Anda di halaman 1dari 13

METODE GEOLISTRIK DAN

MAGNETIK
METODE GEOLISTRIK DAN MAGNETIK
A. PENDAHULUAN
Metode geofisika terbukti sangat membantu dalam pembukaan dan pengembangan
baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Survey metoda- metoda geofisika
dibawah ini membantu dalam eksplorasi dan pengembangan batubara melalui
pemetaan lapisan batubara secara kontinyu, struktur (patahan, lipatan), ketebalan dari
lapisan batubara, kedalaman dari lapisan batubara, keberadaan dari batubara terbakar dan
keberadaan dari pekerjaan-pekerjaan dibawah permukaan.
Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan
menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh
pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan
Savit, 1988).
Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam bumi.
Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis yang paling umum
digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan perbedaan di dalam bumi untuk
ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai lapisan tanah, berat jenis batuan dan
rembesan isi air, dan mutu air (Todd, 1959).
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif
dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh
bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur
respon yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi
gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan
elektromagnetik bumi serta radiasi radiokativitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan
dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.
Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampal seperti tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Beberapa Macam Metode Geofisika
Metode Parameter Yang Diukur Sifat Fisis Yang Diukur
Waktu tiba gelombang seismik pantul Densitas dan modulus elastisitas
Seismik atau bias, amplitudo dan yang menentukan kecepatan
frekuensi gelombang seismik rambat gelombang seismik
Variasi harga percepatan gravitasi bumi
Gravitasi Densitas
pada posisi yang berbeda
Variasi harga intensitas medan magnetik Suseptibilitas atau remanen
Magnetik
pada posisi yang berbeda magnetik
Resistivitas Harga resistansi dari bumi Konduktivitas listrik
Konduktivitas atau Induktansi
Elektromagnetik Respon terhadap radiasi elektromagnetik
listrik
Potensial Diri Potensial listrik Konduktivitas listrik
Metode elektromagnetik adalah metoda pendugaan bawah permukaan dengan
memanfaatkan sifat fisis bumi. Metoda elektromagnetik merupakan salah satu metoda
geofisika yang dapat digunakan dalam eksplorasi bahan tambang, terutama logam.
Kepekaan magnetik (susceptibility) yang dimiliki batuan merupakan karaketristik batuan
yang menggambarkan jumlah dari materi batuan yang dapat dirubah menjadi magnet.
Metode geolistrik merupakan metode pendugaan bawah permukaan dengan survey
geofisika dilakukan untuk tujuan eksplorasi sumber daya mineral, hidrokarbon, geothermal,
juga studi masalah lingkungan, dan geoteknik. Dengan demikian metode geolistrik
merupakan cabang dari metode geofisika yang menggunakan sifat sifat listrik dalam
rangka mendeteksi bawah permukan bumi.
B. METODE GEOLISRTIK
metode geolistrik tersebut juga terdiri dari berbagai macam metode tergantung pada macam
variable yang digunakan dalam iterprestasi. Reynolds ( 1997 ) membagi metode geolistrik
menjadi tiga, yaitu :
1. Metode tahanan jenis listrik
2. Metode potensial diri ( self-potential )
3. Metode polarisasi induksi.
Metode geolistrik dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui
elektroda dan mengukur beda potensial antara dua elektroda potensial dari arus yang
ditimbulkan. Harga potensial akibat injeksi arus dengan 1 elektroda pada medium homogen
setengah ruang (half-space)(Gambar 1), dinyatakan oleh:
Nilai potensial listrik sebagai respon dari dua elektroda merupakan

penjumlahan harga potensial dari masing-masing elektroda. Apabila jarak antara kedua elektroda
terhingga, maka potensial suatu titik di permukaan dipengaruhi oleh kedua elektroda, untuk P1
maka potensial yang diakibatkan elektroda C1 adalah :

Dimana potensial pada titik P1 akibat pengaruh elektroda C2

Kemudian didapat potensial pada titik P1

Untuk titik P2 dilakukan perhitungan yang sama sehingga akhirnya diperoleh beda potensial
antara kedua titik tersebut

Dari persamaan diatas diperoleh nilai resistivitas medium homogen


Dimana K adalah faktor geometri elektroda. untuk kasus medium non-homogen hasil
pengukuran dinyatakan dalam besaran resistivitas semu ( ),yang memberikan gambaran

kualitatif distribusi resistivitas bawah permukaan (Gambar 2).

Metoda Pengukuran Lapangan


Terdapat beberapa konfigurasi elektroda yang dijadikan metode pengukuran dalam survey
geolistrik. Pemilihan konfigurasi elektroda tergantung pada kondisi lapangan, kedalaman target
dan tujuan survey. Konfigurasi elektroda yang banyak digunakan diantaranya adalah, konfigurasi
Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi pole-dipole.
1. Konfigurasi wenner
Konfigurasi elektroda ini sering digunakan dan cukup popular untuk survey mapping dengan
maksud memetakan lapisan bawah permukaan secara lateral, dalam konfigurasi jarak
r1=r4=a dan jarak r2=r3=2a, nilai tahanan-jenis semunya
dapat diturunkan dari persamaan dimana.
besar faktor geometri untuk susunan elektroda Wenner sesuai dengan persamaan:
2. Konfigurasi Schlumberger
Pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger ini menggunakan 4 elektroda, masing-masing 2
elektroda arus dan 2 elektroda potensial (Gambar 4).
Tahanan jenis semu medium yang terukur dihitung berdasarkan persamaan (van Norstand et
al, 1966; Reynolds 1997; Telford et al, 1990)

Untuk konfigurasi Schlumberger, harga K dapat dihitung menggunakan persamaan:

3. Konfigurasi dipole dipole.


Konfigurasi dipole pada saat ini serimg digunakan dalam eksplorasi. Sumber daya mineral.
Dalam konfigurasi dipole dipole terdapat hubungan r 1 + r4 = 2nl, r2 = 2(n-1)l, r3 = 2(n+1)l.
Persaman potensial diperoleh dari konfigurasi dipole dipole sebagai berikut :
?V =

x(1+n(n+1)

+ n(n-1)

-2(n-1)(n+1)
Jadi tahan jenis semu diperoleh dari konfigurasi dipole dipole diperoleh sebagai berikut :

Diperoleh persaman tahan jenis untuk konfigurasi dipole-dipole adalah sebagai berikut :

C. METODE MAGNETIK
a. Gambaran Umum Metode Geomagnetik
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa
dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet
jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan.
Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik
yang dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral
maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap :
akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan
atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran
dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing.
Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi
topografi (terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan
data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang
diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat
kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas
magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam.
Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan
semakin banyak.
Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval
antar titik ukur 10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral
tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai
anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan
oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel.
Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode
gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga keduanya
sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari segi besaran fisika
yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus
mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi
hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih
menunjukkan sifat residual kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi
terhadap waktu lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui
darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek
benda-benda arkeologi.

Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur
Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.

Gambar I. Tiga Elemen medan magnet bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-
nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai
IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta
km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran
dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih
dari 106 km2..

2. Medan magnet luar (external field)


Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber
medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti
magnetite ( ), titanomagnetite ( ) dan lain-lain yang berada di kerak

bumi.
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah
variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik
induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi
batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang diperoleh dari
survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan
diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi
(Telford, 1976), sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

dengan : : medan magnet total bumi

: medan magnet utama bumi

: medan magnet luar

: medan magnet anomali

b. Metode Pengukuran Data Geomagnetik


Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan
magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission
Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total.
Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalahGlobal Positioning
System (GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi
bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit menjangkau
daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat
survei magnetik di lokasi
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan menggunakan peralatan
PPM, yang merupakan portable magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran
adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.

Tabel 2. Contoh form untuk mencatat data hasil pengukuran


Stasiun Waktu Posisi Geografis Kuat Keadaan
No
Pengukuran Tgl. Jam Bujur Lintang Tinggi Medan Lokasi
1
2

Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama


dilakukan adalah menentukan base station dan membuat station - station
pengukuran (usahakan membentuk grid - grid). Ukuran gridnya
disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan
pengukuran medan magnet di station - station pengukuran di setiap
lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi
harian di base station.

Pengaksesan Data IGRF


IGRF singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field. Merupakan
medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat
medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada saat
kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan
komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan koreksi untuk
menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik hasil pengukuran
dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik adalan anomali medan magnetik
(Hr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total
dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF
tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi dan
sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan pemodelan dan interpretasi.

c. Pengolahan Data Geomagnetik


Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik
lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu
hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu
pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang
akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan
dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu
terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi
harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai
variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang
akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
H = Htotal Hharian

2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi
dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar
dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika
nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat
dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik
total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis
yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan
sebagai berikut :

H = Htotal Hharian H0
Dimana H0 = IGRF

3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai
aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah
dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa
prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas
magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (Htop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya
persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska
sebagai

H = Htotal Hharian H0 - Htop


Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur dilapangan,
maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola
anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model
struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam
bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-
titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.

Reduksi ke Bidang Datar


Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka
data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi atau
dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan
data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang
datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang
datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent
layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).

Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses transformasi
data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada
pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah, yaitu
unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang berasal dari berbagai
sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi yang tidak terkait dengan
survei. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali
magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi
target survei magnetik ini.

Koreksi Efek Regional


Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target survei
selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang berasal dari
sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini
disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi anomali
medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang
bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali medan
magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional
adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta
kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan pola
lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.

d. Interpretasi Data Geomagnetk


Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu
interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau
struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang
dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda
magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi
yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis. Untuk
melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya
mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan
ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa digunakan yaitu pemodelan
dua setengah dimensi dan pemodelan tiga dimensi.
D. PENUTUP
Prinsip kerja pendugaan geolistrik adalah mengukur tahanan jenis (resistivity) dengan
mengalirkan arus listrik kedalam batuan atau tanah melalui elektroda arus (current electrode),
kemudian arus diterima oleh elektroda potensial. Beda potensial antara dua elektroda tersebut
diukur dengan volt meter dan dari harga pengukuran tersebut dapat dihitung tahanan jenis semua
batuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Anonim, 1992 dan Todd, 1980)

adalah tahanan jenis, 2 konstanta, V beda potensial, I kuat arus dan a adalah jarak elektroda
Metoda magnetik adalah suatu metoda pengolahan data potensial untuk mendapatkan
gambaran bawah permukaan bumi atau benda dengan karakteristik magnetik tertentu.
Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan magnet yang dimiliki batuan. Sifat
magnet ini ada karena pengaruh dari medan magnet bumi pada waktu pembentukan batuan
tersebut. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari susceptibilitas magnetik
masing-masing batuan. Benda-benda tersebut dapat berupa gejala struktur bawah
permukaan ataupun batuan yang bersifat magnetik. Umumnya eksplorasi geomagnet
merupakan preliminary survey untuk menentukan bentuk geometri dari cebkan, bentuk
basement, intrusi dan patahan.

Anda mungkin juga menyukai