Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

BIOKIMIA
(KARBOHIDRAT)

Disusun oleh:
NAMA : LASINRANG ADITIA
NIM : 60300112034
KELAS : BIOLOGI A
KELOMPOK : IV (Empat)

LABORATORIUM BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biokimia dengan judul Karbohidrat yang
disusun oleh:

Nama : Lasinrang Aditia


Nim : 60300112034
Kelas : Biologi A
Kelmpok : IV (empat)

Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.


Samata-Gowa, Desember 2013

Kordinator Asisten Asisten

(Ika Dian Rostika) (Eka Riskawati)


60300111021 603001110

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

(Eka Sukmawati S.Si, M.Si)

A. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengenal dan
mengetahui karbohidrat dengan uji kelarutan dan reaksi pengenalan.
B. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat
dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat
sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu
perbedaan utama antara berbagai tipe-tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida
adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi
molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama
membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan
monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa, galaktosa,
ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan
gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan
monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Poedjiadi, 2006).
Menurut Poedjiadi (2006), berdasarkan sifat-sifatnya terhadap zat-zat
penghidrolisis karbohidrat dibagi dalam 4 kelompok utama yaitu:
1. Monosakarida yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa menjadi senyawa
yang lebih sederhana terdiri dari satu gugus cincin. Contoh dari monosakarida
yang terdapat di dalam tubuh ialah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2. Disakarida senyawa yang terbentuk dari gabungan dua molekul atau lebih
monosakarida. Contoh disakarida ialah sukrosa, maltosa dan laktosa.
3. Glikosida yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan molekul gula & molekul non
gula.
4. Polisakarida yaitu polimer yang tersusun oleh lebih dari lima belas monomer gula.
Dibedakan menjadi dua yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang
menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram. Karbohidrat juga
mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan,
misalnya: rasa, warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat
berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang
berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak
dan protein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-hari
dan biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori kita. Selain menjadi sumber
energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi komponen struktur
penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber), seperti selulosa, pektin serta
lignin. Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat
simpleks. Karbohidrat kompleks misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung,
sedangkan contoh Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama
lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang
artinya gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan
sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon (Fessenden, 1990).
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam
amino dan sebagian lemak. Tetapi sebagian besar karbohidrat diperoleh dari
bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan. Pada tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan
H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman
yang berklorofil (Winarno, 2004).
C. Metode Praktikum
1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah:
Hari/tanggal : Selasa/ 17 Desember 2013
Waktu : 13.00-15.00 WITA
Tempat : Laboraturium Mikrobiologi Lantai II
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa

2. Alat dan Bahan


a. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, sikat
tabung, pembakar bunsen, penjepit tabung dan pipet tetes.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu amilum, asam
sulfat pekat, alkohol, larutan iodium, NaOH, reagen benedict, reagen barfoed,
reagen fosfomolibdat, reagen seliwanoff, kertas fiber, fruktosa 1%, sukrosa 1%,
maltosa 1%, glukosa 1%, agar-agar 1% , air kran, tissue, dan label.
3. Cara Kerja
Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu :
1. Percobaan iod
a. Mengisi 4 tabung reaksi dengan setetes larutan yang akan diamati seperti amilum,
glukosa, fruktosa, dan sukrosa.
b. Menambahkan larutan iodium pada tabung reaksi tersebut.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
d. Setelah mengamati, memanaskan larutan tersebut dan kembali mengamati
perubahan yang terjadi.
e. Mengamati ulang larutan tersebut setelah ditambahkan setetes larutan NaOH.
2. Percobaan benedict
a. Mengisi tabung reaksi dengan reagen benedict sebanyaak 2 cc.
b. Menambahkan 8 tetes larutan yang akan diamati seperti amilum, laktosa, glukosa,
dan fruktosa.
c. Memanaskan larutan tersebut diataas Bunsen selama 2-3 menit.
d. Mengamati perubahan warna yang terjadi. Apabila positif maka akan
menghasilkan warna merah, kuning, jingga dan ungu.

3. Percobaan barfoed
a. Mengisi tabung reaksi 2 ccreagen barfoed.
b. Menambahkan 1 cc larutan yang akan diamati seperti amilum, glukosa, sukrosa,
fruktosa, dan laktosa.
c. Memanaskan larutan tersebut sampai 5 menit kemudian diamkanlah. Setelah itu,
menambahkan 2-3 tetes reagen fosfomolibdat.
d. Mengamati hasil reaksi, apabila terjadi larutan yang berwarna biru maka reaksi
bersifat positif.
4. Percobaan Amilum
a. Mengisi tabung reaksi dengan larutan amilum.
b. Menetesi larutan tersebut dengan menggunakan alkohol dan asam sulfat pekat.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
5. Percobaan Selulosa
a. Mengisi tabung reaksi dengan sobekan kertas atau serbuk selulosa.
b. Menetesi serbuk selulosa tersebut dengan menggunakan alkohol dan asam sulfat
pekat.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
6. Percobaan Monosakarida
a. Mengisi 4 tabung reaksi dengan 1 ml masing-masing glukosa, fruktosa, sukrosa,
dan maltosa.
b. Mencampur larutan glukosa , fruktosa, sukrosa, dan maltosa dengan
menggunakan.
c. Mengamati perubahan warna yang terjadi.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
a. Uji kelarutan dari percobaan molish (Amilum)
No Nama Bahan Uji Reaksi Warna
+ -
1 Larutan Amilum Ungu
b. Uji kelarutan dari percobaan molish (Selulosa)
Reaksi
No Nama Bahan Uji Warna
+ -
1 Sobekan Kertas Ungu
c. Uji kelarutan dari percobaan molish (Monosakarida)
Reaksi
No Nama Bahan Uji Warna
+ -
1 Fruktosa Ungu
2 Sukrosa Biru, Ada endapan
3 Maltosa Biru
4 Glukosa Biru
d. Uji Benedict
Reaksi
No Nama Bahan Uji Warna
+ -
1 Fruktosa Merah bata
2 Sukrosa Biru
3 Maltosa Merah bata
4 Glukosa Merah bata
5 Agar-agar Biru
6 Amilum Biru

e. Uji Iod
Reaksi
No Nama Bahan Uji Warna
+ -
1 Fruktosa Kuning
2 Sukrosa Bening
3 Maltosa Bening
4 Glukosa Kuning
5 Agar-agar Bening
6 Amilum Bening
f. Uji Barfoed
Reaksi
No Nama Bahan Uji Warna
+ -
1 Fruktosa Hijau
2 Sukrosa Biru
3 Maltosa Biru
4 Glukosa Hijau
5 Agar-agar Hijau
6 Amilum Hijau
2. Pembahasan
1.Uji kelarutan dari percobaan molish (Amilum)
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang
terdiri dari -naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya
dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Uji tersebut bukan uji spesifik
untuk karbohidrat. Pada hasil pengamatan amilum setelah ditetesi alkohol dan
asam sulfat warnanya berubah menjadi ungu menyatakan reaksi positif.
2. Uji kelarutan dari percobaan molish (Selulosa)
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang
terdiri dari -naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya
dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Uji tersebut bukan uji spesifik
untuk karbohidrat. Pada hasil pengamatan selulosa, Serbuk selulosa yang ditetesi
alkohol dan asam sulfat warnanya berubah menjadi ungu menyatakan reaksi
positif.
3. Uji kelarutan dari percobaan molish (Monosakarida)
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang
terdiri dari -naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya
dehidrasi asam sulfat pekat terhadap karbohidrat. Pada hasil pengamatan glukosa
ditetesi alkohol warnanya berubah menjadi biru dan ini menandakan bahwa
glukosa ini negatif mengandung karbohidrat. Pada percobaan kedua menggunakan
fruktosa ditetesi alkohol warnanya berubah menjadi ungu dan ini menandakan
bahwa fruktosa ini positif mengandung karbohidrat. Percobaan selanjutnya
menggunakan sukrosa ditetesi alkohol warnanya berubah menjadi biru serta ada
endapan dan ini menandakan bahwa sukrosa ini negatif mengandung karbohidrat.
Percobaan terakhir yaitu menggunakan maltosa ditetesi alkohol warnanya berubah
menjadi biru dan ini menandakan bahwa maltosa ini negatif mengandung
karbohidrat. Jadi hanya hanya fruktosa yang positif mengandung karbohidrat pada
uji ini.
4. Uji Benedict
Prinsip dari uji ini yaitu bila larutan tembaga yang basa direduksi oleh
karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk
cupro oksida (Cu2O) yang berwarna kuning sampai merah. Adanya perubahan
warna hijau, kuning, jingga atau merah menunjukkan reaksi positif.
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat semua bahan yang
digunakan berupa amilum, glukosa, fruktosa, maltosa dan agar-agar yang
digunakan pada uji benedict menunjukkan reaksi positif karena yang ditandai
dengan perubahan warna yang terjadi pada amilum sebelum ditetesi berwarna
bening setelah ditetesi bewarna biru, glukosa pada awalnya bening setelah ditetesi
berubah warna menjadi merah bata, fruktosa dan maltosa dari bening menjadi
warna merah bata dan pada agar-agar dari bening menjadi biru serta pada sukrosa
warnanya berubah menjadi biru setelah ditetesi. Semua percobaan di atas ditetesi
dengan reagen benedict dan masing-masing dipanaskan sampai 2 menit. Hal ini
sudah sesuai dengan teori bahwa pada uji benedict reaksi positif ditandai dengan
adanya warna hijau, kuning, jingga dan warna merah.
5. Uji Iod
Uji iod merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahan-
bahan yang digunakan dalam pengujian mengandung iodium dan pati yang dapat
membentuk ikatan kompleks berwarna biru.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap beberapa bahan
uji terlihat semua reaksi perubahan pada uji iodium menunjukkan reaksi negatif
karena tidak terjadi perubahan warna hasil yang terlihat hanya warna bening pada
amilum, sukrosa, maltosa, agar-agar dan warna kuning pada fruktosa dan glukosa.
Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana prinsip dari uji iodium dapat membentuk
ikatan kompleks yang berwarna biru, kemungkinan hal ini terjadi karena kondisi
larutan yang tidak memungkinkan atau dikarenkan praktikan yang kurang teliti
dalam melakukan percobaan ini.
6. Uji Barfoed
Uji barfoed merupakan pengujian yang reaksi terdiri atas larutan
kuoriasetat dan asam asetat dalam air yang berguna dalam membedakan antara
monosakarida dan disakarida.
Pada pengamatan yang dilakukan bahan uji berupa sukrosa dan maltosa
menunjukkan reaksi positif yang pada saat belum ditetesi reagen uji berwarna
bening dan setelah ditetesi reagen uji menunjukkan perubahan warna keduanya
menjadi biru. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang telah dilakukan sudah
sesuai dengan teori. Disakarida yang memiliki konsentrasi rendah tidak
menunjukkan reaksi positif berbeda dengan monosakarida yang dapat dengan
cepat mereduksi. Hal ini terjadi dikarenakan asam asetat dengan asam laktat dan
ion Cu+ yang dihasilkan direduksi sehingga menghasilkan warna yang
menunjukkan adanya monosakarida serta ikatan peptida saling berikatan satu
sama lain sehingga menunjukkan reaksi positif . sedangkan bahan uji lainnya itu
reaksinya negatif karena asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang
dihasilkan tidak direduksi sehingga menghasilkan warna yang tidak sesuai dengan
prinsip uji barfoed ini. Warna yang dihasilkan amilum, agar-agar, glukosa, dan
fruktosa adalah hijau maka dari itu reaksinya negatif.
E. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh yatitu karbohidarat merupakan bahan
makanan yang terdapat didalam tubuh mahkluk hidup. Uji yang dilakukan yaitu
uji iod yang menunjukkan reaksi negatif karena tidak menghasilkan warna biru
dengan ikatan kompleks, uji barfoed menghasilkan reaksi positif dengan adanya
perubahan warna biru yang berarti adanya monosakarida dalam larutan pada
bahan uji sukrosa & maltosa, uji benediet yang menunjukkan reaksi positif yang
menunjukkan adanya warna merah. amilum pada uji kelarutan dan molisch setelah
ditetesi alkohol dan asam sulfat warnanya berubah menjadi ungu menyatakan
reaksi positif. Pada uji selulosa, Serbuk selulosa yang ditetesi alkohol & asam
sulfat warnanya berubah menjadi ungu menyatakan reaksi positif. Fruktosa
ditetesi alkohol warnanya berubah menjadi ungu & ini menandakan bahwa
fruktosa ini positif pada uji kelarutan & molisch monosakarida.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralp J. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1990.
Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press, 1994.
Winarno, F. O. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOKIMIA
ACARA 1
KARBOHIDRAT

DISUSUN OLEH :
NAMA : Akhmad Awaludin Agustiar
NIM : 14/369621/PN/13935
GOL/KELOMPOK/NO. URUT : A1/7/61
ASISTEN : Husnul Faidah W
LABORATORIUM TERPADU
GEDUNG AGROKOMPLEKS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
1. DASAR TEORI

Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat, walaupun tidak mengandung
molekul air namun kata karbohidrat tetap dipakai sebagai kata ganti sakarida. Nama
karbohidrat berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini
memiliki rumus empiris yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon
hidrat dan memiliki nisbah 1: 2: 1 untuk C, H, dan O. Perbandingan jumlah atom H
dan O adalah 2 :1 seperti pada molekul air (Matoharsono, 1976).
Sekarang, karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon,
atau senyawa yang menghasilkan senyawa yang serupa pada hidrolisis. Dengan
demikian, kimia karbohidrat adalah gabungan dari 2 gugus fungsi yaitu gugus
hidroksil dan gugus karbonil (Hart, 1983).

Karbohidrat mempunyai fungsi biologi yang penting. Pati dan glikogen berperan
sebagai penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan
sebagai unsur struktural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman.
Karbohidrat lain berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa
perekat di antara sel dan pemberi spesifitas biologi pada permukaan sel (Lehninger,
1982).

Karbohidrat memberi kontribiusi pada stuktur sel hewan dan mikroorganisme,


terutama tanaman. Disamping menyediakan energi biokimia sebagai penopang
proses kehidupan serta perkembangbiakannya. Pada dasarnya energi yang
terkandung dalam karbohidrat berasal dari energi matahari. Karbohidrat (glukosa)
dibentuk dari karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil
dalam daun. Kemudian glukosa yang terbentuk dibentuk dalam amilum. Proses di
atas disebut proses fotosintesis (Sudarmaji, dkk, 1996). Dan dapat ditulis sbb:

6CO2 + H2O sinar matahari, klorofil


C6H12O6 + 6H2O

Berdasarkan jumlah rantai karbon yang menyusunnya, karbohidrat dibagi menjadi 3


golongan yaitu monosakarida, olisakarida, dan polisakarida (Hart,1983)

1. Monosakarida

Monosakarida adalah molekul karbohidrat yang tidak dapat dipecah lagi menjadi
molekul karbohidrat yang lebih sederhana melalui proses hidrolisis. Molekul ini sering
disebut sebagai gula sederhana (Whistler dkk, 1996). Menurut Lehninger (1982)
monosakarida tidak berwarna, bentuk kristanya larut dalam air tetapi tidak larut
dalam pelarut nonpolar. Monosakarida digolongkan menurut jumlah karbon yang ada
dan gugus fungsi karbonilnya yaitu aldehida (aldosa) dan keton (ketosa). Yang
termasuk monosakarida yaitu : glukosa, fruktosa, dan galaktosa
CH = O CH2OH
|
| C=O
(CHOH)n |
| (CHOH)n
CH2OH |
CH2OH
Ketosa
Aldosa

2. Oligosakarida

Oligoskarida terdiri dari dua atau lebih monosakarida yang pengaruh asamnya dapat
mengalami hidrolisis menjadi bentuk-bentuk monosakarida penyusunnya. Apabila
oligosakarida merupakan gabungan dari 2 molekul monosakarida disebut disakarida,
dan apabila tersusun dari tiga molekul monosakarida disebut trisakarida. Ikatan
antara dua molekul monosakarida disebut glikosidik. Ikatan ini terbentuk antara dua
gugus hidroksi dari atom C nomor 1 (disebut karbon anomerik) dengan gugus
hidroksi dari atom C molekul lain (biasanya atom C nomor 4) atau dengan melepas 1
mol air (Lehninger, 1982). Yang termasuk oligosakarida adalah : sukrosa, maltosa,
dan laktosa
Sukrosa gabungan antara glukosa dan Fruktosa
Maltosa gabungan antara glukosa dan glukosa
Laktosa gabungan antara glukosa dan galaktosa

3. Polisakarida

Polisakarida adalah gabungan dari banyak molekul monosakarida dengan ikatan


glukosakarida. Polisakarida dalam bahan makanan berfungsi sebagai penguat testur,
contohnya : selulosa, hemiselulosa, pektin, dan lignin, serta sebagai sumber enrgi,
contohnya : pati, dekstrin, dan glikogen
Monosakarida dan sakarida umumnya disebut gula-gula karena memiliki rasa yang
manis disebabkan gugus hidroksidanya, sedangkan polisakarida tidak terasa manis
karena ukuran molekulnya besar sehingga tidak dapat masuk ke dalam sel-sel kunci
yang terdapat pada permukaan lidah (Sudarmadji, dkk, 1996).

1. TUJUAN

1. Mengetahui adanya gula pereduksi dalam glukosa, fruktosa, maltosa, pati,


dan air dengan menggunakan uji Fehling.
2. Mengetahui adanya gula pereduksi dalam glukosa, fruktosa, maltosa, pati,
dan air dengan menggunakan uji Nelson.
3. Menentukan dan memahami perbedaan glukosa, fruktosa, maltosa, pati, dan
air dari pengujian Mollish, Fehling, Nelson, dan SElliwanoff.
4. Mengetahui karakteristik dan tingkatan jenis-jenis karbohidrat melalui
pengujian Mollish, Fehling, Nelson, dan Selliwanoff.
5. Mengetahui adanya karbohidrat dalam glukosa, fruktosa, maltosa, pati dan
air dengan menggunakan uji Mollish.
6. Mengetahui adanya gugus keton dalam glukosa, fruktosa, maltosa, pati, dan
air dengan menggunakan uji Selliwanoff.

METODOLOGI

1. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
1) Larutan H2SO4 pekat
1) Tabung reaksi 2) Larutan - naphtol
2) Gelas ukur 3) Larutan fehling A
3) Kaki tiga 4) Larutan fehling B
4) Lampu bunsen 5) Larutan Cu- tartrat
5) Pipet 6) Arsenomolibdat
6) Kelereng 7) Selliwanoff
7) Karet gelang 8) aquadest

1. CARA KERJA

1. Pengujian umum

Uji Mollisch

2. Pengujian khusus
1. Pengujian gula pereduksi

Uji Fehlings
Larutan fehlings A dan B (1:1)
Uji Nelson
Pengujian gugus Keton
Uji Selliwanoff

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

No Sampel Uji Mollish Uji Fehlings Uji Nelson Uji Selliwanoff

1. A ++++ + ++++ +

2. B ++ +++ +++++

3. C +++ ++ +++

4. D + ++

5. E +

Keterangan :
Uji Mollisch (+) Tingkat keunguan warna

Pada percobaan
A = ungu tua + terbentuk cincin
B = ungu muda
C = ungu muda
D = ungu keputihan
E = bening

Uji Fehling (+) Tingkat endapan dan disertai warna merah.

Pada percobaan
A = merah muda
B = merah
C = merah muda
D = biru
E = biru

Uji Nelson (+) Intensitas warna biru yang terbentuk.

Pada percobaan
A = biru laut
B = biru pekat
C = biru
D = biru muda
E = hijau muda

Uji Selliwanoff (+) ada tidaknya warna merah tua yang terbentuk.

Pada percobaan
A = merah tua
B = putih
C = putih
D = putih
E = putih

1. PEMBAHASAN

Dalam praktikum acara I pengujian karbohidrat dilakukan terhadap 5 buah cuplikan


yaitu cuplikan A,B,C,D,dan E. Masing-masing cuplikan masih belum diketahui jenis
glukosanya, apakah termasuk monosakarida, oligosakarida, atau polisakarida.
Golongan monosakarida akan menghasilkan reaksi positif terhadap uji fehlings.
Sedangkan uji Mollish menganut prinsip bahwa asam sulfat pekat dapat
menghidrolisis ikatan glikosidik menjadi monosakarida.

1.Pengujian Umum

a.Uji Mollisch
Uji mollisch dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan yang mengandun karbohidrat.
Pada percobaan ini cuplikan E tidak memberikan reaksi positif karena tidak
menghasilkan cincin berwarna ungu. Melainkan tetap berwarna putih. Hal tersebut
menunjukkan bahwa cuplikan A tidak mengandung karbohidrat atau biasa dikatakan
cuplikan tersebut adalah aquades dan dipakai sebagai larutan pengontrol. Untuk
cuplikan A, B, C, dan D memberikan reaksi positif yaitu menghasilkan cincin ungu.
Diantara cuplikan tersebut warna ungu terpekat pada cuplikan A. Terlihat bahwa
cuplikan A termasuk jenis monosakarida yaitu fruktosa.
Dalam larutan asam encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil.
Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida
menghasilkan fulfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan fulfural ini adalah reaksi
dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
Pentosa-pentosa hampir secara kuantitatif semua terhidrasi menjadi fulfural. Dengan
dehidrasi heksosa-heksosa menghasilkan hidroksi-metil-fulfural. Oleh karena fulfural
atau derivatnya dapat membentuk senyawa yang berwarna apabila direaksikan
dengan -naftol atau timol, reaksi ini dapat dijadikan reaksi pengenal untuk
karbohidrat.

CHO

| HCCH
H- C OH H2SO4 pekat || ||
| - HC C C H
H- C OH \\ // ||
| O O
H- C OH
|
CH2OH

Pereaksi Mollish terdiri dari larutan -naftol dalam alcohol. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan
H2SO4 pekat , akan terbentuk dua lapisan zat cair. Penambahan H2SO4 dilakukan
melalui tepi dinding karena larutan tersebut bersifat eksotermis sehingga panas dari
larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung reaksi. Larutan H 2SO4 akan
menghidrolisis ikatan glikosidik dan menghasilkan monosakarida. Pada batas antara
kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara
fulfural dengan -naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik pada karbohidrat, namun
dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kuantitatif karbohidrat.
Hasil negative merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat. Pada percobaan
ini hasil negatife ditunjukan oleh cuplikan E.

1. Pengujian Khusus
1. 1. Pengujian gula pereduksi
2. a. Uji Fehlings

Pereaksi ini dapat direduksi oleh selain karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi
juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu
Fehling A dan Fehling B. Larutan Fehling A adalah CuSO4dalam air, sedangkan
Fehling B adalah larutan garam KNatrat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan
ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa
suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini ion Cu+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan menjadi CuO2. Fehling B berfungsih mencegah Cu+
mengendap dalam suasana alkalis.

2 Cu+ + 2 OH Cu2O + H2O


Endapan
Uji fehlings bertujuan untuk memperlihatkan ada atau tidaknya gula pereduksi.
Karena prinsip kerjanya adalah grafimetri sehingga dengan mudah dapat ditentukan
cuplikan yang mengandung karbohidrat.
Pada percobaan terlihat bahwa cuplikan yang memberikan hasil positif adalah
cuplikan A, B, dan C. Sedangkan pada cuplikan D dan E diperoleh reaksi yang
negatif. Sudah diketahui bersama bahwa cuplikan E adalah aquades yang digunakan
sebagai pengontrol, sedangkan D adalah polisakarida atau bias disebut juga
karbohidrat kompleks sebab polisakarida tidak memiliki gugus gula reduksi sehingga
memberikan reaksi yang negatif pada uji Fehling.
Untuk cuplikan A, B, dan C memberikan hasil yang positif dan diantara ketiga
cuplikan tersebut yang memberikan warna endapan yang paling kuat/pekat adalah
cuplikan A. Hal ini menunjukan bahwa B adalah monosakarida.

1. b. Uji Nelson

Pada uji Nelson, larutan tembaga tartrat pertama kali dimasukkan ke dalam cuplikan
karbohidrat lalu dipanaskan 15 menit. Pada saat pemanasan, tabung reaksi ditutup
dengan kelereng untuk mencegah terjadinya penguapan sebab tujuan dilakukannya
uji Nelson adalah untuk mereduksi senyawa gula yang akan melibatkan peristiwa
oksidasi reduksi dalam larutan tersebut, sehingga apabila tabung reaksi tidak ditutup
maka proses oksidasi reduksi dalam cuplikan akan dicampuri O 2 dari luar tabung
reaksi. Setelah 15 menit, tabung reaksi diangkat dan didinginkan. Selanjutnya
dimasukkan arsenomolibdat dan diamati perbedaan warna sebelum dan sesudah
penambahan arsenomolibdat.
Pemanasan gula dalam larutan tembaga tatrat alkali akan mengakibatkan
terbentuknya tembaga oksida yang akan bereaksi dengan arsenomolibdat
membentuk komplek molybdenum yang berwarna biru tua.

O O
|| ||
CH2OH (CHOH)4 C H + 2 NaOH CH2OH (CHOH)4 C ONa + H2O
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, cuplikan yang memberikan hasil negative
adalah cuplikan D dan E. Ini terlihat dari perubahan warna sebelum dan setelah
dimasukkan arsenomolibdat. Cuplikan D dan E semula berwarna biru menjadi hijau-
kuning tanpa endapan. Cuplikan yang memberikan hasil positif adalah cuplikan A, B,
dan C. Cuplikan A dan B awalnya berwarna biru menjadi biru tua dan terdapat
endapan. Warna biru tua pada cuplikan A lebih pekat dibandingkan dengan cuplikan
B. Sedangkan pada cuplikan C awalnya berwarna biru menjadi biru-hijau disertai
endapan.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui cuplikan yang banyak mengandung gula
semakin kuat bereaksi dengan arsenomolibdat dan mendapat endapan dan warna
yang lebih keruh. Uji Fehling dan Nelson memberikan hasil yang sama pada masing-
masing cuplikan, karena uji ini memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menguji ada
tidaknya gula pereduksi dalam sampel.

2.Pengujian gugus keton


1. Uji Selliwanoff

Pada uji Selliwanoff, larutan 1 ml dimasukkan ke dalam larutan karbohidrat.


Kemudian dipanaskan pada waterbath 10 menit setelah diamati pembentukan
warna merah tua. Tujuannya adalah untuk mengetahui gugus keton. Monosakarida
ketosa sapat mengalami dehidrasi menghasilkan derivat fulfural lebih cepat
dibandingkan monosakarida aldosa. Darivat fulfural inilah yang berkondensasi
dengan resorsinol akan menghasilkan komplek berwarna merah tua.
Dari hasil percobaan dapat diketahui golongan karbohidrat yang bereaksi dengan
Selliwanoff adalah fruktosa yaitu oleh cuplikan A karena pada tahap akhir percobaan
menunjukan warna merah tua.

1. KESIMPULAN

Karbohidrat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : monosakarida,


oligosakarida, dan polisakarida tergantung banyaknya atom C penyusun
molekulnya.
Karbohidrat mempunyai daya pereduksi ditunjukkan dengan semakin banyak
kadar karbohidrat yag disusun oleh satu molekul gula maka akan semakin
besar daya perduksinya.
Berdasarkan hasil percobaan :

Cuplikan A merupakan fruktosa termasuk dalam golongan monosakarida,


berarti postif pada semua uji terutama uji Selliwanoff.
Cuplikan B merupakan glukosa yang termasuk dalam golongan
monosakarida, bereaksi pada uji Mollisch dan terutama pada uji Fehling yang
memiliki warna jingga yang lebih pekat dibandingkan cuplikan lainnya.
Cuplikan C merupakan maltosa yang termasuk dalam golongan
monosakarida, bereaksi positif pada semua uji kecuali uji Selliwanoff.
Cuplikan D merupakan pati yang termasuk dalam golongan polisakarida,
hanya bereaksi pada uji Mollisch.
Cuplikan E merupakan aquades karena dalam setiap uji tidak memberikan
reaksi positif. Aquades berfungsi sebagai pengontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Hart, H. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Erlangga. Jakarta.

Lehninger, Albert L. 1982. Principles of Biochemistry. 5 edition. Food Trade Press


Ltd. London.

Robert T. Marison & Robert N. 1992. Organic Chemistry. Sixth Edition. Prentice-Hall.
England Cliffs, New Jersey

Sudarmadji, Slamet, Bambang Haryono, Suhardi. 1986. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Gula reduksi adalah semua gula yang memiliki kemampuan untuk mereduksi dikarenakan adanya
gugus aldehid atau keton bebas. Aldehid dapat teroksidasi langsung melalui reaksi redoks. Namun,
gugus keton tidak dapat teroksidasi secara langsung, gugus keton, tetapi harus diubah menjadi
aldehid dengan perpindahan tautomerik yang memindahkan gugus karbonil ke bagian akhir rantai.
Monosakarida yang termasuk gula reduksi antara lain glukosa, fruktosa, gliseraldehida, dan
galaktosa. Untuk disakarida, contohnya adalah laktosa dan maltosa. Sedangkan yang termasuk
gula non-reduksi adalah sukrosa. Gula non-reduksi dicirikan dengan tidak adanya struktur rantai
terbuka, sehingga tidak rentan terhadap proses oksidasi reduksi. Pada polimer glukosa seperti
amilum dan turunan amilum (maltodextrin dan dextrin), makromolekulnya dimulai dengan gula
reduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan berhubungan erat dengan aktifitas enzim,
dimana semakin tinggi aktifitas enzim maka semakin tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan.
Persentase gula reduksi di dalam turunan amilum/pati disebut dengan dextrose equivalent (DE).
Metode penentuan komposisi gula reduksi dalam sampel yang mengandung karbohidrat yang
digunakan adalah menggunakan pereaksi asam dinitro salisilat / 3,5-dinitrosalicylic acid. Metode ini
adalah metode kimiawi. DNS merupakan senyawa aromatis yang akan bereaksi dengan gula
reduksi maupun komponen pereduksi lainnya untuk membentuk 3-amino-5-nitrosalicylic acid, suatu
senyawa yang mampu menyerap dengan kuat radiasi gelombang elektromagnetik pada 540 nm.
Semakin banyak komponen pereduksi yang terdapat dalam sampel, maka akan semakin banyak
pula molekul 3-amino-5-nitrosalicylic acid yang terbentuk dan mengakibatkan serapan semakin
tinggi.

Reaksi dengan DNS yang terjadi merupakan reaksi redoks pada gugus aldehid gula dan
teroksidasi menjadi gugus karboksil. Sementara itu DNS sebagai oksidator akan tereduksi
membentuk 3-amino dan 5-nitrosalicylic acid. Reaksi ini berjalan dalam suasana basa. Bila
terdapat gula reduksi pada sampel, maka larutan DNS yang awalnya berwarna kuning akan
bereaksi dengan gula reduksi sehingga menimbulkan warna jingga kemerahan.

Dalam pembuatan reagen DNS, kita perlu menambahkan NaOH ke dalam larutan yang bertujuan
untuk memberikan suasana basa. Karena nantinya reaksi dari reagen DNS ini bekerja pada
suasana basa. Selain menambahkan NaOH, juga ditambahkan kalium natrium tartrat 40%
(Rochelle Salt). Fungsi dari penambahan ini adalah untuk menstabilkan warna yang terbentuk pada
saat reaksi terjadi yaitu merah bata/kecoklatan. Di samping itu, kadang juga diperlukan pemanasan
untuk membantu mempercepat jalannya reaksi. Karena nantinya yang akan diukur adalah
absorbansi dari warna yang terbentuk tersebut dengan spektrofotometri pada panjang gelombang
575 nm.

Sumber:

Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia (edisi ke-Jilid 1, diterjemahkan oleh M. Thenawidjaja).
Jakarta: Erlangga.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organic, Sterokimia, Lemak, dan Protein. Yogyakarta
:Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai