Anda di halaman 1dari 10

Bendungan Bili-bili terletak +30 km disebelah timur kota makassar dan

kearah hulu pertemuan sungai Jeneberang dengan sengai Jenelata. Posisi


geografis waduk Bili-bili terletak pada 515 LS dan 11937 BT. Bendungan ini
membendung sungai Jeneberang di desa Bili-bili Kecamatan Parangloe Kabupaten
Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.
Sengai Jeneberang dengan panjang 75 km dengan luas daerah tanggkapan
air 727 km2 bersumber dari gunung Bawakaraeng pada elevasi +2.833,00 m MSL.
Sungai ini sering meluap pada musim hujan seperti yang terjadi pada bulan
desember sampai bulan januari. Dan pada tahun 1976 hampir dua per tiga Kota
Makasar tergenang.
`Timbulnya daerah genangan ini mengakibatkan meluapnya air sungai
Jeneberang di daerah hilir jembatan Sungguminasa dan sarana drainase yang
tidak memadai antara lain saluran Sinrijala, Jongaya dan Panamppu. Sedang pada
musim kemarau kebutuhan air untuk kota Makassar yang berpenduduk 994.372
jiwa (menurut data tahun 1990) hanya dapat memenuhi 35%dari kebutuhan.
Tujuan dari pembuatan Bendungan Bili-Bili adalah untuk mencengah
terjadinya banjir kota Makassar akibat luapan air sungai Jeneberang di bagian
lihir. Tujuan berikutnya yaitu untuk meningkatkan kesejateraan penduduk kota
Makassar dan disekitarnya dan untuk mensuplay air baku di kab. Gowa, kab.
Takalar dan kota Makassar.
Adapun manfaat dari pembuatan Bendungan Bili-Bili yaitu pengendalian
banjir sungai Jeneberang dari debit 2.200 m 3/dtk menjadi 1.200/dtk. Dengan
pengendalian Banjir periode ulang 50 tahun, penyediaan Air Baku sebesar
3300/dtk, pelayanan Air untuk Irigasi, PLTA dengan kapasitas terpasang 20.1
MW, parawisata/ olahraga dengan air, dan Perikanan Darat.
Biaya pembangunan Bendungan Bili-bili bersumber dari LOAN OECF
Negara Jepang sebesar Rp 400 Miliyar.
BAB II
DATA KONSTRUKSI BENDUNGAN

1. Bangunan pengelak aliran sungai


a. Terowongan
Bentuk tipe lingkaran
Diameter 9,3 m
Panjang terowongan I:300,00 m
Panjang terowongan II:290,00m
Debit rencana 20 tahun :1.800,00 m3/detik
b. Coffer Dam
Panjang = 560,00 m
Elevasi =+70,00m
Volume timbunan =+570.000,00
2. Genangan
Daerah tangkapan =384,40 km2
Elevasi banjir rencana (DFWL) =+103,00 m
Elevasi tampungan tambahan (SWL)=+101,60m
Elevasi air normal(NWL)= +99,50m
Elevasi air terendam (LWL)=+65,00m
Tinggi air efektif(SWL-LWL)=36,60m
Luas genangan pada (SWL)= 16,50 km2
Kapasitas tampungan = 375.000.000 m3
Kapasitas tampungan efektif = 346.000.000m3
Kapasitas pengendalian banjir = 41.000.000m3
Kapasitas air yang akan di pakai= 305.000.000m3
Kapasitas untuk air minum/ind= 35.000.000m3
Kapasitas air untuk irigasi = 270.000.000m3
Volume tampungan sedimen =29.000.000m3
3. Bendungan
a. Bendungan utama
Tinggi =73,00m
Panjang =750,00 m
Lebar puncak=10,00m
Elevasi puncak=+106,00m
Volume timbunan= 2.760.000m3
b. Bendungan sayap kiri
Tinggi= 42,00m
Panjang=646,00m
Lebar puncak= 10,00m
Elevasi puncak==106,00m
Volume timbunan= 2.760.000m3
c. Bendungan sayap kanan
Tinggi=52,00m
Panjang=412,00m
Lebar puncak=10,00m
Elevasi puncak=+106,00m
Volume timbunan=1.060.000m2
d. Data-data spillway:
Debit rencana (inflow)=3.800.000 m3/detik probable maksimum flood (PMF)
Lebar puncak mercu. Bila pintu dibuka seluruhnya maka debit
Pada EL+103.00 m=2.000,00 m3/dtk probable maximum flood (PMF)
Pada EL+99,50 m (NWL)=600,00 m3/dtk
Lebar spillway pada EL+99,50 m=70,00 m
Lebar pada EL+91,80 m=14,00 m
Panjang spillway seluruhnya =397,20 m
Panjang jembatan =97,40
4. Outlet dari Bendungan
Debit yang keluar =44,80 m3/dtk
Perbedaan tinggi = 51,50 m
Ukuran pintu = 3,7 x 5,2 m
5. Bangunan Fasilitas
Kantor pengoperasian Bendungan
Termasuk perumahan dll =3.725,00 m2
Arboretum Kayu Ara Salapang
BAB III
PROSES PEMBANGUNAN BENDUNGAN

Pelaksanaan pembangunan/konstruksi Bendungan Bili-bili sudah dimulai


sejak tahun 1992. Penggenangan pertama dilaksanakan pada tanggal 27
November 1997, dimana limpahan air pertama melalui bangunan pelimpah (spill
way) pada tanggal 6 juli 1999. Kontraktor pelaksana adalah Hazama-Brantas
Joint Operation. Rencana pisik dimulai pada tahun anggaran 1992/1993.
1. Paket I (Rekolasi Jalan Malino)
Rekolasi jalan Malino : 16,20 km
Rekolasi pompa air : 1,00 unit
2. Paket II ( Pekerjaan Terowongan/ bangunan Pengelak)
Pembuatan terowongan pengelak : 2,00 buah
Diameter 9,3 m panjang =300 m dan 290 m
Pembuatan jembatan : 2,00 buah
Jembatan Bili-Bili dan Jembatan Panttalikang
Perlindungan Tebing sungai : 200,00 m
3. Paket III (Pekerjaan Bendungan )
Coffer Dam Utama
Bendungan Utama, sayap kiri dan sayap kanan
Spill Way dan saluran Out Let
Intake Fasilitas Out Let
Pemasangan mesin-mesin
Pekerjaan sipil lainnya
4. Paket IV (Pekerjaan Bendung Fasilitas ) antara lain
Dam Control Office
Perumahan
Bangunan-bangunan fasilitas listrik dan telokomunikasi
Dan lain-lain.
BAB IV
BAGIAN BENDUNGAN DAN FUNGSINYA

Bendungan terdiri dari beberapa komponen, yaitu :


1) Badan bendungan (body of dams)
Adalah tubuh bendungan yang berfungsi sebagai penghalang air. Bendungan
umumnya memiliki tujuan untuk menahan air, sedangkan struktur lain seperti
pintu air atau tanggul digunakan untuk mengelola atau mencegah aliran air ke
dalam daerah tanah yang spesifik. Kekuatan air memberikan listrik yang disimpan
dalam pompa air dan ini dimanfaatkan untuk menyediakan listrik bagi jutaan
konsumen.

2) Pondasi (foundation)
Adalah bagian dari bendungan yang berfungsi untuk menjaga kokohnya
bendungan.

3) Pintu air (gates)


Digunakan untuk mengatur, membuka dan menutup aliran air di saluran baik
yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting dari pintu air adalah :
Daun pintu (gate leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan
untuk membuka , mengatur dan menutup aliran air.
Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang
digunakan untuk menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang
direncanakan.
Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk
menahan rangka pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari
pintu air ke dalam konstruksi beton.
Hoist
Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan
ditutup dengan mudah.

4) Bangunan pelimpah (spill way)


Adalah bangunan beserta intalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk
ke dalam waduk agar tidak membahayakan keamanan bendungan. Bagian-bagian
penting daribangunan pelimpah :
Saluran pengarah dan pengatur aliran (controle structures)
Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur aliran air agar kecepatan
alirannya kecil tetapi debit airnya besar.
Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute, discharge carrier, flood
way)
Makin tinggi bendungan, makin besar perbedaan antara permukaan air
tertinggi di dalam waduk dengan permukaan air sungai di sebelah hilir bendungan.
Apabila kemiringan saluran pengangkut debit air dibuat kecil, maka ukurannya
akan sangat panjang dan berakibat bangunan menjadi mahal. Oleh karena itu,
kemiringannya terpaksa dibuat besar, dengan sendirinya disesuaikan dengan
keadaan topografi setempat.
Bangunan peredam energy (energy dissipator)
Digunakan untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi energi
air agar tidak merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan instalasi lain di
sebelah hilir bangunan pelimpah.

5) Kanal (canal)
Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.

6) Reservoir
Digunakan untuk menampung/menerima limpahan air dari bendungan.

7) Stilling basin
Memiliki fungsi yang sama dengan energy dissipater.

8) Katup (kelep, valves)


Fungsinya sama dengan pintu air biasa, hanya dapat menahan tekanan yang
lebih tinggi (pipa air, pipa pesat dan terowongan tekan). Merupakan alat untuk
membuka, mengatur dan menutup aliran air dengan cara memutar, menggerakkan
kea rah melintang atau memenjang di dalam saluran airnya.

9) Drainage gallery
Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan.

BAB V
TEKNOLOGI BENDUNGAN

Adapun yang merupakan teknologi bendungan yang ada di Bili Bili:


1. Rainfall and Water level
Untuk menampilkan informasi mengenai data curah hujan sepanjang hulu.
Daerah daerah yang berada di sekitar hulu antara lain Malino, Limbunga,
Mangempang, Kampili, dan Mancini Sombala.

2. Remote control console


Untuk mengontrol pembukaan pintu saat air melewati elevasi 99.41 m.
3. Warning Display Panel
Untuk mengukur ketebalan sedimen pada bendungan.

4. Warning Supervisiory and Control Equipment


Peralatan pengendalian dan pengawasan tanda bahaya.

5. Telemetri Mimic
Menghitung curah hujan sepanjang hulu.

6. Water level daily report


Laporan dari keadaan air setiap hari.
BAB VI
KESIMPULAN
Setelah melakukan tinjauan ke lapangan, dapat disimpulkan bahwa :
1) Data konstruksi bandungan bili bili terdiri dari bangunan pengelak aliran sungai
yang terdiri atas terowongan, cofer dam, genangan, bendungan, outlet dari
bendungan, dan bangunan fasilitas seperti kantor pengoperasian bendungan.

2) Teknologi yang digunakan pada bendungan ini cukup modern seperti Rainfall and
Water level, Remote control console, Warning Display Panel, Warning
Supervisiory and Control Equipment, Telemetri Mimic, Water level daily report.

3) Bendungan Bili Bili sungguh mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat yang
ada di sekitarnya antara lain,Penyediaan Air Baku sebesar 3.300/detik dan
Pelayanan Air untuk irigasi.
Sungai Jeneberang dengan panjang 75 km dengan luas Daerah Aliran Sungai 727 Km2
bersumber dari Gunung Bawakaraeng pada elevasi +2.833,00 MSL. Sungai ini sering meluap
pada saat musim hujan seperti yang terjadi pada bulan Desember sampai dengan Januari 1975
sehingga menyebabkan hampir 2/3 kota Ujung Pandang (Makassar) tergenang. Timbulnya
daerah genangan ini adalah akibat meluapnya air sungai daerah hilir Jembatan Sungguminasa
dan sarana drainase yang tidak memadai, antara lain Saluran Sinrijala, Jongaya dan Panampu,
sedang pada musim kemarau kebutuhan air untuk kota Ujung Pandang (Makassar) yang
berpenduduk 944.372 jiwa (data tahun 1990) hanya terpenuhi 35% dari kebutuhan.

Maksud pembuatan Bendungan Bili-Bili adalah untuk mencegah terjadinya banjir di Kota
Makassar dan sekitarnya serta di wilayah Kabupaten Gowa akibat luapan air sungai
jeneberang dibagian hilir, sedangkan tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Kota Makassar dan sekitarnya serta untuk mensuplai air irigasi di Kabupaten Gowa.
Bendungan dibangun dengan tipe urugan batu, tinggi bendungan utama 73 m dan panjang
750 m. Luas daerah tangkapan waduk sebesar 384,40 km2 dengan kapasitas tampungan 375
juta m3 dan kapasitas tampungan efektif 346 juta m3.Bendungan ini terletak di Kabupaten
Gowa sekitar 30 km di sebelah Timur Kota Makassar dan ke arah hulu pertemuan Sungai
Jeneberang dan Sungai Jenelata.Detail desain Bendungan Bili-Bili dimulai tahun 1986
sampai tahun 1988 yang sebelumnya telah dilakukan beberapa tahap survey kelayakan.
Pelaksanaan fisik dimulai tahun 1992/1993 dengan paket I : relokasi jalan Malino, relokasi
air dan paket II : pembuatan jembatan dan pelindung tebing sungai. Pada tahun anggaran
1993/1994 dalam paket III terdiri antara lain pekerjaan coffer dam utama, bendungan utama,
bendungan utama, bendungan sayap kiri dan kanan. Spillway, saluran outlet intake dan
fasilitas outlet. Sedankan tahun anggaran 1996 / 1997 masuk dalam pake IV menyelesaikan
bangunan kantor dan perumahan, pekerjaan listrik dan telekomunikasi.

Sumber dana untuk Pembangunan Bendungan Bili-bili diperoleh dari : LOAN OECF.
Adapun manfaat dari dibangunnya bendungan bili-bili adalah untuk pengendalian banjir
Sungai Jeneberang dari debit 2.200 m3/dtk menjadi 1.200 m3/det, untuk penyediaan air
minum dan air untuk industri sampai kebutuhan tahun 2005 untuk Kota Makassar sebesar
3.300 ltr/det, dan penyediaan air untuk irigasi di tiga daerah irigasi : Bili-Bili, Kampili dan
Bissua sebesar 24.585 ha di musim hujan dan 19.540 ha di musim kemarau. Disamping itu
untuk pembangkit listrik tenaga air sebesar 16.30 MW, untuk daerah pariwisata dan
perikanan darat.

Kabupaten Gowa berada pada 1238.16' Bujur Timur dari Jakarta dan
533.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya
antara 1233.19' hingga 1315.17' Bujur Timur dan 55' hingga 534.7' Lintang
Selatan dari Jakarta.

Kabupaten yang berada pada bagian selatan


Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan
dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota
Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan
Kota Makassar dan Takalar.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan
3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa
terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak
167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa
dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan
yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi,
Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74%
berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan
yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga,
Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di


atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong,
Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah
yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa dilalui
oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik
dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan
adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.

Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang


bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi
DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat menyediakan air irigasi
seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten
Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk pembangkit tenaga listrik
tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya


dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim
kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan
dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap
setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan
Oktober-Nopember.

Jumlah penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2009 sebesar 695.697


jiwa, laki-laki berjumlah 344.740 jiwa dan perempuan sebanyak 350.957 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut 99,18% adalah pemeluk Agama Islam.

Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125C.


Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi
pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan
terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.

Anda mungkin juga menyukai