Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan
yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit
dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh keluarga. Secara empiris dapat dikatakan
bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat
berhubungan atau signifikan.
Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan
seorang individu yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan individu
tersebut. Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukan
identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Prioritas tertinggi keluarga biasanya
adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Keluarga menempati posisi diantara individu
dan masyarakat, sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga,
perawat mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan perawat harus memperhatikan nilai-
nilai dan budaya keluarga sehingga dapat menerima.

B. Tujuan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan keluarga dalam
meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan mereka sehingga status kesehatannya
meningkat dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga

Menurut Duvan dan Logan Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga.
Menurut Bailon dan Maglaya Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Menurut Departemen Kesehatan RI Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

B. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suam
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

C. Ciri Ciri Struktur Keluarga


a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.

D. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis :
Meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis :
Memberikan kasih sayang dan rasa aman
Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi :
Membina sosialisasi pada anak
Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak
Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi :
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang (pendidikan, jaminan hari tua)
e. Fungsi pendidikan :
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya
Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

F. Tugas Keperawatan Keluarga


Untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara.
Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan
yang ada

G. Peran Dan Fungsi Keperawatan Keluarga

a. Peran perawat keluarga

Dalam upaya memandirikan keluarga untuk merawat anggota keluarga, sehingga

keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas kesehatan sebagaimana yang

dikemukakan oleh friedman, yaitu diharapkan keluarga mampu mengidentifikasi 5

fungsi dasar yaitu : fungsi efektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan fungsi

perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang

sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan

dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas

perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan

keluarga adalah :

1. Edukator
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan

kepada keluarga agar : keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan

keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan

keluarga.Kemampuan pendidik ini perlu didukung kemampuan tentang

pemahaman bagaimana keluarga dapat melakukan proses belajar mengajar.

Secara umum tujuan proses pembelajaran adalah untuk mendorong prilaku sehat

atau mengubah prilaku yang tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin

dicapai adalah :
Pendidikan untuk peningkatan kesehatan dan penanganan penyakit

Membatu keluarga untuk mengembangkan keterampilan penyelesaian

masalah yang sedang dialami atau dibutuhkan

Disamping hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga juga melakukan

bimbingan antisipasi kepada keluarga sehingga dapat terwujud keluarga yang

sejahtera, bertanggung jawab memberikan pendidikan tentang keperawatan

keluarga dan tim kesehatan lain bila diperlukan.

2. Koordinator

Menurut ANA praktek keperawatan komunitas merupakan praktek

keperawatan yang umum, menyeluruh dan berlanjut. Keperawatan berkelanjutan

dapat dilaksanakan, jika direncanakan dan dikoordinasikan dengan baik.

Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat yang bekerja dengan

keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan perawatan lanjut di

rumah, maka perlu koordinasi lanjutan asuhan keperawatan di rumah. Program

kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada keluarga perlu pula

dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam penanggulangan.

Koordinasi diperlukan pada perawat berkelanjutan agar pelayanan yang

komperensif dapat tercapai.

3. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung


Kontak pertama perawat pada keluarga dapat melalui anggota keluarganya

yang sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik

maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan

langsung atau mengawasi keluarga memberikan perawatan pada anggota keluarga

yang sakit di rumah sakit, perawat memberikan perawatan langsung atau

demonstrasi yang disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu

melakukan di rumah, perawat dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga

melakukan peran langsung selama di rumah sakit atau di rumah oleh perawat

kesehatan masyarakat.

4. Pengawas Kesehatan

Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk

mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

5. Konsultan atau penasehat

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga didalam mengatasi masalah

kesehatan. Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus

bersikap terbuka dan dapat dipercaya dengan demikian keluarga mau meminta

nasehat kepada perawat tentang masalah pribadi. Pada situasi ini perawat sangat

dipercaya sebagai narasumber dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.

6. Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah

sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan

keluarga yag optimal.

7. Advokasi

Keluarga seringkali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di

masyarakat, kadang kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan,

sebagai advokat klien perawat berkewajiban melindungi hak keluarga, misalnya

keluarga dengan sosial ekonomi lemah sehingga keluarga tidak mampu


memenuhi kebutuhannya, perawat juga dapat membantu keluarga mencari

bantuan yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

7. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga didalam

menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Keluarga sering

tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada.

Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan didalam menggunakan

pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah sosial budaya. Agar dapat

melaksanakan peran Fasilitator dengan baik maka peran perawat komunitas harus

mengetahui sistem pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.

8. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan

penyakit atau wabah.

9. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan

yang sehat.

10. Fungsi Keperawatan Keluarga

Bagi profesional kesehatan keluarga, fungsi perawatan kesehatan

merupakan pertimbangan vital dalam keluarga. Untuk menempatkannya dalam

perspektif, fungsi ini adalah salah satu fungsi keluarga dan memerlukan

penyediaan kebutuhan-kebutuhan fisik : makan, pakaian tempat tinggal dan

perawatan kesehatan. Dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan sistem

dasar dimana prilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan dan

diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif

dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit. Lebih jauh lagi

keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan


mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para profesional perawatan

kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan

memelihara kesehatan. Keluarga melakukan praktek asuhan kesehatan baik untuk

mencegah terjadi gangguan atau merawat anggota yang sakit. Keluarga pula yang

menentukan kapan anggota keluarga yang terganggu perlu meminta pertolongan

tenaga profesional. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mepengaruhi tingkat kesehatan keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan

keluarga tentang sehat-sakit mempengaruhi prilaku keluarga dalam

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Misalnya sering ditemukan keluarga

yang menganggap diare sabagai tanda perkembangan, imunisasi menyebabkan

peyakit (anak menjadi demam), mengkonsumsi ikan menyebabkan cacingan.

Kesanggupan keluarga melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang

dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga.

KONSEP TONSILLITIS

KONSEP MEDIS

1. Pengertian
Tonsilitis kronik adalah tonsil yang dapat mengalami peradangan menahun. (M.A.
Handerson, Ilmu Bedah untuk Perawat, 1989).

2. Etiologi
Penyebab tonsillitis kronik sama dengan tonsillitis akut yaitu kuman golongan
atreptococcus hemolyticus viridans dan streptococcus pyogenes, tetapi kadang-kadang
kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah yang menahun (misalnya :
makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat, serta hygiene
yang buruk.

3. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari tonsillitis yaitu tonsil membesar dengan adanya hipertropi dan
jaringan parut.
Sebagian kripta tampak mengalami stenosis, tapi eksudat yang sering kali purulen.
Gambaran klinis lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil biasanya membuat
lekukan.
Biakan tonsilia dengan penyakit kronis biasanya menunjukan beberapa organisme yang
virulensinya relatif rendah.
Gejala tonsillitis kronik sebagai brikut
a. Keluhan sakit menelan, liur banyak.
b. Panas, sakit kepala, rasa sakit ditelinga
c. Tonsil warna merah dan membengkak.
d. Tonsil tampak bercak kecil dan sumbatan pada kripta (angila lakrimalis) pada
tonsillitis folio kuralis bercaknya besar.
e. Bercak tampak bergabung menjadi satu meluas sampai ke arkus varing.
f. Oedem pada arkus varing dan mungkin sampai palatum mole.
g. Sakit tekan pada limforadi.
h. Bercak dapat meluas keseluruh jaringan limfe dilingkaran welldeyer.

4. Patofisiologi
Pada tonsilitis kronik terdapat dua bentuk yaitu hipertroil dan aerotnsil karena proses
berulang, maka selain epitel mukosa terkikis, jaringan limfoik diganti oleh jaringan parut.
Jaringan parut ini sesuai dengan sifatnya akan mengalami pengerutan. Kelompok jaringan
limfoid mengerut, sehingga ruang antara kelompok melebar. Hal ini secara klinik tampak
sebagai pelebaran kriptus dan kriptus ini diisi oleh defritus. Proses berjalan terus,
sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan disekitar fosa
tonsillitis. Pada anak-anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe sub
mandibula.

5. Pathways
Tonsilitis berulang

Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis

Proses penyembuhan limfoid

Cicatrik
Tonsilitis kronik

Hipertropi & cicatrik mengkerut dan hiperemis


Pelebaran kripta timbul lekukan

Mengganggu Tonsil membesar & tonsil tetap kecil


nervus Pengangkatan jaringan
glasovaringeus tonsilektomi
adenopati reginal
gangguan
telinga nyeri menelan nyeri luka insisi
kesulitan
tengah bicara

potensial komplikasi
Resiko Resiko
Infeksi perdarahan

Input cairan < gangguan rasa


resti perubahan nyaman, nyeri
volume cairan input nutrisi Kerusakan
kurang dari resti prubahan nutrisi komunikasi
kebutuhan kurang dari kebutuhan verbal

6. Komplikasi
Tonsillitis yang tidak segera ditangani/diterapi dapat berkembang menjadi penyakit yang
berbahaya.
Komplikasi ke daerah sekitar tonsil berupa
a. Rinitis kronis
b. Sirositis
Komplikasi ke organ yang jauh dari tonsil seperti
Indokarditis Artritis
Miositis Nefritis, ufeisis
Iridoksitis Dermatitis
Pruritis Utikaria
Furun kilosis

7. Penatalaksanaan
Pengobatan dan perawatan yang diberikan pada pasien tonsillitis kronik adalah:
a. Tonsilektomi
b. Antibiotika, analgetika/anti panas
c. Makan-makanan yang lembut
d. Makanan yang pedas dan panas dilarang

TONSILEKTOMI
Indikasi tonsilektomi yang penting dapat diterima anak-anak adalah sebagai berikut :
1. Serangan tonsillitis berulang yang tercatat (walaupun telah diberikan penatalaksanaan
medis yang adekuat)
2. Tonsilitis berhubungan dengan streptococcus menetap dan patogenik (keadaan karier)
3. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap 6 bulan setelah infeksi mononucleosis
(biasanya pada dewasa muda)
4. Hiperplasia tonsil yang obstruksi

Kontra indikasi

1. Infeksi pernafasan bagian atas yang berulang

2. Infeksi sistemik

3. Asma

4. Tonus otot yang melemah

5. sinositus
KONSEP KEPERAWATAN

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap (Gebbie and Lavin, 1974) yaitu :
1. Pengkajian
2. diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan
pengkajian yang cermat untuk mengenali masalah klien, agar dapat memberikan arah
pada tindakan keperawatan.
Pengkajian data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi data-data dari
klien yang meliputi biopsikososial spiritual yang komprehensif. Data dapat dikumpulkan
dari berbagai sumber.
Data utama adalah pasien. Data-data tambahan yang dibutuhkan dapat diperoleh
dari sumber lain, missal : keluarga, tenaga kesehatan lain, catatan-catatan oleh tenaga
kesehatan yang tercatat dalam dokumentasi medis pasien dan hasil pemeriksaan
penunjang.

Adapun data yang diperoleh dari pasien tonsillitis :


Data Subyektif
a. Keluhan sakit menelan
b. Sakit kepala
c. Pasien sakit di telinga
d. Pasien sakit tekan di limfoid

Data Obyektif
a. Panas
b. Liur banyak
c. Tonsil tampak memerah
d. Tonsil bengkak
e. Oedema pada arkus faring

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan pre atau
post operasi tonsillitis antara lain :
a. Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan
masukan cairan sekunder terhadap nyeri saat menelan.
b. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan masukan sekunder terhadap nyeri saat menelan.
c. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik yang
berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang komplikasi,
penatalaksanaan nyeri, pengaturan posisi dan pembatasan aktivitas.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik terhadap
pembedahan.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah
berhubungan dengan kurangya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien
pulang.
g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan
post operasi takut tentang beberapa aspek pembedahan.
h. Resiko tinggi terhadap komplikasi, infeksi berhubungan dengan factor pembedahan

3. PERENCANAAN
Merpakan prioritas, hasil yang diharapkan dari pasien dengan kegiatan
keperawatan yang spesifik.
Beberapa diagnosa yang menjadi focus intervensinya adalah :
a. Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan
masukan cairan sekunder terhadap nyeri saat menelan.
Rencana tujuan
Klien dapat meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml
Rencana tindakan
Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu tubuh
Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa.
b. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan penurunan masukan sekunder nyeri saat menelan.

Rencana tujuan
Klien menunjukan nafsu makan
Rencana tindakan
Beri makanan porsi kecil dan sering atau makanan yang menarik untuk pasien.
c. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik yang
berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang komplikasi,
penatalaksanaan nyeri, pengaturan posisi dan pembatasan aktivitas.
Rencana tujuan
Klien dapat menggambarkan proses penyakit, penyebab-penyebab dan factor
penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
Rencana tindakan
Diskusikan aspek ketidalmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan
harapan kesembuhan.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
Rencana tujuan
Klien menyatakan nyeri hilang/terkontrol
Rencana tindakan
Pantau tanda-tanda vital
Berikan tindakan nyaman missal perubahan posisi, musik, relaksasi.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik terhadap
pembedahan.
Rencana tujuan
Klien berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam aktivitas.
tentukan tingkat bantuan yang diperlukan.
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien
pulang.
Rencana tujuan
Klien menyatakan mrngerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat
ketrampilan perawatan diri yang diperlukan, mengidentifikasi bagian-bagian yang
memerlukan perawatan.
Rencana tindakan
Ajarkan dan biarkan pasien merawat luka jika penggantian perlu dilakukan di
rumah.

g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan
post operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
Rencana tujuan
Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi,
melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi wajah rileks, kurang
bicara.
Rncana tindakan
Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi termasuk tes
laboratorium pra operasi, alas an status puasa.
h. Resiko tinggi terhadap komplikasi, infeksi berhubungan dengan factor pembedahan.
Rencana tujuan
Tidak ada infeksi
Tidak ada komplikasi
Rencana tindakan
Pantau suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka ketika melakukan perawatan.

4. IMPLEMENTASI
Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat terhadap pasien.
Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :
a. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.
b. Dokumenyasi intervensi dan respon klien.

5. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dan menentukan sejauh mana
tujuan dapat dicapai.
Evaluasi dilakukan dengan memakai criteria evaluasi, dengan melibatkan klien,
keluarga dan anggota tim kesehatan lain.
Evaluasi dikatakan berhasil apabila masalah sudah dapat diatasi dengan kata lain
tujuan sudah tercapai sesuai dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai