Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan benar.
Dalam penyusunan makalah ini, banyak sekali hambatan yang kami hadapi. Adanya
bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak orang membuat kendala-kendala yang penulis
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Aizirman selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro, Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan
bimbingan, pengarahan, dorongan, petunjuk kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah
turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini
selesai.
3. Teman - teman di Kelas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Mikro Semester 1, Jurusan
Ekonomi Pembangunan
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan
lancar.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan mereka
kepada penulis. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang berkompeten. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penulis
1
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI……………………………………………………………...………….………2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….3
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………..…......................3
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………….……..……………..3
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………..….....................4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ciri-ciri Pasar Persaingan Sempurna ……………………………………………..…5
2.2 Pendekatan Biaya Marjinal Hasil Penjualan Marjinal ……………………………..9
2.3 Kebaikan Dan Keburukan Pasar Persaingan Sempurna ……………...…………..16
2.4 Pasar Monopoli ………………………………………….............................................19
2.5 Pemaksimuman Keuntungan Secara Grafik………………………..........................26
Studi Kasus………………………………………………………………………………..31
BAB III
Kesimpulan dan Saran…………………………………………………………………….35
Daftar Pustaka……………………………………………………………….…………….36
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada latar belakang makalah ini kita akan membahas bab 11 tentang pasar
persaingan sempurna dan bab 12 tentang pasar monopoli. Dimana pada pasar persaingan
sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal karena dianggap sistem pasar ini
adalah struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang
atau jasa yang tinggi (optimal) efisiensinya. Dalam analisis ekonomi sering dimisalkan
bahwa perekonomian merupakan pasar persaingan sempurna. Akan tetapi pada
prakteknya tidaklah menentukan jenis industri yang struktur organisasinya digolongkan
kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu yang ciri-cirinya sepenuhnya bersamaan
dalam teori. Di samping itu pasar persaingan sempurna adalah suatu permulaan yang baik
dalam dalam mempelajari cara-cara perusahaan menentukan harga dan produksi di dalam
usaha mereka untuk mencari keuntungan yang maksimum.
pada bab 12 pasar monopoli menjadi pembahasan dimana pada bab ini pasar
monopoli sangat bertentangan dengan pasar persaingan sempurna. Dimana pada pasar
monopoli dalam suatu bentuk pasar hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan perubahan
ini dapat menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat
dekat. Biasanya keuntungan yang dinikmati perusahaan monopoli adalah keuntungan
melebihi normal dan ini diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh yang
dihadapi perusahaan-perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut. Oleh karena itu
pada pembahasan kali ini kami akan membahas secara mendetail tentang pasar
persaingan sempurna dan pasar monopoli.
3
- Untuk mengetahui apa sajakah ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna
- Mendapatkan pengetahuan mengenai biaya total hasil penjualan total
- Mendapatkan informasi mengenai apabila biaya industri meningkat dan menurun.
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan pasar monopoli
- Untuk mengetahui hal-hal yang menjadi pengaruh pemaksimuman keuntungan
secara grafik
4
BAB II
PEMBAHASAN
Pasar persaingan sempurna merpakan bentuk pasar dimana jumlah penjual dan
pembelinya banyak, dan barang yang diperjualbelikan homogen menurut anggapan
konsumen. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar yang paling ideal, yaitu segala
sesuatunya diserahkan kepada mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah
atau dari pihak manapun.
5
2.1.1 Permintaan dan Hasil
6
1.3.2 Jumlah Produksi Dan Biaya Produksi
7
7 1050 630 420
8 1200 880 320
9 1350 1260 90
10 1500 1800 -300
8
2.2 Pendekatan Biaya Marjinal Hasil Penjualan Marjinal
Pada grafik diatas diketahui MC=MR berlaku pada waktu produksi mencapai 7 unit. Dengan
demikian perusahaan mencapai keuntungan maksimum apabila produksi adalah 7 unit. Jumlah
keuntungan ditunjukan oleh kotak EABC. Walaupun dimisalkan setiap perusahaan akan
berusaha untuk memaksimumkan keuntungan, tidaklah berarti bahwa setiap perusahaan akan
selalu mendapat untung dalam kegiatannya. Dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan
dalam corak keuntungan atau kerugian perusahaan (atau keadaan keseimbangan perusahaan),
yaitu:
- Mendapat untung luar biasa (untung melebihi normal)
- Mendapat untung normal
- Mengalami kerugian tetapi masih dapat membayar biaya berubah
- Dalam keadaan menutup atau membubarkan perusahaan.
Gambar (ii) menunjukan keadaan di mana perusahaan mengalami kerugian tetapi masih
dapat beroperasi, yaitu harga adalah lebih rendah dari biaya total rata-rata, tetapi lebih tinggi dari
biaya berubah rata-rata. Gambaran yang seperti itu berarti perusahaan memperoleh hasil
penjualan yang melebihi biaya berubah yang dikeluarkannya, tetapi kelebihan tersebut belum
dapat menutupi biaya tetapnya. Dalam keadaan yang seperti ini perusahaan akan meneruskan
usahanya, karena kalau tidak ia akan mengalami kerugian yang lebih besar lagi, yaitu sebanyak
biaya tetap yang dikeluarkannya.
10
Gambar (iii) menunjukan keadaan yang menyebabkan perusahaan akan menutup
usahanya. Keadaan yang seperti itu akan berlaku apabila hasil penjualan hanyalah sebesar atau
kurang dari biaya berubah. Dalam grafik ia ditunjukan oleh keadaan dimana garis d = AR = MR
menyinggung kurva AVC dari garis d1 = AR1 = MR1 berada di bawah AVC. Sekiranya
perusahaan menghadapi keadaan seperti ini, tidak ada gunanya bagi perusahaan untuk
meneruskan kegiatan memproduksi. Walaupun perusahaan menghasilkan barang, ia sama sekali
tidak dapat memperoleh pendapatan untuk menghentikan kegiatan memproduksi. Dengan
demikian perusahaan dianggap baru berada pada tingkat menghentikan kegiatan
memproduksinya, atau menutup perusahaan atau shutdown dan belum pada tingkat
membubarkan perusahaan dan meninggalkan industri tersebut.
11
- KURVA PENAWARAN PERUSAHAAN
Kurva 11.7 (i) ditunjukan keseimbangan suatu perusahaan pada berbagai tingkat
harga pada permulaannya dimisalkan tingkat harga di pasar adalah P1. Pada harga ini titik
minimum AVC adalah sama dengan harga. Maka perusahaan dalam keadaan “menutup
perusahaan”. Tetapi ia tidak ingin menutup perusahaan, ia akan terus memproduksi,
untuk meminimumkan kerugiannya perusahaan akan memproduksi pada keadaan dimana
MC=MR.
Kurva 11.7 (ii) ditunjukan lagi kembali titik-titik keseimbangan yang terdapat
dalam gambar 11.7 (i). Titik A menggambarkan keadaan yang ditunjukan oleh E 1, yaitu
pada harga P1 perusahaan akan memproduksikan dan menjual sebanyak Q1.
12
perusahaan a, b dan c. Kurva penawaran masing-masing perusahaan, yag terbentuk
berdasarkan biaya marjinal perusahaan tersebut, digambarkan oleh kurva SA,SB,SC.
13
- PERUBAHAN YANG DIAKIBATKAN OLEH KEMEROSOTAN PERMINTAAN
Berdasarkan kepada sifat perubahan biaya produksi dalam jangka panjang, kurva
penawaran industri dalampasar persaingan sempurna dikatakan berbeda kepada tiga
bentuk, yaitu yang dipengaruhi biaya produksi yang bersifat:
- Biaya jangka panjang yang tidak berubah
- Biaya jangka panjang yang semakin meningkat
- Biaya jangka panjang yang semakin menurun
14
- INDUSTRI BIAYA MENINGKAT
Memisalkan bahwa biaya produksi adalah tetap dalam jangka panjang kuranglah mendekati
kenyataan yang sebenarnya wujud. Pada umumnya di dalam jangka panjang perusahaan akan
mengalami kenaikan biaya produksi. Hal ini terutama disebabkan oleh harga-harga faktor
produksi yang semakin bertambah tinggi. Bagaimana kenaikann biaya produksi akan
mempengaruhi kurva penawaran jangka panjang dalam industri ditunjukan dalam Gambar 11.12.
bagian (i) menunjukan perubahan biaya dalam industri dan bagian (ii) menunjukan bentuk kurva
penawaran jangka panjang. Misalkan pada mulanya permintaan adalah D0 dan harga pasar
adalah P0. Maka keseimbangan adalah pada E0 dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah
30000 unit. Kurva biaya rata-rata dan marjibnal adalah AC0 dan MC0, dan setiap perusahaan
menghasilkan 50 unit. Berarti jumla perusahaan adalah 30000/50 = 600 perusahaan.
15
Selanjutnya katakanlah permintaan bertambah menjadi D1. Perusahaan akan menambah
faktor-faktor produksi yang digunakan dan ennyebabkan kenaikan harga faktor produksi dan
biaya produksi. Pada keseimbangan berikutnya biaya rata-rata dan marjinal adalah
keseimbangan dalam industri dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah 42000 unit.
Masing-masing perusahaan akan mennghasilkan sebanyak 60 unit. Sekarang jumlah perusahaan
dalam industri adalah 42000/60 = 700 perusahaan. Kita misalkan lebih lanjut bahwa permintaan
akan bertambah lagi dan menyebabkan perusahaan-perusahaan menambah penggunaan faktor
produksi.. Perubahaan ini mempertinggi harga fktor produksi sehingga biaya rata-rata dan
marjinal menjadi seperti yang ditunjukan oleh AC2 dan MC2. Maka harga cenderung untuk
mencapai p2. Dalam keadaan seperti ini keseimbangan dalam pasar akann dicapai pada E2 dan
jumlah arang yang diperjualbelikan adalah 60000 unit. Karena setiap perusahaan menghasilkan
80 unit, maka jumlah perusahaan dalam industri sekarang adalah 60000/80 = 750 perusahaan.
Dengan menarik garis yang melalui E0, E1, dan E2 akan diperoleh kurva penawaran
jangka panjang dalam industri, yaitu kurva SS. Kurva itu naik dari kiri bawah ke kanan atas, dan
ini menggambarkan bahwa dalam jangka panjang semakin banyak jumlah barang yang
dihasilkan, semakin tinggi biaya produksi per unit.
- INDUSTRI BIAYA MENURUN
Berlakunya penurunan biaya produksi dalam sesuatu industri pada umumnya ditimbulkan
oleh (i) kemajuan teknologi dalam industri tersebut, dan (ii) perbaikan di indutri lain (misalnya
industri A) yang menghasilkan bahan mentah kepada industri tersebut. Industri lain tersebut,
karena menhadapi permintaan yang bertambah banyak, dapat menikmati skala ekonomi dan
memungkinkannya menjual barangnya dengan harga yg lebih murah. Maka indutri yang
pertama, yang menggunakan bahan mentah industri lain (industri A), akan dapat menurunkan
biaya produksinya didalam jangka panjang. Penurunan biaya produksi dalam jangka panjang ini,
16
seperti ditunjukan dalam gambar 11.13, dicerminkan oleh perubahan biaya rata-rata dan marjinal
seperti yang ditunjukan oleh AC0, dan MC0, menjadi AC1, MC1, dan akhirnya menjadi AC2
dan MC2. Analisis berikut dibuat dengan pemisalan bahwa pengurangan biaya disebabkan oleh
bahan mentah yang lebih murah harganya.
Misalkan pada permulaannyapermintaan yang wujud dalam industri adalah D0 dan biaya
produksi perusahaan adalah seperti ditunjukan oleh kurva AC0. Maka harga pasar akan
mencapai P0 dan titik E0 adalah keseimbangan dalam industri. Misalkan seterusnya permintaan
kemudian bertambah, yaitu menjadi D1. Industri harus memproduksi lebih banyak, maka
permintaan mereka keatas bahan mentah bertambah. Karena industri penghasil bahan mentah
mengalami skala ekonomi, ia dapat menjual bahan mentahnya dengan harga yang lebih murah.
Sebagai akibatnya, setiap perusahaan mengalami penurunan biaya, yaitu menjadi AC1. Dalam
keadaan seperti ini harga cenderung untuk mencapai P1 dan keseimbangan industri yang baru
adalah pada E1. Dengan cara yang sama dapat diterangkan efek yang berlaku bahwa apabila
permintaan naik lagi menjadi D2. Pada akhirnya harga akan mencapai P2 dan keseimbangan
yang baru adalah pada E2. Garis SS adalah garis yang melalui E0, E1, dan E2. Ia merupakan
kuva penawaran jangka panjang dalam industri yang mengalami penurunan biaya.
17
produksi berbagai macam barang dalam perekonomian akan memaksimumkan
kesejahteraan masyarakat.
18
mengembangkan teknologi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan tidak terdorong
untuk melakukan perkembangan teknologi dan inovasi.
Definisi Monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu perusahaan saja. Dan
perusahaan ini memiliki menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang
sangat dekat. Biasanya keuntungan yang didapat oleh perusahaan monopoli adalah keuntungan
19
yang melebihi normal dan ini diperoleh karena terdapat hambatan yang sangat tangguh yang
dihadapi oleh perusahaan lain untuk memasuki industri tersebut.
20
2.4.1 Faktor-Faktor yang Menimbulkan Monopoli
Telah dinyatakan bahwa dalam monopoli hanya ada satu perusahaan dalam pasar. Oleh
karenanya pemintaan dalam industri adalah juga permintaan ke atas produksi perusahaan
21
monopoli tersebut. Permintaan yang dihadapi oleh monopoli adalah yang akan diterangkan
dibawah ini, harga selalu lebih tinggi dan hasil penjualan marginal.
Contoh Angka
Untuk lebih memahami sifat hubungan di antara jumlah produksi, harga, hasil penjualan total,
dan hasil penjualan marginal, di dalam Tabel 12.1 dikemukakan suatu contoh hipotesis mengenai
hal tersebut. Sesuai dengan sifat permintaan ke atas produksi monopoli seperti yang telah
diterangkan di atas, dalam Tabel 12.1 ditunjukkan bahwa semakin besar jumlah produksi
(perhatikan kolom 1), semakin rendah harga barang (perhatikan kolom 2). Bagaimana implikasi
dari keadaan tersebut ke atas hasil penjualan total dan marginal berturut-turut ditunjukkan dalam
kolom (3) dan (4). Hasil penjualan total, seperti telah ketahui, adalah jumlah produksi x harga,
maka nilainya diperoleh dari mengahkan angka dalam kolom (1) dengan angka dalam kolom (2).
Sesuai dengan definisi hasil penjualan marginal, yaitu tambahan hasil penjualan total apabila
penjualan bertambah sebanyak 1 unit, angka dalam kolom (4) diperoleh dari menggunakan
persamaan TRn – TRn-1. Sebagai contoh TR1 (TR pada waktu jumlah produksi adalah 1) adalah
Rp 18.000, sedangkan TR2 adalah = Rp 32.000. Maka MR akibat dari kenaikan produksi dari
menjadi 2 unit adalah Rp 32.000 - Rp 18.000 = Rp 14.000. Angka-angka dalam kolom (4)
dihitung dengan cara ini.
TABEL 12.1
22
Perhatikanlah dengan lebih saksama angka-angka hasil penjualan total yang terdapat dalam
kolom (3). Sampai produksi sebanyak 5 unit hasil penjualan total terus menerus bertambah,
tetapi pertambahannya adalah pada tingkat (jumlah) yang semakin berkurang. Nilai dari
pertambahan hasil penjualan total yang semakin berkurang tersebut ditunjukkan dalam kolom
(4). Sesudah unit ke-5, pertambahan produksi selanjutnya akan mengurangi hasil penjualan total
yang berarti hasil penjualan marginal (atau pertambahan hasil penjualan total) nilainya adalah
negatif.
Kesimpulan
Berdasarkan kepada gambaran yang ditunjukkan dalam Tabel 12.1 dapat dibuat dua kesimpulan
penting seperti yang dinyatakan di bawah ini. Apabila harga barang menjadi semakin menurun
pada waktu jumlah produksi semakin meningkat, maka:
Hasil penjualan total akan mengalami pertambahan, tetapi pertambahan itu semakin
berkurang apabila produksi bertambah banyak. Setelah mencapai satu tingkat produksi
tertentu pertambahannya akan menjadi negatif.
Pada umumnya basil penjualan marginal nilainya adalah lebih rendah rendah daripada
harga. Hanya pada waktu produksi mencapai satu unit hasil penjualan marginal = harga.
23
Pemaksimuman Keuntungan Contoh Angka
Sifat-sifat biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan monopoli di dalam jangka pendek tidak
berbeda dengan sifat-sifat biaya produksi jangka pendek yang telah diterangkan dalam Bab
Sepuluh. Di atas baru saja dijelaskan sifat permintaan, harga, hasil penjualan total dan hasil
penjualan marginal dari suatu perusahaan monopoli. Dengan demikian sekarang telah dapat
dikumpulkan informasi yang cukup untuk menerangkan tentang prinsip penentuan tingkat
produksi yang akan memaksimumkan keuntungan dalam perusahaan monopoli. Hal tersebut
akan diuraikan melalui dua pendekatan dengan pertolongan contoh dalam angka-angka. Contoh
angka yang dimaksud dikemukakan dalam Tabel 12.1 dan Tabel 12.2
Pendekatan ini akan diterangkan dengan menggunakan Tabel 12.2, yang membandingkan data
hasil penjualan total dengan biaya total. Melalui perbandingan tersebut dapatlah ditentukan
keuntungan yang diperoleh, atau kerugian yang dialami, pada berbagai tingkat produksi.
Biaya tetap total adalah Rp 4.000. Berdasarkan pemisalan ini maka apabila perusahaan
tidak beroperasi yang berarti jumlah produksi adalah 0, biaya total adalah Rp 4.000.
Sehingga produksi 4 unit hukurn hasil lebih yang semakin berkurang belum berlaku.
Berarti biaya marginal semakin rendah, apabila produksi ditambah. Keadaan ini
digambarkan oleh kenaikan biaya total yang semakin sedikit.
Sesudah produksi mencapai 4 unit, hukum hasil lebih yang semakin berkurang berlaku.
Sebagai akibatnya biaya marginal meningkat dan ini dapat dilihat dari pertambahan biaya
total yang semakin meningkat pada setiap penambahan satu unit produksi.
TABEL 12.2
24
Hasil Penjualan Produksi dan Keuntungan (Dalam ribu Rupiah)
Dengan adanya data mengenai hasil penjualan total dan biaya total seperti yang diterangkan di
atas sekarang dapat ditentukan tingkat produksi yang akan memaksimumkan keuntungan.
Perhatikan data dalam kolom (5). Data tersebut dihitung dengan formula berikut: Keuntungan =
Hasil penjualan total dikurangi biaya total. Data dalam kolom (5) menunjukkan bahwa
keuntungan maksimum dicapai pada produksi sebanyak 3 atau 4 unit dan jumlah keuntungan
adalah Rp 8.000. Walaupun demikian, dalam analisis yang bersifat umum, akan selalu dikatakan
bahwa perusahaan monopoli tersebut akan memproduksikan 4 unit untuk memaksimumkan
keuntungan. Sebab dari kesimpulan ini telah diterangkan dalam bab yang lalu dan akan dilihat
kembali dalam pendekatan penentuan keuntungan dengan menggunakan pendekatan: MC = MR.
25
tercapaai pada tingka produksi 3 atau 4 unit. Namun demikian, dalam analisis dikatakan
perusahaan itu akan memproduksi 4 unit untuk memaksimumkan keuntungan karena pada
tingkat produksi tersebut MC = MR, yaitu masing-masing bernilai Rp 6.000.
Tabel 12.3
Menentukan Keuntungan dengan Pendekatan MC = MR (ribu rupiah)
Hasil
Jumlah Biaya Marjinal Tambahan Jumlah
Penjualan
Produksi - Keuntungan Keuntungan/Kerugian
Marjinal
(1) (3) (4) (5)
(2)
0 - 4 -
1 18 16-4=12 6 -4
2 14 26-16=10 4 2
3 10 34-26=8 2 6
4 6 40-34=6 0 88
5 2 46-40=6 -4 4
6 -2 54-46=8 -10 -6
7 -6 64-54=10 -16 -22
8 -10 76-64=12 -22 -44
9 -14 90-76=14 -28 -72
10 -18 106-90=16 -34 -106
26
Pemaksimumam keuntungan dalam perusahaan monopoli dengan menggunakan pendekatan
secara grafik. Penentuan produksi yang akan memaksimumkan untung dapat dilakukan dengan
dua cara: (i) pendekatan hasil penjualan total-biaya total, dan (ii) pendekatan biaya marjinal-hasil
penjualan marjinal. Kurva permintaan (D=AR), kurva hasil penjualan (TR) dan kurva hasil
penjualan marjinal (MR).
27
Karena OA menggambarkan hasil penjualan total yang semakin bertambah pada harga
yang semakin menurun, maka bagian kurva permintaan DD yang terletak di bagian atas
titik C (lihat grafik ii) mempunyai elastisitas permintaan > 1.
Karena AB menggambarkan hasil penjualan total yang semakin berkurang pada harga
yang semakin menurun, maka bagian kurva permintaan yang terletak di bagian yang
lebih ke bawah dari titik C mempunyai elastisitas permintaan <1.
Pada titik C elastisitas permintaan adalah satu atau uniter.
Gambar 12.2 keuntungan maksimum firma ditentukan dengan menggunakan bantuan kurva hasil
penjualan total dan biaya total. Sedangkan Gambar 12.3 keuntungan maksimum tersebut
ditentukan ditentukan dengan menggunakan pertolongan kurva biaya marjinal dan hasil
penjualan marjinal.
Kurva TR dalam Gambar 12.2 menggambarkan hasil penjualan total, dan kurva TC
menggambarkan kurva biaya total. Perbedaan antara TR dan TC adalah paling maksimum
28
apabila garis tegak di antara kurva TR dengan TC adalah yang paling panjang. Oleh karena CD
merupakan jarak TR dan TC yang paling panjang, maka tingkat produksi yang akan
memaksimumkan keuntungan adalah 4 unit.
Gambar 12.3 menunjukan dimana keuntungan maksimum dicapai dengan menggunakan
pendekatan hasil penjualan marjinal sama dengan biaya marjinal (MR = MC). Kurva AC,MC,D
= AR,MR dibuat berdasarkan kepada bentuk kurva-kurva tersebut. Keuntungan maksimum dapat
ditentukan dengan melihat pada tingkat produksi sebanyak Q unit. Hasil penjualan total adalah
OP x OQ atau sama dengan OPAQ. Sedangkan biaya total adalah OC x OQ, atau sama dengan
OCBQ. Dengan demikian keuntungan maksimum ditunjukkan oleh kotak PABC.
Gambar 12.4 (i) menunjukkan keadaan dimana monopili tidak mendapat keuntungan tetapi
juga tidak menderita kerugian (keuntungan normal), yaitu hasil penjualanya sama dengan biaya
29
totalnya. Keadaan seperti ini akan berlaku apabila kurva biaya total menyinggung kurva
permintaan pada tingkat produksi di mana hasil penjualan marjinal = biaya marjinal.
Gambar 12.4 (ii) menggambarkan keadaaan dimana monopili mengalami kerugian.
Kerugian adalah yang paling minimum apabila perusahaan monopili memprodduksikan
sebanyak Q1 karena pada tingkat produksi tersebut MR1 = MC1. Biaya total yang dikeluarkan
adalah OQ1 x OP1. Dengan demikian kerugian yang diderita oleh perusahaan monopoli tersebut
adalah seperti yang ditunjukkan oleh P1ABC. Kerugian ini adalah yang paling minimum.
Apabila perusahaan monopoli memproduksi lebih tinggi atau lebih rendah dari Q 1, kerugian yang
akan dialami akan lebih besar lagi.
Di dalam perusahaan monopoli, atau perusahaan dalam pasar lainnya yang kurva permintaan ke
atas hasil produksinya bersifat menurun dari kiri ke kanan bawah, kurva penawarannya tidak
dapat ditunjukkan karena tidak terdapat sifat hubungan yang tetap di antara harga dan jumlah
yang ditawarkan / diproduksikan oleh perusahaan tersebut.
30
2.5.6 Monopoli dan Diskriminasi Harga
Perusahaan monopoli ingin melaksanakan kebijakkan diskriminasi harga, persoalan yang
pertama yang harus dipecahkan adalah: berapakah harga yang akan ditetapkan di tiap-tiap
pasar supaya keuntungan dapat dimaksimumkan?
Gambar 12.6 dapat menjawab pertanyaan tersebut, untuk memperolehnya diperlukan data
berikut: (i) biaya produksinya yang dikeluarkan dan (ii) sifat permintaan disetiap pasar—untuk
pasar dalam negeri dan luar negeri.
Biaya rata-rata (AC) dan biaya marjinal (MC) monopoli adalah seperti yang ditunjukkan dalam
ambar 12.6 (iii). Seterusnya misalkan pula hasil produksi perusahaan monopoli tersebut dijual di
dua pasar, yaitu:
Pasar dalam negeri, yang kurva permintaan (D d) dan hasil penjualan marjinalnya (MRd)
adalah seperti ditunjukkan dalam grafik (i).
Pasar luar negeri, yang kurva permintaan (Dw) dan hasil penjualan marjinalnya (MRw)
adalah seperti dalam grafik (ii).
Perusahaan monopoli akan memaksimumkan keuntungan apabila MR=MC, dan dalam Gambar
12.6 (iii) ditunjukkan bahwa keadaan itu dicapai apabila perusahaan memproduksi sebanyak Q.
Supaya di tiap-tiap pasar memperoleh keuntungan yang maksimum (dan selanjutnya
memaksimumkan keseluruhan keuntungan perusahaan), di tiap-tiap pasar penjualan harus
mencapai keadaan dimana biaya marjinal OM adalah sama dengan hasil penjualan marjinal di
masing-masing pasar. Berarti pemaksimuman dalam negeri adalah OM=MR d dan
pemaksimuman luar negeri adalah OM=MRw.
31
Studi Kasus
Kasus Pasar Persaingan Sempurna
Kasus 1
Kenaikan harga daging
Sebagaimana kita ketahui bahwa beberapa minggu terakhir,kenaikan harga daging sapi melonjak
sekitar Rp 90.000,00/kg – Rp 100.000,00/kg terutama diwilayah Jakarta. Hal tersebut
menyebabkan para pedagang mogok berjualan. Mantan Menteri Pertanian (Mentan) Bungaran
Saragih menilai fenomena kenaikan harga daging sapi yang terjadi beberapa waktu belakangan
ini merupakan dampak dari terbatasnya suplai daging. Menurut Bungaran, hal ini erat kaitannya
dengan pembatasan kuota impor daging sapi dan minimnya produksi dalam negeri. Sikap mogok
jualan ini diakui Ketua Asosiasi Pengusaha dan Pedagang Daging Sapi Seluruh Indonesia
(Apdasi) Jawa Barat, Dadang Iskandar karena harga yang sulit untuk dijangkau. Selain itu,
pasokan daging sapi potong di rumah potong hewan (RPH) pun semakin menipis. Maka wajar
jika dibeberapa pasar tradisional, jarang ditemukan penjual daging sapi potong yang menjajakan
dagangannya. Sementara itu, pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging
Indonesia mencurigai ada yang memanfaatkan momentum dengan menaikkan harga daging sapi.
Kenaikan harga daging menjelang akhir tahun ini dinilai tidak wajar karena harga di beberapa
negara lain lebih murah daripada harga daging di Indonesia. Dari contoh kasus di atas, penjualan
daging termasuk dalam ciri-ciri pasar persaingan sempurna yaitu terdiri dari banyak penjual dan
banyak pembeli, bahkan penjual tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI),
setiap perusahaan mudah keluar atau masuk pasar. Contohnya pedagang dapat memutuskan
untuk berhenti berjualan sampai kondisi pasar benar-benar stabil. 2. Menghasilkan barang
serupa,karena tidak ada perbedaan yang terlalu nampak.3. Terdapat banyak perusahaan di pasar
dalam hal ini peternak sapi yang menyalurkan daging sapi.4. Pembeli mempunyai pengetahuan
yang sempurna mengenai pasar. Dalam kasus ini pembeli sudah mengetahui terjadinya kenaikan
harga daging sapi melalui informasi dari media. Sehingga, mereka cenderung mengurangi
konsumsi daging sapi dan kurangnya permintaan pasar. Menyebabkan keuntungan yang
diperoleh oleh penjual menjadi berkurang dan pendapatan mereka relatif sama.
32
Kasus 2
Produsen tahu tempe dan kenaikan harga kedelai
Pusat Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) Jateng mendesak pemerintah segera
merealisasikan pelimpahan kewenangan kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk
mengendalikan harga empat komoditas. Beras, gula, jagung, dan kedelai. Realisasi pelimpahan
itu sangat penting guna mengendalikan harga kedelai, salah satu komoditas yang saat ini memicu
isu hangat, agar tidak terus melonjak tinggi. "Kabarnya saat ini, keputusannya masih menjadi
evaluasi tim yang dibentuk pemerintah. Kami berharap agar secepatnya direalisasikan," ujar
Sekretaris Puskopti Jateng Rifai, Selasa (4/9). Dikatakan, prediksi Bank Investasi Goldman
Sachs tanggal 10 Aguistus lalu, harga komoditas kedelai masih akan melambung tinggi.
Diprediksi harga kedelai akan mencapai angka Rp 8.700 di tingkat pengecer, dan Rp 8.400 di
tingkat distributor. Harga normal di kisaran Rp 5.000 - Rp 6.000.Ketua Puskopti Jateng Sutrisno
Supriyantoro mengatakan, melambungnya harga kedelai akan menjadi salah satu isu penting
yang akan dibahas dalam rapat kerja Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia
(Gakoptindo) tahun ini.
Dari contoh kasus di atas, produsen tahu tempe termasuk dalam ciri-ciri pasar persaingan
sempurna yaitu terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli, bahkan penjual tergabung dalam
Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), setiap perusahaan mudah
keluar atau masuk pasar. Contohnya pedagang dapat memutuskan untuk berhenti berjualan
sampai kondisi pasar benar-benar stabil. 2. Menghasilkan barang serupa,karena tidak ada
perbedaan yang terlalu nampak.3. Terdapat banyak perusahaan di pasar dalam hal ini produsen
tahu tempe dan penjual kedelai .4. Pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai
pasar. Dalam kasus ini pembeli sudah mengetahui terjadinya kenaikan harga kedelai melalui
informasi dari media dan meningkatnya harga tahu dan tempe. Sehingga, mereka cenderung
mengurangi konsumsi tahu dan tempe dan kurangnya permintaan pasar. Menyebabkan
keuntungan yang diperoleh oleh penjual menjadi berkurang dan pendapatan mereka relatif sama.
33
Kasus Pasar Monopoli
Kasus 1 (Di Indonesia)
Monopoli Carrefour
Seiring dengan perkembangan, persaingan usaha , khususnya pada bidang ritel diantara
pelaku usaha semakin keras. Untuk mengantisipasinya, Pemerintah dan DPR menerbitkan
Undang Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Praktek Antimonopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat. Dengan hadirnya undang-undang tersebut dan lembaga yang mengawasi pelaksanaannya,
yaitu KPPU, diharapkan para pelaku usaha dapat bersaing secara sehat sehingga seluruh kegiatan
ekonomi dapat berlangsung lebih efisien dan memberi manfaat bagi konsumen.
Di dalam kenyataan yang terjadi, penegakan hukum UU praktek monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat ini masih lemah. Dan kelemahan tersebut ”dimanfaatkan”
oleh pihak CARREFOUR Indonesia untuk melakukan ekspansi bisnis dengan mengakuisisi PT
Alfa Retailindo Tbk. Dengan mengakuisisi 75 persen saham PT Alfa Retailindo Tbk dari Prime
Horizon Pte Ltd dan PT Sigmantara Alfindo. Berdasarkan laporan yang masuk ke KPPU, pangsa
pasar Carrefour untuk sektor ritel dinilai telah melebihi batas yang dianggap wajar, sehingga
berpotensi menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat. Kasus PT Carrefour sebagai
Pelanggaran UU No. 5 Tahun 1999. Salah satu aksi perusahaan yang cukup sering dilakukan
adalah pengambil alihan atau akuisisi. Dalam UU No.40/2007 tentang Perseroan terbatas
disebutkan bahwa hanya saham yang dapat diambil alih. Jadi, asset dan yang lainnya tidak dapat
di akuisisi.
Akuisisi biasanya menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja
perusahaan. Dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan istilah acquisition atau take over .
pengertian acquisition atau take over adalah pengambilalihan suatu kepentingan pengendalian
perusahaan oleh suatu perusahaan lain. Istilah Take over sendiri memiliki 2 ungkapan ,
1.Friendly take over (akuisisi biasa) 2. hostile take over (akuisisi yang bersifat “mencaplok”)
Pengambilalihan tersebut ditempuh dengan cara membeli saham dari perusahaan tersebut.
Dalam sidang KPPU tanggal 4 november 2009, Majelis Komisi menyatakan Carrefour
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 17 (1) dan Pasal 25 (1) huruf a UU
No.5/1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.. Pasal 17 UU
No. 5/1999, yang memuat ketentuan mengenai larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan
34
penguasaan pasar, sedangkan Pasal 25 (1) UU No.5/1999 memuat ketentuan terkait dengan
posisi dominan.
Majelis Komisi menyebutkan berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh selama
pemeriksaan perusahaan itu pangsa pasar perusahaan ritel itu meningkat menjadi 57,99% (2008)
pasca mengakuisisi Alfa Retailindo. Pada 2007, pangsa pasar perusahaan ini sebesar 46,30%.
sehingga secara hukum memenuhi kualifikasi menguasai pasar dan mempunyai posisi dominan,
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 Ayat 2 UU No.5 Tahun 1999.
Berdasarkan pemeriksaan, menurut Majelis KPPU, penguasaan pasar dan posisi dominan
ini disalahgunakan kepada para pemasok dengan meningkatkan dan memaksakan potongan-
potongan harga pembelian barang-barang pemasok melalui skema trading terms. Pasca akuisisi
Alfa Retailindo, sambungnya, potongan trading terms kepada pemasok meningkat dalam kisaran
13%-20%. Pemasok, menurut majelis Komisi, tidak berdaya menolak kenaikan tersebut
karena nilai penjualan pemasok di Carrefour cukup signifikan.
35
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pada bab 11 dan 12 yang kami rangkum dalam bentuk makalah, kami mendapatkan
kesimpulan bahwa penting dalam mempelajari pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli,
dimana hal tersebut dapat dilihat dari sistem dan kinerja kedua pasar tersebut yang sangat
berbeda. Dimana pasar persaingan sempurna menjadi sistem pasar yang dianggap sebagai
struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau jasa yang
tinggi (optimal) efesiensinya, berbeda dengan pasar monopoli dimana kegiatan dalam pasar ini
hanya terdapat satu perusahaan saja dan sangat sulit memasuki pasar ini.
3.2 Saran
Saran yang dapat diambil dari kesimpulan diatas penting mengetahui bagaimana sistem
pasar persaingan sempurna dan pasar monopoli bekerja dimana hal tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menambah pengetahuan, mencari peluang dan menilai baik dan buruknya suatu pasar yang
ada di tengah masyarakat.
36
Daftar Pustaka
37