Secara Topografi lokasi Kampus ISI ini terletak di dataran denga ketinggian berkisar
antara 25 - 100 meter diatas permukaan laut, bentuk permukaan relatif datar.
Berdasarkan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan
Arfai, lokasi perkantoran pemerintahan Provinsi Papua Barat memiliki luas sekitar 40
Ha dengan status lahan milik Pemda Provinsi Papua Barat.
Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi kegiatan dapat dilihat pada Gambar 2.1 Peta
Batas Administrasi Lokasi Kegiatan.
a. Jenis Iklim
Berdasarkan data pengamatan hujan selama periode 11 tahun, wilayah studi
dikategorikan memiliki jenis iklim tipe D yaitu sedang, yaitu memiliki nilai Q antara
0,600 dan 1,000 berdasarkan perhitungan metoda Schmidt & Ferguson, dimana
nilai Q adalah jumlah rata-rata bulan kering dibagi dengan jumlah rata-rata bulan
basah selama periode pengamatan.
b. Keadaan Hujan
Dari data pengamatan periode 12 tahun (2001-2012) pada stasiun BMG di
Meteorologi Kelas II Balikpapan, jumlah curah hujan rata-rata tahunan yang
tercatat 2.136,25 mm. Distribusi curah hujan bulanan rata-rata untuk stasiun
pengamatan Kelas II Balikpapan selama periode pengamatan dapat dilihat pada
2001 -2012.
c. Temperatur Udara
Keadaan temperatur udara tahunan rata-rata di lokasi kegiatan berdasarkan data
o
(BMG) di Stasiun Meteorologi Kelas II Balikpapan adalah 33,14 C untuk
o
temperatur maksimum dan 22,98 C untuk temperatur minimum.
Dapat diketahui dari tabel tersebut bahwa temperatur udara hasil pengamatan
pada jam-jam terjadinya temperatur maksimum mencapai 35,7oC.
d. Kelembaban Udara
e. Keadaan Angin
Berdasarkan hasil pencatatan angin di Stasiun Meteorologi Klas II Balikpapan
periode 5 tahun maka kondisi angin di lokasi kegiatan adalah seperti yang disajikan
pada Tabel 2.3.
Tabel 2.1
Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Lokasi Studi
Tahun 2010 2014
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
N
BULAN C H H H C H H C H C H C H C H C H
O CH CH CH
H H H H H H H H H H H H H H H H H
45 1 346, 2 1 69 2 1 30 2 28 2 43 2 61 2 25
1 95,5 220 21
Januari 5 1 2 7 0 4 5 7 0 0 3 0 3 1 1 6 7
48 1 2 195, 1 30 2 322, 1 15 1 43 1 29 1 33 2 17
2 487 10
Februari 0 2 1 3 6 4 6 5 9 6 6 8 8 1 6 5 2 7
2 1 21 1 27 1 35 2 29 1 27 1 34
3 0 0 584 501 155 8 25
Maret 1 9 8 9 7 9 0 1 0 4 6 3 4
1 103, 14 1 25 1 43 1 10 1 18
4 0 0 218 6 155 8 9 59 16
April 9 5 5 2 7 1 5 6 7 1 2
37 1 18 12
5 0 0 80,3 8 37,2 3 0 0 105 6 6 47 7 6 93 12
Mei 4 8 6 8
1 14 1 15
6 0 0 0 0 57,5 3 0 0 86 2 59 0 0 0 0 9
Juni 0 5 0 0
14
7 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1 43 4 0 0 0 0 8 54 6
Juli 3
8 Agustus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62 5 0 0 0 0 0 0 19 1
Septemb 31 1
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 1
er 8 1
20 1 15 1
10 0 0 0 0 190 4 0 0 0 0 10 2 49 6 39 3
Oktober 5 1 2 5
Novemb 240, 32 1 16 35 1 11 29 1 22
11 0 0 0 0 7 64 5 8 7 18
er 5 7 6 6 4 5 9 5 8 9
Desemb 222, 1 693, 2 52 2 34 1 55 2 49 2 54 1 40
12 0 0 164 9 19
er 8 8 5 5 5 0 5 9 6 1 0 0 3 4 8
Sumber : Dispertahut, Kabupaten Bantul 2014.
Tabel 2.2
Suhu Udara Rata-rata di Wilayah Manokwari, Tahun 2010-2014
Suhu udara rata-rata/bulan (oC)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
t
2010 26,7 26,6 26,9 27, 27, 27, 27,6 27,2 27,6 27,4 27,6 27,3
1 7 6
2011 27,1 27,4 27,1 27, 27, 27, 26,8 26,7 26,5 27,2 27,6 27,3
2 1 0
2012 26,9 27,1 26,8 26, 27, 27, 27,1 27,3 27,5 28,0 27,4 27,3
8 5 1
2013 27,3 26,9 27,3 27, 27, 27, 27,0 27,1 27,4 27,8 27,2 27,4
3 9 4
2014 26,3 27,4 27,3 27, * * * * * * * *
4
Keterangan : * data yang terekap baru s/d Apriil 2014
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Manokwari, Mei 2014
Tabel 2.3
Kelembaban Udara Rata-rata di Wilayah Manokwari, Tahun 2010-2014
Kelembaban Udara Rata-rata/bulan (% )
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
t
2010 86 84 85 87 85 84 82 83 82 81 81 82
2011 83 85 87 86 86 88 89 86 86 85 83 85
2012 85 83 86 87 85 83 83 81 82 80 84 85
2013 84 85 81 85 83 84 85 83 82 81 83 83
2014 81 78 81 84 * * * * * * * *
Keterangan : * data yang terekap baru s/d Apriil 2014
Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Manokwari, Mei 2014
2.1.3 Fisiografi
A. Fisiografi
Lokasi kegiatan kawasan perkantoran
pemerintahan Provinsi Papua Barat terletak
di dataran tinggi yakni berada di antara 100
650 mdpl dengan bentuk permukaan
bergelombang dan kelerengan 8-15%.
Lahan berkontur dengan beraagam jenis
kontur, ada yang berbentuk cembung
berada di titik tertinggi lokasi kegiatan sedangkan yang berbentuk lembah berada
pada sebelah selatan lokasi kegiatan. Garis kontur membentuk punggung bukit
berada di tengah-tengah lokasi kegiatan.
Secara regional bentang alam lokasi kegiatan memiliki lahan yang berkontur
cukup curam dikarenakan lahan yang ada merupakan kawasan perbukitan.
b. Formasi Kais
Formasi Kais terdiri dari biomikrit ganggang padat, berwarna kelabu sampai
putih, tahan terhadap pelapukan, tidak sarang dan getas. Formasi ini
membentuk beberapa punggungan di BWK D, yaitu di sekitar Sungai Martini
dan diperkirakan berumur dari Miosen Awal sampai Miosen Akhir. Posisinya
menindih secara tidak selaras dengan formasi Arfak. Ketebalan formasi ini
rnencapai 500 meter.
c. Formasi Befoor
Terdiri dari batu pasir, lanau, batu lumpur dan sedikit konglomerat dengan
sisipan yang diperkirakan berumur dari Miosen Akhir hingga Pliosen.
Ketebalan formasi mencapai 1600 meter dengan posisi tak selaras di atas
Formasi Kais dan Formasi Arfak, tertindih tak selaras oleh Formasi
Manokwari.
d. Formasi Manokwari
f. Satuan Aluvium
Terdiri dari endapan lepas berukuran kerikil kasar, pasir, lanau dan lumpur.
Tersebar setempat di daerah pantai dan muara sungai. Penyebaran yang
cukup luas didapati di sekitar Sungai Andai dan Sungai Martini. Ketebalan
formasi ini mencapai lebih dari 15 meter dan berumur Holosen hingga
sekarang. Selain itu, menurut Ratman dan Robinson, struktur yang
berkembang adalah struktur patahan/sesar dan lipatan, terutama di bagian
selatan.
Tabel 2.5
Sebaran Formasi Batuan di Kota Manokwari dan Sekitarnya
N Formasi Umur Ketebalan Deskripsi Lokasi
o
1. Alluvium Holosen >15 m Kerikil pasir lanau Sekitar Sungai
dan lumpur Andai dan Sungai
Maruni
2. Aluvium Kuarter 100-400 m Lapisan bongkah, Sekitar Sungai
terangkat dan pasir Maruni
fanglomerat konglomerat dan
lempung
3. Manokwari Kuarter 30 40 m Batu gamping, Manokwari bagian
biomikrit, timur : pasir putiih,
kalsidurit dan manokwari bagian
kalkarenit barat, amban, sowi
4. Kais Tersier < 500 m Biomkrit Sekitar Sungai
ganggang padat Maruni
berwarna kelabu
sampai putih
5. Befoor Tersier < 1600 m Batu pasir, lanau, Sekitar Sungai
batu lumpur Maruni, diatas
C. Erosi
Lahan awal yang digunakan untuk pembangunan kawasan perkantoran
pemerintahan Provinsi Papua Barat adalah lahan tertutup yang merupakan
kawasan hutan sekunder yang berbukit, sehingga sebelum dilakukannya
pembangunan gedung tersebut terlebih dahulu dilakukan pembersihan terhadap
vegetasi yang ada dan dilakukan pengupasan dan penimbunan (cut and fill) pada
lahan yang ada. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan tingkat erosi lahan
akan cukup tinggi karena dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah vegetasi dan
meningkatnya run off.
2.1.4 Ketinggian/Elevasi
Ketinggian atau elevasi di sekitar lokasi kegiatan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
Untuk lebih jelasnya mengenai peta ketinggian dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Tabel 2.6
Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien
HASIL PENGUJIAN
BAKU
NO PARAMETER SATUAN Lokasi
MUTU
1 Lokasi 2 Lokasi 3
Kondisi Lingkungan
1 Suhu C - 33,5 33,8 33,7
2 Kecepatan Angin m/det - 1,43 1,05 1,68
3 Arah Angin Dominan - Barat Barat Barat
4 Kelembaban % - 61,60 61,60 58,70
5 Tekanan mmHg - 745,00 755,20 740,34
KIMIA
1 NO2 g/Nm3 400 < 10 < 10 < 10
2 SO2 g/Nm3 900 < 17,15 < 17,15 < 17,15
3 CO g/Nm3 30.000 < 1.145 1.145 < 1.145
4 O3 g/Nm3 235 < 15,61 < 15,61 < 15,61
FISIKA
1 Pb g/Nm3 - < 0,01 < 0,01 < 0,01
2 Debu (TSP) g/Nm3 230 23 24 19
Kebauan
1 H2S ppm 0,02 < 0,001 < 0,001 < 0,001
2 NH3 ppm 2 < 0,025 < 0,025 < 0,025
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
Baku mutu : PPRI No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
dan Kep-50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan
Keterangan :
Lokasi 1 : Tengah Lokasi/Rencana Kantor Gubernur ( S 00 55' 04,4'' & E
134 01' 52,5'' )
Lokasi 2 : Pemukiman Penduduk 1 ( S 00 54' 53,0'' & E 134 01' 35,5'' )
Lokasi 3 : Permukiman Penduduk 2 (S 00 55' 27,0'' & E 134 01' 29,0'')
B. Kebisingan
Lokasi pengambilan sampel kebisingan sama halnya dengan kualitas udara di 3
titik. Pengukuran kebisingan menggunakan metode manual alat, Sampling
dilakukan selama 5 detik selama 10 menit. Untuk lebih jelas mengenai hasil
pengukuran kebisingan di lokasi kegiatan dan sekitarnya dapat dilihat pada Tabel
2.7. Dari hasil di ketiga titik, tingkat kebisingan yang terukur di ketiga lokasi
pengukuran tidak melebihi ambang batas yang telah ditentukan.
Tabel 2.7
Hasil Pengukuran Kebisingan
No Baku Hasil
Lokasi Satuan
. Mutu Pengukuran
Tengah lokasi/rencana kantor
Gubernur
1. dBA 60* 52,36
( S 00 55' 04,4'' & E 134 01' 52,5''
)
Pemukiman Penduduk 1
2. ( S 00 54' 53,0'' & E 134 01' dBA 55 52,56
35,5'' )
Permukiman Penduduk 2
(S 00 55' 27,0'' & E 134 01'
3. dBA 55 45,26
29,0'')
Di lokasi kegiatan dan sekitarnya belum ada pengambilan air tanah, pengambilan
air tanah baru dilakukan oleh penduduk setempat dengan membuat sumur gali
dengan kedalaman bervariasi antara 2 hingga 5 meter. Batuan yang bertindak
sebagai akufier dangkal ini adalah batu gamping.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuifer asin ini disebabkan
oleh proses sedimentasi endapan lempung pasiran yang dahulunya terbentuk di
Pasiran mempunyai ruang antar butir sehingga di dalam ruang antar butir dapat
menyimpan air tanah. Proses tektonik atau pengangkatan menyebabkan endapan
lempung pasiran ini terangkat berada di daratan seperti saat ini. Air tanah akan
mengisi pada lapisan pasiran dan bercampur dengan cebakan air asin dan laut
tersebut dan terjadilah akuifer yang asin.
Akuifer (Tawar)
1. Ketebalan Akuifer (Tawar)
Ketebalan akuifer berdasarkan ketinggian di bawah permukaan tanah
setempat (bmt), dapat di bagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Terletak dibagian selatan dari lokasi kegiatan. Daerah ini menempati luas
sekitar 40% dari seluruh lokasi kegiatan. Daerah ini menempati elevasi
rendah. Akuifer terdapat pada batupasir gampingan.
Gambar 2.
Untuk memberikan gambaran kondisi air tanah asin dapat dilihat dari hasil
pendugaan geolistrik wilayah studi seperti yang tecantum pada Studi RTBL
Kawasan Arfai yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 dan Gambar 2.8
Gambar 2.9
Tabel 2.8
Hasil Penafsiran (Pendugaan) Geolistrik di Lokasi Studi
Titik Hasil Penafsiran Perkiraan Perkiraan
Dug Lapisa Kedalaman Tahanan Litologi Hidrogeologi
a n
Jenis
1 0,00 3,56 40,65 Tanah penutup
2 3,56 7,15 3200,12 Batu gamping
keras
3 7,15 15,71 1200,47 Batu gamping
GL.1 4 15,71 760,34 Batu gamping
23,61 pasiran
5 23,61 2100,27 Batu gamping
47,61
6 47,61 670,48 Batu pasir Akuifer tawar
67,65 gampingan
7 67,65 460,28 Lempung
121,15 gampingan
8 121,15 - ~ 153,68 Lempung pasiran Akuifer asin
Sumber : RTBL Kawasan Arfai
Tabel 2.9
Hasil Analisis Kualitas Air Tanah
Hasil Pengujian
Baku
No Parameter Satuan Lokasi 1 Lokasi Lokasi 3 Metode Acuan
Mutu
2
A. FISIKA
1. Bau Tdk Tdk Tdk Tdk Oganoleptik
berbau berbau berbau berbau
2. Kekeruhan NTU 25 0,33 0,74 0,46 SNI 06-6989.25-
2005
3. Padatan Terlarut Total mg/L 1500 230 160 265 SNI 06-6989.27-
(TDS) 2005
0
4. Suhu C 3 29,6 28,0 28,0 SNI 06-6989.23-
2005
5. Warna PtCo 50 5 5 5 SNI 06-6989.24-
2005
B. KIMIA
1. Alumunium mg/L - < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 06-6989.32-
2005
2. Besi (Fe)* mg/L 1 0,20 0,22 0,09 SNI 6989.25-
2009
3. Derajat Keasaman 6,5 9,0 7,34 7,38 7,39 SNI 06-6989.11-
(pH) 2004
4. Kadmium (Cd)* mg/L 0,005 < 0,02 < 0,02 < 0,02 SNI 6989.16-
2009
5. Kesadahan Total mg/L 500 203,84 153,92 199,68 SNI 06-6989.12-
(CaCO3) 2004
6. Klorida (Cl -) mg/L 600 5,62 1,53 < 1,40 SNI 6989.19-
2009
7. Krom Heksavalen (Cr- mg/L 0,05 0,03 0, 06^ 0,04 SNI 6989.71-
VI) 2009
8. Mangan (Mn)* mg/L 0,5 < 0,05 < 0,05 < 0,05 SNI 06-6855-
2002
9. Nilai Permanganat mg/L 10 3,19 3,19 2,84 SNI 06-6989.22-
(KMn04) 2004
10. Nitrat (NO3-N) mg/L 10 0,24 0,85 0,41 SNI 6989.79-
2011
11. Nitrit (NO2N) mg/L 1 0,005 0,01 < 0,005 SNI 06-6989.9-
2004
12. Seng (Zn) * mg/L 15 0,04 0,02 < 0,009 SNI 6989.7-
2009
13. Sianida (CN -)* mg/L 0,1 < 0,01 < 0,01 < 0,01 SNI 6989.77-
2011
14. Sulfat (SO4 2-) mg/L 400 1,20 0,54 5,34 SNI 6989.20-
Berdasarkan tabel di atas, hasil laboratorium dari sumur bor penduduk secara
umum masih memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 416/Men-Kes/PER/IX/1990 kecuali krom heksavalen (Cr-VI) di lokasi 2 sedikit
melebihi baku mutu yakni sebesar 0,06 mg/L, sementara baku mutu yang
dipersyaratkan adalah sebesar 0,05 mg/L.
Gambar 2.10
Dokumentasi Pengambilan Sampling Air di Lokasi dan di Penduduk Sekitar
Nilai koefisien run-off (C) untuk lahan sebelum dibangun adalah 0,2 sedangkan
nilai intensitas hujan (I) hasil perhitungan data curah hujan adalah 2.127,20
mm/104,4 hari hujan atau 20,45 mm/hari hujan, dari data tersebut maka besar
debit air larian sebelum dilaksanakannya pengembangan pembangunan
kompleks kantor pemerintahan Provinsi Papua Barat adalah :
1) Sebelah Barat
Vegetasi semak belukar yang dominan ditemukan berupa tumbuhan perdu dari
jenis-jenis mahang (Macaranga denticulata), ara (Ficus septica), sirih perdu
(Piper aduncum) yang mana jenis-jensi tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan
pionir yang dapat tumbuh dengan cepat pada lahan-lahan yang terbuka. Adapun
tumbuhan herba dan semak yang banyak tumbuhan di lokasi tersebut antara lain
adalah Centrosema pubescens, Mikania cordata, Bidens pilosa, Stachytarpeta
indica dan Penisetum sp.
2) Sebelah Selatan
3) Sebelah Timur
4) Sebelah Utara
Di komplek
Perkantoran Gubernur
Propinsi Papua Barat
baru beberapa gedung
saja yang sudah
difungsikan sebagai
kantor, sehingga
tanaman yang tumbuh
dan terpelihara dengan
baik pada setiap halaman gedung masih sangat sedikit. Apalagi pada lahan yang
gedungnya sudah selesai dibangun namun belum ditempati, vegetasi
disekitarnya berupa tumbuhan liar yang tampak seperti belukar.
Tabel 2.11
Daftar Tumbuhan Pekarangan di Sekitar Wilayah Studi
No Nama umum Nama jenis Keterangan
1 Agave Agave americana Semak
2 Bakung Hymenocalis littoralis Herba
3 Beringin Ficus benjamina Pohon
4 Bugenvil Bougainvillea spectabilis Semak
5 Bungur Lagerstroemia indica Pohon
6 Cemara udang Casuarina equisetifolia Pohon
7 Euporbia Euphorbia splendens Semak
8 Glodogan tiang Polyaltia ilicifolia Perdu
9 Jarak kepyar Jatropha integerrima Semak
10 Mahoni Swietenia macrophylla Pohon
11 Mangga Mangifera indica Pohon
12 Matoa Pometia pinnata Pohon
13 Palem putri Welwichia millii Perdu
14 Puring Codiaeum variegatum Perdu
15 Soka Ixora javanica Semak
Sumber : Hasil Pengamatan, Oktober 2014
B. Fauna
Fauna teramati di sekitar kompleks perkantoran adalah burung gereja, layang-layang
dan kadal, belum banyaknya burung yang berkeliaran di kawasan tersebut
Tabel 2.12
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk
N Luas Kepadatan Jumlah
Kel./ Kp Laki-laki Perempuan Jumlah
o (Km2) Per Km2 Rumahtangga
1Katebu 16,35 334 202 536 33 118
2Masiepi 42,60 33 34 67 2 16
3Sowi 76,88 3.801 3.127 6.928 90 1.488
4Anday 85,20 1.944 1.613 3.557 42 938
JUMlah 221,03 6.112 4.976 11.088 50 2.560
Sumber : Manokwari Selatan Dalam Angka, 2013
Apabila di bandingkan dengan tingkat pendidikan secara umum di Papua Barat yang
didominasi oleh lulusan SD sebanyak 30,26% (Papua Barat Dalam Angka 2013),
maka nampak bahwa tingkat pendidikan keluarga responden di Kel Sowi, Kel Anday,
Kel Katebu dan Kel. Masiepi nampak lebih baik. Menurut keterangan, hal ini karena
status penduduk yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Provinsi Papua Barat
maupun mitra lembaga pemerintahan tersebut. Ada pula penduduk yang berprofesi
sebagai guru dan karyawan swasta.
Tabel 2.13
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
No Laki Perempua Jumla
. Jenis Pendidikan -laki n h %
1 Belum Sekolah 8 14 22 5,88
41,7
2 Pelajar SD hingga SMA 74 82 156 1
10,7
3 Mahasiswa Perguruan Tinggi 22 18 40 0
4 Tamat SD 15 20 35 9,36
5 Tamat SMP 8 12 20 5,35
13,6
6 Tamat SMA 23 28 51 4
13,3
7 Tamat Perguruan Tinggi 28 22 50 7
Jumlah 178 196 374 100
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
Data yang disajikan pada Tabel 2.14 yang merupakan pengolahan hasil wawancara,
menunjukkan bahwa pekerjaan penduduk minimal terdapat sepuluh jenis dan yang
Tabel 2.14
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok
No Laki Perempua Jumla
. Jenis Pendidikan -laki n h %
12,5
1 Petani 18 8 26 6
2 Pedagang 4 7 11 5,31
3 Pegawai Negeri 9 5 14 6,76
4 Honorer kantor Pemerintah 11 2 13 6,28
5 Penjahit 1 0 1 0,48
6 Jasa Bengkel 1 0 1 0,48
7 Karyawan swasta 4 9 13 6,28
24,6
8. Mengurus Rumahtangga 0 51 51 4
37,2
10. Belum Bekerja 46 31 77 0
Jumlah (1) 94 113 207 100
Penduduk usia anak -anak ( 0 -14
Tahun) (2) 69 75 144
Penduduk usia lanjut > 64 tahun (3) 15 8 23
Total 178 196 374
Sumber : Data Primer, 2014
n =dihitung dari jumlah angkatan kerja
Data hasil wawancara juga memuat infromasi tentang jumlah kelompok penganggur.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Berdasarkan
pengertian tersebut maka nampak bahwa jumlah pengangguran di wilayah studi
adalah sebanyak 37,5% , yang terdiri dari 22,2% kelompok laki laki dan 14,8%
kelompok perempuan.
D. Tabel 2.15 Ko
Latar Belakang Penyebab Pengangguran
m
Jumla
Jenis Alasan Laki -laki Perempuan h % po
Sudah diterima bekerja dan si
masih menunggu panggilan
1 0 1 1,30 si
Sudah melamar pekerjaan ke
beberapa tempat tapi belum ada 49,3
yang menerima 27 11 38 5
Tidak pernah mencari
kerja/melamar pekerjaan karena
kapasitas pendidikan kurang / 49,3
tidak memadai 18 20 38 5
Jumlah 46 31 77 100
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
Penduduk Berdssarkan Mata Pencaharian Tambahan
Selain mempunyai mata pencaharian pokok , maka penduduk di wilayah studi
mempunyai pekerjaan tambahan. Adanya pekerjaan tambahan ini dapat berarti
besarnya kebutuhan konsumtif dan akomodasi lainnya bagi rumahtangga , sehingga
Jika ditinjau perbandingan antara kelompok laki-laki dan perempuan, maka nampak
bahwa penduduk lakilaki lebih dominan menekuni pekerjaan tambahan (6,76%)
dibandingkan kelompok perempuan (2,3%). Jenis Mata Pencaharian yang ditekuni
perempuan terbatas pada pekerjaan menjual bahan kebutuhan pokok dan penjahit.
Tabel 2.16
Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tambahan
No Laki Perempua Jumla
. Jenis Pendidikan laki n h %
1 Ojeg Sepeda motor 4 0 4 1,93
Menjual bahan kebutuhan
2 pokok 6 4 10 4,83
3 Kepala kampung 2 0 2 0,97
4 Penjahit 2 1 3 1,45
5 Kader Posyandu 0 2 2 0,97
6 Nelayan 11 0 11 5,31
Tidak mempunyai pekerjaan
7 tambahan 69 106 175 84,54
Jumlah (1) 94 113 207 100
Penduduk usia anak -anak
( 0 -14 Tahun) (2) 69 75 144
Penduduk usia lanjut > 64 15 8 23
tahun (3)
Tabel 2.17
Rata-rata Pendapatan Per-Bulan
No Pendapatan Per bulan
. Jenis Pendidikan (Rp)
1 Petani 700.000
2 Pedagang 3.000.000
3 Pegawai Negeri 2.900.000
4 Honorer kantor Pemerintah 1.500.000
5. Ojeg Sepeda motor 750 000
5 Penjahit 150.000
6 Jasa Bengkel 200.000
7 Karyawan swasta 2.000.000
Sumber : Data Primer, 2014
Pendapatan dari kegiatan non-pertanian antara lain adalah pegawai negeri, honorer
kantor pemerintah daerah dan karyawan swasta yang mendapatkan gaji bulanan.Dari
wawancara yang dilakukan, diketahui bawa gaji karyawan dengan latar belakang
sarjan golongan III ratarata mencapai Rp 2.900.000,- sedangkan honorer dari
berbagai kantor sebesar Rp 1500.000,- per bulan.
Bagi mata pencaharian nonformal seperti ojek sepeda motor dan buruh serabutan,
penghasilan yang didapat nampak jauh dibawah rata-rata penduduk yang bekerja
sebagai karyawan atau buruh pabrik. Sebagian pengemudi ojek sepeda motor
bahkan harus membagi pendapatan hariannya sebagai setoran kepada pemilik
motor. Rata-rata pendapatan pengemudi ojeg diketahui adalah Rp. 30.000,- hari dan
dengan jumlah hari kerja per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka pendapatan
bulanan kelompok ini adalah Rp. 750.000,- per bulan.
F. Pola Kepemimpinan
Selain kepala suku, pemimpin lainnya adalah Kepala Adat, yang dipercayai untuk
memberikan rekomendasi dan referensi bagi masyarakat dalam posisinya sebagai
anggota keluarga anggota kerabat dan anggota suku. Sebagai person yang
mempunyai pengetahuan aturan adat, maka saran Kepala Adat akan dituruti dan
dijadikan acuan bagi warga untuk melaksanakan kegiatan.
Tabel 2.18
Orientasi kepada Warga Yang Dianggap Sebagai
Pemimpin
Jumlah / %
No. Jenis Personil
(n =100)
1. Kepala Suku 67
2. Kepala Adat 11
3. Kepala Persekutuan 22
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014
Ikatan kebersamaan antara kerabat, tetangga dan warga sekampung seperti terlihat
dalam Tabel 2.19, bentuk-bentuk pertemuan rutin antar penduduk relatif masih sering
dilakukan dan masih seringnya responden/penduduk mengikuti kegiatan pertemuan
warga. Jumlah mereka yang sering mengikuti pertemuan warga masih menonjol.
Sebanyak 64% penduduk mengaku mengikuti berbagai organisasi sosial dan 36%
tidak mengikuti organisasi sosial.
Tabel 2.19
Partisipasi dalam Organisasi Sosial
No Jumlah / %
. Jenis Organisasi (n =100)
1. Arisan Suku 21
2 Posyandu 4
3. Persekutuan gereja 18
4. Pengajian 9
5. Musyawarah kampung 6
6. Karang Taruna 6
Tidak mengikuti organisasi
7. sosial 36
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, Oktober 2014
Organisasi sosial yang paling banyak diikuti adalah Arisan Suku (21%) , yaitu
kerjasama pengumpulan dan yang diberikan kepada seluruh peserta arisan secara
bergiliran. Anggota arisan ini adalah Suku, yaitu ikatan sosial berdasarkan
Kemudian, organisasi yang lain yang menempati peringkat kedua terbanyak adalah
persekutuan gereja (18%), yaitu organisasi pemeluk Agama Kristen baik dalam
ibadah maupun dalam kegiatan sosial. Organisasi lain yang berdasar persamaan
pemeluk agama adalah pengajian darii pemeluk Islam . Kelompok ini melaksanakan
kegiatan ibadah secara rutin dan juga kegiatan meningkatan pengetahuan agama
melalui pembelajaran (ceramah).
Lembaga sosial lainnya adalah kegiatan sosial masyaralat yang diperkenalkan oleh
pemerintah yaitu Karang Taruna, Posyandu, dan Musyawarah Kampung. Karang
Taruna adalah lembaga yang menghimpun kelompok pemuda/pemudi dalam
berbagai kegiatan organisasi sosial dan keterampilan. Posyandu adalah lembaga
pelayanan kesehatan sukarela dari masyarakat untuk melayani kebutuhan pelayanan
kesehatan dengan masyarakat. Posyandu mempunyai jaringan dan pembinaan
dengan pemerintah, khususnya Pusat Kesehatan Masyarakat dan Pemerintah
Daerah. Kader-kader posyandu merupakan dukungan yang cukup berarti bagi
pemerintah. Terakhir, adalah lembaga Musyawarah Kampung yang melakukan
kegiatan rapat rapat pengambilan keputusan untuk kepentingan warga.
Jenis konflik yang paling banyak dilihat oleh responden adalah protes kepada
pemerintah mengenai ketidaksetujuan penduduk terhadap sarana Tempat
Pengolahan Akhir (TPA) Sampah (27%). Sarana tersebut diprotes karena dianggap
Jenis sengketa lainnya adalah sengketa lahan, yaitu perebutan lahan oleh indivdu
yang merasa memiliki hak waris dari orang tua mereka..Hak Waris bagi penduduk
muncul, biasanya setelah orangtua pemilik lahan telah meninggal dunia, Sengketa
waris dapat terjadi jika tidak terjadi kesepakatan mengenai porsi pembagian waris
yang sebenarnya telah diatur secara adat.
Selain berdasar pada hak waris dari orangtua, maka sengketa lahan lainnya berasal
dari lahan haka ulayat adat, yaitu lahan milk kolektif gabungan yang berfungsi
secara sosial dibagikan kepada masyarakat. Berkaitan dengan luasnya lahan ulayat
tersebut, maka terkadang terdapat sengketa batas lahan antar dua pemanfaatan
lahan.
Tabel 2.20
Jenis-jenis Konflik
No Jumlah / %
. Jenis Konflik (n =100)
1. Perselisihan antar pemuda 15
2 Perebutan lahan garapan Hak Ulayat 4
3. Perebutan uang hasil retrubusi 2
4. Perselisihan hak atas tamah keluarga 4
Ketidakpuasan atas pemlilhan kepala
5. Kampung 1
6. Protes kepada pemerintah mengenai TPA 27
7. Ketidakpuasan atas hasil peneriimaan PNS 2
8. Tidak pernah melihat/ mendengar konflik 45
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014
Terhadap berbagai konflik tersebut, maka masyarakat mempunyai mekanisme
penyelesaian konflik. Data yang disajikan pada Tabel 9 , menunjukan bahwa terdapat
empat pola penyelesaian konflik yaitu: mediasi oleh kepala Adat, perdamaaian antar
dua keluarga besar pihak yang berselisih, mediasi oleh pemerintah Papua Barat dan
ada yang menempih jalur hukum positif. Ada pula masalah perselisihan yang belum
ada penyelesaian , yaitu kelompok warga mengadu tentang posisi Tempat
Pengolahan Akhir Sampah (TPA) serta warga yang memprotes pihak pihak yang
Diantara bentuk bentuk penyelesaian konflik yang terjadi , maka nampak yang
paling banyak adalah mediasi oleh Kepala Adat (20%). Hal ini menunjukkan
pentingnya peran Kepala Adat sebagai mediator dan pihak yang dipercaya untuk
menyelesaikan perselisihan. Pada pihak lain , adanya bentuk perselisihan yang
belum terselesaikan, jika dilihat bentuk konfliknya (yaitu protes terhadap gangguan
kenyamanan dan protes terhadap hasil penerimaan pegawai negeri), menunjukkan
bahwa kedua jenis tersebut melibatkan kelembagaan lain yang baru dikenal
penduduk, merupakan lembaga yang superior (pemerintah negara) dan belum
termasuk dalam tata hukum adat lokal. Hal ini menyebabkan warga nampak masih
mencarai poal penyelesaian yang tepat untuk kasus-kasus yang melibatkan
kelembagaan pemerintah.
Tabel 2.21
Pola Penyelesaian Konflik
No Jumlah /
. Jenis Pola Penyelsaian Konflik %
1. Perselisihan antar pemuda :
Mediasi oleh Kepala Adat 13
Perdamaian antar keluarga besar yang berselisih 2
2 Perebutan lahan garapan Hak Ulayat
Mediasi oleh Kepala Adat 4
3. Perebutan uang hasil retrubusi
Mediasii oleh Kepala Adat 2
4. Perselisihan hak atas lahan keluarga
Mediasi oleh Kepala Adat 3
Menempuh jalur hukum positif 1
5. Ketidakpuasan atas pemlilhan kepala Kampung
Perdamaian antar keluarga besar yang berselisih 1
6. Protes kepada pemerintah mengenai TPA
Belum ada penyelesaian 8
Mediasi oleh Pemprov Papua Barat 19
7. Ketidakpuasan atas hasil peneriimaan PNS
Belum ada penyelesaian 2
8. Tidak pernah melihat/ mendengar konflik 45
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014
Data yang disajikan pada Tabel 2.22 menunjukkan bahwa seabgian besar
responden (97%), mempunyai persepsi tentang manfaat. Adapun jenis-jenis
manfaat tersebut terdiri dari empat jenis dan yang paling banyak adalah adanya
peluang kerja bagi penduduk di bidang konstruksi sebagai tenaga kasar (44%).
Peluang kerja tersebut dapat mengurangi pengangguran warga yang cukup tinggi.
Selain pekerjaan pada saat konstruksi, maka sebanyak 34% responden juga
menyatakan manfaat dari keberadaan Gedung Pemerintah Papua Barat adalah
rekrutmen penduduk setempat terutama generasi muda sebagai pegawai negeri.
Tabel 2.22
Persepsi Penduduk Tentang Manfaat Keberadaan Komplek
Pemprov Papua Barat
No Jumlah /%
Persepsi tentang Manfaat
. (n =100)
Membuka peluang kerja dalam kegiatan
1. konstruksi 44
Membuka peluang kerja sebagai Pegawai
2. negeri 34
3. Membuka peluang usaha 11
4. Keterbukaan daerah 8
Tidak mempunyai persepsi terhadap
5. manfaat 3
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014
Tabel 2.23
Persepsi Penduduk Tentang Resiko Keberadaan Komplek Pemprov Papua
Barat
No Jumlah /%
. Persepsi tentang Resiko (n =100)
Pemukiman menjadi banjir akibat
1. pembabatan hutan 14
Dampak dari Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah
2. belum ada solusi 13
5. Tidak mempunyai persepsi terhadap Resiko 73
Jumlah 100
Sumber : Data Primer, 2014
B. Sanitasi Lingkungan
Kondisi sanitasi lingkungan wilayah studi sebagian besar sudah cukup baik karena
hampir sebagian besar rumah telah memiliki fasilitas sanitasi berupa jamban, tempat
sampah dan pengelolaan air.
C. Fasilitas Kesehatan
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah studi, harus ditunjang
dengan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai. Fasilitas kesehatan yang
ada di Distrik Manokwari Selatan antara lain Puskesmas 1 unit yang berada di
2.1.11 Transportasi
1. Jalan Akses ke lokasi Komplek Perkantoran Gubernur Provinsi Papua Barat
Jaringan jalan sebagai aksesibilitas dari dan ke lokasi Komplek Perkantoran
Gubernur Provinsi Papua Barat dapat dikatakan cukup baik, saat ini telah didukung
oleh jaringan jalan hotmix 2 jalur denga tanpa pembatas dan jalan masuk ke arah
Komplek Perkantoran Gubernur Provinsi Papua Barat berupa jalan beton 2 lajur
dengan tanpa pembatas.
3 Pusat Kota
Ke Anday Manokwari-
4
Jl. Raya Trikora
3 Gambar 2.15
Lokasi Pengambilan Sampel LHR
Jumlah titik pengamatan dilakukan di 4 titik, yaitu : titik 1 (Ke arah Perkantoran) dan titik 2
(Ke arah keluar Perkantoran), titik 3 (Ke arah Sowi, ke Pusat Kota Manokwari) dan titik 4
Hasil perhitungan kinerja lalu lintas eksisting (V) di 4 titik pengamatan bisa dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.25
Kinerja Lalulintas Eksisting Jalan Arfai Perkantoran
Rata-Rata
Faktor Nilai Faktor
Jenis Kendaraan Jumlah
Koreksi Koreksi
Kendaraan
f LV 1
Penumpang 56.67
Kendaraan Berat 19.00 f HV 3
Sepeda Motor 151.33 f MC 1
Kendaraan Tanpa 2.33 f UM 0.5
Tabel 2.26
Kinerja Lalulintas Eksisting Jalan Raya Trikora
Rata-Rata
Faktor Nilai Faktor
Jenis Kendaraan Jumlah
Koreksi Koreksi
Kendaraan
f LV 1
Penumpang 130.33
Kendaraan Berat 58.00 f HV 3
Sepeda Motor 270.33 f MC 1
Kendaraan Tanpa
f UM 0.5
Motor 1.67
Volume Total (smp/jam)
575,50
Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa volume total kendaraan (kinerja lalu
lintas eksisting) rata-rata yang melalui Jalan Arfai Perkantoran sekitar 266,17
smp/jam, dan Jalan Trikora sekitar 575,50 smp/ jam.
Dimana :
C = Kapasitas smp/jam
Co = Kapasitas dasar untuk kondisi ideal
FCw = Faktor Penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = Faktor penyesuaian ukuran kota
(Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 2004)
Tabel 2.27
Perhitungan Kapasitas Jalan Arfai Perkantoran
V
VCR
C
Nilai VCR ini merupakan indikator dari tingkat pelayanan ruas jalan. Sebagai batasan
jalan tersebut masih baik atau layak jika dilihat dari nilai VCR dan dimasukkan pada
standar tingkat pelayanan yang sudah ditetapkan dalam Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MJKI).
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa VCR di Jalan Arfai Perkantoran pada hari
kerja adalah 0,078 dan Jalan Raya Trikora 0,303 masuk pada Type pelayanan A,
Arus Bebas Bergerak.
Karakteristik tingkat pelayanan dapat dilihat berdasarkan Gambar 2.16 berikut ini :
Berdasarkan Tabel Standar Tingkat Pelayanan Jalan (LoS) dari literatur (RI Salter,
Highway Traffic Analysis and Design, The Mac Millan Press Ltd, 1989), lokasi
pengamatan memiliki nilai VCR 0,40 dan termasuk pada LoS tipe A dengan
karakteristik arus bebas bergerak, kecepatan sedikit terbatas oleh lalu lintas, volume
pelayanan yang dipakai untuk disain jalan luar kota.
Komponen bangunan dan gedung yang telah dibangun dan rekapitulasi luas penggunaan
lahan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel .............dan peta
site plan/ lay out kegiatan yang sudah berjalan disajikan pada Gambar .............
Luas Tahun
Luas
No Nama Gedung % Lantai Bangun Pembangu
Lahan (M2)
an (M2) nan
Jaringan jalan utama yang sudah dibangun memiliki 2 lajur dengan masing-
masing lajur memiliki lebar 4 meter dan panjang 200 meter dengan perkerasan
hotmix. Jaringan jalan utama ini dilengkapi dengan pembatas jalan/median
dengan lebar 3 meter yang dilengkapi dengan tanaman perdu, jalur hijau di
sebelah kiri-kanan jalan yang akan ditanami Angsana dan Glodogan Tiang
Gambar 2.18
Potongan Melintang Jalan Utama
Geometrik ruas jalan utama seperti yang terlihat pada Gambar 2.18 meliputi :
- Damaja : 27,40 meter
- Median Jalan : 8,00 meter
- Lebar Lajur : 7,20 meter dan 5,5 meter
- Jumlah Lajur : 2 Lajur
- Jalur Hijau : 8,00 meter
- Drainase Jalan : 2,00 meter
Gambar 2.19
Potongan Melintang Rencana Jalan Penghubung Utama
Jaringan jalan penghubung yang dibangun memiliki lebar 4 meter dan panjang
781 meter tanpa pembatas jalan/median dan bahu jalan dengan lebar 1 meter
yang berada di kiri-kanan jalan. Selain itu juga terdapat pedestrian yang berada
di atas saluran drainase yang berada di kiri-kanan jalan dengan lebar masing-
Gambar 2.20
Potongan Melintang Rencana Jalan Penghubung
Geometrik ruas jalan penghubung seperti yang terlihat pada gambar meliputi :
- Damaja : 12,50 meter
- Lebar Lajur : 8,00 meter
- Jumlah Lajur : 1 Lajur
- Bahu Jalan : 1,00 meter
- Drainase Jalan : 1,25 meter
Geometrik
ruas jalan
lokal/lingkungan seperti yang terlihat pada gambar meliputi :
- Damija : 8,50 meter
- Lebar Lajur : 4,00 meter
- Jumlah Lajur : 1 Lajur
- Bahu Jalan : 1,00 meter
- Drainase Jalan : 1,25 meter
2,50 m 2,10 m
Gambar 2.23
Potongan Saluran Drainase Sekunder Terbuka
Gambar 2.24
Potongan Saluran Drainase Sekunder Tertutup
Untuk itu perlu dilakukan pengujian sumur bor produksi terlebih dahulu atau lazim
disebut sebagal test well. Sumur uji sebaiknya diletakan pada daerah yang
memiliki keterdapatan air tanah yang baik/tinggi.
Bila diasumsikan setiap sumur bor produksi dapat menghasilkan debit sebesar 1.5
liter/detik atau 5,4 m3/jam, jika operasional sumur selama 8 jam sehari, maka
setiap sumur akan mendapatkan air bersih sebesar = 38.2 m3/hari.
Bila kebutuhan air bersih sebesar 317,95 m3/hari dan setiap sumur sumur
produksi dapat menghasilkan 38.2 m3/hari, maka diperlukan jumlah sumur bor
produksi sebanyak 8 (delapan) buah.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah di
Kawasan Arfai akan tetap dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan
setempat (on site system sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem
penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan
kuantitas dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapi dengan bidang resapan.
Mengingat penyedot WC (water closet) yang dilengkapi tangki septik tersedia
lahan yang cukup luas, maka dalam pengadaannya dibutuhkan berupa penyedot
WC.
Jumlah buangan air kotor diperkirakan sebesar 80% dari jumlah kebutuhan air
domestik. Limbah cair domestik (black water) diolah dengan menggunakan sistem
STP (Sewerage Treatment Plan) kemudian dialirkan ke saluran/sungai. Syarat
buangan (efluent) harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003. Untuk
memenuhi standar baku mutu di atas, maka air buangan yang harus mendapat
pengolahan adalah air buangan yang berasal dari toilet, yaitu closet dan urinoir,
serta dapur/kantin.
E. Jaringan Persampahan
Limbah domestik berasal dari semua aktivitas yang menghasilkan buangan limbah
padat yang lazim disebut sampah. Limbah domestik berupa garbage (sampah
organik) yaitu sampah berasal dari aktivitas perkantoran, jalan, daun dari
pepohonan, sisa buangan kantin dan sisa makanan pegawai. Selain itu dihasilkan
juga sampah anorganik berupa rubbish yang terdiri dari sisa plastik pembungkus,
kertas, kaleng bekas, gelas dan kaca pecah. Sesuai dengan Undang-Undang RI
No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, maka dilakukan pemilahan
Sampah
an organik
Truk sampah Dinas
TPS Kebersihan
Sumber Sampah
Dilakukan pengomposan oleh masyarakat sekitar Kota Manokwari
Pemilahan
Sampah organik
Estate Manajemen
Gambar 2.26
Bagan Alir
Jalur Pengelolaan Limbah
pengangkutan sampah PadatPembuangan Akhir (TPA) adalah melalui
ke Tempat
jalan arteri sekunder yang ada dan pengangkutan dilakukan minimal 1 kali sehari
dan diusahakan pada waktu lalulintas tidak sibuk/padat. Hal ini selain untuk
menghindari kemacetan juga untuk mengurangi gangguan polusi udara dalam
proses pengangkutan tersebut.
Tempat Sampah
Fungsi :
Menampung sampah dari sumber timbulan pertama dalam skala
kecil.
Menjaga kebersihan kawasan secara keseluruhan .
Menanamkan budaya bersih bagi masyarakat sekitar secara khusus dan
masyarakat luas pada umumnya.
Lokasi Penempatan :
Pada kavling perkantoran dan fasilitas umum lainnya.
F. Jaringan Listrik
Pada kawasan Arfai, sistem kelistrikan akan menyatu dengan Kota Manokwari
yang mengalirkan daya listrik yang dapat melayani penerangan rencana Kawasan
Pusat Pemerintahan dan sekitarnya.
Selain fasilitas utama berupa gedung kantor dan fasilitas lainnya, pada masing-masing
gedung juga akan dilengkapi dengan fasilitas fasilitas pendukung. Adapun fasilitas-
fasilitas pendukung yang direncanakan akan dibangun pada tiap bangunan antara
lain :
Tandon air bersih
Tandon hydrant
Ruang pompa
Gudang
Ruang genset
Ruang panel
Septick tank
Depo sampah/TPS
Jumlah total tenaga administrasi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta adalah 225
sedangkan untuk tenaga security dan Cleaning service diambil dari tenaga kerja lokal
melalui pihak ketiga jumlahnya sebanyak 89 orang. Sehingga jumlah total tenaga kerja
yang ada di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta adalah 636 orang.
4. Mahasiswa
Kegiatan operasional Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta utamanya
melibatkan mahasiswa yang terbagi menjadi beberapa fakultas dan program studi.
Jumlah mahasiswa yang ada di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ditunjukkan
oleh tabel berikut ini :
Berdasarkan tabel diatas total jumlah mahasiswa yang ada di kampus ISI Yogyakarta
sebanyak 4.261 orang. Kegiatan perkuliahan di kampus ISI Yogyakarta mengikuti
kalender akademik yang telah ditetapkan oleh universitas. Adapun Kalender Akademik
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015 ditunjukkan oleh
Tabel....... Berdasarkan Kalender Akademik tersebut masa perkuliahan aktif pada
bulan September Desember untuk semester ganjil dan bulan Februari Juni untuk
semester genap.
5. Sarana Utilitas
Utilitas yang ada di dalam kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta
meliputi operasional pengelolaan sampah, operasional STP, operasional
penyediaan air bersih dan operasional penyaluran air hujan.
No Jumlah
Uraian Jumlah Kebutuhan Kebutuhan Sumber Air
.
(m3/hari)
1. Karyawan, dosen 636 org 110 L/org/hr 69,96 Sumber Oto
dan PDAM
2. Mahasiswa 4.261 org 60 L/org/hr 255,66
(beli)
3. Asrama 504 org 250 L/org/hr 126,0
4. Kantin dan bisnis centre 25% keb total 112,82 Sumber Oto
dan PDAM
5. Masjid - - 56,4
(beli),
6. Pembersihan lantai - - 37,6 penampungan
air hujan
7. Penyiraman Tanaman - - 75,2
8. Cadangan Air/Hydrant 75,2
Jumlah 808,84
Sumber : Sofyan Moh. Noer Bambang dan Takeo Morimora, 1993 dan Hasil Perhitungan
Pemakaian Listrik
Sumber tenaga listrik yang utama diperoleh dari PLN (Gardu) dengan jaringan
sistem tegangan yang digunakan adalah 2200 KVA. Menurut SNI 03-1733-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, kebutuhan
daya listrik membutuhkan gardu listrik tersendiri. Selain sumber tenaga listrik dari
PLN disediakan pula sumber tenaga listrik darurat dari generator dengan tenaga
diesel yang akan melayani kebutuhan tenaga listrik pada waktu terjadi gangguan
pada jaringan distribusi milik PLN dan UPS. UPS (Unitteruptible Power Supply)
digunakan untuk mengatasi adanya selang waktu berfungsinya genset dan
terputusnya aliran PLN. Pemakaian sumber tenaga listrik darurat akan dilayani
oleh unit generator dengan sistem otomatis dan dapat beroperasi pada waktu
jaringan distribusi PLN padam.
Penyediaan Gas
Pelayanan gas melalui sistem perpipaan belum menjangkau lokasi tapak. Pada
saat ini kebutuhan gas dipasok melalui penjualan eceran dengan menggunakan
tabung Elpiji 12 kg..
Pengelolaan Sampah
Bak sampah dipilah menjadi tiga yaitu untuk sampah basah (sisa makanan,
sayuran, buah-buahan) dan sampah kering (kertas, plastik, logam, beling, kaleng,
dan lainnya) serta sampah B3 rumah tangga.
Dimanfaatkan
kembali oleh
pihak ke-3
Sampah
an
organik
Truk Petugas
Sumber TPS Kebersihan
Sampah Pemilahan Dilakukan sampah
UPT Kebersihan
pengomposan Pertamanan dan
oleh Pemakaman Kabupaten
masyarakat Bantu
sekitar
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 71
Sampah
organik
Estate
Gambar .2.6 Manajemen
Bagan Alir Pengelolaan Limbah Padat
Limbah cair domestik dialirkan melalui sistem perpipaan untuk diolah di septick
tank. Air buangan dan air hujan disalurkan secara terpisah melalui dua saluran
berbeda. Air hujan disalurkan melalui saluran terbuka, sedangkan air buangan
disalurkan melalui saluran tertutup atau pipa tertutup. Hal ini dilakukan untuk
mencegah timbulnya bau yang diakibatkan oleh air buangan dan pencegahan
penyebaran penyakit akibat kontak dengan vektor.
Limbah dari WC
Pengelolaan limbah dari WC menggunakan sistem on site, berupa septic tank.
Setiap KM/WC pada bangunan-bangunan di dalam kampus, memiliki septik
tank yang menampung limbah tinja dari WC. Untuk menangani tinja dari setiap
gedung, maka akan dilakukan pengolahan secara biologi
Jumlah buangan air kotor diperkirakan sebesar 80% dari Jumlah kebutuhan air
domestik. Limbah cair domestik (black water) diolah dengan menggunakan
sistem STP (Sewage Treatment Plan) kemudian di bersihkan secara berkala.
Limbah cair (grey water) dialirkan ke kali Ngireng-ireng . Syarat buangan
(efluent) harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sesuai Peraturan
Gubernur DI Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Baku Mutu Air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk memenuhi standar baku mutu di
atas, maka air buangan yang harus mendapat pengolahan adalah air buangan
yang berasal dari toilet yaitu closet dan urinoir serta dapur.
Pada analisis saluran drainase ini, aspek yang dibahas meliputi : pola saluran,
arah aliran air, tempat pembuangan air dan sistem saluran (saluran terbuka dan
tertutup). Air hujan yang dialirkan melalui saluran utama.
6. PengendalianTanggap Darurat
Menyediakan sistem tanggap darurat untuk pencegahan bencana dan
kecelakaan di lingkungan kampus.
Menempatkan alat pemadam kebakaran (fire extinguisher) di setiap ruangan
strategis, meliputi ruang yang potensial terjadi kebakaran
Menyediakan peralatan P3K sebagai langkah awal antisipasi terjadinya
kecelakaan kerja di lokasi kegiatan.
Bagi seluruh karyawan akan diikutkan dalam program Jaminan/Asuransi
Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan dari BPJS dan setiap 6 bulan sekali tenaga kerja
akan diperiksakan kesehatannya ke Poliklinik terdekat sebagai rujukan untuk
pemeriksaan kesehatan.
Penyediaan alat pemadam kebakaran (ringan dan menengah) serta pelatihan
tanggap darurat bahaya kebakaran.
Untuk lebih jelasnya mengenai ukuran kavling dan site plan dari rencana kegiatan
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.31 dan Gambar 2.17.
C 1 Dinas Pendidikan dan Pengajaran 84,37 71,47 6.030 50 1,2 50 2 3.015 3.015
2 Dinas Kesehatan 93,64 71,47 6.692 50 1,2 50 2 3.346 3.346
3 Badan Penelitian Teknologi Pertanian 89,69 79,85 7.162 50 1,2 50 2 3.581 3.581
4 Dinas Pendapatan Daerah 76,23 73,88 5.632 50 1,2 50 2 2.816 2.816
5 Badan Pertanahan Nasional 92,55 67,69 6.265 50 1,2 50 2 3.132 3.132
6 Badan Narkotika 80,48 76,22 6.134 50 1,2 50 2 3.067 3.067
7 Dinas Pemuda dan Olahraga 80,48 79,36 6.387 50 1,2 50 2 3.193 3.193
8 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 86,52 65,72 5.686 50 1,2 50 2 2.843 2.843
9 Dinas Pertanian, Peternakan dan 86,52 66,96 5.793 50 1,2 50 2 2.897 2.897
Ketahanan Pangan
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 77
Ukuran Kavling Ketinggia Luas RTH
KDH n Kawasan
KDB KLB
Blo Banguna Terbangu
No Nama Kantor
k n n
Panjan Lebar Luas
g (m) (m) (m2)
10 Fasilitas Umum dan Fasilitas 91,55 66,96 6.130 50 1,2 50 2 3.065 3.065
Sosial/Gedung PKK
11 Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset 91,55 65,72 6.017 50 1,2 50 2 3.008 3.008
Daerah (BKAD)
D 1 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) 67,23 65,73 4.419 50 1,2 50 2 2.210 2.210
2 Badan Pendidikan dan Pelatihan 68,96 67,23 4.636 50 1,2 50 2 2.318 2.318
(Badiklat)
3 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan 69,69 67,23 4.685 50 1,2 50 2 2.343 2.343
Daerah (Bapedalda)
4 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 69,69 67,26 4.687 50 1,2 50 2 2.344 2.344
5 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil 69,96 67,26 4.706 50 1,2 50 2 2.353 2.353
serta Menengah
6 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 68,26 65,72 4.486 50 1,2 50 2 2.243 2.243
7 Badan Kesatuan Bangsa dan 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
Perlindungan Masyarakat
8 Badan Pemberdayaan Masyarakat 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
9 Badan Pemberdayaan Perempuan 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
10 Dinas Sosial 55,09 40,35 2.233 50 1,2 50 2 1.111 1.111
11 Balai Budaya 215,40 126,60 27.27 50 2 50 2 13.635 13.635
0
12 Balai Juang / Veteran 107,70 85,77 9.237 50 2 50 2 4.619 4.619
13 Kantor Perpustakaan, Kearsipaan dan 107,70 85,77 9.237 50 2 50 2 4.619 4.619
Dokumentasi (PDE)
14 Kantor Lembaga Pengembangaan Jasa
Konstruksi Daerah (LPJKD)
15 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP)
Jumlah 285.9 151.383 134.547
30
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 78
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH)
Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua Barat II - 79
Gambar : 2.17
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan (Oktober 2014) sebagian dari kantor/dinas
sudah berjalan/beroperasi di wilayah kompleks pemerintahan Provinsi Papua Barat
tersebut. (lihat Tabel 2.32).
Tabel 2.32
Status Gedung Dinas/Instansi di Kompleks Kantor Pemerintahan Provinsi Papua
Barat