Struktur Pasar Persaingan Sempurna
Struktur Pasar Persaingan Sempurna
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ekonomi manajerial yang diampu
oleh: Drs. Budiono, M.Si.
Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2020
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar
berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri,
mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri. Analisa
ekonomi membedakan struktur pasar menjadi 4 jenis yaitu : Pasar Persaingan Sempurna, Pasar Monopoli,
Persaingan Monopolistis, dan Pasar Oligopoli. Di makalah ini terutama akan membahas tentang Pasar
Persaingan Sempurna
Dalam kenyataannya sehari-hari bentuk pasar yang benar-benar bersifat persaingan sempurna sulit
ditemukan, yang ada hanyalah kecenderungan mendekati ke bentuk pasar persaingan sempurna. Contoh
kongkrit bentuk pasar yang paling mendekati pasar persaingan sempurna adalah pasar barang-barang atau
komoditi makanan pokok. Pada pasar persaingan sempurna, penulis akan mengangkat perkembangan
Pasar Daging Sapi dan pengaruh harga kedelai terhadap Produsen Tahu Tempe.
Berdasarkan uraian latar belakang untuk mengatasi masalah yaitu sebagai berikut:
1.3. Tujuan
3
1. Untuk mengetahui analisis struktur pasar persaingan sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pasar dan Struktur pasar
Pasar (market) adalah suatu konteks dimana pertukaran antara pembeli dan penjual
terjadi secara sukarela. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa syarat terjadinya pasar adalah
sifat sukarela antara pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi. Bila tidak ada sifat sukarela
tersebut, maka pasar tidak akan terjadi. Sebenarnya tidak ada kesepakatan umum untuk
mengklasifikasikan berbagai bentuk pasar. Namun metode yang banyak dipakai adalah
mengklasifikasi pasar berdasar jumlah penjual (dan pembeli) dan homogenitas (tingkat
diferensiasi) produk. Atas dasar metode ini bentuk pasar dapat diklasifikasikan seperti dalam
tabel 10.1 dimana pada dasarnya terdapat empat bentuk pasar, yaitu persaingan sempurna,
monopoli, persaingan monopolostik, dan oligopoli.
4
2.2. Karakteristik Pasar Persaingan Sempurna
Mengacu pada tabel 10.1 di atas, pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana
terdapat banyak penjual (perusahaan) dan pembeli (konsumen) dan produk yang dijual bersifat
homogen (sama antara produk satu perusahaan dengan produk perusahaan-perusahaan lain).
Bentuk pasar persaingan sempurna merupakan suatu model teoritis dimana tidak ada struktur
pasar dalam keadaan sebenanrnya yang memenuhi karakteristik pasar persaingan sempurna.
Namun demikian, bentuk pasar yang mendekati model teoritis pasar persaingan sempurna ini
dapat ditemukan pada pasar bagi berbagai produk pertanian. Produk-produk pertanian seperti
cabai, bawang merah, bawang putih, dan berbagai macam sayuran yang dihasilkan satu petani
dengan petani yang lain tidak berbeda (homogen) satu sama lain, sehingga kita tidak bisa
membedakan produk pertanian satu petani tertentu dari produk petani lain. Berikut akan
disampaikan karakteristik pasar persaingan sempurna secara lebih mendalam.
1. Terdapat banyak perusahaan dan konsumen di pasar dan masing-masing relatif kecil
terhadap pasar. Oleh karena perusahaan di pasar ini relatif kecil (pangsa pasarnya relatif
kecil), maka apa yang dilakukan oleh sebuah perusahaan tidak akan berdampak terhadap
kondisi pasar secara keseluruhan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan bermaksud
meningkatkan kuantitas penjualanannya dengan menurunkan harga jual produknya. Dalam
jangka pendek, kuantitas penjualan akan meningkat karena banyak konsumen yang beralih
dari perusahaan lain ke perusahaan tersebut. Namun demikian, karena keterbatasan yang
dimiliki perusahaan maka kenaikan permintaan tidak akan dapat direspon secara terus
menerus oleh perusahaan dengan menyediakan kuantitas sebesar yang diminta konsumen.
Pada gilirannya, keterbatasan ketersediaan produk akan mendorong harga kembali sebesar
harga yang berlaku di pasar. Sebaliknya, bila perusahaan bermaksud menaikkan harga, maka
konsumen akan berpindah membeli dari perusahaan lain. Akibatnya, perusahaan tersebut terpaksa
harus menurunkan harga supaya produknya laku terjual. Kembali harga akan menjadi sebesar harga
yang berlaku di pasar. Dalam hal ini, perusahaan dalam pasar persaingan sempurna bertindak sebagai
pengambil harga (price taker). Artinya, perusahaan akan menjual produknya pada harga yang
berlaku di pasar. Penentuan harga lebih rendah atau lebih tinggi dari harga pasar berdampak pada
proses penyesuaian harga kembali ke harga pasar seperti yang dijelaskan di atas.
Sebagai konsekuensi dari posisinya sebagai pengambil harga, perusahaan pada pasar
5
persaingan sempurna akan bertindak sebagai penyelaras kuantitas (quantity adjuster). Oleh
karena harga berada di luar kendali perusahaan, maka laba maksimum yang menjadi tujuan
perusahaan hanya dapat dicapai dengan cara menghasilkan produk dalam kuantitas yang
optimum pada harga yang berlaku di pasar. Bila harga pasar berubah, maka perusahaan dapat
menyelaraskan kuantitas yang diproduksi/dijual dengan harga yang baru sehingga laba
maksimum. Persaingan yang terjadi antar perusahaan di pasar bersifat persaingan
impersonal.
2. Produk yang diperjualbelikan di pasar bersifat homogen dan merupakan substitusi sempurna
serta indiferen terhadap produk lainnya. Produk homogen berarti tidak ada pembeda antara
produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan dengan perusahaan lainnya. Oleh karena itu,
tidak ada kelebihsukaan (preferensi) konsumen terhadap output suatu perusahaan dibanding
output perusahaan lain. Bagi konsumen, produk suatu perusahaan dapat digantikan secara
sepenuhnya oleh produk perusahaan lain. Dengan kata lain, produk bersifat substitusi
sempurna. Sebagai akibatnya, sama saja bagi konsumen membeli produk dari perusahaan
manapun. Di sini dikatakan bahwa konsumen bersifat indiferen, yaitu tidak ada perusahaan
yang lebih disukai daripada yang lainnya dan sebalikya tidak ada preferensi dari perusahaan
terhadap konsumen tertentu.
3. Tidak ada kolusi atau hambatan semu (artificial restraint). Oleh karena tidak ada hambatan
untuk masuk dan keluar pasar, maka perusahaan dapat bebas masuk maupun keluar pasar.
Artinya, tidak ada persyaratan khusus bagi perusahaan untuk bisa masuk dan beroperasi di
pasar. Tidak ada hambatan pemerintah atas harga, output, masuk pasar, dll. Sebagai misal,
tidak ada eraturan pemerintah mengharuskan perusahaan yang akan memulai usaha (masuk
pasar) untuk memiliki sejumlah modal tertentu yang sangat besar. Juga misalkan, tidak ada
kolusi dari beberapa perusahaan di pasar untuk menghambat perusahaan baru untuk masuk pasar.
Mereka bisa mempengaruhi pemerintah untuk mengeluarkan ketentuan resmi bagi perusahaan baru
untuk menggunakan tingkat teknologi tertentu dimana teknologi tersebut hanya bisa dipenuhi oleh
perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam kolusi tersebut. Demikian juga, tidak ada ketentuan
yang harus dipenuhi oleh perusahaan yang akan keluar pasar. Misalnya, dalam industri tertentu
perusahaan tidak diperbolehkan menutup operasinya secara total walaupun perusahaan mengalami
kebangkrutan dalam rangka menjaga kesempatan kerja. Setiap perusahaan bertindak secara
6
independen.
4. Perusahaan dan konsumen memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai pasar. Artinnya,
setiap perusahaan dan konsumen mengetahui dengan pasti harga yang berlaku di pasar.
Dengan demikian, apabila ada suatu perusahaan yang menaikkan harga, maka seluruh
konsumen akan mengetahui hal ini dan mereka akan bertindak sedemikian rupa sehingga
harga akan turun ke tingkat harga pasar. Misal, konsumen akan menawar harga atau memilih
tidak membeli dari perusahaan bersangkutan.
8 d = P = MR
6
0 20 40 60 80 100
7
Kuantitas (unit)
Gambar 10.1. Kurva Permintaan Perusahaan Yang Beroperasi di Pasar Persaingan Sempurna
400
200
0 20 40 60 80 100
Kuantitas (unit)
Gambar 10.2. Kurva Penerimaan Total Perusahaan Yang Beroperasi di Pasar Persaingan
Sempurna
Ketika perusahaan mencapai tingkat output optimum, perusahaan dikatakan berada dalam
kondisi keseimbangan. Pencapaian kondisi keseimbangan ini akan tergantung pada jangka waktu
keputusan, yaitu antara jangka pendek dan jangka panjang. Bagaimana keseimbangan jangka
pendek dan jangka panjang dicapai diuraikan di bawah ini dengan menggunakan pendekatan
total dan pendekatan rata-rata dan marjinal.
8
kemiringan pada masing-masing kurva pada titik tersebut adalah sama besar.
TR, TC TC
TR
Kerugian (-) E1
maksimum
E2
Keuntungan ()
maksimum
0 Q1 Q2 Q3 Q4 Kuantitas
9
Gambar 10.3.
Penentuan Keseimbangan Jangka Pendek dengan Pendekatan Total
Dengan kurva TR dan TC hipotetis pada Gambar 10.3, dapat dilihat bahwa jarak terbesar
tercapai pada titik yang menunjukkan tingkat output sebesar Q1 dan Q3. Namun pada Q1, TC di
atas TR yang berarti biaya total lebih besar dari penerimaan total, sehingga bukan kuntungan
maksimum yang dicapai tetapi kerugian maksimum. Sedangkan pada Q3, TR di atas TC atau
penerimaan total lebih besar dari biaya total yang berarti laba yang diperoleh merupakan laba
maksimum. Dengan kata lain, tingkat output sebesar Q3 merupakan tingkat output optimum.
Adapun besarnya laba adalah sebesar jarak TR dan TC, yaitu selisih besar TR pada tingkat
output Q3 dan besar TC pada tingkat output yang sama (atau E1E2).
Dengan menggunakan pendekatan rata-rata dan marjinal, keseimbangan jangka pendek
ditentukan dengan menggunakan kurva AC, MR dan MC. Seperrti ditunjukkan dalam Gambar
10.4, keseimbangan tercapai pada titik E dimana pada titik tersebut MR = MC. Mengapa pada
saat MR = MC? Dengan mengacu pada pendekatan total, telah diketahui bahwa laba maksimum
tercapai pada saat jarak kurva TR dan TC terbesar, yaitu ketika kemiringan kedua kurva sama
besar. Kemiringan kurva TR menunjukkan besarnya MR dan kemiringan kurva TC menunjukkan
besarnya MC, maka dapat dikatakan bahwa pada saat jarak TR dan TC terbesar pada saat itu
akan terjadi MR = MC.
Penjelasan lain mengapa laba maksimum tercapai pada saat MR = MC adalah ketika MR
> MC masih ada insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan output yang dihasilkannya karena
tambahan biaya (MC) yang dikeluarkan perusahaan untuk meningkatkan output tersebut masih
lebih rendah dari tambahan penerimaan (MR) yang diperoleh dari penjualan output. Secara
grafis, kondisi ini terjadi pada area tingkat output lebih kecil Q* pada Gambar 10.4, yaitu ketika
bagian kurva MC di bawah kurva MR. Penambahan output yang lebih besar akan menyebabkan
tambahan biaya yang lebih besar sebagai akibat menurunnya produktivitas input. Dalam kondisi
ini MC meningkat. Namun selama MR masih lebih besar dari MC, maka masih menguntungkan
bagi perusahaan untuk tetap menambah output. Hingga pada suatu saat tercapai MR = MC, yaitu
ketika output mencapai sebesar Q*. MC AC
P, C E
P d = P = MR
A B
Kuantitas
0 Q
Gambar 10.4.
Penentuan Keseimbangan Jangka Pendek Dengan Pendekatan Rata-Rata dan Marjinal
Pada saat MR = MC, akan sama saja bagi perusahaan untuk menambah output atau tidak
karena tambahan biaya yang dikeluarkan sama dengan tambahan penerimaan yang dihasilkan
dari menambah output. Dengan demikian, tidak ada insentif bagi perusahaan untuk menambah
output.Namun kalau perusahaan tetap akan menambah output yang terjadi adalah tambahan
penerimaan akan lebih kecil dari tambahan biaya (MR < MC) karena tingkat produktivitas per
unit input yang semakin menurun. Dalam kondisi ini, jelas tidak menguntungkan bagi
perusahaan bila menambah output karena justru kerugian yang akan diperoleh.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa syarat pertama bagi tercapainya laba
maksimum adalah MR = MC. Ini disebut sebagai syarat pasti (necessary condition). Mengingat
bahwa ada dua titik yang menunjukkan kondisi dimana MR = MC (yaitu output sebesar Q1 dan
Q3 pada gambar 10.3) dan hanya satu titik saja yang menghasilkan laba maksimum (yang lainnya
adalah kerugian maksimum), maka perlu syarat tambahan untuk menunjuk titik yang
menghasilkan laba maksimum, yaitu bahwa pada saat itu TR > TC yang terjadi ketika MC
memotong MR dari bawah. Ini disebut sebagai syarat cukup (sufficient condition). Syarat
tercapai laba maksimum dapat dituliskan sebagai berikut:
MR = MC (syarat pasti)
o Ketika MR > MC, meningkatkan Q
o Ketika MR = MC, mempertahankan Q
o Ketika MR < MC, mengurangi Q
Dalam pasar persaingan sempurna, MR adalah konstan sebesar harga pasar (MR = P).
Dengan demikian, laba perusahaan akan lebih tergantung pada biaya rata-rata total (AC). Tinggi
rendahnya AC akan menentukan tingkat laba atau kerugian perusahaan. Bila perusahaan
mendapatkan laba biasanya perusahaan akan tetap berproduksi. Sebaliknya, bila perusahaan
mengalami kerugian akan lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk tidak beroperasi atau
menutup usaha. Namun demikian, ada satu kondisi dimana masih menguntungkan bagi
perusahaan untuk tetap beroperasi walaupun menderita kerugian dalam jangka pendek. Hingga
pada suatu saat, ketika kerugian tersebut sudah sedemikian besar sehingga lebih baik menutup
usaha. Titik dimana perusahaan mulai menutup usahanya disebut titik tutup usaha.
Gambar 10.5 menunjukkan kondisi kapan titik tutup usaha terjadi. Pada gambar 10.5a,
pada titik keseimbangan E besarnya AC < P. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
mendapatkan laba per unit sebesar EB (selisih P dan AC) bila memproduksi sebesar Q*. Dengan
demikian, laba total yang diperoleh adalah EB x OQ* atau sebesar PEBA. Laba ini disebut laba
super normal (super normal profit). Dalam kondisi ini, akan menguntungkan bagi perusahaan
untuk tetap beroperasi.
Dalam Gambar 10.5b, AC sudah meningkat dan lebih besar dari P (AC > P). Berarti
perusahaan mengalami kerugian karena biaya produksi per unit (AC) lebih besar dari harga jual
P. Besarnya kerugian per unit output adalah selisih P dan AC atau sebesar BE. Dengan demikian
kerugian total adalah BE x 0Q* atau sebesar PEBA. Bila kondisi terjadi maka perusahaan tidak
akan beroperasi karena hanya akan menghasilkan kerugian.
MC MC AC
P,C B
P,C P,C
MC
AC A
AC AVC
B D
E A C
P MR=P
P MR=P P MR=P
A E E
B
AF
0 Q* Q
Q 0 Q 0 Q*
Q*
P MC
AVC
B
Q
0
Gambar 10.6.
Kurva Penawaran Perusahaan
Keseimbangan industri dalam jangka pendek adalah kondisi penawaran industri sama
dengan permintaan seluruh konsumen. Dalam kondisi keseimbangan tersebut, semua perusahaan
di dalam pasar beroperasi pada harga keseimbangan industri, sebesar P. Di sini, ada perusahaan
yang memperoleh laba super normal dan ada yang menderita kerugian sesuai dengan kondisi
biaya masing-masing perusahaan. Bila perusahaan bisa memproduksi dengan AC yang lebh
rendah dari P, maka perusahaan akan memperoleh laba. Sebaliknya, bila AC perusahaan lebih
tnggi dari P yang berlaku di pasar, maka perusahaan akan menderita rugi. Gambar 10.7
menggambarkan kondisi dua perusahaan yang memperoleh laba dan yang menderita kerugian
pada kondisi keseimbangan industri.
P,C P,C SMC SAC P
SMC S
SAC F
MR
P P P
B P
D
O Q* Q O Q* Q O Q Q
Gambar 10.7
Keseimbangan Perusahaan, Keseimbangan Perusahaan, Keseimbangan
Industri Laba Positif, Laba Negatif, Titik Tutup Usaha.
3.1. Kesimpulan
Pasar adalah suatu konteks dimana pertukaran antara pembeli dan penjual
terjadi secara sukarela. Pasar persaingan sempurna adalah pasar dimana terdapat
banyak penjual (perusahaan) dan pembeli (konsumen) dan produk yang dijual
bersifat homogen (sama antara produk satu perusahaan dengan produk perusahaan-
perusahaan lain). Akibatnya, perusahaan dalam pasar persaingan sempurna bertindak
sebagai pengambil harga dan penyelaras kuantitas. Karena produk homogen, maka
tidak ada kelebihsukaan (preferensi) konsumen terhadap output suatu perusahaan
dibanding output perusahaan lain. Tidak ada hambatan untuk masuk dan keluar pasar
dan setiap perusahaan dan konsumen dalam pasar mengetahui dengan pasti harga
yang berlaku di pasar (memiliki pengetahuan sempurna). Bentuk pasar persaingan
sempurna merupakan suatu model teoritis.
Perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan menghadapi kurva
permintaan yang horisontal pada tingkat harga pasar dan karenanya kurva TR akan
linier dengan kemiringan positif. Keseimbangan jangka pendek tercapai ketika MR =
MC (syarat pasti) dan TR > TC (syarat cukup). Dalam jangka pendek, perusahaan
dapat memperoleh laba super normal atau menderita kerugian. Perusahaan dapat
tetap berusaha walaupun mengalami kerugian hingga suatu titik tutup usaha dimana
sudah tidak menguntungkan untuk tetap beroperasi. Dalam jangka panjang,
perusahaan dapat menyesuaikan kapasitas produksinya sehingga dapat beroperasi
pada titik terendah LAC. Namun, perusahaan hanya akan memperoleh laba normal
yang tercapai pada saat MC = LMC = SAC = LAC.
3.2. Saran
Setelah memahami bentuk atau struktur dari pasar persaingan sempurna
maupun yang tidak sempurna, hal ini tentu berguna baik bagi pihak akademisi
maupun pihak manajemen. Bagi pihak manajemen suatu perusahaan bisnis,
pengetahuan akan suatu struktur itu merupakan senjata yang bisa digunakan sebagai
pemetaan kompetitor.
Dari informasi yang telah diberikan di atas, sekarang Anda bisa memahami
bahwa pasar persaingan sempurna merupakan struktur yang terdengar baik untuk
diterapkan. Namun ingat, metode pasar ini tidak selalu efektif jika diberlakukan pada
komoditas tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, Maria Y.D. Hayu. 2018. Ekonomi Manajerial (Pembuatan Keputusan Berdasar
Teori Ekonomi). Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata.