Buku PFPM (110910) PDF
Buku PFPM (110910) PDF
T
Modul Pelatihan Pelatih
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaaan dilahirkan tanpa
mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (5
milyar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
T.O.T
Modul Pelatihan Pelatih
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Penyunting:
Ferry F. Karwur
Eka Simanjuntak
Dharmaputra Palekahelu
Fajar Sudarwo
Warno Hadi Winarno
Immanuel Djahi
Jerry F. Langkun
Yulius Ranimpi
Penerbit
Penyunting:
Ferry F. Karwur
Eka Simanjuntak
Dharmaputra Palekahelu
Fajar Sudarwo
Warno Hadi Winarno
Immanuel Djahi
Jerry F. Langkun
Yulius Ranimpi
Penata letak:
Jerry F. Langkun
Desain Sampul:
Yisar Andrianus
Penerbit:
The Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD)
Jl. Cilandak Tengah II No.3A
Cilandak, Jakarta 12430 - Indonesia
Phone: 021-7695466, 75915687 Fax: 021-75908972
T.O.T
Modul Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Jakarta: ...
xiii + 310 hal.; 19.5 cm x 26 cm
ISSBN: .................
Kata Pengantar
Buku T.O.T. Pemberdayaan Masyarakat yang sedang Anda baca adalah hasil dari proses
dalam pelatihan 647 tenaga Pelatih Fasilitator Pemberdayan Masyarakat yang diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Ditjen PMD) melalui The
Institute for Good Governance and Regional Development (IGGRD) dan British Council (BC)pada tahun
2009 2010. Buku ini dimulai dengan keinginan untuk menyiapkan tenaga pelatih Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat oleh Ditjen PMD dalam upaya penyiapan tenaga fasilitator Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP).
Kebutuhan di atas diikuti oleh serangkaian kegiatan dalam rangka penyiapan bahan
belajar Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Desa. Serangkaian kegiatan
tersebut adalah: (1) Pertemuan multipihak untuk merumuskan analisis kebutuhan (Training
Need Analysis) pelatihan bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat, (2) Perumusan awal
tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh Pelatih dalam Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat, (3) Perumusan kurikulum dan bahan belajar oleh tim konsultan yang melibatkan
pihak PMD, kepakaran yang ada di Balai PMD, Pusat-Pusat Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat,
(4) Penyiapan draft materi belajar berdasarkan kurikulum dan bahan ajar yang sudah ditetapkan,
yang bersumber dari bahan sekunder dan bahan yang dengan khusus dikembangkan.
Draft materi belajar kemudian mengalami ujicoba dalam suatu pelatihan yang
sesungguhnya kepada calon Pelatih di Jateng dan DIY yang berlangsung di Yayasan Bina Darma
Salatiga. Hasil ujicoba tersebut memberikan masukkan kepada keseluruhan desain pelatihan 11
hari, alokasi waktu tiap sesi, metode belajar, dan sistem pendukung pelatihan, serta pemantapan
desain dan teknikalitas dari sesi peer teaching. Pandangan-pandangan kepakaran Dr. Willi
Toisuta dalam hal desain Peer Teaching bersifat mendasar, didalamnya termasuk alokasi waktu,
sudut pengambilan video, detil video, serta tahapan playback multimedia dan feedback dari rekan
sejawat yang berlangsung simultan.
Bahan hasil ujicoba terus mengalami perbaikan dan peningkatan relevansi. Masukkan
yang cukup banyak datang dari sejumlah pelatihan yang dilaksanakan di 7 kota: Medan, Jakarta,
Salatiga, Makassar, Manado, Malang, dan Kupang, dimana di setiap lokasi pelatihan, ada saja
masukkan soal relevansi metode. Dalam hal ini, pengalaman Pelatih Utama maupun Pelatih
Pakar dalam interaksi dengan peserta pelatihan merupakan rujukan penting.
Ada keterampilan-keterampilan elementer dari seorang pelatih fasilitator masyarakat
yang berlaku umum untuk setiap fasilitaror. Akan tetapi, unik dari apa yang telah dikembangkan
v
di sini ialah bahwa kemampuan elementer tersebut haruslah dirasuki oleh Roh Penggiat
bagi Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Roh Penggiat itulah yang benar-benar
secara otentik diperkembangkan dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat.
Dalam hal ini, titik tolaknya bukan kepada teori asing dan pengalaman praktikal pemberdayaan
masyarakat selama ini dilakukan, tetapi lebih mendasar, ditarik dari sejarah pembebasan dan
kemerdekaan Indonesia sebagai suatu Sejarah Pemberdayaan Rakyat dan Bangsa Indonesia.
Disinilah pemikiran dasar dan strategis yang disumbangkan oleh Bapak Prabawa Eka Susanta dari
Ditjen PMD dalam memberikan Roh Penggiat dari Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat yang terumuskan dalam buku T.O.T yang Anda baca.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih untuk banyak pihak yang
terlibat dalam penyiapan materi ini: Pihak PMD Jakarta, Tim IGGRD, British Council, Para
Konsultan, Mereka yang terlibat TNA, Para PU, Richard Gnagey yang telah men-share bahan ajar
yang ia miliki. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah memberikan
akses sejumlah bahan ajar tanpa kami ketahui sumbernya tetapi relevan dalam pelatihan ini.
Editor
vi
Daftar Isi
Kata Pengantar v
Modul I
PRADAYA 1
Modul II
FASILITATOR MASYARAKAT DAN TANGGUNG JAWAB
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA 33
Pengantar 35
Memahami Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 36
Mengembangkan Nilai-Nilai Ke-Indonesia-An 38
Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat 40
Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia 42
PeRan Dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat 44
Bahan Bacaan Pokok Modul II 46
Modul III
DASAR-DASAR PELATIHAN 75
Modul IV
METODE DAN MEDIA PELATIHAN 145
Modul V
MENYAMPAIKAN PELATIHAN 169
viii
Bahan Bacaan Pokok Modul V 206
Modul VI
MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN 239
Modul VII
PEER TEACHING 265
LAMPIRAN 263
1. Kurikulum Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 278
2. Panduan Penyelenggaraan Pelatihan 286
3.Lay Out Ruang Pelatihan 294
4.Media Dan Kebutuhan Pelatihan Lain Yang Harus Disiapkan 295
5.Kriteria Pelatih 297
6.Syarat-Syarat Menjadi Peserta 298
7.Team Management 299
8.Daftar Pelatih Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 300
9. Daftar Peserta Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat 302
ix
Daftar Istilah
1. Pelatih Utama = Individu yang pakar dalam bidang community development, pendidikan
orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi dan memiliki
pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun.
2. Pelatih Pakar (Master Trainer) = Individu yang pakar dalam bidang-bidang
tertentu yaitu bidang Pemberdayaan Masyarakat, Pendidikan Orang Dewasa,
Metode dan Media, dan Teknik Fasilitasi serta memiliki pengalaman melatih
fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
3. Ceremonial = ceremony, acara resmi; suatu acara yang disusun secara runut dan
diselenggarakan secara resmi.
4. Pre test = Kegiatan untuk menjajagi ; kemampuan, ketrampilan, sikap dan
pengalaman bagi peserta pelatihan
5. Rehat Kopi = Istirahat
6. Ishoma = Istirahat, Sholat dan Makan
7. Learner-centered = Pelatihan yang berpusat pada pembelajar
8. Information-centered = Pelatihan yang berpusat pada materi
9. Taksonomi = Pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh,
taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan berdasarkan
karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan
ber-sel banyak.
10. Peer Teaching = Praktek Melatih
11. Flip chart = Kertas lebar berfungsi sebagai pengganti papan tulis
12. Post-it = Kertas pada bagian tertentu ada lemnya sehingga mudah ditempel di
manapun
13. Metaplan = Kertas yang dipotng-potong seukuran kertas HVS
14. Sharing = Tukar pengalaman
15. Media = Pendukung metode pembelajaran berbentuk; permainan, crita, sosio
drama, kasus, lagu-lagu, kuis, film, puisi, poster, foto, kartun, teka-teki,
16. Sesi = sejumlah waktu untuk pokok/sub pokok bahasan tertentu
17. Triads = Diskusi tiga orang
18. Dyads = Diskusi dua orang
19. Time-line = Rentang Waktu
x
Daftar Singkatan
xi
Panduan Penggunaan Modul
xii
Tujuan modul secara umum
Tujuan setiap bagian modul
Strategi penyampaian modul/proses fasilitasi
Waktu yang disediakan
Media dan materi pendukung
Evaluasi capaian tiap-tiap bagian modul
5. Menyiapkan Materi
Pada bagian modul ini disediakan materi (bahan bacaan pokok) yang wajib
dijadikan acuan dalam melaksanakan pelatihan pelatih fasilitator pemberdayaan
masyarakat, namun demikian sebagai seorang Pelatih Pakar tentunya tidak cukup
dengan materi yang disediakan. Pengkayaan materi dari berbagai referancy (materi
pendukung) dan nara sumber dari luar sangat disarankan, akan tetapi materi
pendukung tersebut sifatnya mendukung materi pokok, bukan memasukkan
materi yang berbeda sama sekali dengan tujuan dari tiap-tiap pokok bahasan.
6. Perhatian
Disarankan:
Sebaiknya tidak membagikan foto copy materi kepada peserta sebelum pokok
bahasan tersebut difasilitasikan karena cara demikian akan mengganggu proses
pelatihan. Materi dibagikan kepada peserta setelah pokok bahasan selesai
difasilitasikan.
Dianjurkan:
Diwajibkan:
xiii
xiv
MODUL I
PRADAYA
Tujuan
Di akhir sesi peserta diharapkan:
lebih mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun peserta lain dalam
menjadi pelatih.
dapat menjelaskan pentingnya mengenal diri sendiri dan orang lain dalam suatu
pelatihan.
Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, angket profil kepribadian
Waktu
60 menit
Proses
Aktivitas 1:
1. Pelatih memulai dengan menjelaskan bahwa di awal suatu program pelatihan, peserta
harus saling memperkenalkan diri dan mengenal satu sama lain dengan lebih baik.
Fasilitator menekankan pentingnya seorang pelatih mengenal dirinya sendiri dan
peserta pelatihan. Fasilitator menjelaskan proses perkenalan.
2. Tulis pada flip chart identitas diri (sebelumnya pelatih telah menyiapkan flip chart tentang
dirinya), pertama-tama nama Anda dan asal tempat tinggal. Mintalah peserta berdiri
dan berkeliling sambil memperkenalkan flip chart mereka kepada peserta lain. Carilah
empat orang kawan baru dan tulis nama panggilan (nama yang biasanya dipakai oleh
yang bersangkutan dalam berteman) dari orang tersebut.
3. Lanjutkan dengan mengemukakan dalam flip chart kekuatan dan kelemahan diri [sebagai
pelatih] kemudian tempelkan flipchart tersebut pada bagian depan tubuh dengan
selotip. Peserta diminta berdiri dan berkeliling sambil memperkenalkan/menerangkan
flip chart mereka kepada 4 orang yang namanya telah Anda tulis sebelumya.
4. Peserta diminta berkumpul kembali. Pelatih menjelaskan pentingnya merefleksikan
kelemahan kita sendiri dan menemukan hal-hal yang ingin kita perbaiki agar dapat
mengambil manfaat lebih banyak dari pelatihan ini (Sebaiknya membaca terlebih
dahulu ilustrasi gentong yang retak). Ulangi kembali proses tahapan ketiga (3) di
atas kepada empat kawan baru yang lain.
5. Mintalah peserta berkumpul lagi dan lakukan refleksi atas kedua kegiatan di atas: Apa yang
mereka pelajari tentang diri sendiri dan peserta lain? Mengapa kegiatan itu bermanfaat?
Apakah hanya dapat dilakukan dalam situasi pelatihan untuk pelatih?
Modul I - Pradaya | 3
Aktivitas 2: Refleksi dan Sharing
1. Fasilitator pertama-tama menjelaskan kegiatan refleksi dan sharing (atau berbagi),
sebagai alat bantu untuk belajar tentang orang lain, pengalaman mereka, dan tentang
kita sendiri.
Refleksi dapat dilakukan terhadap:
identitas, pemikiran, nilai, norma
kualitas, kemampuan, kekuatan, kelemahan
pengalaman, pelajaran yang diperoleh
Tekankan bahwa refleksi diri penting bagi perkembangan diri, dan merupakan suatu
proses dimana orang berpikir untuk dirinya sendiri dan menggunakan pengalaman
mereka untuk menyempurnakan gagasan-gagasan mereka. Ini akan mengarah pada
perubahan diri; perasaan-perasaan baru, gagasan-gagasan baru, kemampuan baru, dsb.
2. Minta peserta untuk mengisi dan mendiskusikan angket profil kepribadian.
3. Simpulkan sesi ini dengan menekankan bahwa selama pelatihan berjalan akan ada
banyak kesempatan untuk lebih saling mengenal dan mengenal diri sendiri dengan
lebih baik juga.
Lembar Kerja
Konteks:
Seorang pakar psikologi pernah berkata, Sebagian besar dari kebahagiaan dalam hidup
kita datang dari hubungan yang baik dengan orang lain. Sebagian besar dari penderitaan
dalam hidup kita datang dari hubungan yang tidak baik. Hubungan antar manusia dapat
diibaratkan dengan penggunaan perkakas seorang tukang. Bila tukang ingin membuka
sebuah sekrup bintang maka perlu digunakan obeng bintang. Bila ingin membuka baut
maka diperlukan sebuah kunci pas. Demikian juga dengan hubungan antar manusia,
setiap orang memiliki keunikan dan perlu didekati dengan cara yang unik pula. Selain
prinsip relasi yang baik, kita juga perlu melihat konfigurasi psikologis dari seseorang.
Konfigurasi ini dikenal dengan sebutan profil. Sebelum melihat profil orang lain, maka
perlu terlebih dahulu melihat dan mempelajari profil diri sendiri.
Instruksi:
Anda akan dihadapkan dengan satu pasang pernyataan. Bacalah kedua pernyataan
dengan cermat dan lingkari huruf yang berada di depan pernyataan yang menurut
Anda menggambarkan kecenderungan Anda. Isilah dengan jujur dan apa adanya, sebab
tidak ada jawaban yang benar atau salah. Isilah secara berurutan dan jangan dilompat-
lompat.
4
T : Saya mudah berkenalan dengan orang yang sebelumnya tidak saya kenal, baik
dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkungan sosial
A : Saya merasa segan dan agak sulit untuk memulai perkenalan dengan orang-
orang yang sebelumnya tidak saya kenal
A : Jika berbicara, saya lebih senang to the point tanpa basa basi
T : Jika berbicara, saya senang berbagi pengalaman dan hal-hal lain yang menarik
K : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang mendengar dan bicara hanya
jika diminta
D : Jika berada dalam kelompok, saya lebih senang berbicara dan menyumbangkan
pendapat/ide saya
A : Saya lebih senang membuat keputusan berdasarkan data, fakta dan bukti
tertulis
T : Saya cenderung membuat keputusan berdasarkan pengalaman, perasaan
(intuisi) dan hubungan yang baik
T : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya mudah dibaca
A : Bila berbicara atau mendengar, ekspresi wajah dan respon saya sukar dibaca
A : Dibandingkan dengan orang lain, semangat dan atusiasme saya terlihat kurang
T : Saya orang yang cenderung bersemangat dan antusias
Modul I - Pradaya | 5
D : Dalam situasi sosial, saya cenderung lebih dahulu memperkenalkan diri pada
orang yang belum saya kenal
K : Dalam situasi sosial, saya lebih cenderung menunggu orang lain memperkenalkan
dirinya kepada saya
A : Saya lebih senang bekerja sendiri dan bebas, tanpa banyak pengawasan dan di
luar kelompok
T : Saya lebih senang bekerja dalam kelompok dan selalu ada dalam kelompok
kerja
D:
T:.
K:.
A:.
6
ANALISA PROFIL
D = DOMINAN
T = TERBUKA
K = KALEM
A = AKURAT
Dengan 4 (empat) parameter sifat di atas maka kita memperoleh empat kombinasi
sifat yang dapat dianggap sebagai profil dasar kepribadian seseorang.
Contoh berikut adalah skor peserta pelatih Iwan;
D T K A
8 1 5 4
Berdasarkan skor di atas maka akan diperoleh psikografis sebagai berikut:
DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Buatlah psikografis (seperti contoh di atas) Anda. Lalu bentuk kelompok, setiap kelompok
maksimal 5 orang. Berbagiceritalah mengenai profil kepribadian Anda dalam situasi
kelompok. Ketika melakukan sharing profil, cobalah untuk bertanya kepada setiap anggota
kelompok untuk mengetahui latar belakang atau konteks atau situasi yang melatarbelakangi
profil kepribadian yang bersangkutan.
Modul I - Pradaya | 7
5. Seberapa pentingnya keluarga bagi Anda? Mengapa?
6. Apa pendidikan terakhir Anda?
7. Siapa yang mendukung pendidikan Anda?
8. Apa prestasi yang paling Anda banggakan dari masa studi Anda?
9. Sejauh mana pendidikan Anda berkaitan dengan pekerjaan Anda sekarang?
10. Pelatihan-pelatihan apa saja yang pernah Anda ikuti?
11. Dimana pertama kali Anda mempelajari program PMD?
12. Bagimana situasi kerja di tempat Anda saat ini?
13. Bagaimana kerjasama Anda dengan rekan sekerja?
14. Hal apa yang paling menyenangkan dalam pekerjaan Anda saat ini? Mengapa?
15. Hal-hal apa saja dalam pekerjaan Anda yang membuat Anda frustrasi?
16. Apa falsafah hidup Anda? Bagaimana bisa seperti itu?
17. Apa kiat Anda menghadapi kegagalan?
18. Apa nasehat Anda untuk mereka yang ingin bekerja sebagai pelatih dan atau
fasilitator PMD?
19. Hal-hal apa saja yang dapat membuat Anda bergembira dan bahagia dalam hidup Anda?
SARIPATI:
1. Dua hal yang paling berguna/bermanfaat yang saya peroleh dari sesi ini adalah:
a. .
b. .
Alasan saya berkata demikian adalah:
2. Ide-ide pada pokok (1) tersebut akan saya terapkan dengan cara:
a. .
b. ..
Hambatan yang mungkin muncul adalah:
3. Hal-hal yang akan saya lakukan untuk menghadapi hambatan-hambatan di atas adalah:
.........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
Bahan Bacaan
Gentong Yang Retak
Peta Sifat-sifat Dasar
8
SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI
Tujuan
Peserta dapat menyimpulkan bahwa sikap terhadap diri sendiri dapat dipengaruhi oleh
pemaknaan terhadap kegagalan dan kesuksesan yang pernah dilakukan.
Bahan
Form lembar kerja keberhasilan dan komitmen.
Waktu
45 menit
Proses
1. Pelatih menyampaikan materi dengan ceramah.
2. Setelah menyampaikan materi, pelatih meminta peserta untuk mengisi 2 lembar kerja
di bawah (pengalaman berhasil dan komitmen untuk berhasil).
3. Lembar kerja yang telah diisi peserta dikumpulkan, dan secara acak dibahas oleh
pelatih (berdasarkan ketersediaan waktu).
Lembar Kerja
Modul I - Pradaya | 9
Komitmen Untuk Berhasil Sebagai Pelatih
Bahan Bacaan
Sikap Terhadap Diri Sendiri
10
KONTRAK BELAJAR
Tujuan
Di akhir sesi peserta diharapkan:
dapat menyampaikan harapan mereka masing-masing terkait keikutsertaan mereka
dalam Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyakarat.
dapat menjabarkan kapan harapan itu dapat dicapai, atau mengapa tidak dapat dicapai.
Diakhir pelatihan, peserta dan pelatih:
melihat kembali harapan mereka dan menentukan mana dari harapan-harapan mereka
yang dapat atau tidak dapat tercapai.
Bahan
Post-it
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih menunjukkan agenda pelatihan dan menjelaskan bahwa agenda itu dibuat
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Jelaskan pula bahwa setelah membaca
agenda secara detail, mungkin peserta mempunyai harapan tertentu, atau hal-hal yang
mereka harapkan dan tidak harapkan terjadi.
2. Bagikan 2 lembar kertas post-it kepada peserta, dan mintalah untuk menulis 2 hal yang
diharapkan terjadi dan 2 hal yang tidak diharapkan terjadi. Tekankan bahwa yang
ditulis harus spesifik dan ditulis dengan jelas.
3. Setelah semua selesai, mintalah mereka maju ke depan dan menempelkan post it mereka
ke papan tulis. Sebelumnya papan tulis telah dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
untuk menempelkan sambil membaca apa yang ditulis oleh yang lain.
4. Pelatih mengklasifikasi pandangan peserta, menyortir hal-hal berikut:
a. Mana harapan yang dapat dicapai,
b. Mana harapan yang mungkin tercapai,
c. Mana harapan yang mungkin tidak akan tercapai,
d. Mana harapan yang akan tercapai hanya dengan komitment kuat peserta,
e. Mana dari harapan peserta yang samasekali tidak akan tercapai.
5. Fasilitator menjelaskan pencapaian harapan (4) dengan hari atau sesi-sesi tertentu
dalam pelatihan.
Modul I - Pradaya | 11
Catatan
Mengaitkan harapan dengan masing-masing sesi secara spesifik: Jika harapan
dituliskan dengan baik dan spesifik, anda bisa menempelkannya pada alur
agenda. Ini akan memberikan gambaran yang jelas kepada peserta tentang
kapan harapan mereka akan tercapai, dan juga mengingatkan anda untuk
merujuk pada harapan-harapan tertentu selama pelatihan berlangsung.
Mendorong pembelajaran untuk diri sendiri: Ide lain yang dapat dilakukan
adalah meminta peserta menempelkan harapan mereka pada gambar diri
yang dibuat pada sesi mengenal diri sendiri dan orang lain. Gunanya untuk
mendorong mereka agar fokus pada proses belajar mereka selama pelatihan
dan memonitor proses itu.
12
MEMPERSIAPKAN SITUASI PELATIHAN
Tujuan
Di akhir sesi peserta diharapkan dapat:
menyimpulkan alur pelatihan dan metode yang digunakan
menerima peran pelatih dan peran mereka masing-masing
berpartisipasi terhadap isi dan metode pelatihan
Bahan
Alur pelatihan yang ditulis/digambar pada flip chart besar
Tujuan/Objektif/Hasil dari pelatihan yang dituliskan pada flip chart (beberapa kalau
perlu)
Jadwal harian
Daftar hal-hal logistik
Waktu
60 menit
Proses
1. Jelaskan bahwa kita akan menyiapkan setting dengan melihat tujuan, objektif, alur
dan proses dari pelatihan. Kita akan mendiskusikan WHY (MENGAPA), WHAT
(APA), HOW (BAGAIMANA), WHO (SIAPA) dan WHEN (KAPAN) dengan cara
partisipatif.
2. Pertama-tama jelaskan MENGAPA dengan menempelkan flip chart bertuliskan tujuan
dan objektif pelatihan, serta jelaskan bagaimana semuanya ditentukan. Biasanya, tujuan
akan termasuk belajar tentang belajar atau mengajar. Jika ada pertanyaan, berikan
klarifikasi kemudian tempelkan di tempat yang mudah dilihat sepanjang pelatihan
berlangsung.
3. Jelaskan bahwa peserta pelatihan kemudian akan membicarakan APA dari pelatihan
dan letakkan tumpukan flip chart yang berisikan alur pelatihan di tengah-tengah
ruangan. Mintalah beberapa relawan untuk mengambil flip chart tersebut, kemudian
mengurutkannya dengan berdiri menghadap peserta yang lain sambil membawa flip
chart itu. Bersama dengan semua peserta, pelajari alur itu sambil memberikan klarifikasi
dan kesempatan kepada orang untuk bertanya.
4. Jelaskan sekarang peserta pelatihan akan melihat BAGAIMANA pelatihan akan
diselenggarakan. Mintalah agar mereka menebak berapa persen orang dewasa
menggunakan apa yang mereka dengar (20%), apa yang mereka lihat dan dengar
(40%), dan apa yang mereka alami (80%). Jelaskan bahwa metode yang digunakan akan
menjadi metode yang diajarkan, yaitu metode partisipatif.
Modul I - Pradaya | 13
5. Jelaskan bahwa SIAPA berhubungan erat dengan BAGAIMANA. Tanyakan kepada
mereka, apa yang dilihat dari peran anda sebagai pelatih dan peran mereka sebagai
peserta. Tekankan bahwa semua peserta yang datang kaya dengan pengalaman, dan
proses belajar akan terjadi melalui sharing atau saling berbagi, misalnya dalam kerja
kelompok kecil.
6. Jelasakan KAPAN pelatihan dilakukan dengan menempelkan dan mereview jadwal/
agenda.
7. Tambahkan pengumuman-pengumuman logistik seperti makanan, akomodasi, uang,
dan sebagainya.
Catatan
Jika pelatihan ini adalah bagian dari program yang lebih panjang,
jelaskan objektif dan alur dari seluruh program. Tambahkan aspek
komitmen terhadap seluruh proses dari semua pihak (pelatih, peserta, dan
penyelenggara)
14
MENETAPKAN NORMA KELOMPOK
Tujuan
Di akhir sesi peserta menerima dan mendukung norma belajar yang akan digunakan
selama pelatihan berlangsung.
Bahan
Flip chart dengan usulan beberapa norma
Waktu
30 menit
Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa karena kebanyakan di antara peserta belum mengenal
dengan baik, sedangkan harus bekerja bersama untuk menyelesaikan pelatihan ini,
maka adalah berguna mencari kesepakatan tentang bagaimana akan bekerja bersama.
Jelaskan pula bahwa hal ini dapat dicapai dengan menyepakati beberapa aturan main
atau norma belajar. Bagi peserta dalam kelompok dengan anggota 6 orang.
2. Pelatih memberikan beberapa contoh, tetapi kelompok harus menambahnya. Tuliskan
setiap norma satu demi satu; dan tanyakan apakah norma yang dituliskan berguna dan
apakah disetujui semua orang. Beberapa contoh:
Setiap orang berhak untuk mengerti
Setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik
Setiap orang harus mendapat kesempatan berpartisipasi
Setiap orang bertanggung-jawab untuk berpartisipasi
Kita saling membantu dalam belajar
Dilarang merokok dalam ruangan
dan sebagainya.
3. Mintalah agar peserta berpikir sejenak tentang norma yang ingin mereka tambahkan,
lalu persilahkan mereka bertukar pikiran dengan yang lain dalam kelompok dimana
mereka bisa merefleksikan pengalaman dari pelatihan yang lain.
4. Tanyakan pada masing-masing kelompok agar memberikan usulan mereka. Jika yang
lain sepakat, dapat dituliskan pada daftar norma belajar.
5. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, setiap orang bisa saling mengingatkan
tentang norma belajar yang disepakati, dan dapat mengubah atau menambahkannya
sesuai kebutuhan.
Modul I - Pradaya | 15
6. Lakukan refleksi kegiatan dengan bertanya apakah peserta pernah melakukan
ini sebelumnya, apa yang menjadi tujuan kegiatan ini, dan apakah mereka akan
menggunakannya dalam pelatihan yang mereka selenggarakan.
7. Norma yang telah disepakati, ditempel di dinding dalam ruang kelas selama
pelatihan berlangsung. Setiap peserta mempunyai tanggung jawab untuk senantiasa
mengingatkan kepada peserta atau pelatih mengenai norma tersebut, jika mendapati
terjadinya pelanggaran.
Catatan
Penting sekali untuk menumbuhkan rasa memiliki peserta terhadap norma
belajar. Jika peserta mengganggap itu sebagai peraturan yang dipaksakan,
akibatnya tidak akan efektif. Sangat penting bahwa peserta merumuskan
sendiri norma-norma mereka kemudian menyepakatinya secara kelompok.
Tempelkan daftar norma itu di tempat yang mudah dilihat, dan jika ada
masalah dalam dinamika kerja kelompok, tinjaulah kembali norma yang sudah
ada atau mintakan usulan tambahan norma yang sesuai.
16
PRE TEST
Tujuan
Peserta dapat membuat penilaian terhadap diri sendiri terkait kompetensinya sebagai
pelatih.
Bahan
Bahan pre test sebanyak peserta
Waktu
30 menit
Proses
1. Pelatih menjelaskan tujuan pre test dan serta bagaimana mengisi/mengerjakan soal-
soal yang ada dalam pre test tersebut. Beri kesempatan peserta untuk mengajukan
pertanyaan, jika ada hal yang belum jelas.
2. Peserta mengerjakan.
3. Pelatih mengumpulkan hasil pre test setelah semua peserta selesai mengisinya.
4. Akhiri sesi dengan memberikan motivasi atau yel-yel yang dapat membangkitkan
semangat mereka.
Lembar Kerja
Nama Peserta:
Asal peserta :
Petunjuk
Berilah nilai berdasarkan 10 dimensi fasilitasi, dengan membubuhkan tanda centang pada
kolom BAIK atau SEDANG atau KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut
bergerak dari nilai yang rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).
Modul I - Pradaya | 17
Baik Sedang Kurang
No Dimensi Catatan
6 5 4 3 2 1
1. Dalam membangun rapport, SAYA:
Memberi respon dengan menyebut nama peserta,
memberi dukungan dan motivasi agar tidak takut
mencoba atau gagal, menjadikan peserta sebagai
pembelajar yang aktif, bertindak dengan antusias,
tidak meremehkan peserta
18
7. Dalam melakukan parafrase, menguji dan dialog,
SAYA:
Mengulang pernyataan atau pertanyaan peserta
dengan tujuan memastikan pemahaman yang
tepat/benar, mampu mengajukan pertanyaan
untuk mendapat pemahaman, tidak melompat
dari pertanyaan yang satu ke pertanyaan lain,
tidak berasumsi, senantiasa mengajukan jenis
pertanyaan terbuka, memberi kesempatan
terhadap munculnya perspektif yang lain/berbeda
Modul I - Pradaya | 19
PRAKTEK UMPAN BALIK
Tujuan
Di akhir pelatihan:
peserta melakukan pengamatan dan memberikan penilaian terhadap perilaku peserta
yang lain
memutuskan untuk menerima masukan yang positif dan konstruktif dari peserta lain
terhadap perilaku mereka
Bahan
Kartu-kartu masukan/umpan balik untuk semua peserta (disiapkan oleh support team).
Ada dua jenis kartu: kartu pertama akan dituliskan hal-hal yang positif dan kartu yang ke
dua adalah hal-hal yang terkait dengan kekurangan. Setiap peserta memperoleh dua kartu.
Waktu
10 menit untuk menjelaskan kegiatan pada awal pelatihan
20 menit untuk mendiskusikannya pada hari terakhir
Proses
Perkenalan
1. Pelatih menjelaskan tujuan kegiatan. Beritahukan ke peserta bahwa mereka akan
mendapat kartu bertuliskan nama seorang peserta lain (tunjukkan kartunya).
2. Jelaskan bahwa selama pelatihan berlangsung, peserta harus mengamati rekannya
tersebut dan menuliskan hal-hal positif dan kekurangan-kekurangan [sebagai pelatih
fasilitator pemberdayaan masyarakat] yang mereka amati berdasarkan yang dilihat dan
yang didengar.
3. Setelah tujuan dan instruksi sesi ini jelas, pelatih membagikan kartu-kartu itu (kocok
dulu) dan tekankan bahwa peserta tidak boleh saling menunjukkan kartunya kepada
yang lain.
4. Katakan bahwa di akhir pelatihan kartu yang penuh berisikan umpan balik yang positif
itu akan dikumpulkan dan diberikan kepada pemilik nama kartu itu sebagai hadiah
perpisahan. Peserta akan menerima kartu berisi pengamatan-pengamatan positif
tentang mereka. Tetapi mereka tidak akan tahu siapa yang menulisnya.
20
Pembagian di hari terakhir
1. Kumpulkan semua kartu pada awal hari terakhir. Bacalah sekilas tanpa
memperlihatkannya kepada yang lain untuk memastikan agar tidak ada umpan balik
negatif yang dituliskan.
2. Akhiri pelatihan dengan positif dengan membagikan kartu-kartu umpan balik sebagai
hadiah perpisahan untuk semua peserta. Katakan bahwa kartu itu sangat berharga dan
sebaiknya disimpan dengan baik, sehingga pada saat-saat mereka merasa sedih atau
patah semangat dan membutuhkan energi yang positif, mereka tinggal mengambil
kartu itu dan membacanya.
Catatan
Pada waktu kegiatan ini diperkenalkan, peserta harus betul-betul mengerti
bahwa kegiatan ini BUKAN kesempatan untuk diam-diam menulis hal-hal
yang negatif tentang orang yang diamatinya!
Modul I - Pradaya | 21
UMPAN BALIK HARIAN
Tujuan
Di akhir sesi panitia dan peserta bersepakat proses umpan-balik harian sistem bergiliran
Bahan
-
Waktu
30 menit
Proses
1. Pelatih menjelaskan yang dimaksud dengan umpan balik harian (lihat bahan bacaan
pokok).
2. Tanyakan pada peserta siapa saja yang pernah meminta umpan balik dari peserta
pelatihan yang mereka selenggarakan (catat nama-nama peserta itu sebagai anggota
kelompok pertama). Tanyakan mengapa ini dilakukan dan bagaimana caranya.
3. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan melakukan kegiatan-kegiatan umpan balik
harian di akhir setiap hari selama pelatihan dilakukan. Gunanya untuk memonitor terus
jalannya pelatihan, tetapi selain itu untuk memberikan kesempatan bagi peserta untuk
bereksperimen dengan berbagai cara mengumpulkan, menganalisa, dan memberikan
sharing umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat proses pengumpulan, analisa, dan
pemberiannya kembali keesokan harinya.
4. Pelatih menjelaskan bahwa untuk pelatihan ini, peserta akan memberikan umpan
balik untuk memberikan kesempatan bagi mereka melatih keterampilan memantau
proses belajar dalam lingkungan yang aman (tidak mengancam). Perkenalkan gagasan
kelompok-kelompok umpan balik harian dan pelajari bersama peran dan tugas mereka
(lihat bahan bacaan pokok).
5. Jelaskan pula bahwa untuk besok hari dan sampai hari terakhir, Anda (pelatih) bersama
peserta akan menentukan kelompok umpan balik.
6. Pelatih membagi dan membentuk kelompok umpan balik dengan jumlah anggota 5
orang. Juga tentukan jadwal (hari dan tanggal) bertugasnya.
22
Catatan
Selama pelatihan berjalan, berikan dorongan kepada kelompok umpan balik agar
meningkatkan keterampilan mereka dalam mengumpulkan, menganalisa dan
menyampaikan umpan balik.
Berikan pujian kepada kelompok kalau ada perkembangan menonjol dan dorong
mereka untuk menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari kegiatan tiap
hari, tingkat energi, dan keterbukaan kelompok.
Bahan Bacaan
Umpan Balik Harian
Modul I - Pradaya | 23
BAHAN BACAAN POKOK MODUL I
Alkisah seorang Pemikul Air yang mempunyai dua buah gentong besar, yang digantungkan
pada sebatang bambu yang dipikulnya. Salah satu gentong itu retak. Gentong yang tidak
retak selalu bekerja dengan baik dan membawa pulang segentong air penuh pada akhir
perjalanan panjang dari sungai hingga rumah majikan si Pemikul Air, sedangkan gentong
yang retak hanya berhasil membawa pulang setengah gentong air.
Selama dua tahun hal yang sama terjadi, dari hari ke hari, si Pemikul Air hanya bisa
mengantarkan satu setengah gentong air ke rumah majikannya. Sudah tentu Gentong
Sempurna sangat bangga atas keberhasilannya yang sempurna pula. Sedangkan Gentong
Retak sangat malu karena kekurangannya, dan sedih karena hanya bisa memenuhi
setengah dari tugasnya.
Setelah merasa gagal selama dua tahun, Gentong Retak itu berkata pada si
Pemikul Air pada waktu berada di tepi sungai, Saya sangat malu dan ingin minta maaf.
Si Pemikul bertanya, Ada apa? Mengapa kamu malu? Karena, kata si Gentong Retak,
selama dua tahun terakhir ini saya hanya bisa membawa setengah gentong air gara-gara
retakan ini yang membuat air bocor keluar sepanjang jalan menuju rumah majikanmu.
Si Pemikul Air merasa kasihan pada Gentong Retak yang tua itu, dan dengan ramah
mengatakan, Nanti kalau kita kembali ke rumah Pak Majikan, perhatikan bunga-bunga
indah sepanjang jalan menuju rumahnya.
Memang betul, di sepanjang jalan menuju rumah Pak Majikan, Gentong Retak
melihat bunga-bunga indah yang dihangatkan oleh sinar matahari, dan hatinya sedikit
terhibur. Tetapi, ketika tiba di rumah Pak Majikan, ia kembali sedih karena lagi-lagi
setengah isinya bocor sepanjang perjalanan. Gentong Retak meminta maaf lagi kepada
Si Pemikul Air atas kegagalannya.
Si Pemikul Air berkata, Apakah kamu perhatikan bahwa bunga-bunga itu
hanya tumbuh pada sisi yang kamu lewati, tetapi tidak pada sisi yang dilewati Gentong
Sempurna? Itu terjadi karena dari awal saya mengetahui kekurangan kamu, tetapi
kemudian memanfaatkannya. Saya menanam biji bunga sepanjang sisi jalan yang kamu
lewati, dan setiap hari, sepanjang kita berjalan dari sungai sampai rumah Pak Majikan,
kamu telah menyirami mereka dengan air yang bocor itu. Selama dua tahun saya dapat
menghiasi meja makan Pak Majikan dengan bunga-bunga yang indah itu. Tanpa kamu
menjadi dirimu sendiri, Pak Majikan tidak akan bisa menikmati keindahan itu dalam
rumahnya. Kita semua mempunyai kekurangan yang unik. Kita semua adalah gentong-
gentong yang retak. Jangan takut akan kekurangan-kekurangan itu.
Terimalah, dan percayalah bahwa kamu juga bisa menjadi pencipta keindahan.
Dalam memahami kekurangan kita, kita juga menemukan kekuatan kita sendiri.
24
PETA SIFAT-SIFAT DASAR
DOMINAN TERBUKA KALEM AKURAT
1 Hal yang Mengatur Mempengaruhi Ketenangan Sistem yang baik
diinginkan orang lain
2 Ruang kerja Formal, prestisius, Menarik, penuh Pribadi, santai, Berstruktur, rapi,
berstruktur warna, sentuhan informal fungsional
pribadi
3 Irama kerja Cepat dan tegas Cepat dan spontan Lambat dan santai Lambat dan
sistematik
4 Penampilan Formal, konservatif Modis dan trendi Biasa dan santai Fungsonal, dinas
5 Prioritas utama Tugas dan hasilnya Jadi pusat perhatian Keharmonisan Tugas dan
hubungan kerja prosesnya
6 Hal yang Kehilangan kontrol Diabaikan Konfrontasi Bertindak salah,
ditakutkan tidak akurat
7 Bila stress dan Diktator dan Menyerang dan Diam dan kompromi Mundur dan
terpojok keras kepala sarkastik menghindar
8 Mencari dan Produktivitas Perhatian Persetujuan Akurasi
mengutamakan
9 Pertimbangan Apa yang terhadap mempengaruhi Apakah pembelian
membeli dihasilkannya? peningkatan citra lingkungan diri saya? itu logis dan
Berapa harganya? dan gengsi? masuk akal?
10 Memperoleh rasa Mengontrol Fleksibilitas Hubungan akrab Persiapan matang
aman
11 Ingin Sukses Status Hubungan baik Kredibilitas
mempertahankan
12 Dukungan yang Sasaran Ide Dukungan Pelaksanaan tugas
diharapkan dari dengan sistematis
orang lain
13 Strategi untuk Kompetisi, Hangat Loyalitas Ketelitian
diterima kepemimpinan dan Lincah Kompromi Ketuntasan
kerja keras Menarik Penurutan Kerapian
14 Mengharapkan Tegas Sedia mendengar Baik dan manis Tepat dan persis
orang lain Lugas
15 Posisi yang Saya mengatur Saya diperhatikan Saya disenangi Saya benar
diinginkan
16 Tidak suka pada Inefisiensi dan Rutinitas dan Ketaksabaran dan Kejutan dan
ketidak-tegasan peraturan ketaksensitifan ketidakpastian
17 Ukuran sukses Hasil Pengakuan Kecocokkan Presisi
pribadi Rekor Pujian Hubungan baik Akurasi
Keberhasilan Tepuk tangan Silaturahmi Logika
Kemajuan
18 Jika membuat Cepat dan tegas Cepat dan spontan Memperkelom- Berdasarkan data
keputusan pokbangkan perasaan dan fakta
orang lain
19 Volume dan Keras dan tegas Keras, Lembut dan Medium dan
intonasi suara menyenangkan memotivasi netral
Modul I - Pradaya | 25
SIKAP TERHADAP DIRI SENDIRI
Dalam kehidupan keseharian, kita sering menghadapi sejumlah pengalaman yang dapat membuat
sikap kita lebih positif atau justru lebih negatif. Umumnya hal yang kita ingat biasanya berkaitan
dengan hal-hal yang luar biasa, bisa baik ataupun buruk. Bila kita berhasil dalam salah satu aspek
pekerjaan, maka sikap kita cenderung positif. Sebaliknya, sikap kita cenderung negatif jika salah
satu aspek pekerjaan kita menemui kegagalan.
Kita cenderung menganggap biasa terhadap banyak hal yang kita selesaikan setiap hari.
Misalnya, banyak di antara kita menempuh perjalanan puluhan kilometer tiap hari, dari dan ke
tempat kerja. Bila kita ingat bagaimana pertama kali kita belajar menyetir mobil atau mengendarai
sepeda motor, dengan penuh konsentrasi kita berusaha mengemudi atau mengontrol kendaraan
yang berat tersebut agar tidak terjadi kecelakaan. Bandingkan dengan sekarang, ketika kita
sudah lancar mengemudi atau mengendarai kendaraan tersebut? Bagaimana sikap kita? Itu
adalah salah satu contoh dari sekian banyak keterampilan yang tidak lagi dianggap sebagai suatu
keberhasilan. Coba pikirkan betapa banyaknya hal yang sekarang kita lakukan setiap hari, yang
dahulu tampaknya sangat sulit untuk dilakukan.
Jadi, memang kita mengalami banyak keberhasilan yang pada saat sekarang menjadi
terlihat biasa-biasa saja. Kita lalu mengatakan hal itu sebagai suatu yang rutin dan tidak memiliki
daya tarik lagi. Lama kelamaan kita menganggap biasa terhadap semua keberhasilan kita. Hal
ini mengakibatkan kita jarang mengalami suasana menikmati rasa harga diri dan sikap positif
terhadap diri sendiri.
Satu cara untuk meningkatkan sikap positif terhadap diri sendiri adalah merayakan
kesuksesan yang kita raih sehari-hari. Tekniknya ialah membuat catatan sukses harian yang
berupa catatan dari semua kesuksesan yang telah kita raih setiap hari. Pada waktu tertentu kita
dapat membaca kembali catatan tersebut agar kita dapat mengembangkan sikap yang tepat
terhadap diri kita sendiri.
Kita dapat merubah sikap terhadap diri kita sendiri dengan cara merubah cara pandang kita
terhadap hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu. Kita sadar bahwa keberhasilan ataupun
kegagalan yang pernah menghampiri hidup kita seringkali memberi dampak kepada cara pandang
kita.
Agar dapat menempatkan kesalahan dalam perspektif yang benar dan tepat, maka kita
terlebih dahulu harus tahu apa itu kesalahan dan bagaimana dampaknya terhadap sikap kita
sekarang.
1. Kesalahan adalah sesuatu yang kita perbuat pada waktu lampau. Tidak pernah kita
mengatakan, Saya sedang melakukan kesalahan atau Besok saya akan/ingin melakukan
kesalahan.
2. Tanyakan pada diri anda, Perlukah kita membiarkan perisitiwa-peristiwa tertentu di
masa lampau mempengaruhi sikap kita terhadap diri kita sendiri?
26
Contoh: Pelatihan pelatih yang sedianya akan diadakan dua minggu mendatang ternyata
diubah waktu dan tempatnya. Kita harus memberitahu seseorang mengenai perubahan
tersebut. Persoalannya orang tersebut berdomisili jauh dari tempat kita. Di kantor kita
sedang digalakkan penghematan pemakaian telepon interlokal dan kita memutuskan
untuk menyampaikan informasi tersebut via surat. Tapi, pada saat yang bersamaan kita
tidak tahu bahwa orang tersebut telah dipindah-tugaskan ke kantor yang lain. Pada saat
surat kita tiba segala sesuatunya telah terlambat.
Apakah kita telah melakukan kesalahan?
3. Terhadap pengalaman kita di masa lampau, kita sering memberi penilaian. Yang perlu
kita perhatikan adalah bagaimana penilaian-penilaian tersebut berpengaruh atau tidak
berpengaruh pada sikap kita terhadap diri kita sendiri.
Informasi tentang situasi tertentu tidak pernah sempurna. Artinya, tidak semua
informasi kita miliki. Atas kesadaran itu, kita tetap harus membuat dan mengambil
keputusan. Kita baru mengetahui bahwa ada alternatif lain yang terbaik setelah beberapa
waktu kemudian. Untuk itu, kita harus meyakini bahwa pada saat keputusan diambil, kita
sudah mendasarkan pada informasi yang saat itu kita ketahui adalah benar.
Kita tidak bisa merubah kejadian di masa lampau, tapi kita dapat membuat dan
mengambil pelajaran yang konstruktif bagi perkembangan dan pertumbuhan diri kita
di masa yang akan datang. Kegagalan dipandang bukan sebagai kesalahan tapi sebagai
pelajaran.
Kita belajar dari kesalahan namun kita bertumbuh dari keberhasilan. Bertumbuh
dan belajar tidak harus selalu sama. Walaupun kita dapat belajar dari kesalahan, kita dapat
saja berhenti di sana dan tidak berjalan terus serta menerapkan apa yang kita pelajari.
Ringkasan
1. Peristiwa yang terjadi setiap hari sesungguhnya memberikan banyak alasan bagi kita
untuk merasa berhasil. Asalkan kita tidak menganggap biasa terhadap hal-hal yang biasa
kita selesaikan setiap harinya.
2. Lihatlah kegagalan sebagai pelajaran bukan sebagai kesalahan.
3. Peliharalah sikap mental yang mendatangkan ketenangan dan kegembiraan dengan
cara: penuhi benak kita dengan hal-hal yang membawa damai, keberanian, kesehatan,
dan harapan. Jauhkan pikiran dari keinginan untuk membalas dendam terhadap musuh
sekalipun. Lakukan sesuatu dengan motif tanpa pamrih. Hitung berkat-berkat anda,
bukan kemalangan. Ciptakan kebahagiaan bagi orang lain.
Modul I - Pradaya | 27
UMPAN BALIK HARIAN
28
Doronglah peserta agar spesifik mengenai apa yang ingin diungkapkan, dan analitik tentang
mengapa mereka mengungkapkan sesuatu. Pada awal pelatihan, mungkin peserta sangat
tidak lazim dengan umpan balik harian, tetapi lama kelamaan mereka akan menjadi lebih
terbiasa dalam merefleksikan apa yang dipelajari dan perasaan mereka, sehingga mereka juga
akan menjadi lebih analitik. Karena itu, mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan yang mudah
dijawab dalam memancing umpan balik, kemudian secara perlahan ajukan pertanyaan-
pertanyaan yang lebih analitik.
7. Bagaimana menganalisis hasil umpan balik?
Cara paling mudah adalah menghitung jumlah tanggapan yang diperoleh terhadap beberapa
aspek dari pelatihan hari itu, kemudian merangkum isi tanggapan-tanggapan tersebut.
Dengan menghitung jumlah tanggapan, baik pelatih maupun peserta mendapat gambaran
tentang aspek-aspek apa saja yang menarik perhatian peserta. Sedangkan rangkuman isi
tanggapan menjelaskan alasannya.
8. Bagaimana menyampaikan kembali hasil umpan balik?
Pada awal hari berikutnya, sampaikan rangkuman dari tanggapan serta komentar yang
diperoleh dari kegiatan umpan balik hari sebelumnya. Berikan kesempatan pada peserta untuk
menanggapi. Kalau hasilnya termasuk usulan, penting bagi Anda untuk menjelaskan apabila
para pelatih mengusulkan adanya perubahan berdasarkan umpan balik yang diterima, atau
jika tidak, apa alasannya. Jangan menyebutkan komentar-komentar negatif atau memalukan
yang secara khusus ditujukan pada perorangan. Jika ada beberapa komentar tentang
seseorang, anda bisa membicarakannya secara pribadi dengan orang yang bersangkutan.
9. Beberapa gagasan untuk umpan balik:
a. Kata Kenangan
Minta agar peserta menuliskan kata-kata yang, misalnya:
paling menggambarkan apa yang telah dipelajari atau mencerminkan pengalaman
dalam pelatihan hingga saat itu.
Kemudian bisa diikuti dengan pertanyaan: Mengapa Anda memilih kata-kata
itu? atau Apakah Anda bisa menjelaskan kata-kata yang Anda pilih?
b. Celengan atau Kotak Tabungan
Siapkan sejumlah uang logam seharga 100 dan 500 rupiah, dan sebuah celengan atau
kotak uang (yang bisa dibuka). Minta agar setiap peserta memilih satu uang logam yang
mencerminkan tingkat kepuasan mereka pada hari itu kemudian dimasukkan kedalam
celengan yang disediakan. Setiap peserta hanya boleh memilih satu koin saja. Kalau
sangat puas, mereka harus memasukkan uang logam 500 rupiah, kalau kurang puas 100
rupiah.
c. Menggunakan metafor sebagai ungkapan perasaan atau hal yang dipelajari
Minta agar peserta membandingkan pelatihan dengan jenis-jenis makanan. Kemudian,
mereka harus menuliskan makanan apa yang paling melambangkan pengalaman mereka
mengikuti pelatihan sampai saat itu, disertai alasan mengapa makanan tersebut yang
dipilih.
Modul I - Pradaya | 29
d. Menggunakan gambar
Minta agar peserta menggambarkan perasaan mereka tentang pelatihan hari itu, dan
tanyakan mengapa gambar tersebut yang dibuat.
e. Kartu umpan balik
Bagikan kartu metaplan atau post-it. Minta agar peserta menjawab dengan singkat pada
metaplan atau post-it:
Apa yang paling menolong anda hari ini? kemudian Mengapa? atau
Apa yang paling bermanfaat, menarik, sulit... apa yang paling Anda sukai?
Dapat juga ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:
Apa yang paling tidak menolong, tidak bermanfaat... yang tidak Anda sukai?
Diikuti dengan
Apa yang perlu diperbaiki? atau Apa usulan Anda?
Setelah kartu metaplan atau post it dikumpulkan, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan:
1. Kalau waktu memungkinkan, kocok kartu itu, bagikan kembali, lalu minta agar
para peserta membaca kartu yang didapatnya; atau
2. Tempelkan kartu di depan dan mintalah peserta untuk mengelompokkannya.
Diskusikan setelah ditimkan; atau
3. Kumpulkan semua kartu, buatlah rangkuman setelah sesi selesai, kemudian
sampaikan hasil umpan balik keesokan paginya sebelum acara dimulai.
f. Melempar bola
Tuliskan beberapa pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dievaluasi pada selembar kertas.
Remas-remas kertas itu dan buatlah menjadi sebuah bola. Peserta kemudian diminta
membentuk lingkaran, kemudian saling melemparkan bola kertas tadi selama Anda
berbalik memunggungi mereka. Setelah beberapa saat, baliklah kembali menghadap
mereka sambil menyerukan Stop! Yang sedang memegang bola kertas itu harus
membukanya dan menjawab pertanyaan yang pertama. Kalau perlu, anda bisa meminta
peserta yang lain untuk membantu atau menambahkan pendapat mereka. Ulangi sampai
semua pertanyaan terjawab. Harap diingat bahwa karena cara ini sifatnya lebih langsung,
pertanyaan yang diajukan jangan menyinggung perasaan atau hal-hal yang sensitif, tetapi
berfokus pada apa yang telah mereka pelajari hari itu.
Variasi untuk melenpar bola
Gunakan musik untuk menandakan kapan bola mulai dilempar dan kapan harus
berhenti.
g. Menyelesaikan kalimat
Tuliskan di kertas plano (atau siapkan fotokopi untuk setiap peserta) beberapa pernyataan
yang belum selesai, yang berkaitan dengan aspek-aspek pelatihan yang ingin dievaluasi.
Misalnya:
- Menurut saya, pelatihan ini efektif karena...
- Pelatihan ini bisa disempurnakan dengan...
- Fasilitator bisa lebih efektif kalau...
30
Setiap peserta diminta menjawab semua pernyataan atau memilih pernyataan mana saja
yang ingin ditanggapi.
h. Pengukur suasana hati
Kertas plano dengan gambar muka senang, muka biasa, dan muka sedih. Jelaskan arti
dari masing-masing simbol kepada peserta, dan tempelkan kertas plano tersebut dekat
pintu keluar ruangan. Mintalah agar peserta memberi tanda pada simbol yang sesuai
dengan perasaan mereka terhadap acara hari itu dengan spidol atau stiker.
Sebagai variasi, dapat digunakan post-it yang bertuliskan komentar peserta untuk
memberi klarifikasi atas pilihan mereka. Untuk membedakan tim-tim peserta dari
wilayah atau institusi yang berbeda, bisa digunakan kertas warna; seringkali akan terlihat
adanya perbedaan persepsi. Perlu diingat bahwa cara ini harus tetap anonim, sehingga
pembagian tim jangan terlalu kecil.
Variasi lainnya adalah dengan menggunakan pengukur suasana hati selama seluruh pelatihan
berlangsung, dengan mengukur perasaan peserta pada akhir setiap sesi pagi dan sore.
i. Duka dan Suka
Atur peserta dalam lingkaran, sehingga semua bisa saling melihat. Secara bergantian,
setiap peserta melengkapi kalimat: Saya tidak suka ketika...
Jawabannya bisa menyangkut apa saja yang terjadi hari itu. Peserta boleh memilih untuk
tidak menjawab apa-apa, atau menjawab sebanyak mungkin pada gilirannya. Peserta yang
lain tidak boleh memberikan tanggapan atau menilai apa yang telah dikatakan. Anda,
sebagai pelatih, harus pertama memulai dengan berbicara sejujur yang Anda harapkan
dari peserta yang lain. Setelah semua memberikan tanggapan, hal yang sama dilakukan
untuk menjawab apa yang mereka sukai. Kalimat yang harus dilengkapi adalah: Saya
suka ketika... Kegiatan ini berakhir dengan hal-hal apa saja yang disukai, dengan
demikian dalam suasana positif.
j. Human Continuum
Pada dinding yang panjang, tempelkan kertas bertuliskan tidak belajar apa-apa pada
satu ujung, lalu sangat mahir di ujung lainnya dan buatlah garis yang menghubungkan
keduanya.
Jelaskan makna dari human continuum tersebut, dan mintalah agar mereka berpikir
tentang posisi mereka pada awal pelatihan, dari segi pengetahuan, rasa percaya diri,
dan keterampilan.
Lalu mintalah mereka berdiri kemudian menempatkan diri mereka pada garis di
dinding itu. Setelah mereka diam, mintakan pendapat dari tiga atau empat orang
tentang mengapa mereka memilih berdiri di tempat tertentu.
Kemudian, minta agar peserta berpikir lagi tentang posisi mereka sekarang, diakhir
pelatihan. Lalu undang mereka untuk berdiri di posisi yang sesuai sepanjang garis di
dinding.
Sekali lagi mintakan pendapat dari beberapa peserta mengenai alasan mereka berdiri
di tempat tertentu.
Mintakan pendapat tim tentang kegiatan evaluasi ini, dengan tidak lupa menekankan
betapa nyatanya penilaian diri mereka atas apa yang telah dicapai.
Modul I - Pradaya | 31
k. Pameran poster
Siapkan beberapa kertas plano dengan judul aspek-aspek yang ingin dievaluasi (satu
poster/plano satu judul). Tempelkan pada dinding, dan mintalah para peserta untuk
berkeliling sambil menuliskan komentar mereka dengan spidol pada masing-masing
poster.
l. Fishbowl /Aquarium
Sebagian peserta diminta duduk dalam sebuah lingkaran dalam, dengan peserta lainnya
di lingkaran luar. Berikan pertanyaan diskusi yang berkaitan dengan apa yang dipelajari
hari itu. Misalnya: Sesi apa saja yang bermanfaat hari ini? Dan mengapa? Hanya
mereka yang duduk di lingkaran dalam yang boleh berbicara. Mereka yang duduk di
luar hanya mendengarkan. Setelah beberapa menit, peserta bertukar tempat (yang di
lingkaran dalam duduk di luar, dan sebaliknya). Anda boleh mengajukan pertanyaan
yang berbeda. Jika timnya besar (lebih dari 15 orang), lakukan kegiatan ini dalam tiga
ronde, tim yang pertama dulu, lalu tim kedua dan terakhir tim ketiga.
m. Roda Monitoring
Tetapkan delapan elemen yang ingin dimonitor. Tuliskan setiap elemen pada jari-jari
roda tersebut, lalu fotokopi untuk semua peserta. Bagikan kepada peserta, sambil
meminta mereka untuk memberikan evaluasi terhadap setiap aspek dengan membuat
titik pada setiap jari-jari roda. (mendekat ke pusat roda artinya rendah, sedangkan lingkar
luar roda artinya tinggi). Setelah selesai, hubungkan titik-titik tadi sehingga membentuk
jaring-jaring. Tempelkan semua roda di dinding, dan kalau cukup waktu diskusikan hasil
evaluasi tadi.
n. Meninjau kembali dan Menyusun Tujuan Belajar
Minta agar peserta secara individu atau bertim menyusun kartu-kartu yang bertuliskan
tujuan-tujuan belajar, sesuai dengan manfaatnya, dan sebagainya.
o. Skala berlawanan
Pilihlah beberapa aspek yang ingin dievaluasi, misalnya, tingkat kesulitan. Untuk setiap
aspek, buatlah skala dengan nilai untuk setiap jawaban (misalnya, positif nilainya 5,
negatif nilainya 1, dengan 2, 3 dan 4 di tengah-tengah). Supaya hasilnya lebih berarti,
bisa ditambahkan dengan penjelasan mengapa, komentar atau usulan.
p. Membagi kertas
Ajak peserta untuk berpikir tentang apa yang mereka pelajari hari ini. Kemudian,
mintalah mereka untuk merobek selembar kertas kosong sesuai dengan aspek-aspek
apa saja dari pelatihan hari itu yang bermanfaat bagi mereka. Setiap bagian harus diberi
judul, dan ukurannya mencerminkan besarnya manfaat yang diperoleh. Lalu, mereka
harus menulis mengapa hal tersebut mereka anggap bermanfaat.
32
MODUL II
FASILITATOR MASYARAKAT
DAN TANGGUNG JAWAB
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDONESIA
Pengantar
Memahami Nilai-Nilai ke-Indonesia-an
Mengembangkan Nilai-nilai ke-Indonesia-an
Memahami Kembali Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Indonesia
Peran dan Fungsi Pelaku Pemberdayaan Masyarakat
PENGANTAR
Tujuan
Menyegarkan kembali persepsi peserta mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep
dasar pemberdayaan masyarakat yang harus dijadikan dasar pijakan dan orientasi dalam
mengelola program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
Bahan
Flip chart, spidol kecil, spidol besar, selotip
Waktu
30 menit
Proses
1. Pelatih mengantarkan sesi dengan menceritakan upaya-upaya pemberdayaan
masyarakat yang telah dilakukan oleh pemerintah ataupun LSM di Indonesia.
2. Berikan contoh-contoh nyata baik contoh keberhasilan maupun kegagalan. Ajak
peserta untuk menganalisis kenapa sebuah program bisa berhasil dan kenapa pula bisa
gagal. Mintalah contoh-contoh dari peserta.
3. Ajaklah peserta menengok kembali konsep-konsep pemberdayaan yang diterapkan di
wilayahnya, apakah konsep pemberdayaan dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai
ke-Indonesia-an atau menerapkan konsep dari luar yang justru mematikan nilai-nilai
ke-Indonesia-an?
4. Setelah peserta dapat menganalisis secara kritis dan obyektif sesi dilanjutkan ke sesi
berikutnya, yaitu Memahami Nilai-nilai Ke-Indonesia-an
Tujuan
Mengidentifikasi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang perlu dikembangkan sebagai upaya
untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia sesuai dengan karakter
dan jati dirinya.
Menjelaskan dan menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang selama ini telah
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang sejarah
kehidupan mereka.
Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, teks lagu Nasional dan lagu Daerah
Waktu
90 menit
Proses
1. Menyanyikan lagu Nasional dan Daerah (10 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana memasuki kegiatan belajar,
sehingga para peserta mempunyai kesiapan untuk melaksanakan kegiatan belajar. Lebih
dari itu kegiatan belajar ini juga dimaksudkan sebagai pintu masuk pada pembahasan
mengenai nilai-nilai ke-Indonesia-an.
Kegiatan belajar ini dilakukan dengan meminta salah satu peserta untuk memimpin
menyanyikan salah satu lagu nasional, seperti lagu Dari Sabang Sampai Mereuke,
Satu Nusa Satu Bangsa dan sejenisnya. Selesai menyanyikan lagu nasional dilanjutkan
dengan meminta beberapa orang peserta yang berasal dari beberapa daerah di
Indonesia untuk menyanyikan lagu daerah masing-masing secara bergiliran.
2. Mempelajari Bahan Belajar (20 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai-
nilai ke-Indonesiaan. Informasi dimaksud dapat diperoleh melalui membaca materi
bacaan yang telah disediakan atau materi bacaan lain yang dimiliki oleh peserta.
Untuk itu kepada masing-masing peserta diberikan kesempatan dan waktu untuk
mempelajarinya.
3. Curah Pendapat (45 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pendapat dan pemahaman peserta tentang
nilai-nilai ke-Indonesia-an. Untuk itu peserta diberi pertanyaan kunci:
36
Nilai-nilai apa saja yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia sepanjang sejarah
kehidupan mereka mulai dari jaman pra sejarah sampai sekarang? Dan apa bukti yang
ada dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia dari nilai-nilai ke-Indonesia-an yang
dijunjung tinggi tersebut?
Dalam kegiatan ini akan lebih baik jika terdapat lebih banyak peserta yang diberi
kesempatan untuk menyampaikan pendapat. Setiap pendapat peserta direkap secara
singkat inti pendapatnya di papan tulis atau kertas plano di depan kelas yang dapat
dibaca oleh semua peserta. Kegiatan ini dilaksanakan sampai dapat diidentifikasi nilai-
nilai ke-Indonesia-an beserta buktinya dalam kehidupan nyata masyarakat Indonesia
dalam jumlah yang dipandang cukup.
Jika peserta kesulitan menyampaikan pendapat, pemandu bisa membantu dengan
memberikan pernyataan atau pertanyaan perangsang. Pendapat yang sudah
disampaikan oleh peserta hendaknya tidak disampaikan lagi oleh peserta yang lain
untuk menghindari duplikasi, memperoleh lebih banyak hasil identifikasi, serta
menghemat waktu. Format Rekapitulasi hasil curah pendapat dapat dibuat sebagai
berikut:
dst
Bahan Bacaan
Memahami Nilai-nilai ke-Indonesia-an
Tujuan
Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, contoh kasus.
Waktu
120 menit
Proses
1. Pembagian Kelompok (5 menit)
Dalam kegiatan ini peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Jumlah kelompok dalam
satu kelas dan jumlah anggota untuk setiap kelompok bisa disepekati bersama sesuai
dengan kondisi kelas yang ada. Jumlah anggota kelompok hendaknya tidak terlalu
sedikit, tetapi juga tidak terlalu banyak, paling banyak 5 orang setiap kelompok.
2. Diskusi Kasus (90 menit)
a) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mencari dua kasus dan
mendiskusikannya, yaitu:
1) Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang mengandung nilai-nilai ke-Indonesia-an yang positif untuk
dikembangkan, serta analisis mengapa perlu dikembangkan, bagaimana cara
mengembangkan, dan kendala apa yang akan dihadapi dam mengembangkan
nilai tersebut.
2) Peristiwa (kasus) nyata yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an dan karenanya perlu
dihindari disertai dengan analisis alasan mengapa perlu dihindari dan mengapa
kasus atau peristiwa tersebut sampai terjadi.
Hasil diskusi kasus dalam kelompok dirumuskan tertulis secara singkat dan padat
dalam format sebagai berikut:
38
Nilai Positif yang Nilai Negatif yang
Uraian Kasus Analisis
Dikembangkan Harus Dihindari
Bahan Bacaan
Mengembangkan Nilai-Nilai ke-Indonesia-an
Tujuan
Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat
Peserta dapat menentukan konsep pengembangan masyarakat yang sesuai dengan visi,
misi dan prinsip yang sesuai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an
Bahan
Flip chart, spidol kecil, selotip, bahan bacaan pokok, audio visual berupa rekaman kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang ada pada beberapa program pemberdayaan
Waktu
120 menit
Proses
1. Penyampaian Informasi dengan Ceramah Bervariasi (30 menit)
Kegiatan belajar diawali dengan penyampaian informasi melalui ceramah tentang
konsep-konsep dasar pemberdayaan masyarakat. Untuk lebih menarik dan
memudahkan pemahaman dalam menyampaikan ceramah didukung dengan media
audio visual berupa rekaman kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada pada
beberapa program pemberdayaan (dipersiapkan oleh support team). Ceramah
juga bisa diselingi dengan tanya jawab singkat dan pendek, sehingga dapat membuat
suasana lebih aktif dan dinamis. Selama penyampaian informasi, peserta diminta
mencatat hal-hal yang dipandang penting dan menonjol.
2. Diskusi (75 menit)
a) Setelah selesai penyampaian informasi mengenai konsep-konsep dasar
pemberdayaan masyarakat, peserta diminta untuk membuat beberapa kelompok
dengan anggota maksimal 5 (lima) orang per kelompok.
b) Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengidentifikasi contoh-contoh
kasus pemberdayaan masyarakat yang kurang sesuai dengan visi, misi, prinsip,
dan strategi pemberdayaan masyarakat yang seharusnya. Selanjutnya menganalisis
mengapa hal tersebut bisa terjadi serta bagaimana jalan keluar untuk mengatasinya.
Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam format hasil diskusi kelompok sebagai
berikut:
40
Alternatif
No Kasus Permasalahan Analisis Masalah
Pemecahan
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
menemukenali model pengembangan masyarakat yang sesuai dengan jati diri ke-
Indonesia-an yang tidak meninggalkan budaya lokal dan tata nilai yang berlaku di
Indonesia
mampu menganalisis permasalahan pemberdayaan masyarakat di Indonesia dan solusi
pemecahannya
Bahan
Flip chart, spidol, selotip, lembar analisis.
Waktu
75 menit
Proses
1. Pengantar (10 menit)
Penyampaian pengantar dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada peserta
tentang perlunya pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat di
Indonesia yang bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri masyarakat Indonesia,
baik nilai-nilai sosial budaya, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
Indonesia, serta jati diri ke-Indonesia-an.
Perlu juga disampaikan bahwa dalam prakteknya masih dijumpai adanya kegiatan
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang ditengarai tidak sejalan dengan nilai-nilai
ke-Indonesia-an sehingga berpotensi untuk menimbulkan permasalahan dan tidak bisa
berjalan secara efektif.
2. Diskusi Identifikasi Kasus dan Analisis Masalah (45 menit)
a) Kepada peserta diminta untuk membentuk kelompok berdasarkan pengalaman
dan keterlibatannya dalam program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat
tertentu. Setiap kelompok beranggotakan tidak lebih dari 5 orang.
b) Kepada masing-masing kelompok diminta sukarela untuk mengidentifikasi
beberapa kasus kegiatan pemberdayaan masyarakat yang pernah dialami dan/
atau diketahui kurang atau tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan jati diri
masyarakat Indonesia, kemudian menganalisis permasalahan yang ada dalam kasus
tersebut dan merumuskan beberapa alternatif pemecahannya. Hasil diskusi dari
masing-masing kelompok dituangkan dalam format sebagai berikut:
42
No Kasus Analisis Permasalahan Alternatif pemecahan
Bahan Bacaan
Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan
Peserta mengetahui peran dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat.
Bahan
Flip chart, spidol, selotip.
Waktu
60 menit
Proses
1. Pengantar dan Penyampaian Informasi (10 menit)
Kegiatan belajar diawali dengan memberikan pengantar dan penyampaian informasi
mengenai dilema yang sering dihadapi oleh para pelaku (pendamping) pemberdayaan
masyarakat di lapangan. Dilema terjadi antara peran dan fungsi pendamping sebagai
sutradara dan aktor utama, antara motivator dan provokator, antara
dinamisator dan operator, antara pendorong kemandirian dan pencipta
ketergantungan.
2. Tukar Pengalaman (30 menit)
Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggali pengalaman mengenai pelaksanaan peran
dan fungsi pelaku pemberdayaan masyarakat yang pernah dilakukan oleh para peserta.
Kepada beberapa peserta diminta secara sukarela untuk menceritakan pengalamannya
sebagai pendamping atau pelaku pemberdayaan masyarakat. Masing-masing peserta
diberi waktu paling lama 5 menit sehingga akan terdapat paling tidak 7 peserta yang
berkesempatan mengungkapkan pengalamannya.
3. Tanggapan dan Penegasan (20 menit)
Kegiatan belajar diakhiri dengan pemberian tanggapan dan penegasan terhadap
pengalaman yang telah diungkapkan oleh sejumlah peserta. Tanggapan dan penegasan
dimaksudkan untuk memberikan ulasan apakah pengalaman yang telah mereka
ungkapkan itu sudah sesuai dengan peran, fungsi, dan tugas pelaku pemberdayaan
masyarakat yang sebenarnya. Kalau belum sesuai mengapa dan bagaimana jalan
pemecahannya.
Hasil penegasan sebaiknya dituangkan dalam format sebagai berikut:
44
No Peran dan Fungsi Pelaku Tugas yang harus dilakukan
Pemberdayaan
Bahan Bacaan
PENGANTAR
Upaya pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak melalui berbagai
program, baik yang dikoordinasikan oleh pemerintah maupun dilakukan oleh lembaga atau
organisasi kemasyarakatan, baik yang didanai oleh anggaran pemerintah, bantuan pihak lain,
maupun yang didanai secara swadaya. Berbagai program pemberdayaan masyarakat tersebut
dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat agar bisa hidup lebih hidup.
Namun jika dilaksanakan tidak bertumpu pada nilai-nilai, potensi, dan karakter ke-Indonesia-an
yang telah ada dan tumbuh berkembang sepanjang sejarah kehidupan masyarakat Indonesia,
justru akan menghilangkan identitas ke-Indonesia-an yang lama berakar, sehingga yang terjadi
bukan lagi pemberdayaan melainkan justru pemerdayaan karena telah mencabut masyarakat
dari akar budaya, karakter dan jati dirinya.
Karena itu dalam bagian ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan refleksi diri,
apakah program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada selama ini sudah betul-betul
bertumpu pada nilai ke-Indonesia-an serta berdasarkan konsepsi dasar dari pemberdayaan
masyarakat secara hakiki. Untuk itu perlu dilakukan penyegaran kembali persepsi mengenai
nilai-nilai ke-Indonesia-an dan konsep dasar tentang pemberdayaan masyarakat sehingga
dapat dijadikan pijakan dalam mengambil sikap dan tindakan pemberdayaan masyarakat yang
Indonesiawi sehingga dapat meng-Indonesia-kan masyarakat Indonesia sesuai dengan harkat,
martabat, dan jati diri ke-Indonesia-an.
Pada prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memperkuat daya ketahanan
masyarakat dengan memanfaatkan sumber potensi masyarakat itu sendiri yang telah lama
mereka miliki. Salah satu sumber potensi itu diantaranya adalah nilai-nilai ke-Indonesia-an yang
telah tertanam, tumbuh, dan berkembang sepanjang perjalanan hidup masyarakat yang berdiam
di wilayah antara samudera Hindia dan Pasifik serta benua Asia dan Australia. Karena itu upaya
pemberdayaan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari upaya menggali dan mengembangkan
nilai-nilai ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.
Indonesia adalah identitas kebangsaan bagi suatu bangsa yang berdiam di wilayah nusantara.
Karena itu sebelum memahami hakekat ke-Indonesia-an bangsa Indonesia terlebih dahulu
perlu dipahami mengenai hakekat bangsa.
Menurut Ernest Renan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian yang timbul
dari kejayaan bersama di masa lampau, sebagai hasil sejarah dan kehendak atau persetujuan
bersama untuk hidup bersama di masa sekarang dan yang akan datang dengan kesediaan
memberikan pengorbanan-pengorbanan. Dalam pandangan Renan, manusia bukan budak
dari rasnya, bahasanya, agamanya atau tempat tinggalnya. Bangsa adalah suatu kesadaran
moral (conscience morale). Jiwa, rasa, dan kehendak adalah faktor subyektif manusia dan tidak
bisa diukur dengan faktor-faktor obyektif, seperti bahasa, agama, ras, dan budaya. Karena
itu agama, bahasa, ras, dan juga budaya bukanlah unsur pembentuk melainkan hanya
merupakan faktor pendorong suatu bangsa. Bangsa dan rasa kebangsaan juga tidak dapat
dibatasi secara teritorial, sebab daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang statis
tetapi dapat berubah-ubah secara dinamis sesuai dengan jalannya sejarah dari bangsa yang
bersangkutan.
Ada pula yang melihat, seperti Otto Bouer, bahwa bangsa adalah suatu masyarakat
ketertiban yang muncul dari masyarakat yang senasib. Jadi bangsa itu terbentuk oleh
adanya kesamaan perangai atau karakter yang timbul karena adanya kesamaan nasib atau
pengalaman. Bangsa juga dapat terbentuk oleh adanya kesamaan kebudayaan (a.l. bahasa),
kepercayaan, dan keturunan (ras), seperti pendapat P.J. Bouman. Terbentuknya suatu
bangsa dalam pandangan Rudolf Kjellen, bermula dari adanya nafsu atau dorongan untuk
mempertahankan hidup yang berlanjut dengan kesadaran dan tekad untuk bersatu dalam suatu
persoonlijkheid (kepribadian) sehingga timbul kesadaran untuk mengurus dan menentukan
nasibnya sendiri dalam bentuk keinginan untuk hidup bernegara sendiri (natioale state) yang
merdeka dan berdaulat. Dengan demikian nafsu hidup suatu bangsa akan menjelma dalam
bentuk hidup sebagai negara yang merupakan cita-cita perjuangannya. Dengan dimilikinya
kesadaran kebangsaan (dalam bentuk bernegara yang berdaulat) maka suatu bangsa akan
berusaha terus menerus untuk memiliki kebudayaan yang sama, juga satu bahasa dan aspek-
aspek kehidupan lainnya. Dengan demikian, menurut Rudolf, di balik suatu bahasa terdapat
suatu bangsa dan bahasa bukan saja merupakan sebab tetapi juga akibat dari kebangsaan.
50
modal maupun perdagangan yang tak berimbang cenderung menimbulkan campur tangan
politik yang selanjutnya akan mengarah pada penjajahan. Disinilah pentingnya kemandirian
ekonomi dan menciptakan sistem perdagangan yang berimbang tanpa monopoli sebagai
upaya untuk menegakkan kedaulatan bangsa.
Adalah kenyataan sejarah bahwa kedatangan bangsa Eropa di satu sisi telah
mengakibatkan penjajahan dan penderitaan yang berkepanjangan bagi bangsa Indonesia.
Namun disisi lain telah menggugah kesadaran rasa kebangsaan Indonesia, memperkuat
dan mengentalkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, dan kebersamaan. Tatkala Portugis
bermaksud menguasai Selat Malaka, maka Raja Demak, Raden Patah, menugaskan putranya
Pati Unus yang kemudian bergelar Pangeran Sabrang Lor untuk membantu Kerajaan Samudera
Pasai melawan Portugis. Kraeng Galengsong bangsawan dari Bugis juga bergabung dengan
Untung Suropati untuk melawan Belanda di Jawa. Munculnya perlawanan di berbagai daerah
yang silih berganti tak henti-hentinya selama ratusan tahun, meskipun secara sporadis,
merupakan bukti mulai tumbuh suburnya benih-benih kebangsaan Indonesia. Perjuangan
melawan penjajahan di berbagai pelosok Nusantara adalah prakondisi yang amat berarti bagi
terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia.
Sisi lain, penjajahan juga telah menjadi pelajaran yang amat berharga bagi bangsa
Indonesia. Adanya kenyataan bahwa pengetahuan dan teknologi penjajah dari Eropa lebih
baik telah menyadarkan bangsa Indonesia akan perlunya pendidikan dan penguasan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara lebih baik. Tak sedikit, meskipun tidak dapat dikategorikan
banyak, bangsa Indonesia yang kemudian mulai menempuh pendidikan tinggi. Dan mereka
inilah yang kemudian menjadi pelopor dan penggerak dalam menemukan, merumuskan dan
mewujudkan bentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.
Identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia kemudian mulai menemukan bentuknya
pada awal abad ke-20. Het wonder is geschied! Insulinde deschome slappster is ontwaak. Keajaiban
telah terjadi. Insulinde si cantik molek yang sedang tidur telah bangun. Itulah komentar
van Deventer dalam keterkejutannya melihat kebangkitan bangsa-bangsa Timur (Asia),
termasuk Indonesia yang mulai bangkit meramu dan menemukan identitas dirinya sebagai
bangsa di awal abad ke-20. Perjuangan untuk mewujudkan identitas ke-Indonesia-an mulai
memasuki babak baru. Melalui pergerakan yang bersifat nasional dan terorganisir secara
modern. Dipelopori oleh Budi Utomo yang merupakan organisasi nasional modern yang
pertama. Disusul dengan Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam,
Indische Partij, berbagai organisasi kepemudaan, organisasi sosial keagamaan, dan organisasi
politik yang bertebaran di seluruh wilayah Nusantara. Tonggak-tonggak sejarah pergerakan
nasional tersebut telah menggambarkan bentuk-bentuk kontribusi perjuangan dari berbagai
elemen masyarakat dalam membentuk identitas ke-Indonesia-an bangsa Indonesia.
Suatu pelajaran yang amat berharga bahwa kebangkitan nasional itu dipelopori oleh
kaum terpelajar. Budi Utomo pun pertama kali dipimpin oleh seorang pemuda mahasiswa
kedokteran yang usianya belum genap 20 tahun. Berbagai bentuk organisasi yang bergerak di
berbagai bidang, seperti Budi Utomo dan Taman Siswa yang bergerak dibidang pendidikan,
Sarekat Dagang Islam dibidang ekonomi, persarikatan Muhammadiyah dan Nahdlatul
Ulama dibidang keagamaan, dan organisasi-organiasi politik seperti Indische Partij dan
52
MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI KE-INDONESIA-AN
Perjalanan panjang sejarah kehidupan bangsa Indonesia telah membentuk identitas ke-
Indonesia-an sebagai bangsa yang merupakan jati diri dan ciri karakteristik yang membedakan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Identitas dan jati diri itu terbentuk dari kristalisasi nilai-
nilai kehidupan yang dipandang baik dan dijadikan sebagai arah dan cita-cita dalam membina
kehidupan berbangsa dan bernegara. Identitas dan jarti diri itu terakumulasi dan terumuskan
dalam sila-sila Pancasila yang dipandang sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dan
kemudian dijadikan sebagai dasar negara.
Karena itu nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila diyakini mengandung
nilai-nilai yang tinggi dan berharga yang jika diamalkan akan menempatkan bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang bermartabat dan berharga diri tinggi. Nilai martabat dan harga diri bangsa
Indonesia ada dan melekat pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan demikian, mengembangkan harkat, martabat, dan harga diri
sebagai bangsa Indonesia berarti menjadikan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
sebagai bingkai dalam mengembangkan dan memberdayakan kualitas hidup di segala bidang,
baik ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Martabat dan harga diri bangsa Indonesia terletak
pada aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nyata.
Persoalannya adalah apakah memang nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
itu telah teraktualisasikan dan menjadi kenyataan sehari-hari di setiap lokalitas masyarakat
Indonesia. Apakah nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, demokrasi dan
musyawarah, keadilan dan kesejahteraan sudah betul-betul teraktualisasikan secara nyata dalam
kehidupan sehari-hari? Hal inilah yang akan menjadi penanda seberapa jauh harkat, martabat,
dan harga diri bangsa Indonesia itu berada. Kesetiaan masyarakat bangsa Indonesia dalam
mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-sungguh dalam kehidupan sehari-hari,
dan bukan sekedar kesetiaan dalam wacana atau kesetiaan secara politis belaka, akan menjadi
penanda terhadap kesetiaan masyarakat dan bangsa Indonesia terhadap jati diri ke-Indonesia-an
mereka.
Ada dua tantangan utama dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dewasa
ini, yaitu meluasnya globalisasi yang dapat melunturkan identitas ke-Indonesia-an dan merebaknya
primodialisme yang dapat menghancurkan integritas ke-Indonesia-an. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang amat pesat telah melipat lingkaran bumi ini tinggal sebesar
globe. Tak ada lagi kendala jarak, batas wilayah, dan waktu tempuh. Persinggungan budaya,
sosial, ekonomi, dan politik praktis tak terhindari, sehingga tidak sedikit manusia Indonesia yang
tidak lagi merasa terikat oleh batas-batas adimisnistrasi dan geografis negara Indonesia, bahkan
sampai melepas identitas ke-Indonesia-annya dan mengidentifikasi dirinya sebagai warga dunia
(kosmopolit).
Karena itu dalam mengembangkan nilai-nilai ke-Indonesia-an perlu dilakukan identifikasi
dan pembandingan struktur kebudayaan dan wujud perilaku sosial antara budaya Indonesia dan
budaya dunia. Perlu dilakukan analisis dampak positif dan negatif akibat dari persinggungan
budaya tersebut, sehingga dapat menumbuhkan kemampuan untuk memilih dan memilah serta
mengambil sikap bagaimana seharusnya menyikapi era globalisasi. Sebab keanekaragaaman
54
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan tidak dapat dilepaskan
dari hadirnya paradigma baru pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development).
Paradigma ini menuntut untuk menempatkan masyarakat atau rakyat sebagai pusat perhatian
dan sasaran sekaligus pelaku utama dalam pembangunan. Untuk itu segala upaya pembangunan
harus selalu diarahkan pada penciptaan kondisi dan kesempatan yang memungkinkan masyarakat
dapat menikmati kehidupan yang lebih baik dan sekaligus memberi kesempatan yang lebih
luas kepada mereka untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan
karakteristik yang mereka miliki.
Pendekatan ini muncul sebagai reaksi terhadap timbulnya berbagai kesenjangan, baik
kesenjangan kemajuan antar daerah, kesenjangan kemajuan antar sektor, maupun kesenjangan
kemajuan dan kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sebagai akibat dari pendekatan
pembangunan yang bersifat top down dengan lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
Karena itu pendekatan ini menempuh strategi dengan memberikan perhatian yang lebih banyak
kepada lapisan masyarakat bawah yang masih tertinggal dengan memberikan kesempatan,
fasilitas, dan perlindungan agar mereka dapat mengembangkan daya dan potensinya secara
maskimal sehingga mampu bertahan dan mencapai tarap hidup yang lebih baik secara mandiri.
a. Prinsip Partisipatif
Pemberdayaan masyarakat harus mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat
yang menjadi sasaran secara langsung agar dapat berjalan secara efektif, sesuai dengan
kehendak, kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu dengan pengikutsertaan
tersebut diharapkan juga akan meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui pemberian
pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan
segala upaya peningkatan diri yang mereka lakukan. Ini berarti partisipasi yang dimaksudkan
adalah partisipasi yang betul-betul menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam
pemberdayaan dirinya, dan bukan sekedar sebagai pemberi dukungan melalui mobilisasi
terhadap program-program yang sebetulnya telah dirancang oleh pihak lain, termasuk oleh
pemerintah.
c. Prinsip Pemihakan
Pemberdayaan masyarakat juga menuntut adanya pemihakan secara nyata terhadap mereka
yang perlu diberdayakan. Hal ini memang perlu dilakukan mengingat pemberdayaan pada
prinsipnya adalah upaya emergency yang memerlukan tindakan dan perlakuan khusus. Pemihakan
yang terarah kepada mereka yang perlu diberdayakan ini tidak berarti merupakan tindakan
diskriminasi, melainkan semata-mata untuk memberikan perlindungan dan percepatan agar
proses pemberdayaan berjalan secara efektif. Sebab proses pemberdayaan bagi mereka yang
lemah tidak bisa dibiarkan berjalan secara alami tanpa disertai dengan rekayasa dan manipulasi
secara terarah dan sistematis. Adalah keadilan suatu tindakan yang memihak dan melindungi
mereka yang lemah dari persaingan yang tidak seimbang dan ketergantungan dari pihak
yang lebih kuat. Perlindungan adalah upaya untuk menjamin suatu kepentingan dari pihak
tertentu yang dipandang perlu mendapatkan pengamanan sebagai wujud dari pemihakan
yang perlu dilakukan. Sebab kegiatan pembangunan akan banyak bersinggungan dengan
berbagai kepentingan masyarakat yang tidak mustahil akan menimbulkan dilema. Padahal
disamping berorientasi pada kepentingan dan pemanfaatan bagi masyarakat secara umum,
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 59
harus dapat dipastikan bahwa hal itu tidak akan mengesampingkan kepentingan kelompok
masyarakat yang justru kurang beruntung. Kepentingan kelompok masyarakat yang
kurang beruntung ini sering kurang mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga sering
menimbulkan problem sosial tersendiri yang justru akan menghambat pencapaian tujuan
program.
d. Prinsip Kemandirin
Pemberdayaan masyarakat juga harus diarahkan untuk memampukan dan memandirikan
masyarakat yang bersangkutan dan bukan untuk menciptakan ketergantungan. Prinsip
kemandirian ini amat penting sebab tanpa ada kemandirian tidak mungkin terdapat
keberdayaan. Seringkali terjadi bahwa upaya pemberdayaan dengan memberikan perlakuan,
bantuan, ataupun pemihakan dan perlindungan kepada mereka yang lemah justru malah
menciptakan ketergantungan dan menghilangkan kemandirian. Karena itu segala tindakan,
bantuan, atau pun pemihakan dan perlindungan yang diberikan haruslah dalam konteks
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya potensi
secara mandiri dan berkelanjutan.
e. Prinsip Desentralisasi
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan memberikan kewenangan dalam
pengambilan keputusan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian kepada
masyarakat melalui forum atau lembaga yang paling dekat dengan masyarakat. Prinsip ini
amat penting agar rencana dan pelaksanaan pengelolaan pembangunan dapat betul-betul
sesuai dengan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat setempat.
f. Prinsip Keterbukaan
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan penuh keterbukaan dengan menciptakan
kondisi atau situasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pihak-pihak yang
berkepentingan untuk mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, maupun pengelolaan keuangan. Hal ini penting karena salah satu penyebab
rendahnya pastisipasi masyarakat dalam pembangunan selama ini adalah kurangnya
keterbukaan, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap para pelaku
pembangunan. Melalui prinsip keterbukaan dimaksudkan akan terdapat kontrol dan
pengawasan secara terbuka oleh masyarakat dan semua pihak yang berkepentingan sehingga
dapat dihindari terjadinya hal-hal yang merugikan pihak masyarakat atau penyimpangan-
penyimpangan yang tidak diinginkan.
g. Prinsip Keswadayaan
Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan dengan menggunakan segala potensi yang
dimiliki masyarakat sendiri dalam setiap kegiatan. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa
dalam diri masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Disamping itu dengan prinsip tersebut juga akan dapat
menumbuhkan partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap kegiatan yang sedang dan
akan dilaksanakan. Potensi masyarakat tersebut dapat berupa bahan material, dana, maupun
tenaga. Karena itu dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan, bahan material, dana,
60
atau tenaga masyarakat yang digunakan harus diperhitungkan sebagai bagian dari sumber
pembiayaan kegiatan yang dikeluarkan oleh masyarakat secara swadaya.
62
maupun lembaga-lembaga semi pemerintahan atau bahkan lembaga pemerintahan yang ada
di desa. Implementasi strategi penguatan kelembagaan ini diantaranya dapat diwujudkan
melalui:
1) Identifikasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di daerah lokasi sasaran
program.
2) Pemberian kesempatan untuk ikut serta terlibat dan mempunyai wewenang dalam
pengembilan keputusan, baik dalam penggalian gagasan, perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, maupun evaluasi kegiatan.
3) Pemberian kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan penyuluhan, pelatihan, dan
pengorganisasian terhadap masyarakat berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan, secara terarah dan terencana.
4) Pemberian kesempatan untuk ikut serta merumuskan dan menetapkan mekanisme,
proses, dan aturan-aturan yang perlu ditaati oleh masyarakat sesuai dengan budaya,
adat istiadat, dan keyakinan masyarakat setempat tanpa harus bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan formal yang berlaku.
5) Pemberian kesempatan untuk ikut dalam berbagai pelatihan, seperti pelatihan
kepemimpinan, pengembangan organisasi dan pelatihan-pelatihan yang berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam.
c. Pendampingan
Strategi pendampingan merupakan satrategi yang lazim dipakai dalam program-program
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Hal ini didasari atas pemikiran bahwa
masyarakat, terutama masyarakat desa, secara umum berada dalam kondisi yang lemah, baik
secara ekonomi, sosial budaya, maupun politik. Kondisi yang demikian itu seringkali menjadi
salah satu kendala yang cukup serius bagi pelaksanaan program-program dan kegiatan
pembangunan yang seharusnya melibatkan pihak masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif. Pendampingan adalah salah satu solusi yang diharapkan dapat mengatasi kendala
tersebut.
Melalui pendampingan diharapkan akan dapat memberikan pembelajaran dan
kesadaran kepada masyarakat untuk mengenali dirinya sendiri, menggali potensi dan
kemampuan yang mereka miliki, mengidentifikasi berbagai kendala dan kelemahan yang
menjadi penghambat, serta merumuskan rencana dan alternatif pemecahan masalah yang
perlu mereka ambil. Dengan demikian tugas utama pendamping adalah menyelenggarakan
dialog untuk menggali kebutuhan-kebutuhan masyarakat, menggali sumber-sumber potensi
yang tersedia, mengidentifikasi spesifikasi masalah yang dapat dipecahkan, dan mengorganisir
masyarakat untuk mengambil keputusan secara tepat. Ia harus dapat menempatkan kegiatan
pemberdayaan masyarakat sebagai usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi
individual dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui
pelatihan dan pendidikan pembangunan, yang merupakan proses pendidikan bertindak,
dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan komunitasnya secara demokratis.
Sehingga ia akan lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi
masyarakat ketimbang hanya sebagai penggerak sasaran program.
64
d. Pengembangan SDM
Pada prinsipnya proses pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan
sumberdaya manusia dari berbagai aspek secara komprehensif dan integratif. Karena
itu pengembangan sumberdaya manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
pemberdayaan masyarakat. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan upaya untuk
mengembangkan sumberdaya insani masyarakat, baik yang berkaitan dengan pengetahuan,
sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam setiap
program pembangunan, sebab pada hakekatnya pembangunan itu adalah pembangunan
untuk masyarakat yang dilakukan oleh dan dari masyarakat. Strategi pengembangan
sumberdaya manusia ini merupakan strategi yang mengarah pada penciptaan prakondisi
agar di kemudian hari masyarakat bisa membangun dirinya sendiri secara mandiri.
Konsekuensi dari penggunaan strategi pengembangan sumberdaya manusia
ini menuntut adanya program-program kegiatan yang bersifat pendidikan dan latihan
secara sistematis. Program dan kegiatan yang demikian itu membawa konsekuensi pula
terhadap perlunya penyediaan dana dan sarana pendukung yang tidak sedikit, meskipun
hasil dari kegiatan tersebut tidak akan dapat dinikmati secara langsung dalam waktu dekat.
Pengembangan sumberdaya manusia memang merupakan investasi sosial berjangka panjang
yang membutuhkan kesabaran. Apalagi yang menjadi sasarannya adalah masyarakat pedesaan
dengan seperangkat kekurangan dan kelebihannya.
Pada prinsipnya strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan strategi
yang mempunyai sentuhan secara langsung dengan upaya pemberdayaan masyarakat, sebab
upaya pemberdayaan masyarakat itu pada hakekatnya adalah upaya pengembangan sumber
daya manusia. Namun secara lebih khusus strategi pengembangan sumber daya manusia
ini lebih dititik beratkan pada pengembangan sumber daya insani masyarakat, baik yang
berkaitan dengan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kinerja mereka. Implementasi
strategi pengembangan sumber daya manusia ini dapat diwujudkan melalui:
1) Identifikasi individu ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai
keterampilan khusus.
2) Pemberian pendidikan dan pelatihan secara sistematis mengenai keterampilan khusus
yang dibutuhkan sesuai dengan potensi alam yang ada disekitarnya.
3) Pengiriman kader-kader pembangunan masyarakat atau generasi muda untuk
mengikuti pelatihan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing
keluar daerah komunitas mereka.
4) Pemberian beasiswa kepada putra-putra desa yang berbakat untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, terutama untuk pendidikan kejuruan yang
dapat mendukung program pemberdayaan masyarakat yang sedang dilaksanakan.
e. Pemberian Stimulan
Strategi lainnya dalam pemberdayaan masyarakat yang sampai kini masih cukup efektif
adalah dengan pemberian stimulan. Stimulan yang diberikan biasanya berupa dana hibah,
baik hibah murni maupun hibah bergulir (revolving fund). Dana stimulan ini dimaksudkan
hanya sebagai entry point untuk menggali dan menggerakkan potensi-potensi yang
Modul II - Fasilitator Masyarakat dan tanggung... | 65
secara laten sebetulnya tersedia dalam masyarakat. Dengan demikian pemberian dana
stimulan dimaksudkan bukan untuk menyediakan pembiayaan dari semua komponen
program, melainkan hanya memberikan dana pendamping yang tidak dapat disediakan
sendiri oleh masyarakat.
Karena itu strategi pemberian dana stimulan ini harus disertai dengan ketersediaan
masyarakat untuk melakukan swadaya sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Bentuk swadaya itu bisa berupa, dana, tenaga, waktu, pemikiran, atau hal-hal lain yang
mendukung pencapaian tujuan program kegiatan. Memang dalam praktek sering terjadi
dilema. Disatu sisi jika salah pendekatan dan sosialisasi pemberian dana stimulan justru
akan bisa menciptakan ketergantungan masyarakat tetapi disisi lain tanpa pemberian dana
stimulan akan sulit melakukan motivasi dan menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat.
Sebab secara umum masyarakat seringkali berpandangan pragmatis dan tidak mudah percaya
atau tergerak hanya dengan motivasi verbal-educational yang manfaatnya terkadang tidak bisa
dirasakan secara langsung dan nyata.
Dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pemukiman desa strategi pemberian
stimulan ini bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan dana untuk modal usaha
ekonomi produktif yang harus dikembangkan secara bergulir. Dana bantuan stimulan
juga dapat diwujudkan dalam bentuk bantuan untuk penyediaan sarana dan prasarana
sosial ekonomi yang secara langsung dan nyata menunjang peningkatan kualitas hidup
masyarakat, seperti penyediaan sarana air bersih, irigasi, prasarana transportasi ekonomi,
dan sebagainya.
Implementasi strategi pemberian stimulan ini dapat diwujudkan melalui:
1) Identifikasi program-program kegiatan yang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh
masyarakat sendiri dan memerlukan pemberian dana bantuan, baik yang secara hibah
maupun pinjaman.
2) Pemberian bantuan dana secara hibah untuk penyediaan prasarana fisik baik yang dapat
menunjang secara langsung usaha pengelolaan sumber daya alam yang ada di masyarakat
sekitarnya maupun yang secara nyata menunjang peningkatan kualitas hidup masyarakat
seperti air bersih, irigasi, transportasi, dan sebagainya.
3) Pemberian bantuan dana pinjaman lunak atau yang bersifat hibah bergulir untuk
modal usaha ekonomi produktif dari upaya pengelolaan sumber daya alam yang ada di
masyarakat sekitarnya.
4) Penetapan perlunya penyertaan dana swadaya masyarakat dalam setiap kegiatan yang
diberikan stimulan bantuan dana sesuai dengan kemampuan masyarakat.
5) Pemberian fasilitas dan kesempatan terhadap masyarakat untuk mengakses dengan
mudah kepada lembaga-lembaga dana dan keuangan terdekat.
f. Industrialisasi Perdesaan
Industrialisasi perdesaan merupakan orientasi program yang cukup relevan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan. Melalui industrialisasi
pedesaan diharapkan sumber-sumber potensi alam yang ada di perdesaan dapat dikelola dan
dimanfaatkan secara maksimal bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan
66
hidup masyarakat. Tujuan dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk meningkatkan
keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri melalui fungsionalisasi industri
pengolahan hasil pertanian yang mampu menghasilkan produk-produk bernilai tambah
yang tinggi.
Arah dan sasaran dari industrialisasi perdesaan ini adalah untuk:
1) mengembangkan pengolahan hasil pertanian rakyat di perdesaan;
2) mendorong peningkatan efisiensi dan produktifitas serta penganekaragaman produk
pertanian dengan investasi teknologi;
3) mendorong investasi industri teknologi di perdesaan;
4) meningakatan kemampuan masyarakat untuk mengkaji teknologi industri yang akan
digunakan;
5) mengembangkan komoditas unggulan daerah;
6) mengembangkan sistem manajemen industri yang akan dibangun dan menyiapkan
sumber daya yang diperlukan;
7) mencegah fragmentasi tanah rakyat sebagai aset produksi.
Sedang strategi yang harus dikembangkan dalam industrialisasi perdesaan ini
diantaranya adalah dengan:
1) peningkatan peluang pasar dan daya saing produk pertanian;
2) pengembangan teknologi peralatan proses;
3) pemenuhan konsumsi dari hasil produksi sendiri dan menekan komoditas sejenis dari
luar daerah atau desa;
4) membuka peluang pemasaran komoditas produk pertanian sendiri dengan nilai tambah
yang tinggi.
70
PERAN DAN FUNGSI
PELAKU PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Salah satu ciri utama dari program pemberdayaan masyarakat adalah adanya pelaku pemberdayaan
yang biasanya berfungsi sebagai pendamping masyarakat. Hal ini sebagai bentuk dari strategi
pendampingan yang dikembangkan dalam program-program pemberdayaan masyarakat. Pelaku
pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu melakukan perubahan sosial. Mereka mempunyai
tugas utama menyelenggarakan dialog dengan masyarakat untuk menggali kebutuhan nyata
mereka, menggali sumber potensi yang tersedia, mendorong msyarakat untuk menemukan
spesifikasi masalah yang harus dipecahkan, dan mengorganisir mereka untuk dapat mengambil
tindakan yang tepat.
Dengan demikian, upaya yag dilakukan oleh para pelaku pemberdayaan masyarakat
haruslah suatu usaha berencana untuk memungkinkan partisipasi individual dari masyarakat
dalam memecahkan berbagai masalah komunitas secara demokratis melalui pelatihan dan
pendidikan pembangunan. Apa yang dilakukan harus merupakan kegiatan yang berupa
pendidikan untuk bertindak, dimana masyarakat disiapkan untuk mewujudkan tujuan masyarakat
secara demokratis. Denagan demikian para pelaku pemberdayaan masyarakat sebetulnya harus
lebih berperan sebagai agen untuk membentuk pengalaman belajar bagi masyarakat ketimbang
sebagai penggerak sasaran program.
Program-program kegiatan yang dicanangkan untuk memberdayakan masyarakat
hendaknya bertolak dari konsep community dengan pendekatan societal; memperhatikan seluruh
aspek kehidupan masyarakat dengan sasaran seluruh lapisan masyarakat yang ada. Apapun wujud
kegiatan yang dilakukan hendaknya bermotifkan pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pada
suatu saat masyarakat yang didampinginya mampu berkembang berdasarkan kekuatan sendiri,
upaya-upaya pembangunan yang ada digerakkan oleh masyarakat itu sendiri, baik tanpa bantuan
maupun dengan bantuan pihak lain, seperti pendamping, sehingga mampu membangkitkan
kemampuan self-help.
Mengapa pendidikan? Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarkat (modernisasi) atau memberdayakan kehidupan masyarakat yang
mengacu pada cara-cara berpikir, bersikap, dan berperilaku, maka aspek pendidikan merupakan
titik strategis yang harus diperbaharui dan diperluas. Bukanlah menurut riwayatnya, lahirnya
konsep pemberdayaan masyarakat itu merupakan perluasan dari program-program pendidikan
masyrakat. Sehingga esensi dari pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan, adalah
pendidikan masyarakat, yang meliputi pendidikan dasar, keaksaraan, keterampilan, penyuluhan
perkoperasian, pertanian, dan sebagainya. Pemilihan terhadap program-program kegiatan
yang bermotifkan pendidikan itu juga berdasarkan atas gagasan dasar konsep pemberdayaan
masyarakat yang memandang perlunya inisiatif dan kemandirian masyarakat dalam proses
pembangunan. Upaya untuk menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dalam masyarakat tersebut
pada prinsipnya merupakan suatu proses mendidik.
Ditugaskannya para pelaku pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat dimaksudkan
untuk mendampingi dan membantu menumbuhkan inisiatif dan menemukan kemandirian
masyarakat yang mereka dampingi. Pelaku pemberdayaan masyarakat bukanlah aktor yang
72
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas utama para pelaku pemberdayaan
masyarakat bukanlah hanya sekedar menggerakkan masyarakat dalam membangun desa secara
fisik, meningkatkan produksi dan pendapatan, apalagi hanya mengurusi dana bantuan (hibah).
Para pelaku pemberdayaan masyarakat harus dapat menggerakkan masyarakat untuk mampu
membangun dirinya sendiri, mampu mengenali dan mengidentifikasi kebutuhannya sendiri dan
menentukan prioritas permasalahan yang harus ditangani serta mengambil tindakan yang tepat.
Tugas dan bidang garapan pelaku pemberdayaan masyarakat amatlah berat dan luas, tidak hanya
sekedar berkutat mengelola perguliran dana bantuan dan proyek-proyek fisik yang jumlahnya
hanya sekian ratus juta. Dia bukan saja bertugas mendampingi masyarakat tetapi juga sebagai mitra
pemerintah, terutama pada tingkat desa dan kecamatan untuk membangun masyarakat. Amatlah
keliru jika dia dipandang sebagai pesaing, mata-mata ataupun penghambat aparat birokrasi dalam
mensukseskan program pembangunan. Dia memang sengaja ditempatkan sebagai agen of change,
pelaku perubahan, bukan sebagai alat aparat birokrasi pemerintahan desa/kecamatan yang harus
mengerjakan tugas rutin administrasi pemerintahan. Karena itu pulalah dia harus menyediakan
seluruh waktunya setiap saat mendampingi masyarakat, ikut menyelami, menghayati, dan mengalami
persoalan yang ada di masyarakat. Untuk itu dia harus bertempat tinggal di tengah masyarakat
setempat setiap saat, tidak hanya sekedar berkunjung ke ketua Kelompok Masyarakat seminggu
atau dua minggu sekali atau dua kali sedang selebihnya pulang ke tempat tinggal asalnya.
Selanjutnya pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dikatakan berhasil jika setelah selesai
masa tugasnya, masyarakat yang pernah didampinginya telah mampu mengenali dan menemukan
dirinya sendiri. Bersyukurlah jika akhirnya masyarakat mengusir para pelaku pemberdayaan
sembari berkata Silakan Anda pergi, kami sudah tidak butuh didamping lagi, kami sudah tahu apa
yang harus kami perbuat dan lakukan. Itulah tolak ukur dari keberhasilan pelaku pemberdayaan
masyarakat yang sebenarnya. Keberhasilan mereka bukan pada seberapa lancar dana bantuan
dapat digulirkan, atau seberapa besar dana bantuan yang ada sudah berkembang berlipat dan
disimpan di Bank. Bahkan juga bukan hanya berapa jumlah kambing/lembu yang dimiliki
masyarakat yang didampinginya, atau berapa persen produksi dan pendapatannya meningkat.
Untuk bisa mengetahui keberhasilan para pelaku pemberdayaan masyarakat dibutuhkan
waktu yang tidak cukup hanya setahun atau dua tahun. Memang ada tiga kemungkinan yang
sejak dini harus sudah diantisipasi agar nantinya mereka dapat menerima secara lapang dada,
apakah para pelaku pemberdayaan masyarakat itu nanti akan meninggalkan gading, meninggalkan
belang atau hanya sekedar meninggalkan kenangan yang melintas.
DASAR-DASAR PELATIHAN
Tujuan
Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran orang dewasa berdasarkan
pengalaman belajar sendiri sebagai orang dewasa.
Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa selama pelatihan
berlangsung.
Bahan
Powerpoint slide/flip chart yang berisikan prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang dewasa
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa sesi ini akan fokus pada cara bagaimana orang dewasa
belajar. Hal ini akan tercapai melalui refleksi dan analisis terhadap pengalaman-
pengalaman pembelajaran peserta yang terbaik.
2. Ajaklah setiap peserta untuk berpikir ke masa lalu selama kira-kira 3 menit, kemudian
memilih satu peristiwa atau pengalaman belajar yang baik yang diingat sebagai
pengalaman belajar. Kalau perlu, pelatih bisa memberikan contoh.
3. Bagilah peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang. Setelah setiap peserta
memilih satu peristiwa, minta agar mereka menceritakannya di dalam kelompoknya.
Masing-masing harus mengajukan pertanyaan:
Apa yang anda pelajari?
Bagaimana cara belajarnya?
Siapa yang membantu anda belajar? Apa hubungan anda dengan orang itu?
Dalam situasi seperti apa anda belajar hal itu?
Kenapa anda belajar hal itu?
4. Sementara peserta berbagi pengalaman, pelatih menyiapkan tabel yang mempunyai 5
kolom: apa, bagaimana, siapa, dimana, kenapa.
5. Setelah 20 menit, minta setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan dan
menuliskannya pada tabel di depan. Sesudah tabel diisi dengan beberapa contoh,
pelatih menanyakan kepada peserta apakah mereka dapat simpulkan mengenai
bagaimana, siapa, dimana, dan mengapa dari peristiwa-peristiwa pembelajaran peserta.
6. Perkenalkan kesimpulan-kesimpulan tadi sebagai prinsip-prinsip dasar pembelajaran
orang dewasa: partisipatif/reflektif/pengalaman, penghormatan, lingkungan yang
aman dan nyaman, kebutuhan langsung (gunakan powerpoint slide atau flip chart).
Bahan Bacaan
78
ASPEK-ASPEK ETIKA
PELATIH DAN PELATIHAN
Tujuan
Peserta menyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi sebagai pelatih dalam suatu
pelatihan
Bahan
Spidol dan flip chart
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih meminta peserta untuk membagi diri dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 6 orang. Peserta mengusulkan teknik pembagian kelompok. Pelatih dapat memilih
teknik yang paling kreatif, jika teknik yang diusulkan oleh peserta berjumlah banyak.
2. Masing-masing kelompok diberi flip chart dan spidol. Tugas kelompok adalah
menginventarisir hal-hal apa saja yang BOLEH dan TIDAK BOLEH dilakukan oleh
pelatih dalam suatu pelatihan.
3. Masing-masing kelompok menempelkan flip chart di papan tulis, membacakan hasil
pekerjaan kelompoknya dan menyampaikan alasan/argumen-nya.
4. Setelah semua kelompok memperoleh gilirannya, pelatih memberi kesimpulan dan
penguatan kognitif melalui pengalamannya sendiri maupun materi bacaan pokok yang
telah tersedia.
5. Selama pelatihan, hasil kerja kelompok dalam sesi ini tetap terpasang di dalam ruang
tempat pelatihan.
Bahan Bacaan
Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Pelatihan
Tujuan
Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang bersumber dari pembelajar yang dapat
berdampak pada desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan
Bahan
Materi self-assessment digandakan sebanyak peserta (plus lembar koreksi), powerpoint profil
gaya belajar, powerpoint kesan perseptual
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih minta agar peserta melakukan langkah 2 4 dalam proses ini
2. Peserta mengisi Diversity Awareness Inventory (latihan 1)
3. Peserta mengisi instrumen kecenderungan gaya belajar (latihan 2)
4. Pelatih membagi peserta dalam kelompok yang beranggotakan 6 orang.
5. Setiap anggota kelompok menceritakan di dalam kelompoknya mengenai hasil kerja
poin 2 dan 3.
6. Pelatih membahas masing-masing gaya belajar dan hasil kerja peserta
Lembar Kerja
Pengantar
Setiap orang memiliki gaya pembelajaran yang khas. Perbedaan peserta pelatihan dalam hal
usia, jenis kelamin, ras, etnis, gaya hidup, agama, bahasa, kecacatan jasmani, dan melek huruf
berdampak pada bagaimana pelatih mendesain, mengembangkan, dan menyampaikan pelatihan.
Tantangannya terletak pada bagaimana mempersatukan kebutuhan pribadi peserta yang seringkali
nampak beragam. Berhadapan dengan pemahaman pembelajar saat ini, anda perlu dilengkapi
dengan seperangkat petunjuk, teknik, dan perlengkapan, agar Anda sebagai agen perubahan
dapat memberi pengaruh terhadap perilaku peserta pelatihan sekaligus dapat menciptakan suatu
keadaan dengan menghormati dan menerima perbedaan. Prasangka dan ketidakpekaan Anda
yang tidak disengaja dapat mengikis usaha Anda untuk menciptakan suatu lingkungan di mana
dapat menilai individu dan mengembangkan pembelajaran.
Agar dapat mempertemukan kebutuhan peserta yang berbeda-beda, pertama ujilah sikap,
keyakinan, dan perilaku Anda terhadap orang yang berbeda dengan Anda dengan melengkapi
Diversity Awareness Inventory (Pengukuran Kesadaran Akan Perbedaan), yang bertujuan untuk
membantu anda mengidentifikasi informasi yang diperlukan agar lebih terfokus pada upaya
mengubah perilaku Anda.
80
Latihan 1. Diversity Awareness Inventory
Instruksi: Pengukuran ini dibuat sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran anda
terhadap sikap menghakimi, stereotip, dan kadangkala mendiskriminasi. Berilah jawaban untuk
setiap pertanyaan berikut dengan memberikan tanda centang pada kolom yang sesuai.
82
8. Saya lebih memilih suatu informasi disampaikan dengan cara berikut:
a. model seperti grafik alir
b. pokok-pokok materi
c. penjelasan terperinci
d. disertai dengan contoh-contoh
9. Saya dapat belajar dengan sebaik-baiknya ketika saya
a. melihat keterkaitan antara ide, peristiwa, dan situasi
b. berinteraksi dengan orang lain
c. memperoleh kiat-kiat/tips praktis
d. mengamati suatu peragaan atau video
10. Sebelum mengikuti program pelatihan, saya bertanya kepada diri sendiri: Apakah saya
akan ?
a. memperoleh kiat-kiat praktis untuk membantu saya menjalankan tugas
b. menerima banyak informasi
c. diharuskan mengambil bagian
d. belajar tentang hal baru
11. Setelah mengikuti pelatihan, saya
a. cenderung untuk memikirkan hal-hal yang telah saya pelajari
b. khawatir (ragu?) untuk menerapkan hasil belajar saya dalam perilaku
c. memikirkan pengalaman sebagai suatu yang utuh (sebagai kesatuan)
d. menceritakan kepada orang lain tentang hal-hal yang saya alami
12. Metode pelatihan yang paling tidak saya sukai adalah
a. mengambil bagian dalam kelompok-kelompok kecil
b. mendengarkan ceramah
c. membaca dan menganalisis penyelidikan suatu kasus
d. mengambil bagian dalam permainan peran
Bahan Bacaan
Penjelasan Masing-Masing Gaya Belajar
84
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Tujuan
Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan instruksional
Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya model Bloom
Bahan
Spidol, flip chart, dan powerpoint slide (contoh yang benar dan yang salah tentang tujuan
instruksional umum dan khusus)
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih memberikan penjelasan teoritik mengenai taksonomi tujuan instruksonal
berdasarkan materi bacaan yang telah tersedia. Pelatih dapat memanfaatkan powerpoint
yang telah disiapkannya.
2. Peserta selanjutnya melakukan latihan sebagai berikut:
Dengan menggunakan ketentuan taksonomi tujuan instruksional kawasan kognitif
menurut Bloom, rumuskan tujuan instruksional umum materi pelatihan yang Anda
ampu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tentukan tingkat kompetensi yang diharapkan dicapai oleh peserta pelatihan pada
akhir pelatihan.
Pilih kata kerja operasional yang sesuai untuk tingkat kompetensi tersebut.
Dalam satu rumusan tujuan umum, gunakan hanya satu kata kerja, kecuali bila
target materi tersebut adalah dua atau lebih kemampuan utama yang tidak saling
berhubungan, artinya yang satu tidak menjadi bagian dari kompetensi yang lain.
Presentasikan dalam pleno atau dalam kelompok 10 orang.
Bahan Bacaan
Tujuan
Peserta dapat:
Menjelaskan konsep coping stress
Mengidentifikasi penyebab stres
Mengidentifikasi strategi penanganan stres
Bahan
Spidol, flip chart, koran atau majalah bekas, gunting, lem
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih membagi peserta dalam kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 6
orang.
2. Setiap kelompok diberikan 1 eks koran/majalah bekas, 1 gunting, 2 lembar flip chart,
lem, dan 1 spidol.
3. Tugas dari setiap kelompok adalah mencari berita ataupun gambar yang menunjukkan
kondisi stres. Berita ataupun gambar tersebut digunting dan ditempelkan pada flip chart.
4. Setelah selesai, setiap kelompok menempelkan flip chart tersebut di papan tulis dan
menjelaskan gambar atau berita yang ditempelkan sekaligus alasan mengapa hal
tersebut dikategorikan stres. Peserta juga menjelaskan apa yang menjadi penyebab
stres dalam gambar atau berita tersebut serta apa saran kelompok untuk menyelesaikan
kondisi tersebut.
5. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka, pelatih memperkuat
pemahaman tersebut dengan memberikan penjelasan berdasarkan materi bacaan
pokok yang telah disiapkan.
Bahan Bacaan
Manajemen Stres
86
PENGEMBANGAN ATMOSPHERE BELAJAR
Tujuan
Peserta pelatihan dapat menyebutkan tiga keuntungan kelompok yang dibentuk secara
acak
Peserta mampu memilih, dengan sejumlah situasi tertentu, cara terbaik untuk
membentuk satu kelompok
Peserta dapat menyebutkan paling kurang lima cara inovatif untuk membentuk
kelompok secara acak
Bahan
Transparansi dengan pertanyaan kuis
Lonceng atau sesuatu yang bisa diperlakukan sebagai lonceng
Perubahan susunan tempat duduk disesuaikan dengan kuis
Hadiah kecil untuk kelompok yang menang
Waktu
60 menit
Proses
1. Diawali dengan penjelasan pelatih bahwa bagian ini terdiri dari aspek: (1) cara kreatif
dalam membentuk kelompok, (2) melakukan praktek dinamika kelompok.
2. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan berefleksi tentang berbagai cara yang
digunakan untuk membagi kelompok kecil dalam suatu sesi pelatihan, dan pembagian
kelompok dilakukan dengan tujuan tertentu. Tanyakan kepada mereka mengapa
kelompok kecil berguna.
3. Jelaskan bahwa peserta akan berbagi ide dan pengalaman dalam penggunaan metode
baru ini: pertunjukan kuis. Minta seseorang peserta untuk menjelaskan ide tentang
suatu kuis, mungkin menghubungkannya dengan pertunjukan kuis televisi.
4. Organisasikan juri untuk memberi nilai dan mengatur waktu.
5. Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dengan menggunakan cara kreatif
yang ada pada materi bahan bacaan pokok, tetapi pastikan bahwa kelompok-kelompok
memiliki anggota yang seimbang dalam jumlah.
6. Jelaskan aturannya:
Semua anggota tim harus bekerja sama tetapi hanya satu orang dari kelompok
yang benar-benar bisa memberikan jawaban (ini untuk mencegah teriakan yang
terlalu banyak). Bila bukan juru bicara yang memberikan jawaban, maka kelompok
tersebut mendapat pengurangan nilai sebesar 1.
Lembar Kerja
KUIS
Bahan Bacaan
Pembentukan Kelompok
88
PRAKTEK DINAMIKA KELOMPOK
Tujuan
Peserta berpartisipasi secara praktis menghadapi berbagai situasi dan anggota kelompok
yang sulit
Bahan
Foto kopi permainan-peran
Foto kopi materi bacaan
Waktu
75 menit
Proses
1. Perkenalkan sesi, dengan menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan
bagaimana cara menghadapi perilaku peserta yang sulit. Jelaskan bahwa peserta akan
melakukannya dengan mempraktekkan situasi yang berbeda melalui permainan-peran.
2. Jelaskan bahwa peserta akan dibagi ke dalam 3 kelompok berbeda, masing-masing
memainkan situasi kelas yang berbeda. Tiap anggota kelompok akan menerima
lembaran perintah, yang tidak boleh diberitahukan kepada anggota lain kelompok.
Dalam tiap kelompok akan ada satu pelatih dan 9 peserta.
3. Bagi peserta ke dalam 3 kelompok dan bagikan lembaran (pastikan bahwa peran
dominan dilakukan oleh orang yang dominan). Biarkan mereka mempersiapkan diri
selama 5 menit untuk permainan peran. Sejumlah peserta tambahan bisa menjadi
pengamat atau bisa ditambahkan sebagai peserta dengan menjadi diri sendiri.
4. Mulai permainan peran pertama dan refleksikan setelahnya dengan cara berikut:
Undang pelatih untuk menjelaskan apa yang dipikirkan tentang permainan
peran yang baru saja dilakukan, dan tanyakan juga apa yang akan dilakukan lain
kali apabila menjumpai masalah yang sama. Tanyakan pula kepada pengamat,
bagaimana pendapatnya terhadap hal-hal yang disampaikan oleh pelatih barusan.
Mintalah pendapat peserta, pertama minta masukan positif, lalu hal-hal lain
yang penting dan perlu dipertimbangkan, setelah itu minta saran atau tips untuk
perbaikan.
Tambahkan dengan umpan balik dan tips Anda sendiri jika perlu.
5. Lanjutkan dengan permainan peran yang lain dengan cara yang sama dan dorong
pelatih untuk menggunakan poin belajar dari permainan peran sebelumnya.
6. Pelatih mengakhiri sesi ini dengan merumuskan pengalaman utama yang telah
dipelajari
90
Permainan Peran 2: Memfasilitasi satu debat
Bahan Bacaan
Pembentukan Kelompok
92
MERANCANG SESI PELATIHAN
Tujuan
Di akhir sesi para peserta dapat:
menjelaskan pentingnya menyusun strategi pelatihan
menyebutkan lima jenis strategi pelatihan
Bahan
Flip chart, spidol
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih memimpin curah pendapat singkat tentang arti strategi pelatihan. Pertama,
pusatkan perhatian pada kata strategi (atau cara bergerak dari A ke B), lalu tambahkan
aspek pembelajaran. Gabungkan keduanya dalam satu definisi (lihat bahan bacaan
pokok).
2. Lalu, jelaskan bahwa strategi memberikan gambaran besar tentang bagaimana suatu
program pelatihan akan dilakukan. Terangkan bahwa setiap pelatihan dapat dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
3. Pelatih menjelaskan tugas yang harus dilakukan. Perkenalkan metode jalan-jalan
mencari inspirasi, bentuk kelompok dengan anggota 6 orang, lalu persilahkan mereka
bekerja di luar selama 20 menit (tidak jauh dari lokasi pelatihan).
4. Setelah masing-masing kelompok menempelkan flip chart-nya, peserta saling membaca
hasil dari kelompok-kelompok yang lain, sambil mengajukan pertanyaan klarifikasi
dan menambahkan gagasan-gagasan baru. Buatlah rangkuman dari jenis-jenis strategi
pelatihan yang ada serta alasan mengapa penyusunan strategi pelatihan penting.
5. Refleksikan metode jalan-jalan mencari inspirasi. Apakah metode ini efektif ? Apa
kelebihan dan kekurangannya? Apakah Anda akan menggunakannya dilain
waktu? Jelaskan bahwa metode ini sangat bermanfaat bagi kelompok-kelompok yang
tidak terbiasa duduk dalam satu ruangan untuk waktu yang lama (petani, petugas
lapangan, dan lain-lain.)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
Bahan Bacaan
Strategi Pelatihan
94
MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIHAN
Tujuan
Peserta dapat menjelaskan kebutuhan dan penggunaan agenda pelatih
Peserta mampu mengidentifikasi elemen-elemen yang selayaknya ada di dalam agenda
pelatih
Peserta mampu memodifikasi agenda pelatihan mereka berdasarkan catatan informasi mereka
Bahan
Lembar latihan, beberapa contoh agenda pelatih, post-it
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih memimpin curah pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan agenda
peserta, apa yang dimaksud dengan agenda pelatih, apa perbedaannya, dan mengapa
perbedaan ini penting dicermati. Curah pendapat bisa dilakukan langsung dalam pleno
atau bisa juga dilakukan dalam kelompok kecil.
2. Pelatih menyimpulkan bahwa penyusunan agenda pelatih yang detail bisa diibaratkan
seperti membuat satu master plan untuk pelatihan, yang di dalamnya cara pelatih
mencapai tujuan pelatihan dalam waktu yang ditentukan. Tekankan bahwa untuk
mencapai hal ini, pelatih harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah
diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya.
3. Ringkaskan sesi ini dengan menanyakan Apa yang harus dicapai oleh agenda pelatih
yang telah dirancang dengan baik? (lihat bahan bacaan pokok).
4. Pelatih memberikan contoh tentang bagaimana caranya mengembangkan agenda
pelatihan yang sekarang dilakukan ini, tahap demi tahap, dimulai dengan rencana besar
dalam satu bulan atau satu minggu dan diakhiri dengan detail setiap hari yang dibagi
menjadi beberapa sesi.
5. Katakan bahwa langkah selanjutnya dalam merancang pelatihan peserta adalah
mengembangkan agenda pelatihan yang lebih detail untuk setiap hari. Jelaskan bahwa
kadang-kadang lebih mudah untuk mulai dari yang kurang detil, misalnya dimulai
dengan memikirkan tentang alur keseluruhan (termasuk ruang kelas, dan hari-hari di
lapangan), menyusun topik-topik atau tujuan, dan lalu mulai melihat pada satu minggu,
dan kemudian pada satu hari, dan kemudian pada jam.
Bahan Bacaan
Mengembangkan Agenda Pelatihan
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 95
MERUMUSKAN RENCANA SESI
Tujuan
Pada akhir sesi ini peserta:
Membuat daftar mengenai elemen suatu rencana sesi
Membedakan antara rencana sesi yang baik dan buruk dan menganalisis aspek-aspek
baik dan buruknya
Bahan
Fotokopi daftar untuk memperkirakan, merancang dan menulis rencana sesi
Fotokopi perbesaran dua contoh rencana sesi (yang baik dan buruk)
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih memperkenalkan arah dan prosedur sesi ini.
2. Mulailah dengan curah pendapat secara cepat mengenai:
apakah sesi itu: bagian dari isi atau topik yang bisa dilaksanakan dalam waktu
tertentu, secara umum 1 sampai 2 jam dan kurang dari 3 jam, bisa bervariasi dalam
hari yang sama.
mengapa menulis rencana sesi dan untuk siapa: untuk merancang sesi, untuk
menjelaskan sesi, untuk mendapatkan tanggapan dan lain-lain, coba tulis untuk
orang lain dengan sejelas mungkin.
3. Lanjutkan dengan curah pendapat secara cepat mengenai elemen suatu rencana sesi.
4. Minta dua peserta untuk tampil dan urutkan elemen-elemen dalam urutan yang benar
dengan bantuan dari kelompok. Hal ini akan menimbulkan diskusi kecil karena ada
gaya yang berbeda.
5. Sepakati elemen-elemen yang seharusnya menjadi bagian, dan elemen apa yang bisa
menjadi bagian.
6. Tunjukkan contoh rencana sesi dan undang peserta untuk berkumpul untuk memilih
yang terbaik dan terburuk.
7. Dalam diskusi pleno minta peserta untuk mengambil posisi (berdiri di depan rencana
sesi yang dianggap paling jelek) dan minta mereka menjelaskan pilihannya.
8. Ulangi prosedur ini untuk pilihan terbaik.
9. Tutup dengan mengatakan bahwa ada gaya yang berbeda dalam penulisan rencana
sesi. Jelaskan bahwa gaya bisa berbeda tetapi harus tetap sederhana dan jelas, dan hal
96
itu mungkin berkesan mudah tetapi dalam praktek sangat sulit, perlu banyak latihan
dan mengulas. Jelaskan bahwa cara yang terbaik untuk memeriksa apakah Anda
menulis satu rencana sesi yang baik adalah dengan memberikan kepada pelatih lain
untuk dibaca dan tanyakan apakah dia bisa menjalankan sesi tersebut tanpa penjelasan
tambahan.
Catatan
Berusahalah untuk memilih satu gabungan rencana sesi. Hal ini akan
membangkitkan satu diskusi yang baik dan melengkapi peserta dengan banyak
ide untuk mengembangkan gaya mereka sendiri dalam merencanakan sesi.
Bahan Bacaan
Daftar Periksa Untuk Penilaian Merancang dan Menulis Rencana Sesi
Tujuan
Membuat sistematisasi rencana sesi untuk pelatihan mereka sendiri
Bahan
Flip chart, post-it, fotokopi bahan bacaan pokok
Waktu
60 menit
Proses
1. Segarkan ingatan peserta dengan menanyakan mengapa penting untuk menulis rencana
sesi. Jelaskan bahwa agak mudah untuk mengkritik rencana sesi yang ditulis oleh orang
lain yang akan mereka laksanakan tetapi akan cukup sulit untuk menulis satu rencana
sesi sendiri.
2. Minta peserta untuk memilih satu sesi sederhana untuk kursus mereka sendiri dan
pertama hanya kembangkan tujuan pelatihan dan pilih metode yang sesuai dan tuliskan
pada satu flip chart untuk dipamerkan.
3. Pamerkan flip chart dan minta umpan balik dari peserta. Pertajam tujuan dan
perdebatkan pemilihan metode jika diperlukan.
4. Undang peserta untuk kembali ke kelompok mereka dan kembangkan satu rencana
sesi penuh berdasarkan pada umpan balik yang mereka terima dan pasang lagi pada flip
chart untuk dipamerkan.
5. Pamerkan semua rencana sesi dan minta peserta untuk berkeliling dan menekankan
poin yang perlu dikembangkan dan poin-poin baik menggunakan post-it.
6. Diskusikan umpan balik pada post-it dan jika diperlukan tambahkan pengamatan Anda
sendiri.
7. Tutup dengan menanyakan apa yang peserta pelajari dengan menulis rencana sesi
mereka sendiri. Rumuskan poin-poin pembelajaran.
Bahan Bacaan
Menulis Rencana Sesi
98
BAHAN BACAAN POKOK MODUL III
Model pembelajaran pedagogis telah mendominasi dunia pendidikan dan pelatihan selama
berabad-abad lamanya. Adapun anggapan yang mendasari model ini adalah:
Pengajar/pelatih/guru bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran, termasuk apa dan
bagaimana para pembelajar akan belajar. Pembelajar memiliki peran yang pasif dan pengajar
aktif.
Oleh karena pembelajar memiliki sedikit pengalaman, maka pengajar adalah sosok yang
ahli, guru, dan merupakan tanggung jawab bagi pengajar untuk memberikan kekayaan
pengetahuannya. Jumlah tersebut menjadi limpahan informasi melalui cara yang tradisional
seperti ceramah, buku teks, buku pedoman, serta video yang menghadirkan para ahli lain
untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.
Orang terdorong untuk belajar karena mereka harus melakukannya agar lulus ujian, naik
ke tingkat berikutnya, atau memperoleh sertifikasi.
Pengetahuan adalah informasi yang terpusat. Pengajarlah yang menguasai dan memahami
secara benar materi, sehingga pembelajar mendapatkan informasi yang telah ditentukan
dalam beberapa tingkatan pemahaman dna penguasaan.
Secara luas, motivasi untuk belajar berasal dari luar. Pembelajar dipaksa oleh tekanan dari sosok
yang otoriter dan ketakutan terhadap akibat negatif. Pada intinya pengajar mengendalikan
pembelajaran melalui penghargaan (rewards) dan disiplin (bisa juga berarti punishment).
Pengantar
Dalam memberdayakan masyarakat, para fasilitator lebih sering berinteraksi dengan kelompok
orang dewasa karena dianggap lebih matang dan lebih mandiri dengan sejumlah pengetahuan
dan pengalaman yang mereka peroleh selama proses pematangan tersebut. Kematangan dan
kemandirian tersebut yang menempatkan orang-orang dewasa diperankan dan difungsikan
sebagai motor perubahan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan-pelatihan yang
diselenggarakan sebagai bagian dari strategi pemberdayaan masyarakat lebih sering diikuti oleh
orangorang dewasa. Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak masih membutuhkan lebih
banyak pengetahuan dan pengalaman untuk membentuk dirinya sendiri menuju kedewasaan.
Tentu saja untuk menghadapi peserta pelatihan yang pada umumnya adalah orang dewasa
dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan pendidikan dan pelatihan ala
bangku sekolah, atau pendidikan tradisional. Pendidikan ala sekolah ini sering disebut dengan
pendekatan pedagogis. Ironisnya, meskipun para fasilitator pemberdayaan masyarakat memahami
benar perbedaan perkembangan psikologi dan sosial antara orang dewasa dan anak-anak, tetapi
dalam praktek masih banyak pendekatan pedagogis diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan
bagi orang dewasa yang seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang
lebih cocok dengan kematangan, konsep diri peserta dan pengalaman peserta. Di dalam
dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan Pendidikan Orang Dewasa (Adult
Education).
Dengan bahasa yang lebih lugas, eksperiental dan operasional, andragogi juga didasarkan pada
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a. Semua Orang Mempunyai Pengetahuan
Fasilitator harus meyakini bahwa semua warga belajar mempunyai pengetahuan sesuai
dengan bidang masing-masing. Keyakinan tersebut mengharuskan seorang fasilitator tidak
boleh memberlakukan warga belajar seperti gelas kosong. Dengan asumsi itu pula, fasilitator
akan menghadapi pendapat warga belajar, dan akan memberi kesempatan warga belajar
untuk saling bertukar pengalaman.
b. Warga Belajar Sebagai Sumber Belajar
Pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang dimiliki oleh warga belajar dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Hal ini disebabkan oleh: Pertama, pada umumnya
pengetahuan yang berasal dari warga belajar telah teruji dalam praktek. Kedua, informasi
yang berasal dari teman dengan mudah dapat diterima. Ketiga, sesama warga belajar
mempunyai waktu yang luas untuk menyampaikan informasi, dan dapat dilakukan dalam
suasana formal maupun informal. Keempat, bagi warga belajar yang menjadi sumber belajar,
juga mengalami proses belajar pada saat menyampaikan informasi.
c. Ada Kemampuan Orang Untuk Belajar Dan Berkembang
Setiap orang mempunyai kemampuan untuk belajar dan berkembang. Tetapi harus
disadari bahwa kemampuan dan kecepatan belajar seseorang berbeda dengan yang lainnya.
102
Dengan mengetahui kemampuan untuk belajar dari warga belajar, maka seorang fasilitator
dapat menyediakan kemudahan agar warga belajar dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan kapasitasnya.
d. Warga Belajar Tidak Dapat Dipaksa Untuk Belajar
Bahan pelajaran hanya dapat diserap oleh warga belajar setingkat demi setingkat dan
dengan keterlibatan warga belajar sendiri. Dengan asumsi ini maka seorang fasilitator harus
menciptakan kondisi yang mendorong warga belajar untuk belajar. Dan menghilangkan
hambatan yang ada.
e. Kelompok Merupakan Forum Belajar Yang Terbaik
Siklus belajar berdasarkan pengalaman menunjukkan bahwa salah satu proses belajar tersebut
adalah mengolah bahan belajar. Proses ini akan dipercepat dan dipermudah dengan bantuan
orang lain, seperti dalam kelompok. Sesama anggota kelompok dapat mendiskusikan dan
menyimpulkan, sehingga setiap anggota kelompok saling membantu dalam proses belajar.
Dengan berkelompok memberikan rasa aman kepada warga belajar karena kegagalan yang
dialami akan ditanggung bersama oleh anggota kelompok. Sebaliknya dengan belajar dalam
kelompok juga memberikan kesempatan untuk tampil dan mendapat perhatian lebih baik
daripada belajar secara klasikal.
Pada pelatihan yang bersifat partisipatif (Participatory Training Methodology = PTM), pelatih adalah
fasilitator dalam proses belajar peserta. Pelatih bukan hanya seorang yang ahli dari suatu bahan
pelatihan, namun juga harus mampu rnenciptakan interaksi belajar. Fasilitator bukan bos atau
atasan melainkan partner atau mitra yang berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Memfasilitasi
bukan dengan cara mengajar, menggurui atau bahkan memerintah, melainkan dengan cara
memberi contoh, merangsang, dan mendorong peserta untuk berfikir sendiri, untuk menyadari
perasaan dan pengalaman masing-masing untuk menemukan jawaban sendiri. Dengan demikian
akan diperoleh pelajaran yang paling bermanfaat dan berharga karena belajar dari pengalaman
peserta sendiri.
Melihat peran dan tugas fasilitator seperti itu, maka wajarlah bila seorang fasilitator dituntut
menjadi figur yang lengkap dan sempurna (meskipun tidak ada manusia yang sempurna). Figur
fasilitator seperti yang diharapkan bukanlah diperoleh dari mempelajari suatu bahan pelatihan
atau dari pendidikan yang tinggi. Figur fasilitator lebih banyak ditentukan oleh kepribadian yang
dimiliki berkaitan dengan pengembangan diri sendiri sebagai fasilitator.
Dalam pelatihan yang bersifat konvensional, keahlian dan pengetahuan seorang pelatih
tentang suatu bahan pelatihan sangat diutamakan. Oleh sebab itu pembinaan terhadap pelatih
ditekankan pada aspek yang nampak, yaitu pengetahuan dan penguasaan bahan pelatihan.
Pengembangan diri sendiri (self development) yang menyangkut pelatih tidak terlalu dipentingkan.
Dalam konteks inilah pengembangan atau pembinaan diri sendiri seorang pelatih menjadi bagian
yang paling utama dalam PTM.
Sikap yang diperlukan dalam pengernbangan atau pembinaan diri pelatih agar memenuhi
citra diri fasilitator secara optimal antara lain:
1. Peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang lain.
Fasilitator dituntut peka terhadap kebutuhan diri sendiri dan peserta atau orang kepada
peserta dsb. Ingat peserta rnengikuti pelatihan adalah karena mereka membutuhkan.
Fasilitator perlu rnemahami diri sendiri dan peserta atau orang lain diharapkan untuk
mernpunyai identitas diri masing-masing dan menerimanya. Tentu saja hal ini bukan berarti
untuk saling rnenonjoikan egonya tetapi justru untuk saling menghargai dan menghormati
sehingga terjadi proses saling belajar.
2. Terbuka dan tidak membela diri.
Pengembangan diri sendiri fasilitatorakan berjalan baik bila ia mau terbuka untuk menerima
masukan dan pengalaman baru yang berbeda dengan dirinya, bukan membela diri dan
memaksakan pengalamnya sendiri kepada peserta, ingat bahwa peserta juga mempunyai
pengalaman dan proses belajar dalam PTM adalah mutualisme.
3. Percaya, tulus dan sungguh-sungguh.
Fasilitator harus yakin dan berfikir positif terhadap proses dan interaksi belajar yang terjadi.
Segala intervensi fasilitator diberikan dengan sungguh sungguh dan tulus kepada peserta
dalam interaksi belajar. lntervensi bukan dimaksudkan untuk menimbulkan dan membangun
image atau kesan peserta terhadap pelatih melainkan diupayakan untuk penyadaran dan
mencapai tujuan pelatihan.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 105
4. Kesetaraan dan kemitraan.
Fasilitator bukan sebagai yang paling tahu, pintar, banyak pengalaman. Dalam PTM, fasilitator
adalah sebagai mitra belajar dan kesetaraan dalam interaksi belajar dengan peserta. Fasilitator
bukan mentransfer bahan belajar/bahan pelatihan kepada peserta, melainkan memfasilitasi
dan bersama peserta untuk menemukan dan mengembangkan pengalaman.
Jack Mazirow mengatakan: Kesalahan fatal yang dilakukan oleh fasilitator adalah usaha untuk
mengartikan dirinya sebagai pelaku tunggal bagi terjadinya perubahan perilaku dan berbuat seolah-olah tugas
pokoknya adalah mengkomunikasikan gagasan-gagasan, merancang bentuk-bentuk kegiatan latihan (excercise)
dalam rangka pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap tertentu yang menentukan perubahan-
perubahan perilaku yang dimaksudkan serta melakukan survey untuk mendeteksi kebutuhan-kebutuhan bagi
perubahan perubahan tertentu. Apa yang dikatakan tersebut mengingatkan kepada fasilitator agar
bisa berperan secara efektif dan benar.
Beberapa hal di atas adalah berkaitan dengan kepribadian fasilitator yang perlu diperhatikan
dan menjadi penting dalam PTM. Kepribadian tersebut akan lebih banyak membentuk dan
menentukan citra diri fasilitator dalam interaksi dan proses belajar, apakah ia akan menggurui
dan mentransfer pengetahuan dan pengalamannya kepada peserta ataukah ia akan memfasilitasi
interaksi dan proses belajar.
Fasilitator yang efektif dalam interaksi dan proses belajar akan mengupayakan dan
memperlihatkan ciri-ciri antara lain:
1. Mendasarkan pengalaman dan latar belakang peserta, artinya pembahasan isi pelatihan
didasarkan pada pengalaman peserta. Bukan pengalaman fasilitator semata.
2. Memadukan pengalaman antar peserta untuk mengembangkan pengalaman baru melalui
proses diskusi.
3. Menerapkan swa-belajar (self learning), artinya mengupayakan agar terjadi proses belajar
yang efektif dengan cara belajar masing-masing.
4. Mengarah pada penguasaan belajar (Mastery learning), artinya mengupayakan agar
peserta dapat menemukan cara belajar yang efektif.
5. Mengarah pada belajar pemahaman atau penghayatan (insightfull learning), artinya belajar
untuk proses menyadari, memahami dan menghayati, bukan untuk menghafalkan.
6. Mengembangkan perwujudan diri (self actualization), artinya mengupayakan peserta
untuk mau dan mampu menentukan dan menemukan dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya.
Secara praktis, kepribadian fasilitator yang berhasil berkaitan dengan sifat-sifat fasilitator
sebagai berikut:
1. Memiliki rasa humor yang akan digunakan untuk menghangatkan komunikasi.
2. Memakai bahasa yang mudah dimengerti.
3. Menghadapi peserta dengan cara yang luwes supaya suasana menjadi hangat dan akrab.
4. Memberikan waktu secukupnya untuk berfikir dan menjawab.
5. Mengungkapkan perasaannya sendiri untuk memancing peserta lebih terbuka.
6. Memperhatikan apa yang dirasakan dalam tubuhnya sendiri.
106
7. Memperhatikan pesan-pesan nonverbal para peserta yang diungkapkan dalam bahasa tubuh.
8. Selalu berpikiran positif terhadap seluruh peserta.
Beberapa pantangan bagi pelatih atau fasifitator yang ingin berhasil antara lain:
1. Jangan menilai pemikiran dan perasaan peserta.
2. Jangan ingin menolong peserta karena mereka akan menolong dirinya sendiri.
3. Jangan memakai kalimat-kalimat, seperti sebaiknya kamu......... atau seharusnya
kamu...........
4. Jangan memaksa peserta untuk tindakan apapun.
5. Jangan memberikan jawaban atas masalah-masalah para peserta. Cobalah mendorong
peserta untuk menemukan jawaban atas masalah mereka sendiri.
Perasa. Orang yang perasa sangat berorientasi pada manusia. Mereka begitu ekspresif dan
fokus kepada perasaan serta emosi. Mereka dapat menikmati pembelajaran yang penuh kasih
sayang dan cenderung ke arah pengalaman pembelajaran yang dapat menggali sikap-sikap dan
emosi manusia. Orang yang perasa dapat berkembang dengan cepat dalam lingkungan belajar
yang terbuka, tidak terstruktur dan menghargai kesempatan untuk bekerja di dalam kelompok
serta menyukai kegiatan-kegiatan yang memungkinkan bagi mereka untuk berbagi pendapat dan
pengalamannya.
Pengamat. Pengamat senang mengamati dan mendengarkan. Mereka cenderung menjadi
tidak ramah juga pendiam dan mereka akan menghabiskan waktunya sebelum bertindak atau
ikut serta mengambil bagian di dalam kelas. Ketika mereka memutuskan untuk memberikan
pendapat atau menjawab suatu pertanyaan, biasanya jawaban mereka tepat mengenai sasaran.
Mereka menikmati pengalaman pembelajaran yang memberi kebebasan kepada mereka untuk
memikirkan beragam ide juga pendapat.
Pemikir. Para pemikir mengandalkan logika dan penalaran. Mereka menyukai kesempatan
untuk membagikan ide dan konsep yang dimiliki. Mereka lebih memilih kegiatan yang meminta
mereka untuk melakukan analisis dan penilaian. Mereka akan menanyakan alasan dibalik kegiatan
dan akan menentang pernyataan-pernyataan yang mereka anggap terlalu umum atau tidak
berisi. Pemikir lebih memilih untuk bekerja secara mandiri dan menanyakan perlunya dilakukan
bermain peran dan simulasi.
Pelaksana. Pelaksana senang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka akan
memimpin dalam kegiatan kelompok dan cenderung mendominasi diskusi. Mereka menyukai
kesempatan untuk mempraktekkan hal-hal yang telah dipelajari, khususnya mengenai bagaimana
mereka dapat menerapkan hal-hal tersebut dalam dunia nyata. Mereka menyukai informasi yang
disampaikan secara jelas serta singkat dan mereka menjadi tidak sabar ketika diskusi semakin
berlarut-larut.
Ingat bahwa tidak ada satu pun gaya belajar yang benar atau bahkan lebih baik daripada gaya
belajar yang lain. Intinya adalah bahwa setiap orang belajar dengan cara yang berbeda. Agar
menjadi efektif, pelatih harus merancang program mereka sehingga dapat mencakup perbedaan-
perbedaan di antara gaya belajar. Kemungkinan besar, pelatih akan menggunakan gaya yang Ia
sukai. Meskipun menggunakan gaya yang paling membuat seseorang merasa nyaman adalah hal
yang wajar, para pelatih yang paling efektif akan belajar bagaimana caranya untuk menyesuaikan
gaya mereka terhadap kebutuhan semua peserta.
Kesan Perseptual
Sebagai tambahan terhadap gaya belajar, pelatih yang efektif harus mampu mengerti kesan-kesan
yang muncul ketika menggunakan perseptual yang berbeda-beda. Menurut M. B. James dan M.
W. Galbraith (1985), pembelajar mungkin memilih salah satu dari keenam kesan perseptual (cara
individu memperoleh dan mengolah informasi), tersebut:
108
Visual Video; film; grafik; foto; peragaan; metode dan media yang digunakan
dapat memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk memiliki
pengalaman belajar melalui penglihatan (mata).
Cetak Teks/bacaan; kertas dan pena untuk menulis; adalah metode yang
memungkinkan peserta untuk menyerap kata yang tertulis.
Pendengaran Ceramah; audiotape; metode yang memungkinkan peserta untuk
mendengar dengan sungguh-sungguh dan memperoleh informasi
melalui pendengaran (telinga).
Interaktif Diskusi kelompok; tanya-jawab; cara yang memberikan kesempatan
kepada peserta untuk berbicara dan saling bertukar pikiran, pendapat,
jawaban dengan peserta lain dalam kelompok.
Taktil Kegiatan yang menggunakan tangan, model bangunan, merupakan
metode yang meminta peserta untuk untuk memegang objek atau
meletakkan benda bersama-sama.
Kinestetik Bermain peran; permainan fisik dan kegiatan yang yang melibatkan
penggunaan keterampilan psikomotor dan pergerakan dari satu tempat
ke tempat lain.
Pembelajar dewasa lebih banyak masuk dalam kategori pembelajar dengan gaya visual
daripada gaya yang lain.
Bagaimanapun juga, pelatihan yang bagus dirancang dengan memadukan keenam
modalitas di atas. Untuk memastikan bahwa semua kebutuhan pesreta dapat dipenuhi. Kegiatan
yang berubah-ubah dengan tujuan menciptakan pembelajaran multi-sensoris mungkin akan
meningkatkan daya tarik bagi gaya setiap peserta. Pendekatan multi-sensoris tersebut juga
membantu setiap peserta dalam memperdalam pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan
melalui cara yang lebih mereka sukai.
Pada sisi yang lain, pembelajaran yang disampaikan dengan cara yang dapat melengkapi/
memenuhi modalitas/gaya pembelajar adalah yang paling disukai oleh peserta. Sebagai contoh,
mari peserta cermati rancangan pelatihan untuk beberapa kelompok orang dalam menggunakan
komputer pribadi. Pelatih memasukkan gambar-gambar pada layar komputer, menjelaskan apa
yang sebaiknya dilihat oleh peserta ketika menemukan tanda tertentu. Pelatih juga mempraktekkan
bagaimana cara melakukan fungsi tertentu dalam komputer (visual). Rancangan pelatihan
tersebut menyediakan bahan-bahan cetak sebagai buku pedoman dan bahan untuk ujian/
tugas mandiri. Dengan kata lain, berkaitan dengan penerapan (cetak). Untuk pengulangan dan
penguatan, pelatih menyiapkan audiotape (pendengaran/aural). Selama sesi pelatihan, pelatih
menyediakan banyak kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
jawaban terhadap suatu pertanyaan (interaktif). Tentu saja desain pelatihan tersebut menyediakan
kesempatan bagi peserta untuk menggunakan komputer tersebut (merupakan aplikasi metode
taktil). Terakhir, pelatih akan mengadakan kegiatan simulasi yang akan meminta peserta untuk
membuat dokumen yang berkaitan dengan keadaan dunia kerja yang sesungguhnya seperti
selebaran, laporan, grafik, dan lain-lain (kinestetik).
Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah bahwa secara umum manusia
belajar dengan melakukan, bukan dengan diberitahu bagaimana cara melakukan sesuatu.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 109
Sebagai contoh, seseorang lebih cepat mempelajari bagaimana caranya bisa sampai ke suatu
lokasi dengan mengendarai mobil, daripada mengamati cara untuk sampai ke lokasi dengan
posisi dia sebagai penumpang.
Jadi semakin banyak kesempatan bagi seseorang untuk mencoba atau menerapkan
suatu keterampilan, semakin besar kemungkinan dia mempelajari keterampilan tersebut.
Bercerita bukan mengajar atau melatih. Berapa kali Anda berkata kepada diri Anda sendiri,
Saya sudah mengatakan kepada dia bagaimana cara melakukannya, tapi mengapa dia masih saja
keliru? Hanya dengan mengatakan kepada orang lain bagaimana cara mengerjakan sesuatu
tidak berarti bahwa dia memahami dan telah memiliki keterampilan untuk mengerjakannya.
Psikologis. Beberapa orang lebih memilih gambaran besar, sedangkan orang lain menginginkan
proses setahap demi setahap.
Lingkungan. Suara, cahaya, suhu, dan susunan tempat duduk bisa berdampak terhadap
pembelajaran. Sebagai contoh, duduk di atas kursi yang keras untuk beberapa jam akan
menimbulkan stres terhadap tubuh, serta mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
berkonsentrasi.
Emosi. Motivasi peserta untuk mengikuti sesi pelatihan akan mempengaruhi proses pembelajaran.
Mereka yang mengikuti sesi karena mereka menginginkannya lebih besar kemungkinannya
untuk memperoleh pengalaman belajar yang positif daripada mereka yang mengikuti sesi karena
diminta ikut oleh para supervisor atau atasannya.
Sosiologis. Manusia adalah makhluk sosial. Meskipun beberapa orang dapat belajar dengan lebih
baik ketika sendirian, penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang belajar dengan lebih
baik dan memperoleh kepuasan yang lebih besar melalui pengalaman belajar yang melibatkan
mereka dalam kelompok kecil atau berpasangan.
Fisik. Kondisi fisik seseorang, termasuk pendengaran, melihat, kesehatan secara umum, dan
tingkat energi, mempengaruhi kemampuan mereka dalam belajar. Sebagian besar orang memiliki
energi yang lebih sedikit di sore hari. Pelatih sebaiknya mengingat hal ini ketika merancang dan
mengembangkan program-pragram.
Intelektual dan Pengalaman. Mereka yang mengikuti sesi pelatihan memiliki beragam latar
belakang pendidikan, pengalaman hidup, kecerdasan, dan kemampuan. Itulah alasannya betapa
pentingnya memiliki sebanyak mungkin informasi mengenai peserta sebelum mereka mengikuti
sesi pelatihan.
Usia. Salah satu isu yang sering muncul dalam pelatihan bagi pelatih (train-the-trainer) dan kursus
melatih (coaching course) berhubungan dengan dampak usia terhadap proses pembelajaran. Para
pelatih sering mengatakan bahwa pekerja yang berusia lebih tua biasanya lebih lambat dan lebih
sulit untuk dilatih.
Pembelajar muda versus pembelajar tua
pembelajar muda lebih efisien dalam menghafalkan informasi
pembelajar tua lebih mampu menilai dan menerapkan informasi.
110
Yang perlu diperhatikan adalah makna belajar yang dimiliki oleh pembelajar. Pembelajar
dewasa adalah orang dewasa yang terus menerus belajar selama hidupnya. Orang dewasa
memiliki potensi untuk melanjutkan pembelajarannya dan melakukan intropeksi diri secara
mendalam ketika mereka berhadapan dengan kegagalan. Perlu diakui bahwa perubahan fisik
turut mengambil bagian dalam proses pembelajaran. Sepanjang usia peserta, mungkin peserta
mengalami kehilangan beberapa kemampuan untuk mendengar, tingkat energi yang makin
menurun, dan waktu reaksi yang kian melambat. Faktor-faktor tersebut sebaiknya menjadi
bahan pertimbangan; TAPI, faktor tersebut sebaiknya tidak dianggap sebagai bukti bahwa
orang yang lebih tua lebih lambat atau memiliki kesulitan yang lebih besar dalam belajar.
Beban Kognisi
Diibaratkan seperti spon, otak peserta menyerap pengetahuan dan informasi. Saat spon tersebut
penuh, maka air yang baru ditambahkan tidak akan terserap oleh spon itu. Sebagaimana spon yang
telah penuh tersebut, seorang pembelajar dapat memiliki beban kognisi dalam memorinya.
Tantangan bagi pelatih adalah agar menyampaikan informasi melalui cara yang tidak membuat
peserta merasa terbebani.
Masalah Perbedaan
Hal yang paling penting untuk diingat adalah bahwa Anda melatih individu yang sewaktu-
waktu akan menjadi kelompok. Sebelum Anda sepakat dengan suatu desain khusus dan
mempertimbangkannya, mari lihat beberapa masalah perbedaan.
Walaupun banyak kategori perbedaan yang ada dalam sesi pelatihan, mari fokus pada perbedaan
yang memberikan dampak terbesar terhadap suasana pelatihan.
Perbedaan Usia
Seperti diketahui bahwa kemampuan untuk belajar tidak berkurang seperti usia. Ada yang
percaya bahwa seseorang yang telah berusia empat puluh tidak dapat belajar keterampilan
yang baru. Empat puluh adalah sebuah angka yang dengan semena-mena memisahkan pekerja
yang lebih muda dari pekerja yang lebih tua. Pelatih membuat pernyataan seperti, pekerja
yang lebih tua tidak dapat menangkap dengan cepat atau orang yang lebih tua tidak dapat
beradaptasi dengan perubahan. Banyak orang yang berusia di atas empat puluh membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mempelajari kemampuan yang baru, terutama dikarenakan mereka
harus meninggalkan terlebih dahulu cara yang biasa mereka lakukan. Pekerja yang lebih muda
telah tumbuh bersama komputer dan video game, tentu saja, akan ditemukan lebih mudah dalam
mempelajari sistem komputer yang baru dan program perangkat lunak daripada rekan kerja
mereka yang lebih tua yang belajar dengan menggunakan mesik ketik dan kertas karbon.
112
Salah satu penghalang terbesar bagi pekerja yang lebih tua dalam mempelajari keterampilan
baru adalah menurunnya kepercayaan diri atau ketakutan untuk gagal, yang diciptakan, sebagian,
oleh mitos masyarakat dan stereotip mengenai usia. Oleh karena itu tantangan pertama dari
pelatih adalah untuk membangun kepercayaan diri peserta yang lebih tua dengan memberi
mereka harapan. Pembelajaran langsung lebih penting untuk usia empat puluh tahun ke atas,
sebaik menggunakan materi dan metode yang secara langsung berpusat pada pekerjaan mereka
dan relevan dengan situasi kerja peserta. Karena orang yang lebih tua mengalami penurunan
kemampuan pengelihatan dan pendengaran, pelatih harus memperhatikan pengaturan ruangan,
pencahayaan, dan menggunakan hasil cetak alat bantu visual yang lebih besar dan begitu juga
pada buku kerja peserta.
Orang yang berusia empat puluh tahun dan di atasnya lebih tertarik menerima pelatihan
yang relevan, terutamanya dapat diaplikasikan, dan bentuk yang lebih mudah diserap. Peserta
di atas usia empat puluh tahun terburu-buru untuk belajar. Mereka sadar bahwa mereka harus
melanjutkan dan, pada beberapa kasus, menangkap urutannya agar mampu bertahan menghadapi
saat sekarang, tekanan yang tinggi, dan perubahan lingkungan kerja yang cepat.
Perbedaan budaya
Belajar membuat pengalaman dan latar belakang dari setiap peserta menjadi nilai tambah dalam
pelatihan, dengan tanpa melihat topiknya. Anda memiliki tanggung jawab untuk memahami
dan menemukan kebutuhan pembelajaran dimana pengalaman dan kerangka acuan yang ada
114
dapat saja berbeda dengan Anda. Ciptakan kesempatan bagi peserta dari latar belakang yang
berbeda untuk saling belajar satu sama lain dengan cara bekerja bersama dalam pengalaman
yang tersusun.
Poin Kunci
Keragaman masalah berdampak pada desain, pengembangan, dan pelaksanaan
pelatihan.
Pelatih bertanggung jawab untuk menciptakan suasana pembelajaran yang bebas resiko
dan bebas prasangka.
Seorang pelatih yang efektif adalah orang yang sadar dan peka terhadap masalah
keberagaman.
Metode hendaknya merefleksikan keragaman peserta.
Perilaku pelatih dapat berdampak pada reaksi peserta.
Dilengkapi dengan pengetahuan prinsip pembelajaran dewasa, gaya pembelajaran, dan masalah
keragaman, sebaik Anda memahami diri Anda sendiri sebagai pelatih, langkah Anda selanjutnya
adalah untuk mengembangkan maksud khusus, yang adalah, hasil pembelajaran untuk program
pelatihan Anda.
116
TAKSONOMI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Pendahuluan
Setiap kegiatan instruksional dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa
perubahan tingkah laku pembelajar. Tanpa adanya tujuan instruksional yang jelas, pelatihan akan
menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif. Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran
yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi
para pelatih. Dengan pemahaman ini, pelatih dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas
capaian tujuan instruksional materi pelatihan pada berbagai kawasan belajar: kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Taksonomi pada dasarnya merupakan usaha pengelompokkan berdasarkan ciri-ciri
tertentu. Sebagai contoh, taksonomi bidang ilmu fisika menghasilkan pengelompokkan benda ke
dalam benda cair, padat dan gas. Taksonomi dalam bidang botani mengelompokkan tumbuhan
berdasarkan karakteristik tertentu, misalnya kelompok tumbuhan ber-sel satu dan tumbuhan
ber-sel banyak.
Taksonomi tujuan instruksional diperlukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
1. Perlu adanya kejelasan terminologi tujuan yang digunakan dalam tujuan instruksional
sebag tujuan inatruksional berfungsi untuk memberikan arah kepada proses belajar dan
menentukan perilaku yang dianggap senagai bukti hasil belajar.
2. Sebagai alat yang akan membantu pealtih dalam mendeskripsikan dan menyusun tes,
teknik penilaian dan evaluasi
A. Menurut BLOOM
Taksonomi Bloom sangat dikenala di Indonesia, bahkan tampaknya paling terkenal
dibandingkan dengan taksonomi lainnya. Taksonomi Bloom mengelompokkan tujuan
kognitif ke dalam enam kategori. Ke-enam kategori tersebut mencakup kompetensi
keterampilan intelektual dari yang sederhana (tingkat pengetahuan) sampai tingkat
yang paling kompleks (tingkat evaluasi). Ke-enam kategori ini diasumsikan bersifat
hirarkis. Artinya tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai hanya jika tujuan pada level
sebelumnya telah dikuasai.
Cognitive
Evaluation
domain
Synthesis
Analysis
Application
Comprehension
Knowledge
118
Penjelasan:
1. Pengetahuan
Pembelajar dituntut untuk mampu mengingat informasi yang telah diterima
sebelumnya. Misalnya: fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah, dan
sebagainya.
Contoh kata kerja yang mewakili kelompok ini: mengidentifikasi, memilih,
menyebutkan nama, membuat daftar.
2. Pemahaman
Berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan/informasi
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan
untuk menterjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan
kata-kata sendiri. Kata kerja dalam kelompok ini: membedakan, menjelaskan,
menyimpulkan, merangkum, memperkirakan.
3. Penerapan
Merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Kata kerja yang
termasuk dalam kategori ini: menghitung, mengembangkan, menggunakan,
memodifikasi, mentransfer.
4. Analisis
Merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisah dan membedakan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa
atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada
tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini pembelajar diharapkan untuk menunjukkan
hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut
dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh kata kerja dalam
kategori ini: membuat diagram, membedakan, menghubungkan, menjabarkan
ke dalam bagian-bagian.
5. Sintesis
Dalam level ini pembelajar dituntut untuk mampu mengkombinasikan bagian atau
elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis satu essai
adalah contoh dari sintesis. Pembelajar harus melihat berbagai aspek sosial, budaya
dan ekonomi dalam kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan atau sistem
keagamaan. Contoh kata kerja operasional: membuat kritik, membuat penilaian,
membandingkan, membuat evaluasi.
B. Menurut GAGNE
Gagne mengelompokkan tujuan belajar ke dalam lima kategori kemampuan (kompetensi).
Gagne mendasarkan teorinya pada teori belajar behaviorisme dan kognitivisme. Belajar
terjadi dalam suatu kegiatan yang telah dikondisikan, melalui pemberian penguatan atas
perilaku tertentu, menghubungkan satu respon dengan respon yang lain, dan membuat
asosiasi verbal sederhana. Proses menghubungkan respond dan membuat asosiasi verbal ini
Intelektual Skills
Cognitive Strategy
Verbal Information
Attitude
Motor Skills
C. Taksonomi Merrill
Merrill mengembangkan apa yang disebut sebagai component display theory (CDT).
Taksonomi ini lebih lengkap dari taksonomi yang dibuat Gagne. CDT lebih cocok untuk
desain yang sifatnya mikro, misalnya untuk mengajarkan satu gagasan, satu konsep atau
rumus. Contoh: organisasi dan manajemen, atau evaluasi hasil dan proses belajar. CDT
mengklasifikasikan tujuan ke dalam dua dimensi yaitu tingkat perilaku dan jenis materi
yang masing-masing dibagi lagi ke dalam aspek yang lebih spesifik.
Kategori perilaku dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:
Mengingat
Adalah perilaku yang berhubungan dengan ingatan untuk dapat mengenali atau
menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima.
Menggunakan
Mengharapkan pembelajar untuk menerapkan suatu abstraksi (prinsip, rumus) dalam
suatu situasi yang spesifik.
Menemukan
Adalah perilaku yang menuntut pembelajar untuk menciptakan sesuatu atau membuat
kesimpulan.
Disamping kategori perilaku, pelatih juga perlu mempertimbangkan kategori jenis
materi:
Fakta
Biasanya dihubungkan dengan informasi seperti nama orang, tanggal atau perisitiwa,
nama temapt atau symbol yang digunakan untuk benda-benda atau konsep tertentu.
Contoh: menyebutkan bagian-bagian mata.
Konsep
Merupakan kelompok benda, peristiwa atau symbol yang mempunyai karakterisitik yang
sama, atau diidentifikasi menggunakan nama yang sama. Contoh: menjelaskan ciri-ciri
yang membedakan system demokrasi dan otokrasi.
Prosedur
Merupakan susunan langkah-langkah yang diperukan untuk mencapai suatu tujuan,
mengatasi suatu masalah atau menghasilkan suatu produk. Contoh: menyebutkan
langkah-langkah untuk menyusun proposal penelitian.
122
Prinsip
Merupakan penjelasan atau prediksi tentang hubungan sebab akibat atau hubungan
korelasional. Contoh: menjelaskan keterkaitan antara perubahan suhu global dengan
produksi pangan.
Menurut CDT tujuan instruksional dapat diklasifikasikan ke dalam matrik perilaku-
materi. Berikut beberapa contoh-contohnya:
Mengingat Fakta
menyebutkan rumus kimia air
menyebutkan rumus luas lingkaran
Mengingat Konsep
menyebutkan karakteristik hubungan industrial Pancasila
menjelaskan apa yang dimaksud dengan penguatan positif
Menggunakan Konsep
mengidentifikasi paragraph yang menjadi klimaks suatu ceritera
menganalisis suatu kasu hubungan karyawan dengan pemilik modal
Menggunakan Prosedur
mendemonstrasikan prosedur pembuatan telur asin
menyusun instrumen pelatihan dengan menggunakan prosedur yang sistematis
124
Pengenalan
Dalam level ini, pembelajar diharapkan untuk mengenal, bersedia menerima dan
memperhatikan berbagai stimulus. Pembelajar bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau
memperhatikan saja. Melihat perbedaan penggunaan warna, dalam mendesain pakaian atau
cara pandang seorang terhadap suatu masalah termasuk dalam tujuan kelompok ini. Contoh
kata kerja operasional: mendengarkan, menghadiri, melihat, memperhatikan.
Pemberian respon
Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem
nilai, lebih daripada sekedar pengenalan saja. Dalam hal ini, pembelajar diharapkan untuk
menunjukkan perilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan
tanggapan secara sukarela bila diminta. Kata kerja operasional: mengikuti, mendiskusikan,
berlatih, berpartisipasi, mematuhi.
Penghargaan terhadap nilai
Penghargaan terhadap suatu nilai merupakan perasaan, keyakinan atau anggapan bahwa
suatu benda, gagasan atau cara berpikir tertentu mempunyai nilai (worth). Dalam hal ini
pembelajar secara konsisten berperilaku sesutu nilai ubunganmeskipun tidak ada pihak lain
yang meminta atau mengharuskan. Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain. Kata kerja
operasional: memilih, meyakinkan, bertindak, mengemukakan pendapat.
Pengorganisasian
Pengorganisasian menunjukkan saling keterhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam sistem
nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang
lain. Dalam hal ini pembelajar menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Pembelajar
diharapkan untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem
nilai, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai tersebut. Kata kerja operasional:
memilih, memutuskan, memformalisasikan, membandingkan, membuat sistematisasi.
Pengamalan
Pengamalan berhubungan dengan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian
nilai-nilai ke dalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang
konsisten dengan sistem nilai tersebut. Pada tingkat ini pembelajar bukan saja telah mencapai
perilaku-perilaku pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-
nilai tersebut ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan. Filsafat hidup
tersebut merupakan bagian dari karakter. Contoh kata kerja operasional: menunjukkan sikap,
mendemontrasikan, menghindari
Salah satu aspek tersulit dalam peranannya sebagai pelatih adalah mengatasi ketegangan yang
muncul sebagai konsekuensi dari pekerjaan itu. Anda mungkin stres, entah itu dikarenakan Anda
orang baru yang sedang menjalani rangkaian pelatihan untuk pertama kalinya atau Anda adalah
seorang asisten dari pelatih yang berpengalaman.
Apa jenis masalah yang biasa dihadapi oleh pelatih dan bagaimana mengatasinya?
Jawaban yang akan terlihat ialah kebanyakan para pelatih kurang berkonsentrasi selama
mempelajari materi ketimbang pada saat mereka mempersiapkan diri untuk tampil di depan
kelompok dan menyampaikan materi dengan cara yang koheren dan efektif.
Di bawah ini akan dikemukakan ketakutan-ketakutan biasa dihadapi dengan beberapa metode
yang disarankan untuk menghilangan atau menguranginya.
a. Drying up
Ketakutan
Drying up atau melupakan apa yang akan Anda katakan merupakan kecemasan universal.
Efek
Efeknya membuat pikiran menjadi kosong dan menghilangkan pokok dari apa yang telah
dibicarakan.
Dalam prakteknya efek drying up jarang terlihat jelas pada kelompok seperti yang terjadi pada
pelatih. Efek adrenalin pada jam biologis mempercepat semua hal yang dilakukan.
Solusi
Jaga catatan Anda supaya tetap jelas layaknya jala keselamatan
Tetap tenang
Berhenti, jeda, melihat catatan, atau
Ulangi kalimat terakhir Anda (seolah-olah penambahan keterangan lebih lanjut)
sementara Anda mencari tempat, atau
Mintalah kelompok bertanya, contoh. Apakah sudah jelas?, Adakah seseorang yang
mau memberikan contoh untuk hal ini?
b. Kurang Kredibilitas
Ketakutan
Keyakinan bahwa semua orang lebih tahu daripada Anda. Seseorang akan menanyakan hal
yang aneh atau kelompok akan memperhatikan Anda.
Efek
Mengurangi kepercayaan diri dan meningkatkan ketidaktegasan pelatih.
Modul III - Dasar-dasar Pelatihan | 127
Cara terbaik untuk mengatasi hilangnya kredibilitas adalah memastikan bahwa tidak ada satu-
satunya. Hal ini bukan berarti berpura-pura, tetapi mengambil langkah untuk memperbaiki
pengetahuan sebelumnya yang tidak seimbang.
Solusi
Carilah level pelatihan yang pernah diikuti peserta sebelum pelatihan ini.
Membaca keseluruhan pokok persoalan dan tidak hanya satu bab di depan.
Pikirkan pertanyaan yang mungkin akan muncul sebelumnya. Pertanyaan tertentu akan
timbul dalam setiap pelatihan.
Memikirkan bagaimana Anda dapat tetap merespon pertanyaan yang mungkin tidak
Anda ketahui jawabannya. Pertanyaan yang bagus. Saya akan mencari jawabannya setelah
pelatihan ini dan akan segera memberitahu Anda jika saya sudah menemukannya.
Berbicara kepada mereka yang sudah berpengalaman sebelum pelatihan dimulai atau
carilah pertolongan dari yang hadir pada saat itu. Joe, kamu sudah pernah menggunakan
sistem yang baru ini; adakah masalah yang kamu temui?
d. Pengalihan
Ketakutan
Membayangkan akan ada seseorang dalam kelompok yang akan mengganggu konsentrasi
Anda. Kebanyakan kasus adalah di mana para teman atau manajer tergabung dalam kelompok
pelatihan.
Efek
Menjadi takut karena terlihat bodoh di depan orang banyak yang ingin Anda kesankan.
Solusi
Solusinya tidak dengan menghindari kontak terhadap orang itu atau tidak berbicara
langsung dan mengabaikan sisa kelompok yang lain, tapi berusahalah bersikap
128
sebiasa mungkin.
Ketika kehadiran mereka seolah terasa menghambatmu, bayangkan mereka seolah-
olah sedang duduk dalam kamar mandi atau hanya memakai kaos kaki pada satu
pergelangan kaki mereka.
e. Switching off
Ketakutan
Mengkhawatirkan kelompok akan merasa bosan atau tidak akan merespon
Efek
Mencemaskan bahwa kelompok akan kehilangan ketertarikan mereka dan menjadi malas.
Memang sulit memikirkan hal tersebut, setiap orang dalam kelompok menginginkan Anda
sukses. Tak seorangpun yang datang mengikuti pelatihan dengan harapan akan merasa
bosan.
Solusi
Pikirkanlah kebutuhan kelompok terlebih dahulu
Sudahkah Anda memberikan istirahat yang cukup atau merubah cara dan gaya
penyampaian?
Akankah alat peraga visual memberikan stimulasi dan klarifikasi yang lebih besar?
Adakah kesempatan yang lebih banyak lagi untuk berpartisipasi, umpan balik atau
berinteraksi?
g. Kehilangan informasi
Ketakutan
Terlalu fokus untuk menghafalkan materi dalam jumlah yang banyak.
h. Orang-orang baru
Ketakutan
Bertemu dengan ketakutan tetap terhadap orang-orang baru.
Efek
Jika bertemu dengan orang baru menjadi suatu ketakutan lebih dibandingkan kecemasan
biasa, Anda tidak akan merasa nyaman menjalani serangkaian pelatihan pelatihan yang ada.
Di samping itu, banyak pelatih merasa ragu-ragu bercampur takut sebelum bertemu dengan
orang pada saat pelatihan.
Solusi
Sediakan waktu sebelum pelatihan untuk menemui orang-orang yang baru itu lebih awal,
tanyakan nama dan latar belakang mereka dan ingatlah. Jika ini Anda merasa cocok,
berbincang-bincanglah dengan mereka pada saat break sebelum pelatihan dimulai tapi jika
tidak, sedikitnya temui mereka secara langsung saat jeda dalam ruang pelatihan dan bantu
mereka untuk berberes. Bertemu dan berbincang sebelum pelatihan akan membantu Anda
membuktikan bahwa mereka hanya orang biasa dan akan membantu Anda menjalin rapport
dari permulaan.
a. Gemetar (shaking)
Efek
Tangan dan lutut gemetaran
Solusi
Hindari kecemasan atau mengulang-ngulang gerak tubuh.
Gunakan kartu indeks sebagai catatanmu bukan kertas, yang akan terlihat ketika
Anda sedang merasa cemas.
130
b. Berdebar-debar
Efek
Disebabkan oleh detak jantung yang cepat dan nafas yang pendek.
Solusi
Perlambat diri Anda sebelum mengambil nafas yang dalam dan hitung tiap satu dari tiga
hitungan sebelum exhaling.
c. Pusing-pusing
Efek
Dapat disebabkan karena bergerak terlalu cepat atau berdiri terlalu lama pada satu tempat.
Solusi
Duduklah, usahakan tetap menjaga oksigen di sepesertar dengan menekuk dan meluruskan
kembali jari-jari kaki dalam sepatu Anda.
d. Bibir kering
Efek
Kekurangan air liur (saliva) dalam bibir untuk melumasi lidah.
Solusi
Saran yang paling sering diberikan adalah meminum seteguk air. Hindari makanan yang
manis atau mint yang bisa menghambat pernafasanmu.
Gigit pinggiran lidah Anda. Ini akan mengurangi kelebihan saliva dan membantu untuk
meminyaki bibir. Ini sebaiknya tidak diulangi terlalu keras atau terlalu sering atau akan
menyebabkan lidah Anda pecah-pecah.
e. Bibir basah
Efek
Pengeluaran berlebih air liur (saliva) yang disebabkan oleh berbicara terlalu cepat dan tidak
memberi kesempatan untuk menelan air liur tersebut.
Solusi
Perlambat kecepatan bicara. Ambil nafas pelan ditiap akhir kalimat atau topik. Pada waktu
jeda yang sesuai, tempatkan lidah Anda di belakang rahang gigi atas (seperti mengucap huruf
T dan D) dan hisap udara dengan gigi yang dikertakkan. Ini akan mengeringkan saliva
yang berlebih yang menyebabkan ini menempel pada langit-langit bibir Anda.
132
Cegahlah peserta yang dominan, misalnya, Anda sudah mendapat kesempatan, sekarang
lebih baik dengar peserta yang lain, apakah mereka ingin menambahkan sesuatu atau ada
hal lain yang ingin disampaikan.
Perhatikan dinamika kelompok.
Jangan terburu-buru.
Metode dan Trik
Luangkan waktu untuk berkenalan satu sama lain.
Gunakan ice-breakers.
Sepakati norma kelompok.
Tekankan bahwa setiap pertanyaan adalah pertanyaan yang baik, tidak ada pertanyaan
yang bodoh atau buruk.
Tekankan bahwa setiap orang punya hak untuk mengerti.
Dorong orang untuk merefleksikan tingkat dan tipe partisipasinya.
Bekerjalah dengan kelompok kecil, dan monitor dinamika di dalam kelompok kecil,
cobalah buktikan bahwa menggabungkan orang yang dominan dengan yang tidak
dominan, adalah benar. Kadang kala, cara yang baik adalah menggabungkan semua
orang yang dominan menjadi satu kelompok.
Bentuklah kelompok yang lebih kecil, yang homogen.
Dorong kelompok untuk merefleksikan penampilan kelompoknya
Selama kerja kelompok:
Alokasikan waktu untuk mendiskusikan bagaimana seharusnya seorang fasilitator yang
baik, seperti: berorientasi pada proses bukan output; tidak berorientasi pada materi yang
didiskusikan tapi mendukung pada proses dalam kelompok.
Tunjuk peserta yang kira-kira bisa menjadi fasilitator dan bukannya pimpinan rapat.
Dorong peserta untuk bergiliran menjadi presenter atau orang yang menyampaikan hasil
diskusi kelompok.
134
3. Beberapa pengelompokan mungkin dilakukan sebelum memastikan jumlah yang
sebenarnya diperlukan.
Bagian dari keseluruhan
1. Siapkan bagian potongan dari suatu gambar keseluruhan, contohnya potongan bagian-
bagian berbeda dari satu pohon, seperti daun, bunga dan buah. Jumlah potongan harus
sejumlah kelompok yang diperlukan.
2. Bagikan potongan tersebut kepada peserta.
3. Minta mereka untuk menuliskan nama mereka pada potongan tersebut.
4. Minta peserta yang memegang bagian yang sama dari pohon untuk berkumpul bersama
(misalnya mereka yang membawa potongan bagian buah).
Variasi: siapkan potongan pohon sebanyak jumlah kelompok yang Anda perlukan contohnya
buah, bunga, daun, bayangan dan lain-lain. Lakukan prosedur yang sama tetapi minta peserta
yang membawa bagian dari pohon yang sama untuk berkumpul (misalnya bisa saja pohon
mangga berkumpul di tengah dan seterusnya).
Bagian dari puzzle
1. Pilih sejumlah gambar, lukisan atau kartun (lebih baik yang berhubungan dengan
topiknya) sebanyak jumlah kelompok yang akan dibuat.
2. Potong gambar menjadi empat atau enam bagian tergantung pada jumlah orang yang
diinginkan untuk setiap kelompok.
3. Kocok potongan-potongan tersebut dan bagikan kepada semua peserta. Setiap orang
mengambil satu potongan.
4. Katakan kepada peserta bahwa potongan tersebut adalah bagian dari beberapa puzzle
dan mereka harus mencari kelompoknya dengan mencari potongan yang hilang.
5. Satu variasi adalah menggunakan cara ini untuk musim tertentu dalam satu tahun
contohnya menggunakan kartu valentin, natal atau ulang tahun.
Reuni keluarga
1. Siapkan empat atau lima kelompok kartu dengan nama keluarga seperti Ibu Petani,
Bapak Petani, Saudara Perempuan Petani, dan Saudara Pria Petani. Pergunakan profesi
yang lain seperti keluarga Guru, keluarga Bankir, keluarga Nelayan.
2. Berikan setiap peserta sepotong kertas tertulis dengan nama-nama anggota keluarga,
dan sebutkan Reuni Keluarga. Pada saat pengumuman ini setiap orang harus berusaha
membentuk satu kelompok keluarga dengan berusaha menemukan anggota keluarga
mereka yang lain.
3. Setelah setiap keluarga terbentuk minta mereka untuk berlaku seperti halnya profesi
mereka dan minta kelompok lain untuk menebaknya.
Afinitas (membentuk pasangan)
Berikan kepada setengah anggota kelompok, satu kata dengan afinitas dan separuh yang
lainnya kata yang lain seperti: Garam dan Merica Ham dan Telur, Ying dan Yang, Lubang
kunci dan Kunci, Petir dan Kilat, Sabun dan Air, Roti dan Mentega, Sendok dan Garpu,
Pena dan Tinta, Sikat dan Sisir, Cahaya dan Kegelapan, Baik dan Buruk, Cangkir dan Piring,
136
STRATEGI PELATIHAN
Suatu strategi pelatihan selalu didasarkan pada sejumlah asumsi. Jelaskan, bagaimana peserta
bisa mencapai tujuan pelatihan, dengan menggunakan kegiatan atau metode yang sesuai dengan
kelompok yang dilatih, dengan mempertimbangkan konteks dan sumberdaya yang tersedia.
Dengan kata lain, suatu strategi pelatihan menentukan bagaimana peserta menyusun program
pelatihan untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan pelatihan yang sudah diidentifikasi.
138
MENGEMBANGKAN AGENDA PELATIH
Mengapa peduli?
Tujuan agenda pelatih adalah untuk membuat satu rencana utama atau master plan. Agenda
pelatih adalah alat yang sangat praktis karena Anda akan memiliki gambaran yang jelas, sehingga
memungkinkan Anda untuk:
1. Memeriksa apakah pelatihan memiliki satu alur logis dalam periode minggu dan hari
2. Memeriksa apakah tujuan pelatihan tercapai dalam waktu yang disediakan
3. Menilai variasi metode pelatihan
4. Menilai apakah pembagian waktu sesi-sesi cukup layak atau tidak
5. Berbagi rancangan Anda dengan kelompok inti, menerima umpan balik dan
meningkatkannya
6. Berbagi rancangan dengan co-pelatih dan narasumber, sehingga mereka bisa menyiapkan
diri dengan lebih baik.
140
bagi pembelajar, kerangka utama akan membantu untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan apa yang mereka pelajari dari hari ke hari. Pendekatan pengurutan
yang biasa dilakukan adalah:
dari umum ke spesifik.
dari kongkrit ke abstrak.
dari yang diketahui ke yang tidak diketahui.
dari sederhana ke yang lebih kompleks.
mengikuti satu organisasi atau proses logis yang sudah ada; sebagai contoh adalah
siklus perencanaan projek.
mengikuti aturan penampilan pekerjaan; sebagai contoh membuat satu pembibitan.
3. Bagi topik-topik mengikuti alur umum berdasarkan waktu yang disediakan untuk pelatihan.
Sebagai contoh jika itu adalah pelatihan tiga minggu, bagi topik-topik selama tiga minggu
dengan cara yang logis. Kemudian bagi topik-topik berdasarkan hari dalam setiap minggu,
sampai akhirnya bagi topik-topik dalam setiap hari menjadi sesi-sesi.
4. Tulis waktu, topik-topik, tujuan dan bahan-bahan untuk setiap sesi dalam satu agenda pelatih.
5. Ulas dan lebih baik lagi diskusikan agenda pelatih pertama Anda untuk memastikan bahwa:
Programnya tidak berlebihan.
Mempertimbangkan hari dan minggu pelatihan: periode istirahat setelah makan
siang, hari keempat dalam minggu, perasaan Jumat sore dan lain-lain.
Kesempatan untuk humor dan bergembira disertakan seperti icebreakers, pembuka,
kesenian, musik, teka-teki, permainan dan pergerakan.
Aktifitas yang lebih mengancam (permainan peran, fish bowls, dan tipe-tipe energizers
tertentu) jangan diletakkan di awal program.
Dukungan bahan untuk setiap sesi, seperti lembar kerja, instrumen, dan kuis untuk
memeriksa pemahaman.
4. Setelah Anda puas dengan alur secara umum, maka sekarang waktunya untuk mengisi
setiap sesi dengan lebih detil. Tulislah waktu yang diperlukan, apa topiknya, apa tujuannya,
dan bahan-bahan yang diperlukan untuk setiap sesi. Anda bisa menggunakan format pada
halaman selanjutnya.
5. Tulis alur agenda Anda pada flipchart agar bisa dibahas oleh anggota tim fasilitator yang lain,
atau oleh reviewer yang Anda undang.
Agenda Pelatih
Hari: _______________
142
DAFTAR PERIKSA UNTUK PENILAIAN
MERANCANG DAN MENULIS RENCANA SESI
Kenapa peduli?
Karena Anda akan segera melaksanakannya, hal ini adalah usaha sebenarnya untuk menulis
rencana sesi (yang baik). Karenanya sangat baik untuk mewujudkan rencana sesi Anda sebagai
batu pembangun pelatihan Anda. Selama Anda hanya mengajar Anda tidak memerlukan rencana
sesi, transparansi saja cukup. Tetapi, jika Anda ingin menjalankan acara pelatihan partisipatori
maka Anda benar-benar memerlukannya karena persiapan dan pelaksanaan menjadi jauh lebih
kompleks. Rencana sesi membantu Anda untuk:
memeriksa apakah sesi mengikuti satu alur logis tertentu.
memeriksa kelayakan waktu.
terhindar dari kelupaan untuk mempersiapkan segala sesuatu.
terhindar dari kelupaan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu selama sesi.
memberitahu sesi Anda kepada pelatih atau narasumber lain.
mendapat umpan balik.
mengembangkan sesi Anda.
mendokumentasikan pelatihan Anda.
144
MODUL IV
Tujuan
Pada akhir sesi ini, peserta:
dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang mereka kenal dengan teknik
bola salju
dapat memilih beberapa metode yang ingin dipraktekkan
Bahan
Post-it, selotip/double tip
Waktu
240 menit (dibagi dalam 2 sesi)
Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa selama sesi ini peserta akan berbagi tentang semua
metode pelatihan yang mereka ketahui dan memilih beberapa diantaranya untuk
mereka praktekkan nantinya. Dengan teknik snowballing (bola salju) peserta berbagi
pengalaman mengenai menggunakan berbagai metode pelatihan.
2. Undang setiap peserta untuk menulis sebanyak mungkin metode pelatihan yang dapat
mereka ingat pada papan tulis.
3. Minta peserta untuk berpasangan, menjelaskan tentang apa yang mereka tulis dan jika
diperlukan saling menjelaskan tentang metode ini sebelum menuliskannya pada post-it
yang terpisah.
4. Mintalah peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari empat orang. Mereka
diminta untuk menyiapkan sebuah daftar metode.
5. Akhirnya minta mereka membentuk kelompok 10 orang, kemudian minta mereka
untuk menyepakati sebuah daftar yang tersusun serta memilih tiga metode yang
mereka suka untuk dipraktekkan (metode yang akan mereka coba sebagai seorang
pelatih).
6. Minta kepada setiap kelompok untuk memperagakan hasilnya dan memeriksa daftar
mereka dan membandingkan serta mendiskusikan perbedaannya diantara kelompok.
7. Peserta memilih metode yang akan dipraktekan, dan membentuk 4 kelompok yang
terdiri dari 3 orang (trio) yang akan memfasilitasi sebuah kegiatan selama 30 menit
(pada sesi praktek) dengan menggunakan satu dari metode pelatihan yang terpilih.
8. Bentuk kelompok, biarkan mereka menyiapkan diri sekurangnya selama satu jam.
9. Pelatih merefleksikan metode bola salju: keuntungan, kerugian, tujuan, kapan saat
penggunaannya?
Tujuan
Peserta mempraktekkan penggunaan metode pelatihan dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangannya
Bahan
Kebutuhan praktek peserta (ingatkan kepada peserta untuk menyiapkan segala sesuatu
yang mereka butuhkan sendiri).
Foto kopi lembar pengamatan
Waktu
Untuk tiap trio 30 menit praktek dan 15 menit refleksi.
Total waktu untuk sesi praktek adalah 240 menit (dibagi dalam 2 sesi)
Proses
1. Perkenalkan tujuan dan prosedur sesi.
2. Sebelum trio pertama memulai dengan kegiatan mereka, jelaskan peran peserta lain,
bahwa mereka pada saat yang sama sebagai pengamat dan perkenalkan hal-hal penting
yang harus mereka amati/ingat. Bagikan lembar pengamatan.
3. Setelah praktek, minta peserta, pelatih dan pengamat untuk mengingat dan menuliskan
pengalaman-pengalaman dan pengamatan mereka.
4. Jelaskan bahwa refleksi akan berfokus pada penampilan trio. Refleksi mengenai metode
yang digunakan akan dilakukan kemudian pada sesi akhir. Refleksikan praktek dengan
cara berikut:
Undang pelatih trio untuk mengungkapkan apa yang mereka pikir saat berlangsung,
tanyakan apa yang akan mereka rubah di waktu selanjutnya. Cocokkan perasaan ini
satu per satu dengan pengamatan dari pengamat.
Pertama undang peserta untuk memberikan umpan balik positif dan kemudian
minta ide-ide untuk pengembangan.
Tambahkan umpan balik Anda sendiri jika perlu.
5. Lanjutkan dengan kelompok yang lain dengan cara yang sama dan dorong mereka
untuk menggunakan hal-hal penting pembelajaran dari trio sebelumnya.
6. Tanyakan kepada tiap trio apakah mereka merasa yakin untuk menggunakan metode
yang dipraktekkan dalam setting pelatihan sebenarnya selanjutnya. Jika tidak, mengapa?
7. Pelatih merumuskan hal-hal penting dari pembelajaran.
148
Panduan Praktek Metode Pelatihan
Tujuan:
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempraktekkan suatu metode
pelatihan.
Mempraktekkan dan mengamati metode dan keterampilan pelatihan baru
Menggabungkan pemahaman peserta tentang pembelajaran orang dewasa dan prinsip
pelatihan.
Menerima umpan balik dari sesama peserta dan pelatih.
Praktek:
Tiap tiga orang akan diberi waktu selama 30 menit untuk memfasilitasi aktivitas mereka.
Anda akan bertindak sebagai satu tim sebagai berikut:
1. Orang pertama akan memperkenalkan kegiatan tersebut.
2. Orang kedua akan melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Dan orang ketiga akan memproses kegiatan tersebut, melalui hal seperti refleksi,
analisis, ringkasan dan kesimpulan.
Persiapan:
Persiapan yang dilakukan oleh setiap kelompok sebagai berikut:
1. Persiapkan satu topik yang sesuai dengan metodenya.
2. Putuskan siapa yang akan memperkenalkan, melaksanakan dan memproses kegiatan.
3. Siapkan bagian fasilitasi, siapkan semua pengaturan dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan.
4. Cobalah berlatih sebelum mempraktekkan dan periksa apakah Anda berlaku sebagai
satu tim, mengelola waktu dengan baik dan lain-lain.
5. Lakukan!
Sebagai pengamat, lakukan pengamatan secara seksama dengan menggunakan tabel berikut:
Untuk peserta.
Jawab pertanyaan berikut:
1. Apa yang membantu Anda untuk belajar?
2. Apa yang membatasi Anda dalam belajar?
3. Apa yang bisa membantu Anda untuk belajar lebih baik?
150
MEMILIH METODE PELATIHAN
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus dipilih dengan hati-hati agar
sesuai dengan tujuan dari satu sesi dan sesuai dengan profil pembelajar.
Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok untuk meningkatkan kesadaran
atau pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau
merubah sikap.
Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan tujuan, kelompok sasaran
yang berbeda, serta situasi yang spesifik.
Bahan
Potongan lembar kerja
Waktu
240 menit (dibagi dalam 2 sesi)
Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa dalam latihan yang akan dilakukan, peserta akan mempraktekkan
cara memilih metode pelatihan.
2. Lakukan curah pendapat cepat dengan peserta mengenai apa yang mereka pikirkan dan
apa yang harus dipertimbangkan ketika memilih metode pelatihan.
3. Jika perlu perkenalkan, jelaskan istilah kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap.
4. Bentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang anggota, bagikan potongan kertas dengan
metode pelatihan yang berbeda dan tujuan-tujuan yang berbeda menurut ranah belajar
(kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap).
5. Rumuskan tujuan dan sasaran pelatihan, tentukan pembatas-pembatas pelatihan, pilih
metode pelatihan yang sesuai. Berikan alasan mengapa anda memilih metode tersebut.
Dalam diskusi, cegah diskusi yang terlalu panjang mengenai detil, tetapi pastikan
bahwa pola keseluruhan mencerminkan bahwa banyak metode cocok untuk tujuan-
tujuan peningkatan kesadaran dan pengetahuan, tetapi hanya sedikit yang efektif untuk
meningkatkan keterampilan atau mengubah sikap. Refleksikan metode yang mereka
gunakan dan konsekuensi keluaran apa yang diharapkan dari aktifitas pelatihan mereka.
6. Pelatih mendiskusikan hasilnya dan memberi penguatan terhadap proses yang telah
berlangsung dengan menggunakan bahan bacaan pokok yang telah tersedia.
KESADARAN PETANI
KETERAMPILAN PEMERINTAH
KULIAH ENERGIZERS
152
DEMONSTRASI KUNJUNGAN LAPANGAN
SIMULASI
PAMERAN
PENUGASAN/LATIHAN MENGGAMBAR
Bahan Bacaan
Pemilihan Metofe Pelatihan
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan kekurangan dari media yang dipilih
Mengidentifikasi lima hal yang boleh dilakukan dan jangan dilakukan dalam
menggunakan media yang dipilih.
Bahan
Contoh penggunaan media yang tepat dan kurang/tidak tepat dalam konteks pelatihan
atau non pelatihan (dapat berupa rekaman audo visual, disiapkan support team), flip chart
Waktu
240 menit (dibagi dalam 2 sesi)
Proses
1. Pelatih memperkenalkan tujuan dan prosedur sesi ini.
2. Lalu, perkenalkan latihan snowballing. Minta peserta untuk berpasangan dan mendaftar
kelebihan dan kekurangan penggunaan satu media yang dipilih. Pada akhirnya
kelompok-kelompok tersebut akan bergabung bersama sehingga pada akhirnya ada
satu daftar akhir tentang kelebihan dan kekurangan.
3. Periksa daftar tersebut bersama peserta dan tambahlah jika diperlukan.
4. Minta peserta untuk berefleksi mengenai pengalaman mereka menggunakan medium
tertentu tersebut atau refleksikan bagaimana orang lain telah menggunakannya. Mulai
putaran pertama snowballing, kali ini mengenai hal yang harus dan jangan dilakukan
dalam menggunakan medium yang sama, tetapi sekarang berakhir dengan dua
kelompok.
5. Pajanglah kedua daftar tersebut dan carilah kesamaan dan perbedaannya.
6. Tambahkan hal yang harus dan jangan dari Anda sendiri jika perlu.
7. Akhiri dengan daftar final hal yang harus dan jangan.
154
Alternati Proses:
1. Alternatif A. Bagilah kelompok menjadi dua. Dengan menggunakan permainan peran, satu
kelompok harus menampilkan satu contoh yang salah dari medium pelatihan dan yang lain
harus menampilkan satu contoh yang baik. Peserta yang lain menulis sebanyak mungkin
aspek baik dan buruk dari kedua permainan sepanjang yang bisa mereka pikirkan.
2. Alternatif B. Bagilah kelompok menjadi sebanyak media yang ingin Anda bicarakan. Minta
setiap kelompok untuk melakukan latihan pemetaan pikiran.
3. Alternatif C. Organisasikan suatu perlombaan untuk membuat tranparansi yang paling
kreatifdan jelas mengenai topik yang sama, satu kelompok menggunakan komputer dan
yang lain menggunakan tangan. Ide dari latihan ini adalah untuk menunjukkan bahwa
transparansi yang dibuat dengan peralatan teknologi tinggi, hasilnya juga bisa sebaik atau
sama dengan yang dibuat dengan tangan.
4. Alternatif D. Minta setiap orang untuk menuliskan masalah apa pun yang mereka hadapi
ketika menggunakan media tertentu, pada kartu-kartu yang berbeda. Letakkan semua kartu
dalam satu kotak dan minta tiap peserta mengambil satu dan berusaha memberikan saran
bagaimana cara menangani maslah tersebut (kelompok bisa menambahkan saran ini bila
perlu).
Bahan Bacaan
Penilaian Ingatan dalam Pembelajaran Visual
Dikarenakan ingatan jangka pendek hilang dalam beberapa detik, presenter, pendidik, dan pelatih
harus menemukan cara untuk mengatur informasi agar muncul dalam ingatan jangka panjang.
Salah satu cara untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menggunakan alat bantu visual.
Alat bantu visual memainkan peranan penting dalam membantu peserta mempertahankan
informasi.
Peneliti Edgar Dale mengembangkan apa yang sekarang dikenal sebagai Pengalaman
Dale Cone Dales Cone of Experience (Walters, 1993). Penelitiannya menyimpulkan bahwa
orang akan mengingat:
20% dari apa yang mereka dengar
30% dari apa yang mereka lihat
50% dari apa yang mereka lihat dan dengar
80% dari apa yang mereka dengar, lihat, dan lakukan.
158
Untuk Meningkatkan Pemahaman
Penggunaan alat bantu visual dapat meningkatkan pemahaman. Mereka dapat mengilustrasikan
apa yang dikatakan melalui grafik, tabel, gambar atau kata kunci. Hal ini bernilai jika pelatih
menjelaskan konsep atau sesuatu yang sulit dipahami. Anda dapat menyederhanakan
informasi tersebut dengan menyaring hal tersebut menjadi lebih mudah dimengerti. Sebagai
contoh, pelatih ingin menyajikan sebuah presentasi yang berisi banyak sekali gambar atau
statistik. Informasi ini akan lebih menarik dan bermakna, jika dipresentasikan dengan tabel
dan chart, daripada dalam baris-baris dan kolom-kolom angka.
Untuk Mendukung Pesan Yang Disampaikan
Alat bantu visual mendukung pesan dengan merangsang kepekaan peserta. Kemudahan
untuk menggunakan perangkat komputer yang memiliki hubungan memungkinkan pelatih
untuk menyampaikan pesan dengan warna-warna yang menarik, gambar, isyarat, dan suara.
Untuk Menekankan Poin Kunci
Walaupun berbagai macam tehnik verbal dapat digunakan untuk menekankan poin kunci,
banyak peserta tidak dapat mencapai apa yang ditekankan oleh pelatih. Sebagai contoh,
pelatih dapat berkata seperti, Poin penting pertama adalah... atau Saya tidak cukup
menekankan pentingnya ... atau Sekarang setelah kita mengetahui penyebabnya, mari lihat
akibatnya. Ingatlah bahwa sebagian besar orang bukan pendengar yang baik dan banyak
orang memproses informasi dengan gaya yang berbeda-beda, meletakkan poin kunci pada
tampilan visual akan membantu memberi penekanan jika pelatih menginginkan hal tersebut.
Tidak akan ada keraguan mengenai informasi penting yang ditampilkan secara visual.
Digunakan
Alat Bantu Keuntungan Kekurangan
Saat
Papan Tulis Spontan Lambat Pertemuan
Kapur Mudah digunakan Sementara informal, kecil
Murah Kemungkinan terbaca kecil Membangun
Dapat dihapus Terbatas dengan kapur ide-ide secara
Perhatian-Lebih bisa didapatkan Membelakangi penonton spontan
Memecah ceramah yang Berasosiasi dengan hari-hari Sesi bertukar
membosakan di sekolah pikiran
Berantakan
160
Flip-chart Spontan Keterikatan Kelompok kecil
Membantu persiapan Ukurannya besar sekali Ceramah secara
Tampak berbeda Terbatas untuk menulis spontan
Permanen Tidak fleksibel dalam ukuran Bertukar pikiran
Mudah untuk digunakan atau rangkaian Daftar, langkah-
Dapat dibawa-bawa Mahal jika disiapkan secara langkah
Memudahkan anda saat profesional prosedural
menjelaskan serangkaian ide Pelatih cenderung
Murah menuliskan dalam ukuran
Berwarna (tergantung pada kecil untuk menempatkan
warna yang dijual di pasar) semua ide pada satu halaman
Kertas mudah sobek
Tampilan Berkualitas Tinggi Ruangan gelap Program yang
Power-Point Fotografis Dapat tampak seperti berulang dimana
Sangat mudah dibawa dikandang detail fotografis
Mudah untuk digunakan Tampilan menjadi pusat dan profesional
Dapat disesuaikan dengan perhatian, bukan pembicara tampak penting
setiap ukuran kelompok
Dengan remote control, pelatih
dapat berpindah-pindah
Overhead Cepat, mudah menyiapkan Proyektor dapat menghalangi Presentasi
Projector transparansi (banyak pandangan kecuali jika keuangan dan
(OHP) salinannya) ditempatkan secara hati-hati tehnik
Lampu hidup Kurang mudah dibawa 35 Presentasi
Pembicara berhadapan dengan mm kelompok
penonton Persiapan transparansi sangat penjualan
Semua ukuran kelompok sederhana sehingga orang Seminar,
Secara langsung atau disiapkan cenderung menggunakan hal pelatihan dimana
terlebih dahulu ini jika terlalu sibuk pembicara ingin
Sangat fleksibel Kecenderungan untuk membangun
Kualitasnya dapat dipilih digunakan berlebihan pendekatan
Murah Fokus Overhead Projector
Tepat untuk menjelaskan kadangkala sulit diatur
ilustrasi
Mudah diperbarui
Video Profesional Ruangan gelap Pendukung
Generator diskusi yang bagus Mahal untuk program
Segera mendapatkan umpan Digunakan sebagai pelatihan
balik pengganti untuk pelajaran Tampilan umpan
Semua ukuran kelompok atau presentasi balik terhadap
Efektif untuk menunjukkan performansi
agar tidak melakukan sesuatu peserta
Sangat efektif untuk pelatihan Menciptakan
yang berpusat pada pembelajar suasana atau
Melihat dan mendengar perasaan seperti
digunakan dalam pembelajaran pembukaan
Ahli yang ditampilkan dapat presentasi
menguatkan apa yang dikatakan pembicara.
pelatih
162
Halaman kosong digunakan untuk menampilkan atau menangkap informasi yang
ada selama sesi, pertimbangkanlah apa yang penting dan yang tidak untuk dilakukan.
Pertama, jika anda meminta masukan dari peserta dan Anda menangkap respon mereka,
tuliskan dengan tepat apa yang mereka katakan. Jangan menerjemahkan informasi
tersebut kedalam bahasa Anda sendiri.
Bagaimana jika orang yang memberikan respon mengalami kesulitan saat
menyampaikan responnya secara singkat dan jelas? Dua pendekatan yang berbeda dapat
digunakan: (1) Setelah mendengarkan dengan seksama terhadap respon orang tersebut,
minta orang tersebut untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan dalam beberapa kata
sehingga Anda dapat mencantumkannya dalam flip-chart atau (2) jika orang tersebut tidak
memungkinkan untuk menyimpulkan apa yang ia sampaikan, para frase-kan apa yang
Anda dengar dan mintalah ijin untuk menuliskan interpretasi Anda. Dalam sesi satu
hari penuh atau setengah hari, ide yang baik untuk melepaskan halaman tersebut dan
mengikatkan mereka pada dinding. Sebelum melakukan hal tersebut, bagaimanapun,
berikan penjelasan singkat judul pada bagian atas setiap lembar yang ada. Untuk
menghemat waktu, potong satu inci pita penutup menjadi dua atau tiga inci potongan
sebelum sesi dimulai. Hal ini memungkinkan anda untuk menampilkan lembar-lembar
tersebut dengan cepat.
Tergantung pada dinding yang akan ditutupi, anda sebaiknya menggunakan
paku payung (push pins). Jika anda tidak diijinkan untuk menggunakan pita atau peniti,
alternatif yang aman adalah dengan menggunakan magnetbantalan kuda-kuda
yang terlepas dapat digunakan untuk melekatkan pada permukaan dinding dan dapat
ditempatkan kembali pada dinding. Lembar ini dapat dihapus dan digunakan kembali
selama anda menggunakan pena yang dapat dihapus. Jangan menulis pada lembar setelah
hal tersebut ditampilkan, banyak pena yang memiliki kemungkinan membanjiri! Pastikan
menggunakan tinta yang dapat dicuci untuk kasus ini.
Petunjuk Untuk Menulis Pada Flip-Chart. Metode apapun yang anda pilih, petunjuk
berikut ini akan membantu anda untuk menciptakan gambaran diri anda yang lebih
cemerlang dan profesional kepada peserta:
Gunakan flip-chart dalam kelompok yang relatif kecil atau tidak lebih dari dua puluh
lima atau tiga puluh peserta.
Cetaklah dengan menggunakan huruf balok yang tingginya dua atau tiga inci
sehingga setiap orang di dalam ruangan dapat melihat informasi tersebut.
Jangan meletakkan lebih dari enam baris informasi pada sebuah halaman.
Jangan memenuhi halaman pada bagian bawah. Orang-orang akan duduk; penglihatan
vertikal mereka akan terbatasi.
Jangan berbicara dengan menghadap kuda-kuda saat anda menulis.
Tunggu setidaknya dua puluh sampai tiga puluh detik setelah anda selesai menulis.
Sekali lagi, berikan orang-orang kesempatan untuk menangkap informasi yang
diberikan.
164
Kreativitas. Transparansi memberikan kreativitas dengan menggunakan sedikit imajinasi.
Sebagai tambahan untuk tipe yang berbeda dari film sebelumnya, anda dapat menciptakan
sebuah transparansi yang aktif untuk menghasilkan dampak yang berlapis. Sebagai
contoh, Anda dapat menciptakan sebuah transparansi dengan kata-kata kunci dan
kemudian potong film menjadi beberapa bagian sehingga Anda bisa mendapatkan
beberapa transparansi mini. Kemudian Anda dapat menciptakan efek menggantung
dengan meletakkan setiap kata pada proyektor seperti yang Anda umumkan atau
tunjukkan.
Membingkai. Keahlian dari transparansi adalah membingkai. Membingkai suatu
transparansi tidak mementingkan keterangan, kekakuan, buatlah hal tersebut mudah
untuk ditangani dan tampilkan tutur kata yang baik. Sekali lagi, pilihan ini, tergantung
pada biaya dan kesukaan pribadi. Salah satu cara adalah dengan membeli sekotak bingkai
karton dimana anda menempeli transparansi dengan pita transparan.
Pilihan lainnya untuk membeli Instaframe, bingkai plastik dengan disisipkan kaca.
Letakkan bingkai tersebut pada overhead proyektor (OHP) dan letakkan transparansi individu
diatasnya dan ambillah seperti saat Anda menggunakannya. Hal ini memungkinkan anda
untuk menyimpan transparansi Anda apapun yang Anda pilih dalam sebuah kotak,
map, buku catatan, amplop tanpa membeli bingkai lainnya.
Pilihan bingkai yang ketiga adalah untuk membeli dari perusahaan 3M Company
FlipFrame, sebuah bingkai transparansi yang dapat anda gunakan dengan menyisipkan
transparansi. Bingkai ini dapat digantungkan tertutup dengan bentuk terbalik sepanjang
bingkai transparansi dan menyediakan ruang untuk catatan sehingga semua orang tidak
dapat melihat. FlipFrame memiliki lubang di sepanjang tepi kirinya sehingga anda dapat
meletakkanya dalam map buku agar dapat terorganisir dan terlindungi.
Kontrol. Kita tidak menginginkan dalam sesi overhead projector yang digunankan mengalami
gangguan dikarenakan pelatih tidak mengontrol alat ini sebelum digunakan. Sebagai
contoh, peserta seharusnya tidak pernah melihat layar yang kosong dengan lampu yang
menyala. Letakkan transparansi pada bagian dasar dan hidupkan proyektor. Matikan
proyektor sebelum anda mengganti transparansi.
Beberapa orang percaya bahwa proses menghidupkan dan mematikan layar
untuk transparansi yang banyak akan mengganggu peserta dan pelatih. Ada cara untuk
mengatasi gangguan dan ketidaknyamanan ini. Potonglah secarik kertas yang berat
berbentuk persegi atau karton sesuai dengan ukuran lensa pada lubang bidik; sertakan
juga dengan pita perekat diatas bagian luar lensa. Sebagai ganti mematikan proyektor
diantara pergantian transparansi, anda dapat dengan mudah menurunkan penutup
tersebut, menciptakan layar yang hitam. (Catatan: mematikan dan menghidupkan
proyektor dengan lebih cepat seringkali lebih mengacaukan).
Persamaannya, anda dapat meletakkan selembar kertas atau karton diatas dasar
proyektor untuk menutupi cahayanya. Sebuah remote dapat dibeli dari sebuah toko
elektronik sehingga memungkinkan proyektor dihidupkan dan dimatikan dari jarak
beberapa kaki. Hal ini sangat efektif saat anda akan berbicara yang panjang sebelum anda
menunjukkan transparansi selanjutnya atau jika anda berpindah bersama penonton dan
Modul IV - Metode dan Media Pelatihan | 165
tidak ingin memecahkan suasana dengan kembali ke depan ruangan untuk mematikan
protektor.
Aspek lain dari kontrol termasuk cara anda menggunkan overhead projector. Tujuan
dari overhead projector adalah untuk membantu anda menunjukkan tampilan visual selagi
anda berinteraksi dengan peserta. Anda dapat menarik perhatian pada hal-hal khusus di
transparansi tanpa membelakangi penonton.
Perhatian kelompok dapat diarahkan dalam beberapa cara dengan menggunakan
transparansi. Salah satu cara adalah dengan menutupi transparansi dengan selembar
kertas; seperti saat anda membuat poin-poin, jangan tutupi setiap kata atau garis pada
transparansi. Dengan cara ini peserta akan membaca hanya apa yang inginkan mereka baca
dan kapan mereka membaca. Cara lain adalah dengan menggunakan tongkat penunjuk
atau pena untuk mengarahkan perhatian peserta pada kata kunci di transparansi. Banyak
standar atau cara menarik masuk pointer, tetapi anda dapat membuat hal tersebut lebih
menarik dengan membeli tongkat penunjuk khusus, seperti salah satunya dijual oleh
Creative Pelatihan Techniques atau yang tersedia di toko baru.
Tetap ada metode untuk mengarahkan perhatian pada informasi-informasi
khusus pada transparansi yaitu dengan menggunakan pena transparansi untuk membuat
garis atau melingkari poin kunci. Satu kata atau saran: jangan pernah melakukan hal
tersebut di atas layar! Lengan anda akan membuat sebuah bayangan pada layar, yang
tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghalangi pandangan penuh ke layar. Alasan
lain untuk tidak membuat poin diatas layar adalah karena hal itu menyebabkan anda
membelakangi kelompok, ambil manfaat dari mengelola kontak langsung dengan
kelompok. Alasan terakhir untuk tidak membuat poin diatas layar adalah menghindari
kerusakan layar dengan tongkat penunjuk anda.
Saran kecil terakhir mengenai penggunaan suatu overhead projector untuk
memantulkan cahaya dekat dengan layar untuk membuat ketajaman kontras dan
membuat penonton lebih mudah untuk melihat.
166
Anda dapat menuliskan sendiri naskah anda dan menggunakan teman anda,
rekan kerja anda, atau siswa sekolah acting dari sekolah atau universitas lokal untuk
mengilustrasikan tujuan, kemampuan, atau konsep dalam sketsa yang pendek. Ini adalah
kesempatan yang baik bagi aktor yang berobsesi dan belum berpengalaman untuk
menggali pengalaman dan penampilan.
MENYAMPAIKAN PELATIHAN
Tujuan
Pada bagian ini, peserta dapat:
Mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya
Mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas gaya pelatihan
Membedakan antara pelatihan yang berpusat pada pembelajar (learner-centered) dan
pelatihan yang berpusat pada materi (information-centered)
Bahan
Lembar latihan (ada 4 latihan).
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.
Khusus untuk latihan-3, peserta berpasangan (dengan anggota dalam kelompok
tersebut).
2. Peserta mengerjakan terlebih dahulu semua latihan (ada 4 latihan). Pelatih memandu
latihan tersebut. Jika pindah ke latihan berikutnya, pastikan semua peserta sudah siap
untuk itu.
3. Oleh setiap peserta, hasil latihan dishare di dalam kelompoknya.
4. Pelatih membantu melakukan penstrukturan pengalaman berdasarkan pengalaman
peserta yang dikaitkan dengan bahan bacaan.
Lembar Kerja
Latihan-1:
Ingat kembali pengalaman pembelajaran Anda yang terbaik dan terburuk sepanjang hidup
Anda (sekolah dasar, sekolah lanjutan, perguruan tinggi, organisasi-organisasi, lingkungan
kerja). Untuk setiap pengalaman, jelaskan dengan singkat garis besarnya dan daftarlah faktor-
faktor apa saja yang membuat pengalaman tersebut baik atau buruk.
Bayangkan bagaimana perasaan dan reaksi Anda untuk pengalaman yang baik maupun
yang buruk. Seberapa efektif pengalaman pembelajaran tersebut? Seberapa jauh kontribusi
pelatihan atau pengalaman pembelajaran tersebut terhadap kesuksesan Anda?
Latihan-2:
Latihan-3:
(dilakukan secara berpasangan di dalam kelompok terkait)
Saat Melatih Orang Dewasa, Saya/Orang Ini Lebih Suka Untuk ...
1. a. Memberikan keleluasaan latihan atau diskusi pada bagian tertentu yang diminati
------ pembelajar
------ b. Menilai efektifitas pelatih dari seberapa baik persiapan materi yang tercakup
------ c. Duduk bersama dengan pembelajar yang dilatih mereka.
d. Menjadikan dirinya sebagai panutan dan mendorong pembelajar untuk bersaing
------ dengan pelatih
2. a. Mengakhiri sesi pelatihan dengan menyarikan pelajaran penting dan menyarankan
------ kepada pembelajar cara untuk mengaplikasikannya dalam pekerjaan.
------ b. Mengatur ruangan agar dapat pembelajar lebih disiplin dan terkontrol.
c. Menggunakan waktu khusus untuk menginformasikan pembelajar apa yang
------ mereka harapkan untuk dilakukan
d. Memusatkan perhatian pembelajar lebih pada diri mereka sendiri dan
------ pencapaian mereka daripada kepada pelatih
3. a. Meningkatkan keterlibatan dengan ide orang lain untuk mendukung usaha
------ pembelajar ketika mengaplikasikan keterampilan baru
b. Membiarkan kelompok mengatasi pembelajar yang sulit atau menyelesaikan
------ sendiri masalah yang ada.
c. Mengevaluasi pembelajar dengan memberikan tugas untuk mengetahui ingatan
------ mereka mengenai materi yang disampaikan.
------ d. Berhati-hati memimpin dan mengontrol diskusi kelompok.
4. ------ a. Memberikan fokus pada presentasi yang menarik
Learners
------ b. Menghindari dampak penurunan dengan tidak mengabaikan beberapa materi utama
c. Menunjukkan kemauan untuk belajar dari pembelajar dengan mengakui
------ kesalahan atau kekurangtahuan.
d. Mengumpulkan informasi latar belakang dan mengatur tingkatan isi materi dari
------ setiap kelompok.
SIAPAKAH?
5. a. Menyertakan pembelajar dalam desain aktivitas untuk merangsang pemikiran
------ kritis dan reflektif.
b. Mengkomunikasikan harapan-harapan positif untuk pembelajar yang lambat
------ melalui umpan balik dan dorongan semangat, dalam rangka membantu
Instruktur pengembangan mereka.
c. Memotivasi pembelajar melalui percakapan yang antusias, cerita-cerita lucu, dan
------ video hiburan atau yang dapat menginspirasi.
------ d. Mengatur ketepatan waktu dalam jadwal
174
6. a. Sesekali menggunakan perlengkapan multimedia untuk mendukung aktivitas
------ pembelajaran.
------ b. Mempresentasikan materi dengan urutan yang logis.
c. Membiarkan pembelajar untuk terlibat atau menentukan prioritas materi dan
------ tujuan.
d. Memastikan bahwa pembelajar melaksanakan dan mengikuti kemampuan
------ pembelajaran yang diinstruksikan.
7. a. Secara keseluruhan memenuhi semua area pembelajaran dengan membagi
------ waktu yang terjadwal.
b. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan umpan balik mengenai
------ perubahan kinerja pembelajar setelah pelatihan.
------ c. Mengatur suatu langkah presentasi yang konsisten sepanjang program.
d. Menunjukkan perhatian dan ketertarikan terhadap pribadi pembelajar dan
------ masalahnya.
8. ------ a. Menilai efektifitas pelatih berdasarkan kesukaan pembelajar terhadap pelatih.
------ b. Membiarkan pembelajar membuat kesalahan dan belajar dari sesi pengalaman.
c. Menyingkapkan pada pembelajar untuk menerima materi secara tradisional dan
------ prosedur yang benar.
d. Bertanya kepada pembelajar dengan pertanyaan yang didesain untuk memandu
------ mereka menemukan sendiri poin kunci.
9. a. Secara berkala menilai bahasa tubuh pembelajar dan kondisi emosional serta
------ kesesuaian aktivitas atau kesesuaian jadwal.
b. Menggali materi yang berkaitan dengan masalah yang kontroversial sebagai
------ pengalaman pembelajaran yang potensial.
176
17. a. Mengubah materi atau metode pelatihan berdasarkan keahlian terbaru pada
------ pokok pembelajaran.
b. Memulai suatu program dengan meminta pembelajar mengenalkan dirinya
kepada yang lain dan mengkomunikasikan pembelajar apa yang mereka
------ harapkan.
c. Menyesuaikan jadwal waktu selama program dalam menanggapi ketertarikan
------ dan perhatian pembelajar.
d. Meningkatkan kredibilitas terhadap pembelajar dengan menjawab semua
------ pertanyaan dengan cepat dan akurat
18. a. Menghindari kemungkinan pertanyaan yang memalukan dan melindungi materi
------ dengan menjaga kerahasiaan isi materi.
b. Menyoroti poin kunci dengan terperinci, berbicara dari catatan yang telah
------ dibuat dengan hati-hati.
------ c. Mengubah cara penyajian materi secara bergantian dan kreatif.
d. Mengevaluasi pelatih berdasarkan kemampuannya untuk menyampaikan tujuan
------ khusus.
19. a. Mempertahankan keahlian dan kredibilitas pelatih saat ditanya oleh peserta
------ mengenai masalah dalam materi.
------ b. Menekankan adanya keterbukaan, komunikasi dua arah.
c. Menggunakan struktur program untuk menanggapi kebutuhan khusus
------ kelompok.
d. Mengarahkan dan menyesuaikan kualitas materi pelatihan dengan kemampuan
------ pembelajar yang rata-rata/sedang
20. a. Mendengarkan dan mengamati dengan penuh perhatian saat kelompok
------ mendiskusikan masalah atau aplikasi masalah.
b. Memastikan bahwa pembelajar mendapatkan kesimpulan yang tepat dan
------ menerima poin kunci atau konsep yang telah dipresentasikan.
------ c. Menggali alasan pertanyaan pembelajar untuk mengetahui perhatian individual
d. Meraih kepercayaan dengan menggunakan gerakan tubuh yang efektif, sikap,
------ dan vokal yang dinamis saat memberi pelatihan.
I IV
PENJUAL PELATIH
II III
PROFESOR PENGHIBUR
178
Latihan 4
Tugas dari pelatih adalah mempresentasikan materi dengan jelas, logis, dan
1.
---------- terorganisir dengan baik
Pada awal sesi pelatihan, pelatih dengan jelas mengidentifikasi maksud sesi
2.
---------- atau pelatihan.
Pelatih mendorong peserta untuk bertanya saat mereka membutuhkan
3.
---------- klarifikasi
4. ---------- Alat bantu visual digunakan secara minimal
Pelatih menggunakan test untuk mengetahui seberapa baik peserta
5.
---------- mengingat materi.
Pelatih memulai sesi dengan meninjau ulang kebiasaan mendasar untuk
6.
---------- dipecahkan
Faktor terpenting untuk dipertimbangkan saat mengevaluasi rangkaian
7.
---------- program pelatihan adalah jumlah materi
8. ---------- Pelatih terbaik adalah seseorang yang melibatkan peserta
Ruangan diatur dengan gaya kelas dengan peserta duduk dalam garis,
9.
---------- semua menatap pelatih.
10. ---------- Pelatih yang baik ahli dalam bidang pelajaran mereka
Pengalaman dan pengetahuan materi lebih penting daripada kemampuan
11.
---------- untuk melibatkan peserta dalam pembelajaran
Pelatih menanyakan pada peserta apa yang ingin mereka ketahui dan
12.
---------- pelajari
Pelatih membangun banyak kesempatan untuk mencoba keterampilan dan
13.
---------- ide baru mereka
14. ---------- Pelatih menetapkan dirinya sebagai ahli atau otoritas materi
Gunakan daftar perilaku berikut sebagai pengingat untuk menciptakan pelatihan yang berpusat
pada peserta:
Mengelola program dan perilaku dengan cara seakan-akan memiliki pelatihan.
Ciptakan kesempatan-kesempatan bagi peserta untuk menemukan sesuatu secara
sendiri.
Menetapkan harapan-harapan, baik oleh peserta maupun pelatih jauh di awal program.
Ciptakan suasana pembelajaran yang mendukung; dimana orang merasa bebas dari resiko,
mengajukan pertanyaan, mencoba ide-ide baru dan cara untuk melakukan sesuatu.
Memperhatikan proses komunikasi, termasuk bahasa tubuh anda sebaik anda
memperhatikan bahasa tubuh peserta.
Pertahankan tingkat energi anda selama sesi. Ini dapat berpengaruh pada peserta.
Terima ide-ide yang mungkin tidak anda setujui dan terima kenyataan bahwa beberapa
orang mungkin tidak akan setuju dengan itu.
Tunjukkan penghargaan terhadap seluruh peserta, termasuk pada peserta yang sulit.
Jangan takut untuk mengakui apa yang tidak anda ketahui, berjanjilah untuk menemukan
informasi dan kemudian informasi tersebut kepada peserta.
Gunakan penguatan postif selama sesi.
Pandanglah setiap pengalaman pelatihan sebagai kesempatan untuk mempelajari sesuatu
dari peserta
Buatlah pengalaman pembelajaran yang dapat menyenangkan.
Carilah umpan balik dari kelompok tentang perilaku anda sehingga sebagai seorang
pelatih anda bisa semakin tumbuh dan berkembang.
Poin Kunci
Pelatih menetapkan keberhasilan atau kegagalan program pelatihan.
Pelatih yang efektif adalah seseorang yang belajar bagaimana kelenturan gaya mereka
berdasarkan kebutuhan peserta.
Pelatihan yang efektif berpusat pada peserta daripada berpusat pada informasi.
Bahan Bacaan
Interpretasi Instructional Style Diagnosis Inventory
180
MEMBANGUN HUBUNGAN/INTERAKSI
Tujuan
Pesserta dapat:
menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat terbinanya relasi yang baik antar
pelatih dengan peserta.
menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk membina dan mempertahankan
relasi yang baik antar pelatih dengan peserta.
Bahan
-
Waktu
30 menit
Proses
1. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghambat
terciptanya hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam sebuah pelatihan.
2. Pelatih meminta peserta untuk mengidentifikasi teknik menciptakan dan membina
hubungan yang baik antar pelatih dengan peserta dalam konteks pelatihan.
3. Pelatih menyimpulkan pendapat peserta dengan memberi penguatan atas pengalaman
peserta dan penstrukturan pengalaman peserta dengan pedoman bahan bacaan.
Bahan Bacaan
Membangun Hubungan Saling Percaya (Rapport) antara Peserta-Pelatih dalam
Pelatihan
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif
Bahan
Flip chart, spidol
Waktu
90 menit
Proses
1. Pelatih memperkenalkan sesi dengan menanyakan beberapa contoh keterampilan
fasilitasi.
2. Pelatih membagi peserta ke dalam kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 6
orang.
3. Kelompok berdiskusi untuk menginventarisir teknik-teknik fasilitasi yang biasanya
digunakan dalam pelatihan.
4. Hasil kerja kelompok dipresentasikan.
5. Pelatih mengukuhkan dan merumuskan teknik-teknik fasilitasi.
Bahan Bacaan
Fasilitasi dalam Pelatihan
182
PRAKTEK KEMAMPUAN MENYIMAK
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan menyimak
dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit dengan mendaftar beberapa hambatan
dalam menyimak
mengidentifikasi hal-hal yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh seorang pelatih
selama menyimak
Bahan
Flip charts
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih memperkenalkan tujuan sesi. Selanjutnya menjelaskan bahwa menyimak adalah
keterampilan fasilitasi yang paling mendasar untuk setiap peserta (sebagai pelatih)
karena semua keterampilan fasilitasi lain tidak bisa dilakukan tanpa menyimak.
2. Minta peserta jangan menulis apa pun selama menyelesaikan teka-teki berikut. Pelatih
membacakan teka-teki dengan suara yang keras (jangan bagikan):
Anda seorang sopir bis. Pada pemberhentian berikutnya 12 orang naik. Pada
pemberhentian berikutnya 3 orang turun dan 5 naik. Pada pemberhentian
ketiga 1 turun dan 6 naik. Pada pemberhentian keempat 5 naik 8 turun. Pada
pemberhentian kelima 9 turun dan 3 naik. Pada pemberhentian keenam 3 turun
dan 7 naik. Siapakah nama sopir bisnya?
Jawab: nama Anda!
3. Refleksikan apa yang terjadi menggunakan pertanyaan berikut:
mengapa kebanyakan orang tidak tahu jawabannya? (melewatkan bagian awal, tidak
konsentrasi, asumsi mengenai masalahnya).
Apakah perbedaan antara mendengar dan menyimak?
Bagaimana kaitannya dengan menyimak sebagai seorang pelatih? (menyimak masukan dan
opini peserta tanpa mengadili, membandingkan, mengambil poin-poin utama,
elemen-elemen umum, merumuskan dan lain-lain.)
4. Jelaskan dengan singkat beberapa hambatan untuk menyimak (lihat bahan bacaan
pokok) yang perlu kita perhatikan untuk meningkatkan keterampilan menyimak.
Aktifitas ini bisa digunakan sebagai ilustrasi pendek yang menyegarkan mengenai fakta bahwa
menyimak secara aktif tidak segampang seperti yang dibayangkan. Hal ini menunjukkan
betapa gampangnya untuk tenggelam dalam detil dan melewatkan poin-poin kritis. Mereka
akan benar-benar mempraktekkan keterampilan menyimak mereka selama melakukan latihan
fasilitasi yang lain.
Bahan Bacaan
Menyimak
184
PRAKTEK PENGAMATAN
Tujuan
Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa pengamatan menjadi faktor
yang penting bagi seorang pelatih
Bahan
Kartu-kartu yang menyebutkan/menunjukkan perbedaan perilaku atau perasaan seperti
sedih, senang, frustrasi, dan lain-lain (disiapkan oleh support team)
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih memulai sesi dengan melakukan latihan pemanasan bersama peserta, berikut
ini:
Minta seorang peserta yang mengenakan jam non-digital.
Minta orang tersebut untuk melepas jamnya dan masukkan ke dalam kantong
Anda.
Katakan kepada orang tersebut bahwa Anda akan menguji kemampuan
pengamatannya.
Peserta dibagi ke dalam kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 6 anggota.
Pelatih meminta seluruh kelompok untuk ikut bermain dengan orang yang jamnya
Anda gunakan, dengan cara menutup jam mereka sendiri.
Katakan kepada peserta seolah-olah jamnya hilang dan Anda telah menemukan.
Tetapi, sebelum Anda mengembalikan, Anda ingin memastikan bahwa jam
tersebut memang miliknya. Beberapa pertanyaan disertakan:
Apa mereknya?
Apa warna permukaannya?
Apakah ada sesuatu yang tercetak dipermukaannya?
Apakah hurufnya Roman atau Arabi?
Berapa angka yang ditunjukkan?
Apakah itu jam bekas?
Ingatkan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang sama untuk jam mereka,
yang sudah mereka tutup.
Dengan mudah disimpulkan bahwa kebanyakan orang tidak gampang menjelaskan
tentang jam mereka sendiri bahkan meskipun mereka melihatnya berkali-kali dalam
sehari.
Bahan Bacaan
Praktek Mengamati
186
Lembar Latihan
Mempraktekkan Mengamati
Perbesar halaman pada kertas tebal A5 dan potong gambar wajah menjadi kartu-kartu yang
terpisah.
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
mampu membedakan antara pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.
mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat yang sesuai dengan konsep
pembelajaran orang dewasa.
Bahan
Foto kopi lembar latihan
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih memperkenalkan sesi dengan mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan
adalah alat fasilitasi yang sangat berguna dalam lingkungan pelatihan partisipatif.
2. Pelatih mengajak peserta untuk mendiskusikan mengapa sebagai pelatih perlu
mengajukan pertanyaan. Diskusi dilakukan dalam kelompok (dengan 6 anggota)
selama sekitar lima menit.
3. Kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
4. Pelatih menginventarisir jawaban dalam pleno dengan mencatat di papan tulis dan
menambahkan jawaban jika perlu (lihat bahan bacaan pokok).
5. Pelatih mengajukan pertanyaan mengenai perbedaan antara pertanyaan tertutup dan
terbuka, dan ajak peserta memberikan contoh untuk keduanya.
6. Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur dalam menggunakan Triads atau Dyads
untuk mempraktekkan:
Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan
seorang pengamat; setelah pertama mempraktekkan, perannya digilir sehingga
setiap orang dapat melakukan ketiga peran tersebut.
Dyads: Prinsipnya sama tetapi berpasangan tanpa pengamat.
7. Pelatih membagikan lembar latihan dan ajak peserta untuk mulai mempraktekkan
dalam triads atau dyads. Monitor waktunya sementara peserta praktek tersebut.
Pastikan peserta bertukar peran dalam waktu tersebut.
8. Pelatih menjelaskan bahwa ada beberapa tipe pertanyaan selain dari pertanyaan
terbuka dan tertutup. Tanyakan jika peserta bisa memikirkan tipe pertanyaan lain untuk
digunakan bagi kepentingan pelatihan. Diskusikan beberapa keuntungan dan kerugian
pertanyaan tipe lain dan berikan contoh (lihat bahan bacaan pokok).
9. Rumuskan poin-poin pelajaran utama dan bagikan bahan bacaan pokok.
188
Catatan
Jika peserta terbiasa dengan pertanyaan terbuka dan tertutup, Anda hanya
mengingatkan mereka tentang perbedaannya dan mereka berpikir tentang
pertanyaan yang lebih tepat dalam satu lingkungan pelatihan. Pilihan yang lain
adalah sesi Pertanyaan tentang pertanyaan.
Lembar Latihan
Bahan Bacaan
Menggunakan Pertanyaan
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan tujuan umpan balik
dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik & buruk
dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan menerima umpan balik
Bahan
Foto kopi lembar latihan, flip charts, spidol
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih memulai sesi dengan menanyakan kepada peserta bagaimana mereka
menggambarkan umpan balik dan apa tujuan umpan balik itu. Jelaskan dengan singkat
apa umpan balik itu. Gunakan jawaban peserta untuk menjelaskan mengapa teknik ini
berguna dalam konteks pelatihan (lihat bahan bacaan pokok).
2. Katakan kepada peserta bahwa ada satu trick untuk menjelaskan kegunaan umpan
balik. Perkenalkan prinsip Joharis Window tahap demi tahap:
Pertama gambarkan empat kuadran dan jelaskan masing-masingnya dengan
menyebutkan satu contoh yang mengandung beberapa contoh yang baik dan
buruk dan jelaskan mengapa contoh tersebut baik atau buruk, jelaskan bahwa kita
bisa mengembangkan lebih jauh jika kita bisa membuat kotak bebas lebih besar.
Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak tertutup lebih kecil dengan
memperbesar kotak bebas (sharing), berikan satu contoh.
Tanyakan bagaimana kita bisa membuat kotak buta lebih besar dengan
memperbesar kotak bebas (umpan balik), berikan satu contoh.
3. Pelatih mendampingi proses diskusi yang bertujuan untuk merumuskan tujuan umpan
balik dalam lingkup pelatihan. Dalam diskusi tersebut adakan juga curah pendapat
mengenai apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam umpan balik yang
konstruktif dan tuliskan.
4. Bagikan materi sosio-drama dan biarkan peserta bekerja dalam kelompok yang terdiri
dari 6 anggota untuk mendiskusikan bacaan sosio-drama tersebut.
5. Hasil diskusi oleh setiap kelompoknya ditempelkan dan dipresentasikan (secara
ringkas) di depan kelas.
6. Mintalah kepada peserta untuk memberikan contoh memberi dan menerima umpan
balik yang tepat dalam konteks pelatihan dan prinsip pembelajaran orang dewasa.
190
Lembar Kerja
Bahan Bacaan
Umpan Balik - Belajar Satu Sama Lain
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan pengertian parafrase
Dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna
Berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan berlangsung
Bahan
-
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih meminta peserta, jika mereka bisa mendefinisikan apa parafrase itu. Tuliskan
istilah dan definisinya.
2. Gali ide-ide peserta saat mereka berpikir bahwa hal ini bisa berguna untuk teknik
fasilitasi.
3. Pelatih menjelaskan kepada peserta bagaimana pengungkapan dengan cara lain dan
berikan beberapa contoh.
4. Pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads atau dyads untuk
mempraktekkan
Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan
seorang penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang
memungkinkan setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.
Dyads: prinsip yang sama tetapi dalam pasangan tanpa pengamat.
5. Praktek. Biarkan peserta untuk mengalami kegunaan parafrase dengan
mempraktekkan parafrase dalam triads atau dyads masing-masing selama 5 menit.
Monitor waktunya sementara peserta masing-masing melakukan parafrase, pastikan
mereka bertukar peran dalam waktu tersebut.
6. Refleksi. Ajak peserta untuk merefleksikan praktek yang baru saja dilakukan, dengan
menanyakan pertanyaan berikut:
Bagaimana tanggapan Anda sebagai seorang peserta ketika mendengar kembali kata-kata
Anda sendiri?
Bagaimana cara Anda sebagai pelatih mengungkapkan dengan kata lain?
192
Apa yang menyulitkan? Apa yang bisa membantu?
Apa keuntungan dari parafrase untuk pembicara, penyimak dan pelatih secara bersama-
sama
Bahan Bacaan
Parafrase
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan apakah menguji itu
dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam suatu lingkup pelatihan
dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog
Bahan
Foto kopi teka-teki pada flip chart atau transparansi (supaya lebih kreatif, perlu disediakan
berbagai teka-teki)
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih melakukan curah pendapat dengan peserta mengenai apakah menguji itu.
Jelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan menguji dengan melakukan aktifitas yang
menyenangkan.
2. Minta peserta untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 6 orang untuk melakukan
kegiatan yang merangsang pemikiran.
3. Pelatih memberikan kepada kelompok masalah untuk dipecahkan satu teka-teki.
Penyelesainnya akan diberikan kepada satu orang untuk tiap kelompok dan kelompok
harus menemukan jawaban dengan bertanya kepada orang tersebut dengan pertanyaan
yang hanya bisa dijawab dengan ya atau tidak.
4. Pajang teka-tekinya di tempat yang bisa dilihat setiap orang selama permainan ini.
Minta seseorang yang pernah memainkan permainan ini sebelumnya sebagai seorang
pengamat dalam kelompoknya.
Teka-teki:
Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Disampingnya terletak sebuah
bungkusan. Jika dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi
bungkusan itu?
Jawaban: sebuah parasut!
5. Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk
kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih mungkin juga
menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan
waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan
baik, sekitar 10 menit).
194
6. Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:
Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif,
mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif, memperjelas informasi, menganalisis
masalah dengan hati-hati)
Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak
dengan baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir
kreatif, berasumsi)
Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu
keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk
memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan
opini peserta, untuk memfasilitasi dialog)?
7. Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan bahan bacaan pokok.
Lembar Kerja
Teka-teki:
Seseorang diketemukan tewas di padang pasir. Di sampingnya terletak sebuah bungkusan. Jika
dia membuka bungkusan tersebut dia tidak akan mati. Apakah isi bungkusan itu?
Jawaban: sebuah parasut!
1. Minta kepada tiap kelompok saat mendapatkan jawaban agar menyimpannya untuk
kelompok sendiri, tetapi minta untuk melambaikan tangan (pelatih pakar mungkin juga
menghentikan permainan begitu satu kelompok mendapatkan jawaban, menyediakan
waktu yang cukup untuk setiap orang dalam berusaha memecahkan teka-teki dengan baik,
sekitar 10 menit).
2. Begitu teka-teki telah dipecahkan refleksikan apa yang terjadi dengan bertanya:
Apa yang membantu Anda untuk menguji dengan baik (menyimak dengan aktif,
mengembangkan ide-ide, berpikir kreatif , memperjelas informasi, menganalisis
masalah dengan hati-hati)
Apa yang menghindarkan Anda untuk menguji dengan baik? (tidak menyimak dengan
baik, meloncat dari satu pertanyaan ke pertanyaan lain, kurang berpikir kreatif,
berasumsi)
Bagaimana hal ini berkaitan dengan pelatihan? Kenapa menguji adalah satu
keterampilan penting untuk seorang pelatih (untuk menggali peserta, untuk
memecahkan masalah-masalah, untuk menjernihkan pertanyaan, masukan dan opini
peserta, untuk memfasilitasi dialog)
3. Ringkaskan pelajaran pentingnya dan bagikan materi bacaan.
Bahan Bacaan
Menguji
Modul V - Menyampaikan Pelatihan | 195
PRAKTEK DIALOG
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi.
Dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan.
Dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung.
Bahan
Lembar pengamatan
Waktu
60 menit
Proses
1. Pelatih menjelaskan bahwa peserta akan mempraktekkan dialog. Jalankan curah
pendapat dengan cepat mengenai perbedaan antara diskusi dan dialog.
2. Diskusikan bagaimana peserta bisa memfasilitasi dialog.
3. Lalu pelatih menjelaskan mekanisme dan prosedur menggunakan triads untuk
mempraktekkan.
4. Triads: setiap tiga orang memilih seorang pembicara, seorang pendengar dan seorang
penyimak; setelah mempraktekkan pertama kali, perannya digilir yang memungkinkan
setiap orang untuk bertindak dalam tiga peran tersebut.
5. Bagi kelompok dalam triads dan bagikan foto kopi lembar pengamatan.
6. Biarkan peserta untuk mempraktekkan dialog dalam triads masing-masing selama lima
menit agar mencapai satu konsensus mengenai satu masalah penting (pilih sesuatu
yang sesuai). Monitor waktunya sementara peserta mempraktekkan dialog, pastikan
mereka menggilir peran dalam waktu tersebut.
7. Ajak peserta untuk refleksikan latihan dengan mengajukan pertanyaan berikut:
Kapan Anda melewatkan kesempatan dan mengapa?
Mengapa membuatnya sulit? Apa yang bisa membantu?
Apa manfaat menciptakan dialog dalam suatu pelatihan?
196
Lembar Kerja
Pengantar
Menguji pemahaman adalah hal penting dalam dialog. Ambillah peran pengamat dan perkirakan
apakah kelompok Anda menguji dengan efektif. Jangan abaikan contoh penguji yang menuju
pemahaman yang baik. Juga carilah kesempatan yang terlewat untuk menguji. Sebagai contoh
cara pandang seseorang tidak benar-benar dipahami dan pertanyaan yang mungkin membantu
menjernihkan situasi justru tidak ditanyakan.
Contoh Menguji
Bahan Bacaan
Menciptakan Dialog
Tujuan
Peserta mendiskusikan pemahaman mereka mengenai pentingnya pengetahuan dan
keterampilan dalam komunikasi non verbal.
Bahan
Gambar atau rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau umum yang menunjukkan
perilaku komunikasi non verbal (disiapkan support team), flip charts, spidol.
Waktu
90 menit
Proses
1. Pelatih memulai sesi dengan ceramah tentang komunikasi non verbal.
2. Pelatih menayangkan rekaman audio visual (siapkan terlebih dulu dengan konteks
pelatihan atau umum yang menunjukkan perilaku non verbal)
3. Lakukan tanya jawab dan catat jawaban-jawaban peserta di papan tulis/flip charts.
4. Bagi peserta ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota per kelompok 5 6 orang.
Mintalah agar masing-masing kelompok berdiskusi tentang:
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari tayangan tersebut
Pada momentum apa komunikasi non verbal digunakan
Apa manfaat komunikasi non verbal dalam pelatihan
5. Setelah kurang lebih 20 menit mintalah masing-masing kelompok mempresentasikan
hasilnya.
6. Pelatih mencatat hasil diskusi kelompok untuk menegaskan apa yang dimaksud
komunikasi non verbal dan apa manfaatnya seorang pelatih harus memahami
komunikasi non verbal.
Bahan Bacaan
Pentingnya Komunikasi Non Verbal
198
MENGATUR PERILAKU YANG SULIT
Tujuan
Peserta dapat:
mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus yang biasanya muncul dalam
konteks pelatihan
mengidentifikasi dan meyakini bebarapa saran untuk menangani perilaku khusus yang
dapat muncul dalam konteks pelatihan
Bahan
Rekaman audio visual dalam konteks pelatihan atau yang lain (disiapkan oleh support team)
yang menampilkan perilaku yang sulit, flip charts, spidol
Waktu
90 menit
Proses
1. Pelatih mengajak peserta untuk membagikan/menceritakan pengalaman mereka terkait
dengan peran mereka sebagai pelatih yang terkait dengan materi pada sesi ini.
2. Inventarisir perilaku yang sulit dalam konteks pelatihan versi peserta.
3. Tanyakan dan inventarisir jawaban peserta mengenai solusi yang mereka tempuh untuk
mengatasi perilaku yang sulit.
4. Simpulkan dan kuatkan pemahaman peserta dengan memberikan penjelasan tambahan
berdasarkan pengalaman pelatih dan atau materi bacaan yang tersedia (dibantu bahan
media yang sudah disediakan).
Bahan Bacaan
Menghadapi Perilaku yang Sulit
Tujuan
Pada akhir sesi peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan lancar
Bahan
Lembar kerja latihan dan lembar pengamatan
Waktu
240 menit (di bagi dalam 2 sesi)
Proses
1. Pelatih memperkenalkan sesi ini dengan mengatakan bahwa ini adalah kesempatan bagi
peserta untuk mempraktekkan semua ketrampilan pelatihan dan fasilitasi mereka dalam
satu lingkungan yang aman.
2. Bagikan latihan dan berikan peserta kesempatan untuk membaca isinya. Dorong
peserta agar mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya
(menggunakan media atau metode pelatihan baru).
3. Pelatih membuat jadwal tentang siapa, kapan akan memfasilitasi, sehingga peserta tahu
kapan mereka harus bersiap.
4. Berikan waktu paling kurang satu jam untuk persiapan (Hal ini bisa dijadwalkan di
waktu malam hari).
5. Sebelum peserta pertama mulai, ingatkan mereka tentang semua tujuan latihan ini.
Jelaskan bahwa peserta juga akan menjadi pengamat. Bagikan lembar pengamatan dan
perjelas setiap pertanyaan.
6. Undang peserta pertama ke depan.
7. Setelah mempraktekkan, minta peserta yang menjadi pelatih untuk mengingat dan
menulis pengalaman dan pengamatan mereka (peserta lain).
8. Mulai merefleksikan dengan mengundang peserta yang menjadi pelatih untuk
memberikan umpan balik tentang bagaimana pikirannya saat berlangsung latihan.
Cocokkan perasaan tersebut dengan pengamatan peserta lain. Tanyakan kepada
peserta yang menjadi pelatih tadi, apa yang akan dia rubah di lain waktu.
9. Lanjutkan dengan peserta lain dengan cara yang sama dan dorong mereka untuk
menggunakan poin belajar dari praktek sebelumnya.
10. Minta mereka masing-masing untuk mencatat poin belajar utama mereka dan hal-hal
yang akan mereka kerjakan lebih lanjut.
11. Ringkaskan poin belajar utamanya.
200
Lembar Kerja
202
MENILAI KETERAMPILAN FASILITASI
Tujuan
Pada akhir sesi peserta membuat evaluasi antar peserta mengenai keterampilan fasilitasi
yang telah dipraktekkan
Bahan
Lembar penilaian diri, lembar daftar tindakan
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih memperkenalkan atau menyegarkan ide bahwa peserta akan bisa belajar banyak
apablia menyadari kelemahan dan kekuatan masing-masing. Jelaskan bahwa pada sesi
ini peserta akan saling menilai keterampilan fasilitasi. Tekankan bahwa ini bukan ujian
tetapi alat agar peserta bisa lebih fokus dalam belajar dan bertindak.
2. Bagikan lembar penilaian dan minta tiap peserta untuk melengkapinya sendiri.
3. Pada waktu peserta mengisi lembaran, bagikan daftar tindakan. Jelaskan bahwa
lembaran ini akan membantu mereka untuk berpikir dan menyiapkan cara
meningkatkan keterampilan fasilitasi mereka di masa depan. Lakukan curah pendapat
secara cepat tentang situasi dan peristiwa yang memungkinkan untuk mempraktekkan
fasilitasi (tidak hanya selama pelatihan tetapi juga dalam pertemuan, lokakarya,
kelompok kerja kecil, bekerja dengan sejawat, dan lain-lain).
4. Minta peserta untuk memamerkan rencana tindakan mereka, dan lihat milik orang
lain.
5. Dorong peserta untuk mengambil ide-ide baik dari orang lain. Selain itu, ingatkan
peserta agar melaksanakan rencana tindak lanjutnya, misalnya dengan mengirim kartu
pos atau email yang berisi catatan rencana tindak lanjut yang telah disusun ketika
pelatihan berlangsung.
CATATAN
Penilaian ini bisa dilakukan pada waktu yang berbeda tergantung pada tujuannya dan tingkat
pengalaman serta keterbukaan peserta:
Penilaian bisa dilakukan sebelum mempraktekkan keterampilan fasilitasi. Ini dilakukan
agar peserta bisa lebih memusatkan perhatiannya pada materi pelatihan.
Penilaian bisa dilakukan setelah mempraktekkan keterampilan fasilitasi agar bisa segera
Lembar Kerja
Lembar Penilaian Diri
Penjelasan
Dalam tabel di bawah ini terdapat berbagai keterampilan fasilitasi yang telah disebutkan dibagian
sebelumnya. Bacalah tiap keterampilan dan refleksikan seberapa banyak Anda menguasai
keterampilan fasilitasi tersebut. Urutkan sendiri dari 1 (=jelek) sampai 5 (=sangat terampil).
Kemudian urutkan sendiri bagaimana yang Anda harapkan, dengan tetap mengingat tipe aktifitas
yang akan Anda miliki untuk memfasilitasi.
Penilaian
1 = jelek
2 = agak jelek
3 = lumayan
4 = trampil
5 = sangat trampil
204
13 Mendorong orang yang dominan untuk mendengarkan
orang lain
14 Menangani penolakan
15 Menangani satu kelompok dalam situasi konflik
16 Membantu satu kelompok yang ada dalam suatu
kebuntuan
17 Mendorong pembangunan tim
18 Menantang dan tidak setuju tapi bersikap tidak kasar
Penjelasan:
Lengkapi daftar tindakan ini, dengan menggunakan hasil dari lembar penilaian diri. Coba
tuliskan paling kurang tiga aktifitas yang akan Anda lakukan dan Anda ingin ketahui ketika
melakukannya. Cobalah se-spesifik mungkin. Semakin spesifik Anda tuliskan aktifitas Anda,
semakin besar peluang Anda akan benar-benar mengingatnya ketika diperlukan.
Anda bisa meminta bantuan orang lain dalam kelompok, atau manajer Anda, atau sejawat Anda,
atau teman Anda untuk mengingatkan Anda. Jika orang tersebut ada dalam sesi pelatihan ini,
dapatkan janji mereka sekarang.
APAKAH? SIAPAKAH?
Kategori D Kategori A
Fokus pada kualitas Fokus pada pelatih dan
isi materi dan kerapihan bagaimana menyampaikan
alur presentasi dengan bahasa yang baik
dan menghibur
Kategori B Kategori C
Fokus pada pembelajaran nyata Fokus pada pembelajar dan sejauh mana
yang dilakukan pembelajar yang efektif/positifnya mereka menerima/
fokus pada isi materi mendiskusikan/mempraktekkan
ketrampilan yang baru
Harap diingat bahwa tidak ada model gaya yang sempurna. Bagaimanapun, untuk
sebagian besar pelatih, hal yang realistis untuk mengharapkan bahwa keseimbangan dari dua
hal yang terkait akan mempengaruhi satu bidang lainnya. Hal yang sama dapat dikatakan untuk
dimensi siapakah.
206
Menginterpretasi Nilai Anda
Titik yang Anda miliki pada grafik yang didapatkan dari nilai Anda dimana dua dimensi yang
berpotongan mewakili gaya pelatihan Anda secara keseluruhan.
Untuk menginterpretasi hasil, Anda harus mempertimbangkan tiga hal:
1. Perbandingan kekuatan dari keempat kolom total individu.
2. Posisi untuk setiap nilai dua dimensi, dan
3. Peraga dan jarak dari titik tengah dimana nilai dua dimensi berpotongan.
Sebagai contoh, apakah total keempat kolom tinggi dan rendahnya berdekatan satu
dengan yang lain? Hal ini mengindikasikan Anda cenderung memiliki keseimbangan dalam
setiap gaya pelatihan yang setara atau beberapa aspek akan lebih besar sesuai dengan tingkat
kebutuhan. Hal ini berpengaruh langsung pada posisi nilai dimensi, yang menjadi pertimbangan
selanjutnya. Jika nilai suatu dimensi mengarah jauh pada satu ekstrim, atau yang lainnya, hal ini
mengindikasikan tingkat tertinggi yang dihasilkan antara dua rangkaian penekanan yang ada.
Nilai dimensi yang dekat ketengah merepresentasikan tingkat keseimbangan, dengan tanpa
melihat penekanan individu.
Perpotongan dari nilai dua dimensi menunjukkan gaya pelatihan Anda secara
keseluruhan, hasil dari upaya Anda untuk menerima keseimbangan dengan menekankan materi,
pembelajaran, penyampaian, dan penyambutan yang hangat. Selanjutnya titik dari bagian tengah
grafik, menunjukkan kecenderungan gaya pelatihan Anda pada satu ekstrim. Semakin dekat
dengan titik tengah, semakin seimbang kecenderungannya.
Deskripsi Gaya
Berikut adalah deskripsi singkat untuk tipe perilaku, sikap, kecenderungan, dan kesukaan yang
terkategori untuk setiap gaya pelatihan dari empat gaya yang ada.
a. Gaya Penjual
Seseorang dengan gaya penjual terutama menekankan pada isi dan bagaimana hal tersebut
dapat diterima dan dimengerti secara positif. Pembelajaran adalah tanggung jawab peserta,
dan itu dapat terjadi atau tidak terjadi sebagai hasil. Karena menyampaikan materi dan
menciptakan sikap yang baik merupakan tujuan utama, maka pelatih penjual cenderung
memusatkan perhatiannya pada pembelajar dan penerimaan pembelajar terhadap pesan/
materi.
Mereka membangun suasana penerimaan dengan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang nyaman, menyemangati pembelajar, menjawab pertanyaan, memvariasikan
program, dan sebagainya. Mereka cenderung untuk menggunakan metode ceramah atau
presentasi dengan menggunakan media yang telah disiapkan, diselingi dengan diskusi
untuk mempertahankan minat dan perhatian. Catatan diberikan untuk mendukung ingatan
terhadap materi.
Tugas rumah, tugas sebelum sesi, dan rangkuman materi pelatihan digunakan secara
luas untuk mengkomunikasikan atau menguatkan isi. Kegagalan atau tidak lulus ujian lebih
ditujukan pada nilai ingatan tanpa menghentikan pembelajar.
208
yang sesuai, lebih disukai daripada pembelajaran mandiri atau aktivitas pembelajaran
kelompok. Saat metode lebih berpartisipasi digunakan, pelatih cenderung untuk
menjalankan kontrol tertutup dan membuat diri mereka menjadi bagian dalam proses
pembelajaran.
Karena pelatih ini secara umum percaya bahwa pembelajar butuh untuk inspirasi
jika mereka akan tampil beda, sesi biasanya didesain untuk memotivasi lebih lagi atau
menghibur. Hal ini dapat efektif tetapi dapat berpotensi membatasi dengan hanya menerima
pembelajaran yang bergantung pada pelatih. Jika ini terjadi, pembelajar dapat mengalami
penurunan motivasi saat mencoba menerapkan keterampilan baru dalam bekerja, karena
pelatih yang dinamis tidak ada disana.
Fakta bahwa mereka mempengaruhi pembelajar secara pribadi seringkali lebih
penting bagi pelatih daripada perubahan spesifik yang terjadi atau masukan yang diberikan.
Kemudian, materi yang spesifik bukan masalah yang penting.
Gaya ini mungkin paling sesuai untuk seminar perkembangan pribadi, pertemuan
penjualan, dan program yang bertujuan untuk mengisi ulang baterai pembelajar.
Dalam kasus terburuk, gaya penghibur dapat disamakan seperti pertunjukkan
tukang obat yang membuat Anda linglung dan mengambil uang anda sebelum anda berubah
penilaian terhadap produknya.
d. Gaya Pelatih
Intruktur yang berorientasi pada pembelajaran dan pada pembelajar cenderung memiliki
titik terang yang menarik sehingga perhatian pembelajar dapat terfokus pada mereka
sepanjang waktu. Pelatih ini melihat peran mereka lebih sebagai fasilitator dalam pengalaman
pembelajaran menyampaikan informasi. Mereka melihat nilai dalam pelatihan hanya sejauh
keberadaan pembelajar untuk menampilkan cara baru.
Yang menjadi fokus utama aktivitas pelatih adalah pengembangan keterampilan,
membangun kepercayaan, dan aplikasinya, daripada mengingat informasi. Pembelajar
dievaluasi, tetapi hanya dengan pengamatan terhadap performa mereka atau perilaku yang
berubah daripada menggunakan tes tertulis. Tingkatan biasanya diabaikan, karena sebagian
besar instruksi bertujuan untuk meningkatkan keterampilan setiap orang atau meningkatkan
tingkatan daripada menetapkan siapa yang paling pandai.
Di sini kurang diperhatikan penyampaian dengan budi bahasa yang halus karena
pelatih menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyampaikan. Dan juga, karena
menciptakan suasana informal, dimana sedikit tekanan terhadap pelatih mengenai
penampilan, motivasi, dan hiburan. Menggunakan perbandingan yang tinggi dalam aktivitas
pembelajaran mandiri dan pembelajaran kelompok menjadikan pembelajar memotivasi dan
menghibur diri mereka sendiri. Tanggung jawab untuk menampilkan ini, akibatnya, bergeser
dari pelatih kepada mereka.
Jarak antara pelatih dan pembelajar ditekankan. Jenis filosofi yang berlaku adalah
pelatih yang baik adalah seseorang yang memiliki harapan yang tinggi, memandu, dan melatih
pembelajar, serta menemukan jalan sehingga mereka dapat tampil.
PENJUAL PELATIH
Penjual adalah: Berorientasi pada tugas Pelatih adalah: Berorientasi pada
pembelajar
Mereka melihat diri mereka sebagai: Mereka melihat diri mereka sebagai:
Pemberi tugas/pembujuk Fasilitator/pemandu
210
PROFESOR PENGHIBUR
Profesor adalah: Penghibur adalah:
Berorientasi pada pelatih Berorientasi pada hubungan
Mereka melihat diri mereka sebagai: Mereka melihat diri mereka sebagai:
Presenter/ahli Model peran/bintang
Proffesor lebih mengutamakan: Penghibur lebih mengutamakan:
Proses/penyampaian Reaksi/perasaan
Mereka bekerja keras untuk: Mereka bekerja keras untuk:
Mengesankan, sopan, profesional, Dinamis, hidup, berkharisma, santai,
menjauhkan diri sumber inspirasi
Program yang disusun: Program yang disusun:
Formal dan tidak fleksibel Formal tapi fleksibel
Memimpin sesi yang: terstruktur, Memimpin sesi yang: Memotivasi, disukai,
terkontrol, terorganisir, teratur menyenangkan, menghibur
Pembelajar dievaluasi dengan: Pembelajar dievaluasi dengan:
Tes Subjektif dan penilaian Pelatih Pemeriksaan mengenai perasaan dan
pendapat mereka
Meningkatkan Efektifitas
Seperti yang disebutkan dalam deskripsi dari gaya pada bagian interpretasi Instructional Style
Diagnosis Inventory, pelatih mungkin adalah gaya yang paling sesuai untuk situasi pelatihan yang
sebenarnya. Gaya pelatih mendukung dan menguatkan pendekatan pembelajaran kooperatif
untuk pelatihan orang dewasa.
Ingatlah, bagaimanapun, gaya pelatih tidak sesuai untuk setiap pembelajar.
Tantangannya adalah untuk meningkatkan fleksibilitas gaya dan belajar untuk memeriksa
gaya atau pendekatan apakah yang paling sesuai untuk situasi, kelompok, atau pembelajar
tertentu. Fleksibilitas adalah kunci keberhasilan, yaitu, mengubah dan mengadaptasikan
seluruh program pelatihan sehingga Anda berhadapan dengan tantangan baru dari peserta.
Pelatih dalam masalah ketika mereka tidak dapat atau tidak mau beradaptasi dengan gaya dan
kebutuhan peserta.
212
MEMBANGUN HUBUNGAN SALING PERCAYA (RAPPORT)
ANTARA PESERTA-PELATIH DALAM PELATIHAN
Satu hal yang esensial dalam kesuksesan training adalah kemampuan membangun rapport
atau pengertian. Hal yang sederhana adalah menyetujui dulu apa yang ingin dicapai. Alasan
bahwa sekalipun ini merupakan training kelompok ini tidak seperti belajar kelompok.
Ada beberapa poin yang berguna yang disediakan untuk membantu anda membangun
rapport.
Pendekatan Pribadi
Tidak ada seorang pun yang akan menyukai jika mereka dikatakan sebagai individu
yang tidak memiliki identitas. Ketika anda memberi respon dengan menyebutkan nama
pembelajar, maka mereka akan merasa dihargai. Artinya, cara merespon seperti itu
akan menambah harga diri mereka dalam kelompok sehingga mendorong orang lain
berpartisipasi.
Mendorong-Menguatkan
Mendorong atau memotivasi dalam training merupakan hal yang wajib. Pembelajar akan
mencoba segala macam pendekatan tanpa rasa takut atau gagal. Pendekatan yang harus
dibangun adalah menguatkan kepercayaan terhadap aspek-aspek yang mendorong pembelajar
untuk belajar. Ini dapat dicapai dengan menekankan apa yang harus mereka lakukan daripada
berdiam dalam sebuah kesalahan.
Melibatkan Orang Lain
Manfaat dari mendorong orang lain adalah menjadikan pembelajar sebagai pihak yang
aktif dalam proses belajar. Hal ini didasarkan karena kebanyakan orang merasa mereka
belajar dengan pengalaman. Partisipasi ini juga menjadi salah satu cara yang baik untuk
mengembangkan rapport antara kelompok dan antara pelatih serta pembelajar.
Metode yang baik untuk mencapai keterlibatan adalah mendesain kesempatan agar
pembelajar mengikuti program pelatihan dan menunjukannya secara jelas melalui pelatihan
dan kontribusi dalam kelompok. Dalam beberapa kasus, apresiasi dari pelatih diberikan pada
pembelajar tidak hanya dalam perkataan melainkan juga dengan perbuatan. Di bawah ini
dipaparkan sejumlah tanda positif ataupun negatif yang dapat ditangkap oleh pembelajar
dari seorang pelatih.
Menjadi Antusias
Rapport jarang terjadi secara langsung dan otomatis, seperti layaknya menghormati, hal tersebut
harus diupayakan. Usaha dan antusias yang anda tunjukkan dan diimbangi dengan minat dan
motivasi, akan menjadikan pembelajar tertarik. Henry Ford menyatakan antusiasme sebagai
prasyarat untuk maju disegala bidang.
Kreatifitas Memahami
Orang harus merespon apa yang Anda katakan dan harus memahami apa yang Anda
katakan. Ini artinya bahasa yang digunakan harus alami dan semua anggota kelompok dapat
memahaminya.
- Jangan menggunakan kata yang rumit. Prinsip untuk pelatih adalah berkata dengan KISS
atau keep it short and simple.
- Jangan bicara dengan tinggi hati. Pelatih hendaknya tidak menimbulkan kesan bahwa
pembelajar adalah pihak yang tidak tahu.
- Jangan menggunakan istilah teknik. Setiap subjek memiliki istilah sendiri dan tidak
seperti bagian yang mungkin Anda harapkan. Secara umum jargon dan istilah teknik
dihindari.
- Menjadikan perasaan pembelajar menjadi positif dan termotivasi
Menyatulah Dengan Kelompok
Posisi dari seorang pelatih sangat mudah untuk mengatur dirinya sendiri sebagai seorang
yang berpengalaman. Hindari frase seperti kamu atau mereka yang mengindikasikan
bahwa Anda tidak menghormati mereka sebagai kelompok. Gunakan kami untuk mengatasi
masalah ini.
214
FASILITASI DALAM PELATIHAN
Bagaimana fasilitasi membantu terjadinya proses sharing yang efektif dan proses
pemahaman bersama?
Dalam suatu pelatihan, biasanya banyak ide dan pengalaman yang dilontarkan atau diceritakan.
Namun, seringkali hanya beberapa yang mendapat perhatian sementara yang lainnya hilang
seolah-olah tidak pernah dikatakan.
Prinsipnya adalah: satu ide yang diekspresikan dengan gaya komunikasi yang bisa diterima akan
ditanggapi secara lebih serius oleh lebih banyak orang. Ide-ide yang diekspresikan secara buruk
atau mengancam akan lebih sulit didengar peserta. Sebagai contoh, banyak peserta tidak sabar
dengan peserta yang sangat pemalu atau gugup dan bicara dalam kalimat terpatah-patah, atau
yang tidak menguasai bahasa dengan baik.
Tidak jarang dijumpai, ada kelompok pelatihan yang pesertanya benar-benar ingin menyuarakan
opini, berbagi pandangannya, saling mendengarkan pengalaman dan memunculkan ide-ide
baru yang menarik. Namun, hal itu dibatasi oleh kemampuan menerima gaya komunikasi yang
berbeda, sehingga ruang lingkup dan kekayaan informasi, pengetahuan dan pengalaman hasil
sharing-nya menjadi terbatas.
Dalam contoh dan ilustrasi berikut digambarkan bahwa walaupun ada ide-ide yang hilang, akan
lebih banyak ide-ide yang dibagi (di-share) apabila kita memperluas batas gaya komunikasi yang
bisa diterima. Dengan menggunakan teknik fasilitasi yang baik, seorang fasilitator bisa menjadi
pendukung untuk kelompok seperti itu.
Sebagai contoh:
Ketika seseorang mengulang-ulang perkataanya sepanjang waktu, seorang fasilitator bisa
meringkaskan perkataannya untuk membantunya berpikir.
216
Ketika presentasi Perjelas tujuan
Kelompok, struktur dan kecepatan sesuai dengan apa
yang perlu dipelajari.
Sebanyak mungkin gambarlah.
Hubungkan dengan apa yang sudah peserta ketahui.
Hubungkan dengan realitas kerja peserta.
Ketika mendorong sharing Cari kesamaan dan perbedaan.
Tetap pada jalur.
Ikuti seluruh diskusi.
Rumuskan poin-poin penting.
Tantang dengan pemikiran hitam putih.
Dapatkan nilai-nilai belajar.
Ketika mendorong pertemuan Perkuat eksplorasi dan eksperimentasi.
Perkuat untuk mencoba sesuatu yang baru
Dampingi
Ketika mendorong penerapan Kejelasan tugas
Mengawasi kemajuan
Beberapa sikap dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi fasilitator yang
efektif:
Keterbukaan: kemampuan untuk mengundang dialog, menerima umpan balik, dan siap untuk
menguji nilai-nilai Anda termasuk opini, serta kesiapan untuk merubahnya, jika perlu.
Sensitif/empati: kemampuan mengambil pesan implisit; untuk melihat masalah melalui mata
peserta; untuk memahami perasaan, ide-ide dan nilai-nilai mereka; untuk fokus pada peran
daripada sekedar hanya pada kepribadian atau kompetensi.
Keterampilan komunikasi dasar: kemampuan menyimak dan mengamati secara aktif,
bertanya, menguji, menciptakan dialog, mengungkapkan dengan cara lain, memberi umpan
balik.
Mendiagnosis: kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan memilih cara dan waktu
intervensi yang tepat.
Mendukung dan mendorong peserta: kemampuan untuk memberikan dukungan, apreasiasi
dan kepedulian baik secara verbal maupun non-verbal.
Menantang: kemampuan untuk berlawanan, untuk tidak setuju, untuk menghentikan satu
proses tanpa bersikap kasar.
Mengelola konflik: kemampuan untuk menyelesaikan konflik melalui negosiasi dan
mediasi.
Memodelkan: kemampuan untuk menyertakan diri sebagai model dalam kelompok,
menanggapi dengan spontan, tanpa menjadi idealis, bersikap sebagai pakar.
Menyimak secara baik adalah lebih sulit daripada yang kita pikir.
Menyimak sepertinya mudah dilakukan. Tetapi dalam realitas, kita berpikir sedang menyimak,
tetapi ternyata kita hanya mendengar apa yang mau kita dengar! Hal ini bukan proses sadar;
hal ini hampir alamiah. Untuk menyimak dengan hati-hati dan secara kreatif, kita harus dapat
memilih aspek-aspek positif, masalah-masalah, kesulitan-kesulitan dan menangkap ketegangan-
ketegangan yang terjadi. Ini adalah keterampilan paling mendasar untuk fasilitasi. Karenanya
kita selayaknya mencoba untuk memahami apa yang bisa menghambat tindakan menyimak.
Daftar di bawah ini disebut hambatan untuk menyimak yang mungkin mengganggu tindakan
menyimak yang sesuai dan suportif. Memahaminya akan membantu untuk mengatasinya.
Hambatan menyimak
Menyimak hidup-mati
Kebiasaan menyimak yang tidak baik ini muncul dari fakta bahwa kebanyakan orang
berpikir sekitar empat kali lebih cepat dibanding rata-rata orang bisa bicara. Jadi
pendengar memiliki kira-kira 3/4 menit waktu berpikir tersisa untuk tiap menit kegiatan
menyimak. Kadang mereka menggunakan waktu ekstra ini untuk berpikir tentang hal-
hal pribadinya daripada untuk menyimak dan merumuskan apa yang harus pembicara
katakan. Hal ini bisa diatasi dengan memperhatikan ucapan, bahasa tubuh seperti gesturs,
keraguan, dan lain-lain.
Menyimak Bendera Merah
Untuk beberapa orang, kata-kata tertentu bisa bermakna bendera merah bagi banteng.
Ketika mereka mendengarnya, mereka menjadi marah dan menghentikan tindakan
menyimak. Istilah ini mungkin ada dalam setiap kelompok peserta, tetapi beberapa lebih
universal seperti istilah suku terasing, hitam, kapitalis, komunis dan lain-lain. Beberapa
kata-kata sangat bermuatan sehingga pembicara langsung tidak didengar. Pendengar
kehilangan kontak dengannya dan gagal untuk mengembangkan pemahaman terhadap
orang tersebut.
Menyimak dengan kuping terbuka pikiran tertutup
Kadang-kadang pendengar memutuskan dengan cepat bahwa baik subjek atau
pembicara bosan, dan apa yang sedang dikatakan tidak masuk di akal. Sering mereka
mengambil kesimpulan bahwa mereka bisa meramalkan apa yang diketahui pembicara
atau apa yang akan dikatakan; jadi mereka menyimpulkan bahwa percuma menyimak
karena mereka tidak akan mendengar sesuatu yang baru jika mereka melakukannya.
Menyimak dengan berkaca-kaca
Kadang-kadang pendengar melihat orang dengan tajam, dan kesannya sedang
menyimak meskipun pikiran mereka mungkin menuju pada hal lain atau jauh di
sana. Mereka tenggelam di dalam kenyamanan pikiran mereka sendiri. Mata Mereka
berkaca-kaca, dan sering muka mereka menampilkan wajah sedang bermimpi atau
dengan pikiran yang kosong. Jika kita perhatikan banyak peserta terlihat dengan
218
mata berkaca-kaca dalam sesi, kita harus menemukan saat yang tepat untuk berisitirahat
atau merubah irama.
Terlalu serius menyimak
Ketika menyimak ide-ide yang terlalu kompleks dan rumit, kita sering terlalu memaksa
diri untuk mengikuti diskusi dan benar-benar berusaha untuk memahaminya. Menyimak
dan memahami apa yang dikatakan orang, mungkin membuat kita menemukan bahwa
topik dan pembicaranya cukup menarik. Apabila ada satu orang atau beberapa orang
yang tidak memahami, maka kelompok lain bisa diminta untuk menjelaskan atau jika
mungkin, dengan memberi contoh.
Menyimak dont-rock-the-boat (jangan mengguncang sampan)
Orang tidak suka kalau ide-ide, prasangka, cara pandang favorit mereka dirusak; banyak
yang tidak suka opini mereka ditentang. Jadi jika seorang pembicara mengatakan sesuatu
yang bertentangan dengan apa yang mereka pikir atau percayai, mereka mungkin secara
tidak sadar menghentikan menyimak atau bahkan bersikap bertahan. Bahkan jika hal ini
dilakukan dengan sadar, maka lebih baik kita berusaha menyimak dan menemukan pikiran
pembicara, dengan tujuan mendapatkan sisi lain dari permasalahan. Dengan demikian
kerja pemahaman dan tanggapan secara konstruktif bisa dilakukan kemudian.
Hal yang dilakukan dan jangan dilakukan dalam Menyimak
220
Menggunakan Pertanyaan
Alasan Contoh
1. Meraih keterlibatan peserta. Bagaimana perasaan Anda tentang...?
2. Merasakan pikiran/ide atau opini Apa ide anda tentang...?, Bagaimana menurut
peserta. Anda?
3. Melibatkan orang non-partisipatif. Jack, apa yang Anda pikirkan?
4. Kenali kontributor penting . Ali, itu ide yang menarik, tolong jelaskan lebih
lanjut kepada kami...
5. Mengelola waktu kelas. Ok, kita sudah menggunakan sedikit waktu untuk
menjawab pertanyaan itu. Bagaimana jika kita
teruskan?
6. Meraih pemahaman dengan Itu salah satu cara pandang. Coba kita lihat dari
menggali pertanyaan dari kedua sisi pandang yang lain. Apa yang akan terjadi jika
belah pihak tentang suatu hal. Anda...
222
UMPAN BALIK BELAJAR SATU SAMA LAIN
known unknown
by self ask by self
1 2
feedback solicitation
known
by others open/free blind
area area
tell
self-disclosure/exposure shared others observation
disco-
very
area area
3 4
Jendela mewakili individu pribadi secara keseluruhan. Keempat daun jendela bisa digambarkan
sebagai berikut:
Dalam kata lain, cara kita melihat diri sendiri, adalah sebagian dari hasil yang orang lain telah
sampaikan kepada kita; bagaimana mereka melihat kita. Kadang-kadang bahkan bisa dilihat
sebaliknya yaitu cara kita merasakan atau berperilaku, bisa tergantung pada apa yang kita pikir
orang lain lihat dalam diri kita. Contohnya:
Saya tidak memahami apa yang guru katakan, tetapi jika saya minta kepadanya untuk menjelaskan
kepada saya lagi, dia akan berpikir bahwa saya sangat bodoh. Maka lebih baik saya diam.
Dalam banyak kasus akan sangat membantu untuk mendengar dari orang lain bagaimana mereka
sebenarnya melihat saya, dan hal ini bisa dilakukan melalui umpan balik.
224
KRITERIA CONTOH BAIK CONTOH BURUK
Spesifik, tidak umum. Anda terlalu cerewet! Ketika kita sedang memutuskan
suatu hal, Anda terlalu banyak
berbicara sehingga saya berhenti
menyimak.
Deskriptif, Anda hanya mau Saya merasa terganggu, karena Anda
tidak menilai mengganggu saya! menyela saya sepanjang waktu!
Penerima bukan Saya katakan pada Anda.. Jika Anda siap saya akan memberi
pemberi Anda beberapa umpan balik
mengenai
Fokus pada perilaku Anda sombong! Anda sering mengangkat alis, ketika
bukan orang saya berbicara. Ini menyulitkan bagi
saya untuk terus berbicara.
Fokus pada hal positif Anda tidak cukup Anda memiliki senyuman yang
bukan negatif tersenyum hangat, Anda bisa melalukannya
lebih sering, hal itu membuat saya
senang untuk bekerja dengan Anda.
Minta jangan paksa Pasti Anda ingin Tolong, katakan apa yang telah Anda
mengetahui... lihat dari pekerjaan saya .Apakah
semua orang paham apa yang saya
jelaskan ?
Waktu yang baik Minggu lalu.... Secara umum jangan menunda
umpan balik. Hal itu akan lebih
berguna jika dilakukan setelah
pengamatan. Orang kemudian bisa
menghubungkannya dengan situasi
spesifik
226
PARAFRASE
228
MENCIPTAKAN DIALOG
DISKUSI DIALOG
Berdasarkan kompetisi Berdasarkan berpikir bersama
Bertanggung-jawab untuk Bertanggung-jawab untuk memahami
mempengaruhi opini yang lain perspektif yang lain
Pikiran tertutup Pikiran terbuka
Bicara Menyimak
Pernyataan Pertanyaan terbuka
Opini yang pasti Menguji
Mencari penyelesaian Mencari penyelesaian terbaik
Pembelajaran terbaik adalah ketika seseorang mempunyai kebutuhan dan meyakini bahwa
pelatih, mempunyai pengetahuan yang mereka butuhkan. Ini berarti bahwa setiap anggota
kelompok memiliki ketetapan mengenai apa yang harusnya dikatakan. Masalahnya adalah tidak
semua dikomunikasikan hanya secara verbal. Walaupun kita berbicara dengan suara kita, namun
kita berkomunikasi melalui seluruh tubuh kita.
Jika kelompok tersebut bertujuan untuk menerima apa yang Anda sampaikan kepada
mereka, maka yang pertama adalah mereka harus mempercayai bahwa Anda adalah seorang
pelatih. Orang akan menilai secara tepat sebuah pesan berdasarkan penempatan kepercayaan
yang diberikan kepada si penyampai pesan. Ini berarti sejak pertama kali pertemuan dengan
anggota kelompok, mereka akan menilai Anda untuk melihat seberapa besar validitas yang dapat
mereka tempatkan terhadap apa yang Anda katakan, sebesar apa otoritas Anda akan menentukan
besarnya keyakinan mereka terhadap diri Anda.
Inilah poin yang mesti dibangun untuk kepuasan mereka yaitu dapat membuat mereka
rileks dan mendengarkan isi pesan yang Anda sampaikan. Ini tidak berarti bahwa kredibilitas
hanya ditentukan oleh peran kekuatan non-verbal tetapi memainkan peran penting dalam
menciptakan pengertian kelompok.
Seorang behavioris Albert Mehrabian menemukan bahwa 55% dari dampak pesan yang
disampaikan dibangun oleh elemen non-verbal. Intonasi berpengaruh 30% namun hanya 7%
pengertian dari kata-kata yang disampaikan itu sendiri. Terang saja bahwa gerak tubuh, gaya,
dan ekspresi dapat mempengaruhi secara signifikan khususnya:
1. Mempengaruhi penerimaan pesan.
2. Mempengaruhi pemahaman terhadap pesan.
Penerimaan Pesan
Tingkah laku Trainer harus bersahabat, berotoritas, dapat didekati dan terpercaya.
a. Senyum
Cara yang paling sederhana dan efektif untuk menunjukan bahwa anda seorang yang ramah
dan dapat didekati adalah dengan tersenyum. Hal ini sangat natural, bukan terkekeh-kekeh
karena gugup juga bukan menyeringai atau meringis.
b. Berjabat tangan
Jabat tangan biasa diartikan sebagai cara untuk menghilangkan jarak. Jabat tangan jangan
dipandang sebagai kesempatan untuk meremukkan tulang jari. Juga bukan seperti ketika
memegang kain basah atau bukan sebagai sarana untuk menunjukan kekuatan.
c. Postur
Cara berdiri kita juga dapat menunjukan indikasi apa yang sedang kita rasakan. Penampilan
230
Anda menunjukan kontrol diri Anda. Anda harus terlihat mempunya otoritas namun tidak
militeristik. Ini berarti jika Anda tinggi maka terlalu memikirkan tinggi badan. Jangan gugup
juga lembek seperti jeli dalam piring.
d. Cara bertindak
Menjadi orang yang punya keyakinan tidak berarti menjadi sombong. Jangan sampai ada
yang Anda katakan atau lakukan yang membuat kelompok merasa terhalangi, dipermalukan
atau dilindungi.
e. Penampilan
Sering disebut bahwa kesan pertama adalah kesan terakhir dan tidak akan ada kesempatan
kedua untuk menciptakan kesan pertama. Seorang partisipan umumnya memiliki opini
mengenai apa yang akan mereka harapkan untuk dilihat. Penampilan Anda merupakan
bagian integral dari harapan ini.
Jika anda menginginkan kelompok senang dan merasa nilai-nilai yang sama dengan
yang Anda bagikan, maka penting untuk memakai cara berpakaian yang sama. Sebagai
contoh, jika Anda memakai pakaian yang sangat kasual, jeans dengan jumper ketika yang
lainnya memakai pakaian formal, ini akan menurunkan kredibilitas dan berarti Anda akan
bekerja dua kali lipat lebih keras untuk mengatasi reaksi ini.
Pemahaman Pesan
Kejelasan pesan yang dikomunikasikan dan yang diterima oleh orang lain secara signifikan
dipengaruhi oleh non-verbal yang tersampaikan dalam proses presentasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penerimaan dan penolakan adalah:
Mata
Lengan dan tangan
Kaki, lutut dan tubuh
a. Mata
Mata merupakan jalur komunikasi yang sangat penting. Dalam percakapan normal, terjadi
kontak mata 25 -30% pada waktu tersebut, kedipan mata terjadi setiap 3 10 detik. Selama
percakapan, maka kontak mata akan berkurang dan jumlah kedipan menurun.
Kemampuan mendengar sebanding dengan kontak mata yang dilakukan. Ini berarti asumsi
bahwa jika seseorang menatap kita ketika berbicara maka informasi tersebut ditujukan bagi
kita. Sebaliknya jika kontak mata kemana-mana maka kita akan menolak pembicara dan
tidak bersepakat dengan apa yang disampaikan.
Ini sering ditemui dalam sesi training ketika pertanyaan ditujukan pada kekompok dan
kontak mata terhadap keseluruhan kelompok. Hasilnya adalah respon yang lama atau sama
sekali tidak direspon. Jika pertanyaan yang sama diajukan dengan menatap secara individual
maka orang tersebut akan merasa perlu untuk menjawab atau memahami hal tersebut.
232
Fungsi gerakan tangan adalah:
Reinforcement (Penguatan)
Gerakan tangan baik untuk dilakukan ketika dalam tujuan untuk menguatkan apa yang
dikatakan. Hal ini turut mendukung apa yang dikatakan dengan menggerakan tangan juga
dapat menjadi visualisasi.
Emphasis (Penekanan)
Mengacungkan jari, membunyikan meja, melakukan gerakan karate di udara dapat
menjadi tanda penekanan. Jika tidak terlalu berlebihan maka hal ini dapat membantu
mengkomunikasikan hal-hal yang penting bagi kelompok.
e. Kaki dan tubuh
Jika anda berdiri dihadapan kelompok dan sikap mereka akan dipengaruhi kuat oleh cara
Anda berdiri.
Sulit untuk menciptakan kesan yang baik ketika Anda berdiri dengan menyilangkan kaki.
Yang paling baik adalah berdiri dengan tegak lurus. Tidak hanya kontak mata yang baik dan
mengusai seluruh ruangan tetapi juga menghindari jarak seperti ketika Anda hanya duduk.
Bisa juga Anda duduk diatas meja. Ini dapat menciptakan situasi yang tidak terlalu formal
namun tidak mengganggu proyeksi suara.
Berdiri tegak lurus harus terlihat santai dan nyaman. Jangan seperti tentara.
Berpindah-pindah tempat dapat menstimulasi juga membuat perhatian audiens lebih terfokus.
Contoh-contoh distraksi yang sering terjadi:
Berjalan kedepan dan kebelakang
Berayun
Menekankan poin penting dengan jinjit (berdiri dengan ujung telapak kaki)
Menampilkan tarian sederhana
Berdiri pada setengah bagian sepatu
Untuk gerakan yang dapat diterima, harus natural. Jangan berjalan dengan langkah cepat,
menyambar, terhuyung-huyung atau berayun.
Sering dibicarakan, dan memang benar, bahwa pelatihan kelompok berlangsung dengan
keadaan yang baik, jika pesertanya orang-orang yang tidak susah diatur. Hanya saja pelatihan
tidak mungkin berlangsung tanpa kehadiran mereka yang sulit diatur. Situasi ini mengakibatkan
dilema buat pelatih dalam mengembangkan kemampuan untuk bisa bersepakat dengan orang
yang berbeda kepribadiannya.
Adalah penting untuk menekankan bahwa bukan individunya yang rumit, melainkan
hanya perilakunya. Kemampuan pelatih dalam pelatihan akan dikenal melalui perbedaan perilaku
dan bagaimana mengaturnya agar menjadi kelompok yang dinamis dengan tepat.
Berikut disampaikan beberapa karakter:
234
4. Meminta pembicara untuk melakukan dengan cara lain. Meminta mereka untuk
mencatat semua ide-ide dalam kelompok dengan membuat flip chart dan mencari
assisten sebgai operator teknik untuk mengobservasi sehingga merupakan
tujuannya.
c. Doubting Delegate
Karakter
Doubting delegate merupakan jenis dari grater griper. Perbedaan utama adalah great griper hanya
membahas satu atau dua bagian yang sensitif, doubting delegate menghasilkan semua yang
bersifat sinisme.
236
penjelasan yang jelas. Contoh: Adam, apakah kamu dapat menemukan bahwa pertanyaan
tertutup dapat membantu mengatasi perasaan malu?
Untuk pilihan seperti ini mendengarkan akan lebih baik daripada berbicara, pelatih dapat
terlibat meskipun tidak secara langsung sehingga peserta dapat menjadi aktif.
e. Pelawak (humoris)
Karakter
Dalam setiap kesempatan mereka selalu melemparkan senyum kepada semua orang dan
selalu membuat gembira dengan ejekan ataupun sindiran. Selera humor seperti ini harus
ditangani secara sungguh-sungguh. Akan membantu jika membongkar sesuatu yang menjadi
halangan, kelompok yang rileks dan bersahabat.
Sebab
Dalam faktor ini mereka memilih untuk menjadi bos dan mau diterima oleh kelompok.
Frase favorit
Ini mengingatkan ku, Saya mengetahui orang ini
Penanganan
Sangat sulit untuk mengontrol pelawak antara menjadi lembut dan senang serta terlalu
menurut.
1. Ketika mereka mencoba untuk memberikan cerita lucu dan humor jelaskan bahwa akan
ada waktu yang cukup untuk membicarakan hal tersebut, mungkin pada kesempatan
makan siang atau istirahat dengan menggunakan anekdot tetapi waktu pelatihan sangat
terbatas. Maaf, Martin, saya tahu bahwa kami sangat senang mendengarkan apa yang
terjadi padamu, tapi sayang sekali waktu kami sangat terbatas sekarang. Mungkin kita
bisa minum bersama dan membicarakan hal itu setelah sesi ini.
2. Gunakan pandangan atau tatapan mata yang tajam untuk mengecilkan hati mereka
agar tidak membuat sesuatu yang tidak penting.
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
Dapat menjelaskan alur dan logika dari siklus pembelajaran berdasar pengalaman.
Mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasar pengalaman dalam perancangan sesi
Bahan
Transparansi atau flip charts tentang masalah komputer dan siklus pembelajaran
berdasar pengalaman.
Flip charts dengan 4 contoh sesi terpilih; masing-masing menunjukkan kejelasan suatu
alur sesi yang dimulai pada titik masuk yang berbeda dari siklus pembelajaran berdasar
pengalaman.
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih memberikan penjelasan mengenai kaitan materi ini dengan prinsip pembelajaran
orang dewasa. Ingatkan mereka bahwa untuk semua orang dewasa, pembelajaran
berdasar pengalaman dan pembelajaran dengan melakukan adalah aspek yang sangat
penting dalam pembelajaran. Jelaskan bahwa walaupun prinsip-prinsip mengenai
pembelajaran bisa sama untuk setiap orang, kita juga memiliki kecenderungan tertentu
tentang bagaimana cara belajar yang diinginkan.
2. Pelatih menunjukkan kasus komputer (lihat transparansi/powerpoint) dan buat daftar
sekilas tentang tanggapan dan jelaskan bahwa setiap orang memiliki satu gaya yang lebih
diminati dalam belajar memecahkan masalah. Beberapa orang suka mulai dengan coba-
coba, yang lainnya lebih suka berefleksi, berpikir atau menerapkan.
3. Jelaskan bahwa pembelajaran dapat digambarkan sebagai satu proses bekerja melalui
berbagai langkah yang ada di dalam siklus pembelajaran berdasar pengalaman. Jelaskan
bahwa hal itu adalah alat bantu yang sangat berguna bagi pelatih untuk merancang sesi
mereka.
4. Tampilkan contoh rancangan sesi, dan minta pada peserta, secara berkelompok
(beranggota 6 orang ), untuk menggambar siklus pembelajaran, dengan menunjukkan di
manakah sesi awal dan akhir dari siklus tersebut.
5. Minta pada peserta untuk menjelaskan bagaimana seharusnya pelatih bisa menggunakan
siklus tersebut dalam merancang suatu sesi pelatihan.
Lembar Kerja
Over head/powerpoint slide 1
PENGALAMAN
PRAKTEK REFLEKSI
KESIMPULAN
242
Pengalaman:
Terbuka terhadap pengalaman baru. Menghubungkan dengan pengalaman orang lain di
masa lalu dan sekarang
Refleksi:
Berpikir, Bermeditasi, Mempertimbangkan, Menemukan, Mencerna informasi, Berpikir
keras, Memperjelas, Memahami, Menguras otak
Kesimpulan:
Mengeneralisasi, Berpikir, Menganalisa, Mengidentifikasi isu kunci atau hal-hal penting,
Meletakkan semua hal dalam satu kerangka, Membentuk konsep atau ide baru.
Praktek:
Belajar sambil mencoba, menerapkan, uji coba (trial and error), bereksperimen.
Berikut ini adalah contoh empat sesi, yang semuanya memperkenalkan pendekatan penyelesaian
konflik yang mendukung gaya pembelajaran yang berbeda. Tentukan gaya pembelajaran mana
yang bisa digunakan untuk setiap contoh.
Kasus 1-Instruksi
1. Pelatih menjelaskan karakteristik dari tiga pendekatan yang berbeda dalam penyelesaian
konflik.
2. Peserta mendapat tiga studi kasus mengenai penyelesaian konflik dan diminta untuk
mengidentifikasi pendekatan apa yang dipergunakan dalam setiap kasus.
3. Peserta bertukar pengalaman mengenai penyelesaian konflik yang mereka lakukan dalam
pekerjaan mereka sendiri.
4. Peserta merefleksikan bagaimana mereka menghubungkannya dengan tiga pendekatan
yang telah diperkenalkan.
Kasus 2-Refleksi
1. Peserta melakukan curah pendapat berdasarkan pengalaman mereka mengenai apa yang
penting dalam penyelesaian konflik.
2. Dalam kelompok kecil peserta merefleksikan hasil curah pendapat dan menganalisis untuk
membedakan tiga pendekatan yang terdapat dalam hasil curah pendapat tersebut.
3. Dalam pleno, hasilnya didiskusikan dan tiga pendekatan tersebut didiskusikan dan diberi
nama.
4. Peserta kemudian menonton video mengenai konflik dan mengidentifikasikan pendekatan
yang mana yang tepat untuk memecahkan masalah tertentu.
Kasus 3-Pembelajaran mandiri
1. Untuk pekerjaan rumah, peserta membaca sebuah artikel mengenai tiga pendekatan
penyelesaian konflik.
2. Pada hari selanjutnya pelatih memandu satu diskusi pleno untuk merumuskan ketiga
pendekatan tersebut.
PENGALAMAN
PRAKTEK REFLEKSI
KESIMPULAN
Bahan Bacaan
Gaya Pembelajaran
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan kita sehari-hari
dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian dalam satu lingkungan
pelatihan
dapat memilih metode monitoring yang tepat
Bahan
-
Waktu
120 menit
Proses
1. Pelatih menjelaskan tujuan dan prosedur sesi.
2. Pelatih membagi peserta menjadi enam kelompok dan menjelaskan bahwa peserta
memiliki waktu lima menit untuk menuliskan sebanyak mungkin hal yang mereka
pantau dalam kehidupan sehari-hari.
3. Bahaslah bersama peserta daftar tersebut dengan cepat dan rumuskan dengan
mengatakan bahwa monitoring adalah bagian dari kehidupan.
4. Kaitkan hal tersebut dengan satu setting pelatihan. Ajak peserta untuk mencurahkan
pendapat mengenai mengapa, kapan dan apa yang dilakukan dalam monitoring harian
dalam satu setting pelatihan:
Mengapa melakukannya? (untuk memeriksa apakah pelatihan berjalan seperti yang
direncanakan, untuk mencapai tujuan, dan untuk meningkatkan rasa memiliki di
antara peserta)
Mengapa melakukannya setiap hari, dan tidak hanya setiap minggu atau pada akhir
suatu pelatihan?
Apa yang Anda lakukan dengan hasilnya? Tekankan kenyataan bahwa jika Anda
memutuskan untuk memantau setiap hari, Anda juga perlu memasukkannya ke
dalam program pada awal dan akhir dari setiap hari dan memiliki fleksibilitas
mengenai apa yang dilatihkan dan bagaimana melatihkannya selama
melaksanakannya.
5. Pelatih merefleksikan cara melakukan monitoring harian selama pelatihan dan
merumuskan metode dan pendekatan berbeda yang dipergunakan (contohnya apakah
hal itu dilakukan sendirian, dalam kelompok kecil atau sebagai satu kelompok pleno;
apakah monitoring ditulis, dijelaskan secara langsung, apakah dilakukan secara
interaktif atau dilaksanakan oleh pelatih atau peserta, dan lain-lain)
246
MENGEVALUASI PELATIHAN
Tujuan
Pada akhir sesi peserta:
dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang berbeda dari suatu evaluasi
pelatihan
dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional untuk mengevaluasi kegitan
pelatihan
memformalisasikan satu rencana evaluasi untuk pelatihan mereka sendiri
Bahan
kertas flip chart dengan tabel untuk latihan kelompok
sebuah bola yang ringan untuk digilirkan (contohnya gumpalan kertas)
Waktu
120 menit
Proses
1. Lakukan curah pendapat dengan cepat mengenai apa yang biasanya dievaluasi
peserta dalam pelatihan mereka, kapan dan bagaimana mereka melakukannya. Pelatih
merumuskan hasil curah pendapat.
2. Pelatih menjelaskan bahwa tujuan dari sesi ini adalah untuk memperluas pikiran
peserta mengenai apa, kapan dan bagaimana suatu pelatihan bisa dievaluasi. Tipe
latihan evaluasi akan bergantung pada tipe dan tujuan dari sesi pelatihan.
3. Lakukan diskusi mengenai tujuan suatu pelatihan secara umum dengan menanyakan:
Kapan tanggung jawab kita sebagai pelatih berakhir ketika peserta pulang atau
setelah mereka kembali ke pekerjaan mereka?
Apakah menjadi tujuan kita untuk merubah orang yang sudah dilatih, apakah untuk
meningkatkan kemampuan kerja mereka, apakah untuk memperkuat organisasi?
4. Pelatih menjelaskan berbagai tingkat evaluasi satu demi satu, mulai dari tingkat yang
paling bawah dan berikan satu contoh untuk setiap tingkat (lihat materi tingkat evaluasi
di Bahan Bacaan Pokok).
5. Undang peserta dalam kelompok mereka untuk menyiapkan satu rencana evaluasi
pelatihan mereka sendiri dengan mengisi satu tabel dengan tiga kolom (kapan/tingkat,
bagaimana dan siapa) pada satu flip chart. Pelatih mengajak peserta untuk berpikir
mengenai cara untuk mengevaluasi beberapa tingkat yang lebih tinggi yang biasanya
tidak mereka cakup.
Bahan Bacaan
Mengevaluasi Pelatihan
248
BAHAN BACAAN POKOK MODUL VI
GAYA PEMBELAJARAN
AKTIFIS: REFLEKTOR:
PENDEKATAN
BELAJAR SAMBIL
MELAKUKAN
PRAKTEK PENGALAMAN
KESIMPULAN REFLEKSI
TEORITIS:
PRAGMATIS:
PENDEKATAN
PENDEKATAN
BELAJAR
INSTRUKSI
MANDIRI
PRAGMATIS TEORITIS
250
Bagaimana kita dapat menggunakan pengetahuan tentang gaya pembelajaran ini untuk
merancang pelatihan?
Ragamkan pendekatan dan metode pembelajaran selama merancang latihan Anda,
perhitungkan semua gaya pembelajaran.
Coba rancang sesi yang sama dengan menggunakan pendekatan yang berbeda agar Anda
bisa tertantang untuk berpikir lebih kreatif.
Coba lalui ke-4 tahap siklus pembelajaran untuk setiap topik baru.
Aktifis Reflektor
Paling baik belajar dengan menggunakan Paling baik belajar dalam suatu situasi
metode seperti: dimana dia bisa menjadi pengamat atau
Diskusi kelompok reflektor:
Projek Curah pendapat mengenai
pengalaman sendiri
Permainan peran
Merefleksi simulasi atau permainan
Simulasi
peran
Pragmatis Teoritis
Paling baik belajar dari contoh khusus Paling baik dengan belajar mandiri seperti:
dan keterlibatan seperti: Pekerjaan rumah
Latihan Menganalisis studi kasus
Beberapa Ide Mengenai Tipe Informasi Apa yang Dikumpulkan dan Pada Tingkat
yang Mana dan Bagaimana
252
Di tempat kerja setelah Relevansi pengalaman Wawancara
pelatihan pelatihan Pengamatan
Pengukuran penggunaan Kuisioner
pembelajaran
Pengukuran perubahan
perilaku
Penerapan rencana aksi
individual
Efektivitas organisasional Pengukuran dalam Wawancara dengan
perubahan organisasional pemberi kerja (juga
Penerapan rencana atau melalui telepon, email
projek tindakan kolektif dll.)
254
Model Empat-Tingkatan dalam Evaluasi
Model yang paling terkenal untuk mengevaluasi program pelatihan dikenalkan pada tahun 1959
oleh Donald Kirkpatrick. Model ini dianggap sebagai model terbaik oleh praktisi pelatihan.
Meskipun keempat tingkatan model tersebut (reaksi, pembelajaran, perilaku, hasil) merupakan
hal yang penting, Anda boleh memilih untuk tidak mengevaluasi dengan keempat tingkatan
tersebut. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat sangat banyak organisasi yang
mengevaluasi reaksi. Persentase yang cukup tinggi untuk mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi
terhadap perilaku mengikuti di belakang kedua tingkatan tersebut; evaluasi terhadap hasil
menempati persentase yang terakhir.
Organisasi di masa sekarang sangatlah sadar akan biaya, dan kebutuhan untuk mengukur
keefektifan suatu pelatihan akan terus meningkat. Sebaiknya Anda membuat pendekatan
yang komprehensif (menyeluruh) dalam melakukan evaluasi, Anda akan mampu membuat
rekomendasi yang tepat atau menjawab dengan yakin ketika seseorang meminta kepada Anda
untuk membuktikan bahwa pelatihan tersebut memberikan hasil. Berikut ringkasan dari model
evaluasi tersebut:
Mengukur Hasil Pelatihan
Tingkatan I berhubungan dengan reaksi peserta. Evaluasi pada tingkatan I seringkali dihubungkan
dengan hal-hal seperti lembaran senyum, menyiratkan bahwa reaksi peserta didasarkan pada
seberapa besar perasaan senang yang mereka miliki selama mengikuti sesi. Untuk alasan tersebut,
seringkali pelatih tidak mengikutsertakan evaluasi pada Tingkatan I karena membuang-buang
waktu.
Sebaliknya, Tingkatan I adalah langkah pertama yang penting dalam menentukan
keberhasilan suatu program pelatihan. Reaksi para peserta dapat membantu Anda menentukan
keefektifan dari suatu kegiatan dan bagaimana program tersebut dapat ditingkatkan. Jika mereka
(peserta) tidak bereaksi seperti yang diharapkan, mereka tidak akan terdorong untuk belajar.
1. Apa yang Tidak Bisa Diukur Oleh Tingkatan I.
Salah satu permasalahan yang ada dan menimbulkan kecaman pada evaluasi Tingkatan I
adalah karena terlalu subjektif dan seringkali menjadi sesuatu yang tidak lebih dari sekedar
ajang popularitas. Sebelum membuat lembar evaluasi (akhir sesi) untuk peserta, perlu
diketahui beberapa hal yang tidak bisa dilakukan dan diharap untuk dilakukan: (1) tingkatan
ini tidak mengukur pembelajaran atau kemampuan untuk menerapkan pembelajaran ke dalam
suatu pekerjaan; (2) tingkatan I juga tidak bisa mengukur perubahan di dalam bersikap atau
keyakinannya; (3) karena ini hanya berhubungan dengan persepsi dan reaksi peserta, alat
ukur Tingakan I tidak memiliki jalur untuk mengukur dampak institusi; (4) juga, meskipun
seringkali ditanyakan, peserta tidak dapat mengukur pengetahuan pelatih.
2. Menetapkan Apa yang Diukur.
Sebelum merancang alat ukur Tingkatan I, Anda perlu memiliki kejelasan tentang hal apa
yang ingin Anda ketahui, kenapa Anda ingin mengetahuinya, dan apa yang akan Anda lakukan
dengan informasi tersebut. Jangan menanyakan informasi tentang sesuatu yang tidak bisa
Anda ubah atau tidak memiliki kaitan dengan analisa atau pelaporan.
3. Merancang Lembar Evaluasi (akhir sesi).
Kategori. Pertama putuskan apa yang ingin Anda ukur dan buatlah pertanyaan atau item
tanggapan yang ditujukan atau dimasukkan ke dalam kategori, bisa jadi banyak kategori, atau
paling tidak kategori-kategori berikut ini:
Isi Materi
Peralatan
Metode pembelajaran
Pelatih
Suasana
Logistik
Juga merupakan ide yang bagus untuk menyediakan kesempatan kepada responden
untuk memberikan saran seperti bagaimana program tersebut bisa ditingkatkan dan juga
mengungkapkan semua pendapat mereka terhadap sesi.
256
Format (Bentuk). Untuk meniadakan kecenderungan orang merespon dengan cara yang
sama terhadap item yang ada pada kuesioner atau survei, gunakan beragam format jawaban.
Pilihlah paling tidak empat bentuk dari pilihan berikut:
Pertanyaan dengan dua pilihan jawaban dengan ruang untuk menjelaskan atau menanggapi.
Dalam pilihan ini akan memasukkan tanggapan seperti ya atau tidak dan setuju
atau tidak setuju. Contoh: Apakah pelatihan ini sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan?
Ya Tidak Kenapa Ya atau Kenapa Tidak?
Jawaban Singkat. Item-item ini ditulis seperti pertanyaan tertutup dan meminta
responden untuk menuliskan jawaban singkat daripada hanya memberikan tanda
contreng/centang dalam kotak. Contoh: Bagian mana sajakah dari pelatihan tersebut
yang paling berharga/ menguntungkan bagi Anda? Mengapa?
Melengkapi Kalimat. Dengan menggunakan item ini, peserta diminta untuk melengkapi
suatu kalimat. Contoh: Hal yang ingin saya ketahui lebih dalam adalah...
Rating. Peserta diminta untuk menanggapi pertanyaan atau kalimat dengan
menggunakan beberapa tipe skala atau rating seperti skala Likert. Skala Likert
mengukur dua hal yakni arah (positif atau negatif) dan intensitas (sangat positif ke
sangat negatif) dari pendapat atau sikap individu. Contoh: Sesi hari ini menyenangkan
dan memuaskan bagi saya.
1 2 3 4 5 6 7 8
Sangat Tidak Setuju Netral Sangat Setuju
Rangking. Item ini meminta responden untuk menunjukkan proritas atau pemilihan.
Contoh: Urutkanlah setiap topik berdasarkan pentingnya atau keterkitannya dengan
pekerjaan Anda: 1 = paling penting dan 5 = paling tidak penting.
Daftar (contreng). Sebuah daftar menyediakan daftar cucian di mana peserta bisa
memilih kata-kata yang bisa menunjukkan reaksi mereka. Contoh: Periksa (dan berikan
tanda contreng) yang menggambarkan reaksi Anda terhadap sesi hari ini:
_____ Lebih dari yang saya harapkan
_____ Sesuai dengan harapan Anda
_____ Sedikit tidak sesuai dengan yang saya harapkan
Sebuah pertanyaan juga bisa ditambahkan berkaitan dengan dampak sesi terhadap
peserta, yang dirancang untuk memunculkan tanggapan yang lebih dalam dan lebih pribadi,
sebagai contoh: Bayangkan seorang rekan kerja Anda (atau teman Anda) sedang memikirkan
tentang mengikuti program ini. dia bertanya kepada Anda: Apakah Anda mau ikut program
ini?. Bagaimana Anda akan merespon?
4. Panduan Membuat Evaluasi.
Membuat evaluasi lebih sulit daripada yang mungkin Anda bayangkan. Gunakan panduan
berikut ini:
Jaga agar bentuknya ringkas. Sebaiknya peserta bisa melengkapi evaluasi secara singkat.
Tingkatan 2: Pembelajaran
Evaluasi tingkatan 2 berhubungan dengan apa yang sebenarnya peserta pelajari selama sesi
pelatihan. Tiga teknik yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi pembelajaran adalah
tes, observasi, dan wawancara. Tes adalah metode yang paling sering digunakan.
258
1. Tingkat 2 Metode Evaluasi
Observasi/pengamatan:
Mengamati perilaku dalam Dilakukan langsung Subjektif, terbuka bagi
kelas interpretasi
Keterampilan yang ditampilkan Memberi kemungkinan Tidak tersedia waktu yang
dalam latihan keterampilan dan untuk pelatihan dan cukup untuk mengamati
aktivitas pembelajaran umpan balik saat itu juga perilaku semua peserta
Interview/wawancara:
Wawancara individu dilakukan Dapat mengumpulkan Menghabiskan banyak waktu;
secara singkat setelah pelatihan informasi yang lebih detail mahal
Sampel acak peserta (Random Umpan balik segera Harus terstruktur dengan
sampling) ketat untuk memperoleh
jawaban yang dapat dinilai
2. Tes.
Sebaiknya sederhana. Banyak pelatih memberikan dua tes yaitu pre-test dan post-test guna
mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta.
Tipe-tipe Tes. Pertama tentukan apakah Anda ingin membentuk item-item subjektif
(jawaban singkat atau esai) atau objektif (pilihan ganda atau benar-salah) atau bahkan
menggabungkan keduanya. Ketika menyusun item tes, pertimbangkan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan tes-nya begitu pula dengan validitas dan reliabilitas masing-masing
item. Pastikan bahwa tes tersebut mengukur pembelajaran seperti yang disebutkan dalam
tujuan pembelajaran. Ketika suatu item mengukur apa yang seharusnya diukur, maka tes itu
memiliki validitas. Setiap item tes juga harus reliabel, yaitu, memberikan hasil yang tetap dari
penerapan yang satu ke penerapan lainnya.
Pastikan bahwa tes-nya bermakna. Daripada menanyakan informasi yang sederhana
melalui ingatan yang berdasar pada fakta, lebih baik ajukan pertanyaan yang meminta peserta
menerapkannya atau memaknai apa yang telah mereka pelajari melalui sesi tersebut.
260
Untuk mengukur ingatan tentang informasi yang telah dipelajari dalam program, berikan
tes yang lain beberapa bulan setelah pelatihan.
3. Observasi.
Pelatih dapat melihat peserta melatih dan menerapkan keterampilan, alat-alat, dan teknik-
teknik yang mereka miliki selama sesi. Selama pelatih mengamati perilaku peserta dalam
melatih keterampilan, memainkan peran, simulasi, studi kasus, dan kegiatan lainnya, dia bisa
mendapatkan ide bagus tentang apa saja yang sesungguhnya telah dipelajari oleh peserta.
4. Wawancara.
Sesaat setelah pelatihan, wawancarai peserta dan tanyakan kepada mereka tentang hal apa
sajakah yang mereka pelajaru di dalam sesi. Lakukan wawancara dalam waktu seminggu
sesudah pelatihan.
Tingkatan 3: Perilaku
Pertanyaan penting yang dijawab oleh Tingkatan 3 adalah, bagaimana suatu pelatihan
berpengaruh kepada perilaku peserta?
Keberhasilan suatu program pelatihan ditentukan oleh apa yang peserta lakukan
terhadap informasi atau keterampilan ketika kembali ke pekerjaannya. Evaluasi tingkatan 3 akan
memakan waktu serta biaya (mahal). Selain itu juga memerlukan pengorganisasian yang bagus,
kertampilan-keterampilan lanjutan, dan proses.
1. Tujuan Evaluasi Tingkatan 3.
Gunakan evaluasi lanjutan untuk tujuan berikut:
Mengukur hasil yang tetap dari pelatihan
Menentukan pada area mana sajakah para peserta menunjukkan peningkatan terbesar
dan terkecil
Bandingkan tanggapan yang ada pada program lanjutan dengan yang ada pada akhir
program
2. Panduan Lanjutan.
Gunakan panduan berikut ini untuk evaluasi lanjutan:
Persiapkan peserta. Pada akhir sesi pelatihan, katakan kepada peserta bahwa Anda akan
mengadakan evaluasi lanjutan dan tipe evaluasi yang akan digunakan.
Jika pelatihan tidak berjalan efektif, cari tahu sebabnya. Doronglah peserta untuk
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak mengalami peningkatan dan faktor apa
sajakah yang menjadi halangan bagi kemajuan mereka.
Terkadang ada faktor-faktor yang menghambat atau mencegah penerapan pengetahuan
dan keterampilan yang baru ke dalam suatu pekerjaan. Hambatan-hambatan tersebut
mungkin termasuk keadaan lingkungan yang menyedihkan, perlengkapan yang sangat
tidak memadai, supervisor, keberadaan kebijakan dan prosedur yang ada, bahkan juga
iklim organisasi.
Modul VI - Monitoring dan Evaluasi Pelatihan | 261
Sampaikan evaluasi lanjutan kepada manajer peserta atau supervisor. Mereka seharusnya
tahu tentang hasil program dan informasi lanjutan serta sebaiknya dilibatkan dalam
pelatihan peserta dan pelatihan penerapan.
3. Observasi.
Pelatih atau calon pengamat tentunya bisa mengamati pekerja saat mereka kembali bekerja.
Amati dengan hati-hati selama mereka melakukan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan
rutinnya. Untuk membantu proses tersebut dan memastikan konsistensi dalam pengumpulan
data, buatlah daftar perilaku-perilaku yang diharapkan dan kemudian amati apakah para
pekerja menunjukkan perilaku tersebut atau tidak.
Sebagai contoh, jika Anda mengamati seseorang yang baru saja mengikuti program
layanan konsumen, daftar perilaku dalam layanan konsumen yang Anda miliki mungkin
terlihat seperti ini:
____ Senyuman.
____ Menyapa pelanggan dengan Selamat pagi atau Selamat siang.
____ Penggunaan nama pelanggan.
____ Bertanya Bolehkah saya membantu Anda?.
____ Menawarkan bantuan tambahan.
____ Memberikan pilihan-pilihan kepada pelanggan.
____ Mengatakan apa yang bisa kami lakukan, bukannya apa yang tidak bisa kami
lakukan.
4. Wawancara.
Sebaiknya kita tidak hanya mewawancarai mereka yang mengikuti pelatihan, tetapi juga
sebaiknya mewawancarai mereka yang dekat atau masih memiliki kedekatan hubungan dengan
peserta program. Mungkin juga apabila yang diwawancarai adalah rekan kerja, bawahan, atau
masyarakat. Pertanyaan wawancara sebaiknya disusun secara hati-hati dan dirancang untuk
memusatkan perhatian pada penerapan yang spesifik serta perubahan perilaku.
5. Survei.
Survei akan lebih efisien (dan lebih mahal daripada wawancara) untuk menemukan apakah
peserta benar-benar menerapkan hal-hal yang telah dipelajari. Sekali lagi, jangan membatasi
sumber informasi Anda. Orang lain yang berinteraksi dengan mereka yang ikut serta dala
pelatihan seringkali merupakan sumber umpan balik dan lebih reliabel. Anda akan merasa
ingin mengetahui tidak hanya apakah peserta memanfaatkan pelatihan dalam melakukan
pekerjaannya tetapi juga bagaimana mereka menggunakan hal yang diperoleh dalam pelatihan
untuk menunjukkan adanya peningkatan.
Tanpa menghiraukan metode evaluasi yang Anda gunakan, pastikan bahwa Anda
memiliki cukup waktu untuk menghadirkan perubahan perilaku. Lamanya waktu tergantung
kepada programnya, tapi antara tiga sampai enam bulan sebaiknya Anda memberi cukup
kesempatan kepada peserta untuk menerapkan hal apa sajakah yang sudah mereka pelajari
dan mengembangkan perilaku baru mereka.
262
Tingkatan 4: Hasil
PEER TEACHING
Peer Teaching
PEER TEACHING
Tujuan
Peserta dapat mempraktekkan pengetahuan, keterampilan dan sikap melatih, yang telah
ia pelajari selama mengikuti proses pelatihan
Peserta dapat saling menilai dan memberikan masukkan berdasarkan dimensi yang
telah ditetapkan sebagai parameter penilaian dalam praktek pelatihan
Bahan
Kertas plano, flip charts untuk persiapan presentasi peserta, spidol, selotip
Bahan-bahan tertentu (yang telah mempertimbangkan ketersediaan setempat)
sesuai dengan metode yang akan dipakai peserta dalam peer teaching. Hal ini
dilakukan pada hari-hari sebelum pelaksanaan peer teaching.
Waktu
300 menit (diluar penjelasan sesi terakhir sehari sebelumnya)
Alokasi:
30-60 Menit: Penjelasan awal yang dilakukan sehari sebelum sesi peer teaching
mengenai tujuan, prosedur, pembagian kelompok, proses-proses yang akan dilalui
dalam peer teaching. Kegiatan ini dilakukan pada jam terakhir hari sebelumnya.
10-12 menit presentasi untuk masing-masing peserta. Total waktu 10 orang
membutuhkan: 120 menit.
10-15 menit playback dan feedback untuk tiap peserta (tidak semua video harus
ditunjukkan, tergantung kebutuhan; hal-hal penting nanti diarahkan oleh pelatih
atau peserta lain yang sekiranya penting. Total waktu untuk 10 peserta: 150
menit
Masukkan dan diskusi dalam kelompok peer teaching (diarahkan oleh pelatih dalam
peer teaching): 30 menit.
Diskusi Pleno: 30 menit.
Proses
1. Persiapan masing-masing pihak dalam peer teaching (lihat tugas masing-masing
pihak)
2. Penjelasan dan penugasan oleh pelatih
3. Pelaksanaan peer teaching.
4. Umpan balik dan sesi putar-ulang (Feedback dan playback session).
5. Catatan penutup pelatih dan plan of action.
268
Lembar Kerja
LEMBAR OBSERVASI PEER TEACHING
Nama Observee:
Nama Observer:
Petunjuk: Berilah nilai kepada peserta yang anda amati berdasarkan 10 dimensi fasilitasi,
dengan membubuhkan tanda centang pada kolom BAIK atau SEDANG atau
KURANG. Nilai pada ke tiga kolom nilai tersebut bergerak dari nilai yang
rendah (yaitu 1) sampai ke nilai yang tinggi (yaitu 6).
8. Sistematika Penyajian
Menyampaikan salam pembuka,
menyampaikan tujuan
instruksional, menyampaikan
deskripsi materi pelatihan,
menyampaikan garis besar alur
proses dan metode, menyampaikan
resume, menyampaikan pertanyaan
diagnosis, menyampaikan clue yang
menghantar ke materi selanjutnya,
menyampaikan salam penutup
270
9 Penguasaan Materi
Mampu menjawab pertanyaan
peserta dengan percaya diri, tidak
memberi kesan mempertahankan
diri, tidak mengalihkan pertanyaan
peserta ke hal lain yang tidak ada
hubungannya, konsisten dengan
penyampaian materi dari awal
hingga akhir
Lawson, K. 2006. The Trainers Handbook. 2nd Ed. Pfeiffer: San Francisco
Bray, T. 2006. The Training Design Manual : the complete practical guide
to creating effective and successful training programmes. Kogan
Page: London-Philadelphia
Hart, L.B. dan Waisman, C.S. 2003. 50 Activities for Developing Leaders. Volume
II. HRD Press: USA
273
274
LAMPIRAN
5. Kriteria Pelatih
7. Team Management
275
276
277
Lampiran 1.
278
II 08.00 10.00 Memahami Nilai-Nilai Ke- Pada akhir sesi peserta mampu: Menyanyikan lagu
Tgl. Indonesia-an mengingat kembali tentang nilai-nilai Ke-Indonesia-an wajib dan lagu daerah
mengidentifikasi nilai-nilai yang perlu dikembangkan Curah pendapat
menyimpulkan nilai-nilai ke-Indonesia-an yang tumbuh dan Diskusi kelompok
berkembang di masyarakat
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Mengembangkan Nilai-Nilai Ke- Peserta mampu:
Indonesia-an menghubungkan nilai-nilai ke-Indonesia-an dengan nilai Studi kasus
keragaman Diskusi kelompok
dasar-dasar konsepsional pemberdayaan masyarakat Pleno
memberikan penilaian terhadap program pemberdayaan
masyarakat
menjelaskan peran dan fungsi pelaku pemberdayaan
masyarakat
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Memahami Kembali Konsep Dasar Peserta memahami konsep dasar pemberdayaan masyarakat Ceramah
Pemberdayaan Masyarakat Peserta mampu menentukan konsep dasar pengembangan Diskusi kelompok
Lampiran | 279
III. 08.00 10.00 Pendidikan Orang Dewasa Peserta dapat mengidentifikasi prinsip dasar pembelajaran Ceramah
Tgl orang dewasa berdasarkan pengalaman belajar sendiri Curah pendapat
sebagai orang dewasa Diskusi kelompok
Peserta dapat menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran
orang dewasa selama pelatihan berlangsung
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Aspek-Aspek Etika Pelatih dan Peserta meyakini batasan-batasan etika ketika berfungsi Diskusi kelompok
Pelatihan sebagai pelatih dalam suatu pelatihan Presentasi
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Memahami Pembelajar Peserta dapat mengidentifikasi ragam masalah yang Ceramah
bersumber dari pembelajar yang dapat berdampak pada Penugasan
desain, pengembangan, dan penyampaian pelatihan
15.15 115.45 Istirahat
15.45 17.45 Taksonomi Tujuan Instruksional Peserta dapat mengidentifikasi tiga kawasan tujuan Ceramah
instruksional Presentasi
Peserta mampu membuat tujuan instruksional khususnya
model Bloom
V. 08.00 10.00 Berbagai Metode Pelatihan I Peserta dapat mengemukakan berbagai metode pelatihan yang Bola salju
Tgl mereka kenal dengan teknik bola salju.
VI. 08.00 10.00 Memilih Metode Pelatihan I Dapat menjelaskan mengapa metode pelatihan harus Curah pendapat
Tgl dipilih dengan hati-hati. Praktek
Dapat menjelaskan bahwa banyak metode yang cocok
untuk meningkatkan kesadaran atau pengetahuan, tetapi
hanya sedikit yang bisa mengembangkan keterampilan atau
merubah sikap.
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Memilih Metode Pelatihan II Mampu memilih metode pelatihan yang tepat sesuai dengan Praktek
tujuan, kelompok sasaran yang berbeda, serta situasi yang Ceramah
spesifik
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Pemanfaatan Media Pembelajaran I Peserta dapat mengindentifikasi lima kelebihan dan Ceramah
kekurangan dari media yang dipilih. Demonstrasi
15.15 15.45 Istirahat
15.45 17.45 Pemanfaatan Media Pembelajaran II Peserta mampu mengidentifikasi lima hal yang boleh Demonstrasi
dilakukan dan jangan dilakukan dalam menggunakan media Ceramah
yang dipilih
VII 08.00 10.00 Karakteristik Pelatih dan Gaya Pada bagian ini, peserta dapat: Ceramah
Tgl Pelatihan I mengidentifikasi pilihan gaya pelatihannya Diskusi kelompok
mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan fleksibilitas Penugasan
gaya pelatihan
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Karakteristik Pelatih dan Gaya Peserta mampu membedakan antara pelatihan yang berpusat Ceramah
Pelatihan II pada pembelajar (learner-centered) dan pelatihan yang berpusat Diskusi kelompok
pada materi (information-centered) Penugasan
12.15 13.15 Ishoma
13.15 13.45 Membangun Hubungan/Interaksi Pesserta dapat: Curah pendapat
menyebutkan faktor-faktor yang dapat menghambat
terbinanya relasi yang baik antar pelatih dengan peserta
menyimpulkan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk
membina dan mempertahankan relasi yang baik antar
pelatih dengan peserta.
13.45 15.00 Memperkenalkan Ketrampilan Peserta dapat menjelaskan mengapa keterampilan fasilitasi Ceramah
Fasilitasi penting dalam pelatihan partisipatif Diskusi kelompok
15.00 15.30 Istirahat
15.30 16.30 Praktek Kemampuan Menyimak Pada akhir sesi peserta: Ceramah
dapat menjelaskan perbedaan antara mendengar dan Main teka-teki
menyimak
dapat menjelaskan kenapa menyimak itu sulit
mengidentifikasi halhal yang dilakukan dan tidak
dilakukan oleh seorang pelatih selama menyimak
16.30 17.30 Praktek Pengamatan Pada akhir sesi peserta dapat menjelaskan alasan mengapa Sulap Jam Tangan
pengamatan menjadi faktor yang penting bagi seorang pelatih Praktek pengamatan
VIII. 08.00 10.00 Praktek Bertanya Peserta mampu membedakan antara pertanyaan terbuka Diskusi kelompok
Tgl. dan pertanyaan tertutup. Praktek bertanya
Peserta mampu menggunakan jenis-jenis pertanyaan dengan tepat
yang sesuai dengan konsep pembelajaran orang dewasa.
10.00 10.15 Istirahat
10.15 11.45 Memberikan dan Menerima Umpan Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
Balik dapat menjelaskan tujuan umpan balik Sosio drama
dapat menjelaskan perbedaan antara umpan balik yang baik
dan buruk
dapat menunjukkan keterampilan dalam memberi dan
menerima umpan balik
11.45 12.45 Praktek Parafrase Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
dapat menjelaskan pengetian parafrase Praktek
dapat menjelaskan kapan parafrase itu bisa berguna
berlatih menggunakan parafrase selama pelatihan
Lampiran | 283
berlangsung
12.45 13.45 Ishoma
13.45 14.45 Praktek Menguji Pada akhir sesi peserta: Ceramah
dapat menjelaskan apakah menguji itu Curah pendapat
dapat menjelaskan mengapa menguji itu penting dalam Teka-teki
suatu lingkup pelatihan
dapat menjelaskan perbedaan antara diskusi dan dialog
284
14.45 15.45 Praktek Dialog Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
dapat menjelaskan perbedaan antara dialog dan diskusi. Praktek
dapat menjelaskan pentingnya menciptakan dialog dalam pelatihan
dapat berlatih menciptakan dialog selama pelatihan berlangsung
15.45 16.15 Istirahat
16.15 17.45 Komunikasi Non Verbal Peserta paham pentingnya pengetahuan dan keterampilan Tayangan video
dalam komunikasi non verbal peristiwa
IX. 08.00 09.30 Mengatur Perilaku yang sulit Mengidentifikasi beberapa karakter dan perilaku khusus Tayangan video ...
Tgl yang biasanya muncul dalam konteks pelatihan. peristiwa
Mengidentifikasi dan meyakini beberapa saran untuk
menangani perilaku khusus yang dapat muncul dalam
konteks pelatihan.
09.30 10.00 Istirahat
10.00 12.00 Praktek Fasilitasi I Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan Praktek fasilitasi
lancar
12.00 13.00 Ishoma
13.00 15.00 Praktek Fasilitasi II Peserta mampu mempraktekkan keterampilan fasilitasi dengan Praktek fasilitasi
lancar Penugasan
15.30 16.00 Istirahat
16.00 18.00 Menilai Keterampilan Fasilitasi I Peserta mampu membuat evaluasi antar peserta mengenai Praktek
keterampilan fasilitasi yang telah dipraktekkan Penugasan
X. 08.00 10.00 Analisa Perkembangan Belajar Pada akhir sesi peserta: Studi Kasus
Tgl dapat menjelaskan alur logika dari siklus pembelajaran Diskusi Kelompok
berdasarkan pengalaman
mengenali fase-fase siklus pembelajaran berdasarkan
pengalaman dalam perancangan sesi
10.00 10.15 Istirahat
10.15 12.15 Monitoring Pelatihan Pada akhir sesi peserta: Ceramah
dapat menyimpulkan bahwa monitoring adalah bagian dari Diskusi kelompok
kehidupan sehari-hari Curah pendapat
dapat menjelaskan tiga alasan untuk monitoring harian
dalam satu lingkungan pelatihan
dapat memilih metode monitoring yang tepat
12.15 13.15 Ishoma
13.15 15.15 Mengevaluasi Pelatihan Pada akhir sesi peserta: Curah pendapat
dapat menjelaskan tujuan-tujuan dan tingkat-tingkat yang Lempar Bola
berbeda dari suatu evaluasi pelatihan
dapat menyebutkan lima cara yang tidak konvensional
untuk mengevaluasi kegiatana pelatihan
dapat mengformalisasikan satu rencana evaluasi untuk
pelatihan mereka sendiri
15.15 15.45 Istirahat
XI. 08.00 09.30 Penjelasan Peer Teaching Semua komponen pendukung peer teaching sudah siap Ceramah
Tgl... operasional
Peserta siap melakuan Peer teaching
10.45 12.30 Peer Teaching 8 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi
12.30 13.30 Ishoma
13.30 15.30 Peer Teaching 16 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi
15.30 16.00 Istirahat
16.00 17.30 Peer Teaching 6 peserta dapat praktek peer teaching Presentasi
17.30 19.30 Ishoma
19.30 20.00 Playback dan Feedback Peserta dapat masukan dari peer teaching yang telah Pleno
dipraktekkan
20.00 20.00 Penguatan Komitmen Masing-masing peserta mendapat raport pribadi Pleno
Semua peserta mendapat peneguhan dan pencerahan
20.00 20.15 Penutupan Pelatihan dapat ditutup secara resmi Ceremonial Pejabat
Pusat/
Lampiran | 285
Setempat
20.15 SAYONARA
Lampiran 2.
286
4. Meminta informasi awal yang dibutuhkan oleh Fasilitator berkaitan dengan kebutuhan materi,
media dan perangkat pendukung pembelajaran lainnya
5 Penyiapan Konsumsi Training manajer 1. Memastikan kesiapan pelayanan konsumsi kepada peserta, antara lain mencakup jumlah yang
dibutuhkan dan jenis makanan.
2. Memastikan kebersihan dan kenyamanan tempat makan selama proses pelatihan berlangsung
288
3 Koordinasi dengan Training manajer 1. Membantu petugas keuangan BC/IGGRD dalam proses pertanggung-jawaban biaya perjalan peserta.
Bagian Keuangan 2. Pada akhir pelatihan melakukan pertanggung-jawaban penggunaan dana talangan awal oleh TM
kepada petugas keuangan BC/IGGRD.
4 Koordinasi antara PU, Training manajer 1. Evaluasi kegiatan hari itu
SS dan Pelatih dilakukan 2. Rencana kegiatan hari esok
setiap hari (malam)
290
C. Evaluasi Pelatihan
Manajer
Lampiran 3.
Lay Out Ruang Pelatihan
Spanduk Pelatihan
Layar Infocus
Whiteboard
Listrik
Projector Notebook
Flip chart Flip chart
Flip chart
Flip chart
Kursi peserta yang memiliki papan untuk menulis
atau jika tidak ada letakkan meja di belakang kursi
Listrik
294
Lampiran 4.
Lampiran | 295
No Nama Jumlah Keterangan
25 CD Kosong 35 pcs
26 Post It yang besar 2 buah
27 Printer 1 unit
28 Tinta Printer 2 hitam, 1 warna
29 Handycam 11 hari 1 unit
30 Voice operated recorder (VOR), 11 hari 1 unit
31 Baterai 22 pc A3 Alkaline
32 Balon 10 Pak
33 Bola tenis 1 Buah
III Training Kit: 1 pc
1 Tas 1 pc
2 Block Note Sedang
3 Bolpoint standar
4 Jadwal
5 Modul
6 Tata tertib dan aturan penginapan
7 Name tag
296
Lampiran 5.
Kriteria Pelatih
Dalam Pelatihan Pelatih (TOT) ini, Pelatih dibagi dalam 2 jenis: (1) Pelatih Utama dan (2)
Pelatih Pakar (Master Trainer).
A. Pelatih Utama adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa kriteria
yang telah disepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih Utama
(Quality Control) dalam pelaksanaan Pelatihan.
Kriteria Pelatih Utama:
1. Diutamakan yang berpendidikan minimal S2
2. Memiliki pengalaman secara nasional dalam melatih fasilitator minimal 15 tahun
3. Pelatih Utama adalah orang yang pakar dalam bidang community development,
pendidikan orang dewasa, metode dan media, serta teknik melakukan fasilitasi.
4. Memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pelatihan.
B. Pelatih Pakar adalah individu yang terpilih melalui penyeleksian dengan beberapa Kriteria
yang telah di sepakati oleh Panitia selanjutnya ditunjuk oleh Panitia sebagai Pelatih (Trainer)
dalam pelaksanaan Pelatihan. Master Trainer ini adalah mereka yang pakar dalam bidang-
bidang tertentu yaitu; bidang Pemberdayaan Masyarakat, bidang Pendidikan orang dewasa,
Metode dan Media, serta bidang teknik fasilitasi.
Kriteria Pelatih Pakar:
1. Pakar Pendidikan Androgogi
2. Diutamakan berpendidikan minimal S2 ilmu Pendidikan atau sejenisnya, atau S1
dengan pengalaman yang cukup sebagai praktisi pendidikan orang dewasa.
3. Praktisi Pendidikan Orang Dewasa,
4. Memiliki pengalaman melatih fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
Pelatih Senior Bidang Pemberdayaan Masyarakat
1. Berpendidikan minimal Sarjana S1
2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan
masyarakat
4. Memiliki Pengalaman melatih fasilitator lapangan minimal 10 tahun.
Pakar di bidang Metode dan Media
1. Berpendidikan minimal Sarjana S1
2. Memiliki pengalaman sebagai fasilitator masyarakat minimal 10 tahun.
3. Memiliki pengalaman yang luas dalam bidang manajemen program pemberdayaan
masyarakat
4. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan media pendidikan
Memiliki dan menyerahkan media pelatihan penyampaian pembelajaran yang telah
digunakan selama minimal 5 kali.
Lampiran | 297
Lampiran 6.
298
Lampiran 7.
Team Management
No Nama Lembaga
1 Eko Sri Harjanta Ditjen PMD, Depdagri
2 Bito Wikantosa Ditjen PMD, Depdagri
3 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD, Depdagri
Satker Pembinaan PNPM Mandiri
4 Moch. Yasir Sani Sekretariat PNPM MP
Perdesaan
National Management
5 Soenoe Wijayanti
Consultant
6 Eka T.P. Simanjuntak IGGRD Project Director
7 Ferry F. Karwur UKSW Kons. Kurikulum dan Pendidikan
8 Rizal Hikmat UI Kons. Jaminan kualitas dan Dbase
9 Fajar Sudarwo IRE Yogya Kons. ToT
10 Totok Mardikanto UNS Solo Kons. Standarisasi/Sertifikasi
11 Sumardja IPB Bogor Kons. Standarisasi/Sertifikasi
12 Dharmaputra Palekahelu UKSW Kons. Management Pelatihan
13 Esrom Aritonang IGGRD Asst. Kons. TOT
14 Bonar Siahaan IGGRD Asst. Kons. Manajemen Pelatihan
15 Julius Ranimpi UKSW Asst. Kons. Kur dan Pendidikan
16 Mohammad Dipati Database Master
17 Hendro Stevens WII Database Developer
18 Johan tambotoh WII Database Developer
19 Grace Palayukan IGGRD Administrasi Keuangan
20 Ari Sutanti BC Kontrak & Team Keuangan
21 Bayu BC Kontrak & Team Keuangan
22 Audrie BC Kontrak & Team Keuangan
23 Jerry Langkun WII Entry Data
24 Jolly Lengkono WII Entry Data
25 Merry Karwur WII Entry Data
26 Julyandrie N. Bawu. WII Entry Data
27 Olva Ngelo IGGRD Logistic
28 Imanuel Djahi IGGRD Koordinator Adm. Pelatihan
Lampiran | 299
Lampiran 8.
Daftar Pelatih
Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
A. Pelatih Utama
No Nama Lembaga/Instansi
1 Chamiyatus Sidqiyah Individu
2 Abraham Raubun PDT Ditjen PMD Jakarta
3 Sugeng Tri Handoko Yayasan Mitra Sejati
4 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati
5 Sarmauli Hutajulu LSM Letare
6 Ester Ritonga Yayasan Cinta Kasih Medan
7 Vien Sartika Dewi Universitas
8 May Januar KL2SS
9 Dyah Ismoyowati UGM Jogjakarta
10 Edy Triyanto YIS Solo
11 Semuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga
12 Veronika Kumurur UNSRAT Manado
13 Nico Gara GMIM Minahasa
14 Sri Sudaryanti UNIBRAW Malang
15 Warno Hadi Winarno LSM Dialog
16 Albertina de Queljoe Yayasan Alfa Omega Kupang
B. Nara Sumber
No Nama Lembaga/Instansi
1 Prabawa Eka Susanta Ditjen PMD Jakarta
2 Andy Syahrir Kube SATKER PNPM
3 Ferry Karwur F.I.K. UKSW
4 Rosyid Al Atok Univeristas Negeri Malang
300
C. Pelatih Pakar (Master Trainer)
No Nama Lembaga/Instansi No Nama Lembaga/Instansi
1 Husni Thamrin SPTR Jabar/PNPM MP 38 Ashfar Amas PNPM MP
2 Sansan T. Umarna NMC/PNPM MP 39 Wahyuddin Kessa KL2SS
3 Simon Gaol Ditjen PMD Jakarta 40 Bachtiar A. Saleh LSM
4 Edy Triyanto YIS Solo 41 Vien Sartika Dewi UNHAS
5 Henny Dalimunthe UNJ Jakarta 42 Fajar Sudarwo IRE JOGJA
6 Karta Sasmita UNJ Jakarta 43 Aloysius Lande
7 Anna Gurning Ditjen PMD Jakarta 44 Intan Nugraheni F-Kab Pekalongan/PNPM
MP
8 Suudi Noor NMC 45 Daniel Nuhamara UKSW Salatiga
9 Heru Sukarsono Yayasan Mitra Sejati 46 Eko Priyono S Balai PMD Jogjakarta
10 Daddy Darmawan UNJ Jakarta 47 Effendi Balai PMD Jogjakarta
11 Sampoerno UKSW Salatiga 48 Stefanus Subagya SPTR Jogja/PNPM MP
12 Peppy Permadi Fas Kab Kuningan-Jabar 49 Samuel Lusi Yayasan Bina Darma Salatiga
13 Susilo PNPM PISEW 50 Jeffrie Lempas Yayasan Bina Darma Salatiga
14 Zubriyanto Sofyan Fas T Kab Cirebon-Jabar 51 Mantini Soufyan
15 Safwan NMC PNPM MP 52 Nick T.Wiratmoko Yayasan Percik Salatiga
16 Joseph Lucky PNPM DTK/P2DTK 53 Yuwono PNPM MP
17 Zulfikar APPMI Jakarta 54 Loegtyatmadji PNPM MP
18 Moch Y. Sani Sekr. PNPM MP 55 Dwi A. Henawati Konsultan/Individu
19 Chammiyatus Sidqiyah Individu 56 Dyah Ernawati Konsultan/Individu
20 Haris Shantanu Sekr. PNPM MP 57 Philep Morse Regar FISIP UNSRAT
21 Fahrul Rizal SPTR Kalbar 58 Cyrus T. Lalompoh FIP UNIMA
22 Eppy Lugiarti Ditjen PMD Jakarta 59 Budi Astawa SPTR Sulut
23 Sri Emiyanti Unv. Sumatera Utara 60 Heskiel Harikedua F-Kab/PNPM MP
24 Binsar Panjaitan Fas T Kab Simalungun 61 Amilin A. Bulungo PNPM MP
25 Riana Uli SPTR Propinsi Riau 62 John Lahade UKSW Salatiga
26 Marzuki SPTR Propinsi Aceh 63 Endang Sri Balai PMD
Suryandari
27 Dimpos Manalu Konsultan/Individu 64 Dewa Ketut Alit Balai PMD
28 Paul Simanjuntak LSM 65 Deddy T. Setiawan PNPM MP
29 Maman Natawijaya LSM 66 Achmad Saladin PNPM MP
30 Benget Silitonga LSM Letare 67 I Wayan Suartika SPTR Bali/PNPM MP
31 Sesvil SPTR Sumatera Utara 68 May Januar KL2SS
32 Feriyanto Sitohang LSM 69 Soleman Dethan Yayasan Alfa Omega Kupang
33 Delphius Ginting LSM 70 Edonajov Ratu Edo Individu
34 Muslich Ismail LSM 71 Johnny A. Riwu Faperta UNDANA
35 Tria Amelia LSM MP 72 James Ballo PLAN Internasional
36 Nurgani PNPM MP 73 Okky Juser Laisnima Yayasan Pancaran Kasih
37 Nurhamzah PNPM MP 74 Paskalis Nai Driya Media Kupang
Lampiran | 301
Lampiran 9.
Daftar Peserta
Pelatihan Pelatih Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
Try Out (Kelompok Pelatihan 3): SALATIGA - Yayasan Bina Darma , 6 - 17 Desember
2009
302
Kelompok Pelatihan 2: JAKARTA - Wisma Kinasih, 11 - 22 Januari 2010
Lampiran | 303
Kelompok Pelatihan 5: KUPANG - Hotel Sylvia, 4 - 15 Maret 2010
304
Kelompok Pelatihan 7: MANADO - Bapelkes Manado, 15 - 25 Januari 2010
Lampiran | 305
Kelompok Pelatihan 9: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010
Kelompok Pelatihan 10: MEDAN - Hotel Ina Darma Deli, 4 - 15 Maret 2010
306
Kelompok Pelatihan 11: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 11 - 22 Januari 2010
Lampiran | 307
Kelompok Pelatihan 13: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 15 - 25 Februari 2010
308
Kelompok Pelatihan 15: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 4 - 15 Maret 2010
Lampiran | 309
Kelompok Pelatihan 17: MAKASSAR - Hotel Grand Wisata, 15 - 25 Februari 2010
310
Kelompok Pelatihan 19: SALATIGA - Yayasan Bina Darma, 5 - 15 February 2010
Lampiran | 311
Kelompok Pelatihan 21: JAKARTA - Wisma Kinasih Cibinong, 4 - 15 Maret 2010
312
Lampiran | 313
314
Lampiran | 315
316
Lampiran | 317
318
Lampiran | 319
320
Lampiran | 321
322
Lampiran | 323