Oleh :
1. Uja Dewi Yunitasari 170810201019
2. Via Ayuningtias Pratiwi 170810201066
3. Nurcinta Islaminingrum 170810201072
4. Felecia Ferdiana Sari 170810201141
5. Tiara Dwi Cahya 170810201241
Puji syukur kami sampaikan kehadiran Allah Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan nikmatnya serta kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Struktur Pasar” untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ekonomi Manajerial.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah "Struktur Pasar" ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Struktur Pasar ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Tim penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Nash equilibrium
Dalam alokasi harga yang dibentuk oleh pasar, acuan evaluasinya adalah
apakah harga berhasil mengalokasikan sumber daya pelaku ekonomi secara
optimal/efisien. Untuk itu, acuannya adalah Pareto optimality. Alokasi optimal
bisa dicapai dalam struktur pasar bersaing sempurna. Ingat, the first welfare
economic theorem: harga yang dibentuk oleh pasar bersaing sempurna akan
mampu mengalokasikan sumber daya pelaku ekonomi (produsen dan konsumen)
secara optimal. Dalam hal ini, dengan sumber daya yang ada produsen
mendapatkan keuntungan yang maksimal dan konsumen mendapatkan kepuasan
yang maksimal. Dengan demikian, baik produsen maupun konsumen tidak
mempunyai insentif untuk merubah pilihan/ keputusannya.
Acuan untuk interaksi beberapa (dua) pelaku ekonomi adalah Nash
equilibrium. Dalam kondisi Nash equilibrium, pelaku ekonomi tidak mempunyai
insentif untuk mengubah masing-masing strateginya. Dalam konteks duopoli,
kedua produsen sudah mendapatkan keuntungan yang maksimal untuk sejumlah
tertentu sumberdaya mereka. Ada skenario permainan (aturan main) yang
berakhir pada kondisi Nash equilibrium, namun ada juga yang tidak. Konsekuensi
dari aturan main yang tidak bisa mengarah ke Nash equilibrium adalah adanya
alokasi sumber daya yang tidak optimal. Dan, pertanyaan yang penting adalah:
bagaimana membuat rule of the game yang bisa menghasilkan alokasi
sumberdaya yang superior dari yang sebelumnya, jika first best solution ala Nash
tidak bisa tercapai? (Topik ini adalah tcpik oligopoli lanjutan, misalnya lihat
'Iirole, 1988).
Kinked Demand Curve
Salah satu pola interaksi (aturan main) dari dua perusahaan dalam struktur
pasar oligopoli adalah: jika salah satu produsen menaikkan harga produsen
lainnya tidak mengikuti, namun jika salah satu menurunkan harganya produsen
lain juga akan menurunkan harga produknya. Mengapa? ]ika produsen yang satu
menaikkan harga, yang lainnya merespon dengan tidak menaikkan harga, maka
produsen yang menaikkan harga akan kehilangan penjualan yang signifikan. Jadi,
jika produsen menaikkan harga akan menghadapi kurva permintaan yang relatif
datar (elastis), Sedikit saja harga naik, permintaan terhadap produknya akan
menurun tajam.
Sebaliknya, jika salah satu produsen menurunkan harga produknya, produsen
lainnya mempunyai insentif untuk menurunkan juga. Jika tidak, produsen tersebut
akan kehilangan penjualan yang signifikan. Dengan demikian, produsen
menghadapi peningkatan permintaan produk yang relatif kecil jika harga turun.
Penurunan harga akan menambah penjualan, namun tidak signifikan, karena
dampak pertambahan Output, dalam doupoli, harus dibagi dua. Oleh karena itu,
produsen menghadapi l<urva yang relatif tidak elastis jika harga turun. Kondisi
ini digambarkan dengan kurva permintaan yang relatif miring.
Jadi, dengan aturan main tersebut, masing-masing produsen dalam struktur
Pasar duopoli (oligopoli) menghadapi dua kurva permintaan yang berbeda. Untuk
kasus harga turun, produsen menghadapi kurva permintaan yang inelastis.
Sebaliknya, untuk kasus harga naik, produsen menghadapi kurva permintaan
elastis. Pada titik awal keseimbangan, kurva permintaan yang dihadapi produsen
patah (kinked). Oleh karena itu, kurva ini disebut kinked demand curve.
Kurva permintaan patah ini mengakibatkan kurva marginal revenue yang
tidak kontinyu. Bagian MR yang tidak kontinyu. Adanya bagian MR yang tidak
kontinyu tersebut mempunyai implikasi kondisi optimal produksi. Produsen akan
memilih tingkat produksi sedemikian rupa sehingga ongkos marjinal produk
terakhir sama dengan pendapatan marjinalnya (MC = MR). Porsi vertikal dari MR
yang merupakan bagian MR yang tidak kontinyu mengakibatkan kondisi MC =
MR akan tetap dipenuhi meskipun MC naik atau turun tidak terlahl besar. Oleh
karena itu, MC yang berfluktuasi relatif tidak besar, tidak akan membuat
produsen menaikkan harga produknya. Argumen ini menjelaskan mengapa Pada
struktur pasar oligopoli, harga relatif stabil (begitu juga outputnya).
Prisoner’s Dilemma
Salah satu aturan main dari monopoli adalah prisoners dilemma. Prisoners
dilemma adalah model klasik yang biasanya ditampilkan dalam topik oligopoli
dari buku ilmu ekonomi mikro, misalnya Pindyck dan Rubinfeld (1998). Model
ini menggambarkan bahwa kesepakatan dua pelaku ekonomi sangat sulit untuk
menjadi berkesinambungan meskipun kesepakatan tersebut menguntungkan
kedua pelakunya. Kesepakatan berarti bahwa pelaku ekonomi melakukan
komitmen untuk memilih strategi tertentu dalam sebuah permainan. Dengan
demikian, meskipun permainan tersebut belum dimulai, masing-masing pelaku
ekonomi berpotensi untuk memilih strategi yang berbeda dari strategi
kesepakatan, jika dengan melakukan pelanggaran tersebut (curang) memberikan
kepuasan yang lebih tinggi dibanding mengikuti strategi kesepakatan sebelumnya.
Evaluasi utility pelaku ekonomi adalah standar, yaitu dengan
memaksimumkan expected utility dengan horison waktu dan diskon faktornya,
masing-masing, ingat pelaku ekonomi memaksimumkan keuntungannya sendiri,
jika dengan mengingkari kesepakatan strategi (cheating) akan menguntungkan,
maka pelaku ekonomi akan melakukannya. Jika ganjaran yang lebih dari setimpal
tidak kredibel, maka mahasiswa akan melakukan cheating meskipun telah ada
kesepakatan untuk tidak memilih strategi tersebut. Dalam hal ini solusi kooperatif
antara pengajar dan mahasiswa dikatakan tidak berkesinambungan. Elaborasi
dengan presisi yang lebih tinggi ditampilkan dengan model berikut ini.
Model Prisoners dilemma bisa ditampilkan sebagai berikut: Ada dua tahanan
(prosoners) A dan B. Jika A dan B sepakat untuk tidak mengaku, keduanya
dihukum 4 tahun. Jika keduanya mengaku, keduanya dihukum 8 tahun. Hasil
permainan tersebut secara lengkap seperti gambar dibawah
Kartel
Kasus yang paling kondang dari model prisoners dilemma adalah kartel.
Misalkan ada dua produsen (duopoly), yaitu A dan B yang memproduksi barang
yang identik melakukan kolusi, sehingga keduanya menjadi monompoli atau
sebuah kartel. Tujuan kartel tersebut adalah memaksimalkan keuntungan bersama.
Hal ini bisa dicapai jika kartel mampu menaikkan harga produknya. Kartel
menaikkan harga dengan mengurangi jumlah output di Pasar. Untuk itu kartel
menentukan sejumlah kuota tertentu untuk A dan B. Dengan demikian, jumlah
output di pasar bisa dikendalikan, begitu juga dengan harga. Namun setelah kartel
berhasil menaikkan harga, masing-masing produsen mempunyai insentif untuk
melakukan kecurangan guna meraup keuntungan yang sebesar-besarnya, yaitu
secara diam-diam
Repetisi
Kecurangan terjadi karena permainan hanya terjadi sekali (one shot game).
Setelah masing-masing memilih strateginya, permainan selesai. Sekarang
diasumsikan bahwa permainan tidak terjadi sekali, namun direpetisi (repeted
game). Jika A melakukan kecurangan, yaitu dengan memproduksi melebihi
kuotanya pada permainan periode pertama, maka B akan melakukan retalisasi
dengan menambah produksinya pada permainan periode kedua. Pola permainan
ini disebut tit-for-tat. Skenario permainan ini bisa mencegah munculnya
kecurangan karena jika A akan melakukan kecurangan, A harus memperhitungkan
dampak negatifnya pada permainan berikutnya. Munculnya hasil potensial negatif
dari kecurangan bagi yang melakukannya, selain bisa dimunculkan dengan pola
permainan tit-for-tat, juga bisa dimunculkan dalam bentuk ganjaran formal.
Semakin besar ganjaran, semakain menstimulir A untuk tidak melakukan
kecurangan
Dalam permaianan yang berepetisi, evaluasi hasil kombinasi strategi
berhubungan secara intemporal. Strategi yang dipilih oleh salah satu pelaku
ekonomi sekarang akan mempengaruhi ekspektasi pelaku ekonomi lainnya
terhadap pilihan strategi pelaku ekonomi tersebut di permainan berikutnya. Jika
salah satu pelaku ekonomi memilih strategi kecurangan, maka pelaku ekonomi
lainnya akan membentuk ekspektasi bahwa pelaku ekonomi tersebut akan
cenderung melakukan cheating. Dalam permainan yang berepetisi, pelaku
ekonomi bisa membangun repitisi dengan memilih secara konsisten atau
melakukan komitmen terhadap strategi tertentu. Komitmen tersebut bisa sangat
mahal jika terjadi kejutan yang membuat strategi komitmen tersebut berimplikasi
penurunan hasil yang signifikan bagi pelaku ekonomi tersebut. Adanya kejutan
yang demikian membuat pilihan strategi dengan komitmen menjadi tidak bisa
diharapkan konsisten terhadap waktu. Dalam bahasa teknis dikatakan bahwa
komitmen biasanya bersifat time inconsistent.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli)
dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat
menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan.
Setiap proses yang mempertemukan antara pembeli dan penjual, maka akan
membentuk harga yang disepakati antara pembeli dan penjual. Penentuan
keseimbangan harga barang di pasar tergantung kepada Struktur Pasar dari barang
yang diperjualbelikan.
Struktur Pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar
berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya
perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk kedalam industri dan
peranan iklan dalam kegiatan industri.
DAFTAR PUSTAKA
Papas, J. L., & Hirschey, M. (1995). Ekonomi Manajerial. Jakarta: Binarupa Aksara.