Anda di halaman 1dari 46

1 1

2 2
BAB VII. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA ................................... 184
7.1. Ciri-ciri pasar persaingan sempurna .................................. 185
7.2. Permintaan dan Penawaran Pasar Persaingan Sempurna 186
7.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan ............................. 189
7.4. Penawaran dalam Pasar Persaingan Sempurna ............... 197
7.5. Penerapan Konsep Surplus Produsen dan Konsumen ... 202
7.6. Intervensi Pemerintah dalam Pasar Persaingan Sempurna 204
7.7. Ringkasan Bab 7...................................................................... 215

BAB
VII
PASAR PERSAINGAN
SEMPURNA

Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan individu yang ingin dan
mampu untuk membeli serta menjual suatu produk tertentu. Karakteristik pasar yang
paling mendasar adalah jumlah dan ukuran distribusi para pembeli dan penjual serta
tingkat difrensiasi produk. Secara tradisional, pasar dapat dibagi menjadi empat
macam, yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar persaingan
monopolistik, dan pasar oligopoli.
Pasar persaingan Sempurna (perfect competition) adalah struktur pasar yang
ditandai oleh jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak. Transaksi setiap
individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output industri total
sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk tersebut. Para pembeli dan
penjual secara individual hanya bertindak sebagai penerima harga (price takers).
Tidak ada perusahaan yang menerima laba di atas normal dalam jangka panjang
dalam pasar persaingan sempurna.
Pasar Monopoli (monopoly) adalah struktur pasar yang ditandai oleh adanya
seorang produsen tunggal. Suatu perusahaan monopoli dapat menentukan harga
produk dan jumlah outputnya. Sebuah perusahaan monopoli dapat memperoleh laba
di atas normal, bahkan dalam jangka panjang sekalipun.
Pasar Persaingan Monopolistik (monopolistic competition) adalah pasar yang
sangat mirip dengan persaingan sempurna, tetapi sedikit dibedakan dengan
persaingan sempurna karena dalam persaingan monopolistik ini konsumen
mengetahui perbedaan- perbedaan di antara produk dari perusahaan-perusahaan yang
berbeda. Seperti halnya dalam persaingan sempurna, maka dalam pasar persaingan
monopolistik ini, laba di atas normal hanya dapat diperoleh dalam jangka pendek.
Pasar Oligopoli (ligopoly) adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah
kecil perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. Oligopoli dibagi
lagi menjadi oligopoli terdiferensiasi (differentiated oligopoly) di mana produk
tidak
190
190

dibakukan (unstandardized), misalnya mobil, dan oligopoli tak terdifferensiasi


(undifferentiated oligopoly) di mana produk dibakukan, misalnya baja. Dalam
oligopoli ini, keputusan-keputusan mengenai harga dan output dari perusahaan-
perusahaan yang ada tergantung satu sama lain. Hal tersebut berarti bahwa jika satu
perusahaan mengubah harganya, maka perusahaan lainnya akan bereaksi dan
informasi perubahan harga tersebut akan dimasukkan ke dalam masalah pembuatan
keputusan mengenai harga dan output perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada bab ini pembahasan akan difokuskan pada pasar persaingan sempurna
(perfect competition), selanjutnya, pasar monopoli (monopoli) akan diuraikan pada
bab
8, sementara pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition) dan
oligopoli
(oligopoly) akan diuraikan pada pab 9 dan 10.

7.1. Ciri-ciri pasar persaingan


sempurna

Pasar persaingan sempurna memiliki ciri-ciri tersendiri yang


membedakan dengan perusahaan lain. Adapun ciri-ciri pasar persaingan sempurna
antara lain:

1. Jumlah Penjual dan Pembeli


Banyak

Jumlah produsen dan konsumen dalam pasar sangat banyak, sehingga kemampuan
setiap produsen dan konsumen dalam pasar sangat kecil, dan bahkan tidak dapat
mempengaruhi pasar. Setiap perusahaan dalam pasar persaingan sempurna hanya
menghasilkan suatu bagian yang sangat kecil dibandingkan jumlah output
industri secara keseluruhan, dan setiap pembeli hanya membeli suatu bagian yang
sangat kecil pula dari output total tersebut.

2. Produk yang
Homogen

Yang dimaksud dengan produk homogen adalah produk yang mampu memberi
kepuasan kepada konsumen tanpa mengetahui siapa produsennya. Jadi konsumen
tidak membeli merek produk tetapi membeli kegunaan barang atau jasa. Oleh karena
191
191

itu semua perusahaan diasumsikan menghasilkan produk yang sama, dengan


kualitas dan
192
192

karakteristik yang
sama.

3. Penyebaran Informasi yang


Sempurna

Para pelaku pasar (produsen dan konsumen) memiliki pengetahuan yang sempurna
tentang harga, dan kualitas yang produk yang dijual. Dengan demikian produsen dan
penjual hanya menghadapi satu harga dan kualitas dari produksi yang
diperjualbelikan di pasar.

4. Perodusen dan Konsumen Menerima


Harga

Konsekwensi dari banyaknya produsen dan konsumen dalam pasar, maka baik
produsen maupun konsumen tidak dapat mempengaruhi harga pasar. Jadi produsen
dan konsumen hanya dapat menyesuaikan diri dengan harga pasar yang ada atau
penerima harga (price taker).

5. Bebas keluar-masuk
pasar

Dalam pasar persaingan sempurna masing-masing penjual dan pembeli bebas


untuk melakukan atau tidak melakukan aktivitas jual beli, Apabila seorang penjual
tidak dalam melakukan aktivitas jual beli tidak akan mengakibatkan naiknya harga
produk di pasar, karena jumlah produk yang dijual oleh penjual tersebut relatif sangat
kecil dibanding jumlah produk yang diperjualbelikan,
Kelima syarat pokok ini, diperlukan untuk adanya struktur pasar persaingan
sempurna. Oleh karena itu pasar persaingan sempurna hampir tidak ditemukan di
dalam dunia nyata. Walaupun pertukaran-pertukaran komoditi mendekati
syarat-syarat tersebut, ketidaksempurnaan tetap akan terjadi di situ. Meskipun
demikian, untuk beberapa perusahaan, keputusan-keputusan penentuan harga harus
dibuat dalam keadaan di mana mereka tidak punya kendali sama sekali atas harga.
Oleh karena itu suatu penelaahan terhadap struktur pasar persaingan sempurna akan
memberikan pandangan pemikiran dalam membuat keputusan penentuan harga dalam
193
193

kasus seperti ini. Lebih penting lagi, suatu pemahaman yang jelas mengenai
persaingan sempurna
194
194

akan memberikan suatu referensi pokok bagi kita untuk menganalisis struktur-
struktur pasar lainnya seperti pasar oligopoli, persaingan monopolistik, dan pasar
monopoli.

7.2. Permintaan dan Penawaran Pasar Persaingan Sempurna

Dalam pasar persaingan sempurna harga ditentukan oleh interaksi permintaan


dan penawaran. Perbedaan penting antara perusahaan-perusahaan yang beroperasi
pada pasar persaingan sempurna dan perusahaan-perusahaan yang beroperasi pada
jenis pasar yang lain yaitu terletak pada bentuk kurva permintaan dari perusahaan itu
sendiri.
Dalam pasar persaingan sempurna kurva permintaan yang dihadapi oleh
perusahaan adalah horisontal. Hal tersebut disebabkan karena perubahan output dari
perusahaan dalam batas-batas yang dapat dipertimbangkan tidak dapat mempengaruhi
harga secara berarti.
Kurva permintaan dalam pasar persaingan sempurna berbentuk horisontal
(elastis sempurna) tidaklah berarti bahwa perusahaan benar-benar dapat menjual
produk dalam jumlah yang tidak terhingga pada tingkat harga yang berlaku.
Sebaliknya hal tersebut berarti bahwa perubahan produksi yang secara normal
mungkin dilakukan oleh perusahaan praktis tidak dapat mengubah harga pasar,
karena pengaruh perubahan
output tersebut relatif sangat kecil dibanding dengan output dari total industri.

P
P
S

0 Q 0 Q
a. Kurva Permintaan Industri/Pasar b. Kurva Permintaan Perusahaan
Gambar 7.1. Kurva Permintaan Pasar Persaingan Sempurna dan
195
195

Perusahaan
196
196

Dalam pasar persaingan sempurna, permintaan total perusahaan sama dengan


harga dikali dengan kuantitas produk yang terjual (P x Q). Oleh karena harga sudah
ditetapkan, maka penerimaan rata-rata (overage revenue) dan penerimaan marjinal
(marginal revenue) adalah sama dengan harga. Dengan demikian kurva permintaan
sama dengan penerimaan rata-rata, sama dengan penerimaan marjinal dan sama
dengan harga. Seperti terlihat pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1. Menunjukkan bahwa dalam persaingan sempurna harga
produk sama dengan penerimaan rata-rata dan penerimaan marjinal.
Sementara total penerimaan sama dengan harga (P) dikali dengan kuantitas (Q).
Tabel 7.1. Penerimaan Total, Penerimaan Rata-Rata dan Penerimaan
Marjinal dalam Pasar Persaingan Sempurna.
Q P TR MR AR
1 1000 1000 1000 1000
2 1000 2000 1000 1000
3 1000 3000 1000 1000
4 1000 4000 1000 1000
5 1000 5000 1000 1000
6 1000 6000 1000 1000

Berdasarkan data pada tabel 7.1, maka kurva penerimaan total,


kurva penerimaan rata-rata, dan kurva penerimaan marjinal dapat digambarkan
seperti terlihat
pada Gambar 7.2.
197
197

7.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan

Telah dijelaskan bahwa tujuan perusahaan dalam menghasilkan barang dan


jasa adalah untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam menganalisis maksimisasi
keuntungan perusahaan dibedakan menjadi dua yaitu; keuntungan jangka pendek dan
keuntungan jangka panjang. Hal tersebut didasarkan pada sifat dari biaya produksi
dari perusahaan di mana biaya produksi dalam jangak pendek berbeda dengan
biaya produksi dalam jangka panjang.

Maksimisasi Keuntungan dalam Jangka Pendek

Dalam jangak pendek, biaya perusahaan dibedakan ke dalam biaya tetap (fixed
cost; FC) dan biaya variabel (variabel cost; VC), sementara dalam jangka panjang
tidak dikenal adanya biaya tetap, tetapi semua biaya adalah variabel, dan sekaligus
merupakan total biaya (total cost; TC). Walaupun demikian dalam jangka waktu
tersebut terdapat persamaan dalam menghitung keuntungan, yaitu dengan
memperkurangkan antara total penerimaan (total revenue; TR) dan total biaya (total
cost; TC). Kondisi keuntungan maksimum dapat dicapai pada saat tingkat
penerimaan marginal (marginal revenue; MR) sama dengan biaya marjinal
(marginal cost; MC).
Tabel 7.2. menunjukkan tentang pendapatan yang terima dan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Kolom 3 menunjukkan tentang total penerimaan
perusahaan yaitu diperoleh dengan mengalikan harga (P) (kolom (2) dengan kutitas
barang yang dijual (Q) (kolom (1), sementara kolom 6 menunjukkan tentang total
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan diperoleh dengan menjumlahkan biaya
variabel total
198
198

(TVC) (kolom 8) dengan total biaya tetap (TFC) (kolom7). Sementara kolom 13
menunjukkan tentang keuntungan/ kerugian (∏) yang diperoleh perusahaan, di mana
kolom keuntungan ini diperoleh dengan memperkurangkan antara total penerimaan
(kolom 3) dengan total biaya (kolom 6) yang dikeluarkan oleh perusahaan. Terlihat
bahwa perusahaan akan memperoleh keuntungan maksimum pada saat perusahaan
memproduksi/menjual barang atau jasa sebesar 9 unit. Terlihat pula bahwa pada saat
perusahaan hanya memproduksi kurang dari 6 unit maka perusahaan akan menderita
kerugian, demikian halnya apabila perusahaan menjual di atas 12 unit maka
perusahaan juga akan menderita kerugian.

Tebel. 2. Hasil Penjualan dan Biaya Perusahaan


Q P TR MR AR TC TFC TVC AC AFC AVC MC ∏
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

0 0 0 0 0 2000 2000 - - 2000 - - -2000


1 1000 1000 1000 1000 2900 2000 900 2900 2000 900 900 -1900
2 1000 2000 1000 1000 3700 2000 1700 1850 1000 850 800 -1700
3 1000 3000 1000 1000 4500 2000 2500 1500 667 833 800 -1500
4 1000 4000 1000 1000 5000 2000 3000 1250 500 750 500 -1000
5 1000 5000 1000 1000 5450 2000 3450 1090 400 690 450 -450
6 1000 6000 1000 1000 5800 2000 3800 967 333 633 350 200
7 1000 7000 1000 1000 6250 2000 4250 893 286 607 450 750
8 1000 8000 1000 1000 6750 2000 4750 844 250 594 500 1250

9 1000 9000 1000 1000 7500 2000 5500 833 222 611 750 1500

10 1000 10000 1000 1000 8600 2000 6600 850 200 650 1000 1400
11 1000 11000 1000 1000 10100 2000 8100 909 182 727 1500 900
12 1000 12000 1000 1000 12000 2000 10000 1000 167 833 2000 0

Dengan menunjukkan total penerimaan (TR), total biaya (TC), total biaya tetap
(TFC), dan total biaya variabel (TVC) dalam satu grafik, maka kondisi keuntungan
(∏) perusahaan dalam jangka pendek dapat dilihat pada Gambar 7.3.
Gambar 7.3, menunjukkan bahwa pada saat perusahaan tidak melakukan
produksi, maka perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp. 2000. Hal
tersebut
199
199

disebabkan karena perusahaan tetap harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 2000
walaupun mereka tidak melakukan produksi. Pada saat perusahaan memproduksi
sebesar kurang sedikit dari 6 unit maka TR=TC, yang berarti bahwa perusahaan tidak
memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian dalam perusahaan pulang
pokok (impas). Pada saat TR>TC yaitu pada waktu perusahaan memproduksi antara
6 sampai 12 unit, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan.
Keuntungan
maksimum diperoleh perusahaan pada saat mereka memproduksi sebesar 9
unit.

Rp TC
TR
12000

TV

6000

2000 TF

0 Q
6 9 12
-2000

Gambar 7.3. Maksimisasi Keuntungan Perusahaan dalam Jangka Pendek

Contoh Soal
Fungsi permintaan industri dalam pasar persaingan sempurna adalah Q = 150 –
2
2P, dan kurva biaya total perusahaan A adalah TC = 0,5Q + 30Q + 150. Dimana Q
200
200

adalah jumlah kuantitas produk yang dijual dan P adalah harga jual produk.
Berdasarkan data tersebut diminta:
a. Hitung jumlah dan harga keseimbangan?
b. Hitung keuntungan perusahaan A dalam industri?
c. Surplus produsen dan konsumen?
Jawab
Diketahui
QD = 150 – 2P
2
TC = 0,5Q + 30Q + 150
MC = Q + 30
Q = 150 – 2P P = 75 – 0,5Q
a. Syarat agar laba maksimum adalah P = MC (dimana MR =
P) P = MC
75 -0,5Q = Q + 30
1,5Q = 45
Q = 30
P = 75 – 0,5Q
P = 75 - 0,5(30)

P = 60

Dengan demikian, maka jumlah produk yang jual adalah 30 unit dengan
harga
Rp. 60 per unit
b. Jumlah keuntungan perusahaan A adalah:
∏ = TR – TC
Dimana TR = P x
Q
TC = TVC + TFC
TFC = 150
2
TVC = 0,5Q + 30Q
2
= 0,5(30) + 30(30)
= 0,5(900) + 900
201
201

= 1350
∏ = P x Q – (TVC + TFC)
∏ = 60 x 30 – (1350 + 150)
∏ = 1800 – 1500
∏ = 300

c. Surplus produsen dan konsumen dapat dihitung dengan memperhatikan gambar 7.4.
Surplus konsumen adalah:
(75 60)30
 225
2
Surplus Produsen
(60 30)30
 450
2
Jadi surplus konsumen adalah 225 sementara surplus produsen adalah 450.

MC = 2Q + 30
75

SK
60
SP

30 D

30 150 Q
Gambar 7.4. Surplus Produsen dan Konsumen

Kondisi Keseimbangan Perusahaan dalam Jangka Pendek

Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi agar perusahaan berada dalam
202
202

keseimbangan jangka pendek yaitu:


a. Untuk memperoleh laba maksimum, maka perusahaan sebaiknya memproduksi
pada saat MR=MC, apabila dalam kondisi buruk, kerugiannya adalah minimum.
b. Perusahaan seharusnya hanya memproduksi paling tidak apabila biaya variabel
(VC) adalah sama dengan penerimaan total (TR) atau biaya variabel rata-rata
(AVC) sama dengan harga (P). Dalam kondisi ini perusahaan hanya menanggung
kerugian biaya tetap (FC). Hal mana biaya tetap tanpa atau dengan produksi tetap
harus dikeluarkan oleh perusahaan. Apabila AVC lebih kecil dari harga, maka
perusahaan tidak dapat lagi menutup beban tetap. Sehingga kegiatan produksi
hanya menambah beban, karena dalam kondisi ini perusahaan sebaiknya ditutup.

Posisi Perusahaan Memperoleh Keuntungan Maksimum

Apabila perusahaan berada dalam keseimbangan jangka pendek,


untuk memperoleh keuntungan. Untuk memaksimumkan keuntungan jangka
pendek
perusahaan harus memproduksi pada saat MR=MC.

P/C

MC

AC

P* D=MR=AR=P
Laba
C
A

0 Q
Q*
Gambar 7.5. Kurva Keuntungan Maksimum Perusahaan

Gambar 7.5, menunjukkan bahwa kondisi MR=MC tercapai pada output


sebesar
203
203

Q*. Oleh karena biaya rata-rata lebih kecil dari harga setiap output, maka perusahaan
memperoleh laba sebesar wilayah PCEA. Apabila perusahaan memproduksi kurang
dari Q*, maka penerimaan marjinal (MR=P) lebih besar dari biaya marjinal (MC),
sehingga lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk menambah outputnya. Dan
apabila perusahaan memproduksi lebih besar dari Q* maka MC sudah lebih besar dari
MR, sehingga penambahan output akan mengurangi keuntungan bagi perusahaan. Jadi
laba maksimum akan tercapai pada MR=MC dengan output sebesar Q*.

Posisi Perusahaan
Impas

Dalam pasar persaingan sempurna tidak semua produsen memperoleh


keuntungan maksimal, karena hal tersebut tergantung pada harga dan struktur biaya.
Walaupun harga sama untuk setiap produsen, tetapi struktur biaya dapat berbeda,
karena hal tersebut tergantung pada manajemen dan teknologi yang digunakan dalam
proses produksi. Oleh karena itu akan dijumpai adanya produsen yang memperoleh
keuntungan
normal di mana (AC=P) sehingga
TR=TC.

P/C

MC
AC

AVC
E
P* D=MR=AR=P

0 Q
Q*
Gambar 7.6. Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Kondisi
Impas
204
204

Walaupun kelihatannya pada kondisi tersebut perusahaan tidak


memperoleh keuntungan, tetapi sebenarnya perusahaan memperoleh keuntungan
karena adanya biaya eksplisit dan biaya tersembunyi. Dalam kondisi tersebut
keuntungan perusahaan secara umum diperoleh karena adanya biaya tetap dan biaya
tersembunyi. Keuntungan normal perusahaan dicapai apabila perpotongan harga yang
terbentuk dari keseimbangan pasar di mana kurva MC berada pada titik minimum
kurva AC seperti terlihat pada Gambar
7.6.
Gambar 7.6 menunjukkan bahwa pada saat harga P* berpotongan dengan MC
pada titik E. Perpotongan dengan kurva AC juga terjadi pada titik yang sama yaitu E
pada kuantitas Q*. Pada kondisi tersebut TR=TC.

Posisi Perusahaan Menderita Kerugian

Dalam pasar persaingan sempurna produsen tidak selamanya memperoleh


keuntungan. Adakalanya perusahaan mengalami kerugian. Kerugian akan dialami
apabila biaya rata-rata berada di atas harga pasar. Meskipun demikian
produsen
senantiasa berusaha untuk memperkecil kerugian.

P/C
MC
AC

B AVC
C
Rugi
P* D=MR=AR=P
E

0 Q
Q*
Gambar 7.7 Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Kondisi Rugi
205
205

Gambar 7.7 menunjukkan bahwa produsen akan memperoleh kerugian


minimal pada saat MR=MC. Pada titik B, MR=MC dengan biaya rata-rata sebesar B-
Q* sementara harga produk sebesar E-Q*. Biaya-biaya rata lebih besar dari
harga (OC>OP). Besarnya kerugian yang ditanggung oleh perusahaan adalah sebesar
daerah P*ECB.
Dalam kondisi ini perusahaan tetap harus beroperasi, karena harga produk
masih cukup besar dari biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan. Apabila
perusahaan dalam kondisi ini tidak meneruskan operasinya, maka perusahaan akan
merugi lebih besar, sebanyak biaya tetap yang dikeluarkannya. Dan apabila
perusahaan tetap beroperasi, maka sebagian dari biaya tetap dapat ditutupi oleh
perusahaan.

Posisi Perusahaan Harus Tutup/Dibubarkan

Apabila harga produk di pasar telah berada pada kondisi lebih tinggi dari biaya
variabel rata-rata (AVC>P), maka tidak ada pilihan bagi perusahaan kecuali tutup.

P/C MC
AC

AVC

P* D=MR=AR=P
E

Q
0 Q*
Gambar 7.8 Keseimbangan Jangka Pandek dalam Kondisi Perusahaan Tutup
206
206

Gambar 7.8 menunjukkan bahwa posisi AVC > P, dengan demikian, maka
apabila perusahaan melanjutkan operasinya maka perusahaan di samping merugi
dengan biaya tetap, perusahaan juga merugi dengan sebagian biaya variabel rata-
rata. Karena itu, pilihan terbaik bagi perusahaan adalah menutup usahanya atau
perusahaan dibubarkan.

7.4. Penawaran dalam Pasar Persaingan Sempurna

Terdapat dua kasus dalam menganalisis penawaran dalam pasar persaingan


sempurna. Kasus pertama adalah kita akan menganalisis dengan jumlah
perusahaan yang tetap, Kasus kedua adalah kita akan menganalisis dengan jumlah
perusahaan yang berubah-ubah, karena adanya perusahaan baru yang masuk dan
perusahaan lama yang keluar. Dalam jangka pendek sulit bagi perusahaan untuk
keluar masuk dalam pasar, tetapi dalam jangka panjang jumlah perusahaan yang ada
di pasar, dapat menyesuaikan diri dengan kondisi pasar pada saat itu.

Kurva Penawaran Jangka Pendek (Jumlah Perusahaan Tetap)

Dalam jangka pendek kurva Marjinal Cost (MC), mencerminkan kurva


penawaran jangka pendek dalam pasar persaingan sempurna. Seperti telah dijelaskan
bahwa kurva penawaran merupakan sebuah kurva yang menggambarkan berbagai
kuantitas produk yang produsen bersedia tawarkan pada berbagai alternatif harga.
Walaupun produsen menderita kerugian produsen tetap memproduksi barang selama
harga produk masih di atas biaya variabel rata-rata atau selama biaya variabel
dapat
ditutupi dengan harga produk yang ada.

P/C
MC P
S
P4

AC
P3
207
207
P2
AVC
P1
P0
208
208

Contoh Soal
3 2
Misalkan fungsi biaya perusahaan ABC adalah C=q – 14Q + 69Q + 128.
Berdasarkan fungsi tersebut hitung: Fungsi penawaran perusahaan ABC tersebut?

Jawab:
Kurva penawaran perusahaan didasarkan pada aturan MC = P. Yang berarti P =
2
3Q - 28Q + 69. Tetapi persamaan ini hanya berlaku bagi P, dimana P
merupakan minimum dari kurva biaya variabel rata-rata. Oleh karena itu langka
pertama perlu
dicari biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata variabel (AVC):
TC
MC   3Q 2  28Q  69
Q
Q3 - 14Q2
TVC   Q - 14Q  69
2
AVC
 Q 69Q
Q
AVC mencapai minimum apabila:

AVC
 2Q - 14  0
Q
2Q = 14
Q =7
209
209

2
Dengan demikian pada saat Q =7, maka nilai AVC = (7) – 14(7) + 69 = 20.
Oleh karena itu pada saat P < 20, maka jumlah produk yang ditawarkan adalah nol.
Jadi penawaran produk baru ada apabila harga produk di atas 20 (P>20). Fungsi
penawaran perusahaan dibentuk dengan memperhatikan kondisi keutungan maksimum
yaitu P=MC=MR.
Jadi secara matematis MC dan AVC berpotongan pada Q =7 dimana MC
dan
AVC =20. Karena itu fungsi penawaran dapat
ditulis: P = 3Q2 – 28Q + 69 untuk
P ≥ 20
Q=0 untuk P < 20

Kurva Penawaran Jangka Panjang (Jumlah Perusahaan Berubah)

Pada bagian ini kita akan membicarakan apa yang terjadi ketika perusahaan
bebas keluar masuk dalam pasar. Kita berasumsi bahwa semua produsen memiliki
akses terhadap teknologi yang sama dalam memproduksi barang atau jasa, dan semua
produsen memiliki akses yang sama dalam membeli bahan baku untuk keperluan
produksi, dan semua produsen berpotensi memiliki kurva biaya yang sama.
Keputusan produsen untuk keluar masuk dalam pasar tergantung pada insentif
yang dihadapi oleh produsen baik produsen yang lama maupun pengusaha yang akan
memulai usaha baru. Apabila perusahaan yang ada dalam pasar mendapatkan
keuntungan ekonomis, maka perusahaan-perusahaan baru akan mendapat insentif
untuk masuk ke dalam pasar. Dengan masuknya perusahaan-perusahaan baru ini akan
menambah jumlah perusahaan dalam pasar. Dengan meningkatkan produsen dalam
pasar maka akan meningkatkan jumlah penawaran total, sehingga dapat menurunkan
harga dan keuntungan bagi perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan-perusahaan
lama dalam pasar merugi, maka beberapa dari mereka akan keluar dari pasar,
sehingga mengurangi jumlah penawaran total, sehingga dapat menaikkan harga dan
keuntungan bagi perusahaan yang bertahan dalam pasar. Jadi proses masuk keluar ini
adalah perusahaan yang tetap ada dalam pasar akan memperoleh keuntungan
ekonomis sebesar nol. Sebagai mana telah dijelaskan bahwa keuntungan perusahaan
adalah: (P – ATC)Q.
210
210

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang beroperasi dalam


pasar persaingan sempurna memiliki keuntungan sebesar nol, hanya apabila harga
dari barang tersebut sama dengan biaya total rata-rata dari produksi barang itu.
Apabila harga berada di atas biaya total rata-rata maka perusahaan akan mendapatkan
keuntungan. Namun sebaliknya apabila harga berada di bawah biaya total rata-rata,
maka perusahaan akan menderita kerugian dan mendorong perusahaan lama untuk
keluar. Dan proses keluar masuk ini akan berakhir apabila harga sama dengan biaya
total rata-rata.
Kurva biaya jangka panjang merupakan kurva yang menjadi tempat
kedudukan biaya rata-rata jangka pendek yang paling rendah. Akibatnya dalam jangka
panjang perusahaan akan memilih skala produksi dengan biaya rata-rata yang paling
rendah. Gambar 7.10, harga pasar yang dihadapi adalah P. Dalam jangka pendek
produsen akan memaksimumkan keuntungan dengan syarat biaya marjinal jangka
panjang (shot run marginal cost; SRMC) sama dengan penerimaan marjinal (marginal
revenue; MR) sama dengan harga (SRMC=MR=P) pada titik A. Dalam jangka
panjang keseimbangan dicapai dengan syarat: P = MR=AR= SRMC =
SRAC=LRMC=LRAC.
Gambar 7.10 menunjukkan bahwa pada saat harga sebesar P, maka produsen
akan memaksimumkan keuntungan jangka pendek dengan menghasilkan output
dimana SRMC=MR=P pada titik A dengan output yang dihasilkan sebesar Q1.
Keuntungan maksimum jangka pendek yang diperoleh dengan output sebesar Q1,
pada dasarnya belum memenuhi keseimbangan jangka panjang karena syarat
keseimbangan jangka panjang adalah MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC.
Dengan keuntungan jangka pendek tersebut, maka merangsang perusahaan lain untuk
masuk dalam pasar sehingga harga turun menjadi P1 dan output bertambah menjadi
Q2. Pada saat output sebesar Q2, maka dicapai keseimbangan jangka
panjang di mana
MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC.

SRAC,LRAC,SRMC,LRMC,P

LRMC
SRMC SRAC
LRAC
A
211
211
P
C
B
P1 E
212
212

Oleh karena masuknya produsen-produsen baru dalam pasar, maka output


yang dihasilkan menjadi lebih besar, yaitu sebesar Q2 dan mendorong harga turun
menjadi P1. Pada saat titik E maka MR=AR=SRMC=SRAC=LRMC=LRAC. Hal ini
menunjukkan keseimbangan jangka panjang yang ekonomis, di mana biaya rata-rata
jangka panjang dan jangka pendek (long run average cost and shot run average cost)
paling rendah.
Apabila dimisalkan dalam pasar persaingan sempurna terjadi peningkatan
permintaan karena suatu sebab, maka harga akan naik. Dengan adanya kenaikan
harga, maka produsen akan melakukan penyesuaian output yang dihasilkan, di
samping itu produsen juga berusaha tetap bertahan untuk memperoleh keuntungan
maksimum dengan menyamakan SRAC=LRAC=MR=P seperti terlihat pada Gambar
7.11.
Gambar 7.11. menunjukkan bahwa pada saat harga tinggi yaitu pada harga
sebesar P produsen memproduksi sebesar Q2. Maka kondisi LRMC=SRMC=P=MR
dan LRAC=SRAC, karena itu produsen memperoleh keuntungan ekonomis karena
P>SRAC, Akan tetapi keuntungan ini bukanlah merupakan keuntungan jangka
panjang dalam pasar persaingan sempurna. Seperi disebutkan bahwa keseimbangan
jangka panjang adalah MR=AR=SRMC= SRAC=LRMC=LRAC=P,
walaupun
LRAC=SRAC.

SRAC,LRAC,SRMC,LRMC,P
213
213

SRMC
P
LRMC
SRAC
A SRAC
214
214

Pada kondisi kuantitas Q2, skala produksi berada pada kondisi biaya yang naik
(increasing cost) yang ditandai dengan LRAC pada Q2 lebih tinggi pada LRAC pada
Q1. Karena adanya keuntungan ekonomis, maka menarik bagi produsen baru masuk
dalam pasar dan atau produsen lama menambah output yang dihasilkan. Hal tersebut
menyebabkan kenaikan biaya dan menurunkan harga. Dengan turunnya harga dan
naiknya biaya produksi, maka membuat banyak produsen yang keluar dari pasar
karena menderita kerugian. Karena itu keseimbangan akan kembali pada harga yang
lebih rendah pada titik E, di mana MR=AR=SRMC= SRAC =LRMC=LRAC=P.

7.5. Penerapan Konsep Surplus Produsen dan Konsumen

Analisis permintaan dan penawaran yang dapat digunakan dalam menilai


efisiensi pasar adalah surplus produsen dan konsumen. Pada analisis permintaan dan
penawaran telah diperkenalkan konsep surplus produsen dan konsumen sebagai suatu
cara untuk menggambarkan keuntungan konsumen dan produsen dalam suatu pasar.
Untuk menjelaskan lebih jauh tentang surplus produsen dan konsumen, maka
perhatikan gambar 7.12.
215
215

Dalam pasar persaingan sempurna keseimbangan pasar (E) pada kuantitas Q*


dan harga P*, penjumlahan dari surplus konsumen (daerah P*BE) dan suplus
produsen ( daerah P*AE) adalah maksimum. Apabila output yang dihasilkan lebih
kecil dari Q* misalnya Q1, maka akan timbul kerugian beban baku (deadwight loss)
dari surplus produsen dan konsumen sebesar bidang CFE.

Harga

B
S

C
P2

E
P*

P1
F

D
A

0 Q1 Q* Kuantitas
Gambar 7.12. Keseimbangan Persaingan Sempurna dan Surplus Produsen/Konsumen

Gambar 7.12. menunjukkan bahwa keseimbangan untuk pasar persaingan


sempurna untuk suatu produk misalnya beras. Pada harga keseimbangan P* jumlah
beras yang dikonsumsi sebesar Q*. Oleh karena kurva permintaan (D) menunjukkan
tentang berapa yang ingin dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan tambahan satu
kg beras pada berbagai tingkat Q, di mana total nilai beras yang dibeli oleh pembeli
adalah seluruh bidang di bawah kurva permintaan dari Q=0 sampai Q=Q* yaitu
bidang BEQ*0. Untuk nilai ini konsumen membayar sebesar P*EQ*0. Oleh karena
itu mereka menerima surplus lebih besar dari yang mereka bayar yang digambarkan
216
216

pada daerah BEP*. Segala sesuatu yang terjadi pada pasar beras yang mempengaruhi
ukuran bidang segi tiga ini akan mempengaruhi kemakmuran konsumen.
Gambar 9.12 juga menunjukkan nilai surplus yang diterima oleh produsen
beras terhadap situasi di mana tidak ada beras yang diproduksi. Ukuran ini didasarkan
pada ukuran intuitif kurva penawaran (S), yang memperhatikan harga minimum yang
akan diterima produsen untuk setiap kg beras yang diproduksi. Pada titik equilibrium
E dengan harga P* dan kuantitas Q*, total penerimaan produsen adalah P*EQ*0. Dan
apabila produsen memproduksi sebesar Q* maka produsen akan menerima surplus
sebesar P*AE.
Analisis mengenai surplus produsen dan konsumen juga memberi petunjuk
bahwa, para ekonom percaya bahwa pasar yang bersaing secara sempurna
menghasilkan alokasi sumberdaya yang efisien. Mari kita perhatikan kembali Gambar
7.12, menunjukkan bahwa setiap level output untuk beras selain titik E dengan output
Q* dan harga P* adalah tidak efisien dan jumlah surplus produsen dan konsumen
secara total adalah tidak maksimum. Misalkan apabila jumlah beras yang dihasilkan
adalah sebesar Q1 maka total bidang surplus CFE akan hilang. Pada Q1 konsumen
akan bersedia membayar sebesar P2 untuk setiap kg beras yang dikonsumsi
konsumen, di mana biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi hanya sebesar P1.
Konsumen akan mendapatkan beras dengan harga yang lebih murah dari yang
seharusnya mereka bayar. Sementara produsen akan mendapatkan hasil lebih dari
beras atas ongkos produksi yang mereka keluarkan. Hanya pada titik E dengan harga
P* dan kuantitas Q* transaksi yang saling menguntungkan itu akan terjadi sehingga
penjumlahan dari surplus produsen dan konsumen adalah maksimum.

7.6. Intervensi Pemerintah dalam Pasar Persaingan Sempurna

Dalam perekonomian dewasa ini pemerintah sering kali melakukan intervensi


dalam pasar. Bentuk intervensi yang dilakukan oleh pemerintah bermacam-macam
dapat berbentuk pengenaan pajak atas suatu produk, pemberian subsidi atas satu
produk, pembatasan perdagangan dalam bentuk tarif atau kuota, dan dapat pula
bentuk pengendalian harga.
217
217

Intervensi Pemerintah dalam Bentuk Pajak

Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam pasar adalah pengenaan
pajak atas suatu produk. Pada bagian ini kita akan membahas tentang bagaimana
pengaruh pajak dapat mengubah alokasi sumberdaya, dan juga melihat siapa
sebenarnya yang menanggung beban pajak tersebut. Analisis pengaruh pajak dapat
membantu kita untuk menjelaskan bagaimana pajak dapat mempengaruhi
kesejahteraan produsen dan konsumen.
Pada kesempatan ini diuraikan pengaruh pajak khusus yaitu pajak yang
dikenakan terhadap suatu produk dengan jumlah tetap per unit output yang
dibebankan oleh pemerintah terhadap industri yang menghasilkan output yang sama.
Walaupun berdasarkan undang-undang pajak wajib dibayar oleh perusahaan, namun
pandangan ini dapat menyesatkan. Oleh karena itu mari kita perhatikan Gambar 7.13.
Gambar 7.13 menunjukkan bahwa kurva permintaan bergeser ke keri dari D
ke D1, dimana jarak vertikal antara kurva menunjukkan jumlah pajak per unit (t).
Misalkan harga yang dibayar oleh konsumen sebesar P, maka perusahaan hanya perlu
menjaga P-t. Hal tersebut merupakan kurva bermintaan setelah pajak yang akan
sejalan dengan perilaku perusahaan. Dalam kondisi ini konsumen tetap akan
membayar harga bruto seperti yang tercermin oleh kurva D. Dengan demikian pajak
menciptakan batas antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang sebenarnya
didapat oleh perusahaan.
Dalam jangka pendek dampak pajak menggeser keseimbangan dari posisi
awal P1, Q1 ke titik dimana permintaan yang baru D1 memotong kurva penawaran
jangka pendek S. Perpotongan ini muncul pada saat output sebesar Q2 dan harga
setelah pajak P2. Dengan asumsi bahwa harga P2 lebih rendah dari biaya variabel
rata-rata, dan perusahaan sekarang mengalami kerugian apabila mereka
memproduksi produk sebesar Q2, maka konsumen akan membayar P3 untuk tingkat
output Q2. Pada gambar tersebut, maka P3-P2 =t. Oleh karena itu dalam jangka
pendek sebagian beban pajak dibebankan kepada konsumen (terlihat pada harga yang
mereka bayar dari P1 ke P3, sebagai lainnya ditanggung oleh perusahaan, dimana
218
218

sekarang beroperasi dalam keadaan merugi karena mereka menerima P2 (bukan P1)
untuk output mereka.

P
SMC P
S1
MC Pajak S
AC P4
P3
LS
P1
P2
D
D1

0 Q1 0 Q3 Q2 Q1 Q

Gambar 7.13. Dampak atas Pengenaan Pajak Khusus pada Pasar Persaingan
dan Berbiaya Tetap

Dalam jangka panjang perusahaan tidak akan beroperasi apabila mereka


merugi. Beberapa perusahaan akan meninggalkan pasar karena beratnya beban pajak
yang mereka harus tanggung. Dengan demikian jumlah produsen dalam pasar
menjadi sedikit, sehingga kurva penawaran pasar akan bergeser ke arah kiri,
keseimbangan baru akan terbentuk pada Q3, dimana harga setelah pajak yang
diterima perusahaan tetap berada dalam industri yang memungkinkan mereka untuk
menerima laba ekonomis sebesar nol. Perusahaan-perusahaan yang tetap bertahan
dalam industri akan kembali memproduksi output sebesar Q1. Dan harga yang
dibayar oleh perusahaan dalam pasar sekarang adalah P4. Jadi dalam jangka panjang,
jumlah keseluruhan dari pajak setelah dikonversi menjadi harga yang lebih tinggi.
Walaupun perusahaan secara nyata yang membayar pajak, akan tetapi beban pajak
dalam jangka panjang ditanggung seluruhnya oleh konsumen yang membeli produk.
219
219

Untuk kasus peningkatan biaya, produsen dan konsumen akan membayar


bagian pajaknya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.14.
Gambar 7.14 menunjukkan bahwa kurva penawaran jangka panjang memiliki
kemiringan yang positif karena dengan berkembangnya industri, maka biaya dari
berbagai input meningkat. Pembebanan pajak sebesar t, menyebabkan kurva
permintaan setelah t bergeser ke kiri menjadi D1 dan hal ini menyebabkan turunnya
harga netto dalam jangka panjang dari P1 ke P2. Oleh karena dihadapkan pada harga
yang lebih rendah (P2), maka membuat banyak perusahaan meninggalkan industri,
yang berdampak pada turunnya beberapa harga input. Keseimbangan jangka panjang
dicapai kembali pada harga netto yang lebih rendah, dan konsumen sekarang
membayar harga netto sebesar P3, yang lebih besar dari yang mereka bayar
sebelumnya.
Jumlah pajak yang dibayar ditunjukkan oleh daerah P2P3AB. Pajak ini
sebagian ditanggung oleh konsumen dan sebagian ditanggung oleh produsen. Jumlah
pajak yang ditanggung oleh konsumen adalah sebesar P3P1AC. Sementara beban
pajak yang ditanggung oleh produsen adalag P1P2BC. Sedang daerah ABE
merupakan kerugian beban baku (deadweight loss).

Price
LS

3
P
AC
P1 E

P2 B

D
D1
0 Q2 Q1 Quantity
Gambar 7.14. Pengaruh Pajak Terhadap Peningkatan Biaya dalam Industri
220
220

Gambar 7.14 juga menunjukkan bahwa, karena pajak yang dikenakan dapat
menurunkan output atas produk yang dikenai pajak, maka akan ada realokasi
produksi ke wilayah lain. Realokasi ini mengandung arti bahwa transaksi sebelumnya
yang saling menguntungkan akan hilang, dan beban pajak akan mengurangi
kesejahteraan secara keseluruhan. Kerugian total surplus konsumen sebagai akibat
dari pajak adalah P1P3AE. Ditransfer kepada pemerintah sebagai pajak sebesar
P1P3CE, sedang bidang ACE hilang begitu saja. Demikian halnya dengan total
surplus produsen yang digambarkan pada bidang P1P2EB, ditransfer ke pemerintah
sebesar P1P2BC sebagai penerimaan pajak, sedang daerah BCE hilang begitu saja.
Dengan menggunakan standar efisiensi alokasi sumber daya, dampak atas
pajak tersebut, adalah pemerintah menerima pajak yang jumlahnya sebesar daerah
P2P3AB. Apakah sebab pajak yang dibayarkan oleh konsumen dan produsen tersebut
mengurangi kesejahteraan produsen dan konsumen secara keseluruhan, tergantung
pada bagaimana pemerintah membelanjakan pajak yang diterimanya secara bijak.
Suatu isu yang membutuhkan kajian yang mendalam. Sementara daerah ABE ini
adalah kerugian beban baku (deadweight loss), dimana tidak ada imbalan lain
sebagai kompensasi.

Contoh Soal

Fungsi permintaan industri dalam pasar persaingan sempurna adalah Qd = 140 –


P, dan Fungsi penawaran industri Qs = P +
60.
Di mana Q adalah jumlah kuantitas produk yang dijual dan P adalah harga jual
produk. Berdasarkan data tersebut diminta:
a. Hitung jumlah dan harga keseimbangan?
b. Apabila pemerintah mengenakan pajak sebesar Rp. 10 per unit produk,
hitung jumlah dan harga keseimbangan
c. Hitung berapa besar pajak yang diterima oleh pemerintah?
d. Besarnya pajak yang dibayar masing-masing oleh produsen dan konsumen
221
221

e. Berapa besar kerugian beban


baku. Jawab:

a. Jumlah dan harga keseimbangan

Keseimbangan QD=QS

140 – P = P + 60
2P = 80
P = 40
Q = 140 – P
Q = 140 – 40
Q = 100
Jadi harga keseimbangan adalah Rp. 40 dan jumlah keseimbangan adalah 100
unit.
b. Apabila pemerintah mengenakan pajak sebesar 10 per unit produk, hitung
jumlah dan harga keseimbangan
QS= 60 + (P - t) karena t =10, maka QS = 50 +(P
) Qd=Qs
140 – P = P + 50
2P = 90
P = 45
Q = 140 – P
Q = 140 - 45
Q = 95
Jadi harga keseimbangan adalah sebesar Rp. 45 dan kuantitas keseimbangan
sebesar 95 unit. Pada keseimbangan ini konsumen membayar sebesar 45 untuk setiap
produk yang dibeli.
Untuk jelasnya keseimbangan sebelum dan sesudah pajak dapat dilihat pada
Gambar 7.15
222
222

c. Besarnya pajak yang diterima pemerintah adalah (45-35) x 95 = Rp. 950


d. Besarnya pajak yang tanggung oleh konsumen adalah (45-40) x 95 = Rp. 475.
Sementara beban pajak yang ditanggung oleh produsen adalah (40-35) x 95 =
Rp. 475.
e. Besarnya kerugian beban baku adalah sebesar daerah AEB yaitu (45-35) x (100-
95)/2 = Rp. 25

Price
S

45 A

40 C
E

35 B

D
D1
0 95 100 Quantity
Gambar 7.15. Pengaruh Pajak Terhadap Keseimbangan

Intervensi Pemerintah dalam Bentuk Pengendalian Harga

Pemerintah kadang-kadang berusaha untuk menekan harga suatu produk


dengan tujuan yang mulia yaitu dengan maksud untuk melindungi konsumen atau
meningkatkan daya beli masyarakat umum. Akan tetapi sering kali pengendalian
harga yang dilakukan pemerintah, mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam
jangka panjang serta mengurangi surplus produsen dan konsumen (kesejahteraan
223
223

produsen dan konsumen). Analisis pengendalian harga yang dilakukan oleh


pemerintah ditunjukkan pada Gambar 7.16.
Gambar 7.16 menunjukkan bahwa pada awalnya keseimbangan jangka
panjang berada pada titik E dengan harga P1 dan kuantitas Q1. Dengan adanya
peningkatan permintaan yang ditunjukkan oleh pergeseran kurva permintaan dari D0
ke D1, mengakibatkan harga produk naik menjadi P2 dalam jangka pendek, sehingga
menarik perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke pasar. Dengan asumsi bahwa
pasar juga ditandai oleh adanya peningkatan biaya seperti ditunjukkan oleh kurva
penawaran jangka panjang (LS), sehingga mengakibatkan harga akan naik, namun
karena disebabkan karena bertambahnya perusahaan baru yang masuk ke pasar, maka
harga produk kini menjadi P3. Apabila perubahan harga ini tidak diinginkan, maka
pemerintah akan melakukan intervensi dengan kebijakan menetapkan harga tertinggi
(ceiling price). Kebijakan penetapan harga tertinggi ini menyebabkan perusahaan
mengurangi outputnya pada tingkat output sebelumnya Q1, dan pada harga P1,
sehingga permintaan bertambah menjadi Q3. Dengan demikian ada kelangkaan
produk di pasar sebesar Q3-Q1.
.

P
SS

LS
P2
B E’
P3

P1
E

D1
D0

Q1 Q2 Q3 Q
Gambar 7.16. Pengendalian Harga dan Kelangkaan
224
224

Dampak atas kebijakan pengendalian harga oleh pemerintah seperti ini


terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen dapat dianalisis dengan
membandingkan besaran-besaran surplus produsen dan konsumen yang terjadi
sebelum dan sesudah kebijakan dilakukan. Pertama, konsumen yang pembeli pada Q1
menikmati surplus sebesar daerah P3BEP1, karena mereka dapat membeli produk ini
pada harga yang lebih rendah daripada harga pasar yang sudah dikendalikan.
Kentungan ini mencerminkan transfer murni surplus produsen, yang akan terjadi
tanpa adanya kebijakan pengendalian harga dari pemerintah. Keuntungan yang
diterima oleh konsumen dengan harga yang rendah, adalah merupakan kerugian bagi
produsen. Walaupun tidak merepresentasikan kerugian terhadap kesejahteraan secara
menyeluruh, transfer seperti ini jelas akan mempengaruhi kesejahteraan relatif dari
para pelaku pasar.
Kedua, daerah ABE’ menunjukkan nilai dari tambahan surplus konsumen
yang akan diperoleh tanpa adanya pengendalian harga dari pemerintah. Daerah BEE’
menunjukkan tambahan surplus produsen yang tersedia pada pasar apabila
pemerintah tidak melakukan intervensi pengendalian harga. Kedua bidang ini
bersama-sama yaitu AEE’, menunjukkan total nilai atas transaksi yang saling
menguntungkan antara produsen dan konsumen yang tidak dapat dinikmati karena
adanya kebijakan pengendalian harga dari pemerintah. Oleh karena itu biaya-biaya
dari kebijakan pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah dapat diukur
dengan menggunakan konsep surplus produsen dan konsumen.
Yang terakhir, analisis kesejahteraan pada Gambar 7.16 juga memberi
pemahaman atas berbagai tujuan politik yang melatarbelakangi setiap kebijakan
pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah. Konsumen yang berhasil
mendapatkan output sebesar Q1 pada harga P1. Akan menjadi pendukung kebijakan
225
225

ini karena mereka mendapatkan keuntungan kesejahteraan yang cukup berarti. Akan
tetapi perlu dipahami bahwa keuntungan tersebut diperoleh karena adanya kerugian
yang dialami produsen pada Q1, karena mereka mendapatkan lebih sedikit dari yang
mungkin mereka dapatkan, sehingga mereka akan menentang kebijakan ini. Produsen
dan konsumen yang bersedia melakukan transaksi lebih dari Q1 akan rugi sehingga
mereka juga akan menentang kebijakan ini. Dalam kenyataannya mereka mungkin
akan berusaha menghindari kebijakan pengendalian harga dengan melakukan
transaksi ilegal pada harga yang lebih besar dari P1.

Intervensi Pemerintah dalam Bentuk Pembatasan Perdagangan

Dalam perdagangan internasional, pemerintah sering kali melakukan


intervensi dalam bentuk bentuk tarif dan kuota impor. Dalam kontek pembatasan
perdagangan internasional memiliki dampak yang serupa dengan pajak. Pembatasan
perdagangan dapat mengurangi transaksi yang saling menguntungkan dan
menyebabkan berbagai transfer di antara mereka yang terlibat. Dalam mempelajari
dampak pembatasan perdagangan, maka model persaingan sempurna sering kali
dijadikan dasar untuk mempelajari dari dampak atas pembatasan perdagangan
tersebut.
Gambar 7.17 menunjukkan permintaan dan penwaran domestik untuk produk
tertentu misalnya daging sapi. Dalam kondisi tidak ada perdagangan internasional,
harga keseimbangan adalah sebesar P0 dan kuantitas yang diperdagangkan adalah
sebesar Q0. Walaupun transaksi perdagangan ini saling menguntungkan antara
produsen dan konsumen di dalam negeri, akan tetapi dengan membuka perdagangan
internasional menghasilkan banyak pilihan tambahan. Misalkan harga daging sapi
internasional sebesar Pw, dimana Pw adalah lebih rendah dari harga dalam negeri (P0),
maka pembukaan perdagangan internasional akan menyebabkan harga turun sampai
ke tingkat harga dunia (Pw). Turunnya harga ini akan menyebabkan jumlah yang
diminta akan meningkat, sampai ke Q1. Sementara pada sisi lain jumlah kuantitas
yang ditawarkan oleh para produsen dalam negeri akan turun ke Q2. Jadi jumlah
226
226

daging impor di pasaran adalah sebesar (Q1-Q2). Jadi pada dasarnya apa yang
ditawarkan oleh produsen dalam negeri pada harga internasional akan ditawarkan
oleh produsen asing.
Pergeseran pada keseimbangan pasar dari E0 ke E1 menyebabkan peningkatan
surplus konsumen sebesar daerah P0PwE0E1. Keuntungan ini menunjukkan transfer
dari produsen daging sapi dalam negeri pada bidang P0E0APw, dan bagian yang
sudah pasti mewakili kesejahteraan adalah E1E0A. Pada dasarnya surplus konsumen
dalam hal ini adalah pembeli mendapatkan harga daging sapi yang lebih rendah dari
harga sebelumnya yang tersedia pada pasar dalam negeri. Seperti halnya dalam
analisis sebelumnya, kerugian surplus produsen dialami oleh input-input yang
menyebabkan kurva penawaran jangka panjang memiliki kemiringan ke atas. Apabila
misalnya industri daging sapi dalam negeri mengalami kenaikan biaya karena, harga
pakan ternak mengalami kenaikan sejalan dengan peningkatan output, maka
penurunan Q0 ke Q2 sebagai akibat dari perdagangan internasional akan membalik
proses ini, menyebabkan harga pakan ternak menurun.

P LS

E0
P0
E
A
E1

Q2 Q0 Q1 Q
Gambar 7.17. Pembukaan Tarif Perdagangan Internasional
227
227

Para peternak di dalam negeri tidak akan senang dengan penurunan harga
daging di dalam negeri, sehingga mereka akan menekan pemerintah untuk
menerapkan proteksi terhadap arus produk daging impor. Oleh karena kerugian
surplus produsen dialami oleh relatif kecil individu, sementara konsumen yang
mendapat keuntungan atas perdagangan tersebut. Para peternak dalam negeri
mungkin berusaha untuk membuat perlawanan terhadap impor dari pada konsumen
yang tetap menginginkan agar perdagangan tetap terbuka.
Salah satu bentuk proteksi adalah tarif. Tarif yang dimaksud adalah pajak
yang dikenakan terhadap barang impor. Dampak atas tarif seperti yang dimaksud
dapat dilihat pada Gambar 7.18.

P LS

E0
P0
B E2
Pt

PW A
C F

Q2 Q4 Q0 Q3 Q1 Q
Gambar 7.18. Pengenaan Tarif dalam Perdagangan Internasional

Gambar 7.18 menunjukkan dampak pengenaan tarif impor dalam perdagangan


internasional. Untuk menjelaskan grafik ini, kita mulai pada titik keseimbangan
228
228

setelah adanya perdagangan internasional yaitu pada titik E1. Pembebanan tarif impor
per kg daging sapi untuk pembeli dalam negeri sebesar t menyebabkan harga efektif
naik menjadi PW + t = Pt. Dengan naiknya harga dari PW ke Pt menyebabkan kuantitas
yang diminta turun dari Q1 ke Q3, sementara produksi daging dalam negeri meningkat
dari Q2 ke Q4, dan total daging impor turun menjadi Q3 – Q4. Oleh karena setiap kilo
gram daging dikenai tarif impor, maka total penerimaan pemerintah atas tarif impor
daging adalah sebesar daerah BCFE2.
Pembebanan tarif pada produk impor menghasilkan berbagai dampak
kesejahteraan. Surplus konsumen total berkurang sebesar daerah PtPWE2E1.
Pengurangan surplus konsumen tersebut sebagian di transfer ke dalam pendapatan
tarif yaitu sebesar daerah BCFE2 dan sebagian lagi ditrasfer pada peningkatan surplus
produsen domestik yaitu sebesar daerah PtPWBA. Sementara daerah ABC dan daerah
FE1E2, menunjukkan surplus konsumen yang tidak ditransfer ke mana-mana, sehingga
daerah ini merupakan kerugian beban baku (deadweight loss) atas tarif impor.

7.7. Ringkasan Bab 7

Pasar persaingan sempurna merupakan pasar barang yang paling ideal kerena
mempunyai ciri-ciri yang memaksimumkan kesejahteraan masyarakat. Ciri utama
pasar persaingan sempurna adalah, produk yang ada adalah identik atau homogen,
banyak produsen dan konsumen dalam pasar, sehingga baik produsen maupun
konsumen adalah penerima harga, dan perusahaan mudah keluar masuk dalam pasar,
serta produsen dan konsumen memiliki pengetahuan yang sempurna tentang pasar.
Kurva penawaran jangka pendek dalam pasar persaingan sempurna
merupakan penjumlahan dari kurva-kurva penawaran jangka pendek secara horisontal
pada berbagai perusahaan penerima harga. Harga keseimbangan terbentuk dalam
jangka pendek atas interaksi antara kurva penawaran jangka pendek dengan kurva
permintaan pasar. Pada harga keseimbangan perusahaan bersedia untuk menghasilkan
output yang tepat jumlahnya dengan output yang ingin dibeli oleh konsumen.
Laba ekonomis, akan menarik para pengusaha baru untuk masuk ke dalam
pasar persaingan sempurna dalam jangka panjang. Masuknya perusahaan baru dalam
229
229

pasar persaingan sempurna akan berlanjut sampai laba ekonomis berkurang sampai
sama dengan nol. Pada kondisi ini harga pasar akan sama dengan biaya rata-rata
jangka panjang dan setiap perusahaan akan beroperasi pada titik terendah dari kurva
biaya rata-rata jangka panjang.
Masuknya perusahaan baru dalam pasar persaingan sempurna, dapat
berpengaruh pada harga input perusahaan. Akan tetapi dalam kasus biaya tetap biaya
input ini tidak berpengaruh, sehingga kurva penawaran jangka panjang berbentuk
horisontal. Apabila masuknya perusahaan baru akan meningkatkan biaya input, maka
kurva penawaran jangka panjang akan memiliki slope menaik.
Dalam jangka panjang produsen dalam pasar persaingan sempurna hanya akan
memperoleh keuntungan normal saja. Hal tersebut disebabkan karena perusahaan
dengan mudah keluar masuk dalam pasar. Apabila terdapat keuntungan ekonomis,
maka banyak perusahaan yang akan masuk dalam pasar, sehingga penawaran produk
bertambah dan harga turun. Pada akhirnya perusahaan hanya akan memperoleh
keuntungan normal saja. Sebaliknya apabila perusahaan mengalami kerugian, maka
banyak perusahaan yang keluar dari pasar, sehingga penawaran menurun dan harga
akan meningkat.
Surplus produsen dan konsumen merupakan suatu konsep yang sangat
berguna untuk menganalisis dampak perubahan suatu kebijakan terhadap
kesejahteraan produsen dan konsumen. Perubahan pada surplus konsumen
mencerminkan tentang perubahan kepuasan konsumen karena mengkonsumsi produk
tertentu. Sementara perubahan surplus produsen mencerminkan tentang perubahan
pendapatan yang diterima oleh produsen atas penjualan suatu produk tertentu.
Dampak pajak umumnya berpengaruh terutama dibebankan kepada produk
yang tidak elastis terhadap perubahan harga. Pajak juga memiliki dampak beban baku
sebagai tambahan atas beban yang dikenakan atas pengumpulan pajak yang dilakukan
oleh pemerintah.
Pengendalian harga dalam pasar meliputi transfer antara produsen dan
konsumen. Di samping itu pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah dalam
pasar mempunyai konsekuensi politik. Bagi masyarakat yang diuntungkan tentunya
230
230

akan mendukung kebijakan tersebut, sementara masyarakat dirugikan akan


berusaha membuat perlawanan.
Pembatasan perdagangan dapat menciptakan transfer antar produsen dan
konsumen serta kerugian beban baku atas kemakmuran ekonomi. Dampak dari
berbagai jenis pembatas perdagangan seperti tarif merupakan contoh yang sama
terhadap batasan perdagangan yang lain seperti kuota impor.

Pertanyaan Bab 7

1. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna?


2. Dalam pasar persaingan sempurna harga ditentukan oleh interaksi permintaan
dan penawaran, terangkan dengan menggunakan grafik sifat permintaan yang
dihadapi oleh perusahaan dalam persaingan sempurna.
3. Dengan menggunakan angka-angka tertentu, gambarkan secara grafik
bagaimana suatu produk dalam pasar persaingan sempurna mencapai tingkat
keuntungan maksimum. Hitung tingkat harga dan tingkat produksi yang
diperoleh.
4. Jelaskan mengapa tingkat harga dimana kuantitas yang diminta dan kuantitas
yang ditawarkan, disebut sebagai harga keseimbangan?
5. Tabel berikut menunjukkan tentang kuantitas produk, pendapatan total dan biaya

total:
Jumlah 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Pendapatan 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Total
Biaya Total 4 6 8 10 13 17 23 30 41
Berdasarkan tabel tersebut diminta:
a. Hitung keuntungan masing-masing jumlah, dan berapa banyak yang harus
diproduksi perusahaan apabila mereka ingin memperoleh keuntungan yang
maksimum?
b. Hitung pendapatan marjinal dan biaya marjinal masing-masing jumlah.
Kemudian gambarkan grafiknya, serta pada jumlah berapa kedua kurva
231
231
tersebut berpotongan. Bagaimana hubungannya dengan jawaban
pada pertanyaan a?

Anda mungkin juga menyukai