Belajar Isyarat
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul
emosional pada individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sikap guru yang
sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru
tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Contoh yang
lain, misal pada suatu kelas yang diberikan pelajaran geometri, seorang anak
yang tak dapat mengerjakan soal geometri tersebut dicemoohkan oleh guru.
matematika.
Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda
dengan pada belajar isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati
atau sengaja dan dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki
3 - 4 Unit 3
langsung yang terpadu antara stimulus dan respon. Misalnya siswa menirukan
kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam suatu
rangkaian berhubungan erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih
dalam rangkaian yang sama. Sebagai contoh, misalnya seorang anak akan
menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan panjang jari-jarinya diketahui.
terurut yang saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan tersebut terdiri dari
memegang sebuah jangka, meletakkan salah satu ujung jangka pada sebuah titik
jarak dari titik tadi, setelah itu meletakkan ujung jangka lainnya sesuai dengan
Kalau tadi pada belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, maka
pada belajar rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian
verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
Setiap stimulus respon dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon
lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama. Contoh, ketika mengamati suatu
anak tersebut menamai benda yang diamati tersebut. Contoh dalam matematika,
seorang anak mengamati sebuah segi empat tegak yang keempat sisi-sisinya
e. Belajar memperbedakan
sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan
membedakan satu simbol dengan simbol lainnya. Terdapat dua macam belajar
lingkungan tertutup sederhana yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas
dua jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar
sudut yang paling besar adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi
miringnya, sementara pada segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu
Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari bendabenda
(yang bentuknya persegi panjang), papan tulis, bingkai foto (yang bentuknya
atau sifat-sifat. Contoh aturan dalam segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi
miringnya, anak memerlukan suatu aturan Pythagoras yang berbunyi pada suatu
segitiga siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi
3 - 6 Unit 3
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan
lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar
selisih kuadrat dua bilangan yang sudah diketahui jumlah dan selisihnya, yaitu:
menemukan .
))(( 22 += bababa
40410 22 ba ==
3. Strategi Kognitif
serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan
masalah matematika.
4. Sikap
terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang
diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula
negatif, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud,
apakah sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh, seseorang memasuki toko
buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis buku, bila orang tersebut
5. Keterampilan Motorik
dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otototot,
tingkah laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup
mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk
datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan
datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat.
Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961)
bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan
secara tidak sadar.
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar S
R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau
masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan
teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini
berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat
segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu,
makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.
Suatu kalimat unsur itu berbangun limas adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat
menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti
balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya
terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan
berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap
fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus
(kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan,
manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga.
Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua
pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama
dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal),
terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang
dipelajari harus dipahami artinya.
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya
pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan
masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya
lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam
masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah
diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight).
Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang
penyelesaiannya ditemukan sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau
problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah lain.
Kedelapan tipe belajar di atas itu ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat
bagi tipe belajar di atasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya, perlu dikuasai sejumlah
aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan
itu. Agar dikuasi konsep perlu kemampuan membuat perbedaan, dan agar dapat membuat
perbedaan perlu dikuasai verbal chain, dan seterusnya.
Biasanya dalam proses pembelajaran di sekolah hanya sampai pada tingkat konsep. Namun
adakalanya kita harus menggunakan taraf belajar lebih rendah lagi. Agar belajar dapat
mencapai lebih taraf tinggi diperlukan kemampuan guru dalam menerapkan prinsip-prinsip
sebagaimana diuraikan di atas.