Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

KESIMPULAN

Hipospadia merupakan kelainan pada uretra yang terdapat pembukaan


abnormal meatus uretra pada sisi ventral penis yang dapat terletak di seluruh bagian
penis sisi ventral bahkan sampai skrotum disertai dengan kelainan pada prepusium
dimana prepusium sisi ventral lebih pendek dibandingkan sisi dorsalnya dan
terdapat kelainan pada kurvatura penis.

Banyak sekali pembagian klasifikasi hipospadia tetapi beberapa buku masih


menggunakan klasifikasi berdasar Browne (1936) yang membagi hipospadia
berdasar muara uretra eksterna yang telah dilakukan koreksi terhadap kordae.
Klasifikasinya adalah hipospadia anterior terdiri dari granuler, subkoronal dan penis
distal, untuk hipospadia bagian medial terdiri dari mid shaft, penis proximal,
sedangkan hipospadia posterior terdiri dari penoscrotal, scrotal dan perineal.

Penyebab dari hipospadia ini masih belum diketahui dengan pasti dan masih
dalam bentuk hipotesa-hipotesa yang mengungkapkan terbentuknya akibat dari
pengaruh endokrin, genetik maupun faktor lingkungan. Gejala pada penderita
hipospadia ini dapat diketahui saat pasien mengalami kelainan dalam pancaran
kencingnya yang sulit diarahkan dan juga merasa penisnya lebih membungkuk ke
depan sehingga mengalami kesulitan saat berhubungan seksual. Keadaan
hipospadia ini sering diikuti dengan gangguan prepusium maupun tidak menurunnya
testis sehingga perlu pemeriksaan tambahan pada penegakan diagnosanya.
Urethroscopy dan cytoscopy sering digunakan untuk memastikan gender dan juga
apakah ada kelainan anatomi lainnya.

Penatalaksanaan hipospadia ini tergantung dari pemeriksaan yang kita


peroleh apakah merupakan keadaan yang ringan, sedang ataupun berat. Pada
keadaan tersebut akan menentukan tindakan yang harus kita lakukan dalam
tindakan operasi. Urethroplasty dan orthoplasty merupakan cara untuk mencapai
tujuan operasi, dimana masing-masing tindakan ini terdiri dari berbagai macam
teknik baik dengan 1 tahap maupun 2 tahap. Teknik-teknik tersebut dibagi
berdasarkan klasifikasi hipospadia dengan sisi distal sering menggunakan teknik

33
advancement, tubularisasi dan flap. Sedangkan pada hipospadia medial akan
menggunakan teknik onlay dan tubularisasi. Pada hipospadia distal dapat
menggunakan 1 tahap seperti teknik onlay dan tubularitation preputial island
technique dan 2 tahap.

Komplikasi pada perbaikan hipospadia sangat banyak, dari mulai perdarahan,


infeksi, meatus stenosis, fistula uretrokutan, obliterasi balanitis serotika dan divertikel
urethra, dimana semua komplikasi ini akan membuat reoperasi. prognosa dari
hipospadia ini baik dalam mencapai tujuan operasinya dimana membantu penderita
untuk miksi dan ereksi tanpa adanya kendala, tetapi hal yang perlu selalu di koreksi
lagi adalah penampilan dan fistula.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Graham, Sam D., 2004. Glenns Urologic Surgery, 6th Edition. New York :

Lippincott Wilkins and Williams, p. 289-291; 792-802


2. Hadidi A. 2006. Hypospadia Surgery, Germay : Journal Urology, p.1-2.
3. Sadler, Thomas W. 2012. Langmans Medical Embryology, 12th Edition. New

York : Lippincott Wilkins-Williams, p. 251-253.


4. Seymor I. Schwartz., M.D. 2005. Principles of Surgery, 8th Ed. Mc Graw Hill:

Inc, p. 1553-1556
5. Tanagho Emil A., McAninch, J.W. 2008. Smiths General Urology, 18th

Edition. New York : McGraw Hill Companies, p. 637-639


6. Wein AJ, Kaveussi LR, Novick AC, Partin AW, Peters CA. 2007. Capmbell

Walsh Urology, 9th Edition. United States : Elsevier, chapter 125.

35

Anda mungkin juga menyukai