net/publication/340135309
CITATION READS
1 1,460
1 author:
Eko Aristanto
Universitas Merdeka Malang
42 PUBLICATIONS 81 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Eko Aristanto on 25 March 2020.
Eko Aristanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Merdeka Malang
Email : aristanto90@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis aspek sosial, ekonomi dan kelembagaan yang ada di Daerah Irigasi
(DI) Ciliman yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Pendekatan penelitian mengunakan
penelitian deskriptif terhadap variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi aspek sosial, ekonomi
dan kelembagaan pada masyarakat dan kelembagaan petani di wilayah Daerah Irigasi (DI) Ciliman.
Metode pengumpulan data mengunakan Pendekatan Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi (PPKDI). Metode
analisis data mengunakan statistik deskriptif meliputi tabel frekuensi , grafik dan kecenderungan data
terhadap data-data hasil kegiatan penelitian. Hasil penelitian pada aspek sosial menunjukkan budaya
sosial, kekerabatan dan pola kelembagaan masyarakat di masyarakat Lebak dan Pandeglang dapat
mendorong peningkatan kegiatan pertanian beririgasi. Untuk aspek ekonomi menunjukkan pertanian
masih tempat bergantung masyarakat walaupun nilai tambah pertanian terus merosot dan aspek
kelembagaan menunjukkan P3A masih terdapat banyak kelemahan dalam pengelolaan pertanian
beririgasi dan pengelolaan kelembagaa P3A yang mendorong produktivitas pertanian.
Kata kunci : Sosial, Ekonomi, Kelembagaan, Daerah Irigasi
Tabel 3
Saluran Jaringan Irigasi Ciliman
Gambar 2 Bangunan
Kondisi Bendung Ciliman. No Saluran Luas (Ha) Bagi/sadap
(buah)
1 Saluran Induk Ciliman 1995,00 34
2 Saluran Sekunder
161,00 3
Kamurang
3 Saluran Sekunder
1078,00 7
Seuleuh
4 Saluran Sekunder
1245,00 11
Seuseupan
5 Saluran Sekunder Ranca
214,00 4
Hideung
6 Saluran Sekunder
331,00 2
Kampung Tujuh
7 Saluran Sekunder
175,00 1
Sumur Waru
8 Saluran Sekunder
116,00 1
Kelapa Cagak
Jumlah 5315,00 63
Gambar 3 Sumber : BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian
Kondisi Mercu Bendung Ciliman.
Di sepanjang saluran irigasi Ciliman, baik
Tabel 2 saluran induk maupun saluran sekunder,
Data Teknis Bendung Ciliman terdapat bangunan-bangunan irigasi yang
No Uraian
Luas ditempatkan sesuai dengan fungsinya. Terdapat
(Ha) sekitar 460 bangunan irigasi di sepanjang
1 Luas Areal Irigasi 5234 saluran, diantaranya 63 Bangunan Bagi/Sadap di
2 Bendung BLMn.0
(Intake Kiri)
Jaringan Induk dan Sekunder dan 397 bangunan
Panjang Mercu : 25,90 m Pelengkap. Hasil survei lapangan, didapatkan Q
Tinggi : 3,50 m sumber atau debit sungai rata-rata adalah
Bendung sebesar = 6.245 m3/dt. Jika debit ini
Tipe Mercu : Oge dibandingkan dengan kebutuhan air untuk areal
Tipe Kolam : USBR Tipe IV
Olak
sawah yang harus diairi oleh DI. Ciliman seluas
Panjang Kolam : 21,00 m 5.136 Ha, maka hasilnya adalah : Kebutuhan air =
Olak 5.136 x 0.0012 m3/dt/ha = 6.163 m3/dt/ha.
Pintu Intake : 2 buah, B = 1,75 m Dengan hasil 6.163 m3/dt/ha maka kebutuhan
Pintu Pembilas : 2 buah, B = 1,50 m seluruh areal sawah dapat terpenuhi, namun
3 Kantong Lumpur sangat rentan terhadap risiko kekurangan air
Lebar : 7,50 m , jumlah 2
Buah menginggat Q sumber atau debit sungai rata-rata
Panjang : 110,00 m hanya sebesar 6.245 m3/dt.
Pintu Intake : 2 buah, B = 3,00 m Berdasarkan hasil pemetaan lapangan yang
Pintu Pembilas : 2 buah, B = 3,00 m ada antara lain review desain tersier D.I. Ciliman
Sumber : BBWS Cidanau-Ciujung-Cidurian diperoleh beberapa isu teknis berikut : (1)
Kondisi dari saat ini bangunan intake dinyatakan
baik, akan tetapi, bangunan utama tidak bekerja masyarakat yang mendiami wilayah DI. Ciliman
efektif dalam mensuplai debit rencana melalui gotong royong baik penamaan dan
intake karena Settling basin tidak dibagi dan pelaksanaannya tergantung pada aktifitas sosial
menghasilkan banyak sedimentasi di saluran yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam kegiatan
irigasi; (2) Masalah-masalah utama yang sering keagamaan dilakukan melalui kegiatan pengajian
terjadi pada saluran-saluran irigsi, baik induk dan majelis taklim. Secara umum kehidupan
maupun sekunder, adalah berikut ini : i) beragama di 5 kecamatan sangat agamis dengan
Terjadinya penurunan kapasitas saluran karena mayoritas penduduk beragam Islam, disamping
sedimentasi di saluran; ii) Terdapat retak atau itu indikator kegiatan keagamaan yang terlihat
rusak pada sebagian lapisan saluran; iii) jumlah sarana ibadah umat muslim yang
Kemiringan saluran bergeser (canal slope menyebar jumlah masjid sebanyak 328 Masjid
sliding); iv) Terjadi kerusakan pada jalan-jalan dan 722 Mushola di 5 kecamatan tersebut (BPS
inpeksi; v) Terjadi Kerusakan pada saluan Kabupaten Lebak, 2019; BPS Kabupaten
penyebrang (cross drain) BLKMN.Kr.20, yang Pandeglang, 2019).
disebabkan tidak ada aliran air irigasi ke arah
hilir; vi) Dari Studi Terdahulu diperoleh masukan
bahwa Sistem Jaringan Irigasi Eksisting hanya
mampu melayani 1.015 ha area irigasi rencana;
(3) Bangunan-bangunan irigasi seperti bangunan
pembagi (division structure) dengan atau tanpa
off-take, drop structure, jembatan dan lain-lain,
secara keseluruhan dalam kondisi kurang baik,
beberapa struktur kondisinya rusak, baik rusak
ringan maupun rusak berat; (4) Kondisi
kerusakan saluran irigasi pada DI Ciliman
ditemuan antara lain : i) kerusakan pada lining
saluran, ii) sedimentasi saluran irigasi, iii)
kerusakan aibat gerusakan lokal, iii) kerusakan Gambar 4
akibat kebocoran pondasi, iv) kerusakan pondasi Penyebaran sarana Ibadah di di Wilayah Daerah
tebing dan v) kerusakan badan saluran; dan (6) Irigasi (DI) Ciliman
Kondisi kerusakan pada saluran sekunder
seuseupan pada DI Ciliman antara lain : i) Adanya Dalam setiap komunitas selalu terdapat
longsoran pada tanggul sebelah kiri yang tokoh penggerak yang ditampilkan dalam bentuk
merubah profil saluran irigasi. Perubahan profil kelembagaan kepemimpinan (leadership). Orang
saluran irigasi tersebut memutuskan aliran air Banten mengenal tiga bentuk kepemimpinan: (a)
irigasi ke arah hilir. Perubahan aliran air tersebut pemimpin formal atau umaroh; (b) pemimpin
membawa pengaruh terhadap kondisi elevasi keagamaan atau ulama; dan (c) pemimpin
dasar saluran (gerusan lokal di daerah saluran) budaya atau jawara. Seorang tokoh
dan gerusan arah horizontal pada tebing saluran kepemimpinan (leadership) desa, baik ia seorang
dan ii) Fenomena kerusakan ini akan terus tokoh formal (aparat pemerintah) maupun tokoh
berlangsung dan berkembang jika tidak dilaukan pemimpin informal (tokoh agama, budaya,
upaya perbaikan dan perkuatan sistem. pedagang sukses, dll.) disebut kokolot atau olot.
Berdasarkan evaluasi tersebut dapat dikatakan Pihak pemerintah (umaroh) di Kabupaten
pemicu utama kerusakan yang terjadi adalah Pandeglang umumnya melibatkan tokoh kiai dan
kondisi aliran saluran yang mengalami jawara dalam kegiatan pembangunan wilayah
kebocoran, yang memicu ketidakstabilan tanggul dengan menempatkan tokoh-tokoh yang disegani
yang ada. dalam implementasi kebijakan pembangunan
setempat. Peran ketokohan tersebut adalah
Aspek Sosial Kemasyarakatan Daerah Irigasi sebagai motivator/penggerak dalam
(DI) Ciliman. mempengaruhi masyarakat untuk melaksanakan
Budaya gotong royong telah melekat sejak lama kegiatan/program yang dirancang di suatu
dalam masyarakat agraris di Lebak dan wilayah, karena dipandang sebagai panutan dan
Pandeglang, dalam lingkup yang lebih kecil yaitu disegani (dituakan).
Hasil analisis menunjukkan petani Status petani yang umumnya di jumpai di daerah
merupakan mata pencaharian utama masyarakat irigasi Ciliman dalah petani pemilik dan petani
di 5 (lima) kecamatan meliputi Munjul, Angsana, penggarap. Namun dalam kegiatan usaha tani
Banjarsari, Sobang, Panimbang dan Sukaresmi status petani berkembang menjadi petani
yang dialiri Daerah Irigasi (DI) Ciliman. Dengan pemilik, pemilik dan penggarap, penggarap, dan
jumlah anggota keseluruhan P3A sebanyak 7.181 penyewa lahan. Status kepemilikan sawah di DI.
orang. Proporsi terbesar petani yang berada di Ciliman masih didominasi oleh status “pemilik
daerah irigasi ini berpendidikan terakhir SD yaitu penggarap” sebanyak 3.867 (54%) %, selanjutnya
59,90 %, SMP yaitu sebesar 31,01 %, tamat SMA berturut-turut adalah : “pemilik” sebanyak 1.991
8,35 %, tamat diploma sebesar 0,25 % dan strata (27%) %, “penggarap” sebanyak 1.382 (19 %),
satu/sarjana sebesar 0,48 %. Adapun anggota “sewa” sebanyak 21 (0,029%). Jumlah rata-rata
keseluruhan P3A sebanyak 7.181 orang dilihat kepemilikan sawah atau areal di DI. Ciliman
dari sebaran jenis kelamin terdiri jenis kelamin sebesar 0,6852 ha/org.
laki-laki sejumlah 6.524 (91%) dan wanita
sejumlah 657 (9%). Pendidikan petani yang ada Aspek Ekonomi Daerah Irigasi (DI) Ciliman.
di DI. Ciliman, dapat dilihat pada gambar di
bawah ini : Monokulture merupakan upaya budidaya
yang telah lama dilakukan oleh petani dalam
bercocok tanam. Komoditi yang ditanam secara
monokulture umumnya adalah padi, jagung,
kedelai dan kacang tanah. Dengan komoditas
tersebut ketersediaan air menjadi penting.
Berdasarkan pola iklim dan grafik Curah hujan
rata-rata Derah Irigasi Ciliman, musim hujan
terjadi pada Oktober 2 sampai dengan Mei 1,
dengan puncak hujan bulan Desember atau
Februari, sedangkan musim kemarau terjadi pada
bulan Mei-2 sampai dengan Oktober-1 dengan
bulan paling kering adalah Juli – Agustus.
Tabel 4
Rata-rata Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan
Perbulan Kabupaten Pandeglang, Tahun 2019
Gambar 5 Pos Pengamatan Pos Pengamatan
(Station Munjul) (Station Ciliman)
Tingkat Pendidikan Petani di Wilayah Daerah Bulan Hari Curah Hari Curah
Irigasi (DI) Ciliman Hujan Hujan Hujan Hujan
(hari) (mm) (hari) (mm)
Januari 22 574 29 542
Februari 25 692 22 652
Maret 25 313 21 295
April 22 334 27 409
Mei 14 145 10 154
Juni 20 375 15 177
Juli 5 5 - -
Agustus - - - -
September 11 112 4 77
Oktober 22 292 10 154
November 21 265 18 487
Desember 26 372 21 552
Rata-rata 17,75 289,92 14,75 291,58
Sumber : Data Sekunder, diolah (2019)
Gambar 6 Dengan kondisi ketersediaan air seperti
Status Kepemilikan Lahan Pertanian di Wilayah tabel di atas, maka pola tanam yang dianjurkan
Daerah Irigasi (DI) Ciliman pada DI. Ciliman adalah : Padi (100%) – Padi
(100%) –Palawija (100%). Penerapan pola
tanam tersebut dengan membuat golongan, Tabel 7
masing-masing musim dibagi menjadi 3 Pendapatan Petani Pada Usaha Tani Padi MT 2
golongan, mulai musim tanam pertama pada 16 Daerah Irigasi Ciliman
Nopember. Masa Tanam 2
Peningkatan tanaman pangan khususnya Padi/ Padi/ Padi/
Wilayah
Pendapatan Biaya Keuntungan
tanaman padi masih menjadi fokus perhatian di (Rp) (Rp) (Rp)
Kabupaten Lebak, Produktivitas pertanian masih Daerah Hulu 16.800.000 7.210.000 9.590.000
menjadi keunggulan masyarakat khususnya Daerah Tengah 16.800.000 7.210.000 9.590.000
petani Kabupaten Lebak terutama padi. Pada Daerah Hilir 14.000.000 7.210.000 1.697.000
tahun ini produksi padi mengalami peningkatan Rata-rata 15.866.667 7.210.000 8.656.667
yakni sebesar 766.188 ton meningkat sebesar B/C Ratio 1,83
15,03 persen dari produksi tahun sebelumnya, Sumber : Data Primer, diolah (2019)
Pada Tahun 2018 share‐nya mencapai 35,05
Tabel 8
persen terhadap PDRB Kabupaten Pandeglang.
Pendapatan Petani Pada Usaha Tani Padi MT 3
Subkategori tanaman pangan sebagai
Daerah Irigasi Ciliman
penyumbang terbesar di sektor pertanian, sub Masa Tanam 3
kategori ini pada tahun 2018 tumbuh mencapai Padi/ Padi/ Padi/
Wilayah
7,51 persen. Pendapatan Biaya Keuntungan
Gambaran kondisi usaha tani; (Rp) (Rp) (Rp)
produktivitas, luas lahan dan jenis usahatani Daerah Hulu 12.600.000 6.155.000 6.445.000
Daerah Tengah 12.600.000 6.155.000 6.445.000
dilihat dari komoditi padi, jagung, dan kedelai
Daerah Hilir 10.800.000 6.155.000 6.445.000
disajikan pada tabel berikut ini. Rata-rata 12.000.000 6.155.000 5.845.000
B/C Ratio 2,05
Tabel 5
Sumber : Data Primer, diolah (2019)
Produktivitas Rata-rata Usaha Tani Daerah Irigasi
Ciliman Produktivitas komoditas tanaman padi pada
MT 1 MT 2 MT 3
Daerah Irigasi (DI) Ciliman untuk MT 1 mencapai
No. Wilayah Padi Padi Palawija
(Kg)/Ha (Kg)/Ha (Kg)/Ha 6.5 ton/ha dan untuk MT 2 mencapai 5,6 ton/ha.
1. Daerah Hulu 7.000 6.000 3.500 Pada MT 1 dan 2 ini komoditas yang diusahakan
2. Daerah Tengah 6.500 6.000 3.500 oleh petani hanyalah komoditas padi saja,
3. Daerah Hilir 6.000 5.000 3.000 sedangkan untuk MT 3 untuk Jagung 3.3 ton/ha.
Rata-Rata 6.500 5.666,67 3.333,34 Hasil analisisa usahatani yang dihimpun dari
Sumber : Data Primer, diolah (2019) pelaksanaan FGD pada komoditas padi pada MT 1
dengan produksi per hektar rerata mencapai
Dari tabel 4, rerata produktivitas padi pada MT 1
sekitar 6,5 ton/ha dan dengan pendapatan Rp.
mencapai 6.5 ton/ha dan untuk MT 2 mencapai
18,200,000 jika dikurangi dengan biaya produksi
5,6 ton/ha. Pada MT 1 dan 2 ini komoditas yang
Rp. 7,210.000 keuntungan bersih yang didapat
diusahakan oleh petani hanyalah komoditas padi
oleh petani per musim tanam adalah sebesar Rp.
saja, sedangkan untuk MT 3 untuk Jagung 3.3
10.990.000 atau perbulan Rp. 2,747.500. Untuk
ton/ha. Pendapatan sangat ditentukan oleh
MT 2 dengan komoditas padi produksi per
jumlah produksi yang dihasilkan pada setiap
hektar rerata mencapai 5,66 ton/ha dan dengan
komoditi yang ditanam.
pendapatan Rp. 15,866,667 jika dikurangi dengan
biaya produksi Rp. 7.210.000 keuntungan bersih
Tabel 6
yang didapat oleh petani per musim tanam
Pendapatan Petani Pada Usaha Tani Padi MT 1
adalah sebesar Rp. 9.590.000 atau perbulan Rp.
Daerah Irigasi Ciliman
Masa Tanam 1 2.164.167. Sedangkan MT 3 dengan komoditas
Padi/ Padi/ Padi/ jagung hasil produksi per hektar rerata mencapai
Wilayah
Pendapatan Biaya Keuntungan 3,3 ton/ha dan dengan pendapatan Rp.
(Rp) (Rp) (Rp) 12.000.000 jika dikurangi dengan biaya produksi
Daerah Hulu 19.600.000 7.210.000 12.390.000 Rp. 6.155.000 keuntungan bersih yang didapat
Daerah Tengah 18.200.000 7.210.000 10.990.000
Daerah Hilir 16.800.000 7.210.000 9.590.000
oleh petani per musim tanam adalah sebesar Rp.
Rata-rata 18.200.000 7.210.000 10.990.000 5.845.000 Atau perbulan Rp. 1.161.250.
B/C Ratio 1,65 Pendapatan petani dari usahatani utama yaitu
Sumber : Data Primer, diolah (2019) tanaman padi, jagung, dan kedelai bahwa
pendapatan bersih dan usahatani padi ratarata 44 P3A yang menyebar di 5 kecamatan. Untuk
per hektar, dengan R/C ratio masing-masing padi penyebaran Perkumpulan Petani Pemakai Air
MT1 sebesar 1,65 untuk padi MT2 sebesar 1,83; (P3A) berdasarkan wilayah kecamatan yang di
jagung MT3 sebesar 2,05. Dari hasil analisa aliri Daerah Irigasi (DI) Ciliman pada Kecamatan
usahatani menunjukkan bahwa petani yang Banjarsari terdapat 2 P3A, Kecamatan Munjul
menerapkan pola tanam padi-padi-palawija terdapat 6 P3A, Kecamatan Angsana terdapat 10
memperoleh pendapatan sebesar Rp. P3A, Kecamatan Sukaresmi terdapat 4 P3A,
24.291.667/tahun dengan penghasilan rata-rata Kecamatan Sobang terdapat 11 P3A dan
perbulan Rp. 2.024.306 Kecamatan Panimbang terdapat 11 P3A. Adapun
pengelompokan P3A berdasarkan kelembagaan
Aspek Kelembagaan Daerah Irigasi (DI) bahwa untuk Kelompok P3A dengan kategori
Ciliman. Berkembang sejumlah 10 P3A (22,73%),
Kelompok P3A dengan kategori Sedang
Merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Berkembang sejumlah 29 P3A (65,91%) dan
Umum Nomor 33/PRT/M/2007 tentang Kelompok P3A dengan kategori Belum
Pedoman Pemberdayaan P3A/GP3A/IP3A dan Berkembang sejumlah 5 P3A (11,36%).
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
79/Permentan/OT.140/12/2012 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pemberdayaan
Perkumpulan Petani Pemakai Air menjelaskan
bahwa Perkumpulan petani pemakai air yang
selanjutnya disebut P3A adalah kelembagaan
pengelolaan irigasi yang menjadi wadah petani
pemakai air dalam suatu daerah layanan/petak
tersier atau desa yang dibentuk secara
demokratis oleh petani pemakai air termasuk
lembaga lokal pengelola irigasi.P3A berfungsi
sebagai wahana belajar bagi petani, wadah
kerjasama, modal sosial (social capital), pengelola
prasarana irigasi dan penyedia jasa lainnya
sesuai kondisi wilayah setempat sehingga
menjadi P3A yang kuat dan mandiri. Gambar 8
Kinerja Kelembagaan P3A Daerah Irigasi (DI)
Ciliman