Disusun oleh:
Fathidhiya Ramadhan 19360243
Muhammad Rizki Hardiansyah 19360200
Rindy Antika 19360270
Rima Linmonda Hidayat 102119042
Pembimbing:
dr. Hasroni F., Sp.U, M.Ked.Klin
1. FAKTOR GENETIK
2. FAKTOR HORMONAL
3. FAKTOR LINGKUNGAN
4. FAKTOR LAIN
PATOGENESIS
Proses perkembangan penis dan uretra merupakan suatu proses yang amat tergantung pada
hormon androgen
(DHT).Virilisasi genital eksternal pria terjadi pada bulan kedua kehamilan dibawah pengaruh
hormon testosterone.
Penile urethra terbentuk sebagai hasil penyatuan antara pinggiran medial dari lipatan urethra
endodermal.
Gagalnya proses penyatuan dari lipatan urethra endodermal inilah yang akan menyebabkan
terjadinya hipospadia
TANDA DAN GEJALA
Gejala yang timbul bervariasi sesuai dengan derajat kelainan. Secara umum jarang ditemukan adanya gangguan
fungsi, cenderung berkaitan dengan masalah kosmetik pada pemeriksaan fisik ditemukan muara uretra pada
bagian ventral penis.
Pada bayi baru lahir dan anak kecil jarang memiliki gejala yang berhubungan dengan hipospadia, anak yang
lebih besar dan orang dewasa mungkin mengeluh kesulitan mengarahkan aliran kemih dan menyemprotkan
aliran kemih tersebut..
Biasanya kulit luar dibagian ventral lebih tipis atau bahkan tidak ada, dimana kulit luar di bagian dorsal menebal
bahkan terkadang membentuk seperti sebuah tudung. Pada hipospadia sering ditemukan adanya chorda.
Keluhan yang mungkin ditimbulkan adalah adanya pancaran urin yang lemah ketika berkemih, nyeri ketika
ereksi.
Hipospadia perineal atau penoscrotal mengharuskan berkemih dengan posisi duduk, dan
bentuk-bentuk proksimal hipospadia pada orang dewasa dapat menjadi penyebab
infertilitas.
Keluhan tambahan dari hampir semua pasien adalah penampilan penis yang abnormal
(hooded), yang disebabkan oleh kekurangan atau tidak adanya kulup ventral
Ada peningkatan insiden testis yang tidak turun pada anak-anak dengan
hipospadia.Diperlukan pemeriksaan skrotum untuk menentukan posisi. 5,2
KLASIFIKASI
Duckett yang membagi hipospadia menjadi 3 lokasi, yaitu anterior (Glandular, coronal, dan distal penile),
middle (midshaft dan proximal penile), dan posterior (Penoscrotal, scrotal, dan perineal). Lokasi yang paling
sering ditemukan adalah di subcoronal Klasifikasi hipospadia berdasarkan derajat sangat subyektif tergantung
dari ahli bedah masing-masing. Beberapa ahli membagi menjadi:
1) Mild hypospadia/ Grade 1, yaitu muara urethra dekat dengan lokasi normal dan berada pada ujung tengah
glans (glanular, coronal, subcoronal),
2) Moderate hypospadia/ Grade 2, muara urethra berada ditengah-tengah lokasi normal dan scrotal (Distal
penile, Midshaft)
3) Severe hypospadia/ Grade 3&4, yaitu muara urethra berada jauh dari lokasi yang seharusnya (Perineal,
Scrotal, Penoscrotal).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG Ginjal disarankan untuk mengetahui adanya anomali lainnya pada saluran kemih pad
pasien hipospadia.
Karyotyping disarankan pada pasien dengan ambigu genitalia ataupun cryptochirdism.
hydroxyprogesterone,testosterone, luteinizing hormon,follicle-stimulating hormon, sex-
hormon binding globulin, dan beberapa tes genetik dipertimbangkan apabila
memungkinkan.
PENATALAKSANAAN
Anak-anak dengan hipospadia memiliki masa puber dan pertumbuhan seks sekunder yang
normal. Penderita hipospadia memiliki fungsi testis dan androgen yang normal. Aktivitas
seksual cukup memuaskan dan fertilitas tidak terpengaruh kecuali penderita memiliki
kelainan lain yang berkaitan
TERIMA KASIH