Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN JEJARING INTERNAL RSU BHAKTI HUSADA

KRIKILAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
................................. 0 1/1
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :

Jejaring internal adalah jejaring antar semua unit yang terkait dalam
PENGERTIAN
menangani pasien TB di dalam RSU BHAKTI HUSADA KRIKILAN

Melakukan kordinasi di semua unit pelayanan yang terkait agar kegiatan


TUJUAN
penanggulangan TB bisa berjalan dengan lancar.

Kordinator di lakukan oleh tim TB DOTS RSU Bhakti Husada Krikilan


KEBIJAKAN
terhadap unit yang terkait yaitu poli umum,IGD rawat inap
laboratorium,radiologi dan farmasi.

1. Unit TB DOTS sebagai tempat penanganan seluruh pasien tuberkolosis


di rumah sakit dan pusat informasi tentang tuberkolosis,melakukan
kegiatan konseling, penemuan klasifikasi dan tipe, katagori
pengobatan,pemberian OAT,penentuan POM, follow up hasil
pengobatan dan pencatatan
2. Poli umum, IGD menjaring tersangka pasien TB, menegakkan
PROSEDUR diagnosis pengobatan serta menginformasikan atau mengirim pasien ke
unit DOTS.
3. Unit rawat inap melakukan dan penjaringan dan melaporkan ke unit
DOTS jika ada pasien yang dilakukan pengobatan dan perawatan TB.
4. Unit laboraturium dan unit radiologi melakukan kegiatan sebagai
sarana penunjang diagnostik.
5. Pencatatan dan pelaporan TB dilakukan oleh petugas TB DOTS.

Instalasi Gawat Darurat


Unit rawat jalan
Unit rawat inap
UNIT TERKAIT
Unit Laboraturium
Unit Radiologi
Unit farmasi
PEMBUATAN SEDIAAN HAPUSAN DAHAK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
........................ 0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :

Membuat hapusan dahak pada obyek glass (kaca sediaan) untuk diperiksa
PENGERTIAN
dibawah mikroskop

TUJUAN Menyediakan hapusan dahak yang baik & berkualitas untuk pemeriksaan

Spesimen dahak harus diberi nomor sediaan sesuai identitas pot dahak &
KEBIJAKAN
difiksasi untuk mencegah tertukarnya sediaan

(Dilakukan oleh analis terlatih)


1. Kaca sediaan dipegang kedua sisi untuk menghindari sidik jari pada
badan kaca sediaan.
2. Setiap kaca sediaan diberi nomor identitas sesuai dengan identitas pot
dahak dengan spidol permanen.
3. Nomor identitas sediaan terdiri 3 kelompok angka dan 1 huruf sebagai
berikut :
a. Kelompok angka I terdiri 2 angka, yaitu orang yang merupakan
nomor urut kota / kabupaten.
b. Kelompok angka II terdiri 2 angka yaitu 34 yang merupakan nomor
urut UPK
c. Kelompok angka III terdiri 3 angka misalnya 237yang merupakan
nomor urut sediaan & nomor register. Nomor urut sediaan dimulai
PROSEDUR
dengan nomor 001 tiap awal tahun.
d. Huruf A atau B atau C menunjukkan dahak sewaktu pertama, dahak
pagi & dahak sewaktu kedua
4. Buat sediaan hapusan dengan ose, urutan sbb :
a. Panaskan ose datas nyala api spiritus sampai merah & biarkan
dingin
b. Ambil sedikit dahak yang kental & kuning kehijauan (purulen)
memakai ose yang telah steril diatas
c. Oleskan dahak secara merata (jangan terlalu tebal & jangan terlalu
tipis) pada permukaan kaca sediaan dengan ukuran 2x3 cm
d. Masukkan ose ke dalam botol (berukuran 300-500 cc) yang berisi
pasir & alkohol 70% (setinggi 3-5cm diatas pasir), kemudian
digoyang-goyangkan untuk melepas partikel yang melekat pada ose
PEMBUATAN SEDIAAN HAPUSAN DAHAK
No. Dokumen No. Revisi Halaman
....................... 0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR ..
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
e. Setelah itu dekatkan ose tersebut pada api spiritus sampai kering
lalu dibakar pada api spiritus tersebut sampai membara.
f. Keringkan sediaan di udara terbuka, jangan kena sinar matahari
langsung atau diatas api selama 15-30 menit sebelum sediaan
hapusan tersebut di fiksasi.
g. Gunakan pinset untuk mengambil sediaan yang sudah kering pada
PROSEDUR sisi yang berlabel dengan hapusan dahak menghadap keatas.
h. Lewatkan diatas lampu spiritus sebanyak 3x ( 3-5 detik) untuk
fiksasi
5. Semua sediaan yang sudah difiksasi segera disimpan ke dalam kotak
sediaan untuk menghindari resiko pecah atau dimakan serangga &
terkontaminasi

UNIT TERKAIT Instalasi laboratorium


PEWARNAAN DENGAN METODE ZIEHL NEELSEN
DAN PEMBACAAN SEDIAAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
.......................... 0 1/3
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
1. Sediaan diwarnai dengan cara ziehl neelsen untuk melihat
mycobacterium tuberculose berbentuk batang & bersifat tahan terhadap
PENGERTIAN penghilangan warna dengan asam & alkohol.
2. Sediaan yang telah diwarnai & sudah kering diperiksa dibawah
mikroskop
1. Untuk melihat & mencari kuman mycibacterium tuberculose yang
KEBIJAKAN berbentuk batang & berwarna merah.
2. Menghitung jumlah BTA untuk menentukan tingkat penularan.
1. Pewarnaan sediaan dahak dengan metoda ziehl neelsen & harus ada
jarak setiap sediaan yang telah di fiksasi untuk mencegah
kontaminasiantar sediaan.
KEBIJAKAN
2. Hasil pembacaan dilaporkan dengan menulis positif atau negatif
dan memberi tanda centang () pada kotak yang sesuai tingkat / gradasi
positif
(Dilakukan oleh analis terlatih)
A. Pewarnaan sediaan dengan metode Ziehl Nielsen.
1. Letakkan sediaan dahak yang telah difiksasi pada rak dengan
hapusan dahak menghadap keatas.
2. Teteskan larutan carbol fuchsin 0,3% pada hapusan dahak sampai
menutupi seluruh permukaan sediaan dahak.
3. Panaskan dengan nyala api spiritus sampai keluar uap selama 3-5
menit, zat warna tidak boleh mendidih / kering, bila mendidih /
kering maka carbol fuchsin akan terbentuk kristal (partikel kecil)
yang dapat terlihat seperti kuman TB.
4. Singkirkan api spiritus, diamkan sediaan selama 5 menit
PROSEDUR 5. Bilas sediaan dengan air mengalir pelan sampai zat warna yang
bebas terbuang.
6. Teteskan sediaan dengan asam alkohol (Hcl alkohol 3%) sampai
warna merah fuchsin hilang
7. Bilas dengan air mengalir pelan
8. Teteskan larutan methylen blue 0,3% pada sediaan sampai menutupi
selirih permukaan
9. Diamkan 10-20 detik
10. Bilas dengan air yang mengalir pelan
11. Keringkan sediaan diatas rak pengering di udara terbuka (jangan
dibawah sinar matahari langsung)
PEWARNAAN DENGAN METODE ZIEHL NEELSEN
DAN PEMBACAAN SEDIAAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
........................ 0 2/3
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR ..
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
B. Pembacaan sediaan
1. Cari dahulu lapang pandang dengan objektif 10x
2. Teteskan 1 tetes minyak emersi diatas hapusan dahak
3. Periksa dengan menggunakan lensa okuler 10x & ojektif 100x
4. Carilah Basil Tahan Asam (BTA) yang berbentuk batang berwarna
merah
5. Periksa paling sedikit 100 lapang pandang atau dalam waktu kurang
lebih 10 menit, dengan cara menggeser sediaan seperti arah gambar
dibawah ini

>
<
>

PROSEDUR
6. Sediaan dahak yang telah diperiksa, direndam dalam xylol selama
15-30 menit lalu disimpan dalam kotak sediaan (bila menggunakan
arisol sedian dahak tak perlu direndam dalam xylol)

C. Pembacaan hasil
Pembacaan hasil pemeriksaan sediaan dahak dilakukan dengan
menggunakan skala IVATLD sbb :
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif
2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang ditulis jumlah
kuman yang ditemukan
3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut (+) atau
(1+)
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+)
5. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ atau (3+)
6. Bila ditemukan 1-3 BTA dalam 100 lapang pandang, pemeriksaan
harus diulang dengan spesimen dahak yang baru. Bila hasil tetap 1-
3 BTA hasilnya dilaporkan negatif. Bila ditemukan 4-9 BTA
dilaporkan positif.
PEWARNAAN DENGAN METODE ZIEHL NEELSEN
DAN PEMBACAAN SEDIAAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
.................... 0 3/3
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR .
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
7. Hasil bacaan harus dicatat di buku register laboratorium (TBOS),
PROSEDUR tiap catatan hasil bacaan diberi nomor register laboratorium sesuai
urutan tanggal pemeriksaan

UNIT TERKAIT Instalasi Laboratorium

RUANG ISOLASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di Rumah Sakit yang
PENGERTIAN merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain
ketika mereka mendapat perawatan medis.

Mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan


TUJUAN
mengurangi resiko terhadap pemberi layanan kesehatan.

Pasien dengan kondisi medis tertentu dan penyakit resiko infeksi menular
harus dirawat terpisah dari pasien lain saat mereka menerima perawatan
KEBIJAKAN
medis, sehingga tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit
melindungi pasien dan petugas kesehatan.
I. Ruang isolasi terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Ruang isolasi dengan tekanan udara negatif (Negative Preasure)
dimana tekanan udara di ruang isolasi negatif terhadap area
disekitarnya untuk mencegah penyakit-penyakit yang mudah
mengkontaminasi seperti Tuberkulosis, cacar air (varicela), herpes
zooster dan measles (rubella).
2. Ruang isolasi dengan tekanan udara positif (Positive Preasure)
dimana tekanan udara diruang isolasi positif terhadap sekitarnya
untuk melindungi pasien dari kontaminasi luar, seperti : pasien yang
memiliki sistem imun lemah pada pasien HIV dan pasien dengan
transplantasi sum-sum tulang belakang.
II. Syarat- syarat ruang isolasi
PROSEDUR 1. Pencahayaan, menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004
a. Intensitas cahaya 0,1 0,5 Lux dengan warna cahaya biru.
b. Ruang isolasi harus mendapat sinar matahari yang cukup.
2. Sirkulasi udara diatur berdasarkan prinsip tekanan yaitu tekanan
bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah
a. Ruang isolasi bertekanan negatif, dimana :
Udara di dalam ruang isolasi lebih rendah dari luar, sehingga
tidak ada udara yang keluar dari ruang isolasi sehingga udara
luar tidak terkontaminasi dari udara ruang isolasi.
Metoda pembuangan udara/sirkulasi udara digunakan sistem
sterilisasi denagn HEPA.

RUANG ISOLASI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
b. Ruang isolasi bertekanan positif, dimana :
Udara didalam ruang isolasi lebih tinggi dari udara luar
sehingga terjadi perpindahan udara dari dalam keluar ruang
isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak ada udara luar yang masuk
keruang isolassi tidak terkontaminasi udara luar.
KEBIJAKAN
Untuk memperoleh udara diruang isolasi sehingga
menghasilkan tekanan positif digunakan udara luar yang
sebelumnya telah di sterilisasi lebih dulu.
III. Pengelolahan limbah
Sama dengan pengelolaan limbah medis infeksium umumnya.

1. RAWAT INAP
UNIT TERKAIT
2. PPI RS

PEMERIKSAAN DAHAK SECARA MIKROSKOPIS LANGSUNG


No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 1/1
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :

Mengumpulkan Spesimen dahak dalam 2 hari kunjungan yang berurutan,


PENGERTIAN yaitu :sewaktu-pagi-sewaktu (S-P-S) untuk Diagnosa TB atau spesimen
dahak S-P saja untuk evaluasi pengobatan OAT.

1. Semua pasien TBC mendapatkan akses pelayanan DOTS yang


berkualitas mulai dari diagnosa yang akurat dan pengobatan yang
adekuat.
TUJUAN
2. Selain untuk menegakkan diagnosa juga untuk evaluasi perkembangan
pengobatan dengan OAT (konversi, akhir pengobatan).

1. Dalam Rumah Sakit diperlukan komitmen internal yang tinggi dari


semua pihak (Manajemen, dokter/spesialis dan staf lainnya).
2. Semua pasien TBC atau diduga TBC harus diperlakukan sesuai standar
KEBIJAKAN
strategi DOTS.
3. Mempercepat penemuan dengan diagnosis yang akurat dan
memberikan pengobatan yang adekuat pada semua pasien TBC.

6. Semua pasien tersangka TB di IRJA, IRNA dan IGD harus


diperiksakan 3 spesimen dahak, yaitu : S-P-S dalam waktu 2 hari.
7. Pengambilan dan pemeriksaan dahak dilakukan oleh petugas
Laboratorium.
8. Dahak sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat tersangka/suspek TB
datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang penderita suspek TB
PROSEDUR membawa sebuah pot dahak untuk pengumpulan dahak pagi bangun
tidur pada hari kedua.
9. Dahak pagi : dahak dikumpulkan dirumah pada pagi hari segera setelah
bangun tidur hari kedua. Pot berisi dahak dibawa dan diserahkan
kepada petugas Laboratorium.
10.Dahak sewaktu : dahak dikumpulkan oleh petugas Laboratorium pada
hari kedua saat penderita menyerahkan dahak pagi.

UNIT TERKAIT Laboratorium, IRJA, IRNA, Unit DOTS

HDL INTERNAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 1/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :

HDL Internal adalah jejaring yang dibuat di dalam Rumah Sakit yang
PENGERTIAN
meliputi seluruh unit/bagian/ SMF yang menangani penderita TBC.

1. Semua passien TB mendapatkan akses pelayanan DOTS yang


berkualitas mulai dari diagnosis yang akurat dan pengobatan yang
TUJUAN adekuat sesuai standar.
2. Menjamin kelangsungan dan keteraturan pengobatan pasien sehingga
mengurangi jumlah pasien yang putus berobat/mangkir.
1. Dalam keterlibatan Rumah Sakit diperlukan komitmen internal yang
tinggi dari semua pihak (manajemen, dokter spesialis/dokter umum dan
staf yang lainnya.
2. Semua pasien TBC atau diduga TBC harus didiagnosa dengan strategi
KEBIJAKAN
DOTS dan dilaporkan ke Unit DOTS serta mendapatkan KIE yang
tepat dan benar.
3. Semua pasien TBC mendapat pengobatan yang adekuat serta regimen
yang tepat sesuai standar DOTS dengan PMO yang tepat.
PROSEDUR 1. Pasien umum atau rujukan ke IGD, IRJA atau dari IRNA yang diduga
TBC (suspek) dilaporkan ke Unit DOTS dan dilakukan pemeriksaan
dahak BTA 3x S-P-S.
2. Dilakukan pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Radiologi).
3. Semua pasien TB IRJ diobati di klinik/UPK Penyakit Dalam dan UPK
Umum, kecuali kasus anak dapat diobati diklinik/UPK anak dan
melaporkan kegiatan ke Unit DOTS setiap harinya.
4. Ruang IRNA bisa melakukan diagnosa dan pengobatan TB sendiri
tetapi harus menggunakan standar DOTS dan dilakukan pencatatan
sesuai strategi DOTS dan dilaporkan ke Unit DOTS.
5. Apabila pasien IRNA atau IRJA adalah pasien TB yang sudah
mendapat pengobatan TB dari UPK Rumah Sakit lain/PKM, maka
pasien tersebut harus dianjurkan untuk meneruskan pengobatan TB-nya
di UPK/PKM sebelumnya (atau bila pasien TB rawat inap keluarga
mengambil OAT ke UPK/PKM sebelumnya) dan dilaporkan ke Unit
DOTS.

HDL INTERNAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
1. Dokter UPK.
2. IRJA.
3. IRNA.
UNIT TERKAIT
4. IGD.
5. Laboratorium.
6. Radogi.

TB-04

IGD Laboratorium

Pasien Poli Umum Radiologi


umum/rujukan

Poli IPD P.A

-===========ALUR IRNA

TB-06, 05, KIE

Surat Konsul

Unit DOTS
UPK lain
R.S

Farmasi
TB-05 TB-06, KIE
TB-03 TB-01, 02
R.M

PKMRS

HDL EKSTERNAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
HDL Eksternal adalah jejaring eksternal TB DOTS yang dibangun antara
pihak Rumah Sakit dengan Dinkes dan UPK tertentu yang menangani
PENGERTIAN
kasus TBC (PKM, RSUD, RS. Swasta, Klinik Perusahaan, dll) yang telah
melaksankan strategi DOTS.
1. Semua pasien TB mendapatkan akses pelayanan yang bermutu mulai
TUJUAN diagnosa, follow up sampai akhir pengobatan.
2. Terjaminnya kelangsungan keteraturan pengobatan, sehingga D.O <5%.
1. Komitmen yang tinggi dari semua pihak mulai dari Pemerintah Daerah,
Dinkes Propinsi/Kota/Kabupaten, Rumah Sakit, Organisasi Profesi,
Masyarakat dan semua pihak terkait lainnya.
2. Pelaksanaan HDl harus didukung Dinkes Kabupaten/Kota dan PKM
KEBIJAKAN
yang siap menangani rujukan dan pelacakan pasien TBC yang mangkir.
3. Diperlukan adanya jejaring internal maupun eksternal serta komunikasi
timbal balik dan validasi data bertingkat yang dilaksankan secara rutin
dan berkualitas.
1. UPK DOTS wajib mencatat pasien TB yang berasal dari luar wilayah
batas dan melaporkan ke Wasor TB masing-masing per SMS maksimal
2 hari dan secara tertulis tiap bulan dengan menggunkan format bantu
pasien pindah/mangkir.
2. Bila ada pasien TB yang pindah berobat ke UPK lain dan lintas batas,
maka :
a. Rujukan pasien/pasien TB yang belum diobati melampirkan form
yang diperlukan (TB-09, fotokopi TB-05 dan informasi lainnya).
b. Rujukan pasien/pasien TB yang sudah diobati:
Mendapat obat program (melampirkan TB-09, fotokopi TB-01
dan TB 05 serta sisa obat yang dibawakan).
PROSEDUR Mendapat obat paten (melampirkan TB-09, fotokopi TB-01 dan
TB-05 serta membawakan obat tersebut selama 1 minggu
kedepan). Rujuka pasien tersebut oleh UPK dilaporkan ke Wasor
masing-masing melalui SMS pada hari yang sama dan secara
tertulis setiap awal bulan berikutnya.
3. UPK yang menerima pasien pindahan mengirimkan balasan TB-09
bagian bawah ke UPK pengirim melalui Wasor dan bila pasien tersebut
sudah selesai pengobatan, UPK tersebut mengirimkan TB-10 melalui
Wasor masing-masing tiap awal bulan berikutnya.
4. UPK DOTS melaporkan bila ada pasien TB yang mangkir (2 hari tidak
datang ambil OAT) dari luar wilayah kepada Wasor masing-masing
maksimal 2 hari.

HDL EKSTERNAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
5. UPK tempat tinggal penderita mangkir melacak penderita tersebut dan
melaporkan hasilnya maksimal 5 hari setelah menerima informasi
melalui SMS kepada Wasor masing-masing.
6. Pasien TB yang berasal dari luar Kota Kediri :
a. Pasien mangkir atau rujukan : UPK DOTS melaporkan ke wasor
PROSEDUR masing-masing maksimal 2 hari.
b. Wasor Kota Kediri melaporkan kepada wasor tempat tinggal pasien
dan wasor Propinsi melalui SMS/E-mail maksimal 2 hari.
c. Wasor Propinsi mengingatkan Wasor Kota Kediri melalui SMS/E-
mail maksimal 2 hari.

1. Unit DOTS.
UNIT TERKAIT 2. Wasor Dinkes Kab Banyuwangi
3. PKM luar wilayah Kab Banyuwangi

KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
Suatu pelayanan pasien TB yang dicurigai beresiko terjangkit HIV/AIDS
atau pasien HIV/AIDS dengan gejala TB/batuk kronis akan diperiksa di
PENGERTIAN UPK Penyakit Dalam dan Unit DOTS serta dimotivasi untuk pemeriksaan
tes HIV dan dirujuk ke Rumah Sakit rujukan khusus untuk HIV/AIDS
yang mempunyai Poli VCT dan ART.
3. Program penanggulangan TB-HIV sangat diperlukan dalam upaya
pelayanan komprehensif untuk memperbaiki layanan diagnosa,
perawatan dan pencegahan bagi mereka yang hidup dengan HIV/AIDS
KEBIJAKAN
dan TB.
4. Menurunkan beban penyakit dalam masyarakat dengan cara
memperluas bidang layanan program TB dan program HIV.
3. Penyakit TB sering dijumpaim pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS
karena pada orang dengan HIV/AIDS kekebalan tubuhnya menurun
KEBIJAKAN
sehingga lebih mudah menjadi sakit TBC.
4. TBC merupakan penyebab utama pada HIV/AIDS/ODHA.
PROSEDUR 1. Dokter UPK/petugas terlatih mengidentifikasi faktor resiko yang ada.
2. Dokter UPK/petugas terlatih memberikan informasi mengenai kaitan
TB dengan HIV/AIDS.
3. Dokter UPK/petugas terlatih memprakarsai tes HIV pada pasien TB
yang beresiko.
4. Jika bersedia tes HIV penderita mengisi form yang ada.
5. Dokter UPK/petugas terlatih menyampaikan hasil kepada pasien :
a) Jika tes negatif :
Dokter/petugas menyampaikan hasil tes negatif.
Berikan pesan tentang pencegahan HIV/AIDS.
Disarankan kepada pasien dan pasangannya untuk dirujuk ke
Klinik VCT DKK untuk konseling pencegahan HIV lebih lanjut.
b)Jika tes positif :
Dokter/petugas menyampaikan hasil positif.
Berikan dukungan kepada pasien dalam menanggapi hasil tes.
Informasikan perlunya perawatan dan pengobatan HIV juga selain
sakit TB-nya.
Merujuk pasien dan pasangannya ke Klinik VCT DKK, untuk tes
HIV di VCT.
Informasikan cara pencegahan penularan.

KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/2
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
1. IRJA.
2. IRNA.
3. IGD.
UNIT TERKAIT
4. Laboratorium.
5. Radiologi.
6. Dinkes Kota.
Rujukan pasien TB suspek HIV
Rujukan pasien HIV suspek TB (10)

Pasien Rumah Suspek HIV/AIDS Pasien Rumah


Sakit/ Form faktor resiko Sakit/
rujukan Form rujukan TB-KTS Rujukan
dari luar Jawaban tertulis dari luar

ALUR UPK Penyakit Poli VCT


KOLABORASI TB- Dalam/ DKK
HIV Unit DOTS

Dahak S-P-S/ Suspek TB (10) VCT/


diagnosa/
diagnosa/ Form rujukan TB-KTS
terapi terapi
Jawaban tertulis RR-HIV
RR-TB pengobatan

KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 1/5
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
Suatu pelayanan pasien TB yang dicurigai beresiko terjangkit HIV/AIDS
atau pasien HIV/AIDS dengan gejala TB/batuk kronis akan diperiksa di
PENGERTIAN UPK Penyakit Dalam dan Unit DOTS serta dimotivasi untuk pemeriksaan
tes HIV dan dirujuk ke Rumah Sakit rujukan khusus untuk HIV/AIDS
yang mempunyai Poli VCT dan ART.
1. Program penanggulangan TB-HIV sangat diperlukan dalam upaya
pelayanan komprehensif untuk memperbaiki layanan diagnosa
perawatan, pencegahan dan dukungan bagi mereka yang hidup dengan
TUJUAN
HIV/AIDS dan TB.
2. Menurunkan beban penyakit dalam masyarakat dengan cara
memperluas bidang pelayanan program TB dan program HIV/AIDS.
1. Penyakit TBC sering dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS,
karena pada orang dengan HIV/AIDS kekebalan tubuhnya menurun
KEBIJAKAN
sehingga lebih mudah menjadi sakit TBC.
2. TBC merupakan penyebab utama pada HIV/AIDS/ODHA.
1. Dokter UPK/petugas baik IRJ dan IRNA terlatih untuk
mengidentifikasikan faktor resiko yang ada serta terlatih untuk
mendiagnosa mengenai kaitan TB dengan HIV/AIDS baik pasien
dengan tanda gawat maupun pasien rawat jalan.
2. Pasien TB dengan resiko HIV/AIDS atau pasien HIV/AIDS dengan
gejala TB/batuk kronis :
a. Tanpa tanda gawat (rawat jalan).
Proses diagnosa harus dipercepat bila HIV(+) atau kemungkinan
HIV(+) termasuk stadium HIV dan jumlah CD4 bila tersedia.
Jumlah kunjungan penilaian sampai saat diagnosa tidak boleh
melebihi 4 kunjungan dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan
untuk tes BTA.
PROSEDUR
Kunjungan I.
Tes HIV harus ditawarkan dan pemeriksaan dahak
dilakukan.
Bila BTA(+) harus diobati TB-nya.
Kunjungan II.
Bila BTA(+), pasien dilakukan pemeriksaan tes dahak
ulang, biakan dahak dan foto dada.
Penilaian klinis juga penting untuk menentukan dimulainya
terapi anti TB.
Penilaian HIV juga harus dilakukan dan terapi pencegahan
kotrimoxasol diberikan sesuai pedoman Nasional.
KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 2/5
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
PROSEDUR Kunjungan III.
Hasil pemeriksaan kunjungan II diatas harus sudah ada.
Pasien dicurigai TB harus diobati TB.
Pasien yang tidak diobati TB harus diberikan antibiotika
spektrum luas (bukan golongan fluoroquinolon) untuk
mengobati infeksi bakteri atau PCP (pneumoma
pneumocystisjiroveci).
Penilaian HIV harus dilakukan dan terapi pencegahan
kotrimoxasol diberikan sesuai pedoman Nasional.
Kunjungan IV.
Penilaian dan pemantauan klinis ditentukan.
Untuk pasien pengobatan antibiotika spektrum
luas/pengobatan PCP kewaspadaan terhadap TBC tetap
diperlukan.
Pasien pada terapi PCP/pneumoma bakteri yang
memberikan hasil tidak baik harus dinilai kembali kembali
baik klinis maupun bakteriologi untuk TB.
Bila tes HIV(+) pasien dirujuk ke Rumah Sakit dengan
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk perawatan HIV.
b. Pasien TB pada HIV/AIDS denagn tanda gawat (rawat inap).
Tanda gawat termasuk salah satu dari :
Frekuensi nafas >30x/menit.
Demam >39C.
Denyut nadi >120x/menit.
Tidak dapat berjalan kaki tanpa bantuan.
Pemeriksaan dalam kasus ini harus dilakukan pada waktu yang
sama bila memungkinkan untuk mempercepat diagnosis dan
mengurangi jumlah kunjungan.
Untuk negara dengan prevalensi orang dewasa HIV 1% diantara
pasien TB 5%.
Pasien sakit gawat dengan salah satu tanda gawat harus segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
Apabila rujukan langsung tidak memungkinkan, tindakan
berikut harus dilakukan :
Segera dimulai antibiotika spektrum luas secara intravena
untuk infeksi bakteri, pengobatan PCP harus
dipertimbangkan.
Ditawarkan melakukan tes HIV dan pemeriksaan BTA.

KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 3/5
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
Harus melakukan prosedur Universal Precaution yang
aman.
Bila tes HIV(-) atau kecurigaan HIV rendah, teruskan
penatalaksanaan pasien HIV(-) sesuai pedoman Nasional.
Bila tes HIV(+) atau kecurigaan HIV tinggi, mengikuti
Alogaritme :
(a) Diagnosis TB dipastikan dengan BTA dahak mulai
terapi TB, pengobatan Antibiotika harus diteruskan dan
diselesaikan.
PROSEDUR (b) Bila hasil BTA(-), evaluasi Antibiotika infus di nilai 3-5
hari setelah pengobatan. Bila tidak ada perbaikan terapi
TB harus dimulai pengobatan Antibiotika awal harus
diteruskan dan diselesaikan.
(c) Pasien harus dirujuk ke tingkat perawatan lebih tinggi
bila tidak memungkinkan terapi TB harus diselesaikan.
Bila rujukan ke tingkat perawatan lebih tinggi
dimungkinkan pasien harus ditatalaksanakan sebagai
gawat/darurat dan semua periksaan yang tersedia termasuk
tes HIV dan diagnosis TB harus diselesaikan.
1. IRJA.
2. IRNA.
3. IGD.
UNIT TERKAIT
4. Laboratorium.
5. Radiologi.
6. Rumah Sakit Rujukan.
KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 4/5
Ditetapkan oleh,
Kepala

Tanggal terbit
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
1. Alogaritme diagnosis TB dengan resiko HIV/AIDS
K Pasien rawat jalan dengan batuk 2-3
U
J
minggu dan tanpa tanda gawat
U
N Tes BTA dahak, tes HIV
G
A
N
HIV(+) / status tidak diketahui
I

K BTA (-)
BTA (+)
U
J
U
N
G
Obati TB Foto dada
A
N Profilaksis kotrimoksasol Tes BTA dahak ulang
TB mungkin
Penilaian HIV & Pembiakan (+),
II penilaian klinis (+)

ALUR
KOLABORASI TB- TB tidak mungkin
HIV K
U
J
U
N Obati untuk infeksi bateri
G Obati untuk PCP Penilaian HIV
A Penilaian HIV Profilaksis kotrimoksasol
N

III

K
U Perbaikan Tidak ada/sedikit perbaikan Perbaikan
J
U
N
G
A Nilai ulang TB
N Penilaian HIV (+)

IV
Rujuk pada
Perawatan HIV

KOLABORASI TB-HIV
No. Dokumen No. Revisi Halaman
0 5/5
Tanggal terbit Ditetapkan oleh,
Kepala

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :
========ALUR 2. Alogaritme diagnosis TB pada pasien HIV yang Sakit Gawat.
KOLABORASI TB-
HIV Pasien sakit gawat dengan batuk 2-3 minggu & ada
tanda gawat/darurat

Rujuk ke layanan Rujukan langsung tidak


kesehatan lebih tinggi memungkinkan

Pengobatan antibiotika perenteral Pengobatan antibiotika parenteral


Untuk infeksi bakteri Untuk infeksi bakteri
Tes BTA dahak & pembiakan dahak Pertimbangan terapi PCP
Tes HIV Tes BTA dahak & pembiakan
Foto dada Dahak, tes HIV

HIV(+) / tidak diketahui


Tidak ada TB Obati TB

BTA (+) BTA (-)

Perbaikan Tidak ada perbaikan


setelah 3-5 hari setelah 3-5 hari

Mulai terapi TB
Nilai ulang Selesaikan antibiotika
Untuk TB Rujuk untuk perawatan
HIV & TB

Tidak mungkin TB

Nilai ulang
Untuk penyakit
Lain terkait HIV

PENANGGULANGAN TB DENGAN STRATEGI DOTS


No. Dokumen No. Revisi Halaman
................................. 0 1/1
Tanggal terbit Ditetapkan oleh,
Kepala

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Zunita Ahmadah KD
Penanggulangan pasien TB adalah menemukan NIP pasien
: tersangka TB
dengan mendiagnosis melalui pemeriksaan dahak secara milroskopis
PENGERTIAN lansung mengobati dengan OAT jangka pendek di dukung dengan PMO,
memberikan penyuluhan dan memonitoring hasil pengobatan dengan
pencatatan dan pelaporan yang sesuai setandar,

Menemukan dan mengelola pasien TB memutuskan rantai penularan serta


TUJUAN
mencegah terjadinya MDR TB.

KEBIJAKAN Penanganan penyakit TB dilakukan dengan pedoman nasional


penanggulangan tuberkolosis kementrian kesehatan RI.

1. Dewasa
a. Mengkaji pasien yang termasuk suspek TB (misalnya batuk
berdahak lebihbdari 2 minggu)
b. Mencatat data pasien di TB 06
c. Memeerikan penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan
PROSEDUR dahak SPS di laboraturium.
d. Menganjurkan pasien untuk periksa dahak dengan
memberikan pengantar TB 05
e. Menuliskan hasil pemerisaan dahak SPS di TB 06 yang
telah di jawab oleh petugas lab di TB 05, pasien dinyatakan
TB paru yang harus diberi OAT.
2.
Instalasi Gawat Darurat
Unit rawat jalan
Unit rawat inap
UNIT TERKAIT
Unit Laboraturium
Unit Radiologi
Unit farmasi

PEMERIKSAAN JENJANG INTERNAL RSU BHAKTI HUSADA


KRIKILAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
................................. 0 1/1
Tanggal terbit Ditetapkan oleh,
Kepala

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. Zunita Ahmadah KD
NIP :

PENGERTIAN Pasien MDR adalah pasien yang telah resisten terhadap OAT kat-2

TUJUAN Mencegah penyebaran kuman TB yang resisten terhadap OAT

KEBIJAKAN Prosedur ini harus sesuai dengan buku pedoman nasional penanggulangan
tuberkolosis kementrian kesehatan RI.

a. Mengkaji pasien TB yangtermasuk suspek TB- MDR antara lain


PROSEDUR
1. Kasus kronik
2. Pasien TB tidak konfersi pengobat ulang katagori
Instalasi Gawat Darurat
Unit rawat jalan
Unit rawat inap
UNIT TERKAIT
Unit Laboraturium
Unit Radiologi
Unit farmasi

Anda mungkin juga menyukai