A. Pengertian Antibakteri
Antibakteri adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri. Antibakteri dalam definisi yang luas adalah suatu zat yang
mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Antibiotik maupun
antibakteri sama-sama menyerang bakteri, kedua istilah ini telah mengalami
pergeseran makna selama bertahun-tahun sehingga memiliki arti yang
berbeda. Antibakteri biasanya dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan
untuk membersihkan permukaan dan menghilangkan bakteri yang berpotensi
membahayakan (Volk and Wheeler, 1993).
Antibakteri adalah jenis bahan tambahan yang digunakan dengan tujuan
untuk mencegah kebusukan atau keracunan oleh mikroorganisme pada bahan
pangan. Beberapa jenis senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah
iodium benzoat, senyawa fenol, asam-asam organik, asam lemak rantai
medium dan esternya, sulfur dioksida dan sulfit, nitrit, senyawa kolagen dan
surfaktan, dimetil karbonat dan metil askorbat. Antibakteri alami baik dari
produk hewani, tanaman maupun mikroorganisme misalnya bakteriosin
(Luthana, 2008).
Zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), baktei
static (menghambat pertumbuhan bakteri), dan germisidal (menghambat
germinasi spora bakteri). Kemampuan suatu zat antimikrobia dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya :
1. konsentrasi zat pengawet,
2. jenis, jumlah ,umur, dan keadaan mikrobia,
3. suhu,
4. waktu, dan
5. sifat-sifat kimia dan fisik makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah
komponen di dalamnya (Luthana, 2008).
Pengujian efektifitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa
besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi
mikroorganisme (Dart, 1996 Ayu, 2004). Berdasarkan sifat toksisitasnya
selektif, terdapat antibakteri yang bersifat menghambat dan membunuh bakteri
(Ganiswarna, 1995). Proses pengawetan telah ada sejak peradaban manusia.
Orang kuno menggunakan bahan yang ada di alam untuk mengawetkan bahan
pangan mereka, hal ini dilakukkan secara turun menurun. Penggunaan asap
telah digunakan untuk proses pengawetan daging, ikan dan jagung. Demikian
pula pengawetan dengan garam, asam dan gula telah dikenal sejak dulu kala.
Di abad modern mulai dikenal penggunaan bahan pengawet mengunakan
senyawaan kimia sintetis dengan tujuan untuk mempertahankan pangan dari
gangguan mikroba, sehingga bahan pangan lebih awet dan tidak merubah
tampilan dari bahan pangan tersebut (Hayati, 2009: 133).
Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk
menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan
pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap
dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan
antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau
membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba
patogen (penyebab keracunan pangan) (Syamsir, 2007).
B. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Kimia/Anti Mikroba
1. Menggangu Pembentukan Dinding Sel
Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen
lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga
menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya
akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh bentuk tak
terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang
terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih
hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat
melarut baik pada fase lipid dari membran bakteri.
Beberapa laporan juga meyebutkan bahwa efek penghambatan
senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada
dengan bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen
penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram
posiitif 90 persen dinding selnya terdiri atas lapisan peptidoglikan,
selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif
komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan,
selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein.
2. Bereaksi dengan membran sel
Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas
membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi
intraseluler, seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan
meyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein
sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada
membran sel.
3. Menginaktivasi enzim
Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan
terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba,
sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah
besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya
energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga
aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung
lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif).
Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika
mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun
struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba. Gugus hidroksil (-
OH) dan gugus aldehid (-CHO) yang terdapat pada komponen aktif
rempah, menunjukan aktivitas antimikroba yang kuat. Mekanisme
penghambatannya yaitu Gugus hidroksil membentuk ikatan hidrogen
dengan sisi aktif enzim sehingga menyebabkan deaktivasi enzim.
Corner (1995) melaporkan bahwa pada konsentrasi 0,005 M alisin
(senyawa aktif dari bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim
sulfhidril. Minyak oleoresin yang dihasilkan dari kayu manis, cengkeh,
thyme, dan oregano dapat menghambat produksi ethanol, proses respirasi
sel, dan sporulasi khamir dan kapang.
4. Menginaktivasi fungsi material genetik
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat
(RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik
yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik
sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.
1. Kerusakan pada dinding sel. Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara
menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.
2. Perubahan permeabilitas sel. Membaran sitoplasma mempertahankan bahan-
bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keuar masuknya bahan-
bahan lain. Membrane memelihara integritas komponen-komponen seluler.
Kerusakan pada membrane ini akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan sel atau matinya sel.
3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat. Hidupnya suatu sel bergantung
pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan
alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini yaitu
mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa
dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat
kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) irefersibel (tak dapat balik)
komponen-komponen seluler yang vital ini.
4. Penghambatan kerja enzim. Setiap enzim dari berates-ratus enzim berbeda-
beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerhjanya
suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi
biokimiawi. Penghambatan inin dapat mengakibatkan terganggunya
metabolism atau matinya sel.
5. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. DNA, RNA dan protein
memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal
itu berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada
fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. (Pelczar
dan Chan,1988 : 456-458)
E. Ciri Ciri Ideal dan Pemilihan Bahan Kimia yang Digunakan sebagai
Antimikroba
Tidak ada satupun zat kimia yang terbaik bagi semua tujuan. Hal ini
tidaklha mengherankan bila mengingat berbagai ragamnya kondisi yang
diperlukan untuk memanfaatkan bahan kimia, perbedaan didalam cara
kerjanya, serta begitu banyaknya macam sel mikroba yang harus
dimusnahkan. Kalaupun ada suatu disinfektan ideal, maka zat tersebut
haruslah memiliki serangkaian sifat yang hebat pula. Tidaklah akan pernah
dijumpai satupun persenyawaan yang memiliki sifat-sifat demikian. Walaupun
demikian spesifikasi yang diuraikan dibawah ini dapat diusahakan untuk
dicapai pada penyiapan senyawa-senyawa antimicrobial baru dan haruslah
dipertimbangkan di alam evaluasi disinfektan yang digunakan untuk tujuan
praktis.
1. Aktivitas antimicrobial. Persyaratan yang pertama ialah kemampuan
substansi untuk mematikan mikroorganisme.
2. Kelarutan. Substansi itu harus larut dalam air atau pelarut-peralut lain
sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3. Stabilitas. Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan
beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh mengakibatkan
kehilangan sifat antimikrobialnya dengan nyata.
4. Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain. Idealnya,
persenyawaan itu harus bersifat letal bagi mikroorganisme dan tidak
berbahaya bagi manusia maupun hewan lain.
5. Kebersamaan (homogeneity). Di dalam penyiapannya, komposisinya harus
seragam sehingga bahan aktifnya selalu terdapat pada setiap aplikasi.
Bahan kimia murni memang seragam, tetapi campuran berbagai bahan
belum tentu serba sama.
6. Tidak bergantung dengan bahan organic. Banyak disinfektan bergabung
dengan protein atau bahan organik lain. Apabila disinfektan semacam itu
digunakan di dalam keadaan yang banyak mengandung bahan organik,
maka sebagian besar dari disinfektan itu akan menjadi aktif.
7. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh. Tidaklah perlu
menaikan suhu sampai diatas suhu yang biasanya dijumpai dilingkungan
tempat digunakannya senyawa itu.
8. Kemampuan untuk menembus. Kecuali bila substansi itu dapat menembus
permukaan, maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada situs
aplikasinya saja. Sudah barang tentu kadang-kadang memang hanya di
perlukan aksi permukaan.
9. Tidak menimbulkan karat dan warna. Senyawa itu tidak boleh karat sebab
bila tidak demikian maka akan menimbulkan cacat pada logam, dan tidak
boleh minimbulkan warna atau merusak kain.
10. Kemampuan menghilangkan bauk yag kurang sedap. Kemampuan suatu
zat mendisinfeksi juga sambil menghilangkan bau tidak sedap merupakan
sifat yang dikehendaki. Yang ideal ialah bila disinfektan itu sendiri tidak
berbau atau hendaknya berbau sedap.
11. Ketersediaan dan biaya. Senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar
dengan harga yang pantas. (Pelczar dan Chan,1988 : 487-488)
F. Pengertian Zona Hambat
Zona penghambatan adalah diameter daerah dimana tidak ada
pertumbuhankoloni di sekitar kertas cakram yang ditandai dengan adanya
zona bening/hambat. (Diniyah, 2010)
B. Cara Kerja
1. Pengujian Zat Desinfektan dengan Kertas Cakram
a. Diinokulasikan E. coli dan Bacillus sp. pada N cawan dengan streak
kontinyu.
b. Dicelupkan kertas cakram ke dalam larutan desinfektan (Alkohol
70%, Lysol 5%, betadine, dan hipoklorit 5%). Setelah diangkat, sisa
tets larutan yang berlebihan pada kertas cajram diulaskan pada
dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan meluas
dipermukaan agar jika larutan terlalu banyak.
c. Diletakkan kertas cakram dipermukaan agar dengan pinset. Tekan
dengan pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada
agar.
d. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya
kerja berbagai desinfektan.
3.4. Analisis Data
3.5. Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Da
4.2. Pembahasan
mikroba pada manusia. Senyawa antimikroba adalah senyawa kimia yang dapat
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan
sebagainya.
dihasilkan oleh aktinomisetes, 20% fungi dan 10% oleh bakteri. Streptomyces
merupakan penghasil antibiotik yang paling besar jumlahnya. Bakteri juga banyak
yang dihasilkan bakteri adalah polipeptida yang terbukti kurang stabil, toksik, dan
sukar dimurnikan. Antibiotik yang dihasilkan fungi pada umumnya juga toksik,
air laut, lumpur, kompos, isi rumen, limbah domestik, bahan makanan busuk, dan
biologis yang paling dinamis dan mempunyai lima komponen utama, yaitu
mineral, air, udara, zat organik, dan organisme hidup dalam tanah antara lain
Di lingkungan tanah yang mendapat aerasi cukup, bakteri dan fungi akan
bakteri berperanan terhadap hampir semua perubahan biologis dan kimia pada
lingkungan tanah.
pertumbuhan mikroba pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain
yang digunakan.
digunakan adalah alkohol 70% dan handzsanitizer. Bahan kimia yang mematikan
konsentrasi tinggi.
mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak
antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun
dalam praktek sehari - hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk
antibiotik.
mikroorganisme.
antibiotik. Atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik
untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu
antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya
menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia,
aktivitas antimikroba.
Uji sensitivitas antibiotik terhadap berbagai macam mikroba dilakukan
mikroba atau berspektrum luas atau hanya dapat membunuh satu jenis mikroba
saja yang disebut berspektrum sempit. Karena adanya beberapa penyakit yang
tidak cocok dengan antibiotik terhadap penyakit yang fatal, serta berhubungan
dengan waktu inkubasi untuk melihat antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN