Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk
yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik,
yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil seperti bakteri
dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop.
Mikrobiologi merupakan suatu istilah luas yang berarti studi tentang
organisme hidup yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang.
Mikrobiologi mencakup studi tentang bakteri (bakteriologi), virus (virologi),
khamir dan jamur (mikologi), protozoa (protozoologi), beberapa ganggang,
dan beberapa bentuk kehidupan yang tidak sesuai untuk dimasukkan ke
dalam kelompok tersebut di atas. Organisme yang berukuran mikro disebut
mikroorganisme. Mikroorganime hidup di segala tempat (tanah, air, udara,
makanan, pembuangan, dan pada permukaan tubuh). Keberadaan mereka
yang ada di segala tempat menyulitkan para mikrobiolog untuk memperoleh
suatu koloni mikroorganisme tertentu dan yang sejenis tanpa adanya
mikroorganisme lain yang mencampuri koloni tersebut. Kultur
mikroorganisme yang tersusun dari sel-sel sejenis (tunggal) disebut juga
sebagai kultur murni.
Di dalam alam yang sewajar wajarnya bakteri menemui zat zat
kimia yang menyebabkan dia sampai mati karenanya. Hanya manusia di
dalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat
zat yang dapat meracuni bakteri, akan tetapi tidak dapat meracuni diri sendiri
atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat zat yang menghambat
pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat antiseptic atau zat
bacteria static. Zat yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan
bakteri antara lain zat disenfektan dan zat antibiotik.
Zat antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat
memusnahkannya. Zat disenfektan adalah suatu senyawa kimia yang dapat
menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti
meja,lantai,dan pisau bedah. Faktor yang mempengaruhi aktifitas antimikroba
invitro antara lain adalah PH lingkungan, komponen komponen medium,
takaran inokolum, lamanya inkubasi dan aktifitas metabolism organisme.
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan
oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat secara
sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam
kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada awalnya antibiotika
diisolasi dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa antibiotika telah
didapatkan dari tanaman tinggi atau binatang.
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang
merugikan manusia. Obat yang digunkan untuk membasmi mikroba,
penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas
selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat
toksik untuk mikroba, tetapi relative tidak toksik terhadap hospes.
Antibiotika (L. anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang
dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau
menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia
relatif kecil. Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik
untuk menetapkan potensi suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa
tersebut terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai.
Berdasarkan atas sifat toksisitas selektifnya, maka anti mikroba ada
yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, misalnya untuk
bakteri yang disebut bakteriostatik dan ada pula yang bersifatmembunuh
mikroorganisme, misalnya untuk bakteri yang bersifat bakteriosida. Secara
historiis klasifikasi yang paling umum didasarkan sebagai berikut :
Berdasarkan struktur kimia, Aksi utamanya, Spektrum aktifitasnya, tempat
kerjanya, dan mekanisme kerja.
Oleh karena itu dilakukannya percobaan antimikroba dan oligodinamik
terhadap uji daya hambat mikroba untuk membantu mengidentifikasi daerah
hambat suatu zat anti mikrobial terhadap mikroorganisme. Dengan adanya zat
antimikrobial, pertumbuhan mikroorganisme yang bersifat pathogen dapat
dihambat dan dimatikan sehingga membantu manusia mengatasi penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, yaitu
bagaimana cara kerja pengujian oligodinamik dan zat antimikroba dalam
menghambat pertumbuhan mikroba?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri. Antibakteri dalam definisi yang luas adalah suatu zat yang
mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Antibiotik maupun
antibakteri sama-sama menyerang bakteri, kedua istilah ini telah mengalami
pergeseran makna selama bertahun-tahun sehingga memiliki arti yang
berbeda. Antibakteri biasanya dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan
untuk membersihkan permukaan dan menghilangkan bakteri yang berpotensi
membahayakan (Volk and Wheeler, 1993).
Antibakteri adalah jenis bahan tambahan yang digunakan dengan tujuan
untuk mencegah kebusukan atau keracunan oleh mikroorganisme pada bahan
pangan. Beberapa jenis senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah
iodium benzoat, senyawa fenol, asam-asam organik, asam lemak rantai
medium dan esternya, sulfur dioksida dan sulfit, nitrit, senyawa kolagen dan
surfaktan, dimetil karbonat dan metil askorbat. Antibakteri alami baik dari
produk hewani, tanaman maupun mikroorganisme misalnya bakteriosin
(Luthana, 2008).
Zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), baktei
static (menghambat pertumbuhan bakteri), dan germisidal (menghambat
germinasi spora bakteri). Kemampuan suatu zat antimikrobia dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya :
1. konsentrasi zat pengawet,
2. jenis, jumlah ,umur, dan keadaan mikrobia,
3. suhu,
4. waktu, dan
5. sifat-sifat kimia dan fisik makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah
komponen di dalamnya (Luthana, 2008).
Pengujian efektifitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa
besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi
mikroorganisme (Dart, 1996 Ayu, 2004). Berdasarkan sifat toksisitasnya
selektif, terdapat antibakteri yang bersifat menghambat dan membunuh bakteri
(Ganiswarna, 1995). Proses pengawetan telah ada sejak peradaban manusia.
Orang kuno menggunakan bahan yang ada di alam untuk mengawetkan bahan
pangan mereka, hal ini dilakukkan secara turun menurun. Penggunaan asap
telah digunakan untuk proses pengawetan daging, ikan dan jagung. Demikian
pula pengawetan dengan garam, asam dan gula telah dikenal sejak dulu kala.
Di abad modern mulai dikenal penggunaan bahan pengawet mengunakan
senyawaan kimia sintetis dengan tujuan untuk mempertahankan pangan dari
gangguan mikroba, sehingga bahan pangan lebih awet dan tidak merubah
tampilan dari bahan pangan tersebut (Hayati, 2009: 133).
Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk
menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan
pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap
dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan
antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau
membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba
patogen (penyebab keracunan pangan) (Syamsir, 2007).
B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Kimia/Anti Mikroba
1. Menggangu Pembentukan Dinding Sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen
lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga
menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya
akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh bentuk tak
terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang
terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih
hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat
melarut baik pada fase lipid dari membran bakteri.
Beberapa laporan juga meyebutkan bahwa efek penghambatan
senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada
dengan bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen
penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram
posiitif 90 persen dinding selnya terdiri atas lapisan peptidoglikan,
selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif
komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan,
selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein.
2. Bereaksi dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas
membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi
intraseluler, seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan
meyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein
sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada
membran sel.
3. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan
terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba,
sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah
besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga
aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung
lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif).
Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika
mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun
struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba. Gugus hidroksil (-
OH) dan gugus aldehid (-CHO) yang terdapat pada komponen aktif
rempah, menunjukan aktivitas antimikroba yang kuat. Mekanisme
penghambatannya yaitu Gugus hidroksil membentuk ikatan hidrogen
dengan sisi aktif enzim sehingga menyebabkan deaktivasi enzim.
Corner (1995) melaporkan bahwa pada konsentrasi 0,005 M alisin
(senyawa aktif dari bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim
sulfhidril. Minyak oleoresin yang dihasilkan dari kayu manis, cengkeh,
thyme, dan oregano dapat menghambat produksi ethanol, proses respirasi
sel, dan sporulasi khamir dan kapang.
4. Menginaktivasi fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat
(RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik
yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik
sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.

C. Pengendalian Mikroba dengan Bahan Kimia


Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh
mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat
yangdi-disinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan
menjadi :
1. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
a. Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan
anionik, kationik dan nonionik.
b. Golongan fenol.
2. Agen kimia yg merusak enzim mikroba.
a. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dan lain-lain
b. Golongan oksidator spt gol. halogen, hidrogen peroksida dan
formaldehid.
3. Agen kimia yang mendenaturasi protein
Agen kimiawi yg menyebabkanterjadinya koagulasi dan presipitasi
protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam
mengendalikan mikroba, yaitu :
a. Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi
konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat.
b. Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan
yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik.
c. Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten
dibandingkan yang tidak berkapsul dan berspora.
d. Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat
menurunkan efektivitas agen kimia.
e. pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah
seiring dengan perubahan pH. (Ilmiyati, 2011)
D. Mekanisme Zat Kimia/Antimikroba
Berbagai proses serta substansi yang banyak itu yang digunakan sebagai
sarana antimikrobial, bekerja menurut salah satu dari berbagai cara. Sangatlah
bermanfaat untuk mengetahui bagaimana tepatnya cara kerja tersebut dalam
menghambat atau mematikan mikroorganisme. Misalnya keterangan tersebut
dapat dimanfaatkan untuk menduga keadaan terbaik bagi penggunaan zat
tersebut terhadap jenis mikroorganisme mana zat antimicrobial tersebut dapat
bekerja paling efektif. Pengetahuan ini dapat juga membantu didalam
merencanakan pembuatan zat antimikrobial baru yang lebih efektif.
Secara umum, kemungkinan situs serangan suatu zat antimikrobial dapat
diduga dengan meninjau struktur serta komposisi sel mikroba (Gambar 1).
Suatu sel hidup yang normal mimiliki sejumlah besar enzim yang
melangsungkan proses-proses metabolik dan juga protein lainnya, asam
nukleat serta senyawa-senyawa lain. Membran semipermeabel (membrane
sitoplasmik) mempertahankan intergritas kandungan seluluar, membran
tersebut secara selektif mengatur keluar masuknya zat antara sel dengan
lingkungan luar. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi enzim.
Dinding sel merupakan penutup lindung bagi sel lain juga berpartisipasi di
dalam proses-proses fisiologis tertentu. Kerusakan pada salah satu dari situs
ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju pada
matinya sel tersebut. Perubahan-perubahan tersebut dicantumkan dibawah ini.

Gambar 1 : Bekerjanya beberapa antibiotik dan bahan kimia pengendali pada


sel bakteri. Gambar ini menunjukkan beberapa dari berbagai cara yang
digunakan oleh zat-zat antimicrobial dalam merusak sel mikroba. (Erwin F.
Lessel, penggambar). (Pelczar dan Chan,1988)

1. Kerusakan pada dinding sel. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.
2. Perubahan permeabilitas sel. Membaran sitoplasma mempertahankan bahan-
bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keuar masuknya bahan-
bahan lain. Membrane memelihara integritas komponen-komponen seluler.
Kerusakan pada membrane ini akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel.
3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat. Hidupnya suatu sel bergantung
pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan
alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini yaitu
mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa
dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat
kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) irefersibel (tak dapat balik)
komponen-komponen seluler yang vital ini.
4. Penghambatan kerja enzim. Setiap enzim dari berates-ratus enzim berbeda-
beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerhjanya
suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi
biokimiawi. Penghambatan inin dapat mengakibatkan terganggunya
metabolism atau matinya sel.
5. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. DNA, RNA dan protein
memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal
itu berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada
fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. (Pelczar
dan Chan,1988 : 456-458)

E. Ciri Ciri Ideal dan Pemilihan Bahan Kimia yang Digunakan sebagai
Antimikroba
Tidak ada satupun zat kimia yang terbaik bagi semua tujuan. Hal ini
tidaklha mengherankan bila mengingat berbagai ragamnya kondisi yang
diperlukan untuk memanfaatkan bahan kimia, perbedaan didalam cara
kerjanya, serta begitu banyaknya macam sel mikroba yang harus
dimusnahkan. Kalaupun ada suatu disinfektan ideal, maka zat tersebut
haruslah memiliki serangkaian sifat yang hebat pula. Tidaklah akan pernah
dijumpai satupun persenyawaan yang memiliki sifat-sifat demikian. Walaupun
demikian spesifikasi yang diuraikan dibawah ini dapat diusahakan untuk
dicapai pada penyiapan senyawa-senyawa antimicrobial baru dan haruslah
dipertimbangkan di alam evaluasi disinfektan yang digunakan untuk tujuan
praktis.
1. Aktivitas antimicrobial. Persyaratan yang pertama ialah kemampuan
substansi untuk mematikan mikroorganisme.
2. Kelarutan. Substansi itu harus larut dalam air atau pelarut-peralut lain
sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3. Stabilitas. Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan
beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh mengakibatkan
kehilangan sifat antimikrobialnya dengan nyata.
4. Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain. Idealnya,
persenyawaan itu harus bersifat letal bagi mikroorganisme dan tidak
berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
5. Kebersamaan (homogeneity). Di dalam penyiapannya, komposisinya harus
seragam sehingga bahan aktifnya selalu terdapat pada setiap aplikasi.
Bahan kimia murni memang seragam, tetapi campuran berbagai bahan
belum tentu serba sama.
6. Tidak bergantung dengan bahan organic. Banyak disinfektan bergabung
dengan protein atau bahan organik lain. Apabila disinfektan semacam itu
digunakan di dalam keadaan yang banyak mengandung bahan organik,
maka sebagian besar dari disinfektan itu akan menjadi aktif.
7. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh. Tidaklah perlu
menaikan suhu sampai diatas suhu yang biasanya dijumpai dilingkungan
tempat digunakannya senyawa itu.
8. Kemampuan untuk menembus. Kecuali bila substansi itu dapat menembus
permukaan, maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada situs
aplikasinya saja. Sudah barang tentu kadang-kadang memang hanya di
perlukan aksi permukaan.
9. Tidak menimbulkan karat dan warna. Senyawa itu tidak boleh karat sebab
bila tidak demikian maka akan menimbulkan cacat pada logam, dan tidak
boleh minimbulkan warna atau merusak kain.
10. Kemampuan menghilangkan bauk yag kurang sedap. Kemampuan suatu
zat mendisinfeksi juga sambil menghilangkan bau tidak sedap merupakan
sifat yang dikehendaki. Yang ideal ialah bila disinfektan itu sendiri tidak
berbau atau hendaknya berbau sedap.
11. Ketersediaan dan biaya. Senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar
dengan harga yang pantas. (Pelczar dan Chan,1988 : 487-488)
F. Pengertian Zona Hambat
Zona penghambatan adalah diameter daerah dimana tidak ada
pertumbuhankoloni di sekitar kertas cakram yang ditandai dengan adanya
zona bening/hambat. (Diniyah, 2010)

G. Uji Sensitivitas (Aktivitas Antimicrobial)


Uji sensitivitas dilakukan untuk menentukan:
1. Potensi zat antimikrobial
2. Konsentrasi dalam cairan tubuh
3. Kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu
Penentuan nilai-nilai ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua
metode yaitu pengenceran dan difusi. (Jawetz: 1996)
Pada metode pengenceran, sejumlah obat anti mikroba tertentu
dicampurkan pada pembenihan bakteri yang cair atau padat. Kemudian
pembenihan tersebut ditanami dengan bakteri yang diperiksa dan diinkubasi
pada metode difusi digunakan pada paper dish yang mengandung obat dalam
jumlah tertentu, lalu ditempatkan pada pembenihan yang telah ditanami
dengan biakan tebal mikroorganisme yang diperiksa. Setelah pengeraman
garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai
ukuran kekuatan hambatan obat terhadap mikroorganisme yang diperiksa.
(Jawetz: 1996)

Zona sensitivitas (Pelczar dan Chan, 1988:503)


a. Cara mengukur luas zona hambat
Cara mengukurnya yaitu dengan mengukur zona hambat yang
terpanjang sebagai d1, kemudian ukur daerah hambat yang terpendek
sebagai d2, kemudian d1 ditambah d2 lalu dibagi dua (dirata-rata).
(Alonemisery, 2010). Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram.
Cara kerja :
1) Inokulasikan E. coli dan Bacillus sp. Pada NA cawan sengan streak
kontinyu.
2) Kertas cakram steril dicelupkan ke dalam larutan disinfektan alkohol
50%, betadin. Setelah diangkat, sisa tetes larutan yang berlebihan pada
kertas cakram diulaskan pada dinding wadah karena dikhawatirkan
larutan akan meluas di permukaan agar jika larutan terlalu banyak.
3) Kertas cakram diletakkan dipermukaan agar dengan pinset. Tekan
dengan pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.
4) Inkubasi selama 48 jam pada 37 0C.
5) Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya
kerja berbagai disinfektan.

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
A. Hari/Tanggal : Kamis,
B. Waktu : 13.00 WIB s.d Selesai
C. Tempat Penelitian : Laboratorium Biologi Kampus II STKIP YPM
Bangko
3.2. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Kertas Cakram 1.
2.

3.3. Prosedur Kerja


A. Penarikan dan penentuan Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah sampel
ikan asin. Ikan asin didapatkan dengan cara membelinya di pasar baru
Bangko. Sampel yang digunakan terdiri dari lima sampel yang berbeda
dan masing-masing dibeli dari tempat yang berbeda pula. Sampel ini
nantinya yang akan diidentifikasi jenis mikroba yang ada pada ikan asin.

B. Cara Kerja
1. Pengujian Zat Desinfektan dengan Kertas Cakram
a. Diinokulasikan E. coli dan Bacillus sp. pada N cawan dengan streak
kontinyu.
b. Dicelupkan kertas cakram ke dalam larutan desinfektan (Alkohol
70%, Lysol 5%, betadine, dan hipoklorit 5%). Setelah diangkat, sisa
tets larutan yang berlebihan pada kertas cajram diulaskan pada
dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan meluas
dipermukaan agar jika larutan terlalu banyak.
c. Diletakkan kertas cakram dipermukaan agar dengan pinset. Tekan
dengan pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada
agar.
d. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya
kerja berbagai desinfektan.
3.4. Analisis Data
3.5. Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Da
4.2. Pembahasan

Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi

mikroba pada manusia. Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat

menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba. Sedang antibiotika adalah

senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh


fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat

perkembangan bakteri dan organisme lain.

Antibakteri atau antimikroba dapat membunuh atau menghambat aktivitas

mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas

beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan

penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan

peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan

sebagainya.

Mikroorganisme penghasil antibiotik meliputi golongan bakteri,

aktinomisetes, fungi, dan beberapa mikroba lainnya. Kira-kira 70% antibiotik

dihasilkan oleh aktinomisetes, 20% fungi dan 10% oleh bakteri. Streptomyces

merupakan penghasil antibiotik yang paling besar jumlahnya. Bakteri juga banyak

yang menghasilkan antibiotik, terutama Bacillus. Namun kebanyakan antibiotik

yang dihasilkan bakteri adalah polipeptida yang terbukti kurang stabil, toksik, dan

sukar dimurnikan. Antibiotik yang dihasilkan fungi pada umumnya juga toksik,

kecuali grup penisilin.

Sumber mikroorganisme penghasil antibiotik antara lain berasal dari tanah,

air laut, lumpur, kompos, isi rumen, limbah domestik, bahan makanan busuk, dan

lain-lain. Namun kebanyakan mikroba penghasil antibiotik diperoleh dari mikroba

tanah, terutama streptomyces dan jamur. Tanah merupakan tempat interaksi

biologis yang paling dinamis dan mempunyai lima komponen utama, yaitu

mineral, air, udara, zat organik, dan organisme hidup dalam tanah antara lain

bakteri, aktinomisetes, fungi, algae, dan protozoa. Untuk memperoleh antibiotik

baru, banyak dilakukan pencarian strain penghasil antibiotik terutama


streptomyces dari habitat tanah. Selain sumber alam, juga banyak dilakukan

variabilitas genetik intra-strain sebagai sumber penghasil antibiotik baru.

Di lingkungan tanah yang mendapat aerasi cukup, bakteri dan fungi akan

dominan. Sedangkan lingkungan yang mengandung sedikit atau tanpa oksigen,

bakteri berperanan terhadap hampir semua perubahan biologis dan kimia pada

lingkungan tanah.

Pada dasarnya antimikroba dibagi menjadi 2 macam, yaitu antibiotik dan

disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme

tertentu yang mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau

bahkan membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik

digunakan untuk menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk

hidup sedangkan disinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan

pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain

sebagainya. Pembagian kedua kelompok antimikroba ini tidak hanya didasarkan

pada aplikasi penerapannya melainkan juga terhadap konsentrasi antimikroba

yang digunakan.

Uji selanjutnya adalah pengujian zat disinfektan, zat disinfektan yang

digunakan adalah alkohol 70% dan handzsanitizer. Bahan kimia yang mematikan

bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat

pertumbuhan disebut bakteriostatik. Bahan antimikrobial dapat bersifat

bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada

konsentrasi tinggi.

Dalam menghambat aktivitas mikroba, alkohol berperan sebagai

pendenaturasi dan pengkoagulasi protein, denaturasi dan koagulasi protein akan


merusak enzim sehingga mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan

akhirnya aktivitasnya terhenti.

Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba

yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan di sini, yang dimaksud dengan

mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,

yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak

antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun

dalam praktek sehari - hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk

mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai

antibiotik.

Resisten adalah dalam konsentrasi antimikroba yang sangat besar atau

dalam konsentrasi berapa pun,ia tidak dapat menghambat ataupun membunuh

mikroorganisme.

Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap

antibiotik. Atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik

untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu

antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya

hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat

menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia,

sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode

merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya

aktivitas antimikroba.
Uji sensitivitas antibiotik terhadap berbagai macam mikroba dilakukan

untuk mengetahui apakah suatu antibiotik dapat membunuh beberapa jenis

mikroba atau berspektrum luas atau hanya dapat membunuh satu jenis mikroba

saja yang disebut berspektrum sempit. Karena adanya beberapa penyakit yang

tidak cocok dengan antibiotik terhadap penyakit yang fatal, serta berhubungan

dengan waktu inkubasi untuk melihat antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat

menghambat atau membunuh mikroba.

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai

  • RANCOB
    RANCOB
    Dokumen23 halaman
    RANCOB
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Cahaya Memegang Peranan Penting Dalam Proses Fisiologis Tanaman
    Cahaya Memegang Peranan Penting Dalam Proses Fisiologis Tanaman
    Dokumen4 halaman
    Cahaya Memegang Peranan Penting Dalam Proses Fisiologis Tanaman
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PR Fishew
    PR Fishew
    Dokumen2 halaman
    PR Fishew
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Formulir Pengajuan Judul
    Formulir Pengajuan Judul
    Dokumen2 halaman
    Formulir Pengajuan Judul
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Sistem Saraf
    Sistem Saraf
    Dokumen23 halaman
    Sistem Saraf
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PR Genetika
    PR Genetika
    Dokumen2 halaman
    PR Genetika
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PR Fistum
    PR Fistum
    Dokumen4 halaman
    PR Fistum
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Jawab
    Jawab
    Dokumen2 halaman
    Jawab
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Makalah Mikrobiologi
    Makalah Mikrobiologi
    Dokumen38 halaman
    Makalah Mikrobiologi
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Ahaaaa Aku DPT Ide
    Ahaaaa Aku DPT Ide
    Dokumen1 halaman
    Ahaaaa Aku DPT Ide
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Bahan Kuliah Mikro
    Bahan Kuliah Mikro
    Dokumen91 halaman
    Bahan Kuliah Mikro
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • 1 Aku Ni Napolaaa
    1 Aku Ni Napolaaa
    Dokumen1 halaman
    1 Aku Ni Napolaaa
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • SURAT_NIKAH
    SURAT_NIKAH
    Dokumen2 halaman
    SURAT_NIKAH
    Delicious Poppin
    100% (4)
  • Tugas Mikrobiologi 2
    Tugas Mikrobiologi 2
    Dokumen1 halaman
    Tugas Mikrobiologi 2
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Jawab
    Jawab
    Dokumen2 halaman
    Jawab
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen5 halaman
    TUGAS
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Piket Kelas I 2016
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Dokumen5 halaman
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • PERCOBAAN
    PERCOBAAN
    Dokumen1 halaman
    PERCOBAAN
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 Mikrobiologi
    Tugas 1 Mikrobiologi
    Dokumen16 halaman
    Tugas 1 Mikrobiologi
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Rancangan Penelitian
    Rancangan Penelitian
    Dokumen7 halaman
    Rancangan Penelitian
    Usman Afandi
    Belum ada peringkat
  • Daftar Piket Kelas I 2016
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Dokumen5 halaman
    Daftar Piket Kelas I 2016
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Flower Boy
    Flower Boy
    Dokumen3 halaman
    Flower Boy
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Teen Top Puasa
    Teen Top Puasa
    Dokumen11 halaman
    Teen Top Puasa
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • First Kiss
    First Kiss
    Dokumen13 halaman
    First Kiss
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Teen Top Puasa Eps.5
    Teen Top Puasa Eps.5
    Dokumen13 halaman
    Teen Top Puasa Eps.5
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • JUDUL
    JUDUL
    Dokumen3 halaman
    JUDUL
    bunga
    Belum ada peringkat
  • Cinta Sebatas Patok Tenda
    Cinta Sebatas Patok Tenda
    Dokumen22 halaman
    Cinta Sebatas Patok Tenda
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat
  • Hurt Locker
    Hurt Locker
    Dokumen25 halaman
    Hurt Locker
    Delicious Poppin
    Belum ada peringkat