Anda di halaman 1dari 3

Antibakteri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Antibakteri adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan
mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan.
[1]
Mikroorganisme dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan
menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba
yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.[2].

Daftar isi
[sembunyikan]

1Kriteria

2Mekanisme Kerja

o 2.1Penghambatan sintesis dinding sel bakteri

o 2.2Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri

o 2.3Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri

o 2.4Penghambatan Sintesis Asam Nukleat Sel Bakteri

3Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas senyawa anti bakteri

4Jenis zat antibakteri berdasarkan aktivitasnya

o 4.1Bakteriostatik

o 4.2Bakterisida

5Contoh

o 5.1Antibiotik

6Lihat pula

7Referensi

Kriteria[sunting | sunting sumber]


Antibakteri hanya dapat digunakan jika mempunyai sifat tosik selektif, artinya dapat membunuh
bakteri yang menyebabkan penyakit tetapi tidak beracun bagi penderitanya. [1]

Mekanisme Kerja[sunting | sunting sumber]


Mekanisme kerja dari senyawa antibakteri diantaranya yaitu menghambat sintesis dinding sel,
menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan
menghambat sintesis asam nukleat dan protein.[1][3]
Penghambatan sintesis dinding sel bakteri[sunting | sunting sumber]
Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa diantaranya
adalah enzim transpeptida.[3] Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis
peptidoglikan terhambat.[3] Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas
penghambat enzim autolisis pada dinding sel.[3] Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada
lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya
tertutup oleh selaput sel yang rapuh.[3] Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja di
atas adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.[3]
Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri [sunting | sunting
sumber]
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang
dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat
mengendalikan susunan sel.[butuh rujukan] Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu
misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan
menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain
keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati.[3] Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol,
dan polien menunjukkan mekanisme karja tersebut.[3]
Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri[sunting | sunting sumber]
Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus aureus salah membaca
kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik).
[3]
Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat menghambat
sintesis protein sel bakteri.[3]
Penghambatan Sintesis Asam Nukleat Sel Bakteri[sunting | sunting sumber]
Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang
tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. [3]Umumya senyawa
penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam
tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang
direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.[3]

Faktor-faktor berpengaruh dalam aktivitas senyawa anti


bakteri[sunting | sunting sumber]
Aktivitas senyawa antibakteri dipengaruhi oleh pH, suhu stabilitas senyawa tersebut, jumlah
bakteri yang ada, lamanya inkubasi, dan aktivitas metabolisme bakteri.[1]

Jenis zat antibakteri berdasarkan aktivitasnya[sunting | sunting


sumber]
Berdasarkan aktivitasnya zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu bakteriostatik dan bakteriosida [1]
Bakteriostatik[sunting | sunting sumber]
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri (menghambat
perbanyakan populasi bakteri), namun tidak mematikan.[1][2]
Bakterisida[sunting | sunting sumber]
Adalah zat antibakteri yang memiliki aktivitas membunuh bakteri. [1] Namun ada beberapa zat
antibakteri yang bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisida pada
konsentrasi tinggi.[4]

Contoh[sunting | sunting sumber]


Struktur fenol sebagai antibakteri.

Contoh kelompok bahan antibakteri adalah fenol, alkohol, halogen, logam


berat, detergen, aldehida, dan kemosterilisator gas.[1] Dari sekian banyak contoh di atas,
senyawa fenol paling banyak digunakan karena senyawa tersebut tidak hanya terdapat pada
antibiotik sintetik, namun pada senyawa alam yang dikenal sebagai polifenol. [1] Apabila
digunakan bekerja dengan merusak membran sitoplasma secara total dengan mengendapkan
protein sel.[1] Akan tetapi bila dalam konsentrasi rendah , fenol merusak membran sel yang
menyebabkan kebocoran metabolit penting dan menginaktifkan bakteri. [1]
Antibiotik[sunting | sunting sumber]
Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan akhir-akhir ini adalah antibiotik.[5] Antibiotik
adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk
struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat
proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. [5] Penggunaan
antibiotik sebagai zat antibakteri juga mempunyai efek negatif seperti timbulnya resistensi bakteri
terhadap aktivitas kerja obat.[6]

Anda mungkin juga menyukai