Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF

JERUK SIAM DI SENTRA PRODUKSI

ANALYSIS OF CITRUS COMPARATIF AND COMPETITIVE


ADVANTAGE IN PRODUCTION CENTRE
Apri Laila Sayekti* dan Lizia Zamzami**
Puslitbang Hortikultura, Jln. Ragunan 9A Pasar Minggu, Jakarta*
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Jln. Raya Tlekung 1 Kota Batu**
E-mail: i_ell_a@yahoo.com

ABSTRACT
These research objectives are to analyze: (1) cost structure of citrus farming system in central production, (2)
Indonesias citrus competitiveness. Analysis uses the Policy Analysis Matrix (PAM). The analysis showed that citrus
farming in the district Jember and Sambas financially and economically have profitability and are quite promising.
Citrus also has a comparative and competitive advantage and it needs effort to improve the competitiveness.
Keywords: Competitiveness, comparative advantage, competitive advantage, citrus

ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis: (1) struktur biaya usaha tani jeruk Siam di sentra produksi, (2)
daya saing jeruk Siam. Analisis menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil analisis menunjukkan bahwa
usaha tani jeruk Siam di Kab. Jember dan Kab. Sambas secara privat dan sosial memiliki profitabilitas yang
cukup menjanjikan. Jeruk Siam Jember juga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif meskipun dari segi
input petani harus membayar harga yang lebih mahal dan menerima harga output yang lebih murah dibandingkan
jika tidak ada kebijakan dan distorsi pasar sehingga perlu upaya untuk meningkatkan daya saing jeruk Siam.
Kata kunci: Daya saing, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, jeruk

PENDAHULUAN Artinya, tarif antarnegara anggota ACFTA harus


Latar Belakang dikurangi bahkan, dihapuskan.
Dampak perjanjian perdagangan bebas regional Implementasi ACFTA diharapkan dapat
ternyata memiliki efek yang berbeda, bisa positif menciptakan trade creation karena semakin
atau negatif.1 Keikutsertaan Indonesia dalam luas peluang produk-produk pertanian Indonesia
ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan berkembang mengisi pasar China yang memiliki potensi pasar
menjadi Asean-China Free Trade Area (ACFTA) sangat besar dengan jumlah penduduknya yang
mensyaratkan untuk membuka perdagangan be- tinggi. Maka meningkat pula ekspor Indonesia
bas. Artinya tidak ada lagi hambatan perdagangan ke China dan negara-negara ASEAN. Hal ini
di antara negara-negara tersebut, baik dalam diharapkan mendorong pertumbuhan produksi
bentuk tarif maupun non-tarif. Jika sebelumnya dalam negeri, meningkatkan pendapatan petani,
tarif impor yang diberlakukan adalah tarif Most kesempatan kerja dan devisa negara. Sementara
Favoured Nation (MFN), maka saat ini tarif yang itu, produk pertanian yang memiliki daya saing
diberlakukan untuk komoditas normal menjadi rendah akan terancam eksistensinya sehingga
berbeda dengan tarif yang dikenakan untuk produksi dalam negeri dan pendapatan petani-
negara-negara lainnya yang tidak tergabung. petani di negara ASEAN akan turun.2 China

|1
merupakan produsen produk-produk hortikultura antarnegara ASEAN hanya berkisar 18% hingga
yang mempunyai daya saing tinggi, komoditas tahun 2004.Ppersentase perdagangan antarnegara
jeruk merupakan salah satunya. Jeruk merupakan ASEAN hanya naik lima persen menjadi 23%.5
salah satu komoditas yang bea masuk impornya Produk hortikultura, yaitu pada tanaman bawang
telah diratifikasi. merah, cabai, tomat dan melon, menunjukkan
China merupakan negara asal impor jeruk bahwa komoditas tersebut memiliki keunggulan
terbesar di Indonesia untuk produk segar, bahkan komparatif dan kompetitif.6
mencapai 49% dalam volume dan 51% dalam Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian
nilai pada tahun 2006.3 Peningkatan impor jeruk mengenai keunggulan komparatif maupun keung-
dari China yang semakin meningkat dari tahun gulan kompetitif jeruk Siam di Indonesia secara
ke tahun menjadi ancaman bagi kelangsungan khusus, mengingat perkembangan impor jeruk
usaha tani jeruk di Indonesia. Harga jeruk dari China yang terus meningkat sejalan dengan
impor relatif murah karena didukung daya saing adanya ACFTA sehingga dapat diketahui apakah
produk hortikultura China yang tinggi akibat usaha tani jeruk Siam mampu bersaing dengan
tingginya efisiensi ekonomi serta infrastruktur jeruk impor serta bagaimana implikasi kebijakan
yang memadai. untuk meningkatkan daya saingnya.
Untuk melihat profitabilitas usaha tani
tidak hanya ditentukan oleh produktivitas,
Tujuan dan Manfaat
tetapi juga oleh harga output dan biaya produksi.
Penggunaan input produksi yang tinggi dan tidak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1)
efektif serta harga input yang tinggi menyebabkan struktur biaya usaha tani jeruk Siam di sentra
profitabilitas usaha tani yang diterima petani juga produksi; (2) daya saing jeruk Siam Indonesia.
akan mengalami penurunan. Hasil penelitian Sementara itu, manfaat yang diharapkan dari
yang telah dilakukan oleh Nurasa, T dan D. penelitian ini adalah untuk menyarankan im-
Hidayat4 untuk melihat profitabilitas usaha tani plikasi kebijakan guna meningkatkan daya saing
jeruk Siam di Kabupaten Karo menunjukkan komoditas jeruk dalam rangka perdagangan
bahwa secara sosial, usaha tani jeruk masih bebas.
menguntungkan sehingga sebenarnya masih
layak untuk dikembangkan. Usaha pemerintah METODE PENELITIAN
untuk menunjang bidang pertanian, khususnya
Lokasi Penelitian
usaha tani jeruk, adalah dengan pemberian subsidi
pupuk guna menekan biaya produksinya. Namun, Penelitian ini menggunakan data primer melalui
sejauh ini masih diragukan efektivitasnya di on metode survei di sentra produksi jeruk Siam
farm. Selain itu, biaya tenaga kerja dan modal juga terbesar di Indonesia, yaitu di Kab. Jember
menentukan besarnya biaya produksi jeruk Siam. sebagai sentra produksi utama di Pulau Jawa,
Penelitian sebelumnya mengenai daya saing dan Kab. Sambas sebagai sentra produksi utama
telah dilakukan oleh Hadi dan Mardiyanto2 pada di luar Pulau Jawa pada tahun 2009. Responden
produk pertanian secara keseluruhan dengan diambil berdasarkan purposive sampling. Sampel
menggunakan data sekunder deret waktu yang petani untuk sentra produksi di Kab. Jember ber-
dianalisis dengan metode Constant Market jumlah 33 responden, sedangkan di Kab. Sambas
Share yang menunjukkan bahwa dengan adanya berjumlah 29 dengan menggunakan pertanyaan
liberalisasi AFTA, daya saing produk pertanian kombinasi antara terbuka dan tertutup. Selain data
Indonesia pada periode 19992001 melemah primer, analisis juga menggunakan data sekunder
dan kalah dari Filipina dan Thailand. Kerja sama yang diperoleh dari berbagai sumber.
ekonomi yang lebih mendalam di antara negara-
negara ASEAN dalam kerangka AFTA masih Metode Analisis
bersifat politis. Perdagangan antarnegara ASEAN Model atau kerangka analisis ekonomi untuk
masih belum berkembang secara dramatis menganalisis keadaan ekonomi dari pemilik
sejak pencanangan persetujuan AFTA. Sebelum ditinjau dari sudut usaha swasta (private profit)
AFTA dilaksanakan, persentase perdagangan sekaligus ukuran tingkat efisiensi ekonomi usaha

2 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


atau keuntungan sosial (social profit). Selain nyimpangan atau divergensi (distorsi kebijakan
dengan analisis kelayakan usaha tani analisis dan kegagalan pasar) yang merupakan perbedaan
dilakukan dengan menggunakan model Policy antara parameter-parameter yang diobservasi dan
Analysis Matrix (PAM). Menurut Monke and parameter yang seharusnya terjadi jika divergensi
Pearson, 7 model PAM dapat memberikan tersebut dihilangkan.
pemahaman lebih lengkap dan konsisten terhadap Bagaimana daya saing komoditas jeruk Siam
semua pengaruh kebijakan dan kegagalan pasar ini dapat dilihat dari keunggulan komparatif dan
pada penerimaan (revenue), biaya-biaya (cost), keunggulan kompetitifnya.
dan keuntungan (profit) dalam produksi sektor a. Keunggulan Komparatif
pertanian secara luas. Kontruksi model PAM Keunggulan komparatif merupakan suatu
disajikan pada Tabel 1. konsep yang diterapkan suatu negara untuk
Tiga isu yang menyangkut prinsip-prinsip membandingkan beragam aktivitas produksi
yang dapat ditelaah dengan model PAM, yaitu dan perdagangan di dalam negeri terhadap
(1) Dampak kebijakan terhadap daya saing (com- perdagangan dunia. Biaya produksinya din-
petitiveness) dan tingkat profitability pada tingkat yatakan dalam nilai sosial, dan harga komodi-
usaha tani; (2) Pengaruh kebijakan investasi tias diukur pada tingkat harga di pelabuhan
pada tingkat efisiensi ekonomi dan keunggulan yang berarti juga berupa biaya sosial. Indikator
komparatif (comparative advantage); dan (3) keunggulan komparatif digunakan untuk
Pengaruh kebijakan penelitian pertanian pada mengetahui apakah suatu negara memiliki
perbaikan teknologi.6 Selanjutnya, model PAM keunggulan ekonomi untuk memperluas
merupakan produk dari dua identitas perhitungan, produksi dan perdagangan suatu komoditias.
yaitu tingkat keuntungan atau profitabilitas Apabila nilai keuntungan sosial lebih dari
(profitability) yang merupakan perbedaan antara satu berarti sistem komoditas pada kondisi
penerimaan dan biaya-biaya dan pengaruh pe- efisien, mampu bersaing dengan kondisi pasar

Tabel 1. Konstruksi Model Policy Analysis Matrix


Biaya
Penerimaan Keuntungan
Komponen Input yang Faktor
Diperdagangkan Domestik
Harga Privat (Private prices) A B C D
Harga Sosial (Social prices) E F G H
Pengaruh divergensi (Effects divergensces) I J K L

Keterangan:
Daya saing:
1. Keuntungan Privat (PP) = A - B - C
2. Keuntungan Sosial (SP) = E - F- G
3. Keunggulan Komparatif (DRCR): G / (E - F)
4. Keunggulan Kompetitif (PCR): C / (A - B)
Kebijakan Input:
1. Transfer Input (IT): (J) = B F
2. Transfer Faktor (FT): (K) = C G
3. Koefisien Proteksi Nominal Input yang Diperdagangkan (NPCI) = B/F
Kebijkaan Output:
1. Transfer Output (OT): (I) = A E
2. Koefisien Proteksi Nominal Output (NPCO) = A/E
Kebijakan Input-Output:
1. Transfer Bersih (NT) : (L) = D H
2. Koefisien Keuntungan (PC) = D/H
3. Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = (A-B)/(E-F)
4. Rasio Subsidi Produsen (SRP) = L/E
Sumber: Monke and Pearson, 1989

Analisis Keunggulan Komparatif ... | Apri Laila Sayekti | 3


yang tidak terdistorsi atau pasar persaingan Tabel 2. Nilai Kriteria Kelayakan Usaha tani Jeruk
sempurna. Sebaliknya, jika nilainya kurang iam per Hektare di Kab. Jember
dari satu maka sistem komoditas tidak mampu Kriteria Privat Sosial
bersaing tanpa adanya bantuan pemerintah.7 R/C ratio 2,29 11,40
Sementara itu, indikator keunggulan kompara-
IRR 68,13% 297,68%
tif ditunjukkan oleh nilai Domestic Resources
NPV 221.542.727
Cost Ratio (DRCR). DRCR menunjukkan 1.917.807.522
jumlah sumber daya domestik yang dapat Payback Periode 3,67 2,43
dihemat untuk menghasilkan satu unit devisa.6 Sumber: data primer, diolah
Semakin kecil nilai DRCR, semakin tinggi
usaha tani jeruk Siam di Kab. Jember dapat dilihat
memiliki keunggulan komparatif.
pada Tabel 2.
b. Keungggulan Kompetitif Nilai Net Revenue Cost Ratio menunjukkan
Monke dan Pearson7 mengemukakan bahwa nilai lebih dari satu sehingga usaha tani jeruk Siam
untuk mengukur keunggulan kompetitif dapat di Kab. Jember layak diusahakan, baik secara
didekati dengan cara menghitung keuntungan privat maupun secara sosial. R/C ratio usaha tani
privat. Keuntungan privat merupakan indika- jeruk Siam di Kab. Jember secara privat lebih
tor daya saing berdasarkan teknologi, nilai rendah jika dihitung berdasarkan harga sosial,
output, biaya input dan transfer kebijaksanaan yaitu 2,29 dan 11,40. Hal ini menunjukkan bahwa
yang ada.6 Apabila nilai keuntungan privatnya setiap satu rupiah yang diinvestasikan dalam usaha
lebih dari satu berarti sistem komoditas tani jeruk Siam akan memberikan pengembalian
tersebut memperoleh profit di atas normal sebesar Rp2,29 pada harga privat dan Rp11,40
sehingga memiliki implikasi bahwa komoditas pada harga sosial, atau dengan kata lain akan
tersebut dapat dikembangkan, kecuali apabila memberikan pengembalian sebesar 2,29 kali lipat
sumber dayanya terbatas atau adanya komo- pada harga privat dan 11,40 pada harga sosial.
ditas alternatif yang lebih menguntungkan. Nilai Interest Rate of Return juga menunjukkan
Keunggulan kompetitif merupakan indikator nilai yang sangat besar, jauh lebih besar daripada
untuk melihat apakah suatu negara akan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 14%. Hal
berhasil bersaing di pasar internasional suatu ini menunjukkan bahwa jika seluruh modal yang
komoditias. Lebih lanjut, indikator keuntungan digunakan untuk usaha tani jeruk berasal dari
privat ditunjukkan oleh nilai Private Cost pinjaman maka usaha tani jeruk sangat layak
Ratio (PCR) yang menunjukkan kemampuan untuk diusahakan. Keuntungan usaha tani jeruk
sistem untuk membayar biaya domestik dan berdasarkan nilai saat ini secara privat adalah
tetap kompetitif pada kondisi pasar aktual.2 sebesar Rp221.542.727,00 dan secara sosial
Semakin kecil nilai PCR, semakin sedikit sebesar Rp1.917.807.522,00 dengan umur usaha
biaya domestik berdasarkan harga aktual tani 9 tahun sehingga sangat menjanjikan untuk
yang diperlukan untuk menghasilkan output. diusahakan. Sementara itu, nilai Pay Back Periode
Jika nilai PCR kurang dari satu maka sistem atau jangka waktu pengembalian investasi, usaha
komoditas bersifat kompetitif. tani jeruk secara privat hanya membutuhkan
waktu selama 3,67 tahun, dan secara sosial hanya
memerlukan waktu selama 2,43 tahun.
hasil dan pembahasan Hasil analisis menunjukkan bahwa kelayak-
Struktur Biaya Usaha Tani Jeruk Siam an privat lebih kecil nilainya daripada kelayakan
a. Sentra Produksi Jember secara sosial. Hal ini mengindikasikan bahwa
keuntungan yang diperoleh petani jeruk Siam di
Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha tani
Kab. Jember lebih rendah daripada yang seha-
jeruk Siam di Kab. Jember secara privat atau
rusnya mereka dapatkan sehingga petani jeruk
finansial telah memberikan keuntungan secara
Siam di Kab. Jember mengalami disinsentif dalam
sosial atau ekonomi. Keuntungan privat dan sosial
memproduksi jeruk Siam. Hal ini menunjukkan
bahwa pasar input dan output komoditas jeruk

4 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


Tabel 3. Struktur Biaya Privat dan Sosial Usaha Tani Jeruk Siam di Kab. Jember
Privat Sosial
Struktur Biaya
Nilai %tase Nilai Persentase

Input yang Diperdagangkan

- Pupuk 96.619.412 28% 74.362.150 24%
-Pestisida 22.430.820 6% 20.311.108 7%
Jumlah 119.050.232 34% 94.673.258 31%
Faktor Domestik
-Tenaga kerja 103.464.668 29% 103.464.668 33%
-Modal 51.216.283 15% 33.688.465 11%
-Lahan 50.473.465 14% 50.473.465 16%
-Bibit 726.783 0% 726.783 0%
-Lainnya 26.223.116 7% 26.223.116 8%
Jumlah 232.104.314 66% 214.576.497 69%
Total Biaya 351.154.546 100% 309.249.754 100%
Produksi 1.357.269.076 5.851.435.173
Keuntungan 1.006.114.530 5.542.185.418
Sumber: data primer, diolah

Siam di Kab. Jember masih terdapat kegagalan efektif karena bukanlah biaya utama dalam usaha
pasar. tani jeruk. Petani malah harus membayar harga
Dari struktur biaya usaha tani jeruk Siam input yang lebih tinggi daripada yang seharusnya
di Kabupaten Jember (Tabel 3) terlihat bahwa dibayarkan jika pasar dalam persaingan sempurna,
biaya input domestik masih jauh lebih tinggi padahal harusnya petani mendapatkan subsidi
daripada biaya input yang diperdagangkan. dari pemerintah untuk input produksi pupuk.
Artinya, sebenarnya komponen biaya utama Hal ini terjadi karena keterbatasan ketersediaan
yang dipakai dalam usaha tani jeruk Siam di Kab. pupuk dan pestisida di lapangan sehingga petani
Jember adalah input domestik, yaitu sebesar 66% mau membayar lebih mahal untuk mendapatkan
dari total biaya usaha tani. Sementara itu, biaya pupuk. Berdasarkan hasil kajian Saptana dan
input yang diperdagangkan hanya sebesar 34%. Hadi,8 dalam kenyataannya, harga beli pupuk di
Artinya, ketergantungan usaha tani jeruk Siam tingkat petani jauh di atas Harga Eceran Tertinggi
terhadap input yang diperdagangkan lebih kecil (HET) yang disebabkan oleh sistem distribusi
daripada input domestik sendiri. yang belum baik. Perkiraan dampak kebijakan
Biaya input tenaga kerja dalam usaha tani promosi berupa perbaikan sistem distribusi pupuk
jeruk Siam di Kab. Jember masih lebih rendah adalah penurunan biaya produksi pupuk di mana
daripada input yang diperdagangkan. Artinya, pada skala mikro ini efek terhadap jeruk lebih
usaha tani jeruk Siam di Kab. Jember tidak lagi besar dibandingkan dengan usaha tani lainnya
sebagai usaha tani padat modal yang selama ini seperti bawang merah.
terjadi pada usaha tani tradisional lainnya. Biaya Faktor domestik modal juga mempunyai
input yang diperdagangkan bukanlah biaya utama persentase yang tinggi dalam struktur biaya
dalam usaha tani jeruk Siam di Kab. Jember usaha tani jeruk Siam di Kab. Jember. Hal ini
yang di dalamnya termasuk pupuk anorganik. disebabkan sebagian besar petani yang tidak
Artinya, subsidi pemerintah pada petani jeruk mempunyai modal sendiri meminjam modal dari
di Kab. Jember yang diterima selama ini yaitu bank pemerintah atau bank perkreditan rakyat
subsidi pupuk dengan batasan tertentu kurang yang bunganya tinggi. Umumnya petani kesulitan

Analisis Keunggulan Komparatif ... | Apri Laila Sayekti | 5


mendapat pinjaman modal dengan bunga rendah, sebesar Rp1,05. Sementara itu, secara sosial R/C
bebas agunan, dan prosedurnya mudah. Hal ratio sebesar 4,57. Artinya, sebenarnya usaha tani
ini patut menjadi perhatian pemerintah untuk jeruk Siam di Kab. Sambas dapat mengembalikan
memberikan bantuan permodalan khusus kepada investasi sampai Rp4,57 jika input dan outputnya
petani sehingga dapat memaksimalkan usaha dinilai secara sosial. Nilai ini jauh lebih kecil
taninya. jika dibandingkan dengan usaha tani jeruk Siam
di Kab. Jember yang tingkat produktivitasnya
b. Sentra Produksi Kab. Sambas memang lebih tinggi.
Kab. Sambas merupakan salah satu sentra utama Sementara itu, nilai IRR, baik secara
jeruk Siam di luar Jawa. Hasil analisis PAM privat maupun secara sosial, menunjukkan nilai
menunjukkan bahwa usaha tani jeruk Siam yang lebih besar daripada bunga bank. Artinya,
di Kab. Sambas secara privat maupun secara investasi pada usaha tani jeruk Siam di Kab.
sosial mampu memberikan keuntungan (Tabel Sambas masih lebih menguntungkan daripada
4). Nilai R/C ratio usaha tani jeruk Siam di Kab. disimpan di bank meskipun R/C rationya secara
Sambas, baik secara privat maupun secara sosial, privat kecil. Bahkan secara sosial nilai IRR
memberikan nilai lebih dari satu. Secara fiansial hampir mencapai 100%. Artinya, investasi akan
R/C ratio sebesar 1,05. Artinya, setiap Rp1,00 memberikan keuntungan hampir sama dengan
yang diinvestasikan untuk usaha tani jeruk Siam yang ditanamkan dalam setahun.
di Kab. Sambas akan mengembalikan investasi Jika dilihat dari nilai NPV-nya, secara
privat hanya memberikan keuntungan sebesar Rp
5.326.448,00. Sementara itu, secara sosial jauh
Tabel 4. Nilai Kriteria Kelayakan Usaha Tani Jeruk lebih tinggi, yaitu sebesar Rp419.467.105,00.
Siam per Hektare di Kab. Sambas Investasi pada usaha tani jeruk Siam di Kabupaten
Kriteria Privat Sosial Sambas secara privat dapat kembali dalam jangka
R/C ratio 1,05 4,57 waktu 4,40 tahun. Sementara secara sosial hanya
dalam jangka waktu 3,54 tahun. Dari berbagai
IRR 17,65% 94,50%
kriteria kelayakan usaha tani jeruk Siam di Kab.
NPV 5.326.448 419.467.105
Sambas memperlihatkan adanya keuntungan,
Payback Period 4,40 3,54
Sumber: data primer, diolah

Tabel 5. Struktur Biaya Privat dan Sosial Usaha tani Jeruk Siam di Kab. Sambas
Privat Sosial
Struktur Biaya
Nilai Persentase Nilai Persentase
Input yang Diperdagangkan
-Pupuk 25.923.814 13% 26.525.868 15%
-Pestisida 32.517.959 17% 29.445.012 16%
Jumlah 58.441.773 30% 55.970.880 31%
Faktor Domestik 0% 0%
-Tenaga kerja 86.418.654 45% 86.418.654 48%
-Modal 24.579.421 13% 16.167.573 9%
-Lahan 10.693.750 6% 10.693.750 6%
-Bibit 1.904.619 1% 1.904.619 1%
-Lainnya 10.357.268 5% 10.357.268 6%
Jumlah 133.953.712 70% 125.541.864 69%
Total Biaya 192.395.485 100% 181.512.744 100%
Produksi 225.293.131 931.263.495
Keuntungan 32.897.646 749.750.752
Sumber: data primer, diolah

6 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


namun terdapat perbedaan yang besar antara di Jember hanya diperlukan 0.05 satuan biaya
keuntungan privat dan sosialnya. Hal ini disebab- sumber daya domestik, sedangkan di Sambas
kan adanya distorsi pasar, baik dalam pasar input sebesar 0,15 satuan biaya sumber daya domes-
maupun pasar output-nya sehingga petani harus tik. Sementara itu, untuk menghasilkan satu
membayar input yang lebih mahal atau menerima satuan nilai tambah output pada harga privat
output dengan harga yang lebih murah. Untuk di Jember hanya diperlukan 0,25, sedangkan di
mengetahui lebih jauh perbedaannya dapat dilihat Sambas sebesar 0,80 satuan biaya sumber daya
pada struktur biaya pada Tabel 5. domestik, atau untuk menghemat satu satuan
devisa untuk mengimpor jeruk, hanya diperlukan
Daya Saing Jeruk Siam Indonesia korbanan kurang dari satu satuan biaya sumber
daya domestik. Namun, perlu diperhatikan nilai
Tolak ukur daya saing dapat dilihat dari keung-
PCR di Sambas yang cukup tinggi, sebesar 0,80.
gulan komparatif dan kompetitifnya. Keunggulan
Artinya, meskipun usaha tani jeruk Siam di
komparatif menunjukkan ukuran relatif potensi
Sambas memiliki keunggulan kompetitif, tetapi
komoditas tersebut dalam perdagangan di pasar
keunggulan itu tidak cukup tinggi mengingat
persaingan sempurna atau pasar dalam kondisi
semakin kecil nilai PCR maka semakin tinggi
tidak mengalami distorsi sama sekali. Sementara
keunggulan kompetitifnya. Jika PCR bernilai satu
itu, keunggulan kompetitif adalah ukuran relatif
maka usaha tani tersebut tidak lagi unggul secara
potensi komoditas pada keadaan pasar yang
kompetitif dan tidak layak untuk dikembangkan,
sebenarnya terjadi. Indikator yang digunakan
baik sebagai komoditas substitusi impor maupun
untuk melihat keunggulan komparatif adalah
komoditas ekspor. Keunggulan kompetitif usaha
dengan melihat nilai DRCR. Untuk melihat
tani jeruk Siam di Sambas dapat ditingkatkan
keunggulan kompetitif digunakan PCR. Menurut
dengan meningkatkan profitabilitas privatnya,
Saptana, Sumaryanto, dan Friyatno,9 keunggulan
yaitu menurunkan biaya produksi, baik input
komparatif juga memerlukan telaah lebih lanjut
yang diperdagangkan maupun bunga modal atau
terhadap faktor-faktor utama, yaitu (1) apakah
menaikkan harga output-nya, misalkan dengan
keunggulan potensial komoditas tersebut di pasar
memperbaiki transportasi atau meningkatkan
juga memiliki keunggulan kompetitif, (2) apakah
kualitas produknya.
memiliki prospek keberhasilan lebih lanjut, (3)
bagaimana kekuatan dan kelemahan yang ada Sementara itu, dampak divergensi harga
dalam sistem agribisnis komoditas tersebut dan kebijakan pemerintah dalam agrobisnis
dan (4) kebijakan apa yang harus ditempuh
Tabel 6. Nilai Daya Saing dan Indikator-Indikator PAM
agar keunggulan komparatif tersebut mewujud
dalam keunggulan kompetitif dan berkelanjutan. Kriteria Kab.Jember Kab. Sambas
Negara-negara yang tidak dapat mengembangkan DRCR 0,05 0,15
dan mempertahankan daya saing produk-produk PCR 0,25 0,80
yang dihasilkannya akan kalah bersaing dengan PP (Rp) 628.229.416 32.897.646
negara-negara yang berupaya meningkatkan
SP (Rp) 3.475.994.016 738.280.743
daya saing produk-produknya melalui rekayasa
OT (Rp) (2.808.599.297) (694.500.356)
dan inovasi teknologi secara terus-menerus yang
menghasilkan keunggulan biaya (cost advantage) IT (Rp) 22.954.010 2.470.893
dan keunggulan kualitas (quality advantage).2 FT (Rp) 16.211.292 8.411.848

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara NT (Rp) (2.847.764.599) (705.383.097)


umum usaha tani komoditas jeruk Siam di Jember NPCO 0,25 0,24
dan Sambas mempunyai keunggulan, baik secara NPCI 1,26 1,04
komparatif maupun kompetitif. Hal ini dapat EPC 0,23 0,19
dilihat dari nilai DRCR dan PCR pada Tabel 6 PC 0,18 0,04
yang nilainya kurang dari satu. Nilai tersebut
SRP (0,76) (0,77)
menunjukkan bahwa untuk mengasilkan satu
satuan nilai tambah output pada harga sosial Sumber: data primer, diolah

Analisis Keunggulan Komparatif ... | Apri Laila Sayekti | 7


jeruk Siam dalam matriks PAM ditunjukkan oleh mereka terima jika menggunakan harga sosial
transfer output (OT), transfer input (IT), transfer sehingga pedagang maupun konsumen menerima
faktor (FT) dan transfer bersih (NT). Ukuran insentif dari petani. Hal ini terjadi karena komo-
relatifnya ditunjukkan oleh koefisien proteksi ditas jeruk Siam Jember dan Sambas memiliki
output nominal (NPCI), koefisien proteksi efektif kualitas yang masih kurang layak untuk diekspor
(EPC), koefisien profitabilitas (PC), dan rasio secara umum. Keragaman produk sangat tinggi
subsidi bagi produsen (SRP). Hasil analisis nilai- serta banyak produk yang terserang burik buah
nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Dampak sehingga mengurangi penampilan. Padahal dari
divergensi di bidang input adalah IT dan NPCI segi rasa, jeruk Siam Jember dan Sambas bisa
untuk input yang diperdagangkan dan FT untuk diandalkan karena nilai burik yang mengindika-
input domestik. Kebijakan di bidang input dapat sikan adanya kadar gula cukup tinggi serta jeruk
berupa subsidi pupuk, subsidi benih, bantuan Sambas memiliki warna kuning yang menarik.
modal, pajak dan lainnya. Adanya distorsi pasar Sementara itu, dari segi pemasaran adanya margin
juga dapat menyebabkan divergensi input. Pada pemasaran yang tinggi pada komoditas perta-
input yang diperdagangkan, nilai IT menunjukkan nian secara umum dan tingginya biaya distribusi
adanya perbedaan nilai harga input yang diperda- menyebabkan share harga yang diterima oleh
gangkan yang harus dibayarkan petani pada harga petani kecil. Karakteristik jeruk yang memerlukan
privat dengan harga sosial. Nilai IT hasil analisis tempat yang besar (voluminous) dan mudah
bernilai positif, baik di Jember maupun di Sambas. rusak (perishable) menyebabkan perlu adanya
Demikian juga dengan nilai NPCI yang lebih dari penanganan pascapanen. Selain itu, kurangnya
satu dimana NPCI adalah rasio antara biaya input akses terhadap pasar ekspor dan ketahanan buah
yang diperdagangkan yang dihitung berdasarkan yang tidak dapat disimpan lama menyulitkan
harga privat dan biaya input yang diperdagangkan distribusi. Akan tetapi, dari hasil survei di Pasar
yang dihitung pada harga sosial. Pineleh Surabaya, sudah ada beberapa eksportir
Sementara itu, pada input domestik, nilai FT yang mengirimkan jeruk Siam ke Filipina, baik
adalah positif di kedua sentra produksi sehingga dari Jember maupun dari Bali, tinggal bagaimana
petani harus membayar faktor domestik lebih mengembangkannya. Sementara itu, jeruk Sam-
tinggi dari yang seharusnya dibayarkan jika tidak bas dahulu telah dikembangkan untuk diekspor
ada distorsi pasar. Perbedaan ini adalah karena ke Malaysia dan Singapura, tetapi saat ini sudah
adanya perbedaan bunga modal dimana pada tidak dikembangkan lagi.
harga sosial bunga modal telah dikurangi dengan Indikator nilai-nilai selanjutnya adalah dampak
besarnya inflasi, sementara pada harga privat divergensi secara keseluruhan, baik input maupun
tidak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil output-nya, yaitu NT, EPC, PC, dan SRP. Tabel
penelitian Saptana, Sumaryanto dan Friyatno9 6, menunjukkan NT bernilai negatif dan nilai
pada komoditas kentang dan kubis di Wonosobo, PC kurang dari satu. Artinya, keuntungan yang
Jawa Tengah yaitu sebesar Rp524.000,00 untuk diterima petani lebih kecil dari yang seharusnya
kentang dan Rp124.000,00 untuk kubis. Hal ini karena adanya distorsi pasar, baik pada pasar
menunjukkan pentingnya bantuan pembiayaan input maupun pasar output. Nilai EPC kurang dari
modal bagi petani jeruk Siam dengan tingkat suku satu sehingga tidak ada perlindungan pada petani
bunga yang murah dan mudah diakses oleh petani jeruk Siam karena nilai tambah yang dinikmati
tanpa administrasi yang rumit serta bebas agunan, lebih kecil daripada nilai tambah secara sosial.
misalnya dengan pemberdayaan micro finansial Sementara itu, besarnya nilai SRP hasil analisis
dalam kelompok tani. menunjukkan nilai negatif. Artinya, secara umum
Divergensi pada sisi output ditunjukkan distorsi pasar yang ada memberikan dampak yang
dengan nilai OT dan NPCO. Hasil analisis menun- merugikan bagi petani jeruk karena petani jeruk
jukkan nilai OT negatif, baik di Jember maupun menerima subsidi negatif. Sehingga, petani jeruk
di Sambas, sedangkan NPCO bernilai kurang dari malah harus membayar pajak yang lebih banyak
satu. Artinya, petani mendapatkan harga output dibandingkan jika tidak ada kebijakan pemerintah
yang lebih rendah daripada yang seharusnya atau distorsi pasar.

8 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011


KESIMPULAN ke luar negeri, kelangkaan pupuk di tingkat
1) Secara privat maupun sosial, usaha tani petani dan beredarnya pupuk palsu terutama
jeruk Siam di Kab. Jember dan Kab. di luar P. Jawa yang selama ini dialami oleh
Sambas memberikan keuntungan, namun petani jeruk.
kelayakan usaha tani secara privat lebih 3) Memberikan subsidi pestisida mengingat
kecil daripada kelayakan secara sosial yang biaya pestisida yang cukup tinggi dalam
mengindikasikan bahwa keuntungan yang usaha tani jeruk.
diperoleh petani lebih rendah daripada yang 4) Memberikan bantuan permodalan khusus
seharusnya mereka dapatkan sehingga petani kepada petani karena umumnya petani
jeruk Siam mengalami disinsentif dalam kesulitan mendapatkan pinjaman modal
produksi jeruk Siam. Struktur biaya usaha dengan bunga rendah, bebas agunan, dan
tani jeruk Siam di Kab. Jember dan Kab. prosedur yang mudah.
Sambas menunjukkan bahwa biaya input do-
mestik lebih tinggi daripada biaya input yang DAFTAR PUSTAKA
diperdagangkan sehingga ketergantung- 1
Sayekti, A.L. 2009. Analisis Dampak Perdagangan
an pada input domestik seperti tenaga kerja, Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan
modal, dan lahan lebih besar. Jagung. Tesis, Fakultas Ekonomi Manajemen.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
2) Secara umum usaha tani jeruk Siam di Kab. 2
Hadi, P.U dan S. Mardianto. 2004. Analisis Kom-
Jember dan Kab. Sambas mempunyai daya
parasi Daya saing Produk Ekspor Pertanian
saing dilihat dari keunggulan, baik secara Antar Negara ASEAN dalam Era Perdagangan
komparatif maupun secara kompetitif, Bebas AFTA. Jurnal Agro Ekonomi, 22(1):
sehingga sebenarnya mampu bersaing 4673.
dengan jeruk impor. Dampak divergensi 3
Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2009. Impor
di bidang input menunjukkan harga privat Jeruk Pernegara Asal. Jakarta: Pusat Data dan
yang lebih tinggi daripada harga sosial Informasi Pertanian, Kementrian Pertanian.
karena adanya distorsi pasar sehingga petani 4
Nurasa, T dan D. Hidayat. 2008. Analisis Usaha tani
harus membayar input yang diperdagangkan dan Keragaan Marjin Pemasaran Jeruk di Ka-
yang lebih tinggi daripada harga sosial atau bupaten Karo. Socioeconomic of Agriculture
and Agribusiness, 8(1): 122.
petani membayar pada harga di pasar lokal 5
Pasadilla, G.O. 2006. Agricultural Liberalization
yang lebih tinggi daripada harga internasi-
in Preferential Trading Agreement: The Case
onal. Sementara itu, divergensi harga output of The ASEAN FTA. Asia-Pacific Trade and
menunjukkan bahwa petani mendapatkan Investment Review, 2 (2): 127134.
harga output yang lebih rendah daripada 6
Rachman, H.P.S., Supriyati, Saptana dan B. Rachman.
yang seharusnya mereka terima jika meng- 2004. Efisiensi dan Daya saing Usaha tani
gunakan harga sosial sehingga pedagang Hortikultura. Prosiding Efisiensi dan Daya
maupun konsumen menerima insentif dari saing Sistem Usaha tani Beberapa Komoditas
petani. Pertanian di Lahan Sawah: 5090. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian,
SARAN-SARAN UNTUK KEBIJAKAN Departemen Pertanian.
Implikasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh
7
Monke, E.A. and E.S. Pearson. 1989. The Policy
pemerintah untuk meningkatkan daya saing jeruk Analysis Matrix for Agricultural Development.
London: Cornell University Press.
Siam Indonesia adalah: 8
Saptana dan Hadi. 2008. Perkiraan Dampak Kebi-
1) Perlunya pengembangan infrastruktur dan jakan Proteksi dan Promosi terhadap Ekonomi
kelembagaan untuk memperlancar distribusi Hortikultura Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi,
dan informasi input dan output usaha tani jeruk 26(1): 2146.
Siam untuk mengurangi distorsi pasar. 9
Saptana, Sumaryanto dan S. Friyatno. 2003. Analisis
2) Meningkatkan pengawasan distribusi pupuk Keunggulan Komparatif dan Kompetitif
untuk mengurangi penyelundupan pupuk Komoditas Kentang dan Kubis di Wonosobo
Jawa Tengah. Socioeconomic of Agriculture
and Agribusiness, 3(1):130.

Analisis Keunggulan Komparatif ... | Apri Laila Sayekti | 9


10 | Widyariset, Vol. 14 No.1, 2011

Anda mungkin juga menyukai