Jika teori tersebut ditelaah lebih jauh, pendapat yang muncul akan cukup
beragam. Bahkan beberapa diantaranya ada yang menyatakan bahwa
Islam berasal dari Cina.
Teori lainnya yang menjelaskan bahwa Islam berasal dari anak benua
India dikemukakan oleh S.Q. Fatimi dan dikemukakan pula oleh Tome
Pires. Ada beberapa alasan mengapa kedua tokoh ini berkeyakinan bahwa
Islam berasal dari Benggal (Bangladesh sekarang). Tome Pires
berpendapat bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang
Benggali atau keturunan mereka. Pendapat ini disetujui oleh Fatimi.
Bahkan lebih jauh Fatimi menjelaskan, bahwa Islam muncul pertama kali
di Semenanjung Malaya adalah dari arah timur pantai, bukan dari barat
Malaka, melalui Kanton, Pharang (Vietnam), Leran dan Trengganu. Proses
awal Islamisasi ini, menurutnya, terjadi pada abad ke-11 M. Masa ini
dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan seorang Muslimah bernama
Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di Leran
Gresik. Menurut M.C. Ricklef, ini adalah nisan kuburan Muslim tertua yang
masih dapat ditemukan di wilayah ini. Berkenaan dengan teori batu nisan
dari Stutterheim dan Moquette yang menyatakan Islam di Nusantara
berasal dari India, Fatimi menentang keras pendapat ini. Menurutnya,
bahwa menghubungkan seluruh batu nisan di Pasai dengan batu nisan
dari Gujarat adalah suatu tindakan yang keliru. Berdasarkan hasil
pengamatannya, Fatimi menyatakan, bentuk dan gaya batu nisan al-Malik
al-Saleh berbeda dengan batu nisan yang ada di Gujarat. Ia berpendapat,
bentuk dan gaya batu nisan itu mirip dengan batu nisan yang ada di
Benggal. Oleh karena itu, batu nisan tersebut pasti didatangkan dari
Benggal, bukan dari Gujarat. Analisis ini dipergunakan Fatimi untuk
membangun teorinya yang menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal
dari Benggal. Tetapi terdapat kelemahan substansial pada Fatimi, bahwa
perbedaan mazhab fikih yang dianut muslim Nusantara, yaitu para
pengikut mazhab Syafii dengan para pengikut mazhab Hanafi tidak
menjadi perhatiannya. Perbedaan mazhab fikih ini menjadikan teori Fatimi
lemah dan tidak cukup kuat diyakini kebenarannya.
Marison, dengan penjelasannya yang lebih komprehensif,
mengidentifikasi Coromandel atau Malabar sebagai daerah asal Islam di
Nusantara dan itu terjadi pada akhir abad ke 13 M. Ia tidak membangun
teorinya berdasarkan kemiripan batu nisan yang terdapat di beberapa
tempat di Nusantara dengan yang ada di Gujarat, atau bahkan di Benggal
Menurutnya, kemiripan tersebut tidak harus menunjukkan bahwa Islam
Nusantara datang dari daerah-daerah tersebut. Argumentasi yang
diajukannya dibangun berdasarkan riwayat Melayu dan laporan
Marcopolo. Menurut berita-berita tersebut, ketika raja Pasai pertama wafat
tahun 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Cambay,
Gujarat baru ditaklukan penguasa Muslim satu tahun kemudian pada 699
H/1298 M. Sebelum Marison mengemukakan pandangan ini, Arnold telah
menyebutkan hal serupa. Marison, dengan demikian, memperkuat
pendapat Arnold yang menyebutkan bahwa Coromandel dan Malabar
merupakan daerah asal kedatangan Islam ke Nusantara. Arnold
mengemukakan pendapatnya berdasarkan kesaksian Ibnu Battutah ketika
mengunjungi kawasan ini pada abad ke-14 dan juga didasarkan pada
kesamaan mazhab fikih di antara keduanya, yaitu Syafi.
Penggunan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab, untuk
tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal.
Teori Persia mendapat tentangan dari berbagai pihak, karena bila kita
berpedoman kepada masuknya agama Islam pada abad ke-7, hal ini
berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah. Sedangkan, saat
itu kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi dan kebudayaan
berada di Mekkah, Madinah, Damaskus dan Baghdad. Jadi, belum
memungkinkan bagi Persia untuk menduduki kepemimpinan dunia Islam
saat itu.Namun, beberapa fakta lainnya menunjukkan bahwa para
pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
1. Gelar Syah bagi raja-raja di Indonesia.
2. Pengaruh aliran Wihdatul Wujud (Syeh Siti Jenar).
3. Pengaruh madzab Syiah (Tabut Hasan dan Husen).
Teori lainnya menyatakan bahwa Islam juga berasal dari Cina. Teori ini
sangat lemah, namun kemungkinan membawa Islam ke Indonesia sangat
besar. Jika diketahui penyebar Islam adalah banyak mereka para
wirausahawan, hubungan dagang antara Cina, Arab dan lainnya. Bahkan
ketika Cina dipimpin Kubilai Khan, (akhir abad 13) Islam dijadikan agama
resmi. Sedangkan Cheng Ho merupakan duta Cina untuk mengembalikan
nama besar Cina setelah dipermalukan oleh Mongol. Ada 36 negara yang
dikunjungi Cheng Ho, dan salah satunya adalah Indonesia.
Bukti lain yang cukup memperkuat bahwa Islam berasal dari Cina antar
lain :