Anda di halaman 1dari 16

M AK ALAH

IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DI INDONESIA


SERTA PERTENTANGAN DAN PERLAWANAN MASYARAKAT BALI
DALAM PERANG PUPUTAN TAHUN 1849

Disusun Oleh :
DEPRISKA F. A
No Absen 12
Kelas XI APH 1

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PACITAN


TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

KATA PENGANTAR
1
Puji syukur terhaturkan kepada Allah SWT karena atas
kesempatan yang telah diberikan oleh Nya, penulis dapat
menyelesaikan penulisan Makalah berjudul Imperialisme dan
Kolonialisme di Indonesia Serta Pertentangan dan
Perlawanan Masyarakat Bali Dalam Perang Puputan Tahun
1849.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari beberapa kendala
yang penulis hadapi, khususnya dalam mencari referensi yang
sesuai dengan materi yang penulis sajikan dalam makalah ini.
Maka dari itu dalam kesempatan ini, penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
penulisan makalah ini.
Adapun kesalahan dalam penyusunan maupun penyajian
materi yang kurang lengkap dan akurat, penulis sampaikan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan penulis berharap
adanya masukan kepada penulis agar dapat lebih baik lagi dalam
penulisan makalah dikemudian hari.
Pada akhirnya penulis berharap dengan selesainya penulisan
makalah ini, dapat berguna bagi pembaca sekalian dalam
menambah pengetahuan tentang sejarah Indonesia.

Pacitan, November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................ i

Kata Pengantar ....................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................... 1

1.2. Tujuan Penulisan ............................................................ 1

1.3. Rumusan Masalah .......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imperialisme dan Kolonialisme ............................... 3

2.2. Sebab-sebab Imperialisme dan Kolonialisme ............................ 4

2.3. Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia ....

2.4. Bentuk Perlawanan Rakyat dalam Perang Puputan ...................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................

3.2 Saran ...........................................................................................

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar
dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara
itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi
saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.
Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas
wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari
dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah
tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang
digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini,
terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang
yang dikolonikan.
Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial
menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan
infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian
dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti Amerika
Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai
contoh sukses pasca-kolonialisme.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran sejarah,untuk di ketahui dan dipelajari sebagai bahan ajaran
dan pembelajaran nantinya.
Dengan adanya makalah ini mudah-mudahan sedikit membantu
dalam kegiatan belajar mengajar, dan menjadi referensi dalam memahami
pergerakan perlawanan terhadap kolonialisme & imperialisme di Pulau
Bali

1
1.3.Rumusan masalah
1. Mengetahui Pengertian Kolonialisme & Imperialisme
2. Sebab-Sebab Kolonialisme & Imperialisme Di Asia
3. Akibat Dari Perlawanan Pergerakan Kolonialisme & Imperialisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Imperialisme dan Kolonialisme


Imperialisme ialah politik untuk menguasai (dengan paksaan)
seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai
imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu berarti merebut dengan
kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan kekuatan ekonomi, kultur,
agama dan ideologi, asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu
berarti suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-
daerah pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Apakah beda
antara imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang
dijalankan mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah politik yang
dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu bagian dari imperium jika
imperium itu merupakan gabungan jajahan-jajahan.
Imperialisme ialah sebuah kebijakan di mana sebuah negara besar
dapat memegang kendali atau pemerintahan atas daerah lain agar negara
itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh imperialisme terjadi
saat negara-negara itu menaklukkan atau menempati tanah-tanah itu.
Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas
wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari
dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah
tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan keyakinan yang
digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan sistem ini,
terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang
yang dikolonikan.
Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial
menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan
infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian
dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti Amerika
Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai
contoh sukses pasca-kolonialisme.

3
Peneori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank, berpendapat
bahwa kolonialisme sebenarnya menuju ke pemindahan kekayaan dari
daerah yang dikolonisasi ke daerah pengkolonisasi, dan menghambat
kesuksesan pengembangan ekonomi.
Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat
bahwa kolonialisme merusak politik, psikologi, dan moral negara
terkolonisasi, enulis dan politikus India Arundhati Roy berkata bahwa
perdebatan antara pro dan kontra dari kolonialisme/ imperialisme adalah
seperti "mendebatkan pro dan kontra pemerkosaan".

2.2. Sebab-sebab Imperialisme dan Kolonialisme


Keinginan untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di
seluruh dunia (ambition, eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya.
Tetapi sampai dimanakah batas-batas kejayaan itu ? Jika suatu bangsa
tidak dapat mengendalikan keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi
bangsa imperialis. Karena itu dapat dikatakan, bahwa tiap bangsa itu
mengandung benih imperialisme
Perasaan sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di
dunia ini (racial superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika
harga diri ini menebal, mudah menjadi kecongkakan untuk kemudian
menimbulakan anggapan, bahwa merekalah bangsa teristimewa di
dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur atau memimpin
bangsa-bangsa lainnya.
Hasrat untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan
imperialisme. Tujuannya bukan imperialisme, tetapi agama atau
ideologi. Imperialisme di sini dapat timbul sebagai "bij-product" saja.
Tetapi jika penyebaran agama itu didukung oleh pemerintah negara,
maka sering tujuan pertama terdesak dan merosot menjadi alasan
untuk membenarkan tindakan imperialisme.
Letak suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan.
Perbatasan suatu negara mempunyai arti yang sangat penting bagi
politik negara.

4
Sebab-sebab ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan
sebab yang terpenting dari timbulnya imperialisme, teistimewa
imperialisme modern.
- Keinginan untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
- Ingin Ikut Dalam Perdagangan Dunia
- Ingin Menguasai Perdagangan
- Keinginan untuk menjamin suburnya industri

2.3. Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia


Latar belakang pelayaran orang-orang eropa ke dunia timur dimulai
dengan peristiwa dikuasainya kota Konstantinopel(ibukota Romawi
Timur) oleh bangsa Turki dalam perang salib (1453) membawa perubahan
besar bagi bangsa eropa.
Kesultanan Turki melarang orang kristen membeli rempah-rempah
dari Konstantinopel yang waktu itu menjadi satu-satunya pusat
perdagangan rempah-rempah di eropa. Hal inilah yang akhirnya memaksa
orang orang eropa untuk berlayar ke dunia timur dengan tujuan mencari
sendiri pusat rempah-rempah dunia.
Selain latar belakang di atas ada juga beberapa faktor yang
mempercepat keinginan dari bangsa eropa untuk mengadakan pelayaran
samodera, yaitu :
- keinginan untuk membuktikan teori Copernicus (heliosentris)
- untuk membuktikan teori Galileo Galilei yang menyatakan bahwa
bumi itu bulat
- keinginan untuk membuktikan kisah perjalanan Marcopolo dalam
bukunya Imago Mundi yang menceritakan keajaiban dan
kemakmuran di dunia timur (Cina)
- ditemukannya kompas sebagai alat penunjuk arah dalam perjalanan
- adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang-orang islam
di seluruh dunia
Secara umum kedatangan bangsa barat di Indonesia dilatar
belakangi oleh adanya kebutuhan mendesak mencari rempah-rempah, yang
kemudian diikuti oleh mencari kejayaan dan menyebarkan agama (Glory,

5
Gold, Gospel). Bangsa-bangsa barat yang pernah menjajah Indonesia
antara lain : Spanyol, Portugis, Inggris, Perancis (tidak langsung), Belanda.
Spanyol masuk dari Filipina ke Maluku (Tidore) tahun 1521, Portugis
masuk Indonesia dari Malaka ke Maluku (Ternate) 1512.
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1596 dengan mendarat di Banten
dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Di Indonesia mereka mendirikan
VOC (1602).
Beberapa gubernur jenderal Belanda yang memerintah :
1. Jan Pieterzoon Coen (1618), mendirikan benteng di Jayakarta
2. Daendels (1808-1811)
Gubernur jenderal Belanda di Indonesia dalam pengaruh
Perancis,terkenal karena membuat jalan dari Anyer-Panarukan
Masa penjajahan Inggris, gubernur jenderalnya dijabat oleh Raffles (1811-
1814). Kebijakan yang dilakukannya adalah :
1. membagi Jawa atas 16 karesidenan untuk mempermudah pengawasan
2. mengangkat para bupati menjadi pegawai negeri
3. melarang kerja rodi
4. memperkenalkan sistem sewa tanah (landrente)
5. membentuk susunan pengadilan model Inggris
Berdasarkan perjanjian Convention of London (1814) maka Inggris
menyerahkan Indonesia kepada Belanda. Diangkatlan Van Den Bosch
menjadi penguasa di Indonesia dengan tugas mencari uang sebanyak-
banyaknya untuk mengisi kas Belanda yang kosong. Ia kemudian
menciptakan politik yang paling menyengsarakan rakyat yaitu Tanam
Paksa (Cultuurstelsel). Penjajahan menimbulkan kesengsaraan dan
penderitaan rakyat Indonesia, hal inilah yang kemudian menimbulkan
usaha perlawanan rakyat menentang kekuasaan penjajah.
Dalam krisis hebat tahun 1895 sebagian besar dari kapitalis-
kapitalis partikelir di negeri Belanda mengalami kehancuran, sehingga
mengakibatkan kapital-finans berkuasa penuh. Jadi, zaman kapital-industri
yang berdasarkan persaingan bebas tidak lama di Indonesia, hanya kira-
kira 25 tahun (1870-1895). Kapital-industri yang berdasarkan persaingan

6
bebas segera disusuli oleh zaman imperialisme yang dimulai tahun 1895,
yaitu zaman di mana kapital-finans, yakni perpaduan antara kapital-bank
dengan kapital-industri, memegang monopoli atas kehidupan ekonomi dan
politik Indonesia.
Untuk menyelamatkan dan menjamin hari depan kapital yang
diekspor dari Eropa, maka kaum imperialis Belanda melakukan dua
tindakan penting: menundukkan seluruh daerah Indonesia, secara politik
dan militer, dan mengadakan penyelidikan-penyelidikan mengenai
kemungkinan perkembangan kapital yang tak terbatas. Tindakan kaum
imperialis Belanda ini sesuai dengan perpindahan kapitalisme pra-
monopoli ke tingkat kapitalisme monopoli, yaitu zaman kekuasaan
kapital-finans. Perpindahan ini tak terpisahkan dengan makin intensifnya
perjuangan kaum imperialis untuk membagi-bagi dunia. Kapital-finans
berusaha pada umumnya untuk merebut tanah sebanyak-banyaknya dari
macam apa saja, di mana saja dan dengan semua jalan, karena
memperhitungkan sumber-sumber potensiil akan bahan-bahan mentah dan
takut ketinggalan dalam perjuangan sengit untuk mendapat jengkal-
jengkal terakhir dari wilayah yang belum dibagikan atau untuk membagi
kembali tanah-tanah yang sudah dibagi.
Untuk menundukkan seluruh Indonesia di bawah kekuasaan
Belanda maka dilakukanlah peperangan kolonial besar-besaran pada akhir
abad ke-19 dan pada awal abad ke-20 sehingga dapatlah Belanda
meluaskan kekuasaannya ke Bali, Lombok, Sumbawa, Dompu, Flores,
Bone, Banjarmasin, Jambi, Riau, Tapanuli, Aceh, dan lain-lain. Untuk
menjamin keuntungan yang luar biasa, pemerintah Belanda mengadakan
pemeriksaan di lapangan ilmu tanah, ilmu bumi, ilmu tumbuh-tumbuhan,
ilmu hewan, dan sebagainya. Juga adat-istiadat, bahasa, agama, kesenian
dan sejarah suku bangsa-suku bangsa dipelajari oleh orang-orang Belanda.
Karena dalam zaman sebelum-imperialisme, Indonesia sudah
dikuras dan dirusak habis-habisan, maka imperialisme harus memulai
dengan menciptakan dasar-dasar elementer untuk suatu sistem
penghisapan modern, penghisapan yang lebih intensif dan sistematis

7
terhadap Rakyat dan kekayaan Indonesia. Sudah sejak permulaan zaman
imperialisme pemerintah Hindia Belanda menjalankan apa yang
dinamakan politik etis (politik susila), yaitu politik yang antara lain
mengurangi rodi, mereorganisasi dinas-dinas kesehatan, sedikit meluaskan
irigasi, dan mendirikan sekolah-sekolah rendah, sekolah-sekolah guru
normal, sekolah-sekolah teknik, sekolah-sekolah menengah umum, dan
sebagainya untuk memenuhi kebutuhan imperialisme akan kaum buruh
dan pegawai bumiputera yang murah tetapi berpendidikan.
Dalam zaman imperialis Indonesia merupakan sumber bahan
mentah buat negeri-negeri imperialis, sumber tenaga kerja yang sangat
murah, pasar untuk menjual hasil produksi negeri-negeri imperialis dan
tempat penanaman kapital asing (Belanda, Inggris, Amerika, Jepang,
Perancis, Italia, dan lain-lain).

2.4. Bentuk Perlawanan Rakyat dalam Perang Puputan


Puputan adalah tradisi perang masyarakat Bali. Puputan berasal
dari kata puput. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata puput
bermakna terlepas dan tanggal. Adapun yang dimaksud dengan kata
puputan versi pribumi bali adalah perang sampai nyawa lepas atau tanggal
dari badan. Dapat dikatakan kalau puputan adalah perang sampai game
over atau titik darahterakhir. Istilah Margarana diambil dari lokasi
pertempuran hebat yang saat itu berlangsung di daerah Marga, Tababan-
Bali.
Menurut sejarah, ada sejumlah puputan yang meletus di Bali.
Namun, yang terkenal dan termasuk hebat, terdapat sekitar dua puputan.
Salah satunya Puputan Jagaraga yang dipimpin oleh Kerajaan Buleleng
melawan imprealis Belanda. Strategi puputan yang diterapkan ketika itu
adalah sistem tawan karang dengan menyita transportasi laut imprealis
Belanda yang bersandar ke pelabuhan Buleleng
Jatuhnya pusat kerajaan Buleleng ke tangan Belanda pada
tanggal 28 Juni 1846, belumlah berarti semangat dan jiwa kepahlawanan
raja dan rakyat Buleleng telah memudar. Bersamaan dengan jatuhnya

8
pusat kerajaan Buleleng ke tangan Belanda, hal ini telah menyebabkan
laskar Buleleng terdesak, dan atas desakan Patih Jelantik raja Buleleng
telah mengambil keputusan untuk mengundurkan pasukannya ke Buleleng
Timur memasuki desa Jagaraga serta menetapkan untuk menggunakan
Jagaraga sebagai benteng konsolidasi kekuatan dan sebagai ibukota
kerajaan yang baru.
Ada beberapa alternatif yang telah mendesak Patih Jelantik untuk
mengambil keputusan. Alternatif itu antara lain : Jelantik menyadari
bahwa, konsolidasi persenjataan pasukannya tidak seimbang dengan
kekuatan persenjataan Belanda, sehingga akan sia-sia melanjutkan
pertempurannya. Untuk menghindari hal inilah akhirnya Patih Jelantik
memerintahkan kepada sisa-sisa laskar dan rakyat yang masih setia
terhadapnya untuk mengundurkan diri ke desa Jagaraga.
Sebab pokok yang menjadi dasar persengketaan Buleleng dengan
Belanda adalah karena raja Buleleng tidak pernah memenuhi syarat-syarat
yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Rakyat Buleleng dengan terang-
terangan telah menggagalkan pembangunan benteng di Pabean.
Pada tanggal 8 Juni 1848, Belanda mulai mengadakan serangan
terhadap daerah Jagaraga dengan menghujankan tembakan-tembakan
meriam dari pantai Sangsit. Bagi Belanda pantai Sangsit harus dikuasai
dan dipertahankan sebab Sangsit merupakan salah satu pantai yang masih
bisa digunakan sebagai penghubung antara Bali dengan Batavia.
Disamping itu penduduk Sangsit dengan mudah dapat dibina agar
membantu pemerintah Belanda. Dalam ekspedisi Belanda yang kedua ini,
Belanda telah mempersiapkan pasukannya secara matang. Dalam
ekspedisi ini, pasukan militer Belanda diangkut oleh kapal-kapal perang
sebanyak 22 buah seperti : kapal perang Merapi, Agro, Etna, Hekla, Anna,
A.R. Falck, Ambonia dan Galen dan sebagainya. Masing-masing kapal
perang itu dilengkapi dengan persenjataan yang berupa meriam dan
persenjataan lainnya.
Kekalahan Belanda dalam ekspedisinya yang pertama ke Bali
benar-benar di luar dugaan, Belanda menjadi marah dengan

9
diundurkannya serangan balasan pada tahun 1848. Seorang perwira
Belanda bernama Rochussen menulis kepada Jenderal Van der Wijck,
bahwa jika ia diharuskan menjabat terus pangkatnya yang sekarang, ia
tidak mau beristirahat sebelum dapat memusnahkan Jagaraga.
Dengan gugurnya Patih Jelantik maka berhenti pulalah perlawanan
Jagaraga terhadap pasukan Belanda. Dalam serangan ini, dengan
mengadakan pertempuran selama sehari, Belanda telah berhasil memukul
hancur pusat pertahanan dari laskar Jagaraga, sehingga secara politis
benteng Jagaraga secara keseluruhan telah jatuh ke tangan pemerintah
Kolonial Belanda pada tanggal 19 April 1849, dengan jumlah korban di
pihak Jagaraga kurang lebih sekitar 2200 orang, termasuk 38 orang
pedanda dan pemangku, lebih 80 orang Gusti, serta 83 pemekel, sedang di
pihak Belanda menderita korban sebanyak kurang lebih 264 orang serdadu
bawahan maupun tingkat yang lebih tinggi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolonialisme berasal dari kata colonus yang artinya petani. Istilah ini
diberikan pada para petani Yunani yang pindah dari negerinya yang tandus dan
pindah ke daerah lain yang lebih subur. Para colonus tetap menjalin hubungan
dengan negara asalnya, tapi oleh negara asal(induk) daerah tadi dianggap
sebagai bagian dari negara induk dan harus tunduk pada negara asal (mother
land). Dari sinilah muncul awal penjajahan (imperialisme).
Imperialisme Berasal dari kata latin imperare yang artinya
menguasai.Orang yang menguasai disebut imperator yang berarti raja atau
penguasa. Imperium adalah daerah yang dikuasai imperator. Imperator
menguasai bangsa yang mendiami wilayah imperium dengan alasan agar
mereka merasa lebih aman atau lebih sejahtera. Jadi imperialisme adalah suatu
sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain. Penjajahan
dilakukan dengan jalan membentuk pemerintahan jajahan atau dengan
menanamkan pengaruh dalam semua bidang kehidupan daerah yang dijajah.
Walaupun kolonialisme dan imperialisme berasal dari kata dan
pengertian yang berbeda namun dalam prakteknya berarti satu yaitu
penjajahan oleh bangsa satu terhadap bangsa lain. Kolonialisme lebih
diartikan pada proses pembentukan atau penguasaan wilayah, sedangkan
imperialisme lebih diartikan pada praktek penjajahannya.
Perang Bali yang terjadi antara tahun 1846-1909 adalah salah satu
wujud penolakan rakyat Indonesia kala itu menghadapi sistem kolonialisme
dan imperialisme bangsa Eropa khususnya Belanda, sebab terjadinya perang
adalah tuntutan Belanda untuk menghapuskan hukum Tawan Karang yang
ditolak raja-raja Bali, raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan Belanda.
Cara perlawanan yang dilakukan adalah dengan perang Puputan atau perang
penghabisan,

11
B. Saran
Sebagai generasi Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di
bangku Sekolah Menengah Atas sudah sepatutnya kita banyak mendalami dan
mempelajari sejarah Indonesia sebagai bekal pengetahuan untuk kelak
melanjutkan pendidikan maupun karier selepas dari bangku sekolah. Hal ini
juga menjadi pelecut semangat kita dalam mengisi kemerdekaan yang sudah
diraih dengan pengorbanan harta dan nyawa.
Pihak Sekolah menengah Kejuruan Negeri 2 Pacitan sebagai sarana dan
wahana dalam menempuh pendidikan juga sudah seharusnya memberikan
wawasan detail tentang sejarah Indonesia sesuai dengan kurikulum yang
sudah ditetapkan, begitupun dengan kelengkapan sarana penunjang seperti
referensi dalam perpustakaan berupa buku maupun media yang berisi
informasi sejarah Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai