersamaan dari sekelompok manusia yang sama-sama hidup dalam suatu
wilayah (geografis) tertentu yang menimbulkan kesadaran untuk diakui keberadaannya
sebagai suatu bangsa karena adanya keadaan yang sama dan tujuan yang sama pula di masa
depan yang dibentuk oleh lingkungan kebudayaan melalui proses sejarah, sosial, ekonomi
dan politik yang cukup panjang. Cara memandang hakekat bangsa dan kebangsaan (wawasan
kebangsaan) yang demikian itulah yang harus dikembangkan, termasuk dalam memandang
ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.

B. Menggali Nilai-Nilai ke-Indonesia-an


Adalah suatu keniscayaan, bahwa nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia
itu dibingkai, dibangun dan dikembangkan atas tiga pilar waktu; masa lalu, masa kini dan
masa akan datang. Masa lalu, berkaitan dengan pengalaman-pengalaman sejarah kehidupan
bersama, baik yang pahit maupun yang manis. Masa kini, berkaitan dengan kondisi nyata
dan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan bersama. Masa akan datang, berkaitan
dengan cita-cita tentang kehidupan ideal yang hendak dan hanya bisa dicapai secara bersama-
sama.
48
Karena itu penggalian dan pengembangan nilai-nilai ke-Indonesia-an akan lebih
efektif jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan historis melalui penggalian nilai-
nilai kehidupan dalam perjalanan sejarah masyarakat dan bangsa Indonesia sepanjang
zaman, mulai dari zaman prasejarah sampai dengan perkembangan kondisi kehidupan
masyarakat saat ini. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa identitas ke-Indonesia-an sebagai
bangsa Indonesia yang kita kenal sekarang ini tidaklah terbentuk dalam proses yang singkat,
melainkan terbentuk melalui proses yang amat panjang, yaitu sepanjang sejarah kehidupan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Walaupun konsep ke-Indonesia-an bangsa Indonesia
baru terbentuk pada awal abad ke-20, tetapi kondisi yang demikian itu sudah terbentuk sejak
awal terbentuknya masyarakat Indonesia, yaitu sejak jaman kedatangan manusia Indonesia
ke kepulauan Indonesia pada jaman prasejarah, jaman terbentuknya pengaruh Hindu-Budha
dan Islam serta pertemuan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa Barat pada jaman
penjajahan.
Sejak proses migrasi manusia Indonesia dari luar wilayah Indonesia serta terbentuknya
pemukiman di kawasan Nusantara dan pertemuan dengan bangsa-bangsa lain tersebut
identitas masyarakat Indonesia mulai terbentuk yang ditandai dengan sistem kemasyarakatan,
sistem religi dan kepercayaan, sistem pemerintahan kerajaan dan ketatanegaraan, serta
sistem sosial budaya lainnya. Melalui pertemuan dengan bangsa-bangsa asing, baik secara
politis, sosial budaya, dan ekonomi maka bangsa Indonesia pun mulai menyadari tentang
pentingnya membentuk identitas ke-Indonesia-an pada awal abad ke-20. Kesadaran
tersebut selanjutnya menjadi energi yang menggerakkan pergerakan nasional sampai dengan
tercapainya kemerdekaan Negara RI. Kesadaran akan perlunya identitas ke-Indonesia-an
itu pula yang harus terus dipertahankan dan dikembangkan di era global ini sesuai dengan
tuntutan dan tantangan kehidupan sekarang agar bangsa Indonesia tetap dapat menjaga
martabat dan harga diri sebagai bangsa.
Adalah suatu kebanggaan adanya fakta yang menunjukkan bahwa nenek moyang
manusia Indonesia sudah ada sejak beribu-ribu tahun sebelum Masehi. Hal ini bisa dibuktikan
dari penemuan berbagai fosil manusia purba dan bukti-bukti arkeologis di berbagai daerah
Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan daerah-daerah lainnya. Bahkan diyakini pula bahwa nenek
moyang suku asli Australia (Aborigin) berasal dari Indonesia, yaitu Homo wajakensis. Bukti-
bukti arkeologis yang ditemukan di kepulauan nusantara juga menunjukkan bahwa sejak
awal manusia Indonesia selalu belajar untuk mengembangkan teknologi sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan kehidupan, mempunyai sistem religi dan kepercayaan yang kuat
(bangsa yang relegius). Hampir semua bukti arkeologi yang ditemukan selalu berkaitan
dengan produk teknologi dan alat atau tempat yang berkaitan dengan peribadatan. Selain itu
juga menujukkan adanya pengembangan sistem kemasyarakatan dengan pembagian kerja
dan gotong-royong, sistem pemerintahan yang melindungi dan pola hubungan dengan
alam yang menjaga keharmonisan dan keseimbangan.
Sejarah penyebaran manusia Indonesia juga menujukkan bahwa manusia Indonesia
yang tersebar ke seluruh pelosok nusantara merupakan satu saudara karena berasal dari
ras yang sama yaitu ras Austronesia. Bahkan ras Austronesia ini juga merupakan nenek moyang
bangsa-bangsa di daratan Asia. Dengan demikian sebetulnya orang Melayu, Indonesia, Cina,
Korea, Thailand, Jepang adalah satu nenek moyang. Bukti-bukti arkeologis juga menunjukkan
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 49
besar kemungkinan pada masa ribuan tahun yang lalu antara semenanjung Malaka, pulau
Sumatera, Kalimantan, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau lainnya adalah satu daratan.
Dengan demikian kesatuan bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan RI bukanlah
hal baru.
Pola penyebaran atau migrasi nenek moyang bangsa Indonesia yang menjangkau
hampir seluruh wilayah daratan Asia, bahkan sampai Madagaskar dengan kapal bercadiknya
juga menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempunyai wawasan global
(manusia gaul secara internasional), manusia bahari yang unggul (pelaut ulung). Masuk
dan berkembangnya kebudayaan Hindu dan Budha dari India, budaya muslim dari Timur
Tengah, dan budaya Eropa, juga merupakan bukti lain bahwa sudah sejak lama masyarakat
Indonesia bersifat terbuka, mempunyai komunikasi baik dalam bidang ekonomi, pendidikan,
budaya dan politik secara internasional. Namun keterbukaan itu tidak mengakibatkan
masyarakat Indonesia kehilangan jati dirinya. Masyarakat Indonesia mampu mengolah dan
mensintesakan hal-hal positif dari kebudayaan luar dengan kekayaan budaya sendiri sehingga
menghasilkan suatu bentuk dan perilaku budaya baru yang khas.
Posisi geografis yang strategis dan sumber kekayaan alam yang melimpah adalah
potensi yang menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain untuk datang berdagang ke
tanah Nusantara. Potensi inilah yang harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan menjadi
keunggulan bangsa Indonesia.
Sejarah perjalanan masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai religius
mempunyai andil yang amat besar dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an yang ada
sekarang. Kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Hindu-Budha yang tersebar ke seluruh
pelosok Nusantara, seperti Majapahit, Sriwijaya, Tarumanegara, Pajajaran, Kutai, juga
kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Islam seperti Samudera Pasai, Aceh, Demak, Mataram,
Goa, Bone, merupakan bukti bahwa sejak dahulu negara yang ada di Indonesia adalah negara
yang ber-Ketuhanan. Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berdasarkan atas nilai-
nilai Ketuhanan. Masuknya Islam di Indonesia telah membentuk nilai-nilai kesetaraan,
persamaan derajat, dan tradisi-tradisi peribadatan dalam kehidupan keseharian. Hal ini juga
mewarnai secara mencolok terhadap identitas ke-Indonesia-an.
Penerimaan bangsa Indonesia terhadap kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang
semula bermaksud berdagang juga merupakan bukti keterbukaan bangsa Indonesia. Karena
bangsa Indonesia juga bangsa pedagang, selain petani (agraris), maka kehadiran pedagang-
pedagang Eropa disambut dengan terbuka. Namun karena pedagang-pedagang Eropa yang
datang ke Nusantara itu ternyata bukan pedagang-pedagang yang baik dan jujur, melainkan
pedagang-pedagang yang culas, licik, dan serakah, maka akhirnya banyak menimbulkan
benturan dengan pedagang-pedagang lain dan kerajaan-kerajaan yang ada. Sistem monopoli
yang diterapkan oleh pedagang Eropa telah menghancurkan sistem perdagangan dan
perekonomian yang sudah ada sebelumnya. Apalagi disertai dengan keikutsertaan campur
tangan para pedagang Eropa terhadap konflik-konflik kekuasaan yang ada di kerajaan-
kerajaan saat itu. Tak terelakkan lambat laun akhirnya banga Indonesia pun terjajah, baik
secara ekonomi maupun politik. Sebuah pelajaran yang amat berharga, bahwa sistem
monopoli ekonomi, ketergantungan ekonomi pada negara lain baik melalui penanaman

50
modal maupun perdagangan yang tak berimbang cenderung menimbulkan campur tangan
politik yang selanjutnya akan mengarah pada penjajahan. Disinilah pentingnya kemandirian
ekonomi dan menciptakan sistem perdagangan yang berimbang tanpa monopoli sebagai
upaya untuk menegakkan kedaulatan bangsa.
Adalah kenyataan sejarah bahwa kedatangan bangsa Eropa di satu sisi telah
mengakibatkan penjajahan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia.
Namun disisi lain telah menggugah kesadaran rasa kebangsaan Indonesia, memperkuat
dan mengentalkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Tatkala Portugis
bermaksud menguasai Selat Malaka, maka Raja Demak, Raden Patah, menugaskan putranya
Pati Unus yang kemudian bergelar Pangeran Sabrang Lor untuk membantu Kerajaan Samudera
Pasai melawan Portugis. Kraeng Galengsong bangsawan dari Bugis juga bergabung dengan
Untung Suropati untuk melawan Belanda di Jawa. Munculnya perlawanan di berbagai daerah
yang silih berganti tak henti-hentinya selama ratusan tahun, meskipun secara sporadis,
merupakan bukti mulai tumbuh suburnya benih-benih kebangsaan Indonesia. Perjuangan
melawan penjajahan di berbagai pelosok Nusantara adalah prakondisi yang amat berarti bagi
terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia.
Sisi lain, penjajahan juga telah menjadi pelajaran yang amat berharga bagi bangsa
Indonesia. Adanya kenyataan bahwa pengetahuan dan teknologi penjajah dari Eropa lebih
baik telah menyadarkan bangsa Indonesia akan perlunya pendidikan dan penguasan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara lebih baik. Tak sedikit, meskipun tidak dapat dikategorikan
banyak, bangsa Indonesia yang kemudian mulai menempuh pendidikan tinggi. Dan mereka
inilah yang kemudian menjadi pelopor dan penggerak dalam menemukan, merumuskan dan
mewujudkan bentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.
Identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia kemudian mulai menemukan bentuknya
pada awal abad ke-20. Het wonder is geschied! Insulinde deschome slappster is ontwaak. Keajaiban
telah terjadi. Insulinde si cantik molek yang sedang tidur telah bangun. Itulah komentar
van Deventer dalam keterkejutannya melihat kebangkitan bangsa-bangsa Timur (Asia),
termasuk Indonesia yang mulai bangkit meramu dan menemukan identitas dirinya sebagai
bangsa di awal abad ke-20. Perjuangan untuk mewujudkan identitas ke-Indonesia-an mulai
memasuki babak baru. Melalui pergerakan yang bersifat nasional dan terorganisir secara
modern. Dipelopori oleh Budi Utomo yang merupakan organisasi nasional modern yang
pertama. Disusul dengan Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam,
Indische Partij, berbagai organisasi kepemudaan, organisasi sosial keagamaan, dan organisasi
politik yang bertebaran di seluruh wilayah Nusantara. Tonggak-tonggak sejarah pergerakan
nasional tersebut telah menggambarkan bentuk-bentuk kontribusi perjuangan dari berbagai
elemen masyarakat dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.
Suatu pelajaran yang amat berharga bahwa kebangkitan nasional itu dipelopori oleh
kaum terpelajar. Budi Utomo pun pertama kali dipimpin oleh seorang pemuda mahasiswa
kedokteran yang usianya belum genap 20 tahun. Berbagai bentuk organisasi yang bergerak di
berbagai bidang, seperti Budi Utomo dan Taman Siswa yang bergerak dibidang pendidikan,
Sarekat Dagang Islam dibidang ekonomi, persarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama dibidang keagamaan, dan organisasi-organiasi politik seperti Indische Partij dan

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 51


Partai Nasional Indonsia, juga memberikan pelajaran bahwa rasa kebangsaan itu harus digarap
dari berbagai aspek kehidupan secara serentak dan simultan. Sumpah Pemuda 28 Oktober
1928 juga memberikan pelajaran betapa strategisnya peranan pemuda dalam mengukuhkan
identitas ke-Indonesia-an. Ditambah lagi dengan peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan
oleh para pemuda menjelang detik-detik kemerdekaan.
Cukup banyak nilai-nilai yang bermakna yang dapat digali dan dikembangkan dari
peristiwa sepanjang sejarah pergerakan nasional sampai sekitar proklamasi kemerdekaan.
Kepedulian akan nasib sesama, kesetiakawanan sosial, kebersamaan, toleransi, kerelaan
berkorban, kebesaran tekad, dan kesabaran adalah nilai-nilai yang mendasari terbentuknya
identitas ke-Indonesia-an. Beberapa nilai yang terkandung dalam berbagai peristiwa
perjalanan hidup bangsa Indonesia tersebut perlu dijadikan pijakan dan cermin untuk bisa
memantulkan identitas ke-Indonesia-an di masa kini dan mendatang.
Terbentuknya identitas ke-Indonesia-an yang berpuncak pada proklamasi kemerdekaan
Negara Kesatuan RI, bukan berarti telah usainya proses meng-Indonesia-nya bangsa
Indonesia. Proses itu masih terus berlanjut dan berkembang secara dinamis. Dinamika
perkembangan masyarakat Indonesia dengan berbagai bentuk wujud perilaku sosialnya sejak
awal kemerdekaan hingga sekarang merupakan romantika kehidupan berbangsa yang harus
disikapi secara positif untuk dijadikan sebagai bahan pelajaran. Berbagai gejolak politik dan
pemerintahan serta pasang surut kehidupan sosial ekonomi yang selama ini terjadi, mulai dari
perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pembentukan dan pembubaran RIS, dinamika
pemerintahan parlementer, perbedaan pendapat di tubuh Konstituante, Dekrit Presiden 5
juli 1959, berbagai gejolak politik (seperti PRRI, Permesta, DI/TII, G 30 S/PKI), peristiwa
sekitar Supersemar, hegemoni Orde Baru, hiruk pikuk Reformasi, lepasnya Timor Timur,
GAM dan bencana Tsunami, persoalan Papua, sampai dengan krisis multi dimensi (moneter,
ekonomi, sosial dan politik) yang hingga kini belum berhenti, hendaknya dianggap sebuah
ujian untuk semakin mengukuhkan dan memperkokoh identitas ke-Indonesia-an. Memang
peristiwa-peristiwa itu mengandung sisi kelam yang pahit, tetapi tidak harus disikapi sebagai
sebuah kecelakaan yang membekaskan luka dalam tak tersembuhkan.
Mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an haruslah dengan kearifan dan berorientasi
ke masa depan tanpa harus melupakan masa lalu. Masa lalu adalah untuk pelajaran,
bukan untuk melestarikan dendam. Siapa yang melupakan masa lalu dia akan kehilangan
pelajaran yang berharga, dan siapa yang terbuai oleh masa lalu akan ketinggalan pelajaran
berikutnya.

52
MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN

Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas ke-
Indonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang membedakan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari kristalisasi nilai-
nilai kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-cita dalam membina
kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu terakumulasi dan terumuskan
dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kemudian dijadikan sebagai dasar negara.
Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung
nilai-nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri bangsa
Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat, martabat, dan harga diri
sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
sebagai bingkai dalam mengembangkan dan memberdayakan kualitas hidup di segala bidang,
baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak
pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata.
Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
itu telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat
Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan
musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari? Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat, martabat,
dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari,
dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka, akan menjadi
penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri ke-Indonesia-an
mereka.
Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa
ini, yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan merebaknya
primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal sebesar
globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan budaya,
sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia Indonesia yang
tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara Indonesia, bahkan
sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya sebagai warga dunia
(kosmopolit).
Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi
dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia dan
budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari persinggungan
budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih dan memilah serta
mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab keanekaragaaman

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 53


struktur dan perilaku budaya global di satu sisi akan mendorong ke arah kemajuan namun di sisi
lain bisa juga menimbulkan kerusakan. Sikap keterbukaan untuk menilai struktur dan perilaku
budaya masyarakat Indonesia sendiri yang juga mengandung kelebihan dan kelemahan juga
perlu dikembangkan. Beberapa contoh mengenai kearifan dan local genius dari bangsa Indonesia
dalam berinteraksi dengan budaya luar perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Sebab suatu
keniscayaan yang tak bisa dihindari, bahwa globalisasi bisa menjadi obat kuat atau energy drink
bagi kemajuan bangsa Indonesia, tetapi jika tidak selektif dan berlebihan justru akan menjadi
racun yang merusak dan menghancurkan daya tahan tubuh dan identitas ke-Indonesia-an bangsa
Indonesia.
Bersamaan dengan maraknya era globalisasi ternyata disertai pula dengan merebaknya
gejala-gejala primordialisme. Beberapa fenomena di negara kita yang lebih mengedepankan dan
menonjolkan unsur kedaerahan dengan dalih otonomi daerah, bahkan pemikiran untuk mem-
federasi-kan kesaturan negara RI, juga isu-isu tuntutan kemerdekaan dari sebagian daerah seperti
Aceh dan Papua adalah bukti dari merebaknya primordialisme itu. Konflik horisontal antar etnis
yang pernah terjadi di Kalimantan atau antar pemeluk agama yang berbeda di Maluku dan Poso
adalah ancaman nyata bagi disintegrasi bangsa. Karena itu, tidak bisa tidak, bahwa pengembangan
nilai-nilai ke-Indonesia-an harus disertai dengan upaya memahami struktur dan perilaku budaya
dari masing-masing daerah yang ada di Indonesia sehingga dapat menumbuhkan sikap saling
memahami, menghormati, dan menghargai antar pendukung budaya di masing-masing daerah.
Beberapa ciri fisik dan bentuk perilaku masing-masing budaya daerah perlu diidentifikasi dan
dibandingkan untuk menemukan kesamaan atau unsur-unsur positif yang perlu dibina dan
perbedaan atau unsur-unsur negatif yang perlu dihindari.
Pemahaman dan penghayatan akan prinsip bhinneka tunggal ika secara benar dan tepat
perlu mendapatkan penekanan. Bahwa identitas ke-Indonesia-an itu sebetulnya melekat pada
identitas kedaerahan sehingga identitas kedaerahan itu sebetulnya menjadi bagian inti dan tak
terpisahkan dari identitas ke-Indonesia-an. Ke-Indonesia-an memang memerlukan kesatuan,
keterpaduan, dan kebersamaan, tetapi tidak dengan mengeliminasi dan menafikkan kedaerahan.
Sebab roh dan nafas ke-Indonesia-an bersumber dan berada di daerah.
Merebaknya gejala primordialisme dalam sejarah perjalanan hidup bangsa Indonesia
juga tidak bisa dilepaskaan dari kondisi stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan yang ada.
Ketidakseimbangan pembangunan, kepincangan ekonomi, ketidakadilan sosial, kesenjangan
kesejahteraan, sentralisasi politik dan pemerintahan, serta kerawanan keamanan dan pertahanan
wilayah negara, adalah akar permasalahan yang menjadi biang keladi dari merebaknya gejala
primordialisme. Sejarah perjalanan hidup kebangsaan Indonesia telah memberikan pelajaran
bahwa kekecewaan daerah terhadap pemerintah pusat karena hegemoni pemerintah pusat
terhadap daerah yang berlebihan akan menjadi bahaya laten primordialisme yang sewaktu-waktu
muncul bergejolak. Ia bisa menjadi bara dalam sekam.

54
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan
dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development).
Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat sebagai pusat perhatian
dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu segala upaya pembangunan
harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat
dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memberi kesempatan yang lebih
luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan
karakteristik yang mereka miliki.
Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik
kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun kesenjangan
kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari pendekatan
pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang lebih banyak
kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan kesempatan,
fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya dan potensinya secara
maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih baik secara mandiri.

1. Makna Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan berasal dari kata daya yang berarti kekuatan atau kemampuan. Berdaya adalah
suatu kondisi atau keadaan yang mendukung adanya kekuatan atau kemampuan itu. Dalam
kehidupan bermasyarakat, keberdayaan adalah suatu kemampuan individu yang bersenyawa
dalam masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat yang bersangkutan mampu bertahan
dan mengembangkan diri secara dinamis. Keberdayaan ini meliputi keberdayaan di bidang
ekonomi, sosial budaya dan politik, sehingga merupakan sumber ketahanan nasional dari
suatu bangsa.
Pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki oleh suatu masyarakat sehingga mereka dapat mengaktualisasikan jati diri, harkat
dan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara manidiri.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dapat melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Dengan demikian pemberdayaan adalah suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian, baik di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik.
Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu strategi dalam pembangunan nasional
berorientasi pada pemberian kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk dapat
ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan
dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara proporsional. Pemberdayaan di bidang
ekonomi, berarti menyangkut upaya peningkatan pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup
yang bertumpu pada kekuatan ekonomi sendiri sehingga masyarakat mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri secara mandiri. Dibidang sosial budaya, berarti menyangkut
upaya peningkatan kehidupan sosial budaya yang berakar pada nilai-nilai budaya yang
dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga mereka tidak tercerabut dari akar budaya yang
telah melingkupi kehidupan mereka selama ini. Dibidang politik, berarti menyangkut upaya

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 55


peningkatan kemampuan dan pemberian kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil
keputusan sendiri mulai dari proses perencanaan sampai dengan pemantauan dan evaluasi
berbagai program pembangunan yang mereka laksanakan.
Dengan demikian konsep pemberdayaan bukan hanya menyangkut persoalan
ekonomi, tetapi merupakan konsep yang menyangkut semua aspek kehidupan. Kesemua
aspek kehidupan itu haruslah diberdayakan secara bersamaan dan integratif. Pemberdayaan
ekonomi harus pula disertai dengan pemberdayaan sosial budaya dan politik. Begitu pula
sebaliknya. Hal ini diyakini sebagai strategi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan kemampuan ekonomi serta ketahanan nasional. Namun keyakinan tersebut
menuntut adanya penerjemahan dalam bentuk program-program dan kegiatan-kegiatan
usaha yang nyata.

2. Visi dan Misi Pemberdayaan Masyarakat


Visi adalah gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan yang ideal dan realistis.
Sesuai dengan pengertian dan tujuan pemberdayaan sebagaimana dikemukakan di muka,
maka visi dari pemberdayaan adalah terciptanya masyarakat yang maju, mandiri, dan
sejahtera dalam bidang kehidupan sehingga mereka mampu memecahkan dan memenuhi
kebutuhan hidupnya secara mandiri tanpa tergantung dengan pihak lain. Dalam konteks
pembangunan, kemandirian di sini berarti kewenangan untuk merencanakan, menetapkan,
melaksanakan dan mengendalikan program-program pembangunan sesuai dengan esensi
dan prioritas kebutuhan mereka. Kemandirian ini akan dapat menciptakan rasa memiliki
dan tanggung jawab masyarakat terhadap seluruh program-program pembangunan yang
dilaksanakan, sehingga akan mengindikasikan adanya demokratisasi dalam pengelolaan
pembangunan.
Dengan visi yang demikian itu maka yang menjadi misi dari pemberdayaan adalah
mengembangkan dan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki oleh masyarakat secara
maksimal, baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya sosial. Dengan demikian
diharapkan akan dapat meningkatkan ketahanan masyarakat, baik di bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, sehingga mereka dapat mempertahankan
hidup secara lebih baik. Katahanan yang dimaksudkan di sini bukanlah ketahanan yang
bermakna pendekatan security, melainkan suatu dinamika kehidupan masyarakat yang mampu
melakukan proses pengembangan dan peningkatan kualitas diri dan lingkungannya secara
mandiri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat


Keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukung sebagai
prasyaratnya. Faktor-faktor pendukung yang merupakan prasyarat keberdayaan tersebut
meliputi faktor pendidikan, kesehatan, penguasaan akses sumber-sumber kemajuan
ekonomi, dan faktor sosial budaya. Keterpaduan dari berbagai faktor tersebut secara serasi
akan membentuk suatu kekuatan yang memungkinkan suatu masyarakat yang dapat bertahan
(survive) dan mengembangkan diri secara mandiri dalam berbagai kondisi untuk mencapai
tujuan hidupnya.
56
a. Faktor Pendidikan
Keberdayaan suatu masyarakat mensyaratkan adanya penguasaan tingkat pendidikan yang
memadai atau dengan kata lain keberdayaan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh
faktor pendidikan yang mereka miliki. Pendidikan memang merupakan penanda dari
masyarakat modern. Melalui pendidikan masyarakat akan memperoleh informasi, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai pola pikir rasional dan memiliki sikap serta
ketrampilan yang profesional dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan sehari-hari.
Karena itu masyarakat terdidik mempunyai kemungkinan lebih besar untuk lebih berdaya
ketimbang masyarakat yang kurang berpendidikan.
Faktor pendidikan ini bisa dilihat secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif
adalah seberapa tinggi tingkat pendidikan formal dan seberapa luas tingkat pendidikan formal
tersebut dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan. Semakin banyak jumlah masyarakat
yang berpendidikan lebih tinggi maka akan semakin berdaya dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang mereka hadapi. Sedang secara kualitatif dapat dilihat dari profesionalisme
dan kesadaran masyarakat yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam program-program
pembangunan. Faktor pendidikan memang tidak bisa hanya dilihat dari aspek kuantitas
pemilikan tingkat pendidikan formal, tetapi juga harus dilihat dari kualitas ketrampilan
dan sikap kesadaran masyarakat. Dengan demikian upaya pemberdayaan masyarakat
pada hakekatnya adalah merupakan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan
masyarakat, yakni dalam arti peningkatan wawasan dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
dalam rangka mengaktualisasikan segala potensi yang mereka miliki untuk dapat mencapai
taraf hidup yang lebih baik.
b. Faktor Kesehatan
Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit adalah masyarakat
yang tak berdaya. Keberdayaan masyarakat mensyaratkan adanya tingkat kesehatan tertentu
yang memadai. Kesehatan adalah faktor yang penting dalam menumbuhkan keberdayaan.
Kesehatan amat berpengaruh terhadap kualitas hidup secara keseluruhan, baik dari aspek
ekonomis maupun pendidikan. Dari aspek ekonomi, kesehatan amat berpengaruh terhadap
tingkat produktifitas, sedang dari aspek pendidikan kesehatan amat berpengaruh terhadap
tingkat intelegensi. Tingkat kesehatan masyarakat dapat diukur dari tinggi rendahnya angka
harapan hidup. Dan hal ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan kualitas layanan
kesehatan yang ada di masyarakat yang bersangkutan.
c. Faktor Penguasaan Akses Sumber-Sumber Kemajuan Ekonomi
Keberdayaan suatu masyarakat sangat erat kaitannya dengan masalah ekonomi. Semakin
tinggi tingkat ekonomi masyarakat maka akan semakin besar peluang mereka untuk berdaya,
sebab diakui atau tidak ekonomi adalah sumber materi kehidupan yang nyata. Karena
itu keberdayaan masyarakat juga mensyaratkan dan sangat dipengaruhi oleh penguasaan
mereka terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti akses modal, penguasaan
teknologi, akses lapangan kerja, akses pengembangan sumber daya manusia dan akses pasar.
Bagi masyarakat golongan ekonomi lemah beberapa sumber kemajuan ekonomi di atas
masih merupakan barang langka dan merupakan kendala utama bagi keberdayaan mereka.

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 57


Kecilnya modal, rendahnya penguasaan teknologi, sempitnya peluang dan kesempatan
kerja, terbatasnya pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar,
sering menjadi penyebab utama ketergantungan dan ketertinggalan masyarakat lapisan
bawah. Padahal berbagai faktor tersebut merupakan prasyarat keberdayaan yang mutlak
diperlukan.
d. Faktor Sosial Budaya
Faktor lain yang tak kalah pentingnya dengan faktor pendidikan, kesehatan dan akses pada
sumber-sumber kemajuan ekonomi adalah faktor sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
Keberdayaan masyarakat memang tidak bisa dilepaskan dari faktor sosial budaya, bahkan
bisa dikatakan bahwa kualitas keberdayaan suatu masyarakat pada hakekatnya merupakan
cerminan dari kualitas sosial budaya mereka.
Faktor sosial budaya ini meliputi aspek tata nilai, kelembagaan dan pola hubungan
antar kelompok yang ada dalam masyarakat. Keberdayaan suatu masyarakat memang
mensyaratkan adanya pemilikan tata nilai yang kondusif. Seringkali terjadi bahwa kendala
keberdayaan itu bersumber dari adanya tata nilai sosial budaya masyarakat yang melahirkan
sikap dan perilaku yang berlawanan dengan sikap dan tata nilai yang dipersyaratkan dalam
keberdayaan. Sebagai contoh adalah sikap malas yang dilahirkan dari pandangan hidup yang
nerima ing pandum (menerima nasib apa adanya), padahal keberdayaan mensyaratkan adanya
etos kerja yang produktif. Contoh lain adalah sikap boros yang dilahirkan dari pandangan
yang mementingkan hidup hari ini, padahal keberdayaan mensyaratkan adanya sikap hemat
sebagai perwujudan dari pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Masih banyak
sikap dan tata nilai lainnya yang menjadi prasyarat keberdayaan, seperti tanggung jawab,
terbuka terhadap perubahan, berorientasi pada prestasi dan sebagainya. Apakah sikap dan
tata nilai yang demikian itu dipunyai dan berkembang dalam masyarakat? Hal ini sangat
berpengaruh terhadap tingkat keberdayaan mereka.
Disamping hal di atas faktor sosial budaya yang cukup berpengaruh adalah
keberadaan lembaga masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas
berkaitan dengan jumlah lambaga informal yang ada dalam masyarakat. Banyaknya jumlah
lembaga informal yang ada di masyarakat dapat menunjukkan tingkat keberdayaan yang
tinggi. Secara kualitas berkaitan dengan berfungsi tidaknya lembaga masyarakat yang ada.
Semakin berfungsi lembaga masyarakat yang ada menunjukkan semakin tingginya tingkat
keberdayaan mereka.
Faktor sosial budaya lainnya yang juga menjadi prasyarat dan berpengaruh terhadap
keberdayaan masyarakat adalah pola hubungan antar kelompok yang ada di dalamnya.
Apakah pola hubungan antar kelompok yang ada dalam masyarakat bersifat setara dan adil
serta tidak ada ketergantungan atau sebaliknya. Masyarakat yang berdaya adalah masyarakat
yang di dalamnya terdapat pola hubungan antar kelompok yang setara, adil dan tidak ada
ketergantungan dari suatu kelompok tertentu kepada kelompok yang lain.
Dengan demikian maka upaya pemberdayaan masyarakat dalam bentuk konkritnya
akan selalu bertumpu pada konteks sosial budaya masyarakat setempat dalam bentuk
pemanfaatan nilai dan institusi masyarakat setempat yang telah ada. Pandangan masyarakat
terhadap alam lingkungan yang ada di sekitarnya adalah potensi sosial budaya yang
58
perlu diakomodasikan. Lambaga-lembaga adat, keagamaan dan sosial budaya lainnya,
merupakan sarana dan wahana pemberdayaan yang harus didayagunakan secara maksimal.
Sehingga upaya pemberdayaan masyarakat tidak akan mencabut masyarakat setempat dari
akar sosial dan budaya mereka sendiri.

4. Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengembangkan potensi dan sumber daya
yang mereka miliki haruslah diletakkan di atas beberapa prinsip berikut:

a. Prinsip Partisipatif
Pemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat
yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan secara efektif, sesuai dengan
kehendak, kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan
tersebut diharapkan juga akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian
pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan
segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi yang dimaksudkan
adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam
pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai pemberi dukungan melalui mobilisasi
terhadap program-program yang sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh
pemerintah.

b. Prinsip Terarah (targetted)


Pemberdayaan masyarakat haruslah dilakukan secara terarah (targetted), artinya ditujukan
langsung secara jelas kepada mereka yang betul-betul membutuhkan dan dengan program
yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Salah
satu wujud penerapan prinsip ini adalah dengan memberikan prioritas kepada kelompok
masyarakat yang paling membutuhkan sebagai sasaran program.

c. Prinsip Pemihakan
Pemberdayaan masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata terhadap mereka
yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan mengingat pemberdayaan pada
prinsipnya adalah upaya emergency yang memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan
yang terarah kepada mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan
diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan percepatan agar
proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses pemberdayaan bagi mereka yang
lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi
secara terarah dan sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi
mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan dari pihak
yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu kepentingan dari pihak
tertentu yang dipandang perlu mendapatkan pengamanan sebagai wujud dari pemihakan
yang perlu dilakukan. Sebab kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan
berbagai kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema. Padahal
disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi masyarakat secara umum,
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 59
harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan mengesampingkan kepentingan kelompok
masyarakat yang justru kurang beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang
kurang beruntung ini sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering
menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat pencapaian tujuan
program.
d. Prinsip Kemandirin
Pemberdayaan masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan ketergantungan. Prinsip
kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada kemandirian tidak mungkin terdapat
keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan,
bantuan, ataupun pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah
menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu segala tindakan,
bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang diberikan haruslah dalam konteks
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi
secara mandiri dan berkelanjutan.
e. Prinsip Desentralisasi
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan dalam
pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian kepada
masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling dekat dengan masyarakat. Prinsip ini
amat penting agar rencana dan pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul
sesuai dengan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat.
f. Prinsip Keterbukaan
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan menciptakan
kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab
rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya
keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pelaku
pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan terdapat kontrol dan
pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan sehingga
dapat dihindari terjadinya hal-hal yang merugikan pihak masyarakat atau penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diinginkan.
g. Prinsip Keswadayaan
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala potensi yang
dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
dalam diri masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat
menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan yang sedang dan
akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa bahan material, dana, maupun
tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan, bahan material, dana,
60
atau tenaga masyarakat yang digunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber
pembiayaan kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya.

5. Strategi dan Bentuk Pemberdayaan Masyarakat


Ada beberapa strategi dan bentuk pemberdayaan masyarakat yang dipandang cukup efektif
dan efisien untuk diterapkan dan dikembangkan. Strategi dan bentuk-bentuk pemberdayaan
tersebut diantaranya adalah strategi: (a) penguatan kelompok masyarakat; (b) penguatan
kelembagaan; (c) pendampingan; (d) pengembangan sumberdaya manusia (SDM); (e)
pemberian stimulan; (f) industrialisasi pedesaan; (g) pengembangan usaha ekonomi rakyat;
(h) Pengembangan Pola Kemitraan. Kedelapan strategi dan bentuk pemberdayaan tersebut
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dan saling mempunyai keterkaitan yang
erat satu sama lain. Karena itu kedelapan strategi tersebut merupakan satu paket yang mesti
ada dalam setiap program pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam pengelolaan sumber
daya alam dan pemukiman.

a. Penguatan Kelompok Masyarakat


Pendekatan kelompok adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang dipandang masih
relevan untuk masyarakat pedesaan, sebab masyarakat desa yang kebanyakan secara ekonomi,
sosial budaya, dan politik dalam posisi yang relatif lemah akan sulit memecahkan masalah-
masalah yang mereka hadapi secara sendiri-sendiri. Potensi-potensi yang mereka miliki
secara individual meskipun kecil akan dapat menjadi potensi yang amat berarti manakala
diakumulasikan menjadi kekuatan kelompok. Dan upaya pemberdayaan akan menjadi terlalu
luas dan tidak efektif jika dilakukan secara individual. Karena itu penguatan kelompok adalah
strategi yang paling efektif dan efisien dalam upaya pemberdayaan potensi dan kemampuan
masyarakat. Dengan penguatan kelompok ini pula diharapkan masyarakat yang lemah akan
mempunyai posisi tawar yang kuat dan seimbang jika harus berhubungan dengan kelompok
atau anggota masyarakat yang lebih kuat.
Penguatan kelompok juga akan menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi diantara
anggota masyarakat miskin yang senasib. Melalui pendekatan kelompok juga akan dapat
kebersamaan dan tanggung jawab bersama dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang
mereka hadapi. Apalagi dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa
yang memerlukan keterlibatan masyarakat secara keseluruhan. Kepentingan yang menjadi
sasarannya pun juga merupakan kepentingan bersama masyarakat dan bukan merupakan
kepentingan orang per orang secara individual.
Pendekatan ini bukan berarti menuntut adanya pembentukan kelompok baru
dalam masyarakat. Tetapi akan lebih efektif jika memanfaatkan secara maksimal kelompok-
kelompok yang telah ada dan berfungsi di masyarakat. Seperti kelompok tani, kelompok
keagamaan, dan kelompok-kelompok kemasyarakatan lainnya. Implementasi pendekatan
kelompok ini diantaranya dapat diwujudkan melalui:
1) Pemberian kesempatan setiap kelompok masyarakat yang ada untuk ikut mengelola
sumber daya alam yang selama ini telah mereka ambil manfaatnya secara lebih baik.
2) Pemberian keterampilan teknis dan budidaya sesuai dengan potensi sosial budaya

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 61


masyarakat setempat.
3) Pemberian kepercayaan untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif dalam pengamanan
dan pelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.
4) Pengembangan usaha bersama dalam pengelolaan sumber daya yang ada, baik dalam
bentuk koperasi maupun usaha ekonomi lainnnya.
5) Pengembangan kelompok baru baik berdasarkan bidang kegiatan sosial maupun usaha
ekonomi produktif atau bidang-bidang lain.
b. Penguatan Kelembagaan
Selain strategi penguatan kelompok, penguatan kelembagaan juga merupakan strategi
yang cukup efektif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa. Lembaga-
lembaga sosial yang ada di masyarakat pada prinsipnya merupakan media yang cukup
efektif untuk mengelola masyarakat dalam melakukan serangkaian program dan kegiatan.
Upaya pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa tidak bisa melepaskan diri
dari keterlibatan lembaga-lembaga masyarakat setempat yang ada. Hal ini memang
bukan diarahkan untuk membentuk lembaga baru, tetapi lebih dari sebagai upaya untuk
memberdayakan dan menfungsikan lembaga yang ada agar berfungsi secara maksimal sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing. Lembaga-lembaga masyarakat yang ada bisa berupa
lembaga adat, lembaga keagamaan, lembaga ekonomi, atau bahkan juga lembaga-lembaga
semi pemerintah atau lembaga pemerintah yang ada di desa.
Strategi penguatan kelembagaan ini dimaksudkan agar mekanisme, proses, dan
penetapan aturan-aturan kegiatan yang harus mereka lakukan mulai dari persiapan,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan dilakukan secara terorganisir
melalui institusi yang telah mereka miliki. Pengorganisasian ini penting karena akan dapat
menumbuhkan manajemen program dan kegiatan dengan mekanisme yang jelas dan baku.
Untuk itu mengfungsikan kembali lembaga-lembaga adat yang selama ini sudah hampir mati
atau lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lainnya dengan memberikan berbagai input
pembinaan dan pengembangan merupakan satu kesatuan dari program dan kegiatan.
Strategi penguatan kelembagaan ini juga dapat memberikan peluang kepada
masyarakat untuk melakukan proses belajar dalam mengorganisir kemampuan dan potensi
yang mereka miliki agar dapat dikembangkan secara maksimal dalam upaya mengelola
sumberdaya alam dan pemukiman desa. Proses belajar ini merupakan bagian tak terpisahkan
dari proses pembangunan pada umumnya, bahkan pada prinsipnya pembangunan itu
merupakan proses sosial learning bagi masyarakat.
Penguatan kelembagaan juga akan meningkatkan kemampuan dan posisi tawar warga
masyarakat dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lain, baik dalam interaksi ekonomi, sosial
budaya, maupun politik. Selanjutnya juga dengan penguatan kelembagaan akan meningkatkan
rasa percaya diri masyarakat dalam mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi.
Dengan demikian sekaligus akan dapat melindungi masyarakat dari tindakan-tindakan pihak
lain yang dapat merugikan kepentingan mereka.
Penguatan kelembagaan yang dimaksudkan di sini adalah penguatan kelembagaan
baik bagi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berbasis adat, keagamaan, ekonomi,

62
maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada
di desa. Implementasi strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan
melalui:
1) Identifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di daerah lokasi sasaran
program.
2) Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat dan mempunyai wewenang dalam
pengembilan keputusan, baik dalam penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, maupun evaluasi kegiatan.
3) Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan, pelatihan, dan
pengorganisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara terarah dan terencana.
4) Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan mekanisme,
proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh masyarakat sesuai dengan budaya,
adat istiadat, dan keyakinan masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan formal yang berlaku.
5) Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, seperti pelatihan
kepemimpinan, pengembangan organisasi dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam.

c. Pendampingan
Strategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam program-program
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa
masyarakat, terutama masyarakat desa, secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik
secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali menjadi
salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-program dan kegiatan
pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif. Pendampingan adalah salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala
tersebut.
Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran dan
kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri, menggali potensi dan
kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi berbagai kendala dan kelemahan yang
menjadi penghambat, serta merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang
perlu mereka ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah menyelenggarakan
dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan masyarakat, menggali sumber-sumber potensi
yang tersedia, mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan mengorganisir
masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia harus dapat menempatkan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sebagai usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi
individual dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui
pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses pendidikan bertindak,
dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan komunitasnya secara demokratis.
Sehingga ia akan lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi
masyarakat ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program.

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 63


Dengan demikian tenaga pendamping yang diperlukan adalah tenaga yang bertindak
sebagai interpriner yang telah terlatih, baik yang direkrut dari dalam maupun dari luar warga
masyarakat setempat. Pilihan antara dari dalam dan luar masyarakat setempat masing- masing
mempunyai kelemahan dan kelebihan bawaan yang harus menjadi bahan pertimbangan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Strategi pendampingan merupakan pilihan strategi yang harus disertai batasan waktu
tertentu. Artinya, bahwa pendampingan kepada masyarakat tidak bisa dilakukan secara
terus menerus sepanjang masa, tetapi dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan
berdasarkan ketersediaan sarana pendukung dan perkiraan kemampuan masyarakat untuk
mandiri. Pendampingan memang tidak dimaksudkan untuk menciptakan ketergantungan,
tetapi justru diharapkan dapat mempercepat proses kemandirian masyarakat. Karena itu
pola dan strategi pendampingan yang dirancang harus mampu menumbuhkan kemandirian
masyarakat dalam jangka waktu tertentu disamping mendukung secara langsung proses
pencapaian tujuan kegiatan.
Pada prinsipnya strategi pendampingan dalam pemberdayaan masyarakat merupakan
upaya untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat dalam bentuk tenaga pengembang
yang mampu mendampingi masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal dalam
mewujudkan kemandirian. Pendampingan ini bisa dilakukan oleh tenaga pendamping yang
berasal dari dalam masyarakat sendiri maupun didatangkan dari luar komunitas masyarakat
yang bersangkutan. Atau bisa juga dilakukan oleh aparat pemerintah yang memang khusus
ditugaskan untuk itu, seperti tenaga penyuluh pertanian, juru penerang, penyuluh kesehatan,
dan sebagainya. Implementasi strategi pendampingan ini dapat diwujudkan melalui:
1) Penyediaan tenaga pendamping yang betul-betul mempunyai keahlian dibidang
tertentu sekaligus mempunyai keahlian dibidang pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat.
2) Penyediaan fasilitas pendukung bagi pendamping yang memadai, seperti gaji yang
cukup untuk jangka waktu tertentu, sarana transportasi yang sesuai, pembekalan
pengetahuan dan keterampilan yang relevan dan jaminan masa pasca kontrak yang
memungkinkan dapat berkembang secara mandiri.
3) Pola pendampingan yang digunakan sedapat mungkin merupakan pola pendampingan
purna waktu, sehingga upaya memfasilitasi masyarakat dapat dilaksanakan secara
maksimal dan intensif. Konsekuensi dari pola pendampingan purna waktu ini adalah
adanya keharusan bagi tenaga pendamping untuk bertempat tinggal dan hidup
bersama-sama masyarakat di desa tempat tugasnya.
4) Pemberian pembinaan kepada para tenaga pendamping dilakukan secara periodik
dan kontinyu dalam jangka waktu tertentu guna memberikan peluang bagi mereka
untuk berkoordinasi dan membahas bersama persoalan-persoalan yang dihadapi di
masyarakat.
5) Pemberian tugas dan kewenangan kepada para tenaga pendamping purna waktu
untuk melakukan pengakaderan atau pembinaan guna mempersiapkan tenaga-tenaga
pendamping mandiri yang berasal dari komunitas masyarakat itu sendiri sehingga
tugas pendampingan tetap dapat dilanjutkan jika masa penugasan mereka selesai.

64
d. Pengembangan SDM
Pada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan
sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara komprehensif dan integratif. Karena
itu pengembangan sumberdaya manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk
mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan,
sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam setiap
program pembangunan, sebab pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan
untuk masyarakat yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan
sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada penciptaan prakondisi
agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun dirinya sendiri secara mandiri.
Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya manusia
ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan
secara sistematis. Program dan kegiatan yang demikian itu membawa konsekuensi pula
terhadap perlunya penyediaan dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun
hasil dari kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu dekat.
Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi sosial berjangka panjang
yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan
dengan seperangkat kekurangan dan kelebihannya.
Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi
yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya pemberdayaan masyarakat, sebab
upaya pemberdayaan masyarakat itu pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber
daya manusia. Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia
ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani masyarakat, baik yang
berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Implementasi
strategi pengembangan sumber daya manusia ini dapat diwujudkan melalui:
1) Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai
keterampilan khusus.
2) Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenai keterampilan khusus
yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang ada disekitarnya.
3) Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda untuk
mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing
keluar daerah komunitas mereka.
4) Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk pendidikan kejuruan yang
dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan.

e. Pemberian Stimulan
Strategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih cukup efektif
adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah,
baik hibah murni maupun hibah bergulir (revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan
hanya sebagai entry point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 65
secara laten sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana
stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua komponen
program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang tidak dapat disediakan
sendiri oleh masyarakat.
Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan ketersediaan
masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana, tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang
mendukung pencapaian tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi
dilema. Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan justru
akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain tanpa pemberian dana
stimulan akan sulit melakukan motivasi dan menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat.
Sebab secara umum masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya
atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya terkadang tidak bisa
dirasakan secara langsung dan nyata.
Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi pemberian
stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk modal usaha
ekonomi produktif yang harus dikembangkan secara bergulir. Dana bantuan stimulan
juga dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana
sosial ekonomi yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup
masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana transportasi ekonomi,
dan sebagainya.
Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui:
1) Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh
masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana bantuan, baik yang secara hibah
maupun pinjaman.
2) Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasarana fisik baik yang dapat
menunjang secara langsung usaha pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat
sekitarnya maupun yang secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat
seperti air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya.
3) Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah bergulir untuk
modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan sumber daya alam yang ada di
masyarakat sekitarnya.
4) Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalam setiap kegiatan yang
diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan kemampuan masyarakat.
5) Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untuk mengakses dengan
mudah kepada lembaga-lembaga dana dan keuangan terdekat.

f. Industrialisasi Perdesaan
Industrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan. Melalui industrialisasi
pedesaan diharapkan sumber-sumber potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan
dimanfaatkan secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan
66
hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk meningkatkan
keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri melalui fungsionalisasi industri
pengolahan hasil pertanian yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah
yang tinggi.
Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk:
1) mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan;
2) mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta penganekaragaman produk
pertanian dengan investasi teknologi;
3) mendorong investasi industri teknologi di perdesaan;
4) meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologi industri yang akan
digunakan;
5) mengembangkan komoditas unggulan daerah;
6) mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan menyiapkan
sumber daya yang diperlukan;
7) mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi.
Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan ini
diantaranya adalah dengan:
1) peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian;
2) pengembangan teknologi peralatan proses;
3) pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan komoditas sejenis dari
luar daerah atau desa;
4) membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiri dengan nilai tambah
yang tinggi.

g. Pengembangan Usaha Ekonomi Rakyat


Pada umumnya jenis usaha ekonomi rakyat termasuk usaha pasaran yang kurang spesifik
dan mudah dimasuki oleh semua orang, sehingga rawan persaingan. Padahal sebagian besar
mereka kurang mempunyai kemampuan bersaing dengan baik. Akibatnya usaha ekonomi
rakyat mudah terancam kemacetan dan tidak mempunyai umur yang panjang. Apalagi jika
usaha ekonomi rakyat tersebut sudah dimasuki oleh para pengusaha kuat yang memproduk
komoditas sejenis dengan menggunakan teknologi tinggi.
Karena itu ancaman terhadap produk substitusi hasil usaha ekonomi rakyat relatif
tinggi, terutama ancaman dari komoditas sejenis dari hasil fabrikasi yang harganya reltif
lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan lebih kuatnya posisi
tawar pembeli, karena produk yang dibeli bukan produk yang unik, tetapi produk yang
mudah diperoleh di pasaran. Belum lagi jika terdapat ketergantungan terhadap pemasok
input produksi, sehingga posisi tawar pemasok lebih kuat ketimbang produsen, terutama
untuk pemasok input hasil olahan dengan skala besar.
Disamping itu, rendahnya daya saing produk usaha ekonomi rakyat itu juga disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya ialah rendahnya akses kepada modal, rendahnya akses
terhadap pasar, rendahnya kemampuan manajemen, rendahnya kualitas sumber daya manusia,
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 67
rendahnya penguasaan terhadap teknik produksi.
Namun demikian, sebetulnya masih terdapat peluang yang cukup besar bagi
pengembangan usaha ekonomi rakyat. Kondisi pasar yang cenderung heterogen dapat
memberikan banyak pilihan. Apalagi tuntutan pasar yang cenderung bervariasi, sehingga
masih ada celah yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha ekonomi rakyat secara
lebih fleksibel. Sifat usahanya yang biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dan informal
bisa menjadikan usaha ekonomi rakyat bergerak secara fleksibel dalam mengantisipasi
pasar.
Untuk memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat diperlukan beberapa
prasyarat yang diantaranya adalah:
1) tidak adanya ancaman dari pendatang baru bagi komoditas yang sedang diproduksi;
2) produksi, distribusi, dan akses pasar harus mantap;
3) tingkat persaingan produk rendah;
4) posisi tawar pemasok input lebih rendah sehingga mengurangi ketergantungan produsen
pada pemasok;
5) produk substitusi sejenis di pasaran tidak banyak, sehingga produsen bisa mempertahankan
mutu dengan harga yang bersaing.
Untuk memperkuat posisi usaha ekonomi rakyat maka perlu ditempuh berbagai
usaha strategis yang diantaranya adalah:
1) menciptakan efisiensi biaya produksi, distribusi, dan pemasaran;
2) mempertahankan kualitas barang yang stabil dengan harga yang reltif murah;
3) menciptakan diferensiasi produk secara bervariasi;
4) memfokuskan pasar pada segmen tertentu, sehingga terhindar dari persaingan yang
frontal;
5) berusaha untuk memperoleh perlindungan dari pemerintah melalui subsidi, pembinaan
manajemen dan teknologi produksi, regulasi, dan penetapan harga;
6) mengembangkan model kemitraan usaha yang sederajat dan saling menguntungkan.

h. Pengembangan Pola Kemitraan


Kemitraan adalah hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan usaha ekonomi rakyat kerjasama
ini dilakukan sebagai upaya untuk saling meningkatkan dan memperkuat usaha yang sedang
mereka lakukan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam dunia usaha, tidak mungkin segala
aktivitas dan keperluannya dapat dilakukan atau dipenuhi sendiri tanpa melibatkan pihak
lain. Apalagi bagi usaha ekonomi rakyat yang biasanya dilakukan oleh kelompok masyarakat
yang mempunyai kemampuan dan potensi terbatas, pola kemitraan ini menjadi salah satu
alternatif strategi andalan yang diharapkan mampu mengembangkan usaha secara kuat dan
mantap.
Ada tiga prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam pola kemitraan ini. Pertama
adalah prinsip saling membutuhkan. Kemitraan akan berjalan dengan baik manakala pihak-
pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut berada dalam posisi yang saling membutuhkan.
68
Kemitraan tidak mungkin bisa berjalan secara seimbang manakala satu pihak merasa lebih
membutuhkan dan pihak yang lain sebetulnya merasa tidak membutuhkan. Jelas kondisi
yang demikian ini akan melahirkan posisi tawar yang tidak seimbang, dimana satu pihak
mempunyai posisi tawar yang kuat sedang yang lain berada dalam posisi tawar yang lemah,
sehingga akan menciptakan ketergantungan satu pihak kepada pihak yang lainnya.
Kedua adalah prinsip saling menguatkan. Jika kedua belah pihak yang menjalin
kemitraan merasa saling membutuhkan dan mempunyai posisi tawar yang seimbang, maka
masing-masing pihak akan selalu menjaga kelangsungan kemitraan dengan baik. Hal ini bisa
menghindari adanya saling memanfaatkan dan saling mengeksploitasi secara sepihak. Pola
kemitraan harus dapat menciptakan kondisi yang saling menguatkan. Kedua belah pihak
harus merasa mendapatkan input yang dapat memperkuat usaha.
Prinsip ketiga adalah saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dibuat antar pihak
pengusaha ekonomi rakyat harus dapat saling menguntungkan. Jika ada salah satu pihak
ada yang tidak memperoleh keuntungan maka tidak mungkin kemitraan akan bisa terjalin
dengan baik. Suatu hal yang sering terjadi bahwa dalam pola kmitraan pihak yang lemah
selalu saja berada posisi yang lemah dan kurang mendapatkan keuntungan yang seimbang.
Sementara itu pihak yang kuat cenderung bersifat arogan untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih.
Selanjutnya paling tidak ada 3 (tiga) prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat
tercipta kemitraan yang kuat dalam kegiatan usaha ekonomi rakyat. Ketiga prasyarat tersebut
adalah:
1) komoditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai
harga yang kompetitif, sehingga dapat menjaga kelangsungan usahanya dan
menguntungkan pihak mitranya;
2) komuditas yang menjadi produk usaha ekonomi rakyat tersebut harus mempunyai
kualitas yang standar, konsisten setiap waktu, dan kompatibel dengan industri
mitranya;
3) delivery harus tepat waktu sehingga tidak mengganggu jadwal kerja pihak mitranya.
Disamping beberapa prasyarat tersebut kemitraan dalam bidang usaha ekonomi
rakyat akan menghadapi dua tantangan utama, yaitu sempitnya wawasan dan sulitnya
mengubah tradisi usaha dari para penguasaha ekonomi rakyat, dan sifat dari produk usaha
ekonomi rakyat yang biasanya tradisional dan kurang kompetitif. Kedua tantangan tersebut
seringkali menjadi penghambat bagi pengusaha ekonomi rakyat untuk menjalin kemitraan
dengan para pihak pengusaha lain yang relatif lebih mapan. Para pihak pengusaha yang
cukup mapan sering merasa was-was dan ragu-ragu untuk menjalin kemitraan dengan para
pengusaha ekonomi rakyat jika kedua hal tersebut di atas tidak dapat diatasi.
Ada 4 (empat) pola yang dapat dijadikan sebagai alternatif dalam menjalin kemitraan
dalam usaha ekonomi rakyat. Keempat pola tersebut adalah:
1) Pola Dagang; yaitu pola kemitraan yang bersifat dagang biasa seperti penjual dan
pembeli antara pihak-pihak yang bermitra. Hubungan dagang yang mereka lakukan
dimaksudkan untuk mengembangkan usaha mereka, terutama bagi pengembangan
usaha ekonomi rakyat.
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 69
2) Pola Vendor; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk dimana salah satu pihak
menjadi pemasok produk atau barang baku kepada pihak lain yang menjadi mitranya.
Dalam pola ini kepastian pasok barang dari pemasok tidak terlalu mengikat.
3) Pola Waralaba; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk kerjasama antara
pihak yang memiliki produk, preskripsi, brand image, dan kemampuan manajerial
dengan pihak lain yang memiliki semangat bisnis sebagai mitranya.
4) Pola Pembinaan; yaitu pola kemitraan yang dilakukan dalam bentuk pemanfaatan nilai
peduli dan kelebihan mitra usaha dalam relasi, akses pasar, dan kepercayaan lembaga
keuangan untuk pengembangan usaha ekonomi rakyat yang dimiliki oleh pihak yang
menjadi mitranya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang bersifat multidimensi,
meskipun harus bertitik tolak dari suatu bentuk kegiatan tertentu. Berbagai prinsip, strategi,
dan bentuk program dalam penerapannya di lapangan akan sangat tergantung dengan situasi
dan kondisi obyektif yang ada. Keberhasilan dari program pemberdayaan masyarakat sangat
tergantung dari komitmen, semangat, dan kesungguhan dari para pelaku pemberdayaan di
lapangan.

70
PERAN DAN FUNGSI
PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku pemberdayaan
yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai bentuk dari strategi
pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku
pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan perubahan sosial. Mereka mempunyai
tugas utama menyelenggarakan dialog dengan masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata
mereka, menggali sumber potensi yang tersedia, mendorong msyarakat untuk menemukan
spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan mengorganisir mereka untuk dapat mengambil
tindakan yang tepat.
Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat
haruslah suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat
dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan
pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa
pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan masyarakat
secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat sebetulnya harus
lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang
sebagai penggerak sasaran program.
Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat
hendaknya bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh
aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud
kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada
suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan sendiri,
upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik tanpa bantuan
maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu membangkitkan
kemampuan self-help.
Mengapa pendidikan? Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang
mengacu pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan
titik strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya
konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program pendidikan
masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, adalah
pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan, penyuluhan
perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program kegiatan
yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep pemberdayaan
masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat dalam proses
pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam masyarakat tersebut
pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik.
Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan
untuk mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian
masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 71


serba bisa dan pusat inisiatif dalam bertindak. Tetapi dia tak lebih sekedar penggerak, pendorong,
dan pembelajar. Karena itu dia harus menerjemahkan keputusan-keputusan masyarakat kedalam
aktifitas pembangunan yang nyata, sehingga menimbukan motivasi yang cukup kuat pada
masyarakat untuk terlibat aktif didalamnya. Dengan demikian aktifitas yang mereka lakukan
itu merupakan respon terhadap kebutuhan nyata yang mereka rasakan dan ungkapkan. Lebih
dari itu pelaku pemberdayaan harus mampu membelajarkan masyarakat untuk menerjemahkan
kebutuhan-kebutuhan mereka ke dalam program kegiatan yang nyata. Memang kenyataannya
masyarakat, terutama di pedesaaan masih memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menentukan
prioritas mana yang harus ditangani dan tindakan apa yang harus diambil.
Namun perlu diwaspadai bahwa penekanan pada aspek inisiatif, kemandirian, dan
pemanfaatan potensi sendiri ini sangat tergantung dari tersedianya sumber potensi serta kultur
dan struktur masyarakat itu sendiri yang menunjang. Padahal kenyataanya hal itu belum tentu
dipunyai oleh masyarakat yang bersangkutan. Pengalaman yang ada amatlah sulit untuk bisa
menumbuhkan inisiatif dan kemandirian pada masyarakat pedesaaan. Sulit menemukan adanya
tindakan masyarakat, terutama di pedesaaan, yang betul-betul mandiri tanpa adanya intervensi
dari pihak ketiga.
Karena itu orientasi, inisiatif, dan kemandirian bukanlah satu-satunya alternatif dalam
pendekatan pemberdayaan masyarakat. Sebab masyarakt bersifat komplek, mengandung
banyak dimensi sehingga pemberdayaan masyarakat hendaknya juga mempunyai banyak tujuan.
Beberapa pihak ada yang menentang model kemandirian dalam pemberdayaan masyarakat
pedesaan. Sebab menurut mereka model tersebut sangat tergantung dari partisipasi masyarakat
secara demokratis, dan inisiatif masyarakat sendiri. Padahal partisipasi dan inisiatif tersebut
belum tentu dimiliki oleh masyarakat desa. Lebih tidak setuju lagi jika penekanan pada aspek
kemandirian dan inisiatif ini sampai menyisihkan tujuan nyata yang bersifat material, seperti
standar hidup, peningkatan pendapatan, perumahan, kesehatan, dan sebagainya. Karena itu
disarankan agar pemberdayaan masyarakat lebih diarahkan pada tujuan yang lebih material,
dapat diukur secara nyata, yang dapat meningkatkan produksi dan standar kehidupan. Namun
orientasi ini menuntut adanya proyek dan gerakan fisik untuk memenuhi kebutuhan nyata.
Adanya proyek dan gerakan fisik ini dimaksudkan hanya sebagai entry point untuk mewujudkan
iklim dan suasana yang mandiri, sebagai alat motivasi dan pemancing inisiatif dan kemandirian
yang selanjutnya diharapkan mereka dapat membangun masyarakat secara self-help
Dengan demikian maka progam kegiatan yang dicanangkan para pelaku pemberdayaan
masyarakat haruslah mampu mengakomodasi kedua orientasi tersebut, yaitu aspek inisiatif
dan kemandirian dengan aspek standar hidup yang nyata seperti peningkatan produksi,
pendapatan, kesehatan dan sebagainya secara seimbang. Menekankan aspek yang satu dengan
mengesampingkan aspek lainnya hanya akan menghasilkan kegagalan. Bahkan apapun yang
dilakukan oleh pelaku pemberdayaan masyarakat dalam mendampingi masyarakat pedesaan
hendaknya merupakan suatu usaha membelajarkan masyarakat dengan pendekatan yang terpadu.
Bukankah pada prinsipnya pembangunan itu sebagai proses belajar? Meskipun pendidikan,
dalam arti membelajarkan masyarakat, bukan merupakan suatu yang berdiri sendiri sebagai
pusat proses dan gerakan, namun ia tetap meupakan komponen utama yang amat menunjang
dan menambah kemungkinan dalam pencapaian tujuan pemberdayaan masyarakat.

72
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan
masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa secara
fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan (hibah).
Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk mampu
membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan
menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil tindakan yang tepat.
Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah berat dan luas, tidak hanya
sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-proyek fisik yang jumlahnya
hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi masyarakat tetapi juga sebagai mitra
pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan untuk membangun masyarakat. Amatlah
keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam
mensukseskan program pembangunan. Dia memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change,
pelaku perubahan, bukan sebagai alat aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus
mengerjakan tugas rutin administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan
seluruh waktunya setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami
persoalan yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat
setempat setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu
atau dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya.
Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai
masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan menemukan
dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku pemberdayaan
sembari berkata Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi, kami sudah tahu apa
yang harus kami perbuat dan lakukan. Itulah tolak ukur dari keberhasilan pelaku pemberdayaan
masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukan pada seberapa lancar dana bantuan
dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang ada sudah berkembang berlipat dan
disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa jumlah kambing/lembu yang dimiliki
masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen produksi dan pendapatannya meningkat.
Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan
waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang
sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada,
apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading, meninggalkan
belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.

Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 73


74
MODUL III

DASAR-DASAR PELATIHAN

Pendidikan Orang Dewasa


Aspek-Aspek Etika Pelatih Dan Pelatihan
Memahami Pembelajar
Taksonomi Tujuan Instruksional
Manajemen Stres
Pengembangan Atmosphere Belajar
Praktek Dinamika Kelompok
Merancang Sesi Pelatihan
Mengembangkan Agenda Pelatihan
Merumuskan Rencana Sesi
Menulis Rencana Sesi Sederhana
PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Tujuan
Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran orang dewasa berdasarkan
pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasa.
Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa selama pelatihan
berlangsung.

Bahan
Powerpoint slide/flip chart yang berisikan prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa sesi ini akan fokus pada cara bagaimana orang dewasa
belajar. Hal ini akan tercapai melalui refleksi dan analisis terhadap pengalaman-
pengalaman pembelajaran peserta yang terbaik.
2. Ajaklah setiap peserta untuk berpikir ke masa lalu selama kira-kira 3 menit, kemudian
memilih satu peristiwa atau pengalaman belajar yang baik yang diingat sebagai
pengalaman belajar. Kalau perlu, pelatih bisa memberikan contoh.
3. Bagilah peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setelah setiap peserta
memilih satu peristiwa, minta agar mereka menceritakannya di dalam kelompoknya.
Masing-masing harus mengajukan pertanyaan:
Apa yang anda pelajari?
Bagaimana cara belajarnya?
Siapa yang membantu anda belajar? Apa hubungan anda dengan orang itu?
Dalam situasi seperti apa anda belajar hal itu?
Kenapa anda belajar hal itu?
4. Sementara peserta berbagi pengalaman, pelatih menyiapkan tabel yang mempunyai 5
kolom: apa, bagaimana, siapa, dimana, kenapa.
5. Setelah 20 menit, minta setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan dan
menuliskannya pada tabel di depan. Sesudah tabel diisi dengan beberapa contoh,
pelatih menanyakan kepada peserta apakah mereka dapat simpulkan mengenai
bagaimana, siapa, dimana, dan mengapa dari peristiwa-peristiwa pembelajaran peserta.
6. Perkenalkan kesimpulan-kesimpulan tadi sebagai prinsip-prinsip dasar pembelajaran
orang dewasa: partisipatif/reflektif/pengalaman, penghormatan, lingkungan yang
aman dan nyaman, kebutuhan langsung (gunakan powerpoint slide atau flip chart).

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 77


7. Tanyakan apakah para peserta bisa menghubungkan prinsip-prinsip itu dengan
pengalaman pribadi mereka. Ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
Menurut anda, apakah prinsip-prinsip itu hanya berlaku bagi pembelajaran
orang dewasa di tempat-tempat tertentu atau secara umum sama di seluruh
dunia (universal)?
Adakah prinsip-prinsip itu berhubungan dengan kearifan lokal (daerah asal
Anda)?
8. Beri tekanan pada pentingnya pengalaman orang dewasa (dalam hal ini pelatih)
paling bagus belajarnya kalau apa yang mereka pelajari berkaitan langsung dengan
pengalaman sehari-hari mereka, dan bahwa apa yang mereka temukan sendiri bisa
dipergunakan. Sebagai pelatih, peserta harus berusaha sedapat mungkin untuk
merancang dan memfasilitasi hal ini.

Bahan Bacaan

Andragogis versus Pedagogis

78
ASPEK-ASPEK ETIKA
PELATIH DAN PELATIHAN

Tujuan
Peserta menyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu
pelatihan

Bahan
Spidol dan flip chart

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih meminta peserta untuk membagi diri dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 6 orang. Peserta mengusulkan teknik pembagian kelompok. Pelatih dapat memilih
teknik yang paling kreatif, jika teknik yang diusulkan oleh peserta berjumlah banyak.
2. Masing-masing kelompok diberi flip chart dan spidol. Tugas kelompok adalah
menginventarisir hal-hal apa saja yang BOLEH dan TIDAK BOLEH dilakukan oleh
pelatih dalam suatu pelatihan.
3. Masing-masing kelompok menempelkan flip chart di papan tulis, membacakan hasil
pekerjaan kelompoknya dan menyampaikan alasan/argumen-nya.
4. Setelah semua kelompok memperoleh gilirannya, pelatih memberi kesimpulan dan
penguatan kognitif melalui pengalamannya sendiri maupun materi bacaan pokok yang
telah tersedia.
5. Selama pelatihan, hasil kerja kelompok dalam sesi ini tetap terpasang di dalam ruang
tempat pelatihan.

Bahan Bacaan
Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 79


MEMAHAMI PEMBELAJAR

Tujuan
Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang bersumber dari pembelajar yang dapat
berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan

Bahan
Materi self-assessment digandakan sebanyak peserta (plus lembar koreksi), powerpoint profil
gaya belajar, powerpoint kesan perseptual

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih minta agar peserta melakukan langkah 2 4 dalam proses ini
2. Peserta mengisi Diversity Awareness Inventory (latihan 1)
3. Peserta mengisi instrumen kecenderungan gaya belajar (latihan 2)
4. Pelatih membagi peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang.
5. Setiap anggota kelompok menceritakan di dalam kelompoknya mengenai hasil kerja
poin 2 dan 3.
6. Pelatih membahas masing-masing gaya belajar dan hasil kerja peserta

Lembar Kerja
Pengantar
Setiap orang memiliki gaya pembelajaran yang khas. Perbedaan peserta pelatihan dalam hal
usia, jenis kelamin, ras, etnis, gaya hidup, agama, bahasa, kecacatan jasmani, dan melek huruf
berdampak pada bagaimana pelatih mendesain, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan.
Tantangannya terletak pada bagaimana mempersatukan kebutuhan pribadi peserta yang seringkali
nampak beragam. Berhadapan dengan pemahaman pembelajar saat ini, anda perlu dilengkapi
dengan seperangkat petunjuk, teknik, dan perlengkapan, agar Anda sebagai agen perubahan
dapat memberi pengaruh terhadap perilaku peserta pelatihan sekaligus dapat menciptakan suatu
keadaan dengan menghormati dan menerima perbedaan. Prasangka dan ketidakpekaan Anda
yang tidak disengaja dapat mengikis usaha Anda untuk menciptakan suatu lingkungan di mana
dapat menilai individu dan mengembangkan pembelajaran.
Agar dapat mempertemukan kebutuhan peserta yang berbeda-beda, pertama ujilah sikap,
keyakinan, dan perilaku Anda terhadap orang yang berbeda dengan Anda dengan melengkapi
Diversity Awareness Inventory (Pengukuran Kesadaran Akan Perbedaan), yang bertujuan untuk
membantu anda mengidentifikasi informasi yang diperlukan agar lebih terfokus pada upaya
mengubah perilaku Anda.
80
Latihan 1. Diversity Awareness Inventory
Instruksi: Pengukuran ini dibuat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran anda
terhadap sikap menghakimi, stereotip, dan kadangkala mendiskriminasi. Berilah jawaban untuk
setiap pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai.

No Apakah Saya.. Tidak Iya Kadang-kadang


1. Mengakui bahwa saya memiliki prasangka dan
keberatsebelahan? -------- -------- --------
2. Berusaha untuk mengenal orang lain dari
budaya dan ras yang berbeda dengan saya? -------- -------- --------
3. Menerima bahwa orang lain tidak memiliki
andil dalam nilai-nilai, sudut pandang dan gaya
hidup saya -------- -------- --------
4. Mencoba belajar mengenai budaya orang lain
dengan membaca dan bertanya? -------- -------- --------
5. Mencoba untuk tidak mengadili orang lain
dengan perilaku saya atau standar saya? -------- -------- --------
6. Membantu orang lain dari budaya yang
berbeda untuk belajar tentang budaya saya? -------- -------- --------
7. Menghormati tradisi dan kebiasaan budaya
lain? -------- -------- --------
8. Yakin bahwa saya memasukkan contoh,
studi kasus, dan jenis aktivitas lainnya yang
merefleksikan perbedaan dalam kelas saya? -------- -------- --------
9. Menciptakan suasana kelas dimana setiap
peserta dapat bebas mengekspresikan diri
mereka? -------- -------- --------
10. Membuat upaya khusus agar menjadi terbiasa
dengan komunikasi verbal dan nonverbal dari
budaya yang berbeda? -------- -------- --------

Latihan 2: Profil Gaya Belajar


Orang dewasa belajar melalui cara yang beragam. Ada yang lebih baik jika belajar dengan
mendengarkan; atau mungkin dengan melihat atau lebih memilih untuk membaca petunjuk
saja. Ada yang membutuhkan peragaan terlebih dahulu. Gaya belajar menunjuk kepada cara
pembelajar mendekati dan menanggapi pengalaman belajar. Untuk mengetahui karakteristik dan
kecenderungan gaya belajar Anda, isilah instrument di bawah ini:
Petunjuk: Dalam latihan ini, terdapat 12 item pernyataan. Setiap item berisikan suatu kondisi
yang membutuhkan reaksi sikap. Masing-masing item memiliki empat (4) pilihan kecenderungan
sikap, yang ditandai dengan poin a, b, c, dan d. Tugas Anda adalah memilih dan memberi nilai
terhadap kecenderungan sikap dari yang paling mengambarkan diri Anda sampai yang paling
sedikit menggambarkan diri Anda. Penilaian yang diberikan berdasarkan ketentuan berikut:

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 81


Angka 4 : Pernyataan yang paling menggambarkan sikap Anda
Angka 3: Pernyataan yang agak menggambarkan sikap Anda
Angka 2 untuk seterusnya, sampai dengan angka 1 untuk pernyataan yang paling sedikit
menggambarkan sikap diri Anda.
1. Ketika mengatasi suatu masalah, saya lebih memilih untuk
a. mengambil pendekatan setahap demi setahap
b. segera mengambil tindakan
c. memikirkan dampaknya terhadap orang lain
d. memastikan bahwa saya memiliki semua fakta
2. Sebagai pembelajar, saya lebih memilih untuk
a. mendengarkan ceramah
b. bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
c. membaca artikel dan melakukan penyelidikan terhadap suatu kasus (case studies)
d. ikut mengambil bagian dalam permainan peran (role plays)
3. Ketika pelatih mengajukan pertanyaan dan saya mengetahui jawabannya, saya
a. membiarkan orang lain menjawab terlebih dahulu
b. segera memberikan jawaban
c. memikirkan apakah jawaban saya akan diterima dengan baik
d. memikirkan jawaban saya dengan hati-hati sebelum saya menjawab
4. Dalam diskusi kelompok, saya
a. mendorong orang lain untuk memberikan pendapatnya
b. menanyakan pendapat orang lain
c. dengan cepat memberikan pendapat
d. mendengarkan pendapat orang lain terlebih dahulu sebelum memberikan pendapat
5. Saya mengambil pelajaran terbaik dari suatu kegiatan ketika saya
a. dapat berinteraksi dengan orang lain
b. tetap tidak dilibatkan
c. mengambil peran sebagai pemimpin
d. dapat menghabiskan waktu saya
6. Selama ceramah berlangsung, saya memperhatikan pada
a. bagaimana-cara untuk melakukan sesuatu
b. hal-hal logis
c. ide utama
d. kisah-kisah dan cerita lucu
7. Saya terkesan kepada pelatih dikarenakan
a. pengetahuan dan keahliannya
b. kepribadian dan penampilannya
c. metode-metode yang digunakan dan kegiatannya
d. kemampuannya dalam mengatur dan mengawasi

82
8. Saya lebih memilih suatu informasi disampaikan dengan cara berikut:
a. model seperti grafik alir
b. pokok-pokok materi
c. penjelasan terperinci
d. disertai dengan contoh-contoh
9. Saya dapat belajar dengan sebaik-baiknya ketika saya
a. melihat keterkaitan antara ide, peristiwa, dan situasi
b. berinteraksi dengan orang lain
c. memperoleh kiat-kiat/tips praktis
d. mengamati suatu peragaan atau video
10. Sebelum mengikuti program pelatihan, saya bertanya kepada diri sendiri: Apakah saya
akan ?
a. memperoleh kiat-kiat praktis untuk membantu saya menjalankan tugas
b. menerima banyak informasi
c. diharuskan mengambil bagian
d. belajar tentang hal baru
11. Setelah mengikuti pelatihan, saya
a. cenderung untuk memikirkan hal-hal yang telah saya pelajari
b. khawatir (ragu?) untuk menerapkan hasil belajar saya dalam perilaku
c. memikirkan pengalaman sebagai suatu yang utuh (sebagai kesatuan)
d. menceritakan kepada orang lain tentang hal-hal yang saya alami
12. Metode pelatihan yang paling tidak saya sukai adalah
a. mengambil bagian dalam kelompok-kelompok kecil
b. mendengarkan ceramah
c. membaca dan menganalisis penyelidikan suatu kasus
d. mengambil bagian dalam permainan peran

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 83


Lembar Koreksi
Petunjuk: Pindahkan penilaian atas jawaban Anda pada baris yang sesuai, kemudian jumlahkan
angka pada masing-masing kolom.

PERASA PENGAMAT PEMIKIR PELAKSANA


1c ______ 1a______ 1d_____ 1b______
2b ______ 2a ______ 2c ______ 2d ______
3c ______ 3a ______ 3d ______ 3b ______
4a ______ 4d ______ 4b ______ 4c ______
5a ______ 5b ______ 5d ______ 5c ______
6d ______ 6c ______ 6b ______ 6a ______
7b ______ 7d ______ 7a ______ 7c ______
8a ______ 8d ______ 8c ______ 8b ______
9b ______ 9d ______ 9a ______ 9c ______
10d ______ 10c ______ 10b ______ 10a ______
11d ______ 11c ______ 11a ______ 11b ______
12c ______ 12a ______ 12d ______ 12b ______
Total ______ Total ______ Total ______ Total ______

Bahan Bacaan
Penjelasan Masing-Masing Gaya Belajar

84
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL

Tujuan
Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan instruksional
Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya model Bloom

Bahan
Spidol, flip chart, dan powerpoint slide (contoh yang benar dan yang salah tentang tujuan
instruksional umum dan khusus)

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih memberikan penjelasan teoritik mengenai taksonomi tujuan instruksonal
berdasarkan materi bacaan yang telah tersedia. Pelatih dapat memanfaatkan powerpoint
yang telah disiapkannya.
2. Peserta selanjutnya melakukan latihan sebagai berikut:
Dengan menggunakan ketentuan taksonomi tujuan instruksional kawasan kognitif
menurut Bloom, rumuskan tujuan instruksional umum materi pelatihan yang Anda
ampu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tentukan tingkat kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta pelatihan pada
akhir pelatihan.
Pilih kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkat kompetensi tersebut.
Dalam satu rumusan tujuan umum, gunakan hanya satu kata kerja, kecuali bila
target materi tersebut adalah dua atau lebih kemampuan utama yang tidak saling
berhubungan, artinya yang satu tidak menjadi bagian dari kompetensi yang lain.
Presentasikan dalam pleno atau dalam kelompok 10 orang.

Bahan Bacaan

Taksonomi Tujuan Instruksional

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 85


MANAJEMEN STRES

Tujuan
Peserta dapat:
Menjelaskan konsep coping stress
Mengidentifikasi penyebab stres
Mengidentifikasi strategi penanganan stres

Bahan
Spidol, flip chart, koran atau majalah bekas, gunting, lem

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih membagi peserta dalam kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 6
orang.
2. Setiap kelompok diberikan 1 eks koran/majalah bekas, 1 gunting, 2 lembar flip chart,
lem, dan 1 spidol.
3. Tugas dari setiap kelompok adalah mencari berita ataupun gambar yang menunjukkan
kondisi stres. Berita ataupun gambar tersebut digunting dan ditempelkan pada flip chart.
4. Setelah selesai, setiap kelompok menempelkan flip chart tersebut di papan tulis dan
menjelaskan gambar atau berita yang ditempelkan sekaligus alasan mengapa hal
tersebut dikategorikan stres. Peserta juga menjelaskan apa yang menjadi penyebab
stres dalam gambar atau berita tersebut serta apa saran kelompok untuk menyelesaikan
kondisi tersebut.
5. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, pelatih memperkuat
pemahaman tersebut dengan memberikan penjelasan berdasarkan materi bacaan
pokok yang telah disiapkan.

Bahan Bacaan
Manajemen Stres

86
PENGEMBANGAN ATMOSPHERE BELAJAR

Tujuan
Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan kelompok yang dibentuk secara
acak
Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, cara terbaik untuk
membentuk satu kelompok
Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara inovatif untuk membentuk
kelompok secara acak

Bahan
Transparansi dengan pertanyaan kuis
Lonceng atau sesuatu yang bisa diperlakukan sebagai lonceng
Perubahan susunan tempat duduk disesuaikan dengan kuis
Hadiah kecil untuk kelompok yang menang

Waktu
60 menit

Proses
1. Diawali dengan penjelasan pelatih bahwa bagian ini terdiri dari aspek: (1) cara kreatif
dalam membentuk kelompok, (2) melakukan praktek dinamika kelompok.
2. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan berefleksi tentang berbagai cara yang
digunakan untuk membagi kelompok kecil dalam suatu sesi pelatihan, dan pembagian
kelompok dilakukan dengan tujuan tertentu. Tanyakan kepada mereka mengapa
kelompok kecil berguna.
3. Jelaskan bahwa peserta akan berbagi ide dan pengalaman dalam penggunaan metode
baru ini: pertunjukan kuis. Minta seseorang peserta untuk menjelaskan ide tentang
suatu kuis, mungkin menghubungkannya dengan pertunjukan kuis televisi.
4. Organisasikan juri untuk memberi nilai dan mengatur waktu.
5. Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dengan menggunakan cara kreatif
yang ada pada materi bahan bacaan pokok, tetapi pastikan bahwa kelompok-kelompok
memiliki anggota yang seimbang dalam jumlah.
6. Jelaskan aturannya:
Semua anggota tim harus bekerja sama tetapi hanya satu orang dari kelompok
yang benar-benar bisa memberikan jawaban (ini untuk mencegah teriakan yang
terlalu banyak). Bila bukan juru bicara yang memberikan jawaban, maka kelompok
tersebut mendapat pengurangan nilai sebesar 1.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 87


Untuk beberapa pertanyaan, kelompok pertama yang bisa menjawab akan
mendapatkan 1 nilai kemenangan.
Untuk pertanyaan yang lain, kelompok yang menjawab dengan benar maka
kelompok itu memenangkan nilai 3.
7. Bacalah pertanyaannya satu per satu.
8. Hitunglah nilai dan berikan hadiah kepada kelompok terbaik.
9. Rumuskan hal-hal penting yang menjadi pembelajaran utama.
10. Pelatih melanjutkan aktivitas peserta ke sesi berikutnya
11. Refleksikan ke dua aktivitas tersebut dengan mengaitkannya dengan upaya untuk
menjaga suasana pelatihan tetap kondusif.

Lembar Kerja

KUIS

Penjawab pertama memenangkan Jawaban yang benar memenangkan


(1 nilai) (3 nilai)
Sebutkan paling kurang tiga cara kreatif Apakah keuntungan utama membagi
untuk membagi kelompok kelompok secara acak?
Sebutkan dua keuntungan bekerja dalam Apakah kerugian membagi kelompok secara
kelompok yang kecil acak?
Apa yang dimaksud dengan membagi dalam Dalam situasi apa Anda akan membagi
kelompok kecil secara acak? kelompok secara acak?
Apa yang dimaksud dengan pra Dalam situasi apa Anda akan melakukan pra
pembentukkan kelompok? pembentukkan kelompok secara acak?
Membentuk kelompok bisa menyenangkan. Tunjukkan satu cara inovatif pembentukkan
Beri pernyataan (ya/tidak dan kelompok secara acak
penjelasannya)
Apakah keuntungan utama pra
pembentukkan kelompok sebelumnya?

Bahan Bacaan
Pembentukan Kelompok

88
PRAKTEK DINAMIKA KELOMPOK

Tujuan
Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok
yang sulit

Bahan
Foto kopi permainan-peran
Foto kopi materi bacaan

Waktu
75 menit

Proses
1. Perkenalkan sesi, dengan menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan
bagaimana cara menghadapi perilaku peserta yang sulit. Jelaskan bahwa peserta akan
melakukannya dengan mempraktekkan situasi yang berbeda melalui permainan-peran.
2. Jelaskan bahwa peserta akan dibagi ke dalam 3 kelompok berbeda, masing-masing
memainkan situasi kelas yang berbeda. Tiap anggota kelompok akan menerima
lembaran perintah, yang tidak boleh diberitahukan kepada anggota lain kelompok.
Dalam tiap kelompok akan ada satu pelatih dan 9 peserta.
3. Bagi peserta ke dalam 3 kelompok dan bagikan lembaran (pastikan bahwa peran
dominan dilakukan oleh orang yang dominan). Biarkan mereka mempersiapkan diri
selama 5 menit untuk permainan peran. Sejumlah peserta tambahan bisa menjadi
pengamat atau bisa ditambahkan sebagai peserta dengan menjadi diri sendiri.
4. Mulai permainan peran pertama dan refleksikan setelahnya dengan cara berikut:
Undang pelatih untuk menjelaskan apa yang dipikirkan tentang permainan
peran yang baru saja dilakukan, dan tanyakan juga apa yang akan dilakukan lain
kali apabila menjumpai masalah yang sama. Tanyakan pula kepada pengamat,
bagaimana pendapatnya terhadap hal-hal yang disampaikan oleh pelatih barusan.
Mintalah pendapat peserta, pertama minta masukan positif, lalu hal-hal lain
yang penting dan perlu dipertimbangkan, setelah itu minta saran atau tips untuk
perbaikan.
Tambahkan dengan umpan balik dan tips Anda sendiri jika perlu.
5. Lanjutkan dengan permainan peran yang lain dengan cara yang sama dan dorong
pelatih untuk menggunakan poin belajar dari permainan peran sebelumnya.
6. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan merumuskan pengalaman utama yang telah
dipelajari

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 89


Permainan Peran 1: Memfasilitasi Satu Kesepakatan Konsensus

Pedoman Bagi Peran Pelatih


Anda adalah pelatih suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Pada hari
Sabtu ada kesempatan untuk mengorganisir program wisata selama satu hari karena libur.
Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu kesepakatan konsensus antara
peserta tentang ke mana mereka akan pergi.
Pedoman Bagi Peran Dominator
Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlansung selama 2 minggu. Sabtu
hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan
mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak menyukai
pelatih Anda, maka Anda akan mencoba mengambil alih kendali darinya dan memanipulasi
kelompok agar setuju dengan pilihan Anda.
Pedoman Bagi Peran Perayu
Anda adalah peserta suatu pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu
hanya satu-satunya hari libur selama kursus. Selama 15 menit kemudian pelatih akan
mendiskusikan program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki minat
khusus untuk berbelanja bagi keluarga Anda maka Anda sebisa mungkin akan berusaha
memenuhi keinginan Anda.
Pedoman Bagi Peran Si Jujur
Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-
satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan
program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda memiliki keluarga yang tinggal di
dekat situ, Anda akan mengakui bahwa Anda akan pergi keluar mengunjungi keluarga
Anda. Anda begitu bersemangat mengatakan kepada mereka apa yang akan Anda lakukan
bersama dengan keluarga sehingga Anda selalu menyela diskusi.
Pedoman Bagi Peran Inisiator
Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu
satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan
program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda mengenal tempatnya dengan baik,
Anda bisa memberikan ide-ide baru dan saran-saran mengenai tempat-tempat yang bisa
dikunjungi, apa yang bisa dibeli, aktifitas yang bisa dilakukan, pemandangan yang bisa
dilihat dll.
Pedoman Bagi Peran Pembangun
Anda adalah peserta pelatihan yang akan berlangsung selama 2 minggu. Sabtu hanya satu-
satunya hari libur selama pelatihan. Selama 15 menit kemudian pelatih akan mendiskusikan
program selama hari itu dengan peserta. Karena Anda tidak memiliki minat khusus tetapi
hanya senang bersama-sama kawan-kawan selama hari libur, Anda akan mendukung dan
membangun ide-ide dan saran-saran yang dikemukakan orang lain.

90
Permainan Peran 2: Memfasilitasi satu debat

Pedoman Bagi Peran Pelatih


Selama 15 menit kemudian Anda akan memfasilitasi satu debat apakah pertanian gilir-
balik itu buruk atau baik. Adalah tanggung-jawab Anda untuk melibatkan peserta secara
langsung, tetapi bukan perdebatan yang agresif. Tantangannya adalah untuk membuat
peserta saling menyimak masing-masing argumen, dan untuk menantang mereka dengan
pandangan ekstrim yang mungkin terjadi. Karena pada akhirnya Anda akan menunjukkan
keseluruhan spektrum praktek pertanian gilir-balik, dari yang sangat lestari bisa sampai
yang tidak lestari, tergantung pada banyak faktor luar.
Pedoman Bagi Peran Agresor
Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai
kelestarian pertanian gilir balik. Berdasarkan pengalaman yang luas dengan hasil negatif
dari praktek pertanian gilir balik di wilayah Anda, maka Anda akan memastikan bahwa
pengalaman Anda diakui oleh kelompok. Anda akan sangat menentang orang lain yang
berbeda pemikiran.
Pedoman Bagi Peran the Topik Jumper
Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai
kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini, Anda
akan terus-menerus mencoba untuk mengubah topik pembicaraan. Karena Anda bosan
menyimak semua argumen, Anda akan sering menyela diskusi.
Pedoman Bagi peran Tukang Mundur
Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai
kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tidak begitu tertarik dengan topik ini,
Anda tidak akan berpartisipasi dalam diskusi. Anda akan menunjukkan ketidaktertarikan
Anda dengan berbicara dengan teman sebelah Anda mengenai hal lain. Anda juga akan
membaca majalah atau koran, atau tertidur atau apa pun yang bisa Anda pikirkan.
Pedoman Bagi Peran Pengacara Setan
Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai
kelestarian pertanian gilir balik. Anda memiliki banyak pengalaman dengan contoh
kelestarian pertanian gilir balik di wilayah kerja Anda, terutama kelompok suku minoritas
pegunungan. Jadi peran Anda adalah untuk menantang mereka di dalam kelompok yang
berpikir bahwa pertanian gilir balik tidak bisa lestari.
Pedoman Bagi Peran Pemberi Opini
Lima belas menit kemudian Anda akan berpartisipasi dalam suatu debat mengenai
kelestarian pertanian gilir balik. Karena Anda tahu bahwa pertanian gilir balik adalah
masalah yang kompleks, Anda tidak mengambil sikap dalam perdebatan ini. Peran Anda
adalah membawa opini dan kepercayaan yang relevan mengenai masalah yang dimunculkan
oleh orang lain selama diskusi.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 91


Permainan peran 3: Menghindari konflik

Pedoman Bagi Peran Pelatih


Selama 15 menit kemudian Anda akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan
ketegangan di dalam kelompok. Selama beberapa hari yang lalu Anda menyadari bahwa
ketegangan terbentuk di antara anggota kelompok tertentu, tetapi Anda tidak tahu apa
penyebab suasana menjadi buruk. Kini Anda harus menemukan apa yang terjadi sebelum
ketegangan-ketegangan berkembang menjadi satu konflik sebenarnya.
Pedoman Bagi Peran Penentang (The Blocker)
Anda menyesal harus ikut dalam pelatihan. Pelatihannya tidak hanya sangat berbeda dari
yang Anda harapkan tetapi Anda benar-benar muak dengan peserta lain karena mereka
tidak memiliki pengalaman dan mengajukan pertanyaan yang bodoh sepanjang waktu.
Hal yang hanya Anda ingin lakukan adalah meyakinkan pelatih tentang pengalaman Anda
sendiri dalam komunitas forestri di negara Anda.
Pedoman Bagi Peran Si Gengsi
Anda adalah peserta kursus pelatihan paling senior dengan latar belakang pendidikan yang
paling tinggi. Sejak awal Anda sangat terganggu dengan beberapa peserta lain yang tidak
menghargai latar belakang Anda dan orang lain yang tidak menganggap serius pelatihan
ini. Karenanya Anda membuat keputusan untuk berbicara dengan pelatih selama sesi
selanjutnya untuk mengatakan padanya agar menjaga disiplin.
Pedoman Bagi Peran Si Play-Boy
Anda ikut pelatihan untuk menikmati uang saku. Anda menganggap peserta lain terlalu
serius dan membosankan. Karena Anda tidak tertarik dengan topiknya, Anda mencoba
memeriahkan sesi dengan melucu dan bercerita.
Pedoman Bagi Peran Si Pecinta Damain
Anda menyayangkan ketegangan yang terjadi di antara berbagai peserta. Menurut Anda
susah berpartisipasi dalam suasana seperti itu. Anda tidak menyukai argumen atau
ketidaksetujuan, jadi Anda mencoba menjaga perdamaian.
Pedoman Bagi Peran Tukang Kompromi
Meskipun Anda sering tidak setuju dengan pandangan dan opini peserta lain, Anda
bersedia berkompromi jika ketegangan-ketegangan meningkat terlalu tinggi atau jika
kemajuan mengalami kemacetan. Dalam situasi tersebut Anda akan menyerah untuk
menghindari konflik atau berusaha mencapai persetujuan.

Bahan Bacaan
Pembentukan Kelompok

92
MERANCANG SESI PELATIHAN

Tujuan
Di akhir sesi para peserta dapat:
menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan
menyebutkan lima jenis strategi pelatihan

Bahan
Flip chart, spidol

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih memimpin curah pendapat singkat tentang arti strategi pelatihan. Pertama,
pusatkan perhatian pada kata strategi (atau cara bergerak dari A ke B), lalu tambahkan
aspek pembelajaran. Gabungkan keduanya dalam satu definisi (lihat bahan bacaan
pokok).
2. Lalu, jelaskan bahwa strategi memberikan gambaran besar tentang bagaimana suatu
program pelatihan akan dilakukan. Terangkan bahwa setiap pelatihan dapat dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
3. Pelatih menjelaskan tugas yang harus dilakukan. Perkenalkan metode jalan-jalan
mencari inspirasi, bentuk kelompok dengan anggota 6 orang, lalu persilahkan mereka
bekerja di luar selama 20 menit (tidak jauh dari lokasi pelatihan).
4. Setelah masing-masing kelompok menempelkan flip chart-nya, peserta saling membaca
hasil dari kelompok-kelompok yang lain, sambil mengajukan pertanyaan klarifikasi
dan menambahkan gagasan-gagasan baru. Buatlah rangkuman dari jenis-jenis strategi
pelatihan yang ada serta alasan mengapa penyusunan strategi pelatihan penting.
5. Refleksikan metode jalan-jalan mencari inspirasi. Apakah metode ini efektif ? Apa
kelebihan dan kekurangannya? Apakah Anda akan menggunakannya dilain
waktu? Jelaskan bahwa metode ini sangat bermanfaat bagi kelompok-kelompok yang
tidak terbiasa duduk dalam satu ruangan untuk waktu yang lama (petani, petugas
lapangan, dan lain-lain.)

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 93


Lembar Kerja
Mendiskusikan strategi pelatihan sambil jalan-jalan mencari inspirasi
1. Selama 20 menit mendatang anda boleh berjalan-jalan (tidak jauh dari lokasi pelatihan),
meluruskan kaki sambil membaca materi bacaan dan memikirkan beberapa hal berikut:
strategi-strategi pelatihan yang biasa peserta gunakan,
kelebihan dan kekurangan masing-masing strategi,
mengapa penting untuk mempunyai strategi pembelajaran yang tepat dalam
pengembangan masyarakat?
2. Setelah berjalan-jalan, buat ringkasan hasil diskusi anda pada flip chart (1 atau 2 saja)
untuk didiskusikan dengan kelompok-kelompok lain.

STRATEGI KEKUATAN KELEMAHAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

MENYUSUN STRATEGI YANG JELAS SANGAT PENTING KARENA.

1.

2.

3.

3. Tempelkan flip chart kelompok anda di ruang kelas.

Bahan Bacaan
Strategi Pelatihan

94
MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIHAN

Tujuan
Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan agenda pelatih
Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang selayaknya ada di dalam agenda
pelatih
Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka berdasarkan catatan informasi mereka

Bahan
Lembar latihan, beberapa contoh agenda pelatih, post-it

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih memimpin curah pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan agenda
peserta, apa yang dimaksud dengan agenda pelatih, apa perbedaannya, dan mengapa
perbedaan ini penting dicermati. Curah pendapat bisa dilakukan langsung dalam pleno
atau bisa juga dilakukan dalam kelompok kecil.
2. Pelatih menyimpulkan bahwa penyusunan agenda pelatih yang detail bisa diibaratkan
seperti membuat satu master plan untuk pelatihan, yang di dalamnya cara pelatih
mencapai tujuan pelatihan dalam waktu yang ditentukan. Tekankan bahwa untuk
mencapai hal ini, pelatih harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah
diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya.
3. Ringkaskan sesi ini dengan menanyakan Apa yang harus dicapai oleh agenda pelatih
yang telah dirancang dengan baik? (lihat bahan bacaan pokok).
4. Pelatih memberikan contoh tentang bagaimana caranya mengembangkan agenda
pelatihan yang sekarang dilakukan ini, tahap demi tahap, dimulai dengan rencana besar
dalam satu bulan atau satu minggu dan diakhiri dengan detail setiap hari yang dibagi
menjadi beberapa sesi.
5. Katakan bahwa langkah selanjutnya dalam merancang pelatihan peserta adalah
mengembangkan agenda pelatihan yang lebih detail untuk setiap hari. Jelaskan bahwa
kadang-kadang lebih mudah untuk mulai dari yang kurang detil, misalnya dimulai
dengan memikirkan tentang alur keseluruhan (termasuk ruang kelas, dan hari-hari di
lapangan), menyusun topik-topik atau tujuan, dan lalu mulai melihat pada satu minggu,
dan kemudian pada satu hari, dan kemudian pada jam.

Bahan Bacaan
Mengembangkan Agenda Pelatihan
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 95
MERUMUSKAN RENCANA SESI

Tujuan
Pada akhir sesi ini peserta:
Membuat daftar mengenai elemen suatu rencana sesi
Membedakan antara rencana sesi yang baik dan buruk dan menganalisis aspek-aspek
baik dan buruknya

Bahan
Fotokopi daftar untuk memperkirakan, merancang dan menulis rencana sesi
Fotokopi perbesaran dua contoh rencana sesi (yang baik dan buruk)

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih memperkenalkan arah dan prosedur sesi ini.
2. Mulailah dengan curah pendapat secara cepat mengenai:
apakah sesi itu: bagian dari isi atau topik yang bisa dilaksanakan dalam waktu
tertentu, secara umum 1 sampai 2 jam dan kurang dari 3 jam, bisa bervariasi dalam
hari yang sama.
mengapa menulis rencana sesi dan untuk siapa: untuk merancang sesi, untuk
menjelaskan sesi, untuk mendapatkan tanggapan dan lain-lain, coba tulis untuk
orang lain dengan sejelas mungkin.
3. Lanjutkan dengan curah pendapat secara cepat mengenai elemen suatu rencana sesi.
4. Minta dua peserta untuk tampil dan urutkan elemen-elemen dalam urutan yang benar
dengan bantuan dari kelompok. Hal ini akan menimbulkan diskusi kecil karena ada
gaya yang berbeda.
5. Sepakati elemen-elemen yang seharusnya menjadi bagian, dan elemen apa yang bisa
menjadi bagian.
6. Tunjukkan contoh rencana sesi dan undang peserta untuk berkumpul untuk memilih
yang terbaik dan terburuk.
7. Dalam diskusi pleno minta peserta untuk mengambil posisi (berdiri di depan rencana
sesi yang dianggap paling jelek) dan minta mereka menjelaskan pilihannya.
8. Ulangi prosedur ini untuk pilihan terbaik.
9. Tutup dengan mengatakan bahwa ada gaya yang berbeda dalam penulisan rencana
sesi. Jelaskan bahwa gaya bisa berbeda tetapi harus tetap sederhana dan jelas, dan hal

96
itu mungkin berkesan mudah tetapi dalam praktek sangat sulit, perlu banyak latihan
dan mengulas. Jelaskan bahwa cara yang terbaik untuk memeriksa apakah Anda
menulis satu rencana sesi yang baik adalah dengan memberikan kepada pelatih lain
untuk dibaca dan tanyakan apakah dia bisa menjalankan sesi tersebut tanpa penjelasan
tambahan.

Catatan
Berusahalah untuk memilih satu gabungan rencana sesi. Hal ini akan
membangkitkan satu diskusi yang baik dan melengkapi peserta dengan banyak
ide untuk mengembangkan gaya mereka sendiri dalam merencanakan sesi.

Bahan Bacaan
Daftar Periksa Untuk Penilaian Merancang dan Menulis Rencana Sesi

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 97


MENULIS RENCANA SESI SEDERHANA

Tujuan
Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri

Bahan
Flip chart, post-it, fotokopi bahan bacaan pokok

Waktu
60 menit

Proses
1. Segarkan ingatan peserta dengan menanyakan mengapa penting untuk menulis rencana
sesi. Jelaskan bahwa agak mudah untuk mengkritik rencana sesi yang ditulis oleh orang
lain yang akan mereka laksanakan tetapi akan cukup sulit untuk menulis satu rencana
sesi sendiri.
2. Minta peserta untuk memilih satu sesi sederhana untuk kursus mereka sendiri dan
pertama hanya kembangkan tujuan pelatihan dan pilih metode yang sesuai dan tuliskan
pada satu flip chart untuk dipamerkan.
3. Pamerkan flip chart dan minta umpan balik dari peserta. Pertajam tujuan dan
perdebatkan pemilihan metode jika diperlukan.
4. Undang peserta untuk kembali ke kelompok mereka dan kembangkan satu rencana
sesi penuh berdasarkan pada umpan balik yang mereka terima dan pasang lagi pada flip
chart untuk dipamerkan.
5. Pamerkan semua rencana sesi dan minta peserta untuk berkeliling dan menekankan
poin yang perlu dikembangkan dan poin-poin baik menggunakan post-it.
6. Diskusikan umpan balik pada post-it dan jika diperlukan tambahkan pengamatan Anda
sendiri.
7. Tutup dengan menanyakan apa yang peserta pelajari dengan menulis rencana sesi
mereka sendiri. Rumuskan poin-poin pembelajaran.

Bahan Bacaan
Menulis Rencana Sesi

98
BAHAN BACAAN POKOK MODUL III

ANDRAGOGIS VERSUS PEDAGOGIS

Model pembelajaran pedagogis telah mendominasi dunia pendidikan dan pelatihan selama
berabad-abad lamanya. Adapun anggapan yang mendasari model ini adalah:
Pengajar/pelatih/guru bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran, termasuk apa dan
bagaimana para pembelajar akan belajar. Pembelajar memiliki peran yang pasif dan pengajar
aktif.
Oleh karena pembelajar memiliki sedikit pengalaman, maka pengajar adalah sosok yang
ahli, guru, dan merupakan tanggung jawab bagi pengajar untuk memberikan kekayaan
pengetahuannya. Jumlah tersebut menjadi limpahan informasi melalui cara yang tradisional
seperti ceramah, buku teks, buku pedoman, serta video yang menghadirkan para ahli lain
untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Orang terdorong untuk belajar karena mereka harus melakukannya agar lulus ujian, naik
ke tingkat berikutnya, atau memperoleh sertifikasi.
Pengetahuan adalah informasi yang terpusat. Pengajarlah yang menguasai dan memahami
secara benar materi, sehingga pembelajar mendapatkan informasi yang telah ditentukan
dalam beberapa tingkatan pemahaman dna penguasaan.
Secara luas, motivasi untuk belajar berasal dari luar. Pembelajar dipaksa oleh tekanan dari sosok
yang otoriter dan ketakutan terhadap akibat negatif. Pada intinya pengajar mengendalikan
pembelajaran melalui penghargaan (rewards) dan disiplin (bisa juga berarti punishment).

Memahami bagaimana dan mengapa orang belajar


Selama tahun 1960, para pendidik bangsa Eropa menciptakan kata andragogi sebagai label
terhadap peningkatan pokok pengetahuan dan teknologi berkaitan dengan pembelajaran orang
dewasa. Konsep tersebut dikenalkan dan dikembangkan di Amerika Serikat oleh Malcolm
Knowles. Anggapan-anggapan berikut mendasari model pembelajaran andragogis, yang sekarang
disebut Knowles sebagai model pembelajaran manusia (Knowles, 1990):
1. Anggapan Pertama
Anggapan pertama berkaitan dengan adanya perubahan konsep diri yang semula
bergantung penuh (kepada orang lain) menjadi pribadi yang semakin mampu mengatur dan
mengarahkan dirinya sendiri. Pembelajar dewasa adalah pembelajar yang mengatur dirinya
sendiri. Pembelajar dewasa seharusnya bertanggung jawab terhadap kehidupannya, termasuk
merencanakan, melaksanakan, serta menilai sendiri kegiatan pembelajarannya. Pemahaman
prinsip ini seringkali disalahartikan. Pengaturan diri oleh pembelajar tidak berarti bahwa
pelatih melepaskan tanggungjawabnya terhadap rencana dan kegiatannya, akan tetapi sejak
awal, pelatih perlu menyusun proses pelatihan sebagai upaya yang kolaboratif. Selama proses
tersebut, sebaiknya antara pelatih dan peserta secara terus-menerus menjalin hubungan
layaknya teman dengan menciptakan komunikasi dua arah.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 99


2. Anggapan Kedua
Prinsip kedua berkaitan dengan peran pengalaman, suatu prinsip khusus bagi pembelajar
dewasa. Menurut Knowles, setiap individu dewasa dihadapkan pada situasi pembelajaran
yang menjadikan kekayaan pengalaman sebagai dasar awal pembelajaran dan dinilai sama
baiknya dengan sumber asal/langsung sehingga layak untuk dibagikan kepada orang
lain. Pengalaman-pengalaman tersebut mungkin baik ataupun buruk, tetapi pengalaman-
pengalaman tersebut akan berpengaruh terhadap pembelajar ketika menentukan cara
yang akan digunakan untuk memulai pengalaman belajar yang baru. Oleh karena manusia
menjadikan pengalaman-pengalaman yang lampau sebagai dasar pembelajaran, maka
informasi yang baru harus disesuaikan. Pelatih yang bijaksana akan cenderung untuk
menyelidiki/mencari tahu hal apa sajakah yang telah diketahui oleh para peserta. Kemudian
pelatih akan memadukan informasi yang dimiliki dengan pengalaman peserta (yaitu hal-hal
yang telah diketahui peserta) dan menghindari untuk memperlakukan peserta seperti mereka
tidak mengetahui apapun dan harus dididik layaknya anak kecil.
3. Anggapan Ketiga
Anggapan ketiga adalah bahwa orang dewasa dapat dianggap siap untuk belajar ketika mereka
merasa perlu untuk mengetahui atau melakukan sesuatu. Orang dewasa mulai meninggalkan
pendekatan yang terlalu teoritis atau abstrak. Mereka menginginkan agar pengalaman
pembelajaran menjadi praksis dan realistis, lebih terpusat kepada masalah (problem-centered)
dan bukan terpusat kepada subjek (subject-centered). Pelatih yang efektif akan membantu
peserta untuk mengerti bahwa mempelajari keterampilan atau tugas tertentu akan membantu
mereka menjadi semakin berhasil, yakni, bagaimana pembelajar dapat menjalankan tugasnya
dengan lebih cepat, lebih mudah, dan lebih efisien.
4. Anggapan Keempat
Keempat, orang dewasa menghendaki adanya penerapan dalam dunia nyata dengan segera.
Orang dewasa ingin pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat memberi
kontribusi dalam mengatasi/menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Mereka akan
sangat termotivasi ketika pelaksaanan pelatihan berhubungan langsung atau terkait secara
praksis dengan kehidupan konkret mereka. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran perlu
memiliki keterkaitan yang jelas terhadap kebutuhan orang dewasa dan bersifat segera.
5. Anggapan Kelima
Terakhir, orang dewasa termotivasi untuk belajar dikarenakan faktor internal dalam dirinya,
seperti harga diri (self-esteem), hasrat untuk memperoleh pengakuan, adanya rasa ingin tahu,
kecintaan terhadap pembelajaran yang sudah ada sejak lahir, keinginan untuk memperbaiki
kualitas hidup, ingin meningkatkan kepercayaan diri, atau memanfaatkan peluang untuk
mengaktualisasikan diri.
Prinsip-prinsip Pembelajaran Orang Dewasa
Beberapa prinsip tambahan mengenai bagaimana orang dewasa belajar:
Orang dewasa harus mengakui adanya kebutuhan untuk belajar.
100
Orang dewasa ingin agar dapat menerapkan hal-hal yang telah dipelajari ke dalam
pekerjaannya.
Orang dewasa perlu menggabungkan pengalaman terdahulu dengan materi yang baru.
Orang dewasa lebih memilih hal konkret daripada hal abstrak.
Orang dewasa membutuhkan beragam metode pelatihan.
Orang dewasa dapat belajar dengan lebih baik jika dalam suasana informal (penuh
keramahan), lingkungan yang nyaman.
Orang dewasa ingin dapat mengatasi masalah-masalah realistis.
Orang dewasa lebih menghendaki metode belajar yang berkelanjutan atau
berkesinambungan.
Pedoman Pokok
Pelatihan orang dewasa tidak sama dengan mengajar anak kecil.
Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
pembelajaran mereka.
Orang dewasa menjadikan pengalaman yang telah dilalui sebagai dasar pembelajaran.
Orang dewasa berharap agar pelatihan memiliki kaitan langsung dengan mereka dan
menginginkan adanya penerapan dalam dunia nyata.
Orang dewasa belajar melalui beragam cara.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 101


ASPEK-ASPEK ETIKA PELATIH DAN PELATIHAN

Pengantar
Dalam memberdayakan masyarakat, para fasilitator lebih sering berinteraksi dengan kelompok
orang dewasa karena dianggap lebih matang dan lebih mandiri dengan sejumlah pengetahuan
dan pengalaman yang mereka peroleh selama proses pematangan tersebut. Kematangan dan
kemandirian tersebut yang menempatkan orang-orang dewasa diperankan dan difungsikan
sebagai motor perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan sebagai bagian dari strategi pemberdayaan masyarakat lebih sering diikuti oleh
orangorang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak masih membutuhkan lebih
banyak pengetahuan dan pengalaman untuk membentuk dirinya sendiri menuju kedewasaan.
Tentu saja untuk menghadapi peserta pelatihan yang pada umumnya adalah orang dewasa
dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan pendidikan dan pelatihan ala
bangku sekolah, atau pendidikan tradisional. Pendidikan ala sekolah ini sering disebut dengan
pendekatan pedagogis. Ironisnya, meskipun para fasilitator pemberdayaan masyarakat memahami
benar perbedaan perkembangan psikologi dan sosial antara orang dewasa dan anak-anak, tetapi
dalam praktek masih banyak pendekatan pedagogis diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan
bagi orang dewasa yang seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang
lebih cocok dengan kematangan, konsep diri peserta dan pengalaman peserta. Di dalam
dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan Pendidikan Orang Dewasa (Adult
Education).
Dengan bahasa yang lebih lugas, eksperiental dan operasional, andragogi juga didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Semua Orang Mempunyai Pengetahuan
Fasilitator harus meyakini bahwa semua warga belajar mempunyai pengetahuan sesuai
dengan bidang masing-masing. Keyakinan tersebut mengharuskan seorang fasilitator tidak
boleh memberlakukan warga belajar seperti gelas kosong. Dengan asumsi itu pula, fasilitator
akan menghadapi pendapat warga belajar, dan akan memberi kesempatan warga belajar
untuk saling bertukar pengalaman.
b. Warga Belajar Sebagai Sumber Belajar
Pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh warga belajar dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal ini disebabkan oleh: Pertama, pada umumnya
pengetahuan yang berasal dari warga belajar telah teruji dalam praktek. Kedua, informasi
yang berasal dari teman dengan mudah dapat diterima. Ketiga, sesama warga belajar
mempunyai waktu yang luas untuk menyampaikan informasi, dan dapat dilakukan dalam
suasana formal maupun informal. Keempat, bagi warga belajar yang menjadi sumber belajar,
juga mengalami proses belajar pada saat menyampaikan informasi.
c. Ada Kemampuan Orang Untuk Belajar Dan Berkembang
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang. Tetapi harus
disadari bahwa kemampuan dan kecepatan belajar seseorang berbeda dengan yang lainnya.

102
Dengan mengetahui kemampuan untuk belajar dari warga belajar, maka seorang fasilitator
dapat menyediakan kemudahan agar warga belajar dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan kapasitasnya.
d. Warga Belajar Tidak Dapat Dipaksa Untuk Belajar
Bahan pelajaran hanya dapat diserap oleh warga belajar setingkat demi setingkat dan
dengan keterlibatan warga belajar sendiri. Dengan asumsi ini maka seorang fasilitator harus
menciptakan kondisi yang mendorong warga belajar untuk belajar. Dan menghilangkan
hambatan yang ada.
e. Kelompok Merupakan Forum Belajar Yang Terbaik
Siklus belajar berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa salah satu proses belajar tersebut
adalah mengolah bahan belajar. Proses ini akan dipercepat dan dipermudah dengan bantuan
orang lain, seperti dalam kelompok. Sesama anggota kelompok dapat mendiskusikan dan
menyimpulkan, sehingga setiap anggota kelompok saling membantu dalam proses belajar.
Dengan berkelompok memberikan rasa aman kepada warga belajar karena kegagalan yang
dialami akan ditanggung bersama oleh anggota kelompok. Sebaliknya dengan belajar dalam
kelompok juga memberikan kesempatan untuk tampil dan mendapat perhatian lebih baik
daripada belajar secara klasikal.

Implikasi Untuk Fasilitator


Asumsi-asumsi tersebut di atas mengharuskan seorang fasilitator pada latihan partisipatif
berperan dalam menciptakan suasana, memberikan kesempatan dan menyediakan sarana untuk
mempermudah proses belajar. Dengan peran seperti ini, maka pada latihan partisipatif tingkat
perkembangan warga belajar tergantung dari warga belajar itu sendiri.
Tujuan pendidikan bagi orang dewasa yaitu perubahan perilaku yang diawali dengan perubahan
sikap dan penambahan pengetahuan serta keterampilan. Dengan demikian seorang fasilitator
juga berperan sebagai seorang pembimbing dengan tugas-tugas sebagai berikut: a).Penyebar
Pengetahuan: saat menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada warga belajar; b).Pelatih
Keterampilan: saat memberikan tambahan keterampilan baru melalui latihan praktek dan
mengajak warga belajar untuk belajar sambil mengerjakan; c). Perancang Pengalaman Belajar Kreatif:
saat menciptakan situasi yang memungkinkan warga belajar untuk mendapat pengalaman baru,
sehingga timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa.
Fungsi fasilitator sebagai pembimbing yang mampu menempatkan diri sejajar dengan warga
belajar, membutuhkan beberapa sikap, seperti yang disampaikan oleh A.G. Lunandi berikut ini:
a. Empati : Membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman
para warga belajar: Menyetel pada gelombang pemancar para warga
belajar; mencoba melihat situasi sebagaimana warga belajar melihatnya;
berada dan bersatu dengan warga belajar.
b. Kewajaran : Bersikap, bertindak dan berkata jujur, apa adanya, jangan berlebihan seolah
ingin menempatkan lebih tinggi dari warga belajar. Demikian pula dalam
berpenampilan (cara berpakaian) di depan kelas. Hindari memainkan
secara sadar maupun tak sadar peran sebagai pengajar.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 103


c. Respek : Mempunyai pandangan positif terhadap semua peserta. Gambaran negatif
terhadap peserta akan mendorong fasilitator bersikap negatif pula yang
tentu berdampak kurang baik pada proses dan hasil pelatihan.
d. Komitmen dan kehadiran: Menghadirkan diri secara penuh; siap menyertai kelompok dalam
segala keadaan. Tindakan ini akan membangun keakraban dan keterbukaan
antara peserta dan fasilitator. Peserta akan merasa aman dan nyaman
dengan kehadiran peserta.
e. Mengakui kehadiran orang lain: Mengakui adanya orang lain; tidak menonjolkan diri;
menunjukkan kepada mereka bahwa peserta sadar akan kehadirannya.
Lakukan komunikasi verbal maupun nonverbal dengan mereka, bersedia
mendengar, memberi kesempatan kepada peserta untuk muncul.
f. Membuka diri : Keterbukaan mempunyai dua segi: (1) menerima keterbukaan orang lain,
tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman peserta sendiri;
setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep saya sendiri;
tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemungkinan-kemungkinan baru.
(2) Secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain; mengenalkan diri
kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana
pandangan saya, suka dan duka saya; mau mengambil risiko melakukan
kekeliruan.
Selain hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan fasilitator seperti di atas, juga perlu diperhatikan
hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh fasilitator pelatihan bagi orang dewasa, yakni:
1. Tidak menggurui
Mengingat bahwa warga belajar terdiri dari orang-orang dewasa yang mempunyai
keahliannya sendiri, pengalamannya sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam
lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan sebagai meremehkan.
2. Tidak menjadi ahli
Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan-akan fasilitator
harus ahli dalam segala hal dan segala bidang. Bersikap menjadi ahli hanya akan
memungkinkan proses komunikasi satu arah. Lemparkan pertanyaan seorang peserta
kepada forum.
3. Tidak memutus bicara
Pada waktu warga belajar bertanya, atau mengemukakan pandangannya, fasilitator tidak
memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. Jika dilakukan akan membuat
warga belajar tersinggung, malu, atau lupa topik selanjutnya.
4. Tidak berdebat
Apabila pertanyaan warga belajar telah dijawab fasilitator, dan penanya itu menyanggahnya
kembali, maka bahaya terlibat dalam debat mulai terbuka. Bijaksana untuk fasilitator
mengalihkannya menjadi diskusi umum dengan melontarkannya kepada seluruh
kelompok.
5. Tidak diskriminatif
Fasilitator harus berusaha untuk memberi perhatian kepada semua warga belajar secara
merata, bukan hanya kepada satu atau dua warga belajar yang secara pribadi disukainya.
104
Citra Diri Fasilitator

Pada pelatihan yang bersifat partisipatif (Participatory Training Methodology = PTM), pelatih adalah
fasilitator dalam proses belajar peserta. Pelatih bukan hanya seorang yang ahli dari suatu bahan
pelatihan, namun juga harus mampu rnenciptakan interaksi belajar. Fasilitator bukan bos atau
atasan melainkan partner atau mitra yang berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Memfasilitasi
bukan dengan cara mengajar, menggurui atau bahkan memerintah, melainkan dengan cara
memberi contoh, merangsang, dan mendorong peserta untuk berfikir sendiri, untuk menyadari
perasaan dan pengalaman masing-masing untuk menemukan jawaban sendiri. Dengan demikian
akan diperoleh pelajaran yang paling bermanfaat dan berharga karena belajar dari pengalaman
peserta sendiri.
Melihat peran dan tugas fasilitator seperti itu, maka wajarlah bila seorang fasilitator dituntut
menjadi figur yang lengkap dan sempurna (meskipun tidak ada manusia yang sempurna). Figur
fasilitator seperti yang diharapkan bukanlah diperoleh dari mempelajari suatu bahan pelatihan
atau dari pendidikan yang tinggi. Figur fasilitator lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang
dimiliki berkaitan dengan pengembangan diri sendiri sebagai fasilitator.
Dalam pelatihan yang bersifat konvensional, keahlian dan pengetahuan seorang pelatih
tentang suatu bahan pelatihan sangat diutamakan. Oleh sebab itu pembinaan terhadap pelatih
ditekankan pada aspek yang nampak, yaitu pengetahuan dan penguasaan bahan pelatihan.
Pengembangan diri sendiri (self development) yang menyangkut pelatih tidak terlalu dipentingkan.
Dalam konteks inilah pengembangan atau pembinaan diri sendiri seorang pelatih menjadi bagian
yang paling utama dalam PTM.
Sikap yang diperlukan dalam pengernbangan atau pembinaan diri pelatih agar memenuhi
citra diri fasilitator secara optimal antara lain:
1. Peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang lain.
Fasilitator dituntut peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang kepada
peserta dsb. Ingat peserta rnengikuti pelatihan adalah karena mereka membutuhkan.
Fasilitator perlu rnemahami diri sendiri dan peserta atau orang lain diharapkan untuk
mernpunyai identitas diri masing-masing dan menerimanya. Tentu saja hal ini bukan berarti
untuk saling rnenonjoikan egonya tetapi justru untuk saling menghargai dan menghormati
sehingga terjadi proses saling belajar.
2. Terbuka dan tidak membela diri.
Pengembangan diri sendiri fasilitatorakan berjalan baik bila ia mau terbuka untuk menerima
masukan dan pengalaman baru yang berbeda dengan dirinya, bukan membela diri dan
memaksakan pengalamnya sendiri kepada peserta, ingat bahwa peserta juga mempunyai
pengalaman dan proses belajar dalam PTM adalah mutualisme.
3. Percaya, tulus dan sungguh-sungguh.
Fasilitator harus yakin dan berfikir positif terhadap proses dan interaksi belajar yang terjadi.
Segala intervensi fasilitator diberikan dengan sungguh sungguh dan tulus kepada peserta
dalam interaksi belajar. lntervensi bukan dimaksudkan untuk menimbulkan dan membangun
image atau kesan peserta terhadap pelatih melainkan diupayakan untuk penyadaran dan
mencapai tujuan pelatihan.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 105
4. Kesetaraan dan kemitraan.
Fasilitator bukan sebagai yang paling tahu, pintar, banyak pengalaman. Dalam PTM, fasilitator
adalah sebagai mitra belajar dan kesetaraan dalam interaksi belajar dengan peserta. Fasilitator
bukan mentransfer bahan belajar/bahan pelatihan kepada peserta, melainkan memfasilitasi
dan bersama peserta untuk menemukan dan mengembangkan pengalaman.
Jack Mazirow mengatakan: Kesalahan fatal yang dilakukan oleh fasilitator adalah usaha untuk
mengartikan dirinya sebagai pelaku tunggal bagi terjadinya perubahan perilaku dan berbuat seolah-olah tugas
pokoknya adalah mengkomunikasikan gagasan-gagasan, merancang bentuk-bentuk kegiatan latihan (excercise)
dalam rangka pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu yang menentukan perubahan-
perubahan perilaku yang dimaksudkan serta melakukan survey untuk mendeteksi kebutuhan-kebutuhan bagi
perubahan perubahan tertentu. Apa yang dikatakan tersebut mengingatkan kepada fasilitator agar
bisa berperan secara efektif dan benar.
Beberapa hal di atas adalah berkaitan dengan kepribadian fasilitator yang perlu diperhatikan
dan menjadi penting dalam PTM. Kepribadian tersebut akan lebih banyak membentuk dan
menentukan citra diri fasilitator dalam interaksi dan proses belajar, apakah ia akan menggurui
dan mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada peserta ataukah ia akan memfasilitasi
interaksi dan proses belajar.
Fasilitator yang efektif dalam interaksi dan proses belajar akan mengupayakan dan
memperlihatkan ciri-ciri antara lain:
1. Mendasarkan pengalaman dan latar belakang peserta, artinya pembahasan isi pelatihan
didasarkan pada pengalaman peserta. Bukan pengalaman fasilitator semata.
2. Memadukan pengalaman antar peserta untuk mengembangkan pengalaman baru melalui
proses diskusi.
3. Menerapkan swa-belajar (self learning), artinya mengupayakan agar terjadi proses belajar
yang efektif dengan cara belajar masing-masing.
4. Mengarah pada penguasaan belajar (Mastery learning), artinya mengupayakan agar
peserta dapat menemukan cara belajar yang efektif.
5. Mengarah pada belajar pemahaman atau penghayatan (insightfull learning), artinya belajar
untuk proses menyadari, memahami dan menghayati, bukan untuk menghafalkan.
6. Mengembangkan perwujudan diri (self actualization), artinya mengupayakan peserta
untuk mau dan mampu menentukan dan menemukan dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya.
Secara praktis, kepribadian fasilitator yang berhasil berkaitan dengan sifat-sifat fasilitator
sebagai berikut:
1. Memiliki rasa humor yang akan digunakan untuk menghangatkan komunikasi.
2. Memakai bahasa yang mudah dimengerti.
3. Menghadapi peserta dengan cara yang luwes supaya suasana menjadi hangat dan akrab.
4. Memberikan waktu secukupnya untuk berfikir dan menjawab.
5. Mengungkapkan perasaannya sendiri untuk memancing peserta lebih terbuka.
6. Memperhatikan apa yang dirasakan dalam tubuhnya sendiri.

106
7. Memperhatikan pesan-pesan nonverbal para peserta yang diungkapkan dalam bahasa tubuh.
8. Selalu berpikiran positif terhadap seluruh peserta.
Beberapa pantangan bagi pelatih atau fasifitator yang ingin berhasil antara lain:
1. Jangan menilai pemikiran dan perasaan peserta.
2. Jangan ingin menolong peserta karena mereka akan menolong dirinya sendiri.
3. Jangan memakai kalimat-kalimat, seperti sebaiknya kamu......... atau seharusnya
kamu...........
4. Jangan memaksa peserta untuk tindakan apapun.
5. Jangan memberikan jawaban atas masalah-masalah para peserta. Cobalah mendorong
peserta untuk menemukan jawaban atas masalah mereka sendiri.

Dalam andragogi, seorang fasilitator tidak diperbolehkan berperan sebagai transformer


yang bertugas memindahkan semua pengetahuannya kepada para warga belajar. Tugas utama
fasilitator adalah membantu warga belajar secara maksimal dengan menciptakan suasana belajar
yang kondusif. Keterampilan tersebut tentu saja hanya akan dapat dikembangkan dengan
upaya sendiri dan melatih diri atau membiasakan diri, baik di dalam pelatihan maupun di luar
pelatihan.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 107


PENJELASAN MASING-MASING GAYA BELAJAR

Perasa. Orang yang perasa sangat berorientasi pada manusia. Mereka begitu ekspresif dan
fokus kepada perasaan serta emosi. Mereka dapat menikmati pembelajaran yang penuh kasih
sayang dan cenderung ke arah pengalaman pembelajaran yang dapat menggali sikap-sikap dan
emosi manusia. Orang yang perasa dapat berkembang dengan cepat dalam lingkungan belajar
yang terbuka, tidak terstruktur dan menghargai kesempatan untuk bekerja di dalam kelompok
serta menyukai kegiatan-kegiatan yang memungkinkan bagi mereka untuk berbagi pendapat dan
pengalamannya.
Pengamat. Pengamat senang mengamati dan mendengarkan. Mereka cenderung menjadi
tidak ramah juga pendiam dan mereka akan menghabiskan waktunya sebelum bertindak atau
ikut serta mengambil bagian di dalam kelas. Ketika mereka memutuskan untuk memberikan
pendapat atau menjawab suatu pertanyaan, biasanya jawaban mereka tepat mengenai sasaran.
Mereka menikmati pengalaman pembelajaran yang memberi kebebasan kepada mereka untuk
memikirkan beragam ide juga pendapat.
Pemikir. Para pemikir mengandalkan logika dan penalaran. Mereka menyukai kesempatan
untuk membagikan ide dan konsep yang dimiliki. Mereka lebih memilih kegiatan yang meminta
mereka untuk melakukan analisis dan penilaian. Mereka akan menanyakan alasan dibalik kegiatan
dan akan menentang pernyataan-pernyataan yang mereka anggap terlalu umum atau tidak
berisi. Pemikir lebih memilih untuk bekerja secara mandiri dan menanyakan perlunya dilakukan
bermain peran dan simulasi.
Pelaksana. Pelaksana senang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka akan
memimpin dalam kegiatan kelompok dan cenderung mendominasi diskusi. Mereka menyukai
kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah dipelajari, khususnya mengenai bagaimana
mereka dapat menerapkan hal-hal tersebut dalam dunia nyata. Mereka menyukai informasi yang
disampaikan secara jelas serta singkat dan mereka menjadi tidak sabar ketika diskusi semakin
berlarut-larut.
Ingat bahwa tidak ada satu pun gaya belajar yang benar atau bahkan lebih baik daripada gaya
belajar yang lain. Intinya adalah bahwa setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Agar
menjadi efektif, pelatih harus merancang program mereka sehingga dapat mencakup perbedaan-
perbedaan di antara gaya belajar. Kemungkinan besar, pelatih akan menggunakan gaya yang Ia
sukai. Meskipun menggunakan gaya yang paling membuat seseorang merasa nyaman adalah hal
yang wajar, para pelatih yang paling efektif akan belajar bagaimana caranya untuk menyesuaikan
gaya mereka terhadap kebutuhan semua peserta.

Kesan Perseptual
Sebagai tambahan terhadap gaya belajar, pelatih yang efektif harus mampu mengerti kesan-kesan
yang muncul ketika menggunakan perseptual yang berbeda-beda. Menurut M. B. James dan M.
W. Galbraith (1985), pembelajar mungkin memilih salah satu dari keenam kesan perseptual (cara
individu memperoleh dan mengolah informasi), tersebut:

108
Visual Video; film; grafik; foto; peragaan; metode dan media yang digunakan
dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memiliki
pengalaman belajar melalui penglihatan (mata).
Cetak Teks/bacaan; kertas dan pena untuk menulis; adalah metode yang
memungkinkan peserta untuk menyerap kata yang tertulis.
Pendengaran Ceramah; audiotape; metode yang memungkinkan peserta untuk
mendengar dengan sungguh-sungguh dan memperoleh informasi
melalui pendengaran (telinga).
Interaktif Diskusi kelompok; tanya-jawab; cara yang memberikan kesempatan
kepada peserta untuk berbicara dan saling bertukar pikiran, pendapat,
jawaban dengan peserta lain dalam kelompok.
Taktil Kegiatan yang menggunakan tangan, model bangunan, merupakan
metode yang meminta peserta untuk untuk memegang objek atau
meletakkan benda bersama-sama.
Kinestetik Bermain peran; permainan fisik dan kegiatan yang yang melibatkan
penggunaan keterampilan psikomotor dan pergerakan dari satu tempat
ke tempat lain.
Pembelajar dewasa lebih banyak masuk dalam kategori pembelajar dengan gaya visual
daripada gaya yang lain.
Bagaimanapun juga, pelatihan yang bagus dirancang dengan memadukan keenam
modalitas di atas. Untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pesreta dapat dipenuhi. Kegiatan
yang berubah-ubah dengan tujuan menciptakan pembelajaran multi-sensoris mungkin akan
meningkatkan daya tarik bagi gaya setiap peserta. Pendekatan multi-sensoris tersebut juga
membantu setiap peserta dalam memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan
melalui cara yang lebih mereka sukai.
Pada sisi yang lain, pembelajaran yang disampaikan dengan cara yang dapat melengkapi/
memenuhi modalitas/gaya pembelajar adalah yang paling disukai oleh peserta. Sebagai contoh,
mari peserta cermati rancangan pelatihan untuk beberapa kelompok orang dalam menggunakan
komputer pribadi. Pelatih memasukkan gambar-gambar pada layar komputer, menjelaskan apa
yang sebaiknya dilihat oleh peserta ketika menemukan tanda tertentu. Pelatih juga mempraktekkan
bagaimana cara melakukan fungsi tertentu dalam komputer (visual). Rancangan pelatihan
tersebut menyediakan bahan-bahan cetak sebagai buku pedoman dan bahan untuk ujian/
tugas mandiri. Dengan kata lain, berkaitan dengan penerapan (cetak). Untuk pengulangan dan
penguatan, pelatih menyiapkan audiotape (pendengaran/aural). Selama sesi pelatihan, pelatih
menyediakan banyak kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
jawaban terhadap suatu pertanyaan (interaktif). Tentu saja desain pelatihan tersebut menyediakan
kesempatan bagi peserta untuk menggunakan komputer tersebut (merupakan aplikasi metode
taktil). Terakhir, pelatih akan mengadakan kegiatan simulasi yang akan meminta peserta untuk
membuat dokumen yang berkaitan dengan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya seperti
selebaran, laporan, grafik, dan lain-lain (kinestetik).
Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah bahwa secara umum manusia
belajar dengan melakukan, bukan dengan diberitahu bagaimana cara melakukan sesuatu.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 109
Sebagai contoh, seseorang lebih cepat mempelajari bagaimana caranya bisa sampai ke suatu
lokasi dengan mengendarai mobil, daripada mengamati cara untuk sampai ke lokasi dengan
posisi dia sebagai penumpang.
Jadi semakin banyak kesempatan bagi seseorang untuk mencoba atau menerapkan
suatu keterampilan, semakin besar kemungkinan dia mempelajari keterampilan tersebut.
Bercerita bukan mengajar atau melatih. Berapa kali Anda berkata kepada diri Anda sendiri,
Saya sudah mengatakan kepada dia bagaimana cara melakukannya, tapi mengapa dia masih saja
keliru? Hanya dengan mengatakan kepada orang lain bagaimana cara mengerjakan sesuatu
tidak berarti bahwa dia memahami dan telah memiliki keterampilan untuk mengerjakannya.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan belajar seseorang

Psikologis. Beberapa orang lebih memilih gambaran besar, sedangkan orang lain menginginkan
proses setahap demi setahap.
Lingkungan. Suara, cahaya, suhu, dan susunan tempat duduk bisa berdampak terhadap
pembelajaran. Sebagai contoh, duduk di atas kursi yang keras untuk beberapa jam akan
menimbulkan stres terhadap tubuh, serta mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berkonsentrasi.
Emosi. Motivasi peserta untuk mengikuti sesi pelatihan akan mempengaruhi proses pembelajaran.
Mereka yang mengikuti sesi karena mereka menginginkannya lebih besar kemungkinannya
untuk memperoleh pengalaman belajar yang positif daripada mereka yang mengikuti sesi karena
diminta ikut oleh para supervisor atau atasannya.
Sosiologis. Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun beberapa orang dapat belajar dengan lebih
baik ketika sendirian, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang belajar dengan lebih
baik dan memperoleh kepuasan yang lebih besar melalui pengalaman belajar yang melibatkan
mereka dalam kelompok kecil atau berpasangan.
Fisik. Kondisi fisik seseorang, termasuk pendengaran, melihat, kesehatan secara umum, dan
tingkat energi, mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar. Sebagian besar orang memiliki
energi yang lebih sedikit di sore hari. Pelatih sebaiknya mengingat hal ini ketika merancang dan
mengembangkan program-pragram.
Intelektual dan Pengalaman. Mereka yang mengikuti sesi pelatihan memiliki beragam latar
belakang pendidikan, pengalaman hidup, kecerdasan, dan kemampuan. Itulah alasannya betapa
pentingnya memiliki sebanyak mungkin informasi mengenai peserta sebelum mereka mengikuti
sesi pelatihan.
Usia. Salah satu isu yang sering muncul dalam pelatihan bagi pelatih (train-the-trainer) dan kursus
melatih (coaching course) berhubungan dengan dampak usia terhadap proses pembelajaran. Para
pelatih sering mengatakan bahwa pekerja yang berusia lebih tua biasanya lebih lambat dan lebih
sulit untuk dilatih.
Pembelajar muda versus pembelajar tua
pembelajar muda lebih efisien dalam menghafalkan informasi
pembelajar tua lebih mampu menilai dan menerapkan informasi.

110
Yang perlu diperhatikan adalah makna belajar yang dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar
dewasa adalah orang dewasa yang terus menerus belajar selama hidupnya. Orang dewasa
memiliki potensi untuk melanjutkan pembelajarannya dan melakukan intropeksi diri secara
mendalam ketika mereka berhadapan dengan kegagalan. Perlu diakui bahwa perubahan fisik
turut mengambil bagian dalam proses pembelajaran. Sepanjang usia peserta, mungkin peserta
mengalami kehilangan beberapa kemampuan untuk mendengar, tingkat energi yang makin
menurun, dan waktu reaksi yang kian melambat. Faktor-faktor tersebut sebaiknya menjadi
bahan pertimbangan; TAPI, faktor tersebut sebaiknya tidak dianggap sebagai bukti bahwa
orang yang lebih tua lebih lambat atau memiliki kesulitan yang lebih besar dalam belajar.

Beban Kognisi
Diibaratkan seperti spon, otak peserta menyerap pengetahuan dan informasi. Saat spon tersebut
penuh, maka air yang baru ditambahkan tidak akan terserap oleh spon itu. Sebagaimana spon yang
telah penuh tersebut, seorang pembelajar dapat memiliki beban kognisi dalam memorinya.
Tantangan bagi pelatih adalah agar menyampaikan informasi melalui cara yang tidak membuat
peserta merasa terbebani.

Mencegah Beban Kognisi


Gunakan strategi berikut ketika merancang, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan
Anda:
Gunakanlah metode ceramah seminimal mungkin. Singkat informasi yang akan disampaikan
dalam bentuk poin pembelajaran, daftar, bagan, grafik, dan bentuk visual lainnya.
Buatlah agar sebagian besar pekerjaan dikerjakan oleh peserta. Ketika peserta melaksanakan
pekerjaannya, mereka menyalurkan informasi baru tersebut ke dalam ingatan jangka
panjang, mirip seperti menyimpan data di dalam komputer. Sekarang memori yang
bekerja bebas untuk menyerap potongan informasi berikutnya.
Buatlah potongan isi atau informasi, dan salurkan atau komunikasikan hal itu secara bertahap
dengan disertai penambahan jumlah atau tingkat informasi. Gunakan beragam kegiatan untuk
mengkomunikasikan materi.
Rancanglah buku kerja dan materi pendamping lain yang menampilkan informasi dalam susunan
yang mudah diikuti dan mudah dipahami.

Penerapan Prinsip-prinsip Belajar


Orientasi tradisional atau pedagogis memperhatikan isi. Pelatih dirisaukan dengan membungkus
(mengemas/menyajikan) materi sedapat mungkin melalui cara yang paling efisien. Sebaliknya,
orientasi andragogis berfokus pada proses, memberikan perhatian terhadap faktor-faktor yang
dapat mendukung maupun menghambat pembelajaran.
Pertimbangkan pokok-pokok berikut ketika Anda membuat pengalaman belajar bagi
peserta Anda:
Ciptakan iklim pembelajaran yang nyaman, tidak mengancam dan peserta diperlakukan
sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 111


Libatkan peserta dalam perencanaan pelatihan mereka melalui wawancara, komite
penasihat (advisory committees), dan kegiatan pendahuluan (up-front activities).
Dorong peserta untuk terlibat dalam diagnosa diri dengan menggunakan kuesioner dan
alat ukur baik sebelum dan selama sesi.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menentukan tujuan mereka dengan
mengumpulkan data mereka melalui kuesioner sebelum sesi dan kegiatan pengukuran
diawal sesi.
Berikan kesempatan kepada peserta untuk menilai pembelajaran yang mereka alami
dengan beragam kegiatan sepanjang program pelatihan.
Bantulah peserta untuk memahami gambaran besar dengan menunjukkan bagaimana
program pelatihan tertentu memiliki keterkaitan terhadap sasaran usaha dan atau
permasalahan mereka.
Buatlah pembelajaran tersebut bersangkut-paut dengan peserta, yakni dengan
menunjukkan betapa pelatihan tersebut akan membantu mereka melalui pemberian
contoh nyata dan kegiatan yang berhubungan dengan kerangka acuan yang dimiliki
peserta.
Gunakan pengalaman peserta sebagai contoh. Mintalah kepada peserta untuk memberikan
contoh berdasarkan situasi yang pernah mereka alami.
Libatkan peserta secara aktif ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan kegiatan
yang terpusat pada pembelajar serta pengalaman terstruktur dan dengan menyediakan
kesempatan yang banyak bagi peserta untuk menentukan isi (pembelajaran).

Masalah Perbedaan
Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa Anda melatih individu yang sewaktu-
waktu akan menjadi kelompok. Sebelum Anda sepakat dengan suatu desain khusus dan
mempertimbangkannya, mari lihat beberapa masalah perbedaan.
Walaupun banyak kategori perbedaan yang ada dalam sesi pelatihan, mari fokus pada perbedaan
yang memberikan dampak terbesar terhadap suasana pelatihan.

Perbedaan Usia
Seperti diketahui bahwa kemampuan untuk belajar tidak berkurang seperti usia. Ada yang
percaya bahwa seseorang yang telah berusia empat puluh tidak dapat belajar keterampilan
yang baru. Empat puluh adalah sebuah angka yang dengan semena-mena memisahkan pekerja
yang lebih muda dari pekerja yang lebih tua. Pelatih membuat pernyataan seperti, pekerja
yang lebih tua tidak dapat menangkap dengan cepat atau orang yang lebih tua tidak dapat
beradaptasi dengan perubahan. Banyak orang yang berusia di atas empat puluh membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mempelajari kemampuan yang baru, terutama dikarenakan mereka
harus meninggalkan terlebih dahulu cara yang biasa mereka lakukan. Pekerja yang lebih muda
telah tumbuh bersama komputer dan video game, tentu saja, akan ditemukan lebih mudah dalam
mempelajari sistem komputer yang baru dan program perangkat lunak daripada rekan kerja
mereka yang lebih tua yang belajar dengan menggunakan mesik ketik dan kertas karbon.

112
Salah satu penghalang terbesar bagi pekerja yang lebih tua dalam mempelajari keterampilan
baru adalah menurunnya kepercayaan diri atau ketakutan untuk gagal, yang diciptakan, sebagian,
oleh mitos masyarakat dan stereotip mengenai usia. Oleh karena itu tantangan pertama dari
pelatih adalah untuk membangun kepercayaan diri peserta yang lebih tua dengan memberi
mereka harapan. Pembelajaran langsung lebih penting untuk usia empat puluh tahun ke atas,
sebaik menggunakan materi dan metode yang secara langsung berpusat pada pekerjaan mereka
dan relevan dengan situasi kerja peserta. Karena orang yang lebih tua mengalami penurunan
kemampuan pengelihatan dan pendengaran, pelatih harus memperhatikan pengaturan ruangan,
pencahayaan, dan menggunakan hasil cetak alat bantu visual yang lebih besar dan begitu juga
pada buku kerja peserta.
Orang yang berusia empat puluh tahun dan di atasnya lebih tertarik menerima pelatihan
yang relevan, terutamanya dapat diaplikasikan, dan bentuk yang lebih mudah diserap. Peserta
di atas usia empat puluh tahun terburu-buru untuk belajar. Mereka sadar bahwa mereka harus
melanjutkan dan, pada beberapa kasus, menangkap urutannya agar mampu bertahan menghadapi
saat sekarang, tekanan yang tinggi, dan perubahan lingkungan kerja yang cepat.

Berhubungan Dengan Peserta Yang Lebih Muda


Banyak Pelatih berpikir bahwa peserta yang lebih muda memiliki rentang atensi yang pendek,
kurang sopan, apatis, malas, dan berpikir mereka tahu segalanya. Yang sebenarnya adalah mereka
bergairah, percaya diri, dan berorientasi pada pencapaian. Mereka dapat memproses data yang
besar dalam satu waktu; mereka menginginkan informasi yang diberikan dalam bentuk yang
ringkas seperti pernyataan pendek dan checklist. Karakteristik ini menciptakan tantangan yang
berbeda sama seperti kesempatan bagi pelatih.
Selama sesi pelatihan, peserta membutuhkan banyak kesempatan untuk mengaplikasikan
pengetahuan mereka dan memecahkan masalah dalam diskusi kelompok, simulasi, studi kasus
dan juga keempat-empatnya. Mereka suka terhadap tantangan tetapi juga menerima umpan
balik dengan segera dan bermakna. Mereka cepat merasa bosan dan, oleh karena itu, program
harus dibuat dengan berbagai macam variasi dari pengalaman pembelajaran. Faktor hiburan
tidak dapat diabaikan.
Ingat: Mereka berharap kualitas materi yang tinggi, termasuk buku kerja peserta, video
dan alat bantu visual lainnya. Mereka juga berharap penggunaan teknologi yang
lebih lagi didasarkan kesempatan dan pengalaman pembelajaran.
Karena mereka menyukai tantangan sama seperti suka untuk menantang, mereka akan
bertanya dan menuntut bukti dari apa yang Anda katakan. Mereka tidak akan menerima kata-
kata sebagai nilai normal hanya karena Anda pelatih. Bersiaplah dengan fakta-fakta atau gambar
untuk mendukung pernyataan Anda dan jelaskan mengapa mereka belajar sebagian keterampilan
atau informasi, fokuskan terutama pada tujuan dan hasil. Mereka tidak suka dikatakan apa yang
harus mereka lakukan, maka berikan kesempatan bagi mereka untuk menemukan sendiri sesuatu
dalam pengalaman yang terstruktur dan instrumen pemeriksaan diri (self-assessment instrument).
Untuk menemukan kebutuhan dari pendengar muda, buatlah pelatihan lebih relevan
bagi pembelajar, berikan pembelajar kebebasan dan pilihan yang lebih, gunakan teknologi lebih
lagi, dan buatlah pembelajaran yang menarik.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 113
Contoh Sikap Peserta Yang Lebih Muda
Saya memimpin sesi pemecahan masalah dan pembuatan keputusan untuk pengusaha muda di
sebuah organisasi. Mereka baru lulus dari Universitas yang terkenal dengan lulusan terbaik,
pintar, terpelajar, energik, bergairah. Mereka datang dalam sesi dengan kepercayaan diri dan
congkak yang merupakan gaya orang yang belum tahu. Mereka menyatakan di awal bahwa mereka
pikir sesi ini membuang waktu karena mereka tahu bagaimana cara membuat keputusan dan
memecahkan masalah. Daripada beragumen dengan mereka, saya meletakkan mereka ke dalam
kelompok kecil dan memberikan mereka simulasi aktivitas yang lebih rumit dan mereka diminta
menganalisis enam situasi problematik berikut solusinya. Mereka diberikan waktu lima belas
menit untuk menyelesaikan setiap masalah dan kemudian menganjurkan rekomendasi solusi
sehingga mereka dapat menilai kelompok mereka sebelum berpindah ke situasi selanjutnya.
Tanpa terkecuali, semua lima kelompok yang ada dengan cepat menemukan solusi untuk
masalah pertama dan menunggu dengan tidak sabar untuk jawaban yang benar. Sebagian besar
dari mereka terkejut, apa yang mereka dapatkan itu salah. Anggaplah ini hanya suatu kebetulan
yang menguntungkan, mereka memecahkan dengan cepat dan untuk masalah selanjutnya dan
mereka kembali salah pada bagian tersebut. Mendapatkan pesan bahwa ini tidak semudah dan
sesederhana apa yang mereka pikirkan di awal, mereka mulai bekerja keras dan mengambil waktu
untuk melihat lebih mendalam dan lebih nyata. Saat mereka menyelesaikan masalah keempat,
mereka tidak hanya kehabisan tenaga tetapi dengan rendah hati mereka sadar dan mengakui
bahwa mereka tidak tahu banyak mengenai pemecahan masalah seperti yang mereka pikirkan.
Peserta yang lebih muda belajar percaya diri dan mandiri dalam memecahkan masalah.
Untuk digunakan pada lingkungan kerja, mereka membutuhkan untuk dilibatkan dalam
mengalami pembelajaran yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan
interpersonal dan kelompok.

Perbedaan Jenis Kelamin dan jender


Masalah jenis kelamin terus ada dalam organisasi/perusahaan/institusi. Sebagai seseorang yang
dicontoh, Anda sebagai pelatih harus menunjukkan perilaku yang sesuai sepanjang waktu. Pastikan
tugas yang akan ada dapat dibagikan pada kedua jenis kelamin yang ada, mencegah peserta dalam
kejatuhan peraturan yang tradisional seperti wanita mencatat dan pria memimpin diskusi. Pelatih
harus juga menghindari ucapan yang menyinggung jenis kelamin atau menggunakan contoh dan
aktivitas yang lebih menunjuk pada satu jenis kelamin.
Bantu memberi jembatan pada perbedaan jarak jenis kelamin dengan menyediakan
kesempatan dengan meningkatkan kesadaran terhadap perspektif yang berbeda yang dibawa
masing-masing jenis kelamin pada situasi yang sama. Kembangkan pertukaran perspektif selama
aktivitas kelompok kecil, pastikan semua kelompok terdiri dari lak-laki dan perempuan. Selama
diskusi umum, mintalah ide dan reaksi dari laki-laki dan perempuan.

Perbedaan budaya
Belajar membuat pengalaman dan latar belakang dari setiap peserta menjadi nilai tambah dalam
pelatihan, dengan tanpa melihat topiknya. Anda memiliki tanggung jawab untuk memahami
dan menemukan kebutuhan pembelajaran dimana pengalaman dan kerangka acuan yang ada
114
dapat saja berbeda dengan Anda. Ciptakan kesempatan bagi peserta dari latar belakang yang
berbeda untuk saling belajar satu sama lain dengan cara bekerja bersama dalam pengalaman
yang tersusun.

Mengakomodasi perbedaan Budaya


Perbedaan budaya termasuk etnis, ras, gender, usia, dan pilihan afiliasi. Saat merencanakan sesi
pelatihan Anda, pastikan untuk mengingat masalah tersebut dalam pikiran.
Material. Saat memilih metode dan materi, Anda harus yakin Anda memilih video, studi kasus,
dan aktivitas lainnya dengan memasukkan dan mencerminkan keragaman peserta. Hilangkan
penggunaan kata-kata khusus yang menunjuk pada satu jenis kelamin tertentu seperti Bapak
Pimpinan, Ibu Ketua, Ibu Sekretaris. Sebagai gantinya, Anda bisa menghilangkan kata Bapak
atau Ibu. Bermain peran dan studi kasus dapat merefleksikan keragaman budaya dengan pilihan
nama dan situasi. Jika Anda menuliskannya sendiri, berhati-hati untuk membuat profil atau
situasi yang mengilustrasikan dan mengabadikan stereotip. Sebagai contoh, dalam bermain
peran atau studi kasus yang mengilustrasikan interaksi antara seorang fasilitator dan warga/
masyarakat, pastikan bahwa fasilitator tidak selalu diidentifikasikan sebagai orang yang pintar
dan warganya sebagai pihak yang terbelakang dan tidak tahu apa-apa.
Perilaku Pelatih. Pikirkan suatu metode yang berbeda yang memungkinkan orang-orang dari
berbagai macam budaya berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, sehingga Anda dapat
mencegah kekeliruan komunikasi. Sebagai contoh, Anda dapat menginterpretasi anggukan kepala
yang berarti peserta menyetujui yang Anda katakan. Pada beberapa budaya, bagaimanapun,
menganggukkan kepala hanya mengindikasikan bahwa orang tersebut mendengarkan dan juga
mendorong pembicara untuk melanjutkan.
Pada budaya tertentu, orang-orang seringkali membuat penilaian yang negatif terhadap siapa
yang tidak terlibat dalam kontak mata langsung. Sekali lagi, pada budaya yang lain kontak mata
langsung berarti menantang atau tidak menghormati. Hal ini penting untuk tidak menginterpretasi
perilaku peserta dengan dasar budaya Anda.
Mempelajari mengenai peserta Anda termasuk mempelajari bagaimana melafalkan nama dan
asal mereka dengan benar selama sesi.

Contoh Dari Pentingnya Menggunakan Nama


Saya belajar pentingnya menggunakan nama orang dengan cara yang tepat dan benar. Pembelajaran
itu saya peroleh dalam sebuah sesi meningkatkan keterampilan untuk satu kelompok dari sebuah
organisasi. Anggota dari kelompok tersebut berusia dua puluh tahunan dengan penyebaran laki-
laki dan perempuan yang sama. Kelompok tersebut, memiliki perbedaan dalam latar belakang
budaya dengan campuran dari beberapa daerah. Seorang peserta dari salah satu daerah di kawasan
Indonesia Timur sangat tertarik dan sangat berpartisipasi. Dia berbicara dengan saya sepanjang
waktu istirahat dan makan siang, dan tampak sekali ingin membangun pendekatan dengan saya.
Pada saat sesi evaluasi, saya terkejut karena mendapatkan catatan dari peserta tersebut bahwa dia
terluka karena saya tidak berusaha mencoba selama satu hari itu untuk menyebutkan namanya.
Dalam budayanya, menyebutkan nama orang lain sangat penting, dan saya telah menunjukkan
ketidakhormatan dengan tidak melakukan hal tersebut.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 115
Untuk menghindari hal serupa, berusahalah untuk belajar mengenai budaya lain dengan
berbicara kepada mereka dan tanyakan pada mereka pertanyaan mengenai tradisi mereka. Minta
mereka untuk mengkoreksi pelafalan nama mereka dan kemudian berlatihlah untuk menyebutkan
nama mereka. Baca artikel dan buku mengenai komunikasi antar budaya sehingga Anda dapat
sedikit banyak terbiasa dengan budaya yang paling sering ada dalam sesi pelatihan Anda.
Aktivitas. Ingat bahwa dalam banyak budaya, pendekatan pembelajaran sangat sederhana.
Pelatih dihormati sebagai figur otoritas. Peserta menyangka memiliki peran yang pasif,
dengan pelatih yang menyediakan materi dengan sangat terstruktur dan aturan yang kaku.
Hasilnya, beberapa orang dapat saja merasa tidak nyaman dengan pendekatan pelatihan yang
partisipatif dan interaktif. Peserta ini mungkin membutuhkan sedikit sentuhan dan dorongan
untuk membantu meningkatkan level kenyamanan mereka selama proses pelatihan. Teknik
pembelajaran yang kooperatif seperti meminta mereka mendiskusikan pertanyaan atau masalah
dengan berpasangan atau kelompok kecil adalah cara yang efektif untuk melibatkan mereka
yang tidak terbiasa dengan pembelajaran yang interaktif.
Sebagai seorang pelatih, Anda memiliki tanggung jawab untuk menciptakan suasana
pelatihan dimana semua peserta dapat merasa bebas untuk mengungkapkan dan menjadi
diri mereka. Mulai untuk menciptakan lingkungan ini saat Anda mendesain sebuah program,
mempertimbangkan semua tipe perbedaan, termasuk perbedaan gaya belajar. Tidak hanya
menghormati individu yang berbeda dalam sesi Anda, tetapi pastikan Anda menyertakan kedalam
desain program Anda dengan variasi metode dan materi yang dapat mengatasi perbedaan
tersebut.

Poin Kunci
Keragaman masalah berdampak pada desain, pengembangan, dan pelaksanaan
pelatihan.
Pelatih bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bebas resiko
dan bebas prasangka.
Seorang pelatih yang efektif adalah orang yang sadar dan peka terhadap masalah
keberagaman.
Metode hendaknya merefleksikan keragaman peserta.
Perilaku pelatih dapat berdampak pada reaksi peserta.
Dilengkapi dengan pengetahuan prinsip pembelajaran dewasa, gaya pembelajaran, dan masalah
keragaman, sebaik Anda memahami diri Anda sendiri sebagai pelatih, langkah Anda selanjutnya
adalah untuk mengembangkan maksud khusus, yang adalah, hasil pembelajaran untuk program
pelatihan Anda.

116
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL

Pendahuluan
Setiap kegiatan instruksional dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa
perubahan tingkah laku pembelajar. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pelatihan akan
menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran
yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi
para pelatih. Dengan pemahaman ini, pelatih dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas
capaian tujuan instruksional materi pelatihan pada berbagai kawasan belajar: kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Sebagai contoh, taksonomi bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokkan benda ke
dalam benda cair, padat dan gas. Taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan
ber-sel banyak.
Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan instruksional
sebag tujuan inatruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan
menentukan perilaku yang dianggap senagai bukti hasil belajar.
2. Sebagai alat yang akan membantu pealtih dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,
teknik penilaian dan evaluasi

Kawasan Tujuan Instruksional


Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan instruksional ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Kognitif
Berorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan intelektual yang
lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai dengan kemampuan memecahkan suatu
masalah yang menuntut pembelajar untuk menghubungkan dan menggabungkan
gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut.
2. Afektif
Berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati yang
menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari
yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai dengan yang
kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati
nurani.
3. Psikomotor
Berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 117


Miskonsepsi tentang tujuan instruksional.
Pengelompokkan tujuan instruksional ke dalam tingkat-tingkat dan kawasan sangat membantu
usaha untuk secara jelas dan spesifik menentukan hasil pelatihan yang diharapkan tercapai melalui
proses instruksional. Tetapi di sisi lain pengelompokkan ini juga menyebabkan terjadinya salah
konsep. Salah konsep tersebut yakni:
Pengelompokkan dan penyusunan tujuan ke dalam urutan dari yang sederhana sampai
yang kompleks juga dianggap menunjukkan urutan dari yang paling tidak diinginkan
sampai dengan yang paling baik digunakan. Pandangan demikian salah karena dalam
proses pelatihan, pembelajar perlu dapat mengingat fakta, rumus atau prinsip tertentu
sebelum dia melakukan dan mempelajari kompetensi yang lebih tinggi. Taksonomi tujuan
membantu pelatih untuk memilih tujuan instruksional dengan tingkat kompleksitas yang
bervariasi.
Pengelompokkan tujuan dalam satu kawasan sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kawasan yang lain. Hal ini juga tidak benar karena ketika seseorang memikirkan suatu
topik atau permasalahan, pada saat yang bersamaan ia mempunyai atau merasakan sikap
hati tertentu terhadap obyek yang dipikirkan.
Dalam praktek, memang akan lebih memudahkan pelatih apabila tujuan instruksional dirumuskan
dalam satu kawasan saja, tetapi perlu diingat bahawa perilaku atau kompetensi kawasan lain
mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional tersebut.

I. Taksonomi tujuan kognitif

A. Menurut BLOOM
Taksonomi Bloom sangat dikenala di Indonesia, bahkan tampaknya paling terkenal
dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan
kognitif ke dalam enam kategori. Ke-enam kategori tersebut mencakup kompetensi
keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai tingkat
yang paling kompleks (tingkat evaluasi). Ke-enam kategori ini diasumsikan bersifat
hirarkis. Artinya tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya jika tujuan pada level
sebelumnya telah dikuasai.

Cognitive
Evaluation
domain
Synthesis

Analysis

Application

Comprehension

Knowledge

118
Penjelasan:
1. Pengetahuan
Pembelajar dituntut untuk mampu mengingat informasi yang telah diterima
sebelumnya. Misalnya: fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan
sebagainya.
Contoh kata kerja yang mewakili kelompok ini: mengidentifikasi, memilih,
menyebutkan nama, membuat daftar.
2. Pemahaman
Berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan
untuk menterjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan
kata-kata sendiri. Kata kerja dalam kelompok ini: membedakan, menjelaskan,
menyimpulkan, merangkum, memperkirakan.
3. Penerapan
Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Kata kerja yang
termasuk dalam kategori ini: menghitung, mengembangkan, menggunakan,
memodifikasi, mentransfer.
4. Analisis
Merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisah dan membedakan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa
atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini pembelajar diharapkan untuk menunjukkan
hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut
dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh kata kerja dalam
kategori ini: membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan
ke dalam bagian-bagian.
5. Sintesis
Dalam level ini pembelajar dituntut untuk mampu mengkombinasikan bagian atau
elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis satu essai
adalah contoh dari sintesis. Pembelajar harus melihat berbagai aspek sosial, budaya
dan ekonomi dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan atau sistem
keagamaan. Contoh kata kerja operasional: membuat kritik, membuat penilaian,
membandingkan, membuat evaluasi.

B. Menurut GAGNE
Gagne mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan (kompetensi).
Gagne mendasarkan teorinya pada teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Belajar
terjadi dalam suatu kegiatan yang telah dikondisikan, melalui pemberian penguatan atas
perilaku tertentu, menghubungkan satu respon dengan respon yang lain, dan membuat
asosiasi verbal sederhana. Proses menghubungkan respond dan membuat asosiasi verbal ini

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 119


senantiasa muncul dan mempengaruhi proses belajar, dan akan membantu seseorang
dalam mempelajari dan menggunakan kemampuan berpikir yang lebih kompleks.

Intelektual Skills

Cognitive Strategy

Verbal Information

Attitude

Motor Skills

Taksonomi menurut Gagne sebagai berikut:


1. Informasi verbal
Kemampuan dalam kelompok ini merupakan kemampuan menyimpan informasi
dalam ingatan, berupa nama, fakta atau informasi yang terorganisasi, dan
mengeluarkannya kembali. Perilaku yang diharapkan adalah menyebutkan kembali
informasi yang telah dipelajari.
2. Kemampuan/keterampilan intelektual
Berupa keterampilan menggunakan simbol untuk berinteraksi, mengorganisir dan
membentuk arti. Dua bentuk simbol yang paling dasar yaitu huruf dan angka yang
dapat digunakan dalam berbagai cara. Misalnya membaca, menulis, membedakan,
menggabungkan, mengelompokkan, menghitung, dan sebagainya. Di samping itu
kemampuan untuk membedakan, membentuk konsep dan rumus, dan memecahkan
suatu soal termasuk dalam kategori ini.
Kemampuan intelektual ini dibagi menjadi tujuh macam, dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit:
a. Menghubungkan stimulus dan respon
b. Menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain
c. Membuat asosiasi verbal
d. Membedakan
e. Mempelajari konsep
f. Mempelajari prinsip/peraturan atau rumus
g. Memecahkan masalah
Ketiga jenis kemampuan intelektual yang pertama merupakan kemampuan dasar
yang diperoleh sejak kanak-kanak dan dianggap kurang berperan dalam proses belajar
orang dewasa. Sedangkan empat keterampilan yang lain merupakan komponen yang
penting bagi orang dewasa.
Membedakan
Merupakan kemampuan untuk membedakan benda atau konsep berdasarkan
sifatnya.
120
Contoh: kemampuan untuk membedakan urat nadi dengan arteri, atau membedakan
konsep industrialisasi dengan modernisasi.
Mempelajari konsep
Merupakan kemampuan untuk mengelompokkan benda atau peristiwa yang
mempunyai hubungan. Contoh: seseorang dapat menguasi konsep robot apabila ia
telah mengetahui berbagai sifat robot. Dalam hal ini, Gagne membedakan dua jenis
konsep. Konkret dan abstrak. Konsep konkret contohnya robot, mesin, tanggul dan
sebagainya. Konsep abstrak, contohnya demokrasi, bursa saham, dan sebagainya.
Mempelajari prinsip/aturan/rumus (rules)
Peraturan atau rumus merupakan pernyataan yang menjelaskan hubungan satu
konsep dengan yang lain. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan untuk
menerapkan hubungan antar konsep dalam suatu situasi atau kasus tertentu. Contoh:
kemampuan menghitung korelasi sua set data dengan menggunakan rumus korelasi
Memecahkan masalah
Untuk dapat memecahkan masalah, pembelajar sebelumnya harus sudah mempelajari
berbagai prinsip atau aturan. Dalam hal ini, pembelajar dapat membuat aturan atau
prinsip baru untuk memecahkan suatu masalah.
Gagne berpendapat bahwa keempat kemampuan inteletual di atas merupakan
continuum dari kemampuan yang mudah sampai ke yang sukar, dan mempunyai
hubungan yang hirarkis dan komulatif. Dalam hal ini untuk menguasai atau memiliki
kemampuan intelektual yang kompleks seseorang harus menguasai kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, atau dengan kata lain suatu kemampuan intelektual
yang sederhana menjadi prasyarat untuk kemampuan intelektual yang lebih
kompleks.
Berdasarkan pemikiran ini, suatu tugas dapat dianalisis secara rinci untuk menemukan
kemampuan intelektual yang diperlukan. Hasil analisis ini disebut sebagai hirarki
belajar, yang merupakan susunan tujuan belajar berupa kemampuan intelektual
dalam suatu pola atau struktur yang menunjukkan hubungan prasyarat di antara
kompetetensi yang ada.
3. Struktur kognitif
Merupakan kemampuan atau strategi pribadi untuk berpikir, mengingat dan belajar.
Kemampuan ini membantu pembelajar untuk mengatur atau mengontrol proses
berpikir dalam dirinya sendiri. Beberapa contoh strategi kognitif adalah pemetaan
konsep (concept mapping), metaphor, dan strategi untuk mengorganisasikan informasi.
4. Motorik
Berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan lancaar dantepat.
Kemampuan ini mencakup yang sedrhana seperti mengikat tali sepatu atau
mengucapkan kalimat denga jelas dan benar, sampai dengan yang lebih kompleks.
Ciri umum dari kemampuan ini adalah perlunya ketepatan dan kelancaran gerak, dan
kemampuan ini akan semakin sempurna dengan latihan dan umpan balik.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 121


5. Sikap
Apabila seorang pembelajar telah memiliki suatu kondisi mental yang mempengaruhi
pemilihan perilakunya, maka ia telah memiliki suatu sikap tertentu terhadap perilaku
tersebut. Sikap hati ini ditunjukkan melalui pilihan yang dibuat. Contoh: untuk
mengisi waktu senggang seseorang mungkin memilih membaca, sedangkan yang
lain berkunjung ke rumah kerabat. Ini menunjukkan sikap yang positif, baik terhadap
membaca maupun pada berkunjung ke rumah kerabat.

C. Taksonomi Merrill
Merrill mengembangkan apa yang disebut sebagai component display theory (CDT).
Taksonomi ini lebih lengkap dari taksonomi yang dibuat Gagne. CDT lebih cocok untuk
desain yang sifatnya mikro, misalnya untuk mengajarkan satu gagasan, satu konsep atau
rumus. Contoh: organisasi dan manajemen, atau evaluasi hasil dan proses belajar. CDT
mengklasifikasikan tujuan ke dalam dua dimensi yaitu tingkat perilaku dan jenis materi
yang masing-masing dibagi lagi ke dalam aspek yang lebih spesifik.
Kategori perilaku dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:
Mengingat
Adalah perilaku yang berhubungan dengan ingatan untuk dapat mengenali atau
menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima.
Menggunakan
Mengharapkan pembelajar untuk menerapkan suatu abstraksi (prinsip, rumus) dalam
suatu situasi yang spesifik.
Menemukan
Adalah perilaku yang menuntut pembelajar untuk menciptakan sesuatu atau membuat
kesimpulan.
Disamping kategori perilaku, pelatih juga perlu mempertimbangkan kategori jenis
materi:
Fakta
Biasanya dihubungkan dengan informasi seperti nama orang, tanggal atau perisitiwa,
nama temapt atau symbol yang digunakan untuk benda-benda atau konsep tertentu.
Contoh: menyebutkan bagian-bagian mata.
Konsep
Merupakan kelompok benda, peristiwa atau symbol yang mempunyai karakterisitik yang
sama, atau diidentifikasi menggunakan nama yang sama. Contoh: menjelaskan ciri-ciri
yang membedakan system demokrasi dan otokrasi.
Prosedur
Merupakan susunan langkah-langkah yang diperukan untuk mencapai suatu tujuan,
mengatasi suatu masalah atau menghasilkan suatu produk. Contoh: menyebutkan
langkah-langkah untuk menyusun proposal penelitian.

122
Prinsip
Merupakan penjelasan atau prediksi tentang hubungan sebab akibat atau hubungan
korelasional. Contoh: menjelaskan keterkaitan antara perubahan suhu global dengan
produksi pangan.
Menurut CDT tujuan instruksional dapat diklasifikasikan ke dalam matrik perilaku-
materi. Berikut beberapa contoh-contohnya:
Mengingat Fakta
menyebutkan rumus kimia air
menyebutkan rumus luas lingkaran
Mengingat Konsep
menyebutkan karakteristik hubungan industrial Pancasila
menjelaskan apa yang dimaksud dengan penguatan positif
Menggunakan Konsep
mengidentifikasi paragraph yang menjadi klimaks suatu ceritera
menganalisis suatu kasu hubungan karyawan dengan pemilik modal
Menggunakan Prosedur
mendemonstrasikan prosedur pembuatan telur asin
menyusun instrumen pelatihan dengan menggunakan prosedur yang sistematis

D. Taksonomi Gerlach dan Sullivan


Gerlach dan Sullivan mengembangkan sistem pengelompokkan tingkah laku yang dapat
dilihat. Model yang dikembangkan terdiri dari enam kategori yang diurutkan dari yang
mudah ke yang sukar, meskipun urutan ini tidak sepenuhnya dapat dianggap hirarkis.
Berikut kategorinya:
1. Mengidentifikasi
2. Menyebutkan
3. Menjelaskan
4. Membentuk
5. Menyusun
6. Mendemontrasikan
Taksonomi ini lebih bersifat check list untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran
mencakup berbagai tingkah laku.

II. Taksonomi Tujuan Psikomotor


Taksonomi ini dikembangkan oleh Harrow. Harrow menyusun tujuan psikomotorik secara
hirarkis dalam lima tingkat, mencakup tingkat meniru sebagai yang paling sederhana
dan naturalisasi sebagai yang paling kompleks. Perilaku psikomotor menekankan pada
keterampilan neuro-mascular yaitu keterampilan yang bersangkutan dengan gerakan otot.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 123


Adapun penjelasan dari taksonomi psikomotor adalah:
Meniru
Pada level ini, pembelajar diharapkan dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya. Pada
tingkat ini, kalaupun pembelajar mampu melakukan peniruan, perilaku ini masih belum
bersifat otomatis dan masih mungkin terjadi kekeliruan pada saat melakukannya. Contoh
kata kerjanya: mengulangi, mengikuti, memegang, menggambar, mengucapkan.
Manipulasi
Pembelajar diharapkan mampu melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana
pada tingkat meniru. Dalam hal ini perilaku masih dilakukan secara kaku dan tanpa koordinasi
neuro-muscular yang baik. Pada dasarnya, tujuan tingkat ini sama dengan tingkat imitasi,
bedanya adalah pembelajar tidak lagi melihat contoh tetapi hanya diberi instruksi secara
verbal atau tertulis. Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan untuk kemampuan
meniru.
Ketepatan gerakan
Pembelajar diharapkan melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun
petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang, dan akurat. Dalam
melakukan hal tersebut kecil kemungkinan untuk membuat kesalahan karena pembelajar
telah mahir melakukannya. Contoh kata sifat yang menunjukkan tingkat presisi ini adalah:
dengan tepat, dengan lancar, tanpa kesalahan, dan sebagainya.
Artikulasi
Pada tingkat ini, diharapkan pembelajar menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat,
urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Contoh kata sifat yang menunjukkan artikulasi:
selaras, terkoordinasi, stabil, lancar, dan sebagainya.
Naturalisasi
Pembelajar diharapkan mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan atau otomatis.
Pembelajar melakukan gerakan tersebut tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.
Contoh yang mudah adalah mengendari kendaraan bermotor. Contoh kata sifat yang
menggamabarkan tingkat ini adalah: dengan otomatis, dengan sempurna, dengan lancar,
dan sebagainya.

III. Taksonomi Tujuan Afektif


Taksonomi yang paling terkenal dikembangkan oleh Krathwohl, dkk. Taksonomi tersebut
mengembangkan lima tingkat perilaku. Dalam perumusan tujuan afektif dapat terjadi
ketidakjelasan tingkat mana yang dimaksudkan, sebab pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi
batas perilaku menjadi tidak begitu tegas dan terjadi tumpang tindih.
Taksonomi ini menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi
suatu nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Berikut
penjelasan masing-masing tingkatan:

124
Pengenalan
Dalam level ini, pembelajar diharapkan untuk mengenal, bersedia menerima dan
memperhatikan berbagai stimulus. Pembelajar bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau
memperhatikan saja. Melihat perbedaan penggunaan warna, dalam mendesain pakaian atau
cara pandang seorang terhadap suatu masalah termasuk dalam tujuan kelompok ini. Contoh
kata kerja operasional: mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan.
Pemberian respon
Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem
nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk
menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan
tanggapan secara sukarela bila diminta. Kata kerja operasional: mengikuti, mendiskusikan,
berlatih, berpartisipasi, mematuhi.
Penghargaan terhadap nilai
Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa
suatu benda, gagasan atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini
pembelajar secara konsisten berperilaku sesutu nilai ubunganmeskipun tidak ada pihak lain
yang meminta atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain. Kata kerja
operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan pendapat.
Pengorganisasian
Pengorganisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam sistem
nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang
lain. Dalam hal ini pembelajar menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Pembelajar
diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem
nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Kata kerja operasional:
memilih, memutuskan, memformalisasikan, membandingkan, membuat sistematisasi.
Pengamalan
Pengamalan berhubungan dengan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian
nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang
konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini pembelajar bukan saja telah mencapai
perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-
nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan. Filsafat hidup
tersebut merupakan bagian dari karakter. Contoh kata kerja operasional: menunjukkan sikap,
mendemontrasikan, menghindari

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 125


MANAJEMEN STRES

Salah satu aspek tersulit dalam peranannya sebagai pelatih adalah mengatasi ketegangan yang
muncul sebagai konsekuensi dari pekerjaan itu. Anda mungkin stres, entah itu dikarenakan Anda
orang baru yang sedang menjalani rangkaian pelatihan untuk pertama kalinya atau Anda adalah
seorang asisten dari pelatih yang berpengalaman.

COPING with STRESS


a. Setiap orang mengalami stres
Prinsip universal pertama yang harus diakui adalah semua orang, tidak tergantung dengan
usia, pekerjaan atau pengalaman pasti mengalami stres. Tidak hanya semua orang di waktu
yang sama atau tekanan lain karena syaraf tetapi penelitian mengindikasikan bahwa hal ini
perlu sekali mereka alami. Level ketegangan yang rasional akan memompa adrenalin dan
menyiapkan pikiran dan tubuh untuk menghadapi tantangan. Tekanan, pikiran, sebaiknya
logis.
b. Memahami apa penyebab stres
Sekalipun telah dikatakan bahwa stres tidak bisa dihilangkan secara total, tetapi langkah
selanjutnya adalah memahami apa penyebab stres ini dan bagaimana hal ini dapat dikurangi
ke level yang lebih normal. Respon stres peserta diaktifkan ketika peserta mengantisipasi
beberapa bentuk ancaman yang mungkin akan peserta hadapi (contohnya: berbicara di
depan kelompok peserta yang peserta segani). Hal ini akan membawa peserta pada sejumlah
langkah-langkah lebih lanjut.
c. Stres merupakan hal yang subjektif
Stres merupakan masalah persepsi personal. Apa yang dilihat oleh satu orang sebagai
potensi masalah, yang lain mungkin melihatnya sebagai sebuah tantangan. Ketika seseorang
menunggu sebuah fungsi sosial sebagai suatu kesempatan untuk bertemu orang yang baru,
yang lain mungkin akan melihatnya sebagai lautan kumpulan wajah permusuhan.
d. Stres merupakan masalah fisiologis dan psikologis
Pernah dikatakan bahwa stres merupakan masalah persepsi personal, Anda mungkin
dimaklumi bila meyakini bahwa ini berarti semuanya bergantung pada pikiran. Pada kenyataan
proses penafsiran mungkin pada pendiriannya, tetapi konsekuensinya secara fisiologis dan
sangat nyata. Ketika respon stres aktif, tubuh akan mempersiapkan ancaman yang dirasakan
dengan:
Mengeluarkan adrenalin ke dalam sistem.
Meningkatkan detak jantung.
Membuat pernafasan dangkal dan tersengal-sengal.
Pupil membesar.
Menegangkan otot.
Mengeluarkan gula dari liver.
Semua yang tertera di atas adalah respon-respon fisiologis dan semua terjadi tanpa
kesadaran.
126
e. Stres merupakan masa depan bukan sekarang
Apa yang sangat sedikit orang sadari ketika memikirkan stress ialah segalanya tentang masa
depan. Semua adalah bagaimana jika.... Stres merupakan ketakutan konstan mengenai hal
apa yang akan terjadi. Dalam kenyataannnya ketakutan peserta seringkali tidak tepat dan
tidak diperlukan karena, ketika situasi muncul peserta hanya mempunyai sedikit kesempatan
untuk memikirkan apa yang peserta rasakan. Peserta hanya memberikan respon secepat
mungkin.

STRES DAN PELATIH

Apa jenis masalah yang biasa dihadapi oleh pelatih dan bagaimana mengatasinya?
Jawaban yang akan terlihat ialah kebanyakan para pelatih kurang berkonsentrasi selama
mempelajari materi ketimbang pada saat mereka mempersiapkan diri untuk tampil di depan
kelompok dan menyampaikan materi dengan cara yang koheren dan efektif.
Di bawah ini akan dikemukakan ketakutan-ketakutan biasa dihadapi dengan beberapa metode
yang disarankan untuk menghilangan atau menguranginya.

a. Drying up
Ketakutan
Drying up atau melupakan apa yang akan Anda katakan merupakan kecemasan universal.
Efek
Efeknya membuat pikiran menjadi kosong dan menghilangkan pokok dari apa yang telah
dibicarakan.
Dalam prakteknya efek drying up jarang terlihat jelas pada kelompok seperti yang terjadi pada
pelatih. Efek adrenalin pada jam biologis mempercepat semua hal yang dilakukan.
Solusi
Jaga catatan Anda supaya tetap jelas layaknya jala keselamatan
Tetap tenang
Berhenti, jeda, melihat catatan, atau
Ulangi kalimat terakhir Anda (seolah-olah penambahan keterangan lebih lanjut)
sementara Anda mencari tempat, atau
Mintalah kelompok bertanya, contoh. Apakah sudah jelas?, Adakah seseorang yang
mau memberikan contoh untuk hal ini?

b. Kurang Kredibilitas
Ketakutan
Keyakinan bahwa semua orang lebih tahu daripada Anda. Seseorang akan menanyakan hal
yang aneh atau kelompok akan memperhatikan Anda.
Efek
Mengurangi kepercayaan diri dan meningkatkan ketidaktegasan pelatih.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 127
Cara terbaik untuk mengatasi hilangnya kredibilitas adalah memastikan bahwa tidak ada satu-
satunya. Hal ini bukan berarti berpura-pura, tetapi mengambil langkah untuk memperbaiki
pengetahuan sebelumnya yang tidak seimbang.
Solusi
Carilah level pelatihan yang pernah diikuti peserta sebelum pelatihan ini.
Membaca keseluruhan pokok persoalan dan tidak hanya satu bab di depan.
Pikirkan pertanyaan yang mungkin akan muncul sebelumnya. Pertanyaan tertentu akan
timbul dalam setiap pelatihan.
Memikirkan bagaimana Anda dapat tetap merespon pertanyaan yang mungkin tidak
Anda ketahui jawabannya. Pertanyaan yang bagus. Saya akan mencari jawabannya setelah
pelatihan ini dan akan segera memberitahu Anda jika saya sudah menemukannya.
Berbicara kepada mereka yang sudah berpengalaman sebelum pelatihan dimulai atau
carilah pertolongan dari yang hadir pada saat itu. Joe, kamu sudah pernah menggunakan
sistem yang baru ini; adakah masalah yang kamu temui?

c. Menggumam uhmm dan ahh


Ketakutan
Kalaupun suara keluar, akan terdengar sebagai hal yang memalukan, terlebih jika terjadi
pada saat hening.
Efek
Hasil ini dikarenakan pikiran sedang mencari kata selanjutnya dan bibir mencoba mengalihkan
keheningan dengan mengeluarkan suara-suara yang tak bermakna atau ekspresi-ekspresi
seperti: ok, kamu tahu itu, tepat, sebenarnya.
Solusi
Memahami materi Anda sehingga berkurangnya kebutuhan untuk diam dalam keheningan.
Menerima bahwa jeda Anda terlihat lebih lama dibandingkan pada kelompok dan jangan
merasa akan dipermalukan oleh mereka.
Ambil nafas pelan sebagai pengganti kata Uhmm

d. Pengalihan
Ketakutan
Membayangkan akan ada seseorang dalam kelompok yang akan mengganggu konsentrasi
Anda. Kebanyakan kasus adalah di mana para teman atau manajer tergabung dalam kelompok
pelatihan.
Efek
Menjadi takut karena terlihat bodoh di depan orang banyak yang ingin Anda kesankan.
Solusi
Solusinya tidak dengan menghindari kontak terhadap orang itu atau tidak berbicara
langsung dan mengabaikan sisa kelompok yang lain, tapi berusahalah bersikap

128
sebiasa mungkin.
Ketika kehadiran mereka seolah terasa menghambatmu, bayangkan mereka seolah-
olah sedang duduk dalam kamar mandi atau hanya memakai kaos kaki pada satu
pergelangan kaki mereka.

e. Switching off
Ketakutan
Mengkhawatirkan kelompok akan merasa bosan atau tidak akan merespon
Efek
Mencemaskan bahwa kelompok akan kehilangan ketertarikan mereka dan menjadi malas.
Memang sulit memikirkan hal tersebut, setiap orang dalam kelompok menginginkan Anda
sukses. Tak seorangpun yang datang mengikuti pelatihan dengan harapan akan merasa
bosan.
Solusi
Pikirkanlah kebutuhan kelompok terlebih dahulu
Sudahkah Anda memberikan istirahat yang cukup atau merubah cara dan gaya
penyampaian?
Akankah alat peraga visual memberikan stimulasi dan klarifikasi yang lebih besar?
Adakah kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpartisipasi, umpan balik atau
berinteraksi?

f. Takut mempermalukan diri sendiri


Ketakutan
Mencemaskan bahwa Anda akan mempermalukan diri sendiri dan orang lain.
Efek
Mempermalukan diri sendiri dengan meliputi segalanya dengan menjalankan peralatan
seperti membicarakan hal yang omong-kosong.
Solusi
Ambilah langkah untuk mencari informasi sebanyak mungkin. Hal itu akan membangun
rasa percaya diri dan menghilangkan elemen yang tidak diketahui. Pelajari di mana pelatihan
tersebut dilaksanakan, siapa saja di dalamnya, apa saja peralatan yang ada dan apa yang
ditampilkan. Peralatan teknis yang khusus memiliki kapasitas untuk membuat Anda menyerah
disaat yang tidak tepat. Yakinlah bahwa Anda mengetahui bagaimana menggunakan peralatan
tersebut, dan pikirkan juga apa yang akan Anda lakukan jika harus menggunakannya dengan
cara yang tidak Anda sukai.

g. Kehilangan informasi
Ketakutan
Terlalu fokus untuk menghafalkan materi dalam jumlah yang banyak.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 129


Efek
Tidak jarang sejumlah informasi materi disampaikan dalam jumlah yang banyak kemudian
peserta lupa atau hanya mengingat sebagian urutannya.
Poin penting yang harus ditegaskan di sini ialah pelatihan tidak seperti skenario yang
dimainkan dalam drama Shakespeare. Hanya Anda yang tahu apa yang akan dikatakan dan
sekalipun jika Anda tiba-tiba melewati tiga halaman atau merubah urutan materi, tidak ada
seorangpun yang akan bertanya apa yang terjadi.
Solusi
Ketika pokok persoalan kompleks, bagilah sesi-sesi kedalam unit yang lebih kecil dengan
ringkasan sementara untuk memperkuat pembelajaran dan pastikan tidak ada yang terlewati.
Selalu dekatkan Anda dengan catatatn pribadi Anda. Sewaktu-waktu mengetahui masalah
tersebut datang, solusinya hanyalah mencegah kelupaan itu terjadi.

h. Orang-orang baru
Ketakutan
Bertemu dengan ketakutan tetap terhadap orang-orang baru.
Efek
Jika bertemu dengan orang baru menjadi suatu ketakutan lebih dibandingkan kecemasan
biasa, Anda tidak akan merasa nyaman menjalani serangkaian pelatihan pelatihan yang ada.
Di samping itu, banyak pelatih merasa ragu-ragu bercampur takut sebelum bertemu dengan
orang pada saat pelatihan.
Solusi
Sediakan waktu sebelum pelatihan untuk menemui orang-orang yang baru itu lebih awal,
tanyakan nama dan latar belakang mereka dan ingatlah. Jika ini Anda merasa cocok,
berbincang-bincanglah dengan mereka pada saat break sebelum pelatihan dimulai tapi jika
tidak, sedikitnya temui mereka secara langsung saat jeda dalam ruang pelatihan dan bantu
mereka untuk berberes. Bertemu dan berbincang sebelum pelatihan akan membantu Anda
membuktikan bahwa mereka hanya orang biasa dan akan membantu Anda menjalin rapport
dari permulaan.

EFEK-EFEK FISIOLOGIS DARI STRES

a. Gemetar (shaking)
Efek
Tangan dan lutut gemetaran
Solusi
Hindari kecemasan atau mengulang-ngulang gerak tubuh.
Gunakan kartu indeks sebagai catatanmu bukan kertas, yang akan terlihat ketika
Anda sedang merasa cemas.

130
b. Berdebar-debar
Efek
Disebabkan oleh detak jantung yang cepat dan nafas yang pendek.
Solusi
Perlambat diri Anda sebelum mengambil nafas yang dalam dan hitung tiap satu dari tiga
hitungan sebelum exhaling.

c. Pusing-pusing
Efek
Dapat disebabkan karena bergerak terlalu cepat atau berdiri terlalu lama pada satu tempat.
Solusi
Duduklah, usahakan tetap menjaga oksigen di sepesertar dengan menekuk dan meluruskan
kembali jari-jari kaki dalam sepatu Anda.

d. Bibir kering
Efek
Kekurangan air liur (saliva) dalam bibir untuk melumasi lidah.
Solusi
Saran yang paling sering diberikan adalah meminum seteguk air. Hindari makanan yang
manis atau mint yang bisa menghambat pernafasanmu.
Gigit pinggiran lidah Anda. Ini akan mengurangi kelebihan saliva dan membantu untuk
meminyaki bibir. Ini sebaiknya tidak diulangi terlalu keras atau terlalu sering atau akan
menyebabkan lidah Anda pecah-pecah.

e. Bibir basah
Efek
Pengeluaran berlebih air liur (saliva) yang disebabkan oleh berbicara terlalu cepat dan tidak
memberi kesempatan untuk menelan air liur tersebut.
Solusi
Perlambat kecepatan bicara. Ambil nafas pelan ditiap akhir kalimat atau topik. Pada waktu
jeda yang sesuai, tempatkan lidah Anda di belakang rahang gigi atas (seperti mengucap huruf
T dan D) dan hisap udara dengan gigi yang dikertakkan. Ini akan mengeringkan saliva
yang berlebih yang menyebabkan ini menempel pada langit-langit bibir Anda.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 131


PEMBENTUKAN KELOMPOK
Apa yang dimaksud pembentukan kelompok?
Pembentukan kelompok adalah kegiatan untuk membagi peserta ke dalam kelompok yang lebih
kecil. Ada dua cara utama untuk membaginya dalam kelompok yang lebih kecil. Satu cara adalah
secara acak, mencampur kelompok untuk memastikan distribusi yang seimbang. Cara yang lainnya
adalah membentuk kelompok berdasarkan tujuan tertentu. Pembagian ini bisa dihubungkan
dengan latar belakang, seks, pengalaman, bahasa, dinamika kelompok, keterampilan komunikasi
dan lain-lain.
Mengapa peduli?
Jika kelompok dibagi secara berhati-hati, maka akan mendorong partisipasi bersama, meningkatkan
komunikasi dan memaksimalkan efektifitasnya. Kegiatan pembentukan kelompok secara acak
memastikan bahwa peserta yang datang dari daerah atau lembaga yang sama didistribusikan ke
dalam kelompok kecil yang berbeda, untuk membuka kelompok dan merangsang sharing tentang
pengalaman-pengalaman, pandangan-pandangan dan ide-ide yang berbeda.
Bagaimana kelompok kecil bisa dibentuk?
Berdasarkan tujuan tertentu:
Berdasarkan pada pengamatan, Anda bisa menyebarkan fasilitator berbakat, atau orang dengan
pengalaman tentang topik tertentu, secara seimbang dalam kelompok-kelompok, atau Anda
bisa memutuskan untuk mengumpulkan semua tukang bicara dalam satu kelompok. Kelompok
pra-pemilihan juga berguna jika tugasnya berhubungan dengan latar belakang mereka, dari mana
mereka datang, (jenis) organisasi tempat mereka bekerja, seks dan lain-lain. Sebagai seorang
fasilitator Anda bisa menggunakan kegiatan pembagian kelompok sebagai kegiatan perangsang
mood atau energi. Berikut ini adalah beberapa ide mengenai pembagian kelompok secara acak
untuk kelompok yang bekerja dengan cara kreatif dan/atau berenergi.
Meningkatkan Partisipasi Kelompok
Metode pelatihan interaktif atau pelatihan yang berpusat pada pembelajar, tidak menjamin
tingkat partisipasi yang setara bagi seluruh peserta pelatihan. Dalam waktu singkat, bisa jadi hanya
empat atau lima orang yang bisa segera aktif dan menjadi dominan. Dan kalau ini terjadi, sulit
untuk menghentikannya. Karenanya, penting sekali untuk memperhatikan struktur input dan
masukan dari peserta, dalam tahap awal pelatihan. Banyak cara untuk melakukannya. Beberapa
gagasan di antaranya adalah sebagai berikut:
Keterampilan dan Sikap Seorang Pelatih yang diperlukan:
Membuat suasana yang nyaman dan aman.
Jadilah pendengar yang baik.
Jangan menghakimi input atau masukan orang lain.
Dorong peserta yang pemalu dengan cara yang tidak mengancam, seperti: (Bisakah saya
mendengar dari yang lain ; Saya ingin mendengar masukan dari peserta yang duduk
di sebelah kiri; Saya ingin tahu apa yang kalian pikir tentang ., dan sebagainya).

132
Cegahlah peserta yang dominan, misalnya, Anda sudah mendapat kesempatan, sekarang
lebih baik dengar peserta yang lain, apakah mereka ingin menambahkan sesuatu atau ada
hal lain yang ingin disampaikan.
Perhatikan dinamika kelompok.
Jangan terburu-buru.
Metode dan Trik
Luangkan waktu untuk berkenalan satu sama lain.
Gunakan ice-breakers.
Sepakati norma kelompok.
Tekankan bahwa setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik, tidak ada pertanyaan
yang bodoh atau buruk.
Tekankan bahwa setiap orang punya hak untuk mengerti.
Dorong orang untuk merefleksikan tingkat dan tipe partisipasinya.
Bekerjalah dengan kelompok kecil, dan monitor dinamika di dalam kelompok kecil,
cobalah buktikan bahwa menggabungkan orang yang dominan dengan yang tidak
dominan, adalah benar. Kadang kala, cara yang baik adalah menggabungkan semua
orang yang dominan menjadi satu kelompok.
Bentuklah kelompok yang lebih kecil, yang homogen.
Dorong kelompok untuk merefleksikan penampilan kelompoknya
Selama kerja kelompok:
Alokasikan waktu untuk mendiskusikan bagaimana seharusnya seorang fasilitator yang
baik, seperti: berorientasi pada proses bukan output; tidak berorientasi pada materi yang
didiskusikan tapi mendukung pada proses dalam kelompok.
Tunjuk peserta yang kira-kira bisa menjadi fasilitator dan bukannya pimpinan rapat.
Dorong peserta untuk bergiliran menjadi presenter atau orang yang menyampaikan hasil
diskusi kelompok.

Teknik Membentuk Kelompok


Call out (berhitung)
1. Minta orang pertama untuk berhitung satu, orang kedua dua, orang ketiga tiga dan
keempat satu lagi (jika Anda ingin membentuk tiga kelompok) dan lanjutkan sampai
setiap orang telah berhitung.
2. Minta mereka yang nomor satu untuk bergabung dalam satu kelompok, semua yang
nomor dua bergabung dengan kelompok yang lain dan begitu selanjutnya.
Think about (berpikir tentang)
1. Selain berhitung angka Anda bisa memikirkan satu angka dan kemudian berkumpul
dalam satu kelompok dengan peserta yang telah memikirkan angka yang sama.
2. Periksa ukuran kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 133


Hand shaker (menjabat tangan)
1. Minta peserta untuk memikirkan satu angka seperti 1, 2, 3, dan seterusnya. Angka
yang ditawarkan akan berhubungan dengan jumlah kelompok yang diperlukan.
2. Jelaskan bahwa setiap orang akan mencari seorang mitra potensial dan berjabatan tangan
(menggoyang tangan) sejumlah angka yang mereka pikirkan. Jika terjadi hambatan karena
angka yang dipikirkan berbeda maka mitra tersebut bukan anggota kelompok kita. Jika
kedua mitra berjabatan tangan dengan jumlah yang sama maka mereka bermitra (satu
kelompok) dan bisa melanjutkan mencari mitra yang lain.
3. Hentikan setelah lima menit dan minta sisa peserta untuk untuk mencari kelompok
dengan nomor mereka.
4. Periksa jumlah kelompok dan sesuaikan jika perlu.
Fruit shaker (pengocok buah)
1. Pilih jenis buah sebanyak kelompok yang Anda perlukan.
2. Minta peserta untuk memikirkan satu buah yang dipilih.
3. Ambil kursi Anda sendiri dan jelaskan bahwa jika Anda menyebutkan satu buah, orang-
orang yang telah memilih buah tersebut harus berpindah tempat duduk. Anda akan
berusaha untuk mengambil alih salah satu tempat duduk Anda.
4. Orang selanjutnya tanpa tempat duduk akan menyebutkan satu nama buah dan akan
berusaha untuk melakukan hal yang sama.
5. Setelah beberapa putaran minta peserta dengan buah yang sama untuk berkumpul dalam
satu kelompok.
6. Periksa jumlah anggota kelompok dan sesuaikan kembali jika perlu. Satu variasi lain
adalah permainan hutan, menggunakan nama-nama binatang sebagai ganti nama buah.
Hutan
1. Pilih sejumlah binatang sebanyak kelompok yang Anda perlukan.
2. Tuliskan nama-nama binatang tersebut pada secarik kertas, sehingga setiap peserta
memiliki satu daftar.
3. Kelilingkan daftar nama binatang dalam secarik kertas ini, dan minta setiap orang untuk
mengambil satu dan dan membacanya (dalam hati) dan tidak menunjukkannya atau
membicarakannya dengan orang lain.
4. Minta peserta untuk bersuara seperti binatang dalam kertas dan kemudian berusaha
menemukan jenis mereka sendiri. Satu variasinya adalah bertingkah/berlaku seperti
binatang. Variasi yang lain adalah untuk setiap binatang ada satu pemburu/penggembala
yang dipilih untuk setiap kelompok binatang. Pemburu/penggembala hanya memberi
perintah dari luar arena/ruangan. Peserta tersebut kemudian bertanggung jawab untuk
menemukan dan mengumpulkan binatangnya.
Perahu tenggelam!
1. Jelaskan kepada peserta bahwa mereka adalah penumpang kapal Titanic dan bahwa
mereka harus berkelompok secepat mungkin sejumlah angka yang disebutkan.
2. Sebutkan: Perahu mencari kelompok yang terdiri dari enam orang!

134
3. Beberapa pengelompokan mungkin dilakukan sebelum memastikan jumlah yang
sebenarnya diperlukan.
Bagian dari keseluruhan
1. Siapkan bagian potongan dari suatu gambar keseluruhan, contohnya potongan bagian-
bagian berbeda dari satu pohon, seperti daun, bunga dan buah. Jumlah potongan harus
sejumlah kelompok yang diperlukan.
2. Bagikan potongan tersebut kepada peserta.
3. Minta mereka untuk menuliskan nama mereka pada potongan tersebut.
4. Minta peserta yang memegang bagian yang sama dari pohon untuk berkumpul bersama
(misalnya mereka yang membawa potongan bagian buah).
Variasi: siapkan potongan pohon sebanyak jumlah kelompok yang Anda perlukan contohnya
buah, bunga, daun, bayangan dan lain-lain. Lakukan prosedur yang sama tetapi minta peserta
yang membawa bagian dari pohon yang sama untuk berkumpul (misalnya bisa saja pohon
mangga berkumpul di tengah dan seterusnya).
Bagian dari puzzle
1. Pilih sejumlah gambar, lukisan atau kartun (lebih baik yang berhubungan dengan
topiknya) sebanyak jumlah kelompok yang akan dibuat.
2. Potong gambar menjadi empat atau enam bagian tergantung pada jumlah orang yang
diinginkan untuk setiap kelompok.
3. Kocok potongan-potongan tersebut dan bagikan kepada semua peserta. Setiap orang
mengambil satu potongan.
4. Katakan kepada peserta bahwa potongan tersebut adalah bagian dari beberapa puzzle
dan mereka harus mencari kelompoknya dengan mencari potongan yang hilang.
5. Satu variasi adalah menggunakan cara ini untuk musim tertentu dalam satu tahun
contohnya menggunakan kartu valentin, natal atau ulang tahun.
Reuni keluarga
1. Siapkan empat atau lima kelompok kartu dengan nama keluarga seperti Ibu Petani,
Bapak Petani, Saudara Perempuan Petani, dan Saudara Pria Petani. Pergunakan profesi
yang lain seperti keluarga Guru, keluarga Bankir, keluarga Nelayan.
2. Berikan setiap peserta sepotong kertas tertulis dengan nama-nama anggota keluarga,
dan sebutkan Reuni Keluarga. Pada saat pengumuman ini setiap orang harus berusaha
membentuk satu kelompok keluarga dengan berusaha menemukan anggota keluarga
mereka yang lain.
3. Setelah setiap keluarga terbentuk minta mereka untuk berlaku seperti halnya profesi
mereka dan minta kelompok lain untuk menebaknya.
Afinitas (membentuk pasangan)
Berikan kepada setengah anggota kelompok, satu kata dengan afinitas dan separuh yang
lainnya kata yang lain seperti: Garam dan Merica Ham dan Telur, Ying dan Yang, Lubang
kunci dan Kunci, Petir dan Kilat, Sabun dan Air, Roti dan Mentega, Sendok dan Garpu,
Pena dan Tinta, Sikat dan Sisir, Cahaya dan Kegelapan, Baik dan Buruk, Cangkir dan Piring,

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 135


Busur dan Panah, Pukul dan Lari, Siang dan Malam. Minta peserta untuk menemukan
pasangan mereka.
Melengkapi Kutipan (membentuk pasangan)
Berikan kepada setengah anggota kelompok bagian pertama dari suatu kutipan dan separuh
yang lain bagian yang terakhir.
Saran:
Semanis gula Seasam cuka, Sekuat kulit sepatu Sekeras karang, Sekeras karang Setipis rel,
Seringan bulu Secepat kilat, Sedingin es Setenang tikus, Selambat molasses Sesibuk lebah.
Minta peserta untuk menemukan pasangan mereka.

136
STRATEGI PELATIHAN

Suatu strategi pelatihan selalu didasarkan pada sejumlah asumsi. Jelaskan, bagaimana peserta
bisa mencapai tujuan pelatihan, dengan menggunakan kegiatan atau metode yang sesuai dengan
kelompok yang dilatih, dengan mempertimbangkan konteks dan sumberdaya yang tersedia.
Dengan kata lain, suatu strategi pelatihan menentukan bagaimana peserta menyusun program
pelatihan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifikasi.

Mengapa strategi pelatihan penting?


Seringkali peserta tidak merencanakan dengan baik bagaimana cara untuk mencapai tujuan
pelatihan. Begitu keputusan diambil untuk melakukan pelatihan, biasanya waktu sudah mendesak
sehingga penentuan topik, nara sumber, dan metode pelatihan menjadi tergesa-gesa. Akhirnya,
seringkali metode pilihan jatuh pada ceramah karena dianggap metode ini satu-satunya yang
bisa mencakup semua topik yang perlu dibahas. Dalam hal ini biasanya ada asumsi dasar bahwa
memperkenalkan topik atau pokok masalah kepada peserta sudah cukup untuk mengubah
perilaku mereka.
Suatu strategi pelatihan penting karena:
Menjelaskan peserta memilih beberapa metode dan cara untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu.
Menjelaskan mengapa peserta menekankan pada jenis-jenis kegiatan pelatihan tertentu dan
kegiatan pendukungnya.
Menjelaskan bagaimana tujuan-tujuan tertentu dapat dicapai, dengan mempertimbangkan
kelompok sasaran, tersedianya sumberdaya, kondisi kerja, serta konteks sosial politik.
Membuat asumsi-asumsi menjadi eksplisit, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran
dan perubahan.

Beberapa contoh strategi pelatihan


Berikut adalah beberapa cara atau strategi yang dapat digunakan untuk merancang suatu program
pelatihan. Seringkali dalam satu program digunakan kombinasi dari beberapa strategi di bawah
ini:
Pelatihan internasional Magang
Pelatihan nasional Peserta sebagai co-fasilitator
Bimbingan Pembelajaran jarak jauh melalui radio
In-service pelatihan Studi lapang
Pelatihan kelas televisi, kaset audio dan/atau video
Pelatihan untuk pelatih Kunjungan silang dan program komputer
Pelatihan lapang
Pelatihan outdoor survival Membangun jaringan
Belajar sendiri secara individu Peer feedback
Pembelajaran untuk diri sendiri Pelatihan/pelatihan keliling
Contract learning information market Apprenticeships
Pelatihan penulisan/lokatulis

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 137


Bagaimana cara menilai strategi pelatihan anda?
1. Apa asumsi-asumsi dasar yang ada?
2. Apakah Anda yakin bahwa program pelatihan yang menggunakan strategi ini akan efektif
dalam konteks dan kondisi yang ada sekarang? Apakah akan membawa perubahan-perubahan
yang diharapkan?
3. Apakah strategi pelatihan yang dipilih akan mewujudkan program pelatihan yang efisien?
Apakah rencana yang digunakan dengan memakai input yang minimal akan mencapai
perubahan yang diinginkan? Apakah programnya realistis dalam hal ketersediaan sumberdaya
finansial, manusia, dan lainnya?
4. Apakah strategi ini cocok dengan karakteristik dan kondisi calon peserta?
5. Apakah rencana ini fleksibel? Apakah tetap dapat diterapkan dalam situasi sumberdaya
terbatas?

138
MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIH

Mengapa peduli?
Tujuan agenda pelatih adalah untuk membuat satu rencana utama atau master plan. Agenda
pelatih adalah alat yang sangat praktis karena Anda akan memiliki gambaran yang jelas, sehingga
memungkinkan Anda untuk:
1. Memeriksa apakah pelatihan memiliki satu alur logis dalam periode minggu dan hari
2. Memeriksa apakah tujuan pelatihan tercapai dalam waktu yang disediakan
3. Menilai variasi metode pelatihan
4. Menilai apakah pembagian waktu sesi-sesi cukup layak atau tidak
5. Berbagi rancangan Anda dengan kelompok inti, menerima umpan balik dan
meningkatkannya
6. Berbagi rancangan dengan co-pelatih dan narasumber, sehingga mereka bisa menyiapkan
diri dengan lebih baik.

Apakah agenda pelatih?


Agenda pelatih bisa dibuat sangat detail, dengan menyertakan tujuan dari setiap sesi, dan hanya
digunakan untuk pelatih. Satu contoh agenda pelatih disertakan dalam materi bacaan ini. Peserta
akan menerima agenda yang kurang detil. Agenda peserta berjalan paralel dengan agenda pelatih,
tetapi terbatas kepada topik-topik umum dan perkiraan alokasi waktu agar memungkinkan
fleksibilitas.
Satu agenda pelatih yang dirancang baik harus:
Bertujuan untuk mencapai tujuan pelatihan atau sesuai dengan keperluan pelatihan yang
sudah teridentifikasi.
Mengikuti satu siklus pembelajaran logis, baik dalam agenda keseluruhan maupun dalam
setiap sesi.
Menggunakan satu variasi metode dan teknik pelatihan partisipatif.
Layak untuk dicapai, baik dari segi waktu maupun ketersediaan sumber daya.
Cukup fleksibel untuk mengakomodasi keperluan spesifik, atau perubahan yang
diperlukan berdasarkan umpan balik harian.
Menyediakan cukup waktu untuk membuka dan menutup setiap hari, untuk mengingatkan,
untuk menyegarkan, untuk merumuskan, mengaitkan dan menyediakan kesempatan
untuk umpan balik harian.
Semua informasi dari langkah-langkah sebelumnya harus dijadikan pertimbangan siapa
peserta saya, apa yang mereka perlukan, apakah tersedia sumber daya, dan lain-lain. Berdasarkan
informasi ini satu agenda pelatih bisa dikembangkan.

Mengapa merancang satu agenda pelatih sangat menantang?


Merancang harus menjadi tugas paling menantang dalam siklus pelatihan. Tetapi banyak pelatih
tidak mengetahui di mana harus mulai, bagaimana berproses atau tidak merasa perlu untuk
merancang pengalaman pembelajaran yang efektif.

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 139


Fase perancangan siklus pelatihan menantang, karena memerlukan:
pengetahuan mengenai berbagai pilihan rancangan yang tersedia;
keterampilan dalam menggunakannya;
kreatifitas dalam memanipulasi berbagai pilihan untuk memperkuat keterlibatan peserta
dan membuat proses pembelajaran yang efektif
untuk melihat gambaran keseluruhan sambil menangani detail setiap momen
pembelajaran
kepercayaan diri yang memungkinkan Anda untuk kreatif dan berani mengambil risiko
fleksibilitas dan terbuka untuk melakukan perubahan jika terjadi sesuatu di luar rencana,
atau jika muncul satu kesempatan yang lebih baik pada saat pelatihan berlangsung.
Pembelajaran adalah pengalaman organik bukannya satu pelatihan mekanis yang sulit untuk
direncanakan. Seperti pohon, pembelajaran berakar di tempat-tempat yang paling asing dan
kadang-kadang menghasilkan buah yang mengejutkan. Mungkin itulah sebabnya mengapa
pelatihan itu menarik dan pada saat yang sama melelahkan itulah mengapa fase perancangan
sangat menantang.
Salah satu tugas dalam menyusun agenda pelatih adalah mengurutkan acara pembelajaran.
Proses mengurutkan acara pembelajaran ini merupakan campuran dari berbagai komponen,
dimana sebagian adalah logika, sebagian pengalaman, sebagian intuisi dan sebagian akal sehat
yang baik. Mengurutkan, atau memutuskan apa yang muncul selanjutnya, merupakan kepedulian
mikro maupun makro. Agenda pelatih adalah alat untuk bekerja dari makro turun ke tingkat
mikro.

Bagaimana mengembangkan satu agenda pelatih?


Seperti yang disebutkan sebelumnya, ada banyak jalan pembelajaran dan karenanya ada banyak
cara untuk mengurutkan agenda pembelajaran, yang belum tentu terbaik bagi setiap pembelajar.
Setiap pembelajar mempunyai caranya sendiri-sendiri. Berikut ini adalah pendekatan yang
disarankan;
1. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan. Suatu rancangan akan memiliki risiko tertinggi
apabila program dirancang terlalu padat. Karenanya sangat penting untuk membedakan
antara apa yang pembelajar:
Apa yang pembelajar harus pahami atau harus kuasai
Apa yang pembelajar bisa pahami atau kuasai
Apa yang pembelajar mampu pahami atau kuasai
Segala sesuatu yang harus diketahui atau dikuasai oleh pembelajar harus disertakan dalam
pelatihan Anda. Sedangkan untuk hal-hal yang bisa pembelajar pahami atau bisa kuasai,
boleh disertakan beberapa saja. Sedangkan untuk hal-hal yang pembelajar mampu pahami
atau mampu kuasai, boleh disertakan lebih sedikit lagi.
2. Setelah memilih, Anda harus mulai mengurutkan topik-topik berdasarkan waktu yang tersedia.
Satu cara mengurutkan adalah dengan menemukan kerangka utama dari alur keseluruhan
pelatihan Anda. Satu kerangka utama akan membantu Anda untuk merancang satu alur
logis dan membantu Anda untuk mengaitkan sesi-sesi selama penerapannya. Selain itu,

140
bagi pembelajar, kerangka utama akan membantu untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan apa yang mereka pelajari dari hari ke hari. Pendekatan pengurutan
yang biasa dilakukan adalah:
dari umum ke spesifik.
dari kongkrit ke abstrak.
dari yang diketahui ke yang tidak diketahui.
dari sederhana ke yang lebih kompleks.
mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah
siklus perencanaan projek.
mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.
3. Bagi topik-topik mengikuti alur umum berdasarkan waktu yang disediakan untuk pelatihan.
Sebagai contoh jika itu adalah pelatihan tiga minggu, bagi topik-topik selama tiga minggu
dengan cara yang logis. Kemudian bagi topik-topik berdasarkan hari dalam setiap minggu,
sampai akhirnya bagi topik-topik dalam setiap hari menjadi sesi-sesi.
4. Tulis waktu, topik-topik, tujuan dan bahan-bahan untuk setiap sesi dalam satu agenda pelatih.
5. Ulas dan lebih baik lagi diskusikan agenda pelatih pertama Anda untuk memastikan bahwa:
Programnya tidak berlebihan.
Mempertimbangkan hari dan minggu pelatihan: periode istirahat setelah makan
siang, hari keempat dalam minggu, perasaan Jumat sore dan lain-lain.
Kesempatan untuk humor dan bergembira disertakan seperti icebreakers, pembuka,
kesenian, musik, teka-teki, permainan dan pergerakan.
Aktifitas yang lebih mengancam (permainan peran, fish bowls, dan tipe-tipe energizers
tertentu) jangan diletakkan di awal program.
Dukungan bahan untuk setiap sesi, seperti lembar kerja, instrumen, dan kuis untuk
memeriksa pemahaman.

Mengembangkan satu agenda Pelatih LatihanLatihan


1. Langkah pertama adalah menulis semua kebutuhan pelatihan atau topik-topik pelatihan pada
post-it terpisah. Anda bisa menggunakan post-it yang berbeda warnanya untuk membedakan
berbagai tipe dari topik atau kebutuhan pelatihan. Prioritaskan dan pilih keperluan pelatihan
Anda, dengan menggunakan alat berikut ini:
Harus dipahami atau dikuasai.
Bisa dipahami atau dikuasai.
Mampu dipahami atau dikuasai.
2. Langkah berikutnya adalah mengembangkan satu alur keseluruhan atau kerangka utama,
dengan mengurutkan keperluan pelatihan. Banyak pelatih yang merancang alur pelatihan
yang berbasis pada kepentingan pelatih. Sekarang coba balik, bayangkan dari sisi peserta
pelatihan. Caranya dengan mengurutkan topik dari:
umum ke spesifik.
dari kongkrit ke abstrak.
dari yang diketahui ke yang tidak diketahui.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 141
dari sederhana ke yang lebih kompleks.
mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah
siklus perencanaan projek.
mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.
3. Selanjutnya, masukkan urutan topik yang sudah dirancang, ke dalam waktu pelatihan,
sesuaikan dengan jumlah hari, minggu atau bulan (termasuk pelatihan di dalam ruang kelas
dan di lapangan). Mulailah dengan gambaran umum, lalu fokus pada satu minggu, lalu
pada satu hari, dan terakhir, bagi topik per sesi. Cara termudah untuk melakukannya adalah
dengan menggambar tabel jadwal pelatihan Anda di kertas flip chart, dan Anda menempelkan
post-it dan bisa memindah-mindahkannya agar bisa menghasilkan urutan yang paling logis.
Ketika melakukannya, mungkin Anda akan mengkaji ulang langkah pertama dan kedua,
dan menanyakan kembali, apakah topik yang dipilih betul-betul penting? Apakah proses ini
adalah proses yang terbaik? Apakah peserta membutuhkan waktu yang lebih lama?

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu


Pagi
Siang

4. Setelah Anda puas dengan alur secara umum, maka sekarang waktunya untuk mengisi
setiap sesi dengan lebih detil. Tulislah waktu yang diperlukan, apa topiknya, apa tujuannya,
dan bahan-bahan yang diperlukan untuk setiap sesi. Anda bisa menggunakan format pada
halaman selanjutnya.
5. Tulis alur agenda Anda pada flipchart agar bisa dibahas oleh anggota tim fasilitator yang lain,
atau oleh reviewer yang Anda undang.

Agenda Pelatih

Hari: _______________

Waktu Sesi/Topik Metode Tujuan Bahan

142
DAFTAR PERIKSA UNTUK PENILAIAN
MERANCANG DAN MENULIS RENCANA SESI

Apakah logis dan konsisten?


Apakah tujuan sesi mungkin dicapai dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu?
Apakah topik mencakup apa yang disebutkan dalam tujuan?
Apakah metode terpilih sesuai dengan tujuan yang disebutkan dalam pengertian
pengetahuan, keterampilan dan sikap?
Pemilihan topik: kualitas versus kuantitas.

Apakah akrab bagi pembelajar? Apakah akrab bagi pelatih?


Apakah rencana sesi... Apakah tata letaknya menarik?
meningkatkan minat? Apakah mudah dibaca?
menjelaskan arah Apakah prosedurnya jelas?
berhubungan dengan pengalaman Apakah memberi semua informasi yang
peserta diperlukan untuk melaksanakan
memperkuat motivasi? sesinya?
mendorong inisiatif dan otonomi Apakah fleksibel?
peserta? memungkinkan pelibatan Bisakah dengan mudah diadaptasi?
dan interaksi peserta yang sesuai? Bisakah dipergunakan lagi?
Memperkuat latihan, praktek, atau Bisakah diperbaiki?
pengalaman?
Apakah memungkinkan untuk inisiatif
memperkuat keragaman kegiatan pelatih?
menunjukkan isi dengan tahapan
Apakah memberi petunjuk dan peringatan
bertingkat?
tentang fasilitasi?
Memungkinkan untuk perbedaan
Bisakah dipergunakan dengan kelompok
individual?
peserta yang berbeda?
memicu penerapan lebih luas?
Apakah sesuai untuk ukuran kelompok
memperkuat umpan balik? yang berbeda?
Memperkuat pengulangan? Apakah layak secara ekonomis?
memperkuat pengawasan pembelajaran Apakah sesuai untuk semua pelatih tanpa
individual? mempertimbangkan pengalaman?
Diikuti dengan tindakan atau kaitan Apakah cepat?
dengan sesi lain?

Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 143


MENULIS RENCANA SESI

Apakah rencana sesi itu?


Secara singkat, satu rencana sesi harus berisi semua yang diperlukan untuk menjalankan satu
sesi.

Kenapa peduli?
Karena Anda akan segera melaksanakannya, hal ini adalah usaha sebenarnya untuk menulis
rencana sesi (yang baik). Karenanya sangat baik untuk mewujudkan rencana sesi Anda sebagai
batu pembangun pelatihan Anda. Selama Anda hanya mengajar Anda tidak memerlukan rencana
sesi, transparansi saja cukup. Tetapi, jika Anda ingin menjalankan acara pelatihan partisipatori
maka Anda benar-benar memerlukannya karena persiapan dan pelaksanaan menjadi jauh lebih
kompleks. Rencana sesi membantu Anda untuk:
memeriksa apakah sesi mengikuti satu alur logis tertentu.
memeriksa kelayakan waktu.
terhindar dari kelupaan untuk mempersiapkan segala sesuatu.
terhindar dari kelupaan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu selama sesi.
memberitahu sesi Anda kepada pelatih atau narasumber lain.
mendapat umpan balik.
mengembangkan sesi Anda.
mendokumentasikan pelatihan Anda.

Apa yang ditulis?


Satu rencana sesi bisa berisi banyak elemen, berikut ini adalah hal-hal yang paling penting:
Tujuan. Satu rencana sesi harus memberi tujuan sesi. Hal ini bisa membantu pelatih
untuk menjalankan sesi dan mengevaluasi akibatnya.
Waktu. Indikasi waktu lamanya sesi diperlukan untuk merencanakan agenda pelatihan.
Bahan-bahan. Catatan mengenai persiapan, ruang dan bahan-bahan yang diperlukan
membuat pelatih sadar tentang apa dan bagaimana harus dipersiapkan.
Akitifitas atau langkah-langkah. Instruksi, petunjuk, pertanyaan dan latihan sederhana
bisa digambarkan di sini. Harus juga berisi jawaban dan informasi lengkap mengenai
pertanyaan atau subjek yang sepertinya akan muncul selama pelatihan. Instruksi mengenai
bagaimana bahan lain yang ditampilkan harus juga disertakan, seperti alat bantu visual
dan lembar latihan.
Alat bantu visual, lembar latihan dan materi bacaan. Bahan apa pun yang diperlukan
untuk menjalankan sesi, seperti transparansi untuk presentasi, lembar kerja untuk latihan,
studi kasus dan materi bacaan harus disertakan.

144
MODUL IV

METODE DAN MEDIA PELATIHAN

Berbagi Metode Pelatihan


Praktek Metode Pelatihan
Memilih Metode Pelatihan
Pemanfaatan Media Pembelajaran
BERBAGI METODE PELATIHAN

Tujuan
Pada akhir sesi ini, peserta:
dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang mereka kenal dengan teknik
bola salju
dapat memilih beberapa metode yang ingin dipraktekkan

Bahan
Post-it, selotip/double tip

Waktu
240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa selama sesi ini peserta akan berbagi tentang semua
metode pelatihan yang mereka ketahui dan memilih beberapa diantaranya untuk
mereka praktekkan nantinya. Dengan teknik snowballing (bola salju) peserta berbagi
pengalaman mengenai menggunakan berbagai metode pelatihan.
2. Undang setiap peserta untuk menulis sebanyak mungkin metode pelatihan yang dapat
mereka ingat pada papan tulis.
3. Minta peserta untuk berpasangan, menjelaskan tentang apa yang mereka tulis dan jika
diperlukan saling menjelaskan tentang metode ini sebelum menuliskannya pada post-it
yang terpisah.
4. Mintalah peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Mereka
diminta untuk menyiapkan sebuah daftar metode.
5. Akhirnya minta mereka membentuk kelompok 10 orang, kemudian minta mereka
untuk menyepakati sebuah daftar yang tersusun serta memilih tiga metode yang
mereka suka untuk dipraktekkan (metode yang akan mereka coba sebagai seorang
pelatih).
6. Minta kepada setiap kelompok untuk memperagakan hasilnya dan memeriksa daftar
mereka dan membandingkan serta mendiskusikan perbedaannya diantara kelompok.
7. Peserta memilih metode yang akan dipraktekan, dan membentuk 4 kelompok yang
terdiri dari 3 orang (trio) yang akan memfasilitasi sebuah kegiatan selama 30 menit
(pada sesi praktek) dengan menggunakan satu dari metode pelatihan yang terpilih.
8. Bentuk kelompok, biarkan mereka menyiapkan diri sekurangnya selama satu jam.
9. Pelatih merefleksikan metode bola salju: keuntungan, kerugian, tujuan, kapan saat
penggunaannya?

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 147


MEMPRAKTEKKAN METODE PELATIHAN

Tujuan
Peserta mempraktekkan penggunaan metode pelatihan dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangannya

Bahan
Kebutuhan praktek peserta (ingatkan kepada peserta untuk menyiapkan segala sesuatu
yang mereka butuhkan sendiri).
Foto kopi lembar pengamatan

Waktu
Untuk tiap trio 30 menit praktek dan 15 menit refleksi.
Total waktu untuk sesi praktek adalah 240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

Proses
1. Perkenalkan tujuan dan prosedur sesi.
2. Sebelum trio pertama memulai dengan kegiatan mereka, jelaskan peran peserta lain,
bahwa mereka pada saat yang sama sebagai pengamat dan perkenalkan hal-hal penting
yang harus mereka amati/ingat. Bagikan lembar pengamatan.
3. Setelah praktek, minta peserta, pelatih dan pengamat untuk mengingat dan menuliskan
pengalaman-pengalaman dan pengamatan mereka.
4. Jelaskan bahwa refleksi akan berfokus pada penampilan trio. Refleksi mengenai metode
yang digunakan akan dilakukan kemudian pada sesi akhir. Refleksikan praktek dengan
cara berikut:
Undang pelatih trio untuk mengungkapkan apa yang mereka pikir saat berlangsung,
tanyakan apa yang akan mereka rubah di waktu selanjutnya. Cocokkan perasaan ini
satu per satu dengan pengamatan dari pengamat.
Pertama undang peserta untuk memberikan umpan balik positif dan kemudian
minta ide-ide untuk pengembangan.
Tambahkan umpan balik Anda sendiri jika perlu.
5. Lanjutkan dengan kelompok yang lain dengan cara yang sama dan dorong mereka
untuk menggunakan hal-hal penting pembelajaran dari trio sebelumnya.
6. Tanyakan kepada tiap trio apakah mereka merasa yakin untuk menggunakan metode
yang dipraktekkan dalam setting pelatihan sebenarnya selanjutnya. Jika tidak, mengapa?
7. Pelatih merumuskan hal-hal penting dari pembelajaran.

148
Panduan Praktek Metode Pelatihan

Tujuan:
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan suatu metode
pelatihan.
Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan pelatihan baru
Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran orang dewasa dan prinsip
pelatihan.
Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.
Praktek:
Tiap tiga orang akan diberi waktu selama 30 menit untuk memfasilitasi aktivitas mereka.
Anda akan bertindak sebagai satu tim sebagai berikut:
1. Orang pertama akan memperkenalkan kegiatan tersebut.
2. Orang kedua akan melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Dan orang ketiga akan memproses kegiatan tersebut, melalui hal seperti refleksi,
analisis, ringkasan dan kesimpulan.
Persiapan:
Persiapan yang dilakukan oleh setiap kelompok sebagai berikut:
1. Persiapkan satu topik yang sesuai dengan metodenya.
2. Putuskan siapa yang akan memperkenalkan, melaksanakan dan memproses kegiatan.
3. Siapkan bagian fasilitasi, siapkan semua pengaturan dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan.
4. Cobalah berlatih sebelum mempraktekkan dan periksa apakah Anda berlaku sebagai
satu tim, mengelola waktu dengan baik dan lain-lain.
5. Lakukan!

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 149


Lembar Kerja
PRAKTEK METODE PELATIHAN

Sebagai pengamat, lakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan tabel berikut:

Bagaimana pelatih Saran


Apakah pelatih...(beri centang jika jawabannya YA)
melakukannya pengembangan
Memperkenalkan tujuan sesi ini
Menjelaskan metode dan prosedur sesi
Melibatkan peserta dalam pembelajaran
Menggunakan alat bantu visual
Memberikan kesempatan peserta untuk
praktek
Memotivasi peserta
Melibatkan peserta selama analisis dan
refleksi kegiatan
Merumuskan kegiatan

Untuk peserta.
Jawab pertanyaan berikut:
1. Apa yang membantu Anda untuk belajar?
2. Apa yang membatasi Anda dalam belajar?
3. Apa yang bisa membantu Anda untuk belajar lebih baik?

Untuk trio pelatihan.


Jawab pertanyaan berikut:
1. Bagaimana pikiran Anda tentang jalannya kegiatan?
2. Apakah yang berlangsung berbeda dari yang diharapkan?
3. Apa yang lebih sulit dari yang diperkirakan?
4. Untuk di masa datang, hal berbeda apa yang akan dilakukan?

150
MEMILIH METODE PELATIHAN

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus dipilih dengan hati-hati agar
sesuai dengan tujuan dari satu sesi dan sesuai dengan profil pembelajar.
Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok untuk meningkatkan kesadaran
atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau
merubah sikap.
Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran
yang berbeda, serta situasi yang spesifik.

Bahan
Potongan lembar kerja

Waktu
240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa dalam latihan yang akan dilakukan, peserta akan mempraktekkan
cara memilih metode pelatihan.
2. Lakukan curah pendapat cepat dengan peserta mengenai apa yang mereka pikirkan dan
apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih metode pelatihan.
3. Jika perlu perkenalkan, jelaskan istilah kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4. Bentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang anggota, bagikan potongan kertas dengan
metode pelatihan yang berbeda dan tujuan-tujuan yang berbeda menurut ranah belajar
(kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap).
5. Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, tentukan pembatas-pembatas pelatihan, pilih
metode pelatihan yang sesuai. Berikan alasan mengapa anda memilih metode tersebut.
Dalam diskusi, cegah diskusi yang terlalu panjang mengenai detil, tetapi pastikan
bahwa pola keseluruhan mencerminkan bahwa banyak metode cocok untuk tujuan-
tujuan peningkatan kesadaran dan pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang efektif untuk
meningkatkan keterampilan atau mengubah sikap. Refleksikan metode yang mereka
gunakan dan konsekuensi keluaran apa yang diharapkan dari aktifitas pelatihan mereka.
6. Pelatih mendiskusikan hasilnya dan memberi penguatan terhadap proses yang telah
berlangsung dengan menggunakan bahan bacaan pokok yang telah tersedia.

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 151


Lembar Latihan

Pemilihan Metode Pelatihan


Tergantung pada tujuan, kelompok sasaran, dan situasi spesifik.

Gunting menjadi potongan terpisah:

KESADARAN PETANI

PENGETAHUAN FASILITATOR LAPANGAN

KETERAMPILAN PEMERINTAH

SIKAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KOMPLEKSITAS ISI TOPIK KONTROVERSIAL

RUANG KECIL LEBIH DARI 30 PESERTA

WAKTU HANYA 1 JAM PELATIH TIDAK BERPENGALAMAN

KULIAH ENERGIZERS

152
DEMONSTRASI KUNJUNGAN LAPANGAN

KELOMPOK DISKUSI KECIL LATIHAN INDIVIDUAL

KELOMPOK DISKUSI BESAR KUIS

STUDI KASUS BERCERITA

SIMULASI
PAMERAN

CURAH PENDAPAT PENGAMATAN

PERMAINAN PERAN UMPAN BALIK PERSONAL

PENUGASAN/LATIHAN MENGGAMBAR

BOLA SALJU VIDEO

Bahan Bacaan
Pemilihan Metofe Pelatihan

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 153


PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan kekurangan dari media yang dipilih
Mengidentifikasi lima hal yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan dalam
menggunakan media yang dipilih.

Bahan
Contoh penggunaan media yang tepat dan kurang/tidak tepat dalam konteks pelatihan
atau non pelatihan (dapat berupa rekaman audo visual, disiapkan support team), flip chart

Waktu
240 menit (dibagi dalam 2 sesi)

Proses
1. Pelatih memperkenalkan tujuan dan prosedur sesi ini.
2. Lalu, perkenalkan latihan snowballing. Minta peserta untuk berpasangan dan mendaftar
kelebihan dan kekurangan penggunaan satu media yang dipilih. Pada akhirnya
kelompok-kelompok tersebut akan bergabung bersama sehingga pada akhirnya ada
satu daftar akhir tentang kelebihan dan kekurangan.
3. Periksa daftar tersebut bersama peserta dan tambahlah jika diperlukan.
4. Minta peserta untuk berefleksi mengenai pengalaman mereka menggunakan medium
tertentu tersebut atau refleksikan bagaimana orang lain telah menggunakannya. Mulai
putaran pertama snowballing, kali ini mengenai hal yang harus dan jangan dilakukan
dalam menggunakan medium yang sama, tetapi sekarang berakhir dengan dua
kelompok.
5. Pajanglah kedua daftar tersebut dan carilah kesamaan dan perbedaannya.
6. Tambahkan hal yang harus dan jangan dari Anda sendiri jika perlu.
7. Akhiri dengan daftar final hal yang harus dan jangan.

Catatan untuk pelatih


Sesi ini bisa digunakan untuk setiap medium pelatihan. Media yang paling
umum adalah flip chart dan transparansi. Oleh karena itu lebih baik untuk
menanyai peserta tentang media mana yang ingin mereka pelajari lebih lanjut
dan adaptasikan sesi dan materi bacaan untuk media tertentu tersebut
Untuk lebih kreatif, pelatih dapat menggunakan alternatif proses di bawah
ini untuk menggantikan proses di atas.

154
Alternati Proses:

1. Alternatif A. Bagilah kelompok menjadi dua. Dengan menggunakan permainan peran, satu
kelompok harus menampilkan satu contoh yang salah dari medium pelatihan dan yang lain
harus menampilkan satu contoh yang baik. Peserta yang lain menulis sebanyak mungkin
aspek baik dan buruk dari kedua permainan sepanjang yang bisa mereka pikirkan.
2. Alternatif B. Bagilah kelompok menjadi sebanyak media yang ingin Anda bicarakan. Minta
setiap kelompok untuk melakukan latihan pemetaan pikiran.
3. Alternatif C. Organisasikan suatu perlombaan untuk membuat tranparansi yang paling
kreatifdan jelas mengenai topik yang sama, satu kelompok menggunakan komputer dan
yang lain menggunakan tangan. Ide dari latihan ini adalah untuk menunjukkan bahwa
transparansi yang dibuat dengan peralatan teknologi tinggi, hasilnya juga bisa sebaik atau
sama dengan yang dibuat dengan tangan.
4. Alternatif D. Minta setiap orang untuk menuliskan masalah apa pun yang mereka hadapi
ketika menggunakan media tertentu, pada kartu-kartu yang berbeda. Letakkan semua kartu
dalam satu kotak dan minta tiap peserta mengambil satu dan berusaha memberikan saran
bagaimana cara menangani maslah tersebut (kelompok bisa menambahkan saran ini bila
perlu).

Bahan Bacaan
Penilaian Ingatan dalam Pembelajaran Visual

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 155


BAHAN BACAAN POKOK MODUL IV

PEMILIHAN METODE PELATIHAN

Tidak ada cetak biru untuk memilih metode pelatihan.


Tidak ada petunjuk yang jelas dalam menentukan metode pelatihan. Memilih metode yang akan
digunakan adalah proses kreatif dan analitis yang harus mempertimbangkan berbagai masalah. Setiap
pelatih memiliki metode personal yang digemarinya, tergantung pada minat, gaya dan pengalaman
personal. Bagaimanapun kita, sebagai pelatih, harus mencoba memilih satu metode pelatihan yang
tepat tidak hanya berdasarkan minat sendiri tetapi terutama dari sudut pandang peserta.
Berikut ini beberapa petunjuk yang bisa Anda gunakan ketika memilih satu metode.
Kebutuhan terhadap berbagai metode pelatihan.
Orang memiliki gaya pembelajaran mereka sendiri. Beberapa orang cenderung untuk menyimak
dan menganalisis, yang lain lebih menyukai pengamatan atau pengalaman dan praktek.
Untuk mendukung semua perbedaan cara pembelajaran gaya tersebut, sebagai pelatih harus
menggunakan berbagai metode pelatihan.
Petunjuk untuk memilih metode pelatihan
Pertimbangkan hal berikut ini dalam memilih metode pelatihan:
Apakah tujuan pembelajaran?
Tujuan pembelajaran bisa berhubungan dengan peningkatan kesadaran, pemahaman,
penguasaan keterampilan, perubahan sikap.
Perubahan sikap adalah tantangan untuk pelatih, mereka berubah sangat lambat dan agak tidak
pasti. Perubahan sikap lebih banyak muncul dari bagaimana sesuatu dilakukan daripada apa
yang dikatakan. Perubahan sikap kebanyakan cenderung muncul dalam interaksi kelompok
dengan anggotanya.
Berapa banyak pengalaman yang dimiliki peserta yang berhubungan dengan topiknya?
Jika mereka memiliki pengalaman, maka Anda harus mempertimbangkannya, dan memberi
mereka kesempatan untuk mengingat dan berbagi. Kita bisa menggunakan studi kasus,
permainan peran, simulasi, curah pendapat dan lain-lain. sebagai cara untuk berbagi
pengalaman.
Bagaimanakah profil peserta?
Berapa umur, seks, latar belakang pendidikan dan sosial mereka? Bagaimana mereka biasa
belajar? Apakah mereka pernah mengikuti program pelatihan ebelumnya?
Bagaimana pengalaman Anda sendiri?
Apakah kekuatan dan kelemahan Anda? Sebagai seorang pelatih, Anda harus merasa nyaman
menggunakan metode pelatihan.
Seperti apakah situasi praktisnya?
Anda harus memeriksa, ketersediaan waktu, bahan-bahan, sumber daya, fasilitas, dan tempat.
156
Metode Pelatihan Berdasarkan Tipe Penggunaan
Ringkasan berikut ini akan memberi Anda beberapa petunjuk tentang berbagai tipe penerapan
sejumlah metode pelatihan.
METODE PELATIHAN PENERAPAN
KULIAH Memindahkan pengetahuan dari pelatih kepada peserta
Jumlah peserta yang banyak
Memperkenalkan topik dan teori yang baru dan kompleks
Memperkenalkan modul-modul dan tujuan pelatihan
DISKUSI TERSTRUKTUR Mempertukarkan opini-opini dan ide-ide
Pemecahan masalah, Perencanaan
Strategi perumusan
Masalah-masalah kontroversial
DISKUSI KELOMPOK Berbagi pengalaman
KECIL Mempertukarkan ide-ide dan opini-opini
Pemecahan masalah, Perencanaan
CURAH PENDAPAT Mengumpulkan ide-ide, pengalaman-pengalaman masa lalu
Pemecahan masalah
Berpikir kreatif/inovatif
Menyediakan waktu jeda yang menyegarkan dan membentuk
minat kelompok
STUDI KASUS Pemecahan masalah
Pengambilan keputusan
Analisis situasi kompleks
DEMONSTRASI Pembelajaran satu keterampilan
Operasi perangkat lunak, mesin-mesin dan instrumen
KUNJUNGAN Mengaitkan teori dengan praktek
LAPANGAN Mempraktekkan keterampilan
Pengamatan dan refleksi
PERMAINAN PERAN Pelatihan untuk menghadapi situasi yang saling bertentangan
dan menegangkan
Mengajar keterampilan interpersonal, keterampilan komunikasi
dan negosiasi
Membawa dimensi kemanusiaan dari suatu studi kasus
Memperkuat pola perilaku empatis
PERMAINAN (GAMES) Masalah pengelolaan, Pengambilan keputusan
Pembangunan tim
SIMULASI Konsep pengelolaan, Pengambilan keputusan
Pembangunan Tim
Perencanaan jangka pendek dan panjang
ICE BREAKERS Saling mengenal
Mendorong interaksi
ENERGIZERS Membangkitkan semangat, membangunkan peserta yang
mengantuk dan bosan
Merangsang berpikir kreatif, memecah kebuntuan berpikir
Menantang asumsi dasar
Melengkapi konsep baru
Pembentukan kelompok, Pembangunan tim
Bergembira

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 157


PENILAIAN INGATAN DALAM PEMBELAJARAN VISUAL

Dikarenakan ingatan jangka pendek hilang dalam beberapa detik, presenter, pendidik, dan pelatih
harus menemukan cara untuk mengatur informasi agar muncul dalam ingatan jangka panjang.
Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan alat bantu visual.
Alat bantu visual memainkan peranan penting dalam membantu peserta mempertahankan
informasi.
Peneliti Edgar Dale mengembangkan apa yang sekarang dikenal sebagai Pengalaman
Dale Cone Dales Cone of Experience (Walters, 1993). Penelitiannya menyimpulkan bahwa
orang akan mengingat:
20% dari apa yang mereka dengar
30% dari apa yang mereka lihat
50% dari apa yang mereka lihat dan dengar
80% dari apa yang mereka dengar, lihat, dan lakukan.

A. Mengapa Menggunakan Alat Bantu Visual?


Tujuan utama dari alat bantu visual adalah untuk mempertinggi nilai pelatihan, dan
meningkatkan ingatan. Kata kuncinya adalah alat bantu. Tampilan visual tidak dapat
menggantikan posisi dari kata-kata yang dikatakan.
Untuk Menangkap Perhatian
Tampilan visual membantu menangkap dan menjaga perhatian peserta. Alat bantu visual
dapat sangat sederhana dan sedikit banyak kuno, atau dapat cerdik dan dramatis. Semuanya
tergantung pada pilihan pribadi, biaya, ketersediaan sumber, jenis presentasi, besar ruangan
dan pengaturannya, peserta, dan tujuannya.
Untuk Menekankan Hal-Hal Tertentu
Tampilan visual dapat juga dibuat untuk menekankan hal-hal tertentu. Dengan kata kunci
atau grafik, pesan dapat disampaikan secara visual dan verbal. Seperti yang telah dikemukakan
di depan, cara seperti ini dapat membuat pesan yang tersimpan meningkat dari 20% menjadi
50%.
Untuk Mengorganisasikan Informasi
Alat bantu visual membantu pelatih untuk mengorganisasikan materinya. Ingatlah,
bagaimanapun, alat bantu visual tidak mengatur sesi pelatihan. Pelatih sebaiknya siap dengan
membangun pelatihan dan materi pelatihan, dan alat bantu visual ditempatkan sebagai stategi
untuk membuat kerangka yang meningkatkan nilai pelatihan.
Sebagai sebuah alat untuk mengorganisir, tampilan visual juga suatu cara bagi pelatih untuk
memandu peserta. Jika pelatih menggunakan tampilan visual untuk mempresentasikan hal
tertentu, peserta akan lebih mungkin untuk mengikuti jalannya pelatihan. Sebagai hasilnya,
pelatih tampak lebih profesional, lebih siap, dan akan meningkatkan kompetensinya juga.

158
Untuk Meningkatkan Pemahaman
Penggunaan alat bantu visual dapat meningkatkan pemahaman. Mereka dapat mengilustrasikan
apa yang dikatakan melalui grafik, tabel, gambar atau kata kunci. Hal ini bernilai jika pelatih
menjelaskan konsep atau sesuatu yang sulit dipahami. Anda dapat menyederhanakan
informasi tersebut dengan menyaring hal tersebut menjadi lebih mudah dimengerti. Sebagai
contoh, pelatih ingin menyajikan sebuah presentasi yang berisi banyak sekali gambar atau
statistik. Informasi ini akan lebih menarik dan bermakna, jika dipresentasikan dengan tabel
dan chart, daripada dalam baris-baris dan kolom-kolom angka.
Untuk Mendukung Pesan Yang Disampaikan
Alat bantu visual mendukung pesan dengan merangsang kepekaan peserta. Kemudahan
untuk menggunakan perangkat komputer yang memiliki hubungan memungkinkan pelatih
untuk menyampaikan pesan dengan warna-warna yang menarik, gambar, isyarat, dan suara.
Untuk Menekankan Poin Kunci
Walaupun berbagai macam tehnik verbal dapat digunakan untuk menekankan poin kunci,
banyak peserta tidak dapat mencapai apa yang ditekankan oleh pelatih. Sebagai contoh,
pelatih dapat berkata seperti, Poin penting pertama adalah... atau Saya tidak cukup
menekankan pentingnya ... atau Sekarang setelah kita mengetahui penyebabnya, mari lihat
akibatnya. Ingatlah bahwa sebagian besar orang bukan pendengar yang baik dan banyak
orang memproses informasi dengan gaya yang berbeda-beda, meletakkan poin kunci pada
tampilan visual akan membantu memberi penekanan jika pelatih menginginkan hal tersebut.
Tidak akan ada keraguan mengenai informasi penting yang ditampilkan secara visual.

B. Panduan Menggunakan Alat Bantu Visual


Alat bantu visual yang biasanya digunakan adalah tampilan slide PowerPoint. Komputer pada
umumnya memiliki tampilan slide untuk transparansi dengan tampilan 35 mm. Perlengkapan
yang dibutuhkan adalah sebuah komputer dan sebuah proyektor LCD. Fleksibilitas media ini
memungkinkan anda untuk memodifikasi informasi pada saat itu juga untuk merefleksikan
perkembangan berita terakhir atau masukan dari peserta. Sayangnya, dengan kemampuan ini
pelatih sering terlalu bergantung pada media ini dan menjadi lebih pasif dalam menyampaikan
pelatihan.
Alat bantu visual lainnya adalah flip-chart dan transparansi (sebagaimana yang telah
dijelaskan di bagian depan materi ini). Tanpa melihat alat bantu visual yang anda gunakan,
petunjuk berikut akan membantu anda untuk menciptakan tampilan visual sehingga dapat
mendapatkan hasil yang anda inginkan.
1. Batasi Penggunaannya
Pertama-tama, jangan menggunakan terlalu banyak tampilan visual. Dapat dikatakan
bahwa satu layar, slide, atau transparansi bukan apa-apa dalam pelatihan jika dibandingkan
dengan yang lainnya. Ingatlah bahwa tampilan visual adalah alat bantu, bukan inti dari
presentasi.

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 159


2. Buatlah Sederhana
Tidak ada yang lebih mengganggu selain melihat tampilan atau transparansi yang
dibuat dalam satu halaman yang dipenuhi dengan teks tanpa garis batasan informasi.
Cantumkan hanya satu ide untuk setiap tampilan dan jangan lebih dari satu ilustrasi.
Sebaiknya hanya ada enam atau tujuh kata per garis dan enam atau tujuh baris untuk tiap
tampilan. Jika anda memiliki banyak data yang harus ditampilkan, bagilah hal tersebut
menjadi beberapa tampilan. Beberapa pelatih yang memiliki banyak sekali ketersediaan
pilihan bahkan juga perangkat lunak komputer yang memadai cenderung keluar jalur
dikarenakan terlalu banyak membuat, seperti menambahkan animasi dan efek suara,
kedua hal ini akan mengganggu. Ingatlah bahwa semakin sedikit maka akan semakin
efektif.
3. Buatlah Untuk Mudah Dibaca
Setiap tampilan seharusnya tampak jelas bagi penonton. Gunakan jenis huruf yang tidak
lebih kecil dari dua puluh empat dan ukuran yang lebih besar untuk judul. Gunakan jenis
huruf sans serif seperti Arial atau Helvetica. Gunakan juga kombinasi huruf besar dan
huruf kecil.
4. Gunakan Warna
Penggunaan warna akan lebih efektif dibandingkan warna hitam dan putih untuk beberapa
alasan. Pertama, hal tersebut dapat memberikan dampak kognitif yang baik. Orang-
orang mudah mengingat warna. Sebagai hasilnya, sebuah tampilan warna yang lebih
menarik, lebih berdampak, dan membuat kesan yang lebih besar. Dengan ketersediaan
alat cetak warna dan teknologi lainnya, menggunakan warna menjadi sangat mudah.
Pertimbangan penting lainnya adalah peserta mengharapkan adanya warna. Mengapa
film hitam-putih berubah menjadi berwarna? Hal ini dikarenakan orang-orang telah
meninggalkan hitam dan putih.

C. Menggunakan Alat Bantu Visual

Digunakan
Alat Bantu Keuntungan Kekurangan
Saat
Papan Tulis Spontan Lambat Pertemuan
Kapur Mudah digunakan Sementara informal, kecil
Murah Kemungkinan terbaca kecil Membangun
Dapat dihapus Terbatas dengan kapur ide-ide secara
Perhatian-Lebih bisa didapatkan Membelakangi penonton spontan
Memecah ceramah yang Berasosiasi dengan hari-hari Sesi bertukar
membosakan di sekolah pikiran
Berantakan

160
Flip-chart Spontan Keterikatan Kelompok kecil
Membantu persiapan Ukurannya besar sekali Ceramah secara
Tampak berbeda Terbatas untuk menulis spontan
Permanen Tidak fleksibel dalam ukuran Bertukar pikiran
Mudah untuk digunakan atau rangkaian Daftar, langkah-
Dapat dibawa-bawa Mahal jika disiapkan secara langkah
Memudahkan anda saat profesional prosedural
menjelaskan serangkaian ide Pelatih cenderung
Murah menuliskan dalam ukuran
Berwarna (tergantung pada kecil untuk menempatkan
warna yang dijual di pasar) semua ide pada satu halaman
Kertas mudah sobek
Tampilan Berkualitas Tinggi Ruangan gelap Program yang
Power-Point Fotografis Dapat tampak seperti berulang dimana
Sangat mudah dibawa dikandang detail fotografis
Mudah untuk digunakan Tampilan menjadi pusat dan profesional
Dapat disesuaikan dengan perhatian, bukan pembicara tampak penting
setiap ukuran kelompok
Dengan remote control, pelatih
dapat berpindah-pindah
Overhead Cepat, mudah menyiapkan Proyektor dapat menghalangi Presentasi
Projector transparansi (banyak pandangan kecuali jika keuangan dan
(OHP) salinannya) ditempatkan secara hati-hati tehnik
Lampu hidup Kurang mudah dibawa 35 Presentasi
Pembicara berhadapan dengan mm kelompok
penonton Persiapan transparansi sangat penjualan
Semua ukuran kelompok sederhana sehingga orang Seminar,
Secara langsung atau disiapkan cenderung menggunakan hal pelatihan dimana
terlebih dahulu ini jika terlalu sibuk pembicara ingin
Sangat fleksibel Kecenderungan untuk membangun
Kualitasnya dapat dipilih digunakan berlebihan pendekatan
Murah Fokus Overhead Projector
Tepat untuk menjelaskan kadangkala sulit diatur
ilustrasi
Mudah diperbarui
Video Profesional Ruangan gelap Pendukung
Generator diskusi yang bagus Mahal untuk program
Segera mendapatkan umpan Digunakan sebagai pelatihan
balik pengganti untuk pelajaran Tampilan umpan
Semua ukuran kelompok atau presentasi balik terhadap
Efektif untuk menunjukkan performansi
agar tidak melakukan sesuatu peserta
Sangat efektif untuk pelatihan Menciptakan
yang berpusat pada pembelajar suasana atau
Melihat dan mendengar perasaan seperti
digunakan dalam pembelajaran pembukaan
Ahli yang ditampilkan dapat presentasi
menguatkan apa yang dikatakan pembicara.
pelatih

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 161


Gunakan warna-warna yang kuat sebagai latar belakang. Medium biru bagus sebagai
latar belakang dengan teks yang berwarna putih, kuning cerah, atau merah muda. Jangan
gunakan merah tua, hijau tua atau biru tua. Warna-warna tersebut tidak memproyeksikan
dengan baik.
Ingatlah, bagaimanapun, banyak orang yang buta warna. Sekitar 20 persen manusia
tidak dapat membedakan spektrum warna, karenanya objek atau teks yang berwarna
ditampilkan dengan warna yang teduh seperti abu-abu, hitam, dan putih, variasikan hanya
dengan mengatur tingkat keterangan atau kegelapannya. Semakin anda dapat menciptakan
pembedaan di antara warna-warna, semakin mudah bagi orang yang buta warna untuk
melihat.
Gunakan itu, kemudian hilangkan itu
Karena tampilan visual adalah sebuah alat bantu, maka ini dapat dilihat hanya saat hal
tersebut relevan dengan apa tujuan pembuatannya. Saat Anda selesai dengan tampilan
Anda, tekan tombol B pada komputer Anda untuk pindah ke halaman yang kosong. (Jika
Anda menggunakan remote, hal ini memungkinkan untuk menciptakan layar kosong dengan
baik) Jika tidak, peserta akan terus terfokus pada alat bantu visual dan akan memberikan
sedikit atau tidak sama sekali perhatian pada apa yang Anda katakan. Orang-orang mudah
dikacaukan, maka jangan berikan mereka sesuatu yang dapat mengalihkan mereka dari pesan
penting yang Anda sampaikan.
Lakukan Sebuah Latihan
Tampilan yang terlihat baik pada komputer Anda dapat terlihat tidak sebaik itu saat di
proyeksikan. Uji tampilan presentasi Anda dalam ruangan yang agak gelap dengan proyektor
yang akan Anda gunakan pada ruangan yang sebenarnya. Apa yang Anda lihat pada layar
komputer anda tidak seperti apa yang akan Anda lihat dalam ruangan yang agak gelap,
sebagai contoh, warna-warna yang ada bisa saja pudar.

D. Alat Bantu Visual Lainnya Yang Biasanya Digunakan

1. Flip-Chart Pad dan Kuda-kuda


Flip-chart ini memiliki dua penggunaan yang berbeda: (1) halaman yang telah disiapkan
(2) halaman kosong untuk menangkap informasi yang didapatkan secara spontan selama
sesi berlangsung. Mari mulai dengan halaman yang telah disiapkan.
Petunjuk untuk menggunakan flip-chart. Halaman yang telah disiapkan digunakan
sama seperti tampilan atau transparansi, tetapi mereka cenderung mengkomunikasikan
pendekatan atau suasana yang tidak formal. Kelebihan dari halaman yang telah disiapkan
adalah anda memiliki cukup waktu untuk memastikan apakah cetakan yang anda buat
rapi dan dapat dibaca. Hal ini penting jika anda memiliki masalah dalam menulis sehingga
dapat terbaca. Kelebihan lain waktu anda yang berharga selama sesi tidak terhabiskan
di kuda-kuda; anda dapat menunjukkan informasi dengan cepat dan seterusnya. Bentuk
lain dari alat bantu visual, halaman yang ganda sebagai catatan bagi presenter.

162
Halaman kosong digunakan untuk menampilkan atau menangkap informasi yang
ada selama sesi, pertimbangkanlah apa yang penting dan yang tidak untuk dilakukan.
Pertama, jika anda meminta masukan dari peserta dan Anda menangkap respon mereka,
tuliskan dengan tepat apa yang mereka katakan. Jangan menerjemahkan informasi
tersebut kedalam bahasa Anda sendiri.
Bagaimana jika orang yang memberikan respon mengalami kesulitan saat
menyampaikan responnya secara singkat dan jelas? Dua pendekatan yang berbeda dapat
digunakan: (1) Setelah mendengarkan dengan seksama terhadap respon orang tersebut,
minta orang tersebut untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan dalam beberapa kata
sehingga Anda dapat mencantumkannya dalam flip-chart atau (2) jika orang tersebut tidak
memungkinkan untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan, para frase-kan apa yang
Anda dengar dan mintalah ijin untuk menuliskan interpretasi Anda. Dalam sesi satu
hari penuh atau setengah hari, ide yang baik untuk melepaskan halaman tersebut dan
mengikatkan mereka pada dinding. Sebelum melakukan hal tersebut, bagaimanapun,
berikan penjelasan singkat judul pada bagian atas setiap lembar yang ada. Untuk
menghemat waktu, potong satu inci pita penutup menjadi dua atau tiga inci potongan
sebelum sesi dimulai. Hal ini memungkinkan anda untuk menampilkan lembar-lembar
tersebut dengan cepat.
Tergantung pada dinding yang akan ditutupi, anda sebaiknya menggunakan
paku payung (push pins). Jika anda tidak diijinkan untuk menggunakan pita atau peniti,
alternatif yang aman adalah dengan menggunakan magnetbantalan kuda-kuda
yang terlepas dapat digunakan untuk melekatkan pada permukaan dinding dan dapat
ditempatkan kembali pada dinding. Lembar ini dapat dihapus dan digunakan kembali
selama anda menggunakan pena yang dapat dihapus. Jangan menulis pada lembar setelah
hal tersebut ditampilkan, banyak pena yang memiliki kemungkinan membanjiri! Pastikan
menggunakan tinta yang dapat dicuci untuk kasus ini.

Petunjuk Untuk Menulis Pada Flip-Chart. Metode apapun yang anda pilih, petunjuk
berikut ini akan membantu anda untuk menciptakan gambaran diri anda yang lebih
cemerlang dan profesional kepada peserta:
Gunakan flip-chart dalam kelompok yang relatif kecil atau tidak lebih dari dua puluh
lima atau tiga puluh peserta.
Cetaklah dengan menggunakan huruf balok yang tingginya dua atau tiga inci
sehingga setiap orang di dalam ruangan dapat melihat informasi tersebut.
Jangan meletakkan lebih dari enam baris informasi pada sebuah halaman.
Jangan memenuhi halaman pada bagian bawah. Orang-orang akan duduk; penglihatan
vertikal mereka akan terbatasi.
Jangan berbicara dengan menghadap kuda-kuda saat anda menulis.
Tunggu setidaknya dua puluh sampai tiga puluh detik setelah anda selesai menulis.
Sekali lagi, berikan orang-orang kesempatan untuk menangkap informasi yang
diberikan.

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 163


Pertimbangkan untuk menggunakan dua atau lebih kuda-kuda di bagian depan ruang
untuk melanjutkan, ide-ide yang mengalir tanpa bisa disela atau jika anda tidak dapat
menampilkan halaman tersebut di dinding.
Jika memungkinkan, pilih bantalan kuda-kuda dengan kertas yang berwarna
putih dengan melubangi bagian atas lembaran agar mudah untuk disobek. Jangan
menggunakan kertas flip-chart yang berwarna gelap; hal tersebut membuat Anda
kelihatan tidak profesional.
Gunakan pena warna yang lebar sehingga tidak membanjiri kertas.
Tinggalkan kertas kosong di sisi Anda, penting sekali untuk anda menyiapkan
beberapa halaman sebelum waktu yang ditetapkan. Kecuali jika kertas tersebut
buram, menulis pada halaman ini dibawah halaman yang kosong akan menunjukkan
hal ini.
Perhatikan dampak dari warna. Gunakan biru, hijau, cokelat, dan hitam untuk
menambahkan variasi dan ketertarikan. Simpan warna merah untuk menekankan.
Juga, jangan menggunkan warna merah dan hijau pada halaman yang sama. Seseorang
yang mengalami buta warna tidak akan dapat membedakan kedua warna ini.
Gunakan warna yang berbeda untuk membuat garis sehingga menjadi lebih mudah
untuk dibaca.
Gunakan warna secara sistematis: satu warna untuk halaman atas, satu untuk poin
utama, yang lainnya untuk sub poin.
Jika anda tidak menulis, letakkan pena anda.
2. Overhead Projector (OHP) dan Transparansi
Transparansi baik digunakan untuk ukuran penonton yang sedang dan kecil. Mereka
mudah untuk dibuat dan digunakan, tetapi sama seperti alat bantu visual lainnya, mereka
dapat disalahgunakan.
Menyiapkan Transparansi. Terdapat beberapa cara untuk membuat transparansi-
sebuah metode untuk setiap buku saku. Dengan harga yang murah, anda dapat membeli
sebuah kotak transparansi dan menuliskan dengan pena berwarna yang tepat pada
acetate.
Sebagai langkah awal, belilah sekotak transparansi yang jelas atau berwarna
yang dibuat khusus untuk printer laser atau mesin fotocopy. Jika menggunakan laser printer,
hasilkan teks dari komputer anda, kirimlah transparansi anda kedalam printer anda. Jika
anda memiliki meteri yang telah anda cetak dan ingin memindahkan kedalam transparansi,
pindahkan transparansi kedalam kertas yang kemudian anda copy.
Beberapa orang lebih suka memilih kertas yang berwarna. Dalam kasus seperti
ini, anda membutuhkan printer berwarna untuk komputer anda agar menghasilkan
dokumen tersebut.
Petunjuk Untuk Menggunakan Transparansi. Sebagai tambahan kepada petunjuk
dasar untuk semua alat bantu visual dalam hal tipe ukuran, kemudahan, dan penggunaan
warna, transparansi menampilkan beberapa kelebihan unik sebagai pertimbangan penting.

164
Kreativitas. Transparansi memberikan kreativitas dengan menggunakan sedikit imajinasi.
Sebagai tambahan untuk tipe yang berbeda dari film sebelumnya, anda dapat menciptakan
sebuah transparansi yang aktif untuk menghasilkan dampak yang berlapis. Sebagai
contoh, Anda dapat menciptakan sebuah transparansi dengan kata-kata kunci dan
kemudian potong film menjadi beberapa bagian sehingga Anda bisa mendapatkan
beberapa transparansi mini. Kemudian Anda dapat menciptakan efek menggantung
dengan meletakkan setiap kata pada proyektor seperti yang Anda umumkan atau
tunjukkan.
Membingkai. Keahlian dari transparansi adalah membingkai. Membingkai suatu
transparansi tidak mementingkan keterangan, kekakuan, buatlah hal tersebut mudah
untuk ditangani dan tampilkan tutur kata yang baik. Sekali lagi, pilihan ini, tergantung
pada biaya dan kesukaan pribadi. Salah satu cara adalah dengan membeli sekotak bingkai
karton dimana anda menempeli transparansi dengan pita transparan.
Pilihan lainnya untuk membeli Instaframe, bingkai plastik dengan disisipkan kaca.
Letakkan bingkai tersebut pada overhead proyektor (OHP) dan letakkan transparansi individu
diatasnya dan ambillah seperti saat Anda menggunakannya. Hal ini memungkinkan anda
untuk menyimpan transparansi Anda apapun yang Anda pilih dalam sebuah kotak,
map, buku catatan, amplop tanpa membeli bingkai lainnya.
Pilihan bingkai yang ketiga adalah untuk membeli dari perusahaan 3M Company
FlipFrame, sebuah bingkai transparansi yang dapat anda gunakan dengan menyisipkan
transparansi. Bingkai ini dapat digantungkan tertutup dengan bentuk terbalik sepanjang
bingkai transparansi dan menyediakan ruang untuk catatan sehingga semua orang tidak
dapat melihat. FlipFrame memiliki lubang di sepanjang tepi kirinya sehingga anda dapat
meletakkanya dalam map buku agar dapat terorganisir dan terlindungi.
Kontrol. Kita tidak menginginkan dalam sesi overhead projector yang digunankan mengalami
gangguan dikarenakan pelatih tidak mengontrol alat ini sebelum digunakan. Sebagai
contoh, peserta seharusnya tidak pernah melihat layar yang kosong dengan lampu yang
menyala. Letakkan transparansi pada bagian dasar dan hidupkan proyektor. Matikan
proyektor sebelum anda mengganti transparansi.
Beberapa orang percaya bahwa proses menghidupkan dan mematikan layar
untuk transparansi yang banyak akan mengganggu peserta dan pelatih. Ada cara untuk
mengatasi gangguan dan ketidaknyamanan ini. Potonglah secarik kertas yang berat
berbentuk persegi atau karton sesuai dengan ukuran lensa pada lubang bidik; sertakan
juga dengan pita perekat diatas bagian luar lensa. Sebagai ganti mematikan proyektor
diantara pergantian transparansi, anda dapat dengan mudah menurunkan penutup
tersebut, menciptakan layar yang hitam. (Catatan: mematikan dan menghidupkan
proyektor dengan lebih cepat seringkali lebih mengacaukan).
Persamaannya, anda dapat meletakkan selembar kertas atau karton diatas dasar
proyektor untuk menutupi cahayanya. Sebuah remote dapat dibeli dari sebuah toko
elektronik sehingga memungkinkan proyektor dihidupkan dan dimatikan dari jarak
beberapa kaki. Hal ini sangat efektif saat anda akan berbicara yang panjang sebelum anda
menunjukkan transparansi selanjutnya atau jika anda berpindah bersama penonton dan
Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 165
tidak ingin memecahkan suasana dengan kembali ke depan ruangan untuk mematikan
protektor.
Aspek lain dari kontrol termasuk cara anda menggunkan overhead projector. Tujuan
dari overhead projector adalah untuk membantu anda menunjukkan tampilan visual selagi
anda berinteraksi dengan peserta. Anda dapat menarik perhatian pada hal-hal khusus di
transparansi tanpa membelakangi penonton.
Perhatian kelompok dapat diarahkan dalam beberapa cara dengan menggunakan
transparansi. Salah satu cara adalah dengan menutupi transparansi dengan selembar
kertas; seperti saat anda membuat poin-poin, jangan tutupi setiap kata atau garis pada
transparansi. Dengan cara ini peserta akan membaca hanya apa yang inginkan mereka baca
dan kapan mereka membaca. Cara lain adalah dengan menggunakan tongkat penunjuk
atau pena untuk mengarahkan perhatian peserta pada kata kunci di transparansi. Banyak
standar atau cara menarik masuk pointer, tetapi anda dapat membuat hal tersebut lebih
menarik dengan membeli tongkat penunjuk khusus, seperti salah satunya dijual oleh
Creative Pelatihan Techniques atau yang tersedia di toko baru.
Tetap ada metode untuk mengarahkan perhatian pada informasi-informasi
khusus pada transparansi yaitu dengan menggunakan pena transparansi untuk membuat
garis atau melingkari poin kunci. Satu kata atau saran: jangan pernah melakukan hal
tersebut di atas layar! Lengan anda akan membuat sebuah bayangan pada layar, yang
tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghalangi pandangan penuh ke layar. Alasan
lain untuk tidak membuat poin diatas layar adalah karena hal itu menyebabkan anda
membelakangi kelompok, ambil manfaat dari mengelola kontak langsung dengan
kelompok. Alasan terakhir untuk tidak membuat poin diatas layar adalah menghindari
kerusakan layar dengan tongkat penunjuk anda.
Saran kecil terakhir mengenai penggunaan suatu overhead projector untuk
memantulkan cahaya dekat dengan layar untuk membuat ketajaman kontras dan
membuat penonton lebih mudah untuk melihat.

3. Video dan Video Klip


Video klip dapat digunakan dalam banyak cara sama seperti demonstrasi atau naskah
bermain peran. Seperti media dan metode lain, anda memiliki beberapa pilihan.
Gunakan bagian kecil dari sebuah film atau siaran televisi untuk mengilustrasikan tujuan.
Hal ini sangat efektif, tetapi pastikan anda telah mendapatkan ijin. Hukum untuk hak
cipta janganlah Anda langgar. Bagaimanapun, terdapat perpustakaan hak cipta-video
klip bebas untuk digunakan dalam presentasi. Juga, klip berita dan acara lainnya yang
tergambar dalam film biasanya ada pada daerah publik.
Salah satu cara mengatasi biaya dan perjanjian tidak menyenangkan dengan
materi hak cipta adalah dengan membuat sendiri video klip anda. Kualitasnya tergantung
pada seberapa besar uang yang rela atau mungkin untuk anda keluarkan. Gunakan video
kamera atau bayarlah videogarpher profesional untuk membantu memproduksi video,
ingatlah bahwa biaya terbesar adalah pada proses mengedit.

166
Anda dapat menuliskan sendiri naskah anda dan menggunakan teman anda,
rekan kerja anda, atau siswa sekolah acting dari sekolah atau universitas lokal untuk
mengilustrasikan tujuan, kemampuan, atau konsep dalam sketsa yang pendek. Ini adalah
kesempatan yang baik bagi aktor yang berobsesi dan belum berpengalaman untuk
menggali pengalaman dan penampilan.

Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 167


168
MODUL V

MENYAMPAIKAN PELATIHAN

Karakteristik Pelatih Dan Gaya Pelatihan


Membangun Hubungan/Interaksi
Memperkenalkan Ketrampilan Fasilitasi
Praktek Kemampuan Menyimak
Praktek Pengamatan
Praktek Bertanya
Memberikan dan Menerima Umpan Balik
Praktek Parafrase
Praktek Menguji
Praktek Dialog
Komunikasi Non Verbal
Mengatur Perilaku yang Sulit
Praktek Fasilitasi
Menilai Keterampilan Fasilitasi
KARAKTERISTIK PELATIH DAN GAYA PELATIHAN

Tujuan
Pada bagian ini, peserta dapat:
Mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya
Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas gaya pelatihan
Membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar (learner-centered) dan
pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)

Bahan
Lembar latihan (ada 4 latihan).

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.
Khusus untuk latihan-3, peserta berpasangan (dengan anggota dalam kelompok
tersebut).
2. Peserta mengerjakan terlebih dahulu semua latihan (ada 4 latihan). Pelatih memandu
latihan tersebut. Jika pindah ke latihan berikutnya, pastikan semua peserta sudah siap
untuk itu.
3. Oleh setiap peserta, hasil latihan dishare di dalam kelompoknya.
4. Pelatih membantu melakukan penstrukturan pengalaman berdasarkan pengalaman
peserta yang dikaitkan dengan bahan bacaan.

Lembar Kerja
Latihan-1:

Karakteristik dan Kompetensi Pelatih

Ingat kembali pengalaman pembelajaran Anda yang terbaik dan terburuk sepanjang hidup
Anda (sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, organisasi-organisasi, lingkungan
kerja). Untuk setiap pengalaman, jelaskan dengan singkat garis besarnya dan daftarlah faktor-
faktor apa saja yang membuat pengalaman tersebut baik atau buruk.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 171


Deskripsi pengalaman yang baik:

Faktor-faktor yang membuat hal tersebut baik:

Deskripsi pengalaman yang buruk:

Faktor-faktor yang membuat hal tersebut buruk:

Bayangkan bagaimana perasaan dan reaksi Anda untuk pengalaman yang baik maupun
yang buruk. Seberapa efektif pengalaman pembelajaran tersebut? Seberapa jauh kontribusi
pelatihan atau pengalaman pembelajaran tersebut terhadap kesuksesan Anda?

Latihan-2:

Apakah Anda Pelatih yang Baik?


Agar efektif, pelatih harus memiliki kompetensi yang sempurna dalam area-area berikut ini:
Pertama dan terutama, pelatih yang profesional harus memliki sebuah tujuan usaha.
Mereka harus memperhatikan diri mereka dengan meningkatkan pencapaian dan fokus
terhadap hasil usaha.
Pelatih yang profesional juga harus mampu untuk mengenali dan mengakui saat pelatihan
tidak sesuai dalam menyelesaikan suatu masalah.
Pelatih harus mampu menyesuaikan kemampuan interpersonalnya dan mampu
beradaptasi terhadap berbagai variasi orang, budaya, dan situasi.
Pelatih yang profesional menghabiskan keseluruhan hidupnya untuk mengasah
kepekaannya dan menyempurnakan kemampuannya, mempelajari kemampuan baru,
dan mereka selalu mengikuti perkembangan terbaru dari tren, konsep, dan aplikasi
dalam lapangan.
Sepanjang tahun-tahun terakhir, penelitian dalam bidang pendidikan telah mengidentifikasi
karakteristik-karakteristik atau sifat-sifat yang berpengaruh terhadap kesuksesan guru-
guru. Hal tersebut dapat digunakan pula untuk mengetahui sifat-sifat pelatih yang baik.
Cheklist di bawah ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik yang Anda
tampilkan saat Anda berperan sebagai pelatih. Berilah tanda centang untuk bagian yang
menggambarkan diri Anda.
172
Ciri-Ciri pelatih yang efektif
_____ Pengetahuan mengenai subjek _____ Mampu berbicara dengan jelas
_____ Keaslian (apa adanya) _____ Memiliki rasa empati; memahami
_____ Mampu mengorganisir dengan baik _____ Memiliki selera humor
_____ Berorientasi pada tujuan _____ Menggunakan variasi dari beberapa
_____ Berkepala dingin; tenang metode
_____ Berpenampilan profesional (fisik) _____ Hangat; dapat didekati
_____ Kemampuan untuk menghubungkan _____ Bijaksana
materi dengan situasi partisipan _____ Memiliki kualitas suara yang baik
_____ Pendengar yang baik _____ Bersemangat
_____ Fleksibel; spontan _____ Memiliki konsep diri yang positif
_____ Bersikap positif _____ Jujur dan terbuka
_____ Terpercaya _____ Berpusat pada partisipan
_____ Mampu untuk menghubungkan orang _____ Respek terhadap partisipan
lain dari setiap tingkatan _____ Memiliki kestabilan emosi
_____ Pembimbing dan konselor _____ Mampu melakukan diagnosa
_____ Objektif

Latihan-3:
(dilakukan secara berpasangan di dalam kelompok terkait)

Mengidentifikasi Gaya Pelatihan Anda

Untuk meningkatkan kepekaan terhadap gaya pelatihan Anda, lengkapilah instrumen


pengukuran di bawah ini. Anda akan mengevaluasi diri anda sendiri sebagai pelatih
dan kemudian menggolongkan pernyataan-pernyataan tersebut dengan memasukkan apa
yang anda pikir akan Anda lakukan. Setelah Anda selesai, lalu minta pasangan Anda untuk
mengevaluasi Anda dengan melengkapi pengukuran tersebut (Anda-pun menilai pasangan
Anda), dan kemudian bandingkan hasilnya.
Instruksi: Setiap item dari 20 item yang ada berisi empat pernyataan mengenai bagaimana
pelatih bertindak atau cara mereka dalam bertindak.
Urutkan setiap kumpulan pernyataan untuk menggambarkan tingkat kesesuaian
masing-masing pernyataan dalam menggambarkan gaya pelatih saat membawakan materi.
Berikan angka empat (4) untuk pernyataan yang paling menggambarkan karakteristik
atau paling mendeskripsikan pelatih; berikan angka tiga (3) untuk pernyataan deskriptif
selanjutnya; nilai dua (2) untuk pernyataan deskriptif selanjutnya; dan angka satu (1) untuk
pernyataan yang paling tidak menggambarkan pelatih. Catatlah jawaban Anda terhadap
masing-masing pernyataan dilembar yang telah tersedia

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 173


Untuk beberapa item, Anda mungkin berpikir bahwa semua pernyataan sangat
menggambarkan atau tidak sesuai sama sekali. Untuk mendapatkan umpan balik yang lebih
akurat, pastikan diri Anda memberi nilai setiap pernyataan tersebut sebaik mungkin.

Saat Melatih Orang Dewasa, Saya/Orang Ini Lebih Suka Untuk ...
1. a. Memberikan keleluasaan latihan atau diskusi pada bagian tertentu yang diminati
------ pembelajar
------ b. Menilai efektifitas pelatih dari seberapa baik persiapan materi yang tercakup
------ c. Duduk bersama dengan pembelajar yang dilatih mereka.
d. Menjadikan dirinya sebagai panutan dan mendorong pembelajar untuk bersaing
------ dengan pelatih
2. a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan menyarikan pelajaran penting dan menyarankan
------ kepada pembelajar cara untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.
------ b. Mengatur ruangan agar dapat pembelajar lebih disiplin dan terkontrol.
c. Menggunakan waktu khusus untuk menginformasikan pembelajar apa yang
------ mereka harapkan untuk dilakukan
d. Memusatkan perhatian pembelajar lebih pada diri mereka sendiri dan
------ pencapaian mereka daripada kepada pelatih
3. a. Meningkatkan keterlibatan dengan ide orang lain untuk mendukung usaha
------ pembelajar ketika mengaplikasikan keterampilan baru
b. Membiarkan kelompok mengatasi pembelajar yang sulit atau menyelesaikan
------ sendiri masalah yang ada.
c. Mengevaluasi pembelajar dengan memberikan tugas untuk mengetahui ingatan
------ mereka mengenai materi yang disampaikan.
------ d. Berhati-hati memimpin dan mengontrol diskusi kelompok.
4. ------ a. Memberikan fokus pada presentasi yang menarik
Learners
------ b. Menghindari dampak penurunan dengan tidak mengabaikan beberapa materi utama
c. Menunjukkan kemauan untuk belajar dari pembelajar dengan mengakui
------ kesalahan atau kekurangtahuan.
d. Mengumpulkan informasi latar belakang dan mengatur tingkatan isi materi dari
------ setiap kelompok.
SIAPAKAH?
5. a. Menyertakan pembelajar dalam desain aktivitas untuk merangsang pemikiran
------ kritis dan reflektif.
b. Mengkomunikasikan harapan-harapan positif untuk pembelajar yang lambat
------ melalui umpan balik dan dorongan semangat, dalam rangka membantu
Instruktur pengembangan mereka.
c. Memotivasi pembelajar melalui percakapan yang antusias, cerita-cerita lucu, dan
------ video hiburan atau yang dapat menginspirasi.
------ d. Mengatur ketepatan waktu dalam jadwal

174
6. a. Sesekali menggunakan perlengkapan multimedia untuk mendukung aktivitas
------ pembelajaran.
------ b. Mempresentasikan materi dengan urutan yang logis.
c. Membiarkan pembelajar untuk terlibat atau menentukan prioritas materi dan
------ tujuan.
d. Memastikan bahwa pembelajar melaksanakan dan mengikuti kemampuan
------ pembelajaran yang diinstruksikan.
7. a. Secara keseluruhan memenuhi semua area pembelajaran dengan membagi
------ waktu yang terjadwal.
b. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan umpan balik mengenai
------ perubahan kinerja pembelajar setelah pelatihan.
------ c. Mengatur suatu langkah presentasi yang konsisten sepanjang program.
d. Menunjukkan perhatian dan ketertarikan terhadap pribadi pembelajar dan
------ masalahnya.
8. ------ a. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan kesukaan pembelajar terhadap pelatih.

------ b. Membiarkan pembelajar membuat kesalahan dan belajar dari sesi pengalaman.
c. Menyingkapkan pada pembelajar untuk menerima materi secara tradisional dan
------ prosedur yang benar.
d. Bertanya kepada pembelajar dengan pertanyaan yang didesain untuk memandu
------ mereka menemukan sendiri poin kunci.
9. a. Secara berkala menilai bahasa tubuh pembelajar dan kondisi emosional serta
------ kesesuaian aktivitas atau kesesuaian jadwal.
b. Menggali materi yang berkaitan dengan masalah yang kontroversial sebagai
------ pengalaman pembelajaran yang potensial.

------ c. Merencanakan dan menyusun materi pelatihan dengan sangat terperinci.


d. Memulai program dengan menginformasikan peserta mengenai pengalaman
------ atau kualifikasi pelatih dan tujuan pelatih untuk program tersebut.
10. a. Mengutip suatu bibliografi sebagai sumber utama materi diskusi untuk
------ perkembangan pribadi pembelajar lebih lanjut.
b. Menggunakan posisi sebagai pelatih untuk mengatasi dengan cepat masalah
pembelajar yang sulit (orang yang suka memonopoli, berbicara hanya pada
------ satu sisi, penembak jitu, dsb).
c. Menggunakan pakaian tidak formal (kasual) untuk meningkatkan lingkungan
------ pembelajaran yang tidak formal.
d. Menghindari membuang-buang waktu dengan cara menjawab pertanyaan
------ pembelajar dengan cepat dan kemudian melanjutkan.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 175


11. a. Mengarahkan perhatian pembelajar terutama kepada pelatih dan apa yang akan
------ dikatakan atau diperagakan.
------ b. Seringkali mengalihkan pertanyaan peserta kepada peserta lain untuk dijawab.
c. Memberikan materi pelajaran mandiri (self study) untuk menghidupkan minat
------ peserta dan formasi harapan pelatihan.
------ d. Secara konsisten menyampaikan materi yang sama kepada setiap kelompok.
12. ------ a. Mengatur ruangan untuk mendukung aktivitas kelompok dan diskusi.

------ b. Selalu berdiri di depan kelas selama pelatihan.


------ c. Menjelaskan pada pembelajar suatu ikhtisar materi pelatihan.
d. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan pada seberapa pandai pembelajar
------ menampilkan keterampilan baru atau mengaplikasikan konsep baru pada pekerjaan.
13. a. Membangun gambaran profesional dengan mengatur sebuah jarak antara
------ pelatih dan pembelajar.
b. Membantu pembelajar memotivasi dirinya dengan mengembangkan
------ keterampilan baru melalui keterlibatan dan partisipasi.
------ c. Mengarahkan aktivitas pembelajar dari dekat.
d. Membiarkan pembelajar untuk menganalisis materi dan menuliskan kesimpulan
------ mereka sendiri.
14. a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan membantu pembelajar membuat rencana aksi
------ untuk mengaplikasikan materi pelatihan kedalam masalah yang nyata.
------ b. Mengkritik pembelajar yang lambat untuk membantu mengembangkan mereka.
c. Menghindari kontroversi sebagai sesuatu yang berpotensi merusak atau
------ mematikan.
------ d. Melatih pembelajar dengan keterampilan baru mereka.
15. ------ a. Menyediakan catatan terperinci untuk diambil pembelajar.
b. Mendorong pembelajar untuk menghadapi tantangan dengan materi pelatihan
------ yang ketinggalan jaman atau konsep yang diragukan pada pekerjaan.
c. Mengatur aktivitas sehingga dapat menstimulasi dan menahan minat
------ pembelajar.
d. Menggunakan media (video, slide, overhead, dsb) secara ekstensif untuk
------ meningkatkan profesionalitas saat presentasi.
16. a. Menggunakan suatu ikhitisiar pembukaan untuk menginformasikan peserta
------ mengenai materi yang akan disajikan.
b. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan peningkatan keperacayaan diri dan
------ penghargaan diri (self-esteem) pembelajar.
------ c. Menggunakan pakaian formal untuk membangun suasana yang lebih serius.
d. Meningkatkan kreativitas dalam menampilkan dan mengaplikasikan konsep
------ pelatihan.

176
17. a. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan keahlian terbaru pada
------ pokok pembelajaran.
b. Memulai suatu program dengan meminta pembelajar mengenalkan dirinya
kepada yang lain dan mengkomunikasikan pembelajar apa yang mereka
------ harapkan.
c. Menyesuaikan jadwal waktu selama program dalam menanggapi ketertarikan
------ dan perhatian pembelajar.
d. Meningkatkan kredibilitas terhadap pembelajar dengan menjawab semua
------ pertanyaan dengan cepat dan akurat
18. a. Menghindari kemungkinan pertanyaan yang memalukan dan melindungi materi
------ dengan menjaga kerahasiaan isi materi.
b. Menyoroti poin kunci dengan terperinci, berbicara dari catatan yang telah
------ dibuat dengan hati-hati.
------ c. Mengubah cara penyajian materi secara bergantian dan kreatif.
d. Mengevaluasi pelatih berdasarkan kemampuannya untuk menyampaikan tujuan
------ khusus.
19. a. Mempertahankan keahlian dan kredibilitas pelatih saat ditanya oleh peserta
------ mengenai masalah dalam materi.
------ b. Menekankan adanya keterbukaan, komunikasi dua arah.
c. Menggunakan struktur program untuk menanggapi kebutuhan khusus
------ kelompok.
d. Mengarahkan dan menyesuaikan kualitas materi pelatihan dengan kemampuan
------ pembelajar yang rata-rata/sedang
20. a. Mendengarkan dan mengamati dengan penuh perhatian saat kelompok
------ mendiskusikan masalah atau aplikasi masalah.
b. Memastikan bahwa pembelajar mendapatkan kesimpulan yang tepat dan
------ menerima poin kunci atau konsep yang telah dipresentasikan.
------ c. Menggali alasan pertanyaan pembelajar untuk mengetahui perhatian individual
d. Meraih kepercayaan dengan menggunakan gerakan tubuh yang efektif, sikap,
------ dan vokal yang dinamis saat memberi pelatihan.

Instructional Style Diagnosis Inventory


Lembar Penilaian
Langkah 1. Instruksi: Pindahkan pilihan jawaban dari ISDI ke tabel penilaian di bawah ini.
Perhatikan huruf-huruf di dalam tabel berikut tidak berurutan secara alfabetis
Langkah 2. Jumlahkan tiap jawaban pada masing-masing kolom dan tuliskan pada bagian
bawah dari tiap kolom.
Langkah 3. Kurangi total jawaban A dengan C.
Langkah 4. Kurangi total jawaban B dengan D.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 177


Tabel Penilaian
A C B D
1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 - - - -
6 - - - -
7 - - - -
8 - - - -
9 - - - -
10 - - - -
11 - - - -
12 - - - -
13 - - - -
14 - - - -
15 - - - -
16 - - - -
17 - - - -
18 - - - -
19 - - - -
20 - - - -
Total
------ ------ ------ ------
Langkah 5. Letakkan hasil langkah 3 pada garis vertikal dan hasil langkah 4 pada garis
horisontal.
Langkah 6. Tarik garis yang menghubungkan dua titik di garis vertikal dan horisontal. Titik
temu dua garis tersebut adalah gaya pelatihan anda.

I IV

PENJUAL PELATIH

II III

PROFESOR PENGHIBUR

(menekankan isi materi belajar) (menekankan pembelajaran)

178
Latihan 4

Perilaku Yang Berpusat pada Pembelajar versus Berpusat pada Informasi


Instruksi: Untuk setiap item berikut, indikasikan apakah mendeskripsikan perilaku yang
berpusat pada pembelajar (LC) atau yang berpusat pada informasi (IC).

Tugas dari pelatih adalah mempresentasikan materi dengan jelas, logis, dan
1.
---------- terorganisir dengan baik
Pada awal sesi pelatihan, pelatih dengan jelas mengidentifikasi maksud sesi
2.
---------- atau pelatihan.
Pelatih mendorong peserta untuk bertanya saat mereka membutuhkan
3.
---------- klarifikasi
4. ---------- Alat bantu visual digunakan secara minimal
Pelatih menggunakan test untuk mengetahui seberapa baik peserta
5.
---------- mengingat materi.
Pelatih memulai sesi dengan meninjau ulang kebiasaan mendasar untuk
6.
---------- dipecahkan
Faktor terpenting untuk dipertimbangkan saat mengevaluasi rangkaian
7.
---------- program pelatihan adalah jumlah materi
8. ---------- Pelatih terbaik adalah seseorang yang melibatkan peserta
Ruangan diatur dengan gaya kelas dengan peserta duduk dalam garis,
9.
---------- semua menatap pelatih.
10. ---------- Pelatih yang baik ahli dalam bidang pelajaran mereka
Pengalaman dan pengetahuan materi lebih penting daripada kemampuan
11.
---------- untuk melibatkan peserta dalam pembelajaran
Pelatih menanyakan pada peserta apa yang ingin mereka ketahui dan
12.
---------- pelajari
Pelatih membangun banyak kesempatan untuk mencoba keterampilan dan
13.
---------- ide baru mereka
14. ---------- Pelatih menetapkan dirinya sebagai ahli atau otoritas materi

15. ---------- Peran pelatih adalah untuk memfasilitasi proses pembelajaran


Pelatih sering meletakkan peserta kedalam kelompok kecil untuk
16.
---------- mendiskusikan pertanyaan atau memecahkan masalah
17. ---------- Pelatih memilih variasi metode atau pendekatan pelatihan
Peran terutama peserta adalah untuk menerima informasi dari pelatih atau
18.
---------- orang yang ahli pada bidangnya

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 179


Kunci Jawaban
1. IC 7. IC 13. LC
2. IC 8. LC 14. IC
3. LC 9. IC 15. LC
4. IC 10. IC 16. LC
5. IC 11. IC 17. LC
6. IC 12. LC 18. IC

Gunakan daftar perilaku berikut sebagai pengingat untuk menciptakan pelatihan yang berpusat
pada peserta:
Mengelola program dan perilaku dengan cara seakan-akan memiliki pelatihan.
Ciptakan kesempatan-kesempatan bagi peserta untuk menemukan sesuatu secara
sendiri.
Menetapkan harapan-harapan, baik oleh peserta maupun pelatih jauh di awal program.
Ciptakan suasana pembelajaran yang mendukung; dimana orang merasa bebas dari resiko,
mengajukan pertanyaan, mencoba ide-ide baru dan cara untuk melakukan sesuatu.
Memperhatikan proses komunikasi, termasuk bahasa tubuh anda sebaik anda
memperhatikan bahasa tubuh peserta.
Pertahankan tingkat energi anda selama sesi. Ini dapat berpengaruh pada peserta.
Terima ide-ide yang mungkin tidak anda setujui dan terima kenyataan bahwa beberapa
orang mungkin tidak akan setuju dengan itu.
Tunjukkan penghargaan terhadap seluruh peserta, termasuk pada peserta yang sulit.
Jangan takut untuk mengakui apa yang tidak anda ketahui, berjanjilah untuk menemukan
informasi dan kemudian informasi tersebut kepada peserta.
Gunakan penguatan postif selama sesi.
Pandanglah setiap pengalaman pelatihan sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu
dari peserta
Buatlah pengalaman pembelajaran yang dapat menyenangkan.
Carilah umpan balik dari kelompok tentang perilaku anda sehingga sebagai seorang
pelatih anda bisa semakin tumbuh dan berkembang.

Poin Kunci
Pelatih menetapkan keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.
Pelatih yang efektif adalah seseorang yang belajar bagaimana kelenturan gaya mereka
berdasarkan kebutuhan peserta.
Pelatihan yang efektif berpusat pada peserta daripada berpusat pada informasi.

Bahan Bacaan
Interpretasi Instructional Style Diagnosis Inventory

180
MEMBANGUN HUBUNGAN/INTERAKSI

Tujuan
Pesserta dapat:
menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat terbinanya relasi yang baik antar
pelatih dengan peserta.
menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk membina dan mempertahankan
relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.

Bahan
-

Waktu
30 menit

Proses
1. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghambat
terciptanya hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam sebuah pelatihan.
2. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi teknik menciptakan dan membina
hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam konteks pelatihan.
3. Pelatih menyimpulkan pendapat peserta dengan memberi penguatan atas pengalaman
peserta dan penstrukturan pengalaman peserta dengan pedoman bahan bacaan.

Bahan Bacaan
Membangun Hubungan Saling Percaya (Rapport) antara Peserta-Pelatih dalam
Pelatihan

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 181


MEMPERKENALKAN KETERAMPILAN FASILITASI

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif

Bahan
Flip chart, spidol

Waktu
90 menit

Proses
1. Pelatih memperkenalkan sesi dengan menanyakan beberapa contoh keterampilan
fasilitasi.
2. Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6
orang.
3. Kelompok berdiskusi untuk menginventarisir teknik-teknik fasilitasi yang biasanya
digunakan dalam pelatihan.
4. Hasil kerja kelompok dipresentasikan.
5. Pelatih mengukuhkan dan merumuskan teknik-teknik fasilitasi.

Bahan Bacaan
Fasilitasi dalam Pelatihan

182
PRAKTEK KEMAMPUAN MENYIMAK

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak
dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan
dalam menyimak
mengidentifikasi hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang pelatih
selama menyimak

Bahan
Flip charts

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih memperkenalkan tujuan sesi. Selanjutnya menjelaskan bahwa menyimak adalah
keterampilan fasilitasi yang paling mendasar untuk setiap peserta (sebagai pelatih)
karena semua keterampilan fasilitasi lain tidak bisa dilakukan tanpa menyimak.
2. Minta peserta jangan menulis apa pun selama menyelesaikan teka-teki berikut. Pelatih
membacakan teka-teki dengan suara yang keras (jangan bagikan):
Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada
pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian
ketiga 1 turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada
pemberhentian kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun
dan 7 naik. Siapakah nama sopir bisnya?
Jawab: nama Anda!
3. Refleksikan apa yang terjadi menggunakan pertanyaan berikut:
mengapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya? (melewatkan bagian awal, tidak
konsentrasi, asumsi mengenai masalahnya).
Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak?
Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih? (menyimak masukan dan
opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-poin utama,
elemen-elemen umum, merumuskan dan lain-lain.)
4. Jelaskan dengan singkat beberapa hambatan untuk menyimak (lihat bahan bacaan
pokok) yang perlu kita perhatikan untuk meningkatkan keterampilan menyimak.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 183


5. Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang dan tuliskan apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menyimak sebagai pelatih pada flip chart
seperti berikut ini;
Seorang pelatih yang baik akan. Seorang pelatih yang baik tidak akan .
6. Tempel flip charts dan minta semua orang berkeliling dan membaca.

Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa
menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan
betapa gampangnya untuk tenggelam dalam detil dan melewatkan poin-poin kritis. Mereka
akan benar-benar mempraktekkan keterampilan menyimak mereka selama melakukan latihan
fasilitasi yang lain.

Bahan Bacaan
Menyimak

184
PRAKTEK PENGAMATAN

Tujuan
Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor
yang penting bagi seorang pelatih

Bahan
Kartu-kartu yang menyebutkan/menunjukkan perbedaan perilaku atau perasaan seperti
sedih, senang, frustrasi, dan lain-lain (disiapkan oleh support team)

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih memulai sesi dengan melakukan latihan pemanasan bersama peserta, berikut
ini:
Minta seorang peserta yang mengenakan jam non-digital.
Minta orang tersebut untuk melepas jamnya dan masukkan ke dalam kantong
Anda.
Katakan kepada orang tersebut bahwa Anda akan menguji kemampuan
pengamatannya.
Peserta dibagi ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.
Pelatih meminta seluruh kelompok untuk ikut bermain dengan orang yang jamnya
Anda gunakan, dengan cara menutup jam mereka sendiri.
Katakan kepada peserta seolah-olah jamnya hilang dan Anda telah menemukan.
Tetapi, sebelum Anda mengembalikan, Anda ingin memastikan bahwa jam
tersebut memang miliknya. Beberapa pertanyaan disertakan:
Apa mereknya?
Apa warna permukaannya?
Apakah ada sesuatu yang tercetak dipermukaannya?
Apakah hurufnya Roman atau Arabi?
Berapa angka yang ditunjukkan?
Apakah itu jam bekas?
Ingatkan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang sama untuk jam mereka,
yang sudah mereka tutup.
Dengan mudah disimpulkan bahwa kebanyakan orang tidak gampang menjelaskan
tentang jam mereka sendiri bahkan meskipun mereka melihatnya berkali-kali dalam
sehari.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 185


2. Ucapkan terima kasih kepada sukarelawan dan tanyakan kepada peserta: kenapa kita
kurang mengamati (Tekanan waktu? Kurangnya kepedulian? Menerima sesuatu apa adanya?).
Apakah mereka mengenal orang yang mengamati dengan sangat baik (fotografer, seniman, pelukis,
dan lain-lain, orang yang memerlukan keterampilan mengamati dengan baik untuk profesi mereka)?
Apakah nilai pengamatan bagi seorang pelatih? Apa hal yang penting untuk diamati sebagai
seorang pelatih?
3. Praktek mengamati. Pelatih menjelaskan bahwa mengamati bahasa tubuh bisa
menjelaskan banyak hal tentang apa yang terjadi. Kadang-kadang bahasa tubuh lebih
baik dari bahasa percakapan. Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan pengamatan
bahasa tubuh masing-masing. Bagikan kartu kepada kelompok dan katakan kepada
mereka satu dari anggota kelompok memainkan peran (non-verbal) yang ada di kartu
dan anggota kelompok lain harus menggunakan keterampilan pengamatan mereka
untuk menebak apakah perasaan atau perilakunya.
4. Pelatih merumuskan beberapa poin belajar dan jelaskan bahwa mereka bisa
mempraktekkan keterampilan pengamatan mereka hampir secara terus menerus
selama pelatihan ini.

Bahan Bacaan
Praktek Mengamati

186
Lembar Latihan

Mempraktekkan Mengamati
Perbesar halaman pada kertas tebal A5 dan potong gambar wajah menjadi kartu-kartu yang
terpisah.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 187


PRAKTEK BERTANYA

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
mampu membedakan antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat yang sesuai dengan konsep
pembelajaran orang dewasa.

Bahan
Foto kopi lembar latihan

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih memperkenalkan sesi dengan mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan
adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan partisipatif.
2. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan mengapa sebagai pelatih perlu
mengajukan pertanyaan. Diskusi dilakukan dalam kelompok (dengan 6 anggota)
selama sekitar lima menit.
3. Kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
4. Pelatih menginventarisir jawaban dalam pleno dengan mencatat di papan tulis dan
menambahkan jawaban jika perlu (lihat bahan bacaan pokok).
5. Pelatih mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan antara pertanyaan tertutup dan
terbuka, dan ajak peserta memberikan contoh untuk keduanya.
6. Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur dalam menggunakan Triads atau Dyads
untuk mempraktekkan:
Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan
seorang pengamat; setelah pertama mempraktekkan, perannya digilir sehingga
setiap orang dapat melakukan ketiga peran tersebut.
Dyads: Prinsipnya sama tetapi berpasangan tanpa pengamat.
7. Pelatih membagikan lembar latihan dan ajak peserta untuk mulai mempraktekkan
dalam triads atau dyads. Monitor waktunya sementara peserta praktek tersebut.
Pastikan peserta bertukar peran dalam waktu tersebut.
8. Pelatih menjelaskan bahwa ada beberapa tipe pertanyaan selain dari pertanyaan
terbuka dan tertutup. Tanyakan jika peserta bisa memikirkan tipe pertanyaan lain untuk
digunakan bagi kepentingan pelatihan. Diskusikan beberapa keuntungan dan kerugian
pertanyaan tipe lain dan berikan contoh (lihat bahan bacaan pokok).
9. Rumuskan poin-poin pelajaran utama dan bagikan bahan bacaan pokok.
188
Catatan
Jika peserta terbiasa dengan pertanyaan terbuka dan tertutup, Anda hanya
mengingatkan mereka tentang perbedaannya dan mereka berpikir tentang
pertanyaan yang lebih tepat dalam satu lingkungan pelatihan. Pilihan yang lain
adalah sesi Pertanyaan tentang pertanyaan.

Lembar Latihan

Pertanyaan Terbuka dan Tertutup


1. Diskusikan hasil kerja pasangan Anda dalam organisasinya:
Ronde 1 Pergunakan hanya pertanyaan tertutup.
Ronde 2 Pergunakan hanya pertanyaan terbuka.
2. Setelah 5 menit ganti peran dan ulangi prosedurnya.
3. Refleksikan pada latihan dengan mengajukan kepada Anda sendiri pertanyaan berikut:
Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan tertutup?
Apa yang terjadi jika Anda mengajukan pertanyaan terbuka?
Apakah perbedaan kualitas percakapan Anda jika menggunakan kedua tipe
pertanyaan tersebut?

Bahan Bacaan
Menggunakan Pertanyaan

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 189


MEMBERIKAN DAN MENERIMA UMPAN BALIK

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan tujuan umpan balik
dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik & buruk
dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan menerima umpan balik

Bahan
Foto kopi lembar latihan, flip charts, spidol

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta bagaimana mereka
menggambarkan umpan balik dan apa tujuan umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat
apa umpan balik itu. Gunakan jawaban peserta untuk menjelaskan mengapa teknik ini
berguna dalam konteks pelatihan (lihat bahan bacaan pokok).
2. Katakan kepada peserta bahwa ada satu trick untuk menjelaskan kegunaan umpan
balik. Perkenalkan prinsip Joharis Window tahap demi tahap:
Pertama gambarkan empat kuadran dan jelaskan masing-masingnya dengan
menyebutkan satu contoh yang mengandung beberapa contoh yang baik dan
buruk dan jelaskan mengapa contoh tersebut baik atau buruk, jelaskan bahwa kita
bisa mengembangkan lebih jauh jika kita bisa membuat kotak bebas lebih besar.
Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak tertutup lebih kecil dengan
memperbesar kotak bebas (sharing), berikan satu contoh.
Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak buta lebih besar dengan
memperbesar kotak bebas (umpan balik), berikan satu contoh.
3. Pelatih mendampingi proses diskusi yang bertujuan untuk merumuskan tujuan umpan
balik dalam lingkup pelatihan. Dalam diskusi tersebut adakan juga curah pendapat
mengenai apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam umpan balik yang
konstruktif dan tuliskan.
4. Bagikan materi sosio-drama dan biarkan peserta bekerja dalam kelompok yang terdiri
dari 6 anggota untuk mendiskusikan bacaan sosio-drama tersebut.
5. Hasil diskusi oleh setiap kelompoknya ditempelkan dan dipresentasikan (secara
ringkas) di depan kelas.
6. Mintalah kepada peserta untuk memberikan contoh memberi dan menerima umpan
balik yang tepat dalam konteks pelatihan dan prinsip pembelajaran orang dewasa.

190
Lembar Kerja

Sosio-drama Mempraktekkan Umpan Balik

Sosio-drama: Agus dan Pram


Agus dan Pram adalah dua peserta Pelatihan Pelatih. Agus memfasilitasi satu sesi
pelatihan untuk mempraktekkan keterampilannya sebagai seorang pelatih. Setelah sesi,
peserta lain diundang untuk memberi Agus umpan balik. Pram senang utuk berbagi
pengamatannya dan mengatakan kepada Agus:
Agus, Anda sering terlalu gugup di depan kelas, Anda mestinya lebih percaya diri di depan kelas.

Sosio-drama: Wawan dan Didik


Wawan dan Didik adalah dua peserta dari Pelatihan Pelatih. Selama berlatih dalam
kelompok kecil, Wawan merasa terganggu oleh Didik dan mengatakan kepadanya:
Didik, Anda sangat dominan, Anda mestinya lebih partisipatif!

Sosio-drama: Jalal dan Arif


Jalal adalah pelatih dari Pelatihan Pelatih, yang mengalami kesulitan karena memiliki
banyak sekali peserta yang berpartisipasi dalam diskusi. Arif, yang terus-menerus bicara,
sangat mengganggunya. Setelah satu interupsi lain oleh Arif dia berkata kepadanya:
Arif, diamlah, Anda terlalu cerewet! Anda mestinya memberi peserta lain kesempatan untuk
mengatakan sesuatu.

Bahan Bacaan
Umpan Balik - Belajar Satu Sama Lain

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 191


PRAKTEK PARAFRASE

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan pengertian parafrase
Dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna
Berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan berlangsung

Bahan
-

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih meminta peserta, jika mereka bisa mendefinisikan apa parafrase itu. Tuliskan
istilah dan definisinya.
2. Gali ide-ide peserta saat mereka berpikir bahwa hal ini bisa berguna untuk teknik
fasilitasi.
3. Pelatih menjelaskan kepada peserta bagaimana pengungkapan dengan cara lain dan
berikan beberapa contoh.
4. Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads atau dyads untuk
mempraktekkan
Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan
seorang penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang
memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.
Dyads: prinsip yang sama tetapi dalam pasangan tanpa pengamat.
5. Praktek. Biarkan peserta untuk mengalami kegunaan parafrase dengan
mempraktekkan parafrase dalam triads atau dyads masing-masing selama 5 menit.
Monitor waktunya sementara peserta masing-masing melakukan parafrase, pastikan
mereka bertukar peran dalam waktu tersebut.
6. Refleksi. Ajak peserta untuk merefleksikan praktek yang baru saja dilakukan, dengan
menanyakan pertanyaan berikut:
Bagaimana tanggapan Anda sebagai seorang peserta ketika mendengar kembali kata-kata
Anda sendiri?
Bagaimana cara Anda sebagai pelatih mengungkapkan dengan kata lain?

192
Apa yang menyulitkan? Apa yang bisa membantu?
Apa keuntungan dari parafrase untuk pembicara, penyimak dan pelatih secara bersama-
sama

Bahan Bacaan
Parafrase

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 193


PRAKTEK MENGUJI

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan apakah menguji itu
dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihan
dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog

Bahan
Foto kopi teka-teki pada flip chart atau transparansi (supaya lebih kreatif, perlu disediakan
berbagai teka-teki)

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta mengenai apakah menguji itu.
Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan menguji dengan melakukan aktifitas yang
menyenangkan.
2. Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang untuk melakukan
kegiatan yang merangsang pemikiran.
3. Pelatih memberikan kepada kelompok masalah untuk dipecahkan satu teka-teki.
Penyelesainnya akan diberikan kepada satu orang untuk tiap kelompok dan kelompok
harus menemukan jawaban dengan bertanya kepada orang tersebut dengan pertanyaan
yang hanya bisa dijawab dengan ya atau tidak.
4. Pajang teka-tekinya di tempat yang bisa dilihat setiap orang selama permainan ini.
Minta seseorang yang pernah memainkan permainan ini sebelumnya sebagai seorang
pengamat dalam kelompoknya.
Teka-teki:
Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Disampingnya terletak sebuah
bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi
bungkusan itu?
Jawaban: sebuah parasut!
5. Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk
kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih mungkin juga
menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan
waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan
baik, sekitar 10 menit).
194
6. Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:
Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif,
mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif, memperjelas informasi, menganalisis
masalah dengan hati-hati)
Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak
dengan baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir
kreatif, berasumsi)
Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu
keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk
memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan
opini peserta, untuk memfasilitasi dialog)?
7. Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan bahan bacaan pokok.

Lembar Kerja
Teka-teki:

Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Di sampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika
dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu?
Jawaban: sebuah parasut!
1. Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk
kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih pakar mungkin juga
menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan
waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik,
sekitar 10 menit).
2. Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:
Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif,
mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif , memperjelas informasi, menganalisis
masalah dengan hati-hati)
Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak dengan
baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif,
berasumsi)
Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu
keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk
memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini
peserta, untuk memfasilitasi dialog)
3. Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan materi bacaan.

Bahan Bacaan
Menguji
Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 195
PRAKTEK DIALOG

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi.
Dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan.
Dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung.

Bahan
Lembar pengamatan

Waktu
60 menit

Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan dialog. Jalankan curah
pendapat dengan cepat mengenai perbedaan antara diskusi dan dialog.
2. Diskusikan bagaimana peserta bisa memfasilitasi dialog.
3. Lalu pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads untuk
mempraktekkan.
4. Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang
penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan
setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.
5. Bagi kelompok dalam triads dan bagikan foto kopi lembar pengamatan.
6. Biarkan peserta untuk mempraktekkan dialog dalam triads masing-masing selama lima
menit agar mencapai satu konsensus mengenai satu masalah penting (pilih sesuatu
yang sesuai). Monitor waktunya sementara peserta mempraktekkan dialog, pastikan
mereka menggilir peran dalam waktu tersebut.
7. Ajak peserta untuk refleksikan latihan dengan mengajukan pertanyaan berikut:
Kapan Anda melewatkan kesempatan dan mengapa?
Mengapa membuatnya sulit? Apa yang bisa membantu?
Apa manfaat menciptakan dialog dalam suatu pelatihan?

196
Lembar Kerja

Lembar Pengamatan Penilaian Dialog Latihan

Pengantar
Menguji pemahaman adalah hal penting dalam dialog. Ambillah peran pengamat dan perkirakan
apakah kelompok Anda menguji dengan efektif. Jangan abaikan contoh penguji yang menuju
pemahaman yang baik. Juga carilah kesempatan yang terlewat untuk menguji. Sebagai contoh
cara pandang seseorang tidak benar-benar dipahami dan pertanyaan yang mungkin membantu
menjernihkan situasi justru tidak ditanyakan.
Contoh Menguji

Contoh kesempatan yang terlewat

Bahan Bacaan
Menciptakan Dialog

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 197


KOMUNIKASI NON VERBAL

Tujuan
Peserta mendiskusikan pemahaman mereka mengenai pentingnya pengetahuan dan
keterampilan dalam komunikasi non verbal.

Bahan
Gambar atau rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau umum yang menunjukkan
perilaku komunikasi non verbal (disiapkan support team), flip charts, spidol.

Waktu
90 menit

Proses
1. Pelatih memulai sesi dengan ceramah tentang komunikasi non verbal.
2. Pelatih menayangkan rekaman audio visual (siapkan terlebih dulu dengan konteks
pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku non verbal)
3. Lakukan tanya jawab dan catat jawaban-jawaban peserta di papan tulis/flip charts.
4. Bagi peserta ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota per kelompok 5 6 orang.
Mintalah agar masing-masing kelompok berdiskusi tentang:
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari tayangan tersebut
Pada momentum apa komunikasi non verbal digunakan
Apa manfaat komunikasi non verbal dalam pelatihan
5. Setelah kurang lebih 20 menit mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan
hasilnya.
6. Pelatih mencatat hasil diskusi kelompok untuk menegaskan apa yang dimaksud
komunikasi non verbal dan apa manfaatnya seorang pelatih harus memahami
komunikasi non verbal.

Bahan Bacaan
Pentingnya Komunikasi Non Verbal

198
MENGATUR PERILAKU YANG SULIT

Tujuan
Peserta dapat:
mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus yang biasanya muncul dalam
konteks pelatihan
mengidentifikasi dan meyakini bebarapa saran untuk menangani perilaku khusus yang
dapat muncul dalam konteks pelatihan

Bahan
Rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau yang lain (disiapkan oleh support team)
yang menampilkan perilaku yang sulit, flip charts, spidol

Waktu
90 menit

Proses
1. Pelatih mengajak peserta untuk membagikan/menceritakan pengalaman mereka terkait
dengan peran mereka sebagai pelatih yang terkait dengan materi pada sesi ini.
2. Inventarisir perilaku yang sulit dalam konteks pelatihan versi peserta.
3. Tanyakan dan inventarisir jawaban peserta mengenai solusi yang mereka tempuh untuk
mengatasi perilaku yang sulit.
4. Simpulkan dan kuatkan pemahaman peserta dengan memberikan penjelasan tambahan
berdasarkan pengalaman pelatih dan atau materi bacaan yang tersedia (dibantu bahan
media yang sudah disediakan).

Bahan Bacaan
Menghadapi Perilaku yang Sulit

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 199


PRAKTEK FASILITASI

Tujuan
Pada akhir sesi peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan lancar

Bahan
Lembar kerja latihan dan lembar pengamatan

Waktu
240 menit (di bagi dalam 2 sesi)

Proses
1. Pelatih memperkenalkan sesi ini dengan mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi
peserta untuk mempraktekkan semua ketrampilan pelatihan dan fasilitasi mereka dalam
satu lingkungan yang aman.
2. Bagikan latihan dan berikan peserta kesempatan untuk membaca isinya. Dorong
peserta agar mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya
(menggunakan media atau metode pelatihan baru).
3. Pelatih membuat jadwal tentang siapa, kapan akan memfasilitasi, sehingga peserta tahu
kapan mereka harus bersiap.
4. Berikan waktu paling kurang satu jam untuk persiapan (Hal ini bisa dijadwalkan di
waktu malam hari).
5. Sebelum peserta pertama mulai, ingatkan mereka tentang semua tujuan latihan ini.
Jelaskan bahwa peserta juga akan menjadi pengamat. Bagikan lembar pengamatan dan
perjelas setiap pertanyaan.
6. Undang peserta pertama ke depan.
7. Setelah mempraktekkan, minta peserta yang menjadi pelatih untuk mengingat dan
menulis pengalaman dan pengamatan mereka (peserta lain).
8. Mulai merefleksikan dengan mengundang peserta yang menjadi pelatih untuk
memberikan umpan balik tentang bagaimana pikirannya saat berlangsung latihan.
Cocokkan perasaan tersebut dengan pengamatan peserta lain. Tanyakan kepada
peserta yang menjadi pelatih tadi, apa yang akan dia rubah di lain waktu.
9. Lanjutkan dengan peserta lain dengan cara yang sama dan dorong mereka untuk
menggunakan poin belajar dari praktek sebelumnya.
10. Minta mereka masing-masing untuk mencatat poin belajar utama mereka dan hal-hal
yang akan mereka kerjakan lebih lanjut.
11. Ringkaskan poin belajar utamanya.

200
Lembar Kerja

Persiapan Untuk Mempraktekkan Fasilitasi


Pendahuluan
Tujuan latihan fasilitasi adalah untuk membantu Anda agar lebih efektif menjalani peran Anda
sebagai seorang pelatih. Latihan ini akan memberi Anda kesempatan mempraktekkan berbagai
hal yang disebut di bawah ini, sambil mencoba keluar dari situasi lingkungan yang aman:
mempraktekkan keterampilan fasilitasi baru (seperti menyimak, mengamati, bertanya,
parafrase)
membuat keterampilan yang sudah ada menjadi lebih baik
mempelajari diri Anda sendiri sebagai seorang Pelatih
melihat pengaruh keterampilan Anda terhadap orang lain
menerima umpan balik dari kelompok inti dan Pelatih Anda
belajar dari mengamati praktek yang dilakukan orang lain.
Persiapan
Semakin baik Anda menyiapkannya dan menganggapnya sebagai sesi pelatihan yang
sebenarnya, maka akan semakin banyak yang Anda pelajari. Saatnya bagi Anda, menjadi
seorang pelatih; Anda akan menjalankan pelatihan. Anda akan memiliki 15 sampai 20 menit
untuk mempraktekkannya.
Siapkan aktifitas Anda sebagai berikut:
1. Pilih topik Anda. Subyeknya bisa apa pun Anda yang Anda inginkan, tetapi ingat, Anda
hanya memiliki waktu 15 menit.
2. Identifikasikan peserta Anda.
Anda bisa memutuskan peserta Anda hanyalah peserta pelatihan, tetapi Anda bisa juga
memutuskan bahwa mereka adalah petani, pekerja penyuluhan atau apa pun. Pastikan
untuk menjelaskan kepada peserta, siapakah peserta sesi Anda, apapun yang Anda
inginkan.
3. Kembangkan tujuan belajar. Tulis tujuan belajar dan jelaskan kepada peserta sejak awal.
Pilih satu metode:
1. Pilih satu metode yang ingin coba untuk pertama kali atau satu metode yang ingin
Anda alami lebih jauh. Metodenya harus sesuai dengan topik, tujuan, waktu dan
pesertanya.
2. Sumber daya/Media. Persiapkan untuk menggunakan paling kurang satu alat penunjang
(flip charts, overhead projector, whiteboard), lebih baik satu yang tidak biasa Anda gunakan.
3. Tulis rencana sesi Anda.
4. Kalau perlu lakukan uji coba dulu dengan beberapa kawan, dan lakukan penyesuian
yang diperlukan.
5. Lakukan!

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 201


Lembar Pengamatan

Tujuan Apakah sesi ini jelas untuk Anda?


Prosedur, metode Apakah metode dan prosedur jelas untuk Anda?
Suasana pelatihan Apakah Anda tertarik dengan topik ini?
Apakah Anda merasa nyaman dengan pelatih dan peserta
lainnya
Teknik fasilitasi Apakah pelatih menggunakan pertanyaan untuk
mengembangkan diskusi?
Apakah Anda didorong untuk mengajukan pertanyaan?
Apakah pelatih menggunakan parafrase dan perumusan?
Apakah pelatih memberi arah yang cukup jelas
Apakah pelatih mengganggu Anda dengan ekspresi atau
gerakan muka?
Partisipasi Apakah Anda merasa terlibat?
Apakah Anda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi
aktif ?
Pengalaman Apakah Anda memiliki kesempatan untuk bereaksi
terhadap satu pengalaman (dulu atau sekarang)?
Apakah Anda memiliki kesempatan untuk merefleksikan
dan menarik kesimpulan berdasarkan pada satu diskusi
atau aktivitas?
Dinamika kelompok Apakah pelatih mendorong partisipasi dari setiap orang?
Apakah pelatih menangani saat sulit dalam kebingungan,
kekacauan, perlawanan atau konflik dengan baik?
Timing Apakah pelatih mengatur waktu dengan baik,
meluangkan cukup waktu untuk berproses dan menutup
aktivitas?

1. Apa yang membantu Anda untuk belajar?


2. Apa yang menghambat Anda untuk belajar?
3. Apa yang dilakukan pelatih dengan baik?
4. Apa yang bisa dikembangkan pelatih?

202
MENILAI KETERAMPILAN FASILITASI

Tujuan
Pada akhir sesi peserta membuat evaluasi antar peserta mengenai keterampilan fasilitasi
yang telah dipraktekkan

Bahan
Lembar penilaian diri, lembar daftar tindakan

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih memperkenalkan atau menyegarkan ide bahwa peserta akan bisa belajar banyak
apablia menyadari kelemahan dan kekuatan masing-masing. Jelaskan bahwa pada sesi
ini peserta akan saling menilai keterampilan fasilitasi. Tekankan bahwa ini bukan ujian
tetapi alat agar peserta bisa lebih fokus dalam belajar dan bertindak.
2. Bagikan lembar penilaian dan minta tiap peserta untuk melengkapinya sendiri.
3. Pada waktu peserta mengisi lembaran, bagikan daftar tindakan. Jelaskan bahwa
lembaran ini akan membantu mereka untuk berpikir dan menyiapkan cara
meningkatkan keterampilan fasilitasi mereka di masa depan. Lakukan curah pendapat
secara cepat tentang situasi dan peristiwa yang memungkinkan untuk mempraktekkan
fasilitasi (tidak hanya selama pelatihan tetapi juga dalam pertemuan, lokakarya,
kelompok kerja kecil, bekerja dengan sejawat, dan lain-lain).
4. Minta peserta untuk memamerkan rencana tindakan mereka, dan lihat milik orang
lain.
5. Dorong peserta untuk mengambil ide-ide baik dari orang lain. Selain itu, ingatkan
peserta agar melaksanakan rencana tindak lanjutnya, misalnya dengan mengirim kartu
pos atau email yang berisi catatan rencana tindak lanjut yang telah disusun ketika
pelatihan berlangsung.

CATATAN
Penilaian ini bisa dilakukan pada waktu yang berbeda tergantung pada tujuannya dan tingkat
pengalaman serta keterbukaan peserta:
Penilaian bisa dilakukan sebelum mempraktekkan keterampilan fasilitasi. Ini dilakukan
agar peserta bisa lebih memusatkan perhatiannya pada materi pelatihan.
Penilaian bisa dilakukan setelah mempraktekkan keterampilan fasilitasi agar bisa segera

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 203


disusun rencana tindak lanjut pelatihan. Hal ini biasanya dilakukan pada kelompok
yang kurang berpengalaman
Penilaian bisa dilakukan baik sebelum maupun setelah praktek fasilitasi, yang bertujuan
untuk menilai kemajuan belajar.

Lembar Kerja
Lembar Penilaian Diri

Penjelasan
Dalam tabel di bawah ini terdapat berbagai keterampilan fasilitasi yang telah disebutkan dibagian
sebelumnya. Bacalah tiap keterampilan dan refleksikan seberapa banyak Anda menguasai
keterampilan fasilitasi tersebut. Urutkan sendiri dari 1 (=jelek) sampai 5 (=sangat terampil).
Kemudian urutkan sendiri bagaimana yang Anda harapkan, dengan tetap mengingat tipe aktifitas
yang akan Anda miliki untuk memfasilitasi.
Penilaian
1 = jelek
2 = agak jelek
3 = lumayan
4 = trampil
5 = sangat trampil

No Keterampilan Nilai Nilai


sekarang harapan
1 Menyimak dengan penuh perhatian
2 Mengamati bahasa tubuh dan interaksi kelompok
3 Mengajukan dan menjawab pertanyaan
4 Parafrase
5 Memfasilitasi sebuah diskusi terbuka
6 Merumuskan hasil diskusi
7 Mendiagnosis: tanda-tanda masalah-masalah dan
bertindak dengan tepat
8 Memberi umpan balik yang konstruktif kepada peserta
9 Memberi umpan balik konstruktif kepada individual
10 Menggali dan merumuskan poin belajar
11 Terbuka untuk menerima umpan balik
12 Mendorong peserta yang pendiam untuk berbicara

204
13 Mendorong orang yang dominan untuk mendengarkan
orang lain
14 Menangani penolakan
15 Menangani satu kelompok dalam situasi konflik
16 Membantu satu kelompok yang ada dalam suatu
kebuntuan
17 Mendorong pembangunan tim
18 Menantang dan tidak setuju tapi bersikap tidak kasar

Daftar Tindakan Bekerja dengan Keterampilan Fasilitasi

Penjelasan:
Lengkapi daftar tindakan ini, dengan menggunakan hasil dari lembar penilaian diri. Coba
tuliskan paling kurang tiga aktifitas yang akan Anda lakukan dan Anda ingin ketahui ketika
melakukannya. Cobalah se-spesifik mungkin. Semakin spesifik Anda tuliskan aktifitas Anda,
semakin besar peluang Anda akan benar-benar mengingatnya ketika diperlukan.
Anda bisa meminta bantuan orang lain dalam kelompok, atau manajer Anda, atau sejawat Anda,
atau teman Anda untuk mengingatkan Anda. Jika orang tersebut ada dalam sesi pelatihan ini,
dapatkan janji mereka sekarang.

No Keterampilan fasilitasi Kapan hal ini Siapa yang bisa Sudah


yang Anda ingin mungkin terjadi? membantu Anda? dilakuan
kerjakan?

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 205


BAHAN BACAAN POKOK MODUL V

INTERPRETASI INSTRUCTIONAL STYLE DIAGNOSIS INVENTORY

Komponen Gaya Pelatihan


ISDI menetapkan gaya pelatihan sebagai hasil interaktif dari dua dimensi: apakah fokus
perhatian pelatih dan siapakah yang menjadi fokus perhatian saat pelatih memberikan pelatihan.
Setiap dimensi memiliki dua rangkaian fungsi yang diperhatikan.
Dimensi apakah (garis horizontal) mewakili kemungkinan yang sama antara:
1. Memberi perhatian kepada kualitas isi dan kerapian ulasan presentasi (terwakili pada
kolom total D); dan
2. Memberi perhatian kepada pembelajaran nyata yang dilakukan oleh pembelajar yang
fokus pada isi materi (terwakili pada total kolom B)
Dimensi siapakah (garis vertikal) mewakili kemungkinan yang sama antara:
1. Perhatian pada pelatih dan bagaimana menyampaikan dengan bahasa yang baik, mengesankan,
atau menghibur saat menyampaikan pelatihan (terwakili pada total kolom A); dan
2. Perhatian pada pembelajar dan bagaimana keefektifan atau kepositifan mereka ketika
menerima, mempraktekkan, mendiskusikan, atau mengaplikasikan keterampilan baru
(terwakili pada total kolom C).

APAKAH? SIAPAKAH?

Kategori D Kategori A
Fokus pada kualitas Fokus pada pelatih dan
isi materi dan kerapihan bagaimana menyampaikan
alur presentasi dengan bahasa yang baik
dan menghibur

Kategori B Kategori C
Fokus pada pembelajaran nyata Fokus pada pembelajar dan sejauh mana
yang dilakukan pembelajar yang efektif/positifnya mereka menerima/
fokus pada isi materi mendiskusikan/mempraktekkan
ketrampilan yang baru

Harap diingat bahwa tidak ada model gaya yang sempurna. Bagaimanapun, untuk
sebagian besar pelatih, hal yang realistis untuk mengharapkan bahwa keseimbangan dari dua
hal yang terkait akan mempengaruhi satu bidang lainnya. Hal yang sama dapat dikatakan untuk
dimensi siapakah.
206
Menginterpretasi Nilai Anda
Titik yang Anda miliki pada grafik yang didapatkan dari nilai Anda dimana dua dimensi yang
berpotongan mewakili gaya pelatihan Anda secara keseluruhan.
Untuk menginterpretasi hasil, Anda harus mempertimbangkan tiga hal:
1. Perbandingan kekuatan dari keempat kolom total individu.
2. Posisi untuk setiap nilai dua dimensi, dan
3. Peraga dan jarak dari titik tengah dimana nilai dua dimensi berpotongan.
Sebagai contoh, apakah total keempat kolom tinggi dan rendahnya berdekatan satu
dengan yang lain? Hal ini mengindikasikan Anda cenderung memiliki keseimbangan dalam
setiap gaya pelatihan yang setara atau beberapa aspek akan lebih besar sesuai dengan tingkat
kebutuhan. Hal ini berpengaruh langsung pada posisi nilai dimensi, yang menjadi pertimbangan
selanjutnya. Jika nilai suatu dimensi mengarah jauh pada satu ekstrim, atau yang lainnya, hal ini
mengindikasikan tingkat tertinggi yang dihasilkan antara dua rangkaian penekanan yang ada.
Nilai dimensi yang dekat ketengah merepresentasikan tingkat keseimbangan, dengan tanpa
melihat penekanan individu.
Perpotongan dari nilai dua dimensi menunjukkan gaya pelatihan Anda secara
keseluruhan, hasil dari upaya Anda untuk menerima keseimbangan dengan menekankan materi,
pembelajaran, penyampaian, dan penyambutan yang hangat. Selanjutnya titik dari bagian tengah
grafik, menunjukkan kecenderungan gaya pelatihan Anda pada satu ekstrim. Semakin dekat
dengan titik tengah, semakin seimbang kecenderungannya.

Deskripsi Gaya
Berikut adalah deskripsi singkat untuk tipe perilaku, sikap, kecenderungan, dan kesukaan yang
terkategori untuk setiap gaya pelatihan dari empat gaya yang ada.
a. Gaya Penjual
Seseorang dengan gaya penjual terutama menekankan pada isi dan bagaimana hal tersebut
dapat diterima dan dimengerti secara positif. Pembelajaran adalah tanggung jawab peserta,
dan itu dapat terjadi atau tidak terjadi sebagai hasil. Karena menyampaikan materi dan
menciptakan sikap yang baik merupakan tujuan utama, maka pelatih penjual cenderung
memusatkan perhatiannya pada pembelajar dan penerimaan pembelajar terhadap pesan/
materi.
Mereka membangun suasana penerimaan dengan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang nyaman, menyemangati pembelajar, menjawab pertanyaan, memvariasikan
program, dan sebagainya. Mereka cenderung untuk menggunakan metode ceramah atau
presentasi dengan menggunakan media yang telah disiapkan, diselingi dengan diskusi
untuk mempertahankan minat dan perhatian. Catatan diberikan untuk mendukung ingatan
terhadap materi.
Tugas rumah, tugas sebelum sesi, dan rangkuman materi pelatihan digunakan secara
luas untuk mengkomunikasikan atau menguatkan isi. Kegagalan atau tidak lulus ujian lebih
ditujukan pada nilai ingatan tanpa menghentikan pembelajar.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 207


Gaya penjual umumnya ada pada sekolah negeri dan mungkin lebih sesuai
untuk mengembangkan latar belakang pendidikan secara umum daripada membangun
keterampilan khusus. Hal ini juga sesuai untuk situasi dimana menyediakan teknik,
konsep, atau hasil lebih penting daripada membuat peserta lebih pandai. Hal ini tidak
sesuai saat pembelajar berharap untuk tampil lebih baik atau berbeda sebagai hasil dari
pelatihan.
b. Gaya Profesor
Gaya profesor cenderung menekankan mengenai segala sesuatu mengenai gambaran
dirinya, teknik yang digunakannya, dan kelembutan dalam berbicara, serta menciptakan
kesan yang sesuai. Mereka lebih suka memiliki lampu sorot dalam diri mereka, karena
perhatian pembelajar berpusat pada mereka. Suasana pada sesi mereka cenderung formal,
dan menekankan keterpisahan antara presenter dengan penonton.
Tipe profesor, pada saat yang sama, memperhatikan kecukupan materi yang
akan mereka sampaikan. Presentasi mereka biasanya diteliti dengan baik, menggunakan
catatan kaki dan referensi, terencana dan terorganisir dengan terperinci, dan terlatih dengan
baik. Waktu adalah faktor yang penting karena merefleksikan gambaran mereka sebagai
presenter (ketepatan waktu adalah mengesankan) dan dengan kemampuan mereka untuk
menyampaikan semua materi yang penting.
Mereka lebih suka metode mengajar ceramah, yang menjadikan mereka menjadi
pusat perhatian, untuk mengontrol waktu, dan untuk menyampaikan materi yang mereka
percayai penting. Hal ini berkecenderungan untuk menggunakan secara berlebihan, atau
tidak semestinya, media seperti video, slide, atau overhead karena mereka ingin merasa memiliki
kemampuan yang mengesankan, menghibur, dan menyampaikan sejumlah besar informasi
dalam rentang waktu yang singkat.
Jenis situasi yang sesuai untuk gaya profesor adalah dalam membuat pidato,
pembicaraan sehabis makan malam, menyampaikan suatu laporan, dan mempresentasikan
atau menjual ide kepada pembuat keputusan. Gaya ini biasanya tidak efektif untuk
mengembangkan keterampilan nyata atau perubahan perilaku seperti yang diharapkan
peserta. Ini akan lebih sesuai untuk tujuan mengubah sikap; bagaimanapun, perubahan yang
dihasilkan oleh metode ini memiliki jangka waktu yang singkat kecuali jika diberi penguatan
terus menerus.
c. Gaya Penghibur
Pelatih yang menggunakan gaya penghibur berpusat pada hasil pelatihan tetapi juga
merasakan bahwa orang akan belajar lebih baik dari pelatih yang mereka sukai, hormati,
atau kagumi. Mereka memiliki perhatian yang sama banyaknya dengan profesor mengenai
gambaran diri. Mereka sangat memperhatikan kredibilitas mereka dan apakah pembelajar
merasa nyaman dengan keahlian mereka.
Penghibur memperhatikan mengenai keterlibatan dalam pelatihan, tetapi
lebih kepada mereka sendiri daripada kepada pembelajar. Dengan begitu, metodenya
seperti menonton sebuah permainan peran (pelatih) yang memperagakan teknik

208
yang sesuai, lebih disukai daripada pembelajaran mandiri atau aktivitas pembelajaran
kelompok. Saat metode lebih berpartisipasi digunakan, pelatih cenderung untuk
menjalankan kontrol tertutup dan membuat diri mereka menjadi bagian dalam proses
pembelajaran.
Karena pelatih ini secara umum percaya bahwa pembelajar butuh untuk inspirasi
jika mereka akan tampil beda, sesi biasanya didesain untuk memotivasi lebih lagi atau
menghibur. Hal ini dapat efektif tetapi dapat berpotensi membatasi dengan hanya menerima
pembelajaran yang bergantung pada pelatih. Jika ini terjadi, pembelajar dapat mengalami
penurunan motivasi saat mencoba menerapkan keterampilan baru dalam bekerja, karena
pelatih yang dinamis tidak ada disana.
Fakta bahwa mereka mempengaruhi pembelajar secara pribadi seringkali lebih
penting bagi pelatih daripada perubahan spesifik yang terjadi atau masukan yang diberikan.
Kemudian, materi yang spesifik bukan masalah yang penting.
Gaya ini mungkin paling sesuai untuk seminar perkembangan pribadi, pertemuan
penjualan, dan program yang bertujuan untuk mengisi ulang baterai pembelajar.
Dalam kasus terburuk, gaya penghibur dapat disamakan seperti pertunjukkan
tukang obat yang membuat Anda linglung dan mengambil uang anda sebelum anda berubah
penilaian terhadap produknya.
d. Gaya Pelatih
Intruktur yang berorientasi pada pembelajaran dan pada pembelajar cenderung memiliki
titik terang yang menarik sehingga perhatian pembelajar dapat terfokus pada mereka
sepanjang waktu. Pelatih ini melihat peran mereka lebih sebagai fasilitator dalam pengalaman
pembelajaran menyampaikan informasi. Mereka melihat nilai dalam pelatihan hanya sejauh
keberadaan pembelajar untuk menampilkan cara baru.
Yang menjadi fokus utama aktivitas pelatih adalah pengembangan keterampilan,
membangun kepercayaan, dan aplikasinya, daripada mengingat informasi. Pembelajar
dievaluasi, tetapi hanya dengan pengamatan terhadap performa mereka atau perilaku yang
berubah daripada menggunakan tes tertulis. Tingkatan biasanya diabaikan, karena sebagian
besar instruksi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan setiap orang atau meningkatkan
tingkatan daripada menetapkan siapa yang paling pandai.
Di sini kurang diperhatikan penyampaian dengan budi bahasa yang halus karena
pelatih menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyampaikan. Dan juga, karena
menciptakan suasana informal, dimana sedikit tekanan terhadap pelatih mengenai
penampilan, motivasi, dan hiburan. Menggunakan perbandingan yang tinggi dalam aktivitas
pembelajaran mandiri dan pembelajaran kelompok menjadikan pembelajar memotivasi dan
menghibur diri mereka sendiri. Tanggung jawab untuk menampilkan ini, akibatnya, bergeser
dari pelatih kepada mereka.
Jarak antara pelatih dan pembelajar ditekankan. Jenis filosofi yang berlaku adalah
pelatih yang baik adalah seseorang yang memiliki harapan yang tinggi, memandu, dan melatih
pembelajar, serta menemukan jalan sehingga mereka dapat tampil.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 209


Pelatih memiliki sebuah pesan, namun pesan tersebut ditentukan lebih kepada
kebutuhan khusus pembelajar dan mengurangi apa yang pelatih pikirkan. Daripada memaksa
pembelajar untuk memahami dan menerima ide baru, pelatih menggunakan pertanyaan,
diskusi, belajar mandiri, kerja kelompok, dan teknik keterlibatan lainnya untuk memimpin
pembelajar pada kesimpulan, tetapi mereka mengijinkan pembelajar membuat komitmen
mereka sendiri.
Gaya pelatih cenderung lebih efektif dalam situasi pelatihan yang dapat dipercaya
dimana membangun keterampilan dan perubahan perilaku menjadi perhatian utama. Masalah
yang potensial dengan gaya ini adalah kecenderungan untuk mengabaikan batasan waktu,
melompati masalah isi yang penting, hilang kontrol dalam kelas, mematikan pembelajar yang
terbiasa menggunakan gaya pelatihan tradisional, atau dipengaruhi berlebihan oleh persepsi
peserta terhadap kebutuhan mereka.

Lembar Acuan Cepat


Berikut ini adalah ikhtisar dari pengukuran gaya pelatihan dengan menggunakan Instructional
Styles Diagnostic Inventory.

Panduan Acuan Cepat ISDI

PENJUAL PELATIH
Penjual adalah: Berorientasi pada tugas Pelatih adalah: Berorientasi pada
pembelajar

Mereka melihat diri mereka sebagai: Mereka melihat diri mereka sebagai:
Pemberi tugas/pembujuk Fasilitator/pemandu

Penjual lebih mengutamakan: Pelatih lebih mengutamakan:


Produk/materi Hasil dan penampilan

Mereka bekerja keras untuk: Mereka bekerja keras untuk:


Mengarahkan, agresif, bergairah, Mengarahkan, menerima, empatik,
meyakinkan mendukung

Program yang disusun: Program yang disusun:


Tidak formal tetapi tidak fleksibel Tidak formal dan fleksibel

Memimpin sesi yang: Memimpin sesi yang:


Informatif, produktif, efisien, lengkap, Melibatkan, meningkatkan, membangun,
persuasif mengembangkan

Pembelajar dievaluasi dengan: Pembelajar dievaluasi dengan:


Hasil Tes Membandingkan perilaku atau hasil dari
penampilan

210
PROFESOR PENGHIBUR
Profesor adalah: Penghibur adalah:
Berorientasi pada pelatih Berorientasi pada hubungan
Mereka melihat diri mereka sebagai: Mereka melihat diri mereka sebagai:
Presenter/ahli Model peran/bintang
Proffesor lebih mengutamakan: Penghibur lebih mengutamakan:
Proses/penyampaian Reaksi/perasaan
Mereka bekerja keras untuk: Mereka bekerja keras untuk:
Mengesankan, sopan, profesional, Dinamis, hidup, berkharisma, santai,
menjauhkan diri sumber inspirasi
Program yang disusun: Program yang disusun:
Formal dan tidak fleksibel Formal tapi fleksibel
Memimpin sesi yang: terstruktur, Memimpin sesi yang: Memotivasi, disukai,
terkontrol, terorganisir, teratur menyenangkan, menghibur
Pembelajar dievaluasi dengan: Pembelajar dievaluasi dengan:
Tes Subjektif dan penilaian Pelatih Pemeriksaan mengenai perasaan dan
pendapat mereka

Meningkatkan Efektifitas
Seperti yang disebutkan dalam deskripsi dari gaya pada bagian interpretasi Instructional Style
Diagnosis Inventory, pelatih mungkin adalah gaya yang paling sesuai untuk situasi pelatihan yang
sebenarnya. Gaya pelatih mendukung dan menguatkan pendekatan pembelajaran kooperatif
untuk pelatihan orang dewasa.
Ingatlah, bagaimanapun, gaya pelatih tidak sesuai untuk setiap pembelajar.
Tantangannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas gaya dan belajar untuk memeriksa
gaya atau pendekatan apakah yang paling sesuai untuk situasi, kelompok, atau pembelajar
tertentu. Fleksibilitas adalah kunci keberhasilan, yaitu, mengubah dan mengadaptasikan
seluruh program pelatihan sehingga Anda berhadapan dengan tantangan baru dari peserta.
Pelatih dalam masalah ketika mereka tidak dapat atau tidak mau beradaptasi dengan gaya dan
kebutuhan peserta.

Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar versus Pembelajaran Berpusat Pada


Informasi
Untuk lebih memahami perbedaan antara pembelajaran yang berpusat pada pembelajar dan
pembelajaran yang berpusat pada informasi, pelajari tabel di bawah ini.
Perhatikan bahwa, dengan pelatihan yang berpusat pada pembelajar, fokus utama adalah
apakah pembelajar atau peserta mampu untuk membawa jauh pengalaman pembelajaran.
Pembelajar secara aktif terlibat dalam proses dan, tentu saja lebih mengingat informasi serta
lebih mampu untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.
Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 211
Pembelajaran Berpusat Pada Pembelajar
versus
Pembelajaran Berpusat Pada Informasi

Berpusat Pada Pembelajar Berpusat Pada Informasi


Tujuan Untuk meningkatkan pencapaian Untuk meliput materi; menyampaikan
peserta materi
Mendasari Menemukan kebutuhan peserta Untuk menentukan pelatih sebagai ahli
Tujuan untuk diketahui dan dilakukan
Peran Pelatih Fasilitator; pelatih Pemberi informasi; pemberi ceramah
Metode Pelatih menanyakan pertanyaan; Pelatih berceramah, menjelaskan,
tidak lebih dari 50 persen berbicara memperagakan; lebih bayak berbicara
sedangkan peserta mendengarkan dan
menonton
Peran Peserta Peserta aktif selama proses Pembelajar pasif; menyerap informasi
pembelajaran; belajar sambil bekerja
Bagaimana Kesempatan untuk mengaplikasikan Menanyakan pada peserta apakah
umpan balik keterampilan selama bermain mereka memiliki pertanyaan;
didapatkan peran, studi kasus, simulasi, dan menanyakan pertanyaan partisipatisif
pengalaman lainya yang terstruktur mengenai apa yang pelatih katakan
Tujuan umpan Untuk melihat apakah peserta Untuk melihat apakah peserta
balik dapat mengaplikasikan apa yang memahami informasi; untuk menguji
telah mereka pelajari; untuk melihat ingatan mereka
apalah mereka butuh lebih banyak
latihan atau menginstruksikan
kembali

Mengenali Perilaku Berpusat Pada Pembelajar


Untuk mengetes pemahaman Anda tentang perilaku yang berpusat pada pembelajar versus
perilaku yang berpusat pada informasi, lengkapi aktivitas pada daftar pertanyaan di bawah ini.
Anda juga dapat menggunakan tanda centang sebagai pengingat apa yang anda butuhkan untuk
membuat sesi pelatihan Anda berpusat pada pembelajar (Lihat Modul V - Karakteristik Pelatih
dan Gaya Pelatihan pada latihan 4).
Elemen Kunci dari Gaya Pelatihan
Setelah Anda mengerjakan keseluruhan teks ini, Anda akan tertantang untuk menguji dan
mungkin memodifikasi keyakinan Anda dan berlatih. Setelah Anda memutuskan untuk membuat
beberapa tantangan pada pemikiran atau perilaku Anda sekarang, sadari bahwa itu tidak mudah.
Faktanya, hal tersebut dapat menyakitkan. Saat mengubah cara Anda melatih (atau rencana Anda
untuk melatih) tampak seperti pekerjaan yang terlalu banyak, tanyakan pada diri Anda:

212
MEMBANGUN HUBUNGAN SALING PERCAYA (RAPPORT)
ANTARA PESERTA-PELATIH DALAM PELATIHAN

Satu hal yang esensial dalam kesuksesan training adalah kemampuan membangun rapport
atau pengertian. Hal yang sederhana adalah menyetujui dulu apa yang ingin dicapai. Alasan
bahwa sekalipun ini merupakan training kelompok ini tidak seperti belajar kelompok.
Ada beberapa poin yang berguna yang disediakan untuk membantu anda membangun
rapport.
Pendekatan Pribadi
Tidak ada seorang pun yang akan menyukai jika mereka dikatakan sebagai individu
yang tidak memiliki identitas. Ketika anda memberi respon dengan menyebutkan nama
pembelajar, maka mereka akan merasa dihargai. Artinya, cara merespon seperti itu
akan menambah harga diri mereka dalam kelompok sehingga mendorong orang lain
berpartisipasi.
Mendorong-Menguatkan
Mendorong atau memotivasi dalam training merupakan hal yang wajib. Pembelajar akan
mencoba segala macam pendekatan tanpa rasa takut atau gagal. Pendekatan yang harus
dibangun adalah menguatkan kepercayaan terhadap aspek-aspek yang mendorong pembelajar
untuk belajar. Ini dapat dicapai dengan menekankan apa yang harus mereka lakukan daripada
berdiam dalam sebuah kesalahan.
Melibatkan Orang Lain
Manfaat dari mendorong orang lain adalah menjadikan pembelajar sebagai pihak yang
aktif dalam proses belajar. Hal ini didasarkan karena kebanyakan orang merasa mereka
belajar dengan pengalaman. Partisipasi ini juga menjadi salah satu cara yang baik untuk
mengembangkan rapport antara kelompok dan antara pelatih serta pembelajar.
Metode yang baik untuk mencapai keterlibatan adalah mendesain kesempatan agar
pembelajar mengikuti program pelatihan dan menunjukannya secara jelas melalui pelatihan
dan kontribusi dalam kelompok. Dalam beberapa kasus, apresiasi dari pelatih diberikan pada
pembelajar tidak hanya dalam perkataan melainkan juga dengan perbuatan. Di bawah ini
dipaparkan sejumlah tanda positif ataupun negatif yang dapat ditangkap oleh pembelajar
dari seorang pelatih.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 213


TANDA POSITIF TANDA NEGATIF
Senyum Kontak mata yang buruk
Mengangguk Kelihatan bosan
Kontak mata yang baik Kelihatan mengganggu
Suara setuju ah, ah Menarik jari-jari
Ya Jalan dengan menyeret kaki
Ok Melihat jam
Bagus Membelakangi pembicara
Tipe frase termasuk: Tipe frase termasuk:
Itu benar Jelas sekali
Baik Ayo kita sepakat sekarang
Ada ide Kita tidak dapat lanjut sekarang
Bagaimana bisa..? Lebih baik bergerak sekarang
Kita mengejar waktu

Menjadi Antusias
Rapport jarang terjadi secara langsung dan otomatis, seperti layaknya menghormati, hal tersebut
harus diupayakan. Usaha dan antusias yang anda tunjukkan dan diimbangi dengan minat dan
motivasi, akan menjadikan pembelajar tertarik. Henry Ford menyatakan antusiasme sebagai
prasyarat untuk maju disegala bidang.
Kreatifitas Memahami
Orang harus merespon apa yang Anda katakan dan harus memahami apa yang Anda
katakan. Ini artinya bahasa yang digunakan harus alami dan semua anggota kelompok dapat
memahaminya.
- Jangan menggunakan kata yang rumit. Prinsip untuk pelatih adalah berkata dengan KISS
atau keep it short and simple.
- Jangan bicara dengan tinggi hati. Pelatih hendaknya tidak menimbulkan kesan bahwa
pembelajar adalah pihak yang tidak tahu.
- Jangan menggunakan istilah teknik. Setiap subjek memiliki istilah sendiri dan tidak
seperti bagian yang mungkin Anda harapkan. Secara umum jargon dan istilah teknik
dihindari.
- Menjadikan perasaan pembelajar menjadi positif dan termotivasi
Menyatulah Dengan Kelompok
Posisi dari seorang pelatih sangat mudah untuk mengatur dirinya sendiri sebagai seorang
yang berpengalaman. Hindari frase seperti kamu atau mereka yang mengindikasikan
bahwa Anda tidak menghormati mereka sebagai kelompok. Gunakan kami untuk mengatasi
masalah ini.

214
FASILITASI DALAM PELATIHAN

Mengapa keterampilan fasilitasi dalam pelatihan partisipatif sangat penting?


Pelatihan partisipatif yang efektif didasarkan pada masukan dari semua peserta. Ini artinya bahwa
kesuksesan suatu pelatihan lebih tergantung kepada kemampuan pelatih untuk memperkirakan
dinamika kelompok, kemampuan untuk melakukan perubahan pada saat-saat menjelang
pelatihan dimulai, kemampuan untuk mengambil resiko dan memberi tantangan kepada peserta,
kemampuan untuk memahami gaya komunikasi peserta untuk memaksimalkan penggunaan
metode fasilitasi yang inovatif. Dengan kata lain, Anda memerlukan keterampilan fasilitasi yang
luar biasa, sehingga proses sharing dan proses belajar yang efektif bisa berlangsung.

Apakah fasilitasi itu dan apa yang perlu difasilitasi?


Fasilitasi bisa digambarkan sebagai satu proses yang secara sadar dilakukan untuk membantu
satu kelompok agar sukses mencapai tujuan dan fungsinya sebagai satu kelompok. Proses-proses
yang perlu difasilitasi adalah:
Proses belajar
Proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok

Bagaimana fasilitasi membantu terjadinya proses sharing yang efektif dan proses
pemahaman bersama?
Dalam suatu pelatihan, biasanya banyak ide dan pengalaman yang dilontarkan atau diceritakan.
Namun, seringkali hanya beberapa yang mendapat perhatian sementara yang lainnya hilang
seolah-olah tidak pernah dikatakan.
Prinsipnya adalah: satu ide yang diekspresikan dengan gaya komunikasi yang bisa diterima akan
ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Ide-ide yang diekspresikan secara buruk
atau mengancam akan lebih sulit didengar peserta. Sebagai contoh, banyak peserta tidak sabar
dengan peserta yang sangat pemalu atau gugup dan bicara dalam kalimat terpatah-patah, atau
yang tidak menguasai bahasa dengan baik.
Tidak jarang dijumpai, ada kelompok pelatihan yang pesertanya benar-benar ingin menyuarakan
opini, berbagi pandangannya, saling mendengarkan pengalaman dan memunculkan ide-ide
baru yang menarik. Namun, hal itu dibatasi oleh kemampuan menerima gaya komunikasi yang
berbeda, sehingga ruang lingkup dan kekayaan informasi, pengetahuan dan pengalaman hasil
sharing-nya menjadi terbatas.
Dalam contoh dan ilustrasi berikut digambarkan bahwa walaupun ada ide-ide yang hilang, akan
lebih banyak ide-ide yang dibagi (di-share) apabila kita memperluas batas gaya komunikasi yang
bisa diterima. Dengan menggunakan teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator bisa menjadi
pendukung untuk kelompok seperti itu.
Sebagai contoh:
Ketika seseorang mengulang-ulang perkataanya sepanjang waktu, seorang fasilitator bisa
meringkaskan perkataannya untuk membantunya berpikir.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 215


Seorang fasilitator bisa membantu mereka yang bicara dalam kalimat terpatah-patah
dengan memperlambatnya dan menggali gagasan yang ingin disampaikan.
Seorang fasilitator bisa mengulang satu ide dari seorang peserta yang malu agar menjadi
perhatian semua orang.
Seorang fasilitator bisa melakukan interupsi dengan tegas dan baik apabila ada topik yang
berbeda dengan topik yang sedang didiskusikan. Namun fasilitator menjanjikan kepada
pembicara bahwa pada akhir diskusi, fasilitator akan meminta kelompok memutuskan
apa yang harus dilakukan dengan topik baru tersebut.
Bagaimana fasilitasi membantu proses partisipasi dan dinamika kelompok?
Proses untuk menemukan apa yang terjadi dalam satu kelompok disebut mendiagnosis. Itu adalah
suatu keterampilan penting bagi seorang fasilitator. Seorang fasilitator hanya bisa menghindari
atau menghilangkan masalah jika dia bisa mendiagnosis apa yang terjadi. Dalam diagnosis
terkandung pemahaman tentang penyebab masalah yang diperoleh setelah mencari petunjuk:
dari dalam kelompok, misalnya pola komunikasi, bahasa tubuh.
di luar kelompok, misalnya sejarah, hubungan masa lalu antara anggota, hierarki.
Beberapa contoh yang bisa diungkap di sini adalah:

MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB


Setiap orang tidak berpartisipasi atau Tugas tidak jelas untuk setiap orang.
menunjukkan ketertarikan dan sebagian diam.

Beberapa peserta merasa tidak aman.


Beberapa peserta mendominasi berdasarkan
pendidikan, kelas atau seks.
Peserta tetap pada pandangan yang saling Adanya nilai-nilai yang berbeda jauh lebih
bertentangan, menghambat proses atau penting ketimbang tugas kelompok.
pengambilan keputusan. Adanya perbedaan/konflik antara individual
yang ada sebelum keberadaan kelompok.
Beberapa peserta mengabaikan atau tidak Peserta tidak sensitif terhadap kebutuhan dan
memperdulikan kontribusi dari peserta lain masukan dari yang lain.
Peserta terlalu mementingkan diri sendiri.
Kelompok tidak bisa mengambil keputusan, Peserta tidak memiliki cukup informasi atau
atau tidak ingin melaksanakan keputusan keterampilan untuk memecahkan masalah.
Keputusan mengancam peserta.
Takut salah.

Bagaimana fasilitasi mendukung proses belajar yang efektif ?


Ketika kita memfasilitasi proses-proses partisipasi, sharing dan dinamika kelompok maka fokus
fasilitator terletak pada bagaimana dan prosesnya. Sedangkan untuk memfasilitasi proses belajar,
fokusnya terletak pada apa-nya.

216
Ketika presentasi Perjelas tujuan
Kelompok, struktur dan kecepatan sesuai dengan apa
yang perlu dipelajari.
Sebanyak mungkin gambarlah.
Hubungkan dengan apa yang sudah peserta ketahui.
Hubungkan dengan realitas kerja peserta.
Ketika mendorong sharing Cari kesamaan dan perbedaan.
Tetap pada jalur.
Ikuti seluruh diskusi.
Rumuskan poin-poin penting.
Tantang dengan pemikiran hitam putih.
Dapatkan nilai-nilai belajar.
Ketika mendorong pertemuan Perkuat eksplorasi dan eksperimentasi.
Perkuat untuk mencoba sesuatu yang baru
Dampingi
Ketika mendorong penerapan Kejelasan tugas
Mengawasi kemajuan
Beberapa sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator yang
efektif:
Keterbukaan: kemampuan untuk mengundang dialog, menerima umpan balik, dan siap untuk
menguji nilai-nilai Anda termasuk opini, serta kesiapan untuk merubahnya, jika perlu.
Sensitif/empati: kemampuan mengambil pesan implisit; untuk melihat masalah melalui mata
peserta; untuk memahami perasaan, ide-ide dan nilai-nilai mereka; untuk fokus pada peran
daripada sekedar hanya pada kepribadian atau kompetensi.
Keterampilan komunikasi dasar: kemampuan menyimak dan mengamati secara aktif,
bertanya, menguji, menciptakan dialog, mengungkapkan dengan cara lain, memberi umpan
balik.
Mendiagnosis: kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan memilih cara dan waktu
intervensi yang tepat.
Mendukung dan mendorong peserta: kemampuan untuk memberikan dukungan, apreasiasi
dan kepedulian baik secara verbal maupun non-verbal.
Menantang: kemampuan untuk berlawanan, untuk tidak setuju, untuk menghentikan satu
proses tanpa bersikap kasar.
Mengelola konflik: kemampuan untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi dan
mediasi.
Memodelkan: kemampuan untuk menyertakan diri sebagai model dalam kelompok,
menanggapi dengan spontan, tanpa menjadi idealis, bersikap sebagai pakar.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 217


MENYIMAK

Menyimak secara baik adalah lebih sulit daripada yang kita pikir.
Menyimak sepertinya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, kita berpikir sedang menyimak,
tetapi ternyata kita hanya mendengar apa yang mau kita dengar! Hal ini bukan proses sadar;
hal ini hampir alamiah. Untuk menyimak dengan hati-hati dan secara kreatif, kita harus dapat
memilih aspek-aspek positif, masalah-masalah, kesulitan-kesulitan dan menangkap ketegangan-
ketegangan yang terjadi. Ini adalah keterampilan paling mendasar untuk fasilitasi. Karenanya
kita selayaknya mencoba untuk memahami apa yang bisa menghambat tindakan menyimak.
Daftar di bawah ini disebut hambatan untuk menyimak yang mungkin mengganggu tindakan
menyimak yang sesuai dan suportif. Memahaminya akan membantu untuk mengatasinya.
Hambatan menyimak
Menyimak hidup-mati
Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang
berpikir sekitar empat kali lebih cepat dibanding rata-rata orang bisa bicara. Jadi
pendengar memiliki kira-kira 3/4 menit waktu berpikir tersisa untuk tiap menit kegiatan
menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang hal-
hal pribadinya daripada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara
katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti gesturs,
keraguan, dan lain-lain.
Menyimak Bendera Merah
Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa bermakna bendera merah bagi banteng.
Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan menghentikan tindakan
menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi beberapa lebih
universal seperti istilah suku terasing, hitam, kapitalis, komunis dan lain-lain. Beberapa
kata-kata sangat bermuatan sehingga pembicara langsung tidak didengar. Pendengar
kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk mengembangkan pemahaman terhadap
orang tersebut.
Menyimak dengan kuping terbuka pikiran tertutup
Kadang-kadang pendengar memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau
pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka
mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa yang diketahui pembicara
atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma menyimak
karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka melakukannya.
Menyimak dengan berkaca-kaca
Kadang-kadang pendengar melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang
menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di
sana. Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata Mereka
berkaca-kaca, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang bermimpi atau
dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta terlihat dengan

218
mata berkaca-kaca dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat untuk berisitirahat
atau merubah irama.
Terlalu serius menyimak
Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering terlalu memaksa
diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya. Menyimak
dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita menemukan bahwa
topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang atau beberapa orang
yang tidak memahami, maka kelompok lain bisa diminta untuk menjelaskan atau jika
mungkin, dengan memberi contoh.
Menyimak dont-rock-the-boat (jangan mengguncang sampan)
Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak; banyak
yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara mengatakan sesuatu
yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai, mereka mungkin secara
tidak sadar menghentikan menyimak atau bahkan bersikap bertahan. Bahkan jika hal ini
dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha menyimak dan menemukan pikiran
pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain dari permasalahan. Dengan demikian
kerja pemahaman dan tanggapan secara konstruktif bisa dilakukan kemudian.
Hal yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam Menyimak

Yang dilakukan Yang jangan dilakukan


Tunjukkan perhatian Membuat pembicara terburu-buru
Pahami Menentang
Ungkapkan empati Menyela
Singkirkan masalah jika ada Menilai dengan cepat sejak awal
Simak penyebab masalah Memberikan saran kecuali jika diminta
Bantu pembicara untuk orang lain
mengembangkan kompetensi dan Langsung menyimpulkan
motivasi untuk memecahkan masalah- Membiarkan emosi pembicara terlalu
masalahnya langsung mempengaruhi kita.
Tanamkan kemampuan untuk diam
ketika diam diperlukan.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 219


PRAKTEK MENGAMATI

Apakah mengamati itu?


Mengamati adalah kemampuan untuk;
melihat apa yang terjadi tanpa menilai
memahami petunjuk non-verbal
memonitor kerja kelompok secara objektif.

Kenapa harus dipedulikan?


Dalam satu kelompok orang berinteraksi dengan berbagai cara yang berbeda, mereka berinteraksi
tidak hanya melalui apa yang sudah dikatakan tetapi juga melalui bagaimana sesuatu dikatakan;
penggunaan ekspresi suara, muka, sikap, gestures dan yang sejenisnya. Komunikasi non-verbal
(berkomunikasi selain dengan berbicara) bisa mengirimkan pesan yang kuat. Pengamatan yang
baik akan membantu Anda untuk:
Memperkirakan perasaan
Memonitor dinamika kelompok
Memonitor partisipasi kedua belah pihak
Karenanya sangat penting sebagai seorang pelatih untuk memperhatikan tipe komunikasi non-
verbal ini dan mengembangkan keterampilan dalam mengamati mereka. Anda dapat melakukan
hal ini dengan cepat, dan tanpa seseorang pun memperhatikan.

Apa yang diamati?


Tugas mengamati adalah memperhatikan
Siapa mengatakan apa?
Siapa melakukan apa?
Siapa yang duduk di sebelah siapa?
Apakah selalu seperti itu?
Siapa menghindari siapa?
Bagaimana tingkat umum energi?
Apakah tingkat keseluruhan perhatian?
Dan lain-lain.

220
Menggunakan Pertanyaan

Kenapa mengajukan pertanyaan sebagai seorang pelatih?


Ada keterampilan yang bisa diuji yang bisa membantu seorang pelatih untuk melakukan sesi
pelatihan yang lebih efektif. Pertama, jadilah seorang pendengar yang baik. Kemudian menjadi
ahli dalam seni menggunakan pertanyaan yang tepat dengan cara yang tepat pada waktu yang
tepat.
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan. Anda bisa langsung memberikan jawabannya,
jika Anda merasa memiliki semua jawaban dan ingin mengesankan setiap orang dengan
pengetahuan Anda. Atau, Anda bisa mendorong partisipasi peserta dan memberi mereka
kesempatan untuk merefleksikan, berpikir, menemukan dan belajar sendiri.

Alasan Contoh
1. Meraih keterlibatan peserta. Bagaimana perasaan Anda tentang...?

2. Merasakan pikiran/ide atau opini Apa ide anda tentang...?, Bagaimana menurut
peserta. Anda?
3. Melibatkan orang non-partisipatif. Jack, apa yang Anda pikirkan?

4. Kenali kontributor penting . Ali, itu ide yang menarik, tolong jelaskan lebih
lanjut kepada kami...
5. Mengelola waktu kelas. Ok, kita sudah menggunakan sedikit waktu untuk
menjawab pertanyaan itu. Bagaimana jika kita
teruskan?
6. Meraih pemahaman dengan Itu salah satu cara pandang. Coba kita lihat dari
menggali pertanyaan dari kedua sisi pandang yang lain. Apa yang akan terjadi jika
belah pihak tentang suatu hal. Anda...

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 221


Tipe-tipe pertanyaan:
Tipe-tipe Kegunaan Implikasi
Pertanyaan Umum: Merangsang proses berpikir Pertanyaan yang tidak diajukan
Ditujukan kepada setiap orang. Berguna untuk kepada seseorang secara
kelompok secara memulai satu diskusi. Mengatur khusus, mungkin tidak dijawab.
keseluruhan, mungkin kecenderungan. Pertanyaan yang salah bisa
ditulis pada overhead atau membelokkan proses. Mungkin
flip chart. tidak berguna, kecuali ada
waktu berpikir yang cukup.
Pertanyaan Langsung: Cara yang baik untuk dijawab. Bisa membuat malu peserta
Ditujukan kepada Berguna untuk melibatkan yang tidak siap. Lebih efektif
seseorang dengan peserta yang pendiam dan jika diikuti dengan satu
menyebut nama, atau pemalu. pertanyaan umum untuk
sebuah subkelompok. Bisa mengurangi monopoli mengembalikan fokus kepada
diskusi oleh peserta yang lebih kelompok sebagai kesatuan.
dominan.
Bisa menyerap kemampuan
khusus seseorang dalam
kelompok, contohnya. rimbawan,
spesialis jender.
Bisa digunakan untuk mengaitkan
pada satu poin yang hilang karena
ada komentar orang lain yang
tidak relevan.
Pertanyaan Terbuka: Untuk mendapatkan umpan balik Pertanyaan seperti itu lebih
Mulai dengan siapa, yang kongkrit atau informasi. sulit untuk dijawab. Pertanyaan
apa, kapan, dimana, Akan membuat peserta berpikir. yang dimulai dengan
bagaimana, mengapa. Kualitas diskusi akan berkembang mengapa, mungkin dianggap
Pertanyaan yang tidak ketika detil baru ditemukan. mengancam. Jika pelatih
bisa dijawab dengan Baik untuk menganalisis situasi tidak bisa mengembangkan
hanya mengatakan ya, masalah (Kenapa ini terjadi? tanggapan, kegunaannya
atau tidak. Apa yang perlu dilakukan agar berkurang.
berubah?).
Pertanyaan Faktual: Untuk menjernihkan Beberapa peserta yang
Diajukan untuk kekaburan faktual. mengetahui faktanya mungkin
mendapatkan informasi Untuk mengalihkan dari asumsi memonopoli diskusi.
faktual. atau jeneralisasi.
Berguna pada tahap awal diskusi.
Pertanyaan yang Pastikan bahwa jawaban ada di Mungkin memberikan kesan
Dipantulkan: peserta. bahwa pelatih tidak memiliki
Pelatih melemparkan Bisa memicu perdebatan di pengetahuan. Bisa dianggap
pertanyaan kembali antara peserta. sebagai taktik menghindar.
kepada kelompok atas
pertanyaan yang diajukan
kepadanya.
Pertanyaan Mengarah: Berguna untuk mengarahkan Bisa manipulatif.
Jawaban yang diharapkan diskusi yang telah melantur. Poin penting bisa hilang
terkandung dalam Berguna untuk kontrol fasilitasi karena niat pelatih untuk
pertanyaan. dan mengendalikan. mempertahankan kontrol.

222
UMPAN BALIK BELAJAR SATU SAMA LAIN

Apakah umpan balik itu?


Umpan balik personal memberi informasi tentang perilaku dan penampilan. Umpan balik bisa
sering dipertukarkan dalam satu situasi pelatihan, dari pelatih kepada peserta, sebaliknya atau
antara peserta.
Apakah tujuan umpan balik?
Umpan balik adalah satu cara membantu orang lain agar dia paham akibat perilakunya terhadap
orang lain. Umpan balik membantu seseorang untuk menjaga perilakunya sesuai sasaran dan
pada gilirannya akan meningkatkan penampilannya.
Bagaimana umpan balik bekerja?
Membiasakan diri dengan JOHARIs-Window akan membantu untuk memahami akibat dari
umpan balik. Lihat pada gambar berikut. Gambar tersebut berbentuk jendela dengan empat daun.
Yang disebut JOHARIs window setelah orang menggunakannya. Jendela adalah satu model
yang bisa menunjukkan bagaimana komunikasi bekerja dan membantu kita untuk memahami
bagaimana kita bisa menumbuhkan pengetahuan-diri dan bagaimana kita bisa membangun
kepercayaan yang lebih dalam dalam kelompok dan komunitas dengan membagikan umpan
balik.

known unknown
by self ask by self

1 2
feedback solicitation

known
by others open/free blind
area area

tell
self-disclosure/exposure shared others observation
disco-
very

unknown hidden unknown


by others
self-disclosure

area area

3 4

Jendela mewakili individu pribadi secara keseluruhan. Keempat daun jendela bisa digambarkan
sebagai berikut:

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 223


Bebas/Free: Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda dan orang lain. Ini adalah
wilayah berbagi bersama (mutual sharing).
Tersembunyi/Hidden: Bagian diri Anda yang diketahui oleh Anda, tetapi tidak diketahui orang
lain. Kadangkala dengan lebih banyak berbagi akan bisa menjernihkan
suasana, membangun kepercayaan dan membuat kelompok bekerja lebih
mudah.
Buta/Blind: Bagian diri Anda yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui
oleh Anda. Nada suara Anda, satu bakat yang tidak Anda perhatikan
mungkin berada dalam area ini.
Misteri/Unknown: Bagian diri Anda yang tidak diketahui oleh Anda sendiri dan orang lain.
Disini terletak bakat dan kemampuan yang belum Anda ketahui dan
orang lain ketahui. Tetapi mereka bagian diri Anda dan mungkin satu
hari akan terungkap.
Umpan Balik: Cara dimana orang lain membukakan wilayah buta Anda, dengan
membiarkan orang lain menyampaikan apa yang Anda tidak ketahui dan
lihat tapi diketahui dan dilihat oleh orang lain.
Sharing: Cara membuka diri Anda lebih banyak kepada orang lain.
Pengungkapan: Sebuah pengalaman ketika bagian wilayah misterius diri Anda sendiri
tiba-tiba terungkap. Pengungkapan muncul secara spontan; tidak bisa
direncanakan.

Dalam kata lain, cara kita melihat diri sendiri, adalah sebagian dari hasil yang orang lain telah
sampaikan kepada kita; bagaimana mereka melihat kita. Kadang-kadang bahkan bisa dilihat
sebaliknya yaitu cara kita merasakan atau berperilaku, bisa tergantung pada apa yang kita pikir
orang lain lihat dalam diri kita. Contohnya:
Saya tidak memahami apa yang guru katakan, tetapi jika saya minta kepadanya untuk menjelaskan
kepada saya lagi, dia akan berpikir bahwa saya sangat bodoh. Maka lebih baik saya diam.
Dalam banyak kasus akan sangat membantu untuk mendengar dari orang lain bagaimana mereka
sebenarnya melihat saya, dan hal ini bisa dilakukan melalui umpan balik.

Bagaimana memberi umpan balik?


Umpan balik hanya akan efektif jika kriteria tertentu digunakan. Berikut beberapa petunjuk
untuk memberi umpan balik konstruktif.

224
KRITERIA CONTOH BAIK CONTOH BURUK
Spesifik, tidak umum. Anda terlalu cerewet! Ketika kita sedang memutuskan
suatu hal, Anda terlalu banyak
berbicara sehingga saya berhenti
menyimak.
Deskriptif, Anda hanya mau Saya merasa terganggu, karena Anda
tidak menilai mengganggu saya! menyela saya sepanjang waktu!
Penerima bukan Saya katakan pada Anda.. Jika Anda siap saya akan memberi
pemberi Anda beberapa umpan balik
mengenai
Fokus pada perilaku Anda sombong! Anda sering mengangkat alis, ketika
bukan orang saya berbicara. Ini menyulitkan bagi
saya untuk terus berbicara.
Fokus pada hal positif Anda tidak cukup Anda memiliki senyuman yang
bukan negatif tersenyum hangat, Anda bisa melalukannya
lebih sering, hal itu membuat saya
senang untuk bekerja dengan Anda.
Minta jangan paksa Pasti Anda ingin Tolong, katakan apa yang telah Anda
mengetahui... lihat dari pekerjaan saya .Apakah
semua orang paham apa yang saya
jelaskan ?
Waktu yang baik Minggu lalu.... Secara umum jangan menunda
umpan balik. Hal itu akan lebih
berguna jika dilakukan setelah
pengamatan. Orang kemudian bisa
menghubungkannya dengan situasi
spesifik

Singkatnya coba katakan umpan balik Anda sebagai berikut:


Ketika (menyebutkan perilaku spesifik)
saya. (menjelaskan perasaan Anda).
Karenanya. (memberitahu akibat perilaku).

Bagaimana cara menerima umpan balik?


Umpan balik dapat memberi gambaran kepada Anda bagaimana orang lain melihat tindakan
Anda dan memberi Anda pilihan untuk merubah perilaku Anda. Bahkan sekalipun Anda tidak
setuju dengan umpan balik tersebut, Anda juga perlu untuk mendengar dan memahaminya
dengan jelas. Memberi umpan balik kepada orang lain kadangkala sulit. Karenanya menjadi
penting untuk memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan orang mudah menerima
umpan balik.
Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 225
Dalam bagian berikut, ada hal-hal yang bisa membantu Anda untuk memahami cara menerima
umpan balik yang positif.
Konsentrasi, Amati dan Simak Anda tidak perlu melakukan apa pun dengan umpan balik. Yang
perlu Anda lakukan, hanyalah memperhatikan orang yang memberi Anda umpan balik.

Periksa Jadi, apa yang Anda katakan adalah


Tunggu sampai umpan balik diberikan, kemudian bahwa
katakan dengan kata lain poin pentingnya.
Jernihkan Kapan dan bagaimana saya
Ajukan pertanyaan untuk memperjelas atau minta membuat Anda marah?
contoh.
Jangan membela diri Itu karena
Banyak di antara kita yang memiliki kesulitan Saya berpikir bahwa kebanyakan
dalam mendengar hal negatif tentang diri kita orang
sendiri. Biasanya kita merasa tidak nyaman Ya. Tetapi
sehingga kita berusaha mempertahankan diri, Anda salah paham
antara lain dengan memberi tanggapan yang Anda siapa ? Mengapa Anda
cepat. Sayangnya, kalau hal itu kita lakukan, berani berkomentar seperti itu ?
berarti kita akan kehilangan kesempatan yang
bernilai untuk pengembangan diri.
Katakan batas Anda Saya sudah cukup mendengar,
Jika orang yang memberi umpan balik terlalu terima kasih atas semua
banyak memberi saran-saran, petunjuk, atau umpan balik yang membantu.
kritik, yang membingungkan, maka Anda bisa Konsentrasi, Amati dan Simak
mengatakan bahwa itu cukup.

226
PARAFRASE

Apakah parafrase itu?


Parafrase dalam pelatihan adalah tindakan pelatih mengulang apa yang dikatakan peserta
pelatihan, menggunakan kata-kata sang pelatih sendiri.

Kenapa menggunakan parafrase?


a. Keuntungan bagi pelatih
Teknik ini memaksa Anda, sebagai seorang pelatih, untuk menyimak dengan hati-hati,
karena Anda tahu bahwa ketika peserta selesai berbicara, Anda perlu mengulang apa yang
telah dikatakan. Sebagai tambahan, Anda memiliki kesempatan untuk menemukan, apakah
Anda benar-benar memahami apa yang dikatakan peserta.
b. Keuntungan Bagi Pembicara
Parafrase memiliki efek menenangkan dan menjernihkan. Parafrase meyakinkan pembicara
bahwa ide-idenya layak untuk disimak. Dan meyakinkan pembicara bahwa orang lain
mendengar ide-idenya. Dengan kata-kata lain, parafrase mendorong orang saling-
mendengarkan dan saling berkomunikasi.
c. Keuntungan Bagi Pendengar
Mereka memiliki kesempatan kedua untuk memahami apa yang dijelaskan oleh pembicara.

Kapan menggunakan parafrase?


Ketika seorang peserta membuat pernyataan yang sangat panjang, rumit dan membingungkan,
atau ketika seorang peserta memiliki masalah-masalah dalam mengungkapkan pemikirannya
sendiri secara jelas.

Bagaimana menggunakan parafrase?


Tekniknya menggunakan model empat-langkah berikut:
a. Simak dengan hati-hati
b. Pergunakan kata-kata Anda sendiri untuk mengatakan apa yang kira-kira dikatakan
peserta, dimulai dengan, sebagai contoh:
Dalam kata-kata lain atau
Apakah yang Anda maksud adalah atau
Kedengarnya yang Anda katakan adalah
c. Periksa dengan mengatakan sesuatu seperti:
Apakah benar begitu? atau
Apakah saya bisa menangkapnya
d. Jika tidak, terus minta penjelasan sampai Anda memahami apa yang dimaksudkannya.
Catatan: Jika pernyataan pembicara dalam satu atau dua kalimat, pergunakan kira-
kira jumlah kata-kata yang sama ketika Anda mem-parafrase-kannya. Jika pernyataan
pembicara dalam kalimat yang sangat panjang, ringkaskan.
Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 227
MENGUJI

Apakah menguji itu?


Menguji adalah mengajukan pertanyaan berikut ini untuk mendapatkan pemahaman, seperti:
Bisa Anda jelaskan lebih?
Bisakah Anda meletakkan dengan cara yang lain?
Tolong jelaskan lebih lanjut hal tersebut.
Tetapi mengapa, bagaimana, siapa, kapan, di mana?
Apa pun yang lain?
Menguji lebih seperti mengupas lapisan bawang, dan tujuannya adalah menuju inti bawang
tersebut.

Kenapa dan kapan menggunakan menguji sebagai seorang pelatih?


Menguji bisa digunakan untuk keperluan yang berbeda seperti:
Untuk menggali peserta,
Untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan/atau opini,
Untuk membangun dialog,
Untuk memecahkan masalah-masalah.

Bagaimana cara menguji dengan baik

LAKUKAN JANGAN LAKUKAN


Aktif menyimak. Menilai selama menyimak.
Kembangkan pertanyaan selanjutnya Melompat dari satu pertanyaan ke
dari jawaban sebelum. pertanyaan lain.
Perjelas informasi. Membuat asumsi.
Pisahkan masalah atau poin utama. Kehilangan arah karena terhambat
detil atau menyimpang.

228
MENCIPTAKAN DIALOG

Apakah dialog itu?


Dialog adalah aliran informasi yang sangat bebas di mana peserta ikut bertanggung jawab.
Apakah perbedaan antara dialog dan diskusi?
Istilah dialog dan diskusi seringkali digunakan dimana saja, tergantung dari konteks atau situasi
penggunaannya. Selama pelatihan ini, kita mendefinisikan diskusi dan dialog sebagai berikut:

DISKUSI DIALOG
Berdasarkan kompetisi Berdasarkan berpikir bersama
Bertanggung-jawab untuk Bertanggung-jawab untuk memahami
mempengaruhi opini yang lain perspektif yang lain
Pikiran tertutup Pikiran terbuka
Bicara Menyimak
Pernyataan Pertanyaan terbuka
Opini yang pasti Menguji
Mencari penyelesaian Mencari penyelesaian terbaik

Kenapa dialog penting dalam pelatihan?


Dialog adalah perlu untuk:
Menciptakan satu lingkungan saling percaya
Sharing
Menyelesaikan masalah secara efektif
Mencapai konsensus

Bagaimana menciptakan dialog?


1. Perjelas tujuan sharing (jika diperlukan jelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi)
2. Uji dan dukung pengujian oleh peserta dengan informasi dan pemahaman
3. Tantang ide-ide atau asumsi yang mapan.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 229


PENTINGNYA KOMUNIKASI NON-VERBAL

Pembelajaran terbaik adalah ketika seseorang mempunyai kebutuhan dan meyakini bahwa
pelatih, mempunyai pengetahuan yang mereka butuhkan. Ini berarti bahwa setiap anggota
kelompok memiliki ketetapan mengenai apa yang harusnya dikatakan. Masalahnya adalah tidak
semua dikomunikasikan hanya secara verbal. Walaupun kita berbicara dengan suara kita, namun
kita berkomunikasi melalui seluruh tubuh kita.
Jika kelompok tersebut bertujuan untuk menerima apa yang Anda sampaikan kepada
mereka, maka yang pertama adalah mereka harus mempercayai bahwa Anda adalah seorang
pelatih. Orang akan menilai secara tepat sebuah pesan berdasarkan penempatan kepercayaan
yang diberikan kepada si penyampai pesan. Ini berarti sejak pertama kali pertemuan dengan
anggota kelompok, mereka akan menilai Anda untuk melihat seberapa besar validitas yang dapat
mereka tempatkan terhadap apa yang Anda katakan, sebesar apa otoritas Anda akan menentukan
besarnya keyakinan mereka terhadap diri Anda.
Inilah poin yang mesti dibangun untuk kepuasan mereka yaitu dapat membuat mereka
rileks dan mendengarkan isi pesan yang Anda sampaikan. Ini tidak berarti bahwa kredibilitas
hanya ditentukan oleh peran kekuatan non-verbal tetapi memainkan peran penting dalam
menciptakan pengertian kelompok.
Seorang behavioris Albert Mehrabian menemukan bahwa 55% dari dampak pesan yang
disampaikan dibangun oleh elemen non-verbal. Intonasi berpengaruh 30% namun hanya 7%
pengertian dari kata-kata yang disampaikan itu sendiri. Terang saja bahwa gerak tubuh, gaya,
dan ekspresi dapat mempengaruhi secara signifikan khususnya:
1. Mempengaruhi penerimaan pesan.
2. Mempengaruhi pemahaman terhadap pesan.

Penerimaan Pesan
Tingkah laku Trainer harus bersahabat, berotoritas, dapat didekati dan terpercaya.
a. Senyum
Cara yang paling sederhana dan efektif untuk menunjukan bahwa anda seorang yang ramah
dan dapat didekati adalah dengan tersenyum. Hal ini sangat natural, bukan terkekeh-kekeh
karena gugup juga bukan menyeringai atau meringis.

b. Berjabat tangan
Jabat tangan biasa diartikan sebagai cara untuk menghilangkan jarak. Jabat tangan jangan
dipandang sebagai kesempatan untuk meremukkan tulang jari. Juga bukan seperti ketika
memegang kain basah atau bukan sebagai sarana untuk menunjukan kekuatan.

c. Postur
Cara berdiri kita juga dapat menunjukan indikasi apa yang sedang kita rasakan. Penampilan

230
Anda menunjukan kontrol diri Anda. Anda harus terlihat mempunya otoritas namun tidak
militeristik. Ini berarti jika Anda tinggi maka terlalu memikirkan tinggi badan. Jangan gugup
juga lembek seperti jeli dalam piring.

d. Cara bertindak
Menjadi orang yang punya keyakinan tidak berarti menjadi sombong. Jangan sampai ada
yang Anda katakan atau lakukan yang membuat kelompok merasa terhalangi, dipermalukan
atau dilindungi.

e. Penampilan
Sering disebut bahwa kesan pertama adalah kesan terakhir dan tidak akan ada kesempatan
kedua untuk menciptakan kesan pertama. Seorang partisipan umumnya memiliki opini
mengenai apa yang akan mereka harapkan untuk dilihat. Penampilan Anda merupakan
bagian integral dari harapan ini.
Jika anda menginginkan kelompok senang dan merasa nilai-nilai yang sama dengan
yang Anda bagikan, maka penting untuk memakai cara berpakaian yang sama. Sebagai
contoh, jika Anda memakai pakaian yang sangat kasual, jeans dengan jumper ketika yang
lainnya memakai pakaian formal, ini akan menurunkan kredibilitas dan berarti Anda akan
bekerja dua kali lipat lebih keras untuk mengatasi reaksi ini.

Pemahaman Pesan
Kejelasan pesan yang dikomunikasikan dan yang diterima oleh orang lain secara signifikan
dipengaruhi oleh non-verbal yang tersampaikan dalam proses presentasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penerimaan dan penolakan adalah:
Mata
Lengan dan tangan
Kaki, lutut dan tubuh
a. Mata
Mata merupakan jalur komunikasi yang sangat penting. Dalam percakapan normal, terjadi
kontak mata 25 -30% pada waktu tersebut, kedipan mata terjadi setiap 3 10 detik. Selama
percakapan, maka kontak mata akan berkurang dan jumlah kedipan menurun.
Kemampuan mendengar sebanding dengan kontak mata yang dilakukan. Ini berarti asumsi
bahwa jika seseorang menatap kita ketika berbicara maka informasi tersebut ditujukan bagi
kita. Sebaliknya jika kontak mata kemana-mana maka kita akan menolak pembicara dan
tidak bersepakat dengan apa yang disampaikan.
Ini sering ditemui dalam sesi training ketika pertanyaan ditujukan pada kekompok dan
kontak mata terhadap keseluruhan kelompok. Hasilnya adalah respon yang lama atau sama
sekali tidak direspon. Jika pertanyaan yang sama diajukan dengan menatap secara individual
maka orang tersebut akan merasa perlu untuk menjawab atau memahami hal tersebut.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 231


Efeknya adalah ketika terjadi kontak mata dengan kelompok secara memadai maka
penyerapan dan keterlibatanpun berkurang.
Jika sedemikian penting, mengapa banyak orang masih mengalami kesulitan? Jelas bahwa
kemampuan perasaan kita mendeteksi secara instingtif menolak kontak mata karena orang
lain dapat melihat kegugupan maupun kecemasan kita. Keengganan untuk melakukan kontak
mata juga dapat diartikan sebagai ketakutan.
Di sisi lain, kurangnya kontak mata oleh kelompok juga menunjukan kurangnya kepercayaan,
kecenderungan untuk menutupi perasaan, juga kebohongan. Solusinya yaitu mengusahakan
untuk menatap orang-orang dalam kelompok atau paling tidak membuat mereka percaya
pada Anda.
b. Lengan dan Tangan
Mungkin hal yang paling sulit bagi trainer adalah mengatur gerak tangan ketika melakukan
presentasi. Dalam percakapan biasa, gerak tangan mungkin tidak begitu penting, namun
dalam melakukan presentasi kadang dapat secara indpenden bergerak. Dimasukan ke dalam
saku atau menjelajahi mulut dan gerakan lain yang tidak diharapkan.
Mengapa? Karena ada rasa gugup. Ketegangan akibat gugup menghasilkan energi ke sistem
untuk mencoba mencari sesuatu yang dapat dimainkan.
c. Gerakan tangan yang harus dihindari
Grooming
Tidak ada yang salah salah ketika memastikan apakah dasi sudah cukup lurus atau
rambut tertata dengan baik, namun jika hal tersebut terus menerus dilakukan maka akan
mengganggu.
Fiddling (memain-mainkan)
Yang termasuk dalam permainan disini adalah kancing, jam, cincin, spidol, penjepit kertas
dan sebagainya. Untuk menghindari melakukannya maka sebaiknya membatasi pemakaian
hal-hal tersebut.
Wringing (Meremas-remas)
Meremas-remaskan tangan merupakan hal yang biasa dimaknai permintaan maaf kepada
audiens (tergantung seberapa sering hal tersebut dilakukan).
Scratching (Pelemasan)
Gerakan tangan yang paling mendapatkan respon dari pendengar adalah ketika pembicara
melakukan stretching dan diikuti dengan suasana santai oleh audiens.
d. Kapan harus menggunalan gerakan tangan
Gerakan tangan harus dapat digunakan untuk membantu pemahaman kelompok. Harus
memiliki tujuan yang jelas juga harus natural dan hati-hati. Banyak pembicara yang yakin jika
menghasilkan gerakan tangan yang sesuai maka mereka akan lebih mudah diterima.

232
Fungsi gerakan tangan adalah:
Reinforcement (Penguatan)
Gerakan tangan baik untuk dilakukan ketika dalam tujuan untuk menguatkan apa yang
dikatakan. Hal ini turut mendukung apa yang dikatakan dengan menggerakan tangan juga
dapat menjadi visualisasi.
Emphasis (Penekanan)
Mengacungkan jari, membunyikan meja, melakukan gerakan karate di udara dapat
menjadi tanda penekanan. Jika tidak terlalu berlebihan maka hal ini dapat membantu
mengkomunikasikan hal-hal yang penting bagi kelompok.
e. Kaki dan tubuh
Jika anda berdiri dihadapan kelompok dan sikap mereka akan dipengaruhi kuat oleh cara
Anda berdiri.
Sulit untuk menciptakan kesan yang baik ketika Anda berdiri dengan menyilangkan kaki.
Yang paling baik adalah berdiri dengan tegak lurus. Tidak hanya kontak mata yang baik dan
mengusai seluruh ruangan tetapi juga menghindari jarak seperti ketika Anda hanya duduk.
Bisa juga Anda duduk diatas meja. Ini dapat menciptakan situasi yang tidak terlalu formal
namun tidak mengganggu proyeksi suara.
Berdiri tegak lurus harus terlihat santai dan nyaman. Jangan seperti tentara.
Berpindah-pindah tempat dapat menstimulasi juga membuat perhatian audiens lebih terfokus.
Contoh-contoh distraksi yang sering terjadi:
Berjalan kedepan dan kebelakang
Berayun
Menekankan poin penting dengan jinjit (berdiri dengan ujung telapak kaki)
Menampilkan tarian sederhana
Berdiri pada setengah bagian sepatu
Untuk gerakan yang dapat diterima, harus natural. Jangan berjalan dengan langkah cepat,
menyambar, terhuyung-huyung atau berayun.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 233


MENGHADAPI PERILAKU YANG SULIT

Sering dibicarakan, dan memang benar, bahwa pelatihan kelompok berlangsung dengan
keadaan yang baik, jika pesertanya orang-orang yang tidak susah diatur. Hanya saja pelatihan
tidak mungkin berlangsung tanpa kehadiran mereka yang sulit diatur. Situasi ini mengakibatkan
dilema buat pelatih dalam mengembangkan kemampuan untuk bisa bersepakat dengan orang
yang berbeda kepribadiannya.
Adalah penting untuk menekankan bahwa bukan individunya yang rumit, melainkan
hanya perilakunya. Kemampuan pelatih dalam pelatihan akan dikenal melalui perbedaan perilaku
dan bagaimana mengaturnya agar menjadi kelompok yang dinamis dengan tepat.
Berikut disampaikan beberapa karakter:

a. The talking terror


Karakter
Talking terror berbicara tak berhenti. Mereka sangat menjengkelkan dan berbicara sangat
banyak serta memonopoli dan mendominasi kelompok dalam setiap diskusi. Mereka sering
membicarakan sesuatu yang terjadi pada diri mereka.
Sebab
Sekalipun hasilnya akan berubah-ubah, kasus yang ditimbulkan adalah ketidaknyamanan.
Mereka sering berupaya menonjolkan diri mereka sendiri ketimbang pelatih atau peserta
yang lain. Konsekuensinya, mereka menghabiskan waktu untuk mencoba menunjukkan
kepada kelompok bahwa mereka berhak mendapatkan penghargaan. Atau mungkin
mereka mencari persetujuan yang mereka tunjukan lewat antusiasme di dalam diskusi
(keinginan yang amat besar). Mereka mungkin hanya ingin diperhatikan oleh kelompok
sebagai seorang yang baik dalam memberikan perhatian dan penerimaan (tukang oceh).
Frase favorit
Saya percaya apa yang saya katakan benar, Saya selalu melakukannya
Penanganan
1. Melihat kesempatan untuk melakukan intervensi. Mungkin dengan melakukan istirahat
sebentar. Setuju dengan pembicara (beberapa pembicara akan menginginkan untuk
diberi usulan) lalu, membuat sesuatu menjadi jelas dengan mengalihkan perhatian
mereka ke tempat lain. Contoh: Ya, Ali, itu akan sangat berguna. Apakah yang lain
ada yang mengetahui cara untuk mencapai hal ini? menggunakan kata yang lain
akan menjadi baik, sebagai cara untuk menghindari menggunakan nama orang.
2. Cek kembali pemahaman Anda. Contoh: Tunggu sebentar Ary apa yang Anda
katakan tentang X, Y, Z; dapatkah orang lain mengetahui maksudnya?
3. Sangat baik ketika selama istirahat Anda bicara kepada seseorang dan menjelaskan
bahwa Anda sangat senang ketika dia mau berpartisipasi tetapi Anda membutuhkan
anggota kelompok yang lain untuk berdiskusi.

234
4. Meminta pembicara untuk melakukan dengan cara lain. Meminta mereka untuk
mencatat semua ide-ide dalam kelompok dengan membuat flip chart dan mencari
assisten sebgai operator teknik untuk mengobservasi sehingga merupakan
tujuannya.

b. The great griper


Karakter
Sekalipun pemikiran kritis sangat mendorong dalam pelatihan, masalahnya adalah mereka
dalam setiap diskusi mengambil kesempatan untuk memberi komplain tentang kelompok.
Jika dibiarkan maka mereka akan menjadi orang yang menjengkelkan, cara mereka ini dapat
merusak rasa antusias kelompok.
Sebab
Great gripers meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka berhak melakukan apa yang mau
mereka lakukan.
Frase favorit
Masalahnya adalah, Semuanya baik, tapi
Penanganan
Hal yang perlu diperhatikan dengan Great Gripers adalah Anda larut mengikuti diskusi dengan
topik favorit mereka daripada tetap pada masalah yang ingin Anda bahas. Oleh karena itu,
jangan terpikat!
1. Ijinkan mereka berkata satu kali. Biarkan mereka jelaskan. Andi, saya melihat bahwa
Anda merasa percaya betul dengan hal ini. Seharusnya kita bisa ambil waktu sekitar
tiga menit untuk mendiskusikan hal ini dan kemudian kita sepakati hal ini setelah
pelatihan.
2. Minta mereka untuk menyampaikan langkah apa yang akan mereka ambil atas
permasalahan yang sedang dihadapi. Ini akan menjadi solusi sederhana, yang mana
menjadi sebab kenapa mereka tidak melakukan itu? Dewa, Anda telah menjelaskan
masalah itu pada kami. Apa yang akan kamu lakukan dan pemecahan masalah yang
bagaimana yang akan Anda buat?
3. Ambil beberapa langka positif untuk istirahat. Saya dapat memahami apa yang
mengganggu kamu, Ira, ayo kita makan bersama dulu.

c. Doubting Delegate
Karakter
Doubting delegate merupakan jenis dari grater griper. Perbedaan utama adalah great griper hanya
membahas satu atau dua bagian yang sensitif, doubting delegate menghasilkan semua yang
bersifat sinisme.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 235


Sebab
Doubting delegate selalu menganggap dirinya senior. Itulah sebabnya sikap mereka menjadi
produktif dan mencoba beberapa ide cemerlang tetapi gagal. Ini terjadi karena ide tersebut
tidak diberi pilihan lain serta sedikit menerima ide dari orang lain. Akhirnya pada orang lain
akan muncul perasaan skeptis (tua atau muda).
Frase favorit
Semuanya tidak pernah kerja., Kami sudah mencoba sebelumnya.
Penanganan
Menerima langkah demi langkah. Pertama nyatakan persetujuan jika ide atau proses kerja
ditentukan oleh waktu dan upaya pembelajaran. Langkah kedua memberi saran kepada
doubting delegate untuk menerima saran atau pendapat selama pelatihan dan setelah itu akan
dievaluasi.
Jika doubting delegate tidak yakin akan proses tersebut minta mereka menjelaskan lebih lanjut
kenapa mereka percaya dan menerima satu pilihan saja. Kemudian kembali ke langkah
kedua.

d. The Pot Plant


Karakter
Plot plant dikenal dengan sangat sedikitnya kontribusi mereka dalam kelompok dan terlihat
modis, dan terkesan sebagai warna tambahan pada kelompok.
Sebab
Sedikit alasan kenapa pot plant lebih memilih diam dalam kelompok, antara lain mereka
berpikir bahwa yang mereka katakan adalah sebuah kebodohan yang akan membuat mereka
terlihat aneh, mungkin juga mereka sangat susah untuk menyampaikan pemikiran karena
merasa tidak merasa nyaman sehingga hanya ingin duduk dan diam.
Frase favorit
Maaf
Penanganan
Pendekatan yang akan Anda ambil tergantung dari alasan yang Anda rasakan terhadap pot
plant ketika mereka sedikit terlibat dalam diskusi.
Jika Anda enggan dan merasa tidak nyaman, bangun kepercayaan mereka sebelum
memberikan pertanyaan kepada mereka yang Anda tahu mampu menjawab.
Ketika tidak ada keterlibatan dan kurangnya motivasi, itu dapat terjadi karena pot plant
tidak suka dengan topik. Ambil waktu untuk tunjukan dampaknya (Anda mungkin dapat
memberikan beberapa rangsangan dengan pendekatan training).
Jika dasarnya mereka tidak bisa mengeluarkan ide dan diam, ini dapat dilakukan dengan
menyediakan pertanyaan menyusun kata-kata sehingga respon tersebut membutuhkan

236
penjelasan yang jelas. Contoh: Adam, apakah kamu dapat menemukan bahwa pertanyaan
tertutup dapat membantu mengatasi perasaan malu?
Untuk pilihan seperti ini mendengarkan akan lebih baik daripada berbicara, pelatih dapat
terlibat meskipun tidak secara langsung sehingga peserta dapat menjadi aktif.

e. Pelawak (humoris)
Karakter
Dalam setiap kesempatan mereka selalu melemparkan senyum kepada semua orang dan
selalu membuat gembira dengan ejekan ataupun sindiran. Selera humor seperti ini harus
ditangani secara sungguh-sungguh. Akan membantu jika membongkar sesuatu yang menjadi
halangan, kelompok yang rileks dan bersahabat.
Sebab
Dalam faktor ini mereka memilih untuk menjadi bos dan mau diterima oleh kelompok.
Frase favorit
Ini mengingatkan ku, Saya mengetahui orang ini
Penanganan
Sangat sulit untuk mengontrol pelawak antara menjadi lembut dan senang serta terlalu
menurut.
1. Ketika mereka mencoba untuk memberikan cerita lucu dan humor jelaskan bahwa akan
ada waktu yang cukup untuk membicarakan hal tersebut, mungkin pada kesempatan
makan siang atau istirahat dengan menggunakan anekdot tetapi waktu pelatihan sangat
terbatas. Maaf, Martin, saya tahu bahwa kami sangat senang mendengarkan apa yang
terjadi padamu, tapi sayang sekali waktu kami sangat terbatas sekarang. Mungkin kita
bisa minum bersama dan membicarakan hal itu setelah sesi ini.
2. Gunakan pandangan atau tatapan mata yang tajam untuk mengecilkan hati mereka
agar tidak membuat sesuatu yang tidak penting.

Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 237


238
MODUL VI

MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN

Analisis Perkembangan Belajar


Peserta Pelatihan
Monitoring Pelatihan
Mengevluasi Pelatihan
ANALISIS PERKEMBANGAN BELAJAR
PESERTA PELATIHAN

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan alur dan logika dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman.
Mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasar pengalaman dalam perancangan sesi

Bahan
Transparansi atau flip charts tentang masalah komputer dan siklus pembelajaran
berdasar pengalaman.
Flip charts dengan 4 contoh sesi terpilih; masing-masing menunjukkan kejelasan suatu
alur sesi yang dimulai pada titik masuk yang berbeda dari siklus pembelajaran berdasar
pengalaman.

Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih memberikan penjelasan mengenai kaitan materi ini dengan prinsip pembelajaran
orang dewasa. Ingatkan mereka bahwa untuk semua orang dewasa, pembelajaran
berdasar pengalaman dan pembelajaran dengan melakukan adalah aspek yang sangat
penting dalam pembelajaran. Jelaskan bahwa walaupun prinsip-prinsip mengenai
pembelajaran bisa sama untuk setiap orang, kita juga memiliki kecenderungan tertentu
tentang bagaimana cara belajar yang diinginkan.
2. Pelatih menunjukkan kasus komputer (lihat transparansi/powerpoint) dan buat daftar
sekilas tentang tanggapan dan jelaskan bahwa setiap orang memiliki satu gaya yang lebih
diminati dalam belajar memecahkan masalah. Beberapa orang suka mulai dengan coba-
coba, yang lainnya lebih suka berefleksi, berpikir atau menerapkan.
3. Jelaskan bahwa pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu proses bekerja melalui
berbagai langkah yang ada di dalam siklus pembelajaran berdasar pengalaman. Jelaskan
bahwa hal itu adalah alat bantu yang sangat berguna bagi pelatih untuk merancang sesi
mereka.
4. Tampilkan contoh rancangan sesi, dan minta pada peserta, secara berkelompok
(beranggota 6 orang ), untuk menggambar siklus pembelajaran, dengan menunjukkan di
manakah sesi awal dan akhir dari siklus tersebut.
5. Minta pada peserta untuk menjelaskan bagaimana seharusnya pelatih bisa menggunakan
siklus tersebut dalam merancang suatu sesi pelatihan.

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 241


6. Jelaskan bahwa mungkin saja melatih topik yang sama dengan empat cara berbeda sesuai
dengan gaya pembelajaran yang berbeda. Bagikan latihan dan minta peserta, secara
berkelompok, mendefinisikan di mana setiap kasus dimulai dalam siklus pembelajaran
(kasus 1: instruksi, kasus 2: refleksi, kasus 3: pembelajaran mandiri, kasus 4: belajar
dengan melakukan).
7. Ringkaskan, dan sampaikan dua konsekuensi penting yang diperoleh dari latihan yang
baru dilakukan tersebut.

Lembar Kerja
Over head/powerpoint slide 1

Bagaimana cara memecahkan Masalah Komputer ini?


Suatu hari, ketika Anda sedang menggunakan komputer, tiba-tiba komputer Anda rusak. Apa
yang pertama-tama akan Anda lakukan untuk memecahkan masalah ini?
1. Mencari dalam manual dan berusaha menemukan pemecahan masalah.
2. Menjalankan help program dan mempelajari dari demostrasi yang diperlihatkan, bagaimana
pemecahannya.
3. Tetap mencoba memencet berbagai tombol dengan harapan bahwa masalah bisa
terpecahkan.
4. Duduk sejenak dan berusaha mengingat kembali cara yang pernah Anda lakukan ketika
menemui masalah yang sama.

Over head/powerpoint slide 2

Siklus Belajar dari Pengalaman

PENGALAMAN

PRAKTEK REFLEKSI

KESIMPULAN

242
Pengalaman:
Terbuka terhadap pengalaman baru. Menghubungkan dengan pengalaman orang lain di
masa lalu dan sekarang

Refleksi:
Berpikir, Bermeditasi, Mempertimbangkan, Menemukan, Mencerna informasi, Berpikir
keras, Memperjelas, Memahami, Menguras otak

Kesimpulan:
Mengeneralisasi, Berpikir, Menganalisa, Mengidentifikasi isu kunci atau hal-hal penting,
Meletakkan semua hal dalam satu kerangka, Membentuk konsep atau ide baru.

Praktek:
Belajar sambil mencoba, menerapkan, uji coba (trial and error), bereksperimen.

Berikut ini adalah contoh empat sesi, yang semuanya memperkenalkan pendekatan penyelesaian
konflik yang mendukung gaya pembelajaran yang berbeda. Tentukan gaya pembelajaran mana
yang bisa digunakan untuk setiap contoh.
Kasus 1-Instruksi
1. Pelatih menjelaskan karakteristik dari tiga pendekatan yang berbeda dalam penyelesaian
konflik.
2. Peserta mendapat tiga studi kasus mengenai penyelesaian konflik dan diminta untuk
mengidentifikasi pendekatan apa yang dipergunakan dalam setiap kasus.
3. Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik yang mereka lakukan dalam
pekerjaan mereka sendiri.
4. Peserta merefleksikan bagaimana mereka menghubungkannya dengan tiga pendekatan
yang telah diperkenalkan.
Kasus 2-Refleksi
1. Peserta melakukan curah pendapat berdasarkan pengalaman mereka mengenai apa yang
penting dalam penyelesaian konflik.
2. Dalam kelompok kecil peserta merefleksikan hasil curah pendapat dan menganalisis untuk
membedakan tiga pendekatan yang terdapat dalam hasil curah pendapat tersebut.
3. Dalam pleno, hasilnya didiskusikan dan tiga pendekatan tersebut didiskusikan dan diberi
nama.
4. Peserta kemudian menonton video mengenai konflik dan mengidentifikasikan pendekatan
yang mana yang tepat untuk memecahkan masalah tertentu.
Kasus 3-Pembelajaran mandiri
1. Untuk pekerjaan rumah, peserta membaca sebuah artikel mengenai tiga pendekatan
penyelesaian konflik.
2. Pada hari selanjutnya pelatih memandu satu diskusi pleno untuk merumuskan ketiga
pendekatan tersebut.

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 243


3. Hal tersebut diikuti dengan satu latihan pendek mengenai tiga studi kasus penyelesaian
masalah dan peserta diminta untuk mengidentifikasikan pendekatan mana yang dipakai
dalam setiap studi kasus.
4. Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik dalam pekerjannya
Kasus 4-Belajar dengan melakukan
1. Pelatih memulai satu permainan simulasi, yang menciptakan konflik dalam kelompok, yang
harus mereka pecahkan.
2. Peserta mencoba cara yang berbeda utuk menyelesaikan masalah.
3. Setelah simulasi berakhir, pelatih membantu kelompok untuk merefleksikan pengalaman
melalui satu diskusi pleno .
4. Pada akhir refleksi, pendekatan-pendekatan yang berbeda diidentifikasikan.

Over head/powerpoint slide 3

Siklus Pembelajar dari Pengalaman

PENGALAMAN

PRAKTEK REFLEKSI

KESIMPULAN

Seorang pembelajar, supaya efektif, memerlukan empat kemampuan yang berbeda:


1. Dia harus mampu melibatkan diri secara penuh, terbuka dan tanpa bisa ke dalam
pengalaman baru.
2. Dia harus mampu berefleksi dan mengamati pengalaman tersebut dari berbagai
perspektif.
3. Dia harus mampu menciptakan konsep yang mengintegrasikan pengalamannya ke dalam
teori logis.
4. Dia harus mampu menggunakan teori tersebut untuk membuat keputusan dan
memecahkan masalah.
244
Dengan kata lain, pembelajaran bisa dilihat sebagai satu proses ketika seseorang
mengalami sesuatu secara langsung, merefleksikan pengalaman sebagai sesuatu yang baru atau
berhubungan dengan pengalaman yang lain, dan menggunakan konsep dalam tindakan yang
berurutan sebagai satu petunjuk perilaku. Di luar keempat langkah tersebut orang menurunkan
satu rangkaian baru pengalaman yang menuju pada pengulangan siklus pembelajaran.

Bahan Bacaan
Gaya Pembelajaran

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 245


MONITORING PELATIHAN

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari
dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian dalam satu lingkungan
pelatihan
dapat memilih metode monitoring yang tepat

Bahan
-
Waktu
120 menit

Proses
1. Pelatih menjelaskan tujuan dan prosedur sesi.
2. Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dan menjelaskan bahwa peserta
memiliki waktu lima menit untuk menuliskan sebanyak mungkin hal yang mereka
pantau dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bahaslah bersama peserta daftar tersebut dengan cepat dan rumuskan dengan
mengatakan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan.
4. Kaitkan hal tersebut dengan satu setting pelatihan. Ajak peserta untuk mencurahkan
pendapat mengenai mengapa, kapan dan apa yang dilakukan dalam monitoring harian
dalam satu setting pelatihan:
Mengapa melakukannya? (untuk memeriksa apakah pelatihan berjalan seperti yang
direncanakan, untuk mencapai tujuan, dan untuk meningkatkan rasa memiliki di
antara peserta)
Mengapa melakukannya setiap hari, dan tidak hanya setiap minggu atau pada akhir
suatu pelatihan?
Apa yang Anda lakukan dengan hasilnya? Tekankan kenyataan bahwa jika Anda
memutuskan untuk memantau setiap hari, Anda juga perlu memasukkannya ke
dalam program pada awal dan akhir dari setiap hari dan memiliki fleksibilitas
mengenai apa yang dilatihkan dan bagaimana melatihkannya selama
melaksanakannya.
5. Pelatih merefleksikan cara melakukan monitoring harian selama pelatihan dan
merumuskan metode dan pendekatan berbeda yang dipergunakan (contohnya apakah
hal itu dilakukan sendirian, dalam kelompok kecil atau sebagai satu kelompok pleno;
apakah monitoring ditulis, dijelaskan secara langsung, apakah dilakukan secara
interaktif atau dilaksanakan oleh pelatih atau peserta, dan lain-lain)
246
MENGEVALUASI PELATIHAN

Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu evaluasi
pelatihan
dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional untuk mengevaluasi kegitan
pelatihan
memformalisasikan satu rencana evaluasi untuk pelatihan mereka sendiri

Bahan
kertas flip chart dengan tabel untuk latihan kelompok
sebuah bola yang ringan untuk digilirkan (contohnya gumpalan kertas)

Waktu
120 menit

Proses
1. Lakukan curah pendapat dengan cepat mengenai apa yang biasanya dievaluasi
peserta dalam pelatihan mereka, kapan dan bagaimana mereka melakukannya. Pelatih
merumuskan hasil curah pendapat.
2. Pelatih menjelaskan bahwa tujuan dari sesi ini adalah untuk memperluas pikiran
peserta mengenai apa, kapan dan bagaimana suatu pelatihan bisa dievaluasi. Tipe
latihan evaluasi akan bergantung pada tipe dan tujuan dari sesi pelatihan.
3. Lakukan diskusi mengenai tujuan suatu pelatihan secara umum dengan menanyakan:
Kapan tanggung jawab kita sebagai pelatih berakhir ketika peserta pulang atau
setelah mereka kembali ke pekerjaan mereka?
Apakah menjadi tujuan kita untuk merubah orang yang sudah dilatih, apakah untuk
meningkatkan kemampuan kerja mereka, apakah untuk memperkuat organisasi?
4. Pelatih menjelaskan berbagai tingkat evaluasi satu demi satu, mulai dari tingkat yang
paling bawah dan berikan satu contoh untuk setiap tingkat (lihat materi tingkat evaluasi
di Bahan Bacaan Pokok).
5. Undang peserta dalam kelompok mereka untuk menyiapkan satu rencana evaluasi
pelatihan mereka sendiri dengan mengisi satu tabel dengan tiga kolom (kapan/tingkat,
bagaimana dan siapa) pada satu flip chart. Pelatih mengajak peserta untuk berpikir
mengenai cara untuk mengevaluasi beberapa tingkat yang lebih tinggi yang biasanya
tidak mereka cakup.

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 247


6. Peserta memajang hasil kerja kelompok mereka (bisa di papan tulis atau dinding bagian
dalam dari ruang kelas pelatihan) dan diskusikan hasilnya.
7. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan mengatakan bahwa Ia akan mengevaluasi apa yang
sudah dipelajari peserta selama sesi ini dengan menggilir satu bola berkeliling. Setiap
peserta yang menerima bolanya bisa menyebutkan sesuatu yang telah mereka pelajari
selama sesi ini.

Bahan Bacaan
Mengevaluasi Pelatihan

248
BAHAN BACAAN POKOK MODUL VI

GAYA PEMBELAJARAN

Apakah gaya pembelajaran itu?


Tidak bisa disangkal bahwa pembelajaran adalah pengalaman yang sangat individual. Baik
pengalaman pembelajaran dan hasil dari pengalaman pembelajaran, sangat tergantung pada
karakteristik minat pembelajar. Dengan mengikuti siklus pembelajaran berdasar pengalaman
sangat mungkin untuk mengidentifikasi empat prinsip gaya pembelajaran.
Sebuah uraian ringkas mengenai berbagai tipe pembelajar disajikan di bawah ini.

AKTIFIS: REFLEKTOR:
PENDEKATAN
BELAJAR SAMBIL
MELAKUKAN

PRAKTEK PENGALAMAN

KESIMPULAN REFLEKSI

TEORITIS:
PRAGMATIS:
PENDEKATAN
PENDEKATAN
BELAJAR
INSTRUKSI
MANDIRI

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 249


AKTIFIS REFLEKTOR

Unggul dalam melakukan sesuatu. Unggul dalam kemampuan imajinatif.


Pengalaman baru, kesempatan baru Senang memperhatikan atau berpikir
dan masalah baru (permainan, bermain tentang aktifitas.
peran, dan lain-lain). Diberi kesempatan berpikir sebelum
Berada di panggung (memimpin bertindak.
pertemuan, dan lain-lain). Investigasi dan riset.
Mengembangkan ide tanpa Mengulas situasi .
memperhatikan hambatan-hambatan
Mencapai keputusan sendiri tanpa
praktisnya, pengambil resiko.
tekanan.
Cenderung menyelesaikan masalah
dengan uji coba (trial and error).

PRAGMATIS TEORITIS

Unggul dalam praktek penerapan ide. Unggul dalam menciptakan model


Umpan balik dari praktisi yang berhasil. teoritis.
Kesempatan untuk menerapkan akan Menguji metodologi dan asumsi.
memberi solusi terbaik bagi satu masalah Tidak begitu memperhatikan kegunaan
tertentu. praktis dari teori.

Dua komentar perlu dibuat mengenai generalisasi gaya pembelajaran. Meskipun


setiap orang memiliki kecenderungan gaya pembelajaran tertentu, pilihan dalam satu situasi
tertentu mungkin berbeda, tergantung pada tugas dan topiknya. Contohnya seseorang yang
sedang mempelajari program komputer mungkin cenderung melakukan trial and error, padahal
biasanya dia merasa lebih nyaman bekerja berdasarkan pengalaman sendiri ketika mengikuti
sesi pelatihan tentang keterampilan presentasi. Yang kedua, hampir semua orang telah dididik
dengan pendekatan instruksi selama bertahun-tahun di sekolah.
Mengapa kita harus menyadari adanya perbedaan gaya pembelajaran dalam perancangan
pelatihan?
Memahami gaya-gaya pembelajaran ini, termasuk memahami konsekuensinya dalam memilih
dan merencanakan metode latihan, akan membantu kita untuk membuat pelatihan menjadi lebih
efisien. Dalam setiap latihan, peserta akan mewakili campuran dari gaya pembelajaran tersebut.
Sebagai seorang pelatih penting untuk menggunakan ke-4 pendekatan tersebut selama training.
Jika Anda tidak sadar mengenai variasi pendekatan tersebut maka kemungkinan besar Anda
akan menonjolkan gaya pembelajaran yang lebih Anda sukai.

250
Bagaimana kita dapat menggunakan pengetahuan tentang gaya pembelajaran ini untuk
merancang pelatihan?
Ragamkan pendekatan dan metode pembelajaran selama merancang latihan Anda,
perhitungkan semua gaya pembelajaran.
Coba rancang sesi yang sama dengan menggunakan pendekatan yang berbeda agar Anda
bisa tertantang untuk berpikir lebih kreatif.
Coba lalui ke-4 tahap siklus pembelajaran untuk setiap topik baru.

Bagaimana memilih metode mengajar dengan memperhatikan berbagai gaya


pembelajaran

Aktifis Reflektor
Paling baik belajar dengan menggunakan Paling baik belajar dalam suatu situasi
metode seperti: dimana dia bisa menjadi pengamat atau
Diskusi kelompok reflektor:
Projek Curah pendapat mengenai
pengalaman sendiri
Permainan peran
Merefleksi simulasi atau permainan
Simulasi
peran

Pragmatis Teoritis
Paling baik belajar dari contoh khusus Paling baik dengan belajar mandiri seperti:
dan keterlibatan seperti: Pekerjaan rumah
Latihan Menganalisis studi kasus

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 251


Mengevaluasi Pelatihan

Apakah evaluasi pelatihan itu?


Evaluasi pelatihan adalah pengumpulan informasi kualitatif dan kuantitatif secara sistematis
yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelatihan.
1. Mengapa suatu pelatihan harus dievaluasi?
Pandangan yang paling umum mengenai evaluasi adalah bahwa ini adalah tahap terakhir
dari siklus desain pelatihan. Meskipun demikian, evaluasi pada akhir suatu latihan harus
menjadi satu bagian integral dari siklus agar kita bisa memainkan satu peran kunci dalam
kontrol kualitas dengan menyediakan umpan balik mengenai:
Efektifitas dan pendekatan dan metode yang digunakan.
Pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh pelatih dan peserta.
Apakah kebutuhan awalnya yang telah diidentifikasikan pada tiap tingkatan, semisal
desa, organisasional dan individual; telah dipenuhi.
Apa yang harus dievaluasi dan kapan harus dilakukan?
Kebanyakan latihan evaluasi terutama mengukur kepuasan dan kegembiraan peserta.
Meskipun demikian, evaluasi pada akhir pelatihan harus benar-benar mengukur tujuan
pembelajaran yang spesifik. Dengan kata lain, evaluasi harus mengukur perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap daripada sekedar kepuasan atau kegembiraan peserta.
Kebanyakan kegiatan pelatihan hanya dievaluasi pada akhir program pelatihan. Kita juga
harus mengevaluasi apa yang terjadi setelah pelatihan diselesaikan.
Tingkat-tingkat evaluasi pelatihan berikut ini bisa diidentifikasikan, dihubungkan dengan
rantai sebab dan akibat:

Beberapa Ide Mengenai Tipe Informasi Apa yang Dikumpulkan dan Pada Tingkat
yang Mana dan Bagaimana

Tingkat/kapan Apa Bagaimana


Selama pelatihan Kegembiraan Monitoring harian atau
Umpan balik mengenai kegiatan umpan balik
topik dan metode tertentu Pengamatan
Mengukur hasil atau Penugasan kelompok
perubahan dalam atau individual
pengetahuan, keterampilan,
sikap
Pada akhir pelatihan Relevansi tujuan Konvensional kuisioner
pembelajaran keseluruhan dengan pertanyaan
Umpan balik mengenai terbuka dan/atau
seluruh topik dan metode tertutup
Metode yang lebih
kreatif

252
Di tempat kerja setelah Relevansi pengalaman Wawancara
pelatihan pelatihan Pengamatan
Pengukuran penggunaan Kuisioner
pembelajaran
Pengukuran perubahan
perilaku
Penerapan rencana aksi
individual
Efektivitas organisasional Pengukuran dalam Wawancara dengan
perubahan organisasional pemberi kerja (juga
Penerapan rencana atau melalui telepon, email
projek tindakan kolektif dll.)

Dampak pada masyarakat Pengukuran sejauh Wawancara dengan


mana kebutuhan yang penduduk desa
telah diidentifikasi oleh
masyarakat desa telah
dipenuhi

Langkah-langkah dalam perencanaan evaluasi:


1. Putuskan mengapa, dan untuk siapa, pelatihan harus dievaluasi.
2. Perjelas apa yang dievaluasi; dalam tingkat dan komponen apa pada tiap tingkat.
3. Putuskan informasi apa yang harus dikumpulkan dan dari siapa - peserta, narasumber,
pemberi kerja, penduduk desa dll.
4. Pilih metode-metode dan teknik-teknik evaluasi yang paling sesuai dengan tujuan dan
situasi Anda.
5. Kembangkan dan laksanakan kegiatan evaluasi.
6. Gabungkan dan analisis data Penjajakan Kebutuhan Pelatihan, Monitoring harian,
Rencana Aksi Peserta, Evaluasi Peserta, Umpan Balik dari pelatih termasuk pengamatan
pelatih, umpan balik dari pemberi kerja, umpan balik dari penduduk desa dll.
7. Lakukan tindakan berdasarkan hasil, seperti memperbaiki kegiatan pelatihan,
mengembangkan kegiatan atau pendekatan baru, dan mengembangkan kegiatan lanjutan
dan dukungan yang diperlukan.
Ide-ide berikut dapat melengkapi pendekatan yang lebih formal untuk evaluasi seperti
kuesioner. Seperti halnya desain penelitian yang baik dilengkapi dengan metode-metode yang
berbeda untuk mengkaji dan membuktikan suatu situasi, evaluasi pelatihan yang baik harus
dilengkapi dengan beragam teknik-teknik penjajakan.
Pendekatan-pendekatan alternatif untuk mengevaluasi berikut ini hanya sedikit
menggunakan tulisan dan lebih banyak menggunakan ungkapan kreatif. Banyak juga yang
menggunakan beberapa bentuk kesenian agar memungkinkan bagi individual dan kelompok

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 253


untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan mereka. Pendekatan semacam itu menghasilkan
data, yang kompleks, subtil, ekspresif dan menggugah. Dalam evaluasi yang konvesional,
biasanya kelompok dan individu sering menjawab satu pertanyaan langsung dan mungkin hanya
mengatakan apa yang ingin didengar oleh pelatih. Semakin tidak langsung pendekatan yang
digunakan, melalui ungkapan kreatif, maka akan menghasilkan informasi yang lebih kaya, lebih
dalam, lebih jujur dan lengkap.
1. Kolase Evaluasi. Menggunakan koran, majalah, lukisan, dan/atau obyekobyek,
kelompok-kelompok menciptakan kolase untuk mengungkapkan ide-ide dan perasaan
mereka mengenai satu pertanyaan evaluasi, yang diajukan pelatih. Contohnya: Apa yang
paling berguna mengenai pelatihan yang telah Anda capai?
2. Metafor untuk menggambarkan pembelajaran dan/atau perubahan. Kelompok-
kelompok atau individual bisa memilih satu objek (baik dari objek yang disediakan, atau
satu gambar dari imajinasi mereka sendiri) dan menggunakan objek ini sebagai metafor
untuk menggambarkan aspek tertentu untuk dievaluasi. Contohnya, peserta bisa
diminta untuk memilih satu tanaman dan menjelaskan bagaimana pengalaman mereka
dalam kursus pelatihan seperti tanaman tersebut. Mereka boleh berbicara bagaimana
tanaman berbunga, atau mungkin menjelaskan tentang bagaimana tanaman mati
karena pemupukan yang tidak cukup. Pelatih kemudian bisa mengajukan pertanyaan
berhubungan dengan apa yang dikatakan peserta.
3. Pencapaian rentang-waktu (time-line). Rentang-waktu mungkin membantu menunjukkan
bagaimana pembelajaran bisa diibaratkan seperti sekoci yang timbul tenggelam (dan
mengapa) dengan berlalunya waktu. Individual bisa menciptakan satu rentang-waktu
yang menunjukkan kegiatan yang penting, terutama dalam pengertian apa yang dipelajari
selama kursus pelatihan. Mereka bisa saja melengkapi rentang waktu ini dengan simbol-
simbol. Rentang-waktu harus naik, turun, menurun dan berbelok, untuk menggambarkan
perubahan yang terjadi.
4. Menandai bagian diri yang telah berubah. Minta peserta untuk membuat gambar sederhana
seseorang pada satu atau dua flipchart, kemudian tandai bagian dirinya yang telah berubah
(contohnya, mungkin jika mereka lebih menyimak sekarang mereka bisa menggambar
kuping yang lebih lebar, berwarna cerah, dll). Mungkin mereka memiliki pemahaman
baru mengenai sesuatu atau telah belajar satu konsep baru. Karena itu mereka akan
menonjolkan atau menandai otak dan mendaftar atau mengatakan perubahan apa saja
yang telah terjadi.
5. Menggunakan berbagai bentuk ungkapan kreatif (lukisan, musik, tarian, drama,
permainan peran, kolase, objek temuan, wayang). Minta peserta untuk mengungkapkan
perasaan-perasaan dan ide-ide mereka mengenai satu pertanyaan menggunakan bentuk-
bentuk biasa dan yang bisa diterima secara kultural dari ungkapan kreatif. Fasilitator harus
memutuskan sebelumnya apakah kelompok akan membuat kolase, atau mengembangkan
dan menampilkan satu drama dll. Satu pertanyaan yang mungkin dijawab menggunakan
ungkapan kreatif adalah: Bagaimana pelatihan telah mempengaruhi Anda?

254
Model Empat-Tingkatan dalam Evaluasi

Model yang paling terkenal untuk mengevaluasi program pelatihan dikenalkan pada tahun 1959
oleh Donald Kirkpatrick. Model ini dianggap sebagai model terbaik oleh praktisi pelatihan.
Meskipun keempat tingkatan model tersebut (reaksi, pembelajaran, perilaku, hasil) merupakan
hal yang penting, Anda boleh memilih untuk tidak mengevaluasi dengan keempat tingkatan
tersebut. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat sangat banyak organisasi yang
mengevaluasi reaksi. Persentase yang cukup tinggi untuk mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi
terhadap perilaku mengikuti di belakang kedua tingkatan tersebut; evaluasi terhadap hasil
menempati persentase yang terakhir.
Organisasi di masa sekarang sangatlah sadar akan biaya, dan kebutuhan untuk mengukur
keefektifan suatu pelatihan akan terus meningkat. Sebaiknya Anda membuat pendekatan
yang komprehensif (menyeluruh) dalam melakukan evaluasi, Anda akan mampu membuat
rekomendasi yang tepat atau menjawab dengan yakin ketika seseorang meminta kepada Anda
untuk membuktikan bahwa pelatihan tersebut memberikan hasil. Berikut ringkasan dari model
evaluasi tersebut:
Mengukur Hasil Pelatihan

Apa Siapa Kapan Bagaimana Mengapa


Tingkat 1 Reaksi: Apakah Peserta Akhir dari Lembaran Menentukan tingkat
mereka program Senyum kepuasan pelanggan;
menyukainya? dapat mengindikasikan
kebutuhan untuk
memperbaiki/merevisi
Tingkat 2 Pembelajaran: Peserta; Selama, Pre-test/ Mengidentifikasi
Pengetahuan pelatih sebelum/ post-test; apakah pelatih telah
atau sesudah pengaplikasian berhasil dalam
keterampilan program keterampilan menyampaikan
apakah yang melalui permaian isi pelatihan dan
mereka kuasai? peran, studi mencapai tujuan
kasus, latihan program
Tingkat 3 Perilaku: Peserta; 3 sampai Survei; Menetukan tingkat
Bagaimana atasan; 6 bulan wawancara; sejauh mana peserta
mereka bawahan; setelah observasi; menyalurkan apa yang
menampilkan kelompok program penilaian kinerja telah mereka pelajari
yang berbeda? selesai dalam sesi kedalam
situasi kerja yang nyata
Tingkat 4 Hasil: Apa Peserta; Setelah Analisis biaya/ Menentukan apakah
dampak bagi kontrol memenuhi keuntungan; keuntungan lebih
jajaran bawah? kelompok kelanjutan pekerjaan sesuai banyak daripada biaya;
tingkat 3 jalur; data memastikan tingkat
operasional kontribusi program
terhadap tujuan
perusahaan

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 255


Tingkatan I: Reaksi

Tingkatan I berhubungan dengan reaksi peserta. Evaluasi pada tingkatan I seringkali dihubungkan
dengan hal-hal seperti lembaran senyum, menyiratkan bahwa reaksi peserta didasarkan pada
seberapa besar perasaan senang yang mereka miliki selama mengikuti sesi. Untuk alasan tersebut,
seringkali pelatih tidak mengikutsertakan evaluasi pada Tingkatan I karena membuang-buang
waktu.
Sebaliknya, Tingkatan I adalah langkah pertama yang penting dalam menentukan
keberhasilan suatu program pelatihan. Reaksi para peserta dapat membantu Anda menentukan
keefektifan dari suatu kegiatan dan bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan. Jika mereka
(peserta) tidak bereaksi seperti yang diharapkan, mereka tidak akan terdorong untuk belajar.
1. Apa yang Tidak Bisa Diukur Oleh Tingkatan I.
Salah satu permasalahan yang ada dan menimbulkan kecaman pada evaluasi Tingkatan I
adalah karena terlalu subjektif dan seringkali menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekedar
ajang popularitas. Sebelum membuat lembar evaluasi (akhir sesi) untuk peserta, perlu
diketahui beberapa hal yang tidak bisa dilakukan dan diharap untuk dilakukan: (1) tingkatan
ini tidak mengukur pembelajaran atau kemampuan untuk menerapkan pembelajaran ke dalam
suatu pekerjaan; (2) tingkatan I juga tidak bisa mengukur perubahan di dalam bersikap atau
keyakinannya; (3) karena ini hanya berhubungan dengan persepsi dan reaksi peserta, alat
ukur Tingakan I tidak memiliki jalur untuk mengukur dampak institusi; (4) juga, meskipun
seringkali ditanyakan, peserta tidak dapat mengukur pengetahuan pelatih.
2. Menetapkan Apa yang Diukur.
Sebelum merancang alat ukur Tingkatan I, Anda perlu memiliki kejelasan tentang hal apa
yang ingin Anda ketahui, kenapa Anda ingin mengetahuinya, dan apa yang akan Anda lakukan
dengan informasi tersebut. Jangan menanyakan informasi tentang sesuatu yang tidak bisa
Anda ubah atau tidak memiliki kaitan dengan analisa atau pelaporan.
3. Merancang Lembar Evaluasi (akhir sesi).
Kategori. Pertama putuskan apa yang ingin Anda ukur dan buatlah pertanyaan atau item
tanggapan yang ditujukan atau dimasukkan ke dalam kategori, bisa jadi banyak kategori, atau
paling tidak kategori-kategori berikut ini:
Isi Materi
Peralatan
Metode pembelajaran
Pelatih
Suasana
Logistik
Juga merupakan ide yang bagus untuk menyediakan kesempatan kepada responden
untuk memberikan saran seperti bagaimana program tersebut bisa ditingkatkan dan juga
mengungkapkan semua pendapat mereka terhadap sesi.

256
Format (Bentuk). Untuk meniadakan kecenderungan orang merespon dengan cara yang
sama terhadap item yang ada pada kuesioner atau survei, gunakan beragam format jawaban.
Pilihlah paling tidak empat bentuk dari pilihan berikut:
Pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dengan ruang untuk menjelaskan atau menanggapi.
Dalam pilihan ini akan memasukkan tanggapan seperti ya atau tidak dan setuju
atau tidak setuju. Contoh: Apakah pelatihan ini sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan?
Ya Tidak Kenapa Ya atau Kenapa Tidak?
Jawaban Singkat. Item-item ini ditulis seperti pertanyaan tertutup dan meminta
responden untuk menuliskan jawaban singkat daripada hanya memberikan tanda
contreng/centang dalam kotak. Contoh: Bagian mana sajakah dari pelatihan tersebut
yang paling berharga/ menguntungkan bagi Anda? Mengapa?
Melengkapi Kalimat. Dengan menggunakan item ini, peserta diminta untuk melengkapi
suatu kalimat. Contoh: Hal yang ingin saya ketahui lebih dalam adalah...
Rating. Peserta diminta untuk menanggapi pertanyaan atau kalimat dengan
menggunakan beberapa tipe skala atau rating seperti skala Likert. Skala Likert
mengukur dua hal yakni arah (positif atau negatif) dan intensitas (sangat positif ke
sangat negatif) dari pendapat atau sikap individu. Contoh: Sesi hari ini menyenangkan
dan memuaskan bagi saya.
1 2 3 4 5 6 7 8
Sangat Tidak Setuju Netral Sangat Setuju
Rangking. Item ini meminta responden untuk menunjukkan proritas atau pemilihan.
Contoh: Urutkanlah setiap topik berdasarkan pentingnya atau keterkitannya dengan
pekerjaan Anda: 1 = paling penting dan 5 = paling tidak penting.
Daftar (contreng). Sebuah daftar menyediakan daftar cucian di mana peserta bisa
memilih kata-kata yang bisa menunjukkan reaksi mereka. Contoh: Periksa (dan berikan
tanda contreng) yang menggambarkan reaksi Anda terhadap sesi hari ini:
_____ Lebih dari yang saya harapkan
_____ Sesuai dengan harapan Anda
_____ Sedikit tidak sesuai dengan yang saya harapkan
Sebuah pertanyaan juga bisa ditambahkan berkaitan dengan dampak sesi terhadap
peserta, yang dirancang untuk memunculkan tanggapan yang lebih dalam dan lebih pribadi,
sebagai contoh: Bayangkan seorang rekan kerja Anda (atau teman Anda) sedang memikirkan
tentang mengikuti program ini. dia bertanya kepada Anda: Apakah Anda mau ikut program
ini?. Bagaimana Anda akan merespon?
4. Panduan Membuat Evaluasi.
Membuat evaluasi lebih sulit daripada yang mungkin Anda bayangkan. Gunakan panduan
berikut ini:
Jaga agar bentuknya ringkas. Sebaiknya peserta bisa melengkapi evaluasi secara singkat.

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 257


Ciptakan keseimbangan diantara beragam informasi yang sudah Anda kumpulkan.
Sebagai contoh, jangan tanyakan lima pertanyaan tentang pelatih dan hanya dua
pertanyaan mengenai isi materi.
Dapatkan reaksi peserta dengan segera. Pastikan peserta telah melengkapi evaluasi
sebelum mereka meninggalkan ruangan. Ini akan meyakinkan Anda bahwa ada 100%
respon. Juga akan mencegah munculnya tanggapan mentalitas menggerombol,
kemungkinan adanya beberapa orang berkumpul bersama untuk berdiskusi di kelas baik
sebelum melengkapi evaluasi ataupun saat mereka melengkapi evaluasi.
5. Wawancara.
Sebagai tambahan untuk kuesioner akhir-sesi. Anda bisa menggunakan wawancara
untuk meningkatkan reliabilitas data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner. Teknik
pengumpulan data ini sangat fleksibel, memungkinkan pewawancara untuk bertanya lebih
lanjut guna mendapatkan jawaban yang lebih spesifik dan memperjelas pertanyaan seperti
yang dibutuhkan. Teknik ini juga memungkinkan pewawancara untuk mencatat jawaban-
jawaban spontan dan, oleh karena itu, pewawancara bisa mendapatkan gambaran lengkap
dari reaksi peserta. Pewawancara bisa memperdalam reaksi-reaksi yang sedikit terkumpul
melalui kuesioner.
Rencanakan durasi selama tiga puluh menit untuk tiap wawancara. Anda tidak akan
mampu mewawancarai setiap peserta, jadi pilihlah peserta secara acak. Ini penting untuk
dilakukan untuk menjaga agar wawancara berlansung dalam waktu seminggu sesudah sesi
sehingga pengalaman yang diperoleh masih segar dalam ingatan peserta. Dengan wawancara
satu-per-satu, lebih jauh anda bisa memperdalam latar belakang reaksi peserta dan meminta
saran perbaikan dari mereka. Dengan merekam wawancara tersebut dan mengetiknya,
maka akan memungkinkan bagi Anda untuk menganalisa atau menterjemahkan tanggapan-
tanggapan tersebut secara lebih utuh, atau untuk memudahkan Anda bisa membuat catatan
selama wawancara berlangsung.
Ketika mengembangkan pertanyaan wawancara, jangan meniru pertanyaan yang ada
pada lembar. Lebih baik, ajukan pertanyaan spesifik tentang metode yang digunakan atau
cakupan materi. Sebagai contoh, di bawah ini ada beberapa pertanyaan berkaitan dengan
metode yang digunakan dalam sesi pelatihan tentang kepemimpinan:
Perasaan seperti apa yang Anda miliki tentang metode yang digunakan dalam program?
Apa yang Anda sukai dari mempelajari perlombaan?
Apa yang tidak Anda sukai dari rancangan jigsaw?
Apa yang tidak Anda sukai dari mempelajari perlombaan?

Tingkatan 2: Pembelajaran

Evaluasi tingkatan 2 berhubungan dengan apa yang sebenarnya peserta pelajari selama sesi
pelatihan. Tiga teknik yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah
tes, observasi, dan wawancara. Tes adalah metode yang paling sering digunakan.

258
1. Tingkat 2 Metode Evaluasi

Metode Kelebihan Kekurangan


Tes:
Tes Obyektif Mudah untuk dinilai Sulit untuk ditulis
Pilihan Ganda Murah untuk digunakan Membutuhkan waktu untuk
Mencocokkan menullis
Benar-Salah
Mengisi (Isilah)
Tes Subjektif Mudah untuk ditulis Menghabiskan waktu saat
Esai Murah untuk diciptakan penilaian
Jawaban Singkat Mahal untuk penilaian

Observasi/pengamatan:
Mengamati perilaku dalam Dilakukan langsung Subjektif, terbuka bagi
kelas interpretasi
Keterampilan yang ditampilkan Memberi kemungkinan Tidak tersedia waktu yang
dalam latihan keterampilan dan untuk pelatihan dan cukup untuk mengamati
aktivitas pembelajaran umpan balik saat itu juga perilaku semua peserta

Interview/wawancara:
Wawancara individu dilakukan Dapat mengumpulkan Menghabiskan banyak waktu;
secara singkat setelah pelatihan informasi yang lebih detail mahal
Sampel acak peserta (Random Umpan balik segera Harus terstruktur dengan
sampling) ketat untuk memperoleh
jawaban yang dapat dinilai

2. Tes.
Sebaiknya sederhana. Banyak pelatih memberikan dua tes yaitu pre-test dan post-test guna
mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta.
Tipe-tipe Tes. Pertama tentukan apakah Anda ingin membentuk item-item subjektif
(jawaban singkat atau esai) atau objektif (pilihan ganda atau benar-salah) atau bahkan
menggabungkan keduanya. Ketika menyusun item tes, pertimbangkan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan tes-nya begitu pula dengan validitas dan reliabilitas masing-masing
item. Pastikan bahwa tes tersebut mengukur pembelajaran seperti yang disebutkan dalam
tujuan pembelajaran. Ketika suatu item mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes itu
memiliki validitas. Setiap item tes juga harus reliabel, yaitu, memberikan hasil yang tetap dari
penerapan yang satu ke penerapan lainnya.
Pastikan bahwa tes-nya bermakna. Daripada menanyakan informasi yang sederhana
melalui ingatan yang berdasar pada fakta, lebih baik ajukan pertanyaan yang meminta peserta
menerapkannya atau memaknai apa yang telah mereka pelajari melalui sesi tersebut.

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 259


Bentuk Pertanyaan. Semua pertanyaan pilihan ganda terdiri dari akar pertanyaan dan
jawaban. Akar pertanyaannya menampilkan permasalahan, pengajuan pertanyaan, atau
berbentuk pernyataan yang tidak lengkap. Tanggapan-tanggapan terdiri atas kemungkinan
jawaban, dan semuanya harus masuk akal. Semakin banyak item, semakin baik reliabilitas
tes-nya. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:
Jawaban Benar. Bentuk jawaban benar meminta satu jawaban yang benar atas pertanyaan
yang sederhana. Bentuk ini digunakan terutama untuk menguji ingatan terhadap fakta-
fakta. Tipe pertanyaan ini sesuai untuk menguji pengetahuan yang dihasilkan, misalnya.
Jawaban Terbaik. Dengan menggunakan tipe pertanyaan ini, perlu ada lebih dari satu
pilihan jawaban yang benar. Beberapa di antara semua pilihan mungkin agak benar.
Karena jawaban terbaik memerlukan tingkatan berpikir yang lebih tinggi, responden
harus menilai pilihan-pilihan yang ada dan membuat kesimpulan. Tipe pertanyaan ini bisa
menimbulkan banyak permasalahan. Karena jawabannya terbuka dengan pemaknaan,
item tes bisa dengan sangat mudah diperdebatkan, dan mungkin Anda menemukan diri
Anda sendiri sedang berdebat dengan diri Anda pribadi atau kelompok dan yang paling
sering adalah untuk menghargai jawaban lain.
Kombinasi Tanggapan. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan paling rumit dan
menghabiskan waktu baik bagi pembuat tes dan mereka yang mengerjakan tes. Pilihan-
pilihannya, satu atau lebih yang mungkin benar, diberi nomor. Daftar pilihan berikutnya
berisi jawaban yang mungkin benar. Tipe pertanyaan ini mengukur keterampilan kognitif
secara kompleks dan kemampuan untuk menganalisa dan menilai. Belajar berpikir keras
manakala menuliskan item-itemnya. Karena kompleksitas tersebut, responden mungkin
akan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memikirkan item-itemnya.
Panduan Menulis Tes. Dalam kebanyakan kasus, mungkin Anda akan memilih
untuk membuat pertanyaan pilihan ganda. Pertanyaan tersebut mudah untuk diselesaikan,
tapi tidak membutuhkan kemudahan dalam menuliskan. Untuk membantu Anda menyusun
tes pilihan ganda, yang akan memberikan informasi berharga tentang penguasaan peserta
terhadap materi pembelajaran, pertimbangkan panduan berikut ini:
Hindari penggunaan semua yang di atas dan tidak satu pun di atas dalam pilihan
jawaban.
Pastikan batang (bagian penting dalam pertanyaan) terdiri dari banyak informasi dan
menegaskan permasalahannya, tempatkan lembar isian di dekat akhir pertanyaan.
Pelihara konsistensi susunan kata atau struktur yang sejajar pada akar pertanyaan dan
pilihan jawaban.
Cobalah untuk membuat pilihan jawaban yang sama panjang.
Hindari ambiguitas dan kesulitan dalam pembacaan pertanyaan dengan menggunakan
penulisan pertanyaan yang lebih positif daripada yang negatif.
Jaga agar akar kalimat tetap sederhana dan terbatas untuk satu ide.
Gunakan bahasa percakapan ketika mengkalimatkan item dan pilihan-pilihannya.
Susun pertanyaan dalam urutan yang logis.
Jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar dalam suatu pertanyaan.

260
Untuk mengukur ingatan tentang informasi yang telah dipelajari dalam program, berikan
tes yang lain beberapa bulan setelah pelatihan.
3. Observasi.
Pelatih dapat melihat peserta melatih dan menerapkan keterampilan, alat-alat, dan teknik-
teknik yang mereka miliki selama sesi. Selama pelatih mengamati perilaku peserta dalam
melatih keterampilan, memainkan peran, simulasi, studi kasus, dan kegiatan lainnya, dia bisa
mendapatkan ide bagus tentang apa saja yang sesungguhnya telah dipelajari oleh peserta.
4. Wawancara.
Sesaat setelah pelatihan, wawancarai peserta dan tanyakan kepada mereka tentang hal apa
sajakah yang mereka pelajaru di dalam sesi. Lakukan wawancara dalam waktu seminggu
sesudah pelatihan.

Tingkatan 3: Perilaku
Pertanyaan penting yang dijawab oleh Tingkatan 3 adalah, bagaimana suatu pelatihan
berpengaruh kepada perilaku peserta?
Keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh apa yang peserta lakukan
terhadap informasi atau keterampilan ketika kembali ke pekerjaannya. Evaluasi tingkatan 3 akan
memakan waktu serta biaya (mahal). Selain itu juga memerlukan pengorganisasian yang bagus,
kertampilan-keterampilan lanjutan, dan proses.
1. Tujuan Evaluasi Tingkatan 3.
Gunakan evaluasi lanjutan untuk tujuan berikut:
Mengukur hasil yang tetap dari pelatihan
Menentukan pada area mana sajakah para peserta menunjukkan peningkatan terbesar
dan terkecil
Bandingkan tanggapan yang ada pada program lanjutan dengan yang ada pada akhir
program
2. Panduan Lanjutan.
Gunakan panduan berikut ini untuk evaluasi lanjutan:
Persiapkan peserta. Pada akhir sesi pelatihan, katakan kepada peserta bahwa Anda akan
mengadakan evaluasi lanjutan dan tipe evaluasi yang akan digunakan.
Jika pelatihan tidak berjalan efektif, cari tahu sebabnya. Doronglah peserta untuk
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak mengalami peningkatan dan faktor apa
sajakah yang menjadi halangan bagi kemajuan mereka.
Terkadang ada faktor-faktor yang menghambat atau mencegah penerapan pengetahuan
dan keterampilan yang baru ke dalam suatu pekerjaan. Hambatan-hambatan tersebut
mungkin termasuk keadaan lingkungan yang menyedihkan, perlengkapan yang sangat
tidak memadai, supervisor, keberadaan kebijakan dan prosedur yang ada, bahkan juga
iklim organisasi.
Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 261
Sampaikan evaluasi lanjutan kepada manajer peserta atau supervisor. Mereka seharusnya
tahu tentang hasil program dan informasi lanjutan serta sebaiknya dilibatkan dalam
pelatihan peserta dan pelatihan penerapan.
3. Observasi.
Pelatih atau calon pengamat tentunya bisa mengamati pekerja saat mereka kembali bekerja.
Amati dengan hati-hati selama mereka melakukan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan
rutinnya. Untuk membantu proses tersebut dan memastikan konsistensi dalam pengumpulan
data, buatlah daftar perilaku-perilaku yang diharapkan dan kemudian amati apakah para
pekerja menunjukkan perilaku tersebut atau tidak.
Sebagai contoh, jika Anda mengamati seseorang yang baru saja mengikuti program
layanan konsumen, daftar perilaku dalam layanan konsumen yang Anda miliki mungkin
terlihat seperti ini:
____ Senyuman.
____ Menyapa pelanggan dengan Selamat pagi atau Selamat siang.
____ Penggunaan nama pelanggan.
____ Bertanya Bolehkah saya membantu Anda?.
____ Menawarkan bantuan tambahan.
____ Memberikan pilihan-pilihan kepada pelanggan.
____ Mengatakan apa yang bisa kami lakukan, bukannya apa yang tidak bisa kami
lakukan.
4. Wawancara.
Sebaiknya kita tidak hanya mewawancarai mereka yang mengikuti pelatihan, tetapi juga
sebaiknya mewawancarai mereka yang dekat atau masih memiliki kedekatan hubungan dengan
peserta program. Mungkin juga apabila yang diwawancarai adalah rekan kerja, bawahan, atau
masyarakat. Pertanyaan wawancara sebaiknya disusun secara hati-hati dan dirancang untuk
memusatkan perhatian pada penerapan yang spesifik serta perubahan perilaku.
5. Survei.
Survei akan lebih efisien (dan lebih mahal daripada wawancara) untuk menemukan apakah
peserta benar-benar menerapkan hal-hal yang telah dipelajari. Sekali lagi, jangan membatasi
sumber informasi Anda. Orang lain yang berinteraksi dengan mereka yang ikut serta dala
pelatihan seringkali merupakan sumber umpan balik dan lebih reliabel. Anda akan merasa
ingin mengetahui tidak hanya apakah peserta memanfaatkan pelatihan dalam melakukan
pekerjaannya tetapi juga bagaimana mereka menggunakan hal yang diperoleh dalam pelatihan
untuk menunjukkan adanya peningkatan.
Tanpa menghiraukan metode evaluasi yang Anda gunakan, pastikan bahwa Anda
memiliki cukup waktu untuk menghadirkan perubahan perilaku. Lamanya waktu tergantung
kepada programnya, tapi antara tiga sampai enam bulan sebaiknya Anda memberi cukup
kesempatan kepada peserta untuk menerapkan hal apa sajakah yang sudah mereka pelajari
dan mengembangkan perilaku baru mereka.
262
Tingkatan 4: Hasil

Evaluasi Tingkatan 4 menentukan dampak pelatihan terhadap institusi. Sewajarnya, evaluasi


tersebut menunjukkan bagaimana pelatihan mampu memberikan kontribusi terhadap
penyelesaian tujuan istitusi dan memperlihatkan hasil berkenaan dengan tujuannya. Jika suatu
institusi memilih untuk melakukan evaluasi Tingkatan 4, wilayah pengukurannya harus sama
dengan area yang diidentifikasi dalam pengukuran kebutuhan.
Evaluasi Tingkatan 4 akan sulit dan memakan waktu. Juga bisa sangat mahal. Hal ini sulit
untuk diukur dikarenakan oleh banyaknya variabel yang bisa datang ke dalam permainan setelah
peserta selesai mengikuti sesi. Untuk alasan-alasan tersebut, evaluasi Tingkatan 4 tidak sesuai
untuk semua pelatihan. Dari pokok dasar yang praktis, pertimbangkan penggunaan Tingkatan
4 untuk program-program yang dekat dan berharga bagi manajemen yang lebih tinggi dan telah
mengidentifikasi program tersebut sebagai prioritas.

Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 263


264
MODUL VII

PEER TEACHING

Peer Teaching
PEER TEACHING

Tujuan
Peserta dapat mempraktekkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melatih, yang telah
ia pelajari selama mengikuti proses pelatihan
Peserta dapat saling menilai dan memberikan masukkan berdasarkan dimensi yang
telah ditetapkan sebagai parameter penilaian dalam praktek pelatihan

Bahan
Kertas plano, flip charts untuk persiapan presentasi peserta, spidol, selotip
Bahan-bahan tertentu (yang telah mempertimbangkan ketersediaan setempat)
sesuai dengan metode yang akan dipakai peserta dalam peer teaching. Hal ini
dilakukan pada hari-hari sebelum pelaksanaan peer teaching.

Waktu
300 menit (diluar penjelasan sesi terakhir sehari sebelumnya)
Alokasi:
30-60 Menit: Penjelasan awal yang dilakukan sehari sebelum sesi peer teaching
mengenai tujuan, prosedur, pembagian kelompok, proses-proses yang akan dilalui
dalam peer teaching. Kegiatan ini dilakukan pada jam terakhir hari sebelumnya.
10-12 menit presentasi untuk masing-masing peserta. Total waktu 10 orang
membutuhkan: 120 menit.
10-15 menit playback dan feedback untuk tiap peserta (tidak semua video harus
ditunjukkan, tergantung kebutuhan; hal-hal penting nanti diarahkan oleh pelatih
atau peserta lain yang sekiranya penting. Total waktu untuk 10 peserta: 150
menit
Masukkan dan diskusi dalam kelompok peer teaching (diarahkan oleh pelatih dalam
peer teaching): 30 menit.
Diskusi Pleno: 30 menit.

Proses
1. Persiapan masing-masing pihak dalam peer teaching (lihat tugas masing-masing
pihak)
2. Penjelasan dan penugasan oleh pelatih
3. Pelaksanaan peer teaching.
4. Umpan balik dan sesi putar-ulang (Feedback dan playback session).
5. Catatan penutup pelatih dan plan of action.

Modul VII - Peer Teaching | 267


Tugas Peserta Dalam Sesi Peer Teaching
Mempersiapkan materi, alat dan bahan yang diperlukan untuk
presentasi, sehari sebelumnya. Selama fase persiapan, pelajari kembali
prinsip-prinsip dasar POD, teknik fasilitasi, keterampilan-keterampilan
fasilitasi; dan menerapkannya dalam menetapkan tujuan sesi pelatihan,
perancangan metode, pemilihan media, serta keterampilan melatih.
Peserta membuat rencana tertulis tentang tujuan sesi pelatihan,
perancangan metode, pemilihan media; dan menyerahkannya kepada
pelatih.
Pada gilirannya, setiap peserta memberikan presentasi masing-masing
sekitar 10 menit
Mendengarkan dan merespons sesi playback dan umpan-balik observer
dan evaluator (5 menit)
Terlibat aktif dalam pembahasan pleno dan rangkuman pelatih.
Tugas Observer
Membaca dengan teliti setiap sikap dan keterampilan yang seharusnya
dikuasai oleh seorang pelatih yang baik.
Membaca lembar observasi.
Mencermati semua gerak-gerik presenter dan melakukan
penilaian selama teman sejawat, secara satu per satu, memberi dan
mempresentesikan sesi latihannya.
Mengisi lembar observasi dan memberi masukkan kepada presenter
hasil obeservasinya dalam sesi feedback.
Mengembalikan lembar observasi kepada pelatih
TugasTime Keeper (selama Peer Teaching)
Karena setiap peserta dalam peer teaching akan mempresentasikan teknik
fasilitasi yang ia kembangkan sendiri; ada anggota peer teaching yang
dimintai sebagai time keeper.
Mempelajari alokasi waktu setiap peserta sebagai presenter dalam peer
teaching
Mengatur saat mulai dan berakhirnya sesi presentasi.
Mengingatkan (tapi tidak mengganggu si presenter secara mencolok)
sisa waktu tersedia.

268
Lembar Kerja
LEMBAR OBSERVASI PEER TEACHING

Nama Observee:
Nama Observer:

Petunjuk: Berilah nilai kepada peserta yang anda amati berdasarkan 10 dimensi fasilitasi,
dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau
KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang
rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).

BAIK SEDANG KURANG CATATAN


No DIMENSI
6 5 4 3 2 1 OBSERVER
1. MEMBANGUN RAPPORT
Memberi respon dengan menyebut
nama peserta, memberi dukungan
dan motivasi agar tidak takut
mencoba atau gagal, menjadikan
peserta sebagai pembelajar yang
akitf, bertindak dengan antusias,
tidak meremehkan peserta
2. KETERAMPILAN DASAR
FASILITASI
Menunjukkan keterbukaan,
menunjukkan empati, mampu
mendiagnosis masalah, memotivasi
peserta secara verbal maupun non
verbal, mampu menyelesaikan
perbedaan pendapat
3. MENYIMAK
Menunjukkan adanya perhatian,
menunjukkan empati, membantu
peserta untuk mengembangkan
kompetensi, memotivasi peserta
untuk memecahkan masalah-
masalahnya, mampu diam saat
harus diam, tidak memotong
pembicaraan/menyela, mendorong
peserta untuk berbicara secepatnya
4. PENGAMATAN
Mampu memahami petunjuk non
verbal peserta

Modul VII - Peer Teaching | 269


5. BERTANYA
Menunjukkan kemampuan
mendengar, mampu mendorong
keterlibatan peserta untuk mencari
jawaban, mampu mendorong
peserta yang pasif untuk aktif,
mampu menggunakan jenis
pertanyaan terbuka dan tertutup
dengan tepat
6. MEMBERI DAN MENERIMA
UMPAN BALIK
Tidak terburu-buru memberi
umpan balik, tidak terkesan
memberi pembelaan diri,
menjernihkan persoalan
dengan mengajukan pertanyaan
sebelum memberi umpan
balik, menyampaikan umpan
balik dengan spesifik dan jelas,
tidak bersifat personal judgement,
mengucapkan terima kasih kepada
peserta yang memberi umpan balik
7. PARAFRASE, MENGUJI DAN
DIALOG
Mengulang pernyataan atau
pertanyaan peserta dengan tujuan
memastikan pemahaman yang
tepat/benar, mampu mengajukan
pertanyaan untuk mendapat
pemahaman, tidak melompat dari
pertanyaan yang satu ke pertanyaan
lain, tidak berasumsi, senantiasa
mengajukan jenis pertanyaan
terbuka, memberi kesempatan
terhadap munculnya perspektif
yang lain/berbeda

8. Sistematika Penyajian
Menyampaikan salam pembuka,
menyampaikan tujuan
instruksional, menyampaikan
deskripsi materi pelatihan,
menyampaikan garis besar alur
proses dan metode, menyampaikan
resume, menyampaikan pertanyaan
diagnosis, menyampaikan clue yang
menghantar ke materi selanjutnya,
menyampaikan salam penutup

270
9 Penguasaan Materi
Mampu menjawab pertanyaan
peserta dengan percaya diri, tidak
memberi kesan mempertahankan
diri, tidak mengalihkan pertanyaan
peserta ke hal lain yang tidak ada
hubungannya, konsisten dengan
penyampaian materi dari awal
hingga akhir

10. Penguasaan dan Pemanfaatan


Metode dan Media Pelatihan
Menyampaikan tujuan
instruksional, menjelaskan
metode dan prosedur pelatihan,
menggunakan media pembelajaran
dengan efektif, melibatkan peserta
dalam proses pembelajaran,
memberikan kesempatan kepada
peserta untuk praktek, mampu
menjawab pertanyan peserta terkait
perbedaan diantara metode-metode
pelatihan yang ada

Modul VII - Peer Teaching | 271


272
DAFTAR PUSTAKA

Davis, E. 2005. The Training Managers: A Handbook. Terjemahan. PT.


Gramedia: Jakarta

Leigh, D. 2006. The Group Trainers Handbook: designing and delivering


training for groups, 3rd edition. Kogan Page:London-Philadelphia

Lawson, K. 2006. The Trainers Handbook. 2nd Ed. Pfeiffer: San Francisco

Bray, T. 2006. The Training Design Manual : the complete practical guide
to creating effective and successful training programmes. Kogan
Page: London-Philadelphia

Hart, L.B. dan Waisman, C.S. 2003. 50 Activities for Developing Leaders. Volume
II. HRD Press: USA

Ife, J. dan Tesoriero, F. 2008. Community Development. Terjemahan. Edisi ke-3.


Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Levin, P. 2005. Succesful Teamwork. Open University Press: New York

Yayasan Indonesia Sejahtera. 1994. Bermain Menghayati dan Belajar. YIS:


Solo

273
274
LAMPIRAN

1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan

3. Lay Out Ruang Pelatihan

4. Media dan Kebutuhan Pelatihan Lain yang Harus Disiapkan

5. Kriteria Pelatih

6. Syarat-Syarat Menjadi Peserta

7. Team Management

8. Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih

275
276
277
Lampiran 1.
278

Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat


Hari/ Waktu Pokok/Sub Pokok Bahasan Tujuan Pokok/Sub Pokok Bahasan Metode dan Media Fasilitator
tgl.
I 08.00 08.30 Pembukaan Acara Pelatihan dibuka secara resmi Ceremonial Pejabat
Tgl Pusat/
Setempat
08.30 09.30 Pengantar Lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri Ceramah
Mengenal diri sendiri dan orang lain maupun peserta lain dalam menjadi pelatih. Ini Diriku
Dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan Gentong Retak
orang lain dalam suatu pelatihan Angket Profil
Kepribadian
09.30 10.15 Sikap Terhadap Diri Sendiri Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri Lembar kerja
dapat dipengaruhi oleh pemaknaan kita terhadap kegagalan dan Keberhasilan dan
kesuksesan yang kita lakukan. Komitmen untuk
Berhasil
10.15 10.30 Istirahat
10.30 11.30 Kontrak Belajar Dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing Kumpulan harapan
terkait keikutsertaan mereka dalam Pelatihan Pelatih dan kekhawatiran
Pemberdayaan Masyakarat.
Dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau
mengapa tidak dapat dicapai.
11.30 12.30 Mempersiapakn Situasi Pelatihan Di akhir sesi peserta diharapkan dapat: Alur Pelatihan
menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan Agenda Pelatihan
menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing Daftar Logistik
berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan
12.30 -13.30 Ishoma
13.30 14.00 Menetapkan Norma Kelompok Peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan Dokumen
digunakan selama pelatihan berlangsung. Kesepakatan Peserta
14.00 14.30 Pre Test Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait Lembar Pre Test
kompetensinya sebagai pelatih
14.30 15.00 Praktek Umpan Balik Di akhir pelatihan: Buku catatan kawan
peserta mampu melakukan pengamatan dan memberikan kita
penilaian terhadap perilaku peserta yang lain
memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan
konstruktif dari peserta lain terhadap perilaku mereka
sendiri.
15.00 15.30 Istirahat
15.30 16.00 Umpan Balik Harian Panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian Kelompok kerja
sistem bergiliran Review harian

II 08.00 10.00 Memahami Nilai-Nilai Ke- Pada akhir sesi peserta mampu: Menyanyikan lagu
Tgl. Indonesia-an mengingat kembali tentang nilai-nilai Ke-Indonesia-an wajib dan lagu daerah
mengidentifikasi nilai-nilai yang perlu dikembangkan Curah pendapat
menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang tumbuh dan Diskusi kelompok
berkembang di masyarakat
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Mengembangkan Nilai-Nilai Ke- Peserta mampu:
Indonesia-an menghubungkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dengan nilai Studi kasus
keragaman Diskusi kelompok
dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat Pleno
memberikan penilaian terhadap program pemberdayaan
masyarakat
menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan
masyarakat
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Memahami Kembali Konsep Dasar Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat Ceramah
Pemberdayaan Masyarakat Peserta mampu menentukan konsep dasar pengembangan Diskusi kelompok
Lampiran | 279

masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-Indonesia-an


15.15 15.45 Istirahat
15.45 17.00 Pemberdayaan Masyarakat dalam Peserta menemukenali model pemberdayaan masyarakat Ceramah
Perspektif Indonesia Peserta mampu menganalisa permasalahan program Diskusi kelompok
pemberdayaan masyarakat
17.00 18.00 Peran dan Fungsi Pelaku Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan Ceramah
Pemberdayaan Masyarakat masyarakat Sumbang saran
280

III. 08.00 10.00 Pendidikan Orang Dewasa Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran Ceramah
Tgl orang dewasa berdasarkan pengalaman belajar sendiri Curah pendapat
sebagai orang dewasa Diskusi kelompok
Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
orang dewasa selama pelatihan berlangsung
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Peserta meyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi Diskusi kelompok
Pelatihan sebagai pelatih dalam suatu pelatihan Presentasi
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Memahami Pembelajar Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang Ceramah
bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada Penugasan
desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan
15.15 115.45 Istirahat
15.45 17.45 Taksonomi Tujuan Instruksional Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan Ceramah
instruksional Presentasi
Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya
model Bloom

IV 08.00 10.00 Manajemen Stres Menjelaskan konsep coping stress Kliping


Tgl Mengidentifikasi penyebab stres
Mengidentifikasi strategi penanganan stres
10.00 10.15 Istirahat
10.15 11.15 Pengembangan Atmosphere Belajar Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan Ceramah
kelompok yang dibentuk secara acak Permainan kuis
Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu,
cara terbaik untuk membentuk satu kelompok
Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara
inovatif untuk membentuk kelompok secara acak
11.15 12.30 Praktek Dinamika Kelompok Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai Bermain peran
situasi dan anggota kelompok yang sulit
12.30 13.30 Ishoma
13.30 14.30 Merancang Sesi Pelatihan Menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan Curah pendapat
Menyebutkan lima jenis strategi pelatihan Diskusi kelompok
14.30 15.30 Mengembangkan Agenda Pelatihan Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan Ceramah
agenda pelatih Curah pendapat
Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang Penugasan
selayaknya ada dalam agenda pelatih
Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka
berdasarkan catatan informasi mereka
15.30 16.00 Istirahat
16.00 15.00 Merumuskan Rencana Sesi Mampu membuat daftar mengenai elemen suatu rencana Curah pendapat
sesi Diskusi pleno
Mampu membedakan antara rencana sesi yang baik dan
buruk dan menganalisis aspek-aspek baik dan buruknya
16.00 18.00 Menulis Rencana Sesi Sederhana Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka Ceramah
sendiri Penugasan

V. 08.00 10.00 Berbagai Metode Pelatihan I Peserta dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang Bola salju
Tgl mereka kenal dengan teknik bola salju.

10.00 10.15 Istirahat


10.15 12.15 Berbagai Metode Pelatihan II Peserta dapat memilih beberapa metode yang ingin Curah pendapat
dipraktekkan. Penugasan
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Praktek Metode Pelatihan I Memberikan kesempatan kepada peserta untuk Ceramah
mempraktekkan suatu metode pelatihan. Praktek
Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan
pelatihan baru.
15.15 15.45 Istirahat
15.45 17.45 Praktek Metode Pelatihan II Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran Ceramah
Lampiran | 281

orang dewasa dan prinsip pelatihan. Praktek


Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.
282

VI. 08.00 10.00 Memilih Metode Pelatihan I Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus Curah pendapat
Tgl dipilih dengan hati-hati. Praktek
Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok
untuk meningkatkan kesadaran atau pengetahuan, tetapi
hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau
merubah sikap.
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Memilih Metode Pelatihan II Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan Praktek
tujuan, kelompok sasaran yang berbeda, serta situasi yang Ceramah
spesifik
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Pemanfaatan Media Pembelajaran I Peserta dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan Ceramah
kekurangan dari media yang dipilih. Demonstrasi
15.15 15.45 Istirahat
15.45 17.45 Pemanfaatan Media Pembelajaran II Peserta mampu mengidentifikasi lima hal yang boleh Demonstrasi
dilakukan dan jangan dilakukan dalam menggunakan media Ceramah
yang dipilih

VII 08.00 10.00 Karakteristik Pelatih dan Gaya Pada bagian ini, peserta dapat: Ceramah
Tgl Pelatihan I mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya Diskusi kelompok
mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas Penugasan
gaya pelatihan
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Karakteristik Pelatih dan Gaya Peserta mampu membedakan antara pelatihan yang berpusat Ceramah
Pelatihan II pada pembelajar (learner-centered) dan pelatihan yang berpusat Diskusi kelompok
pada materi (information-centered) Penugasan
12.15 13.15 Ishoma
13.15 13.45 Membangun Hubungan/Interaksi Pesserta dapat: Curah pendapat
menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat
terbinanya relasi yang baik antar pelatih dengan peserta
menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk
membina dan mempertahankan relasi yang baik antar
pelatih dengan peserta.
13.45 15.00 Memperkenalkan Ketrampilan Peserta dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi Ceramah
Fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif Diskusi kelompok
15.00 15.30 Istirahat
15.30 16.30 Praktek Kemampuan Menyimak Pada akhir sesi peserta: Ceramah
dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan Main teka-teki
menyimak
dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit
mengidentifikasi halhal yang dilakukan dan tidak
dilakukan oleh seorang pelatih selama menyimak
16.30 17.30 Praktek Pengamatan Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa Sulap Jam Tangan
pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih Praktek pengamatan

VIII. 08.00 10.00 Praktek Bertanya Peserta mampu membedakan antara pertanyaan terbuka Diskusi kelompok
Tgl. dan pertanyaan tertutup. Praktek bertanya
Peserta mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat
yang sesuai dengan konsep pembelajaran orang dewasa.
10.00 10.15 Istirahat
10.15 11.45 Memberikan dan Menerima Umpan Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
Balik dapat menjelaskan tujuan umpan balik Sosio drama
dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik
dan buruk
dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan
menerima umpan balik
11.45 12.45 Praktek Parafrase Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
dapat menjelaskan pengetian parafrase Praktek
dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna
berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan
Lampiran | 283

berlangsung
12.45 13.45 Ishoma
13.45 14.45 Praktek Menguji Pada akhir sesi peserta: Ceramah
dapat menjelaskan apakah menguji itu Curah pendapat
dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam Teka-teki
suatu lingkup pelatihan
dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog
284

14.45 15.45 Praktek Dialog Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi. Praktek
dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan
dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung
15.45 16.15 Istirahat
16.15 17.45 Komunikasi Non Verbal Peserta paham pentingnya pengetahuan dan keterampilan Tayangan video
dalam komunikasi non verbal peristiwa

IX. 08.00 09.30 Mengatur Perilaku yang sulit Mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus Tayangan video ...
Tgl yang biasanya muncul dalam konteks pelatihan. peristiwa
Mengidentifikasi dan meyakini beberapa saran untuk
menangani perilaku khusus yang dapat muncul dalam
konteks pelatihan.
09.30 10.00 Istirahat
10.00 12.00 Praktek Fasilitasi I Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan Praktek fasilitasi
lancar
12.00 13.00 Ishoma
13.00 15.00 Praktek Fasilitasi II Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan Praktek fasilitasi
lancar Penugasan
15.30 16.00 Istirahat
16.00 18.00 Menilai Keterampilan Fasilitasi I Peserta mampu membuat evaluasi antar peserta mengenai Praktek
keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkan Penugasan

X. 08.00 10.00 Analisa Perkembangan Belajar Pada akhir sesi peserta: Studi Kasus
Tgl dapat menjelaskan alur logika dari siklus pembelajaran Diskusi Kelompok
berdasarkan pengalaman
mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasarkan
pengalaman dalam perancangan sesi
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Monitoring Pelatihan Pada akhir sesi peserta: Ceramah
dapat menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari Diskusi kelompok
kehidupan sehari-hari Curah pendapat
dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian
dalam satu lingkungan pelatihan
dapat memilih metode monitoring yang tepat
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Mengevaluasi Pelatihan Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang Lempar Bola
berbeda dari suatu evaluasi pelatihan
dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional
untuk mengevaluasi kegiatana pelatihan
dapat mengformalisasikan satu rencana evaluasi untuk
pelatihan mereka sendiri
15.15 15.45 Istirahat

XI. 08.00 09.30 Penjelasan Peer Teaching Semua komponen pendukung peer teaching sudah siap Ceramah
Tgl... operasional
Peserta siap melakuan Peer teaching
10.45 12.30 Peer Teaching 8 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi
12.30 13.30 Ishoma
13.30 15.30 Peer Teaching 16 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi
15.30 16.00 Istirahat
16.00 17.30 Peer Teaching 6 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi
17.30 19.30 Ishoma
19.30 20.00 Playback dan Feedback Peserta dapat masukan dari peer teaching yang telah Pleno
dipraktekkan
20.00 20.00 Penguatan Komitmen Masing-masing peserta mendapat raport pribadi Pleno
Semua peserta mendapat peneguhan dan pencerahan
20.00 20.15 Penutupan Pelatihan dapat ditutup secara resmi Ceremonial Pejabat
Pusat/
Lampiran | 285

Setempat
20.15 SAYONARA
Lampiran 2.
286

Panduan Penyelenggaraan Pelatihan


A. Pra Pelatihan

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan


1 Penyiapan Tempat Training manajer 1. Menghubungi dan memastikan tempat pelatihan setelah berkoordinasi dengan staf British
(Ruang) Pelatihan dan Council (BC) yang bertugas, sesuai dengan jadwal dan ketentuan penentuan tempat pelatihan
Penginapan (Akomodasi) yang diberlakukan BC. Sedapat mungkin pelatihan tidak dilakukan di hotel atau maksimal hotel
bintang tiga dan bukan di tengah kota.
2. Memastikan keberadaan tempat pelatihan yang sesuai dengan ketentuan, antara lain:
(a) Luas minimal 8 m x 10 m, tidak bau dan sirkulasi udara baik.
(b) Layout kursi+meja pelatihan bentuk U
(c) Jumlah kursi+meja yang mencukupi dengan jumlah peserta
(d) Ketersediaan tempat bagi PU, Fasilitator, serta Petugas Dokumentasi Proses
(e) Ketersediaan sound system yang berfungsi dengan baik
(f) Ketersediaan white board, papan flip chart, LCD Projector, dan alat tulis-menulis yang
dibutuhkan.
(g) Ketersediaan tiga ruang yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Peer Teaching.
(h) Jika membutuhkan, ketersediaan alat pendingin (AC atau Kipas Angin) yang berfungsi
dengan baik
2 Penginapan: Training manajer 1. Memastikan ketersediaan tempat penginapan yang mencukupi untuk menampung peserta
pelatihan (maksimum dua orang per kamar), serta kenyamanan tempat pelatihan.
3. Memastikan sistem penyewaan tempat pelatihan dan akomodasi antara pemilik tempat dengan
BC sudah disepakati
No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan
3 Peserta Training manajer 1. Menghubungi pihak The Institute of Good Governance and Regional Development (IGGRD) untuk
mengkonfirmasikan jumlah peserta yang terlibat dari unsur PMD, PT dan NGO.
2. Mengidentifikasikan peserta pelatihan yang memenuhi syarat, khususnya dari PT dan NGO.
Adapun prasyarat calon peserta dapat dilihat pada website PFPM.
3. Mengkonfirmasikan calon peserta dari PT dan NGO yang memenuhi syarat kepada pihak
IGGRD untuk mendapatkan persetujuan.
4. Mengirimkan undangan kepada calon peserta dari PT dan NGO yang sudah disetujui. Dalam
undangan tersebut terlampir: ToR, jadwal pelatihan, format CV, format karya tulis dan Form
Kesanggupan kehadiran. Surat undangan dibuat dan di tanda-tangani oleh TM dengan format
surat dari IGGRD.
5. Menerima kiriman dokumen dari peserta utusan PT dan NGO, yakni: CV, Karya Tulis dan
Kesanggupan Kehadiran. Penerimaan dokumen peserta paling lambat 1 minggu sebelum
pelaksanaan pelatihan.
6. Menginformasikan nama peserta dari PT dan NGO yang memenuhi syarat untuk mengikuti
pelatihan kepada IGGRD.
4 Koordinasi dengan Training manajer 1. Menerima nama PU dan Fasilitator yang bertugas dari pihak IGGRD, serta jadwal dan
Penanggung Jawab pembagian tugas dari fasilitator yang terlibat.
Umum (PU) dan 2. Mengkonfirmasikan kepastian PU untuk memfasilitasi pelatihan, jadwal pelatihan, tempat
Fasilitator pelatihan, serta informasi lainnya yang relevan.
Jika PU berhalangan pada sebagian atau seluruh proses pelatihan, TM melakukan koordinasi
dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya.
3. Mengkonfirmasikan kepastian Fasilitator untuk memfasilitasi pelatihan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan. Jika Fasilitator berhalangan pada sesion yang harus difasilitasi, TM
melakukan koordinasi dengan IGGRD guna mendapatkan penggantinya.
Lampiran | 287

4. Meminta informasi awal yang dibutuhkan oleh Fasilitator berkaitan dengan kebutuhan materi,
media dan perangkat pendukung pembelajaran lainnya
5 Penyiapan Konsumsi Training manajer 1. Memastikan kesiapan pelayanan konsumsi kepada peserta, antara lain mencakup jumlah yang
dibutuhkan dan jenis makanan.
2. Memastikan kebersihan dan kenyamanan tempat makan selama proses pelatihan berlangsung
288

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan


6 Penyiapan ATK, Seminar Training manajer 1. Konfirmasikan dengan pihak IGGRD berkaitan dengan pengiriman ATK, Seminar Kit, P3K,
Kit dan P3K bahan habis pakai yang dibutuhkan dan Spanduk, terutama berkaitan dengan alamat TM, jenis
dan jumlah barang yang dikirim.
2. Penyiapan fasilitas penunjang pelatihan, antara lain: Laptop, LCD, Handycam, Printer, TV untuk
peer teaching.
7 Keuangan dan Training manajer 1. Melakukan pembelian ATK dan Bahan Habis Pakai jika yang dipersiapkan oleh BC mengalami
administrasi: kekurangan.
2. Menerima pengiriman fresh money dari BC sebagai biaya talangan awal, yakni untuk pembiayaan:
(a) Transportasi lokal untuk mobilisasi TM dalam melakukan persiapan pelatihan
(b) Biaya komunikasi dalam melakukan koordinasi dengan PU, Fasilitator, IGGRD dan BC.
(c) Foto copy tambahan materi pelatihan dan dokumen administrasi lainnya.
(d) Pembelian ATK jika yang dipersiapkan oleh BC mengalami kekurangan.
Adapun besar biaya talangan awal per pelatihan sebesar Rp 1.000.000,-
Semua pembelian harus disertai bukti pembelian (kwitansi), yang akan dipertanggungjawabkan
pada akhir pelatihan kepada staf BC/IGGRD.
3. Meminta pengiriman Form Konfirmasi Kehadiran, Form Registrasi Ulang, Form Absensi,
Form Evaluasi Peserta dan Amplop ber perangko Pengiriman Bukti Perjalanan Peserta kepada
IGGRD.
8 Pertemuan Koordinasi Training manajer 1. Sehari sebelum tanggal pelaksanaan pelatihan, TM memfasilitasi pertemuan koordinasi antara
dengan PU dan PU, seluruh Fasilitator yang terlibat, Konsultan PFPM (jika hadir), TM dan SS.
Fasilitator Pertemuan menyangkut:
a. Pemantapan jadwal pelatihan dan fasilitator yang bertugas.
b. Review materi oleh PU guna membahani fasilitator.
c. Mengidentifikasi ulang media dan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk setiap topik
agar dipersiapkan oleh TM dan SS.
d. Melakukan pengecekan final terhadap persiapan pelaksanaan pelatihan, antara lain: tempat
pelatihan, peserta pelatihan, kesiapan materi dan administrasi, dan berbagai hal yang
relevan.
2. Pertemuan dilaksanakan di tempat pelatihan dan dipimpin oleh PU.
B. Pelaksanaan Pelatihan

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan


1 Koordinasi dengan PU Training manajer 1. Menghubungi PU guna membantu/memfasilitasi kedatangan PU, berkaitan dengan transportasi
dan Fasilitator ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika dibutuhkan).
2. Menghubungi Fasilitasilitator guna membantu/memfasilitasi kedatangan Fasilitator, berkaitan
dengan transportasi ke tempat pelatihan, penginapan, serta berbagai hal lainnya yang relevan (jika
dibutuhkan).
3. Memfasilitasi seluruh kebutuhan PU dan Fasilitator dalam rangka mendukung proses pelatihan,
antara lain: kebutuhan media pelatihan, ATK yang dibutuhkan, dan kebutuhan lainnya yang
relevan.
4. Melakukan evaluasi harian antara PU, Fasilitator, TM dan SS di akhir kegiatan hari tersebut,
berkaitan dengan keseluruhan proses pelatihan, serta persiapan pelaksanaan pelatihan hari
berikutnya.
5. Jika pada saat pelatihan Fasilitator berhalangan hadir (sakit atau alasan lain), materi difasilitasi oleh PU.
6. Jika pada saat pelatihan PU berhalangan hadir, TM segera melaporkan kepada IGGRD guna
mendapatkan pengganti. Pelatihan tetap berjalan, difasilitasi oleh Fasilitator.
2 Koordinasi dengan Training manajer 1. Melakukan registrasi peserta pada saat kedatangan dengan menggunakan form baku yang telah
Peserta dipersiapkan oleh IGGRD.
2. Pada saat registrasi, peserta diinformasikan no kamar penginapan, berbagai aturan yang berlaku
di penginapan dan tempat pelatihan, serta membagikan Jadwal Pelatihan, CD Materi Pelatihan,
dan Seminar Kit. Pembagian kamar peserta dilakukan oleh TM.
3. Memfasilitasi kebutuhan peserta dalam rangka mendukung kenyamanan peserta dalam
mengikuti pelatihan, antara lain: kebutuhan akan obat-obatan jika sakit ringan, pengantaran ke
rumah sakit jika sakit cukup berat, pengaturan sistem pencucian pakaian, serta kebutuhan lainnya
yang relevan.
4. Mengumpulkan CV peserta yang belum lengkap.
Lampiran | 289

3 Koordinasi dengan Training manajer 1. Membantu petugas keuangan BC/IGGRD dalam proses pertanggung-jawaban biaya perjalan peserta.
Bagian Keuangan 2. Pada akhir pelatihan melakukan pertanggung-jawaban penggunaan dana talangan awal oleh TM
kepada petugas keuangan BC/IGGRD.
4 Koordinasi antara PU, Training manajer 1. Evaluasi kegiatan hari itu
SS dan Pelatih dilakukan 2. Rencana kegiatan hari esok
setiap hari (malam)
290

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan


5 Dukungan dalam Training manajer 1. Mengontrol kenyamanan dan kebersihan ruang pelatihan
Proses Pelatihan 2. Mengontrol kenyamanan dan kebersihan penginapan
3. Mengontrol penggunaan sarana pendukung pelatihan seperti: sound system, LCD, alat tulis
menulis, dan lain-lain.
4. Melengkapi kebutuhan media pelatihan seperti kertas flip chart, spidol, kertas plano, selotip, dan
lain-lain.
5. Memasang spanduk Pelatihan, yakni di ruang pelatihan
6. Memfasilitasi acara pembukaan, yakni terdiri dari:
(a) Kata pembukaan oleh TM
(b) Doa pembukaan (oleh salah satu peserta)
(c) Penjelasan tentang PFPM oleh Konsultan (jika hadir) atau PU
(d) Pembukaan oleh Tamu PMD (jika hadir) atau Konsultas (jika hadir) atau PU.
(e) Kata penutup oleh TM, sekaligus menyerahkan seluruh proses pelatihan selanjutnya kepada PU
7. Melakukan Dokumentasi Proses per sesi.
8. Menjalankan Absensi Peserta, Fasilitator dan PU untuk setiap sesi.
9. Bersama SS bertugas untuk merekam proses Peer Teaching dengan menggunakan kamera video.
10. Pada saat sesi Peer Teaching, membagikan form oberservasi peer teaching. Pada akhir sesi peer teaching,
mengumpulkan dan merekap seluruh hasil oberservasi untuk diserahkan kepada Fasilitator yang
bertugas.
11. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil Review Harian yang dilakukan oleh peserta yang
bertugas.
12. Memfasilitasi acara penutupan:
(a) Kata pembuka oleh TM
(b) Refleksi dari PU, Fasilitator dan beberapa Wakil Peserta
(c) Post Test
(d) Penutupan oleh Wakil PMD (jika hadir), Konsultan (jika hadir) atau PU.
(e) Doa Penutup oleh salah satu peserta
(f) Kata penutup oleh TM
13. Membuat dokumentasi foto, yakni mencakup
(a) Moment Pembukaan
(b) Moment Proses Pelatihan (foto setiap fasilitator yang bertugas dan PU, suasana diskusi
peserta dalam kelompok, saat permainan, presentasi oleh peserta, Praktek Peer Teaching, dan
lain-lain)
(c) Moment Penutupan
No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan
6 Pada hari terakhir Training manajer 1. Mengumpulkan dan mendokumentasikan hasil evaluasi materi pelatihan dan evaluasi program
pelatihan melakukan pelatihan.
2. Membagikan amplop berperangko yang akan digunakan peserta pelatihan untuk mengirimkan
boarding pas, tiket dan atau bukti-bukti lainnya yang diperlukan kepada IGGRD.

C. Evaluasi Pelatihan

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan


1 Penyusunan laporan pelatihan oleh TM sesuai Training manajer
dengan format yang telah ditetapkan oleh
IGGRD.
2 Mengirimkan hasil evaluasi materi dan evaluasi Training manajer
program pelatihan kepada IGGRD.
3 Mengirimkan daftar peserta yang berhak untuk Training manajer
mendapatkan sertifikat kepada IGGRD.
4 Mengirimkan dokumen CV seluruh peserta ke Training manajer
IGGRD.
Lampiran | 291
D. Prosedur Administrasi
292

No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan


1 Pendaftaran: Training Manajer Pendaftaran tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.
Pendaftaran peserta dilakukan pada: Supporting Staff Peserta wajib mengikuti pelatihan sejak hari pertama hingga
1 hari sebelum kegiatan training dimulai hari terakhir
Peserta wajib menyerahkan CV, surat tugas, dan Setelah Pelatihan dimulai, peserta tidak boleh digantikan oleh
kelengkapan administrasi lain yang diminta. orang lain untuk sementara maupun hingga akhir pelatihan
Pada saat pendaftaran peserta akan mendapatkan
training kit dan material ToT dalam bentuk
softcopy. Untuk itu disarankan kepada peserta
untuk membawa sarana Laptop. Bagi peserta yang
tidak membawa Laptop, panitia akan menyiapkan
hard copy material
2 Absensi: Supporting Staff Absensi tidak boleh dititip pada peserta lain
Pengisian absensi dilakukan pada setiap kali sesi Peserta yang memiliki jumlah absen lebih dari 10 % kehadiran
pelatihan dimulai (untuk seluruh sesi) sesi, dianggap tidak lulus
3 Sertifikat: Training Manajer Blanko sertifikat diperoleh dari panitia/penyelenggara
Peserta yang dianggap telah memenuhi syarat Supporting Staff Blangko sertifikat tidak dapat diberikan kepada orang lain
kelulusan pelatihan, akan diberikan sertifikat tanda atau peserta yang dianggap tidak lulus.
telah mengikuti proses pelatihan untuk peserta Blanko yang salah, harus dikembalikan kepada Training
Sertifikat HANYA akan diberikan kepada peserta Manager/Supporting Staff untuk mendapatkan blanko
yang mengikuti ToT secara penuh dan TELAH pengganti
mengirimkan kembali semua bukti-bukti tiket,
boarding pass, airport tax, dan
dokumen lainnya yang ditentukan oleh Training
Manager pada saat ToT
No Uraian Tugas Pelaksana Tugas Keterangan
4 Pelaporan Training Manajer Laporan kegiatan terdiri dari:
Pelaporan terdiri dari laporan kegiatan dan laporan Supporting Staff Tempat dan waktu pelaksanaan.
administrasi/keuangan sesuai kebutuhan Daftar nama dan data seluruh peserta, nara sumber, master
trainer dan pelatih utama.
Dokumentasi Proses sejak awal hingga akhir pelatihan. (kaset-
kaset rekaman tape recorder dan rekaman video)
Daftar hadir (absensi) seluruh peserta, nara sumber, master
trainer, pendamping dan seluruh tim teknis pelaksana
Daftar peserta yang lulus dan yang tidak lulus
Seluruh hasil evaluasi
Rekomendasi dari peserta, nara sumber, master trainer dan
pelatih utama
Harus disertai dengan foto kegiatan
Diserahkan kepada direktur proyek paling lambat 1 minggu
setelah kegiatan pelatihan berakhir
Laporan keuangan (telah dijelaskan di bagian prosedur keuangan)
5 Inventaris Training Manajer Seluruh pelengkapan dan peralatan yang disewa dari pihak
Seluruh peralatan dan bahan yang tersisa di Supporting Staff ketiga dikembalikan kepada pihak ketiga
serahkan kembali kepada Training Manajer
Seluruh hasil dokumentasi baik rekaman kaset,
video dan foto, juga diserahkan kepada Training
Lampiran | 293

Manajer
Lampiran 3.
Lay Out Ruang Pelatihan

Tertutup dari sinar matahari

Spanduk Pelatihan
Layar Infocus
Whiteboard
Listrik

Projector Notebook
Flip chart Flip chart

Kursi tinggi untuk roleplay

Kursi peserta dengan


konfigurasi U

Flip chart

Flip chart
Kursi peserta yang memiliki papan untuk menulis
atau jika tidak ada letakkan meja di belakang kursi

Meja observer panitia

Listrik

294
Lampiran 4.

Media dan Kebutuhan Pelatihan Lain yang Harus Disiapkan

No Nama Jumlah Keterangan


I. Sarana dan Prasarana:
1 Ruang Minimal 80 - 100 M (untuk 1 unit
2 11 hari) Ruang peer taching, kapasitas 2 unit
min.10 org. Min.1 hari
3 Kursi dan meja moving 40 unit
4 Meja observer dalam ruangan 1 unit
5 Papan pengumuman (parasut 2 x 3 M) 2 lembar
6 Sound System mike min: 3 unit
7 Spanduk 2 unit
II. Media:
1 TV 1 unit
2 White board 1 unit
3 Sumber listrik
4 Papan flipchart 5 unit
5 Laptop 1 unit
6 LCD 1 unit
7 Rol Kabel 4 buah
8 Papan White Board 1 buah
9 Flipp chart 500 lbr/11 hari/kelas
10 Spidol marker kecil permanen 2 lsn/11 hari/kelas hitam
11 Spidol marker besar permanen 1/2 lsn/11 hari/kelas biru dan hitam
12 Spidol white board 1 lusin/kelas
13 Penghapus White Board
14 Lem Semprot Tri M 1 buah
15 Lakban Kertas 2 inch 1 lusin
16 Meta plan 10x25 cm masing-masing 200 lbr hijau,merah,putih,biru,kuning
17 Kertas A4 1 rim
18 Tali Rafia 1 Gulung besar
19 Kertas Emas 2 pak (isi 20 lembar)
20 Karton Manila masing-masing 4 lbr Kuning, hijau, merah
21 Lem Fox yang kecil 1 buah
22 Gunting 3 Buah
23 Stepler 1 unit
24 Isi Stepler 1 kotak

Lampiran | 295
No Nama Jumlah Keterangan
25 CD Kosong 35 pcs
26 Post It yang besar 2 buah
27 Printer 1 unit
28 Tinta Printer 2 hitam, 1 warna
29 Handycam 11 hari 1 unit
30 Voice operated recorder (VOR), 11 hari 1 unit
31 Baterai 22 pc A3 Alkaline
32 Balon 10 Pak
33 Bola tenis 1 Buah
III Training Kit: 1 pc
1 Tas 1 pc
2 Block Note Sedang
3 Bolpoint standar
4 Jadwal
5 Modul
6 Tata tertib dan aturan penginapan
7 Name tag

296
Lampiran 5.

Kriteria Pelatih
Dalam Pelatihan Pelatih (TOT) ini, Pelatih dibagi dalam 2 jenis: (1) Pelatih Utama dan (2)
Pelatih Pakar (Master Trainer).
A. Pelatih Utama adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa kriteria
yang telah disepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih Utama
(Quality Control) dalam pelaksanaan Pelatihan.
Kriteria Pelatih Utama:
1. Diutamakan yang berpendidikan minimal S2
2. Memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun
3. Pelatih Utama adalah orang yang pakar dalam bidang community development,
pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi.
4. Memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pelatihan.
B. Pelatih Pakar adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa Kriteria
yang telah di sepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih (Trainer)
dalam pelaksanaan Pelatihan. Master Trainer ini adalah mereka yang pakar dalam bidang-
bidang tertentu yaitu; bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang Pendidikan orang dewasa,
Metode dan Media, serta bidang teknik fasilitasi.
Kriteria Pelatih Pakar:
1. Pakar Pendidikan Androgogi
2. Diutamakan berpendidikan minimal S2 ilmu Pendidikan atau sejenisnya, atau S1
dengan pengalaman yang cukup sebagai praktisi pendidikan orang dewasa.
3. Praktisi Pendidikan Orang Dewasa,
4. Memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
Pelatih Senior Bidang Pemberdayaan Masyarakat
1. Berpendidikan minimal Sarjana S1
2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan
masyarakat
4. Memiliki Pengalaman melatih fasilitator lapangan minimal 10 tahun.
Pakar di bidang Metode dan Media
1. Berpendidikan minimal Sarjana S1
2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan
masyarakat
4. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan media pendidikan
Memiliki dan menyerahkan media pelatihan penyampaian pembelajaran yang telah
digunakan selama minimal 5 kali.
Lampiran | 297
Lampiran 6.

Syarat-Syarat Menjadi Peserta

Peserta TOT harus memenuhi kriteria berikut:


1. Berpendidikan minimal Sarjana sederajat
2. Berpengalaman kerja di masyarakat selama minimal 3 tahun sebagai fasilitator umum
maupun fasilitator teknis (bukan sebagai administratur dan supervisor proyek).
3. Memiliki motivasi yang baik dan kematangan emosional dalam kegiatan mendidik,
melatih dan mengajar, serta memiliki track-record yang baik sebagai fasilitator
masyarakat yang diperkuat oleh rekomendasi pihak berkompeten.
4. Menyerahkan CV (curriculum vitae) dan karya tulis yang berisikan pengalaman sebagai
fasilitator.
5. Diutamakan yang berdomisili di tempat pemberdayaan (tinggal bersama masyarakat).

298
Lampiran 7.

Team Management

No Nama Lembaga
1 Eko Sri Harjanta Ditjen PMD, Depdagri
2 Bito Wikantosa Ditjen PMD, Depdagri
3 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD, Depdagri
Satker Pembinaan PNPM Mandiri
4 Moch. Yasir Sani Sekretariat PNPM MP
Perdesaan
National Management
5 Soenoe Wijayanti
Consultant
6 Eka T.P. Simanjuntak IGGRD Project Director
7 Ferry F. Karwur UKSW Kons. Kurikulum dan Pendidikan
8 Rizal Hikmat UI Kons. Jaminan kualitas dan Dbase
9 Fajar Sudarwo IRE Yogya Kons. ToT
10 Totok Mardikanto UNS Solo Kons. Standarisasi/Sertifikasi
11 Sumardja IPB Bogor Kons. Standarisasi/Sertifikasi
12 Dharmaputra Palekahelu UKSW Kons. Management Pelatihan
13 Esrom Aritonang IGGRD Asst. Kons. TOT
14 Bonar Siahaan IGGRD Asst. Kons. Manajemen Pelatihan
15 Julius Ranimpi UKSW Asst. Kons. Kur dan Pendidikan
16 Mohammad Dipati Database Master
17 Hendro Stevens WII Database Developer
18 Johan tambotoh WII Database Developer
19 Grace Palayukan IGGRD Administrasi Keuangan
20 Ari Sutanti BC Kontrak & Team Keuangan
21 Bayu BC Kontrak & Team Keuangan
22 Audrie BC Kontrak & Team Keuangan
23 Jerry Langkun WII Entry Data
24 Jolly Lengkono WII Entry Data
25 Merry Karwur WII Entry Data
26 Julyandrie N. Bawu. WII Entry Data
27 Olva Ngelo IGGRD Logistic
28 Imanuel Djahi IGGRD Koordinator Adm. Pelatihan

Lampiran | 299
Lampiran 8.

Daftar Pelatih
Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

A. Pelatih Utama
No Nama Lembaga/Instansi
1 Chamiyatus Sidqiyah Individu
2 Abraham Raubun PDT Ditjen PMD Jakarta
3 Sugeng Tri Handoko Yayasan Mitra Sejati
4 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati
5 Sarmauli Hutajulu LSM Letare
6 Ester Ritonga Yayasan Cinta Kasih Medan
7 Vien Sartika Dewi Universitas
8 May Januar KL2SS
9 Dyah Ismoyowati UGM Jogjakarta
10 Edy Triyanto YIS Solo
11 Semuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga
12 Veronika Kumurur UNSRAT Manado
13 Nico Gara GMIM Minahasa
14 Sri Sudaryanti UNIBRAW Malang
15 Warno Hadi Winarno LSM Dialog
16 Albertina de Queljoe Yayasan Alfa Omega Kupang

B. Nara Sumber

No Nama Lembaga/Instansi
1 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD Jakarta
2 Andy Syahrir Kube SATKER PNPM
3 Ferry Karwur F.I.K. UKSW
4 Rosyid Al Atok Univeristas Negeri Malang

300
C. Pelatih Pakar (Master Trainer)
No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi
1 Husni Thamrin SPTR Jabar/PNPM MP 38 Ashfar Amas PNPM MP
2 Sansan T. Umarna NMC/PNPM MP 39 Wahyuddin Kessa KL2SS
3 Simon Gaol Ditjen PMD Jakarta 40 Bachtiar A. Saleh LSM
4 Edy Triyanto YIS Solo 41 Vien Sartika Dewi UNHAS
5 Henny Dalimunthe UNJ Jakarta 42 Fajar Sudarwo IRE JOGJA
6 Karta Sasmita UNJ Jakarta 43 Aloysius Lande
7 Anna Gurning Ditjen PMD Jakarta 44 Intan Nugraheni F-Kab Pekalongan/PNPM
MP
8 Suudi Noor NMC 45 Daniel Nuhamara UKSW Salatiga
9 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati 46 Eko Priyono S Balai PMD Jogjakarta
10 Daddy Darmawan UNJ Jakarta 47 Effendi Balai PMD Jogjakarta
11 Sampoerno UKSW Salatiga 48 Stefanus Subagya SPTR Jogja/PNPM MP
12 Peppy Permadi Fas Kab Kuningan-Jabar 49 Samuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga
13 Susilo PNPM PISEW 50 Jeffrie Lempas Yayasan Bina Darma Salatiga
14 Zubriyanto Sofyan Fas T Kab Cirebon-Jabar 51 Mantini Soufyan
15 Safwan NMC PNPM MP 52 Nick T.Wiratmoko Yayasan Percik Salatiga
16 Joseph Lucky PNPM DTK/P2DTK 53 Yuwono PNPM MP
17 Zulfikar APPMI Jakarta 54 Loegtyatmadji PNPM MP
18 Moch Y. Sani Sekr. PNPM MP 55 Dwi A. Henawati Konsultan/Individu
19 Chammiyatus Sidqiyah Individu 56 Dyah Ernawati Konsultan/Individu
20 Haris Shantanu Sekr. PNPM MP 57 Philep Morse Regar FISIP UNSRAT
21 Fahrul Rizal SPTR Kalbar 58 Cyrus T. Lalompoh FIP UNIMA
22 Eppy Lugiarti Ditjen PMD Jakarta 59 Budi Astawa SPTR Sulut
23 Sri Emiyanti Unv. Sumatera Utara 60 Heskiel Harikedua F-Kab/PNPM MP
24 Binsar Panjaitan Fas T Kab Simalungun 61 Amilin A. Bulungo PNPM MP
25 Riana Uli SPTR Propinsi Riau 62 John Lahade UKSW Salatiga
26 Marzuki SPTR Propinsi Aceh 63 Endang Sri Balai PMD
Suryandari
27 Dimpos Manalu Konsultan/Individu 64 Dewa Ketut Alit Balai PMD
28 Paul Simanjuntak LSM 65 Deddy T. Setiawan PNPM MP
29 Maman Natawijaya LSM 66 Achmad Saladin PNPM MP
30 Benget Silitonga LSM Letare 67 I Wayan Suartika SPTR Bali/PNPM MP
31 Sesvil SPTR Sumatera Utara 68 May Januar KL2SS
32 Feriyanto Sitohang LSM 69 Soleman Dethan Yayasan Alfa Omega Kupang
33 Delphius Ginting LSM 70 Edonajov Ratu Edo Individu
34 Muslich Ismail LSM 71 Johnny A. Riwu Faperta UNDANA
35 Tria Amelia LSM MP 72 James Ballo PLAN Internasional
36 Nurgani PNPM MP 73 Okky Juser Laisnima Yayasan Pancaran Kasih
37 Nurhamzah PNPM MP 74 Paskalis Nai Driya Media Kupang

Lampiran | 301
Lampiran 9.
Daftar Peserta
Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat

Try Out (Kelompok Pelatihan 3): SALATIGA - Yayasan Bina Darma , 6 - 17 Desember
2009

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Unang Sunardiman, SH Balai PMD - Yogyakarta 16 Adib Akrom, SH PNPM MP
2 Heni Setyowati, SH Balai PMD - Yogyakarta 17 Marso, Ir PNPM MP
3 Wasis Prayitno, S.Sos Balai PMD - Yogyakarta 18 Nurhasim, S.Pd. PNPM MP
4 Jeffrie Lempas YBD - Salatiga 19 Tri Supriyono, ST PNPM MP
5 Muchsoni, S.Sos PNPM MP 20 Sri Kadarini, ST PNPM MP
6 Yuwono, Ir PNPM MP 21 Karnadi Ismono, S.Sos PNPM MP
7 Supardi, Ir, MM PNPM MP 22 Hagus Bintarto, Ir, MM PNPM MP
8 Ali Mahmudi, Ir PNPM MP 23 Saiful Huda,SP PNPM MP
9 Edi Prabowo, Ir PNPM MP 24 Sidik Nur Istiadi PNPM MP
10 Puji Harjono, S.Pd., M.Si. PNPM MP 25 Stefanus Subagyo PNPM MP
11 Loegtyatmadji T.N, ST PNPM MP 26 Natalia Ratna Yulianti UKSW - Salatiga
12 Iwan Mohamad Fauzi, Ir PNPM MP 27 T.A. Gutama, Drs. UNS - Surakarta
13 Suwandi, Ir PNPM MP 28 Didi Nurhadi, ST, M.Si. PADMA Yogyakarta
14 Ismulyati PNPM MP 29 Priyono Hadi Mulyono,ST PNPM MP
15 Harun Arif Satriawan PNPM MP

Kelompok Pelatihan 1: Medan - LPPM Medan, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instans No Nama Lembaga/Instans


1 Alyuwaini F-KAB Aceh Besar 16 Edo Rudi Rumdiarto FT-KAB Batubara
2 Abdussamad FT-KAB Pidie Jaya 17 Erni Novitri FASKEU Kab. Langkat
3 Irhamuddin F-KAB Aceh Besar 18 Sunardi F-KAB Pakpak Barat
4 Zulfahmi F-KAB Aceh Barat 19 Asafati Gea F-KAB Nias (R2PN)
5 Ridwan F-KAB Pidie 20 Ahmad Fanani Lubis F-KAB Mandailing Natal
6 Heppy FMS Aceh 21 Moh. Hatta Emas SPTR Kepulauan Riau
7 Ramli Ibrahim SI Aceh 22 Sehat Walafiat S FT-KAB Bintan
Amplaih
8 Syafril FT-KAB Labuhan Batu 23 Alief Setia Budi FT-KAB Lingga
9 Richard Gordon FT-KAB Samosir 24 Alfian Novis Naros FT-KAB Pasaman Barat
Gultom
10 Azmi FT-KAB Padang Lawas 25 Ira Julita FT-KAB Solok
11 Bernard Panjaitan FASKEU Batubara 26 Yenni Suryani SPTR Sumatera Barat
12 Afwan Hasibuan F-KAB Tapanuli Selatan 27 Suriyadi FT-KAB Indragiri Hilir
13 Setiawati Simanjuntak F-KAB Humbang 28 Irsyad F-KAB Siak
Hasundutan
14 Sesvil SPTR Sumatera Utara 29 Sahala Oloan FT-KAB Bengkalis
15 Mulyadi Siagian F-KAB Nias Selatan 30 Ansori Yusra FT-KAB Kuantan Senggigi

302
Kelompok Pelatihan 2: JAKARTA - Wisma Kinasih, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Alfian T FT - KAB Tanjabtim 16 Irma Friyanti FASKEU Purwakarta
2 Yodi Elva FT - KAB Kerinci 17 Nunung Nurhasanah F-KAB Ciamis
3 Welman FT - KAB Lebong 18 Tri Wahyuningsih FT - KAB Subang
4 Supar F-KAB Kaur 19 Rospita Sihombing FASKEU Subang
5 Suparman SPTR Prov. Bengkulu 20 Noverly Imanuel FT - KAB Cianjur
6 Bulkin FT - KAB OKU Selatan 21 Agus Pramudijono FASKEU Cirebon
7 Abdul Hakim F-KAB OKU Timur 22 Sutarjo FASKEU Majalengka
8 Hery Purnomo SPTR Prov. Sum. Selatan 23 Nihaya F-KAB Kayong Utara
9 Amir Machmud Hasan SPTR Lampung 24 Wiryo FT - KAB Sanggau
10 Yulius Swardana FT - KAB Tulang Bawang 25 Diana Rosdiana FT - KAB Sekadau
11 Yuni Pancawati F-KAB Lampung Utara 26 Nazarudin FT - KAB Bulungan
12 Nugroho Purwanto SPTR Banten 27 Syafruddin FT - KAB Nunukan
13 Iskandar Mailan FT - KAB Lebak 28 Titis Kiswo Endah FT - KAB Hulu Sungai
Selatan
14 Dedi Rustandi F-KAB Sukabumi 29 Irwan Azhari F-KAB Barito Kuala
15 Basuki Rahmad FT - KAB Tasikmalaya 30 Arifin Siahaan FASKEU Tanah Bumbu

Kelompok Pelatihan 4: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Dedid Hendro Priyono FT-KAB Pasuruan 18 Adi Wahyono Bethel FT-Kab Sumbawa
2 Iswahyuningsih BALAI BESAR PMD 19 Asrullah FT_KAB Dompu
3 Sugita FT-KAB Blitar 20 Baiq Ekayuliana F-KAB Dompu
4 Suharni BALAI BESAR PMD 21 Baiq Nurhayati F-KAB Lombok Barat
5 Wiwik Dwikorawati F-KAB Banyuwangi 22 H. Husnul Aziz FT_KAB Lombok Barat
6 Bernadetta Diniari W BALAI BESAR PMD 23 Haerul Anwar F-KAB Lombok Utara
7 Mei Wulandari BALAI BESAR PMD 24 Hidayat FASKEU Dompu
8 A. A. Sri Oka Ari Putri FT-KAB Tabanan 25 Moh. Yusnan FT-KAB Mataram
9 I Dewa G. Mahendra FT Gianyar 26 Lin Wahyulia FT-KAB Mataram
10 I Gusti Ngurah Anom Putra F_KAB Tabanan 27 Nurgina Wahyuni FASKEU Loteng
11 I Ketut Pasek Sujana F.Kec Nusa Penida 28 Radiatur Rahmah FASKEU Bima
12 I Made Joni Karyawan FT. Kec. Bebandem 29 Sitti Masita FASKEU Bima
13 I Wayan Dharmabudi F-KAB Badung 30 Miranda Miting PMD Jakarta
14 Nyoman Gede Adi Praja FT. Kec Bangli 31 Yayuk Amelia PMD Jakarta
15 Ni Luh Nyoman Titiek F-Kab Klungkung 32 Arman FASKEU Majene
Yeniati Muhammadiah
16 Putu Sumber Artana FK. Kec Karangasem 33 Muh. Yushar F-KAB Pasangkayu
17 Made Ari Jaya Sena FASKEU Gianyar 34 Tasbih Thaha F-KAB Mamasa

Lampiran | 303
Kelompok Pelatihan 5: KUPANG - Hotel Sylvia, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Ahmad Karno Djaba Fas Kab Ende 19 Theresia E. Risa FT Wae-Rii
2 Adolfince Nubatonis Fas Kab TTU 20 Iyang Suhaedi Sp.Tr Kupang
3 Taufik Hidayat Fas Kab Rote Ndau 21 Dozi Amrozi FMS Kupang
4 Bambang Sutiyono FT Manggarai 22 Dafid Taopan PNPM DTK/P2DTK
Kupang
5 Kandidatus Angge Fas Kab Nagakeo 23 Herman J. Banoet PNPM DTK/P2DTK
Kupang
6 Vinsensius Lalo FT Sabu Raijua 24 Ismail Imran Ngaba PNPM DTK/P2DTK
Flores Timur
7 Hendrik Paji Faskab Sumba Timur 25 Marconi Gorang Mau PNPM DTK/P2DTK Alor
8 Ngadha Siwe Matilda FT Ngada 26 Tessa Mardhana PNPM DTK/P2DTK Belu
9 Samsul Gole Faskab Manggarai Barat 27 Benyamin Leu PNPM DTK/P2DTK TTS
10 Primus DN. Babys Faskab Timur Tengah 28 Rudi Hananto PNPM DTK/P2DTK
Selatan Lembata
11 Yohanes Tukan Faskab Flores Timur 29 R. Janviery Jeudianto T. PDT Ditjen PMD Jakarta
12 Anthonius Silvester Faskab Alor 30 Maria Prima Nahak, SH LSM Kupang
13 Getreda H. D. Abora Faskab Lembata 31 Denimars Sailana LSM Kupang
14 Bongo Benyamin Faskab Sumba Barat 32 Conny Tiluata LSM Kupang
15 Gregorius Gar Faskab Manggarai Timur 33 Beatri Leo Dima LSM Kupang
16 Adelti Gunda Baya Faskeu Manggarai Barat 34 Yabes Kobi LSM TTS
17 Frans Dimoe Djami Faskeu Sumba Tengah 35 Maria Bano UNDANA
18 Afliana M. Erna Faskeu Manggarai

Kelompok Pelatihan 6: MAKASSAR - Hotel Celebes, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Ali Bas F-KAB Gowa 15 Syahrir Ganie ASST. F-KAB Kolaka Utara
2 M. Nasir FT-KAB Pangkep 16 Sugiarto F-KAB Kolaka Utara
3 Irnawati Amir F-KAB Bantaeng 17 Andi Nur Amri F-KAB Wakatobi
4 Abd. Rahim FT-KAB Barru 18 Lucky J. Supusepa PNPM-DTK/P2DTK
5 Fatmawati FASKEU Kab. Wajo 19 Kornelis Lh. F-KAB Maluku Tenggara Barat
6 M. Amal Alba F-KAB Luwu 20 Abd. Rahman FASKEU Konawe Selatan
7 Thati M. Batti FASKEU Enrekang 21 Sitti Syukrah PNPM-DTK/P2DTK
8 Ziadah Hr. F-KAB Luwu Timur 22 M. Amir Lantara FT-KAB Maluku Tenggara
9 Abdul Rauf FT-KAB Jeneponto 23 Husen Ahmad SP2M Prov. Sul. Barat
10 Eko Purwanto FT-KAB Kolaka 24 Andi Wahyudin FT-KAB Mamasa
11 L. Syahruddin K. FT-KAB Muna 25 Astrid Siahaja FT-KAB Mamuju Utara
12 Farida Hamra SPTR Prov. Sul. Tenggara 26 Nasruddin SPTR Prov. Sul. Barat
13 Salim Umi FASKEU Kab. Wakatobi 27 Sudirman F-KAB Polman
14 Sumardi FT-KAB Konawe Utara 28 Sriaty FASKEU Kab. Mamuju

304
Kelompok Pelatihan 7: MANADO - Bapelkes Manado, 15 - 25 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Maxi Wowiling FASKEU Bolaang 16 I Wayan Arjaya FT-KAB Banggai
Mongondow Kepulauan
2 Voula E. Sakul FMS Sulawesi Utara 17 Muh. Annas F-KAB
3 Noch N. Turangan FT-KAB Minahasa Selatan 18 Lucky Mesach P2DTK
Sondakh
4 Syamsu Loko Tawoeda FT-KAB Kepulauan Talaud 19 Hassan Mohammad F-KAB Gorontalo
5 Drs. Christian F. J. F-KAB Bolmong Utara 20 Fone Suoth F-KAB Boalemo
Lumintang
6 Arthur Andries Noch F-KAB Minahasa 21 Husin Rusu Ahmad F-KAB Pohuwato
Rogi
7 Junita Juliana Karel F-KAB Siau Tagulandang 22 Agustina S. Rombe FT-KAB Pohuwato
8 Paultje E Sangian F-KAB Kep. Talaud 23 Max C. J. Hidete FT-KAB Gorontalo
9 Norma Lyke Longdong SPTR Sulawesi Tengah 24 Yulfi Tajawi FT-KAB Gorontalo Utara
10 Ansar F-KAB Banggai Kepulauan 25 Bakran Kolosai F-KAB Tolinggula Gorut
11 Darmin F-KAB Tojo Una-Una 26 Freddy Maramis FT-KAB Halmahera Selatan
12 Yuliana F-KAB Sigi 27 Faris Hi. Abdulbar FT-KAB Halmahera Utara
13 Bambang Triawan FT-KAB Banggai 28 Nakir Muliadi FT-KAB Halmahera Timur
14 Suratnan FT-KAB Buol 29 Muhajir Hi Ali F-KAB Halmahera Selatan
15 Sukwan FT-KAB Parigi Mautong 30 Rahmatiah M. Tayeb F-KEC OBI Halmahera
Selatan

Kelompok Pelatihan 8: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 5 - 15 February 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Jumeathy Mallkua PKK Respek 17 Obeth Rumar P-KAB Supiori
2 Yosefina Regina Suwae PKK Respek 18 Dwi Rahmanto P-KAB Keuangan
3 Fitriyani Makkarateng PPK 19 Denny Wospakrik PPK
4 Telly Persulessy PPK Sarmi 20 Gani Bulo FMS Papua Barat
5 Aplena Sawek PK Respek 21 Priyo Pramono PT. Prov. Papua Barat
6 Johanes Fofied P-KAB 22 Supar P-KAB Keuangan
7 Yosepus Sayori P-KAB Keuangan 23 Sepi Firdaus PK RESPEK
8 Nur Roziqin PT 24 Lukas Rumadas PK RESPEK
9 Slamet Suharto P-KAB Keuangan 25 Erikson Sitompul P-KAB Keuangan
10 Aris Mandila P-KAB Respek 26 Ruddy PT-KAB
11 Imerto P-KAB Teknik 27 Karubium A.M. PK
12 Jeheskier Bukorploper PKP Kepulauan Yapen 28 Marthinus Jitmau PK
13 Ismail PT-KAB 29 Sutrisno P-KAB Raja Ampat
14 Melsje Thenu P-KAB Nabire 30 Ismail Sulaiman PPK
15 Adriani Nipi P-KAB Keuangan 31 E. Xaverius A. PK
16 Paul Anderson Sudumuru PK

Lampiran | 305
Kelompok Pelatihan 9: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


PNPM MP - DEPUTI I
1 Muhammad Ismail 16 Agustian SP2M
KORPROV
2 Atini FASKEU Aceh Tengah 17 Jusniati F-KAB Pelalawan
3 Mahdi FASKEU Aceh Timur 18 Nurdiana F-KAB Hulu
F-KAB Kuantan
4 A. Basyir Ajalil F-KAB Pidie Jaya 19 Mudiarti
Senggigi
5 Tahsin Tanjung FT-KAB Langkat 20 Imral Martunus F-KAB Anambas
6 Royot Sianturi FT-KAB Nias 21 Yunarlis. Ar FMS
7 Benri Simanjorang FT-KAB Toba Samosir 22 Suyanto P2DTK Nias Selatan
8 Jamaluddin FASKEU Tapanuli Tengah 23 Ardabili P2DTK Aceh
9 Parulian Harahap FASKEU Nias 24 Azali Fuazi P2DTK Aceh
10 Legiman F-KAB Asahan 25 Sepminboy P2DTK Aceh
11 Sudi Martua Rangkuti F-KAB Padang Lawas 26 M. Saifal Adjie P2DTK Aceh
12 Abdul latief FASKEU Dharmasraya 27 Ferizal P2DTK Aceh
P2DTK
13 Aidil Hasril FASKEU Pasaman Barat 28 M. Rezeki Sitorus
Sumatera Utara
Hj. Netty Herawati
14 Yendi Syofyan FT-KAB Lima Puluh 29 Ditjen PMD - PNS
BSC.Sip.Msi
Ir. Sondang Hutagalung
15 Yani Ira Nofa FT-KAB Riau 30 Ditjen PMD - PNS
M.Si

Kelompok Pelatihan 10: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Fernand Yose FASKEU Padang Pariaman 16 Fa'aso F-KAB Nias Selatan
2 Asmon Rialdi FASKEU Tanah Datar 17 Donald Sigalingging FT-KAB Tapanuli Utara
3 Feri Irawan F-KAB Mentawai 18 A. hamid F-KAB Aceh Tamiang
4 Hardi Wilson F-KAB Solok Selatan 19 Syarial Fardi F-KAB Aceh Barat
Daya
5 Erizon F-KAB Sawah Lunto 20 Saiful Akbar FT-KAB Bener Meria
6 Darfison FASKEU Pasaman 21 Karyadi Chandra P2DTK NAD
7 Fazly Umar P FT-KAB Pesisir Selatan 22 Nuzurwan P2DTK NAD
8 Fauzan Mesra FT-KAB Padang Pariaman 23 Adrianto FASKEU Inhu
9 Desri Z Siregar FASKEU Samosir 24 Minsarwedi Situmeang FMS
10 Titi Karsita Lingga P2DTK Nias 25 Zulkani F-KAB Riau
11 Darman FASKEU Tapanuli Selatan 26 Didik Heru S FASKEU Kampar
12 Budi Agustina Sinaga F-KAB Simalungun 27 Alfiandri F-KAB Natuna
13 Faisal Arsofyano FT-KAB Dairi 28 Zaenal Abidin Ditjen PMD - PNS
14 Samsono FT-KAB Karo 29 Dewi Ditjen PMD - PNS
15 Mulkan Ilzan FT-KAB Deli Serdang

306
Kelompok Pelatihan 11: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Yulian Yusma F-KAB Bungo 17 Erning Yuniarso F-KAB Karawang
2 M. Nur Rizal F-KAB Bengkulu Utara 18 Iim Khotimah F-KAB Majalengka
3 Abdul Haris Effendi F-KAB Bengkulu Tengah 19 Tri Hastuti .S FASKEU Bandung
4 Libra Firdaus FMS Prov. Sum. Selatan 20 Atty Ismayanti FASKEU Sumedang
5 Ardianto SP2M Prov. Sum. Selatan 21 Irham ST F-KAB Rejang Lebong
6 Alex Gatmir FASKEU OKU Selatan 22 Fakhrul Rizal SPTR SPTR
7 Sudirman Hafidz FT-KAB Banyuasin 23 Iwan Supardi FT-KAB Landak
8 Zulkarnain F-KAB Waykanan 24 Imanul Huda F-KAB Ketapang
9 Nasrulah FT-KAB Lampung Selatan 25 Erna Suryani FMS Prov. Kal. Barat
10 Umrah Fathoni FT-KAB Lampung Barat 26 Eko Hari Purwanto FT-KAB Paser
11 Chandra Christalisana FT-KAB Tangerang 27 M. R. Imam Subarkah F-KAB Kartanegara
12 Edi Sasongko FMS Prov. Banteng 28 Zaynah Amini F-KAB Tapin
13 Ucu Mujiono FASKEU Bogor 29 M. Henderi Brianadi FT-KAB Balangan
14 Ade Masyhudi FASKEU Bekasi 30 Sumarni Heman SPTR Prov. Kal. Selatan
15 Pudji Wiriaatmadja FT-KAB Sumedang 31 Rahmania Lufitasari PNS
16 Dedi Laksana FT-KAB Garut 32 Rieke Rakhmawati PNS

Kelompok Pelatihan 12: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Eva Sari Kemala FT-KAB Bangka Tengah 14 Erika Amsyah FT-KAB Kubu Raya
2 Joni Suhendri SP2M Prov. Jambi 15 Syaifurrachman FT-KAB Banjar
3 M. Taufik Usman FASKEU Jambi 16 Agus Nugroho F-KAB Panajem Paser
Utara
4 Khoirun Nisak FMS Prov. Bengkulu 17 Kurnaini Praptoto SPTR Prov. Kal. Timur
5 Suryadi F-KAB Bengkulu Selatang 18 Syahrul Hakim FMS Prov. Banten
6 Syamsunir SP2M Prov. Bengkulu 19 Bambang P. Rahardjo FT-KAB Bandung
7 Adenan Gani F-KAB Sumatera Selatang 20 Jati Nohanto FT-KAB Purwakarta
8 Dwi Hartadi FASKEU Prov. Sum. Selatan 21 Arsyad Abdullah P2DTK Jakarta
9 Bambang Hargo FMS Prov. Lampung 22 Wawan Priatna P2DTK Jakarta
Irawan
10 Kundrat F-KAB Lampung Timur 23 Widodo Agustanto P2DTK Jakarta
11 Hendy F-KAB Way Kanan 24 Dedy Arie K. DITJEN PMD
12 Abang Amirullah FT-KAB Bengkayang 25 Mekri Yulianto DITJEN PMD
13 Rahmat Hidayat FT-KAB Pontianak 26 Moch. Arian I.G DITJEN PMD

Lampiran | 307
Kelompok Pelatihan 13: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 Februari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Andy Medrianto FT Bangka Tengah 15 Siti Rohana F-KAB Bogor
2 Aprilmi F-KAB Bungo 16 Asep Ahmad Sopiyudin F-KAB Indramayu
3 Mohammad Nasir F-KAB Tanjung Jabung 17 Apip Ruskandar F-KAB Bandung
Barat Partawisastra
4 Albertus Agus Wahyudi FASKEU Tanggamus 18 Aan Yuhanah FASKEU Karawang
5 Niron Norbert Sitinjak FK Lampung 19 Jajat Zakariya FASKEU Ciamis
6 Rahmatullah F-KAB Kaur 20 Abdal Matin FASKEU Garut
7 Abdul Gani F-KAB Seluma 21 Ir. Agus Salim F-KAB Cianjur
8 Engkom Komariah FASKEU Tanggerang 22 Hairul Adnan F-KAB Hulu Sungai
Selatang
9 Erna Setriana F-KAB Garut 23 Siti Norhaidaniah F-KAB Balangan
10 Salimugni Ichsan Sumitra FT-KAB Ciamis 24 Hamdan F-KAB Landak
11 Yuti Indrawati FASKEU Kuningan 25 Suhartian F-KAB Pontianak
12 Rudy Rosdiana F-KAB Bandung Barat 26 Herru Heryanto P2DTK LAMPUNG
13 Muliadiy Bonar Ucok FASKEU Pandeglang 27 Nurlita Hayati PDT JAKARTA
14 Ir. Dedi Kusnadi F-KAB Purwakarta

Kelompok Pelatihan 14: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 14 - 25 Februari2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Kriswanthoro Bayu Triyoga, F-KAB Pemalang 17 Hendri Agus Supriyanto, ASST. F-KAB Kendal
SP. SE.
2 Ir. Herry Tripriono FT-KAB Klateng 18 Sulistyo Adi F-KAB Brebes
3 Ngatino Hadi, SE. FASKEU Sragen 19 Jodelin Muninggar, dr. Dosen FIK-UKSW
4 Siti Aisyah FASKEU Banjar 20 Ernis Sanja Bernia, A.Md. Balai PMD-Yogyakarta
Negara
5 Triono, Ir. F-KAB Tegal 21 R. Rachmawati, SIP. Balai PMD-Yogyakarta
6 Nurcahyo, Ir. F-KAB Banyumas 22 Sulistiyarini, A.Md. Balai PMD-Yogyakarta
7 M. Mujadid, S.Tp. F-KAB Purbalingga 23 Agung Wijanarko PMD Jakarta
8 Apriyanto Kornia Adi, S.Tp. F-KEC Karangnongko, 24 Aurora Josephine Julianti, PMD Jakarta
Klaten S.Sos
9 EP. Utomo, Ir. FT-KAB Wonosobo 25 Agustine Ekasintha FT-KAB Waringin Barat
10 Bambang Irianto, Ir. FT-KAB Temanggung 26 Farid Wahyulie FT-KAB Waringin Timur
11 Ninis Senirah, Ir. FT-KAB Semarang 27 Puryani FT-KAB Barito Utara
12 Nur Suhartoyo, Ir. FT-KAB Kendal 28 Rohana Yakup FASKEU Kota KOTIM
13 Danuri Setyawan, S.Pt. PNS Jogjakarta 29 Ros Siana F-KAB Barito Utara
14 Havik Martoyo FASKEU Magelang 30 Yulian A. Siram F-KAB kota Gunung Mas
15 Agus Maharia Yudhantara, FT-KAB Pekalongan 31 Nursaluddin DTK Katingan
Ir.
16 Suwito Utomo, Ir FT-KAB Boyolali

308
Kelompok Pelatihan 15: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Afif Nur Hamidah FT-KAB Gresik 17 I Putu Sutarka SP2M Bali
2 Agung Tri HT FT-KAB Pamekasan 18 I Wayan Merta Jiwa F-KAB Jembrana
3 Agus Edi Irianto FT-KAB Banyuwangi 19 I Wayan Rigunawan FMS Bali
4 Alif Riwidya FT-KAB Sumenep 20 I Wayan Sukanurija FT-KAB Badung
5 Anis Yudyawati ASST. SPTR Jawa 21 Ketut Hermawan FASKEU Buleleng
Timur
6 Arif Suhardiman FASKEU kediri 22 Putu Panji Arta FT-KAB Buleleng
7 I Made Tangkas Wirawan F-KAB Karangasem 23 Rademan SPTR Kalimantan
Tengah
8 Kunang Dana Saputra F-KAB Tulungagung 24 Susilo Kusribowo FMS Kalimantan Tengah
9 Moefid Magfoedin SP2M Jawa Timur 25 Gamal M. Tayeb F-KAB Murung Jaya
10 Mokhamad Hendri Putro F-KAB Madiun 26 Abdul Hakim Languha P2DTK Kalteng
11 Purwono Raharjo FT-KAB Jombang 27 Antonius Ambar PDT Jakarta
Bawono
12 Sukoco FT-KAB Probolinggo 28 Hengki F. Mattan LSM SRMI
13 Gerson Djodi Trio LSM Banyuwangi 29 Markus Iwan LSM SRMI
Jatmiko
14 Asteria Heny Widayati FT-KAB Gunung Kidul 30 Didik Yulianto MCFS Jawa Tengah
15 Hiltudi Wienda FT-KAB Gunung Kidul 31 Ricky A. Nggili Bina Darma TC Salatiga
Setyamaharani
16 Serafin Maria Sri FT-KAB Gunung Kidul
Cahyaningsih

Kelompok Pelatihan 16: MALANG - Regent Park Hotel, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Choiriyah Puji Lestari FASKEU Mojokerto 14 I Gusti Putu Sarjana F-KAB Bangli
2 Choirul Anam FT-KAB Lamongan 15 I Made Adi Parmadi F-KAB
3 Eko Dermawan F-KAB Bondowoso 16 I Wayan Kartika FT-KAB
4 Erastus Dana Susanta F-KAB Ponorogo 17 I Ketut Suardana FT KAB Bangli
5 Fatchur Rochman FT-KAB Tulungagung 18 Ketut Suketama F-KAB Buleleng
6 Ferdy Mulyawan PDT 19 Lukman Taufik SPTR Nusa Tenggara
Barat
7 Hannatun Ikhtiyariyah FASKEU 20 M. Marjan Nur FASKEU Sumbawa Barat
8 Hari Nugroho F-KAB Nganjuk 21 M. Mawardi FT-KAB Lombok Utara
9 Khoirul Anam FT-KAB Ngawi 22 Nanang Legowo F-KAB Lombok Tengah
10 Moh. Thamrin Bey FASKEU 23 Supardi FASKEU Lombok Timur
11 Nur Mahmudi F-KAB Jombang 24 Rahmiati A. Tamma FT-KAB Polewali Mandar
12 Prima Parisade FASKEU 25 Deddy Purwantoro SPTR Maluku Utara
13 Ratna Paramita FT-KAB Bangkalan

Lampiran | 309
Kelompok Pelatihan 17: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 15 - 25 Februari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Andi Apriyani FT-KEC Cendrana Maros 16 Sri Meiriany Rusly YLP2EM Sulawesi Selatan
2 Andi Ratna F-KEC 17 Judy Rahardjo YLK Sulawesi Selatan
Bontamanai Selayar
3 Dafid F-KAB 18 A. Awaluddin F-KAB Mamasa
4 Rahmatiah FASKEU Takajar 19 Haris FASKEU Polewali Mandar
5 Abdul Halik FT-KAB Gowa 20 Muhammad Tamrin F-KAB Majene
6 Zulkifli F-KAB Enrekang 21 Nasrahyanti F-KAB Mamuju
7 Ammas B. Sima F-KAB Sopeng 22 Anshari FASKEU Sulawesi Barat
8 Hasbir Hawid F-KAB 23 Laudi Ari F-KAB Muna
9 Muhammad Allim F-KAB 24 Zuhairin Z. F-KAB Bombana
10 Rusniah Romai F-KAB Sidrap 25 Seblun Tiwery F-KAB
Seram Bagian Barat
11 Abdul Wahidul FT-KAB Gowa 26 Sidik Purnomo P2DTK Maluku
Kahhar
12 Andi Mabbiritta FT-KAB 27 Ibrahim F-KAB Lumajang
13 Mardiana M. F-KEC Lamsi Timur 28 Agam Budiono FT-KAB Pacitan
14 Nur Taqwa FT-KAB Luwu Timur 29 Zamroni F-KAB Situbondo
15 Nurbayah F-KEC 30 Ir. Adnand Setiono FT-KAB Jember

Kelompok Pelatihan 18: MANADO - Hotel Santika, 14 - 25 Februari 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 M.Lubis Lancara FT-KAB Poso 16 Sony Susanto FASKEU
2 Syarifuddin PNPM DTK/P2DTK 17 Siswan Ahudulu F-KEC Atinggola
3 Hadisusanto PNPM DTK/P2DTK 18 Erris Kusmiran F-KEC Batudaa
4 Hasbin PNPM DTK/P2DTK 19 Risno Ibrahim FASKEU Gorontalo
5 Heandly Mangkali PNPM DTK/P2DTK 20 Sukirman Zainuddin FT-KAB Halmahera Utara
6 Abdul Razak PNPM DTK/P2DTK 21 Gledis Sangian FT-KAB
Halmahera Tengah
7 Carol Sumilat F-KEC Tombulu Minahasa 22 Salim Ahmad F-KAB Kepulauan
8 Maxi Alouw F-KAB Bolaang 23 Julianus Sadja F-KAB Halmahera Timur
Mongondow
9 Feronica Longdong FT-KEC Likupang 24 Siti M. R. Adam F-KEC Kayoa Selatan
10 Meyti J.Lumolos FASKEU Minahasa 25 Nadar Sj.Albaar PNPM DTK/P2DTK
11 Ramon D.Lakadjo F-KAB Bolaang 26 Mochammad Nauvall PNPM DTK/P2DTK
Mongondow
12 Moody B.Bella FASKEU Minahasa Selatan 27 Alwi Yudin PNPM DTK/P2DTK
13 Riske Keintjem FT-KAB Minahasa Utara 28 Davy Gessal PNPM DTK/P2DTK
14 Juldus Paus UNIMA 29 Yusman Jabir PNPM DTK/P2DTK
15 Reiny H.M.Pesoth UNSRAT 30 Moch.Anwar Haryono F-KAB Magetan

310
Kelompok Pelatihan 19: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 5 - 15 February 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Abdul Hadi PT-KEC Jaya Wijaya, 17 Zulkarnain PT-KAB Palembang
Kab. Wamena
2 Elsina Burdam P-KEU Nabire 18 Jeffri Kareth P-KAB Sorong Selatan
3 Antonius Noe F-KAB Asmat 19 Petrus Sabubun F-KAB Manokwari
4 Avilla Joan Pangkali P-KAB Jayapura 20 Yuddy Sahetapy PK Fak-Fak Timur
5 Dikson Manolang P-KAB Pegunungan Bintang 21 Yuliana Palulun F-KAB Teluk Bintuni
6 Hari Untoro MCFS 22 Sodikin F-KAB Teluk Wondama
7 Hilarius Gedi P-KEU Jayapura 23 Dwi hadi Prayitno PT
8 Ignatius Bhoka FT-KAB Keerom 24 Pradnya Kusala SMIS PAPUA
9 Marnes T. Allo P-KAB Puncak, Nabire 25 Susiyanto Koord. Pemb. Teknik
Yitnosumarto
10 Nani Rahayu P-KAB 26 Hageng Priyono F-KAB
11 Paryono P-KAB Jayapura 27 Panudi F-KAB Kendal
12 Rudolf Merahabia ASST. SP2M 28 Pratomo Adi FT-KAB Demak
13 Samnai Rifai P-KAB Paniai 29 Riyanto Sigit FT-KAB Purworejo
14 Santi E. Situmorang P-KAB Jayapura 30 Suyana F-KAB Karanganyar
15 Yance L T Renyaan P-KAB Merauke 31 Idee Sasongko FT-KAB Jogjakarta
16 Josep Jeujanan P-KAB Mambramo

Kelompok Pelatihan 20 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 February 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Winardi Dwi Jadmiko F-KAB Bangka Barat 14 Uun Untamiharja F-KAB Tasikmalaya
2 Romulo Marpaung F-KAB Bangka Barat 15 Achmad Yusuf F-KAB Subang
3 Syamsul Bahri F-KAB Sarolangun 16 Hadian Supriatna, SP F-KAB Sumedang
4 Abdullah Sadjad F-KAB Tebo 17 Nunu Sanusi FASKEU Tasikmalaya
5 Nofil Ardi FASKEU Lampung 18 Risfandi LSM Telapak BOGOR
Selatang
6 Fartigo Farydhan F-KAB Waykanan 19 Ali Hayat F-KAB Melawi
7 Yessy Octaria FT-KAB Kalinda 20 Yanuardi F-KAB Kalimantan Barat
8 Ony Wahyudi F-KAB Rejanglebong 21 Yusril FT-KAB Tapin
9 Taufik Nurwawi F-KAB Kepahyang 22 Fakhrian Noor FASKEU Balangan
10 Nurahwati FASKEU OKU Timur 23 Dwi Astuti PDT JAKARTA
11 Dwi Rahmanto F-Kec. Malimpin Lebak 24 Saptarining Wulan PNPM PISEW
12 Endrawan Kanthi FT-KAB Majalengka 25 Tulus Wahyu Sejati P2DTK LAMPUNG
Wibowo
13 Daud M. C. Noya FT-KAB Indramayu 26 Mulkan P2DTK BENGKULU

Lampiran | 311
Kelompok Pelatihan 21: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Malla Rantelino Ditjen PMD 14 Helena Rosely FASKEU Manokwari
2 Prawoto Sulistiyo Ditjen PMD 15 Anike Way PD Manokwari
3 Arif Suprapto Ditjen PMD 16 Andry Tanaty F-KAB Biak
4 Kuncoro Sriwibowo PISEW JAKARTA 17 Jacobus Bob Nebore F-KAB Sorong
5 Eko Suyanto NMC JAKARTA 18 Adi Purwanto SP2M Prov. Jambi
6 Abu Muchsin SPTR Jawa Tengah 19 Adriyanto SP2M Prov. Kal. Barat
7 Karnisius Aji Manek FASKEU NTT 20 Anas M. Polem DEPUTY KORPROV
8 Rato Gregorius FT-KAB Nagakeo 21 Eman Hermawan ASST. SPTR Jawa Barat
9 Muhammad Yusuf ASST. SPTR Sulsel 22 Akhmadi Hafid FT. Kec Kuningan
10 Suwardi Abubakar ASST. FMS Sulsel 23 FX Ario Bagus S FASKEU Pekalongan
11 Bobi Rizal FT-KAB Buton 24 Sularso FT Lamandau
12 Yasir Arafat F-KAB Konawe 25 Edhie Djatmiko SPTR Maluku
13 Yosep Mosa F-KAB Waropen 26 A. Sony Nopian SPTR Maluku

Kelompok Pelatihan: 22 JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010

No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi


1 Ali Suparno FT Bengkulu Utara 14 Noor Wina Amas, SP FK. Sumuturu
2 Junardi Sumartin F-KAB Bengkulu Tengah 15 Danial F-KAB Kolaka
3 Umar FT Serang 16 A.S. Christinawati SP2M
4 Tanjung Tua F-KAB Banten 17 Djoni Absalon Adu ASST. SPTR NTT
Simanjuntak
5 Christian Watimuri FASKEU Sorong Selatan 18 Fadhlan Khudori SP2M
6 Rahman Adam F-KAB Papua Barat 19 Syaifuddin SPTR Jambi
7 Wolof Sayori PD MANOKWARI 20 Roni Budi Sulistyo ASST. SPTR Semarang
8 Mevy Charles FASKEU NTT 21 Fajar Fermi Taruna Ditjen PMD Jakarta
Dominggus Anggi
9 Petrus Lopo FK. Molo Utara 22 Dadang Septiyanto Ditjen PMD Jakarta
10 Dadang Agus Tri FT NTT 23 Yulfisar, S.H. PDT
Setiawan
11 Murtodo, SH F-KAB Jawa Tengah 24 S. Liefyany N PDT
12 Joko Wahyudi F-KAB Jawa Tengah 25 Sigit Priyanto PISEW JAKARTA
13 Susilo FT Jawa Tengah 26 Endang Yusnita SFMS Kalimantan Barat

312
Lampiran | 313
314
Lampiran | 315
316
Lampiran | 317
318
Lampiran | 319
320
Lampiran | 321
322
Lampiran | 323

Anda mungkin juga menyukai