Anda di halaman 1dari 27

Lampiran SK DIR No.1377/ SK-DIR / RS....... / XI/ .........

TENTANG PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN INFORMED CONSENT DI KAMAR OPERASI

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK

RSU BHAKTI YUDHA DEPOK

HAK DAN KEWAJIBAN STAF MEDIS BEDAH DAN ANESTESI

1. Hak Staf Medis Bedah


Mempunyai hak otonomi dalam menjalankan profesi kedokterannya.
Hak untuk menolak melakukan perawatan / tindakan terhadap pasien, kecuali pasien
dalam keadaan emergency.
Berhak mendapatkan fasilitas medis sesuai dengan standar Rumah Sakit
Berhak mendapatkan imbalan sesuai kebijakan Rumah Sakit.
Sesuai UU Kesehatan No. 23 th. 1992 pasal 53 ayat 1 :
Tenaga Kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya .
2. Kewajiban Staf Medis Bedah
Memberikan pelayanan kesehatan secara optimal pada pasien,
Dalam melakukan pembedahan, dokter bedah bertindak sebagai ketua tim operasi
Melakukan dan menerima konsultasi medis antar disiplin ilmu
Memberikan informed consent yang jelas kepada pasien atau keluarganya sebelum
operasi dilakukan
Menerima dan melakukan rujukan sesuai dengan kemampuan Rumah Sakit
Menentukan jenis operasi yang akan dilakukan
Bila memerlukan konsultasi pra, intra dan post bedah wajib mengkonsulkan kepada
disiplin yang terkait
Mengisi rekam medis setelah melakukan tindakan
Wajib melakukan visite pasca operasi dan menentukan kapan pasien harus
dipulangkan
Lampiran SK DIR No.1377/ SK-DIR / RS....... / XI/ .........
TENTANG PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN INFORMED CONSENT DI KAMAR OPERASI

3. Hak Staf Medis Anestesi


Berhak mendapatkan fasilitas medis sesuai dengan standar Rumah sakit
Berhak mendapatkan imbalan sesuai kebijakan Rumah Sakit
Sesuai UU Kesehatan No. 23 th. 1992 pasal 53 ayat 1 :
Tenaga Kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum. Dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

HAK DAN KEWAJIBAN STAF MEDIS BEDAH DAN ANESTESI

4. Kewajiban Staf Medis Anestesi


Melakukan evaluasi dan pelayanan pra anastesi
Menentukan jenis anastesi yang akan dilakukan
Memberikan pelayanan spesialistik anestesiologi
Menberikan training (pelatihan) anestesiologi
Memberikan perawatan pasca anastesi di ruang pulih sadar
Melakukan pengawasan pasca anastesi di ruang perawatan 1x 24 jam
Mengelola unit perawatan / terapi intensif
Memberikan pelayanan resusitasi kasus- kasus gawat darurat
Memberikan pelayanan pada kasus-kasus nyeri membandel
Pelayanan anestesiologi dan reanimasi dibawah tanggungjawab DSAn/DSAnK (24 jam
pertama)

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

KERJASAMA ANTAR DISIPLIN DI KAMAR OPERASI

Agar pelayanan di kamar operasi berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya kerjasama
tim yang terintegrasi sehingga pasien tidak merasa mendapatkan pelayanan terkotak-kotak,
dengan ini perlu ditetapkan kebijakan sistem kerjasama antar disiplin sebagai berikut :
1. Dokter operator adalah dokter bedah utama yang melakukan tindakan operasi
2. Operator merupakan kapten dalam suatu tindakan operasi yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan operasi
3. Konsultasi dapat dilakukan sesuai keputusan operator yang dapat dilakukan sebelum
operasi, intra operasi dan post operasi
4. Anggota tim operasi dapat memberikan masukan kepada operator mengenai
pelaksanaan tindakan operasi dengan tujuan untuk keselamatan pasien
5. Untuk kasus-kasus yang dianggap perlu oleh operator, maka operator berhak
melakukan pertemuan dengan timoperasi sebelum dan sesudah tindakan operasi
6. SMF medis yang terlibat dalam pelayanan kamar operasi dapat mengusulkan dan
menentukan alat dan bahan habis pakai untuk keperluan operasi yang diajukan kepada
kepala instalasi kamar operasi

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

PENDIDIKAN UNTUK KARYAWAN TENTANG PENGENDALIAN INOS

Guna meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit maka panitia pengendalian infeksi nosokomial mengadakan
diklat penyegaran untuk karyawan tetap baik medis maupun non medis :
1. Program diklat penyegaran pada karyawan tetap dilaksanakan setiap 2 bulan selama 1 hari panitia
orientasi karyawan baru dilaksanakan setiap 3 bulan sekali selama 2 hari dengan biaya operasional
Rumah Sakit.
2. Peserta pendidikan adalah karyawan tetap medis maupun non medis yang akan diberikan materi
pemantapan tentang standar precautions, cuci tangan, penggunaan APD, isolasi, SOP INOS serta
praktek lapangan oleh Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial.
3. Bagian diklat membuat laporan dan evaluasi hasil pendidikan kepada panitia pengendalian Infeksi
Nosokomial.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

PEMBUATAN LAPORAN DI KAMAR OPERASI

1. Laporan operasi harus dituliskan oleh operator di formulir Laporan Operasi.


2. Laporan operasi harus memuat tentang hal hal apa saja yang ditemukan selama
operasi
3. Di dalam laporan operasi dituliskan nama anggota Tim Operasi yang terlibat yang
meliputi nama operator, asisten operator, dokter operator, dokter anestesi, perawat
instrument dan perawat sirkulasi.
4. Instruksi pasca bedah dituliskan oleh dokter operator di lembaran catatan medik dokter.
5. Catatan jumlah kassa dan instrument operasi dituliskan di lembaran penghitungan
kassa dan instrument.
6. Bila dilakukan pemasangan drain, maka operator harus menuliskan lokasi pemasangan
drain, instruksi perawatan dan pencabutan drain di lembaran catatan medis dokter.
7. Untuk perawatan luka operasi, dokter menuliskan di lembar catatan medik dokter
tentang instruksi perawatan luka dan cara pembalutan.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

PEMERIKSAAN PRE OP VISITE


DALAM 24 JAM SEBELUM TINDAKAN

Dalam rangka menunjukan keamanan pasien yang direncanakan tindakan operasi, dari
keputusan Rapat Komite Medik mengenai pelayanan di kamar operasi perlu ditetapkan
kebijakan sbb :

Harus konsul anastesi sebelum operasi untuk rencana operasi elektif dirawat jalan
dan rawat inap.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

PELAYANAN ANESTESI

1. Semua tindakan anestesi harus dilakukan oleh dokter anestesi, termasuk tindakan
kuret, kecuali bila menggunakan neuroleptika.
2. Tim Anestesi terdiri dari dokter anestesi yang dibantu oleh perawat anestesi.
3. Dokter anestesi tetap berada dalam wilayah Instalasi Kamar Operasi selama tindakan
anestesi umum, anestesi regional (spinal) dan Monitored Anesthesia Care (MAC).
4. Selama anestesi berlangsung, tenaga anestesi memantau dan memberi pengelolaan
anestesi terhadap perubahan status pasien.
5. Jika terdapat bahaya langsung atau keadaan darurat, dokter anestesi dapat segera
menangani pasien.
6. Bila ada operasi simultan 3 operasi, maka dokter anestesi dapat didampingi oleh dokter
anestesi lain.
7. Jika dalam keadaan tertentu dokter anestesi harus meninggalkan instalasi kamar
operasi maka harus digantikan oleh dokter anestesi yang lain.
8. Dokter anestesi masih ikut bertanggungjawab atas keadaan pasien post operasi 24 jam
pertama.
9. Bila ada kasus khusus pada pasien yang akan dioperasi atau hal lain yang perlu
diketahui oleh dokter anestesi maka dokter operator akan memberitahukan kepada
dokter anestesi sehingga dapat dilakukan pre op visite.
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

10. Bila ada kegawat daruratan bayi baru lahir saat SC di kamar operasi, dokter jaga anak
dapat meminta bantuan dokter anestesi untuk melakukan intubasi.
11. Jadwal jaga dokter anestesi dan dokter anestesi pengganti/cadangan dibuat oleh
Bidang Pelayanan Medis yang diketahui oleh ketua SMF Anestesi.
12. Bila ada operasi cito dimana anestesi jaga tidak dapat dihubungi sebanyak 3 kali atau
tidak bisa hadir langsung akan dihubungin dokter jaga anestesi yang lain.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

DESINFEKTAN YANG DIGUNAKAN

Untuk meningkatkan mutu pelayanan RS.Bhakti Yudha maka Tim Pengendalian Infeksi
Nosokomial menetapkan desifektan yang digunakan di RS.Bhakti Yudha :

DESINFEKTAN PEMAKAIAN KEUNGGULAN KETERAMPILAN

Alkohol DTM, antiseptik kulit Kerja cepat, tanpa Menguap, inaktif oleh
resiko, tidak bahan organik, karet
berbekas mengeras

Steriside DTM, alat dialysis, Murah, kerja cepat. Korosif, inaktif oleh
dekontaminasi alat bahan organik, iritasi
dan permukaan, kulit dan mukosa
percikan darah

Formalindehide Terbatas, Tahan terhadap Karsinogesik, tosik,


dekontaminasi safety bahan organik iritan, bau menyengat

Glutaradehid DTT , endoskopi, alat Non korosif, steril Iritasi kulit & mukosa,
(Sterald. 30) terapi pernafasan, dalam 6-10 jam cepat inaktif jika
alat anestesi diencerkan & mahal

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

PENCATATAN / KEGAGALAN OPERASI

1. Bahwa apabila terjadi kecelakaan dan kegagalan di kamar operasi, maka petugas
kamar operasi yang bertugas pada saat itu akan melaporkan ke Kepala Instalasi OK
dan menyampaikan kepada Wadir Medis melalui bidang pelayanan medis untuk
klarifikasi mengenai kecelakaan tersebut.
2. Formulir kronologis disediakan di kamar operasi
3. Dokter operasi dan Kepala Instalasi Kamar Operasi bekerja sama dalam hal
pembuatan laporan kegagalan operasi.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
PELAYANAN STERILISASI

1. Kegiatan sterilisasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengendalikan kejadian Infeksi Nosokomial di RSU Bhakti Yudha Depok.
2. Kegiatan sterilisasi dilakukan di Unit Steril yang memproses semua bahan, peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medis di RS mulai dari
perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses
sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya.
3. Tujuan pelayanan sterilisasi antara lain:
a. Mengawasi proses sterilisasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
b. Mencegah infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas.
4. Kegiatan sterilisasi dilakukan oleh unit steril di kamar bedah dengan penanggungjawab
Kepala Instalasi Kamar Bedah RSU Bhakti Yudha Depok.
5. Kegiatan sterilisasi di lakukan dengan proses sterilisasi basah menggunakan outoclave
oleh unit steril di Kamar Bedah dengan penanggung jawab Kepala Instalasi Kamae
Bedah

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
MONITORING MUTU STERILISASI

Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Bhakti Yudha Depok maka ditetapkan
beberapa kebijakan:
1. Monitoring mutu sterilisasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memantau sterilisasi
yang dilakukan di RS
2. Kegiatan monitoring mutu sterilisasi dilakukan secara berkala oleh Panitia
Pengendalian Infeksi Nosokomial, dalam hal ini yang melakukan monitoring adalah
petugas surveilans bekerja sama dengan petugas kesehatan lingkungan RS.
3. Bentuk kegiatan monitoring mutu sterilisasi antara lain :
a. Pemeriksaan mikrobiologi alat yang sudah disterilisasi secara berkala
b. Pemeriksaan swab ruangan antara lain : OK, ICU secara berkala
c. Pemantauan secara visual yaitu dengan monitoring perubahan indicator tape pada
alat yang telah disterilisasi di autoclave
d. Pemeriksaan mikrobiologi alat umum seperti AC 2 (dua) kali dalam setahun dimana
sample diambil oleh surveyor lalu dikirim ke Lab Mikrobiologi.
4. Pemeriksaan kalibrasi dan pemeliharaan alat medis seperti autoclave dan alat umum
seperti AC dilakukan oleh tehnik Atem ( Alat Elektromedik ) RSU Bhakti Yudha
5. Hasil pemeriksaan dan pemantauan mutu sterilisasi di laporkan ke Ketua Panitia
pengendalian infeksi nosokomial yang selanjutnya dilaporkan ke Komite Medik dan
Direktur

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN STAF NON MEDIS DAN PARAMEDIS TENTANG
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

Kamar operasi mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya Infeksi Nosokomial karena
menyangkut tindakan pembedahan. Untuk itu perlu adanya kegiatan pelayanan yang
memperhatikan kaidah kaidah pencegahan infeksi nosokomial, maka dengan ini perlu
ditetapkan kebijakan menangani risiko terjadinya infeksi nosokomial.

1. Paramedis dan staf non medis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan
antiseptic.
2. Paramedis dan staf non medis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar
Precaution.

3. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim
Pengendalian Infeksi nosokomial

4. Melaksanakan semua ketentuan sesuai yang telah ditetapkan Tim Infeksi


Nosokomial, seperti prosedur isolasi, sterilisasi dll

5. Bila diperlukan, melakukan pemeriksaan kultur dan resistensi untuk mendukung


program Infeksi Nosokomial
Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN STAF MEDIS
DALAM KEGIATAN PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL

1. Staf medis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan antiseptik.


2. Staf medis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar Precautions.
3. Staf medis memberikan antibiotik untuk mengendalikan infeksi nosokomial sesuai
dengan kebutuhan.
4. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim
Pengendalian Infeksi Nosokomial.
5. Bila diperlukan melakukan pemeriksaan kultur dan resistensi untuk menentukan
jenis antiboatik yang akan di berikan.
6. Melaksanakan semua ketentuan sesuai yang telah ditetapkan Tim Infeksi
Nosokomial seperti prosedur Isolasi, Sterilisasi, dan lain-lain.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur

KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
MENGHILANGKAN EFEK EMOSIONAL DAN MEMBERI RASA AMAN
PADA PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI
Untuk menghilangkan efek emosional dan memberi rasa aman pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi maka ditetapkan kebijakan :
1. Sebelum melakukan tindakan operasi maka dokter operator harus melakukan
Informed Consent kepada pasien dan atau keluarganya sampai pasien mengerti.
2. Dokter Anestesi harus memberikan Informed Consent tentang jenis anestesi
yang akan diberikan sebelum anestesi dimulai.
3. Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan premedikasi di ruang
induksi jam sebelum pasien masuk kamar operasi oleh dokter anestesi
4. Untuk kasus- kasus tertentu sesuai ketetapan maka dilakukan pre op visite oleh
dokter anestesi untuk persiapan tindakan anestesi 24 jam sebelum tindakan
dilakukan.
5. Perawat memberikan penyuluhan tentang tindakan yang akan dilakukan dan
orientasi peralatan dan ruangan 15 menit sebelum tindakan anestesi dilakukan di
ruang operasi.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur

KEBIJAKAN
INFORMED CONSENT DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
1. RSU Bhakti Yudha kota Depok menetapkan kebijakan bahwa
persetujuan tindakan medis (informed consent) di Kamar Operasi
wajib dilakukan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ) kepada
pasien dan keluarga sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.

2. Semua tindakan medik yang akan dilakukan harus mendapat


persetujuan secara tertulis .

3. Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan


secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga sebelum tindakan
medis dilakukan tentang rencana dan hasil pelayanan yang diharapkan
dan resiko kejadian yang mungkin terjadi.

4. Bila DPJP digantikan dalam memberikan informed consent dengan


seorang dokter lain, maka dokter tersebut wajib berkolaborasi dengan
DPJP dan hal tersebut tertulis dalam formulir medis pasien yang
ditandatangan oleh dokter pengganti tersebut dan oleh DPJP bila ybs
bisa hadir.

5. Persetujuan tindakan kedokteran diberikan oleh pasien yang telah


berusia 21 tahun dalam keadaan sadar dan sehat mental atau telah
menikah (dianggap kompeten).

6. Bagi pasien yang menderita gangguan mental, persetujuan diberikan


oleh orang tua wali / wali / curator.

7. Bagi pasien yang tidak sadar / pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan
atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
8. Pasien/keluarga mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
Surat Ijin Operasi/Surat Ijin Tindakan Medis, kemudian ditandatangani
oleh dokter yang menjelaskan serta 2 orang saksi yaitu perawat dan
keluarga pasien.
9. Tim dokter yang lain seperti dokter anestesi juga wajib melakukan
informed consent tindakan pembiusan dan efek sampingnya kepada
pasien dan keluarganya sehingga dapat memberikan rasa aman dan
mengurangi efek emosional.
Dasar Informed consent adalah :
Hubungan dokter-pasien yang berdasarkan atas kepercayaan
Hak otonomi atau menentukan sendiri atas dirinya sendiri
Adanya hubungan perjanjian antar dokter pasien
Tujuan dari Informed Consent :
Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan
Memberi perlindungan hukum kepada dokter dan rumah sakit terhadap
akibat yang terduga dan bersifat negatif
Hak dan kewajiban secara yuridis
1. Kewajiban dokter :
Memberikan informasi selengkap-lengkapnya secara lisan terhadap
pasien, baik diminta maupun tidak
Setelah memberi penjelasan kepada pasien dan pasien setuju
keharusan meminta tandatangan dari pasien atau
keluarganya
2. Hak pasien :
Memperoleh informasi tentang penyakitnya dan
tindakan apa yang hendak dilakukan
Memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut
Memilih alternatif lain jika ada
Memperoleh persetujuan sebelum melakukan tindakan
medis
3. Kewajiban pasien
Memberikan informasi yang jelas kepada dokter tentang
penyakitnya
4 .Tanggung jawab Rumah Sakit
Ikut bertanggung jawab atas plaksanaan pemberian
persetujuan tindakan medis yang dilakukuan di rumahsakit
Formulir Informed Consent
1. Untuk operasi mempergunakan formlir surat pernyataan persetujuan
operasi
2. Untuk tindakan medic memperguakan fomlir surat pernyataan
persetujuan tindakan medik

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK

1. KEBIJAKAN PENJADWALAN OPERASI


Bahwa sebelum dilakukan tindakan, pasien sudah harus berada dirumah sakit 6
jam sebelumnya untuk operasi besar,dan operasi kecil 2 jam sebelumnya.
Bahwa penjadwalan operasi, baik cito maupun elektif dilakukan dokter operator
yang di koordinasikan dengan petugas kamar operasi
Penundaan operasi elektif dapat dilakukan apabila pada saat yang bersamaan
operasi cito harus dilakukan dengan pemberitahuaan oleh petugas Kamar
Bedah yang bertugas.
Pengaturan kamar operasi untuk kasus-kasus gawat darurat infeksi, dan operasi
elektif dilakukan oleh petugas kamar operasi yang bertugas pada saat itu.

2. KEBIJAKAN PEMERIKSAAN IDENTITAS PASIEN


Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi di kamar operasi harus dicatat
identitasnya secara lengkap dan jelas sesuai dengan identitas pasien.
Sebelum dilakukan tindakan operasi, pasien harus melakukan pemeriksaan rutin.
Apabila ditemukan kelainan pada pasien, maka pasien dikonsultasikan dengan
disiplin ilmu yang terkait.
3. KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFEKSI DAN PERLINDUNGAN DARI RISIKO
PENCEMARAN
Bahwa dilakukan bongkaran kamar operasi.
Bahwa ditetapkan batasan area steril/non steril
Mengganti baju khusus jika memasuki areal Instalasi Kamar Bedah
Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA DEPOK
PERLENGKAPAN PENUNJANG KAMAR OPERASI

1. Adanya alat temperatur dan kelembaban yang berada di dalam kamar bedah
2. Adanya instalasi gas medis yang dapat mendukung pelayanan di kamar operasi
3. Adanya pengisap lendir di kamar operasi dan tetap dapat bekerja jika sumber
listrik padam
4. Adanya stop kontak listrik yang ditempatkan di Kamar Bedah untuk mobilisasi
peralatan operasi
5. Setiap hari pelayanan umum bertanggung jawab mencatat persediaan dan
ketersediaan gas medis N2O dan O2.
6. Tersedianya UPS untuk memback up ketersediaan listrik

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur
PEMELIHARAAN DAN PEMANTAUAN RUTIN ALAT MEDIS DAN ALAT KESEHATAN

1. Dilakukan stock random terhadap obat-obatan yang ada di OK setiap 2 kali


dalam seminggu dengan bagian pengadaan obat.
2. Dilakukan stock opname terhadap ketersediaan obat setiap 1 bulan sekali.
3. Melakukan pengecekan fungsi alat-alat medis di kamar operasi scara
menyeluruh tiap minggu.
4. Tiap alat medis yang akan digunakan di cek 1 jam sebelum operasi
5. Kalibrasi dilakukan sebagai upaya pemeliharaan alat medis sehingga keamanan
pasien terjaga.

Disetujui oleh

Drg. Sjahrul Amri, MHA


Direktur

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA DEPOK


NOMOR :...................................................

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN
UNIT KAMAR BEDAH RSU BHAKTI YUDHA DEPOK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA DEPOK

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan acuan bagi kamar operasi dalam
perencanaan kegiatan maka perlu adanya kebijakan pengorganisasian
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Unit Kamar Bedah
maka perlu adanya kebijakan pelayanan Unit Kamar Bedah di RSU
Bhakti Yudha Depok
c. Dalam rangka melaksanakan standar pelayanan minimal di kamar
bedah yang mencakup pelayanan di Unit Kamar Bedah maka diperlukan
adanya kebijakan tentang Pengorganisasian dan pelayanan di Unit
Kamar Bedah
d. Bahwa pertimbangan pada butir a dan b, maka perlu adanya Keputusan
Direktur tentang Kebijakan Pengorganisasian dan Pelayanan di Unit
Kamar Bedah Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 Tentang
Praktek Kedokteran;
4.

M E M U T U S K AN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG KEBIJAKAN PENGORGANISASIAN DAN


PELAYANAN DI UNIT KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA DEPOK

KESATU : Penetapan kebijakan Pengorganisasian dan Pelayanan Unit Kamar Bedah


di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok

KEDUA :
Setiap Kegiatan dan atau pelayanan yang dilaksanakan di Unit Kamar
Bedah Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok wajib melaksanakan
pelayanan sesuai dengan kebijakan Pengorganisasian dan Pelayanan Unit
Kamar Bedah di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Depok
Pada tanggal :
DIREKTUR RSU Bhakti Yudha
Depok

Drg. Sjahrul Amri, MHA

Anda mungkin juga menyukai