PERUSAHAANDAERAHAIRMINUM KABUPATENCIREBON
RA
M
E
IN G
GAW E UCI IN G
RIH
PAM
Jalan Sunan Drajat No 12 Komplek Perkantoran - Sumber TIRTADHARMA
S
Disusun Oleh :
Studi Kasus :
Pembelajaran dan Pengalaman Praktisi Manajemen
PDAM Kabupaten Cirebon
0
TANTANGAN DAN SOLUSI:
PENGELOLAAN HULU-KE-HILIR DAN PEMANFAATAN SUMBER
DAYA AIR DALAM MANAJEMEN PDAM
----------------------------------------------------------------------------------------------
STUDI KASUS : PEMBELAJARAN DAN PENGALAMAN PRAKTISI MANAJEMEN
PDAM KABUPATEN CIREBON
I. PENDAHULUAN
1
g. MA Cibulakan Desa Linggarjati Kabupaten Kuningan
Q = 12 L/det
h. Bendung Karet Sungai Kumpulkuista DAS Cimanuk
Q = 100 L/det
i. Bendung Karet Tawangsari DAS Cisanggarung Q = 70 L/det
j. Bendung Walahar DAS Ciwaringin Q = 20 L/det
k. Air Permukaan (AP) DAS Cimanuk Desa Kertasmaya Kabupaten
Indramayu Q = 10 L/det
2
Kabupaten Cirebon memiliki cukup banyak daerah rawan air bersih
mengingat kondisi geografisnya, lokasi daerah rawan air di
Kabupaten Cirebon umumnya terletak di daerah perbatasan wilayah
administrasi serta di pesisir pantai utara Jawa Barat. Karakteristik
penduduknya secara spesifik sangat berbeda antara kelompok
penduduk yang bermukim di pesisir pantai yang pada umumnya
adalah nelayan dengan mereka yang bermukim di daerah
perbatasan wilayah administrasi bagian selatan yang umumnya
terdiri dari kelompok petani.
Perbedaan ini berdampak terhadap perbedaan perilaku sosial yang
tentunya akan membutuhkan metode pendekatan serta solusi
penanganan yang berbeda pula. Walaupun bila ditinjau dari aspek
kebutuhan dasar, konsumsi air minum kedua kelompok masyarakat
ini relatif sama; namun dari sisi demand cluster kebutuhan terhadap
sumber daya air dari kelompok petani praktis jauh lebih besar
terutama untuk menunjang kegiatan pengairan dan irigasi. Namun
demikian tingkat sensitivitas kebutuhan prasarana air bersih dari
kelompok nelayan selalu akan lebih kritis mengingat permukiman
mereka umumnya berjauhan dari lokasi sumber air baku dan
masyarakat nelayan umumnya lebih rentan terhadap setiap kasus
hambatan pengaliran distribusi. Pemahaman terhadap kondisi
seperti ini tentunya diniliai cukup penting bagi PDAM karena
berpotensi memicu terjadinya berbagai kasus Non Revenue Water
(NRW).
1.3 Mengingat Potensi Sumber Daya Air sebagian besar berada di luar
wilayah administrasi Kabupaten Cirebon, maka untuk mendapatkan
sumber air baku tersebut selain memerlukan regulasi yang
memudahkan dalam memperoleh sumber air baku dimaksud juga
diperlukan kemampuan dan kecerdikan manajemen PDAM.
II. TUJUAN
III. METODE
Dalam penyelenggaraan pengelolaan hulu-ke-hilir dan pemanfaatan
Sumber Daya Air PDAM Kabupaten Cirebon menerapkan beberapa
metode sesuai regulasi serta ketentuan yang berlaku yaitu :
1. Pendekatan Umum
2. Pendekatan Kelembagaan
3. Pendekatan Teknis
4. Pendekatan Aspek Lingkungan
5. Pendekatan Aspek Tatakelola
3
3.1. Pendekatan Umum
4
3.2.4 Kabupaten/Kota Tetangga dan PDAM Tetangga
5
3.4. Pendekatan Aspek Lingkungan
a. Memahami bahwa hulu dan hilir adalah satu sistem yang tidak
bisa dipisahkan dan masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban.
b. Memahami pentingnya hulu dan hilir tetap berfungsi dengan
baik
IV. HASIL
4.1.1 Tantangan
a. Degradasi debit sumber air di saat musim kemarau
mengalami penurunan drastis.
b. Debit sumber air baku belum mampu untuk memenuhi
target MDGs.
c. Konflik kepentingan air baku dengan pihak lain terutama
pada musim kemarau.
4.1.2 Solusi
a. 1) Degradasi debit MA Cikalahang dari debit 100 L/det
pada musim kemarau turun menjadi 72 L/det
bahkan pernah turun sampai 53 L/det akan diatasi
melalui suplesi dari MA Cipujangga Kapasitas 50
L/det yang terletak di Kabupaten Kuningan.
6
b. Meningkatkan koordinasi dan konsultasi untuk
mendapat tambahan debit sesuai dengan kebutuhan
target MDGs.
c. 1) Memanfaatkan forum rapat koordinasi dengan
menjelaskan untuk tetap diperhatikannya
pemenuhan kebutuhan air baku bagi kepentingan
air minum, walaupun harus dilakukan sistim gilir
namun tetap harus konsisten terkendali.
2) Melakukan pendekatan dengan informal leader
untuk mendapatkan kapasitas debit air baku sesuai
dengan kesepakatan tata gilir air.
4.2.1 Tantangan
4.2.2 Solusi
4.3.1 Tantangan
7
4.3.2 Solusi
V. KESIMPULAN
8
9