Anda di halaman 1dari 83

gma

2.1 RONA LINGKUNGAN HIDUP


2.1.1 Lokasi Rencana Kegiatan
Lokasi kegiatan Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta terletak di Desa
Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Adapun batas-batas lahan rencana lokasi kegiatan adalah sebagai berikut :


Sebelah Utara : Permukiman Penduduk Dusun
Nengahan
Sebelah Timur : Jalan Parangtritis
Sebelah Barat : Permukiman Penduduk Komplek
Perumahan Sewon Indah
Sebelah Selatan : Permukiman Penduduk Dusun
Ngireng-ireng

Secara Topografi lokasi Kampus ISI ini terletak di dataran denga ketinggian berkisar
antara 25 - 100 meter diatas permukaan laut, bentuk permukaan relatif datar.
Berdasarkan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Arfai, lokasi perkantoran pemerintahan Provinsi Papua Barat memiliki luas sekitar 40
Ha dengan status lahan milik Pemda Provinsi Papua Barat.

Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.1 Peta
Batas Administrasi Lokasi Kegiatan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 1
Gambar 2.1 Peta Batas Administrasi Lokasi Kegiatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 2
2.1.2 Klimatologi
Keadaan iklim di wilayah sekitar wilayah studi akan digambarkan dengan keadaan
kelembaban relatif (RH), Temperatur Udara, Angin dan keadaan Curah Hujan yang
diperoleh dari data sekunder hasil pencatatan yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya
Air Kabupaten Bantul dalam periode 10 tahun (2005-2014) dan data Batul dalam
Angka (2005-2014). Stasiun pengamatan tersebut dianggap representatif mewakili
daerah lokasi kegiatan karena memiliki karakteristik area yang relatif sama dan
berjarak dekat secara klimatologi. Pengolahan dan penafsiran atas data sekunder
tersebut akan memberikan gambaran keadaan iklim secara umum.

a. Jenis Iklim
Berdasarkan data pengamatan hujan selama periode 11 tahun, wilayah studi
dikategorikan memiliki jenis iklim tipe D yaitu sedang, yaitu memiliki nilai Q antara
0,600 dan 1,000 berdasarkan perhitungan metoda Schmidt & Ferguson, dimana
nilai Q adalah jumlah rata-rata bulan kering dibagi dengan jumlah rata-rata bulan
basah selama periode pengamatan.

b. Keadaan Hujan
Dari data pengamatan periode 12 tahun (2001-2012) pada stasiun BMG di
Meteorologi Kelas II Balikpapan, jumlah curah hujan rata-rata tahunan yang
tercatat 2.136,25 mm. Distribusi curah hujan bulanan rata-rata untuk stasiun
pengamatan Kelas II Balikpapan selama periode pengamatan dapat dilihat pada
2001 -2012.

c. Temperatur Udara
Keadaan temperatur udara tahunan rata-rata di lokasi kegiatan berdasarkan data
o
(BMG) di Stasiun Meteorologi Kelas II Balikpapan adalah 33,14 C untuk
o
temperatur maksimum dan 22,98 C untuk temperatur minimum.

Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa temperatur udara hasil pengamatan
pada jam-jam terjadinya temperatur maksimum mencapai 35,7oC.

d. Kelembaban Udara

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 3
Gambaran keadaan kelembaban udara (RH) berdasarkan data sekunder,
kelembaban udara relatif (RH) tahunan rata-rata di lokasi kegiatan adalah 86,37 %.
Hal ini berkaitan juga dengan curah hujan yang cukup tinggi. Data selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 2.1.

e. Keadaan Angin
Berdasarkan hasil pencatatan angin di Stasiun Meteorologi Klas II Balikpapan
periode 5 tahun maka kondisi angin di lokasi kegiatan adalah seperti yang disajikan
pada Tabel 2.3.

Tabel 2.1
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Lokasi Studi
Tahun 2010 2014
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
N
BULAN C H H H C H H C H C H C H C H C H
O CH CH CH
H H H H H H H H H H H H H H H H H
45 1 346, 2 1 69 2 1 30 2 28 2 43 2 61 2 25
1 95,5 220 21
Januari 5 1 2 7 0 4 5 7 0 0 3 0 3 1 1 6 7
48 1 2 195, 1 30 2 322, 1 15 1 43 1 29 1 33 2 17
2 487 10
Februari 0 2 1 3 6 4 6 5 9 6 6 8 8 1 6 5 2 7
2 1 21 1 27 1 35 2 29 1 27 1 34
3 0 0 584 501 155 8 25
Maret 1 9 8 9 7 9 0 1 0 4 6 3 4
1 103, 14 1 25 1 43 1 10 1 18
4 0 0 218 6 155 8 9 59 16
April 9 5 5 2 7 1 5 6 7 1 2
37 1 18 12
5 0 0 80,3 8 37,2 3 0 0 105 6 6 47 7 6 93 12
Mei 4 8 6 8
1 14 1 15
6 0 0 0 0 57,5 3 0 0 86 2 59 0 0 0 0 9
Juni 0 5 0 0
14
7 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 43 4 0 0 0 0 8 54 6
Juli 3
8 Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62 5 0 0 0 0 0 0 19 1
Septemb 31 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1
er 8 1
20 1 15 1
10 0 0 0 0 190 4 0 0 0 0 10 2 49 6 39 3
Oktober 5 1 2 5
Novemb 240, 32 1 16 35 1 11 29 1 22
11 0 0 0 0 7 64 5 8 7 18
er 5 7 6 6 4 5 9 5 8 9
Desemb 222, 1 693, 2 52 2 34 1 55 2 49 2 54 1 40
12 0 0 164 9 19
er 8 8 5 5 5 0 5 9 6 1 0 0 3 4 8
Sumber : Dispertahut, Kabupaten Bantul 2014.

A. Suhu Udara dan Kelembaban Udara


Dari data klimatologi dengan periode pengamatan selama kurun waktu 5 tahun
(2010-2014), suhu rata-rata di wilayah studi umumnya berkisar antara 26 0C- 28C.
Kelembaban nisbi juga umumnya tinggi, berkisar antara 70% - 90 %. Daerah
terbesar tertutup oleh hujan asli, tetapi jalur sempit-sempit rerumputan dan semak
menempati bagian hilir sungai yang lebih besar teranyam. Tanah berumput akibat
ulah manusia, hutan sekunder dan lahan yang diolah terdapat di bagian tenggara
dataran Arfak, di sekitar Manokwari dan di banyak tempat sepanjang pantai. Untuk

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 4
lebih jelasnya mengenai suhu udara dan kelembaban di wilayah studi dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 2.2
Suhu Udara Rata-rata di Wilayah Manokwari, Tahun 2010-2014
Suhu udara rata-rata/bulan (oC)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
t
2010 26,7 26,6 26,9 27, 27, 27, 27,6 27,2 27,6 27,4 27,6 27,3
1 7 6
2011 27,1 27,4 27,1 27, 27, 27, 26,8 26,7 26,5 27,2 27,6 27,3
2 1 0
2012 26,9 27,1 26,8 26, 27, 27, 27,1 27,3 27,5 28,0 27,4 27,3
8 5 1
2013 27,3 26,9 27,3 27, 27, 27, 27,0 27,1 27,4 27,8 27,2 27,4
3 9 4
2014 26,3 27,4 27,3 27, * * * * * * * *
4
Keterangan : * data yang terekap baru s/d Apriil 2014
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Manokwari, Mei 2014

Tabel 2.3
Kelembaban Udara Rata-rata di Wilayah Manokwari, Tahun 2010-2014
Kelembaban Udara Rata-rata/bulan (% )
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
t
2010 86 84 85 87 85 84 82 83 82 81 81 82
2011 83 85 87 86 86 88 89 86 86 85 83 85
2012 85 83 86 87 85 83 83 81 82 80 84 85
2013 84 85 81 85 83 84 85 83 82 81 83 83
2014 81 78 81 84 * * * * * * * *
Keterangan : * data yang terekap baru s/d Apriil 2014
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Manokwari, Mei 2014

B. Arah dan Kecepatan Angin


Dari data kecepatan angin bulanan yang tercatat pada Stasiun Meteorologi
Manokwari, tercatat kecepatan angin rata-rata berkisar 10 16 knot. Sementara
arah angin dominan adalah Utara dan Tenggara. (Tabel 2.4).
Tabel 2.4
Arah Angin Dominan dan Kecepatan Angin Maksimum Bulanan di Wilayah
Manokwari, Tahun 2010-2014

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 5
Kelembaban Udara Rata-rata/bulan (% )
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
t
Arah U U B TG T TG TG TG TG TG S U
2010 Kec. 16 20 15 9 9 11 11 4 10 13 12 13
angin
Arah U U TG T U TG TG TG TG TG TG U
2011 Kec. 15 18 12 13 10 15 10 15 12 15 15 15
angin
Arah TG BL U TG TG TG TG TG TG TG TG TG
2012 Kec. 10 20 18 10 12 12 17 15 14 10 15 11
angin
Arah U BL TG U TG TG TG TG T TG U U
2013 Kec. 14 14 14 15 13 12 15 12 12 17 8 8
angin
Arah B BL BL BL * * * * * * * *
2014 Kec. 12 12 17 15 * * * * * * * *
angin
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Manokwari, Mei 2014
Keterangan : * data yang terekap baru s/d Apriil 2014
Angin yang diukur adalah angin pada ketinggian 10 meter
U : 340 s/d 025 TG : 115 s/d 155 B : 250 s/d 290
TL : 030 s/d 065 S : 160 s/d 200 BL : 295 s/d 335
T : 070 s/d 110 BD : 205 s/d 245

2.1.3 Fisiografi
A. Fisiografi
Lokasi kegiatan kawasan perkantoran
pemerintahan Provinsi Papua Barat terletak
di dataran tinggi yakni berada di antara 100
650 mdpl dengan bentuk permukaan
bergelombang dan kelerengan 8-15%.
Lahan berkontur dengan beraagam jenis
kontur, ada yang berbentuk cembung
berada di titik tertinggi lokasi kegiatan sedangkan yang berbentuk lembah berada
pada sebelah selatan lokasi kegiatan. Garis kontur membentuk punggung bukit
berada di tengah-tengah lokasi kegiatan.

Secara regional bentang alam lokasi kegiatan memiliki lahan yang berkontur
cukup curam dikarenakan lahan yang ada merupakan kawasan perbukitan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 6
B. Geologi dan Jenis Tanah
Daerah Manokwari secara umum ditopang
oleh batuan sedimen padu dan lepas yang
terbentuk pada periode Miosen dan Holosen. Dalam peta geologi regional lembar
Manokwari skala 1: 250.000 yang dibuat Ratman dan Robinson tahun 1981,
secara berurutan, dari yang berumur paling tua hingga yang muda, batuan
penopang Kota Manokwari dan sekitarnya adalah sebagai berikut :
a. Formasi Arfak
Terdiri dari batuan gunung api berupa lava andesit sampai basal, breksi lava,
batuan sedimen volkanik klasik dan tufa.
Tufa berselingan dengan breksi lava dan
sedimen yang mengandung peperit.
Diperkirakan umur batuan ini adalah dari
periode Eosen atas hingga Miosen bawah.
Batuan ini tersebar di sekitar Pegunungan Arfak yang berada di selatan Kota
Manokwari dengan ketebalan formasi mencapai 3000 meter dengan luas
singkapan sekitar 10 km.

b. Formasi Kais
Formasi Kais terdiri dari biomikrit ganggang padat, berwarna kelabu sampai
putih, tahan terhadap pelapukan, tidak sarang dan getas. Formasi ini
membentuk beberapa punggungan di BWK D, yaitu di sekitar Sungai Martini
dan diperkirakan berumur dari Miosen Awal sampai Miosen Akhir. Posisinya
menindih secara tidak selaras dengan formasi Arfak. Ketebalan formasi ini
rnencapai 500 meter.

c. Formasi Befoor
Terdiri dari batu pasir, lanau, batu lumpur dan sedikit konglomerat dengan
sisipan yang diperkirakan berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen.
Ketebalan formasi mencapai 1600 meter dengan posisi tak selaras di atas
Formasi Kais dan Formasi Arfak, tertindih tak selaras oleh Formasi
Manokwari.

d. Formasi Manokwari

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 7
Yang disebut formasi Manokwari adalah batuan yang tersebar di bagian timur
Manokwari seperti Kelurahan Pasir Putih, Manokwari Timur, Manokwari Barat,
Amban, Sowi. Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu, sedikit biomikrit,
kalsidurit dan kalkarenit, mengandung ganggang dan foraminifera. Formasi ini
berwarna kuning keabuan dan putih, padat, sarang dan tahan terhadap
pelapukan. Formasi ini diperkirakan berumur Pleistosen dengan ketebalan
hingga 800 meter.

e. Satuan Aluvium Terangkat dan Fanglomerat


Batuan ini terdiri dari lapisan berbongkah berselingan dengan pasir dan
konglomerat yang terpilah sangat buruk. Lokasinya tersebar cukup luas,
terutama di sekitar Sungai Maruni. Diperkirakan berumur Pliosen hingga
Holosen dengan ketebalan hingga 400 meter.

f. Satuan Aluvium
Terdiri dari endapan lepas berukuran kerikil kasar, pasir, lanau dan lumpur.
Tersebar setempat di daerah pantai dan muara sungai. Penyebaran yang
cukup luas didapati di sekitar Sungai Andai dan Sungai Martini. Ketebalan
formasi ini mencapai lebih dari 15 meter dan berumur Holosen hingga
sekarang. Selain itu, menurut Ratman dan Robinson, struktur yang
berkembang adalah struktur patahan/sesar dan lipatan, terutama di bagian
selatan.

Tabel 2.5
Sebaran Formasi Batuan di Kota Manokwari dan Sekitarnya
N Formasi Umur Ketebalan Deskripsi Lokasi
o
1. Alluvium Holosen >15 m Kerikil pasir lanau Sekitar Sungai
dan lumpur Andai dan Sungai
Maruni
2. Aluvium Kuarter 100-400 m Lapisan bongkah, Sekitar Sungai
terangkat dan pasir Maruni
fanglomerat konglomerat dan
lempung
3. Manokwari Kuarter 30 40 m Batu gamping, Manokwari bagian
biomikrit, timur : pasir putiih,
kalsidurit dan manokwari bagian
kalkarenit barat, amban, sowi
4. Kais Tersier < 500 m Biomkrit Sekitar Sungai
ganggang padat Maruni
berwarna kelabu
sampai putih
5. Befoor Tersier < 1600 m Batu pasir, lanau, Sekitar Sungai
batu lumpur Maruni, diatas

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 8
sisipan kalkarenit formasi Kais dan
Arfak, tertindih
formasi
Manokwari.
Sumber : RTBL Kawasan Arfai

C. Erosi
Lahan awal yang digunakan untuk pembangunan kawasan perkantoran
pemerintahan Provinsi Papua Barat adalah lahan tertutup yang merupakan
kawasan hutan sekunder yang berbukit, sehingga sebelum dilakukannya
pembangunan gedung tersebut terlebih dahulu dilakukan pembersihan terhadap
vegetasi yang ada dan dilakukan pengupasan dan penimbunan (cut and fill) pada
lahan yang ada. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan tingkat erosi lahan
akan cukup tinggi karena dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah vegetasi dan
meningkatnya run off.

2.1.4 Ketinggian/Elevasi
Ketinggian atau elevasi di sekitar lokasi kegiatan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Ketinggian/elevasi lebih dari 125 meter


Terletak dibagian timur laut dari lokasi kegiatan. Luas daerah ini sekitar 25% dari
seluruh lokasi kegiatan. Daerah ini menempati daerah yang mempunyai elevasi
tertinggi, yaitu terutama di daerah Gedung Pekantoran Gubernur dan di atas Dinas
Pekerjaan Umum. Elevasi berada di ketingggian 125 meter. Elevasi akan semakin
rendah di bagian selatan dan barat daya dari lokasi kegiatan.

2. Ketinggian/elevasi berkisar antara 100 125 meter


Terletak dibagian tengah dari lokasi kegiatan. Luas daerah ini sekitar 50% dari
seluruh lokasi kegiatan.

3. Ketinggian/elevasi kurang dari 100 meter


Terletak dibagian selatan dan barat daya dari lokasi kegiatan. Luas daerah ini
sekitar 25% dari seluruh lokasi kegiatan. Daerah ini menempati daerah yang
mempunyai elevasi rendah kurang dari 100 meter. Dari kondisi elevasi dapat
digambarkan bahwa elevasi akan semakin rendah ke arah selatan barat daya.

Untuk lebih jelasnya mengenai peta ketinggian dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 9
Gambar 2.2
Peta Ketinggian / Elevasi
Daerah
Sumber Gedung
: RTBL Kawasan ArfaiPerkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat

2.1.5 Kualitas Udara dan Kebisingan


A. Kualitas Udara

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 10
Pengambilan sampel kualitas udara dilakukan di 3 (tiga) lokasi yakni di tengah
lokasi (rencana Kantor Gubernur) dan 2 titik di permukiman penduduk. Pemeriksaan
kualitas udara ambien meliputi kondisi lingkungan, pengukuran tingkat polutan (NO2,
SO2, CO, HC, O3, Pb dan debu). Untuk lebih jelas mengenai hasil pengukuran
kualitas udara di sekitar rencana lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Hasil pengukuran kualitas udara ambien di sekitar rencana lokasi kegiatan


menunjukkan kualitas udara yang baik, dimana tidak ada satu parameter pun yang
melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun
1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Begitu juga dengan kebauan, dari
kedua parameter yang terukur H2S dan NH3 keduanya masih memenuhi baku
mutu. Untuk peta pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Tabel 2.6
Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien
HASIL PENGUJIAN
BAKU
NO PARAMETER SATUAN Lokasi
MUTU
1 Lokasi 2 Lokasi 3
Kondisi Lingkungan
1 Suhu C - 33,5 33,8 33,7
2 Kecepatan Angin m/det - 1,43 1,05 1,68
3 Arah Angin Dominan - Barat Barat Barat
4 Kelembaban % - 61,60 61,60 58,70
5 Tekanan mmHg - 745,00 755,20 740,34
KIMIA
1 NO2 g/Nm3 400 < 10 < 10 < 10
2 SO2 g/Nm3 900 < 17,15 < 17,15 < 17,15
3 CO g/Nm3 30.000 < 1.145 1.145 < 1.145
4 O3 g/Nm3 235 < 15,61 < 15,61 < 15,61
FISIKA
1 Pb g/Nm3 - < 0,01 < 0,01 < 0,01
2 Debu (TSP) g/Nm3 230 23 24 19
Kebauan
1 H2S ppm 0,02 < 0,001 < 0,001 < 0,001
2 NH3 ppm 2 < 0,025 < 0,025 < 0,025
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
Baku mutu : PPRI No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
dan Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
Keterangan :
Lokasi 1 : Tengah Lokasi/Rencana Kantor Gubernur ( S 00 55' 04,4'' & E
134 01' 52,5'' )
Lokasi 2 : Pemukiman Penduduk 1 ( S 00 54' 53,0'' & E 134 01' 35,5'' )
Lokasi 3 : Permukiman Penduduk 2 (S 00 55' 27,0'' & E 134 01' 29,0'')

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 11
Gambar 2.3
Dokumentasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara dan Kebisingan di Lokasi
Kegiatan

B. Kebisingan
Lokasi pengambilan sampel kebisingan sama halnya dengan kualitas udara di 3
titik. Pengukuran kebisingan menggunakan metode manual alat, Sampling
dilakukan selama 5 detik selama 10 menit. Untuk lebih jelas mengenai hasil
pengukuran kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya dapat dilihat pada Tabel
2.7. Dari hasil di ketiga titik, tingkat kebisingan yang terukur di ketiga lokasi
pengukuran tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan.

Tabel 2.7
Hasil Pengukuran Kebisingan
No Baku Hasil
Lokasi Satuan
. Mutu Pengukuran
Tengah lokasi/rencana kantor
Gubernur
1. dBA 60* 52,36
( S 00 55' 04,4'' & E 134 01' 52,5''
)
Pemukiman Penduduk 1
2. ( S 00 54' 53,0'' & E 134 01' dBA 55 52,56
35,5'' )
Permukiman Penduduk 2
(S 00 55' 27,0'' & E 134 01'
3. dBA 55 45,26
29,0'')

Sumber : Data Primer, Oktober 2014


Keterangan : Baku mutu : Kep. Men. LH No. Kep-48/MENLH/11/1996 (Peruntukan
Kawasan Perumahan dan Pemukiman)
(Peruntukan Kawasan Pemerintahan dan Fasilitas Umum)*

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 12
Gambar 2.4 Peta Lokasi Sampling Kualitas Udara dan Kebisingan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 13
2.1.6 Air
2.1.6.1 Air Tanah
A. Kondisi Air Tanah
Sumber air bersih pada kawasan pusat pemerintahan dan sekitarnya berasal dari
tanah dalam. Air tanah di lokasi kegiatan berdasarkan hasil survey geolistrik dalam
dokumen RTBL Kawasan Arfai terdapat akuifer berdasarkan nilai tahanan
jenisnya, air tanahnya tawar dan air tanahnya asin/payau. Air tanah tawar
mempunyai posisi terletak di atas air asin. Air tanah terdapat pada akuifer batu
pasir gampingan, sedangkan air tanah asin terdapat pada akuifer lempung
pasiran.

Lokasi kegiatan teletak agak jauh dari garis


pantai yakni kurang lebih 3 kilometer.
Berdasarkan hasil pendugaan geolistrik akuifer
asin ini, lapisan bagian atasnya berada pada
elevasi tertinggi sekitar 50 m di atas permukaan
laut (dpi) namun ke arah mendekati pantai,
lapisan bagian atasnya ada yang di bawah -50m
dpi. Akuifer asin yang berada pada elevasi 50 m
dpi, kemudian posisi air laut berada pada elevasi
0 m dpl, tidak mungkin bergerak ke arah yang Iebih tinggi sebagai intrusi air laut.
Intrusi air laut adalah masuknya air laut ke dalam akufer yang disebabkan oleh
beberapa faktor di antaranya pengambilan air tanah yang berlebihan, sehingga
terjadi pengosongan di bagian akuifer, setalah itu air laut akan masuk mengisi
bagian yang kosong ini.

Di lokasi kegiatan dan sekitarnya belum ada pengambilan air tanah, pengambilan
air tanah baru dilakukan oleh penduduk setempat dengan membuat sumur gali
dengan kedalaman bervariasi antara 2 hingga 5 meter. Batuan yang bertindak
sebagai akufier dangkal ini adalah batu gamping.

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuifer asin ini disebabkan
oleh proses sedimentasi endapan lempung pasiran yang dahulunya terbentuk di

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 14
laut. Air laut akan terjebak dalam lapisan ini terutama pada batuan yang bersifat
pasiran.

Pasiran mempunyai ruang antar butir sehingga di dalam ruang antar butir dapat
menyimpan air tanah. Proses tektonik atau pengangkatan menyebabkan endapan
lempung pasiran ini terangkat berada di daratan seperti saat ini. Air tanah akan
mengisi pada lapisan pasiran dan bercampur dengan cebakan air asin dan laut
tersebut dan terjadilah akuifer yang asin.

Akuifer (Tawar)
1. Ketebalan Akuifer (Tawar)
Ketebalan akuifer berdasarkan ketinggian di bawah permukaan tanah
setempat (bmt), dapat di bagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

a) Ketebalan akuifer lebih dari 20 meter


Terletak dibagian timur laut dan utara dari lokasi kegiatan. Daerah ini
menempati daerah yang mempunyal elevasi tertinggi, yaitu terutama di
daerah Gedung Pekantoran Gubemur dan di atas Dinas Pekerjaan
Umum. Ketebalan akuifer ini rata-rata 20 meter, namun ada juga yang
mencapai 30 meter. Akuifer terdapat pada batu pasir gampingan.

b) Ketebalan akuifer berkisar antara (15 - 20) meter


Terletak dibagian tengah dari lokasi kegiatan. Daerah ini menempati luas
sekitar 40% dari seluruh lokasi kegiatan. Daerah ini menempati elevasi
sedang. Akuifer terdapat pada batu pasir gampingan.

c) Ketebalan akuifer kurang dari 15 meter

Terletak dibagian selatan dari lokasi kegiatan. Daerah ini menempati luas
sekitar 40% dari seluruh lokasi kegiatan. Daerah ini menempati elevasi
rendah. Akuifer terdapat pada batupasir gampingan.

Dari kondisi tersebut dapat digambarkan bahwa ketebalan akuifer cenderung


tebal pada elevasi yang tinggi, kemudian menipis ke arah elevasi yang lebih
rendah.

Sumber : RTBL Kawasan Arfai

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 15
Gambar 2.5
Peta Ketebalan Akuifer Tawar
Daerah Gedung Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat

2. Kedalaman Akuifer (Tawar)

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 16
Kedalaman akuifer berdasarkan ketinggian di bawah permukaan tanah
setempat (bmt), dapat di bagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Kedalaman akuifer lebih dari 55 meter


Terletak dibagian timur laut dan utara dari lokasi kegiatan. Luas daerah ini
sekitar 20% dari seluruh lokasi kegiatan. Daerah ini menempati daerah
yang mempunyai elevasi tertinggi, yaitu terutama di daerah Gedung
Pekantoran Gubemur, di daerah timur Gedung Juang dan di atas Dinas
Pekerjaan Umum. Kedalaman akuifer ada yang berada di kedalaman 55
meter hingga 70 meter. Akuifer terdapat pada batu pasir gampingan dan
di bawahnya merupakan lapisan kedap air dan batu lempung gampingan.

b. Kedalaman akuifer berkisar antara (40-55) meter


Terletak dibagian tengah dan luasnya sekitar 65% dan seluruh lokasi
kegiatan. Daerah ini menempati daerah yang mempunyai elevasi sedang,
yaitu terutama di daerah Gedung Balai Budaya, Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Gedung Juang, Gedung Dinas Pekerjaan Umum,
Gedung Dinas Kesehatan (Dinkes), Gedung Badan Penelitian Teknologi
Pertanian (BPTP), Gedung Dinas Pendidikan dan Pengajaran (P&P).
Kedalaman akuifer yang ada berada di kedalaman 40 meter hingga 55
meter. Akuifer terdapat pada batu gampingan dan di bawahnya
merupakan lapisan kedap air dan batu lempung gampingan.

Gambar 2.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 17

Sumber : RTBL Kawasan Arfai


Gambar 2.6
Peta Kedalaman Akuifer Tawar (BMT)
Daerah Gedung Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 18

Sumber : RTBL Kawasan Arfai


Gambar 2.7
Peta Kedalaman Akuifer Tawar (DPL)
Daerah Gedung Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 19
Akuifer (Asin)
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air tanah tawar
menjadi payau atau asin, disebabkan oleh air fosil. Air fosil atau connate water
adalah keberadaan air asin yang terjebak pada lapisan batuan/akuifer bersamaan
dengan waktu proses pengendapan batuan yang kemudian bercampur dengan air
tanah atau yang lazim di sebut sebagai connate water atau air tanah fossil.
Sebagai air fossil yaitu air tanah yang terjebak pada waktu pengendapan lempung
pasiran dengan air laut yang asin, sehingga air tanah pada batuan inii mempunyai
kadar klorida yang tinggi. Air tanah asin ini berada di bagian bawah air tanah
tawar. Bila dibuat sumur bor yang menembus lapisan air asin ini maka akan
mencemari akuifer tawarnya.

Untuk memberikan gambaran kondisi air tanah asin dapat dilihat dari hasil
pendugaan geolistrik wilayah studi seperti yang tecantum pada Studi RTBL
Kawasan Arfai yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.8
Gambar 2.9

Tabel 2.8
Hasil Penafsiran (Pendugaan) Geolistrik di Lokasi Studi
Titik Hasil Penafsiran Perkiraan Perkiraan
Dug Lapisa Kedalaman Tahanan Litologi Hidrogeologi
a n
Jenis
1 0,00 3,56 40,65 Tanah penutup
2 3,56 7,15 3200,12 Batu gamping
keras
3 7,15 15,71 1200,47 Batu gamping
GL.1 4 15,71 760,34 Batu gamping
23,61 pasiran
5 23,61 2100,27 Batu gamping
47,61
6 47,61 670,48 Batu pasir Akuifer tawar
67,65 gampingan
7 67,65 460,28 Lempung
121,15 gampingan
8 121,15 - ~ 153,68 Lempung pasiran Akuifer asin
Sumber : RTBL Kawasan Arfai

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 20
Gambar 2.8
Peta Kedalaman Atas Akuifer Asin (BMT)
Daerah Gedung Perkantoran Gubernur di Arfai

Sumber : RTBL Kawasan Arfai

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 21
Gambar 2.9
Peta Kedalaman Atas Akuifer Asin (DPL)
Daerah Gedung Perkantoran Gubernur di Arfai

Sumber : RTBL Kawasan Arfai

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 22
B. Kualitas Air Tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah di sekitar lokasi kegiatan, maka dilakukan
pengambilan sampel air tanah. Sampel air tanah tersebut kemudian dianalisis
di laboratorium. Hasil analisis kualitas air tanah di sumur bor penduduk dan di
lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 2.9 Sementara untuk peta pengambilan
sampel dapat dilihat pada Gambar 2.11.

Tabel 2.9
Hasil Analisis Kualitas Air Tanah

Hasil Pengujian
Baku
No Parameter Satuan Lokasi 1 Lokasi Lokasi 3 Metode Acuan
Mutu
2
A. FISIKA
1. Bau Tdk Tdk Tdk Tdk Oganoleptik
berbau berbau berbau berbau
2. Kekeruhan NTU 25 0,33 0,74 0,46 SNI 06-6989.25-
2005
3. Padatan Terlarut Total mg/L 1500 230 160 265 SNI 06-6989.27-
(TDS) 2005
0
4. Suhu C 3 29,6 28,0 28,0 SNI 06-6989.23-
2005
5. Warna PtCo 50 5 5 5 SNI 06-6989.24-
2005
B. KIMIA
1. Alumunium mg/L - < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 06-6989.32-
2005
2. Besi (Fe)* mg/L 1 0,20 0,22 0,09 SNI 6989.25-
2009
3. Derajat Keasaman 6,5 9,0 7,34 7,38 7,39 SNI 06-6989.11-
(pH) 2004
4. Kadmium (Cd)* mg/L 0,005 < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 6989.16-
2009
5. Kesadahan Total mg/L 500 203,84 153,92 199,68 SNI 06-6989.12-
(CaCO3) 2004
6. Klorida (Cl -) mg/L 600 5,62 1,53 < 1,40 SNI 6989.19-
2009
7. Krom Heksavalen (Cr- mg/L 0,05 0,03 0, 06^ 0,04 SNI 6989.71-
VI) 2009
8. Mangan (Mn)* mg/L 0,5 < 0,05 < 0,05 < 0,05 SNI 06-6855-
2002
9. Nilai Permanganat mg/L 10 3,19 3,19 2,84 SNI 06-6989.22-
(KMn04) 2004
10. Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,24 0,85 0,41 SNI 6989.79-
2011
11. Nitrit (NO2N) mg/L 1 0,005 0,01 < 0,005 SNI 06-6989.9-
2004
12. Seng (Zn) * mg/L 15 0,04 0,02 < 0,009 SNI 6989.7-
2009
13. Sianida (CN -)* mg/L 0,1 < 0,01 < 0,01 < 0,01 SNI 6989.77-
2011
14. Sulfat (SO4 2-) mg/L 400 1,20 0,54 5,34 SNI 6989.20-

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 23
2009
C. MIKROBIOLOGI
1. Coliform Jml/100 50 11 15 15 SM 9221 B **
ml
Sumber : Data Primer, 2014
Keterangan :
Lokasi 1 : Sumur Bor Lokasi Kegiatan, Dinas Perpustakaan Arsip dan
Dokumnetasi ( S 000 55 12,6 & E 1340 01 43,7 )
Lokasi 2 : Sumur Bor Penduduk Kp. Masi Epi ( S 000 54 53,3 & E 1340 01 35,8 )
Lokasi 3 : Sumur Bor Penduduk Desa Arfai II ( S 000 55 27,1 & E 1340 01 29,4 )
= Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat
* Logam berat merupakan logam terlarut
** Standard Methode, Edisis 21 Tahun 2005
Semua parameter diuji di Laboratorium
^ Tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan
Baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Men-
Kes/PER/XI/1990

Berdasarkan tabel di atas, hasil laboratorium dari sumur bor penduduk secara
umum masih memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990 kecuali krom heksavalen (Cr-VI) di lokasi 2 sedikit
melebihi baku mutu yakni sebesar 0,06 mg/L, sementara baku mutu yang
dipersyaratkan adalah sebesar 0,05 mg/L.

Gambar 2.10
Dokumentasi Pengambilan Sampling Air di Lokasi dan di Penduduk Sekitar

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 24
Gambar 2.11 Peta Pengambilan Sampel Air Tanah

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 25
2.1.6.2 Air Larian
Keadaan limpasan air hujan sebelum dan adanya kegiatan pembangunan kawasan
perkantoran pemerintahan Provinsi Papua Barat dapat dihitung dengan rumus
rasional (Otto Soemarwoto,1998), yaitu :
Q = C.I.A
Dimana :
Q = Debit air larian (run-off) (m3/hari hujan)
C = Koefisien Air Larian
II = Intensitas hujan (mm/hari hujan)
A = Luas Daerah (m2).

Nilai koefisien run-off (C) untuk lahan sebelum dibangun adalah 0,2 sedangkan
nilai intensitas hujan (I) hasil perhitungan data curah hujan adalah 2.127,20
mm/104,4 hari hujan atau 20,45 mm/hari hujan, dari data tersebut maka besar
debit air larian sebelum dilaksanakannya pengembangan pembangunan
kompleks kantor pemerintahan Provinsi Papua Barat adalah :

Q = 0,2 X (20,37 X 10-3 m/hh) X ( 151.383 m2)


Q = 617 m3/hari hujan

2.1.7 Ruang dan Lahan


Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Manokwari Tahun 2009
2028, lokasi kegiatan yang berada di sebelah Selatan Kota Manokwari tersebut
termasuk pada Bagian Wilayah Kota (BWK) - D. Fungsi utama dari BWK ini adalah
sebagai Pusat Kegiatan Pelayanan Regional, Pusat Perkantoran Pemerintahan
Provinsi Papua Barat dan juga Perkantoran Pemerintahan Kabupaten Manokwari,

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 26
Kawasan Perhubungan Udara (Bandara Rendani), Kawasan Industri, Permukiman
Baru, Tempat Pemakaman Umum (TPU), serta Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPA). Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian BWK di Kota Manokwari
berdasarkan RDTR Kota Manokwari Tahun 2009-2028 dapat dilihat pada
Gambar 2.12.

Sementara berdasarkan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan


Arfai, lokasi studi yakni Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat masuk
pada Sub Wilayah Kota (Sub-BWK) D2, Sub Blok D3-8. Luas total Sub-BWK ini
sebesar 284,924 Ha dengan luas potensial terbangunnya sebesar 70 Ha. Fungsi
yang akan dikembangkan di Sub-BWK ini meliputi perkantoran pemerintahan
provinsi, pemukiman kepadatan rendah, RTH konservasi dan jalur hijau. Untuk
lebih jelasnya mengenai pembagian Sub-BWK dan Sub Blok yang terkait dengan
lokasi kegiatan berdasarkan RTBL Kawasan Arfai dapat dilihat pada Gambar 2.13
dan Gambar 2.14.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka lokasi rencana kegiatan Perkantoran


Pemerintahan Provinsi Papua Barat sudah sesuai dengan rencana tata ruang yang
berlaku.

Gambar 2.12 Peta Pembagian BWK Kota Manokwari

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 27
Gambar 2.13 Peta Pembagian Blok Kota
Manokwari

PETA PEMBAGIAN BLOK


KOTA MANOKWARI
U
0.2 0 0.2 0.4 KM KMKM

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 28
GAMBAR : 2.14 PETA PENGATURAN ZONA
PETA PENGATURAN ZONA SUB BLOK D3-8 SUB BLOK D3-8 KOTA MANOKWARI
KOTA MANOKWARI KOTA MANOKWARI
0.2 0 0.2 0.4 KM KMKM

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 29
2.1.8 Biologi
A. Flora
Pengamatan flora di sekeliling kompleks perkantoran Gubernur Propinsi Papua
Barat, dilakukan pada 4 (empat) lokasi sesuai dengan arah mata angin, yaitu sebelah
barat, selatan, timur dan utara. Secara umum, lahan di sekeliling kompleks
perkantoran Gubernur Propinsi Papua Barat merupakan lahan semak belukar dan
sebagian ditanami jenis-jenis tanaman pertanian.

1) Sebelah Barat

Vegetasi semak belukar yang dominan ditemukan berupa tumbuhan perdu dari
jenis-jenis mahang (Macaranga denticulata), ara (Ficus septica), sirih perdu
(Piper aduncum) yang mana jenis-jensi tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan
pionir yang dapat tumbuh dengan cepat pada lahan-lahan yang terbuka. Adapun
tumbuhan herba dan semak yang banyak tumbuhan di lokasi tersebut antara lain
adalah Centrosema pubescens, Mikania cordata, Bidens pilosa, Stachytarpeta
indica dan Penisetum sp.

2) Sebelah Selatan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 30
Vegetasi pada lahan di sebelah selatan selain terdapat jenis-jenis tumbuhan liar
berupa semak belukar selain mahang ada juga Glochidion sp, Euphorbia atoto,
Passiflora foetida. dan Crotalaria sp. Sementara itu ada beberapa lokasi yang
ditanami tanaman budidaya seperti kelapa (Cocos nucifera), jagung (Zea mays),
pisang (Musa paradisiaca), dan kacang tanah (Arachnis hypogaea).

3) Sebelah Timur

Vegetasi di sebelah timur merupakan semak belukar yang didominasi oleh


tumbuhan perdu seperti mahang, lamtoro (Leucaena leucocephala) dan jabon
(Anthocephalus chinensis). Selain itu terdapat pula jenis-jenis tanaman herba
seperti berbagai jenis rumput (Sporobolus sp, Imperata cylindrica, Andropogon
sp, Hymenachne sp, Chloris barbata ).

4) Sebelah Utara

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 31
Vegetasi di sebelah utara yang berdekatan dengan gedung kantor Gubernur
Papua barat tampak berbeda, kondisinya seperti hutan yang banyak ditumbuhi
oleh pohon dengan tinggi rata-rata 3 4 meter dengan kisaran diameter batang
antara 12 22 cm dbh. Adapun jenis-jenis pohon tersebut didominasi oleh
akasia (Acacia auriculiformis). Jenis-jenis lainnya yang teridentifikasi antara lain
adalah mahang, lamtoro, sirih perdu, kayu ara, kempas (Kompassia excelsa),
Spathodea campanulata, Lantana camara, Heterosmilax sp, Breynia microphylla
dan tumbuhan pakis( Nephrolepis sp dan Pyterograma sp). Adapun di sebelah
timur laut komplek perkantoran ini yang berdekatan dengan gedung Kantor
Gubernur terdapat ladang yang ditanami dengan pisang, ketela pohon (Manihot
utilissima), pepaya (Carica papaya), ubi jalar (Ipomoea batatas), cabe rawit
(Capsicum frutescens) dan serei dapur (Cymbopogon citratus).

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 32
Tabel 2.10
Daftar Tumbuhan di Sekitar Wilayah Studi

No Nama jenis Nama Umum Keterangan


1 Alstonia scholaris Pulai Perdu
2 Bidens pillosa Herba
3 Breynia microphylla Semak
4 Cassia alata Ketepeng Semak
5 Capsicum frutescens Cabe rawit Tanaman budidaya
6 Carica papaya Pepaya Tanaman budidaya
7 Celosia sp Herba
8 Centrosema Kembang telang Herba merambat
pubescens
9 Cocos nucifera Kelapa Tanaman budidaya
10 Crotalaria Semak
anagyroides
11 Cymbopogon citratus Serei dapur Tanaman budidaya
12 Euphorbia atoto Herba
13 Ficus septica Kayu ara Perdu
14 Glochidion sp Perdu
15 Gnetum latifolium Semak
16 Heterosmilax sp Herba merambat
17 Imperata cylindrica Rumput alang-alang Herba
18 Ipomoea batatas Ubi jalar/ubi manis Tanaman budidaya
19 Ipomoea triloba Herba merambat
20 Kompassia excelsa Kempas Pohon
21 Leea sambucina Semak
22 Leucaena Lamtoro Perdu
leucocephala
23 Macaranga denticilata Mahang/ buah roda Perdu, dominan di sekeliling
tapak proyek
24 Manihot utilissima Ketela pohon / Tanaman budidaya
singkong
25 Microcos sp Perdu
26 Mikania cordata Herba merambat
27 Musa paradisiaca Pisang Tanaman budidaya
28 Nephrolepis biserrata Pakis Semak
29 Passiflora foetida Vermut Herba merambat
30 Penisetum sp Rumput gajah Herba
31 Piper aduncum Sirih perdu Perdu
32 Pongamia pinnata Pohon
33 Premna corymbosa Semak
34 Pyterograma sp Pakis Semak
35 Seatria palmifolia Rumput Herba
36 Stachytarpeta incica Semak
37 Themeda arguens Rumput Herba
38 Zea mays Jagung Tanaman budidaya
Sumber : Hasil Pengamatan, Oktober 2014

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 33
5) Tanaman Pekarangan Sekitar Gedung Perkantoran

Di komplek
Perkantoran Gubernur
Propinsi Papua Barat
baru beberapa gedung
saja yang sudah
difungsikan sebagai
kantor, sehingga
tanaman yang tumbuh
dan terpelihara dengan
baik pada setiap halaman gedung masih sangat sedikit. Apalagi pada lahan yang
gedungnya sudah selesai dibangun namun belum ditempati, vegetasi
disekitarnya berupa tumbuhan liar yang tampak seperti belukar.

Adapun jenis-jenis tanaman pekarangan yang tumbuh di halaman gedung-


gedung kantor dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.11
Daftar Tumbuhan Pekarangan di Sekitar Wilayah Studi
No Nama umum Nama jenis Keterangan
1 Agave Agave americana Semak
2 Bakung Hymenocalis littoralis Herba
3 Beringin Ficus benjamina Pohon
4 Bugenvil Bougainvillea spectabilis Semak
5 Bungur Lagerstroemia indica Pohon
6 Cemara udang Casuarina equisetifolia Pohon
7 Euporbia Euphorbia splendens Semak
8 Glodogan tiang Polyaltia ilicifolia Perdu
9 Jarak kepyar Jatropha integerrima Semak
10 Mahoni Swietenia macrophylla Pohon
11 Mangga Mangifera indica Pohon
12 Matoa Pometia pinnata Pohon
13 Palem putri Welwichia millii Perdu
14 Puring Codiaeum variegatum Perdu
15 Soka Ixora javanica Semak
Sumber : Hasil Pengamatan, Oktober 2014

B. Fauna
Fauna teramati di sekitar kompleks perkantoran adalah burung gereja, layang-layang
dan kadal, belum banyaknya burung yang berkeliaran di kawasan tersebut

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 34
disebabkan belum banyaknya pohon-pohon yang cukup rindang tumbuh di dalam
kawasan tersebut.

2.1.9 Kependudukan dan Sosial Ekonomi Budaya


A. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi Gedung Pemerintah Provinsi Papua Barat terletak di Kecamatan Manokwari
Selatan, dan berada di 4 (empat) wilayah Kelurahan, yaitu Kel. Sowi, Kel. Anday, Kel.
Katebu dan Kel. Masiepi. Luas wilayah 4 (empat) kelurahan tersebut adalah 221,03
km2 dan jumlah penduduk 11.088 jiwa. Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk
tersebut maka kepadatan penduduk di empat wilayah kelurahan tersebut adalah 50
jiwa/km2. Kepadatan penduduk paling tinggi adalah di Kel. Sowi sebesar 90 jiwa/km 2
dan yang terendah adalah di Kel. Masiepi sebesar 2 jiwa/km 2. Mengacu pada
kepada standar kepadatan penduduk menurut Badan Pusat Statistik (2010),
Kepadatan penduduk dikelompokkan kedalam tiga kriteria kepadatan,yaitu:
Kriteria kepadatan tinggi apabila penduduk berjumlah lebih dari 2.000 jiwa per
km2.
Kriteria kepadatan sedang apabila penduduk berjumlah antara 1.000 jiwa sampai
dengan 2.000 jiwa per km2.
Kriteria kepadatan rendah apabila penduduk berjumlah kurang dari 1.000 jiwa per
km2.

Berdasarkan standar tersebut maka kepdatan penduduk di empat wilayah kelurahan


tersebut tergolong rendah.

Tabel 2.12
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
N Luas Kepadatan Jumlah
Kel./ Kp Laki-laki Perempuan Jumlah
o (Km2) Per Km2 Rumahtangga
1Katebu 16,35 334 202 536 33 118
2Masiepi 42,60 33 34 67 2 16
3Sowi 76,88 3.801 3.127 6.928 90 1.488
4Anday 85,20 1.944 1.613 3.557 42 938
JUMlah 221,03 6.112 4.976 11.088 50 2.560
Sumber : Manokwari Selatan Dalam Angka, 2013

B. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Berdasarkan identifikasi tingkat pendidikan dari data hasil wawancara terhadap
seratus responden yang tinggal di lingkungan Kelurahan Sowi, Kelurahan Anday,
Kelurahan Katebu dan Kelurahan Masiepi, maka nampak bahwa tingkat pendidikan
yang paling banyak adalah penduduk yang menamatkan SMA dan SMK sebanyak

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 35
13,67% kemudian diikuti oleh penduduk yang kelompok tamat Perguruan Tinggi
sebanyak 13,37% dan Tamat SD 9,36%.

Apabila di bandingkan dengan tingkat pendidikan secara umum di Papua Barat yang
didominasi oleh lulusan SD sebanyak 30,26% (Papua Barat Dalam Angka 2013),
maka nampak bahwa tingkat pendidikan keluarga responden di Kel Sowi, Kel Anday,
Kel Katebu dan Kel. Masiepi nampak lebih baik. Menurut keterangan, hal ini karena
status penduduk yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Provinsi Papua Barat
maupun mitra lembaga pemerintahan tersebut. Ada pula penduduk yang berprofesi
sebagai guru dan karyawan swasta.

Tabel 2.13
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Laki Perempua Jumla
. Jenis Pendidikan -laki n h %
1 Belum Sekolah 8 14 22 5,88
41,7
2 Pelajar SD hingga SMA 74 82 156 1
10,7
3 Mahasiswa Perguruan Tinggi 22 18 40 0
4 Tamat SD 15 20 35 9,36
5 Tamat SMP 8 12 20 5,35
13,6
6 Tamat SMA 23 28 51 4
13,3
7 Tamat Perguruan Tinggi 28 22 50 7
Jumlah 178 196 374 100
Sumber : Data Primer, Oktober 2014

C. Komposisi Penduduk Berdssarkan Jenis Pekerjaan


Frekuensi penduduk yang bekerja dan jenis-jenisnya ditelaah dari jumlah Angkatan
Kerja. Hal ini dilaksanakan untuk melihat karakteristisk matapencaharian masyarakat
dan juga jumlah penduduk dari angkatan kerja yang masih menganggur. Angkatan
kerja (labour force) merupakan konsep yang memperlihatkan populasi yang aktif
darai kelompok usia produktif (15 64 tahun) yang menghasikan pendapatan
(economically active population), sedangkan bukan angkatan kerja adalah kelompok
usia produktif yang yang tergolong tidak aktif bekerja karena sedang menekuni
kegiatan lain terutama sebagai pelajar dan mahasiswa (non-economically active
population) (Rusli,1994 dan http://www.datastatistik-indonesia.com/portal, 2
Nopember 2014)

Data yang disajikan pada Tabel 2.14 yang merupakan pengolahan hasil wawancara,
menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk minimal terdapat sepuluh jenis dan yang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 36
paling banyak adalah sebagai petani (12,566%), kemudian penduduk yang bekerja
di Kantor Pemerintahan sebagai pegawai negeri (6,76%). Peringkat ketiga adalah
penduduk yang bekerja sebagai pegawai atau honorer pada lembaga pemerintah
dan karyawawan swasta , masingmasing sebanyak 6,28%.

Perbandingan partisipsi kerja antara kelompok lakilaki dan perempuan


menunjukkan komposisi yang relatif seimbang.Hal ini menunjukkan bahwa kedua
kelompok tersebut mempunyai pelaung yang sama, terutama pada jenis-jenis
pekerjaan yang dominan seperti jenis pekerjaan sebagai karyawan swasta dan
karyawan pemerintah. Namun demikian, bagi penduduk yang berstatus sebagai isteri
nampak cukup banyak yang memilih mengurus rumahtangga (24,64% dari seluruh
jumlah angkatan kerja). Demikian pula,nkelompok perempuan nampak mendominasi
jenis usah pengelolaan warung dan kantin. Pada pihak lain, jenisjenis pekerjaan
informal seperti ojeg sepeda motor dan buruh nampak tidak menjadi pilihan
kelompok perempuan.

Tabel 2.14
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
No Laki Perempua Jumla
. Jenis Pendidikan -laki n h %
12,5
1 Petani 18 8 26 6
2 Pedagang 4 7 11 5,31
3 Pegawai Negeri 9 5 14 6,76
4 Honorer kantor Pemerintah 11 2 13 6,28
5 Penjahit 1 0 1 0,48
6 Jasa Bengkel 1 0 1 0,48
7 Karyawan swasta 4 9 13 6,28
24,6
8. Mengurus Rumahtangga 0 51 51 4
37,2
10. Belum Bekerja 46 31 77 0
Jumlah (1) 94 113 207 100
Penduduk usia anak -anak ( 0 -14
Tahun) (2) 69 75 144
Penduduk usia lanjut > 64 tahun (3) 15 8 23
Total 178 196 374
Sumber : Data Primer, 2014
n =dihitung dari jumlah angkatan kerja

Berkaitan dengan keberadaan Komplek Perkantoran Provinsi Papua barat, maka


jenis pekerjaan penduduk yang berkaitan dengan mata pencaharian penduduk
adalah yang berkaitan secara langsung yaitu Pegawai Negeri dan Honorer..

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 37
Keberadaan kompleks perkantoran juga memberikan peluang kerja dan peluang
usaha pengelolaan warung dan kantin yang melayani kebutuhan akomodasi
pegawai.

Data hasil wawancara juga memuat infromasi tentang jumlah kelompok penganggur.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Berdasarkan
pengertian tersebut maka nampak bahwa jumlah pengangguran di wilayah studi
adalah sebanyak 37,5% , yang terdiri dari 22,2% kelompok laki laki dan 14,8%
kelompok perempuan.

Gejala keberadaan kelompok pengangguran yang relatif tinggi , menarik untuk


diketahui latar belakang atau penyebabnya . Hal ini berkaitan dengan peluang kerja
yang muncul pada saat kegiatan konstruksi dan operasi dalam rangka pembangunan
kompleks kantor pemerintahan Provinsi Papua Barat. Data yang disajikan pada
Tabel 2.15 menunjukkan bahwa latar belakang /penyebab setiap anggota kelompok
angkatan kerja yang masih menganggur minimal terdapat tiga alasan, dan yang
paling banyak adalah penduduk yang sudah melamar kerja ke berbagai tempat,
namun belum mendapatkannnya serta tidak mau mencari kerja (masing masing
49,35%) . Alasan lainmnya adalah warga /anggota keliuarga responden yang sudah
diterima kerja (1,30%).

D. Tabel 2.15 Ko
Latar Belakang Penyebab Pengangguran
m
Jumla
Jenis Alasan Laki -laki Perempuan h % po
Sudah diterima bekerja dan si
masih menunggu panggilan
1 0 1 1,30 si
Sudah melamar pekerjaan ke
beberapa tempat tapi belum ada 49,3
yang menerima 27 11 38 5
Tidak pernah mencari
kerja/melamar pekerjaan karena
kapasitas pendidikan kurang / 49,3
tidak memadai 18 20 38 5
Jumlah 46 31 77 100
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
Penduduk Berdssarkan Mata Pencaharian Tambahan
Selain mempunyai mata pencaharian pokok , maka penduduk di wilayah studi
mempunyai pekerjaan tambahan. Adanya pekerjaan tambahan ini dapat berarti
besarnya kebutuhan konsumtif dan akomodasi lainnya bagi rumahtangga , sehingga

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 38
harus dipenuhi oleh dengan mencari sumber laian . Pada pihak lain pola
matapencaharian tambahan ini juga menunjukkan kreativitas penduduk untuk
memanfaatkan sumberdaya yang ada sehingga bermanfaat untuk menambah
pendapatan rumahtangga.
Berdasarkan uraian tersebut, maka diketahui bahwa terdapat 15,46% responden
yang menekuni tujuh jenis matapencaharian tambahan (lihat Tabel 2.16). Jenis
matapencaharian yang paling banyak adalah penduduk yang mencari ikan/nelayan
sebagai matapencaharian tambahan (sebanyak 5,31% dari seluruh angkatan kerja).
Kemudian disusul penduduk yang menjual kebutuhan pokok (4,83%) untuk
mendapatkan penghasilan tambahan disamping tetap menekuni pekerjaan
pokoknya. Ada pula penduduk yang mengoperasikan sepeda motor untuk jasa
pengangkuran lokal (1,93%).

Besarnya jumlah penduduk yang mempuntai pekerjaan tambahan diduga karena


ketersediaaan sumberdaya perikanan yang luas serta akses terhadap penyediaan
peralatan yang cukup mudah (perahu , mesin , jaring dan lain-lain), sedangkan jasa
ojeg sepeda motor tumbuh dari kebutuhan transportasi lokal seiring dengan semakin
meningkatnya mobilitas penduduk.

Jika ditinjau perbandingan antara kelompok laki-laki dan perempuan, maka nampak
bahwa penduduk lakilaki lebih dominan menekuni pekerjaan tambahan (6,76%)
dibandingkan kelompok perempuan (2,3%). Jenis Mata Pencaharian yang ditekuni
perempuan terbatas pada pekerjaan menjual bahan kebutuhan pokok dan penjahit.

Tabel 2.16
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tambahan
No Laki Perempua Jumla
. Jenis Pendidikan laki n h %
1 Ojeg Sepeda motor 4 0 4 1,93
Menjual bahan kebutuhan
2 pokok 6 4 10 4,83
3 Kepala kampung 2 0 2 0,97
4 Penjahit 2 1 3 1,45
5 Kader Posyandu 0 2 2 0,97
6 Nelayan 11 0 11 5,31
Tidak mempunyai pekerjaan
7 tambahan 69 106 175 84,54
Jumlah (1) 94 113 207 100
Penduduk usia anak -anak
( 0 -14 Tahun) (2) 69 75 144
Penduduk usia lanjut > 64 15 8 23
tahun (3)

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 39
Total 178 196 374
Sumber : Data Primer, 2014
n dihitung dari jumlah angkatan kerja

E. Sumber sumber Penghasilan


Pola perekonomian penduduk tidak terlepas dari ketergantungan terhadap uang,
artinya semua upaya menekuni mata pencaharian dipusatkan agar menghasilkan
dana yang menjadi alat tukar untuk membeli kebutuhan primer dan sekunder.
Matapencaharian penduduk dapat dibedakan dari jenis pertanian dan non pertanian .
Pendapatan hasil pertanian didapatkan dari penjualan hasil panen sesuai dengan
pola tanam. Maka dari itu sebagian besar responden dari kelompok petani, mengaku
pendapatan dari hasil panen tidak menentu. Namun demikian, dapat ditarik rata-rata
penghaislan adalah antara Rp 500 000 hingga Rp 800 000,- rupiah

Tabel 2.17
Rata-rata Pendapatan Per-Bulan
No Pendapatan Per bulan
. Jenis Pendidikan (Rp)
1 Petani 700.000
2 Pedagang 3.000.000
3 Pegawai Negeri 2.900.000
4 Honorer kantor Pemerintah 1.500.000
5. Ojeg Sepeda motor 750 000
5 Penjahit 150.000
6 Jasa Bengkel 200.000
7 Karyawan swasta 2.000.000
Sumber : Data Primer, 2014
Pendapatan dari kegiatan non-pertanian antara lain adalah pegawai negeri, honorer
kantor pemerintah daerah dan karyawan swasta yang mendapatkan gaji bulanan.Dari
wawancara yang dilakukan, diketahui bawa gaji karyawan dengan latar belakang
sarjan golongan III ratarata mencapai Rp 2.900.000,- sedangkan honorer dari
berbagai kantor sebesar Rp 1500.000,- per bulan.

Bagi mata pencaharian nonformal seperti ojek sepeda motor dan buruh serabutan,
penghasilan yang didapat nampak jauh dibawah rata-rata penduduk yang bekerja
sebagai karyawan atau buruh pabrik. Sebagian pengemudi ojek sepeda motor
bahkan harus membagi pendapatan hariannya sebagai setoran kepada pemilik
motor. Rata-rata pendapatan pengemudi ojeg diketahui adalah Rp. 30.000,- hari dan
dengan jumlah hari kerja per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka pendapatan
bulanan kelompok ini adalah Rp. 750.000,- per bulan.

F. Pola Kepemimpinan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 40
Pola kepemimpinan masyarakat adalah kecenderungan masyarakat dalam merujuk
personal yang dianggap pemimpin oleh masyarakat. Adanya kelebihan dan
keistimewaan tertentu akan menempatkan seseorang dijadikan orientasi sebagai
pemimpin. Seperti yang disajikan pada Tabel 2.18 warga masyarakat yang paling
dijadikan orientasi sebagai pemimpin adalah Kepala Suku (67%), Kepala Adat (11%)
dan Kepala Persekutuan (22%).

Tiga orientasi kepemimpinan pada nampak menunjukkan karakater pemimpin


informal, Kepala Suku merupakan pemimpin masyaralat yang berdasar pada
hubungan berdasarkan tempat tinggal dan hubungan berdasarkan nenek moyang
yang sama (genealogis). Ikatan kelompok dalam suku mempunyai tujuan untuk
mengatur pengelolaan sumberdaya ekonomi seperti lahan pertanian dan padang
perburuan. Suku juga mempunyai tujuan untuk mengatur hak dan kewajiban
anggotanya dalam kehidupan sehari hari.

Selain kepala suku, pemimpin lainnya adalah Kepala Adat, yang dipercayai untuk
memberikan rekomendasi dan referensi bagi masyarakat dalam posisinya sebagai
anggota keluarga anggota kerabat dan anggota suku. Sebagai person yang
mempunyai pengetahuan aturan adat, maka saran Kepala Adat akan dituruti dan
dijadikan acuan bagi warga untuk melaksanakan kegiatan.

Tabel 2.18
Orientasi kepada Warga Yang Dianggap Sebagai
Pemimpin
Jumlah / %
No. Jenis Personil
(n =100)
1. Kepala Suku 67
2. Kepala Adat 11
3. Kepala Persekutuan 22
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014

Kepala Persekutuan juga merupakan person yang dipercayai untuk memberikan


referensi bagi masyarakat. Jika kelembagaan Kepala Adat berdasar pada sistem
tradisional, maka Kepala persekutuan merupakan kelembagaan yang tumbuh dari
organisasi agama (kristen dan katolik).

Selain orientasi terhadap pengetahuan dan kemampuan mengelola sumberdaya milik


bersama (milik suku), maka nampak bahwa alasan penokohan yang dikemukakan
adalah adanya pelayanan kepada masyarakat dari pemimpin yang diorientasikan.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 41
Ada pula pemimpin yang ditokohkan karena mewakili aspirasi masyarakat.maka
nampak bahwa alasan penokohan yang dikemukakan adalah adanya pelayanan
kepada masyarakat dari pemimpin yang diorientasikan. Ada pula pemimpin yang
ditokohkan karena mewakili aspirasi masyarakat.
G. Partisipasi Masyarakat dalam Organisasi Sosial
Guna mengetahui hubungan atau pola interaksi penduduk, dipelajari interaksi
sesama kerabat, hubungan ketetanggaan dan ikatan kebersamaan sebagai warga
kampung. Pola ini diukur dari aktifitas pertemuan warga dan motivasi mereka.

Meskipun berdampingan dengan Pusat Pemerintahan Papua barat yang cenderung


mencirikan moblitas penduduk yang tinggi, masyarakat di daerah ini mencirikan
derajat kooperasi di antara warganya cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kegiatan-kegiatan atau pertemuan-pertemuan sesama warga, dalam bentuk arisan,
ibadah (Ahaa Kristen, Katolik dan Islam) kegiatan sosial kegiatan kepemudaan, dan
kegiatan bersama lainnya.

Ikatan kebersamaan antara kerabat, tetangga dan warga sekampung seperti terlihat
dalam Tabel 2.19, bentuk-bentuk pertemuan rutin antar penduduk relatif masih sering
dilakukan dan masih seringnya responden/penduduk mengikuti kegiatan pertemuan
warga. Jumlah mereka yang sering mengikuti pertemuan warga masih menonjol.
Sebanyak 64% penduduk mengaku mengikuti berbagai organisasi sosial dan 36%
tidak mengikuti organisasi sosial.

Tabel 2.19
Partisipasi dalam Organisasi Sosial
No Jumlah / %
. Jenis Organisasi (n =100)
1. Arisan Suku 21
2 Posyandu 4
3. Persekutuan gereja 18
4. Pengajian 9
5. Musyawarah kampung 6
6. Karang Taruna 6
Tidak mengikuti organisasi
7. sosial 36
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, Oktober 2014

Organisasi sosial yang paling banyak diikuti adalah Arisan Suku (21%) , yaitu
kerjasama pengumpulan dan yang diberikan kepada seluruh peserta arisan secara
bergiliran. Anggota arisan ini adalah Suku, yaitu ikatan sosial berdasarkan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 42
kekerabatan dan temoat tinggal. Latar belakang kekerabatan yang terpusat pada
nenek moyang merupakan modal sosial untuk mempertahankan eksistensi mereka
diantara banyak suku yang lain. Upaya untuk memelihara eksistensi tersebut antara
lain dilakukan dengan cara melaksanakan pertemuanpertemuan anggota secara
rutin, antara lain melalui arisan ini. Dengan kata lain, lembaga Arisan, selain
berfungsi kerjasama ekonomi juga berfungsi sebagai media untuk memelihara ikatan
sosial diantara anggota suku.

Kemudian, organisasi yang lain yang menempati peringkat kedua terbanyak adalah
persekutuan gereja (18%), yaitu organisasi pemeluk Agama Kristen baik dalam
ibadah maupun dalam kegiatan sosial. Organisasi lain yang berdasar persamaan
pemeluk agama adalah pengajian darii pemeluk Islam . Kelompok ini melaksanakan
kegiatan ibadah secara rutin dan juga kegiatan meningkatan pengetahuan agama
melalui pembelajaran (ceramah).

Lembaga sosial lainnya adalah kegiatan sosial masyaralat yang diperkenalkan oleh
pemerintah yaitu Karang Taruna, Posyandu, dan Musyawarah Kampung. Karang
Taruna adalah lembaga yang menghimpun kelompok pemuda/pemudi dalam
berbagai kegiatan organisasi sosial dan keterampilan. Posyandu adalah lembaga
pelayanan kesehatan sukarela dari masyarakat untuk melayani kebutuhan pelayanan
kesehatan dengan masyarakat. Posyandu mempunyai jaringan dan pembinaan
dengan pemerintah, khususnya Pusat Kesehatan Masyarakat dan Pemerintah
Daerah. Kader-kader posyandu merupakan dukungan yang cukup berarti bagi
pemerintah. Terakhir, adalah lembaga Musyawarah Kampung yang melakukan
kegiatan rapat rapat pengambilan keputusan untuk kepentingan warga.

H. Peristiwa Konflik dan Pola Penyelesaiannya


Konflik dan integrasi meruakan gejala sosial yang biasa terjadi pada kehiduan sosial
termasuk di wilayah oedsaan . Sumber-sumber konflik dapat berupa perebutan
sumberdaya, solidaritas terhadap individu lain berdasarkan ikatan primordial, dan
bahkan ideologi. Data yang disajikan pada Tabel 2.20 menunjukkan bahwa terdapat
tujuh jenis konflik sosial yang pernah dialami atau dilihat responden oleh 65%
penduduk di empat wilayah kelurahan

Jenis konflik yang paling banyak dilihat oleh responden adalah protes kepada
pemerintah mengenai ketidaksetujuan penduduk terhadap sarana Tempat
Pengolahan Akhir (TPA) Sampah (27%). Sarana tersebut diprotes karena dianggap

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 43
mengganggu kenyamanan dan kesehatan warga, khususnya warga Kampung
Masepi.
Konflik lainnya adalah perselisihan antar pemuda akibat kesalahpahaman (15%),
antara lain akibat pengaruh minuman keras atau ketersinggungan salah satu warga
terhadap warga lainnya yang dianggap melanggar norma kesopanan yang berlaku
di dalam masyarakat.

Jenis sengketa lainnya adalah sengketa lahan, yaitu perebutan lahan oleh indivdu
yang merasa memiliki hak waris dari orang tua mereka..Hak Waris bagi penduduk
muncul, biasanya setelah orangtua pemilik lahan telah meninggal dunia, Sengketa
waris dapat terjadi jika tidak terjadi kesepakatan mengenai porsi pembagian waris
yang sebenarnya telah diatur secara adat.

Selain berdasar pada hak waris dari orangtua, maka sengketa lahan lainnya berasal
dari lahan haka ulayat adat, yaitu lahan milk kolektif gabungan yang berfungsi
secara sosial dibagikan kepada masyarakat. Berkaitan dengan luasnya lahan ulayat
tersebut, maka terkadang terdapat sengketa batas lahan antar dua pemanfaatan
lahan.

Tabel 2.20
Jenis-jenis Konflik
No Jumlah / %
. Jenis Konflik (n =100)
1. Perselisihan antar pemuda 15
2 Perebutan lahan garapan Hak Ulayat 4
3. Perebutan uang hasil retrubusi 2
4. Perselisihan hak atas tamah keluarga 4
Ketidakpuasan atas pemlilhan kepala
5. Kampung 1
6. Protes kepada pemerintah mengenai TPA 27
7. Ketidakpuasan atas hasil peneriimaan PNS 2
8. Tidak pernah melihat/ mendengar konflik 45
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014
Terhadap berbagai konflik tersebut, maka masyarakat mempunyai mekanisme
penyelesaian konflik. Data yang disajikan pada Tabel 9 , menunjukan bahwa terdapat
empat pola penyelesaian konflik yaitu: mediasi oleh kepala Adat, perdamaaian antar
dua keluarga besar pihak yang berselisih, mediasi oleh pemerintah Papua Barat dan
ada yang menempih jalur hukum positif. Ada pula masalah perselisihan yang belum
ada penyelesaian , yaitu kelompok warga mengadu tentang posisi Tempat
Pengolahan Akhir Sampah (TPA) serta warga yang memprotes pihak pihak yang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 44
dianggap harus bertanggungjawab atas hasil penerimaan pegawai negeri sipil di
lingkungan Pemprov Papua Barat.

Diantara bentuk bentuk penyelesaian konflik yang terjadi , maka nampak yang
paling banyak adalah mediasi oleh Kepala Adat (20%). Hal ini menunjukkan
pentingnya peran Kepala Adat sebagai mediator dan pihak yang dipercaya untuk
menyelesaikan perselisihan. Pada pihak lain , adanya bentuk perselisihan yang
belum terselesaikan, jika dilihat bentuk konfliknya (yaitu protes terhadap gangguan
kenyamanan dan protes terhadap hasil penerimaan pegawai negeri), menunjukkan
bahwa kedua jenis tersebut melibatkan kelembagaan lain yang baru dikenal
penduduk, merupakan lembaga yang superior (pemerintah negara) dan belum
termasuk dalam tata hukum adat lokal. Hal ini menyebabkan warga nampak masih
mencarai poal penyelesaian yang tepat untuk kasus-kasus yang melibatkan
kelembagaan pemerintah.

Tabel 2.21
Pola Penyelesaian Konflik
No Jumlah /
. Jenis Pola Penyelsaian Konflik %
1. Perselisihan antar pemuda :
Mediasi oleh Kepala Adat 13
Perdamaian antar keluarga besar yang berselisih 2
2 Perebutan lahan garapan Hak Ulayat
Mediasi oleh Kepala Adat 4
3. Perebutan uang hasil retrubusi
Mediasii oleh Kepala Adat 2
4. Perselisihan hak atas lahan keluarga
Mediasi oleh Kepala Adat 3
Menempuh jalur hukum positif 1
5. Ketidakpuasan atas pemlilhan kepala Kampung
Perdamaian antar keluarga besar yang berselisih 1
6. Protes kepada pemerintah mengenai TPA
Belum ada penyelesaian 8
Mediasi oleh Pemprov Papua Barat 19
7. Ketidakpuasan atas hasil peneriimaan PNS
Belum ada penyelesaian 2
8. Tidak pernah melihat/ mendengar konflik 45
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014

I. Persepsi Penduduk Terhadap Keberadaan Gedung Pemerintahan Provinsi


Papua Barat

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 45
Persepi masyarakat terhadap rencana kegiatan pemrakarsa merupakan interpretasi
tentang kegiatan dan dampaknya. Dampak terhadap persepsi masyarakat ini
selanjutnya dapat diidentifikasi dari respon sebagai hasil dari persepsi masyarakat.
Tipe respon masyarakat dapat berbentuk tindakan pindah ke tempat lain,
berkembangnya opini tentang lingkungan tempat mereka tinggal atau dampak
psikologis misalnya stress, rasa cemas dan lain-lain(Homenuck dalam Hadi, 1995).
Tipe respon itu sangat bergantung pada tingkat pendidikan, informasi dan
pengetahuan masyarakat. Persepsi masyarakat pada penelitian difokuskan pada
pernyataan manfaat dan resiko terhadap keberadaan Gedung Pemprov Papua Barat
serta alasan yang mendasarinya.

Data yang disajikan pada Tabel 2.22 menunjukkan bahwa seabgian besar
responden (97%), mempunyai persepsi tentang manfaat. Adapun jenis-jenis
manfaat tersebut terdiri dari empat jenis dan yang paling banyak adalah adanya
peluang kerja bagi penduduk di bidang konstruksi sebagai tenaga kasar (44%).
Peluang kerja tersebut dapat mengurangi pengangguran warga yang cukup tinggi.
Selain pekerjaan pada saat konstruksi, maka sebanyak 34% responden juga
menyatakan manfaat dari keberadaan Gedung Pemerintah Papua Barat adalah
rekrutmen penduduk setempat terutama generasi muda sebagai pegawai negeri.

Disamping munculnya peluang kerja, maka sebanyak 11% menyatakan manfaat


kegiatan pemerintahan di sekitar pemukiman mereka, akan membuka peluang kerja
dan usaha . Peluang usaha tersebut adalah usaha kantin dan pemondokan,
penjualan alat tulis dan pengolahan dokumen (foto copy) serta jasa lainnya yang
diperlukan berbagai instansi tersebut.

Tabel 2.22
Persepsi Penduduk Tentang Manfaat Keberadaan Komplek
Pemprov Papua Barat
No Jumlah /%
Persepsi tentang Manfaat
. (n =100)
Membuka peluang kerja dalam kegiatan
1. konstruksi 44
Membuka peluang kerja sebagai Pegawai
2. negeri 34
3. Membuka peluang usaha 11
4. Keterbukaan daerah 8
Tidak mempunyai persepsi terhadap
5. manfaat 3
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 46
Selain manfaat, maka 27% penduduk menyatakan ada resiko dari keberadaan
Gedung Pemerintahan Provinsi Papua Barat di sekitra pemukiman mereka. Resiko
tersebut adalah adalah banjir yang menimpa pemukiman akibat pembabatan hutan
untuk keprluan pembangunan gedung (14%), serta menyebutkan resiko gangguan
kenyamanan seperti bau yang muncul dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(13%) yang saat ini belum memberikan solusi kepada masyarakat di sekitar TPA
terutama masyarakat Kel. Maisepi.

Tabel 2.23
Persepsi Penduduk Tentang Resiko Keberadaan Komplek Pemprov Papua
Barat
No Jumlah /%
. Persepsi tentang Resiko (n =100)
Pemukiman menjadi banjir akibat
1. pembabatan hutan 14
Dampak dari Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah
2. belum ada solusi 13
5. Tidak mempunyai persepsi terhadap Resiko 73
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014

2.1.10 Kesehatan Masyarakat


A. Kondisi Permukiman
Kondisi permukiman di wilayah studi sebagian besar merupakan bangunan
permanen dengan pola konsentrik/terpusat.

B. Sanitasi Lingkungan
Kondisi sanitasi lingkungan wilayah studi sebagian besar sudah cukup baik karena
hampir sebagian besar rumah telah memiliki fasilitas sanitasi berupa jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air.

C. Fasilitas Kesehatan
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah studi, harus ditunjang
dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Fasilitas kesehatan yang
ada di Distrik Manokwari Selatan antara lain Puskesmas 1 unit yang berada di

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 47
Kelurahan Anday, 1 unit puskesmas pembantu dan praktek bidan di Kelurahan Sowi.
(Sumber : Distrik Manokwari Selatan Dalam Angka Tahun 2013)

D. Jenis Penyakit yang Diidap Oleh Masyarakat


Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, jenis penyakit yang diidap oleh
masyarakat di wilayah studi adalah malaria (90%), gatal-gatal dan ISPA.

2.1.11 Transportasi
1. Jalan Akses ke lokasi Komplek Perkantoran Gubernur Provinsi Papua Barat
Jaringan jalan sebagai aksesibilitas dari dan ke lokasi Komplek Perkantoran
Gubernur Provinsi Papua Barat dapat dikatakan cukup baik, saat ini telah didukung
oleh jaringan jalan hotmix 2 jalur denga tanpa pembatas dan jalan masuk ke arah
Komplek Perkantoran Gubernur Provinsi Papua Barat berupa jalan beton 2 lajur
dengan tanpa pembatas.

2. Lalu lintas Harian Rata rata (LHR)


Penelaahan aspek transportasi meliputi pengamatan arus Lalu Lintas Harian Rata-
rata (LHR). Pengamatan dilakukan di Jalan Trikora selama satu hari pada interval
waktu sebagai berikut :
Pagi, jam 07.00 08.00 WIB Lokasi
Komplek
Siang, jam 12.00 13.00 WIB Perkantor
an
Sore, jam 16.00 17.00 WIB Gubernur
Papua
Barat

Jl. Arfai ke Perkantoran


U
2
1

3 Pusat Kota
Ke Anday Manokwari-
4
Jl. Raya Trikora

3 Gambar 2.15
Lokasi Pengambilan Sampel LHR

Jumlah titik pengamatan dilakukan di 4 titik, yaitu : titik 1 (Ke arah Perkantoran) dan titik 2
(Ke arah keluar Perkantoran), titik 3 (Ke arah Sowi, ke Pusat Kota Manokwari) dan titik 4

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 48
(Ke arah Anday). Data lengkap hasil pengukuran LHR dapat dilihat pada Lampiran data.
Hasil rekapitulasi pengukuran LHR adalah sebagai berikut :
Tabel 2.24
Rekapitulasi Rata-rata LHR Pada Hari Kerja (Kendaraan per jam)
Kendaraan Kend Spd Kend.No Volume
Titik Arah Penumpang Berat motor n Motor Total
(LV) (HV) (MC) (UM) (Kendaraan)
Jalan Arfai Perkantoran
Jalan Arfai Arah
1. 28.00 9.67 74.67 0.67 113.00
Perkantoran
Jalan Arfai Arah ke
2. 28.67 9.33 76.67 1.67 116.33
luar Perkantoran
Total 56.67 19.00 151.33 2.33 229.33
Jalan Trikora
Jalan Trikora Arah
3. Ke Pusat Kota 59.33 28.67 138.67 1.00 227.67
Manokwari
Jalan Trikora Arah
4. 71.00 29.33 131.67 0.67 232.67
ke Anday
Total 130.33 58.00 270.33 1.67 460.33
Sumber : Hasil Perhitungan, 2014
Volume Total atau Kinerja Lalu lintas Eksisting (V)
Kinerja lalu lintas existing ini dilihat dari ukuran volume kendaraan terhadap satuan
mobil penumpang (SMP) menurut standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MJKI),
dengan nilai kecepatan dan jarak yang diperoleh dengan rumus :

V = (nLV x fLV) + (nHV x fHV) + (nMC x fMC) + (nUM x fUM)

Dimana : V = Volume Total (SMP/jam)


nLV = Jumlah Kendaraan Penumpang
fLV = Faktor Koreksi untuk Kendaraan Penumpang (1)
nHV = Jumlah Kendaraan Berat
fHV = Faktor Koreksi untuk Kendaraan Berat (3)
nMC = Jumlah Sepeda Motor
fMC = Faktor Koreksi untuk Sepeda Motor (1)
nUM = Jumlah Kendaraan Tanpa Mesin
fUM = Faktor Koreksi untuk Kendaraan Tanpa Mesin (0,5)

Hasil perhitungan kinerja lalu lintas eksisting (V) di 4 titik pengamatan bisa dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.25
Kinerja Lalulintas Eksisting Jalan Arfai Perkantoran
Rata-Rata
Faktor Nilai Faktor
Jenis Kendaraan Jumlah
Koreksi Koreksi
Kendaraan
f LV 1
Penumpang 56.67
Kendaraan Berat 19.00 f HV 3
Sepeda Motor 151.33 f MC 1
Kendaraan Tanpa 2.33 f UM 0.5

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 49
Motor
Volume Total (smp/jam)
266,17

Tabel 2.26
Kinerja Lalulintas Eksisting Jalan Raya Trikora
Rata-Rata
Faktor Nilai Faktor
Jenis Kendaraan Jumlah
Koreksi Koreksi
Kendaraan
f LV 1
Penumpang 130.33
Kendaraan Berat 58.00 f HV 3
Sepeda Motor 270.33 f MC 1
Kendaraan Tanpa
f UM 0.5
Motor 1.67
Volume Total (smp/jam)
575,50

Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa volume total kendaraan (kinerja lalu
lintas eksisting) rata-rata yang melalui Jalan Arfai Perkantoran sekitar 266,17
smp/jam, dan Jalan Trikora sekitar 575,50 smp/ jam.

Kapasitas Jalan (C)


Kapasitas jalan dihitung dengan menggunakan persamaan :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Dimana :
C = Kapasitas smp/jam
Co = Kapasitas dasar untuk kondisi ideal
FCw = Faktor Penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 2004)

Tabel 2.27
Perhitungan Kapasitas Jalan Arfai Perkantoran

Tipe Jalan Jalan empat lajur


tanpa pembatas
CO 1500 perlajur
Lebar jalan 3 m
4500
Fcw 0,91 (dari tabel)
FC sp 1 (50-50)
1 m

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 50
Tipe Jalan Jalan empat lajur
tanpa pembatas
FCsf 0.92 (dari tabel)
FC cs 0,90
Kapasitas Jalan 3.391 SMP/Jam

Tabel 2.28 Perhitungan Kapasitas Jalan Raya Trikora


Tipe Jalan Jalan dua lajur
tanpa pembatas
CO 2900 Total dua arah
Lebar jalan 6 m
2900
Fcw 0,87 (dari tabel)
FC sp 0.91 (65-35)
1 m
FCsf 0.92 (dari tabel)
FC cs 0,90
Kapasitas Jalan 1901 SMP/Jam

Berdasarkan Tabel 2. kapasitas Jalan Arfai Perkantoran adalah 3.391 SMP/jam,


Jalan Raya Trikora adalah 1.901 smp/ jam.

Tingkat Pelayanan (LoS)


Dengan mengatahui nilai kapasitas (C) dan Volume (V) dapat dihitung rasio antara
volume dan kapasitas (VCR) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

V
VCR
C

Nilai VCR ini merupakan indikator dari tingkat pelayanan ruas jalan. Sebagai batasan
jalan tersebut masih baik atau layak jika dilihat dari nilai VCR dan dimasukkan pada
standar tingkat pelayanan yang sudah ditetapkan dalam Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MJKI).

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa VCR di Jalan Arfai Perkantoran pada hari
kerja adalah 0,078 dan Jalan Raya Trikora 0,303 masuk pada Type pelayanan A,
Arus Bebas Bergerak.

Karakteristik tingkat pelayanan dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.16 berikut ini :

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 51
Gambar 2.16
Karakteristik-Karakteristik Tingkat Pelayanan

Berdasarkan Tabel Standar Tingkat Pelayanan Jalan (LoS) dari literatur (RI Salter,
Highway Traffic Analysis and Design, The Mac Millan Press Ltd, 1989), lokasi
pengamatan memiliki nilai VCR 0,40 dan termasuk pada LoS tipe A dengan
karakteristik arus bebas bergerak, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas, volume
pelayanan yang dipakai untuk disain jalan luar kota.

Tabel 2.29 Standar Tingkat Pelayanan Jalan (Level Of Service)

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 52
Variabel
Los Deskripsi Arus
Kecepatan VCR
A Arus bebas bergerak > 50 0,40
B Arus stabil, tidak bebas 40 50 0,58
C Arus stabil, kecepatan terbatas 32 40 0,80
D Arus mulai tidak stabil 27 32 0,90
E Arus tidak stabil, kadang macet 24 27 1,00
F Macet, antrian panjang < 24 > 1,00
Sumber : R.I Salter, Higway Traffic Analysis and Design, The Mac Millan Pres Ltd,1980
(Wulan Hesti T. TA : 1998)

2.2 KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN


Kegiatan pendidikan di kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta sudah berjalan
sejak Tahun 1984, sehingga saat ini tahap kegiatannya sudah ada pada tahap operasi.
Lingkup kegiatan dalam penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
meliputi komponen berikut ini :

1. Bangunan dan Gedung

Komponen bangunan dan gedung yang telah dibangun dan rekapitulasi luas penggunaan
lahan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel .............dan peta
site plan/ lay out kegiatan yang sudah berjalan disajikan pada Gambar .............

Tabel ........Bangunan dan Gedung berdasarkan Luas dan Tahun Pembangunannya

Luas Tahun
Luas
No Nama Gedung % Lantai Bangun Pembangu
Lahan (M2)
an (M2) nan

1 Rektorat Baru 1.498 3 3.416 2010


2 Rektorat Lama 945,57 3 2.675,57 1987
3 Gedung Serbaguna 2.559,50 2 3.075,50 2010
4 Gedung Student Centre 377,00 1 314,00 2007
5 Mesjid Al-Mochtar 382,38 1 382,38
6 Concert Hall 3.435,00 3 6.513,50 2008
7 Laboratorium Seni 2014
8 Lapangan Tenis 949,00 1 949,00
9 Galeri 631,60 2.369,76 1996
10 Perpustakaan 637,84 2.276,70 1996
11 Asrama Putra 3336,04 3 4.777,14 2014
12 Asrama Putri 1.842,91 3 3.241,53 2014
13 Asrama Tamu 1.716,98 2 2.190,98 2014
14 Rumah Dinas/Pendopo 130,44 1 130,44
15 Dekanat Fakultas Seni Rekam Media 80,40 3 155,70 1994
16 Gedung Televisi 552,44 2 852,38 2001

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 53
17 Gedung Fotografi 484,18 3 1.323,79 1996
Dekanat Fakultas Seni Pertunjukan &
1.275,49 2 1.949,43 1998
18 Teater Arena
19 Auditorium Teater 3.495,09 2 3.971,40 1998
20 Ruang Kuliah teater 977,19 4 2.051,55 1998
21 Gedung Kuliah Umum 310,32 2 774,24 1998
22 Gedung Kuliah Etnomusikologi 1.167,00 2 2.355,00 2008
23 Auditorium Etnomusikologi 1.188,00 1 1.188,00 2008
24 Gedung Pedalangan 777,25 2 1.229,25 2008
25 Gedung Karawitan 741,00 2 1.518,00 2008
26 Pendopo Pedalangan dan Karawitan 489,00 1 489,00 2008
27 Pendopo Tari dan Peringitan 461,39 1 461,39 1993
28 Auditorium Tari 1.694,54 3 2.216,92 1993
29 Ruang Kuliah Seni Tari 848,90 4 2.441,38 1993
30 Ruang Kuliah Musik 1.505,75 4 2.987,75 1995
31 Auditorium Musik 1.062,89 1 1.062,89 1995
32 Gedung Dekanat Fakultas Seni Rupa 723,00 2 1.366,50 1998
Gedung Kuliah Umum & Ruang
721,42 2 1.248,93 2011
33 Pameran (FSR)
34 Gedung Jurusan Desain 1.706,75 3 5.175,25 1999
35 Gedung Jurusan Kriya 1.283,00 3 3.033,50 1997
36 Gedung Jurusan Kriya Seni 1.864,50 2 3.184,90 1999
37 Gedung Jurusan Seni Murni 2.325,25 3 6.076,75 1999
Studio Outdoor Diskom & Gudang
125,00 1 125,00 2001
38 Perkap
39 Studio Outdoor Pengecoran Patung 128,00 1 128,00 2001
40 Gedung BEM FSR ISI Yogyakarta 69,00 1 69,00
41 Rumah Gardu Listrik, Genset, Pompa 250,80 1 250,80 2010
Total

2. Fasilitas Pendukung Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Kecamatan


Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
A. Jaringan Jalan
Jaringan Jalan Utama

Jaringan jalan ini merupakan jalan koridor utama yang menghubungkan


langsung dengan Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Jaringan jalan utama yang sudah dibangun memiliki 2 lajur dengan masing-
masing lajur memiliki lebar 4 meter dan panjang 200 meter dengan perkerasan
hotmix. Jaringan jalan utama ini dilengkapi dengan pembatas jalan/median
dengan lebar 3 meter yang dilengkapi dengan tanaman perdu, jalur hijau di
sebelah kiri-kanan jalan yang akan ditanami Angsana dan Glodogan Tiang

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 54
setiap jarak 5 meter, lampu penerangan/lampu jalan dan lampu taman. Selain
itu juga terdapat pedestrian yang berada di atas saluran drainase yang berada
di kiri-kanan jalan dengan lebar masing-masing (kiri-kanan) sebesar 2 meter.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.18
Potongan Melintang Jalan Utama

Geometrik ruas jalan utama seperti yang terlihat pada Gambar 2.18 meliputi :
- Damaja : 27,40 meter
- Median Jalan : 8,00 meter
- Lebar Lajur : 7,20 meter dan 5,5 meter
- Jumlah Lajur : 2 Lajur
- Jalur Hijau : 8,00 meter
- Drainase Jalan : 2,00 meter

Jaringan Jalan Penghubung Utama


Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung utama yang menghubungkan
langsung antar gedung di dalam kawasan kantor pemerintahan Gubernur
Papua Barat.

Jaringan jalan penghubung utama yang dibangun memiliki 2 lajur dengan


masing-masing lajur memiliki lebar 6 meter dan panjang 1.726 meter dengan
perkerasan hotmix. Jaringan jalan penghubung utama ini dilengkapi dengan
pembatas jalan/median dengan lebar 1 meter yang dilengkapi dengan tanaman
perdu dan lampu penerangan/lampu jalan setiap jarak 5 meter. Selain itu juga
terdapat pedestrian yang berada di atas saluran drainase yang berada di kiri-
kanan jalan dengan lebar masing-masing (kiri-kanan) sebesar 1,25 meter.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.19
Potongan Melintang Rencana Jalan Penghubung Utama

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 55
Geometrik ruas jalan penghubung uta
ma seperti yang terlihat pada meliputi :
- Damaja : 21,00 meter
- Median Jalan : 1,00 meter
- Lebar Lajur : 6,00 meter
- Jumlah Lajur : 2 Lajur
- Bahu Jalan : 1,50 meter
- Drainase Jalan : 1,25 meter

Jaringan Jalan Penghubung


Selain jalan penghubung utama antar gedung seperti yang telah dijelaskan
diatas, di kawasan kampus ini juga terdapat jaringan jalan penghubung yang
fungsinya relatif sama yakni menghubungkan antar gedung di dalam kawasan
Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, namun dengan spesifikasi
jalan di bawah jalan penghubung utama.

Jaringan jalan penghubung yang dibangun memiliki lebar 4 meter dan panjang
781 meter tanpa pembatas jalan/median dan bahu jalan dengan lebar 1 meter
yang berada di kiri-kanan jalan. Selain itu juga terdapat pedestrian yang berada
di atas saluran drainase yang berada di kiri-kanan jalan dengan lebar masing-

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 56
masing (kiri-kanan) sebesar 1,25 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 2.20
Potongan Melintang Rencana Jalan Penghubung

Geometrik ruas jalan penghubung seperti yang terlihat pada gambar meliputi :
- Damaja : 12,50 meter
- Lebar Lajur : 8,00 meter
- Jumlah Lajur : 1 Lajur
- Bahu Jalan : 1,00 meter
- Drainase Jalan : 1,25 meter

Jaringan Jalan Lokal/Lingkungan


Jaringan jalan lokal/lingkungan memiliki lebar 4 meter dan panjang 1.870 meter
tanpa pembatas/median. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 57
Gambar 2.21
Potongan Melintang Rencana Jalan Lokal/Lingkungan

Geometrik
ruas jalan
lokal/lingkungan seperti yang terlihat pada gambar meliputi :
- Damija : 8,50 meter
- Lebar Lajur : 4,00 meter
- Jumlah Lajur : 1 Lajur
- Bahu Jalan : 1,00 meter
- Drainase Jalan : 1,25 meter

B. Jaringan Saluran Drainase


Jaringan saluran drainase di lokasi kegiatan di bagi menjadi 3 (tiga) yakni jaringan
drainase primer, jaringan drainase sekunder dan jaringan drainase tersier dengan
sistem drainase menggunakan sistem terbuka.
Jaringan Drainase Primer
Jaringan drainase primer yang akan dibangun memiliki lebar 2 meter, tinggi 2,5
1,50 m
meter dan panjang 450 meter dengan pasangan batukali yang dilengkapi
dengan siaran. Jaringan drainase ini berada di kiri dan kanan tepi jalan koridor
utama

2,50 m 2,10 m

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 58
2,00 m
Gambar 2.22
Potongan
Saluran
Drainase Primer

Saluran drainase ini akan diperkeras dan mempunyai kelandaian minimum


0,5% dan dengan lereng sisi saluran dari tanah dengan kelandaian maksimum
67% (1,5 : 1). Sementara untuk arah aliran air, dialirkan ke saluran drainase
menuju saluran induk kota.

Jaringan Drainase Sekunder


Jaringan drainase sekunder yang akan dibangun memiliki lebar 0,6 meter,
tinggi 0,7 meter dan panjang 1.726 meter dengan pasangan batukali yang
dilengkapi dengan siaran. Jaringan drainase ini berada di kiri dan kanan tepi
jalan penghubung antar gedung.

Gambar 2.23
Potongan Saluran Drainase Sekunder Terbuka

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 59
Saluran drainase ini akan diperkeras dan mempunyai kelandaian minimum
0,5% dan dengan lereng sisi saluran dari tanah dengan kelandaian maksimum
67% (1,5 : 1). Sementara untuk arah aliran air, dialirkan ke saluran drainase
menuju saluran primer di area kawasan pemerintahan Provinsi Papua Barat.

Gambar 2.24
Potongan Saluran Drainase Sekunder Tertutup

Jaringan Drainase Tersier


Jaringan drainase tersier yang akan dibangun memiliki lebar 0,3 meter, tinggi
0,50 meter dan panjang 2.651 meter dengan pasangan batukali yang
dilengkapi dengan siaran. Jaringan drainase ini berada di kiri dan kanan tepi
jalan lokal/jalan lingkungan di dalam area Kampus Institut Seni Indonesia (ISI)
Yogyakarta.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 60
Gambar 2.24
Potongan Saluran Drainase Tersier

Saluran drainase ini akan diperkeras dan mempunyai kelandaian minimum


0,5% dan dengan lereng sisi saluran dari tanah dengan kelandaian maksimum
67% (1,5 : 1). Sementara untuk arah aliran air, dialirkan ke saluran drainase
menuju saluran sekunder di area kawasan pemerintahan Provinsi Papua Barat.

C. Jaringan Air Bersih


Untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kantor Gubernur, Dinas dan Intasi Terkait,
direncanakan bersumber dari PDAM dan sumur bor sebesar 184,35 m3/hr,
sedangkan untuk kebutuhan penyiraman tanaman, hydrant, dan kehilangan air
bersumber dari air tanah dangkal sebesar 133,60 m3/hr. Perkiraan jumlah air
bersih yang digunakan sebesar 318 m3. Untuk lebih jelasnya mengenai
kebutuhan air bersih di kawasan Perkantoran Pemerintahan Provinsi Papua Barat
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.33
Perkiraan Penggunaan Air Bersih
Gedun Pegawai Standar Kebutuhan Sumber Air
No Uraian g (orang) (L/Org/Hr) (L/Hari)
(Unit)
1 Kantor Gubernur 1 200 100 20.000 PDAM
2 Kantor Dinas/Instansi 36 40 100 144.000 PDAM
3 Tamu/Pengunjung 37 10 30 16.650 PDAM
4 Pembersihan Lantai 37 100 3.700 PDAM
5 Penyiraman 37 500 18.500 Air Tanah
6 Hydrant 37 1500 55.500 Air Tanah

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 61
Gedun Pegawai Standar Kebutuhan Sumber Air
No Uraian g (orang) (L/Org/Hr) (L/Hari)
(Unit)
7 Kehilangan Air (loss 20% 59.600 Air Tanah
factor)
Total 317.950
Sumber : Hasil Analisis

Bor Uji (Test Well)


Berdasarkan Studi RTBL Kawasan Arfai, di daerah lokasi kegiatan belum terdapat
kegiatan sumur bor produksi, apalagi data yang berkaitan dengan parameter
akuifer yang mencakup : permeabilitas, transmissivity dan kapasitas jenis.

Untuk itu perlu dilakukan pengujian sumur bor produksi terlebih dahulu atau lazim
disebut sebagal test well. Sumur uji sebaiknya diletakan pada daerah yang
memiliki keterdapatan air tanah yang baik/tinggi.

Bila diasumsikan setiap sumur bor produksi dapat menghasilkan debit sebesar 1.5
liter/detik atau 5,4 m3/jam, jika operasional sumur selama 8 jam sehari, maka
setiap sumur akan mendapatkan air bersih sebesar = 38.2 m3/hari.

Bila kebutuhan air bersih sebesar 317,95 m3/hari dan setiap sumur sumur
produksi dapat menghasilkan 38.2 m3/hari, maka diperlukan jumlah sumur bor
produksi sebanyak 8 (delapan) buah.

D. Jaringan Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah erat hubungannnya dengan sanitasi atau
kesehatan lingkungan, sehingga pengelolaan air limbah ini harus benar-benar
direncanakan dengan sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan masyarakatnya.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah di
Kawasan Arfai akan tetap dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan
setempat (on site system sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem
penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan
kuantitas dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapi dengan bidang resapan.
Mengingat penyedot WC (water closet) yang dilengkapi tangki septik tersedia
lahan yang cukup luas, maka dalam pengadaannya dibutuhkan berupa penyedot
WC.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 62
Adanya tangki septik ini diharapkan kotoran zat-zat organik yang diendapkan
setelah beberapa waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan
mencemari lingkungan. Mengingat pemakaian tangki septik membutuhkan lahan
yang cukup luas, maka bagi daerah yang padat kedepannya dilakukan dengan
sistem perpipaan dahulu untuk seterusnya dialirkan menuju tangki septik komunal.

Gambar 2.25 Tipikal


Septick Tank Setiap Gedung

Jumlah buangan air kotor diperkirakan sebesar 80% dari jumlah kebutuhan air
domestik. Limbah cair domestik (black water) diolah dengan menggunakan sistem
STP (Sewerage Treatment Plan) kemudian dialirkan ke saluran/sungai. Syarat
buangan (efluent) harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003. Untuk
memenuhi standar baku mutu di atas, maka air buangan yang harus mendapat
pengolahan adalah air buangan yang berasal dari toilet, yaitu closet dan urinoir,
serta dapur/kantin.

E. Jaringan Persampahan
Limbah domestik berasal dari semua aktivitas yang menghasilkan buangan limbah
padat yang lazim disebut sampah. Limbah domestik berupa garbage (sampah
organik) yaitu sampah berasal dari aktivitas perkantoran, jalan, daun dari
pepohonan, sisa buangan kantin dan sisa makanan pegawai. Selain itu dihasilkan
juga sampah anorganik berupa rubbish yang terdiri dari sisa plastik pembungkus,
kertas, kaleng bekas, gelas dan kaca pecah. Sesuai dengan Undang-Undang RI
No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, maka dilakukan pemilahan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 63
sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan
anorganik. Pengumpulan sampah dilakukan dengan menggunakan tong sampah
kantung plastik berwarna hitam dan selanjutnya dibuang ke tempat penampung
sementara (TPS) berupa kemudian sampah diangkut oleh petugas kebersihan
dari Dinas Kebersihan ke TPA dan tidak melakukan pembakaran sampah.
Berdasarkan SK. SNI03-3242-1994 jumlah timbulan sampah adalah 3,021
L/org/hr.

Dimanfaatkan kembali oleh pihak ke-3

Sampah
an organik
Truk sampah Dinas
TPS Kebersihan
Sumber Sampah
Dilakukan pengomposan oleh masyarakat sekitar Kota Manokwari
Pemilahan

Sampah organik

Estate Manajemen

Gambar 2.26
Bagan Alir
Jalur Pengelolaan Limbah
pengangkutan sampah PadatPembuangan Akhir (TPA) adalah melalui
ke Tempat
jalan arteri sekunder yang ada dan pengangkutan dilakukan minimal 1 kali sehari
dan diusahakan pada waktu lalulintas tidak sibuk/padat. Hal ini selain untuk
menghindari kemacetan juga untuk mengurangi gangguan polusi udara dalam
proses pengangkutan tersebut.

Tempat Sampah
Fungsi :
Menampung sampah dari sumber timbulan pertama dalam skala
kecil.
Menjaga kebersihan kawasan secara keseluruhan .
Menanamkan budaya bersih bagi masyarakat sekitar secara khusus dan
masyarakat luas pada umumnya.

Lokasi Penempatan :
Pada kavling perkantoran dan fasilitas umum lainnya.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 64
Tong-tong sampah yang masing-masing terdiri dari 2 tempat yakni untuk sampah
organik dan sampah non organik ditempatkan dipinggir jalan dengan jarak 30 40
meter

F. Jaringan Listrik
Pada kawasan Arfai, sistem kelistrikan akan menyatu dengan Kota Manokwari
yang mengalirkan daya listrik yang dapat melayani penerangan rencana Kawasan
Pusat Pemerintahan dan sekitarnya.

G. Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Rencana RTH meliputi rencana penataan RTH linier dan RTH non linier. Terkait
dengan rencana penataan ruang terbuka linier, penataan pada Kawasan
Perencanaan berupa penyediaan ruang bebas sejajar dengan jaringan jalan
dikedua sisi baik, berupa ruang terbuka aktif maupun pasif, penataan RTH berupa
jalur hijau sepanjang jalan. Sedangkan untuk rencana penataan RTH non linier
dapat berupa lapangan olahraga dan taman.

Selain fasilitas utama berupa gedung kantor dan fasilitas lainnya, pada masing-masing
gedung juga akan dilengkapi dengan fasilitas fasilitas pendukung. Adapun fasilitas-
fasilitas pendukung yang direncanakan akan dibangun pada tiap bangunan antara
lain :
Tandon air bersih
Tandon hydrant
Ruang pompa
Gudang
Ruang genset
Ruang panel
Septick tank
Depo sampah/TPS

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 65
3. Tenaga Kerja
Kegiatan operasional Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta melibatkan
tenaga kerja yang memiliki profesi dan keahlian khusus di bidangnya. Tenaga kerja
tersebut terdiri dari Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Tenaga Pendidik yang
dimaksud dalam hal ini adalah Dosen dan Guru Besar yang memiliki keahlian spesifik
di bidangnya masing-masing. Jumlah Dosen yang ada saat ini dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel ........Jumlah Dosen Beradarkan Tingkat Pendidikan


N
FAKULTAS JURUSAN/PRODI S1 S2 S3 JUMLAH
O
a. Tari 1 30 10 41
1
b. Karawitan 0 20 0 20
FAKULTAS SENI 3 42 8 53
c. Musik
PERTUNJUKAN (FSP)
d. Teater 0 17 4 21
e. Etnomusikologi 0 16 3 19
f. Pedalangan 0 9 5 14
Jumlah FSP 4 134 30 168
a. Seni Murni 6 28 4 38
b. Seni Kriya 4 28 4 36
2
FAKULTAS SENI c. Desain Interior 3 17 1 21
RUPA (FSR) - Desain
Komunikasi 1 19 1 21
visual

Jumlah FSR 14 92 10 116


FAKULTAS SENI a. Fotografi 1 16 1 18
3 MEDIA REKAM
(FSMR) b. Televisi 2 18 0 20
Jumlah FSMR 3 34 1 38
Total FSR + FSP + FSMR 21 260 41 322
Sumber : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 2014
Berdasarkan Tabel diatas jumlah dosen saat ini yang ada mayoritas memiliki jenjang
pendidikan strata 2 (S2) sebanyak 260 orang. Sedangkan Jumlah dosen berdasarkan
jabatan fungsional ditunjukkan tabel berikut ini :

Tabel ........Jumlah Dosen Berdasarkan Jabatan Fungsional


TENAG ASSSIS LEKT GUR
N JURUSAN/PRO DOS A TEN LEKT OR U JUML
FAKULTAS
O DI EN PENGAJ OR KEPA BES AH
AHLI
AR LA AR
1 FAKULTAS a. Tari 1 0 3 22 12 3 41
SENI 1 0 2 11 6 0 20
b. Karawitan
PERTUNJU
KAN (FSP) c. Musik 2 0 11 23 14 3 53
d. Teater 0 0 5 8 7 1 21

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 66
e.
0 0 1 8 10 0 19
Etnomusikologi
f. Pedalangan 0 0 1 8 4 1 14
JUMLAH FSP 4 0 23 80 53 8 168
a. Seni Murni 0 0 12 14 11 1 38
FAKULTAS b. Seni Kriya 0 0 8 21 7 0 36
2
SENI RUPA c. Desain
2 0 9 7 3 0 21
(FSR) Interior
-Desain
Komunikasi 3 0 6 9 3 0 21
visual
JUMLAH FSR 5 0 35 51 24 1 116
FAKULTAS a. Fotograf 0 0 6 10 1 1 18
SENI
3 MEDIA
REKAM 1 0 6 11 2 0 20
(FSMR) b. Televisi
JUMLAH FSMR 6 0 12 21 3 1 43
Total FSR + FSP + FSMR 10 0 70 152 80 10 322
Sumber : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 2014
Berdasarkan Tabel diatas mayoritas dosen yang ada di ISI Yogyakarta memiliki fungsi
jabatan sebagai Lektor sebanyak 152 orang. Selain tenaga pendidik terdapat pula
tenaga kerja sebagai tenaga kependidikan meliputi : Tenaga Administrasi, Cleaning
service dan Security. Jumlah tenaga administrasi ditunjukkan oleh tabel berikut ini :

Tabel ........Jumlah Tenaga Administrasi


JENIS KELAMIN
N
UNIT KERJA LAKI- PEREMPUA JUMLAH
O
LAKI N
1 BAAKPSI 14 6 20
2 BAUK 50 19 69
3 FSP 28 8 36
4 FSR 37 8 45
5 FSMR 19 4 23
6 LEMBAGA PENELITIAN 5 0 5
LEMBAGA PENGABDIAN
7
MASYARAKAT 1 0 1
8 UPT. PERPUSTAKAAN 10 1 11
9 UPT PUSAT KOMPUTER 2 1 3
10 PUSTAKAWAN 6 6 12
TOTAL 172 53 225
Sumber : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 2014

Tabel ........Jumlah Tenaga Security dan Cleaning Service


N
STATUS JUMLAH
O
1 TENAGA SECURITY 18

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 67
2 TENAGA CLEANING SERVICE 71
TOTAL 89
Sumber : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 2014

Jumlah total tenaga administrasi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta adalah 225
sedangkan untuk tenaga security dan Cleaning service diambil dari tenaga kerja lokal
melalui pihak ketiga jumlahnya sebanyak 89 orang. Sehingga jumlah total tenaga kerja
yang ada di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta adalah 636 orang.

4. Mahasiswa
Kegiatan operasional Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta utamanya
melibatkan mahasiswa yang terbagi menjadi beberapa fakultas dan program studi.
Jumlah mahasiswa yang ada di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ditunjukkan
oleh tabel berikut ini :

Tabel ........Jumlah Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta


JENIS KELAMIN
N JUMLA
FAKULTAS/PROGRAM STUDI LAKI- PEREMPUA
O H
LAKI N
SENI PERTUNJUKAN
1 Seni Tari 65 214 279
2 Seni Karawitan 65 38 103
3 Seni Musik 401 129 530
- Pengkajian Musik 23 17 40
- Pendidikan Musik 14 5 19
- Penciptaan Musik 5 5 10
- Penyajian Musik (Musik Barat) 25 7 32
4 Seni Teater 84 91 175
5 Etnomusikologi 212 31 243
6 Seni Pedalangan 35 3 38
7 Pendidikan Sendratasik 21 13 34
Total FSP 950 553 1503
SENI RUPA
1 Seni Rupa Murni 439 90 529
2 - Kriya Seni (Reguler) 155 163 318
- Kriya Seni (ISBI) 19 15 34
3 D3 Batik dan Fashion 6 43 49
4 - Desain Interior (Reguler) 126 130 256
- Desain Interior (Non Reguler) 61 52 113
5 - Desain Kom. Vis (Reguler) 209 87 296
- Desain Kom. Vis (Non
211 77 288
Reguler)
- Desain Kom. Vis (Lanjutan) 31 6 37

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 68
JENIS KELAMIN
N JUMLA
FAKULTAS/PROGRAM STUDI LAKI- PEREMPUA
O H
LAKI N
Total FSR 1257 663 1920
SENI MEDIA REKAM
1 Fotograf 222 91 313
2 Televisi (reguler) 222 182 404
Televisi (ISBI) 54 20 74
3 Animasi 16 31 47
Total FSMR 514 324 838
Total FSP + FSR + FSMR 2721 1540 4261
Sumber : Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, 2014

Berdasarkan tabel diatas total jumlah mahasiswa yang ada di kampus ISI Yogyakarta
sebanyak 4.261 orang. Kegiatan perkuliahan di kampus ISI Yogyakarta mengikuti
kalender akademik yang telah ditetapkan oleh universitas. Adapun Kalender Akademik
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015 ditunjukkan oleh
Tabel....... Berdasarkan Kalender Akademik tersebut masa perkuliahan aktif pada
bulan September Desember untuk semester ganjil dan bulan Februari Juni untuk
semester genap.

5. Sarana Utilitas

Utilitas yang ada di dalam kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
meliputi operasional pengelolaan sampah, operasional STP, operasional
penyediaan air bersih dan operasional penyaluran air hujan.

Penyediaan Air Bersih


Kebutuhan air saat pengoperasian kampus Institut Seni Indonesia (ISI)
Yogyakarta tergantung pada jumlah total mahasiswa sejumlah 4.261 orang,
karyawan berjumlah 314 orang dan dosen berjumlah sekitar 322 orang.
Berdasarkan Sofyan Moh. Noer Bambang dan Takeo Morimora, 1993, untuk
Dosen dan karyawan sebesar 110 liter/orang/hari, mahasiswa sebesar 60
liter/orang/hari, mahasiswa yang tinggal di asrama 250 liter/orang/hari . Sumber
air bersih yang akan digunakan akan menggunakan beberapa alternatif, yakni:
Air tanah
Penampungan air hujan
Membeli air dari PDAM kemudian ditampung di penampungan sumber
air/tandon

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 69
Pengawasan kualitas air secara rutin sehingga suplai air bersih tetap aman dan
tidak menimbulkan gangguan/bahaya terhadap kesehatan. Prakiraan kebutuhan
air pada operasional Kampus ISI Yogyakarta disajikan pada Tabel 2.6. Sedangkan
neraca air disajikan pada Gambar 2.4.

Tabel 2.6 Prakiraan Kebutuhan Air Bersih

No Jumlah
Uraian Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Sumber Air
.
(m3/hari)
1. Karyawan, dosen 636 org 110 L/org/hr 69,96 Sumber Oto
dan PDAM
2. Mahasiswa 4.261 org 60 L/org/hr 255,66
(beli)
3. Asrama 504 org 250 L/org/hr 126,0
4. Kantin dan bisnis centre 25% keb total 112,82 Sumber Oto
dan PDAM
5. Masjid - - 56,4
(beli),
6. Pembersihan lantai - - 37,6 penampungan
air hujan
7. Penyiraman Tanaman - - 75,2
8. Cadangan Air/Hydrant 75,2
Jumlah 808,84
Sumber : Sofyan Moh. Noer Bambang dan Takeo Morimora, 1993 dan Hasil Perhitungan

Pemakaian Listrik
Sumber tenaga listrik yang utama diperoleh dari PLN (Gardu) dengan jaringan
sistem tegangan yang digunakan adalah 2200 KVA. Menurut SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, kebutuhan
daya listrik membutuhkan gardu listrik tersendiri. Selain sumber tenaga listrik dari
PLN disediakan pula sumber tenaga listrik darurat dari generator dengan tenaga
diesel yang akan melayani kebutuhan tenaga listrik pada waktu terjadi gangguan
pada jaringan distribusi milik PLN dan UPS. UPS (Unitteruptible Power Supply)
digunakan untuk mengatasi adanya selang waktu berfungsinya genset dan
terputusnya aliran PLN. Pemakaian sumber tenaga listrik darurat akan dilayani
oleh unit generator dengan sistem otomatis dan dapat beroperasi pada waktu
jaringan distribusi PLN padam.

Penyediaan Gas
Pelayanan gas melalui sistem perpipaan belum menjangkau lokasi tapak. Pada
saat ini kebutuhan gas dipasok melalui penjualan eceran dengan menggunakan
tabung Elpiji 12 kg..

Pengelolaan Sampah

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 70
Sistem pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan dan
pemusnahan sampah. Idealnya sampah dapat dikelola melalui sistem yang
mandiri yang mampu mengelola sendiri pengumpulan sampai pemusnahan
sampahnya ke dalam satu kegiatan yang berkesinambungan, dengan
mengupayakan agar sampah bisa semaksimal mungkin didaur ulang atau
dimanfaatkan kembali dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

Dalam perencanaan, pengelolaan sampah dilakukan sampai pengumpulan dan


pengangkutan dari bak sampah ke TPS, selanjutnya dibuang ke TPA yang
ditunjuk pemerintah Kabupaten Bantul, sedangkan pengangkutan ke TPA akan
dilakukan petugas kebersihan UPT Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
Kabupaten Bantul.

Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan pada masing-masing fakultas


dikumpulkan dalam pewadahan sampah yang disediakan di dalam kampus. Bak
sampah pada zona yang dipasang berkapasitas 60-80 liter yang ditempatkan di
depan kaveling masing-masing. Bak terbuat dari pasangan batu bata, buis beton
atau dari beton.

Bak sampah dipilah menjadi tiga yaitu untuk sampah basah (sisa makanan,
sayuran, buah-buahan) dan sampah kering (kertas, plastik, logam, beling, kaleng,
dan lainnya) serta sampah B3 rumah tangga.

Berdasarkan SK. SNI03-3242-1994 jumlah timbulan sampah adalah 3,021


L/org/hr sehingga prakiraan jumlah timbulan sampah untuk 4.897 orang adalah
14,79 m3/hr.

Dimanfaatkan
kembali oleh
pihak ke-3
Sampah
an
organik
Truk Petugas
Sumber TPS Kebersihan
Sampah Pemilahan Dilakukan sampah
UPT Kebersihan
pengomposan Pertamanan dan
oleh Pemakaman Kabupaten
masyarakat Bantu
sekitar
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 71
Sampah
organik

Estate
Gambar .2.6 Manajemen
Bagan Alir Pengelolaan Limbah Padat

Pengelolaan Limbah Cair Domestik


Limbah domestik terdiri dari limbah buangan yang berasal dari WC, dan limbah
cair yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci. Dalam pelaksanaan
sistem sanitasi di dalam kampus, limbah cair domestik dipisahkan dengan saluran
drainase.

Limbah cair domestik dialirkan melalui sistem perpipaan untuk diolah di septick
tank. Air buangan dan air hujan disalurkan secara terpisah melalui dua saluran
berbeda. Air hujan disalurkan melalui saluran terbuka, sedangkan air buangan
disalurkan melalui saluran tertutup atau pipa tertutup. Hal ini dilakukan untuk
mencegah timbulnya bau yang diakibatkan oleh air buangan dan pencegahan
penyebaran penyakit akibat kontak dengan vektor.
Limbah dari WC
Pengelolaan limbah dari WC menggunakan sistem on site, berupa septic tank.
Setiap KM/WC pada bangunan-bangunan di dalam kampus, memiliki septik
tank yang menampung limbah tinja dari WC. Untuk menangani tinja dari setiap
gedung, maka akan dilakukan pengolahan secara biologi

Jumlah buangan air kotor diperkirakan sebesar 80% dari Jumlah kebutuhan air
domestik. Limbah cair domestik (black water) diolah dengan menggunakan
sistem STP (Sewage Treatment Plan) kemudian di bersihkan secara berkala.
Limbah cair (grey water) dialirkan ke kali Ngireng-ireng . Syarat buangan
(efluent) harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai Peraturan
Gubernur DI Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk memenuhi standar baku mutu di
atas, maka air buangan yang harus mendapat pengolahan adalah air buangan
yang berasal dari toilet yaitu closet dan urinoir serta dapur.

Penyaluran Air Hujan

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 72
Sistem drainase di dalam tapak menggunakan sistem terpisah, yaitu memisahkan
pembuangan air hujan dan buangan limbah cair domestik. Dalam Pelaksanaan
saluran drainase dibangun secara terintegrasi dengan pola jaringan jalan dan
kondisi topografi di dalam kampus.

Pada analisis saluran drainase ini, aspek yang dibahas meliputi : pola saluran,
arah aliran air, tempat pembuangan air dan sistem saluran (saluran terbuka dan
tertutup). Air hujan yang dialirkan melalui saluran utama.

Daerah Kampus Institut Seni Indonesia merupakan daerah yang porositasnya


rendah, sehingga sistem penyaluran air hujan (air drainase) ketika terjadi hujan di
lokasi harus segera ditangani yaitu mengalirkan limpasan air hujan secepatnya ke
badan air penerima (sungai). Saluran drainase utama dibangun dengan dimensi
lebar saluran antara 15 - 50 cm dengan kedalaman berkisar 50 - 150 cm. Saluran
air pada kegiatan kampus mengalir pada badan air terdekat berupa saluran dan
kali/sungai.

6. PengendalianTanggap Darurat
Menyediakan sistem tanggap darurat untuk pencegahan bencana dan
kecelakaan di lingkungan kampus.
Menempatkan alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) di setiap ruangan
strategis, meliputi ruang yang potensial terjadi kebakaran
Menyediakan peralatan P3K sebagai langkah awal antisipasi terjadinya
kecelakaan kerja di lokasi kegiatan.
Bagi seluruh karyawan akan diikutkan dalam program Jaminan/Asuransi
Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan dari BPJS dan setiap 6 bulan sekali tenaga kerja
akan diperiksakan kesehatannya ke Poliklinik terdekat sebagai rujukan untuk
pemeriksaan kesehatan.
Penyediaan alat pemadam kebakaran (ringan dan menengah) serta pelatihan
tanggap darurat bahaya kebakaran.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 73
Sedangkan material bangunan meliputi semen, koral, pasir beton, pasir gunung,
gunung batu, batu merah, batako, pasir urug, besi beton, paku, seng, kaca, kayu,
kusen dan lain sebagainya. Material tersebut berasal dari beberapa daerah di sekitar
Kota Manokwari, maupun luar wilayah Kota Manokwari.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 74
7. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan yaitu membersihkan areal tapak dari tumbuhan belukar yang ada
di lokasi kegiatan. Kegiatan land clearing ini dilakukan secara mekanis dengan
menggunakan bantuan alat bulldozer. Luas lahan yang dibersihkan seluas kurang
lebih 40 Ha.

8. Pembangunan Fisik Gedung


Pembangunan Kawasan Pemerintahan Provinsi Papua Barat terdiri dari :
Pembangunan 1 unit Kantor Gubernur yang terdiri dari 6 lantai yang dilengkapi
dengan sarana pendukung antara lain ruang terbuka hijau dan area parkir
Pembangunan 1 unit Kantor Dinas Pekerjaan Umum yang terdiri dari 2 lantai.
Ruangan yang terdapat di kantor dinas ini antara lain 1 unit ruangan Kepala Dinas,
4 ruang Kepala Bidang, 4 unit ruang Kepala Sub Bidang, 4 ruang Kepala Seksi, dan
masing masing bidang memiliki 4 unit ruangan staf, area parkir dan ruang
terbuka hijau.
Pembangunan 1unit Gedung Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan
Bangunan (PI2B) yang terdiri dari 2 lantai.
Pembangunan Gedung Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Pembangunan Gedung Dinas Kelautan dan Perikanan
Pembangunan Gedung Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Pembangunan Dinas Perencanaaan Pembangunan Daerah ( Bappeda)
Pembangunan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD)
Pembangunan Gedung Inspektorat/ Badan Pewas Daerah
Pembangunan Gedung Pendidikan dan Pengajaran
Pembangunan Gedung Dinas Kesehatan
Pembangunan Gedung Penelitian Teknologi Pangan
Pembangunan Gedung Pendapatan Daerah
Pembangunan Gedung Badan Pertanahan Nasional
Pembangunan Gedung Badan Narkotika
Pembangunan Gedung Pemuda dan Olah Raga
Pembangunan Gedung Kehutanan dan Perkebunan
Pembangunan Gedung Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan
Pembangunan Gedung PKK dan Audiotoriun ( Fasum dan Fasos)
Pembangunan Gedung Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD)
Pembangunan Gedung Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 75
Pembangunan Gedung Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat)
Pembangunan Gedung Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
( Bapedalda)
Pembangunan Gedung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pembangunan Gedung Dinas Koperasi Dan Usaha Mikro serta Menengah
Pembangunan Gedung Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Pembangunan Gedung Badan Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan Gedung Badan Pemberdayaan Perempuan
Pembangunan Gedung Dinas Sosial
Pembangunan Gedung Balai Budaya
Pembangunan Gedung Balai Juang
Pembangunan Gedung Badan Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi
Pembangunan Gedung Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Pembangunan Gedung Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah (LPJKD)

Untuk lebih jelasnya mengenai ukuran kavling dan site plan dari rencana kegiatan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.31 dan Gambar 2.17.

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 76
Tabel 2.31
Intensitas Bangunan dari Masing-masing Gedung di Kawasan Pemerintahan Provinsi Papua Barat
Ukuran Kavling Ketinggia Luas RTH
KDH n Kawasan
KDB KLB
Blo Banguna Terbangu
No Nama Kantor
k n n
Panjan Lebar Luas
g (m) (m) (m2)
A 1 Kantor Gubernur Papua Barat 410,26 205,18 84.17 60 1,8 40 6 50.506 33.671
7

B 1 Dinas Pekerjaan Umum 159,96 52,91 8.463 50 1,2 50 2 4.232 4.232


2 Pusat Informasi Pengembangan 71,47 50,51 3.610 50 1,2 50 2 1.805 1.805
Permukiman dan Bangunan (PIP2B)
3 Dinas Kependudukan Tenaga Kerja dan 80,48 52,88 4.256 50 1,2 50 2 2.128 2.128
Transmigrasi
4 Dinas Kelautan dan Perikanan 86,52 70,30 6.082 50 1,2 50 2 3.041 3.041
5 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan 86,52 52,91 4.578 50 1,2 50 2 2.289 2.289
Informatika
6 Dinas Pertambangan dan Energi 86,52 65,97 5.708 50 1,2 50 2 2.854 2.854
7 Badan Perencanaan Pembangunan 91,55 65,97 6.040 50 1,2 50 2 3.020 3.020
Daerah (BP2D)
8 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 78,88 52,91 4.174 50 1,2 50 2 2.087 2.087
(BPBD)
9 Inspektorat/Badan Pengawas Daerah 91,55 70,30 6.436 50 1,2 50 2 3.218 3.218

C 1 Dinas Pendidikan dan Pengajaran 84,37 71,47 6.030 50 1,2 50 2 3.015 3.015
2 Dinas Kesehatan 93,64 71,47 6.692 50 1,2 50 2 3.346 3.346
3 Badan Penelitian Teknologi Pertanian 89,69 79,85 7.162 50 1,2 50 2 3.581 3.581
4 Dinas Pendapatan Daerah 76,23 73,88 5.632 50 1,2 50 2 2.816 2.816
5 Badan Pertanahan Nasional 92,55 67,69 6.265 50 1,2 50 2 3.132 3.132
6 Badan Narkotika 80,48 76,22 6.134 50 1,2 50 2 3.067 3.067
7 Dinas Pemuda dan Olahraga 80,48 79,36 6.387 50 1,2 50 2 3.193 3.193
8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 86,52 65,72 5.686 50 1,2 50 2 2.843 2.843
9 Dinas Pertanian, Peternakan dan 86,52 66,96 5.793 50 1,2 50 2 2.897 2.897
Ketahanan Pangan
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 77
Ukuran Kavling Ketinggia Luas RTH
KDH n Kawasan
KDB KLB
Blo Banguna Terbangu
No Nama Kantor
k n n
Panjan Lebar Luas
g (m) (m) (m2)
10 Fasilitas Umum dan Fasilitas 91,55 66,96 6.130 50 1,2 50 2 3.065 3.065
Sosial/Gedung PKK
11 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset 91,55 65,72 6.017 50 1,2 50 2 3.008 3.008
Daerah (BKAD)

D 1 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) 67,23 65,73 4.419 50 1,2 50 2 2.210 2.210
2 Badan Pendidikan dan Pelatihan 68,96 67,23 4.636 50 1,2 50 2 2.318 2.318
(Badiklat)
3 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 69,69 67,23 4.685 50 1,2 50 2 2.343 2.343
Daerah (Bapedalda)
4 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 69,69 67,26 4.687 50 1,2 50 2 2.344 2.344
5 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil 69,96 67,26 4.706 50 1,2 50 2 2.353 2.353
serta Menengah
6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 68,26 65,72 4.486 50 1,2 50 2 2.243 2.243
7 Badan Kesatuan Bangsa dan 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
Perlindungan Masyarakat
8 Badan Pemberdayaan Masyarakat 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
9 Badan Pemberdayaan Perempuan 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
10 Dinas Sosial 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
11 Balai Budaya 215,40 126,60 27.27 50 2 50 2 13.635 13.635
0
12 Balai Juang / Veteran 107,70 85,77 9.237 50 2 50 2 4.619 4.619
13 Kantor Perpustakaan, Kearsipaan dan 107,70 85,77 9.237 50 2 50 2 4.619 4.619
Dokumentasi (PDE)
14 Kantor Lembaga Pengembangaan Jasa
Konstruksi Daerah (LPJKD)
15 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP)
Jumlah 285.9 151.383 134.547
30
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 78
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 79

Gambar : 2.17
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan (Oktober 2014) sebagian dari kantor/dinas
sudah berjalan/beroperasi di wilayah kompleks pemerintahan Provinsi Papua Barat
tersebut. (lihat Tabel 2.32).

Tabel 2.32
Status Gedung Dinas/Instansi di Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua
Barat

Kod Nama Kantor Dinas/Instansi


Keterangan
e
0 Kantor Gubernur Papua Barat Belum beroperasi
1 Dinas Pekerjaan Umum Sudah beroperasi, namun
terbakar.
2 Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan
Sudah beroperasi
Bangunan (PIP2B)
3 Dinas Pendidikan dan Pengajaran Sudah beroperasi
4 Dinas Kesehatan Sudah beroperasi
5 Badan Penelitian Teknologi Pertanian Belum beroperasi
6 Dinas Pendapatan Daerah Belum beroperasi
7 Badan Pertanahan Nasional Sudah beroperasi

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 80
8 Badan Narkotika Belum beroperasi
9 Dinas Pemuda dan Olah Raga Belum beroperasi
10 Dinas Kependudukan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Belum beroperasi
11 Dinas Kelautan dan Perikanan Belum beroperasi
12 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Belum beroperasi
13 Dinas Pertambangan dan Energi Belum beroperasi
14 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Sudah beroperasi
15 Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Belum beroperasi
16 Gedung PKK dan Audotorium (Fasilitas Umum dan
Sudah beroperasi
Fasilitas Sosial)
17 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Sudah beroperasi
( BKAD)
18 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BP2D) Sudah beroperasi
19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Belum beroperasi
20 Inspektorat/ Badan Pengawas Daerah Belum beroperasi
21 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Belum beroperasi
22 Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Belum beroperasi
23 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Belum beroperasi
( Bapedalda)
24 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Belum beroperasi
25 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil serta
Sudah beroperasi
Menengah
26 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Belum beroperasi
27 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan
Belum beroperasi
Masyarakat
28 Badan Pemberdayaan Masyarakat Belum beroperasi
29 Badan Pemberdayaan Perempuan Belum beroperasi
30 Dinas Sosial Belum beroperasi
31 Balai Budaya Belum beroperasi
32 Balai Juang/ Veteran Belum beroperasi
33 Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi
Belum beroperasi
(PDE)
34 Kantor Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
Belum beroperasi
Daerah (LPJKD)
35 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Sat.Pol-PP) Belum beroperasi
36 Lapangan Olahraga dan Taman Rekreasi Belum beroperasi

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 81
Untuk gedung kantor Dinas Pekerjaan Umum, sebenarnya pembangunannya sudah
selesai dan bahkan sudah beroperasi, namun karena mengalami kebakaran, maka akan
dibangun gedung kantor Dinas Pekerjaan Umum yang baru yang lokasinya berada di
sebelah Kantor Perpustakaan, Kearsipan dan Dokumentasi (Kantor PDE).

2.3 KEGIATAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN YANG TELAH DILAKUKAN


Kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan adalah :
A. Pengelolaan dan pemantauan Penerimaan Tenaga Kerja
Pengelolaan yang telah dilakukan dari mobilisasi tenaga kerja diantaranya :
Memberitahu kepada masyarakat setempat tentang adanya penerimaan tenaga kerja
untuk tahap konstruksi pada pembangunan Kompleks Pemerintahan Provinsi Papua
Barat
Menempatkan pekerjaan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
Memprioritaskan penerimaan tenaga kerja lokal
Memberikan kesempatan berusaha dengan membuka warung-warung makan
Melakukan koordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Manokwari

B. Pengelolaan dan pemantauan Keselamatan Pekerja dan Masyarakat


Pengelolaan yang telah dilakukan terhadap keselamatan pekerja dan masyarakat akibat
dari kegiatan mobilisasi alat dan material yaitu :
Menggunakan alat berat yang layak pakai
Pengawalan oleh petugas khusus terhadap unit trailler
Memasang rambu-rambu peringatan
Menempatkan petugas khusus yang mengatur lalu lintas terutama di pintu masuk
lokasi kegiatan
Menggunakan kendaraan yang tidak melebihi bobot jalan
Melakukan koordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Manokwari

C. Pengelolaan dan pemantauan penurunan jumlah vegetasi, peningkatan erosi dan


stabilitas lahan.
Pengelolaan yang telah dilaksanakan adalah
Melaksanakan pembukaan lahan secara bertahap
Membuat saluran drainase di sekeliling lokasi kegiatan
Membuat bronjong / turap / dinding penahan tanah
Melaksanakan upaya pengendalian laju erosi

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 82
D. Pengelolaan yang telah dilakukan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja
Pengelolaan yang telah dilakukan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja akibat
dari kegiatan pembangunan fisik gedung dan fasilitas pendukung yaitu :
Melakukan prosedur kerja
Mewajibkan penggunaan APD terhadap semua karyawan saat melakukan
aktifitasnya
Mengasuransikan semua pekerja
Memasang papan dan rambu kesehatan
Menyiapkan perlengkapan P3K

E. Pengelolaan yang telah dilakukan terhadap sanitasi lingkungan tahap konstruksi


Pengelolaan yang telah dilaksanakan adalah
Menyiapkan tempat khusus untuk penampungan limbah konstruksi
Menyiapkan toilet khusus untuk aktifitas pekerja

Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)


Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 83

Anda mungkin juga menyukai