Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Enzim merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai katalisator
dan dikenal sebagai biokatalisator. Enzim berperan sebagai katalisator yang mengkatalisis
reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sistem biologis. Enzim dapat mengkatalisis sebuah
reaksi seperti katalisator biasa, dan juga enzim tidak ikut bereaksi atau pun terurai menjadi
produk reaksi.
Tanpa adanya enzim, kehidupan yang kita kenal tidak mungkin ada. Sebagai
biokatalisator yang mengatur semua kecepatan semua proses fisiologis, enzim memegang
peranan utama dalam kesehatan dan penyakit. Meskipun dalam keadaan sehat semua proses
fisiologis akan berlangsung dengan cara yang tersusun serta teratur sementara homeostasis
akan dipertahankan, namun keadaan homeostasis dapat mengalami gangguan yang berat
dalam keadaan patologis.
Secara praktis, enzim banyak digunakan di berbagai bidang kegiatan. Produk yang
dihasilkan oleh enzim sangat spesifik sehingga dapat diperhitungkan dengan mudah. Enzim
menjadi primadona industri saat ini dan di masa yang akan datang karena melalui
penggunaannya, energi dapat dihemat dan akrab dengan lingkungan. Saat ini penggunaan
enzim dalam industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri kulit dan kertas di
Indonesia semakin meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi enzim?
2. Bagaimana struktur enzim?
3. Bagaimana nomenclature enzim?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi enzim.
2. Untuk mengetahui struktur enzim.
3. Untuk mengetahui nomenclature enzim.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Enzim
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk reaksi-reaksi kimia
didalam sistem biologi. Katalisator mempercepat reaksi kimia. Walaupun katalisator ikut
serta dalam reaksi, ia kembali ke keadaan semula bila reeaksi telah selesai. Enzim adalah
katalisator protein untuk reaksi-reaksi kimia pada sistem biologi. sebagian besar reaksi
tersebut tidak dikatalis oleh enzim.
Berbeda dengan katalisator nonprotein (H+, OH-, atau ion-ion logam), tiap-tiap enzim
mengkatalisis sejumlah kecil reaksi, biasanya hanya satu. Jadi enzim adalah katalisator yang
reaksi-spesifik karena semua reaksi biokimia perlu dikatalis oleh enzim, harus terdapat
banyak jenis enzim. Sebenarnya untuk hampir setiap senyawa organik, terdapat satu enzim
pada beberapa organisme hidup yang mampu bereaksi dengan dan mengkatalisis beberapa
perubahan kimia.
Walaupun aktivitas katalik enzim dahulu diduga hanya diperlihatkan oleh sel-sel yang
utuh (karena itu istilah en-zyme, yaitu, dalam ragi), sebagian besar enzim dapat diekstraksi
dari sel tanpa kehilangan aktivitas biologik (katalik)nya. Oleh karena itu, enzim dapt
diselidiki diluar sel hidup. Ekstrak yang mengandung enzim dipakai pada penyelidikan
reaksi-reaksi metabolik dan pengaturanya, struktur dan mekanisme kerja enzim dan malahan
sebagai katalisator dalam industri pada sintetis senyawa-senyawa yang biologis aktif seperti
hormon dan obat-obatan. Karena kadar enzim serum manusia pada keadaan patologik
tertentu dapat mengalami perubahan yang nyata, pemerikasaan kadar enzim serum
merupakan suatu alay diagnostik yang penting bagi dokter.
Enzim memegang peranan penting dalam proses pencernaan makanan maupun proses
metabolisme zat-zat makanan dalam tubuh. Fungsi enzim adalah mengurangi energi aktivasi,
yaitu energi yang diperlukan untuk mencapai status transisi (suatu bentuk dengan tingkat
energi tertinggi) dalam suatu reaksi kimiawi. Suatu reaksi yang di katalisis oleh enzim
mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah, dengan demikian membutuhkan lebih sedikit
energi untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Enzim mempercepat reaksi kimiawi secara
spesifik tanpa pembentukan hasil samping dan bekerja pada larutan dengan keadaan suhu dan
pH tertentu. Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, suhu dan pH (Pelczar dan Chan, 2005).
Enzim dapat diperoleh dari sel-sel hidup dan dapat bekerja baik untuk reaksi-reaksi yang
terjadi di dalam sel maupun di luar sel. Pemanfaatan enzim untuk reaksi-reaksi yang terjadi di
luar sel banyak diaplikasikan dalam dunia industri seperti industri makanan, deterjen,
penyamakan kulit, kosmetik, dll (Moon dan Parulekar, 1993). Pemanfaatan enzim dapat
dilakukan secara langsung menggunakan enzim hasil isolasi maupun dengan cara pemanfaatan
mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim yang diinginkan. Enzim dapat diperoleh dari
makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Beberapa contoh enzim protease
yang bersumber dari tumbuhan yaitu bromelin dari nanas, papain dari pepaya, lisozim dari putih
telur. Meskipun banyak sumber dapat menghasilkan enzim yang berasal dari hewan dan
tumbuhan, namun pemanfaatan mikroorganisme sebagai sumber enzim lebih banyak diminati,
karena enzim dari mikroorganisme dapat dihasilkan dalam waktu yang sangat singkat, mudah
diproduksi dalam skala besar, proses produksi bisa dikontrol, kemungkinan terkontaminasi oleh
senyawa-senyawa lain lebih kecil, dan dapat diproduksi secara berkesinambungan dengan biaya
yang relative rendah (Thomas, 1989).
Enzim sebagai suatu senyawa yang berstruktur protein baik murni maupun protein
yang terikat pada gugus non protein, memiliki sifat yang sama dengan protein lain yaitu :
a. dapat terdenaturasikan oleh panas,
b. terpresipitasikan atau terendapkan oleh senyawa-senyawa organic cair seperti etanol dan
aseton juga oleh garam-garam organic berkonsentrasi tinggi seperti ammonium sulfat,
c. memiliki bobot molekul yang relatif besar sehingga tidak dapat melewati membran semi
permeabel atau tidak dapat terdialisis (Poedjiadi, 1994).

B. Struktur Enzim
Enzim tersusun atas dua bagian yaitu bagian protein (apoenzim) dan bagian nonprotein
gugus prostetik). Gabungan antara aponzim dan koenzim disebut holoenzim. Pada umumnya
enzim tersusun dari protein. Protein penyusun enzim dapatberupa protein sederhana atau
protein yang terikat pada gugusan non-protein. Banyakenzim yang hanya terdiri protein saja,
misal tripsin.
Dialisis enzim dapat memisahkan bagian-bagian protein, yaitu bagian proteinyang
disebut apoenzim dan bagian nonprotein yang berupa koenzim, gugus prostetisdan kofaktor
ion logam. Masing-masing bagian tersebut apabila terpisah menjadi tidakaktif. Apoenzim
apabila bergabung dengan bagian nonprotein disebut holoenzim yangbersifat aktif sebagai
biokatalisator.Koenzim dan gugus prostetik berfungsi sama. Koenzim adalah bagian
yangterikat secara lemah pada apoenzim (protein). Gugus prostetik adalah bagian yangterikat
dengan kuat pada apoenzim. Koenzim berfungsi menentukan jenis reaksi kimiayang
dikatalisis enzim. Ion logam merupakan komponen yang sangat penting,diperlukan untuk
memantapkan struktur protein dengan adanya interaksi antar muatan.
C. Nomenclature Enzim
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai