Anda di halaman 1dari 4

SEPASANG SAYAP

Sekelebat bayangan hitam melintas begitu saja di depan mataku. Tak begitu jelas apa tadi itu,
yang jelas, benda atau makhluk tadi memiliki bulu, bulu yang putih seputih salju.

Diriku kini berada di sebuah padang pasir sepi nan sunyi. Aku bahkan bisa mendengar
deru angin menerbangkan hamparan pasir, suara kakiku yang tengah berjalan serta suara
detak jantungku yang begitu keras. Sungguh, aku sangat takut sendiri. Ku harap ini Hanya
mimpi , mimpi seram di pagi hari.

Tak biasanya sang surya hanya menampakan sebagian dari dirinya dan sebagian lagi
bersembunyi di antara awan-awan sehingga pagi ini langit terlihat begitu suram.

Sebuah kamar tidur dengan buku-buku yang Berantakan serta baju yang berserakan.
Di bagian tembok terdapat poster Che Guevara yang terlihat miring, menggambarkan
keadaan kamar yang tak terbilang rapi itu.

Kringg... kriiiing... suara jam weker yang menggema seakan berusaha


membangunkan seseorang yang masih terbenam di selimut halusnya.

Seorang dalam kasur itu bergerak untuk berganti posisi. Tubuhnya enggan bangun, ia
masih ingin berlama-lama terbaring.

Bunyi jam weker makin keras, namun masih dihiraukannya. Matanya masih terpejam
rapat, tubuhnya masih berbaring enggan untuk terjaga.

Nampaknya jam weker itu belum menyerah. Suaranya makin keras hingga pria itu
menyerah lalu membuka matanya.

Pria itu bangun terduduk di atas ranjang. Rambutnya Berantakan dengan mata
setengah terpejam, sesekali ia masih menguap.

Si pria bangkit dengan gerakan malasnya. Ia berjalan terseret-seret dengan mata yang
masih setengah terpejam.

Ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba alangkah yang kedua. Ia meraba


punggungnya yang terasa ganjal.

sepertinya ada sesuatu yang aneh bergerak-gerak di punggungku... gumamnya


sekaligus menjadi kalimat pertamanya di pagi ini.

Di penuhi rasa penasaran, pria itu membuka bajunya hingga setengah telanjang. Ia
mendapati sepasang kulit bertulang lunak yang ditumbuhi bulu putih menempel di
pungungnya.

Mu...mustahil, manusia tidak mungkin punya sayap... ini tak masuk akal pria itu
begitu shock setelah mengetahui kenyataan bahwa dirinya memiliki sayap.
Memang ada sebuah teori yang mengatakan manusia dulunya merupakan bangsa
burung, namun fakta itu tentunya masih samar-samar kebenarannya. Pendapat yang paling
kuat tentunya teori bahwa manusia merupakan salah satu dari keluarga primata, tanpa sayap.

Manusia tidak memiliki sayap. Tak ada bukti sejarah yang mengatakan bahwa satu
saat manusia memiliki sayap, kecuali penggambaran dewa/dewi Yunani dengan sepasang
sayap putih di punggung.

Sang pria bersayap itu membuka lemari pakaiannya , ia mengambil sebuah perban
lalu melilitkannya miring vertikal lalu secara horizontal lurus.

Sepertinya sudah cukup ucap sang pria setelah memastikan tak satu pun yang ia
lupakan, padahal ia baru saja melupakan satu hal, yaitu mandi.

Sang pria memakai jas kerjanya, ia lalu langsung bergegas pergi bekerja dengan sayap
yang masih tertempel, namun keadaanya terlilit.

Di perjalanan menuji tempat kerja, aku melihat semua orang mentapku dengan
tatapan Ana, entah karena mereka tahu keanehanku atau karena sikapku yang aneh, yang jelas
aku benci mendapat tatapan demikian.

Saat sudah berada di kantor pun tak jauh berbeda, semua orang mentapku dengan
tatapan penuh pertanyaan yang tak tersampaikan. Hal itu mungkin disebabkan oleh sikap
anehku yang tak mengizinkan semua orang memperhatikan punggung. Sungguh, sayap yang
berada di punggungku ini nebgubah segalanya.

Buka saja bajumu...

Tidak ah... aku lebih nyaman seperti ini

Apa kau tak kepanasan ?

Tidak sama sekali

Pria tua berkaca mata yang kini hanya mengenakan singlet dan celana kantornya itu
memperhatikan keringat yang bercucuran di sekitar wajahku.

Zama, kau terlihat aneh hari ini, apa ada masalah ? ucapnya

Tidak sama sekali ucapku dengan wajah yang kurang meyakinkan


Ia kembali memperhatikanku. Setelah beberapa saat ia pun berlalu.

Hari-hari yang melelahkan di kantor. Zama terlihat tengah berjalan pelan dengan tas
punggungnya. Langkahnya terlihat berat, wajahnya terlihat muram, seharian ini dia memang
sedang banyak pikiran.

Saat ia tengah berjalan melewati tempat pembangunan gedung, terlihat kerumunan


manusia memadati tempat itu.

Apa yang terjadi ? gumamnya heran saat melihat beberapa orang berbondong-
bondong masuk pada kerumunan.

Seperti orang-orang yang lain, Zama memasuki kerumunan. Ia harus desakan dengan
orang-orang yang sama penasarannya.

Apa orang-orang itu baik-baik saja ?

Sudahkah pemadam dihubungi ?

Aku tak berani melihat, itu sangat mengerikan

Yang sedang mereka tonton dan bicarakan adalah seorang pekerja bangunan yang
tergantung tak berdaya, hampir jatuh.

Zama merasa iba melihatnya. Ia mulai berpikir tentang sesuatu yang bisa ia lakukan
untuk menyelematkannya.

Aku punya sayap! Aku bisa menyelamatkannya!! batinnya

Zama keluar dari kerumunan itu, ia lalu berlari dengan sisa tenaganya menuju gedung
yang masih setengah jadi itu. Terlihat sesuatu yang menonjol dibalik punggungnya. Sesuatu
itu memberontak keluar yang menyebabkan baju Zama robek di bagian belakang,
memperlihatkan sepasang sayap putih yang tengah mengepak bebas, berusaha mengangkat
tubuh Zama ke udara.

Perlahan langkah kakinya sudah tak menapak di tana, ia mulai berlari di atas udara.
Tubuhnya mulai terangkat dan ia mulai terbang melesat ke arah si pekerja.

Manusia bersayap ?

Mustahil!!!

Manusia tak mungkin punya sayap

Apakah dia dewa ?


Gumam orang-orang di kerumunan sambil mengarahkan kamera ponsel mereka ke
arah Zama yang tampil dengan sepasang sayapnya.

Si pekerja sudah tak bisa menahan beban tubuhnya. Dengan pasrah ia melepaskan
pegangan yang otomatis menyebabkan tubuhnya terjun ke bawah.

Greb!

Beruntung, Zama dengan tepat menangkap tubuh si pekerja. Sorak-sorak penonton


membahana. Kerumunan tadi mulai meneriakinya sebgai pahlawan.

Zama membawa pria itu ke puncak sebuah gedung. Pria itu masih memejamkan
matanya dan masih belum mengetahui keadaan sebenarnya.

Perlahan si pria membuka matanya...

Whoa!!! Apa kau malaikat ? dan dimana aku ?

Zama tak menjawab, ia malah kebalikan badan, membelakangi si pria yang masih
terheran-heran.

Satu hal yang ia pelajar dari kejadian ini adalah tidak semua keanehan yang kita
miliki merupakan kekurangan, melainkan dapat menjadi sebuah keistimewaan yang tak
dimiliki orang lain

Sepasang sayap Zama kembali mengepak, perlahan tubuhnya terangkat, ia kembali


terbang melesat ke angkasa, entah ke mana tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai