Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena

adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel

darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut

antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di

dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan

darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B.

Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B,

golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. (Alrasyid,

2010).

Golongan darah menurut sistem A-B-O dapat diwariskan dari orang tua

kepada anaknya. Land-Steiner dalam Suryo (1996) membedakan darah manusia

kedalam empat golongan yaitu A, B, AB dan O. Penggolongan darah ini

disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah).

Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan

A-B-O dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis

antigen selain antigen A-B-O dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi

darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi

Universitas Sumatera Utara


imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian

(Rasyid, 2010).

Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih

dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia merupakan satu contoh

dari alel berganda dari sebuah gen tunggal. Ada empat kemungkinan fenotip

untuk untuk karakter ini: Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O.

Huruf-huruf ini menunjukkan dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang

mungkin ditemukan pada permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang

mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B), kedua-duanya (tipe AB),

atau tidak sama sekali (tipe O).

Sekitar 85% orang-orang Eropa mempunyai golongan Rhesus Positif

(Rh Positif). Pada 15% sisanya, yang sel-selnya tidak diagglutinasikan (tidak

digumpalkan) disebut golongan Rhesus negatif (Rh negatif) (Budi, 2009).

Insidens yang mengalami Inkompatibilitas Rhesus (yaitu rhesus negatif)

adalah 15% pada ras berkulit putih dan 5% berkulit hitam, jarang pada bangsa

Asia. Rhesus negatif pada orang Indonesia jarang terjadi, kecuali adanya

perkawinan dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif. Pada wanita

Rhesus negatif yang melahirkan bayi pertama Rhesus positif, risiko terbentuknya

antibodi sebesar 8%. Sedangkan insidens timbulnya antibodi pada kehamilan

berikutnya sebagai akibat sensitisitas pada kehamilan pertama sebesar 16%.

Tertundanya pembentukan antibodi pada kehamilan berikutnya disebabkan oleh

proses sensitisasi, diperkirakan berhubungan dengan respons imun sekunder yang

timbul akibat produksi antibodi pada kadar yang memadai. Kurang lebih 1% dari

Universitas Sumatera Utara


wanita akan tersensitasi selama kehamilan, terutama trimester ketiga. (Darmawati,

2005)

Golongan darah yang berbeda yaitu A, B, AB dan O. ditentukan oleh

sepasang gen, yang diwarisi dari kedua orang tua. Setiap golongan darah dapat

dikenal dari zat kimia yang disebut antigen, yang terletak di permukaan sel darah

merah. Ketika seseorang membutuhkan transfusi darah, maka darah yang

disumbangkan haruslah sesuai dengan golongan darah tertentu. Kesalahan dalam

melakukan transfusi akan dapat menimbulkan komplikasi yang serius. (Australia

Red Cross, 2008).

Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan

mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk diketahui

dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta identifikasi pada kasus

kedokteran forensik seperti identifikasi pada beberapa kasus kriminal

(Azmielvita , 2009).

Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika

darah donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien,

protein spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan

mengikatkan diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel

darah yang disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh

resipien (Azmielvita, 2009).

Berdasarkan dari survey pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1

Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan, dari 10 orang siswa yang ditanyakan hanya

Universitas Sumatera Utara


3 orang saja yang mengetahui golongan darahnya, sedangkan 7 orang lagi tidak

mengetahui jenis golongan darahnya. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa

tertarik untuk mengetahui Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada

siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias

Selatan Tahun 2010.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada siswa

SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

Tahun 2010.

3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran golongan darah A-B-O dan Rhesus pada

siswa SMA Negeri 1 Teluk Dalam Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Nias

Selatan Tahun 2010.

4. Manfaat Penelitian

4,1. Bagi Siswa

Untuk menambah pengetahuan bagi para siswa agar mengetahui jenis

golongan darahnya.

4.2. Bagi Institusi Keperawatan

Sebagai bahan masukan untuk menambah kepustakaan dan acuan

untuk melanjutkan penelitian yang sejenis dan lebih mendalam dengan variable

yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara


4.3. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai jenis golongan darah dan

rhesusnya agar dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk peningkatan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai