Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nyeri leher atau cervical pain merupakan masalah yang sering dijumpai di praktek
umum dan memberikan dampak signifikan terhadap sosioekonomik pasien. Nyeri leher
memberikan kerugian secara tidak langsung dari disabilitas dan absensi kerja
penderitanya (Hogg-Johnson, Velde, Carroll, Holm, & Guzman, 2008). Studi populasi
menunjukkan insiden nyeri leher berkisar antara 10,4-21,3% dalam 1 tahun. Prevalensi
rata-rata nyeri leher pada populasi umum antara 0,4%-86,8% dengan prevalensi tertinggi
pada wanita, negara dengan pendapatan lebih besar, dan daerah perkotaan. (Holy,
Protani, De, & Buchbinder, 2010)

Nyeri leher dapat berasal dari tulang, otot, ligament, sendi, dan diskus
intervertebralis. Hampir seluruh cedera atau proses penyakit di dalam leher atau struktur
pembentuknya dapat menyebabkan spasme otot protektif dan akhirnya menyebabkan
kehilangan gerak normal leher. Gejala nyeri leher umumnya berasal dari sumber
biomekanik seperti nyeri leher aksial, Whiplash-associated Disorder (WAD), dan
radikulopati (Douglass & Bope, 2004).

Tujuan utama diagnosis nyeri leher adalah mengidentifikasi penyebab anatomi dari
nyeri tersebut, sehingga perlu mempelajari pola gejala dari masing-masing struktur
anatomi penyebab nyeri leher tersebut (Douglass & Bope, 2004). Oleh karena itu,
mengetahui struktur anatomi leher dan pola gejala nyeri leher menjadi penting untuk
melakukan differential diagnosis nyeri leher dan memberikan terapi untuk manajemen
nyeri leher.

1.2 Tujuan

Mengetahui struktur anatomi leher, differensiasi nyeri leher, dan penatalaksanaan


nyeri leher berdasarkan penyebab.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Leher

Leher adalah bagian dari tubuh yang memisahkan antara kepala dan batang tubuh.
Leher menyangga beban dari kepala dan sangat fleksibel, yang dapat membuat kepala
dapat diarahkan ke berbagai arah. Garis tengah di depan leher memiliki tonjolan dari
cartilage thyroid yang disebut sebagai prominens laring. Diantara prominens laring dan
dagu, terdapat tulang hyoid yang dapat dirasaan; dibawah kartilago thyroid, sebuah
cincin yang dapat dirasakan di garis tengah adalah cartilage cricoid. Antara cartilage
cricoid dan suprasternal notch, trakea dan isthmus dari kelenjar throid dapat dirasakan
(Panchbhavi, 2015).

Area quadrangular terdapat di sisi leher dan pada bagian superior dibatasi oleh batas
mandibular dan processus mastoideus, inferior oleh klavikula, anterior oleh garis tengah
leher depan, dan posterior oleh otot trapezius. Area quadrangular dibagi oleh otot
sternocleidomastoideus menjadi segitiga cervcical anterior dan segitiga cervical
posterior. Segitiga cervival anterior terdiri garis tengah leher di anterior, mandibular di
superior, dan otot sternocleidomastoideus di inferolateral. Segitiga cervical posterior
terdiri dari clavicula di inferior, otot sternocleidomastoideus di anterosuperior, dan otot
trapezius di posterior (Panchbhavi, 2015).

Tulang belakang di leher terdiri dari 7 vertebra cervical yaitu C1 hingga C7. Tulang
vertebra cervical memiliki lengkungan ke depan yang disebut sebagai lordosis cervical.
Beberapa vertebra cervical memiliki fungsi khusus dan berbeda dari vertebra lainnya.
C1 disebut sebagai atlas karena menopang kepala. C1 memiliki 2 concave superior yang
berartrikulasi dengan kondilus oksipital tengkorak. Artikulasi ini penting untuk
memberikan 50% fleksi dan ekstensi leher. C1 tidak memiliki corpus vertebral dan
prosesus spinosus. C2 yang disebut sebagai axis, membentuk persendian dengan atlas.
Artikulasi atlantoaksial ini memberikan 50% artikulasi untuk rotasi leher (Panchbhavi,
2015).
Gambar 2.1 Tulang Vertebrae Cervical (Windson, 2013)

Otot leher dapat digolongkan berdasarkan lokasi. Otot yang terdapat didepan dan
belakang tulang belakang adalah prevertebral, postvertebra, dan lateral vertebral, dan di
samping leher terdapat otot lateral cervical. Sebagai tambahan, terdapat otot superfisial
yang unik, disebut sebagai platysma (Panchbhavi, 2015).

Gambar 2.2 Otot-Otot Leher (Windson, 2013)


Arteri utama di leher adalah arteri karotis komunis. Pada sisi kanan, karotis
komunis dipercabangkan oleh arteri brachiocephalic di belakang sendi sternoclavicular;
di sisi kiri, arteri karotis komunis dipercabangkan pada titik tertinggi arkus aorta. Vena
utama dari leher adalah vena jugularis externa dan interna. (Panchbhavi, 2015)

Gambar 2.3 Pembuluh Darah dan Nervus Leher (Panchbhavi, 2015)

2.2 Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu rangsangan sensoris dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan dengan adanya kerusakan jaringan yang nyata atau yang potensial
(Rohkamm, 2004). Perangsangan yang menghasilkan nyeri bersifat destruktif terhadap
jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf pengantar impuls nyeri. Jaringan atau
struktur yang tidak dilengkapi dengan serabut nyeri tidak menghasilkan nyeri bilamana
dirangsang, misalnya diskus intervertebral (Mardjono & Sidharta, 2008).

2.3 Patogenesis Nyeri

Nyeri berasal dari stimulus yang berbahaya dengan suatu reseptor, transmisi
berikutnya, dan pemprosesan sinyal yang terkait dengan nyeri di sistem saraf perifer dan
sistem saraf pusat; proses ini disebut sebagai nosisepsi. Semua organ tubuh memiliki
nosiseptor untuk rangsangan mekanis, suhu, dan kimiawi kecuali otak dan tulang
belakang. Nosiseptor menghasilkan respon inflamasi steril neurogenic yang
meningkatkan nosisepsi dengan melepaskan neuropeptide (Rohkamm, 2004).

Impuls nosisepsi dihantar melalui saraf perifer ke kornu posterior dari korda
spinalis. Informasi yang datang diproses melalui neuron spesifik nyeri dan juga
nonspesifik. Proses sensitisasi pusat pada tingkat ini dapat menurunkan ambang
nosiseptor dan memicu perkembangan dari nyeri kronis seperti pada phantom limb pain
setelah amputasi. Impuls ascenden sampai ke otak melalui traktus sphinotalamik dan
spinoretikuler dan juga jaras lainnya ke beberapa bagian otak yang berbeda yang terlibat
dalam proses nosisepsi (Rohkamm, 2004).

Formasio retikularis kemudian mengatur reaksi arousal, refleks otonom dan


respon emosional terhadap nyeri. Thalamus menyampaikan dan membedakan
rangsangan nosiseptif. Hipotalamus bertindak sebagai perantara respon otonom dan
neuroendokrin. Sitem limbic bertindak sebagai perantara aspek berkaitan dengan
motivasi dan emosional dari rangsangan nyeri. Korteks somatosensotis secara utamanya
bertanggungjawab dalam membedakan dan melokalisasi nyeri. Jaras descenden yang
berasal dari area sistem saraf pusat juga memodulasi nosisepsi. Neurotransmitter dan
neuropeptide terlibat di dalam proses nosisepsi pada tingkat yang berbeda (Rohkamm,
2004).

2.4 Jenis Nyeri

Nyeri nosiseptif, suatu tipe nyeri normal, adalah nyeri yang muncul dari jaringan
yang rusak atau berpotensi rusak dan dihasilkan dari aktivasi nosiseptor dan selanjutnya
diproses di sistem syaraf yang terkait. Nyeri somatic merupakan variasi nyeri nosiseptif
yang dimediasi oleh fiber aferen somatosensorik; nyeri ini biasanya mudah dilokalisai
dan bersifat tajam, perih, dan berdenyut. Jenis nyeri ini biasa terjadi dalam keadaan
post-operasi, trauma, dan nyeri inflamasi local. Nyeri visceral adalah nyeri yang lebih
sulit dilokalisasi (contoh: nyeri kepala pada meningitis, kolik biliar, gastritis, infark
mesenterik) dan mungkin lebih terasa tumpul, kram, menyayat, atau menebal dan
melemah. Nyeri tipe ini dimediasi oleh fiber C di perifer dan jaras medulla spinalis yang
berujung pada sistem limbic di sentral. Hal ini mungkin menjelaskan perasaan tidak
menyenangkan dan tertekan secara emosional pada nyeri visceral. Nyeri visceral
mungkin berasal dari lokasi asalnya ataupun diproyeksikan ke daerah lain (contoh: dari
epigastrium ke pundak) (Rohkamm, 2004).

Nyeri neuropatik adalah nyeri yang disebabkan karena kerusakan di jaringan


nervus. Nyeri ini selalu di proyeksikan ke distribusi sensorik dari struktur jaringan yang
rusak (contoh: nyeri calf pada radiculopathy S1, nyeri kepala frontal pada meningioma
tentorial, nyeri perut unilateral pada schwannoma akar syaraf nervus spinal thoracal)
(Rohkamm, 2004).

2.5 Penyebab Nyeri Leher

Nyeri leher mimiliki diagnosis diferensial yang sangat luas. Penyebab tersering
berasal dari biomekanik, yaitu nyeri leher aksial, Whiplash-associated disorders (WAD),
dan radikulopati servikal. Penyebab yang lebih jarang meliputi mielopati servikal yang
disebabkan oleh kompresi medulla spinalis, infeksi, neoplasma, penyebab rematik
(ankylosing spondylitis, spondyloarthropati, rheumatoid arthritis, dan hyperostosis
skeletal idiopatik difus), tortikolis, dystonia servikal, dan trauma mayor, meliputi
fraktur, dislokasi, dan cedera spinal. Nyeri juga dapat dihantarkan dari tempat lain ke
leher, seperti kelainan bahu, sindrom outlet thoraks, esophagitis, angina, dan diseksi
vaskuler. Nyeri leher juga dapat timbul sebagai bagian dari sindrom nyeri menyeluruh
seperti fibromyalgia (Douglass & Bope, 2004).

2.6 Pemeriksaan Leher

Pemeriksaan dimulai dengan melakukan anamnesis kepada pasien dengan


menanyakan lokasi nyeri, onset, durasi, dan hubungan nyeri terhadap trauma dan
aktivitas. Karakteristik nyeri perlu ditanyakan, termasuk apakah nyeri bersifat konstan
atau intermiten, bagaimana rasa nyeri setelah melakukan suatu aktivitas atau merubah
posisi tubuh, dan perasaan subjektif pasien dalam mendeskripsikan nyeri (contoh:
terbakar, ngilu, menyayat dll.). pertanyaan spesifik seperti hubungan nyeri dengan rasa
baal, kesemutan, kelemahan, perubahan koordinasi, da nada atau tidaknya gangguan
buang air kecil dan buang air besar. Selanjutnya perlu ditanyakan gaya hidup pasien,
seperti kebiasaan merokok, obat-obatan yang dikonsumsi, dan konsumsi alcohol,
aktivitas kerja, situasi dalam keluarga (Gore, 2001).

Anda mungkin juga menyukai