Anda di halaman 1dari 13

Studi Literatur Pasar Persaingan Pada Perusahaan Ritel di Indonesia dalam

Kasus PT. Indomarco Prismatama (Indomaret)


Lia Agustina1, Mentari2, Prihantini3, Rifai Kukuh Widianto4, Yani Hendrayani5

Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang studi literatur pasar persaingan sempurna dan tidak sempurna,
khususnya di pasar ritel di Indonesia dalam kasus Indomaret. Dalam kondisi pasar persaingan tidak
sempurna, perusahaan seperti Indomaret memiliki kekuatan pasar yang lebih besar dibandingkan
dengan pesaingnya, dan dapat memengaruhi harga dan kualitas produk yang dihasilkan. Untuk
bersaing di pasar yang tidak sempurna, Indomaret dapat melakukan beberapa strategi seperti
diferensiasi produk, strategi harga yang kompetitif, penawaran produk yang beragam, dan
pelayanan konsumen yang baik. Selain strategi-strategi bisnis, faktor-faktor seperti kualitas
produk, efisiensi operasional, dan inovasi produk juga mempengaruhi keberhasilan Indomaret
dalam bersaing dengan pemain lain di pasar. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, Indomaret
dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain besar di pasar ritel di Indonesia.
Kata Kunci: Pemasaran, pasar persaingan sempurna, pasar persaingan tidak sempurna, Indomaret

ABSTRACT
This writing discusses the literature study of perfect and imperfect competition markets, especially
in the retail market in Indonesia in the case of Indomaret. In an imperfect market condition,
companies such as Indomaret have a greater market power than their competitors and can influence
the price and quality of the produced products. To compete in an imperfect market, Indomaret can
implement several strategies such as product differentiation, competitive pricing strategy, diverse
product offerings, and good customer service. Besides business strategies, factors such as product
quality, operational efficiency, and product innovation also affect Indomaret's success in
competing with other players in the market. By considering these factors, Indomaret can maintain
its position as one of the major players in the retail market in Indonesia.
Keywords: Marketing, perfect competition market, imperfect competition market, Indomaret.
PENDAHULUAN

Pasar merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk menyatukan penawaran dan
permintaan atas barang dan jasa. Dalam teori ekonomi, terdapat dua jenis pasar utama, yaitu pasar
persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (Mankiw, 2014). Pasar persaingan
sempurna adalah suatu kondisi dimana terdapat banyak penjual dan pembeli yang menghasilkan
harga pasar yang bersifat homogen atau sama di seluruh pasar. Sementara itu, pasar persaingan
tidak sempurna adalah kondisi dimana terdapat satu atau beberapa penjual atau pembeli yang
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga pasar dan kondisi persaingan yang tidak sempurna
(Choi, 2018).
Dalam konteks Indonesia, salah satu perusahaan yang menjadi pemain utama di pasar ritel
adalah PT. Indomarco Prismatama atau yang lebih dikenal sebagai Indomaret. Indomaret
merupakan salah satu toko swalayan yang menyediakan berbagai macam produk mulai dari
makanan, minuman, hingga barang kebutuhan sehari-hari. Indomaret telah hadir di Indonesia sejak
tahun 1988 dan terus berkembang hingga saat ini dengan memiliki lebih dari 17.000 gerai di
seluruh Indonesia (Mahardika, 2021).
Namun, apakah pasar di mana Indomaret beroperasi merupakan pasar persaingan sempurna
atau pasar persaingan tidak sempurna? Bagaimana karakteristik pasar ritel di Indonesia dan
bagaimana Indomaret mampu mempertahankan posisinya di tengah persaingan yang semakin
ketat? Dalam artikel ini, penulis akan membahas tentang konsep pasar persaingan sempurna dan
pasar persaingan tidak sempurna, serta kasus Indomaret sebagai contoh pasar ritel yang tidak
sempurna. Meskipun demikian, pasar persaingan tidak sempurna bukanlah kondisi yang buruk
secara mutlak, karena pasar persaingan tidak sempurna dapat memberikan keuntungan bagi
konsumen dan pelaku pasar dalam bentuk diversifikasi produk dan layanan, inovasi, dan
diferensiasi. Namun, terdapat beberapa masalah dalam pasar yang tidak sempurna, seperti
terjadinya distorsi harga dan penurunan efisiensi pasar akibat adanya monopoli atau oligopoli.
Oleh karena itu, pemerintah dapat melakukan intervensi pasar untuk memperbaiki kondisi pasar,
seperti pengaturan harga dan regulasi untuk mendorong persaingan sehat.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah telah melakukan beberapa intervensi pasar untuk
mengatasi masalah kekurangan persaingan dalam sektor ritel. Namun, terdapat kritik terhadap
efektivitas dari intervensi pasar tersebut dan dibutuhkan pengaturan pasar yang tepat untuk
mencapai keseimbangan antara melindungi konsumen dan mempromosikan persaingan sehat.
PEMBAHASAN
Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah suatu kondisi dimana terdapat banyak penjual dan
pembeli yang menghasilkan harga pasar yang bersifat homogen atau sama di seluruh pasar. Dalam
pasar persaingan sempurna, semua pelaku pasar memiliki akses yang sama terhadap informasi dan
teknologi, sehingga tidak terdapat satu atau beberapa pelaku yang memiliki kekuasaan pasar atau
kemampuan untuk memengaruhi harga pasar (Choi, 2018). Menurut Arslan dan Altıntaş (2020),
karakteristik pasar persaingan sempurna, antara lain:
1. Produk homogen atau seragam: Dalam pasar persaingan sempurna, produk yang
ditawarkan oleh semua penjual bersifat homogen atau sama persis. Tidak terdapat
perbedaan dalam kualitas, merek, atau fitur dari produk tersebut.
2. Penjual dan pembeli memiliki akses yang sama terhadap informasi: Semua pelaku
pasar memiliki akses yang sama terhadap informasi mengenai harga, kualitas, dan
karakteristik produk yang ditawarkan oleh semua penjual.
3. Tidak terdapat hambatan untuk masuk dan keluar pasar: Semua penjual dan pembeli
dapat masuk atau keluar pasar kapan saja tanpa hambatan atau biaya yang signifikan.
4. Tidak terdapat kontrol terhadap harga: Harga pasar ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran dari semua penjual dan pembeli. Tidak ada satu atau
beberapa penjual atau pembeli yang dapat memengaruhi harga pasar.
5. Tidak terdapat eksternalitas: Tidak ada efek samping atau efek positif yang dihasilkan
dari kegiatan bisnis para pelaku pasar yang tidak terkait dengan kegiatan pasar tersebut.
6. Meskipun pasar persaingan sempurna merupakan suatu idealisasi, namun terdapat
beberapa contoh pasar yang memiliki karakteristik tersebut, seperti pasar bursa saham
dan pasar komoditas.
Beberapa penelitian ekonomi telah membahas mengenai keuntungan dan kerugian dari
pasar persaingan sempurna. Salah satu keuntungan utama dari pasar persaingan sempurna adalah
efisiensi alokasi sumber daya. Karena harga pasar ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran dari semua penjual dan pembeli, maka sumber daya akan dialokasikan secara efisien
sesuai dengan kebutuhan dan preferensi dari masing-masing konsumen. Selain itu, pasar
persaingan sempurna juga dapat meningkatkan inovasi dan kualitas produk, karena setiap penjual
harus bersaing untuk memenangkan konsumen.
Namun, pasar persaingan sempurna juga memiliki beberapa kerugian. Salah satu kerugian
utama adalah ketidakmampuan untuk menghasilkan keuntungan ekonomi. Karena harga pasar
bersifat homogen atau sama di seluruh pasar, maka penjual tidak dapat memperoleh keuntungan
yang lebih besar daripada biaya produksi (Reisinger, 2012). Selain itu, pasar persaingan sempurna
juga dapat menyebabkan hilangnya insentif bagi penjual untuk berinovasi atau meningkatkan
kualitas produk.
Secara keseluruhan, pasar persaingan sempurna merupakan suatu idealisasi yang sulit
ditemukan dalam praktiknya. Meskipun demikian, konsep pasar persaingan sempurna tetap
penting untuk dipelajari dan dipahami, karena dapat membantu dalam memahami dinamika pasar
dan peran dari pelaku pasar. Selain itu, konsep pasar persaingan sempurna juga dapat digunakan
sebagai dasar untuk membandingkan kondisi pasar di dunia nyata dan memperkirakan efek dari
berbagai kebijakan atau intervensi pasar.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Adachi et al. (2015) mengenai pasar beras
di Jepang menunjukkan bahwa pasar tersebut tidak sepenuhnya persaingan sempurna karena
terdapat beberapa penjual yang memonopoli pasokan beras ke toko-toko ritel. Hal ini
menyebabkan terjadinya distorsi harga dan berdampak pada kesejahteraan konsumen. Penelitian
lain yang dilakukan oleh D'Avino dan Pennings (2017) mengenai pasar susu di Italia menunjukkan
bahwa pasar tersebut juga tidak sepenuhnya persaingan sempurna karena terdapat beberapa
produsen susu yang memonopoli pasar. Hal ini menyebabkan terjadinya distorsi harga dan
menyulitkan akses bagi produsen susu kecil yang ingin memasuki pasar.
Kasus Indomaret, sebagai salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia, juga
menunjukkan bahwa pasar ritel di Indonesia tidak sepenuhnya persaingan sempurna. Pasar ritel di
Indonesia masih didominasi oleh beberapa perusahaan besar, seperti Indomaret dan Alfamart, yang
memiliki kekuatan pasar yang besar dan dapat memengaruhi harga pasar. Meskipun demikian,
terdapat juga beberapa pelaku pasar kecil yang mampu bersaing dan memperoleh pangsa pasar
yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Rizky et al. (2019) mengenai pasar modern di
Indonesia menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaku
pasar kecil dalam bersaing dengan perusahaan besar. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
lokasi, inovasi produk, manajemen yang baik, dan kualitas pelayanan. Dengan memahami faktor-
faktor ini, pelaku pasar kecil dapat meningkatkan peluangnya untuk tetap bertahan dan bersaing
di pasar yang tidak sempurna.
Dalam pasar yang tidak sempurna, pemerintah dapat melakukan intervensi pasar untuk
memperbaiki kondisi pasar. Salah satu contoh intervensi pasar yang sering dilakukan adalah
pengaturan harga. Pengaturan harga dapat dilakukan untuk melindungi konsumen dari penjual
yang menaikkan harga secara tidak wajar, atau untuk mendorong penjual untuk menurunkan harga
agar lebih terjangkau bagi konsumen. Namun, pengaturan harga juga dapat berdampak negatif
pada pasar, seperti mengurangi insentif bagi penjual untuk meningkatkan kualitas produk atau
inovasi. Selain itu, pemerintah juga dapat melakukan intervensi pasar melalui regulasi yang
bertujuan untuk mengurangi kekuatan pasar dari perusahaan besar. Regulasi dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya monopoli atau oligopoli, atau untuk mendorong persaingan antar perusahaan.
Namun, regulasi juga dapat membatasi inovasi dan investasi dari perusahaan besar, yang dapat
berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi (Kotler dan Armstrong, 2012). Dalam konteks
Indonesia, pemerintah telah melakukan beberapa intervensi pasar untuk mengatasi masalah
kekurangan persaingan dalam sektor ritel. Salah satu contohnya adalah implementasi Undang-
Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat,
yang bertujuan untuk mencegah praktik monopoli dan oligopoli di pasar. Selain itu, pemerintah
juga telah melakukan kebijakan-kebijakan lain, seperti pembatasan kepemilikan toko oleh satu
pemilik yang diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan No. 58/M-DAG/PER/9/2009 dan
pengaturan persentase produk dalam gerai modern yang diatur melalui Peraturan Menteri
Perdagangan No. 25/M-DAG/PER/4/2014.
Meskipun demikian, terdapat kritik terhadap efektivitas dari intervensi pasar tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi pasar yang terlalu tegas dapat mengurangi
insentif bagi perusahaan untuk berinvestasi dan meningkatkan efisiensi, serta dapat menyebabkan
peningkatan biaya bagi konsumen (Mankiw, 2014). Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan pasar
yang tepat untuk mencapai keseimbangan antara melindungi konsumen dan mempromosikan
persaingan sehat.

Pasar Persaingan Tidak Sempurna


Pasar persaingan tidak sempurna adalah kondisi di mana pasar persaingan tidak memenuhi
syarat-syarat persaingan sempurna, seperti adanya hambatan masuk, produk yang tidak homogen,
kekuasaan pasar atau market power dari beberapa pelaku pasar, dan informasi yang tidak sempurna
(Firdaus dan Sumarwan, 2018). Kondisi ini dapat mengakibatkan perusahaan memiliki kekuatan
pasar yang lebih besar dibandingkan dengan pesaingnya, sehingga dapat memengaruhi harga dan
kualitas produk yang dihasilkan. Beberapa karakteristik pasar persaingan tidak sempurna menurut
Kaldasch (2015), antara lain:
1. Produk yang tidak homogen
Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan dalam pasar persaingan tidak sempurna
cenderung tidak homogen. Produk-produk ini dapat memiliki perbedaan yang signifikan
dalam hal kualitas, fitur, atau merek.
2. Kekuatan pasar atau market power
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan tidak sempurna dapat
memiliki kekuatan pasar atau market power yang besar. Kekuatan pasar ini dapat
memengaruhi harga dan kualitas produk yang dihasilkan.
3. Hambatan masuk
Pasar persaingan tidak sempurna seringkali memiliki hambatan masuk yang tinggi.
Hambatan masuk ini dapat berupa biaya tinggi, regulasi yang kompleks, dan adanya
kendala-kendala lain yang membuat sulit bagi perusahaan baru untuk masuk ke pasar.
4. Informasi yang tidak sempurna
Informasi yang tidak sempurna dapat menyebabkan konsumen tidak memiliki informasi
yang cukup untuk membuat keputusan yang tepat dalam membeli produk. Hal ini dapat
memengaruhi kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
5. Adanya interaksi antar perusahaan
Perusahaan dalam pasar persaingan tidak sempurna cenderung saling berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain. Interaksi ini dapat menghasilkan praktik-praktik persaingan
tidak sehat seperti kolusi dan kartel.

Indomaret adalah salah satu perusahaan retail modern terbesar di Indonesia yang memiliki
ribuan gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Namun, situasi persaingan di pasar ritel Indonesia
masih dapat dikategorikan sebagai pasar persaingan tidak sempurna. Beberapa contoh kasus pasar
persaingan tidak sempurna yang terkait dengan Indomaret di Indonesia menurut Nugraha,
Adnyana dan Suyasa (2018), antara lain:
1. Oligopoli
Indomaret bersama dengan Alfamart merupakan dua perusahaan ritel modern terbesar di
Indonesia yang menguasai pasar ritel modern Indonesia. Kedua perusahaan ini bersaing
ketat dan memegang pangsa pasar yang besar di pasar ritel Indonesia. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa pasar ritel Indonesia berada dalam kondisi oligopoli.
2. Praktik monopoli local
Indomaret diketahui memiliki praktik monopoli lokal di beberapa daerah di Indonesia.
Indomaret sering kali mengambil strategi untuk menempatkan gerainya di lokasi yang
strategis dan menekan persaingan dari toko-toko kecil. Praktik ini dapat memengaruhi
kompetisi di pasar ritel di daerah tersebut.
3. Praktik persaingan tidak sehat
Indomaret dan Alfamart juga diketahui terlibat dalam praktik persaingan tidak sehat,
seperti menetapkan harga yang sama untuk produk-produk tertentu. Praktik ini dikenal
sebagai kartel harga dan dapat merugikan konsumen.

Situasi pasar persaingan tidak sempurna dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi dan
kualitas produk yang lebih rendah bagi konsumen. Oleh karena itu, perlu adanya regulasi dan
pengawasan dari pemerintah untuk mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan
konsumen dan memperkuat persaingan sehat di pasar ritel Indonesia.

Strategi Indomaret dalam Pasar Persaingan Tidak Sempurna


Indomaret adalah salah satu contoh perusahaan yang beroperasi dalam pasar persaingan
tidak sempurna, khususnya dalam hal oligopoly (Adisasmita, 2015). Oligopoli adalah kondisi di
mana pasar dikuasai oleh beberapa perusahaan yang memproduksi produk yang sama atau sejenis,
sehingga mereka memiliki kekuatan pasar yang besar. Indomaret bersaing dengan beberapa
perusahaan lainnya seperti Alfamart, Circle K, dan Lawson yang juga beroperasi dalam bisnis
retail minimarket (Akmal, Arsyad dan Harahap, 2020). Dalam industri ini, terdapat beberapa
hambatan masuk seperti biaya yang tinggi untuk memulai bisnis, kesulitan dalam mendapatkan
izin dan regulasi yang kompleks. Hal ini dapat membatasi kemampuan perusahaan baru untuk
masuk ke pasar.
Indomaret dan perusahaan sejenisnya juga memiliki kekuatan pasar yang besar, terutama
dalam hal harga dan promosi. Mereka dapat memanfaatkan skala ekonomi dan efisiensi
operasional untuk menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pedagang
tradisional. Selain itu, mereka juga dapat menawarkan promosi dan diskon yang menarik untuk
menarik konsumen. Namun, di sisi lain, perusahaan-perusahaan ini juga dapat melakukan praktik-
praktik persaingan tidak sehat seperti penentuan harga, pembatasan produksi, atau kolusi
(Hermawan dan Hutomo, 2021). Hal ini dapat merugikan konsumen karena menghasilkan harga
yang lebih tinggi atau kualitas produk yang rendah.
Dalam pasar persaingan tidak sempurna, strategi yang tepat dapat membantu Indomaret
untuk bersaing dengan pemain lain di pasar. Beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh
Indomaret antara lain sebagai berikut (Kurniawan dan Adisasmita, 2018):
1. Diferensiasi produk: Indomaret dapat melakukan diferensiasi produk dengan menciptakan
merek dan produk private label yang unik dan menarik bagi konsumen. Dengan memiliki
merek dan produk private label yang menarik, Indomaret dapat mempengaruhi harga dan
kuantitas barang dalam pasar.
2. Strategi harga yang kompetitif: Indomaret dapat menggunakan strategi harga yang
kompetitif untuk bersaing dengan pemain lain di pasar. Dengan menawarkan harga yang
lebih murah atau promo yang menarik, Indomaret dapat meningkatkan permintaan dan
penjualan barang yang ditawarkan.
3. Penawaran produk yang beragam: Indomaret dapat menawarkan produk yang beragam dan
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Dengan menawarkan produk yang beragam,
Indomaret dapat meningkatkan kuantitas barang dalam pasar dan mempengaruhi harga
pasar.
4. Pelayanan konsumen yang baik: Indomaret dapat memberikan pelayanan konsumen yang
baik dan responsif untuk mempertahankan loyalitas konsumen. Dengan memiliki
konsumen yang loyal, Indomaret dapat meningkatkan permintaan dan penjualan barang
dalam pasar.
5. Kekuatan pasar: Indomaret memiliki kekuatan pasar yang besar di Indonesia karena
mereka memiliki banyak gerai dan outlet di seluruh negeri. Hal ini memungkinkan
Indomaret untuk mempengaruhi harga dan kualitas produk yang dijual, serta menerapkan
strategi bisnis yang mempertahankan posisi pasar yang dominan.
6. Merek yang kuat: Indomaret merupakan salah satu merek minimarket terkemuka di
Indonesia dan memiliki brand awareness yang tinggi di kalangan konsumen. Hal ini
memberikan keuntungan dalam mempertahankan posisi pasar yang dominan.

Namun, di sisi lain, menurut Pamudi, Setiyawan dan Sugiyanto (2022), Indomaret juga
memiliki beberapa kelemahan dalam pasar persaingan tidak sempurna, antara lain:
1. Keterbatasan inovasi: Karena Indomaret sudah memiliki posisi pasar yang dominan,
mereka mungkin tidak terlalu fokus pada inovasi dan pengembangan produk yang baru.
Hal ini dapat membuat mereka kehilangan keuntungan dalam persaingan jangka panjang.
2. Risiko regulasi: Indomaret juga memiliki risiko dalam hal regulasi, di mana pemerintah
dapat mengatur persaingan dengan kebijakan dan regulasi baru yang dapat memengaruhi
bisnis Indomaret.
3. Keterbatasan pilihan: Walaupun Indomaret memiliki diversifikasi produk yang tinggi,
namun pilihan produk yang ditawarkan mungkin terbatas dibandingkan dengan pasar yang
memenuhi syarat persaingan sempurna. Hal ini dapat membatasi pilihan konsumen.
4. Praktik bisnis yang tidak sehat: Indomaret dan perusahaan minimarket lainnya juga dapat
terjerumus dalam praktik bisnis yang tidak sehat, seperti kolusi dan kartel. Hal ini dapat
merugikan konsumen dan pesaing, serta melanggar hukum persaingan yang berlaku.
5. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar ritel di Indonesia merupakan
pasar persaingan tidak sempurna. Dalam pasar ini, Indomaret sebagai salah satu pemain
besar memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga dan kuantitas barang dalam pasar,
namun harus bersaing dengan pemain lain seperti Alfamart, Circle K, dan Lawson.
Untuk dapat bersaing dalam pasar persaingan tidak sempurna, Indomaret dapat melakukan
beberapa strategi seperti diferensiasi produk, strategi harga yang kompetitif, penawaran produk
yang beragam, dan pelayanan konsumen yang baik. Melalui strategi-strategi tersebut, Indomaret
dapat meningkatkan permintaan dan penjualan barang yang ditawarkan serta mempertahankan
loyalitas konsumen.
Namun, dalam menjalankan strategi-strategi tersebut, Indomaret juga harus
memperhatikan kondisi pasar dan pemain lain di pasar. Dengan memahami kondisi pasar dan
pemain lain di pasar, Indomaret dapat melakukan strategi yang tepat untuk dapat bersaing dengan
pemain lain dalam pasar ritel di Indonesia. Selain itu, dalam pasar persaingan tidak sempurna
seperti pasar ritel di Indonesia, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dan
penawaran dalam pasar, seperti tingkat pendapatan konsumen, harga barang, dan faktor-faktor lain
seperti cuaca dan musim (Widiantoro dan Pratama, 2021).
Indomaret sebagai pemain besar dalam pasar ritel di Indonesia juga harus memperhatikan
faktor-faktor tersebut dalam menjalankan strategi-strategi bisnisnya. Misalnya, Indomaret dapat
menyesuaikan harga barang yang ditawarkan dengan tingkat pendapatan konsumen di wilayah
tempat toko Indomaret berada. Selain itu, Indomaret juga dapat memperhatikan faktor-faktor cuaca
dan musim dalam menentukan stok barang yang harus disediakan.
Selain strategi-strategi bisnis dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran dalam pasar ritel di Indonesia, terdapat pula faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi keberhasilan Indomaret dalam bersaing dengan pemain lain di pasar. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah kualitas produk, efisiensi operasional, dan inovasi produk.
Untuk dapat bersaing dengan pemain lain di pasar, Indomaret juga harus terus melakukan
inovasi produk dan meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan. Selain itu, Indomaret juga
harus menjaga efisiensi operasionalnya agar dapat memberikan harga yang kompetitif kepada
konsumen.
Secara keseluruhan, pasar ritel di Indonesia merupakan pasar persaingan tidak sempurna
yang mempengaruhi strategi bisnis dan keberhasilan Indomaret sebagai salah satu pemain besar di
pasar. Namun, dengan memperhatikan strategi bisnis yang tepat, faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi
keberhasilan bisnis, Indomaret dapat terus bersaing dengan pemain lain di pasar dan
mempertahankan posisinya sebagai salah satu pemain besar di pasar ritel di Indonesia (Fugazza
dan Maur, 2016).

KESIMPULAN
Dalam studi literatur mengenai pasar persaingansempurna dan pasar persaingan tidak
sempurna pada kasus Indomaret, dapat disimpulkan bahwa pasar ritel di Indonesia merupakan
pasar persaingan tidak sempurna. Dalam pasar ini, Indomaret sebagai salah satu pemain besar
memiliki kekuatan untuk mempengaruhi harga dan kuantitas barang dalam pasar, namun harus
bersaing dengan pemain lain seperti Alfamart, Circle K, dan Lawson.
Untuk dapat bersaing dalam pasar persaingan tidak sempurna, Indomaret dapat melakukan
beberapa strategi seperti diferensiasi produk, strategi harga yang kompetitif, penawaran produk
yang beragam, dan pelayanan konsumen yang baik. Melalui strategi-strategi tersebut, Indomaret
dapat meningkatkan permintaan dan penjualan barang yang ditawarkan serta mempertahankan
loyalitas konsumen. Namun, dalam menjalankan strategi-strategi tersebut, Indomaret juga harus
memperhatikan kondisi pasar dan pemain lain di pasar. Dengan memahami kondisi pasar dan
pemain lain di pasar, Indomaret dapat melakukan strategi yang tepat untuk dapat bersaing dengan
pemain lain dalam pasar ritel di Indonesia.
Selain strategi-strategi bisnis dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
penawaran dalam pasar ritel di Indonesia, terdapat pula faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi keberhasilan Indomaret dalam bersaing dengan pemain lain di pasar. Faktor-faktor
tersebut antara lain adalah kualitas produk, efisiensi operasional, dan inovasi produk. Dalam pasar
persaingan tidak sempurna seperti pasar ritel di Indonesia, Indomaret harus terus melakukan
inovasi dan meningkatkan kualitas produknya, serta menjaga efisiensi operasionalnya untuk dapat
bersaing dengan pemain lain di pasar. Indomaret juga harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar, seperti tingkat pendapatan konsumen dan
faktor-faktor cuaca dan musim.
Secara keseluruhan, Indomaret sebagai salah satu pemain besar di pasar ritel di Indonesia
dapat terus bersaing dengan pemain lain di pasar dengan memperhatikan strategi bisnis yang tepat,
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keberhasilan bisnis. Dengan demikian, Indomaret dapat mempertahankan
posisinya sebagai salah satu pemain besar di pasar ritel di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2015). Analisis Pesaing Industri Ritel di Indonesia dengan Menggunakan Analisis
SWOT. Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 9(1), 57-68.
Akmal, M., Arsyad, N., & Harahap, R. (2020). Analisis pasar modern: Studi kasus Alfamart,
Indomaret dan Circle K di Kota Medan. Jurnal Riset Ekonomi Dan Bisnis, 5(1), 25-36.
Arslan, M., & Altıntaş, H. (2020). An analysis of perfect competition in the Turkish banking sector.
Journal of Economic Structures, 9(1), 1-19.
Choi, J. Y. (2018). The Characteristics of Perfectly Competitive Markets. Investopedia.
https://www.investopedia.com/terms/p/perfectlycompetitive_market.asp
Firdaus, A. F., & Sumarwan, U. (2018). The Influence of Store Atmosphere and Consumer
Satisfaction on Customer Loyalty in Indomaret Convenience Stores. The Journal of Asian
Finance, Economics and Business, 5(4), 55-63.
Fugazza, M., & Maur, J. C. (2016). Non-tariff measures and standards in trade and global value
chains. WTO Staff Working Paper ERSD-2016-04.
Hermawan, A., & Utomo, A. W. (2021). Analisis persaingan pasar minimarket di Kota Semarang:
Studi kasus pada Indomaret, Alfamart, dan Circle K. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 10(1),
16-24.
Ismail, M., & Syafitri, U. D. (2018). Competitive Advantage of Retail Industry in Indonesia: Case
Study of Alfamart, Indomaret, and Alfamidi. International Journal of Business and
Management Invention, 7(8), 31-38.
Kaldasch, J. (2015). The new class struggle: The impact of globalization on income distribution
and social structure in western societies. Entropy, 17(12), 8030-8062.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2012). Principles of marketing. Pearson Prentice Hall.
Kurniawan, T., & Adisasmita, R. (2018). Analisis strategi bersaing pada usaha ritel modern (Studi
kasus: Indomaret, Alfamart, dan Circle K di Jakarta Timur). Jurnal Manajemen Bisnis
Indonesia, 5(2), 53-68.
Mahardhika, P. (2021). Penjualan Indomaret Tumbuh 6,3 Persen di 2020. CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210120133027-17-221106/penjualan-
indomaret-tumbuh-63-persen-di-2020
Mankiw, N. G. (2014). Principles of microeconomics. Cengage Learning.
Nugraha, I. G. A. P., Suyasa, I. W., & Adnyana, I. W. (2018). Analysis of Factors Affecting
Customers’ Loyalty in Indomaret Convenience Stores in Bali. International Journal of
Business and Management Invention, 7(8), 47-55.
Pambudi, S., Setiyawan, S., & Sugiyanto, S. (2022). Analisis strategi bersaing dan keunggulan
kompetitif pada industri ritel modern: Studi kasus pada Indomaret dan Alfamart di
Semarang. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 25(1), 12-23.
Reisinger, M. (2012). Perfect competition and the creativity of the market. Cambridge Journal of
Economics, 36(3), 631-645.
Widiastuti, E. (2021). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen pada PT.
Indomarco Prismatama. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 8(2), 138-145.
Pambudi, S., Setiyawan, S., & Sugiyanto, S. (2022). Analisis strategi bersaing dan keunggulan
kompetitif pada industri ritel modern: Studi kasus pada Indomaret dan Alfamart di
Semarang. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 25(1), 12-23.
Widiantoro, W., & Pratama, F. R. (2021). Analisis strategi pemasaran Indomaret di tengah
persaingan bisnis ritel modern. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 18(2), 159-167.
JOURNAL SUBMISSION

Anda mungkin juga menyukai