PAB Kebijakkan & SK Kamar Bedah
PAB Kebijakkan & SK Kamar Bedah
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
Disetujui oleh
Disetujui oleh
Agar pelayanan di kamar operasi berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya kerjasama
tim yang terintegrasi sehingga pasien tidak merasa mendapatkan pelayanan terkotak-kotak,
dengan ini perlu ditetapkan kebijakan sistem kerjasama antar disiplin sebagai berikut :
1. Dokter operator adalah dokter bedah utama yang melakukan tindakan operasi
2. Operator merupakan kapten dalam suatu tindakan operasi yang bertanggung jawab
terhadap kegiatan operasi
3. Konsultasi dapat dilakukan sesuai keputusan operator yang dapat dilakukan sebelum
operasi, intra operasi dan post operasi
4. Anggota tim operasi dapat memberikan masukan kepada operator mengenai
pelaksanaan tindakan operasi dengan tujuan untuk keselamatan pasien
5. Untuk kasus-kasus yang dianggap perlu oleh operator, maka operator berhak
melakukan pertemuan dengan timoperasi sebelum dan sesudah tindakan operasi
6. SMF medis yang terlibat dalam pelayanan kamar operasi dapat mengusulkan dan
menentukan alat dan bahan habis pakai untuk keperluan operasi yang diajukan kepada
kepala instalasi kamar operasi
Disetujui oleh
Guna meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit maka panitia pengendalian infeksi nosokomial mengadakan
diklat penyegaran untuk karyawan tetap baik medis maupun non medis :
1. Program diklat penyegaran pada karyawan tetap dilaksanakan setiap 2 bulan selama 1 hari panitia
orientasi karyawan baru dilaksanakan setiap 3 bulan sekali selama 2 hari dengan biaya operasional
Rumah Sakit.
2. Peserta pendidikan adalah karyawan tetap medis maupun non medis yang akan diberikan materi
pemantapan tentang standar precautions, cuci tangan, penggunaan APD, isolasi, SOP INOS serta
praktek lapangan oleh Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial.
3. Bagian diklat membuat laporan dan evaluasi hasil pendidikan kepada panitia pengendalian Infeksi
Nosokomial.
Disetujui oleh
Disetujui oleh
Dalam rangka menunjukan keamanan pasien yang direncanakan tindakan operasi, dari
keputusan Rapat Komite Medik mengenai pelayanan di kamar operasi perlu ditetapkan
kebijakan sbb :
Harus konsul anastesi sebelum operasi untuk rencana operasi elektif dirawat jalan
dan rawat inap.
Disetujui oleh
PELAYANAN ANESTESI
1. Semua tindakan anestesi harus dilakukan oleh dokter anestesi, termasuk tindakan
kuret, kecuali bila menggunakan neuroleptika.
2. Tim Anestesi terdiri dari dokter anestesi yang dibantu oleh perawat anestesi.
3. Dokter anestesi tetap berada dalam wilayah Instalasi Kamar Operasi selama tindakan
anestesi umum, anestesi regional (spinal) dan Monitored Anesthesia Care (MAC).
4. Selama anestesi berlangsung, tenaga anestesi memantau dan memberi pengelolaan
anestesi terhadap perubahan status pasien.
5. Jika terdapat bahaya langsung atau keadaan darurat, dokter anestesi dapat segera
menangani pasien.
6. Bila ada operasi simultan 3 operasi, maka dokter anestesi dapat didampingi oleh dokter
anestesi lain.
7. Jika dalam keadaan tertentu dokter anestesi harus meninggalkan instalasi kamar
operasi maka harus digantikan oleh dokter anestesi yang lain.
8. Dokter anestesi masih ikut bertanggungjawab atas keadaan pasien post operasi 24 jam
pertama.
9. Bila ada kasus khusus pada pasien yang akan dioperasi atau hal lain yang perlu
diketahui oleh dokter anestesi maka dokter operator akan memberitahukan kepada
dokter anestesi sehingga dapat dilakukan pre op visite.
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
10. Bila ada kegawat daruratan bayi baru lahir saat SC di kamar operasi, dokter jaga anak
dapat meminta bantuan dokter anestesi untuk melakukan intubasi.
11. Jadwal jaga dokter anestesi dan dokter anestesi pengganti/cadangan dibuat oleh
Bidang Pelayanan Medis yang diketahui oleh ketua SMF Anestesi.
12. Bila ada operasi cito dimana anestesi jaga tidak dapat dihubungi sebanyak 3 kali atau
tidak bisa hadir langsung akan dihubungin dokter jaga anestesi yang lain.
Disetujui oleh
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
Untuk meningkatkan mutu pelayanan RS.Bhakti Yudha maka Tim Pengendalian Infeksi
Nosokomial menetapkan desifektan yang digunakan di RS.Bhakti Yudha :
Alkohol DTM, antiseptik kulit Kerja cepat, tanpa Menguap, inaktif oleh
resiko, tidak bahan organik, karet
berbekas mengeras
Steriside DTM, alat dialysis, Murah, kerja cepat. Korosif, inaktif oleh
dekontaminasi alat bahan organik, iritasi
dan permukaan, kulit dan mukosa
percikan darah
Glutaradehid DTT , endoskopi, alat Non korosif, steril Iritasi kulit & mukosa,
(Sterald. 30) terapi pernafasan, dalam 6-10 jam cepat inaktif jika
alat anestesi diencerkan & mahal
Disetujui oleh
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
1. Bahwa apabila terjadi kecelakaan dan kegagalan di kamar operasi, maka petugas
kamar operasi yang bertugas pada saat itu akan melaporkan ke Kepala Instalasi OK
dan menyampaikan kepada Wadir Medis melalui bidang pelayanan medis untuk
klarifikasi mengenai kecelakaan tersebut.
2. Formulir kronologis disediakan di kamar operasi
3. Dokter operasi dan Kepala Instalasi Kamar Operasi bekerja sama dalam hal
pembuatan laporan kegagalan operasi.
Disetujui oleh
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
PELAYANAN STERILISASI
1. Kegiatan sterilisasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mengendalikan kejadian Infeksi Nosokomial di RSU Bhakti Yudha Depok.
2. Kegiatan sterilisasi dilakukan di Unit Steril yang memproses semua bahan, peralatan
dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medis di RS mulai dari
perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses
sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya.
3. Tujuan pelayanan sterilisasi antara lain:
a. Mengawasi proses sterilisasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
b. Mencegah infeksi silang baik bagi pasien maupun petugas.
4. Kegiatan sterilisasi dilakukan oleh unit steril di kamar bedah dengan penanggungjawab
Kepala Instalasi Kamar Bedah RSU Bhakti Yudha Depok.
5. Kegiatan sterilisasi di lakukan dengan proses sterilisasi basah menggunakan outoclave
oleh unit steril di Kamar Bedah dengan penanggung jawab Kepala Instalasi Kamae
Bedah
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
MONITORING MUTU STERILISASI
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Bhakti Yudha Depok maka ditetapkan
beberapa kebijakan:
1. Monitoring mutu sterilisasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memantau sterilisasi
yang dilakukan di RS
2. Kegiatan monitoring mutu sterilisasi dilakukan secara berkala oleh Panitia
Pengendalian Infeksi Nosokomial, dalam hal ini yang melakukan monitoring adalah
petugas surveilans bekerja sama dengan petugas kesehatan lingkungan RS.
3. Bentuk kegiatan monitoring mutu sterilisasi antara lain :
a. Pemeriksaan mikrobiologi alat yang sudah disterilisasi secara berkala
b. Pemeriksaan swab ruangan antara lain : OK, ICU secara berkala
c. Pemantauan secara visual yaitu dengan monitoring perubahan indicator tape pada
alat yang telah disterilisasi di autoclave
d. Pemeriksaan mikrobiologi alat umum seperti AC 2 (dua) kali dalam setahun dimana
sample diambil oleh surveyor lalu dikirim ke Lab Mikrobiologi.
4. Pemeriksaan kalibrasi dan pemeliharaan alat medis seperti autoclave dan alat umum
seperti AC dilakukan oleh tehnik Atem ( Alat Elektromedik ) RSU Bhakti Yudha
5. Hasil pemeriksaan dan pemantauan mutu sterilisasi di laporkan ke Ketua Panitia
pengendalian infeksi nosokomial yang selanjutnya dilaporkan ke Komite Medik dan
Direktur
Disetujui oleh
KETENTUAN YANG HARUS DILAKUKAN STAF NON MEDIS DAN PARAMEDIS TENTANG
PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Kamar operasi mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya Infeksi Nosokomial karena
menyangkut tindakan pembedahan. Untuk itu perlu adanya kegiatan pelayanan yang
memperhatikan kaidah kaidah pencegahan infeksi nosokomial, maka dengan ini perlu
ditetapkan kebijakan menangani risiko terjadinya infeksi nosokomial.
1. Paramedis dan staf non medis dalam bekerja harus memperhatikan aseptic dan
antiseptic.
2. Paramedis dan staf non medis dalam bekerja harus melakukan prinsip Standar
Precaution.
3. Bila ada kecurigaan terjadinya infeksi nosokomial harus berkoordinasi dengan Tim
Pengendalian Infeksi nosokomial
Disetujui oleh
KEBIJAKAN
PELAYANAN DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
MENGHILANGKAN EFEK EMOSIONAL DAN MEMBERI RASA AMAN
PADA PASIEN YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI
Untuk menghilangkan efek emosional dan memberi rasa aman pada pasien yang akan
dilakukan tindakan operasi maka ditetapkan kebijakan :
1. Sebelum melakukan tindakan operasi maka dokter operator harus melakukan
Informed Consent kepada pasien dan atau keluarganya sampai pasien mengerti.
2. Dokter Anestesi harus memberikan Informed Consent tentang jenis anestesi
yang akan diberikan sebelum anestesi dimulai.
3. Pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan premedikasi di ruang
induksi jam sebelum pasien masuk kamar operasi oleh dokter anestesi
4. Untuk kasus- kasus tertentu sesuai ketetapan maka dilakukan pre op visite oleh
dokter anestesi untuk persiapan tindakan anestesi 24 jam sebelum tindakan
dilakukan.
5. Perawat memberikan penyuluhan tentang tindakan yang akan dilakukan dan
orientasi peralatan dan ruangan 15 menit sebelum tindakan anestesi dilakukan di
ruang operasi.
Disetujui oleh
KEBIJAKAN
INFORMED CONSENT DI KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
KOTA DEPOK
RSU BHAKTI YUDHA
DEPOK
1. RSU Bhakti Yudha kota Depok menetapkan kebijakan bahwa
persetujuan tindakan medis (informed consent) di Kamar Operasi
wajib dilakukan DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ) kepada
pasien dan keluarga sesuai dengan Standar Operasional Prosedur.
7. Bagi pasien yang tidak sadar / pingsan serta tidak didampingi oleh
keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan
atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
8. Pasien/keluarga mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
Surat Ijin Operasi/Surat Ijin Tindakan Medis, kemudian ditandatangani
oleh dokter yang menjelaskan serta 2 orang saksi yaitu perawat dan
keluarga pasien.
9. Tim dokter yang lain seperti dokter anestesi juga wajib melakukan
informed consent tindakan pembiusan dan efek sampingnya kepada
pasien dan keluarganya sehingga dapat memberikan rasa aman dan
mengurangi efek emosional.
Dasar Informed consent adalah :
Hubungan dokter-pasien yang berdasarkan atas kepercayaan
Hak otonomi atau menentukan sendiri atas dirinya sendiri
Adanya hubungan perjanjian antar dokter pasien
Tujuan dari Informed Consent :
Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang dilakukan
Memberi perlindungan hukum kepada dokter dan rumah sakit terhadap
akibat yang terduga dan bersifat negatif
Hak dan kewajiban secara yuridis
1. Kewajiban dokter :
Memberikan informasi selengkap-lengkapnya secara lisan terhadap
pasien, baik diminta maupun tidak
Setelah memberi penjelasan kepada pasien dan pasien setuju
keharusan meminta tandatangan dari pasien atau
keluarganya
2. Hak pasien :
Memperoleh informasi tentang penyakitnya dan
tindakan apa yang hendak dilakukan
Memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut
Memilih alternatif lain jika ada
Memperoleh persetujuan sebelum melakukan tindakan
medis
3. Kewajiban pasien
Memberikan informasi yang jelas kepada dokter tentang
penyakitnya
4 .Tanggung jawab Rumah Sakit
Ikut bertanggung jawab atas plaksanaan pemberian
persetujuan tindakan medis yang dilakukuan di rumahsakit
Formulir Informed Consent
1. Untuk operasi mempergunakan formlir surat pernyataan persetujuan
operasi
2. Untuk tindakan medic memperguakan fomlir surat pernyataan
persetujuan tindakan medik
Disetujui oleh
1. Adanya alat temperatur dan kelembaban yang berada di dalam kamar bedah
2. Adanya instalasi gas medis yang dapat mendukung pelayanan di kamar operasi
3. Adanya pengisap lendir di kamar operasi dan tetap dapat bekerja jika sumber
listrik padam
4. Adanya stop kontak listrik yang ditempatkan di Kamar Bedah untuk mobilisasi
peralatan operasi
5. Setiap hari pelayanan umum bertanggung jawab mencatat persediaan dan
ketersediaan gas medis N2O dan O2.
6. Tersedianya UPS untuk memback up ketersediaan listrik
Disetujui oleh
Disetujui oleh
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN
UNIT KAMAR BEDAH RSU BHAKTI YUDHA DEPOK
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan acuan bagi kamar operasi dalam
perencanaan kegiatan maka perlu adanya kebijakan pengorganisasian
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Unit Kamar Bedah
maka perlu adanya kebijakan pelayanan Unit Kamar Bedah di RSU
Bhakti Yudha Depok
c. Dalam rangka melaksanakan standar pelayanan minimal di kamar
bedah yang mencakup pelayanan di Unit Kamar Bedah maka diperlukan
adanya kebijakan tentang Pengorganisasian dan pelayanan di Unit
Kamar Bedah
d. Bahwa pertimbangan pada butir a dan b, maka perlu adanya Keputusan
Direktur tentang Kebijakan Pengorganisasian dan Pelayanan di Unit
Kamar Bedah Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 Tentang
Praktek Kedokteran;
4.
M E M U T U S K AN
KEDUA :
Setiap Kegiatan dan atau pelayanan yang dilaksanakan di Unit Kamar
Bedah Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok wajib melaksanakan
pelayanan sesuai dengan kebijakan Pengorganisasian dan Pelayanan Unit
Kamar Bedah di Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha Depok.
Ditetapkan di : Depok
Pada tanggal :
DIREKTUR RSU Bhakti Yudha
Depok